Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

82

description

Jurnal Grenek Prodi Seni Musik FBS Unimed mengetengahkan beberapa masalah aktual yang penting dibicarakan, setidaknya bagi civitas Universitas Negeri Medan. Artikel yang dimuat membicarakan perihal budaya musik dan pembelajaran seni musik terkait dengan masalah kreasi, apresiasi, pendidikan musik, pertunjukan musik dan penciptaan musik.

Transcript of Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

Page 1: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

GrenekJurnal Program Studi Pendidikan Seni Musik

Fakultas Bahasa Dan SeniUniversitas Negeri Medan

VOL II, No.2 Juli 2012

Page 2: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI (FBS)

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED) Jl. Willem Iskandar, Pasar V Kotak Pos No 1589, Medan 20221 telp. (061) 6614002-661

HP. 08526111693 e-mail: [email protected]

EDITORIAL Jurnal Grenek Program Studi Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan mengetengahkan beberapa masalah aktual yang penting dibicarakan, setidaknya bagi civitas Universitas Negeri Medan. Artikel yang dimuat membicarakan perihal budaya musik dan pembelajaran seni musik terkait dengan masalah kreasi, apresiasi, pendidikan msuik, pertunjukan musik dan penciptaan musik. Lebih Jelasnya pada artikel Milana Agustina Nasution menjelaskan tentang “Kesenian Didong Alo dan Didong Tepok pada Acara Pesta Perkawinan Juelen Di Gayo Lues”, Eris Masuhika Br Tarigan menjelaskan tentang “Ansambel Musik Karo dalam Upacara Pengobatan Caburken Bulung”, Febi Andreas Manik menjelaskan tentang “Keberadaan Musik Tradisional Simalungun dalam Pesta Marsombuh Sihol di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun”, Putri Octavia Sinulingga menjelaskan tentang “Analisis Lagu The Majesty And Glory Of Your Name Karya Tom Fettke Studi Kasus (Crescendo Studio Choir)”, Juliana Pangaribuan menjelaskan tentang “Analisis Teknik Bermain Drum Set pada Lagu Raja Pemenang Karya True Worshippers di GMI Anugerah Medan”, Purnama Barita Uli menjelaskan tentang “Identifikasi Permainan Lagu Pengamen Jalanan di Kota Medan”, Tri Angel menjelaskan tentang”Identifikasi Ritme dan Melodi dalam Tarian Kuda Lumping di Marendal”, Antony Lavinci menjelaskan tentang “Karya-Karya Yosefh Tatarang Sebagai Arranger Acapella Di Sumatera Utara”, Rici Gusnita menjelaskan tentang “Keberadaan Ansambel Musik Campuran pada Vokal Grup Remaja di Gereja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan”, Febi Andreas Manik menjelaskan tentang “Keberadaan Musik Tradisional Simalungun dalam Pestamarsombuh Sihol di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun” Yudha Fahlevi Amri menjelaskan tentang “Keberadaan Orkes Melayu Mawardah di Galang”. Semoga terbitan ini memberikan kontribusi serta pemahaman dalam menanggapi wacana seni musik yang menjadi masalah, khususnya yang terkait dengan topik yang disajikan.

Medan, Juli 2012

Redaktur

Page 3: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

JURNAL PENDIDIKAN SENI MUSIK FBS-UNIMED

VOL I, No. 2 Juli 2012

Terbit Empat Kali Setahun April, Juli, Oktober, Januari

PENAS EHAT Rektor Unimed

PEMIMPIN UMUM

Dekan FBS Unimed

PEMIMPIN REDAKS I Ka. Prodi. Pend. Seni Musik

WAKIL PEMIMPIN REDAKS I

Uyuni Widiastuti, M.Pd

SEKRETARIS REDAKS I Herna Hirza, M.Sn

PENYUNTING AHLI

Prof. Dr. Khairil Ansari Umri, M.Pd (Universitas Negeri Medan)

Pulumun Ginting, M.Sn (Universitas Negeri Medan)

Theodora Sinaga, M.Pd (Universitas Negeri Medan)

Pita H.D. Silitonga, M.Pd (Universitas Negeri Medan)

REDAKTUR PELAKS ANA

Panji Suroso, M.Si Mukhlis Hasbullah, M.Sn

Ridho Sudrajat Aqsa Mulya

SEKRETARIAT

Danny Ivanno Ritonga, M.Pd Herna Hirza, M.Sn

DISTRIBUTOR

Muhammad Yusuf Suharyanto

DAFTAR IS I

Editorial Milana Agustina Nasution Kesenian Didong Alo dan Didong Tepok pada Acara Pesta Perkawinan Juelen Di Gayo Lues..........................................1-8 Eris Masuhika Br Tarigan Ansambel Musik Karo dalam Upacara Pengobatan Caburken Bulung...................................................................................9-14 Febi Andreas Manik Keberadaan Musik Tradisional Simalungun dalam Pesta Marsombuh Sihol di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.........................................................................15-19 Putri Octavia Sinulingga Analisis Lagu “The Majesty And Glory Of Your Name” Karya Tom Fettke Studi Kasus (Crescendo Studio Choir)...................................................................................20-26 Juliana Pangaribuan Analisis Teknik Bermain Drum Set pada Lagu Raja Pemenang Karya True Worshippers di GMI Anugerah Medan..................................................................................27-32 Purnama Barita Uli Identifikasi Permainan Lagu Pengamen Jalanan di Kota Medan..................................................................................33-41 Tri Angel Identifikasi Ritme dan Melodi dalam Tarian Kuda Lumping di Marendal.............................................................................42-48 Antony Lavinci Karya-Karya Yosefh Tatarang Sebagai Arranger Acapella Di Sumatera Utara...................................................................49-55 Rici Gusnita Keberadaan Ansambel Musik Campuran pada Vokal Grup Remaja di Gereja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan..................................................................................56-62 Febi Andreas Manik Keberadaan Musik Tradisional Simalungun dalam Pestamarsombuh Sihol di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.........................................................................63-67 Yudha Fah levi Amri Keberadaan Orkes Melayu Mawardah di Galang.............68-73 Berny M Purba Pembelajaran Musik Pada Anak Usia Tiga Sampai Enam Tahun Di Kelompok Musik Bermain Era Musika............74-79

Page 4: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

1

KESENIAN DIDONG ALO DAN DIDONG TEPOK PADA ACARA PESTA PERKAWINAN JUELEN DI GAYO LUES

Milana Agustina Nasution 061222510053

Abstrak

Pada awalnya kesenian Didong berfungsi sebagai penyebaran agama Islam lewat syair- syair nasehat agama. Kesenian Didong Alo berperan sebagai penunjuk jalan dan penyambutan tamu pada perkawinan juelen.Didong tepok hanyalah sebagai hiburan yang dilaksanakn pada malam hari sampai pagi.Musik yang digunakan dari kedua Didong ini sangatlah sederhara yaitu seperti vokal, tepukan tangan dan bantal kecil. Proses pertunjukan Didong Alo dilakukan dengan beberapa tahap yakni diawali dengan persiapan untuk menyambut tamu dari pihak mempelai laki –laki. Kemudian, para pedidong menyambar tamu seperti burung yang mengepakkan sayapnya, sedangkan didong tepok dilakukan dengan membentuk lingkaran lalu mulailah ritme yang bervariasi dan para ceh mendendangkan syair didongnya.

Kata Kunci: Didong Alo; Didong Tepok; Pesta perkawinan Juelen PENDAHULUAN

Setiap suku - suku yang ada diseluruh Indonesia memiliki ciri khas tersendiri baik didalam adat - istiadat, kesenian dan bahasanya. Keberagaman seni budaya ini tidak hanya tejadi antara satu pulau dengan pulau yang lain tetapi juga terjadi antara daerah yang satu dengan daerah yang lain di dalam satu pulau.

Kata didong, berasal dari bahasa Gayo, yaitu dari akar kata dik dan dong.Dik artinya menghentakkan kaki ke papan yang berbunyi dik-dik-dik. Kemudian Dong, artinya berhenti ditempat, tidak berpindah. Jadi kata Didong dapat diartikan bergerak (menghentakkan kaki) ditempat untuk mengharapkan bunyi dik-dik-dik.Bunyi dik-dik-dik selalu digunakan untuk menyelingi persembahan Didong.

Pada awalnya didong digunakan sebagai sarana bagi penyebaran agama Islam melalui media syair. Para seniman didong tidak semata - mata menyampaikan tutur kepada penonton yang dibalut dengan estetika, melainkan didalamnya bertujuan agar masyarakat pendengarnya dapat memaknai hidup sesuai dengan realitas akan kehidupan para nabi dan tokoh dalam Islam. Seiring perkembangannya, didong tidak hanya ditampilkan pada hari - hari besar agama Islam, melainkan juga dalam upacara-upacara adat seperti perkawinan, khitanan, mendirikan rumah, panen raya, pesta rakyat, penyambutan tamu dan sebagainya.

Page 5: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

2

Menurut sejarahnya suku Gayo barasal dari India yang pada mulanya mendiami pantai Timur dan Utara Aceh. Gayo juga terbagi menjadi dua yaitu Gayo Lues dan Gayo Takengon atau Aceh Tengah. Di Gayo Lues terdapat kesenian didong yang disebut didong alo yaitu perpaduan vokal dan tarian dimana kesenian ini berperan sebangai penyambutan tamu didong alo dimainkan pada posisi berdiri.Sedangkan di Gayo Takengon terdapat kesenian didong tepok yaitu melantunkan syair-syair berbahasa Gayo dengan suara merdu sambil menabuh gendang yang terbuat dari bantal kecil dan tepukan tangan yang bervariasi dengan posisi duduk melingkar.

Didong, satu kesenian Gayo yang memiliki social intres tinggi, artinya suatu unsur kebudayaan yang amat digemari sehingga banyak unsur-unsur lain dalam masyarakat ikut terdorong karenanya. Sebuah seni perpaduan antara sastra, seni suara, dan seni tari yang digelar dalam satu sistem bertanding (folk games), selain itu kesenian didong juga kerap dipentaskan dalam mengisi acara perkawinan, khitanan, menyambut bulan suci ramdhan, memperingati hari - hari besar islam dan lainnya. Secara peformen estetik didong adalah perpaduan yang kompak antara seni gerak dan sintak ( lagu ), teater/pelakonan peran serta syair – syair yang mengandung pengetahuan dan nilai - nilai yang tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, dalam hal ini penulis mengangkat judul penelitian “Kesenian Didong Alo dan Didong Tepok pada Acara Pesta Perkawinan Juelen di Gayo Lues”. ISI

Masyarakat Gayo banyak memilki kesenian diantaranya kesenian didong.Didong sangat berperan dalam masyarakat Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues.khususnya didong alo dan didong tepok.

Didong alo adalah perpaduan vokal dan tarian.Didong alo selalu dipersembahkan pada waktu penyambutan tamu, seperti tamu yang diundang dalam pesta tari saman.Sedangkan didong tepok adalah melantunkan syair - syair berbahasa Gayo dengan suara merdu, sambil menabuh bantal dan bertepuk tangan secara bervariasi.Didong ini dibilang didong tepok karena instrument yang digunakan adalah bantal dan tepukan tangan sambil bernyanyi bantal ditepuk - tepuk dengan tangan serta membuat gerakan - gerakan tertentu.Kesenian didong tepok ini adalah sebagai hiburan atau sebagai sindiran bagi para tamu agung yang datang.

Kedua Didong ini sangat berperan dalam mengembangkan kesenian didong pada masyarakat Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues.Selain itu, didongjuga berfungsi sebagai penyebaran agama Islam, media komunikasi, sebagai media pembelajaran bagi generasi mudanya agar kesenian didong ini tidak punah.

A. Sejarah Didong

Salah satu penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara berkesenian, seperti didong. Yang membawa kesenian didong pertama kali adalah Abdul Kadir To`et pada masa kerajaan raja Reje Linge XIII. Dalam didong, sejak awal sampai saat ini nafas dan nuansa ke islaman tetap bertahan.Bahkan didong merupakan

Page 6: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

3

media dakwah untuk menyampaikan dan menyebarkan pesan keagamaan kepada masyarakat di samping menyampaikan pesan budaya suku Gayo itu sendiri.

Dalam didong ada nilai-nilai religius, nilai-nilai keindahan, nilai-nilai kebersamaan dan lain sebagainya.Jadi, dalam ber-didong para ceh tidak hanya dituntut untuk mampu mengenal cerita-cerita religius tetapi juga bersyair, memiliki suara yang merdu serta berperilaku baik.

Didong waktu itu selalu dipentaskan pada hari-hari besar agama Islam tetapi seiring perkembangan zaman didong mulai dipentaskan untuk pesta perkawinan, khitanan, pesta panen dan lainnya.Didong dibagi beberapa jenis seperti didong alo, Didong tepok, didong Gayo dan laennya.Disini saya membahas didong alo dan didong tepok. B. Didong Alo

Didong alo adalah salah satu kesenian di Gayo Lues.Dimana didong alo merupakan kesenian di Gayo Lues yang terjadi pada masa kerajaan gajah putih.Gajah putih merupakan penjelmaan dari seorang sahabat yang sudah meninggal dunia.Ketika gajah putih dibawa ke istana raja Aceh, gajah putih tidak mau berjalan dan melawan.Gajah putih menghentakkan kakinya sehingga menimbulkan bunyi dik-dik-dik.Orang-orang yang melihat gajah putih melawan, ikut membantu mengusir supaya gajah putih mau berjalan.Kaum lelaki berusaha mengusir sambil menggerakkan atau mengayunkan tangan supaya gajah putih mau berjalan.

Gerakan tangan para lelaki yang ikut mengusir gajah putih selalu diulang-ulangi sehingga menjadi tradisi dan kebiasaan para pemuda pada waktu itu dan ditirukan oleh Syeh Saman pada saat menyebarkan agama Islam. Kemudian gerakan gajah putih yang menghentak-hentakan kakinya ketanah menimbulkan bunyi dik-dik-dik, selalu ditirukan oleh orang yang melihat kejadian tersebut.Akhirnya kebiasaan tersebut dilaksanakan dan digunakan pada saat merasa gembira atau pada saat menyampaikan pesan dan nasihat kepada anak, teman, masyarakat atau kepada siapa saja.Didong alo ini melantunkan syair dan perpaduan vocal dan tarian yang dilakukan dengan sikap berdiri. Pemain Didong Alo selalu lebih kurang berjumlah ganjil, yaitu dari pihak tuan rumah tujuh orang, dari pihak tamu tujuh orang.

Persembahan dilakukan berbaris sambil berlari dan berbentuk lingkaran arah ke kiri atau ke kanan, begitu juga dari pihak tamu yang mengikuti tuan rumah. Didong alo bukanlah untuk pertunjukkan, akan tetapi untuk menyambut tamu. Dimana alo yang artinya adalah menyambut tamu dan sebagai penunjuk jalan.

C. Didong Tepok

Didong tepok diciptakan pada saat pemerintahan Soeharto dimana didong tepok ini mengkritik masa pemerintahannya. Didong tepok melantunkan syair - syair berbahasa Gayo dengan suara merdu, sambil menepokkan bantal dan bertepuk tangan secara bervariasi. Sebelumnya kesenian didong tepok hanya dilakukan dengan menggunakan vokal dan tangan tanpa mmenggunakan alat bantu lainnya, namun untuk pertama kalinya oleh Abdul Khadir To’et pada tahun

Page 7: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

4

1964 melakukan perubahan terhadap didong ini dengan menambahkan bantal sebagai pengganti tepukan tangan yang dikepal namun karena dengan pukulan dengan kepalan tangan tersebut terkadang menyakitkan dan suara yang ditimbulkan tidak terlalu nyaring maka To’et mengganti media pukulan tersebut dengan menggunakan bantal.

Didong ini dibilang didong tepok karena instrument yang digunakan adalah bantal dan tepukan tangan sambil bernyanyi bantal ditepuk -tepuk dengan tangan sebagai rythim serta membuat gerakan - gerakan tertentu.Bantal Tepok terbuat dari kain yang diisi kapas dengan ukuran 20 x 40 cm, dengan tebal 4 cm.

Didong tepok berasal dari Takengon, tetapi didong tepok ini juga sering diundang pada perkawinan juelen di Gayo lues. Didong tepok dilaksanakan pada jam sepuluh malam sampai jam lima pagi dengan menggunakan syair seperti berbalas pantun, masing - masing kelompok diberi waktu tiga puluh menit untuk melakukannya. Selain itu didong tepok disebut juga dengan didong jalu apabila pada saat pertunjukkan dipertandingkan adu syair oleh kelompok yang berbeda. Didong jalu (tepok) yaitu persembahan 2 penutur(guru didong) yang berasal dari 2 kampung yang berbeda. Setiap guru didong di dukung antara 10 sampai 20 orang pengiring(penepong). Pengiring ini berfungsi untuk menghidupkan suasana dan mengikuti bagian - bagian tertentu dari apa yang diceritakan atau didendangkan oleh guru didong.

Satu kelompok kesenian didong ini biasanya terdiri dari para “ceh” dan anggota lainnya yang disebut dengan “apip (backing vocal)”.Jumlahnya dapat mencapai 20 orang, yang terdiri atas 2 orang ceh dan sisanya adalah apip.Ceh adalah orang yang dituntut memiliki bakat yang komplit dan mempunyai kreativitas yang tinggi.Ia harus mampu menciptakan puisi-puisi dan mampu menyanyi. Penguasaan terhadap lagu- lagu juga diperlukan karena satu lagu belum tentu cocok dengan karya sastra yang berbeda.Anggota kelompok didong ini umumnya adalah laki- laki dewasa.Namun, dewasa ini ada juga yang anggotanya perempuan-perempuan dewasa. D. Peranan Didong Alo dan Didong Tepok 1. Didong Alo Menurut bapak Samsudi (wawancara 8 januari 2012)Peran didong alo dalam perkawinan juelen adalah sebagai penyambutan tamu dan penunjuk jalan bagi pihak laki- laki ketempat mempelai wanita. 2. Didong Tepok Menurut penetua adat (wawancara 8 Januari 2012) mengatakan peran didong bagi masyarakat Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues pada awalnya adalah sebagai penyebaran agama islam di kabupaten Gayo Lues. Seiring dengan perkembangan zaman Peran Didong berperan sebagai media transformasi, sebagai sarana pemertahanan Gayo Lues, sebagai media pembelajaran, dan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues. Didong tepok berperan sebagai hiburan, sebagai alat komunikasi,dan pemberi tahu asal usul keluarga dari keluarga yang menikah. Sedangkan peran didong tepok ini sendiri bagi tuan rumah adalah suatu kebanggaan menggundang pemain didong tepok karena menganggkat Strata ekonomi tuan rumah.

Page 8: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

5

E. Bentuk Penyajian Didong Alo dan Didong Tepok 1. Bentuk Penyajian Didong Alo Setiap pemain didong alo harus berjumlah ganjil, pemain didong alo biasanya menunggu dipersinggahan sebelum menjemput mempelai laki - laki kira-kira satu kilometer sampai dua puluh lima meter untuk masuk kerumah mempelai wanita. Para pemain menimbulkan permainan gerak yang mengasyikkan.Pemimpin didong alo disebut ceh, biasanya yang bernyanyi hanyalah ceh selebihnya hanya sebagai pengikut saja. 2. Bentuk Penyajian Didong Tepok Setiap pemain didong tepok memegang sebuah bantal tepok (bantal ukuran 20 x 40 cm, tebal 4 cm, dihiasi rumbai menyala).Dengan mengayunkan bantal ditangan kiri secara serempak keatas atau kedepan setiap kali menjelang tepuk tangan. Ciri khas seni vokal yang didendangkan dalam didong tepok adalah nyanyian yang berisi syair-syair Gayo yang dengan mudah menggugah perasaan, menimbulkan rasa haru, bahkan menyayat hati. F.Jenis Instrumen Musik Pada Kesenian Didong 1. Jenis instrument didong Alo a. Vokal/suara

Vokaladalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan.Vokal juga dapat diartikan sebagai suara manusia yang dikeluarkan dari rongga mulut manusia secara teratur. 1. Jenis Instrumen Didong Tepok a. Vokal/suara Vokaladalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan.Vokal juga dapat diartikan sebagai suara manusia yang dikeluarkan dari rongga mulut manusia secara teratur. b. Tepukan tangan

Tepukan tangan adalah salah satu instrument yang sangat sederhanan dalam kesenian Didong, dimana tangan dan hentakkan kaki berfungsi sebagai rytim dan tempo. Pada awalnya rytim dan temponya lambat dan lama kelamaan semakin cepat dan mempunyai variasi yang berbeda - beda. c. Bantal tepok

Bantal Tepok terbuat dari kain yang diisi kapas, dengan ukuran 20 x 40 cm, dengan tebal 4 cm yang dihiasi rumbai-rumbai. Dimana bantal itu ditepuk oleh tangan sambil bernyanyi bantal ditepuk - tepuk sebagai rythim serta membuat gerakan tertentu.

G. Keberadaan Didong Alo dan Didong Tepok

Keberadaan kesenian didong Alo dan didong tepok pada masyarakat Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues hingga kini masih ada walaupun kesenian didong alo dan didong tepok hampir saja mengalami kepunahan karena kesenian ini sudah jarang digunakan pada acara-acara formal.

Page 9: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

6

H. Proses Pertunjukan Didong 1. Didong Alo

a. Pemain dipersiapkan dengan jumalh ganjil, dari tuan rumah 7 dan dari tamu tujuh dan dipimpin oleh ceh (guru didong).

b. Tamu disambut sejauh satu kilometer -25 meter atau disesuaikan dengan keadaan tempat.

c. Persembahan dilakukan berbaris sambil berlari berbentuk lingkaran ke arah kiri atau kanan seperti burung terbang.

d. Persembahan dimulai tuan rumah, mengucapkan selamat datang, dan permohonan maaf.

e. Pihak tamu mengucapkan terima kasih atas undangan dan penyambutan.

f. Diakhiri dengan bersalam-salaman.

2. Didong Tepok Didong tepok ini dilakukan dari malam sampai menjelang adzan subuh.

Sebelum Pertunjukkan didong tepok dimulai, terlebih dahulu dipersiapkan pemain yang terdiri dari ceh, penepok tangan, dan penepok bantal.

Didong tepok dipimpin oleh ceh dan di ikuti leh apip ( backing vocal ) dan bantal kecil sebagai alat duduk untuk memulainya ceh memulai lantunan syair yang berisi sastra tentang silsihah keluarga pada pesta perkawinan lalu apip mengikutinya. Ceh dan apip selain menyanyi mereka juga mengunakan instrument yang sangat sederhana tangan, hentakkan kaki dan bantal kecil.Dimana, bantal kecil dipukul dengan tangan yang menjdi rythim.Sedangkan hentakkan kaki adalah tempo yang pada awalnya lambat dan berubah menjadi cepat monoton tanpa variasi.Didong tepok ini diakhiri pada menjelang masuknya adzan subuh.

3. Tanggapan Masyarakat Gayo Terhadap Kesenian Didong Alo dan Didonng Tepok Masyarakat Gayo memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, walau pada saat ini mulai mengalami pergeseran akibat dari pengaruh budaya luar, tetapi masih ada sebagian masyarakat Gayo yang mempertahankan kebudayaannya sendiri. Masyarakat di Gayo Lues menanggapi secara positif dan merasa suatu keharusan untuk mempertahankan kesenian ini karena kesenian didong alo dan didong tepok merupakan warisan leluhur khususnya dalam penyebaran agama Islam. PENUTUP

Kesenian didong dibawa oleh Abdul Kadir To`et pada masa kerajaan Raja Reje Linge XIII, pada awalnya kesenian didong ini digunakan untuk menyebarkan agama islam dengan mempertunjukkan didong pada hari - hari besar islam. Namun sekarang kesenian didong digunakan sebagai hiburan semata yang dipertunjukan dalam acara hajatan penyambutan tamu, pesta perkawinan, sunat rasul dan lainnya. Jenis instrumen yang digunakan pada kesenian didong alo dan

Page 10: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

7

didong tepok sangatlah sederhana yakni vokal, tanganmenjadi rythim dan hentakkan kaki menjadi tempo. Selain itu ada juga bantal kecil yang dipukul dengan tangan. Keberadaan kesenian didong alo dan didong tepok pada masyarakat Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues hingga kini masih ada walaupun hampir mengalami kepunahan. Kesenian didong alo dan didong tepok mempunyai perbedaan dan persamaan, di mana perbedaannya yaitu didong tepok dilakukan dalam posisi duduk dan membentuk lingkaran, dan menggunakan tepokkan tangan dan bantal kecil sebagai instrumen musiknya. Didong tepok dilakukan jam 10 malam sampai jam 5 pagi, didong tepok di tampilkan lanyaknya ensambel. Sedangkan didong alo dilakukan berdiri dan menggunakan kain kerawang sebagai ules atau selimut dimana kain ini seperti sayap burung untuk diayunkan oleh tangan layaknya burung yang sedang terbang, didong alo dilakukan untuk penyambutan tamu. Kesenian didong alo dan didong tepok juga mempunyai persamaan yang mana persamaannya adalah sama-sama bersyair yang isinya tentang nasihat-nasihat, kisah-kisah sejarah gayo lues, dan kisah hidup manusia dalam bahasa Gayo. Peran didong alo dan didong tepok bagi masyarakat Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues pada awalnya adalah sebagai penyebaran agama islam di kabupaten Gayo Lues. Seiring dengan perkembangan zaman peran didong berperan sebagai media transformasi, sebagai sarana pemertahanan Gayo Lues, sebagai media pembelajaran, sebagai sarana hiburan, sebagai alat komunikasi dan sebagai Pengangkat Strata ekonomi bagi masyarakat Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues.

Kesenian didong ini perlu dilestarikan agar tidak punah dan menjadiu salah satu kesenian yang dibanggakan oleh masyarakat Gayo. Generasi muda khususnya masyarakat Gayo diharapkan terus belajar kesenian didong ini dengan sungguh – sungguh agar bisa menjadi ceh.

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2009. Apresiasi Karya Seni Musik Daerah Nusantara. Bandung: Adhi Aksara Abadi Indonesia

Carr, E. H. 1970. What Is History.Pelican Book. Esterberg, Kristin G. 2002. Qualitative Methods in Social Research. New York

:Me Grow Hill Isma Tantawi. 2011. Pilar – pilar Kebudayaan Gayo Lues. Medan : USU Press. Isma Tantawi. 2005. System Perkawinan Suku Gayo. KutaCane : Gayo Musara,

Aceh Tenggara Jamalus. 1988. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Maeryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara Marshall, Gretchen B Rossma. 1995. Designing Qualitative Research. London

Sage Publications, International educational and professional Publisher. M. J. Melalatoa. 2001. Didong Pentas Kreativitas Gayo. Jakarta : Yayasan

Asosiasi Tadisi Lisan dan yayasan Obor Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Sains Estetika dan Teknologi.

Page 11: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

8

Narbuko, Cholid. 2007, Metodologi Penelitian.Jakarta: Bumi Aksara Nickol, Peter. 2005. Membaca Notasi Musik. Jakarta: Gramedia Satori Djamaan dan Komariah Aan, 2009.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung :

Alfabeta Spradly James. 1980. Participant Observation. Winston : Holt Sugiyono. 2009. Metode penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Soeharto, M. 1992. Kamus Musik. Jakarta: Gramdedia Widyasarana

Indonesia Trisuci, 1973.Harmoni Untuk Kelas Harmoni Sekolah Musik Murni.Medan: Tensilan W. pranoto Suhartono, 2010.Teori dan Metodologi Sejarah.Yogjakarta : Graha

Ilmu http://zipoer7.wordpress.com/2009/10/04/pernikahan-adat-masyarakat-gayo-aceh/ http://www.lovegayo.com/5875/butuh-pembenahan-seni-didong-gayo- lues http://id.wikipedia.org/wiki/Didong http://diah.web44.net/?p=50:

Page 12: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

9

ANSAMBEL MUSIK KARO DALAM UPACARA PENGOBATAN CABURKEN BULUNG

Eris Masuhika Br Tarigan

Abstrak

Jurnal ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan upacara pengobatan Caburken Bulung yang dilaksanakan oleh masyarakat Karo, serta mendeskripsikan fungsi Ansambel musik Karo terhadap pelaksanaan upacara pengobatan Caburken Bulung pada masyarakat Karo. Landasan teoritis dari penelitian kualitatif ini ialah fenomenologi sedangkan yang lainnya yaitu interaksi simbolik, kebudayaan, dan etnometodologi diajadikan sebagai dasar tambahan yang melatarbelakangi secara teoritis penelitian kualitatif. Landasan teoritis yang terdapat dalam penelitian ini adalah mengenai pengertian upacara Caburken Bulung, bentuk ansambel musik Karo, fungsinya, dan bentuk penyajiannya. Peneliti melaksanakan penelitian di desa Lingga Julu, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti melakukan prosedur penentuan informan, yaitu menentukan informan yang tahu dan terlibat dalam proses peleksanaan upacara Caburken Bulung tersebut. Metode dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif kualitatif dan dengan tehnik pengumpulan data melalui wawancara, observasi lapangan, dokumentasi, dan studi kepustakaan.

Kata kunci : Ansambel Musik Karo, Upacara, Caburken Bulung

PENDAHULUAN

Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya, sebab kebudayaan ada karena adanya masyarakat pendukungnya. Kebudayaan adalah satu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama-sama oleh sebuah kelompok manusia yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi yang dipengaruhi oleh norma adat istiadat yang berlaku di dalam masyarakat itu sendiri.

Kebudayaan terbentuk dari banyak unsur, menurut Koentjaraningrat (1996: 81) isi kebudayaan manusia di dunia ini terdiri dari tujuh unsur kebudayaan yang universal yaitu; bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem ekonomi atau mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian. Musik merupakan bagian dari seni sebagaimana juga bagian dari budaya yang tidak terpisahkan dari diri manusia dimana di dalamnya terdapat ekspresi dan hasrat akan keindahan , sehingga orang dapat terhibur dan menikmatinya.

Page 13: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

10

Di sisi lain musik sebagai seni memegang peranan penting dalam kebudayaan yang ada pada upacara-upacara adat seperti, upacara religi, upacara perkawinan, upacara kematian, serta sebagai hiburan. Dalam kegiatan adat, musik merupakan bagian dari tradisi, tetapi tidak semua kegiatan adat menggunakan musik, akan tetapi ada beberapa kegiatan adat yang tidak terlepas dari elemen musik.

Upacara adat Karo, merupakan salah satu komponen religi yang melambangkan dan melaksanakan konsep-konsep dalam sistem keyakinan. Ritus atau upacara berwujud tindakan manusia dalam mencari hubungan dengan pemilik kekuatan supranatural untuk mengadakan keperluan-keperluan hidup yang tidak dapat dicapai secara naluri atau dengan kekuatan akal. Manusia menganggap lemah dirinya dalam mengahadapi pemilik kekuatan supranatural, sehingga manusia berusaha melakukan sesuatu untuk menyenangkan pemilik kekuatan supranatural tersebut melalui ritual pemujaan dan memberikan persembahan. Demikian pula dengan upacara adat pada masyarakat Karo dilakukan oleh masyarakat Karo untuk melaksanakan sistem keyakinan animisme. Upacara adat Karo berwujud aktivitas penghormatan dan pemujaan kepada roh leluhur yang dianggap memiliki kemampuan supranatural yang dapat mendatangkan kebaikan maupun malapetaka. Masyarakat Karo memiliki berbagai jenis upacara ritual -ritual yang harus dijalani selama hidupnya. Beberapa dari upacara itu tetap dipertahankan hingga saat ini, namun ada beberapa juga yang sudah jarang dilakukan atau bahkan tidak dilaksanakan lagi.

Berikut beberapa upacara ritus peralihan yang pernah dilaksanakan oleh orang Karo. Mbesur-mbusuri , Mbaba anak ku lau, (Saat ini upacara ini sudah sangat sulit untuk ditemukan.), Juma Tiga (Seminggu setelah mababa anak kulau, maka diadakanlah upacara juma tiga. Adapun cara ini dilakukan untuk pejabat-jabatken (untuk mengetahui pekerjaan si anak dikemudian hari.), Erbahan Gelar, Mereken Amak Tayangen. Upacara ini dilakukan oleh sebuah keluarga yang biasanya selama satu atau dua tahun telah dikaruniai keturunan., Ngelegi Bayang-Bayang , Ergunting (ritual memotong rambut seorang bayi, pertama sekali harus dilakukan oleh Kalimbubu (Mama) sesuai adat Karo), Erkiker, Kacipi-Kacipi, Adat Perjabun (Pernikahan), Mereken Tudung Ras Bulang, Mereken Ciken Ras Tuk-tuk (ini tidak jauh beda dengan adat mereken tudung, ras bulang-bulang, Cawir Metua. Kriteria cawir metua ini adalah bila semua anak-anak kandungnya sudah menikah dan telah memenuhi seluruh kewajiban.), Tabah Tabah Galuh, Mate Nguda, Erpangir Ku Lau, Guro Guro, Nengget, Perumah Begu, Releng Tendi, Ngampeken Tulan Tulan ( Darwan Prinst 2004).

Ada suatu upacara pengobatan pada masyarakat Karo yang menggunakan musik. Upacara ini dilakukan seperti halnya pesta perkawinan pada masyarakat Karo. Upacara ini dinamakan upacara Caburken Bulung. Upacara ini adalah perkawinan antara seorang pria dan wanita yang keduanya masih di bawah umur. Sifat perkawinan ini hanyalah simbolis saja. Adanya perkawinan ini biasanya terjadi karena salah seorang dari mereka sering sakit-sakitan, karena ada kepercayaan dalam masyarakat, seorang anak yang sering sakit-sakitan, bila telah sembuh harus dijodohkan pada anak kalimbubu (kalau anak pria), diantar ke rumah anak beru (kalau anak wanita), dengan harapan dia tidak akan sakit lagi.

Page 14: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

11

Perkawinan seperti ini tidak mutlak dilakukan setelah mereka dewasa. Istilah lain untuk perkawinan ini disebut mukul-mukul.

Dalam hal ini penulis ingin mengetahui bagaimana hubungan ansambel musik Karo dengan upacara pengobatan Caburken Bulung. Pada upacara Caburken Bulung ini dilaksanakan acara bermusik Gendang Lima Sendalanen, dimana pada acara ergendang pihak sangkep nggeluh ( suatu sistem kekeluargaan pada masyarakat Karo yang secara garis besar terdiri atas senina, anak beru dan kalimbubu ), dari pihak laki- laki dan perempuan menari bersama, dimana anak beru landek dalam bentuk penghormatan kepada kalimbubu (Darwin Prinst 2004 : 43). Hal ini adalah sebuah fenomena yang sangat menarik untuk dapat dikaji dan dianalisa sebagai suatu budaya. Penulis sangat tertarik untuk menjadikan hal ini menjadi sebuah penelitian. ISI Kata Ansambel berasal dari bahasa Perancis. Ansambel berarti suatu rombongan musik atau sandiwara. Sedangkan pengertian Ansambel menurut Istilah- istilah musik Latifah Kodijat-Marzoeki (2007: 37 ). Ansambel adalah “rombongan, permainan bersama, sekelompok musisi”. Biasanya tampil sebagai hasil kerja sama peserta di bawah pimpinan seorang pelatih. Misalnya ansambel tari dan nyanyi, ansambel recorder, ansambel gitar. Dari asal kata tersebut di atas maka dengan jelas dapat diketahui bahwa suatu rombongan menunjukkan sejumlah personal/ anggota/ banyak orang, yang menjelaskan bahwa kerja sama itu lebih dari satu orang yang mempunyai ikatan tertentu. Ansambel musik Karo Gendang lima sendalanen merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan suatu ansambel musik tradisional Karo yang terdiri dari 5 (lima) buah alat musik yaitu : (1) sarune, (2) gendang singanaki, (3) gendang singindungi, (4) penganak, dan (5) gung. Istilah gendang pada gendang lima sendalanen berarti alat musik, lima berarti lima, dan sendalanen berarti sejalan. Dengan demikian gendang lima sendalanen mengandung pengertian lima buah alat musik yang dimainkan sejalan atau secara bersama-sama. Di dalam kebudayaan musik tradisional Karo, ansambel gendang lima sendalanen merupakan ansambel musik yang paling dikenal luas. Ansambel gendang lima sendalanen ini terdiri dari tiga kata yaitu, gendang yang dalam hal ini artinya adalah ”alat musik”, lima artinya ”lima”, dan sendalanen yang artinya ”sejalan”, jadi yang dimaksud dengan gendang lima sendalanen adalah lima buah alat musik dalam suatu kelompok ansambel yang selalu dimainkan seiring sejalan dan tidak boleh terpisah . Alat-alat musik yang terdapat dalam ansambel gendang lima sedalanen, terdiri dari Sarune, Gendang Singanaki, Gendang Singindungi, Gung, dan penganak. a. Sarune .

Sarune ialah alat musik tiup yang memiliki lidah ganda. Tabung alat musik ini berbentuk konis, mirip alat musik oboe. Panjang Sarune lebih kurang 30 cm. Instrumen ini terdiri dari lima bagian alat yang dapat dipisah-pisahkan serta

Page 15: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

12

terbuat dari bahan yang berbeda pula yaitu: anak-anak sarune , tongkeh, ampang-ampang, batang sarune, gundal.

Dalam ansambel musik Karo gendang lima sedalanen, sarune berfungsi sebagai pembawa melodi utama dalam gendang Simalungun Rakyat.

b. Gendang Singanaki dan Gendang Singindungi

Gendang singanaki dan gendang singindungi merupakan dua alat musik pukul yang terbuat dari kayu pohon nangka. Pada kedua sisi alat musik yang berbentuk konis tersebut, terdapat membran yang terbuat dari kulit binatang. Sisi depan/atas atau bagian yang dipukul disebut babah gendang, sisi belakang/bawah (tidak dipukul) disebut pantil gendang.

Kedua alat musik ini memiliki ukuran yang kecil, panjangnya sekitar 44 cm, dengan diameter babah gendangnya sekitar 5 cm, sedangkan diameter pantil gendang sekitar 4 cm. keduanya memiliki kesamaan dari sisi bahan, bentuk, ukuran dan cara pembuatannya. Perbedaanya hanya pada “gendang mini” yang disebut gerantung (panjang 11,5 cm) yang diikatkan di sisi badan gendang singanaki, sedangkan pada gendang singindungi tidak ada.

Gendang Singindungi memiliki fungsi dalam ansambel musik Karo sebagai pembawa ritme, sedangkan Gendang Singanaki berfungsi sebagai variasi ritme.

c. Penganak dan Gung

Penganak dan gung memiliki persamaan dari segi konstruksi bentuk, yakni sama seperti gong yang memiliki pancu yang umumnya terdapat pada kebudayaan musik nusantara. Perbedaanya ialah dari segi ukuran atau diameter kedua alat yang demikian kontras. Gung memiliki ukuran besar, berdiameter 68,5 cm, dan penganak memiliki ukuran yang lebih kecil , yang memiliki diameter 16 cm. Gung dan penganak, memiliki fungsi yaitu sebagai pengiring dan sebagai penjaga tempo dalam ansanbel musik Karo.

d. Penyajian Ansambel Musik Karo Dalam Upacara Pengobatan Caburken

Bulung

Gendang lima sendalanen dipakai dalam upacara Caburken Bulung pada acara menari bersama. Acara menari bersama tersebut dilaksanakan oleh rakut sitelu yang merupakan suatu sisem kekerabatan/kekeluargaan yang ada pada masyarakat Karo. Acara menari bersama ini merupakan suatu perwujutan dari penghormatan pihak anak beru terhadap Kalimbubu, yaitu pihak yang sangat dihormati. Pada acara ini gendang lima sendalanen mengiringi tari dengan tempo yang lambat, dimana dalam acara menari bersama ini dilakukan sambil memberikan kata-kata petuah dan nasehat.

PENUTUP

Pelaksanaan upacara pengobatan Caburken Bulung pada masyarakat Karo bertujuan untuk menjauhkan si anak dari malapetaka ataupun menjauhkan si anak dari gangguan hal-hal gaib yang mengancam keselamatan jiwa si anak. Walaupun

Page 16: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

13

si anak sudah dinikahkan secara adat, tapi mereka tidak harus hidup selayaknya pasangan suami istri. Jenis alat musik yang digunakan dalam pelaksanaan upacara pengobatan Caburken Bulung ini ialah, Sarune, Gendang Singindungi, Gendang Singanaki, Gung dan Penganak. Fungsi ansambel musik Karo dalam upacara pengobatan Caburken Bulung ialah sebagai musik pengiring tarian pada sesi telah-telah , dimana pihak rakut sitelu memberikan kata-kata berupa ucapan berkat, seperti ucapan agar setelah upacara ini berlangsung maka sang anak tidak akan sakit-sakit lagi dan sehat untuk seterusnya. Ucapan ini diperuntukkan kepada anak dari pihak yang melaksanakan upacara Caburken Bulung ini. Dalam upacara pengobatan Caburken Bulung ini menggunakan ansambel gendang lima sendalanen dengan musik Gendang Simalungun Rakyat.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Bina Aksara. Aswita, Effi & Thamrin. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Medan: Diktat

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan. Azari, Azril. (2001). Bentuk dan Gaya Penulisan Karya Tulis Ilmiah ,Cetakan Ke

4,Jakarta: Universitas Trisakti. Brepin, Tarigan. 2011. “Ansambel Gendang Lima Sendalanen Pada Masyarakat

Karo: Studi Kasus Pembawa Trance pada Ritual Erpangir Ku Lau dalam Konteks Sosiobudaya di Lau debuk-debuk Kecamatan Berstagi Kabupaten Karo”. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

Cerah Noveli, (2010).”Penyajian Musik Tradisional Karo Pada Upacara Erpangir Ku Lau di Desa Budaya Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo”. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

Erlina Sembiring. 2009. “Upacara Nengget Pada Masyarakat Karo”. Skripsi. Medan Universitas Sumatera Utara.

Esterberg, Kristin G. 2002. Qualitative Methods in Social Research . Mc Graw Hill, New York, 2002.

Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang. Quantum Teaching. Hadi, Y. Sumandio. 2000. Seni Dalam Ritual Agama. Yogyakarta : Yayasan

Untuk Indonesia. Kamus Bahasa Bahasa Indonesia, 2005. Jakarta : Balai Pustaka. Karya, Jon. 1993. “Deskripsi Gendang Simalungun Rakyat dalam Upacara

Perkawinan Karo”. Skripsi. Medan: Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara.

Koentjaraningrat. 1977. Pengantar Antropologi II, Jakarta : Rineke Cipta. Latifah Kodijat-Marzuki. 2007. Istilah- Istilah Musik. Jakarta : Djambatan. Mardalis. 2003. Pendekatan Konsep. Jakarta : Gramedia. Marshall, Gretchen B rossma. 1995. Designing Qualitatif Research. London: Sage

Publication, International Educational and Professional Publisher. Maryaeni, 2005. Metode Penelitian Kebudayaan, Jakarta: Bumi Aksara.

Page 17: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

14

Poerwadarminta, W.J. S. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka. 00-9’ajaraka.R. Ng dan T. Hadidjaya. 1951. Kepustakaan Djawa, Jakarta : Djambatan Prinst, Darwan. 2012. Adat Karo. Medan: Bina Media Perintis Ridwan, 2010. Belajar Mudah Penelitian. Cetakan ke-6 Bandung : Alfabeta. Subagyo, B. Andreas. 2001. Pengantar Riset kuantitatif & Kualitatif. Bandung

Yayasan Kalam Hidup. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alafabeta. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Kependidikan. Jakarta. Bumi Aksara. Susan Stainback, William Stainback. 1988. Understanding & Conducting

Qualitative Research , Kendal/Hunt Publishing Company. Dubuque, Iowa. Tarigan, Perikuten.2004. “Perubahan Alat Musik Dalam Kesenian Tradisional

Karo Sumatera Utara. Denpasar”. Tesis Program Magister, Universitas Udayana.

http://id.shvoong.com/society-and-news/culture/2172781-musik-ansambel/#ixzz1e8oRxzBv http%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id http://karosiadi.blogspot.com http://sinisuka,wordpress,com http://www.tanahkaro.com/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=

Page 18: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

15

KEBERADAAN MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN DALAM PESTA MARSOMBUH SIHOL DI KECAMATAN

RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN

Febi Andreas Manik

Abstrak

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan data-data kualitatif. Objek dalam penelitian ini adalah Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun. Setelah analisis dilakukan ditemukan hasil bahwa Keberadaan Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta Marsombuh Sihol Di Kecamatan Raya merupakan tradisi adat simalungun yang dilaksanakan secara turun- temurun, dimana sebuah aktivitas adat dan religi terdapat dalam pesta ini dan setiap pelaksanaan Pesta Marsombuh Sihol ini selalu mengikutsertakan nyanyian tradisional Simalungu seperti : lagu Horas sayur matua, deideng, taur-taur, sitalasari, dll. Dan Musik Tradisional Simalungun seperti :Gonrang simalungun, Mongmongan, dan Sulim.

Kata kunci : Keberadaan Musik Tradisional Simalungun

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka ragam sesuai daerahnya masing-masing. Kebudayaan tersebut berbeda antara yang satu dan yang lain sesuai dengan suku dari masing-masing daerah. Adapun ragam dari kebudayaan yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, system mata pencaharian hidup, dan system teknologi dan peralatan. Salah satu bagian dari kebudayaan yang sangat berperan adalah musik tradisional yang merupakan kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya. Oleh karena itu, dalam masyarakat simalungun kebudayaan musik tradisionalnya masih sangat kental dan berkembang pesat. Salah satu diantaranya adalah seperti pengadaan acara pesta Marsombuh Sihol yang dilaksanakan secara rutin dalam setahun, walaupun kadang lebih dari sekali dalam setahun.Dengan adanya perkembangan kebudayaan musik tradisional, maka masyarakat yang ada di Kabupaten Simalungun khususnya Kecamatan Raya selalu mengadakan acara pesta marsombuh sihol. Acara Marsombuh Sihol ini merupakan malam hiburan seni yang dilaksanakan untuk melepas rindu dan sering mendatangkan artis simalungun untuk menghibur masyarakat yang berada di Simalungun. Dengan adanya pengadaan pesta tersebut peneliti sangat tertarik untuk menjadikan hal ini menjadi sebuah topik penelitian dengan judul” Keberadaan Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta Marsombuh Sihol Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun”.

Page 19: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

16

ISI 1. Letak Geografis Kabupaten Simalungun Dan Sistem Kekerabatan

Masyarakat Simalungun Simalungun adalah salah satu suku Batak yang sekaligus menjadi nama

sebuah kabupaten di Sumatera Utara. Suku Simalungun merupakan bagian dari suku batak diantara lima sub lainnya yakni : Toba, Karo, Pakpak, Angkola, Mandailing. Kabupaten Simalungun terletak antara 02°36’-03°1’ Lintang Utara, dan berbatasan dengan lima kabupaten tetangga yaitu : Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Karo, Kabupaten Toba, Kabupaten Samosir, dan Kabupaten Asahan. Wilayah Kabupaten Simalungun mempunyai luas 4.386.6 km² atau 6,12 % dari luas wilayah propinsi Sumatera Utara. Jumlah penduduknya 841.189 jiwa ( Sortaman Saragih, 2008 : 20,21). Sebagian besar masyarakat yang mendiami Kabupaten Simalungun adalah Suku Batak Simalungun. Dahulu masyarakat Simalungun dikenal sebagai Batak Timur yang mendiami daerah sebelah timur danau toba. Secara Etimologi, kata “simalungun” menggambarkan karakter masyarakat simalungun itu sendiri, namun arti sebenarnya secara tepat sukar untuk dipahami. Kata “Simalungun” dapat dibagi kedalam tiga suku kata yaitu: Si berarti “orang”, Ma sebagai kata sambung yang berarti “yang” dan lungun berarti “sunyi, kesepian, jarang dikunjungi”.dengan demikian, Simalungun berarti “Ia yang bersedih, sunyi atau kesepian”. Menurut Henry Guntur Tarigan apakah nama simalungun muncul disebabkan oleh cirri tutur kata bahasa yang halus dan ringan pada masyarakat simalungun. Sebab populasi mereka relatif kecil. Keadaan ini disebabkan oleh banyaknya lagu-lagu sedih bernada nostalgia yang dimiliki oleh masyarakat simalungun. Mertua Henry Guntur Tarigan yang merupakan seorang anggota warga desa simalungun berpendapat bahwa kata” Simalungun” bersala dari cirri khas tutr kata yang lambat yang dimilki oleh para warga pegunungan yang terisolasi. Menentukan bagaimana jauh dekatnya seseorang di dalam kekerabatan menurut adat istiadat Simalungun, kriteria yang digunakan ialah menurut garis keturunan pihak laki- laki (ayah) dan pertalian darah akibat perkawinan (dari pihak perempuan). Namun yang menentukan ialah menurut garis keturunan ayah karena etnik Simalungun menganut faham patrilineal discent bahwa garis keturunan laki- laki yang membawa marga. Dari pihak ibu juga menduduki posisi yang penting yaitu sebagai tempat meminta berkat (pasu-pasu). Dilihat dari sini, maka terdapat hubungan kekerabatan yang erat antara pihak laki-laki dengan kelompok keluarga dari pihak perempuan. 2. Gambaran Umum Pesta Marsombuh Sihol

Pesta Marsombuh Sihol merupakan suatu acara meriah ditanah simalungun, dimana rakyat simalungun dapat merasakan kegembiraan serta melepas rindu dengan sesama. Pada umumnya pesta marsombuh sihol ini dilaksanakan untuk mempererat tali persaudaraan agar tidak hilang akibat zaman sekarang yang semakin mempengaruhi aspek kehidupan manusia. Dalam acara ini bukan hanya pertunjukan musik simalungun saja yang ditampilkan tetapi pesta menari (manortor) dan bernyanyi(mandoding) bersama Artis Simalungun. Pesta Marsombuh Sihol merupakan suatu kegiatan atau suatu event yang diselenggarakan oleh beberapa organisasi maupun penatuah-penatuah simalungun yang rindu akan suasana hati gembira terhadap musik tradisional simalungun.

Page 20: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

17

Sebahagian masyarakat simalungun mengartikannya sebagai horja adat yang selalu melekat pada jati diri mereka. Pesta melepas rindu ini dapat mempererat silaturahmi kebudayaan simalungun, dimana disanalah mereka saling menanyakan marga- marga dan silsilah keturunan mereka.

St. Japantas Damanik selaku ketua pelaksana acara pesta marsombuh sihol mengatakan sejak merantau keluar dari tanah simalungun dia sudah bertekad untuk mengadakan pesta melepas rindu ini, dan yang akhirnya tercapai juga. St. Japantas Damanik (wawancara 23 juli 2012) mengatakan bahwa pesta marsombuh sihol ini dilakukan bukan hanya acara melepas rindu saja, akan tetapi sebagai tempat untuk berbagi rasa dan mempererat keakaraban. Disamping itu selain hal untuk duniawi juga sebagai tempat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan adanya pendapat bapak St. Japantas Damanik peneliti melihat bahwa nilai kebudayaan adat- istiadat sangat masih terpelihara. Karena antusias masyarakat yang hadir dalam pesta tersebut sangat tinggi. Menurut Sarmauli Br. Saragih selaku undangan yang hadir dalam pesta mengatakan kami hadir dalam pesta ini bukan karena bersenang-senang melainkan kecintaan kami terhadap musik tradisi simalungun dan kami rindu mendengar Doding Simalungun yang dilantunkan oloeh Artis terkenal Simalungun. 3. Keberadaan Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta Marsombuh

Sihol Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun Masyarakat yang bermukim di Kecamatan Raya merupakan asli suku batak

Simalungun yang menerapkan sistem keakaraban yang kental tanpa memandang buluh suku lain yang masuk kedaearah tersebut. Musik Tradisional Simalungun sangat dipelihara agar nilai-nilai kebudayaannya tidak hilang. Salah satu contoh bahwa musik tradisional simalungun yang dipelihara sampai sekarang adalah dalam acara pesta marsombuh sihol karena tidak merupakan acara ritual adat. Peneliti mengamati (observasi, 25 juli 2012), Keberadaan Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta Marsombuh Sihol Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, pada saat ini sudah mulai dicampur dengan instrument musik asing, yaitu Keyboard akan tetapi musik tradisioanla yang dipakai pada Pesta Marsombuh Sihol ini hanya Gonrang Sipitu-pitu, Sulim, dan Mongmongan. 4. Proses Berlangsungnya Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta

Marsombuh Sihol Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun Pada acara pelaksanaan pesta marsombuh sihol di kecamatan raya kabupaten

simalungun peneliti melihat acara tersebut sangat meriah dan megah. Disamping undangan masyarakat yang hadir sangat ramai juga para penatuah adat, tokoh masyarakat, artis simalungun, dan para pemain musik tradisional ikut serta memeriahkan pesta melepas rindu ini. Peneliti mengamati pesta ini sangat ditunggu-tunggu masyarakat simalungun, bahkan peneliti melihat bukan dari satu kecamatan saja yang hadir namun dari kecamatan lain pun ikut serta memeriahkan pesta tersebut.

Peneliti mengamati proses berlangsungnya acara pesta marsombuh sihol dengan beberapa tahap yakni : Acara Pembukaan, Acara Inti/ Puncak, Acara Penutup.

Page 21: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

18

5. Bentuk Penyajian Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta Marsombuh Sihol Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun

Musik Tradisional Simalungun dalam penyajiannya memiliki bagian-bagian tertentu dalam jenis upacaranya. Ansambel gonrang simalungun terdiri dari alat musik tiup, gesek, petik, dan pukul. Ada beberapa instrumen sebagai pembawa melodi dan ada juga sebagai pembawa ritem. Seperti dalam ansambel gonrang simalungun, Ansambel musik gonrang ini mempunyai hubungan erat dengan struktur adat. Status para pemain musik dalam suatu ansambel musik gonrang didasarkan atas jenis alat musik yang dimainkannya. Si peniup sarunei (alat musik tiup yang memiliki tujuh buah lubang jari) selalu diakui sebagai pemimpin di antara mereka (secara musik maupun secara adat). Ia mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan ansambel musik yang akan dimainkan. Menurut adat juga, bila pihak yang meminta gual memberikan penghargaan maka si peniup sarunei- lah yang harus menerima penghargaan tersebut. Dalam hal pendapatan di antara anggota pemain musik, ia juga yang akan mendapat imbalan yang lebih besar.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis merasa bahwa musik tradisional Simalungun merupakan salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang patut diangkat dan diteliti keberadaannya sehingga masyarakat Simalungun mengetahui betapa tingginya nilai suatu kebudayaan khususnya dalam bidang musiknya. Sehingga masyarakat tidak kehilangan identitas pada masa yang akan datang kendati zaman sangat begitu kuat mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia. PENUTUP

Keberadaan Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta Marsombuh Sihol Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun merupakan salah satu tradisi adat simalungun yang dilaksanakan secara turun-temurun, dimana sebuah aktivitas adat dan religi terdapat dalam pesta ini.Pesta Marsombuh Sihol ini merupakan pesta kemeriahan masyarakat simalungun yang selalu ditunggu-tunggu seluruh masyarakat simalungun. Karena disanalah masyarakat bisa bertemu dengan para penatuah adat, tokoh masyarakat, pemerintah, dan artis-artis simalungun. Setiap pelaksanaan Pesta Marsombuh Sihol selalu mengikutsertakan nyanyian tradisional seperti lagu : Horas Sayur Matua, deideng, Taur-Taur, Sitalasari, dan Musik Tradisional seperti : Gonrang Simalungun, Mongmongan, dan sulim. Peneliti melihat bahwa Keberadaan Musik Tradisional Dalam Pesta Marsombuh Sihol bukan sekedar pesta biasa saja, namun memiliki makna yang cukup dalam Karena disana terletak suatu tujuan yakni untuk memajukan dan mengembangkan Kesenian Budaya Simalungun.

Melihat Keberadaan Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta Marsombuh Sihol memiliki peran yang sangta penting, diharapkan tradisi ini tetap dapat dilaksanakan sebagai salah satu identitas seni budaya pada masyarakat simalungun khususnya di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun. Pengaruh dan dampak perkembangan zaman yang begitu deras mempengaruhi generasi muda untuk berpaling dari tradisi seni budayanya, perlu melakukan pembinaan untuk generasi muda. Generasi muda diharapkan dapat menggali meneruskan tradisi batak simalungun supaya tidak punah, dan tradisi simalungun dapat diorbitkan.

Page 22: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

19

Dalam Pesta Marsombuh Sihol Instrumen Musik yang dipakai hanya Gonrang Sipitu-pitu, Mongmongan, Sulim, dan Keyboard. Peneliti meminta agara instrument lain ditambah seperti arbab yang mungkin menambah keharmonisan musik tradisi simalungun. Penulis sangat mengharapkan dukungan dari instansi terkait, agar ikut serta peduli terhadap Tradisi Kesenian Daerah Simalungun demi melestarikannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1984. Penelitian Kependidikan Prosedur Strategi.

Bandung:Bumi Angkasa. Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.

Jakarta:Rineka Cipta. Damanik. Maradona. Deni.2011. Peranan Lagu Tolo Sahundulan Lima Sodoran

Dalam Pesta Perkawinan Adat Simalungun Di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun. Medan. Universitas Negeri Medan.

Jansen. Dietrich.2003. Gonrang Simalungun Struktur dan Fungsinya Dalam Musik Simalungun. Medan:Bina Media

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Peneliti Gramedia

Kementrian Kebudayaan Dan Pariwisata. 2004. Retropeksi dan ancangan. Indonesia

Manik. Krisman.2012. Eksistensi Sarune Dalam Pelaksanaan Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Universitas Negeri Medan.

Maryaeni. 2005. Metode penelitian kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. Pusat Pembinaan Bahasa. 1990. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Purwadarmint,W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia, cetakan pertama

Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka Siburian. Frans. 2010. Keberadaan Musik Tradisional Pak-Pak Di Lembaga

Kebudayaan Pak-Pak Kota Medan. Medan. Universitas Negeri Medan. Siagian, H.Rosmei. 2005. Peranan Musik Tradisional Batak Toba Gondang

Hasapi Pada Opera Batak Metropolitan Medan Di TVRI Medan Pada Tahun 2004. Medan. Universitas Negeri Medan.

Surakhmad, Winarno.1952. Pengantar Penelitian Imiah. Bandung Trasito. Wahyuni, Sri.2008. Tor-tor Sapangapuran Pada Masyarakat Simalungun.

Medan. Universitas Negeri Medan. http://go simalungun. Com/2011/02/8/pengertia musik tradisional simalungun/. http://diligab petra.ac.id/pengertian keberadaan

Page 23: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

20

ANALISIS LAGU THE MAJESTY AND GLORY OF YOUR NAME KARYA TOM FETTKE STUDI KASUS (CRESCENDO STUDIO CHOIR)

Putri Octavia Sinulingga 071222510058

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stuktur komposisi lagu yang didalamnya terdapat motif dan frase pada lagu the majesty and glory of your name karya Tom Fettke, dan sebagai kasusnya adalah Crescendo Studio Choir, juga untuk mengenal biografi Tom Fettke. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif, yaitu metode penelitian yang menggambarkan secara rinci dan jelas tentang sesuatu hal yang menjadi fokus penelitian. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah partitur lagu yang berjudul The Majesty And Glory Of Your Name karya Tom Fettke, pelatih sekaligus kondaktor Crescendo Studio Choir dan anggota Crescendo Studio Choir. Pengerjaan analisis ini memakai program finale untuk memindahkan dari partitur ke komputer agar memudahkan peneliti dalam mengerjakan analisis lagu, untuk meneliti motif, frase dan interpretasi.Lagu ini adalah sebuah lagu bertemakan keagamaan.Terdiri dari 79 birama yang memiliki motif asli dan pengembangan, sekwens naik dan turun, interval naik dan turun.Frase yang dimiliki lagu ini sebanyak 24 frase dengan kalimat pertanyaan dan jawaban.Interpretasi lagu yang dijabarkan memiliki 3 bagian yang setiap bagian memiliki pesan berbeda-beda.Setelah dilakukan analisis, maka peneliti menyadari bahwa sesungguhnya musik kaya dengan unsur-unsurnya khususnya pada lagu paduan suara.

Kata Kunci : Analisis Musik, Paduan Suara PENDAHULUAN

Musik merupakan ungkapan perasaan atau bahasa jiwa yang diungkapkan melalui bunyi, yang didalamnya terdapat unsur-unsur seperti irama, melodi dan harmoni. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan dengan musik mulai dari kegiatan bernyanyi (vocal) baik itu bernyanyi sendiri (solo), bernyanyi berdua (duet), bertiga (trio), bermain alat musik (menggunakan alat musik), menciptakan lagu baik itu yang hanya menggunakan alat musik (instrument) ataupun suara (vocal), memimpin kelompok musik paduan suara maupun alat musik (dilakukan oleh dirigen), mengaransemen karya musik dan menganalisis karya musik.

Analisis musik adalah mempelajari bagian-bagian musik yang diambil dari musik itu sendiri menyangkut masalah penyelesaian struktur musik ke dalam

Page 24: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

21

bentuk yang lebih sederhana dan meneliti aturan elemen-elemen di dalam struktur itu.Yang dimaksud dengan stuktur musik disini adalah mencakup penguraian bagian-bagian sebuah lagu seperti ujud, motif, frase, kalimat lagu atau periode lagu, bentuk lagu dan lain sebagainya.Semua karya dapat dianalisis baik itu lagu instrumental maupun lagu bersifat nyanyian yang mengeluarkan suara ataupun musik vokal. Analisis musik sangat penting karena dengan menganalisis musik kita dapat mengetahui bagaimana struktur lagu dan interpretasi dari sebuah karya musik, dan untuk mendapatkan hasil yang akurat diperlukan banyak referensi agar membantu dan memudahkan proses analisis musik.

The Majesty And Glory Of Your Name merupakan sebuah lagu paduan suara bertemakan keagamaan yang dibuat pada jaman Modern, dan terkenal pada tahun 1984. Lagu ini tergolong sebagai sebuah lagu paduan suara campuran yang dinyanyikan oleh sopran, atlo, tenor dan bass (SATB), disamping itu susunan masing-masing SATB tersebut juga dibagi menjadi dua menjadi S1 S2, A1 A2, T1 T2 dan B1 B2. Lagu ini menceritakan tentang kehidupan di dunia bahwa semua yang ada di dunia ini berasal dari Allah sebagai pencipta dan manusia harus menjaga dan memasyurkanNya.

Penulis sangat tertarik pada komposisi lagu ini, karena terdapat pesan yang sangat mendalam dari lagu ini ketika penulis menyanyikannya.Lagu ini dapat dikatagorikan sebuah lagu yang sederhana karena komposisnya terbagi menjadi tiga bagian. Pada bagian pertama, lagu ini menceritakan keajaiban Tuhan yang begitu besarnya kuasa Tuhan dapat menciptakan bumi dan seluruh isinya, bagian yang kedua komponis berpesan agar manusia memasyurkan serta menjaga seluruh ciptaan Tuhan dan bagian ketiga manusia bersorak-sorai memuji ciptaan Tuhan. Di samping itu lagu ini memiliki interpretasi yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari beberapa kali pergantian birama, tempo yang berubah ubah dan dinamik

Lagu “The Majesty And Glory Of Your Name” adalah karya komponis jaman Modern yaitu Tom Fettke. Lagu ini terdiri dari 79 birama yang dibagi menjadi 3 bagian. Lagu “The Majesty And Glory Of Your Name” karya Tom Fettke mengalami 3 kali transposision mulai dari Es Mayor ke C Mayor dan kembali ke Es Mayor. Terdiri dari motif berisikan pengembangan motif yang dilakukan dengan teknik harapiah, sekwens, Inversion dan frase.

Dari uraian tersebut yang menjadi ketertarikan bagi penulis untuk mengangkat masalah ini dengan dasar pertanyaan bagaimana sesungguhnya struktur dan komposisi dari lagu ini sehingga layak menjadi lagu unggulan pada pesparawi di seluruh dunia. Selanjutnya penulis akan melakukan penelitian untuk kemudian akan dituangkan dalam sebuah tulisan yang berjudul “ANALISIS LAGU ‘THE MAJESTY AND GLORY OF YOUR NAME’ KARYA TOM FETTKE STUDI KASUS (CRESCENDO STUDIO CHOIR)”.

ISI

Dalam penyajiannya, sebuah lagu dapat ditampilkan tanpa musik pengiring (a capella) atau dengan musik pengiring (capella). Selain itu berdasarkan penyajiannya atau jumlah penyanyinya, lagu dapat dinyanyikan secara solo, duet, trio atau beramai-ramai (paduan suara).Menurut Soeharto (1995:94), “Paduan suara adalah kesatuan sejumlah penyanyi dari berbagai jenis

Page 25: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

22

suara berbeda, yang berupaya memadukan suaranya di bawah pimpinan seorang dirigen. Disebut juga Koor, Bl, Choir”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa paduan suara adalah bernyanyi secara beramai-ramai dengan berbagai jenis suara yang dipimpin oleh seorang dirigen dengan upaya memadukan suaranya masing-masing.

Pada umumnya suara manusia dapat digolongkan menjadi empat jenis, yaitu:

1. Sopran, yaitu suara tinggi

Jenis suara ini memiliki register suara dari c’-a”

Sumber : Seni budaya KTSP SMP kelas VIII/2

2. Alto, yaitu suara rendah wanita Jenis suara ini memiliki register suara dari f-d”

Sumber : Seni budaya KTSP SMP kelas VIII/2

3. Tenor, yaitu suara tinggi pria Jenis suara ini memiliki register suara dari C-a”

Sumber : Seni budaya KTSP SMP kelas VIII/2

4. Bass, yaitu suara rendah pria Jenis suara ini memiliki register suara dari F-d’

Sumber : Seni budaya KTSP SMP kelas VIII/2

Page 26: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

23

Akan tetapi batas wilayah suara tersebut tidak mutlak, karena sopran dapat juga dibagi menjadi sopran 1 dan sopran 2, alto 1 dan alto 2, tenor 1 dan tenor 2, juga bass 1 dan bass 2. Berkaitan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini, maka lebih lanjut dalam analisis yang akan dilakukan, penulis akan menguji apakah jangkauan/batas nada setiap suara pada lagu “The Majesty And Glory Of Your Name” mengikuti aturan diatas.

Sebuah komposisi lagu yang menggunakan syair atau teks dapat ditampilkan tanpa musik pengiring (a capella) atau dengan musik pengiring (capella). Selain itu berdasarkan penyajiannya, lagu dapat dinyanyikan secara sendiri atau solo, berdua atau duet, bertiga atau trio, dan beramai-ramai (vokal grup atau paduan suara).

Sehubungan dengan penelitian ini, lagu “The Majesty And Glory Of Your Name” sebagai objek penelitian yang dianalisis adalah lagu paduan suara yang dapat ditampilkan dengan musik pengiring capella, tetapi disini penulis akan menganalisisnya tanpa musik pengiring (a capella).

Paduan suara adalah kesatuan dari sejumlah penyanyi dari beberapa jenis suara yang berbeda, dengan upaya memadukan suaranya di bawah pimpinan seorang dirigen, dan bernyanyi secara teratur dan terencana pada waktu dan tempat tertentu secara rutin. Pada umumnya jenis suara manusia dapat digolongkan menjadi empat yaitu: Sopran, Alto, Tenor, Bass. Tetapi tidak menutup kemungkinan baik itu suara Sopran, Alto, Tenor dan Bass dapat dibagi menjadi dua seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

A. Biografi Tom Fettke Tom Fettke, sebagai pencipta lagu “The Majesty And Glory Of Your

Name” yang merupakan bahan dari penelitian ini. Tom Fettke adalah seorang komponis paduan suara yang lahir pada tahun

24 Agustus 1932 di Brenntwood, Tennesse.Ia menikah dengan istrinya yang bernama Jan. Tom Fettke dan istrinya memilikidua anak laki- laki, dan keduanya telah menikah. Dari kedua anaknya Tom Fettke mempunyai tujuh orang cucu.Tom Fettke tinggal di Brenntwood, Tennesse.

Dalam kariernya di bidang musik, Tom Fettke seorang arranger dan produser musik bagi gereja Kristen Kontemporer.Selain itu Beliau juga Pencipta dan Editor Senior the himne untuk perayaan. Karena kecerdasannya dalam menciptakan karya paduan suara Tom Fettke sampai pernah memegang gelar State University di Hayward, dan beliau juga pernah menjabat sebagai direktur Sesuai dengan judul penelitian ini lokasi penelitian bertempat di GMI Anugerah Medan jalan Madong Lubis No. 9 Medan, karena pemelihan judul penelitian ini dimulai pada saat peneliti mendengarkan lagu Raja Pemenang yang dibawakan/dinyanyikan di ibadah minggu GMI Anugerah Medan gelombang I. Ibadah tersebut diiringi dengan musik combo bandyang terdiri dari instrument musik seperti : Keyboard, Piano, Gitar Elektrik, Gitar Bass dan Drum Set. Musik ibadah dalam bentuk combo band sudah dimulai sejak 1990-an hingga saat ini, khususnya dalam minggu ibadah hari minggu pada gelombang pertama (Jam 08.00 s/d 10.00 WIB) dan ibadah gelombang ketiga (Jam 17.00 s/d 19.00 WIB)

Page 27: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

24

B. Analisis Lagu “The Majesty And Glory Of Your Name” Dalam penelitian ini, yang penulis lakukan untuk mengawali kegiatan

menganalisis adalah dengan melihat partitur lagu “The Majesty And Glory Of Your Name”. Berdasarkan keterangan yang ada pada partitur lagu “The Majesty and Glory Of Your Name, maka dapat ditemukan beberapa informasi yang akan membantu penulis dalam melakukan analisis yang lebih mendalam dan detail. Berikut ini adalah informasi yang penulis dapat uraikan.

Lagu “The Majesty And Glory Of Your Name” ini dalah lagu bertemakan keagamaan dan lagu ini merupakan komposisis lagu untuk paduan suara campuran yang terdiri dari Sopran, Alto, Tenor dan Bass. Disampinga itu, SATB juga dibagi menjadi dua yaitu Sopran 1 dan Sopran 2, Alto 1 dan Alto 2, Tenor 1 dan Tenor 2, Bass 1 dan Bass 2. Setelah penulis amati, komposisi lagu ini merupakan komposisi polifoni, yang dimana sopran berfungsi sebagai pembawa melodi, sedangkan alto, tenor dan bass hanya sebagai pelengkap (accompaniment) yang disesuaikan dengan progesi akor. Namun demikian walaupun pembawa melodi utamanya adalah sopran, tidak menutup kemungkinan alto, tenor dan bass juga sebagai pembawa melodi. Dibawah ini akan diuraikan suara alto, tenor atau bass sebagai pembawa melodi. 1. Birama 8 ketukan II-ketukan IV, melodi dibawakan oleh tenor dan bass

sementara sopran dan alto melakukan perpanjangan nada. 2. Birama 19 ketukan IV-birama 20 ketukan III, melodi dibawakan oleh tenor

dan bass sementara sopran dan alto menggunakan tanda diam selama birama ini.

3. Birama 21 ketukan IV-birama 23 ketukan I, melodi dibawakan oleh tenor I, II dan bass I, II sementara sopran dan alto menggunakan tanda diam selama birama ini.

4. Birama 29 ketukan II-birama 34 ketukan 2, melodi dibawakan oleh sopran, alto, tenor dan bass.

Lagu ini terdiri dari 79 birama yang secara umum terbagi atas dua bagian yang sangat berbeda, dan yang paling membedakan kedua bagian ini terletak pada nada dasarnya. Berikut ini uraian dari kedua bagian tersebut, yaitu:

1. Bagian pertama terdiri dari birama 1-28 Bagian pertama ini menggunakan tangga nada Es Mayor birama 6/4, tetapi

pada birama 2 terjadi pergantian birama menjadi 4/4. Pada bagian ini dinyanyikan dengan khusuk dan menunjukkan keagungan.Berdasarkan keterangan ini penulis dapat memperkirakan tempo yang digunakan adalah lambat atau andante.

2. Bagian kedua terdiri dari birama 29-79 Bagian kedua ini tidak lagi menggunakan tangga nada Es Mayor akan

tetapi telah mengalami modulasi, dan tangga nada yang digunakan adalah C Mayor dan tetap menggunakan birama 4/4. Tetapi pada birama 47 telah terjadi pergantian tangga nada kembali menjadi tangga nada Es Mayor.Berbeda dengan bagian pertama, pada bagian kedua ini dinyanyikan dengan lebih semangat, maka penulis memperkirakan tempo yang digunakan lebih cepat dari tempo pada bagian pertama.

Page 28: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

25

C. Interpretasi lagu “The Majesty And Glory Of Your Name” Karya Tom Fettke Lagu “The Majesty And Glory Of Your Name” karya Tom Fettke ini

menceritakan ungkapan perasaan sikomponis terhadap keagungan Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala isinya. Lagu ini terbagi atas dua bagian yaitu bagian yang pertama menceritakan keagungannya terhadap Tuhan yang begitu besarnya dapat menciptakan bumi dan seluruh isinya. Hal ini dibuktikan pada awal lagu yang menggunakan dinamik piano (p) dan mezo piano (mp) dan crescendo yang menimbulkan kesan keagungan sikomponis.

Bagian kedua dari lagu ini sikomponis berpesan kepada manusia agar manusia memasyurkan serta menjaga seluruh ciptaan Tuhan. Hal ini dapat dibuktikan pada bagian kedua lagu. Birama 30 adalah bagian kedua dari lagu ini, banyak perubahan yang dapat dilihat mulai dari modulasi menjadi C Mayor, dan menggunakan dinamik mezo piano (mp), serta perubahan tempo menjadi allegreto atau agak cepat.

Birama 53 terjadi perubahan kembali menjadi tonalitas Es Mayor dan dengan dinamik mezo piano (mp) nenuju ke crescendo (<), mezo forte (mf), crescendo (<), ritardando (rit), forte, tempo, ritardando (rit), forte simo (ff), dan diakhiri dengan piano (p), ritardando (rit) dan piano simo (pp). pada bagian ini sikomponis menginterpretasikan manusia harus bersorak-sorai memuji keagungan nama Tuhan, ini dapat dibuktikan dari lirik “Haleluya” yang dinyanyikan selama 16 birama. Keseluruhan karya dari Tom Fettke ini menggunakan teknik vokal yang tergolong sukar karena mamakai teknik suara hidung, memakai pernapasan diafragma dan memerlukan nafas yang panjang.

D. Kendala Crescendo Studio Choir Dalam Menyanyikan Lagu “The Majesty And Glory Of Your Name” Karya Tom Fettke Ketika menyanyikan sebuah lagu, sekelompok paduan suara tidak jarang

menemukan kesulitan dalam membawakan atau menyanyikan lagu yang ingin dinyanyikan. Sama halnya dengan Crescendo Studio Choir, dalam proses latihan selalu memiliki kendala dan kesulitan dalam menyayikan lagu.

Lagu “The Majesty And Glory Of Your Name” adalah salah satu lagu andalan yang Crescendo Studio Choir nyanyikan pada saat acara konser atau acara lainnya. Namun dari pada itu, dalam proses menyanyikan lagu ini sering ditemukan kendala atau kesulitan yang besar. Adapun kendala yang ditemukan dalam menyanyikan lagu “The Majesty And Glory Of Your Name” adalah : 1. Lagu ini tergolong kategori musika sakra yamg memiliki teknik bernyanyi

harus menggunakan suara dari hidung yang terkesan sengau, dan harus memiliki nafas yang panjang agar setiap frase dari pada lagu lebih terlihat jelas.

2. Lagu ini memiliki interpretasi yang tinggi dimana menggunakan dinamik-dinamik seperti piano (P), mezo piano (mp), mezo forte (mf), crescendo (<), decrescendo (>). Ritardaando (rit), forte simo (ff) dan paino simo (pp). Oleh karena itu harus memiliki penghayatan yang tinggi.

Page 29: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

26

PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Paduan Suara

Crescendo Studio Choir pada lagu “The Majesty And Glory Of Your Name” karya Tom Fettke, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian ini. Antara lain sebagai berikut : 1. Lagu “The Majesty And Glory Of Your Name” karya Tom Fettke terdiri dari

78 birama. 2. Lagu “The Majesty And Glory Of Your Name” karya Tom Fettke mengalami

3 kali transposision. 3. Pengenbangan motif dilakukan dengan teknik harapiah, sekwens, Inversion. 4. Tanda dinamik dimulai dari piano (p), mezzo piano (mp), crescendo (<),

mezzo forte, forte (f), descresendo (>), piano (p), piano simo (pp). tempo yang dipakai dalam lagu ini adalah moderato 75mm, ritardando, accelerando.

5. Teknik dalam menyanyikan lagu “The Majesty And Glory Of Your Name” karya Tom Fettke adalah teknik diafragma, aksen, legato. Dan dengan suara sengau.

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang dapat penulis uraikan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran yang diantaranya : 1. Kepada masyarakat khususnya pencinta paduan suara dapat mempelajari

teknik dalam menganalisis musik agar lebih mudah dalam hal pengerjaan proses analisis musik khususnya di bidang paduan suara.

2. Di dalam pembahasan skripsi ini ada banyak kekurangan, Penulis berharap ada Mahasiswa lain yang berminat untuk lebih mendalami pemahaman tentang analisis musik khususnya pada karya ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajagrafindo

Persada. Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajagrafindo

Persada. Edmurd Prier SJ, Karl. 1993. Sejarah Musik I.YogyakartaPusat : Musik Liturgy. Edmurd Prier SJ, Karl. 1996. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta : Pusat Musik

Liturgy. Prier SJ, Karl. 1993. Sejarah Musik I. Yogyakarta : Pusat Musik Liturgy. Linggono Budi. 1993, Bentuk dan Analisis Musik.Jakarta : Mahendra Sempana. Soeharto, M. 1992. Kamus Musik. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. Soeharto, M. 1995. Kamus Musik. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Suyanto Bagong. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Kencana. Sutinah. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Kencana. http://aphir-comment.blogspotcom http://digg..com http://id.wikipedia.org.wiki,paduan-suara http://misiccu.com

Page 30: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

27

ANALISIS TEKNIK BERMAIN DRUM SET PADA LAGU RAJA PEMENANG KARYA TRUE WORSHIPPERS

DI GMI ANUGERAH MEDAN

Juliana Pangaribuan

Abstrak

Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif yang dilakukan di GMI Anugerah Medan Jalan Madong Lubis No. 9 Medan yang dimulai bulan Juni sampai dengan Agustus 2012. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, study kepustakaan,kerja laboratorium, wawancara dan pendokumentasian. Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap prosesi ibadah minggu di GMI Anugerah Medan serta mengadakan wawancara dengan drummer GMI Anugerah Medan.Setelah melakukan analisis data maka di dapat kesimpulan bahwa teknik permainan Drum set pada lagu Raja Pemenang terlihat variatif, di mana terdapat penggunaan teknik Press Roll, single stroke, flame, open hi-hat, sloshy-hat, closed hi-hat, dan teknik cress simbal.

Kata Kunci : Analisis Teknik, Drum Set

PENDAHULUAN GMI Anugerah Medan merupakan salah satu Gereja yang menggunakan

Musik Combo Band sebagai musik pengiring dalam Ibadah Minggu. Musik Combo Band di GMI Anugerah Medan telah digunakan sejak tahun 1990-an hingga saat ini. Musik ibadah tersebut dilayani oleh tim pelayan altar, yang terdiri dari : Worship leader (pemimpin ibadah), singers (penyanyi) dan pemusik (Pianist, keyboardist, gitarist, bassist dan drummer).

Salah satu lagu pujian yang pernah dinyanyikan dalam ibadah minggu GMI Anugerah adalah lagu “Raja Pemenang” (karya True Worshippers). Pada saat lagu tersebut dinyanyikan, ada banyak jemaat yang ikut bernyanyi sambil bertepuk tangan dengan penuh semangat, bahkan ada juga jemaat yang melompat kegirangan mengikuti musik. Hal ini juga dialami oleh peneliti saat ikut beribadah di gereja tersebut. Menurut peneliti, selain karena lirik lagunya, ada hal lain yang lebih mempengaruhi jemaat untuk bernyanyi dengan girang dan penuh semangat, yaitu bunyi-bunyian ketukan pola irama Drum Set pada lagu tersebut. Permainan Drum Set pada lagu Raja Pemenang terdengar dinamis, variatif dan kreatif. Karena itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi tentang “Analisis Teknik Bermain Drum Set pada Lagu Raja Pemenang Karya True Worshippers di GMI Anugerah Medan.”

Page 31: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

28

ISI 1. Teknik Bermain Drum Set

Menurut Banoe (2003: 124) mengatakan bahwa : Drum–set adalah perangkat alat musik drum dalam suatu pementasan, berupa snare drum, sepasang tom-tom (kecil dan sedang), sebuah tom besar (Floor tom), sebuah bass drum dan sepasang cymbal hi-hat. Kombinasi perlengkapan tergantung si pemain.

Selain itu, menurut Anugrah dan Hendro (2003: 35) mengatakan bahwa : “Drum Set adalah jenis alat musik pukul atau perkusi dengan stik pemukul di kedua telapak kanan dan kiri. Drum set adalah alat musik pukul yang termasuk dengan golongan membranophone”.

Dari beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Drum set adalah gabungan beberapa instrument perkusi (alat musik pukul) yang biasanya terdiri dari : snar drum, tom-tom (kecil, sedang, besar), bass drum dan berjenis cymbal yang dimainkan oleh satu pemain (drummer).

Dalam bermusik, setiap drummer memiliki konsep tersendiri dalam mengeset dan mentuning drum setnya. Ada drummer yang mengeset drumnya dengan menggunakan double bass drum, menggunakan sejumlah simbal dengan ukuran dan jenis yang berbeda, menggunakan dua senar drum yang berbeda jenis, menggunakan lima buah tom-tom dan lain- lain. Ada yang mentuning drumnya low-middle, high-middle dan lainnya.Itu semua susuai dengan kebutuhan, karakter dan jenis musik yang dimainkan oleh drummer tersebut.

Dalam dunia drumming, ada banyak teknik yang digunakan untuk memainkan instrument Drum set, diantaranya adalah : 1. Teknik double pedal (double bass) adalah suatu cara memainkan double pedal

(pedal ganda) dengan menggunakan kedua kaki untuk menghasilkan beat-beat (pukulan-pukulan) yang cepat dan rapat pada bass drum. Penggunaan double pedal lebih sering digunakan pada musik yang beraliran keras seperti rock dan sejenisnya.

Menurut Denny (2003: 1) mengatakan bahwa : “Untuk memainkan double pedal sangat diperlukan keseimbangan badan, kekuatan dan kontrol yang baik dari anggota tubuh serta tempo yang konstan. Permainan double pedal tidak dapat dipelajari dengan membaca notasi musik saja, tetapi untuk memainkan double pedal diperlukan suatu teknik yang sulit didapat dengan sendirinya. Jadi sangat diperlukan suatu kemauan dan usaha yang keras untuk menguasainya.”

2. Teknik Rim-shot adalah teknik pukulan pada snare, tom-tom dan instrumen perkusi lainnya yang berbentuk tabung berkulit, dimana stik dipukulkan mengenai rim dan headnya secara bersamaaan. Menurut Schroedl (2005: 43) mengatakan bahwa :

Suara Rim Shot digunakan untuk menciptakan suatu hentakan yang lebih tajam ketika memainkan back beat (hitungan kedua dan keempat) dalam sebuah irama atau aksen sebuah sebual

Page 32: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

29

fill. Untuk memainkan rim-shot, pukullah head snare dan rim pada waktu yang bersamaan, dengan stik yang sama.

3. Teknik Cross-stick adalah suatu teknik memainkan snare drum dengan cara membaringkan stik pemukul diatas dengan tangan kiri, dimana bagian depan stik diangkat dan dihentakkan pada bagian rim. Menurut Schroedl (2005: 43) mengatakan bahwa :

Suara Cross-stick (kadang-kadang disebut ‘rim click’ atau ‘side stik’) cukup sering digunakan dalam balada. Selain itu, juga digunakan dalam banyak gaya musik lain. Untuk menghasilkan suara cross stick, baringkan stick melintang di atas snare sehingga menempel pada rim dan head snare, lalu angkat dan hentakkan pada rim.

4. Teknik Flame (flam) adalah cara memukul head pada bagian drum set (snar, tom-tom) dengan menggunakan kedua stik, dimana salah satu stik lebih dahulu dipukulkan lalu menyusul stik berikutnya. Pukulan yang kedua lebih keras dari pada pukulan yang pertama. Menurut Bone (2001: 43) mengatakan bahwa : “Flame adalah dua pukulan yang hampir bersamaan suaranya, yaitu not kecil yang dimainkan pukulannya lebih lemah (pelan) dari pada not aslinya yang lebih keras (Jelas)”.

Sedangkan Anugrah dan Hendro (2003: 33) mengatakan bahwa : “Flame adalah teknik bermain dengan melengkapi not kecil (dipukul lebih pelan) di depan not aslinya”.

Schroedl (2005: 44) mengatakan bahwa : (flame) adalah sebuah cara untuk membuat drum terdengar lebih nyaring dan mantap. Flam terdiri dari not hiasan dan not utama. Not hiasan dimainkan lebih lembut, tepat sebelum not utama. Mulailah dengan memegang stik kirimu sekitar 8 cm diatas head, sementara stik kananmu sekitar 25 cm diatas head. Ketika kamu mengarahkan kedua stikmu menuju head, gerakkan stik kiri untuk melancarkan pukulan pertama (not hiasan), diikuti pukulan dengan stik kanan (not utama). Sedangkan menurut Sungkar (2006: 77) mengatakan bahwa : Flame adalah kombinasi ketukan/pukulan not kecil (small note/grace

note) dengan not utama (main note). Kedua ketukan not tersebut tidak dipukul/dimainkan bersamaan, tetapi dipukul/dimainkan hampir bersamaan, yaitu not kecil (small note) dimainkan sebelum not utama (main note).

5. Teknik Choke simbal adalah suatu cara menghentikan dengingan simbal yang baru dipukul dengan cara memegangi bagian tepi simbal. Menurut Schroedl (2005: 45) mengatakan bahwa :

Memegangi simbal crash untuk menghentikan dengingannya (setelah berbunyi) dikenal dengan istilah choking the cymbal (menahan simbal).Trik ini biasa dilakukan jika suatu lagu yang dimainkan oleh band berhenti secara tiba-tiba dan tidak ingin dengingan simbal terus berbunyi.Untuk menahan simbal, pukul simbal crash seperti yang biasa kamu lakukan dengan stik kananmu.Setelah itu, sambil terus memegangi stik

Page 33: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

30

dibagian kirimu, gunakan tanganmu untuk menahan simbal dengan jari telunjuk di atas dan jari-jari lain di bawah.

6. Teknik Closed Hi-hat adalah cara memainkan hi-hat dengan memukulnya pada posisi tertutup rapat untuk menghasilkan suara yang lebih lembut. Agar hi-hat tertutup rapat gunakan kaki kiri untuk menginjak pedal hi-hat. Bone (2001: 7) mengatakan bahwa : “Untuk memainkan close hi-hat, tekan telapak kaki kiri pada pedal hi-hat tanpa mengangkat tumit”.

7. Teknik Sloshy-hat merupakan cara memainkan hi-hat dengan memukulnya pada posisi setengah terbuka untuk menghasilkan suara berdesis keras dan lebih tajam. Agar posisinya setengah terbuka, kaki kiri pada pedal hi-hat agak diangkat sedikit Schroedl (2005: 20) mengatakan bahwa : “Untuk mendapatkan suara ‘sloshy’ dari hi-hat terbuka, kurangi sedikit tekanan kakimu pada pedal”.

8. Teknik open Hi-hat adalah suatu teknik memukul hi-hat, dimana hi-hat dipukul pada posisi hampir terbuka, setelah hi-hat itu langsung ditutup kembali dengan menginjak pedal hi-hat.

9. Teknik Press-Roll adalah cara memainkan snar drum dengan mengusahakan stik pemukul bergetar pada permukaan head snar, sehingga menghasilkan bunyi yang ramai.

10. Teknik Single Stroke adalah cara memukul bagian drum set (snar, tom-tom, hi-hat) dengan menggunakan tangan kanan dan tangan kiri secara bergantian. Selain beberapa teknik di atas, masih banyak lagi teknik-teknik dalam

bermain drum set (intrumen perkusi). Semakin banyak teknik yang dikuasai oleh seorang drummer, maka semakin baik dan variatif cara permainannya. 2. Deskripsi GMI Anugerah Medan

Sesuai judul penelitian ini lokasi penelitian bertempat di GMI Anugerah Medan Jalan Madong Lubis No. 9 Medan, karena latar belakang pemilihan judul ini dimulai pada saat peneliti mendengarkan lagu Raja Pemenang yang dibawakan/dinyanyikan di ibadah minggu GMI Anugerah Medan gelombang I. Ibadah tersebut diiringi dengan musik combo band yang terdiri dari instrument musik seperti : Keyboard, Piano, Gitar Elektrik, Gitar Bass dan Drum Set. Musik ibadah dalam bentuk combo band sudah dimulai sejak 1990-an hingga saaat ini, khususnya dalam ibadah hari Minggu pada gelombang pertama (08.00 s/d 10.00 WIB) dan ibadah gelombang ketiga (jam 17.00 s/d 19.00 WIB).

3. Analisis Struktur Komposisi Drum Set Pada Lagu Raja Pemenang

Karya True Worshiper Dalam menganalisa komposisi drum set pada lagu Raja Pemenang, peneliti

melakukan analisis terhadap partitur drum set lagu Raja Pemenang juga mendengarkan lagu tersebut melalui media audio visual, seperti : DVD Player, Laptop dan perlengkapan sound system yang terdapat di dalam studio musik GMI Anugerah Medan. Tujuan penggunaan media audiovisual dalam penelitian ini agar hasil analisis lebih detail dan akurat.

Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap partitur drum set lagu “Raja Pemenang”, dapat dilihat bahwa lagu ini terdiri dari 118 birama dengan nada

Page 34: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

31

dasar F=1, sukat 4/4 dan tempo 150 bpm. Lagu ini dibagi menjadi 14 bagian, yaitu : bagian A, B, C, D, E , F, G, H, I, J, K, L, M, N. Sedangkan struktur komposisi permainan Drum Set pada lagu Raja Pemenang adalah sebagai berikut :

A + B + C + D + E + F + G + D + E + F + Coda + H + I + J + K + L + M + N

4. Analisa Teknik Bermain Drum Set Pada Lagu Raja Pemenang Karya

True Worshippers Dalam menganalisis teknik bermain drum set pada lagu Raja Pemenang,

peneliti melakukan analisis terhadap partitur drum set pada lagu Raja Pemenang dan juga memutar video konser True Worshippers album God Is Our Victory lagu tersebut melalui audio visual seperti : DVD Player, Laptop dan perlengkapan sound system yang terdapat di dalam studio musik GMI Anugerah Medan.

Adapun teknik bermain drum set yang terdapat pada lagu Raja Pemenang karya True Worshippersdiantaranya yaitu : teknik Press Roll, single stroke, flame, open hi-hat, sloshy-hat, closed hi-hat, dan teknik cress simbal.Dan pola-pola irama drum pada lagu Raja Pemenang bercirikan irama Rock.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melihat hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Lagu “Raja Pemenang” terdiri dari 118 birama dengan nada dasar F=1, sukat 4/4 dan tempo 150 bpm. Lagu ini dibagi menjadi 14 bagian, yaitu : bagian A, B, C, D, E , F, G, H, I, J, K, L, M, N. Sedangkan struktur komposisi permainan Drum Set pada lagu Raja Pemenang adalah sebagai berikut :

A + B + C + D + E + F + G + D + E + F + Coda + H + I + J + K + L + M + N 2. Teknik permainan Drum set pada lagu Raja Pemenang terlihat variatif, di

mana terdapat penggunaan teknik Press Roll, single stroke, flame, open hi-hat, sloshy-hat, closed hi-hat, dan teknik cress simbal.

3. Pola-pola permainan drum set pada lagu Raja Pemenang karya True Worshippers menunjukkan ciri irama Rock.

4. Konfigurasi settingan drum set pada lagu Raja Pemenang terlihat mempunyai cirri khas dan terlihat kompleks.

A. Saran

Dari hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kepada para musisi, khususnya di GMI Anugerah Medan agar mendengarkan dan mempelajari musik dan lagu-lagu yang diciptakan oleh True Worshippers.

2. Kepada para drummer , khususnya di GMI Anugerah Medan agar

Page 35: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

32

semakin banyak mempelajari dan mendalami konsep permainan drum set, baik melalui partitur lagu, VCD, DVD maupun internet.

3. Kepada lembaga- lembaga pendidikan/pengajaran musik )baik formal maupun non formal), khususnya untuk pengeajaran instrument drum set agar menggunakan konsep permainan drum set drummer True Worshippers.

4. Kepada Mahasiswa Jurusan Musik di kota Medan agar meneliti lebih lanjut tentang topik penelitian yang bertujuan untuk mengupas kehebatan musik dan lagu True Worshippers.

DAFTAR PUSTAKA

AJD, Denny. 2003. Panduan Praktis Bermain Drum. Jakarta : Grasindo

Ali, Muhammad. 1983. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.Bandung: Angkasa

Ali, Muhammad. 1987. Dasar-dasar Penelitian Kependidikan. Bandung : Angkasa

Anugrah Dandy dan Hendro. 2003. Teknik Praktis Mengiringi Lagu-lagu Indonesia Dengan Drum. Jakarta : Bina Aksara

Arikunto, Suharsini. 1984. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Bina Aksara Asyari, Sapari Imam. 1997. Metodologi Penelitian Sosial.Surabaya : Usaha

Nasional Azwar, Saifuddin. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta : Kanisius Bono, Edo. 2001. Teknik Termudah Bermain Drums. Jakarta : Titik Terang

Dinata, Sukma. 1988. Dasar-dasar Metode penelitian. Bandung :Tarsito Nawawi, Hidari, 1983. Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta : Gajah

Mada University Press Schroedl, Scott. 2005. Plays Drum To Day. Jakarta : Gramedia Spagnardi, Roy. 2006. Modern Drummer. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Sungkar, Ossa. 2006. Panduan Praktis Bermain Drum Untuk Pemula. Jakarta: Kawan Pustaka Suryabrata, Sumadi. 2005, Metode Penelitian.Jakarta : Rajawali Pers Dekdikbud. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka

Page 36: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

33

IDENTIFIKASI PERMAINAN LAGU PENGAMEN JALANAN DI KOTA MEDAN

Purnama Barita Uli

Abstrak

Tujuan artikel ini untuk mendeskripsikan identifikasi lagu yang dimainkan oleh pengamen jalanan dan proses-proses yang terjadi didalamnya .Artikel ini menjelaskan identifikasi lagu-lagu pengamen jalanan pemetaan tempat aktifitas pengamen, cara belajar bermain musik pengamen jalan serta penyajiannya Dalam hal ini penulisan artikel, tulisan ini mengkaji dan menelaah musik pengamen jalanan secara relevan dan akurat dalam memperoleh tulisan yang benar. Setelah keseluruhan data selesai dikumpulkan dari lokasi, maka tahap akhir dari artikel ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis keseluruhan data-data dalam bentuk tulisan ilmiah. Setelah menganalisis keseluruhan data, ditemukan beberapa kesimpulan yang menjelaskan: Jenis musik yang dimainkan oleh pengamen jalanan, pemetaan objek kegiatan aktifitas pengamen jalanan ,pengalaman belajar bermain musik pengamen jalan, penyajian musik pengamen jalanan dan pengunaan Instrumen musik yang digunakan.

Kata Kunci : Identifikasi, Pengamen Jalanan, Musik, Kota Medan

PENDAHULUAN

Anak merupakan bagian terpenting bagi kehidupan rumah tangga. Dalam tangan anak-anak generasi bangsa ini dapat ditentukan guna kemana arah tujuan bangsa ke depan. Tidak hanya itu, proses tumbuh kembang anak pun sangat diperhatikan dalam rangka mengarahkan dan membimbing mereka menuju tujuan yang diinginkan. Maka diperhatikan terhadap hak –hak anak menjadi suatu keharusan untuk mewujudkan cita-cita ini yaitu membentuk generasi masa depan yang berkualitas.

Jumlah anak di Indonesia semakin meningkat adari tahu ke tahun, banyak hal yang menjadi faktor pendorong ataupun penarik bagi seorang anak untuk terjun ke jalanan, salah satu faktornya adalah masalah kemiskinan yang tentu saja bukan hal yang baru di Indonesia. Sekarang ini, semua malah terjadi terbalik. Fenomena ini muncul seiring dengan dengan bergesernya budaya yang sudah bergeser semakin jauh menyimpang. Pergeseran nilai dan sikap anak-anak serta remaja terlah terjadi dan seakan akan sulit dibendung. Hal ini disebabkan karena derasnya arus informasi yang cepat tanpa batas dan juga masalah dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang komitmennya sudah mengalami penurunan terhadapa penerapan nilai dan norma.

Page 37: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

34

Kehidupan kota atau kaum urban sepintas terlihat sangat glamor dan mewah. Beton-beton yang dibangun menghancurkan kehidupan yang dianggap kuno berdiri megah. Beragam macam kehidupan terdapat di dalam kota yang sangat pekat dengan keramaian. Medan merupakan salah satu kota yang sudah mulai mengalami perubahan yang signifikan. Bangunan hotel, mall, supermarket, restoran serta bangunan lainnya. Menjadikan kota Medan yang dulunya asri sekarang menjadi kota yang hingar bingar, bising, berpolusi udara. Daerah yang banyak terdapat tumbuhan-tumbuhan hijau, kini sudah jarang dijumpai di pusat kota. Hanya disekitar pinggiran saja taman-taman bisa dijumpai. Sebagai Ibukota Provinsi Sumatra Utara, sangat memungkinkan bila Medan menjadi sebuah tempat para kaum urban untuk mencari sumber kehidupan. Walau semua orang tau kehidupan di kota itu keras, tapi masih banyak orang yang memberanikan diri untuk menantang hidup di kota. Dari data perhitungan statistik Pemko Medan hingga tahun 2011, hampir 7.000 orang yang datang dan menetap di Kota Medan. Para pendatang tersebut datang dengan bermacam alasan, diantaranya sebagai pekerja baik disektor industri, Pembantu Rumah Tangga, Buruh Pabrik, pegawai restoran dan rumah makan, pelajar atau mahasiswa hingga masyarakat merantau dari kota Medan dan kembali lagi serta menetap setelah meninggalkan Medan selama berpuluh tahun yang lalu. Dari sekian banyak para urbanisme yang masuk ke Medan, terdapat juga penggangguran yang ingin mengadu nasib di Kota Metrolopolitan yang sarat akan kemiskinan. Karena banyak tak mendapati pekerjaan, akhirnya pengangguran-pengangguran itu mencari pekerjaan yang dianggap mudah namun dapat menghasilkan uang. Salah satu pekerjaan yang dilakoni adalah pengamen. Pengamen merupakan sebuah profesi yang dilakukan dengan cara bermain musik dengan meminta sumbangan ditempat-tempat keramaian. Di kota Medan hampir disemua persimpangan lampu merah dapat dijumpai para pengamen yang mengamen di pinggir jalan. Para pengamen jalanan mempunyai ekonomis yang terbatas namun mempunyai musikalitas yang hidup serta mampu menghasilkan kreasi mereka sendiri. Banyak menganggap bahwa pengamen jalanan mempunyai nilai estesis dan musikal yang rendah. Dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan masyarakat menganggap kegiatan mengamen sebagai peristiwa musikal yang rendah dan kadangkala menjengkelan. Artinya, kalau kebetulan ada seorang atau sekumpulan pemusik yang menyajikan suatu permainan secara berpindah-pindah atau tetap di lokasi yang banyak dilintasi orang, maka sering kali orang-orang pada menghindar atau cepat-cepat mengatakan “maaf”. Kejadian-kejadian seperti ini sering kita temui diterminal angkutan umum, pusat penjualan makanan, kaki lima pertokoan, dan bahkan dalam bis kota yagn berjalan. Secara umum orang menganggap kegiatan mengamen hanya berhubungan dengan pemusik yang kurang beruntung dalam hal ekonomi. Sehingga agak terkejut kalau menemukan kenyataan bahwa orang-orang seperti Iwan Fals, Doel Sumbang, Ebiet G Ade. Pada permulaannya karir mereka juga tidak terlepas dari kegiatan mengamen. Bahkan sejumlah pemusik yang sudah punya kesempatan dalam rekaman masih tetap juga berkecimpung di dunia musik jalanan seperti Anto Baret, Yono Slalu, Braga Stone dan sebagainya. Dari penjelasan diatas menunjukan bahwa pengamen jalanan sebenarnya adalah orang yang melakukan kegiatan itu dengan keterpaksaan ekonomi walau ada sebagian

Page 38: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

35

orang menjadikan ini sebagai kesenangan. Atas dasar inilah peneliti ingin mengungkap sebuah realita tentang kehidupan pengamen jalanan, khususnya di kota Medan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Tahun 2007 menyebutkan, bahwa jumlah penduduk miskin perkotaan hingga Juni 2007 tercatat 47, 11 persen dari 1.768 juta jiwa. Walaupun pada dasarnya bukan hanya masalah ekonomi dan kemiskinan yang menyebabkan mereka turun ke jalan, tetapi juga karena keinginan mereka sendiri untuk merasakan kebebasan tanpa banyak aturan dan norma dari orang tua (Waspada Online, di akses 12 Januari 2012). Sebagian dari anak jalanan menganggap bahwa mereka lebih baik bekerja dan mencari uang untuk jajan dari pada pergi sekolah, karena malas berfikir. Apalagi mereka mendapatkan uang kurang lebih Rp. 15.000,- hingga Rp. 90.000,- per hari dari bekerja di jalanan. Akibatnya dapat ditebak, anak-anak jalanan malas diajak ke habitat “normal” seperti pada umumnya anak seusia mereka, misalnya untuk bersekolah. Mereka lebih menikmati bermain di luar dan mencari uang untuk jajan mereka. Namun walaupun begitu, seharusnya jalanan bukanlah tempat yang cocok untuk anak-anak karena banyak hal – hal yang negatif yang akan didapat. Contohnya banyak anak-anak yang sudah terjun ke jalan kebanyakan menggunakan narkoba, merokok, berkelahi, hidup tidak teratur serta banyak lagi dampak yang akan didapat jika mereka hidup di jalanan. Belum lagi pelecehan seksual bagi anak-anak perempuan, karena tidak adanya perlindungan bagi mereka. Jumlah anak jalanan dari tahun ke tahun meningkat drastis, akibatnya banyak hak-hak anak yang tidak bisa terpenuhi selayaknya anak yang mendapatkan pendidikan yang layak bagi mereka. Kehidupan jalanan menjadikan kehidupan mereka sangat suram hingga semua itu mengarah kearah tindak kriminalitas yang akan berdampak tidak baik bagi lingkungan.

ISI A. Jenis Musik Yang dibawakan Pengamen Jalanan

Keberadaan pengamen jalanan dibeberapa kota besar di indonesia bukanlah lagi sebuah pemandangan yang aneh, ketika dipersimpangan jalan, didalam bus atau kreta api, saat dirumah makan atau ditempat-tempat lain bisa saja tiba-tiba kita dihampiri seseorang atau beberapa anak muda yang membawa peralatan musik seadanya, dan meyayikan beberapa lagu. tidak jarang kita temui nyayian yang kadang dapar menghibur dan terkadang juga bersuara sumbang. Berbagai jenis musik yang dimainkan oleh pengamen jalanan, seperti musik dangdut, pop, kroncong, dan berbagai jenis musik lainnya.

Ketika ingin membahas Jenis musik yang dibawakan oleh pengamen jalanan, tentu saja bukanlah suatu hal yang mudah akan sedikit terasa sulit, karena mengingat banyaknya jumlah komunitas pengamen jalalan yang tersebar dibeberapa titik persimpangan lampu merah dan tempat-tempat lain menyulitkan identifikasi yang akan dilakukan. Dalam hal ini dilakukan beberapa cara untuk mengidentifikasi jenis musik ataupun lagu yang dibawakan oleh pengamen jalalan di kota Medan. Diantaranya dengan melakukan terlebih dahulu pemetaan tempat objek komunitas pengamen jalanan melakukan aksinya.

Page 39: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

36

1. Pemetaan di persimpangan jalanan Perempatan di persimpangan jalanan merupakan tempat yang sangat strategis

untuk para pengamen menjalankan aksinya, karena diperempatan persimpangan lampu merah tempat berlalu dan berhentinya kendaraan. Kendaraan dan angkutan umum yang berhenti di perempatan untuk menunggu lampu hijau, dimanfaatkan para pengamen untuk melakukan aksinya dengan waktu yang singkat. Dalam menjalannkan aksi mengamennya, pengamen jalanan biasa membawakan lagu yang singkat saja karena waktu kendaraan untuk berjalan kembali sangat cepat. Karena waktu begitu singkat para pengamen jalanan memilih lagu yang simpel serta tidak terlalu panjang untuk didengarkan para penumpang angkutan maupun pengemudi kenderaan. Tidak hanya itu, para pengamen juga harus memotong lagu supaya pengguna kendaraan tidak bosan mendengarkannya. 2. Pemetaan di terminal

Terminal merupakan tempat penaikan, penurunan penumpang. Terminal juga merupakan tempat pemberhentian kendaraan – kendaraan bermotor seperti bus, mobil, sepeda motor, kereta api dan alat transportasi lainnya. Aktivitas di terminal sangat padat sehingga ini menjadi peluang bagi para pengamen jalanan untuk mencari sumber penghasilan. Jenis musik yang dibawakan di terminal biasanya jenis musik populer yang dimainkan secara utuh karena waktu bermain di terminal tidak sama seperti di perempatan lampu merah. Pengamen jalanan lebih leluasa bermain musik dan lagu secara utuh bahkan lebih dari 2 lagu karena banyak waktu untuk mereka bermain. 3. Pemetaan di warung atau rumah makan

Warung atau rumah makan merupakan tempat yang sering di kunjungi untuk memenuhi kebutuhan komsunsi manusia. Warung makan menjadi satu tempat dimana para pengamen beraksi untuk mengamen. Dalam penelitian ini, peneliti melihat jenis musik yang dimainkan oleh pengamen jalanan di warung-warung atau rumah makan lebih cendrung memainkan lagu pop dan beberapa lagu bernuansa tenang atau tidak bising. Tak jarang lagu- lagu yang dimainkan adalah lagu yang dipinta oleh pendengar yang makan mau berada di dalam warung makan tersebut. 4. Ditempat-tempat wisata

Obyek wisata dan atraksi wisata atau tourism resources adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Salah satu unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah obyek wisata dan atraksi wisata. Secara pintas produk wisata dengan obyek wisata serta atraksi wisata seolah-olah memiliki pengertian yang sama, namun sebenarnya memiliki perbedaan secara prinsipil. Adapun pengertian Obyek Wisata, yaitu : semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang disediakan atau bersumber pada alam saja. Sedangkan pengertian dari pada Atraksi Wisata, yaitu : sesuatu yang menarik untuk dilihat, dirasakan, dinikmati dan dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat oleh manusia dan memerlukan persiapan terlebih dahulu sebelum diperlihatkan kepada wisatawan. Selain menjadi pusat rekreasi bagi keluarga tempat wisata juga bermanfaat bagi para pengamen jalanan, karena dari

Page 40: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

37

sejumlah keramaian para pengamen jalanan dapat memberikan hiburan kepada pengunjung salah satu tempat wisata.

Jenis musik yang dimainkan oleh pengamen jalanan pun tidak berbeda dengan tempat-tempat lain, yaitu para pengamen jalanan memainkan lagu-lagu pop dan beberapa lagu dari jenis musik yang lain. Terkadang para pengunjung pun meminta lagu yang disukai untuk dibawakan oleh pengamen jalanan. 5. Didalam Angkutan Umum Seperti Didalam Bus Dan Kereta Api

Angkutan umum merupakan salah satu media transportasi yang digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif. Angkutan umum merupakan lawan kata dari kendaraan pribadi. Jenis – jenis angkutan umum antara lain, bus, angkot, kereta api dan lain- lain. Di dalam bus para pengamen jalanan dapat beraksi karena para penumpang yang duduk dapat merasa terhibur dengan ada musik yang mengiringi perjalanan penumpang, walau tak semua suka dengan adanya pengamen jalanan di dalam bus. Di kereta api pengamen jalanan naik ke dalam kereta api dari stasiun satu ke stasiun lain. Jenis musik yang dimainkan pun tidak jauh berbeda yaitu musik pop juga kebanyakan dari musik jenis lain.

Pada umumnya pengamen jalanan dimanapun berada dalam melakukan aksinya banyak memainkan musik pop. Musik-musik yang dinyanyikan pun berbagai jenis lagu. berdasarkan wawancara dengan seorang pengamen yang bernama Irawan (19 tahun) (wawancara 15 Juli 2012), para pengamen jalanan biasanya menyanyiakan lagu- lagu pop yang sedang populer dinyanyikan orang-orang. Lagu- lagu itu didengar dari toko-toko kaset CD, mall, market dan dijalan-jalan. Lagu- lagu tersebut dipelajari secara singkat hanya dengan beberapa kali mendengarkan saja. Dalam memainkan musiknya, para pengamen jalanan beberapa ansambel musik untuk memainkan musiknya. Jenis-jenis ensambel alat musiknya antara lain : - Ensambel Ukele

Pengamen jalanan yang menggunakan ensambel ukele sangat banyak kita jumpai dijalanan. Ukele merupakan gitar kecil yang mempunyai suara yang khas. Karena ukurannya yang kecil dan mudah dibawa kemana-kemana, ukelele menjadi alat musik yang paling sering digunakan para pengamen jalanan dalam mengamen. - Instrumen Gitar

Pengamen yang menggunakan instrumen gitar bisa kita jumpai hampir disemua tempat strategis untuk mengamen. Gitar merupakan instrumen melodis yang mudah dibawa menggunakan tali gantungan. - Ensambel Kecil

Ensambel kecil merupakan sebuah ensambel alat musik yang dimainkan para pengamen yang terdiri dari alat musik ukulele, drum stereofom dan tamborin. Biasa ensambel kecil ini bermain musik atau mengamen lebih di tempat-tempat yang banyak pengunjungnya, contohnya pusat perbelanjaan, rumah makan, terminal serta tempat keramaian lainnya. - Akapela

Akapela sebenarnya bukan bagian teknik ensambel permainan alat musik dari pengamen jalanan, tapi dalam hal ini, musik yang dimainkan oleh para pengamen berupa nyanyian saja. Maksud dari akapela adalah para pengamen ini

Page 41: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

38

hanya bernyanyi untuk mengamen tanpa menggunakan alat musik apapun. Biasanya pengamen jalanan yang hanya bernyanyi saja, terdiri dari 1 orang saja, tapi kadang-kadang bisa saja lebih dari satu orang. Pengamen yang bernyanyi saja juga bernyanyi sambil bertepuk tangan.

Dalam penelitian ini, banyak sekali menemukan cara–cara pengamen jalanan untuk memainkan musik selain dari cara di atas. Berbagai cara dilakukan para pengamen jalanan dalam bermain musik, baik itu dari penggunaan alat musik sederhana maupun alat musik sampah atau barang bekas.

B. Pengalaman Belajar dan Bermain Musik Pengamen Jalanan

Pengalaman merupakan sebuah ilmu yang paling berharga. Dari pengalaman seseorang dapat melihat masa lalunya untuk dijadikan pelajaran dalam menjalani sesuatu yang sama dengan masa lalu. Dari sebuah pengalaman orang dapat dinilai bagaimana ia menjalani atau melalui sesuatu hal yang dianggap rumit bagi sebagian orang.

Belajar merupakan sebuah keharusan bagi semua orang, sebab dari sebuah pelajaran seseorang dapat melaksanakan kegiatan yang belum pernah dijalani. Proses belajar dapat dilakukan dimana saja, walau secara teori belajar itu harus dilakukan ditempat yang formal atau sebuah sekolah. Sesungguhnya belajar dapat dilakukan dimana saja, baik itu disekolah, diluar sekolah, dirumah bahkan ditempat – tempat bersantai atau bekerja. Anggapan tentang pengamen yang kurang pendidikannya karena putus sekolah, menjadi sebuah nilai yang negatif bagi pengamen jalanan, karena dinilai tidak mengerti tentang ilmu. Pada hal semua orang pada umumnya bisa belajar dan menguasai suatu bidang ilmu, tidak tergantung apapun profesinya. Dalam penelitian ini, berdasarkan wawancara terhadap seorang pengamen yang bernama Gusri yang biasa dipanggil Gos (wawancara 15 Agustus 2012) pengalaman belajar bermusik yang dipelajari kebanyakan dari kebiasaan berkumpul bersama teman sambil bermain gitar, ada juga yang belajar bermusik dari ikut-ikutan dan terjun menjadi pengamen untuk memenuhi kebutuhan. Terkadang belajar bermain musik merupakan sebuah kesenangan bagi sebagian pengamen, karena untuk mengeluarkan hobinya, para pengamen sengaja mengamen demi kepuasaan bermusiknya tanpa pedul berapa banyak hasil yang didapat. Tidak hanya itu, pengalaman bermain musik pengamen juga terkadang diperoleh dari beberapa lembaga swadaya masyarakat atau organisasi peduli lingkungan yang peduli pada mereka dan mengajari keterampilan untuk bekal pengetahuan mereka khususnya bermain musik, walau pada kenyataannya mereka masih turun ke jalan untuk mengamen.

Tergantung bagaimana cara para pengamennya untuk belajar dimana, dengan siapa orangnya, yang penting mereka dapat belajar musik dan bisa turun ke jalan untuk mengamen. Pengajaran yang di dapat menjadikan

C. Bentuk Penyajian dan Alat Musik Pengamen Jalanan

Dalam proses penyajian musik, para pengamen jalanan tidak terlalu memperhatikan bagaimana cara penyajian musiknya. Hal yang terpenting bagi para pengamen jalanan tersebut adalah mereka bermain musik, mengamen dan mendapatkan uang untuk makan sehari-hari. Pengamen jalanan hanya bermain

Page 42: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

39

musik seadanya, artinya tak ada penyajian khusus dalam bermain musik. Penyajian musik jalanan oleh pengamen jalanan tidak mengenal waktu khusus. Hal ini dikarenakan tidak adanya larangan ataupun hal yang mengikat penyajian jalanan itu dilaksanakan secara khusus. Kapan dan dimana saja, dan oleh siapa saja musik jalanan dapat dimainkan. Baik pagi hari maupun siang hari, ataupun malam hari, musik jalanan ini dapat dimainkan (disajikan). Namun secara umum dalam pengamatan penulis, para pengamen jalanan biasanya (seringkali) memainkannya pada saat pagi menjelang siang hari, kira-kira pukul 11.00 Wib dimana orang-orang sudah mulai mencari tempat makan siangnya, hingga sore hari pukul 17.00 wib saat orang mulai beranjak untuk pulang kerumah. Secara umum pengamen jalanan ini biasanya menyajikan musiknya pada tempat-tempat yang cenderung ramai. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar mereka mendapatkan uang (sedekah) yang lebih banyak dari orang-orang yang mereka jumpai. Tempat-tempat ramai yang biasanya mereka kunjungi misalnya saja di pasar, tempat dimana orang-orang banyak berlalu lalang, seperti pasar sambu.Tempat lainnya seperti di perempatan lampu merah. Biasanya mereka memainkan musik sampah sambil bernyanyi dekat dengan mobil-mobil mini bus dan persis berada di depan pintu penumpang mini bus tersebut. Pemandangan seperti ini sering sekali kita jumpai diperempatan lampu merah yang ada di kota medan. Selain ditempat tersebut, para anak-anak jalanan juga menyajikan musiknya mereka biasanya ditempat(rumah) makan. Seperti sebuah tempat yang pastinya hampir dikenal oleh semua anak-anak jalanan, bahkan masyarakat umum kota Medan. Biasanya mereka mulai bernyanyi pada pukul 11.00 wib, tepat pada saat jam makan siang dimana para mahasiswa mulai datang untuk makan siang kesana, hingga pukul 16.00 wib, demikian ungkap pak Hadi pemilik warung makan di simpang jalan pancing (wawancara 16 Agustus 2012). Hal ini dikarenakan para penikmat musik dari para pengamen jalanan yang mereka sajikan tidak akan pernah mengusir mereka dengan sikap yang kasar, dan di tempat ini mereka tidak akan pernah di kejar-kejar dan di hantui oleh perasaan ketakutan oleh para pamong praja kota Medan. Disamping lokasi diatas, kereta api juga menjadi salah satu tempat yang dipilih oleh anak-anak jalanan untuk menyajikan musik mereka. Mereka mulai berdatangan ke stasiun kereta api biasanya mulai pukul 10.00 wib. Tepat pada saat sebelum kereta api akan berangkat dari Medan, hingga pukul 18.00 wib tepat pada saat kereta api akan habis dari Tanjung Balai. Dalam melakukan pengamatan pada stasiun kereta api Medan dengan rute Medan-Tanjung Balai. Sesungguhnya masih ada tempat-tempat lainyang barangkali juga di datangi oleh para pemusik jalanan ini dalam menyajikanmusik mereka. Namun secara khusus penulis hanya memfokuskan penelitian pada tempat-tempat tersebut. Berikut adalah alat musik yang lazim digunakan pengamen jalanan.

1. Ukulele

Ukulele adalah alat musik gitar kecil yang mempunyai 4 buah senar nilon dengan ukuran 40 sampai 50 cm meter. Para pengamen jalanan banyak menggunakan ukulele karena selain ukurannya yang kecil dan mudah dibawa kemana-mana.

Page 43: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

40

2. Gitar Instrumen gitar menjadi pilihan pengamen jalanan untuk bermain musik karena

instrumen melodis ini dapat digunakan dalam bermain musik tanpa alat musik lain. Gitar yang digunakan pengamen jalanan pun tidak begitu bagus. 3. Drum Angkut

Istilah drum angkut diberi nama oleh pengamen jalanan itu sendiri. Drum angkut merupakan bagian dari senar drum serta sebuah cymbal untuk menambah variasi bunyinya. 4. Drum Pipa ( Gendang Paralon)

Drum pila/gendang paralon ini adalah sebuah gendang yang terbuat dari pipa air dan ditutup bagian atasnya dengan karet ban. Jumlah pipa paralon yang digunakan pengamen jalanan biasanya berjumlah tiga buah. 5. Pianika

Pianika merupakan piano kecil yang mempunyai 2 oktaf tuts piano. Cara menggunakannya adalah ditiup dengan menggunakan selang. Alat musik ini mudah digunakan dan dibawa oleh pengamen dalam menjalankan aktivitas aksinya. 6. Tamborin

Tamborin biasanya dipakai para pengamen untuk alat bantu tambahan dalam mengamen, tapi terkadang pengamen jalanan yang tidak mempunyai alat musik hanya menggunakan tamborin dalam mengamen.

PENUTUP

Dari penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :

1. Jenis musik yang dimainkan oleh pengamen jalanan adalah musik pop,

dangdut, rock, keroncong yang sedang tren saat ini dan ada juga lagu – lagu balada serta lagu ciptaan mereka sendiri.

2. Pemetaan objek kegiatan aktifitas pengamen jalanan ketika sedang mengamen antara lain: di persimpangan jalan, terminal, tempat wisata warung-warung makanan, didalam bus dan kereta api.

3. Pengalaman belajar bermain musik pengamen jalan diperoleh dari sesama teman pengamen jalanan yang dilakukan secara oral dan praktek langsung serta dari lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap kreatifitas pengamen jalalan.

4. Penyajian musik pengamen jalanan hanya bermain musik seadanya, artinya tak ada penyajian khusus dalam bermain musik. Penyajian musik jalanan oleh pengamen jalanan tidak mengenal waktu khusus. Dan tempat khusus. Penyajiannya dalam bentuk beryayi dengan diiringi oleh sebuah gitar dan alat perkusi, atau diiringi gitar kecil (ukulele)

5. Instrumen musik yang digunakan adalah: Ukulele, Gitar, tamborin Gendang paralon, dan beberapa instrumen perkusi lain yang dibuat sendidiri oleh pengamen jalanan.

Page 44: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

41

DAFTAR PUSTAKA

Dendy, Sugono. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia Djohan. 2005. Psikologi Musik. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik Koentjaraningrat dan Donald K. Emmerson. 2003. Aspek Manusia dalam

Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia Nainggolan, D. Togar. 2006. Batak Toba di Jakarta. Medan : Bina Media Nani, Nurul. 2008. Metode Penelitian Deskriptif. Yogyakarta : Pustaka Belajar Sumardi, Selo. 2005. Permasalahan Dalam Penelitian. Bandung : Gramedia Sumarti. 2005. Pola Kerja Anak Jalanan, Studi Kasus Pengamen anak Jalanan di

Area Tugu Kujang. Jawa Barat. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press

Ratna, Nyoman Kutha. Metode Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Suyatno dan Sutinah. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Arrauz Media

Page 45: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

42

IDENTIFIKASI RITME DAN MELODI DALAM TARIAN KUDA LUMPING DI MARENDAL

Tri Angel

071222520035

Abstrak

Secara umum penelitian ini menunjukkan bahwa Identifikasi Rithme dan Melodi Kuda Lumping yang ada di Marendal memiliki Ritme dan Melodi yang sama pada umum nya, Tetapi seiring dengan perkembangan Zaman dan meningkat nya pengalaman pemain musik Kuda Lumping maka dalam beberapa bagian Ritme dan Melodi variasi tertentu. Penelitian ini di maksudkan untuk mengetahui bagaimana Ritme dan Melodi kuda lumping yang ada di Marendal. kiranya penelitian ini dapat menjadi pedoman maupun acuan bagi para muda – mudi yang pada zaman ini banyak meninggalkan musik yang bersifat Kebudayaan.

Kata Kunci: Ritme, Melodi, Tarian, Kuda Lumping PENDAHULUAN Orang Jawa di Sumatera Utara, menyebut dan disebut sebagai Pujakesuma, yaitu Putra Jawa Kelahiran Sumatera. Mereka tetap memelihara kebudayaan yang dibawa dari Jawa, termasuk kesenian. Menurut dalam sejarah kebudayaan Jawa, Kuda Lumping atau yang lazim juga disebut dengan kuda kepang, Jara Kepang, jathilan, atau ebeg, merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan masyarakat Jawa. Asal-usulnya, menurut cerita rakyat Jawa, kesenian kuda Lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda, dalam Perang Diponegoro tahun 1825-1830.

Di zaman perjuangan kemerdekaan, awal abad ke-20 sampai tahun 1940-an, kuda Lumping berubah menjadi alat perjuangan oleh para pejuang kemerdekaan. Pada saat pertunjukan kuda Lumping dilakukan yang ditonton oleh masyarakat sekitar, maka tempat pertunjukannya sengaja dibuat di dekat benteng penjajah. Sehingga pada saat pertunjukan berlangsung, salah satu anggota kuda Lumping memasuki benteng tersebut tanpa dicurigai untuk mengetahui kekuatan musuh. Setelah itu mereka menyampaikannya kepada para pejuang kemerdekaan.

kuda Lumping menggabungkan unsur musik, tari, dan ilmu gaib (supranatural). Hal ini terlihat pada saat pertunjukan berlangsung. Unsur musik pada kuda Lumping diwakili oleh keberadaan alat-alat musik seperti saron, demung, kendang, dan gong serta di beberapa grup ada yang menggunakan penyanyi atau sering disebut sindhen.

Page 46: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

43

Musik yang dihasilkan, digunakan untuk mengiringi tarian yang dilakukan beberapa penari yang disebut anak wayang. Jumlah mereka selalu ganjil, dengan pakaian menari seperti celana pendek sepanjang lutut, yang menggunakan rompi. Di kepala mereka ada hiasan yang terikat disebut ira-ira. Pada saat menari, anak wayang menyelipkan di bagian selangkangan mereka kuda-kudaan yang terbuat dari bambu atau plastik. Dipegang dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang selendang yang terikat di pinggang yang digerak-gerakkan sedemikian rupa mengikuti irama musik.

Masduki , seorang pemimpin tim kudalumping mengatakan ’’Kuda Lumping merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan masyarakat Jawa”. Asal-usulnya, menurut cerita rakyat Jawa, kesenian Kuda Lmping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda, dalam Perang Diponegoro tahun 1825-1830.

Seringkali dalam pertunjukan Kuda Lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural yang bersuasana magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain- lain.Atraksi seni ini mengekspresikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan kerajaan-kerajaan Jawa, dan merupakan aspek bukan militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.

Kesenian tari yang menggunakan kuda bohong-bohongan terbuat dari anyaman bambu serta diiringi oleh musik gamelan seperti; gong, kenong, kendang dan slompret. Penari kuda lumping tradisional yang asli umumnya diperankan oleh anak putri yang berpakaian lelaki bak prajurit kerajaan. Saat ini, pemain kuda lumping lebih banyak dilakoni oleh anak lelaki.

Bunyi sebuah pecutan (cambuk) besar yang sengaja dikenakan para pemain kesenian ini, menjadi awal permainan dan masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan kesadaran si-pemain. Kuda bohongan yang di naik kan para pemain terbuat dari anyaman bambu, dan para penunggan kuda kakinya diberi kerincing. Beling (kaca) yang biasa nya dimakan dan itu merupakan bohlam lampu.

Pada permainan kuda lumping, makna lain yang terkandung adalah warna. Adapun warna yang sangat dominan pada permaian ini yaitu; merah, putih dan hitam. Warna merah melambangkan sebuah keberanian serta semangat. Warna putih melambangkan kesucian yang ada didalam hati juga pikiran yang dapat mereflesikan semua panca indera sehingga dapat dijadikan sebagai panutan warna hitam. ISI A. Sejarah Tarian Kuda Lumping

Dalam sejarah kebudayaan Jawa, jaran kepang atau yang lazim juga disebut dengan kuda lumping, kuda kepang, jathilan, atau ebeg, merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan masyarakat Jawa. Asal-usulnya, menurut cerita rakyat Jawa, kesenian kuda lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi

Page 47: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

44

penjajah Belanda, dalam Perang Diponegoro tahun 1825-1830. Versi cerita yang lain menyebutkan, bahwa kesenian kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Cerita lain menyebutkan bahwa, kesenian kuda lumping ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.

Seringkali dalam pertunjukan kuda lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural yang bersuasana magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain- lain.Atraksi seni ini mengekspresikan kekuatan supranatural yang pada zaman dahulu berkembang di lingkungan kerajaan-kerajaan Jawa, dan merupakan aspek bukan militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.

Selain itu, dalam rangka hubungan antara bangsawan dan rakyat kebanyakan, lahirnya kuda lumping tidak terlepas dari perbedaan kesenjangan yang cukup besar antara golongan kaum kraton atau kelas atas yang mempunyai kebudayaan adi luhung (super culture, high culture) yang berkembang di kerajaan, dengan golongan kaum bawah yang mempunyai kebudayaan rakyat (folk culture) yang umumnya berkembang di desa-desa. Akibat kesenjangan ini, timbullah perselisihan antara dua golongan tersebut, yang tentu saja golongan kelas bawah yang banyak mendapat kerugian. Kemudian timbullah perasaan tertekan yang semakin lama semakin mendalam, yang akhirnya timbul keputusasaan dan pasrah karena tidak dapat berbuat apa-apa sehingga menimbulkan kompensasi dan timbul ketegangan-ketegangan. Untuk melepaskan atau sekedar melupakan perasaan tertekan tersebut, walaupun hanya sesaat, maka rakyat kebanyakan menciptakan seni sebagai wujud ketertekanan sosial yang dilakukan pihak bangsawan, yaitu melalui seni kuda lumping.

Di zaman perjuangan kemerdekaan, awal abad ke-20 sampai tahun 1940-an, kuda lumping berubah menjadi alat perjuangan oleh para pejuang kemerdekaan. Pada saat pertunjukan kuda lumping dilakukan yang ditonton oleh masyarakat sekitar, maka tempat pertunjukannya sengaja dibuat di dekat benteng penjajah.

Penyebaran kuda lumping ke luar daerah terjadi ketika zaman yang disebut dengan koeli koentrak. Pada saat itu beberapa masyarakat Jawa ada yang berharap ingin merubah kehidupannya. Harapan tersebut tercapai ketika kolonial Belanda beserta para pengusaha-pengusaha Belanda datang ke Indonesia dan membuka lahan perkebunan di Pulau Sumatera. Karena tergiur dengan angan-angan muluk akan janji kehidupan yang lebih baik yang nantinya dapat mewujudkan kehidupan yang lebih mapan daripada kondisi mereka di pulau Jawa maka dengan sukarela mereka mengikuti arus imigrasi ke daerah Nusantara termasuk Sumatera dalam jumlah yang besar.

Namun yang terjadi setelah sampai di daerah imigrasi adalah jauh dari harapan mereka ketika masih ada di pulau Jawa. Karena sebenarnya semua biaya keberangkatan dari daerah asal sampai di tempat imigrasi dibebankan kepada mereka semua ditambah lagi dengan adanya judi, madat, pelacuran, serta sistem feodal Belanda yang menambah beban hutang yang melilit mereka. (Syarbaini 1996).

Page 48: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

45

Pada awal nya Kuda Lumping masuk ke marendal pada Tahun 1990 yang di pimpin oleh bapak Alm.Ardianto pada masa itu Kuda Lumping yang di pimpin bapak Bapak ini hanya memiliki beberapa anggota saja. Setelah Bapak Ardianto meninggal dunia Group kuda lumping ini di teruskan oleh bapak Sutarmin selaku murid dari Alm.Bapak Ardianto Sampai pada saat ini. B. Tarian Kuda Lumping Di Marendal

Kuda Lumping yang di pimpin Bapak Sutarmin sama hal nya dengan kuda lumping lain nya yang menggabungkan unsur musik, tari, dan ilmu gaib (supranatural). Hal ini terlihat pada saat pertunjukan berlangsung. Unsur musik pada Kuda Lumping yang di pimpin oleh Bapak Sutarmin diwakili oleh keberadaan alat-alat musik seperti saron, demung, kendang, dan gong serta di beberapa grup ada yang menggunakan penyanyi atau sering disebut sindhen. Alat – alat musik yang di gunakan berupa alat musik pukul atau ( perkusi ).

Bentuk pertunjukan Kuda Lumping yang di pimpin Bapak Sutarmin dimulai dengan tarian persembahan, Para penari menari diiringi musik yang di selangkangan mereka membawa kuda-kudaan yang dipegang tangan kiri. Tujuan dari tari persembahan ini adalah meminta izin dari penguasa (alam gaib) yang ada di bawah dan di atas bumi--di tempat mereka melakukan pertunjukan. Sekaligus memberitahu tujuan mereka di tempat tersebut adalah untuk menghibur, bukan untuk mengganggu .

Setelah itu, dilanjutkan dengan pembakaran kemenyan oleh pengendali pertunjukan atau yang disebut dengan pawang. Tujuannya adalah untuk memanggil arwah-arwah yang akan memasuki tubuh penari. Setelah berganti kostum, para penari mulai menari yang tujuannya untuk memasukkan arwah atau disebut endang ke dalam tubuh mereka. Pergantian kostum ini terjadi tergantung dari keadaan masing-masing kelompok kuda lumping. Jika mempunyai uang yang cukup, maka pengadaan dua buah kostum sangat mungkin untuk dilakukan, tetapi jika tidak mempunyai dana yang cukup maka kostum yang digunakan pada saat melakukan tarian persembahan dengan pada saat penari (anak wayang) trance atau mabok samaBiasa nya para penari juga melakukan atraksi – atraksi yang berbahaya. Seperti memakan beling atau pecaha – pecahan kaca, memakan paku, mengupas kelapa dengan mulut dan menghembuskan api dari obor. C. Bentuk Atraksi Tari Kuda Lumping

Dalam setiap pagelarannya, tari kuda lumping ini menghadirkan 4 fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri.

Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.

Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari senterewe.

Page 49: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

46

Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari kuda lumping.

D. Alat Musik Yang Di Gunakan Pada Pertunjukan Kuda Lumping 1. Saron

Menabuh gamelan Jawa khusunya saron merupakan suatu hal yang janrang di temukan pada jaman ini. Saron hanya terdiri dari 7 nada, Saron hanya terdiri dari 7 wilah (batang) nada saja, yaitu: nada 6,1,2,3,5,6,1 pada laras slendro dan 6,1,2,3,4,5,6,7 pada laras pelog. Namun pada perkembangannya campursari sendiri membuat saron hingga 11 nada, bahkan ada yang 12 nada Tetapi, hanya menambahkah nada tinggi sajaSaron bisa terbuat dari besi, kuningan dan perunggu. 2. Demung

Demung adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan. Dalam satu set gamelan biasanya terdapat 2 demung, keduanya memiliki versi pelog dan slendro. Demung menghasilkan nada dengan oktaf terendah dalam keluarga balungan, dengan ukuran fisik yang lebih besar. 3. Gong

Gong atau Go’ong atau Gung, menempati derajat tertinggi dan paling mulia di antara seluruh peralatan Gamelan, sebab alat musik ini merupakan siloka (symbol) dari NAGA dan RA (Naga dan Matahari) atau jika disatukan menjadi NAGARA (‘negara’).Bentuk lingkaran Gong adalah siloka dari Matahari (Sang Surya) atau dalam konsep ketatanegaraan leluhur bangsa Indonesia di jaman kerajaan sering disebut sebagai “RA”. 4. Kendang atau Gendang

Kendang, atau gendang adalah alatmusi yang terbuat dari Kulit lembu atau sapi. Kedang atau gendang biasa nya nya di mainkan dengan menggunakan tangan. Lembu (Sapi) ataupun Kerbau (Munding) di percaya sebagai lambang kesuburan Bumi Nusantara. Hal ini berkaitan juga dengan keberadaan wilayah Karesian yang menjadi bagian terluar dari konstelasi negeri Pa-Ra-Hyang dalam konsep pemerintahan Galuh Agung.

E. Bentuk Ritme Musik Pada Pertunjukan Kuda Lumping

Pada dasar nya Musik hanya mungkin karena waktu. Disana, ritme mengatur waktu. Apa yang kemudian dinyatakan di dalam waktu, itulah gambaran musik yang sebenarnya. Karena psikologis kesadaran gerak (langkah) alami satudua pada diri manusia musik dan tari cenderung mengikat waktu dalam parameter ganjil-genap satu-dua.

Adapun proses perjalanan Rithme yang biasa di lakukan oleh para Pemain Kuda Lumping yang di pimpin oleh Bapak Sutarmin menggunakan ritme yang sama dan di lakukan secara berulang – ulang dengan menggunakan tempo dan dinamik yang berbeda.

Page 50: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

47

F. Bentuk Melodi Musik Pada Pertunjukan Kuda Lumping Melodi tidak terlepas dari beberapa unsur-unsur Musik yang biasa kita

dengar. Musik tidak akan kedengaran sempurna tampa ada nya melodi. Setalah penulis melakukan penalitian musik Kuda Lumping di Marendal yang di pimpin oleh Bapak sutarmin, Penulis dapat melihat bagai mana bentuk-bentuk atau bagian-bagian melodi yang di gunakan para pemain musik Kuda Lumping yang di pimpin oleh Bapak Sutarmin.

Permainan musik kuda lumping pada umum nya biasa nya menggunakan melodi yang sama. Namun biasa nya pada setiap group memiliki fariasa – fariasi melodi yang berbeda. Adapun bentuk melodi yang di gunakan pada pemain Musik Kuda Lumping yang di pimpin oleh Bapak Sutarmin menggunakan bentuk melodi yang sama dengan kuda lumping pada umum nya. Tetapi pak Sutarmin menggunakan perkembangan – perkembangan nada yang berfariasa agarmenghasilkan nada – nada yang yang menarik untuk di nikmati pendengar.

G. Pendominasian Musik Dan Tarian Kuda Lumping

Musik dan Tarian Kuda Lumping yang di pimpin oleh Bapak Sutarmin sangat menarik dan istimewa bahkan berbeda dari tarian – tarian yang umum nya di lakukan oleh para penari biasa. Hal itu semua di karenakan ada nya roh gaib yang masuk dalam tubuh penari kudalumping tersebut. Akan tetapi sebelum roh atau Endang masuk kedalam tubuh penari, penari masih menari dengan kondisi sadar sampai roh atau Endang masuk kedalam tubuh mereka sambil di iringi dengan musik yang memiliki tempu semakinlama semakin cepat. Ketika Roh atau Endang masuk kedalam tubuh penari maka penari mulai untuk mempertunjukan pertukan seperti memakan pecahan kaca, membuka kelapa dengan menggunakan mulut hal itu di lakukan di luar dari alam sadar mereka.

Untuk mengusir Roh atau Endang pulang dan kluar dari tubuh mereka Roh atau Endang meminta musik yang sesuai dengan keinginan mereka. Musik itu berfungsi sebagai pengiring Roh atau Endang untuk pulang dan keluar dari Tubuh para penari Kuda Lumpung.

PENUTUPAN Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai brikut: 1. Sejarah kebudayaan Jawa, Kuda Lumping atau yang lazim juga disebut

dengan kuda kepang, Jara Kepapang merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan masyarakat Jawa. Di dalam masyarakat Jawa sendiri, kuda Lumping juga dikenal dengan nama yang lain salah satunya adalah Banyumasan. Dikatakan demikian karena kuda Lumping dulunya sangat terkenal dari daerah Banyumas sehingga banyak mengidentikkan bentuk kesenian ini dengan daerah tersebut.

2. Ritme dan Melodi Kuda Lumping di Marendal sama dengan Kuda Lumping pada umum nya namun karenan kemampuan pemain musik meningkat, pemain musik kuda lumping di Marendal menambah kan bagian – bagian Ritme dan melodi yang ada pada Pertunjukan Kuda Lumping yang di Marendal.

Page 51: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

48

3. Pendominasian Musik dan Tarian Kuda Lumping Di Marendal sangat menarik dan istimewa bahkan berbeda dari tarian – tarian pada umum nya yang di lakukan oleh para penari biasa. Hal itu semua di karenakan ada nya roh gaib yang masuk dalam tubuh penari kudalumping tersebut.

4. Roh/Endan yang terdapat pada roh pemain Kuda Lumping dapat menyesuai kan gerakan – gerakan yang di mainkan oleh para pemain musik walaupun dalam kondisi tidak sadar.

5. Selain Manusia, Roh/Endang ternyata dapat menikmati Musik dan Menuangkan nya dalam Bentuk tari – tarian.

6. Manusia yang dalam kondisi sadar juga dapat kemasukan Roh/Endang ketika mendengarka Musik kuda Lumping.

Dari beberapa kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran antara lain: 1. Disarankan kepada pelatih musik Kuda Lumping di Marendal agar sebaiknya

dapat memberikan yang lebih tentang musik Barongsai. 2. Bagi pemain musik yang bisa memain kan alat – alat musik Kuda Lumping

agar dapat memberikan improvisai – improvisasi yang lebih dalam permainan musik Kuda Lumping.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimut Hidayat. (2009). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data, Surabaya ; Salemba Media

Becker, J. 2001. Anthropological Persepective On Misic and Emotion. In P.N Benamou, M. 2001. Rasa In Javanese Musikal Aesthestics. PhD Dissertation.

Musikology. Ann Arbir, MI ; UMI Company Clarke, E.F. 2003. Musik and Musikhology In The Cartural Study of Musik : A.

Cartical Introduction De Nora, T.1997. Musik and erotic agency-sonic resources and social-sexsual

action. Body and Society, 3, 43-65. University Press Eagle, C. T. 1971. Effedts of Existing Mood and Order of Persentation of Vocal

and Instrumental Musik on Rated Mood Responses to That Musik. Unpublished doctoral dissertation, University of Kansas, USA

Endraswara. S. 2003. Budi Pekerti dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT. HAnindita Graha Widya

E Nailin, W. 1968. Cross-culturan Cimparison in the affective Respons to misic G. Polya (How to Solve IT, Edisi ke 2, Princeton University Press) Hardjana, 2003. Budi Pekerti Seni dan Budaya. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha

Widya Silado, Remy. 2009. Musik Ilustrasi Cuma Ada di Indonesia. Yogyakarta: Gong

no.107/X/2009 Yayasan Tikar Media Budaya Nusantara Pusat Pembinaan Bahasa 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Balai

Pustaka Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia. 2007. Seni dan Budaya. Jakarta

Page 52: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

49

KARYA-KARYA YOSEFH TATARANG SEBAGAI ARRANGER ACAPELLA DI SUMATERA UTARA

Antony Lavinci 071222510057

Abstrak

Metode penelitian yang digunakan adalah Metode

Penelitian Deskriptif Kualitatif yang dilakukan di Jl. Kapten M. Jamil Lubis No. 54 Kelurahan Bandar Selamat Medan yang dimulai bulan Juni sampai dengan Agustus 2012 dan objek penelitian ini adalah yosefh tatarang yang merupakan seorang arranger acapella. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, study kepustakaan, wawancara dan pendokumentasian. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui data tentang latar belakang dang karya-karya dari yosefh tatarang sebagai seorang arranger acapella di sumatera utara. Setelah melakukan analisis data maka di dapat kesimpulan bahwa yosefh tatarang merupakan seorang arranger acapella yang tidak memiliki latar belakang pendidikan musik formal. Beliau mulai mengaransemen lagu khususnya acapella sejak tahun 1963 ketika beliau duduk di bangku sekolah menengah atas.

Kata Kunci :Karya-karya Yosefh Tatarang Pendahuluan

Suatu penelitian, tidaklah lepas dari suatu konsep, karena dengan konsep peneliti dapat menggambarkan dan melukiskan fakta-fakta mengenai fenomena yang terjadi pada suatu objek peristiwa.

Kecenderungan manusia untuk menemukan hal-hal baru terekspresikan dalam suatu bentuk yang dikenal sebagai kreativitas. Kegiatan kreativitas inilah salah satunya yang menyebabkan musik tidak bersifat statis, diam, tidak berubah, atau tidak berkembang, tetapi menjadi bersifat dinamis, bergerak, berubah, atau berkembang. Kegiatan kreativitas yang menyebabkan sesuatu menjadi berubah atau berkembang terjadi dalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang seni, khususnya musik. Musik sebagai salah satu manifestasi dari kebudayaan senantiasa berubah atau berkembang sejalan dengan perubahan atau perkembangan pola pikir atau pandangan masyarakat pendukungnya, khususnya para praktisi musik baik itu para komposer, arranger maupun para seniman penggarap yang bersentuhan langsung dengan musik tersebut. Bentuk perubahan atau perkembangan tersebut ada yang bersifat natural atau alami, dalam arti perubahannya ini terjadi melalui proses dalam kurun waktu yang relatif lama dengan tidak disengaja dan tanpa tujuan apa pun; dan yang bersifat artifisial, dalam arti perubahannya ini terjadi melalui proses dalam kurun waktu yang sangat

Page 53: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

50

cepat dengan cara disegaja dengan tujuan untuk melahirkan bentuk baru. Dari hasil observasi, yosefh tatarang merupakan pensiunan pegawai negeri

di stasiun tv nasional yaitu TVRI yang pension pada tahun 2000. Sejak saat itu sampai sekarang beliau masih aktif dalam mengaransemen lagu daerah, lagu rohani dan lagu popular. Yosefh Tatarang merupakan salah satu auditor dalam persiapan kontingen Sumatera Utara menuju Pesparawi Gereja Nasional di Samarinda sekaligus membuat aransemen untuk kategori vocal group. Beliau juga yang melatih dan mengarahkan anggota vocal group selama proses latihan dengan pengalaman mengajar group vocal yang sangat baik. Kategori vocal group Sumatera Utara mendapatkan medali Gold dan menduduki peringkat ke-tiga dalam Pesparawi Gereja Nasional yang dilaksanakan di Samarinda - Kalimantan timur. Pada ajang tersebut, penulis menjadi salah satu personil vocal group yang untuk pertama kalinya bertemu dengan seorang Yosefh Tatarang. Sejak proses latihan sampai dengan akhir lomba, penulis memahami bahwa Yosefh Tatarang merupakan seorang praktisi musik yang sangat ahli dalam mengaransemen lagu khususnya lagu acapella. Kemampuan yang dimiliki oleh beliau menjadi motivasi tersendiri terhadap penulis dalam belajar mengaransemen lagu hingga mengangkat sosok beliau dalam karya ilmiah berbentuk skripsi.

Penelitian ini berfokus pada latar belakang dan karya-karya Yosefh Tatarang sebagai seorang arranger acapella di sumatera utara, maka dalam kaitannya dalam pendapat tersebut, dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Metode ini sejalan dengan pendapat Maryaeni (2005:60) yang mengatakan bahwa :

“Data penelitian kualitatif biasa berupa tulisan, rekaman ujaran secara lisan, gambar, angka, pertunjukkan kesenian, relief-relief, dan berbagai bentuk data yang biasa ditransposisikan sebagai teks, dan data tersebut biasa bersumber dari hasil survey, observasi, wawancara, dokumen, hasil evaluasi, dan sebagainya”. Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud

metode penelitian adalah metode yang bertujuan untuk menggambarkan sesuatu dan melihat bagaimana fakta yang ada di dalam suatu komunitas. Metode penelitian ini akan mencari gambaran dari objek penelitian dengan pendekatan kualitatif yang harus berlandaskan kokoh sehingga akan diketahui keadaan dari objek penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. ISI 1. Biografi Singkat Yosefh Tatarang A. Pendidikan

Yosefh Tatarang menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasarnya di Sekolah Rakyat No 2 Rantau Parapat dari tahun 1951 sampai dengan tahun1957. Kemudian beliau melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Tanjung Balai pada tahun 1957 sampai dengan tahun 1960. Setelah itu beliau kembali melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA

Page 54: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

51

Negeri 1 Tanjung Balai pada tahun 1960 sampai tahun 1963. Setelah menamatkan pendidikan di tingkat SMA, beliau melanjutkan pendidikan di Akademi Perdagangan Pelayaran (APP) yang sekarang sudah berganti menjadi Akademi Maritim Indonesia (AMI). Beliau masuk di Akademi Perdagangan Pelayaran (APP) pada tahun 1963 dan kemudian menyelesaikan Ujian Negara pada tahun 1967. Dari penjelasan tentang pendidikan yang dimiliki oleh Yosefh Tatarang di atas, dapat diketahui bahwa beliau tidak memiliki latar belakang pendidikan musik. B. Latar Belakang Keluarga

Yosefh Tatarang mewarisi bakat dalam bidang musik dari sang ayah. Ayah beliau adalah seorang polisi berpangkat kapten yang juga adalah seorang penyanyi dan pemain cello. Selama masa tugas, sang ayah melatih paduan suara dan marching band di asrama polisi sedangkan sang ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga. Yosefh Tatarang adalah anak pertama dari 6 orang bersaudara dan satu-satunya anak laki- laki dari pasangan Daud Tatarang dan Laurina Malemboris. Anak kedua adalah Dahliana Tatarang yang lahir pada tahun 1950. Anak ketiga adalah Mawarlina Tatarang (alm) yang lahir pada tahun 1952. Anak keempat adalah Roslina Tatarang (alm) yang lahir pada tahun 1954. Anak kelima adalah Mardiana Tatarang (alm) yang lahir pada tahun 1956 dan anak ke enam adalah Melatiana Tatarang yang lahir pada tahun 1958.

Yosefh Tatarang menikah tahun 1972 dengan mempersunting Yosephina dan dikaruniai tiga orang anak laki- laki yang ketiganya mewarisi bakat musik beliau. Anak pertama adalah Yoseano Tatarang yang lahir di Medan pada tanggal 01 November 1973. Anak kedua adalah Yose Rizal Tatarang, lahir pada 15 November 1974. Bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi. Anak ketiga dari Yosefh Tatarang adalah Yosekar Tatarang yang lahir di Medan pada 23 Mei 1980. Yosekar merupakan anak bungsu dari Yosefh Tatarang dan satu-satunya anak yang belum menikah. Yosekar berdomisili di Jakarta sebagai seorang entertainer. C. Belajar Berkesenian

Sejak kecil Yosefh Tatarang sudah memiliki bakat dalam bidang musik, terbukti pada usia menginjak 4 tahun beliau sudah bisa memainkan alat musik okulele karena pada saat masa kecilnya musik keroncong dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka. Pada saat mengecap pendidikan di tingkat SMP beliau dibelikan sebuah Gitar oleh orang tuanya. Beliau mempelajari gitar tersebut dengan sangat giat dan dengan bakat yang sudah ada sebelumnya Yosefh Tatarang dengan mudah dapat menguasai alat musik tersebut. Ketika duduk di bangku SMA beliau mulai menciptakan lagu dan belajar mengaransemen. Saat itu beliau pertama sekali mengaransemen lagu Padamu Negeri dan Maju Tak Gentar untuk diperlombakan pada lomba paduan suara antar SMA se-Kabupaten Asahan pada saat perayaan hari kemerdekaan Indonesia yang jatuh setiap tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Sejak duduk di bangku SMA beliau sudah menyukai lagu-lagu yang bergenre jazz dan semi jazz. Menurut beliau, banyak mendengar dan membahas lagu adalah salah satu modal utama dalam meningkatkan kreativitas dalam mengaransemen lagu khususnya lagu- lagu acapella yang menuntut variasi akord, harmoni dan ritem. Kemudian ketika beliau duduk di bangku Sekolah

Page 55: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

52

Menengah Atas pada tahun 1960, beliau dibelikan sebuah biola. Beliau mempelajari sendiri alat musik tersebut dengan otodidak (tanpa diajari). Pada tahun 1963 ketika beliau kuliah di Akademi Perdagangan Pelayaran (APP) beliau menjadi seorang gitaris pada sebuah band yang bernama Sinsano Band. D. Pengalaman Berkesenian

Pada tahun 1977, 1981-1998 beliau menjadi pelatih sekaligus official kontingen Sumatera Utara dalam festival Bintang Radio Televisi. Pada tahun 1998 beliau menjadi pelatih dan official Judika Sihotang mengikuti festival Bahana Suara Pelajar. Dalam bidang pertelevisian sebagai tempat bekerja beliau dari tahun 1975 sampai dengan tahun 2000, beliau pernah mengikuti asean TV Program Broadcasting Course di Manila pada tahun 1985. Pada tahun 1995, 2006 dan 2009 Yosefh Tatarang menjadi pelatih sekaligus official kontingen Sumatera Utara pada Pesparawi Gereja Nasional. Tahun 2004 beliau membawa vocal group PGI Medan di Jakarta dan mendapatkan juara I. Pada bulan Pebruari 2006 Yosefh Tatarang membawa Dharma Wanita BUMN Medan mendapat juara I dalam lomba paduan suara Dharma Wanita BUMN se-Indonesia. Diawal tahun 2009 beliau melatih kontingen PLN Medan yang meraih juara I pada lomba vocal group PLN se-Indonesia di Jakarta. Pada tahun 2010 vocal group Praise yang beliau latih mendapat juara I wilayah Medan dan juara favorit Nasional di Balai Sarbini Jakarta. Beliau juga mengajar kelompok nasyd yang bernama KAHFI yang berdiri pada tahun 2001 E. Pekerjaan

Setelah menamatkan kuliah di Akademi Perdagangan Pelayaran pada tahun 1967, Yosefh Tatarang bekerja sebagai pemain musik di sebuah klub malam di Medan bersama bandnya. Pada tahun 1970 Yosefh Tatarang bekerja di Belawan dengan latar belakang pendidikan yang telah dimilikinya ketika kuliah di bidang pelayaran dan beliau menyempatkan diri untuk tetap bekerja sebagai pemusik di klub malam. Pada tahun 1975 Yosef Tatarang dipanggil oleh stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) untuk bekerja sebagai salah satu pegawai bidang kesenian. Pada saat itu TVRI ingin membuat sebuah orchestra besar, sehingga TVRI memanggil beberapa pemain musik yang handal di kota Medan. Setelah bekerja selama 4 tahun, Pada tahun 1979 TVRI mengeluarkan peraturan untuk mengangkat Yosef Tatarang sebagai karyawan tetap dengan status pegawai negeri bersama dengan tenaga kesenian lainnya. Setelah bekerja selama 25 tahun sejak tahun 1975 sampai dengan tahun 2000 di TVRI, akhirnya Yosefh Tatarang pensiun pada tahun 2000 pada usia 56 tahun.

2. Struktur Lagu Acapella Hasil Gubahan Yosefh Tatarang Lagu- lagu hasil gubahan Yosef Tatarang memiliki struktur yang sama seperti struktur lagu pada umumnya. Pada umumnya struktur lagu terdiri dari introitus (intro), verse (bait), chorus, interlude, coda, dan ending. Pada bagian ini penulis hanya akan melakukan bedah struktur pada badan lagu yang digubah oleh beliau. Yosefh Tatarang menerapkan hampir semua bagian tersebut dalam lagu-lagu hasil ciptaannya, diantaranya adalah:

1. Struktur “lagu butet” Terdiri atas 4 bagian yaitu : Intro, Verse, Chorus dan Ending.

Page 56: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

53

2. Struktur lagu “pelabuhan sentosa” Terdiri atas 5 bagian yaitu ; Intro, Verse, Chorus, Interlude dan Coda/Ending

3. Metode Dalam Mengaransemen Lagu Acapella Pada dasarnya langkah- langkah yang digunakan oleh Yosefh Tatarang

dalam mengaransemen lagu acapella sangat sederhana akan tetapi dengan modal pengetahuan tentang akord, harmoni dan ritem yang sangat baik, Yosefh Tatarang menciptakan sebuah gubahan yang sangat varian dan menarik. Berdasarkan hasil wawancara, Yosefh Tatarang menggunakan langkah-langkah sebagai berikut;

1. Menyiapkan Lagu Yang Akan Diaransemen 2. Mempelajari Lagu 3. Mencari Akord Serta Ritem Yang Akan Digunakan 4. Menentukan Jumlah Suara Dan Jenis Suara 5. Membuat Introitus (Intro) 6. Mengaransemen verse 7. Mengaransemen chorus 8. Membuat Interlude 9. Membuat Ending (Akhir Lagu) 10. Menuliskan Partitur Dalam Bentuk Not Angka Dengan Tulisan Tangan 11. Memindahkan partitur lagu kedalam program Microsoft Office Word

4. Metode Dalam Melatih Group Acapella Secara umum melatih sebuah vocal group atau paduan suara dengan lagu acapella hapir sama dengan melatih group yang membawakan lagu dengan menggunakan iringan. Karena partitur yang dinyanyikan terbagi atas beberapa jenis dan jumlah suara. Akan tetapi melatih sebuah group acapella memerlukan kegigihan dan ketelitian dalam mengajarkan, mendengar dan mengevaluasi kesalahan, kesulitan dan tingkat keberhasilan sebuah group dalam menyanyikan sebuah lagu tersebut. Berikut adalah metode yang digunakan oleh Yosefh Tatarang dalam mengajar sebuah kelompok acapella;

1. Presentasi lagu 2. Membahas Partitur Lagu 3. Melatih not dan tone 4. Melatih lirik 5. Melatih interval nada 6. Menggabungkan suara 7. Tehnik micking

PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang karya-karya Yosefh Tatarang sebagai arranger acapella, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; 1. Yosefh Tatarang adalah seorang arranger acapella yang tidak memiliki latar

belakang pendidikan musik. Beliau belajar musik secara otodidak dan nonformal bersama guru musik beliau ketika masih duduk di bangku SMP. Seni tidak dapat lepas dari diri beliau, terbukti beliau akhirnya resign dari pelabuhan belawan untuk kembali bekerja sebagai musisi.

Page 57: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

54

2. Struktur lagu gubahan beliu hampir sama dengan struktur lagu pada umumnya yaitu terdiri dari: introitus, verse, chorus, interlude, coda dan ending.

3. Lagu acapella hasil gubahan Yosefh Tatarang cenderung bergenre jazz dan semi jazz. Penggunaan singkopasi dengan menggunakan pengembangan akord menjadi ciri khas Yosefh Tatarang dalam lagu hasil gubahannya. Penjiwaan terhadap lagu merupakan fase yang sangat penting dalam proses awal mengaransemen lagu acapella.

4. Sebuah group acapella harus sering latihan karena harus menyamakan karakter suara dan interpretasi. Dan pelatih juga harus jeli memperhatikan ketepatan nada yang dinyanyikan oleh penyanyi. Mick merupakan alat yang harus dikuasai oleh setiap penyanyi dalam sebuah group acapella.

5. Yosefh Tatarang mengaransemen lagu daerah, lagu rohani dan lagu popular sejak tahun 1963 ketika beliau masih duduk di bangku SMA.

B. Saran Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang telah dipaparkan tersebut, maka

dengan ini penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Setiap arranger hendaknya memiliki ciri khas dalam setiap karyanya. 2. Setiap arranger hendaknya mengumpulkan setiap hasil karyanya sebagai arsip

pribadi. 3. Setiap karya arransemen hendaknya dapat dikomersilkan sehingga dapat

menjadi apresiasi bagi arranger. 4. Arranger-arranger muda hendaknya lebih menguasai teknik arransemen seperti

Yosefh Tatarang. Mic sangat erat hubungannya dengan vokal, setiap penyanyi dalam

sebuah group acapella hendaknya menguasai teknik micking yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta : Kanisius Bayles, Kathleen. 1986. Musik A Way Of Life To The Young Child. USA:

Englewood. Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana. Cholid,N dan Achmadi, A.1999.Metodologi penelitian. Jakarta : Bumi Aksara Damanik , Mariance. 2010. Analisis Lagu Aku Melihat Langit Dan Bumi Yang

Baru Ciptaan St. A.K. Saragih. Skripsi.UNIMED. Djuharie, O., S. 2001. Skripsi Tesis Disertasi. Bandung : Yrama Widya. Erina, Reni. 2010. Musik score. Jakarta Timur : Tiga Kelana. Febi, Emma. 2010. Metode Pengajaran Teknik Bernyanyi Dalam

Menginterpretasikan Lagu ’Bagaimana Mungkin’. Skripsi.UNIMED. Husain, U., dan Purnomo,S.A. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi

Aksara. Ketaren, Jemmy. 2012. Biografi Suwito Dalam Pembuatan Angklung Desa Paya

Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Skripsi.UNIMED.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan, Jakarta: Bumi Aksara. Mc. Rhoderick J, Dr. 1998. Sejarah Musik. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Page 58: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

55

Moleong, lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Morris, howard. 1963. World musik. New york: Abradable Press Nickol, peter. 2008. Panduan Praktis Membaca Notasi Musik. Jakarta : Gramedia. Picker, Martin., dan Barnstein. 1996. An Introduction To Musik. New Jersey:

Prentice Hall. Saragih, Siska. 2010. Hubungan Penguasaan Harmoni Dengan Kemampuan

Mengkomposisi Karya Musik Dalam Mata Kuliah Pementasan Karya Musik Mahasiswa Angkatan 2005 Jurusan Sendratasik Program Studi Senimusik Universitas Negeri Medan. Skripsi.Unimed.

Silalahi, Jeperson. 2009. Biografi Guntur Sitohang Sebagai Pemusik Dan Pembuat Alat Musik Batak Toba. Skripsi.Universitas Sumatera Utara.

Steinberg, Michael. 2008. Choral Masterwork : A Listener’s Guide. USA : Amazon.

Strimple, Nick. 2008. Choral Musik In The Nineteenth Century. USA : Amazon. Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabetba. Sukardi. 2003. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. S.Kartika, Dharsono. 2007.Kritik Seni.Bandung : Rekayasa Sains.

Page 59: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

56

KEBERADAAN ANSAMBEL MUSIK CAMPURAN PADA VOKAL GRUP REMAJA DI GEREJA HKBP BETHEL TANJUNG SELAMAT MEDAN

Rici Gusnita

Abstrak

Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui Keberadaa Ansambel Musik Campuran Pada Vokal Grup Remaja Di Gereja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan. Dalam tulisan ini metode penelitian yang digunakan adalah berupa pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang dimana data tersebut diteliti melalui pengumpulan data dalam bentuk buku, karya tulis ilmiah maupun elektronik dalam penelitian ini.Lokasi diambil di Gereja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan. Analisis data dilakukan dengan menggungkan teknik analisis data kualitatif yang dideskripsikan secara bertahap dalam bentuk tulisan, kemudian diklsifikasikan secara kontekstual sesuai isi atau materi data tersebut, untuk menjawab pertanyaan penelitian. Setelah analisis dilakukan, ditemukan hasil bahwa keberadaan ansambel musik campuran yang dipadukan pada vokal grup remaja dapat dideskripsikan dalam bentuk fungsi sebagai pengiring, dan penyajiannya dalam kebaktian pagi setiap minggu, dan faktor kesulitan dan pemakaian alat-alat ansambel musik campuran yang mana dikarenakan sulitnya menentukan nilai not, menentukan tempo, kurang kompetensi dalam memainkan alat musik, dan kurang serius latihan, serta dengan hadirnya ansambel musik campuran dapat meningkatkan kreatifitas anak remaja dalam bermain musik, meningkatkan daya tarik jemaat yangt beribadah pada kebaktian pagi.

Kata kunci : Vokal Grup,Ansambel Musik Campuran, Keberadaan.

PENDAHULUAN Keberadaan musik tidak terlepas dari kehidupan manusia. Oleh karena itu

musik merupakan bagian dari kehidupan guna meemnuhi kebutuhan estetika hidupnya. Perkembangan peradaban musik tidak hanya dijadikan selain sebagai media hiburan, melainkan dapat dijadikan sebagai pendukung ritual keagamaan, pendidikan, komunikasi bahkan salah satunya sebagai makna dalam menciptakan atau membina kebersamaan. Seiring dengan munculnyabermacam atau beragam grup musik baik disajikan dalam bentuk band, maka dalam bentuk ansambel tidak kalah menariknya untuk ditampilkan sebagai salah satu ragam musik yang dapat dinikmati, baik dalam bentuk ansambel musik, maupun dalam bentuk ansambel vokal.

Pada awalnya yaitu pada zaman Barok (1600-1750) musik ansambel berawal dari suatu jenis musik yang terdiri dari alat-alat gesek dan alat-alat tiup

Page 60: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

57

yang disebut dengan istilah musik kamar (Chamber Music,Musica de Camera). Pada musik kamar memiliki jumlah penonton yang terbatas pada pecinta dan ahli musik. Oleh karena itu, musik kamar umumnya diolah secara lebih teliti daripada musik ansambel ataupun orkes. Selain itu jumlah pemain juga terbatas.

Di zaman sekarang ini kita semakin ditawarkan berbagai macam cara untuk menikmati musik, baik dala bentuk vokal solo, maupun instrumental, salah satunya adalah ansambel. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:76) “Ansambel adalah sekelompok kecil penyanyi atau pemain musik”. Ansambel ialah bentuk permainan musik yang disajikan beberapa orang atau sekelompok orang dengan sejumlah alat musik, baik alat musik sejenis maupun alat musik yamg berbeda.

Ansambel musik adalah sekelompok orang yang bermain musik secara bersama-sama bisa menggunakan alat musik sejenis maupun campuran. Ansambel musik menurut bentuk penyajiannya dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu : a) ansambel sejenis,b) ansambel campuran. Ansambel sejenis merupakan permainan musik bersama yang menggunakan satu jenis instrument saja, seperti, ansambel tiup dan ansambel gesek. Ansambel campuran merupakan permainan musik yang dimainkan oleh beberapa orang pemain bersama-sama dengan memainkan berbagai jenis alat musik yang berbeda, misalnya gabungan antara ansambel gesek dan tiup, vokal grup yang diiringi dengan ansambel gesek atau perkusi, dan lain sebagainya.

Perkembangan musik ini juga dapat dilihat pada gereja-gereja yang mengalami perkembangan tata ibadah saat ini. Seperti yang kita ketahui pada umumnya di gereja-gereja khusunya HKBP yang setiap minggunya saat kebaktian diisi oleh pujian koor setiap kategori yaitu koor Ama, koor Ina, koor Naposo, koor remaja. Pada umumnya koor-koor ini selalu berbentuk acapela, namun gereja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan yang memilki ansambel musik yang dipakai sebagai iringan vokal grup remaja dalam penyajian koor pada Acara Kebaktian Minggu Gereja dan termasuk dalam hal yang unik dan menarik untuk diadakan penelitian dan pendeskripsiannya. Bagaimana keberadaan ansambel musik campuran dipadukan pada vokal grup remaja di Gereja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan, ansambel musik campuran dalam pemilihan lagu-lagu, jenis instrumen ansambel musik dalam mengiringi vokal grup, ansambel musik campuran dapat meningkatkan daya tarik bagi peserta dan jemaat. Apa saja kesulitan dalam pemakaian alat-alat musik campuran. Faktor apa saja yang menyebabkan ansambel musik campuran sering digunakan dalam mengiringi vokal grup remaja.

Di gereja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan, terdapat ansambel campuran yang terdiri dari gitar, pianika, rekorder, djembe, tambourin. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, penulis tertarik mengkaji keberadaan ansambel campuran sebab dengan menggunakan musik ansambel campuran hal yang sangat kurang diketahuii di jajaran gereja HKBP kota Medan. Berdasarkan inilah bagaimana peneliti termotivasi untuk dapat meneliti lebih lanjut dan peneliti memilih judul sebagai fokus untuk melakukan penelitian.

Karena jarangnya ada kegiatan ansambel musik campuran di gereja-gereja yang terdapat di kota Medan dan antusiasnya peserta dalam mempelajari dan

Page 61: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

58

memainkanya. Berdasarkan inilah bagaimana peneliti termotivasi untuk dapat melitii lebih lanjut dan peneliti memilih judul sebagai fokus untuk penelitian. ISI

Kata keberadaan berasal dari kata ada. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001 : 15) dijelaskan bahwa kata ada mempunyai pengertian hadir atau telah sedia. Keberadaan adalah hal berada : kehadiran. Suragin (2001: 15) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan bahwa keberadaan adalah suatu hal yang benar, pernah ada atau pernah hadir. Menurut Pono Banoe (2003 : 113) “Ensembel (Prancis) juga berarti kelompok musik dalam satuan kecil, atau permainan bersama dalam satuan kecil alat musik”.

Soeharo (1995 : 4), berdasarkan sumber : http://id.shvoong.com/society-and-news/culture/217281-musik-ansambel/#ixzzltgRz58m mengatakan bahwa :

“Ensembel berasal dari kata Prancis yang artnya adalah kelompok kegiatan seni musik dengan jenis kegiatan seperti yang tercantum dalam sebutannya. Biasanya tampil sebagai hasil kerja sama peserta, dibawah pimpinan seorang pelatih. Misalnya ensembel tiup, ensembel tari, ensembel percussion, ensembel gitar dan lain sebagainya.

Penyajian musik secara ansambel dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: 1. Ansambel Sejenis

Merupakan permainan musik bersama dengan menggunakan satu jenis instrumen, atau alat musik saja. Contoh : -Ansambel tiup (semua alat musik yang dipakai adalah kelompok alat musik tiup), contoh : terompet, trombone, tuba, saxophone dll. a. Ansambel gesek (semua alat musik yang dipakai adalah kelompok atau jenis

alat musik gesek) Contoh : biola, cello, contrabass, dll. b. Ansambel percussion, umumnya terdiri dari Drum set, Xylophone,

Vibraphone, Timpani, Marimba, dan instrumen Percussion lainnya. c. Ansambel Vokal, untuk jenis suara wanita umumnya sopran 1, sopran 2, dan

Alto, jenis suara pria umumnya tenor 1, baritone, dan bass. Apabila suara wanita dan pria digabung lebih cenderung disebut paduan suara atau koor

d. Ansambel campuran Merupakan permainan musik bersama dengan menggunakan dari berbagai

jenis alat musik seperti gesek, tiup, perkusi, dan lain- lain. Pono Banoe (2003) diambil dari Diktat Ensembel 1 OLEH Wflihani

(2009), yang mengatakan bahwa : “Ensembel campuran adalah gabungan dari beberapa pemain

musik menjadi suatu kelompok kegiatan seni yang terdiri dari lebih atau satu jenis instrumen musik. Misalnya, gabungan antara gesek dan tiup, gabungan antara ansambel gitar dan gesek, perkusi dan tiup logam, dan lain sebagainya. Untuk membuat ansambel sederhana, banyak jenis alat musik yang dapat

dipergunakan. Musik ansambel dikatakan berhasil apabila hasil dari penyajiannya enak didengar, indah dan harmonis. Keberhasilan tersebut dapat terwujud apabila :

Page 62: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

59

1. Pembagian alat-alat musik seimbang, yaitu 2 Gitar, 2 Pianika, 6 Rekorder, 1 Djimbe, 1 Tamborin.

2. Tiap-tiap pemain memainkan alat musiknya secara disiplin, yaitu rajin dan serius latihan, datang tepat waktu, tertib dalam memperhatikan partitur dan dirigen.

3. Kerja sama antar pemain dalam bermain musik sangat diutamakan dalam menciptakan keharmonisan dan keselarasan. Petunjuk dan saran-saran pembina/ pelatih perlu ditaati.

4. Balance (keseimbangan dalam pembagian alat musik yang dimaksud adalah keseimbangan dalam hasil suara yang dibunyikan dari pembagian alat musik tersebut).

Vokal adalah suara manusia dan Grup adalah kumpulan/ perkumpulan. Secara arti kata Vokal Grup berarti kumpulan orang bernyanyi bersama-sama. Berdasarkan sumber (http://vokalgrup.google.com) bahwa :

“vokal grup adalah sekelompok orang yang membawakan lagu secara berama-sama, tetapi untuk vokal grup tidak memerlukan seorang pemimpin yang selalu memberi aba-aba atau menyeimbangkan lagu karena biasanya untuk keseimbangan dan kepaduan lagu selalu menggunakan gerak fisik dan visual yang disebut gaya. Vokal Grup pada umumnya terdiri dari anak-anak dan remaja.

Dengan “keberadaan ansambel musik campuran pada Vokal Grup remaja di Gereja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan” adalah sangat berpengaruh bagi kehidupan bermusik khususnya ansambel musik campuran pada vokal grup remaja yang berada di gereja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan. Keberadaanya telah menarik perhatian bagi para peserta dan jemaat yang semakin lama anggota pesertanya bertambah banyak.

1. Keberadaan Ansambel Musik Campuran Pada Vokal Grup Remaja di

Gereja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan Vokal grup remaja berada di lingkungan Gereja HKBP Bethel

Tanjung Selamat Medan, dengan alamt seketariat Jl. Tanjung Selamat di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Sunggal, adalah salah satu wadah yang bergerak dalam bidang kerohanian. Vokal grup remaja terbentuk tanggal 03 April 2011 yang diikuti oleh anak-anak remaja. Latar belakang terbentuknya ansambel musik campuran ini, termotivasi karena banyaknya koor dilingkungan gereja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan yang berbentuk acapella, sehingga vokal grup remaja mencoba menghadirkan alat musik ansambel campuran yang terdiri dari gitar, pianika, rekorder, djimbe, dan tamborin. Keberadaan ansambel musik campuran pada vokal grup remaja sangat membantu dalam penyajian vokal grup, dimana alat musik yang mereka pakai terdiri dari beberapa alat musik dan setiap jenis alat musik mempunyai fungsi yang bebeda, ada yang berfungsi sebagai melodi, ritme, dan pengatur tempo, sehingga lagu- lagu pujian yang mereka tampilkan lebih enak di dengar.

Page 63: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

60

2. Fungsi Keberadaan Ansambel Musik Campuran Pada Vokal Grup Remaja Di Gereja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan.

Keberadaan ansambel musik campuran ini sebagai pengiring dalam vokal grup remaja yang mengisi kebaktian pagi setiap hari minggu. Secara khusuk hadirnya ansambel musik campuran ini memberikan suasana yang nyaman dan teduh saat ibadah, baik remaja yang menjadi anggota juga jemaat lebih terkonsentrasi saat mengikuti ibadah, bahka ada juga jemaat yang terharu ketika ansambel musik campuran ini mengiringi vokal grup remaja.

Ansambel musik campuran ini menunjang kreatifitas anak-anak remaja, yang awalnya mereka hanya mengisi kebaktian pagi hanya vokal grup biasa dengan iringan gitar namun, dengan adanya ansambel musik campuran ini anak-anak remaja lebih semangat saat latihan dan ibadah kebaktian pagi, selain itu juga mereka jadi semakin mahir bermain rekorder, pianika, baik dalam mengisi kebaktian pagi maupun kunjungan rohani ke gereja tetangga. Keberadaan ansambel musik campuran ini memberikan suatu pembaharuan bagi anak-anak remaja dan jemaat. Hadirnya ansambel musik campuran ini meningkatkan jumlah anak-anak remaja yang ikut bergabung menjadi anggota dalam vokal grup remaja, selain itu juga dapat meningkatkan jumlah jemaat yang hadir di kebaktian pagi yang pada awalnya jemaat yang hadir kebaktian sedikit, tetapi semakin babyak dan lebih semangat saat ibadah kebaktian pagi. 3. Instrumen Yang Digunakan Ansambel Musik Campuran Dalam

Mengiringi Vokal Grup Remaja Di HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan.

Setiap latihan dan kebaktian pagi ada 5 jenis instrumen yaitu, gitar, pianika, rekorder, djimbe, dan tamborin. Keadaan dari setiap instrumen-instrumen tersebut sangatlah baik karena alat musik yang mereka pakai dirawat dengan baik. Namun ada juga alat musik yany merupaka inventaris dari gereja. Didalam setiap penampilan ansambel musik campuran, instrumen djimbe adalah instrumen yang membawa tempo, sedangkan instumen gitar, pianika, rekorder dan tamborin menjadi pengiring untuk vokal grup. 4. Penyajian Ansambel Musik Campuran Pada Vokal Grup Remaja Di

Gereja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan. Dalam penyajian ansambel musik campuran dalam vokal grup remaja ini

dapat disajikan dalam 2 tahap, adapun penyajian tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

1. Pra Penyajian a. Ansambel musik campuran pada vokal grup remaja setiap minggu I-IV

dalam sebulan mengisi kebaktian minggu pagi, namun jika ada sebulan dalam minggu ke V maka vokal grup remaja akan mengisi kebaktian siang.

b. Materi lagu yang dibawakan sesuai dengan tema khotbah setiap minggunya. Namun lagu yang dibawakan cenderung memilih lagu- lagu yang bertempo sedang, hal itu disebabkan karena lagu yang bertempo sedang lebih mudah disesuaikan dengan musik ansambel.

c. Ansambel musik campuran dipadukan pada vokal grup remaja sesuai dengan jadwal latihan yang telah disepakati yaitu 2x dalam seminggu,

Page 64: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

61

yaitu pada hari sabtu dan minngu. Dalam setiap latihan terlebih dahulu pelatih mencek jumlah alat musik yang akan digunakan dan melatihkan nada-nada yang telah dibuat sesuai dengan pembagian alat musiknya. Setelah itu pelatih melatih anggota vokal grup menurut kelompok suaranya.

2. Penyajian Adapun dalam penyajian ansambel musik campuran dalam vokal grup

remaja adalah sebagai berikut : a. Lagu yang dibawakanp ertama sekali dimulai dengan intro yang

dibawakan oleh alat musik pianika, rekorder, djimbe, dan gitar. b. Setelah intro vokal grup menyanyi menurut kelompok suara masing-

masing, yaitu sopran, alto, tenor yang diiringi oleh gitar, djimbe, hingga ke bagian reff lagu.

c. Kembali kebagian 2 lagu tetapi hanya suara alat musik pianika, rekorder, djimbe, tamborin, dan gitar yang didengar tanpa vokal grup.

d. Bagian reff lagu yang ke 2 sama-sama alat musik main seluruhnya beserta vokal grup sampai lagu habis.

5. Faktor-faktor yang menjadi kesulitan dalam pemakaian ansambel musik campuran pada vokal grup remaja di gere ja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan.

Dalam latihan ansambel musik campuran ada kendala-kendala yang dihadapi yakni adanya beberapa pemain ansambel yang sulit untuk menentukan tempo dan menentukan nilai not. Keterbatasan personil yang terampil dalam pemakain alat musik ansambel musik campuran. Hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan tentang teori musik. Sebahagian dari anggota vokal grup kuraang serius untuk mengikuti latihan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Adapun cara yang digunakan untuk mengatasi kesulitan tersebut ialah:

a. Pelatih memperkenalkan unsur-unsur yang terdapat pada partitur koor b. Pelatih menyanyikan lagu secara utuh dengan mempergunakan notasi lagu

tersebut perlu diterangkan terlebih dahulu, baru dilakukan latihan secara bergantian sesuai dengan jenis suaranya masing-masing.

c. Pelatih melatih lagu secara bergantian mulai dari sopran, alto, tenor, sampai betul-betul mahir.

d. Setelah setiap jenis suara dapat dinyanyikan dengan baik , pelatih menggabung kan seluruh suara Sopran, Alto, Tenor.

e. Pemain pianika melatih nada-nada yang telah dibuat oleh pelatih. f. Pemain rekorder melatih nada-nada yang telah dibuat oleh pelatih. g. Pemain djimbe mengikuti irama lagu sesuai dengan birama dan pembuat

ritme yang terdapat pada lagu. h. Pemain gitar mengikuti alat-alat musik lainnya yang berfungsi sebagai

akord. i. Pemain tamborin mengikuti irama lagu dan pengatur tempo yang terdapat

pada lagu j. Badan Pengurus Harian (BPH) telah berupaya membuat jadwal latihan

yang tetap yaitu 2x dalam seminggu agar proses latihan dapat berjalan dengan baik.

Page 65: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

62

KESIMPULAN Vokal grup remaja di gereja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan secara

teratur melaksanakan latihan musik ansambel campuran dan vokal grup yakni setiap hari sabtu malam dimulai dari pukul 19.00 – 21.00 WIB, dan setiap hari. Minggu sore dimulai pukul 17.00 – 19.00 WIB. Mereka mengadakan latihan tepatnya di gereja dengan menggunakan alat musik masing-masing pemain ansambel, kecuali djimbe dan tamborin yang merupakan inventaris dari gereja. Bentuk penyajian musik ansambel campuran pada vokal grup remaja gereja HKBP Bethel adalah sebagai pengiring vokal grup remaja dalam tata ibadah di Gereja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan. Jenis alat musik yang digunakan dalam penampilan vokal grup remaja ini adalah, gitar, pianika, rekorder, djimbe, dan tamborin. Sajian yang dipertunjukkan musik ansambel campuran pada vokal grup remajan di gereja HKBP Bethel Tanjung Selamat Medan adalah berupa lagu-lagu rohani. Dengan hadirnya alat musik ansambel campuran pada vokal grup remaja diharapkan dapat memotivasi kaum remaja ikut bergabung pada anggota vokal grup, baik juga dalam kehadiran remaja dan jemaat dalam mengikuti kebaktian minggu pagi di gereja semakin meningkat.

Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta. Bina Aksara. Banoe, Pono.2003. Kamus Musik. Yogyakarta. Kanisius Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajagrafindo

persada Cholid, Naburko.2005. Metode Penelitian. Jakarta. Bumi Aksara Edmun, Karl.1993. Sejarah Musik Jilid 2. Jakarta. Pusat Musik Liturgi Longman.2000.Longman Dictionary Of America English. Jakarta : Pusat Musik

Liturgi Manik ,Meri. 2008. “ Keberadaan Ensambel Gondang Silalahi Di Kecamtan Silalahi Sabungan Kabupaten Dairi”. Medan : Skripsi Strata 1 FBS UNIMED Mardalis.2003.Pendekatan Konsep. Jakarta : Gramedia Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta. Bumi Aksara Pakpahan, Ria Luinne Tabitha.2011.”Pembelajaran Ansambel Djembe Pada

Kegiatan Ekstrakurikuler SMA Harapan Mandiri Medan” Medan : Skripsi Stara 1 FBS UNIMED

Penget Munawar. “ Bermain Ansambel “ Artikel yang berdasarkan sumber yang diperoleh dari http://senturi .wordpress.com/2010/01/vokal-grup.html

Pusat Pembinaan Bahasa.2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Soeharto, M. 2002. Kamus Musik. Jakarta : Gramedia Widiasarana Wilihani. 2009. Ensemble 1. Universitas Negeri Medan. Diktat Jurusan

Sendratasik

Page 66: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

63

KEBERADAAN MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN DALAM PESTAMARSOMBUH SIHOL DI KECAMATAN

RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN

Febi Andreas Manik 071222520016

Abstrak

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun. Untuk mengambil data dilapangan, penulis akan mengadakan penelitian kurang lebih 3 bulan yang dimulai pada awal Mei 2012 sampai awal Juli 2012.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan data-data kualitatif. Data-data diambil melalui studi kepustakaan, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah analisis dilakukan ditemukan hasil bahwa Keberadaan Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta Marsombuh Sihol Di Kecamatan Raya merupakan tradisi adat simalungun yang dilaksanakan secara turun- temurun, dimana sebuah aktivitas adat dan religi terdapat dalam pesta ini dan setiap pelaksanaan Pesta Marsombuh Sihol ini selalu mengikutsertakan nyanyian tradisional Simalungu seperti : lagu Horas sayur matua, deideng, taur-taur, sitalasari, dll. Dan Musik Tradisional Simalungun seperti :Gonrang simalungun, Mongmongan, dan Sulim.

Kata kunci : Keberadaan Musik Tradisional Simalungun. PENDAHULUAN Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka ragam sesuai daerahnya masing-masing. Kebudayaan tersebut berbeda antara yang satu dan yang lain sesuai dengan suku dari masing-masing daerah. Adapun ragam dari kebudayaan yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, system mata pencaharian hidup, dan system teknologi dan peralatan. Salah satu bagian dari kebudayaan yang sangat berperan adalah music tradisional yang merupakan kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya. Oleh karena itu, dalam masyarakat simalungun kebudayaan musik tradisionalnya masih sangat kental dan berkembang pesat. Salah satu diantaranya adalah seperti pengadaan acara pesta Marsombuh Sihol yang dilaksanakan secara rutin dalam setahun, walaupun kadang lebih dari sekali dalam setahun.Dengan adanya perkembangan kebudayaan musik tradisional, maka masyarakat yang ada di Kabupaten Simalungun khususnya Kecamatan Raya selalu mengadakan acara pesta marsombuh sihol. Acara Marsombuh Sihol ini merupakan malam hiburan seni yang dilaksanakan untuk melepas rindu dan sering mendatangkan artis simalungun untuk menghibur masyarakat yang berada di Simalungun. Pesta

Page 67: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

64

Marsombuh Sihol merupakan suatu kegiatan atau suatu event yang diselenggarakan oleh beberapa organisasi maupun penatuah-penatuah simalungun yang rindu akan suasana hati gembira terhadap musik tradisional simalungun. Sebahagian masyarakat simalungun mengartikannya sebagai horja adat yang selalu melekat pada jati diri mereka. Pesta melepas rindu ini dapat mempererat silaturahmi kebudayaan simalungun, dimana disanalah mereka saling menanyakan marga- marga dan silsilah keturunan mereka.Dengan adanya pengadaan pesta tersebut peneliti sangat tertarik untuk menjadikan hal ini menjadi sebuah topik penelitian dengan judul” Keberadaan Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta Marsombuh Sihol Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun”. ISI 1. Letak Geografis Kabupaten Simalungun Dan Sistem Kekerabatan

Masyarakat Simalungun Simalungun adalah salah satu suku Batak yang sekaligus menjadi nama

sebuah kabupaten di Sumatera Utara. Suku Simalungun merupakan bagian dari suku batak diantara lima sub lainnya yakni : Toba, Karo, Pakpak, Angkola, Mandailing. Kabupaten Simalungun terletak antara 02°36’-03°1’ Lintang Utara, dan berbatasan dengan lima kabupaten tetangga yaitu : Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Karo, Kabupaten Toba, Kabupaten Samosir, dan Kabupaten Asahan. Wilayah Kabupaten Simalungun mempunyai luas 4.386.6 km² atau 6,12 % dari luas wilayah propinsi Sumatera Utara. Jumlah penduduknya 841.189 jiwa ( Sortaman Saragih, 2008 : 20,21). Sebagian besar masyarakat yang mendiami Kabupaten Simalungun adalah Suku Batak Simalungun. Dahulu masyarakat Simalungun dikenal sebagai Batak Timur yang mendiami daerah sebelah timur danau toba. Secara Etimologi, kata “simalungun” menggambarkan karakter masyarakat simalungun itu sendiri, namun arti sebenarnya secara tepat sukar untuk dipahami. Kata “Simalungun” dapat dibagi kedalam tiga suku kata yaitu: Si berarti “orang”, Ma sebagai kata sambung yang berarti “yang” dan lungun berarti “sunyi, kesepian, jarang dikunjungi”.dengan demikian, Simalungun berarti “Ia yang bersedih, sunyi atau kesepian”. Menurut Henry Guntur Tarigan apakah nama simalungun muncul disebabkan oleh cirri tutur kata bahasa yang halus dan ringan pada masyarakat simalungun. Sebab populasi mereka relatif kecil. Keadaan ini disebabkan oleh banyaknya lagu-lagu sedih bernada nostalgia yang dimiliki oleh masyarakat simalungun. Mertua Henry Guntur Tarigan yang merupakan seorang anggota warga desa simalungun berpendapat bahwa kata” Simalungun” bersala dari cirri khas tutr kata yang lambat yang dimilki oleh para warga pegunungan yang terisolasi. Menentukan bagaimana jauh dekatnya seseorang di dalam kekerabatan menurut adat istiadat Simalungun, kriteria yang digunakan ialah menurut garis keturunan pihak laki- laki (ayah) dan pertalian darah akibat perkawinan (dari pihak perempuan). Namun yang menentukan ialah menurut garis keturunan ayah karena etnik Simalungun menganut faham patrilineal discent bahwa garis keturunan laki- laki yang membawa marga. Dari pihak ibu juga menduduki posisi yang penting yaitu sebagai tempat meminta berkat (pasu-pasu). Dilihat dari sini, maka terdapat hubungan kekerabatan yang erat antara pihak laki-laki dengan kelompok keluarga dari pihak perempuan.

Page 68: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

65

2. Gambaran Umum Pesta Marsombuh Sihol Pesta Marsombuh Sihol merupakan suatu acara meriah ditanah

simalungun, dimana rakyat simalungun dapat merasakan kegembiraan serta melepas rindu dengan sesama. Pada umumnya pesta marsombuh sihol ini dilaksanakan untuk mempererat tali persaudaraan agar tidak hilang akibat zaman sekarang yang semakin mempengaruhi aspek kehidupan manusia. Dalam acara ini bukan hanya pertunjukan musik simalungun saja yang ditampilkan tetapi pesta menari (manortor) dan bernyanyi(mandoding) bersama Artis Simalungun.

St. Japantas Damanik selaku ketua pelaksana acara pesta marsombuh sihol mengatakan sejak merantau keluar dari tanah simalungun dia sudah bertekad untuk mengadakan pesta melepas rindu ini, dan yang akhirnya tercapai juga. St. Japantas Damanik (wawancara 23 juli 2012) mengatakan bahwa pesta marsombuh sihol ini dilakukan bukan hanya acara melepas rindu saja, akan tetapi sebagai tempat untuk berbagi rasa dan mempererat keakaraban. Disamping itu selain hal untuk duniawi juga sebagai tempat untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan adanya pendapat bapak St. Japantas Damanik peneliti melihat bahwa nilai kebudayaan adat- istiadat sangat masih terpelihara. Karena antusias masyarakat yang hadir dalam pesta tersebut sangat tinggi. Menurut Sarmauli Br. Saragih selaku undangan yang hadir dalam pesta mengatakan kami hadir dalam pesta ini bukan karena bersenang-senang melainkan kecintaan kami terhadap musik tradisi simalungun dan kami rindu mendengar Doding Simalungun yang dilantunkan oloeh Artis terkenal Simalungun. 3. Keberadaan Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta Marsombuh

Sihol Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun Masyarakat yang bermukim di Kecamatan Raya merupakan asli suku batak

Simalungun yang menerapkan sistem keakaraban yang kental tanpa memandang buluh suku lain yang masuk kedaearah tersebut. Musik Tradisional Simalungun sangat dipelihara agar nilai-nilai kebudayaannya tidak hilang. Salah satu contoh bahwa musik tradisional simalungun yang dipelihara sampai sekarang adalah dalam acara pesta marsombuh sihol karena tidak merupakan acara ritual adat. Peneliti mengamati (observasi, 25 juli 2012), Keberadaan Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta Marsombuh Sihol Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun, pada saat ini sudah mulai dicampur dengan instrument musik asing, yaitu Keyboard akan tetapi musik tradisioanla yang dipakai pada Pesta Marsombuh Sihol ini hanya Gonrang Sipitu-pitu, Sulim, dan Mongmongan. 4. Proses Berlangsungnya Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta

Marsombuh Sihol Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun Pada acara pelaksanaan pesta marsombuh sihol di kecamatan raya kabupaten

simalungun peneliti melihat acara tersebut sangat meriah dan megah. Disamping undangan masyarakat yang hadir sangat ramai juga para penatuah adat, tokoh masyarakat, artis simalungun, dan para pemain musik tradisional ikut serta memeriahkan pesta melepas rindu ini. Peneliti mengamati pesta ini sangat ditunggu-tunggu masyarakat simalungun, bahkan peneliti melihat bukan dari satu kecamatan saja yang hadir namun dari kecamatan lain pun ikut serta memeriahkan pesta tersebut.

Page 69: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

66

Peneliti mengamati proses berlangsungnya acara pesta marsombuh sihol dengan beberapa tahap yakni : Acara Pembukaan, Acara Inti/ Puncak, Acara Penutup. 5. Bentuk Penyajian Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta

Marsombuh Sihol Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun Musik Tradisional Simalungun dalam penyajiannya memiliki bagian-

bagian tertentu dalam jenis upacaranya. Ansambel gonrang simalungun terdiri dari alat musik tiup, gesek, petik, dan pukul. Ada beberapa instrumen sebagai pembawa melodi dan ada juga sebagai pembawa ritem. Seperti dalam ansambel gonrang simalungun, Ansambel musik gonrang ini mempunyai hubungan erat dengan struktur adat. Status para pemain musik dalam suatu ansambel musik gonrang didasarkan atas jenis alat musik yang dimainkannya. Si peniup sarunei (alat musik tiup yang memiliki tujuh buah lubang jari) selalu diakui sebagai pemimpin di antara mereka (secara musik maupun secara adat). Ia mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan ansambel musik yang akan dimainkan. Menurut adat juga, bila pihak yang meminta gual memberikan penghargaan maka si peniup sarunei- lah yang harus menerima penghargaan tersebut. Dalam hal pendapatan di antara anggota pemain musik, ia juga yang akan mendapat imbalan yang lebih besar.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis merasa bahwa musik tradisional Simalungun merupakan salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang patut diangkat dan diteliti keberadaannya sehingga masyarakat Simalungun mengetahui betapa tingginya nilai suatu kebudayaan khususnya dalam bidang musiknya. Sehingga masyarakat tidak kehilangan identitas pada masa yang akan datang kendati zaman sangat begitu kuat mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian Keberadaan Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta Marsombuh Sihol Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun. Peneliti membuat beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Keberadaan Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta Marsombuh Sihol Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun merupakan salah satu tradisi adat simalungun yang dilaksanakan secara turun-temurun, dimana sebuah aktivitas adat dan religi terdapat dalam pesta ini.

2. Pesta Marsombuh Sihol ini merupakan pesta kemeriahan masyarakat simalungun yang selalu ditunggu-tunggu seluruh masyarakat simalungun. Karena disanalah masyarakat bisa bertemu dengan para penatuah adat, tokoh masyarakat, pemerintah, dan artis-artis simalungun.

3. Setiap pelaksanaan Pesta Marsombuh Sihol selalu mengikutsertakan nyanyian tradisional seperti lagu : Horas Sayur Matua, deideng, Taur-Taur, Sitalasari, dan Musik Tradisional seperti : Gonrang Simalungun, Mongmongan, dan sulim.

4. Peneliti melihat bahwa Keberadaan Musik Tradisional Dalam Pesta Marsombuh Sihol bukan sekedar pesta biasa saja, namun memiliki makna yang cukup dalam Karena disana terletak suatu tujuan yakni untuk memajukan dan mengembangkan Kesenian Budaya Simalungun.

Page 70: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

67

Dari beberapa kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Melihat Keberadaan Musik Tradisional Simalungun Dalam Pesta Marsombuh Sihol memiliki peran yang sangta penting, diharapkan tradisi init tetap dapat dilaksanakan sebagai salah satu identitas seni budaya pada masyarakat simalungun khususnya di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.

2. Dalam Pesta Marsombuh Sihol Instrumen Musik yang dipakai hanya Gonrang Sipitu-pitu, Mongmongan, Sulim, dan Keyboard. Peneliti meminta agara instrument lain ditambah seperti arbab yang mungkin menambah keharmonisan music tradisi simalungun.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1984. Penelitian Kependidikan Prosedur Strategi. Bandung:

Bumi Angkasa. Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.

Jakarta:Rineka Cipta. Damanik. Maradona. Deni.2011. Peranan Lagu Tolo Sahundulan Lima Sodoran

Dalam Pesta Perkawinan Adat Simalungun Di Desa Simanabun Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun. Medan. Universitas Negeri Medan.

Jansen. Dietrich.2003. Gonrang Simalungun Struktur dan Fungsinya Dalam Musik Simalungun. Medan:Bina Media

Koentjaraningrat. 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Peneliti Gramedia

Kementrian Kebudayaan Dan Pariwisata. 2004. Retropeksi dan ancangan. Indonesia

Manik. Krisman.2012. Eksistensi Sarune Dalam Pelaksanaan Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Bangun Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Universitas Negeri Medan.

Maryaeni. 2005. Metode penelitian kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. Pusat Pembinaan Bahasa. 1990. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Purwadarmint,W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia, cetakan pertama

Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka Siburian. Frans. 2010. Keberadaan Musik Tradisional Pak-Pak Di Lembaga

Kebudayaan Pak-Pak Kota Medan. Medan. Universitas Negeri Medan. Siagian, H.Rosmei. 2005. Peranan Musik Tradisional Batak Toba Gondang

Hasapi Pada Opera Batak Metropolitan Medan Di TVRI Medan Pada Tahun 2004. Medan. Universitas Negeri Medan.

Surakhmad, Winarno.1952. Pengantar Penelitian Imiah. Bandung Trasito. Wahyuni, Sri.2008. Tor-tor Sapangapuran Pada Masyarakat Simalungun.

Medan. Universitas Negeri Medan. http://go simalungun. Com/2011/02/8/pengertia musik tradisional simalungun/. http://diligab petra.ac.id/pengertian keberadaan

Page 71: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

68

KEBERADAAN ORKES MELAYU MAWARDAH DI GALANG

Yudha Fahlevi Amri 0510310343

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah

bagaimanakah keberadaan alat musik dan lagu yang terdapat pada kelompok orkes melayu Mawardah. Dengan tujuan penelitian untuk mengetahui keberadaan dan perkembangan kelompok orkes melayu Mawardah di Galang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dimana untuk memperoleh data peneliti menggunakan metode studi kepustakaan, observasi, wawancara, dan melakukan analisis terhadap hasil dari data yang telah ada. Dari hasil analisa yang dilakukan didapatkan informasi bahwa orkes melayu Mawardah dibentuk pada tahun 2003 di daerah Galang.Pada awalnya orkes ini hanya membawakan lagu-lagu melayu saja, namun kini berkembang dengan membawakan lagu-lagu yang terkenal saat ini dengan gaya musik melayu. Setiap pertunjukannya pemain orkes melayu Mawardah terdiri dari 10 orang pemain dalam setiap pertunjukannya dengan menggunakan alat musik yang digunakan oleh orkes melayu Mawardah terdiri dari gendang melayu, rebana, akordion, biola, keyboard, gitar, drumdan bass. Dalam pertunjukannya orkes melayu Mawardah membawakan beberapa lagu-lagu melayu seperti Makan Sirih, Zapin, dan beberapa lagu lainnya yang telah dikenal oleh masyarakat melayu pada umumnya.Maka dapat disimpulkan bahwa orkes melayu Mawardah merupakan sebuah orkes yang ditujukan untuk terus melestarikan kebudayaan melayu.

Kata kunci : Orkes Melayu Mawardah

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan berbagai macam sumber daya alam dan juga keberagaman suku dan budaya. Sebagai negara dengan banyak pulau, daerah Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke. Penyebaran pulau di Indonesia menjadikan Indonesia kaya akan berbagai budaya yang juga tersebar disetiap pulau. Setiap sukudan budaya yang ada tersebar di nusantara dengan keunikan dari tiap-tiap masyarakat yang tinggal didalamnya, Indonesia memiliki tujuh pulau besar, salah satu pulau besar di Indonesia yang kaya akan keberagaman budayanya adalah pulau Sumatera. Pulau Sumatera juga

Page 72: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

69

terbagi atas beberapa provinsi, salah satu provinsi yang merupakan kota metropolitan adalah provinsi Sumatera Utara.

Sumatera Utara sebagai sebuah provinsi di Indonesia memiliki keberagaman suku dan budaya yang beragam.Penyebaran suku di Sumatera Utara dilihat dari tiap kabupaten dan kota. Setiap kabupaten dan kota di Sumatera Utara memiliki kebudayaan yang berbeda walaupun masih dalam rumpun suku yang sama. Setiaprumpun suku yang ada diSumatera ini memiliki perbedaan dalam kebudayaan dan tradisi. Setiap suku memiliki karakter budaya tersendiri, salah satunya adalah bentuk musik tradisional. Salah satu musik tradisional yang menarik untuk dilihat adalah musik tradisional melayu. Melayu merupakan suku yang tinggal di daerah kota Medan dan Deli Serdang. Kehidupan suku melayu di Sumatera Utara dapat dilihat dari adanya kerajaan Deli dan Kerajaan Serdang. Musik melayu yang cukup terkenal adalah orkes melayu.

Orkes melayu menjadi salah satu bentuk kesenian musik didalam kehidupan masyarakat melayu. Kebudayaan orkes melayu ini selalu menjadi bagian yang penting dalam kehidupan budaya sehari-hari dari masyarakat melayu, khususnya dalam merayakan acara yang besar. Orkes melayu menjadi bagian dari setiap kebudayaan yang akan dilakukan masyarakat melayu pada umumnya. Orkes melayu digunakan saat perayaan pernikahan, acara khitanan, dan berbagai acara lain yag sifatnya menghibur.

Keberadaaan orkes melayu didalam masyarakat saat ini terus mengalami penurunan eksistensi. Orkes melayu tidaklah menjadi pilihan yang utama dimasyarakat dalam mensyukuri hidup yang diterimanya, semua mulai tergeser oleh pesatnya kemajuan informasi dan teknologi. Keadaan ini membuat orkes melayu mulai kehilangan tempat dihati masyarakat. Masyarakat mulai melupakan kebudayaannya dan menyukai kebudayaan-kebudayaan musikal yang muncul disaat ini.

Kota Medan, tidak dapat dihindari dari pengaruh-pengaruh kebudayaan asing dan kebudayaan etnik disekitarnya. Menyoroti dunia permusikan didalam orkes melayu, orkes melayu bukan lagi sebagai media penghibur tetapi sudah menjadi suatu industri.Dalam perkembangan musik melayu sekarang ini banyak masalah yang dihadapi.Sudah saatnya kita melakukan usaha agar karya seni kreasi baru terdorong untuk maju dan penelitian lebih lanjut untuk menyelamatkan musik melayu dari kepunahan dan kehilangan identitas dilakukan.Dari periode awal kebangkitannya hingga sekarang.Lagu-lagu melayu tidak pernah luput dari pendengaran.Sampai hari ini kita masih mendengar lagu- lagu melayu yang dinyanyikan maupun dimainkan secara instrumentalia.Tampaknya jenis musik ini tetap lestari, meskipun sepi dari kreativitas. Perkembangan musik di Indonesia yang sudah demikian maju akibat pengaruh jenis dan gaya musik barat maupun pengenalan musik tradisi Indonesia sendiri, tidak mendorong musik dan lagu melayu untuk ikut berkembang bersama-sama, sehingga ciptaan baru pada lagu dan musik melayu tidak lahir. Kitaberharap perkembangan musik yang terjadi di Indonesia ini dapat merangsang musik melayu untuk ikut serta berkembang secara positif, namun ternyata bidang musik tidak menampakkan kreativitas seperti yang kita harapkan bila dibanding dengan perkembangan dibidang tari.Padahal kreativitas musisi musik melayu bisa saja bertolak dari musik tradisi, sebagian

Page 73: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

70

atau sepenuhnya dan menggunakan teknik komposisi musik barat.Usaha demikian barangkali dapat membuahkan perspektif baru dalam dunia penciptaan.

Orkes melayu sebagai musik tradisional melayu yang semakin sulit ditemukan di Medan.Orkesmelayu saat ini telah sulit ditemui di daerah medan, hal ini sebagai akibat dari semakin banyaknya aliran musik barat yang masuk ke Indonesia. Kemunculan berbagai aliran musik barat tidak serta merta mematikan seluruh orkes melayu, namun saat ini masih ada beberapa orkes melayu yang masih mempertahankan eksistensinya dalam masyarakat lokal.Salah satunya adalah kelompok orkes melayu Mawardah yang berlokasi di Galang.Sebagai kebudayaan lokal masyarakat melayu, kelompok orkes melayu ini tetap berusaha untuk eksis dalam masyarakat.

Orkes melayu Mawardah merupakan sebuah grup musik yang mencoba mempertahankan kesenian melayu khususnya dibidang music, membawakan berbagai lagu tradisional melayu, Orkes ini terus bertahan dalam kehidupan masyarakat melayu. Orkes melayu Mawardah menjadi bagian penting dari kehidupan budaya masyarakat melayu yang berada di Deli Serdang maupun Medan, karena menjadi sebuah kesenian daerah yang bisa dinikmati oleh masyarakat itu sendiri.

Orkes melayu Mawardah hadir dengan gaya musik melayu yang menarik, tampil dengan selalu membawakan lagu- lagu melayu yang telah lama. Namun demikian orkes melayu Mawardah juga membawakan lagu-lagu bernuansa modern yang juga tenar dimasa kini dengan gaya melayu sendiri. Kemampuan musikal pemain musik orkes Mawardah memungkin berbagai elemen musik masa kini dapat dikreasikan kedalam musik melayu. Hal ini yang membuat orkes melayu Mawardah dapat bertahan dan tetap konsisten dalam memainkan musik-musik melayu. Memperdengarkan musik melayu kepada generasi muda menjadikan orkes melayu Mawardah merekrut pemain-pemain musik muda yang cenderung menyukai musik barat. Hal ini dilakukan untuk mengasah rasa cinta anak muda terhadap karya musik daerah sendiri dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa musik melayu merupakan musik yang menarik untuk dinikmati.Hal ini menarik penulis untuk menelitiKeberadaan Orkes Melayu Mawardah di Galang. ISI A. Keberadaan Orkes Melayu Mawardah

Orkes melayu Mawardah merupakan sebuah kelompok kesenian tradisi melayu yang masih ada di kabupaten Deli Serdang, berada disebuah Desa Petumbukan, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang.Orkes melayu Mawardah didirikan di Desa PetumbukanKecamatan Galang, di desa Petumbukan merupakan tempat sekretariat dari orkes melayu Mawardah.Semua kegiatan latihan untuk orkes dilakukan di sekretariat ini, begitu juga dengan hal-hal yang merupakan bagian dari sistem managemen dari orkes ini.

Keberadaan orkes melayu Mawardah di Galang merupakan hal yang menarik, karena begitu banyaknya grup musik organ tunggal yang kini selalu dijadikan bagian dari perayaan pesta pernikahan maupun pesta adat lainnya dari masyarakat melayu yang ada di Galang.Dengan keberadaannya saat ini, orkes

Page 74: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

71

telah dijadikan masyarakat sekitar sebagai media hiburan dalam berbagai acara di masyarakat baik untuk acara pernikahan maupun acara yang sifatnya syukuran. B. Perkembangan Kelompok Orkes Melayu Mawardah

Perkembangan musik didalam masyarakat modern saat ini mengharuskan orkes melayu Mawardah juga mengalami perkembangan yang semakin pesat dan memunculkan grup musik baru seperti menambahkan berbagai macam elemen musik. Padatahun 2003 di desa Petumbukan dibentuklah sebuah grup musik yang diberi nama “orkes melayu Mawardah”, grup musik ini merupakan grup musik yang berupa orkes melayu yang menjadi pemusik saat pesta-pesta masyarakat melayu di Deli Serdang dan sekitarnya. Namun grup musik ini memiliki konsep musik melayu yang berbeda dari ansambel musik melayu pada umumnya di masyarakat melayu, penyebabnya adalah grup musik ini telah menggunakan alat musik modern seperti keyboard, saksofon, terumpet, gitar, akordion dan gitar bass. Grup ini menggunakan semua instrumen musik ini karena ingin menambah keindahan musiknya.

Sejak terbentuk orkes ini mengalami masa-masa pasang surut dalam bidang pertunjukkan musik, hal ini dipengaruhi oleh efek sosial yang terjadi dimasyarakat pada masa waktu tertentu.Gaya musik yang terus berubah-ubah di masyarakat merupakan hal yang paling memberi pengaruh terhadap keberadaan orkes melayu.Masyarakat yang majemuk dan dekat dengan modernitas membawa pengaruh pada selera musik masyarakat, khususnya masyarakat melayu.Kebanyakan dari masyarakat lebih menyukai lagu- lagu pop yang terus muncul dalam setiap hiburan dan hal yang sangat dekat dengan masyarakat adalah keberadaan organ tunggal. Masyarakat melayu sekarang ini lebih menyukai organ tunggal dibanding dengan orkes melayu, sehingga orkes melayu secara langsung terkena dampak yaitu tidak lagi menjadi pilihan yang utama masyarakat melayu dalam kehidupan budaya dan hiburannya, tetapi orkes melayu Mawardah ini sampai ke Malaysia untuk menghibur masyarakat disana saat acara pesta pernikahan.

Masuk dan berkembangnya budaya musik asing kedalam masyarakat melayu juga ditemukan dalam grup musik ini. Gaya musik barat yang terus masuk juga membawa pengaruh dalam gaya musik orkes melayu yang dimainkan grup musik ini. Orkes melayu Mawardah juga memainkan gaya musik jazz, rumba, samba dan beberapa gaya musik latin lainnya dalam komposisi musik maupun lagu yang dimainkan oleh gup musik ini. Gaya musik ini bahkan kadang lebih dominan daripada gaya musik melayu pada saat orkes melayu Mawardah, mereka mainkan baik dalam acara pesta pernikahan maupun dalam acara adat lainnya. C. Alat Musik Dalam Musik Orkes Melayu

Orkes melayu didalam kehidupan masyarakat melayu selalu menjadi bagian yang penting dalam kehidupan sosial budaya masyarakat melayu. Adapun alat-alat musik yang digunakan dalam orkes melayu adalah:

1. Gendang Melayu 2. Akordion 3. Gambus 4. Biola 5. Tabla

Page 75: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

72

6. Rebana 7. Gitar 8. Bass 9. Drum 10. Keyboard 11. Trumpet

D. Lagu Yang Dinyanyikan Dalam Musik Orkes Melayu Berkembangnya budaya musik di Indonesia menjadikan orkes melayu juga

ikut berkembang menjadi bagian musik yang lain. Perkembangan langsung dari orkes melayu adalah dangdut. Meskipun lagu- lagu dangdut dapat menerima berbagai unsur musik lain secara mudah, bangunan sebagian besar lagu dangdut sangat konservatif, sebagian besar tersusun dari satuan delapan birama 4/4. Jarang sekali ditemukan lagu dangdut dengan birama 3/4, kecuali pada beberapa lagu masa 1960-an seperti Burung Nuri dan Seroja. Adapun lagu- lagu yang dinyanyikan oleh orkes melayu Mawardah adalah :

1. Zapin 2. Seringgit dua kupang 3. Seroja 4. Cinta Hampa 5. Khayalan 6. Burung Nuri 7. Tanjung Katung 8. Hitam Manis 9. Serampang Dua Belas

PENUTUP

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis dapat memberi kesimpulan bahwa: 1. Orkes melayu Mawardah merupakan sebuah orkes yang ditujukan untuk terus

melestarikan kebudayaan melayu. 2. Kemajuan teknologi dan komunikasi mengakibatkan banyaknya muncul

kebudayaan lain khususnya kebudayaan barat yang melekat dengan masyarakat sehingga masyarakat meninggalkan orkes melayu.

3. Orkes melayu Mawardah menguatkan eksistensinya dengan terus berkembang mengikuti modernitas tanpa melupakan kebudayaan asli melayu.

4. Orkes melayu Mawardah menggunakan beberapa alat musik barat untuk menambah kreatifitas bunyi dalam musik melayu tanpa melupakan khasanah musik melayu secara keseluruhan.

5. Orkes melayu Mawardah memainkan berbagai macam lagu pop yang terkenal saat ini yang di aransemen dengan gaya musik melayu, namun tetap menjadikan lagu melayu menjadi lagu yang utama.

Page 76: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

73

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1978–1979.Ensiklopedi Musik dan Tari Daerah Riau. Jakarta: Proyek Penelitian dan Pencatatan Tari Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Edinburgh. 1826.Mission to the Eastcoast of Sumatera. Gerungan, W.A. 2004.Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama Horton. B Paul, dan Hunt L. Chester. 1999. Sosiologi. Jakarta : airlangga Kamanto Sunarto, 1985, Pengantar Sosiologi sebuah bunga rampai, Jakarta:

Yayasan Obor indonesia. K.J.Veeger, 1990, Realitas Sosial, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lukman Sinar, Tengku. 1990. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Perwira, Medan.

Mc Neil, Rhoderick J, Dr. 1998. Sejarah Musik. Jakarta: BPK Gunung Mulia S. Kartika, Dharsono.2007. Kritik Seni. Bandung : Rekayasa Sains. Sinar, T. L. 1982. Latar Belakang Sejarah dan Perkembangan Seni Tari Melayu di

Sumatera Timur.Makalah dalam rangka Pekan Penata Tari dan Komponis Muda Dewan Kesenian Jakarta.

Suhaimi, dkk. 2008. Pengantar Studi Tamadun Melayu. Pekanbaru : UNRI Press. Wiyarti, Sri Mg dan Widada Sutapa Mulya. 2007. “Sosiologi.” Surakarta: UNS

Press. http://rizaldiisipadangpanjang.blogspot.com/2010/08/cengkok-dan-grenek-dalam-

biola-melayu.html

Page 77: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

74

PEMBELAJARAN MUSIK PADA ANAK USIA TIGA SAMPAI ENAM TAHUN DI KELOMPOK MUSIK BERMAIN ERA MUSIKA

Berny M Purba 071222520046

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

pembelajaran musik pada anak usia tiga sampai enam tahun dikelompok musik bermain Era Musika. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Peneliti mengambil lokasi penelitian di Era Musika Medan dengan sumber data kepala sekolah, guru pembimbing kegiatan pembelajaran dan siswa yang mengikuti pembelajaran musik di Era Musika. Prosedur pengumpulan data dilakukan berdasarkan jenis data antara lain (1) study kepustakaan, (2) observasi langsung, (3) wawancara, (4) tes praktek dan (5) dokumentasi dan audio visual. Pembelajaran musik pada anak dilakukan dengan metode ceramah, demonstrasi dan penugasan.Pada tahap awal instruktur memberi penjelasan mengenai bentuk dan nilai not dan tanda berhenti, tanda birama, kunci, serta praktik memainkan solmisasi dengan menggunakan instrumen keyboard yang dipegang setiap anak.Setelah anak-anak mampu mempraktekkan instrumennya masing-masing, instruktur menyuruh seluruh anak untuk dapat bermain secara bersama-sama. Setelah analisis dilakukan, ditemukan hasil bahwa pembelajaran musik pada anak umur tiga sampai enam tahun di kelompok musik bermain Era Musika menunjukkan hasil pembelajaran dengan pengajaran instruktur seni musik berada pada katagori yang cukup. Dimana pembelajaran musik yang diberikan pada anak usia tiga sampai enam tahun dapat mempengaruhi perkembangan otak. Hasil tersebut didapat dari tes praktik yang menunjukkan mayoritas anak-anak mengalami kendala dalam membaca notasi angka dan mengatur tempo ketika memainkan lagu bersama-sama dengan memakai instrumen.

Kata Kunci : Pembelajaran Musik Anak

PENDAHULUAN

Musik dapat diperkenalkan pada anak-anak dalam bentuk permainan. Melalui bermain musik, anak-anak dapat bereksplorasi, mengeluarkan ekspresi, dan bersosialisasi terhadap teman disekitarnya.Hal inilah yang menjadi inspirasi peneliti melihat sebuah kelompok musik bermain di Era Musika menawarkan

Page 78: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

75

kesempatan bagi anak-anak untuk mengartikulasi diri secara fisik dan emosional dalam lingkungan bermain.

Proses belajar musik di Era Musika ini, anak- anak dimulai umur tiga sampai enam tahun diajak untuk belajar sambil bermain. Selain itu, kelompok musik bermain ini, mengajarkan bagaimana cara memainkan instrumen, pengenalan not, dengan mengenalkan notasi balok dan angka. Setiap anak dapat mengeluarkan ekspresinya masing-masing ketika mereka bernyanyi dan memainkan instrumennya masing-masing. Anak yang aktif dalam musik membantu semua personal, baik secara mental maupun fisik. Keterlibatan musik membantu anak membangun kemampuan sosial, menjadi kreatif dalam bidang artistik, memberikan efek mendalam pada cara anak menilai diri sendiri, dan bahkan dapat memberikan manfaat kesehatan. Pembelajaran musik juga dapat memperbaiki koordinasi fisik dan mental, sehingga pembelajaran musik sangat besar manfaatnya dalam proses belajar dan perkembangan anak.Dalam hal ini, pengajar perlu melakukan persiapan yang matang yang efektif dan efesien, sehingga dapat mengembangkan bakat dalam bermain musik, serta mengajak anak-anak dalam mencapai tujuan yang diinginkan.Selain itu, musik juga dapat bermanfaat dan memberikan dampak positif bagi anak-anak.Kegiatan ini untuk memberikan hiburan, pengetahuan dan membantu menjaga kesehatan anak-anak karena dalam musik membantu merangsang kinerja otak. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa musik merupakan salah satu stimulas untuk mempercepat perkembangan otak anak-anak.Hal yang positif yang diperoleh pada saat anak-anak mengikuti pembelajaran musik, yaitu dapat meningkatkan perkembangan dalam kemampuan berbahasa, matimatika dan membangun rasa pecaya diri dengan mengeluarkan seluruh kreativitasnya.

Maka sehubungan dengan hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai pembelajaran musik pada anak yang dapat mendorong kreatifitas anak pada usia tiga sampai enam tahun. Hal inilah yang menjadi inspirasi bagi penulis untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul “ Pembelajaran Musik pada Anak Usia Tiga sampai Enam Tahun di Kelompok Musik Bermain Era Musika”.

ISI A. Pembelajaran Musik Pada Anak Usia Tiga sampai Enam Tahun di

kelompok Musik Bermain Era Musika 1. Bernyanyi Bersama di Iringi Musik dari Pengajar atau Instruktur

Pada saat pembelajaran musik, terlebih dahulu, anak-anak diajak untuk bersama-sama menyanyikan lagu yang telah dimainkan oleh pengajar di beberapa minggu sebelumnya.Mereka mengikuti irama dan tempo dari musik yang dimainkan. Bernyanyi bersama-sama dengan teman satu kelompok adalah suatu proses pembelajaran di dadalam kelas, dalam kegiatan ini salah seorang instruktur memainkan alat musik sebagai pengiring dari nyanyian yang akan dinyanyikan anak-anak.

Page 79: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

76

2. Pengenalan Tangga Nada Setelah kegitan bernyanyi bersama-sama, anak-anak diajak dalam

pengenalan tangga nada, anak-anak diajarkan untuk menyanyikan tangga nada, nada-nada yang dimainkan secara acak dan diulang berkali-kali. 3. Bernyanyi sambil Memainkan Alat Musik Setelah pembelajaran dalam pengenalan tangga nada, anak-anak kembali ketempatnya untuk memainkan alat musiknya masing-masing. B. Metode yang Digunakan dalam Pembelajaran Musik Anak pada Usia

Tiga sampai Enam Tahun di Kelompok Era Musika Medan 1. Metode Wawancara Metode bercakap-cakap berupa kegiatan bercakap-cakap atau bertanya-

jawab antara anak dengan instruktur atau antara anak-anak lainnya. 2. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab ini dilakukan setelah instruktur menjelaskan materi

musik, baik dalam pengenalan nada dan memainkan instrumen yang telah diajarkan, maka selanjutnya instruktur akan melakukan metode tanya jawab kepada anak didik, apakah anak-anak sudah mengerti dalam memainkan instrumen dan telah mengulangi materi yang telah diajarkan sebelumnya.

3. Metode Demonstrasi Pada metode demonstrasi ini, insturktur pertama-tama mempraktekkan

cara menyanyi dan memainkan alat musik di depan anak-anak. Setelah dipraktekkan, maka selanjutnya instruktur menyuruh anak-anak memainkan alatnya masing-masing dan memberi kesempatan kepada setiap anak untuk memainkannya di depan kelas, ini dilakukan agar anak-anak termotivasi buat tampil didepan teman-temannya, dan menjadi termotivasi untuk tampil didepan banyak orang.

C. Kendala yang Dihadapi Instruktur dalam Mengajarkan Musik pada

Anak Usia Tiga sampai Enam Tahun di Kelompok Musik Bermain Era Musika

Dalam proses pembelajaran musik pada anak, terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh instruktur yaitu antara lain: 1. Suasana anak yang tidak menenangkan, karena adanya sebagian anak yang

ribut, berlari- lari, mengganggu temannya dengan memainkan permainan yang dibawa dari rumah. Hal ini yang membuat suasana belajar menjadi tidak kondusif.

2. Anak-anak yang selalu harus didampingi orang tua, sehingga orang tua itu pun sibuk dengan kepentingannya masing-masing. Misalnya, dengan keluar masuk ruangan dan bunyi-bunyi pada panggilan telepon genggam yang cukup keras didengar.

3. Adanya perbedaan tingkat kecerdasan antara anak yang satu dengan anak yang lain, contohnya, si A cepat menangkap, sementara si B tidak, sehingga proses pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan baik, karena proses pembelajaran tidak akan dilanjutkan sebelum anak yang lainnya belum dapat mengerti.

Page 80: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

77

4. Adanya sifat malas anak untuk belajar 5. Sebagian anak sulit untuk membaca not dan sulit untuk menempatkan jari

tangannya dengan tepat pada instrumen.

D. Alat Musik yang Digunakan dalam Proses Pembelajaran Musik di Kelompok Musik Bermain Era Musika

1.Piano Piano baik sekali digunakan sebagai instrumen solo.Piano ini digunakan oleh

instruktur untuk mengenalkan tangga nada. Insturktur memainkan nada-nada dan semua anak mengulangi nada dengan cara menyanyikannya. Instruktur sebagai pengiring, dengan memainkan tangga nada sedangkan anak-anak ikut dalam menyanyikannya.

2. Keyboard Electone Keyboard elektone adalah alat musik yang menyerupai piano.Keyboard sangat

berguna dan telah memperlihatkan efek positif pada kemampuan koordinasi seta pengembangan jaringan saraf.Instrumen ini memiliki rangakaian suara dan efek yang luas.Setiap pembelajaran musik dilakukan, alat musik ini digunakan masing-masing anak. Anak- anak diajarkan cara menghidupkan dan memainkannya sesuai dengan pengarahan dari instruktur.

Dari penjelasan yang diatas dapat disimpulkan bahwa, proses pembelajaran musik sangat berpengaruh kepada pertumbuhan anak. Anak-anak dapat mengetahui bagaimana bentuk dan cara memainkan alat musik tersebut. Adapun alat musik yang digunakan adalah sebagai pembawa melodi dalam bernyanyi.

E. Hasil Pembelajaran Musik Pada Anak Usia (3-6) Tahun di Kelompok Musik Bermain Era Musika.

Anak yang mencapai nilai memuaskan 2% dengan jumlah anak sebanyak 2 orang anak. anak yang mendapatkan nilai yang baik 96% dengan jumlah anak sebanyak 16 orang dan anak yang mendapatkan nilai cukup 2% dengan jumlah anak sebanyak 2 orang. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam membaca notasi balok, masih ada beberapa anak yang belum dapat mengerti yang mendapatkan nilai kurang dari 65. Beberapa anak juga masih memiliki kesulitan dalam memainkan instrumen, membaca notasi balok dan mengatur tempo. Secara umum, dilihat dari segi umur tingkat kecerdasan juga menentukan dalam hal memainkan instrumen. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai para siswa. Dengan demikian, penilaian menurut tabel yang diatas secara keseluruhan dapat dikatakan baik.

PENUTUP Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pembelajaran musik sangat penting dalam proses perkembangan anak.

Anak-anak dapat meningkatkan daya serap dan mempermudah anak dalam mengikuti pembelajaran diluar dari pada musik. Musik juga memberikan rasa senang dan hiburan melalui lagu yang dimainkan.

Page 81: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

78

2. Selain itu musik juga dapat merangsang saraf motorik anak sehingga dapat berfungsi sebagai stimulus saraf otak yang dapat menimbulkan reaksi-reaksi fisik seperti melompat, dan bertepuk tangan

3. Musik anak juga ternyata dapat memperluas fungsi otak, karena pada area otak dalam menganalisis pitch nada-nada musik ternyata 25% lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak pernah mendengarkan musik hal ini disebut dengan istilah “Mozartelfect”

4. Pembelajaran musik ini berguna sebagai alat komunikasi yang efektif untuk mengenalkan lagu.

5. Pembelajaran musik dapat mengajarkan keterampilan sosial yang hebat. Musik memainkan perananpenting dalam mengembangkan dasar kemampuan komunikasi personal dan pengekspresian diri. Oleh karenanya, musik berperan besar dalam memperkuat keterampilan sosial yang penting. Musik menyatukan anak secara sosial ketika mereka secara alami merasa malu. Musik membantu mengembangkan identitas dan kepercayaan diri, dan kemampuan kelompok serta bekerja sama dapat dipelajari secara sangat efekktif melalui model musikal

6. Pembelajaran musik membantu anak dalam mengembangkan kemampuan daya ingat untuk proses belajar dan menyimpan informasi. Musik dijadikan wahana yang sangat efesien untuk fungsi dan pemrosesan daya ingat tingkat lanjut.

7. Dalam pembelajaran musik yang diberikan pada anak-anak dapat bermanfaat pada keterampilan anak dalam berbahasa. Proses yang digunakan untuk memperoleh kemampuan berbahasa sangat tergantung pada pengguanaan alat-alat musikal. Sajak dan proses pembicara merupakan bentuk interaksi musikal, ketika anak-anak mengkordinasi vokal. Dari beberapa kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran,

antara lain : 1. Pembelajaran musik yang diberikan pada usia tiga sampai enam tahun

dipertahankan melihat dampak positif dari perkembangan anak dalam mengikuti proses pembelajaran yang lain dengan menggunakan media dalam proses pembelajaran

2. Orang tua dapat berperan aktif dalam memberikan pelatihan musik kepada anak-anaknya demi meningkatkan kecerdasan yang terdapat pada anak.

3. Musik sebagai acuan bagi anak-anak dalam berinteraksi dengan yang lain. Meningkatkan cara mengajar agar anak tidak jenuh dalam mengikuti pemebelajaran.

4. Membuat beberapa alat musik lainnya yang disukai anak-anak. Karena kegemaran anak-anak dalam memilih instrumen berbeda

5. Sebaiknya suasana belajar yang menyenangkan tanpa ada keributan dari bunyi-bunyian yang lain.

6. Instruktur dan orang dapat lebih memberikan motivasi dan memperhatikan anak mereka dalam belajar.

Page 82: Grenek E-Jurnal Vol I, No. 2 Juli 2012

79

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1984. Prosedur Kependidikan Prosedur dan strategi. Bandung: Angkasa. Albrecht, kay dan Linda G. Miller. The Conprehensif Infant curiculum. Beltsville

MD :Gryphon House, Inc.2000 Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pusaka. Dodi Ahmad Fauzi. 2006. Pengaruh Musik Bagi Kecerdasaan

Jakarta : PT. Harmoni. Fakultas Bahasa dan Seni 2010 Pedoman Skripsi Mahasiswa SI. Medan. Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajran.Jakarta : Bumi Aksara. Hurlock B. Elizabeth. 2000. Perkembangan Anak Edisi ke Enam.PT Aksara

Pertama. Jamalus. 1988. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta. Jones George. 1974. Music Theory. Printed in the United states of America . Kamus Saku Ilmiah Populer. 2010. Jakarta. Kennedy Michael. 1980. TheConcise Oxford Dictionary Of Music,

OxfordUniversity press. Sheppard Philipi.2005. Peranan Musik dalam Perkembangan

Anak,Jakarta:PTGramedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Majid, A. 2006.Perencanaan PembelajaranBandung : Remaja Rosdakarya. Maryeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan.Jakarta : Bumi Aksara. Naughhton, G. Mac. 2003. Shaping Early Childhood: Learners, Curiculun and

Contexts. Midenhead, Berkshire: Open University Pers. Papalia e. diane. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta : Kencana. Nickol Peter.2005. Panduan Praktis Membaca Notasi Musik. Jakarta : PT

Gramedia Pustaka umum. Rowen, R.H. 1997.Music Thourgh Sources and Documents. New Jersey: Prentice

Hall Inc. Yus Anita.2009. Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak.Medan :

Program Pascasrjana Unimed. http://digilib.petra.ac.id/pengertian Musik www.wikipedia.com.Pengertian Pembelajaran http:/id.Wikipedia,org/wiki/musicanak/com