gshgdhwgdhqau

17

description

hfjehgfywgfiuwk

Transcript of gshgdhwgdhqau

  • COAL BED METHANE (CBM)

    Coal Bed Methane (CBM) adalah gas metana yang terkandung dalam lapisan batubara di bawah

    permukaan, hasil produk dari proses coalification selain air dan batubara itu sendiri.

    Coal seam gas dapat dibedakan mejadi dua macam :

    1. Coal Bed Methane adalah gas methane yang terdapat dalam batubara dan belum tersentuh oleh kegiatan

    apapun.

    2. Coal Mine Gas adalah gas methane yang menyertai kegiatan penambangan batubara terutama pada

    tambang bawah tanah.

    SEJARAH CBM

    Coalbed Methane (CBM) merupakan hasil produk dari proses coalification selain air dan batubara itu

    sendiri. Coalification adalah proses pembentukan batubara (dan produk sampingan berupa air dan gas) dari

    akumulasi peat yang tertimbun di bawah permukaan pada temperatur tertentu dan waktu yang lama. Gas hasil

    produk dari proses coalification didominasi oleh metana dengan kandungan lebih dari 90% sisanya adalah

    karbon dioksida dan nitrogen. Proses coalification tersebut dibagi dalam beberapa coal rank sesuai tahapan

    prosesnya menjadi Lignite, Sub Bituminous, Bituminous, Anthracite dan Graphite. CBM akan dapat

    diproduksikan dengan baik pada coal rank Sub Bituminous Bituminous karena memiliki komposisi dan

    kandungan air dan gas yang sesuai.

    Gambar 1. Coalification (Sumber : Kentucky Geological Survey)

  • Gambar 2. Coal formed (sumber : medco energy)

    Sejak awal tahun 1980 an produksi gas methane mengalami kenaikan, dan saat ini coal bed methane

    sebagai cadangan energi yang sangat penting, karena bila gas ini dibakar sangat bersih dari terbentuknya emisi

    sehingga tidak mengotori lingkungan. Bila dibandingkan dengan emisi yang dihasilkan dari proses pembakaran

    batubara, maka pada pembakaran batubara akan menghasilkan emisi yang berupa gas maupun padatan ( abu

    terbang dan abu dasar ).

    POTENSI CBM DI INDONESIA

    Potensi cadangan (resources) CBM dunia sangat besar yang tersebar terutama di Rusia, Canada, China,

    Amerika Serikat, Australia, dan Indonesia di urutan keenam. Beberapa negara bahkan telah sukses

    memproduksi dan memanfaatkan CBM sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan karena telah

    memanfaatkan gas metana yang merupakan salah satu kandungan gas yang dapat menyebabkan kerusakan

    lapisan ozon apabila menguap bebas. Selain itu pula dengan pemanfaatan CBM akan meningkatkan keamanan

    para pekerja pertambangan batubara lapisan dalam karena akan mengurangi kadar metana yang memiliki sifat

    mudah terbakar dan beracun sehingga mengganggu pernapasan para pekerja pertambangan.

  • Gambar 3. Negara dengan cadangan dan produksi batubara terbesar di dunia (sumber : BP statistical Review of World energy 2007)

    Gambar 4. Potensi CBM Dunia (Sumber : coalbedmethane.wordpress.com/modified from BIPartner)

    Indonesia, menurut penelitian Advance Resource International Inc. (ARI) bersama dengan DitJen

    Migas memiliki potensi cadangan (resource) CBM sebesar 453 TCF yang terbagi ke dalam 11 cekungan di

    Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi. Potensi besar CBM Indonesia tersebut hampir setara dengan

    potensi Gas Bumi Indonesia yaitu sebesar 507 TCF (Trillion Cubic Feet) dengan cadangan terbukti sebesar 112

    TCF. Hasil produk CBM diproyeksikan akan memenuhi kebutuhan sumber energi Indonesia dan menunjang

    program Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang tertuang dalam KepPres No. 5 tahun 2006 dengan fokus

    meningkatkan sumber energi baru dan terbarukan serta secara bertahap mengurangi penggunaan dan

    ketergantungan Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber energi Indonesia.

  • Gambar 5.Potensi CBM di Indonesia (Sumber : coalbedmethane.wordpress.com)

  • Gambar 6. Target of energy mix (Sumber : http://coalbedmethane.wordpress.com/tag/potensi/)

    PROSES PEMBENTUKAN CBM

    Coal Bed methane adalah kumpulan gas metana yang terakumulasi dan bersumber di batubara. Coal

    Bed methane merupakan salah satu dari coal bed gas, karena gas yang terkandung dalam batu bara tidak hanya

    metana, akan tetapi terdapat karbon dioksida, ethana, dan nitrogen. Selama proses, gas-gas ini akan

    terperangkap dalam batu bara. Proses pembentukan gas ini tebagi dua, yaitu secara thermogenesis dan

    biogenesis

    Gambar 7. Target of energy mix

  • 1. Biogenesis, merupakan proses terbentuknya coal bed methane yang diakibatkan dari aktivitas

    mikroorganisme pengurai ( bakteri ) selama proses pembatubaraan. Proses ini biasanya terjadi pada fasa

    awal pembatubaraan ( beberapa sumber mengatakan terjadi pada fase akhir pembatubaraan). Metana

    dapat terbentuk akibat penguraian mikroorganisme pada lapisan yang dekat dengan permukaan. Ketika

    lapisan semakin dalam, maka tekanan dan temperatur semakin tinggi, maka jumlah mikroorganisme

    akan semakin sedikit sehingga proses ini hanya terjadi pada proes dekat dengan permukaan.

    2. Thermogenesis, merupakan proses terbentuknya coal bed methane yang diakibatkan dari tekanan yang

    tinggi dan pembebanan selama proses pembatubaraan. Gas metana pada CBM juga dihasilkan dari

    penguraian jasad organik sama hal nya dengan minyak dan gas pada umumnya. Tekanan dan

    temperatur akan mengurai jasad organik menjadi senyawa-senyawa hidrokarbon, pada kasus CBM,

    senyawa-senyawa hidrokaron yang terbentuk adalah berfasa gas. Gas ini kemudian akan terbentuk dan

    berada pada celah-celah batu bara atau terlarut dalam air. Gas dalam keadaan ini disebut gas bebas.

    Selama proses pembatubaraan, proses pembentukan gas juga akan berlangsung. Gas yang terbentuk akan

    terakumulasi pada bagian batu bara matrix coal, coal sem. Gas akan terperangkap pada lapisan batu bara akibat

    tekanan. Gas yang terbentuk akan terakumulasi karena sifat batu bara yang absortif. Gas akan terabsorsi pada

    molekul-molekul batubara (batu bara memiliki micropores pada permukaannya). Tekanan air dan batu (

    tekanan hidrostatik atau lithostatic) pada sekililing batubara akan menyebabkan gas tertahan dalam lapisan batu

    bara selama proses pembatubaraan. Permukaan batu bara yang luas ( permukaan berpori ) dapat menyimpan

    gas methane sampai 7 kali volume batu bara nya sendiri.

    EKSPLORASI CBM

    1. Mengumpulkan data seismik

    Seismik adalah metode yang membantu kita dalam memahami apa yang ada di bagian bawah

    permukaan bumi. Dalam kaitannya dengan CBM, data seismik bertujuan menentukan lokasi terbaik

    untuk drilling di atas area yang paling berpotensi menghasilkan CBM. Aktivitas seismik membutuhkan

    izin dari regulator. Di Indonesia, daerah yang prospek menghasilkan CBM antara lain Sumatra Selatan

    dan Kalimantan Timur. Namun kita tidak bisa mengatakan bahwa semua daerah di Sumatra Selatan dan

    Kalimantan Timur tersebut menghasilkan CBM di bagian bawah permukaannya. Dibutuhkan proses

    pengumpulan data seismik untuk memastikan daerah mana yang memang prospek menghasilkan CBM.

  • 2. Membangun area sumur

    Setelah izin diperoleh, kita dapat membangun area sumur. Area ini terdiri dari unit-unit dan peralatan

    yang dibutuhkan dalam proses drilling dan pengambilan CBM.

    3. Mendrill sumur

    Ada dua pilihan drilling yang dapat dilakukan : drilling secara konvensional atau drilling secara

    horziontal. Drilling secara konvensional untuk CBM sama seperti drilling yang dilakukan untuk

    memperoleh gas alam, bertujuan agar memberi jalur bagi fluida (air) dipompakan ke bawah untuk

    menghasilkan retakan-retakan pada batu bara sehingga dapat menghasilkan CBM. Drilling secara

    horizontal adalah modifikasi dari drilling vertikal, dimana pada tahap awal drilling dilakukan secara

    vertikal lalu setelah mencapai lapisan batubara drilling dilakukan secara horizontal sehingga retakan-

    retakan yang dihasilkan pada lapisan ini menjadi lebih banyak dan akan menghasilkan gas CBM yang

    lebih banyak pula.

  • Gambar 8. Proses Drilling CBM

    4. Hydraulic Fracturing

    Permeabilitas batu bara sangat rendah yaitu antara 0.1-30 milidarcy. Dari sifat mekanisnya, batu bara

    merupakan material yang mempunyai modulus yang rendah dan tidak dapat menahan stress terlalu

    besar tanpa adanya retakan. Oleh karena itu, kita memanfaatkan fluida perekah (contohnya air) untuk

    memberikan tekanan dan membuat retakan-retakan pada batu bara. Fluida perekah akan diinjeksikan ke

    bagian bawah permukaan pada laju dan tekanan yang sangat tinggi. Ketika tahanan terhadap air yang

    diinjeksikan meningkat, tekanan dalam sumur injeksi akan meningkat sampai pada tahap dimana terjadi

    tekanan breakdown pada batuan. Terjadi peningkatan permeabilitas akibat retakan sehingga

    mempermudah aliran dan ekstraksi CBM dari batubara.

    memproduksi dan memanfaatkan CBM sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan karena telah

    memanfaatkan gas metana yang merupakan salah satu kandungan gas yang dapat menyebabkan kerusakan

    lapisan ozon apabila menguap bebas. Selain itu pula dengan pemanfaatan CBM akan meningkatkan keamanan

    para pekerja pertambangan batubara lapisan dalam karena akan mengurangi kadar metana yang memiliki sifat

  • Metana dalam batubara terbagi dua, metana bebas (free) dan metana yang teradsorp pada batu bara itu

    sendiri. Presentase metana bebas hanya sekitar 9% dan sebagian besar teradsorpsi. Maka dari itu

    metana yang teradsorp tersebut harus bisa terdesorpi terlebih dahulu baru bisa kita ekstrak. Setelah

    proses injeksi air, air akan dipompakan kembali ke atas sehingga tekanan di bawah permukaan

    menurun dan menyebabkan batu bara akan mendesorpsi metana. Fluida yang diinjeksikan dan

    dipompakan pada proses hydraulic fracturing ini dapat berupa cairan murni (air, minyak, asam) maupun

    dalam bentuk gel. Dari beberapa literatur disebutkan bahwa jumlah fluida perekah yang dibutuhkan

    untuk hydraulic fracturing CBM antara 50.000-350.000 gallon.

    5. Membangun jalur pipa gas metana

    Setelah sumur selesai dibuat dan rekahan yang dihasilkan sudah banyak, sekarang kita sudah siap untuk

    memproduksi gas metana. Jalur pipa akan dipasang terintegrasi dengan sistem untuk mengambil gas

    metana dari sumur lalu mentransportasikannya. Gas metana yang diperoleh dari batu bara lebih murni

    dan tidak membutuhkan proses-proses lanjutan yang lebih rumit karena tidak tercampur dengan

    komponen hidrokarbon lain seperti etana, propana dan lainnya. Biasanya gas metana dari batubara

    hanya tercampur dengan air perekah. CBM juga mempunyai energy value sedikit lebih tinggi

    dibandingkan gas alam. Gas metana dapat digunakan untuk menghasilkan listrik, panas di rumah, atau

    sumber energi lainnya.

    PRODUKSI CBM

    Di dalam lapisan batubara banyak terdapat rekahan (cleat), melalui rekahan itulah air dan gas mengalir di

    dalam lapisan batubara. Adapun bagian pada batubara yang dikelilingi oleh rekahan itu disebut dengan matriks

    (coal matrix), tempat dimana kebanyakan CBM menempel pada pori-pori yang terdapat di dalamnya. Dengan

    demikian, lapisan batubara pada target eksplorasi CBM selain berperan sebagai reservoir, juga berperan

    sebagai source rock.

  • Gambar 9. Proses Produksi CBM

    CBM bisa keluar (desorption) dari matriks melalui rekahan, dengan merendahkan tekanan air pada target

    lapisan. Untuk memperoleh CBM, sumur produksi dibuat melalui pengeboran dari permukaan tanah sampai ke

    lapisan batubara target. Karena di dalam tanah sendiri lapisan batubara mengalami tekanan yang tinggi, maka

    efek penurunan tekanan akan timbul bila air tanah di sekitar lapisan batubara dipompa (dewatering) ke atas.

    Hal ini akan menyebabkan gas metana terlepas dari lapisan batubara yang memerangkapnya, dan selanjutnya

    akan mengalir ke permukaan tanah melalui sumur produksi tadi. Selain gas, air dalam jumlah yang banyak juga

    akan keluar pada proses produksi ini.

    NATURAL GAS PROCESSING

    Natural Gas Processing adalah proses industri yang kompleks dirancang untuk membersihkan gas alam mentah

    dengan memisahkan kotoran dan berbagai non-metana hidrokarbon dan cairan untuk menghasilkan dry natural

    gas. daerah. Minyak dan gas alam sering ditemukan bersama-sama dalam reservoir yang sama. Gas alam yang

    diambil dari tambang batu bara dan tambang (coalbed methane), pada dasarnya campuran dari sebagian besar

    metana dan karbon dioksida (sekitar 10 persen).

  • Pada proses pengolahan, kontaminan akan dihilangkan dan hidrokarbon yg lebih berat akan diolah lagi untuk

    keperluan komersial lainnya. Untuk alasan ekonomi, beberapa pabrik pengolahan mungkin harus dirancang

    untuk menghasilkan produk setengah jadi. Biasanya mengandung lebih dari 90 persen metana murni dan lebih

    kecil jumlah etana nitrogen, karbon dioksida, dll. Hal ini dapat diproses lebih lanjut di pabrik hilir atau

    digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan bahan kimia.

    Diagram Alur dari Sebuah Proses Pengolahan Gas Alam

    Tahap 1, 2 dan 3 adalah tahapan utama dari proses pengolahan gas

    Tahapan proses berdasarkan flow diagram

    1. Gas alam mentah berasal dari beberapa sumur yang berdekatan, dikumpulkan dan proses pengolahan

    pertama yang terjadi adalah proses menghilangkan kandungan air dan gas alam kondensat. Hasil

    kondensasi biasanya dialirkan kilang minyak dan air dibuang sebagai waste water.

    2. Gas alam mentah kemudian dialirkan ke pabrik pengolahan di mana pemurnian awal biasanya

    menghilangkan kandungan asam (H2S dan CO2). Proses yang dipakai pada umumnya adalah Amine

    Treating yang biasa disebut Amine Plant

    3. Proses berikutnya adalah untuk menghilangkan uap air dengan menggunakan proses penyerapan dalam

    trietilen glikol cair (TEG)

    4. Proses berikutnya adalah untuk mengubah menjadi fase gas alam cair (NGL) yang merupakan proses

    paling kompleks dan menggunakan pabrik pengolahan gas modern.

  • Gas produksi yang berasal dari sumur akan dialirkan melalui flowline menuju header satelit. Header memiliki

    fungsi untuk memisahkan aliran gas berdasarkan tekanan gas tersebut dari berbagai sumur. Di satelit tersebut,

    beberapa aliran flowline dari sumur-sumur terdekat akan dikumpulkan berdasarkan tekanan masing-masing

    sumur dan akan dialirkan menuju Central Processing Area melalui trunkline yang telah tersedia. Dari trunkline

    tersebut, akan dikumpulkan oleh manifold. Berikutnya, gas tersebut akan di proses lanjut, seperti separasi,

    kompresi, dan dehidrasai, hingga menghasilkan dry gas sehingga dapat dikirim ke konsumen melalui pipeline.

    Untuk memenuhi spesifikasi pasar, Gas yang diharapkan selain dry gas adalah sweet gas, sehingga kandungan

    sulfur dan karbondioksida harus dihilangkan melalui proses sweetening atau Amine Treating yang biasa

    disebut juga Amine Plant. Selain itu, kadar air dalam gas perlu diturunkan kembali akibat dari proses separasi

    yang dilakukan tidak dapat memenuhi spesifikasi tersebut. Selain itu, dengan kadar air yang tinggi, gas yang

    mengalir dapat memicu terjadinya korosi, erosi, dan pembentukan hidrat dimana menjadi sumber masalah

    untuk proses produksi secara keseluruhan. Unit dehidrasi ini menggunakan prinsip absorber menggunakan

    absorben TE Glycol. Unit ini terdiri dari glycol contactor (V-5300, V-5400, V-5500), glycol/glycol heat

    exchanger, gas/glycol heat exchanger, glycol skimmer, glycol filter,glycol charcoal filter, dan glycol

    reconcentrator. Umpan dari unit ini adalah gas keluaran dari kompresor MP. Proses penyerapan ini terjadi di

    dalam kontaktor yang berupa vessel sehingga gas dan glikol kering bertemu dan menyerap air yang terdapat

    dalam gas tersebut. Sehingga didapatkan gas metana yang sesuai spesifikasi dan bisa diproses lebih lanjut

    seperti di liquefaction untuk dipasarkan.

    APLIKASI CBM

    Produksi gas dari CBM diharapkan dapat membantu Indonesia menaikkan kemunduran produksi gas

    karena Indonesia merupakan negara penghasil CBM kedua terbesar setelah China, dengan total potensial 453

    trillion cubic feet. Studi menunjukkan bahwa negara yang memiliki CBM lebihdari 453 trillion cubic feet,

    sumbernya dua kali dari natural gas. Gas metana terbentuk di dalam batubara melalui dua proses yaitu

    thermogenic gas dan biogenic gas sekunder. Dalam hal ini CBM yang paling dicari untuk eksplorasi adalah

    yang terbentuk secara thermogenic. Thermogenic gas terbentuk secara alami melalui proses pembatubaraan

    (coalification process) yang merubah humic organic material menjadi batubara. Gas tersebut termasuk metana,

    CO2, dan bisa juga etana dan propane. Sedangkan biogenic gas sekunder terbentuk pada masa geologi saat ini

    melalui mikroorganisme anaerobic yang terbawa dalam system air bawah tanah yang aktif setelah proses

    pembatubaraan selesai. Baik thermogenic maupun biogenic metana secara fisik diadsorpsi sebagai lapisan

    monomolecular pada lapisan permukaan dari pori-pori di dalam matrix batubara.

    CBM ini dapat dipakai untuk kebutuhan gas pada umumnya. Diagram alir penggunaan gas metana yang

    berasal dari batu bara ini ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

  • Gambar 11. Diagram Alir Aplikasi CBM

    Dari gambar diatas, dapat kita lihat bahwa CBM digunakan untuk berbagai macam, yaitu :

    Sebagai feed gas (gas masukan bahan dasar) pada pembuatan LNG

    Distribusi melalui pipa untuk konsumsi rumah tangga

    Sebagai penggerak dan bahan bakar generator listrik.

    CBM sebagai feed gas LNG

    Gas yang dihasilkan dalam CBM 95% adalah metana. Metana biasanya digunakan dalam proses

    industri kimia sebagai bahan baku pilihan untuk produksi hidrogen, metanol, asam asetat, dan anhidrida asetat.

    Ketika digunakan untuk memproduksi salah satu bahan kimia ini, metana adalah pertama dikonversi menjadi

    gas sintesis, campuran karbon monoksida dan hidrogen dengan steam reforming. Untuk mempermudah

    distribusi gas metana, biasanya gas metana diangkut sebagai cairan atau biasa disebut Liquified Natural Gas

    (LNG). Ketika dalam bentuk cairan, metana akan lebih berat daripada udara karena gas metana yang

    didinginkan akan mempunyai massa jenis yang lebih besar. Metana yang berada pada suhu ruangan biasa akan

    lebih ringan daripada udara.

    CBM di distribusi melalui pipa untuk konsumsi rumah tangga

    Di banyak kota, contohnya di Balikpapan, Kalimantan Timur, metana dari batu bara (CBM) dialirkan

    melalui pipa ke rumah-rumah dan digunakan untuk pemanas rumah dan kebutuhan memasak. Metana yang

    dialirkan di rumah ini biasanya dikenal dengan gas alam. Gas alam mempunyai kandungan energi 39

    megajoule per meter kubik, atau 1.000 BTU per kaki kubik standar.

    CBM sebagai penggerak dan bahan bakar generator listrik

    Metana adalah salah satu bahan bakar yang penting dalam pembangkitan listrik, dengan cara

    membakarnya dalam gas turbin atau pemanas uap. Jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya,

    pembakaran metana menghasilkan gas karbon dioksida yang lebih sedikit untuk setiap satuan panas yang

    dihasilkan. Panas pembakaran yang dihasilkan metana adalah 891 kJ/mol. Jumlah panas ini lebih sedikit

    dibandingkan dengan bahan bakar hidrokarbon lainnya.Sementara itu karakteristik CBM banyak kemiripan

    dengan gas alam pada umumnya. Oleh sebab itu kemungkinan besar untuk pemanfaatan CBM sebagai bahan

    bakar Satuan Pembangkit Diesel (SPD).

  • Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional

    menekankan bauran energi yang direncanakan dari tahun 2006 untuk batu bara 16% menjadi 33% pada tahun

    2025, mempunyai konsekuensi bahwa penggunaan batu bara harus ditingkatkan sebagai sumber energi primer

    antara lain gasifikasi batu bara dan pemanfaatan Coal Bed Methane(CBM). Konversi dari BBM ke bahan bakar

    gas (gas alam) telah dilaksanakan pada beberapa Satuan Pembangkit Diesel (SPD) yang dimiliki PLN

    diantaranya PLTD Payo Selincah 6 x 5.218 kW.

    Gambar 12. CBM menjadi Listrik

    Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional

    menekankan bauran energi yang direncanakan dari tahun 2006 untuk batu bara 16% menjadi 33% pada tahun

    2025, mempunyai konsekuensi bahwa penggunaan batu bara harus ditingkatkan sebagai sumber energi primer

    antara lain gasifikasi batu bara dan pemanfaatan Coal Bed Methane(CBM). Konversi dari BBM ke bahan bakar

    gas (gas alam) telah dilaksanakan pada beberapa Satuan Pembangkit Diesel (SPD) yang dimiliki PLN

    diantaranya PLTD Payo Selincah 6 x 5.218 kW.

    Gambar 12. CBM menjadi Listrik

  • DAFTAR PUSTAKA

    Bali Post. 2009. Indonesia Ambisi Jadi Negara Pertama Pengembang ''CBM to

    LNG''http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=detailberita&kid=32&id=25158

    Prasetya, Lukas Adi. 2011.Indonesia bisa produksi LNG berbahan

    CBM.http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/04/02/15392096/Indonesia.Bisa.Produksi.LNG.Be

    rbahan.CBM

    Robby. 2013. Vico Indonesia Resmikan Pemanfaatan Gas CBM

    Kelistrikan.http://humas.kutaikartanegarakab.go.id/read/news/2013/7023/vico-indonesia-resmikan-

    pemanfaatan-gas-cbm-kelistrikan.html

    Rovicky. 2010. Sumber Daya Gas Alam 2. http://rovicky.wordpress.com/2010/07/27/sumberdaya-gas-alam-2-

    cbm/

    Wirasangka, Putu. 2010. Kajian Pemanfaatan Gas Metana Batubara (Coal Bed Methane/CBM) Sebagai

    Bahan Bakar Satuan Pembangkit Diesel.http://pln-research.blogspot.com/2011/08/kajian-

    pemanfaatan-gas-metana-batubara.html

    Working area CBM http://www.wkmigas.com/about-working-area/about-wk-cbm/