Groupthink theor1

4

Click here to load reader

Transcript of Groupthink theor1

Page 1: Groupthink theor1

GROUPTHINK THEORY

Groupthink adalah sebuah teori yang membahas mengenai bagaimana sebuah kelompok menggunakan cara-cara untuk menyalurkan hasrat kebersamaan mereka dalam kelompok untuk memotivasi ataupun merencanakan sesuatu kegiatan dalam kelompok berdasarkan keputusan bersama secara bulat. Teori ini dikembangkan oleh Irving Janis. Disebutkan bahwa ketika individu-individu yang tergabung dalam suatu kelompok mendapatkan kesulitan dalam menyampaikan pendapatnya, maka mereka akan lebih mencenderungkan pendapat mereka pada kelompok atau yang disebut dengan groupthink.

Janis memusatkan teori ini pada problem-solving groups, yaitu pemecahan masalah pada kelompok dan task-oriented groups, yaitu penyelesaian tugas dalam kelompok, yang mana tujuan utamanya adalah untuk membuat sebuah keputusan dan membuat suatu rekomendasi kebijakan untuk kelompok. Asumsi-asumsi yang terdapat dalam teori ini adalah :1. Kondisi dalam suatu kelompok akan mempengaruhi tinggi rendahnya kohesivitas kelompok. Kohesivitas sendiri merupakan suatu dorongan yang membuat suatu kelompok mau bekerja sama dalam kelompok tersebut atau tidak. Dapat disebut juga rasa kebersamaan dalam kelompok. Contoh kohesivitas adalah ketika suatu kelompok merasa nyaman, cocok, dan memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap perilaku, nilai, dan pola yang ada dalam kelompok. 2. Pemecahan masalah dalam kelompok merupakan suatu proses yang terpadu. Maksudnya adalah pemecahan masalah harus berdasarkan kekompakan dalam kelompok, tidak ada satu orang pun dalam kelompok yang boleh mengganggu pengambilan keputusan tersebut. Dalam asumsi ini ditekankan bahwa kelompok mudah terpengaruh pada affiliative constraints, yang menunjukkan bahwa anggota kelompok lebih cenderung menerima masukan-masukan pemimpin kelompoknya daripada mendengarkan semua pendapat anggota kelompok dan memperhitungkan resiko-resiko yang ditimbulkan dari masukan tersebut. Contohnya dalam suatu rapat, Joni adalah ketuanya, ia selalu menyatakan pendapatnya dengan berapi-api dalam rapat tersebut, dan ketika ia bertanya kepada anggota rapat mengenai pendapat mereka, cenderung anggota rapat akan memilih untuk menyetujui pendapat Joni daripada harus mengeluarkan pendapat mereka masing-masing.3. Kelompok dan pengambilan keputusan dalam kelompok seringkali kompleks. Disebut kompleks karena berkaitan dengan sifat-sifat kelompok tersebut, serta bagaimana kompleksnya untuk memecahkan masalah menyelesaikan tugas dalam suatu kelompok. Dalam asumsi ini ditekankan dua hal yang penting, yaitu homogeneity dan anggapan bahwa proses lebih penting daripada hasil yang efektif. Homogeneity di sini menunjukkan bahwa kelompok yang anggotanya memiliki banyak kesamaan akan lebih kondusif dalam groupthink.

Kondisi yang telah ada sebelumnya dalam groupthink adalah :1. Group Cohesiveness. Disebut juga dengan kohesivitas kelompok yang mengacu pada rasa kebersamaan dalam kelompok. Kohesivitas yang tinggi dalam kelompok akan membuat anggota kelompok tersebut merasa lebih antusias dan diberdayakan dalam kelompok tersebut. Kohesivitas seringkali akan mengarahkan kita kepada kesesuaian (konformitas) dan pada akhirnya konformitas terebut akan mengarahkan kita kepada groupthink.2. Structural Factors. Merupakan faktor-faktor struktural yang meliputi beberapa konsep penting, yaitu group insulation, lack of impartial leadership, dan lack of decision-making procedures. Group insulation merupakan kemampuan sebuah kelompok untuk mengisolasi dirinya ataupun agar kelompoknya tidak terpengaruh oleh lingkungan luar kelompoknya. Lack of impartial leadership memiliki arti bahwa suatu kelompok dipimpin oleh satu orang yang berorientasi pada kepentingan pribadinya. Lack of decision-making procedures berarti bahwa dalam memutuskan sesuatu, suatu kelompok sangat jarang mengikuti prosedur yang berlaku, bahkan kegagalan dalam mematuhi norma-norma yang ada cenderung membuat groupthink lebih berkembang.3. Group Stress. Terdiri atas internal dan eksternal stress. Disebutkan bahwa ketika stress dalam kelompok meningkat, maka kelompok akan menyatukan diri kepada pemimpin kelompoknya dan memperkuat keyakinan dari pemimpin kelompoknya tersebut. Contohnya, ketika suatu kelompok diminta untuk membuat suatu tema untuk suatu seminar, tenggang waktu yang

Page 2: Groupthink theor1

diberikan oleh ketua panitia itu adalah satu minggu, ketika tenggang waktu yang dimiliki tinggal tiga hari lagi, maka tiap anggota kelompok akan saling memberikan support ke salah satu pihak karena adanya tekanan deadline tersebut dan ketika muncul suatu usul mengenai tema tersebut, maka usul tersebut akan langsung diterima, inilah yang dinamakan groupthink.

Kondisi-kondisi yang dialami suatu kelompok akan membawa kelompok pada pencarian persetujuan atau concurrence seeking, yaitu usaha untuk mencari kesepakatan kelompok. Dalam groupthink, setiap anggota akan memprioritaskan pemberian dukungan mereka secara emosional sehingga mereka akan menghindari pertentangan satu sama lain. Ketika concurrence seeking berlangsung terlalu jauh, maka akan menghasilkan gejala groupthink. Menurut Janis (1982), terdapat tiga kategori gejala groupthink; penilaian yang berlebihan terhadap kelompok, ketertutupan pikiran, dan tekanan untuk menuju keseragaman.

Kategori pertama mencakup perilaku kelompok yang mana mereka yakin bahwa diri mereka lebih dari yang sekarang bisa mereka capai. Dua gejala spesifik dalam kategori ini yang pertama adalah the illusion of invulnerability, yaitu kepercayaan kelompok bahwa mereka cukup hebat dalam menghadapi masalah atau rintangan. Mereka yakin bahwa mereka tak terkalahkan. Kedua, belief in the inherent morality of the group. Ketika suatu kelompok memiliki hal ini maka mereka dianggap telah memiliki pemikiran “kami adalah kelompok yang baik dan bijak”. Pemikiran ini membuat mereka yakin bahwa keputusan yang mereka ambil adalah keputusan yang baik. Pemikiran ini membuat mereka menyingkirkan perasaan malu dan bersalah walaupun keputusan yang mereka ambil melanggar etika dan moral yang berlaku.

Kategori kedua adalah kondisi dimana kelompok tidak menghiraukan pengaruh dari luar kelompok. Gajala yang pertama, out-group stereotypes, yaitu persepsi stereotip yang menganggap bahwa rival atau lawan terlalu lemah atau bodoh untuk membalas taktik penyerangan yang dilancarkan terhadap mereka. Gejala kedua yaitu collective rationalization; kondisi dimana kelompok tidak menghiraukan peringatan yang dapat membuat mereka mempertimbangkan kembali pemikiran dan tindakan mereka sebelum mereka mencapai keputusan akhir.

Gejala dalam kategori ketiga antara lain self-censorship, yaitu kecenderungan para anggota kelompok untuk meminimalisir keraguan mereka dan adanya argumen-argumen yang bertentangan; illusion of unanimity, yaitu gejala yang menganggap diam merupakan pernyataan persetujuan; self-appointed mindguards, menyatakan bahwa kelompok yang mengalami krisis akan memiliki self-appointed mindguards, yaitu anggota kelompok yang melindungi kelompok dari informasi yang tidak mendukung; pressures on dissenters, yaitu pengaruh langsung berupa tekanan yang diterima oleh anggota kelompok yang memberikan opini, pandangan, atau komitmen yang bertentangan dengan pandangan mayoritas dalam kelompok tersebut.

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghindari groupthink antara lain, melihat terlebih dahulu sasaran yang ingin dicapai oleh para anggota kelompok, menyusun dan mengkaji ulang rencana tindakan yang akan diambil serta alternatif-alternatif yang ada, mendalami konsekuensi dari setiap alternatif, menganalisis rencana tindakan yang telah ditolak sebelumnya ketika ada informasi baru yang muncul, dan mencari rencana optional untuk saran-saran yang gagal. Hart juga mengajukan empat rekomendasi umum bagi kelompok yang mungkin rentan terhadap groupthink, yaitu dibutuhkannya supervise dan control, mendukung pelaporan kecurangan dalam kelompok menerima adanya keberatan dalam kelompok, dan menyeimbangkan konsensus dan suara mayoritas.