Granuloma piogenik

download Granuloma piogenik

of 2

Transcript of Granuloma piogenik

Granuloma piogenik Granuloma piogenik (GP) adalah suatu tumor vaskuler benigna yang didapat pada kulit atau membran mukosa yang tampak sebagai papul atau nodul vaskular yang cepat tumbuh, dapat berukuran 0,5-1 cm, jarang yang melebihi 1 cm tetapi ada yang sampai 5 cm,4-7 Pada kasus ini lesi berupa papul berdiameter kira-kira 0,5 cm, kenyal, warna kemerahan, permukaan licin, mengkilat, yang sesuai untuk gambaran GP. Penyakit ini biasanya pada anak-anak, dengan rata-rata umur 6,7 tahun,1 dan jarang pada anak kurang dari 6 bulan dan lesi ini akan berkurang dengan bertambahnya umur.1,6,8 Tetapi Naimer et al melaporkan satu kasus GP setelah sirkumsisi pada bayi usia 1 bulan.8 Dikatakan pertumbuhan awal GP sangat cepat dan setelah beberapa minggu pertumbuhannya melambat.1,5,9 Pada kasus ini, anak tersebut telah menderita sejak 2 tahun lalu, dimana pada lesi makin lama makin membesar. Tempat predileksi sering mengenai muka, jari, gingiva dan daerah lain yang mudah terkena trauma.4,6 Pada pasien ini didiagnosis banding dengan hemangioma dimana gambaran klinisnya dapat menyerupai GP yaitu papul atau nodul merah. Tetapi hemangioma ini biasanya sudah ada sejak lahir atau pada minggu-minggu pertama, dan didahului oleh makula hipopigmentasi atau eritem.6 Penyebab pasti granuloma piogenik sampai sekarang belum diketahui. Namun trauma sejak dahulu dianggap sebagai penyebab utama, dimana pada suatu penelitian ditemukan 7% kasus mempunyai riwayat trauma.1 Dikatakan trauma bentuk penetrasi yang tersering. Pada kasus-kasus lain penderita tidak mengingat adanya trauma, tetapi pekerjaan atau situasi lesi menyebabkan trauma minor dapat terjadi.5 Seperti pada kasus ini orang tua anak menyangkal adanya trauma sebelumnya, tetapi mengingat lokasi di kelopak mata yang mudah kena trauma minor, mungkin sebelumnya terdapat trauma minor yang tidak disadari.1 Pengaruh hormonal, viral onkogen, malformasi arteriovenous mikroskopik dan produksi faktor angiogenik diduga juga berperan. Pertumbuhan lesi akibat terapi retinoid sistemik atau protease inhibitor telah dilaporkan, tetapi fenomena ini belum sepenuhnya dimengerti.1 Gambaran histopatologis GP terdapat proliferasi pembuluh darah kecil, yang akan menerobos epidermis dan membentuk tumor globular yang bertangkai, yang dibatasi oleh epidermis yang koleret.1,4-5 Kadang-kadang terdapat erosi dan ulserasi di permukaannya.1 Proliferasi pembuluh darah ini terdapat pada stroma gelatinous, yang tidak terdapat kolagen pada stadium awal dan relatif kaya musin. Sel-sel endotel membengkak seperti pada jaringan granulasi yang baru, membatasi pembuluh darah dalam lapisan tunggal dan dikelilingi oleh campuran populasi sel fibroblast, sel mast, sel plasma dan pada permukaan yang erosi terdapat lekosit PMN. Pada lesi yang lebih tua cenderung lebih terorganisasi dan sebagian fibrosis.1,5 Hal ini sesuai dengan gambaran histopatologis kasus ini, terdapat proliferasi pembuluh-pembuluh darah yang dilapisi epidermis dengan infiltrasi sel radang limfosit. Penatalaksanaan GP dapat dilakukan dengan biopsi shave, punch, eksisi skalpel atau laser, kuretase dan kauterisasi koagulasi.1-3,5 Tetapi ada yang mengatakan jangan melakukan kauterisasi pada lesi yang besar atau luas, sebaiknya dieksisi.10 Semua modalitas tersebut kuratif asalkan lesi terangkat sempurna.1-2,5 Skleroterapi.1,3 dan kauterisasi kimiawi dengan perak nitrat telah dilakukan oleh beberapa praktisi.1,10 Pada GP yang kecil dan superfisial dapat terjadi regresi spontan, tetapi hal ini jarang.2,5 Holbe et al memperkenalkan suatu cara yang mudah dilakukan terutama untuk anak-anak karena tidak membutuhkan anestesi yaitu dengan mengikat tangkai GP sedekat mungkin dengan dasar kemudian ditutup dan beberapa hari kemudian GP akan nekrosis dan lepas dengan sendirinya. Kekurangan cara ini hanya tidak dapat dilakukan pemeriksaan histopatologis. Jadi cara ini hanya dilakukan pada kasus yang secara klinis jelas suatu GP.3 Tanpa melihat modalitas terapi yang digunakan, rekurensi bisa mencapai 40-50%.1,9 Ada yang mengatakan bahwa terjadi rekurensi karena proliferasi pembuluh darah pada dasar lesi meluas dalam pola konus ke dermis bagian dalam. Pada beberapa tempat seperti lipatan kuku atau bagian anterior jari, sangat beralasan untuk melakukan kuretase.5 Bilamana memungkinkan, dapat dilakukan eksisi elips sempit tetapi dalam di bawah lesi dan menutupnya dengan jahitan,1,5,9 karena cara ini memberikan angka kesembuhan tertinggi.9 Pada pasien ini dilakukan pemotongan tangkai GP (eksisi shave) dilanjutkan kauterisasi. Hal ini dilakukan karena tidak mungkin dilakukan eksisi skalpel, walaupun dikatakan angka kesembuhannya tinggi dengan cara ini. Cara lain tidak dilakukan karena diperlukan pemeriksaan histopatologis. Granuloma piogenik biasanya timbul dan menetap sebagai lesi soliter. Tetapi setelah pengangkatan atau destruksi lesi soliter, dapat terbentuk lesi satelit multipel dengan gambaran histopatologis yang sama di sekitar tempat terapi. Lesi satelit ini paling sering di punggung, dada atau badan.4,5,9

{mospagebreak} KESIMPULAN Telah dilaporkan suatu kasus Granuloma piogenik pada kelopak mata kiri atas seorang anak usia 4 tahun. Tindakan yang dilakukan adalah eksisi shave dan kauterisasi. Sampai saat ini ( sudah 8 bulan ) penderita tidak kembali, diharapkan tidak terjadi rekurensi.