GRAFIK

23
Grafik Grafik adalah gambaran pasang surutnya suatu keadaan atau data yang ada dengan garis atau gambar. Grafik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu grafik batang, grafik garis, dan grafik lingkaran. 1. Grafik Batang adalah lukisan naik turunnya data berupa batang atau balok dan dipakai untuk menekan kan adanya perbedaan tingkatan atau nilai berupa aspek. Contoh Grafik Batang : Grafik Batang Pekerjaan Orang Tua Siswa SMK Negeri 2 2. Grafik Garis adalah lukisan naik turunnya data berupa garis yang di hubungkan dari titik- titik data secara berurutan. Grafik ini di gunakan untuk menggambarkan perkembangan atau perubahan dari waktu ke waktu. Contoh Grafik Garis : grafik pengunjung Perpustakaan SMKN 2 3. Grafik Lingkaran adalah gambaran naik turunnya data berupa lingkaran untuk menggambarkan persentase dari nilai total atau seluruhnya. Contoh Grafik Lingkaran :

description

Grafik dan Logika

Transcript of GRAFIK

Page 1: GRAFIK

Grafik

Grafik adalah gambaran pasang surutnya suatu keadaan atau data yang ada dengan garis atau

gambar. Grafik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu grafik batang, grafik garis, dan grafik

lingkaran.

1. Grafik Batang adalah lukisan naik turunnya data berupa batang atau balok dan dipakai

untuk menekan kan adanya perbedaan tingkatan atau nilai berupa aspek. Contoh Grafik

Batang :

Grafik Batang Pekerjaan Orang Tua Siswa SMK Negeri 2

2. Grafik Garis adalah lukisan naik turunnya data berupa garis yang di hubungkan dari titik-

titik data secara berurutan. Grafik ini di gunakan untuk menggambarkan perkembangan atau

perubahan dari waktu ke waktu.

Contoh Grafik Garis :

grafik pengunjung Perpustakaan SMKN 2

3. Grafik Lingkaran adalah gambaran naik turunnya data berupa lingkaran untuk

menggambarkan persentase dari nilai total atau seluruhnya.

Contoh Grafik Lingkaran :

Page 2: GRAFIK

Persentase penganut agama di SMK 9

1. Grafik column (Column chart)

Kegunaannya: untuk menunjukkan perubahan data dalam periode waktu tertentu atau

menggambarkan perbandingan antar beberapa item.

2. Grafik Garis (Line Chart)

Diagram garis adalah penyajian data statistik dengan menggunakan diagram berbentuk

garis lurus. Kegunaannya: Diagram ini biasanya digunakan untuk menyajikan data

statistik yang diperoleh berdasarkan pengamatan dari waktu ke waktu secara

berurutan. Grafik ini juga untuk menggambarkan nilai masing-masing deret data dalam

bentuk garis pada sebuah baris. Fungsinya untuk menunjukkan data pada rentang waktu

tertentu. Sumbu X menunjukkan waktu-waktu pengamatan, sedangkan sumbu Y

menunjukkan nilai data pengamatan untuk suatu waktu tertentu.

3. Grafik Batang (Bar Chart)

Kegunaannya: Grafik batang digunakan untuk membandingkan nilai antar deret dalam

bentuk grafik batang dengan beberapa model (silinder, kerucut, dan piramid) dengan

posisi horizontal. Dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008 Grafik Batang digunakan

pada piramida penduduk indonesia tahun 2008, presentase penduduk miskin,dan lain-

lain.

4. Grafik Lingkaran (Pie Chart)

Diagram lingkaran adalah penyajian data statistik dengan menggunakan gambar yang

berbentuk lingkaran. Bagian-bagian dari daerah lingkaran menunjukkan bagian-bagian

atau per persen dari keseluruhan. Untuk membuat diagram lingkaran, telbih dahulu

ditentukan besarnya persentase tiap objek terhadap keseluruhan data

dan besarnya sudut pusat sektor lingkaran. Kegunaannya : Grafik ini digunakan apabila

ingin mendapatkan grafik dalam bentuk kue (lingkaran) dari sebuah deret data tunggal.

Fungsinya menunjukkan bagaimana point data berhubungan dengan keseluruhan data.

Dalam Profil Kesehatan tahun 2008 Pie chart dipakai seperti pada presentase penduduk

yang berobat jalan,penduduk umur 10 tahun keatas menurut kebiasaan merokok,dan

lain-lain.

Page 3: GRAFIK

5. Grafik Area (Area Chart)

Kegunaannya: Grafik ini lebih dikenal dengan grafik atau diagram wilayah, grafik ini

dipilih untuk menggambarkan deret data sebagai garis komulatif dengan tampilan gambar

berbentuk garis yang bertumpuk. Fungsinya untuk menunjukkan perubahan nilai relatif

pada suatu periode waktu. Ada dua pilihan model grafik jenis area, yaitu: model 2

dimensi dengan 3 dimensi yang masing-masing memiliki 3 pilihan jenis lagi.

6. Grafik XY (Scatter Chart)

Kegunaan : menggambarkan pasangan titik (kordinat) sehingga bentuk grafiknya berupa

titik-titik yang tertebar. Fungsinya untuk menunjukkan hubungan antarpoint data dengan

memplot titik pada grafik, biasanya digunakan dalam analisis data ilmiah. Ada 5 jenis

pilihan model grafik jenis ini.

7. Grafik Donat (doughnut Chart)

Kegunaan : untuk menggambarkan nilai deret data yang masing-masing diwakili oleh

sebuah segmen berbentuk cincin.

8. Grafik Radar

Grafik ini menggambarkan nilai deret data menggunakan sumber nilai yang ditarik dari

pusat diagram dan terpisah untuk setiap kategori. Fungsinya menunjukkan perubahan

pada titik pusat.

9. Grafik Vektor (vector Chart)

Garis tiga istirahat menampilkan serangkaian kotak vertical (garis) yang didasarkan pada

perubahan harga. Sebuah garis naik baru diambil jika harga penutupan lebih tinggi dari

yang sebelumnya.jika unjuk rasa atau aksi jual cukup kuat untuk membentuk garis

berurutan dengan arah yang sama,maka harga harus membalikkan oleh harga ekstrem

dari beberapa baris terakhir dalam rangka menciptakan baris baru.biasanya tiga baris

berturut-turut digunakan untuk criteria pembalikan,maka nama tiga istirahat line.seperti

kagi,point,dan gambar,dan renko grafik,diagram jalur tiga istirahat mengabaikan

berlalunya waktu.

10. Grafik Kagi (kagi Chart)

Grafkan sebagai peningkatanik tampilan serangkaian garis vertical untuk

menggambarkan tingkat umum bahasa dari penawaran lihat semuanya dan permintaan

untuk asset tertentu.ketebalan dan arah garais tergantung pada aksi harga. Garis tebal di

ambil saat harga istirahat diatas harga sebelumnya tinggi dan ditafsirkan sebagai

penimgkatan permintaan. Tipis yang digunakan untuk mewakili pasokan meningkat saat

harga turun di bawah rendah sebelumnya.grafik kagi mengabaikan berlalunya terbalik.

11. Grafik Renko

Renko grafik tampilan serangkaian putih dan kotak hitam (batu bata) untuk

menggambarkan pergekrakan harga umum dan pembalikan tren.sebuah grafik renko

dibangun dengan menempatkan batu bata dikolom berikutnya setelah harga melampaui

bagian atas atau bawah dari bata sebelumnya dengan jumlah yang telah ditetapkan. Batau

bata putih digunakan ketika arah trend sudah habis,batu bata hitam digunakan ketika

Page 4: GRAFIK

trend aadalah bawah.semua batu bata adalh sama dalam ukuran. Jenis grafik membantu

trader untuk mengidentifikasi dukungan utama / tingkat perlawanan.

12. Bubble charts (Grafik gelembung)

Data diatur dalam kolom sehingga nilai-nilai x (horizontal)

tercantum pada kolom pertama (kiri) dan nilai-nilai y (vertical) yang sesuai dan nilai-

nilai ukuran gelembung tercantum dalam kolom yang berdekatan,

dapat diplot dalam grafik gelembung.

13. Surface charts (Grafik permukaan)

Kegunaannya: ketika kita ingin mencari kombinasi yang optimal dari 2 rangkaian data.

Seperti dalampeta topografi, warna dan pola menunjukkan daerah yang

berada dalam kisaran nilai yang sama.

14. Stock charts (Grafik stok)

Kegunaannya: untuk menggambarkan fluktuasi harga stok.

Namun grafik ini juga dapat digunakanuntuk data ilmiah. Sebagai contoh,

kita dapat menggunakannya untuk menunjukkan fluktuasi suhu harian.

15. Diagram batang daun

Diagram batang daun dapat diajukan sebagai contoh penyebaran data. Dalam diagram

batang daun, data yang terkumpul diurutkan lebih dulu dari data

ukuran terkecil sampai dengan ukuran yang terbesar. Diagram ini terdiri dari dua bagian,

yaitu batang dan daun.

Bagian batang memuat angka puluhandanbagiandaun memuat angka satuan.

engertian grafik dan contohnya dilengkapi jenis-jenisnya dapat kamu pahami di artikel ini –

Grafik adalah suatu visualisasi table, yang dimana table tersebut berupa angka–angka yang dapat

disajikan ataupun dapat ditampilkan ke dalam bentuk gambar. Atau definisi grafik yang lainnya

yaitu sebagai suatu kombinasi antara angka, huruf, simbol, gambar, lambang, perkataan, lukisan,

yang disajikan satu media untuk memberi konsep maupun ide dari pengirim kepada sasarannya

dalam proses menyampaikan maklumat.

Ada juga pengertian Grafik yang kedua yaitu merupakan suatu rangka untuk membentuk Objek

visualisasi table. Table yang terdiri dari angka-angka dapat disajikan atau dapat ditampilkan ke

dalam bentuk gambar, bisa dalam berbentuk garis, lingkaran, batang dll.

Dan definisi yang ketiga yaitu gambaran dari pasang surutnya suatu keadaan atau data yang ada

dengan garis ataupun gambar. Grafik dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, diantaranya yaitu

grafik: batang, garis, dan lingkaran.

Inilah jenis-jenis grafik dan contohnya :

Grafik batang, atau yang dikenal juga dengan sebutan histogram dipakai untuk menekankan

perbedaan tingkat nilai dan beberapa aspek. Grafik jenis ini merupakan grafik yang paling

sederhana, sangat mudah untuk dipahami dan hanya menggambarkan data dalam bentuk batang.

Panjangnya batang menggambarkan presentase dari data, sedangka lebarnya semuanya

Page 5: GRAFIK

berukuran sama. Tetapi umumnya data yang dapat diperbandingkan tidak terlalu banyak,

maksimalnya hanya delapan data. Untuk lebih memperjelas perbandingan antara batang yang

satu dengan yang lainnya diperlukan warna-warna yang berbeda.

contoh grafik batang

Grafik garis, pada umumnya sering digunakan untuk menggambarkan suatu perkembangan atau

perubahan dari waktu ke waktu.

Contoh grafik garis

Grafik lingkaran yaitu penyajian dari data statistik dengan menggunakan gambar yang berbentuk

lingkaran atau gambaran naik turunnya data berupa lingkaran untuk menggambarkan persentase

dari nilai total atau nilai keseluruhan.

Page 6: GRAFIK

Contoh grafiklingkaran

Tujuan pembuatan grafik yaitu untuk menunjukkan perbandingan, informasi yang kualitatif

dengan cepat dan sederhana. Data-data dalam bentuk uraian deskriptif yang ruwet dan juga

kompleks bisa disederhanakan dengan menggunakan grafik. Jadi, jika sebuah grafik sulit dibaca

atau dipahami berarti akan kehilangan manfaatnya yang berharga.

Fungsi grafik yaitu untuk menggambarkan data-data dalam bentuk angka (data kuantitatif)

secara teliti dan menerangkan perkembangan serta perbandingan suatu obyek ataupun peristiwa

yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Jadi dapat disimpulkan fungsi grafik:

1. Menggambarkan data kuantitatif dengan teliti.

2. Menerangkan perkembangan, perbandingan suatu obyek ataupun peristiwa yang saling

berhubungan secara singkat dan jelas. Grafik disusun berdasarkan prinsip-prinsip

matematika dengan menggunakan data-data yang komparatif.

Jenis-jenis Grafik Ms Excel Jenis grafik pada MS Excel dapat juga ditemui pada program

aplikasi MS Office lainnya yang juga menyediakan fitur pembuatan grafik. Berikut beberapa

jenis grafik yang terdapat dalam Excel:

1. Column Charts Grafik Kolom digunakan untuk menunjukkan perubahan data dalam

periode waktu tertentu atau menggambarkan perbandingan antar beberapa item. Jenis

grafik itu sering juga disebut diagram batang. Umum digunakan dalam dunia statistik

untuk menampilkan data pertambahan dan perbandingan jumlah penduduk dari waktu kt

waktu.

2. Line Charts Grafik garis dapat menunjukkan data secara terus menerus atau berkelanjutan

selama periode waktu tertentu. Grafik ini sangat ideal untuk menampilkan tren data pada

interval/rentang waktu yang sama.

3. Pie Charts Grafik lingkaran menunjukkan ukuran dari suatu item dalam suatu rangkaian

data, secara proporsional terhadap jumlah dari keseluruhan item. Poin atau nilai dari

item-item tersebut ditunjukkan dalam bentuk presentase dari keseluruhan data (dalam

bentuk satu lingkaran). Biasa digunakan dalam menampilkan data persentase jumlah

penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya dan lain sebagainya.

4. Bar Charts Bar Chart atau grafik baris mirip dengan grafik kolom. Grafik batang

menggambarkan perbandingan antar beberapa item dan merupakan penyajian data

alternatif dari grafik kolom. Dengan menggunakan jenis ini kita dapat menyajikan data

yang maknanya sama dengan grafik kolom yaitu dengan menukar letak variabel dari

sumbu x menjadi sumbu y dan sebaliknya.

5. Area Charts Grafik bidang menekankan besarnya perubahan dari waktu ke waktu. Grafik

ini dapat digunakan untuk menggambar grafik hubungan kecepatan dan waktu pada gerak

lurus, area yang terbentuk merupakan besar perpindahan.

Page 7: GRAFIK

6. XY Scatter XY scatter umum digunakan untuk menggambar grafik. Grafik ini

menunjukkan hubungan antara nilai-nilai variabel sumbu x dengan nilai-nilai variabel

sumbu y. Grafik ini dapat kita gunakan untuk menggambar grafik linear misalnya grafik

tegangan versus kuat arus dan lain sebagainya.

7. Stock Charts Grafik stok banyak digunakan untuk menggambarkan fluktuasi harga stok.

Namun grafik ini juga dapat digunakan untuk data ilmiah. Sebagai contoh, kita dapat

menggunakannya untuk menunjukkan fluktuasi suhu harian di suatu daerah.

8. Surface Charts Grafik permukaan sangat berguna ketika kita ingin mencari kombinasi

yang optimal dari 2 rangkaian data. Seperti dalam peta topografi, warna dan pola

menunjukkan daerah yang berada dalam kisaran nilai yang sama.

9. Radar Grafik radar membandingkan nilai keseluruhan dari sejumlah rangkaian data.

10. Combo Combo merupakan grafik kombinasi dari beberapa jenis grafik sekaligus

misalnya mengkombinasikan grafik kolom dengan grafik garis dan lain sebagainya.

Pendekatan Deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang

kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau

pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pembentukan teori,

hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk

memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut

dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks pendekatan deduktif

tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Contoh Deduktif : jika meneliti konsumsi rumah tangga untuk minyak, maka sebelum turun ke

lapangan yang dipersiapkan adalah teori konsumsi, permintaan dan penawaran barang,

dll. pertanyaan yang akan diajukan sudah jelas dan hampir baku, sampelnya jelas, dll. artinya

sudah disiapkan semua tinggal cari data.

Pendekatan Induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil

pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat

umum. Dalam hal ini pendekatan induktif merupakan kebalikan dari pendekatan deduktif. Untuk

turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi

cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari

suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan

dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat

mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.

Page 8: GRAFIK

Contoh Induktif : bisa jadi langsung ke lapangan untuk wawancara secara mengalir (contoh

penelitian tentang konflik pilkada di desa X) artinya tidak perlu pakai kuesioner tapi tetapi

menggunakan interview guide dan biasanya jenis pertanyaan terbuka dan di lapangan bisa

berkembang. Kedua pendekatan tersebut di atas (pendekatan deduktif dan induktif), seolah-olah

merupakan cara berpikir yang berbeda dan terpisah. Tetapi dalam prakteknya, antara berangkat

dari teori atau berangkat dari fakta empirik merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Kalau

kita berbicara teori sebenarnya kita sedang mengandaikan fakta dan kalau berbicara fakta maka

kita sedang mengandaikan teori (Heru Nugroho; 2001: 69-70). Dengan demikian, untuk

mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua pendekatan tersebut dapat digunakan secara bersama-

sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang

menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.

Berpikir kritis adalah berfikir refleksi yang beralasan dan di arahkan untuk menentukan apa

yang dapat dipercaya atau diperbuat. Pemikir kritis berusaha untuk menyadari penyimpangan-

penyimpangan pemikirannya agar menjadi obyektif dan logis. Berpikir kritis digunakan untuk

memperjelas atau mengklarifikasi fakta atau informasi. Keterampilan-keterampilan berpikir

seperti menganalisis dan mensintesis merupakan keterampilan berpikir kritis (Darliana, 2000).

Berpikir kritis adalah berpikir berdasarkan pengetahuan yang sesuai dan dapat dipercaya, atau

cara berpikir yang beralasan, dapat digambarkan, bertanggung jawab dan mahir. Dalam

pengertian ini seorang dikatakan berpikir kritis bila menanyakan suatu hal dan mencari informasi

dengan tepat. Kemudian informasi tersebut digunakan untuk menyelesaikan masalah dan

mengelolanya secara logis, efisien, dan kreatif, sehingga dapat membuat kesimpulan yang dapat

diterima oleh akal. Selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk memecahkan masalah yang

di hadapi dengan tepat berdasarkan analisis informasi dan pengetahuan yang di milikinya.

Seseorang yang berpikiran kritis memiliki karakter khusus yang dapat di identifikasi dengan

melihat bagaimana seseorang tersebut dalam menyikapi sebuah masalah, informasi atau

argumen. Seorang pemikir kritis memiliki karakteristik berikut:

a. Watak (dispositions)

Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat

terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek

terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan

berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang di anggapnya baik.

Page 9: GRAFIK

b. Kriteria (criteria)

Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana

maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen

dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda.

Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi,

keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika

yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.

c. Argumen (argument)

Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir

kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.

d. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning)

Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan

meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.

e. Sudut pandang (point of view)

Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan

konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena

dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

f. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)

Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan

meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan

mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.

http://re-searchengines.com/1007arief3.html berpikir kritis

Berpikir Kreatif adalah kemampuan untuk membentuk kombinasi gagasan baru untuk

memenuhi suatu keperluan atau untuk memperoleh hasil yang asli dan sesuai dengan pokok

pertanyaan. Berpikir kreatif digunakan untuk membentuk gagasan baru suatu fakta atau

informasi. Keterampilan-keterampilan berpikir seperti menginfer (menduga suatu yang

bersembunyi/tidak teramati), memprediksi dan mengolaborasi (seperti membuat contoh atau

analogi) merupakan keterampilan kreatif (Darliana, 2000).

Page 10: GRAFIK

Berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir berdasarkan data atau informasi yang tersedia,

menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya

adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Secara operasional, kreatifitas

dapat di rumuskan dengan kemampuan berpikir atau memberi gagasan secara lancar, lentur dan

orisinil, serta mampu mengolaborasi suatu gagasan. Kelancaran dalam berpikir disini adalah

kemampuan dalam penyampaian gagasan secara cepat. Sedangkan kelenturan (fleksebilitas)

adalah mampu memberikan gagasan yang beragam dan bebas. Orisinalitas dalam berpikir adalah

kemampuan untuk memberikan gagasan yang secara statistik unik dan langka untuk populasi

tertentu dan kemampuan untuk melihat hubungan atau kombinasi-kombinasi baru antara macam-

macam unsur atau bagian. Sedangkan kemampuan mengolaborasi adalah kemampuan untuk

mengembangkan, merinci dan memperkaya suatu gagasan. Hal yang sering terjadi ketika peserta

didik harus mengambil keputusan adalah menggunakan informasi yang ia miliki, untuk

meramalkan suatu keadaan mendatang yang belum terjadi kecuali pemikiran atau prediksinya

benar. Itu hanya sebatas ada dalam angan-angan dan imajinasi mereka. Hasil akhir dari

mendesain harus di asumsikan sebelum cara-cara mencapainya (pemecahan masalah) di peroleh.

Adapun Ciri-ciri dari berpikir kreatif yaitu:

1. Dorongan ingin tahu besar

2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik

3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah

4. Bebas dalam menyatakan pendapat

5. Mempunyai rasa keindahan

6. Menonjol dalam salah satu bidang seni

7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh

orang lain.

8. Rasa humor tinggi

9. Daya imajinasi kuat

10. Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya;

dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal, yang jarang diperlihatkan anak-anak

lain)

11. Dapat bekerja sendiri

Page 11: GRAFIK

12. Senang mencoba hal-hal baru

13. Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi)

Banyak praktek pembelajaran yang dilakukan guru dewasa ini tidak membiasakan siswa untuk

mendapatkan sendiri pengetahannya, proses komunikasi hanya terjadi satu arah saja yaitu dari

guru ke siswa, guru mengangap bahwa siswa adalah sebuah ember kosong yang harus diisi

dengan sesuatu yang penting yakni materi pembelajaran yang sudah terencana sejak awal, bagi

guru penguasaan materi lebih penting dari pada mengembangkan kemampuan berpikir. Dampak

dari kondisi pembelajaran yang seperti ini menyebabkan siswa tidak memiliki minat dan

motivasi dalam belajar, pembelajaran membosankan, kreativitas mereka terbelenggu, mereka

tidak dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran, dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap

prestasi belajar mereka.

Pada dasarnya pendidikan adalah bagaimana membangun gagasan dan emosi manusia

secara terus-menerus, yang berimplikasi pada perubahan kesadaran manusia yang juga

berlangsung tanpa henti sehingga menyebabkan terciptanya karakter khusus bagi proses

pendidikan. Joyce, Weil, dan Calhoun (2011: 6-7) mengemukakan bahwa pembelajaran yang

baik adalah pembelajaran yang merangkul pengalaman belajar tanpa batas tentang bagaimana

gagasan dan emosi berinteraksi dengan suasana kelas dan bagaimana keduanya dapat berubah

sesuai dengan suasana kelas yang juga terus berubah. Cara guru menerapkan suatu pembelajaran

akan berpengaruh besar terhadap kemampuan siswa dalam mendapatkan

pengetahuan. Demikian halnya dengan Swennen dan Marcel (2009: 134) mengemukakan bahwa

belajar merupakan proses yang kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti sifat-

sifat individu pembelajar, kemampuan guru, bahan ajar dan kualitas interaksi antara guru dan

siswa. Selanjutnya Suparman (2012: 6) mengemukakan bahwa pembelajaran harus berorientasi

pada siswa, artinya diselenggarakan untuk kebutuhannya, disesuaikan dengan karakteristiknya,

dan diutamakan mengaktifkan dirinya selama proses pembelajaran berlangsung. Pendapat

beberapa pakar di atas mengindikasikan bahwa tujuan dari keseluruhan proses pembelajaran

adalah melibatkan mental siswa ke dalam berbagai pengalaman belajar yang sengaja diciptakan

oleh guru. Pengalaman belajar sebagai sebuah kondisi yang sengaja diciptakan, juga harus dapat

mendukung siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Page 12: GRAFIK

Keberhasilan proses pembelajaran siswa dapat disebabkan oleh faktor internal maupun

eksternal. Faktor internal antara lain berkaitan dengan kemampuan siswa memahami konsep,

minat, motivasi, sikap terhadap mata pelajaran, gaya belajar, kemampuan awal yang dimiliki

siswa, dan kreativitas. Sedangkan faktor eksternal antara lain kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran, kualitas bahan ajar, metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang

digunakan, media pembelajaran, lingkungan belajar, alokasi waktu, dan manajemen. Namun

dari beberapa faktor tersebut di atas menarik untuk dikaji faktor yang disebabkan oleh proses

pembelajaran, khususnya pendekatan pembelajaran, karakteristik individu/siswa, dan

sejauhmana interaksi antara guru dan siswa sebagai suatu kondisi yang sengaja diciptakan.

Tulisan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara teoritis sekaligus menjawab pertanyaan

tentang bagaimanakah langkah-langkah pendekatan pembelajaran saintifik?, sejauhmana

kecenderungan berpikir divergent seorang siswa mempengaruhi hasil belajar? dan bagaimanakah

model interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Belajar

Para psikolog dan peneliti telah mengemukakan banyak teori untuk menjelaskan bagaimana

individu belajar. Namun tidak ada satu definisi belajar yang diterima secara universal. Mereka

memiliki padangan yang berbeda-beda tentang penyebab, proses, dan akibat dari belajar.

Sementara itu, teori belajar telah mengalami perubahan mendasar, berkembang dari

behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. Perubahan inilah yang menjadi dasar para

peneliti dalam mengembangkan pembelajaran.

Menurut Gagne (1977: 3) “Learning is a change human disposition or capability, which persist

over a period of time, and which is not simply ascribable to processes of growth”. Menurutnya

belajar ialah perubahan dalam disposisi manusia atau kapabilitas yang berlangsung selama satu

masa waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan. Lebih lanjut Gagne

mengemukakan bahwa perubahan yang terjadi pada belajar adalah berupa perubahan tingkah

laku dengan inferensi sebelum individu ditempatkan dalam situasi belajar, ataupun perubahan

berupa peningkatan kapabilitas, dan juga perubahan pada sikap, minat dan nilai. Perubahan yang

dimaksudkan di atas harus dapat bertahan lama dan akhirnya perubahan itu bukan disebabkan

oleh pertumbuhan fisik seperti tinggi badan atau perkembangan otot melalui latihan.

Driscoll seperti yang dikutip Reiser dan Dempsey (2012: 36); Smaldino, Lowther dan Russel

(2011: 11) mendefinisikan belajar sebagai konsekuensi dari perubahan kemampuan yang berasal

dari pengalaman dan interaksi pemelajar dengan dunia. Sementara menurut Dale (2012: 39),

Page 13: GRAFIK

belajar merupakan perubahan perilaku atau perubahan dalam kapasitas perilaku dengan cara

tertentu yang bertahan lama, perubahan yang dimaksud dihasilkan dari praktek atau bentuk-

bentuk pengalaman lainnya. Definisi ini mengindikasikan tiga kriteria yang harus dipenuhi oleh

belajar yakni: (1) perubahan perilaku, artinya seseorang dikatakan belajar ketika mereka mampu

melakukan suatu hal dengan cara yang berbeda; (2) perubahan perilaku itu bertahan lama seiring

dengan waktu. Perubahan perilaku yang sifatnya sementara (pengaruh alkohol atau obat-obatan)

bukan merupakan perubahan perilaku yang dimaksud, karena jika pengaruh obat-obatan atau

alkohol hilang, perilakunya akan kembali ke keadaan semula; (3) perubahan perilaku terjadi

melalui pengalaman seperti melakukan kegiatan praktek dari mengamati orang lain, sementara

perubahan perilaku yang disebabkan oleh perubahan sifat fisik tidak termasuk dalam kriteria

belajar.

Richey, Klein dan Tracey (2011: 61) mengemukakan bahwa “Learning is the relatively

permanent change in a person’s knowledge or behavior due to experience. This definition has

three components: (1) the duration of the change is long-term rather than short-term; (2) the

locus of the change is the content and structure of knowledge in memory or the behavior of the

learner; (3) the cause of the change is the learner’s experience in the environment rather than

fatigue, motivation, drugs, physical condition, or psychological intervention”. Belajar adalah

perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan atau perilaku seseorang karena

pengalaman. Definisi ini memiliki tiga komponen yakni: (a) durasi dari perubahan tersebut

adalah jangka panjang; (b) lokusperubahan adalah isi dan struktur pengetahuan dalam memori

atau perilaku siswa; (c) penyebab perubahan disebabkan oleh pengalaman dan lingkungan siswa.

Snelbecker (1974: 11-15) menyimpulkan bahwa belajar adalah kemampuan suatu organisme

untuk tampil dengan cara yang berbeda dari cara sebelumnya. Menurutnya belajar harus mampu

menjelaskan perubahan perilaku sebagai hasil dari belajar dari yang paling sederhana sampai

yang paling kompleks dan perilaku tersebut tidak dimodifikasi atau dikendalikan oleh organisme

atau oleh agen eksternal lain.

Pendekatan Pembelajaran

Sanjaya (2006: 127) mengemukakan bahwa pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak

atau sudut pandang kita terhadap pembelajaran. Istilah ini merujuk kepada cara pandang tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, oleh karenanya strategi dan metode

pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Sejalan

dengan itu Sani (2013: 91) berpendapat bahwa pendekatan pembelajaran adalah sekumpulan

asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran

merupakan sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran secara umum berdasarkan teori

tertentu yang kemudian mendasari pemilihan strategi dan metode pembelajaran. Pendapat diatas

Page 14: GRAFIK

menjelaskan bahwa pendekatan dalam pembelajaran merupakan cara pandang tentang

bagaimana terjadinya proses pembelajaran, yang menjadi landasan bagi guru dalam memilih

metode dan strategi penyampaiannya.

Roy Killen (2009: 116-117) mengemukakan dua pendekatan dalam pembelajaran yaitu

pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang

berpusat pada siswa (student-teacher centred). Demikian halnya Edward Anthony (1963: 63-67)

menjelaskan bahwa pendekatan adalah seperangkat asumsi korelatif yang berhubungan dengan

sifat pengajaran dan pembelajaran. Sebuah pendekatan aksiomatikyang menggambarkan sifat

materi pelajaran yang akan diajarkan. Selanjutnya Corcoran dan Silander (2009: 165)

mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran ditandai dengan keteraturan tertentu dalam cara

di mana guru dan siswa berinteraksi satu sama lain dan dengan bahan ajar yang dapat

digambarkan, dievaluasi, dan direplikasi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa pendekatan

pembelajaran yang baik harus mempertimbangkan partisipasi, ketekunan, dan kesuksesan dalam

akademis siswa pada umumnya.

Dilihat dari perspektif teknologi pendidikan, pembelajaran merupakan sebuah sistem dengan

komponen-komponen yang saling berkaitan untuk melakukan suatu sinergi, yakni mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Memandang pembelajaran sebagai sebuah sistem

dikenal dengan istilah pendekatan sistem (system approach). Miarso (2009: 528-529)

mencontohkan pendekatan sistem yang paling sederhana yang dikemukakan oleh Briggs yang

disebut “three anchor points” dan Kaufman yang disebut “system analysis steps”. Pendekatan itu

meliputi tiga konsep dasar yakni: (1) adanya arah serta tujuan yang ingin dicapai; (2) dengan

merumuskan strategi, teknik, media; (3) menentukan ukuran/kriteria keberhasilan. Selanjutnya

Reigeluth dan Merril (1983: 18) mengatakan bahwa pembelajaran yang baik adalah

pembelajaran yang didasari teori pembelajaran yang bersifat preskriptif, yaitu teori yang

memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah belajar. Mereka mengidentifikasi tiga

variabel yang harus di masukkan dalam kerangka teori instruksional yaitu variabel kondisi,

metode, dan hasil belajar. Kerangka teorinya seperti pada Gambar 1.

Page 15: GRAFIK

Gambar 1. Kerangka teori pembelajaran

Berdasarkan kerangka teori tersebut setiap metode pembelajaran harus mengandung

rumusan pengorganisasian bahan pelajaran, strategi penyampaian, dan pengelolaan kegiatan,

dengan tidak mengesampingkan tujuan belajar, hambatan belajar, karakteristik siswa, agar dapat

diperoleh efektifitas, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran.

Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Kata Saintifik berasal dari kata dasar “Science” dan berasal dari bahasa Latin “scientia,” yang

berarti pengetahuan. Menurut Webster New Collegiate Dictionary, definisi science adalah

pengetahuan yang diperoleh melalui studi atau praktek, atau pengetahuan meliputi kebenaran

umum yang dilandasi beberapa aturan umum, yang diperoleh dan diuji melalui metode ilmiah

dan berkaitan dengan alam. Elemen dasar dari ilmu pengetahuan adalah bagaimana mengetahui

dan menjelaskan tentang alam ini. Menurut Bybee (2006: 2-3) bahwa pengetahuan ilmiah harus

didasarkan oleh pengamatan dan data eksperimen, artinya bahwa penjelasan tentang fenomena

yang terjadi harus dibuktikan dengan data empiris. Beberapa literatur menjelaskan bahwa ilmu

pengetahuan dimulai dengan pengamatan, selanjutnya berdasarkan pengamatan mereka

menyatakan hipotesis, biasanya dinyatakan dengan bentuk proposisi “jika…maka…” artinya

hipotesis tersebut memiliki kualitas prediksi yang bisa dikonfirmasi melalui pengamatan lebih

lanjut melalui eksperimentasi. Jika pengamatan atau percobaan mengkonfirmasi prediksi,

hipotesis bertahan dan investigasi terus berlanjut. Lebih lanjut mereka menjelaskan bahwa tidak

ada kesepakatan umum tentang metode atau cara para ilmuwan melakukannya, namun sebuah

metode ilmiah perpegang pada hukum bahwa pemerolehan pengetahuan ilmiah harus logis,

obyektif, dan imparsial. Mereka juga sepakat bahwa dalam menjelaskan dan memahami

Page 16: GRAFIK

fenomena, menggunakan penalaran, data empiris, menghindari prasangka, dan menyajikan

penjelasan sebagai proses ilmiah.

Semiawan (2007: 4) mengemukakan bahwa pengetahuan memiliki tiga ciri yang harus dimiliki

untuk bisa disebut ilmu pengetahuan. Pertama, dasar pembenaran, artinya pemerolehan

pengetahuan tersebut menuntut pengaturan kerja ilmiah yang diarahkan pada perolehan derajat

kepastian sebesar mungkin. Pernyataan harus diarahkan pada dua cara berpikir ilmiah yakni

berpikir deduktif dan induktif; kedua, sistematis artinya susunan pengetahuan didasarkan pada

penyelidikan ilmiah yang terencana, teratur, dan terarah, sistemik menunjuk pada adanya

hubungan yang merupakan suatu kebulatan melalui komparasi dan generalisasi, dan ketiga, sifat

intersubyektif ilmu artinya pengetahuan ilmiah tidak didasarkan atas intuisi dan sifat subyektif

seseorang, namun adanya kesepakatan dan pengakuan akan adanya kebenaran. Dengan kata lain

pendekatan ilmiah adalah proses berpikir dimana kita bergerak secara induktif dari pengamatan

menuju pembentukan hipotesis dan kemudian berbalik secara deduktif membuat verifikasi atas

hipotesis kita tadi pada penerapan logis.

Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmiah, syarat yang harus dipenuhi pengetahuan agar

dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah.Menurut

Abruscato (1992: 6), Pengetahuan merujuk pada sebuah proses dimana kita memperoleh dan

mengumpulkan informasi secara sistematis tentang alam disekitar kita, ditandai dengan nilai-

nilai dan sikap yang dimiliki oleh orang-orang yang menggunakan proses ilmiah untuk

mengumpulkan pengetahuan. Pendekatan ilmiah merupakan gabungan antara penalaran induktif

dan penalaran deduktif, Kerlinger (1986: 37) memberi definisi pendekatan ilmiah sebagai

“penyelidikan yang sistematik, terkontrol, empiris, dan kritis tentang fenomena-fenomena alami

dengan dipandu oleh teori dan hipotesis-hipotesis tentang hubungan yang dikira terdapat antara

fenomena itu.”

Dalam pengajaran tradisional guru melibatkan para siswa dalam serangkaian tugas yang tidak

memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang

bagaimana membangun argumentasi ilmiah yang meyakinkan melalui pengumpulan bukti-bukti.

Pemerolehan pengetahuan harus dibangun melalui pengalaman hidup, khususnya melalui

partisipasi dan interaksi dengan orang lain dalam kegiatan yang berarti. Guru perlu melibatkan

siswa dalam kegiatan pembelajaran di mana mereka benar-benar melakukan sendiri dengan

pengalaman-pengalaman yang diciptakan guru.

Berkaitan dengan proses belajar penemuan, Bruner dalam Dale (2012: 372-371) mengemukakan

bahwa belajar menemukan mengacu pada penguasaan pengetahuan untuk diri sendiri. Lebih

lanjut dikemukakan bahwa proses belajar penemuan melibatkan perumusan dan pengujian

hipotesis-hipotesis, bukan sekedar membaca dan mendengarkan guru menerangkan. Penemuan

Page 17: GRAFIK

adalah sebuah tipe penalaran induktif karena siswa mengamati dan mempelajari contoh spesifik

kemudian merumuskan aturan-aturan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip umumnya. Belajar

menemukan juga dikenal sebagai pembelajaran berbasis masalah, penelitian, eksperiensial, dan

konstruktivis. Selanjutnya menurut Carin dan Sund (1989: 11), penyelidikan ilmiah

didefinisikan sebagai cara mencari kebenaran dan pengetahuan. Agar pengetahuan tersebut

ilmiah dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, membuat hipotesis, dan melakukan

penyelidikan yang berhubungan dengan permasalahan. Kata kunci dalam melakukan proses

penyelidikan menurut mereka adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang signifikan,

membentuk perilaku yang diarahkan pada sikap ilmiah dengan menggunakan metode-metode

tertentu yang sering disebut scientific processes.

Suchman seperti yang dikutip Joyce, Weil, dan Calhoun (2009: 213-214), mengemukakan bahwa

pembelajaran melalui penyelidikan ilmiah dapat mengantarkan siswa pada kebiasaan melakukan

strategi-strategi, nilai-nilai, sikap dan keterampilan seperti mengobservasi, mengumpulkan dan

mengolah data, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, merumuskan dan menguji hipotesis,

serta menarik kesimpulan. Dengan melakukan pembelajaran yang mengacu pada proses ilmiah

juga menjadikan pembelajaran lebih aktif, mandiri, serta membiasakan siswa untuk berpikir

logis.

Berpikir Divergen

Spector (2012: 100) memberikan saran bahwa satu hal yang patut dipertimbangkan bagi seorang

guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran adalah pentingnya mengetahui karakteristik

siswa, tujuannya adalah untuk mengetahui lebih awal dukungan yang paling mungkin dan

relevan untuk diberikan. Salah satu cara mengetahui karakteristik siswa yang memiliki implikasi

terhadap perencanaan pembelajaran adalah gaya berpikir siswa. Demikian halnya dengan Elliott,

et. el. (2000: 294-295), mengemukakan bahwa menyadari pentingnya mengidentifikasi dan

menggunakan pengetahuan tentang gaya berpikir di dalam kelas, seorang guru dapat memperluas

teknik mengajar sekaligus mengakomodasi karakteristik siswa. Sementara itu Santrock (2009: 7)

menjelaskan bahwa berpikir melibatkan kegiatan memanipulasi dan mentransformasi informasi

dalam memori untuk membentuk konsep, menalar, membuat keputusan, dan memecahkan

masalah. Seorang anak misalnya mampu berpikir mengenai hal-hal konkret, memikirkan subyek

yang abstrak, mereka juga dapat berpikir mengenai masa lampau dan membayangkan masa

depan, dan juga berpikir mengenai kenyataan dan fantasi.

Istilah gaya berpikir menurut Witkin dalam Riding dan Rayner (2012: 15) “is understood to be

an individual’s preferred and habitual approach to organising and representing

information.” Menurutnya gaya berpikir adalah pendekatan yang dipilih seseorang dalam

Page 18: GRAFIK

mengatur dan mengolah informasi. Pendapat lain tentang gaya berpikir juga dikemukakan oleh

Miller dalam Zang (2006: 99), menurutnya gaya berpikir adalah perbedaan individu dalam

pemrosesan informasi. Pemrosesan informasi sebagai proses kognitif menurutnya terdiri dari tiga

komponen yiatu persepsi, memori, dan berpikir. Selanjutnya Messick (1996: 9) mengemukakan

bahwa Gaya berpikir biasanya dikonseptualisasikan sebagai karakteristik individu dalam

mempersepsi, mengingat, berpikir, dan penilaian reflektif dari keteraturan pemrosesan informasi.

Gaya berpikir adalah perbedaan individu dalam cara pengorganisasian atau pengolahan informasi

dan pengalaman. Demikian halnya dengan Sternberg (1997: 134) mengemukakan bahwa istilah

gaya berpikir mengacu pada cara individu memproses informasi dalam melakukan pemecahan

masalah.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa gaya berpikir adalah

kecenderungan seseorang dalam merespon dan mengolah informasi untuk menyelesaikan tugas-

tugas yang dibebankan kepadanya. Dalam konteks pembelajaran gaya berpikir adalah cara siswa

dalam menyesuaikan respon informasi kemudian menghubungkan dengan kemampuan yang ada

dalam dirinya untuk untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.

Guilford seperti yang dikutip De Cecco (1968: 455) mengemukakan bahwa aspek yang khas

dari kreativitas adalah berpikir divergent dengan kemampuan memberikan beragam respon untuk

satu permasalahan yang diberikan. Selanjutnya Munandar (1999: 91) mengemukakan bahwa

berpikir divergen identik dengan kreativitas yang menuntut penggunaan kemampuan berpikir

lancar, lentur, orisinal, dan terperinci. Pola berpikir divergen adalah memberikan bermacam-

macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada

keragaman kuantitas dan kesesuaian. Guilford menguraikan teori tentang bagaimana berpikir

kreatif bekerja, dan menggunakan pengujian kecerdasan sebagai panduan, kemudian

mengusulkan serangkaian tes yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif

serta mengidentifikasi individu yang memiliki potensi kreatif. Lebih lanjut Ia menjelaskan bahwa

orang-orang kreatif adalah mereka yang sensitif terhadap masalah, fasih dalam pemikiran dan

ekspresi serta fleksibel (spontan dan mudah beradaptasi) dengan pemecahan masalah baru.

Menurut Kolb dalam Reid (1995: 58), individu dengan gaya berpikir divergen memiliki dua

kecenderungan berpikir yakni mereka lebih suka melibatkan diri sepenuhnya dalam suatu

pengalaman baru (concrete experience), dan mereka lebih suka mengobservasi dan merefleksi

atau memikirkan pengalamannya dari berbagai segi (reflection observation). Kekuatan mereka

terletak pada kemampuan imajinasi. Mereka suka memandang sesuatu dari berbagai segi dan

menjalin berbagai hubungan menjadi satu keseluruhan yang bulat. Mereka mampu melahirkan

berbagai ide baru dan terampil dalam “brainstorming”. Salah satu komponen penting dari

Page 19: GRAFIK

kreativitas adalah kemampuan untuk melihat permasalahan dilingkungannya. Sebagai contoh,

jika dua orang menggunakan alat yang sama dan salah seorang diantara mereka tidak puas

dengan kinerja alat yang digunakannya, ia mungkin mencoba untuk membuat inovasi yang lebih

baik dari fungsi sebelumnya, dengan demikian orang itu telah menunjukkan kepekaan terhadap

masalah, yang mungkin diperlukan untuk mengatur proses kreatif sehingga Ia melakukan

tindakan. Seseorang yang tidak memiliki kemampuan melihat masalah berkaitan denga alat yang

digunakannya, tidak akan memiliki kesempatan untuk menciptakan sesuatu (Weisberg, 2006: 95-

97).

Menurut Santrock (2009: 21) berpikir divergent adalah pemikiran dengan tujuan menghasilkan

banyak jawaban terhadap pertanyaan yang sama sebagai karakteristik dari kreatifitas. Wolkflok

(2004: 21) menegaskan bahwa berpikir divergen adalah kemampuan untuk mengusulkan bayak

ide atau jawaban yang berbeda. Selanjutnya Sattler seperti yang dikutip Woolflok bahwa ciri

siswa yang memiliki gaya berpikir divergen adalah mereka memiliki rasa ingin tahu, konsentrasi

tinggi, adaptibilitas, memiliki energy yang tinggi, humoris, independensi, memiliki ketertarikan

pada hal-hal kompleks dan misterius, tidak menoleransi kebosanan

dan inventiveness. Selanjutnya Nevid (2012: 235) mengemukakan bahwa berpikir divergen

adalah “the wellspring of invention; it is the ability to conceive of new ways of viewing situations

and new uses for familiar object.” Menurutnya berpikir divergen adalah sumber penemuan,

individu yang berpikir divergen memiliki kemampuan untuk memahami dan melihat situasi

dalam cara yang berbeda pada objek yang dikenal.

Menurut Eggen & Kauchak (2007: 150); Cohean & Swerdlik (2010: 342); Kauffman, Plucker

dan Baer (2008: 18), bahwa berpikir divergen memiliki empat dimensi yakni: kefasihan

(fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak ide-ide yang relevan dengan masalah,

fleksibilitas (flexibility) adalah kemampuan untuk menghasilkan perspektif baru dari berbagai

sudut pandang, orisinalitas (originality) adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan

berbeda, tidak seperti yang dipikirkan orang lain, elaborasi (elaboration) kemampuan

menambahkan aneka kekayaan atau sebuah detail dalam penjelasan lisan atau tampilan

bergambar. Sebagai contoh, jika seseorang sedang merencanakan acara sosial di sebuah restoran

untuk merayakan acara khusus, dia mungkin membuat banyak daftar lokasi restoran yang

mungkin bisa dijadikan rujukan (kefasihan tinggi), daftar yang mencakup restoran yang tidak

diketahui dan tidak pernah dipikirkan oleh teman-temannya (orisinalitas tinggi), daftar dengan

berbagai jenis restoran (fleksibilitas yang tinggi), daftar restoran tersebut tidak hanya berada

dalam satu wilayah tetapi mungkin berada di daerah (elaborasi tinggi).

METODE

Penelitian ini bertujuan mengkaji keterkaitan antara konsep teoritis pendekatan

pembelajaran saintifik, dan gaya berpikir divergen dihubungkan dengan interaksi guru dan siswa

Page 20: GRAFIK

dalam pembelajaran, sehingga metode penelitian yang digunakan adalah kajian pustaka. Dalam

tulisan ini penulis menganalisis sekaligus mengkomparasi kajian tentang pendekatan

saintifik atau metode ilmiah dari beberapa ahli dengan berbagai macam tahapan yang berbeda

untuk disintesis sehingga dihasilkan satu tahapan yang merupakan kolaborasi dari beberapa

pendapat yang nantinya menjadi konsep tersendiri.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Belajar merupakan sebuah proses mental yang kompleks, dimana didalamnya terjadi perubahan

perilaku individu berdasarkan pengalaman dan cenderung bertahan lama. Perubahan perilaku

dapat diartikan sebagai pemerolehan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan perilaku

dari individu tersebut harus bisa terukur untuk memastikan adanya perubahan “perilaku belajar”

dan bukan perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan fisik. Perubahan perilaku dalam

disposisi manusia atau kapabilitas yang berlangsung selama satu masa waktu tersebut tidak

semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan. Perubahan yang terjadi adalah berupa

perubahan tingkah laku denganinferensi sebelum individu ditempatkan dalam situasi belajar.

Ada dua kata kunci dari konsep yang telah dikemukakan di atas yakni bahwa belajar

membutuhkan pengalaman langsung oleh individu yang mengalami belajar dan adanya

perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses pembelajaran. Oleh karena itu pendekatan

pembelajaran yang harusnya dipilih oleh guru dalam mengajar adalah pendekatan yang

berorientasi pada siswa (student- center).

Pendekatan pembelajaran dipandang sebagai titik awal dalam merencanakan sebuah

proses pembelajaran secara umum yang dilandasi teori pembelajaran dengan melibatkan

seperangkat asumsi serta karakteristik kondisi pembelajaran. Ketepatan dalam memilih

pendekatan yang sesuai dapat memberikan arah yang jelas terhadap proses pengajaran.

Disamping itu, guru dapat merancang dan menetapkan aturan atau prinsip umum sehingga

pembelajaran berjalan sesuai yang diinginkan. Pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi

antara guru, siswa, lingkungan belajar serta konten pembelajaran. Oleh karena itu guru sebagai

fasilitator seyogyanya memiliki upaya yang lebih komprehensif dalam rangka menciptakan

lingkungan belajar yang sebaik-baiknya bagi siswa. Pemilihan pendekatan pembelajaran yang

tepat tidak sekedar memberikan arah yang jelas terhadap proses pengajaran tetapi juga dapat

menjamin pembelajaran menunjukkan hasil seperti yang diinginkan. Pembelajaran yang baik

adalah pembelajaran dapat mengantarkan siswa pada kebiasaan melakukan strategi-strategi,

nilai-nilai, sikap dan keterampilan seperti mengobservasi, mengumpulkan dan mengolah data,

mengidentifikasi dan mengontrol variabel, merumuskan dan menguji hipotesis, serta menarik

kesimpulan. Kegiatan pembelajaran yang demikian dapat menciptakan pembelajaran yang lebih

Page 21: GRAFIK

aktif, kolaboratif, serta membiasakan siswa untuk menyelesaikan masalah dengan beragam

solusi.

Berpikir divergen adalah kemampuan seseorang dalam merespon dan mengeksplorasi informasi

dengan menghasilkan berbagai solusi jawaban dalam menyelesaikan suatu masalah, ciri orang

yang memiliki gaya berpikir seperti ini adalah memiliki rasa ingin tahu, konsentrasi tinggi,

mudah beradaptasi, selalu bersemangat, kelihatan ceria, percaya diri, tertarik pada hal yang

kompleks dan misterius, tidak menoleransi kebosanan dan berdaya cipta (kreatif). Dalam

pembelajaran kadang-kadang siswa dituntut untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan

mensintesis seperti menunjukkan kemampuan untuk merakit bagian-bagian menjadi satu

kesatuan yang baru, merumuskan hipotesis baru atau rencana aksi, dan membangun solusi untuk

masalah yang tidak diketahui. Banyak proses sintesis melibatkan berpikir divergen yang

memiliki kemampuan melakukan eksplorasi ke berbagai arah. Iindividu dengan gaya berpikir

divergen memiliki dua kecenderungan berpikir yakni mereka lebih suka melibatkan diri

sepenuhnya dalam suatu pengalaman baru (concrete experience), dan mereka lebih suka

mengobservasi dan merefleksi atau memikirkan pengalamannya dari berbagai segi (reflection

observation).

Langkah-langkah pendekatan pembelajaran saintifik divisualisasikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Langkah-langkah pendekatan pembelajaran saintifik

Sintaks model interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran saintifik diperlihatkan pada

Tabel 1.

Page 23: GRAFIK

KESIMPULAN

Pembejaran dengan pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang mengacu pada proses

pemerolehan pengetahuan, keterampilan dan sikap berdasarkan metode ilmiah. Dengan kata lain

bahwa siswa diarahkan untuk mengkonstruksi atau menemukan sendiri pengetahuannya.

Pendekatan saintifik dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, membuat hipotesis, dan

melakukan penyelidikan yang berhubungan dengan permasalahan. Kata kunci dalam melakukan

proses penyelidikan adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang signifikan, membentuk

perilaku yang diarahkan pada sikap ilmiah dengan menggunakan metode-metode tertentu, dalam

melakukan penyeledikan terkait permasalahan yang diajukan dibutuhkan kreativitas tinggi dalam

mengeksplorasi lingkungan pembelajaran. Berpikir divergen sebagai kemampuan seseorang

dalam merespon dan memproses informasi untuk mengembangkan ide-ide dengan menemukan

berbagai solusi alternatif untuk menyelesaikan satu permasalahan, identik dengan ciri berpikir

kreatif. Individu yang memiliki gaya berpikir divergen akan cepat menyesuaikan diri dalam

lingkungan pembelajaran saintifik, dengan kreatifitas yang dimilikinya, Ia mampu

mengeksplorasi pembelajarannya untuk menemukan sendiri pengetahuan, namun tentu saja atas

bimbingan, arahan, dan petunjuk dari guru.