Grounded Theory

22
GROUNDED THEORY PENELITIAN GROUNDED THEORY 12/27/2015

description

GROUNDED THEORY RESEARCH/ PENELITIAN TEORI DASAR

Transcript of Grounded Theory

Page 1: Grounded Theory

GROUNDED THEORY

PENELITIAN GROUNDED THEORY

12/27/2015

Page 2: Grounded Theory

2

GROUNDED THEORY (Penelitian Teori Dasar)

Meskipun sebuah fenomenologi menekankan makna sebuah pengalaman bagi sejumlah

individu, maksud dari sebuah studi teori dasar adalah untuk bergerak melampaui deskripsi

dan untuk melakukan jeneralisir atau mengungkap sebuah teori, sebuah analitis abstrak yang

menggambarkan sebuah proses (atau tindakan atau interaksi, Strauss dan Corbin, 1998).

Selurus partisipan dalam studi semuanya akan mengalami proses, dan pengembangan teori

yang mungkin ikut membantu menjelaskan praktik atau menyediakan sebuah kerangka kerja

untuk penelitian selanjutnya. Gagasan utamanya adalah bahwa pengembangan teori ini tidak

datang dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan generalisir atau dasar/landasan dalam data

dari para partisipan yang memiliki pengalaman proses (Strauss dan Corbin, 1998). Kemudian,

teori dasar adalah sebuah disain penelitian kualitatif dimana para penyelidik menjeneralisir

sebuah penjelasan umum (sebuah teori) dari sebuah proses, tindakan atau interaksi yang

terbentuk oleh pandangan-pandangan terhadap sejumlah besar partisipan (Strauss dan Corbin,

1998).

Disain kualitatif telah dikembangkan pada tahun 1967 oleh dua peneliti, yaitu Barney

Glaser dan Anselm Strauss, sosok yang merasakan bahwa teori-teori yang digunakan dalam

penelitian seringkali tidak memadai dan kurang sesuai untuk partisipan dalam sebuah studi.

Mereka memperluas gagasan mereka melalui sejumlah buku yang ditulis (Glasser, 1978;

Glaser dan Strauss, 1967; Strauss dan Corbin, 1990, 1998). Hal ini berlawanan dengan

orientasi a priori (berdasar teori daripada kenyataan yang sebenarnya), orientasi teoritis dalam

sosiologi, teori dasar berpegangan bahwa teori harus berlandas pada data yang berasal dari

lapangan, khususnya dalam tindakan-tindakan, hubungan atau proses melalui antarhubungan

kelompok-kelompok informasi berdasarkan data yang dikumpulkan dari para individu.

Walaupun kolaborasi awal antara Strauss dan Glaser yang menghasilkan sejumlah

kerja seperti dalam karya Awareness of Dying (kesadaran akan kematian) (Glaser dan

Strauss, 1965) dan Time for Dying (Glaser dan Strauss, 1968), dua pengarang pada puncaknya

Page 3: Grounded Theory

3

tidak sepakat tentang pemaknaan dan prosedur teori dasar. Glaser telah mengkritik

pendekatan Strauss terhadap teori dasar sebagai terlalu kaku dan terstruktur (Glaser, 1992).

Dan lebih baru lagi, karya Charmaz (2006) yang telah membela para kontruktifis teori dasar,

kemudian memperkenalkan perspektif lain ke dalam pembicaraan tentang prosedur. Melalui

penafsiran-penafsiran yang berbeda ini, teori dasar telah memeroleh popularitas dalam

sejumlah bidang seperti sosiologi, keperawatan, pendidikan dan psikologi, sama baik dengan

bidang ilmu sosial lainnya.

Perspektif teori dasar lainnya yaitu yang berasal dari Clarke (2005) yang, sama

lamanya dengan Charmaz, mencari cara untuk menegaskan kembali teori dasar dari pondasi

positifismenya (hlm. xxiii). Clarke bagaimanapun juga melangkah lebih jauh dibanding

Charmaz yang menyarankan bahwa situasi sosial harus berasal dari unit analisis kita dalam

teori dasar dan bahwa tiga mode sosiologi dapat bermanfaat dalam penganalisaan situasi ini,

dunia/arena sosial, dan peta kartograpi posisional untuk pengumpulan dan penganalisaan data

kualitatif. Ia lebih jauh memperluas teori dasar dalam after the postmodern turn (setelah

giliran posmodern) (hlm. xxiv) dan berdasarkan perspektif posmodern (misalnya, lingkungan

politis peneliti dan para penafsir, refleksi dalan bagian-bagian peneliti, memahami

permasalahan penyajian ulang informasi, pertanyaan legitimasi dan otoritas dan memosisikan

kembali para peneliti jauh dari kesan Mengetahui semua analis kepada posisi mengakui posisi

partisipan, (hlm, xxvii, xxviii). Clarke dengan sering mengarahkan pada penulis posmodern

dan posstruktural yaitu Michael Foucalt (1972) untuk membantu mengarahkan wacana teori

dasar.

Jenis Studi Teori Dasar

Terdapat dua pendekatan populer terhadap teori dasar yaitu prosedur sistematisnya Strauss

dan Corbin (1990, 1998) dan pendekatan kontruktifisnya Charmaz (2005, 2006). Dalam

keadaan yang lebih sistematis lagi, adalah prosedur analitisnya Strauss dan Corbin (1990,

Page 4: Grounded Theory

4

1998), para investigator mencari secara sistematis cara untuk mengembangkan sebuah teori

yang menjelaskan proses, tindakan atau interaksi pada sebuah topik (misalnya, proses

pengembangan sebuah kurikulum, keuntungan tarapetik dari berbagi hasil tes psikologi

dengan klien).

Para peneliti secara khusus melaksanakan 20 hingga 30 wawancara berdasarkan pada

sejumlah kunjungan ke lapangan penelitian untuk mengumpulkan data wawancara untuk

menjenuhkan pengelompokkan (atau untuk menemukan informasi yang dapat melanjutkan

penambahan informasi kepada mereka hingga tidak ada lagi yang dapat ditemukan). Sebuah

pengelompokkan menyajikan sebuah unit informasi yang berisi peristiwa, kejadian, dan

sejumlah peristiwa (Strauss dan Corbin, 1990). Para peneliti juga mengumpulkan dan

menganalisa pengamatan dan dokumen, tetapi bentuk data ini seringkali tidak digunakan.

Ketika para peneliti mengumpulkan data, ia mulai menganalisa. Kesan penulis mengenai

pengumpulan data dalam studi teori dasar adalah sebuah proses zigzag, keluar lapangan

penelitian untuk mengumpulkan data, terus ke kantor untuk menganalisa data, kembali lagi ke

lapangan untuk mengumpulkan lebih banyak lagi data, ke kantor lagi untuk melakukan

analisa dan demikian seterusnya. Para partisipan yang diwawancarai secara teoritis dipilih

(disebut dengan istilah sampling teoritis) untuk membantu para peneliti bagi menemukan

sebentuk teori. Seberapa banyak lintasan yang dibuat seseorang bergantung pada kategori

apakah informasi menjadi jenuh dan apakah sebuah teori dielaborasi dengan semua

kerumitannya. Proses ini mengambil informasi yang berasal dari pengumpulan dan

pembandingan datanya untuk memunculkan kategori yang disebut data constant comparative/

perbandingan tetap analisis data.

Para peneliti mulai dengan membuka kode, pengkodean data kategori informasi

utama. Dari pengkodean ini, pengkodean poros memunculkan dimana para peneliti

mengidentifikasi sebuah kategori pengkodean terbuka untuk fokus pada (disebut Inti

fenomena) dan kemudian kembali ke data dan membuat kategori sekitar fenomena inti ini.

Page 5: Grounded Theory

5

Strauss dan Corbin (1990) mensyaratkan jenis kategori harus mengidentifikasi sekitar

fenomena inti. Ia terdiri dari kondisi penyebab (faktor-faktor apa yang menimbulkan

fenomena inti), strategi (tindakan yang diambil dalam merespon fenomena inti), kontekstual

dan kondisi campurtangan (faktor situasional khusus dan luas yang memengaruhi strategi) dan

konsekensi (hasil dari penggunaan strategi). Kategori ini terkait dan mengitari fenomena inti

dalam sebuah model visual yang disebut paradigma pengkodean secara poros. Langkah akhir,

kemudian adalah pengkodean selektif, dimana para peneliti mengambil model dan

mengembangkan proposisi (atau hipotesa) yang menghubungkan kategori dalam sebuah

model atau mengumpulkan sebuah kisah yang mengambarkan kedekatan kategori dalam

sebuah model. Teori ini, dikembangkan oleh para peneliti kemudian diartikulasikan ke arah

akhir sebuah studi dan dapat mengasumsikan sejumlah bentuk seperti sebuah pernyataan

narasi (Strauss dan Corbin, 1990), sebuah gambar visual (Morrow dan Smith, 1995) atau

sebuah rangkaian hipotesa atau proposisi (Cresswell dan Brown, 1992).

Dalam diskusi mereka mengenai teori dasar, Strauss dan Corbin (1998) menggunakan

sebuah model yang selangkah lebih maju untuk mengembangkan sebuah matriks kondisional.

Mereka mengembangkan matrik kondisional sebagai sebuah saluran pengkodean untuk

membantu para peneliti membuat hubungan antara kondisi makro dan kondisi mikro yang

memengaruhi fenomena. Matriks ini adalah sebuah serangkaian lingkaran pusat

pengembangan dengan label yang dibangun sisi luar dari individu, kelompok dan organisasi

terhadap komunitas, wilayah, negara dan dunia global. Dalam pengalaman penulis, matrik ini

jarang digunakan dalam penelitian teori dasar dan para peneliti secara khusus mengakhiri

studi mereka dengan sebuah pengembangan teori dalam pengkodean selektif, sebuah teori

yang mungkin dilihat sebagai sebuah substansi, teori tingkat rendah dibanding sebuah abstrak,

teori dasar (misalnya, lihat Cresswell dan Brown, 1992). Meskipun membuat hubungan antara

teori subtantif dan implikasinya yang luas bagi sebuah komunitas, negara, dan dunia dalam

matriks kondisional adalah hal penting (misalnya, sebuah model alur kerja di sebuah rumah

Page 6: Grounded Theory

6

sakit, kekurangan sarung tangan dan garis panduan nasional dalam kasus AIDS mungkin

seluruhnya terkait; lihat contoh ini seperti yang disediakan oleh Strauss dan Corbin, 1998).

Para pakar teori dasar jarang memiliki data, waktu atau sumber untuk disertakan dalam

matrik kondisional.

Sebuah varian kedua dari teori dasar ditemukan dalam sebuah tulisan pakar

kontruktifis, Charmaz (lihat Charmaz, 2005, 2006). Daripada mengambil sebuah studi dari

sebuah proses tunggal atau kategori inti seperti dalam pendekatan Strauss dan Corbin (1998),

Charmaz mendukung sebuah perspektif kontruktifis sosial yang menyertakan penekanan

ragam dunia lokal, realitas ganda dan kompleksitas dunia khusus, pandangan dan tindakan.

Teori dasar kontruktifis menurut pandangan Charmaz (2006) menggariskan secara jujur

dalam pendekatan interpretif terhadap penelitian dengan garis panduan yang fleksibel, fokus

pada pengembangan teori yang bergantung pada pandangan peneliti, mempelajari tentang

pengalaman yang dilekatkan di dalam, jaringan tersembunyi, situasi dan hubungan dan

membuat hirarki yang dapat dilihat terhadap kekuasaan, komunikasi dan kesempatan.

Charmaz menempatkan lebih banyak penekanan pada pandangan, nilai, keyakinan, perasaan,

asumsi dan ideokogi individu dibanding pada metode penelitian, meskipun ia tidak

menggambarkan praktik-praktik pengumpulan data yang banyak, pengkodean data, proses

memo dan penggunaan sampel teoritis (Charmaz, 2006). Ia menyarankan bahwa jargon atau

istilah yang rumit, diagram, pemetaan konsep, dan pendekatan sistematik (seperti Strauss dan

Corbin, 1990) dikurangi dari teori dasar dan mewakili sebuah usaha untuk memeroleh

kekuatan dalam penggunaannya. Ia juga mendukung penggunaan kode aktif seperti frasa

kalimat berbasis gerund seperti recasting life. Selain itu bagi Charmaz sebuah prosedur teori

dasar tidak mengurangi peran seorang peneliti dalam sebuah proses. Para peneliti membuat

keputusan mengenai kategori melalui proses, membawa pertanyaan-pertanyaa yang diajukan

terhadap data dan mengembangkan nilai-nilai individu, pengalaman dan prioritas. Sejumlah

Page 7: Grounded Theory

7

kesimpulan yang dibangun oleh ahli teori dasar menurut Charmaz (2005) antara lain sugesti,

ketidaksempurnaan dan tidak meyakinkan.

Prosedur Pelaksanaan Penelitian Teori Dasar

Meski pendekatan interpretif Charmaz memiliki banyak elemen menarik (misalnya

reflektifitas, menjadi fleksibel dalam struktur, seperti didiskusikan dalam bab 2), penulis

menyandarkan pada pandangan Strauss dan Corbin (1990, 1998) untuk menggambarkan

prosedur teori dasar karena pendekatan sistematik mereka membantu para individu

mempelajari tentang dan menerapkan penelitian teori dasar.

- Para peneliti perlu memulai dengan menentukan jika teori dasar adalah sangat cocok

untuk studi permasalahan penelitiannya. Teori dasar merupakan sebuah disain bagus

untuk digunakan ketika sebuah teori tidak tersedia untuk menjelaskan sebuah proses.

Literatur mungkin memiliki ketersediaan model tetapi ia dibangun dan diuji pada

populasi dan sampel lain daripada hal tersebut merupakan kecendrungan terhadap

peneliti kualitatif. Juga teori tersebut mungkin wujud namun ia tidak sempurna karena

ia tidak diarahkan secara potensial memiliki variabel bernilai kecendrungan untuk para

peneliti. Pada sisi praktis, sebuah teori mungkin perlu dijelaskan bagaimana orang

mengalami sebuah fenomena/gejala dan teori dasar dibangun oleh para peneliti yang

akan menyediakan sejumlah kerangka kerja umum.

- Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan penyelidik terhadap partisipan akan

fokus dalam memahami bagaimana individu mengalami proses dan mengidentifiikasi

langkah-langkah dalam proses (apa itu proses? Bagaimana hal itu terungkap?) setelah

awalnya mengemukakan permasalahan-permasalahan ini, para peneliti kemudian

kembali kepada partisipan dan mengajukan pertanyaan lebih rinci yang membantu

untuk membentuk fase pengkodean poros, pertanyaan seperti: apa titik pusat proses?

(fenomena inti). Pengaruh dan dampak apa yang terjadi pada fenomena ini? (kondisi

Page 8: Grounded Theory

8

penyebab); strategi apa yang disertakan selama proses berlangsung? (strategi); apa

efek yang terjadi? (konsekuensi)

- Pertanyaan-pertanyaan ini secara khusus diajukan dalam wawancara meskipun bentuk

data lain juga dikumpulkan seperti pengamatan, dokumentasi dan bahan-bahan

audiovisual. Titik poinya adalah mengumpulkan informasi yang cukup untuk secara

penuh membangun (kejenuhan) sebuah model. Hal ini mungkin mencakup 20 hingga

30 wawancara atau 50 hingga 60 wawancara.

- Analisis data berjalan dalam tahapan-tahapan. Dalam pengkodean terbuka, para

peneliti membentuk kategori informasi mengenai fenomena yang sedang dipelajari

oleh segmentasi informasi. Dalam setiap kategori, para investigator menemukan

sejumlah properti (sifat) atau subkategori dan mencari data untuk mengukur atau

menunjukkan kemungkinan-kemungkinan ekstrim dalam sebuah kesinambungan

properti (sifat).

- Dalam pengkodean poros, para investigator mengumpulkan dalam banyak cara setelah

pengkodean terbuka. Penyajian ini menggunakan sebuah paradigma pengkodean atau

diagram logis (misalnya, model visual) dimana para peneliti mengidentifikasi sebuah

fenomena pusat (misalnya kategori pusat mengenai fenomena), menyelidiki kondisi-

kondisi penyebab (misalnya pengelompokan kondisi-kondisi yang memengaruhi

fenomena), strategi khusus (misalnya tindakan atau interaksi yang merupakan hasil

dari fenomena pusat) mengenali konteks dan mengintervensi kondisi-kondisi

(misalnya, kondisi luas dan sempit yang memengaruhi strategi itu) dan menjelaskan

konsekuensi-konsekuensi (misalnya hasil dari strategi) untuk fenomena ini.

- Dalam pengkodean selektif, para peneliti mungkin menulis sebuah garis cerita yang

menghubungkan kategori-kategori. Secara pilihan, proposisi atau hipotesis secara

khusus menyatakan prediksi keterkaitan

Page 9: Grounded Theory

9

- Akhirnya, para peneliti mungkin mengembangkan dan melukiskan secara visual

sebuah matrik kondisi yang menguraikan aspek sosial, sejarah dan kondisi yang

memengaruhi fenomena pusat. Ia merupakan sebuah langkah pilihan dan sebuah hal

dimana penyelidik kualitatif berfikir tentang model dari perspektif terkecil sampai

terluas.

- Hasil dari proses pengumpulan data da analisis ini adalah sebuah teori, teori tingkat

subtansi, diitulis oleh para peneliti dekat dengansebuah permaslahan khusus atau

populasi masyarakat. Teori muncul dengan bantuan dari proses pememoan, sebuah

proses dimana para peneliti menulis gagasan tentang pengembangan teori melalui

sebuah proses terbuka, poros dan pengkodean selektif. Teori tingkat subtansi mungkin

diuji mengikuti verifikasi empiriknya dengan data kuantitatif untuk membatasi jika ia

dapat diterapkan ke populasi dan sampel (lihat prosedur disain metode campuran,

Cresswell dan Plano Clark, 2007), secara alternatif, studi mungkin berakhir pada poin

ini dengan penerapan sebuah teori sebagai tujuan penelitian.

Tantangan-Tantangan

Sebuah studi teori dasar menantang para peneliti untuk menyertakan alasan-alasan. Para

investigator perlu mengatur kesamping, sebanyak mungkin, gagasan-gagasan teoritis atau

pikiran dengan demikian analitis teori subtantif dapat muncul. Meskipun mengembang, sifat

alami induksi dari bentuk penyelidikan kualitatif ini, para peneliti harus menyadari bahwa ini

adalah sebuah pendekatan sistematis terhadapa penelitian dengan langkah-langkah khusus

dalam analisis data, bila dilihat dari perspektif pendekatan dari Strauss dan Corbin (1990).

Para peneliti menghadapi kesulitan penentuan ketika kategori-kategori mengalami kejenuhan

atau ketika sebuah teori telah rinci secara memadai. Sebuah strategi yang mungkin dapat

digunakan untuk bergerak ke arah kejenuhan adalah menggunakan sampel diskriminasi,

dimana para peneliti mengumpulkan informasi tambahan dari para individu, mirip dengan

Page 10: Grounded Theory

10

orang yang awalnya diwawancarai untuk menentukan jika sebuah teori memegang kebenaran

bagi para partispan ini. Para peneliti perlu menyadari bahwa hasil utama dari studi ini adalah

sebuah teori dengan komponen khusus; sebuah fenomena pusat, kondisi penyebab, strategi,

kondisi, konteks dan konsekuensi. Semua ini memastikan kategori informasi dalam teori,

dengan demikian pendekatan Strauss dan Corbin (1990, 1998) mungkin tidak memiliki

fleksibilitas yang diingini sejumlah peneliti kualitatif. Dalam kasus ini, pendekatan Charmaz

(2006), yang kurang terstruktur dan lebih mudah diadaptasi mungkin dapat digunakan.

Bacaan Pengaya

Terdapat sejumlah bacaan yang dapat memperluas ulasan singkat dari masing-masing kelima

pendekatan penyelidikan ini. Pada bab 1, penulis telah menyajikan buku-buku utama yang

akan digunakan untuk memahami diskusi tentang setiap pendekatan. Di sini penulis

menyediakan daftar yang lebih melimpah terkait rujukan yang juga menyertakan kegiatan-

kegiatan-kegiatan utama.

Dalam penelitian narasi, penulis akan mendasarkan pada karya Denzin (1989a,

1989b), Czarniawska (2004), dan khususnya karya Clandinin dan Conelly (2000). Penulis

juga menambahkan dalam daftar buku ini tentang sejarah hidup (angrosino, 1989a), metode-

metode humanistik (Plummer, 1983), dan sebuah buku pegangan yang komprehensif dalam

penelitian narasi (Clandidnin, 2006).

Angrosino, M.F. (1989a). Documents of interaction: Biography, and life history in social science perspective. Gainesville: university of Florida Press

Clandinin, D,J., dan Conelly (Ed). (2006). Handbook of narrative inquiry; Mapping a methodology. Thousand Oaks, CA: Sage.

Clandinin, D,J., dan Conelly, F.M. (2000). Narrative inquiry: Experience and story in qualitative research. San Fransisco: Josey-Bass

Czarniawska, B. (2004). Narrative in social science research, London: Sage

Denzin, N.K. (1989a). Interpretive biography. Newburry Park, CA: Sage

Page 11: Grounded Theory

11

Denzin, N.K. (1989b). Interpretive interactionism. Newburry Park, CA: Sage

Elliot, J. (2005). Using narrative in social research: Qualitative and quantitative approaches. London: Sage

Plummer, K. (1983). Documents of life: An introduction to the problems and litarature of a humanistic method. London: George Allen & Unwin

Untuk fenomenologi, buku-buku mengenai metode penelitian fenomenologi oleh Moustakas

(1994) dan sebuah pendekatan hermenetik oleh Van Mannen (1990) akan menyediakan

sebuah landasan bab-bab selanjutnya. Panduan prosedural lain untuk penyelidikan meliputi

Giorgi (1985), Polkinghorne (1989), Van Kaam (1966), Colaizzi (1978), Spiegelberg (1982),

Dukes (1984), Oiler (1986) dan Tesch (1990). Untuk perbedaan-perbedaan mendasar antar

hermenetik dan empiris atau fenomenologi transendental, lihat Lopez dan Willis (2004) dan

untuk sebuah diskusi tentang permasalahan lebih spesifik dan mendalam, lihat LeVasseur

(2003). Sebagai tambahan, untuk mengkaji lebih mendalam landasan yang kuat dalam

(memahami bahwa) asumsi filosofis itu penting dan seseorang mungkin akan memeriksa

karya Husserl (1931, 1970), Marleau-Ponty (1962), Natanson (1973), dan Stewart dan

Mickunas (1990) untuk latar belakang ini.

Colaizzi, P.F. (1978). Psychological research as the phenomenologist views it. In R. Vaile & M. King (Eds), Existential phenomenological alternatives for psychology (pp. 48-71). New York: Oxford University Press.

Dukes, S. (1984). Phenomenological methodology in the human sciences, Journal of Religion and Health, 23, 197-203.

Giorgi, A. (Ed). (1985). Phenomenology and psychological research. Pitsburgh, PA: Duquesne University Press.

Husserl, E. (1931). Ideas: General introduction to pure phenomenology (D. Carr, Trans). Evanston, IL: Northwestern University Press

Husserl, E. (1970). The crisis of European sciences and transcendental phenomenology (D. Carr, Trans). Evanston, IL: Northwestern University Press

LeVasseur, J.J. (2003). The problem with bracketing in phenomenology. Qualitative Health Reaserch, 31 (2), 408-420

Page 12: Grounded Theory

12

Lopez, K. A, & Willis, D. G. (2004). Descriptive versus interpretive phenomenology: Their contribution to nursing knowledge. Qualitative Health Research, 14 (5), 726-735.

Merleau-Ponty, M. (1962). Phenomenology of perception (C. Smith, Trans). London: Routledge & Kegan Paul.

Moustakas, C. (1994). Phenomenological research methods. Thousand Oaks, AC: Sage.

Natanson, M. (Wd). (1973). Phenomenology and the social sciences. Evanston, IL: Northewstern University Press

Oiler, C. J. (1986). Phenomenology: The method. In P. L. Munhall & C. J. Oiler (Eds)., Nursing reaserch: A qualitative perspective (pp. 69-82). Norwalk, CT: Appleton-Cemtury-Crofts.

Polkinghorne, D.E. (1989). Phenomenological research methods. In R. S. Valle & S. Halling (Eds.), Existential-phenomenological perspectives in psychology )pp. 41-60). New York: Plenum.

Spiegelberg, H. (1982). The phenomenological movement (3rd ed). The Hague, Netherlands: Martinus Nijhoff

Stewart, D., & Mickunas, A. (1990). Exploring phenomenology: A guide to the field and its literature (2nd wd). Athens: Ohio University Press

Tesch, R. (1990). Qualitative research: Analysis types and software tools. Bristol, PA: Falmer PressVan Kaam, M. (1966). Existential foundations of psychology. Pitsburgh, PA: Dusquesne University Press

Van Mannen, M. (1990). Researching lived experiences: Human sciences for an action sensitive pedagogy. Albany: State University of New York Press.

Dalam penelitian teori dasar, periksa buku karya Strauss dan Corbin (1990) yang sangat

dianjurkan sebelum meninjau karyanya yang lain Glaser dan Strauss (1967), Glaser (1978),

Strauss (1978), Glaser (1992), atau edisi terbaru karya Strauss dan Corbin (1998). Apa yang

tersedia pada buku karya Strauss dan Corbin (1998) yang penulis yakin (memiliki) sebuah

panduan prosedural terbaik daripada buku karya mereka yang diterbitkan pada tahun 1998.

Untuk ulasan metodologi yang gamblang mengenai teori dasar, periksa karya Charmaz

(1983), Strauss dan Corbin (1994) dan Chenitz dan Swanson (1986). Khususnya karya yang

sangat membantu, yaitu buku-buku Charmaz (2006) mengenai penelitian teori dasar ditinjau

dari perspektif kontruksionis dan perspektif postmodern dalam karya Clarke’s (2005).

Page 13: Grounded Theory

13

Charmaz,K. (1983). The grounded theory method: An explication and interpretation. In R. Emerson (Ed), Contemporary field research (hlm. 109-126). Boston: Little, Brown

Charmaz, K. (2006). Constructing grounded theory. London: Sage.

Chenitz, W. C, & Swanson, J. M. (1986). From practice to grounded theory: Qualitative research in nursing. Menlo Park, CA: Addison-Wesley.

Clarke, A. E. (2005). Situational analysis: Grounded theory after the postmodern turn. Thousand Oaks, CA: Sage

Glaser, B. G. (1978). Theoretical sensitivity. Mill Valley, CA: Sosiology Press

Glaser, B.G. (1992). Basics of grounded theory analysis. Mill Valley, CA: Sosiology Press

Glaser, B.G., & Strauss, A. (1967). The discovery of grounded theory. Chicago: Aldine.

Strauss, A. (1987). Qualitative analysis for social scientists. New York: Cambridge University Press

Strauss, A., & Corbin, J. (1990). Basics of qualitative research: Grounded theory procedures and techniques. Newbury Park, CA: Sage

Strauss, A., & Corbin, J. (1994). Grounded theory methodology: An overview. In N. K. Denzin & Y. S. Lincoln (Eds), Handbook of Qualitative research (hlm. 273-285). Thousand Oaks, CA: Sage.

Strauss, A., & Corbin, J. (1998). Basics of qualitative research: Grounded theory procedures and techniques (2nd ed.). Newbury Park, CA: Sage

Sejumlah buku-buku terkini yang membahas tentang etnografi akan menyediakan landasan

bagi bab-bab berikutnya: Atkinson, Coffey dan Delamont (2003); volume pertama dalam

rangkaian sarana para etnografi, Disain dan Pelaksanaan Penelitian Etnografi, sama baiknya

dengan enam volume lainnya dalam rangkaian karya LeCompte dan Schensul (1999); dan

Wolcott (1994b, 1999). Sumber lain tentang etnografi termasuk Spradley (1979, 1980),

Fetterman (1998), dan Madison (2005).

Atkinson, P., Coffey, A., & Delamont, S. (2003). Key themes in qualitative research: Continuities and changes. Walnut Creek, CA: Alta Mira

Fetterman, D. M. (1998). Ethnography: step by step (2nd ed). Thousand Oaks, CA: Sage

Page 14: Grounded Theory

14

LeCompte, M. D., & Schensul, J.J. (1999). Designing and conducting ethnographic research (Ethnographer’s toolkit, Vol. 1). Walnut Creek, CA: Alta Mira

Madison, D. S. (2005). Critical ethnography: Method, ethics, and performance. Thousand Oaks, CA: Sage.

Spradley, J. P. (1980). Participant Observation. New York: Holt, Rinchart & Winston.

Wolcott, H. F. (1994b). Transforming qualitative data: Description, analysis an interpretations. Thousand Oaks, CA: Sage

Wolcott, H. F. (1999). Ethnography: A way of seeing. Walnut Creek, CA: Alta Mira

Dan akhirnya, untuk penelitian studi kasus, silahkan merujuk pada karya Stake (1995) atau

buku-buku terkini seperti karya Lincoln dan Guba (1985), Merriam (1988), dan Yin (2003).

Lincoln, Y. S., & Guba, E. G. (1985). Naturalistic inquiry. Beverly Hills, CA: Sage.

Merriam, S. (1988). Case study research in education: A qualitative approach. San Fransisco: Jossey- Bass

Stake, R. (1995). The art of case study research. Thousand Oaks, CA: Sage

Yin, R. K. (2003). Case study Research: design and method (3rd ed). Thousand Oaks, CA.

Sage.