GRAND DESIGN BLK INTERNASIONAL - WordPress.com · 2014-08-06 · 1 sweden 98,5 2 norway 98,3 3...
Transcript of GRAND DESIGN BLK INTERNASIONAL - WordPress.com · 2014-08-06 · 1 sweden 98,5 2 norway 98,3 3...
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN
UPT PELATIHAN KERJA SURABAYA
GRAND DESIGN BLK INTERNASIONAL
REVITALISASI BLK SURABAYA MENUJU BLK INTERNASIONAL
DALAM RANGKA MENDUKUNG PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR MENUJU MASYARAKAT JAWA TIMUR YANG MAKMUR DAN BERAKHLAK
25 APRIL 2011 / Rev 08 Januari 2014
[Pada awal didirikan, BLK Surabaya dengan disain dan resources yang excellent, peran dan kontribusi BLK Surabaya di bidang penyiapan tenaga kerja sangat diandalkan, naming seiring dengan perjalan waktu dan lemahnya dukungan dan regenerasi kedudukan itu tidak dapat dipertahankan. Dengan sisa-sisa potensinya, BLK Surabaya masih dapat dikembalikan kejayaannya, namun dengan keusangan resourcesnya maka harus ditempuh melalui revitalisasi yang masif dan intensif]
SUMERAREKA
Grand Design Halaman 1
I. LATAR BELAKANG
A. EKSISTENSI UPT PK SURABAYA
Pada awal berdirinya UPT PK Surabaya (BLK Surabaya) merupakan lembaga pelatihan yang mempunyai peran dan fungsi
sangat istimewa, kontribusinya terhadap penyiapan tenaga kerja yang berkualitas sangat diandalkan oleh masyarakat dan
pengguna tenaga kerja yaitu perusahaan dan dunia kerja, hal ini terbukti dari banyaknya alumni yang menduduki dan
bertugas sangat strategis di perusahaan atau tempatnya bekerja atau menjadi pengusaha.
Pada waktu itu dengan fasilitas yang lengkap dan serba modern didukung dengan anggaran yang memadai, kualitas
instruktur yang sebagian besar adalah tamatan pendidikan dan pelatihan luar negeri serta pendampingan dan bimbingan
tenaga ahli dari Negara-negara maju maka seluruh aktivitas berlangsung dengan sangat berkualitas.
Namun seiring dengan perjalanan waktu dan adanya perubahan sistem serta kebijakan pemerintah, UPT PK tidak mampu
meningkatkan eksistensinya bahkan untuk mempertahankan eksistensi sangat sulit, status kelembagaan yang terkatung-
katung, maintenance dan repair yang terhenti, stagnasi regenerasi sumberdaya manusia, eksistensi pelatihan, mandegnya
program-program inovasi dan sebagainya adalah masalah-masalah mendasar yang belum dapat dipecahkan.
Sebagai akibat dari kondisi tersebut maka peran, fungsi, eksistensi dan kontribusi UPT PK sebagai lembaga pelatihan
untuk menyiapkan tenaga kerja dan upgraiding tenaga kerja maupun tenaga pelatih (instruktur) serta sebagai innovator
pelatihan meskipun perlahan tetapi dirasakan terus menurun.
Grand Design Halaman 2
Upaya untuk mempertahan eksistensi tersebut telah dilakukan dengan berbagai cara, hasil positifnya secara nyata dapat
diukur cukup tinggi.
Namun demikian, upaya-upaya mempertahankan serta meningkatkan eksistensi UPT PK yang cenderung bersifat tambal
sulam dan sporadis tentunya tidak mampu menghasilkan loncatan dan percepatan, sementara tantangan peningkatan
pelatihan tenaga kerja berkembang dengan sangat pesat, diantaranya serbuan 4 gelombang pengaruh (four waves),
perubahan sistem kerja dll.
Menghadapi tantangan tersebut maka untuk meningkatkan eksistensi, peran dan fungsi serta kontribusi UPT PK Surabaya
tidak tepat lagi apabila dilaksanakan sporadis dan tambal sulam, tetapi harus ditempuh dengan program yang sangat
masiv dan ketat yaitu dengan “revitalisasi”.
Dengan tantangan dari luar yang begitu kuat maka sudah saat dilakukan revitalisasi UPT PK Surabaya menuju BLK
Berstandar Internasional, yang didalamnya mencakup : reposisi, re-engineering, remanajemen, rehabilitasi, rebuilding dll.
B. KUALITAS TENAGA KERJA, PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING
Disamping teknologi yang digunakan dan manajemen, produktivitas sangat dipengaruhi oleh kualitas tenaga kerja.
Seringkali masyarakat memandang bahwa kualitas tenaga kerja mempengaruhi produktivitas, selanjutnya produktivitas
akan mempengaruhi tingkat daya saing dan selanjutnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan seterusnya sehingga
menyerupai siklus sebab akibat sebagaimana digambarkan pada skema berikut.
Grand Design Halaman 3
PENDI
DIKAN
SDM
KOMPT
PRO
DUKTI
VITAS
DAYA
SAING
PERTUM
BUHAN
EKONO-
MI
ANGKA
PENGANG
GURAN
ANGKA
KEMIS
KINAN
PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING
Secara teori apabila tidak dilakukan upaya maka siklus tersebut akan tetap berada pada apa adanya, statis yaitu karena
rendahnya kualitas tenaga kerja maka tingkat produktivitas menjadi rendah sehingga daya saing menjadi lemah.
Lemahnya daya saing menyebabkan rendahnya pertumbuhan ekonomi yang akan berakibat pada tingginya angka
pengangguran sehingga akan angka kemiskinan akan meningkat dan seterusnya.
Untuk merubah siklus negatif tersebut perlu adanya program pengungkit (leverage) yang dapat meningkatkan kualitas
tenaga kerja, peningkatan kualitas tenaga kerja akan meningkatkan produktivitas sehingga akan mempertinggi daya saing.
Daya saing yang meningkat secara teoritis akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga dapat menekan
angka pengangguran dan kemiskinan.
Grand Design Halaman 4
Salah satu pengungkit yang diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk merubah siklus negatif menjadi siklus positif
adalah merevitalisasi UPT PK Surabaya.
Revitalisasi yang dimaksud didalamnya juga meliputi reposisi, re-engineering, rehabilitasi, remanajemen dan rebuilding.
Melalui revitalisasi diharapkan UPT PK Surabaya dapat berperan sebagai BLK Internasional, yaitu BLK yang mampu
menghasilkan tamatan pelatihan dengan kompetensi standar internasional, bersertifat internasional yang diakui dan
diperlakukan sesuai standar internasional.
MENJAGA
CITRA
BLK INT
LEVE
RAGE
SOLUSI
SIMPTOMATIK: BLK INTERNASIONAL
KUALITAS
SDM
PENDI-
DIKAN
KNOW
HOW
PRO
DUKTI
VITAS
DAYA
SAING
PER-
TUM-
BUHAN
EKO
NOMI
ANGKA
PE
NGANG
GURAN
ANGKA
KEMIS
KINAN
KEBIJAKAN 3 IN 1
PELATIHANSERTIFIKASI
PENEMPATAN
EFEK
SAMPING:
BACKFIRE
MEMUKUL
BALIK
CITRA
RUSAK
SOLUSI
MENDASAR:PENINGKATAN
DAYA SAING SDM
DELAYDELAY
Grand Design Halaman 5
C. HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) INDONESIA 2010 & 2011
Berdasarkan IPM atau HDI yaitu angka indeks yang sering dipergunakan sebagai alat ukur atau pengukuran yang dipakai
untuk mengetahui tingkat usaha dan keberhasilan pembangunan/pengem-bangan sumber daya manusia.
Karena dalam pengukuran IPM (HDI) digunakan tiga indikator pengukuran yaitu : angka harapan hidup sejak lahir (life
expectancy at birth); angka melek huruf (literacy) dan GDP per capita maka angka indeks tersebut seringkali
digunakan untuk peringkatan kedudukan suatu negara berdasarkan usaha dan keberhasilannya dalam pengembangan
sumber daya manusia dan sering dianggap identik dengan daya saing suatu negara dibandingkan dengan negara lain.
1. PERINGKAT HDI INDONESIA TAHUN 2010
Newsweek pada bulan September 2010 telah merelease peringkat HDI dari 100 negara yang diteliti, termasuk
Indonesia. Newsweek tidak menggunakan 3 indikator tetapi 5 indikator, yaitu : Education, Health, Quality of Life,
Political Environment dan Economic Dynamism. Indonesia menduduki peringkat yang rendah baik untuk masing-
masing indikator maupun overall, bahkan dibanding negara-negara Asean menduduki peringkat yang kurang
menggembirakan.
Secara overall dari 5 indikator HDI Indonesia menduduki peringkat 73 dari 100 negara yang disurvei dengan skore
yang dicapai 57,1 lebih tinggi dari Vietnam pada peringkat 81 dengan skore 54,9. Namun jauh lebih rendah dari
negara-negara Asean lainnya yaitu Singapura (peringkat 20; skore 80,9), Malaysia (37; 69,7), Thailand (58; 62,2),
Pilipina (63; 60,5). Juga lebih rendah dari China (59; 62,1).
Berdasarkan indikator pendidikan, peringkat HDI Indonesia, menduduki peringkat 71 dengan skore 74,4 paling
rendah diantara negara-negara Asean yang disurvei, terpaut cukup jauh di bawah Vietnam pada peringkat 64 dengan
Grand Design Halaman 6
skore 77,1; Thailand (57; 79,3), Pilipina (46; 81,5), Malaysia (36; 86,4), Singapura (4; 95,6), juga lebih rendah dari
China pada peringkat 61 dengan skore 78,1.
Berdasarkan indikator kesehatan, HDI Vietnam menduduki peringkat yang cukup tinggi yaitu peringkat 52 dengan
skore 71, sedangkan Indonesia menduduki peringkat 75 dengan skore 61,4 lebih rendah dari pada Pilipina (66; 66,2),
Thailand (66; 66,2), Malaysia (52; 71), Singapura (7; 92,8) dan juga China (42; 75,9).
Berdasarkan indikator Quality of Life, HDI Indonesia menduduki peringkat yang sangat rendah, yaitu peringkat 82
dengan skore 52,3, jauh lebih rendah dibandingkan dengan Singapura pada peringkat 23 dengan skore 80, Malaysia
(48; 69,3), Thailand (55; 67,2), China (70; 61); Vietnam (74; 58,7) dan Pilipina pada peringkat 75 dengan skore 57,9.
Berdasarkan Indikator Political Environment, HDI Indonesia menduduki peringkat tertinggi dibanding dengan negara-negara
Asean lainnya dan China. Indonesia menduduki peringkat 52 dengan skore 60,1, lebih tinggi dari pada Malaysia (54; 59,8),
Pilipina (58; 56,9), Singapura (67; 53,3), Thailand (74; 48,7), jauh lebih tinggi dibanding Vietnam (95; 32,5) dan China (93; 33).
Meskipun berdasarkan indicator political environment HDI Indonesia menduduki peringkat yang cukup tinggi, tetapi
berdasarkan indicator Economic Dynamism, HDI Indonesia baru mencapai peringkat 76 dengan skore 37,4 lebih tinggi
dari Vietnam pada peringkat 79 dengan skore 35, tetapi jauh lebih rendah dibawah Singapura pada peringkat 1 dengan
skore 83,1, China (13; 62,6), Malaysia (14; 61,9), Thailand (39; 49,5) dan Pilipina (64; 40,1).
Dengan rendahnya perolehan HDI Indonesia maka daya saing Indonesia dalam bidang ekonomi global menjadi relatif
lemah dibandingkan dengan negara lainnya. bahkan di kawasan Asean.Peringkat HDI Indonesia menurut hasil survey
Newsweeks September 2010 dimaksud sebagaimana pada tabel 1a s.d 1f.
Grand Design Halaman 7
Tabel 1a
PERINGKAT HDI INDONESIA
(PENDIDIKAN, KESEHATAN, KUALITAS HIDUP, POLITICAL ENVIRONMNET, ECONOMIC DYNAMISM)
Tabel 1b
PERINGKAT HDI INDONESIA
BERDASARKAN PENDIDIKAN
PERINGKAT NEGARA SKORE
1 FINLANDIA 89,4
2 SWITZERLAND 89,3
3 SWEDEN 88,9
4 AUSTRALIA 87,9
5 LUXEMBOURG 87,5
20 SINGAPORE 80,9
37 MALAYSIA 69,7
58 THAILAND 62,2
59 CHINA 62,1
63 PHILIPPINES 60,5
73 INDONESIA 57,1
81 VIETNAM 54,9
PERINGKAT NEGARA SKORE
1 FINLAND 102
2 SOUTH KOREA 96,7
3 CANADA 96,7
4 SINGAPORE 95,6
5 JAPAN 94
36 MALAYSIA 86,4
46 PHILIPPINES 81,5
57 THAILAND 79,3
61 CHINA 78,1
64 VIETNAM 77,1
71 INDONESIA 74,4
Grand Design Halaman 8
Tabel 1c
PERINGKAT HDI INDONESIA BERDASARKAN KESEHATAN
Tabel 1d
PERINGKAT HDI INDONESIA BERDASARKAN QUALITY OF LIFE
PERINGKAT NEGARA SKORE
1 JAPAN 100
2 SWITZERLAND 97,6
3 SWEDEN 95,2
4 SPAIN 95,2
5 ITALY 95,2
7 SINGAPORE 92,8
42 CHINA 75,9
52 VIETNAM 71
52 MALAYSIA 71
66 THAILAND 66,2
66 PHILIPPINES 66,2
75 INDONESIA 61,4
PERINGKAT NEGARA SKORE
1 NORWAY 98,5
2 SWITZERLAND 94,2
3 LUXEMBOURG 93,3
4 FINLAND 91,5
5 DENMARK 90,7
23 SINGAPORE 80
48 MALAYSIA 69,3
55 THAILAND 67,2
70 CHINA 61
74 VIETNAM 58,7
75 PHILIPPINES 57,9
82 INDONESIA 52,3
Grand Design Halaman 9
Tabel 1e
PERINGKAT HDI INDONESIA BERDASARKAN POLITICAL ENVIRONMENT
Tabel 1f
PERINGKAT HDI INDONESISA BERDASARKAN ECONOMIC DYNANISM
PERINGKAT NEGARA SKORE
1 SWEDEN 98,5
2 NORWAY 98,3
3 NETHERLANDS 95,7
4 NEW ZEALAND 94,1
5 FINLAND 92,7
52 INDONESIA 60,1
54 MALAYSIA 59,8
58 PHILIPPINES 56,9
67 SINGAPORE 53,3
74 THAILAND 48,7
93 CHINA 33
95 VIETNAM 32,5
PERINGKAT NEGARA SKORE
1 SINGAPORE 83,1
2 UNITED STATES 77,8
3 KOREA, SOUTH 73
4 UNITED KINGDOM 72,9
5 SWEDED 71,5
13 CHINA 62,6
14 MALAYSIA 61,9
39 THAILAND 49,5
64 PHILIPPINES 40,1
76 INDONESIA 37,4
79 VIETNAM 35
Grand Design Halaman 10
Berdasarkan peringkat HDI tersebut maka pada dasarnya kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2010 berada pada
posisi yang cukup rentan terhadap perubahan ekonomi di Asean. Upaya memperbaiki posisi untuk mencegah
degradasi ekonomi disamping perlu adanya terobosan-terobosan ekonomi, tetapi karena indikator-indikator HDI sangat
dekat dengan tingkat kualitas SDM maka harus dilakukan upaya terobosan dalam hal penyiapan tenaga kerja. Salah
satu diantaranya adalah dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan three system atau 3 in 1 plus, yang
memadukan antara pelatihan, sertifikasi, penempatan dan pemagangan sekaligus diploma.
2. PERINGKAT HDI INDONESIA TAHUN 2011
Berdasarkan Human Development Index Report 2011, dari 187 negara yang disurvei, Indonesia menduduki peringkat
124 dengan score 0,617 (tahun 2010 peringkat 73 dari 100 negara yang disurvei dengan score 57,1) yang berarti
terjadi peningkatan yang cukup signifikan, meskipun demikian HDI Indonesia (0,617) masih termasuk pada kelompok
Negara dengan pertumbuhan menengah dan masih dibawah rata-rata HDI Asia Pasific (0,671) dan masih relatif rendah
untuk kawasan Asia Tenggara terutama jika dibandingkan dengan peringkat dan score HDI Singapura (0,866 peringkat
26); dan Brunei Darussalam (0,838 rank 33) yang termasuk kelompok Negara dengan Human Development (HD)
sangat tinggi, juga masih lebih rendah dari Malaysia yang termasuk kelompok negara HD tinggi dengan score 0,761
rank 61. Pada kelompok Negara dengan HD menengah juga masih berada di bawah Thailand (0,682 rank 103) dan
Philipina (0,644 rank 112), namun masih lebih tinggi dibanding Vietnam (0,593 rank 128); Kamboja (0,523 rank 139).
Tabel 2 berikut dapat memberikan gambaran posisi Indonesia di kawasan Asia Tenggara dan beberapa Negara maju.
Grand Design Halaman 11
NEGARA RANK HDI LIFE EXPECTANCY
OF BIRTH
MEAN YEARS
SCHOOLING
GNI ($) KELOMPOK
NORWEGIA 1 0,943 81,1 12,6 47.577 VERY HIGH HUMAN DEVELOPMENT
BELANDA 3 0,910 80,7 12,0 34.431 VERY HIGH HUMAN DEVELOPMENT
SELANDIA BARU 5 0,908 80,7 12,5 43.017 VERY HIGH HUMAN DEVELOPMENT
SWEDIA 10 0,904 81,4 11,7 35.837 VERY HIGH HUMAN DEVELOPMENT
FINLANDIA 22 0,882 80,0 10,3 32.438 VERY HIGH HUMAN DEVELOPMENT
SINGAPURA 26 0,866 81,1 8,8 52.569 VERY HIGH HUMAN DEVELOPMENT
BRUNEI DRS 33 0,838 78,0 8,6 45.753 VERY HIGH HUMAN DEVELOPMENT
MALAYSIA 61 0,761 74,2 9,5 13.685 HIGH HUMAN DEVELOPMENT
THAILAND 103 0,682 74,1 6,6 7.694 MEDIUM HUMAN DEVELOPMENT
PHILIPINA 112 0,644 68,7 8,9 3.478 MEDIUM HUMAN DEVELOPMENT
INDONESIA 124 0,617 69,4 5,8 3.716 MEDIUM HUMAN DEVELOPMENT
VIETNAM 128 0,593 75,2 5,5 2.805 MEDIUM HUMAN DEVELOPMENT
KAMBOJA 139 0.523 63,1 5,8 1.848 MEDIUM HUMAN DEVELOPMENT
Grand Design Halaman 12
3. TREND / ESTIMASI HDI INDONESIA 2012
UNDP telah mengestimasikan HDI Indonesia pada peringkat 121 dari 186 negara yang disurvei dengan score 0,629.
Score yang diperoleh terpaut jauh dengan peringkat 1 yaitu Norwegia (0,955); peringkat 4 (Belanda 0,919); peringkat 6
(Selandia Baru 0,917); peringkat 7 (Swedia 0,913), demikian juga jika dbandingkan dengan peringkat dengan kelompok
negara very high human development di Asia Tenggara adalah yaitu Singapura (0,892 rank 18) dan Brunei
Darussalam (0,854 rank 30), namun tidak cukup jauh terpaut dengan kelompok negara high dan medium human
development, yaitu Malaysia (high human development 0,769 rank 64); Thailand score 0,690 rank 103, Philipina score
0,654 rank 114, dan lebih tinggi sedikit diatas negara Vietnam score 0,617 rank 127 dan Kamboja score 0,543 rank
138 (kelompok negara medium human development ).
Mengingat HDI di-identikan dengan daya saing suatu negara maka berdasarkan hasil survey HDI tahun 2010 dan 2011
serta estimasi tahun 2012 menunjukan bahwa di kawasan Asia tenggara daya saing Indonesia belum cukup tinggi
sehingga tentunya akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi yang muaranya akan mennghambat percepatan
peningkatan kesejahteraan rakyat, dan mendesak untuk segera ditingkatkan mengingat tahun 2015 akan diberlakukan
Asean Economic Community.
D. TANTANGAN
Pada dasarnya telah dipahami bahwa akibat dari kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi dan transportasi,
berbagai negara akan menghadapi empat serbuan yang begitu kuat ibarat gelombang yang secara bertahap akan
mengikis pantai, sehingga dikenal dengan “four waves”.
Grand Design Halaman 13
Empat gelombang itu menyerbu seluruh negara di berbagai belahan dunia dunia tanpa kecuali, tetapi terdapat perbedaan
pada masing-masing negara, khususnya pada kesadaran dan kesiapannya terhadap serbuan tersebut. Apabila tidak
menyadari dan tidak mengantisipasi, maka serbuan tersebut seolah-olah datang tiba-tiba (ujug-ujug), keempat gelombang
tersebut adalah :
1. Gelombang Modal, tiba-tiba saja berbagai perusahaan yang dominan bahkan menguasai hajat hidup orang banyak
bukan lagi mmerupakan perusahaan yang modalnya dikuasai bangsa sendiri, sehingga rentan untuk dipindahkan dan
menimbulkan pemutusan hubungan kerja dan kerawanan-kerawanan lainnya bahkan sampai ancaman terhadap
integrasi bangsa;
2. Gelombang Teknologi, tiba-tiba saja semua kalangan menggunakan hand phone, lap top dan sebagainya dalam
melakukan berbagai aktivitas. Pedagang kaki lima, pengemudi becak menggunakan hand phone, pegawai kembali ke
rumah meskipun hamper sampai tempat kerja hanya karena ingin akan mengambil hand phone atau ponselnya yang
tertinggal di rumah.
3. Gelombang Manusia, tiba-tiba saja berbagai manajer perusahaan bukan lagi orang Indonesia, dokter bahkan perawat
Rumah Sakit Internasional tidak lagi didominasi seluruhnya orang Indonesia, juga atlit bahkan skill workers;
4. Gelombang Ideologi, tiba-tiba saja sering terjadi benturan antar kelompok, terror bom menjadi cerita biasa bukan lagi
sesautu yang aneh dan banyak peristiwa-peristiwa lainnya.
Grand Design Halaman 14
Gelombang tersebut akan membesar dan akan mengikis lebih jauh sampai merusak berbagai sendi kehidupan. Upaya
pencegahan tidak ada lain adalah ketangguhan Negara, melalui karakter, jati diri bangsa dan ekonomi, yang muaranya
adalah penyiapan tenaga kerja .yang kompeten dan berkarakter.
Sedangkan tantangan riilnya adalah persaingan ekonomi di kawasan Asia Tenggara dan Asia – Pasific. Dengan penduduk
yang terbesar ke empat di dunia maka sangat mungkin terjadi Indonesia hanya menjadi pasar negara lain.
Tantangan terbesar adalah bagaimana Indonesia dapat memanfaatkan potensi penduduk, sumber daya alam dan posisi
strategis secara geografis. Statistik menunjukan bahwa di dunia ini hanya terdapat 4 negara yang penduduknya lebih dari
240-250 juta, yaitu China, India, Amerika Serikat dan Indonesia. Berbeda dengan 3 negara dengan jumlah penduduk yang
besar itu, penduduk Indonesia tidak hanya besar tetapi juga didomominasi oleh generasi muda sehingga diperkirakan pada
tahun 2025 atau 2035 akan diperoleh bonus demografi, namun apabila peluang tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik
maka yang terjadi adalah bencana. Kondisi tersebut identik dengan penduduk Jawa Timur, tidak hanya jumlahnya yang
paling banyak di Indonesia tetapi juga karena prosentasenya didominasi oleh generasi muda, sehingga Jawa Timur sangat
potensial menjadi provinsi paling ideal di Indonesia.
Grand Design Halaman 15
E. TANTANGAN LAINNYA
Tantangan lain yang dihadapi diantaranya adalah perubahan-perubahan dalam persaingan industri :
1. Karena ketatnya persaingan dengan faktor utama persaingan adalah : mutu, harga, delivery times dan services maka
industri berusaha menekan serendah mungkin biaya produksi, juga menjaga mutu sehingga berubah menjadi industri
yang berbasis otomasi.
2. Hasil industri terus berkembang menjadi berukuran mini dan semakin, termasuk lahirnya teknologi nano;
3. Tuntutan industri ramah lingkungan, recycle, energy terbarukan
4. Tuntutan penggunaan produksi dan perdagangan yang hemat energi;
5. Lahirnya generasi cyber;
6. Pesatnya pertumbuhan industri kreativ
7. Semakin tajam dan kuatnya determinasi Negara adikuasa dan Negara-negara maju menuntut segera dilaksanakan
character building yang akurat
8. Perubahan sistem kerja
9. Perubahan struktur dan jumlah kebutuhan tenaga kerja
10. Perubahan tuntutan kompetensi tenaga kerja;
Grand Design Halaman 16
11. Kompetensi tenaga kerja menjadi multy disiplin pada sector/bidang-bidang tertentu tetapi pada bidang lainnya justru
sangat spesialis tetapi dengan standar yang sangat tinggi;
12. Lahirnya tuntutan adanya jaminan sertifikasi produk yang mensyaratkan sertifikasi manajemen, proses dan kompetensi
tenaga kerja;
13. Tuntutan perubahan menuju efisiensi dan efektifitas manajemen perusahaan;
Berdasarkan tuntutan-tuntutan tersebut maka faktor kunci keberhasilan agar mampu bersaing adalah “kualitas sumber
daya manusia”. Perubahan-perubahan tersebut tentu saja berdampak pada sistem, pola dan model penyiapan tenaga
kerja, termasuk dalam hal pendidikan, pelatihan dan upgraiding.
Sehubungan dengan itu Model pendidikan dan pelatihan 3 in 1 plus diharapkan mampu menjawab sebagian dari tantangan
tersebut.
II. REVITALISASI : REPOSISI, RE-ENGINEERING, REBUILD DAN RE-MANAGEMENT UPT PK
MENUJU BLK INTERNASIONAL
A. BLK INTERNASIONAL
BLK Internasional dimengerti sebagai lembaga pelatihan kerja yang tamatannya (out putnya) memiliki kompetensi
berstandar internasional yang pengakuannya diwujudkan dalam bentuk sertifikat kompetensi dari lembaga sertifikasi
internasional dan mendapat perlakuan (gaji dll) standar kompetensi internasional tanpa membedakan ras dan asal usul.
Grand Design Halaman 17
Untuk mewujudkan pelatihan yang tamatannya mampu meraih sertifikat internasional maka keseluruhan aspek BLK mulai
dari input-proses-out put dan outcome berstandar internasional.
Input dalam hal ini meliputi infrastruktur dan fasilitas, manajemen, lingkungan dan sebagainya, proses adalah keseluruhan
proses pelatihan, out put adalah sertifikasi internasional, sedangkan outcome adalah pengakuan dan perlakuan terhadap
tamatan yang bersertifikat internasional.
TAMATAN BERSERTIFIKAT
KOMPETENSI INTERNASIONAL
DIAKUI & DIHARGAI STANDAR
INTERNASIONAL
PERTUMBUHAN
EKONOMI
INCOME
SDM-NYA ? INFRASTRUKTUR-NYA ?
MANAJEMEN PELATIHAN-NYA ? PROGRAM
PELATIHAN-NYA ? PERALATAN PELATIHAN-
NYA ? ATAU JEJARING –NYA ?
Grand Design Halaman 18
BLK standar nasional paling tidak harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan pelatihan dengan program dan isi pelatihan standar nasional;
2. Memenuhi standar kompetensi tamatan nasional
3. Proses pelatihan memenuhi ketentuan standar nasional;
4. Memenuhi standar proses pelatihan nasional;
5. Memiliki sarana prasarana standar nasional;
6. Manajemen standar nasional;
7. Standar biaya pelatihan; dan
8. Standar evaluasi dan sertifikasi kompetensi sesuai Lembaga Sertifikasi (LSP) Nasional.
Secara umum BLK Internasional adalah BLK Nasional Plus, yaitu BLK yang memenuhi ketentuan standar nasional
sebagaimana disebutkan diatas plus ketentuan standar internasional, minimal terdapat 12 indikator yang menentukan
suatu BLK sebagai BLK Internasional, yaitu:
1. Menerapkan manajemen mutu ISO;
2. Pelatihan menggunakan dwi bahasa;
3. Memiliki workshop/bengkel/laboratorium standar internasional;
Grand Design Halaman 19
4. Memiliki workshop/bengkel/laboratorium tingkat lanjut/modern standard internasional;
5. Menyelenggarakan training factory atau production unit standar internasional;
6. Memenuhi ketentuan “green campus” dan pelestarian lingkungan/hemat energy; diantaranya limbah cair tidak masuk
saluran sebelum mengalir ke saluran air, sampah dirubah menjadi kompos, recycle, ramah lingkungan dan sebagainya;
7. Menyelenggarakan pelatihan bagi peserta dari negara lain;
8. Tamatan memiliki sertifikat kompetensi dari LSP Internasional dan memperoleh pengakuan dan perlakuan standar
internasional; tamatan bekerja di luar negeri dengan pengakuan dan perlakuan internasional;
9. Tamatan memiliki score TOEIC/TOFEL ………….
10. Penyelenggaraan pelatihan dan manajemen berbasis teknologi informasi;
11. Memiliki partner kerja dengan intitusi internasional;
12. Memiliki/menyelenggarakan Tempat Uji Kompetensi (TUK) Internasional.
Dengan tantangan yang dihadapi maka sudah saatnya UPT PK dikembangkan menjadi UPT BK (BLK) Berstandar
Internasional. Namun dengan kondisi dan eksistensi UPT PK Surabaya maka pengembangan menuju UPT PK (BLK)
Berstandar Internasional akan sulit diwujudkan apabila dilakukan dalam bentuk pembenahan-pembenahan apalagi dengan
cara tambal sulam, akan terwujud apabila dilaksanakan secara masiv yaitu melalui revitalisasi meskipun bertahap.
Grand Design Halaman 20
1. MANAJEMEN MUTU ISO
TULIS YANG DIKERJAKAN, KERJAKAN YANG DITULIS
SEMUA DENGAN POS, TERUKUR DAN AUDIT
EKSTERNAL
2. TRAINING DENGAN DWI BAHASA
MODUL, DOKUMEN, SERTIFIKAT, ORAL
Grand Design Halaman 21
3. MEMILIKI STANDARD TRAINING WORKSHOP
(BENGKEL DASAR) STANDAR INTERNASIONAL ANTARA LAIN : LUASANNYA, PERALATAN,
MANAJEMEN, PENCAHAYAAN, SIRKULASI UDARA, P3K,
RUANG PENDUKUNG, RUANG TEORI, RUANG
INSTRUKTUR
4. MEMILIKI BENGKEL TINGKAT LANJUT
(ADVANCE TRAINING WORKSHOP)
STANDAR INTERNASIONAL
Grand Design Halaman 22
5. MENYELENGGARAKAN TRAINING
FACTORY ATAU TRAINING INDUSTRI
KEGIATAN PRODUKSI DI INSTITUSI
YANG DILAKSANAKAN SECARA
PROFESIONAL OLEH INSTITUSI
DENGAN MELIBATKAN PESERTA
PELATIHAN SECARA TOTAL, MISALNYA
PTC (PRODUCTION TRAINING CENTER)
DI BIDANG PERKAYUAN, HOTEL
TRAINING, STUDIO ANIMASI, MULTY
MEDIA, GAME TEKNOLOGI
Grand Design Halaman 23
6. GREEN CAMPUS (MELAKSANAKAN DAN BERBUDAYA
RAMAH LINGKUNGAN)
1. MENCERMINKAN RAMAH LINGKUNGAN
2. PENGOLAHAN LIMBAH SEBELUM MNASUK SALUR
3. KOMPOS 4. PENGHEMATAN AIR 5. PENGOLAHAN AIR ,
DAN AIR MINUM; 6. AC HEMAT ENERGI 7. CAHAYA HEMAT
ENERGI; 8. PAPERLESS 9. BAK SAMPAK 3
MACAM 10. KERINDANGAN 11. DSB
CIRI NEGARA MAJU DIANTARANYA : BERBUDAYA STANDAR DAN SADAR
SERTA RSECARA NYATA MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP.
SANGAT MENGANDALKAN INOVASI, NETTWORKING DAN TEKNOLOGI
7. ADA SISWA INTERNASIONAL;
8. PENGAKUAN DAN PERLAKUAN
INTERNASIONAL BAGI TAMATAN;
9. SCORE TOFFEL TAMATAN;
10 PELATIHAN BERBASIS IT
Grand Design Halaman 24
B. REVITALISASI
Revitalisi berasal dari kata dasar “vital” yaitu sangat penting (untuk kehidupan); “vitalisasi” diartikan sebagai “upaya
menjadi penting”.
Dengan demikian Revitalisasi UPT PK diartikan sebagai upaya yang sungguh-sungguh dan masiv untuk
mengembalikan/menata kembali agar UPT PK menjadi institusi vital, institusi yang mempunyai peranan penting atau
memiliki posisi strategis dalam penyiapan, pengembangan dan peningkatan kualitas tenaga kerja.
Grand Design Halaman 25
Dengan kondisi dan esksistensi UPT PK Surabaya pada saat ini yang relatif masih sangat potensial, maka revitalisasi yang
akan ditempuh tidak mengganti total, tetapi revitalisasi yang dilakukan adalah memilah masing-masing aspek kemudian
mengevaluasinya dan menentukan langkah atau treatmentnya karena itu revitalisasi UPT PK akan mencakup beberapa
program utama, diantaranya yang terpenting :
1. Reposisi;
2. Re-engineering;
3. Re-manajemen;
4. Rebuilding;
5. Rehabilitasi;
6. Re-newal/pembaharuan kembali
Aspek-aspek itu dilakukan karena terdapat kondisi yang treatmentnya berbeda, ada aspek atau komponen yang harus
ditata ulang, tetapi ada diantaranya ynag cukup disesuaikan, ada yang harus diperbaiki/direhab tetapi ada aspek yang
harus dibangun kembali atau diperbaharui bahkan ada yang harus diganti total dengan yang sepenuhnya baru.
Penjelasannya adalah sebagaimana uraian berikut.
Grand Design Halaman 26
C. REPOSISI
Yang dimaksud dengan reposisi dalam hal ini adalah menata kembali peran dan fungsi BLK, yaitu tidak lagi sekedar
melaksanakan/menyelenggarakan pelatihan bagi para pencari kerja (job seeker) tetapi juga melakukan upgraiding bagi
karyawan perusahaan, instruktur, termasuk melakukan berbagai inovasi baik dalam metode pelatihan, evaluasi tetapi juga
menciptakan sarana-sarana pelatihan yang lebih efektif dan efisien.
Pada berdirinya UPT PK Surabaya lebih banyak berperan dalam dalam penyelenggaraan pelatihan bagi para pencari
kerja, serta aktivitas tambahan melaksanakan pelatihan bagi calon instruktur untuk lembaga lainnya.
Grand Design Halaman 27
Seiring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi internasional yang berdampak pada perubahan-perubahan yang
sangat cepat pada manajemen industri yang sekaligus berdampak pada perubahan struktur tenaga kerja kerja berikut
kompetensi yang dibutuhkan, diantaranya semakin padat modal, otomasi, tenaga kerja multy disiplin, pergeseran
kompetensi yang sangat cepat maka UPT PK seharusnya tidak lagi hanya memusatkan kegiatannya pada pelatihan dasar
bagi pencari kerja tetapi juga pelatihan advance, alih fungsi, upgraiding karyawan, pelatihan soft skill dan sebagainya.
D. RE-ENGINEERING
Perkembangan ekonomi menimbulkan pergeseran-pergeseran sektor, diantaranya sektor jasa dan pariwisata juga
berkembang sangat pesat, sektor manufaktur dan industri bergerak sangat cepat memasuki pola otomasi serta semakin
mini, semakin akurat. Perkembangan itu menuntut penyiapan tenaga kerjanya baik yang dididik baru (fresh graduate)
maupun yang beralih profesi, karena itu UPT PK harus melakukan re-engineering program kejuruannya.
Grand Design Halaman 28
Yang dimaksud dengan re-engineering dalam hal ini adalah menata kembali kejuruan atau program keahlian yang
diselenggarakannya. Yang dimaksud dengan menata kembali dalam hal ini dapat berupa:
1. Mengembangkan kejuruan yang ada dengan kompetensi dan teknologi yang berlaku tanpa harus merubah
nomenklaturnya, misalnya untuk teknologi mekanik tidak dirubah, tetapi didalamnya tidak lagi hanya pelatihan mesin
konvensional dan cnc tetapi berkembang menuju mekatronika;
2. Menutup atau mengurangi kapasitas kejuruan yang kurang diperlukan lagi misalnya bodi repair otomotif;
3. Menambah kejuruan baru diantaranya : kejuruan IT untuk mendukung industry kreatif meliputi multy media, game
teknologi, animasi, broadcast. Juga kejuruan sektor jasa misalnya perhotelan dan juga kesehatan;
4. Menambah kejuruan pendukung misalnya bahasa, manajemen dan sebagainya.
Dengan menata kembali kejuruan yang diselenggarakan (menutup yang tidak dibutuhkan, menambah baru yang sangat
dibutuhkan atau menambah muatan dan spesialisasinya) maka secara sistem pelatihan peran UPT PK akan kembali vital,
penting bagi seluruh stake holder ketenagaakerjaan.
Grand Design Halaman 29
E. RE MANAJEMEN
Remanajemen dalam hal ini dapat berupa perubahan struktur organisasi dengan penambahan fungsi atau peningkatan
status, namun yang terpenting dalam hal ini fungsi remanajemen adalah peningkatan layanan menjadi lebih cepat, lebih
akurat dan lebih memuaskan bagi unsur eksternal (pelanggan) maupun unsur-unsur internal supaya masing-masing dapat
menyelenggarakan perannya secara optimal.
Remanajemen yang dapat ditempuh diantaranya adalah menerapkan manajemen mutu ISO, manajemen berbasis kinerja
dan berbasis IT, budaya audit dan sebagainya.
F. REHABILITASI
Sebagian besar bengkel pada awalnya dibangun dengan standar internasional, namun seiring dengan adanya perubahan
standar internasional dan usia bengkel yang cukup tua, maka sebagian besar bengkel perlu dilakukan rehabilitasi baik
eksterior, interior, luasan maupun konstruksi, tetapi ada diantaranya cukup dengan rehabiltasi ringan demikian pula dengan
peralatannya.
Terdapat peralatan yang usang dan tidak cocok lagi untuk kegiatan pelatihan, tetapi terdapat peralatan dan mesin lama
yang secara teknologi masih sangat relevan namun kondisinya kurang layak karena tidak presisi atau lambat. Sebagian
peralatan tersebut memang ada yang saatnya dihapus, tetapi banyak yang cukup direhabilitir.
Grand Design Halaman 30
G. REBUILDING
Rebuilding tidak hanya diartikan membangun kembali gedung dan bengkel saja, tetapi juga membangun kembali semangat
dan etos kerja, termasuk instruktur baru.
Rebuilding diperlukan tidak hanya karena banyaknya workshop dan gedung yang sudah tua, tetapi juga dalam rangka
memenuhi kebutuhan fasilitas untuk kejuruan-kejuruan baru. Diantara gedung dan workshop yang perlu di rebuild total
tetapi banyak diantaranya hanya perlu sedikit pembenahan karena luasan dam konstruksinya masih sangat bagus hanya
penampakannya yang out of date.
H. RE-INVESTASI
Salah satu kendala utama dalam pembangunan balai latihan kerja dan dalam penyelenggaraan pelatihan kerja berbasis
kompetensi kejuruan adalah tingginya biaya investasi dan tingginya biaya operasional.
Tingginya biaya investasi diantaranya adalah untuk :
1. Penyediaan lahan yang luas terutama untuk lokasi workshop atau laboratorium yang umumnya luas, tinggi dan kokoh;
2. Pembangunan gedung dan workshop yang umumnya dengan arsitektur dan konstruksi industri serta infrastruktur
pendukungnya, antara lain jalan lingkar, gudang, instalasi tenaga;
3. Pengadaan peralatan pelatihan baik alat utama dan pendukung, termasuk mesin stasioner maupun portable;
Grand Design Halaman 31
4. Pembangunan asrama dan fasilitas lainnya karena pada umumnya pelatihan kerja dirancang sangat ketat dengan
peserta dari berbagai penjuru;
5. Biaya untuk penyiapan tenaga pelatih atau instruktur yang perlu pendidikan khusus, pengalaman yang tinggi serta
sertifikat kompetensi yang khusus pula.
Sedangkan tingginya biaya operasional, terutama disebabkan oleh :
1. Tingginya biaya untuk penyediaan bahan pelatihan, karena pada umumnya menggunakan metode pelatihan yang
bersifat riil dan berbasis kompetensi dan dihindari kegiatan pelatihan yang bersifat simulasi;
2. Tingginya biaya yang dikeluarkan untuk sumber daya listrik serta untuk perawatan dan perbaikan fasilitas termasuk
minyak pelumas untuk berbagai mesin dan sebagainya;
3. Biaya untuk sumber daya manusia khususnya instruktur, terutama karena diperlukan instruktur dengan kualifikasi yang
tinggi serta kecilnya rasio yang diijinkan, khususnya 1 (satu) instruktur untuk maksimal 16 orang peserta pelatihan;
4. Biaya keselamatan dan kesehatan pelatihan.
Akibat dari tingginya biaya investasi dan biaya operasional, maka pada umumnya balai latihan kerja atau UPT PK yang
ada menghadapi situasi yang kurang memadai untuk penyelenggaraan pelatihan yang berkualitas dan berstandar
internasional. Kondisinya UPT PK tersebut dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) yaitu :
Grand Design Halaman 32
1. Luas lahan, ukuran workshop, gedung, infrastruktur memenuhi standar internasional dan peralatannya juga cukup
lengkap karena proses pembangunan dan pengadaannya dipandu oleh lembaga dan tenaga ahli internasional, namun
umumnya mengalami “keusangan” sebagai akibat dari cepatnya perkembangan teknologi. Disamping itu juga kurang
terawat bahkan rusak sebagai akibat kurangnya anggaran perawatan dan perbaikan serta pengadaan;
2. Lahan kurang memenuhi syarat, ukuran workshop dan gedung kurang sesuai dengan persyaratan standar tempat
pelatihan, demikian pula dengan peralatan pelatihannya yang disamping tidak lengkap tetapi juga usang, kurang presisi
atau rusak;
3. Dari kedua katagori tersebut, hampir semua UPT PK kekurangan tenaga instruktur yang berkualitas sebagai akibat dari
sangat sedikitnya kesempatan memperoleh instruktur baru atau dengan kata lain regenerasi instruktur terhambat,
termasuk juga dengan tenaga pengelolanya.
Sehubungan dengan itu maka perlu dilakukan program re-investasi, terutama dipergunakan untuk : rehabilitasi gedung dan
workshop, perbaikan peralatan pelatihan, renewal atau pembaharuan peralatan yang usang baik untuk kejuruan yang
sudah ada tapi perlu ditingkatkan, untuk pembangunan gedung dan pengadaan peralatan untuk kejuruan yang baru (re-
engineering), serta untuk pendidikan dan pelatihan instruktur baru, alih fungsi ataupun peningkatan/penyesuaian
kompetensi. Re-investasi diperlukan juga untuk merubah fasilitas asrama menjadi hotel training, yaitu hotel sebagaimana
umumnya hotel yang dikelola secara professional tetapi dengan tenaga kerja dari peserta dan alumni pelatihan di bidang
pariwisata (perhotelan, usaha jasa pariwisata, restaurant dll).
Dengan demikian pada dasarnya program re-investasi mencakum juga program re-engineering, rehabilitasi maupun
renewal atau modernisasi.
Grand Design Halaman 33
I. RENEWAL/PEMBAHURUAN/MODERNISASI
Salah satu dampak dari sangat cepatnya perkembangan teknologi, ketatnya persaingan ekonomi yang menuntut
produktivitas, efisiensi, efisiensi dan kecepatan yang tinggi. Tuntutan tersebut sangat berpengaruh pada srtuktur tenaga
kerja termasuk kompetensinya.
Pemanfaatan teknologi otomasi, miniatur dengan power dan kemampuan besar, teknologi IT yang menuntut kompetensi
tenaga kerja dengan multy kompetensi yang tinggi.
Hal-hal tersebut sangat berdampak terhadap penyiapan tenaga kerja, apabila tidak dilakukan penyesuaian program dan
kegiatan pelatihan maka tamatan yang dihasilkan sulit dalam memberikan kontribusi dalam menghadapi persaingan.
Karena itu harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian dan pengembangan-pengembangan yang pada akhirnya menuntut
adanya pembaharuan ataupun modernisasi peralatan, sebagai contoh pergeseran dari teknologi mekanik menuju
mekatronika dan otomasi, teknik pengendali dan teknologi industri, juga perkembangan industri kreatif antara lain : multi
media, animasi dan game teknologi.
Sebagian fasilitas yang lama dapat dipergunakan dengan modifikasi, namun banyak diantaranya yang harus diadakan
baru. Modernisasi juga diperlukan pada aspek sumber daya manusia dan manajemennya, termasuk di dalamnya
kurikulum, sistem dan metode pelatihan yang diselenggarakannya. Yang juga sangat besar pengaruhnya adalah
penyelenggaraan sertifikasi melalui pelatihan instruktur menjadi assessor dan fasilitas sebagai Tempat Uji Kompetensi
(TUK) baik tingkat dasar maupun tingkat lanjut, namun ditargetkan kesemuanya TUK Internasional.
Grand Design Halaman 34
III. INOVASI DAN PENGEMBANGAN PROGRAM
Revitalisasi yang meliputi re-engineering, reposisi, re-newal, re-building dan re-management perlu disertai dengan inovasi-
uinovasi program dan kegiatan, khususnya di bidang pelatihan. Menurut Anies Baswedan, ada 4 aspek yang kontribusi sangat
besar terhadap kemajuan negara/institusi yaitu : inonavasi (40 %), networking (25 %), teknologi yang digunakan (20 %) dan
sumber daya alam atau modal (15 %). Sehubungan dengan itu maka UPT PK Surabaya sejak tahun 2011 telah berupaya
melakukan berbagai inovasi dan pembaharuan, diantaranya membangun tempat uji kompetensi, meningkatkan pengakuan
instruktur sebagai assessor kompetensi, mensertifikasi manajemen dengan ISO dsb. Inovasi-inovasi yang telah dan sedang
dilakukan diantaranya adalah : seluruh pelatihan yang diselenggarakan berbasis kompetensi dan atau berbasis produksi yang
diakhiri dengan sertifikasi kompetensi, pengembangan TUK menjadi Testing Center, mengoptimalkan dan mengembangkan
production training center (PTC) dan sebagainya sebagaimana uraian berikut :
A. COMPETENCY BASED TRAINING
Seiring dengan akan diberlakukan AEC yang salah satu diantaranya tidak boleh melarang masuknya tenaga kerja asing
serta diberlakukan Perpres no 8 tahun 2012 tentang kerangka kualifikasi Indonesia, maka Jawa Timur telah
mencanangkan Jatim Kompeten. Dengan pencanangan tersebut maka diharapkan seluruh SDM Jawa Timur kompeten
dan diakui kompetensinya dengan tiga tujuan, yaitu untuk meningkatkan produktivitas, membendung masuknya tenaga
kerja asing, serta untuk memberikan penghargaan atau penentuan level (jenjang pengakuan) tenaga kerja/SDM Jawa
Timur tidak hanya berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki tetapi juga pengalaman dan kompetensinya.
Grand Design Halaman 35
Sehubungan dengan itu maka seluruh pelatihan yang diselenggarakan di UPT PK dilaksanakan dengan berbasis pada
kompetensi dan pada akhir pelatihan dilaksanakan sertifikasi, dalam hal ini Uji Kompetensi yang dilakukan sepenuhnya
oleh LSP dalam binaan BNSP.
Untuk dapat menyelenggarakan pelatihan berbasis kompetensi maka instrukturnya juga harus kompeten disamping itu
UPT PK Surabaya harus memiliki TUK (tempat uji kompetensi), dan agar TUK mendapat pengakuan dari BNSP atau LSP
maka disamping fasilitas maka instruktur yang ada harus mengikuti pelatihan dan ujian untuk mendapat pengakuan atau
sertifikat “assessor”.
B. TESTING CENTER
Sehubungan dengan tuntutan pasar bebas dan mengingat besarnya jumlah penduduk dan tenaga kerja maupun calon
tenaga kerja di Jawa Timur maka UPT PK diharapkan dapat mendukung program Jatim Kompeten yaitu mempercepat
sertifikasi kompetensi SDM Jawa Timur dengan memberikan layanan sertifikasi terstandar, untuk itu TUK yang ada tidak
mencukupi sehingga perlu dikembangkan dibangun Pusat Uji Kompetensi dan atau testing center, dengan demikian calon
tenaga kerja, peserta pelatihan maupun tenaga kerja memperoleh kemudahan dan kecepatan apabila ingin diuji untuk
memperoleh sertifikat kompetensi sesuai bidangnya dari LSP yang terakreditasi di BNSP.
C. PRODUCTION TRAINING CENTER & PRODUCTION BASED TRAINING
Salah satu kendala dalam penyelenggaraan pelatihan berbasis produksi adalah tingginya biaya investasi dan biaya
operasional pelatihan yang secara umum tidak dapat dipenuhi oleh anggaran pemerintah mengingat sangat banyaknya
masyarakat yang membutuhkan pelatihan, disamping tingginya biaya pelatihan kendala lain adalah mayoritas peserta
pelatihan terkendala kemampuan ekonominya yang kurang memadai.
Grand Design Halaman 36
Jika UPT PK hanya mengandalkan pembiayaan pelatihan dari anggaran pemerintah maka seringkali tidak dapat
menampung seluruh peminat pelatihan karena itu dikreasikan program pelatihan berbasis produksi, untuk dapat
menyelenggarakan pelatihan berbasis produksi maka UPT PK Surabaya menyelenggarakan kegiatan produksi yang
diwadahi dengan pembentukan pusat pelatihan produksi atau Production Training Center (PTC).
Sesuai dengan istilahnya, maka PTC menyelenggarakan kegiatan produksi dan atau jasa yang pelaksanaannya dilakukan
oleh peserta pelatihan dan instruktur, peserta pelatihan dilibatkan secara penuh dalam proses produksi, apabila proses
produksi atau jasa mencakup berbagai kompetensi atau sub kompetensi maka harus dapat dijamin bahwa seluruh peserta
pelatihan memperoleh kesempatan meraih kompetensi yang sama.
Model pelatihan berbasis produksi ini relatif lebih berkualitas atau setingkat diatas pelatihan berbasis kompetensi karena
seluruh kegiatannya riil sebagaimana dunia usaha dan sangat sedikit yang bersifat simulasi, kegagalan berarti rugi.
PTC berlaku sebagaimana layaknya dunia usaha tetapi tidak sepenuhnya berorientasi keuntungan karena keuntungan
yang diperoleh langsung dipergunakan untuk menutup biaya pelatihan. Namun demikian seiring dengan prinsip persaingan
maka proses produksi tidak dapat dipenuhi jika hanya dilakukan oleh peserta pelatihan dan instruktur, tetapi juga harus
didukung dengan tenaga kerja ahli dalam proses produksi maupun tenaga ahli dibidang manajemen, administrasi dan
pemasaran.
Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan PTC adalah belum jelasnya payung hokum sebagai legalitas bahwa UPT
PK dapat menyelenggarakan program tersebut.
Grand Design Halaman 37
D. KERJA SAMA PIHAK KETIGA
Untuk memenuhi kebutuhan pelatihan bagi masyarakat maka disamping mengandalkan anggaran pemerintah maupun
PTC maka UPT PK juga menjalin kerjasama dengan pihak ketiga, baik perseorangan, pelatihan bagi karyawan
perusahaan maupun pelatihan bagi masyarakat namun biayanya ditanggung oleh perusahaan melalui program Corporate
Social Responsibility (CSR). Program ini dapat dilaksanakan namun seringkali terkendala oleh proses administrasi apabila
dana CSR diberlakukan sebagai sumber PAD.
E. PROGRAM 3 IN 1 DAN KIOS 3 IN 1
Sesuai dengan maksud dan tujuan pelatihan yang diselenggarakan maka disamping berbasis kompetensi ataupun
berbasis produksi maka program pelatihan menganut 3 in 1 (kadang 3 in 1 plus), yaitu : pelatihan – sertifikasi –
penempatan. Setiap kegiatan pelatihan harus ditutup dengan uji kompetensi atau sertifikasi dan UPT PK wajib
mengupayakan penempatan alumni pelatihan, ataupun membimbing membuka usaha, jika terkendala dalam penempatan
maka diupayakan penempatan dengan status magang atau on the job training. Konsep ini sedikit berbeda dengan waktu
yang lalu dimana alumni pelatihan diarahkan untuk melaksanakan on the job training. Karena sejak diberlakukan pelatihan
berbasis kompetensi yang diakhiri dengan sertifikasi maka pada dasarnya alumni sudah diakui kompetensinya sehingga
seharusnya tidak perlu melakukan on the job training tetapi langsung penempatan, demikian tentunya menghemat waktu
dan biaya dalam hal penyiapan tenaga kerja kompeten.
Untuk mendukung program ini maka UPT PK membuka bursa kerja dan menyelenggarakan kios 3 in1 sehingga antara
calon user alumni pelatihan dapat dengan cepat memperoleh informasi dan dapat merekrut alumni pelatihan, demikian
pula halnya alumni pelatihan dapat dengan cepat mengakses kesempatan kerja. Sedangkan bursa yang ada berperan
sebagai jembatan antara kedua secara fisik dan administrasi maupun approachment.
Grand Design Halaman 38
F. SINERGI PELATIHAN DENGAN PENDIDIKAN TINGGI
Pada awal berdirinya UPT PK lebih dominan menyelenggarakan pelatihan bagi calon tenaga kerja dengan tingkat
pendidikan menengah ke bawah, pada saat ini sesuai dengan semakin terbukanya kesempatan memperoleh pendidikan
dan semakin berkembangnya teknologi maka pelatihan bagi pencari kerja tetap menjadi prioritas namun latar belakang
pendidikannya bergeser, tidak hanya berpendidikan menengah tetapi berpendidikan tinggi dengan prosentase yang terus
meningkat.
Sehubungan dengan itu maka disamping seluas-luasnya memberikan kesempatan bagi pencari kerja, maka UPT PK juga
menyelenggarakan pelatihan khusus bekerja sama dengan perguruan tinggi, yaitu mengintegrasikan pelatihan dalam
pendidikan. Pelatihan di UPT PK diakui sebagai kegiatan praktek yang diakui SKS oleh perguruan tinggi yang
bersangkutan, sehingga pada saat tamat dari perguruan tinggi alumni memperoleh ijazah dari perguruan tinggi dan
sertifikat pelatihan dari UPT PK serta sertifikat kompetensi dari LSP.
G. KARAKTER SUMERAREKA
Program pelatihan di UPT PK tidak hanya bersifat keterampilan atau kompetensi fak, tetapi juga yang menyangkut fisik,
mental dan disiplin atau FMD.
Seluruh peserta pelatihan wajib mengikuti program FMD yang pelaksanaannya bekerjasama dengan TNI AL (dalam hal ini
Puslatpur), disiplin sikap mental sangat diperhatikan, pada saat teori dan praktek instruktur UPK PK sangat berperan,
namun saat awal masuk, apel pagi, istirahat, makan siang dalam binaan instruktur FMD. Input perusahaan yang merekrut
alumni pelatihan menyatakan bahwa mereka puas dengan alumni UPK PK Surabaya bukan hanya karena skillnya tetapi
karena attitude dan semangatnya yang dibangun setiap hari dengan prinsip SUMERAREKA (lagu menyambut pahlawan).
Grand Design Halaman 39
IV. TAHAPAN
Memperhatikan kondisi sekarang serta tantangan yang dihadapi Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menekan angka
kemiskinan dan pengangguran sekaligus mewujudkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi nasional, maka program penyiapan
dan peningkatan kualitas tenaga kerja di Jawa Timur perlu lebih ditingkatkan kuantitasnya dan kualitasnya, diantaranya melalui
penyelenggaraan pelatihan tenaga kerja berbasis kompetensi dengan kualitas standar internasional.
Seiring dengan hal itu maka program Revitalisasi BLK Surabaya, perlu segera dilaksanakan, meskipun karena kendala anggaran
maka pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Tahapan revitalisasi BLK Surabaya secara umum kegiatan adalah sbb :
No PROGRAM/KEGIATAN TH 2011 TH 2012 TH 2013 TH 2014
A RE DESIGN
1
Survey existing program, tamatan, fasilitas, sumber
daya manusia, manajemen dan budaya BLK
Surabaya
100
2 Survey existing dan future struktur kebutuhan jumlah
dan kompetensi tenaga kerja 100
3 Penyusunan alternatif redesign BLK Surabaya 50
4 Penetapan alternatif dan penyusunan reliable
redesign BLK Surabaya 100
5 Persetujuan design baru (lay out, reposisi, re-
engineering, rehabilitasi, rebuilding, modernisasi)
6 Penetapan anggaran dan sumber anggaran
Grand Design Halaman 40
B REPOSISI (PUSAT PELATIHAN KERJA
UNGGULAN)
1 Survei kelompok sasaran yang membutuhkan BLK
(job seeker, upgraiding, sertifikasi, diploma, CSR) 100 100
2 Penyusunan alternatif-alternatif program dan sasaran 50 50
3
Penetapan prioritas program : job seeker,
manajemen, upgraiding, sertifikasi, diploma 3 dan
diploma 4 plus
50 50
5
Penyusunan program TUK (memperbanyak tingkat
dasar dan lanjut, serta meningkatkan TUK menjadi
TUK Internasional)
50 100
4 Penyusunan standar kompetensi, kurikulum
pelatihan, modul 200
5 Penyiapan fasilitas 2.500 2.500
6 Penyiapan Sumber Daya Manusia
C RE-ENGINEERING (IT, PERHOTELAN, OTOMASI)
1 Survey propek kebutuhan tenaga kerja berikut
kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan pada 50 200
Grand Design Halaman 41
masa yang akan dating
2
Analisa program keahlian (kejuruan) yang dibutuhkan
dan diselenggarakan : penambahan / pembukaan
kejuruan baru, modifikasi kejuruan yang ada,
penutupan yang kurang dibutuhkan, penambahan
spesialisasi pada kejuruan yang ada
200
3 Analisa re-engineering metode, SOP dan program
pelatihan 200
4 Penetapan hasil analisa 200
5 Penyusunan program re-engineering 200
6
Perencanaan pelaksanaan re-engineering termasuk
rencana SDM, lay out, fasilitas dan peralatan
pelatihan dan pembiayaannya serta pemasaran hasil
pelatihan
200
7 Penyusunan program pelatihan hasil re-engineering
berikut kurikulum, modul dan metodenya 300 300
8
Penyusunan rencana kebutuhan biaya dan
penganggaran, mencakup biaya investasi dan biaya
operasional
50
9 Pelaksanaan re-engieneering 2.500 2.500 2.500
Grand Design Halaman 42
10 Monitoring, evaluasi dan reviews 200 200 200
D REHABILITASI
1 Survey existing lay out, gedung, fasilitas penunjang
dan peralatan pelatihan 200
2 Penyusunan dan anilisa alternatif rehabilitasi fasilitas
(gedung, bengkel, peralatan dll) 250
3 Penyusunan dan penetapan program rehabilitasi
berikut biaya dan penganggarannya 100
4 Pelaksanaan rehabilitasi 2.000 2.000 2.000
5 Monitoring dan evaluasi 50 50 50
6 Reviews program rehabilitasi 100 100 100
E REBUILDING (FISIK DAN NON FISIK)
1 Survey dan analisis program rebuilding 25
2 Penyusunan dan penetapan rencana program
rebuilding 25
3 Rebuilding budaya, iklim kerja dan karakter sumber
daya manusia 300 300
4 Rebuilding system 250 250
Grand Design Halaman 43
5 Rebuilding peralatan pelatihan 1.500 2.500 3.000
F REINVESTASI (INVESTASI BARU, MISALNYA
TRAINING INDUSTRY, HOTEL TRAINING DLL)
1
Analisis kebutuhan investasi baru (program
keahlian/kejuruan, peralatan baru, sumber daya
manusia recruitment/pengembangan, fasilitas
pendukung, sarana olah raga dll
50 100
2
Penyusunan dan penetapan program, kegiatan dan
anggaran re-investasi, berikut skala prioritasnya,
spesifikasi dan SOP-nya
50
3
Pelaksanaan reinvestasi a.l membangun hotel
training, training industri, fasilitas olah raga
pendukung pelatihan
3.000 3.500 4.000
4 Monitoring, evaluasi dan reviews 100 100 100
G RENEW/PEMBAHARUAN/MODERNISASI
1
Analisis modernisasi BLK (berbasis teknologi
informasi, teknologi otomasi, peningkatan kualitas
pelayanan publik, penampilan dan pencitraan institusi
modern dan bertaraf internasional)
50
Grand Design Halaman 44
2 Penyusunan rencana dan penganggaran 50 50
3 Pelaksanaan program modernisasi 750 1.000 1.250
4 Monitoring, evaluasi dan reviews 100 100 100
H REMANAJEMEN
1 Peningkatan level dan kualitas Manajemen Mutu ISO 250 250 350
2 Penyesuaian manajemen berbasis teknologi
informasi dan nuansa modern 250 250 450
3 Sistem pengarsipan, dokumentasi 250 250 250
4 Pemasaran dan pelayanan modern 300 300 300
Total biaya 4 tahun : 49.250 (dalam jutaan rupiah) 3.450 16.650 16.500 12.650
Grand Design Halaman 45