Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

64
1 | Page KEMBALINYA SANG MUMI (Indonesia version) Scan Ebook by Raynold Edited by Hanamaru

description

Goosebumps kembalinya sang mumi

Transcript of Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

Page 1: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

1 | P a g e

KEMBALINYA SANG MUMI(Indonesia version)

Scan Ebook by RaynoldEdited by Hanamaru

Page 2: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

2 | P a g e

1

-"GABE, sebentar lagi kita akan mendarat," si pramugari berkata sambilmembungkuk sedikit. "Kau dijemput di bandara?"

"Ya. Dan yang menjemputku kemungkinan besar firaun Mesir kuno," jawabku. "Tapimungkin- juga mumi tua yang mengerikan." .

Si pramugari memicingkan matanya. "Aku serius, lho," katanya. "Siapa yang akanmenjemputmu setelah kita tiba di Kairo?" .

"Pamanku, Paman Ben," aku menyahut. "Tapi. dia suka membuat lelucon konyol.Kadang-kadang dia sengaja pakai kostum yang aneh-aneh untuk menakut-nakutiku."

"Kau bilang pamanmu ilmuwan terkenal."

"Memang," aku mengakui. "Tapi dia juga agak aneh."

Si pramugari tertawa. Aku menyukainya. Aku suka rambutnya yang pirang. Dan akusuka cara dia memiringkan kepalanya ke samping sewaktu berbicara.

Namanya Nancy, dan sepanjang penerbangan dari Amerika ke Mesir dia sangat baikpadaku. Dia tahu ini pertama kali aku terbang tanpa ditemani.

-Berulang kali Nancy mendatangiku untuk menanyakan apakah aku memerlukansesuatu. Tapi dia memperlakukanku seperti orang dewasa. Dia tidak membawakanbuku gambar konyol atau pin plastik berbentuk sayap yang biasa diberikan kepadaanak-anak di dalam pesawat terbang. Dan dia terus memberiku camilan kacanggoreng, walaupun itu sebenarnya tidak boleh.

"Dalam rangka apa kau mengunjungi pamanmu?" tanyanya. "Sekadar untukberlibur?"

Aku mengangguk. "Musim panas tahun lalu aku juga ke Mesir," aku bercerita. "Asyiksekali, deh! Tapi tahun ini Paman Ben sedang meneliti piramida yang belum pernahdiselidiki. Dia menemukan makam keramat kuno, dan dia mengundangku untuk hadirwaktu makam itu dibuka."

Nancy tertawa dan memiringkan kepala. "Wah, daya khayalmu hebat juga, Gabe,"komentarnya.

Kemudian dia berpaling untuk menjawab pertanyaan penumpang lain.

Aku memang suka berkhayal. Tapi kali ini aku tidak mengada-ada. Pamanku bernamaBen Hassad. Dia arkeolog terkemuka. Sudah bertahun-tahun ia mengabdikanhidupnya untuk meneliti berbagai piramida. Aku sudah sering membaca artikel korantentang dirinya. Ia bahkan pernah masuk majalah National Geographic.

Page 3: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

3 | P a g e

Musim panas tahun lalu, aku dan orangtuaku juga berlibur ke Kairo. Aku dan Sari -anak perempuan Paman Ben - sempat mengalami petualangan seru di lorong-lorongPiramida Agung. Nanti aku bakal ketemu lagi dengan Sari, kataku dalam hati. Akumemandang ke luar jendela dan mengamati langit yang biru sekali. Moga-moga kaliini kami bisa lebih akur dari tahun lalu.

Sebenarnya Sari dan aku cukup kompak, hanya saja dia selalu tak mau kalah! Selalumau jadi pemenang, yang terkuat, yang terpintar, dan yang terbaik. Setahuku dia satu-satunya gadis tiga belas tahun yang bisa mengubah acara sarapan jadi perlombaan!

"Awak pesawat dipersilakan bersiap-siap menghadapi pendaratan," terdengar suarapilot melalui pengeras suara.

Aku langsung duduk tegak,supaya bisa melihat lebih jelas lewat jendela. Ketikapesawat mulai turun aku bisa melihat kota Kairo di bawah kami.

Sebuah pita biru tampak meliuk-liuk membelah kota. Aku langsung tahu, itu SungaiNil. Kota Kairo membentang dari tepi sungai. Aku mengintip ke luar, dan melihatgedung-gedung pencakar langit yang terbuat dari kaca serta mesjid-mesjid berkubah.Jauh di pinggir kota kulihat hamparan gurun. Pasir kuning tampak membentangsampai ke cakrawala.

Mendadak aku agak gelisah. Piramida-piramida itu ada di gurun sana. Satu atau duahari lagi aku bakal masuk ke salah satunya, mengikuti pamanku ke sebuah makamyang tak pernah dibuka selama ribuan tahun.

Apa yang akan kami temukan di sana?

Aku mengeluarkan tangan mumi mungil dari saku T-shirtku. Tangan itu kecil sekalikira-kira seukuran tangan anak-anak. Aku membelinya waktu ada obral barang bekas.Harganya cuma dua dolar. Anak yang menjualnya bilang tangan itu dinamakan"Pemanggil". Katanya, tangan itu bisa memanggil roh-roh jahat yang sudah tua sekali.

Kelihatannya memang seperti tangan mumi. Jari-jemarinya dibalut kain kasa yangsudah kotor, dan di sela-sela kain terlihat tar berwarna hitam.

Tadinya aku yakin tangan. itu palsu, dan terbuat dari karet atau plastik. Aku samasekali tidak percaya tangan itu berasal dari mumi sungguhan.

Tapi musim panas tahun lalu, tangan itu ternyata menyelamatkan nyawa kami semua.Anak yang menjualnya tidak bohong. Tangan itu benar-benar bisa menghidupkanmumi-mumi! Hebat, bukan?

Orangtuaku dan teman-temanku di rumah tentu saja tidak percaya waktu mendengarceritaku. Dan mereka juga tidak percaya bahwa Pemanggil-ku memang ampuh.Mereka bilang, tangan itu cuma mainan yang dibuat sebagai cenderamata.Kemungkinan besar dibuat di Taiwan.

Tapi sejak itu, aku selalu membawanya ke mana pun aku pergi. Tangan itu kuanggapsebagai jimatku. Tapi itu tidak berarti aku percaya takhayul.

Page 4: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

4 | P a g e

Aku tidak percaya bahwa kucing hitam membawa sial dan sebagainya. Angkakeberuntunganku saja tiga belas.

Tapi aku yakin benar bahwa tangan mumi yang mungil itu bisa melindungiku darimarabahaya.

Anehnya, tangan mumi itu selalu terasa hangat. Kalau dipegang-pegang, rasanyabukan seperti terbuat dari plastik. Tangan itu hangat, persis seperti tangan manusia. .

Sebelum berangkat, aku sempat kalang kabut waktu orangtuaku memasukkan barang-barangku ke dalam koper. Aku tidak tahu tangan mumi-ku ada di mana. Dan tanpatangan mumi itu, aku tidak mungkin berangkat ke Mesir!

Aku lega sekali ketika akhirnya menemukannya. Ternyata tangan itu terselip dikantong belakang celana jeans-ku yang baru mau dicuci. Kini, ketika pesawat kamihendak mendarat aku merogoh saku T-shirt-ku untuk meraih tangan itu.

Aku mengeluarkannya-dan memekik tertahan. Tangan itu dingin sekali. Sedingin es!

-2

-KENAPA tangan mumi itu mendadak dingin membeku?

Mungkinkah. itu suatu pertanda buruk? Semacam peringatan bagiku?

Mungkinkah ada bahaya yang sedang menantiku?

Aku tidak sempat memikirkannya lebih lanjut. Pesawat kami sudah menuju keterminal bandara. Para penumpang segera berdiri untuk mengambil barang bawaanmasing-masing, lalu mulai mengantre di gang.

Tangan mumi-ku kuselipkan ke kantong celana Jeans-ku. Kemudian aku meraihranselku dan berjalan ke pintu depan. Aku berpamitan pada Nancy dan mengucapkanterima kasih untuk semua camilan yang dihadiahkannya selama penerbangan. Setelahitu aku mengikuti para penumpang lain melewati belalai terminal yang landai, masukke gedung terminal.

Uih, ternyata ramai sekali!

Dan sepertinya semua orang sedang terburu-buru. Mereka saling menabrak danmendesak-desak. Aku melihat pria-pria dengan setelan jas berwarna gelap. Wanita-wanita dengan jubah longgar, wajah tersembunyi di balik cadar. Gadis-gadis remajadengan T-shirt dan celana jeans. Sekelompok pria bertampang serius, dengan .bajusutra putih yang mirip piyama. Sebuah keluarga dengan tiga anak kecil, dan ketiga-tiganya sedang merengek dan menangis.

Tiba-tiba aku mulai waswas. Bagaimana aku bisa menemukan Paman Ben di tengahkeramaian seperti ini?

Page 5: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

5 | P a g e

Ranselku seakan-akan bertambah berat. Dengan kalut aku memandang ke sanakemari. Aku dikelilingi suara-suara asing, dan semuanya bicara begitu keras. Darisekian banyak orang, tak seorang pun yang berbahasa Inggris.

"Aduh!" aku memekik ketika ditabrak dari samping.

Aku menoleh, dan melihat seorang wanita yang sedang mendorong kereta barang.

Tenang saja, Gabe, kataku dalam hati. Tenang saja.

Paman Ben pasti ada di sini. Dia pasti sedang mencarimu. Pokoknya, tenang saja, deh.

Tapi bagaimana kalau pamanku lupa bahwa aku mau datang? aku bertanya-tanya.Bagaimana kalau dia keliru mengingat tanggal kedatanganku? Atau bagaimana kalaudia begitu sibuk di dalam piramida sehingga lupa waktu?

Asal tahu saja, aku memang cepat kuatir.

Dan saat ini kekuatiranku berlipat ganda!

Kalau Paman Ben tidak ada di sini, aku akan cari te1epon umum dan menelepon dia!pikirku.

Ya, coba saja.

-Dalam hati aku membayangkan diriku berkata, "Pak Operator, tolong sambungkandengan paman saya di piramida, ya?"

Rasanya takkan berhasil.

Aku tidak tahu nomor telepon Paman Ben. Aku bahkan tidak tahu apakah dia punyatelepon di tempat tinggalnya. Aku cuma ingat bahwa dia tinggal di dalam tenda didekat piramida yang sedang ditelitinya.

Aku semakin bingung. Sambil berharap-harap cemas, aku mengamati kerumunanorang yang memadati Terminal Kedatangan. Aku sudah mulai panik ketika seoranglaki-laki berbadan besar menghampiriku.

Wajahnya tidak kelihatan. Dia mengenakan jubah bertudung yang panjang danberwarna putih, pakaian khas Mesir. Wajahnya tersembunyi di balik kerudung itu.

"Taksi?" ia bertanya dengan suara melengking tinggi. "Taksi? Taksi Amerika?"

Aku langsung tergelak. "Paman Ben!" aku memekik dengan gembira.

"Taksi? Taksi Amerika? Mau pakai taksi?" orang itu terus bertanya.

"Paman Ben! Oh, untung saja kita bisa ketemu!" aku berseru. Tanpa pikir panjang akumerangkulnya dan mendekapnya erat-erat. Lalu, sambil menertawakan samarannyayang konyol, aku meraih ke atas dan menarik tudungnya ke belakang.

Page 6: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

6 | P a g e

Laki-laki di balik tudung itu ternyata berkepala botak dan berkumis tebal. Diamenatapku sambil mendelik.

-Dia bukan Paman Ben! Aku belum pernah melihatnya!

-3

-"GABE! Gabe! Sebelah. sini!"

Seseorang memanggil-manggil namaku. Aku mengintip dari. samping laki-laki yangsedang melototiku itu, dan melihat Paman Ben dan Sari berdiri di depan mejainformasi. Mereka melambaikan tangan padaku.

Wajah laki-laki di hadapanku merah padam, lalu dia marah-marah dalam bahasaArab. Aku tidak mengerti yang dikatakannya. Untung saja. Kemudian diamengenakan tudungnya kembali, sambil terus menggerutu.

"Maaf!" seruku, lalu cepat-cepat melewatinya dan bergegas ke arah Paman Ben dansepupuku.

Paman Ben menyalamiku dan berkata, "Selamat datang di Kairo, Gabe." Diamemakai kaus polo putih berlengan pendek dan celana baggy. .

Sari memakai jeans belel yang kakinya dipotong serta kaus oblong berwarna hijaumenyala. Belum apa-apa dia sudah menertawakanku. Gawat. "Temanmu, ya?" diamengolok-olokku sambil memandang ke arah laki-laki tadi.

"Aku-aku keliru," aku mengakui. Aku menoleh ke belakang.. Laki-laki itu masihmelotot.

-"Masa sih kaupikir dia Daddy?" tanya Sari.

Aku bergumam tak jelas. Sari dan aku sebaya. Tapi kini dia satu inci lebih tinggidariku. Dan rambutnya yang hitam dibiarkan tumbuh panjang, dan dikepang.

Matanya yang besar dan gelap tampak berbinar-binar. Dia memang paling senangmengolok-olokku.

Kami menuju ke tempat pengambilan koper, dan aku bercerita mengenaipengalamanku selama penerbangan. Aku bercerita bagaimana Nancy,si pramugari,terus memberikan camilan padaku.

"Aku baru minggu lalu ke sini," sahut Sari. “Tapi aku diizinkan duduk di kelas satu.Kau tahu, di kelas satu kita diberi es krim sundae."

Tidak, aku tidak tahu. Tapi aku langsung sadar bahwa Sari belum berubah sedikit pun.Dia bersekolah di sekolah berasrama di Chicago karena Paman Ben selalu berada diMesir. Tentu saja Sari selalu memperoleh nilai A. Dan dia juga juara ski dan tenis.

Page 7: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

7 | P a g e

Kadang-kadang aku agak kasihan padanya. Ibunya meninggal ketika dia baru berusialima tahun. Dan dia ketemu ayahnya hanya saat liburan sekolah dan selama musimpanas.

Tapi ketika kami menunggu sampai koperku muncul di ban berjalan, aku sama sekalitidak kasihan padanya. Dia sibuk menggembar-gemborkan bahwa piramida ini duakali lebih besar dari piramida yang kukunjungi tahun lalu. Dia sudah dua kali masukke dalamnya, dan dia menawarkan untuk mengantarku berkeliling-kalau aku berani.

-Akhirnya koper biruku yang penuh sesak muncul juga. Aku menyeretnya dari banberjalan dan menurunkannya ke lantai. Beratnya minta ampun!

Aku mencoba mengangkatnya, tapi koper itu nyaris tak bergerak.

Sari langsung mendorongku ke samping. "Biar aku saja," katanya. Dia meraihpegangan koper, mengangkat koperku dari lantai, lalu mulai menghampiri pintukeluar.

"Hei-!" seruku. Dasar tukang pamer!

Paman - Ben menatapku sambil nyengir. "Rupanya Sari sering latihan angkat besi,"katanya. Dia memegang pundakku dan menggiringku ke pintu.

"Ayo, kita ke mobil saja."

-Ternyata Paman Ben masih memakai jip yang sama seperti tahun lalu. Koperkusegera dinaikkan ke bangku belakang, dan kemudian kami berangkat ke kota."Belakangan ini panasnya minta ampun kalau siang," ujar Paman Ben sambilmenyeka keningnya dengan saputangan. "Baru setelah malam udara mulai sejuk."

Lalu lintas merayap perlahan. Suara klakson terdengar dari segala arah. Parapengemudi terus menekan klakson, tak peduli apakah mereka sedang maju atauberhenti. Kebisingannya terasa mekakkan telinga.

"Nanti saja," jawab Paman Ben ketika aku bertanya apakah kita akan mampir' dulu diKairo.

"Kita langsung saja ke AL-Jizah. Kami berkemah di depan piramida di sana, supayajangan jauh-jauh dari tempat kerja."

-"Mudah-mudahan kau tidak lupa bawa semprotan nyamuk," Sari berkomentar."Nyamuk di sana sebesar kodok- lho."

“Jangan mengada-ada," Paman Ben menegurnya. "Gabe tidak takut,nyamuk-ya, kan?"

"Ah, kalau cuma nyamuk, sih...," aku bergumam pelan-pelan.

"Kalau kalajengking?" Sari langsung bertanya lagi.

Page 8: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

8 | P a g e

Lalu lintas mulai lebih lancar setelah kami meninggalkan kota dan menuju ke gurunpasir, yang kuning tampak berkilau-kilau. di bawah sinar matahari sore yang terik.Panasnya minta ampun ketika jip kami. melaju menyusuri jalan dua arah yang sempit.

Tidak lama kemudian sebuah piramida mulai kelihatan. Aku menahan napas. Musimpanas lalu aku memang sudah mengunjungi beberapa piramida, namun pemandangantersebut tetap saja menakjubkan.

"Aku belum juga bisa percaya bahwa umur piramida-piramida itu sudah lebih dariempat ribu tahun!" seruku.

"Yeah. Bayangkan saja, aku pun kalah tua!" Paman berkelakar. Tapi kemudian -roman mukanya jadi serius. "Setiap kali aku berdiri di hadapan piramida, aku selaludiliputi perasaan bangga, Gabe," mengakuinya. "Leluhur kita ternyata cukup cerdasdan terampil untuk membangun keajaiban seperti ini."

Paman Ben benar. Piramida mempunyai tempat khusus di hatiku, sebab keluargakumemang berasal dari sini. Kakek dan nenekku semuanya orang Mesir. Mereka pindahke Amerika Serikat sekitar tahun 1930-an. Ayah dan ibuku lahir di Michigan.

Aku sendiri merasa sebagai anak Amerika sejati. Tapi kunjungan ke tanah leluhurkutetap saja merupakan sesuatu yang istimewa.

Ketika kami mendekat, piramida itu seakan-akan bertambah tinggi di hadapan kami.Bayangannya menimbulkan segitiga gelap yang panjang pada pasir yang kuning.

Aku melihat pelataran parkir yang dipenuhi mobil dan bis wisata. Di satu sisinya adasekelompok unta-unta berpelana. Serombongan turis tampak menyebar. Ada yangmenatap piramida, ada yang sibuk mengambil foto, ada pula yang tengah berbincang-bincang dengan ramai sambil menunjuk-nunjuk.

Paman Ben membelok ke sebuah jalan kecil. Kami menjauhi rombongan turis tadi,menuju ke bagian belakang piramida. Ketika kami masuk ke bayangannya, udaramendadak terasa lebih sejuk.

"Uh, aku mau berbuat apa saja demi semangkuk es krim," Sari mengeluh, "Seumurhidup aku belum pernah kepanasan seperti sekarang."

“Jangan bicara soal panas," Paman Ben menyahut. Aku melihat keringatnya mengalirdari kening ke alisnya yang tebal. "Lebih baik kaubilang betapa seriangnya kaumelihat ayahmu setelah sekian bulan tak pernah bertemu."

Sari mengerang tertahan. "Aku bakal lebih senang lagi melihatmu, Dad, kalau kulihatkau menenteng es krim."

Paman Ben tertawa.

Seorang penjaga berseragam cokelat mencegat jip kami. Paman Ben memperlihatkankartu pengenal berwarna biru, dan si penjaga segera membiarkan kami lewat.

Page 9: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

9 | P a g e

Kami menyusuri jalan di belakang piramida sampai ke deretan tenda kanvas putih."Selamat datang di Pyramid Hilton!" Paman Ben bergurau. "Nah, itu kamar eksklusifkami." Ditunjuknya tenda terdekat.

"Tempatnya lumayan nyaman," katanya lagi sambil memarkir jipnya di sampingtenda. "Tapi layanan kamarnya payah."

"Dan kita harus berhati-hati terhadap kalajengking," Sari memberi peringatan.

Dia tak bosan-bosannya berusaha menakut-nakuti aku.

Kami menurunkan koperku. Kemudian aku diajak Paman Ben ke kaki piramida.

Para kru kamera sedang membereskan perlengkapan. Seorang laki-laki muda yangberselubung debu muncul dari pintu masuk rendah di antara dua bongkahan batu. Diamelambaikan tangan kepada pamanku, lalu bergegas ke arah tenda-tenda.

"Salah satu anak buahku," Paman Ben bergumam. Dia menunjuk ke piramida. "Nah,ini dia, Gabe. Lain sekali dengan Michigan, bukan?"

Aku mengangguk. "Luar biasa," ujarku. Dengan sebelah tangan kulindungi matakudari cahaya yang menyilaukan agar bisa melihat puncaknya.

"Aku lupa bahwa piramida bisa sebesar ini kalau dilihat langsung."

"Besok, kalian akan kuajak ke makam di dalamnya," Paman Ben berjanji. "Kaudatang pada waktu yang tepat. Sudah berbulan-bulan kami melakukan penggalian disini. Dan sekarang, akhirnya kami siap membuka segel dan masuk ke makam itu."

"Wow!" aku berseru. Sebenarnya aku tidak mau kelihatan terlalu bersemangat didepan Sari. Tapi aku tidak bisa menahan diri. Aku sudah tak sabar menunggu sampaibesok.

"Daddy bakal jadi sangat terkenal setelah masuk ke makam, bukan?" tanya Sari. Diamenepuk seekor lalat yang hinggap di lengannya. "Aduh."

"Aku akan begitu terkenal, sampai lalat-lalat pun takkan berani mengganggumu,"balas Paman Ben.

"Ngomong-ngomong, kalian tahu sebutan untuk lalat di Mesir kuno dulu?"

Sari dan aku menggelengkan kepala.

"Aku juga tidak," Paman Ben menyahut sambil nyengir lebar. Dasar tukang bercanda.Dia tak pernah kehabisan lelucon. Tiba-tiba roman mukanya berubah. "Oh ya,sebelum aku lupa, aku punya hadiah untukmu, Gabe."

"Hadiah?"

Page 10: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

10 | P a g e

"Tunggu-wah, di mana aku menyimpannya tadi?" Dia merogoh-rogoh kantongcelananya.

Sementara dia mencari-cari, aku melihat sesuatu bergerak di belakangnya. Sebuahbayangan, di pintu masuk ke piramida.

Aku memicingkan mata.

Bayangan itu bergerak. Sebuah sosok muncul sambil terseok-seok.

Pertama-tama aku menyangka aku salah lihat. Tapi kemudian aku sadar bahwa akutidak keliru.

-Sosok itu melangkah keluar dari piramida wajahnya terbungkus kain usang berwarnakuning. Begitu pula lengannya. Dan kakinya.

Aku hendak berteriak - tapi suaraku tersangkut di tenggorokkan.

Dan sementara aku berusaha menarik perhatian pamanku, mumi itu berjalan denganlengan terjulur ke depan, menghampirinya dari belakang.

-

4

-Aku melihat Sari membelalakkan mata karena ngeri. Dia memekik tertahan.

“Paman, Ben-!" aku akhirnya menjerit. "Awas! Di belakang! Ada-ada-!"

Ia menatapku dengan bingung.

Mumi itu semakin dekat. Tangannya seakan-akan hendak meraih tengkuk Paman Ben.

"Ada mumi!" aku berteriak.

Paman Ben membalikkan dan berseru kaget. "Dia bisa jalan!” Dengan jari gemetarania menunjuk mumi itu, lalu mundur selangkah. "Dia bisa jalan!"

"Ohhh!" Sari mengerang.

Aku membalik dan langsung kabur.

Tapi sekonyong-konyong mumi itu mulai tertawa. Dia menurunkan tangannya yangkuning. "Buu!" seru mumi itu, lalu terbahak-bahak.

Aku menoleh dan melihat bahwa Paman Ben juga tertawa. Matanya yang gelaptampak berbinar-binar. "Dia bisa jalan! Dia bisa jalan!" katanya sambil geleng-gelengkepala. Dengan santai Paman merangkul pundak murni itu.

Aku menatap keduanya sambil terheran-heran. Jantungku masih berdegup kencang.

Page 11: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

11 | P a g e

-"Ini John," ujar Paman Ben. Sepertinya ia benar-benar menikmati leluconnya. "Diamembuat iklan TV di sini. Iklan untuk plester baru dengan perekat 1ebih kuat." ,

"Sticky Bird Bandages," kata John. "Cocok untuk mumi Anda."

Ia dan Paman Ben kembali tertawa. Kemudian pamanku menunjuk kru kamera yangsedang menaikkan peralatan mereka ke truk kecil, "Pekerjaan mereka sebenarnyasudah selesai. Tapi John bersedia menunggu di sini untuk ikut menakut-nakutikalian."

Sari tersenyum kecut. "Ha-ha," katanya singkat. "Dad pikir begitu saja aku sudahtakut?” Lalu dia menambahkan, "Tapi kasihan Gabe, lho. Dad lihat tampangnya tadi?Dia hampir kaku karena ngeri! Aku sudah kuatir dia bakal ambruk seperti pohontumbang!"

Paman Ben dan John tertawa.

"Hei-enak saja!" aku membantah. Telingaku mulai terasa panas.

Seenaknya saja Sari menudingku. Padahal dia sendiri kaget setengah mati waktumumi itu muncul sambil terseok-seok. Dia sama takutnya seperti aku!

"Kau juga menjerit tadi!" ujarku sengit. "Aku dengar kok." .

"Aku sengaja menjerit supaya kau tambah ngeri," dalihnya. Dengan angkuh diamemindahkan kepangannya yang panjang ke belakang.

"Aku sudah ditunggu, nih," John berkata sambil menatap arlojinya. "Begitu sampai dihotel, aku langsung mencebur ke kolam renang. Aku bakal berendam selamaseminggu!" Dia melambaikan tangannya yang terbalut kain kusam, lalu bergegas ketruk kecil tadi.

Brengsek, kenapa baru sekarang aku melihat arloji di pergelangan tangannya? Akumerasa tolol sekali. "Oke," aku. berseru dengan gusar, "mulai sekarang aku takkanmau ditipu lagi!"

Pamanku tersenyum dan mengedipkan mata. "Berani taruhan?"

"Eh, bagaimana dengan hadiah Gabe?" tanya Sari. "Apa sih hadiahnya?"

Paman Ben mengeluarkan sesuatu dari kantong dan memperlihatkannya padaku.Sebuah mata kalung yang diikat tali. Terbuat dari kaca tembus pandang berwarnajingga. Mata kalungnya tampak berkilau-kilau.

Paman Ben menyerahkannya padaku. Aku memegang-megangnya dengan sebelahtangan. Permukaan mata kalung itu ternyata licin sekali. "Apa ini?" tanyaku. "Jeniskaca apa ini?'" .

Page 12: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

12 | P a g e

"Itu bukan kaca," jawab Paman Ben. "Itu sejenis batu yang dinamakan amber." Pamanmenghampiriku, ikut mengamati mata kalung itu. "Coba kauangkat, lalu perhatikanbaik-baik." .

Aku mengangkat mata kalungku, dan melihat seekor serangga besar terperangkap didalamnya.

"Kelihatannya seperti kumbang," aku berkomentar.

"Betul," ujar Paman Ben. Ia memicingkan sebelah mata agar darat melihat lebih jelas."Itu kumbang tanduk purba: Namanya scarab. Kumbang itu terperangkap empat ributahun yang lalu. Tapi kaulihat sendiri, badannya masih utuh sampai sekarang."

"Idih," kata Sari sambil meringis. Dia menepuk punggung ayahnya. "Hadiah.bagus,Dad. Kumbang mati. Pokoknya, kalau Natal nanti, jangan Daddy yang cari hadiah!"

Paman Ben tertawa, kemudian kembali berpaling padaku. "Scarab sangat penting bagiorang Mesir di zaman Firaun," katanya menjelaskan. "Mereka menganggap scarabsebagai lambang kehidupan abadi."

Aku mengamati punggung kumbang, itu, keenam kakinya yang masih utuh.

"Menurut kepercayaan mereka, orang yang memelihara scarab akan hidup selama-lamanya," pamanku melanjutkan. "Tapi orang yang digigit scarab akan matiseketika."

"Aneh," Sari bergumam.

"Bentuknya bagus juga," aku berkomentar. "Betulkah umurnya sudah empat ributahun?"

Paman Ben mengangguk. "Pakai saja sebagai kalung, Gabe. Siapa tahu sisa-sisakekuatannya masih ada."

Aku mengenakan kalung itu dan menyelipkannya ke balik T-shirt-ku. "Terima kasih,Paman," ujarku.

Paman menyeka keringat di keningnya dengan saputangan yang telah diremas-remas."Oke, sekarang kita balik dulu ke tenda. Kalian pasti mau minuman dingin, bukan?"

Kami berjalan beberapa langkah---lalu berhenti karena melihat Sari.

Seluruh tubuhnya gemetaran. Mulutnya terbuka lebar ketika dia menunjuk-nunjukdadaku.

"Sari ada apa?" seru Paman Ben.

"S-scarab itu," dia tergagap-gagap. "Dia... terlepas! Aku melihatnya!" Dia menunjukke bawah. "Itu dia!"

Page 13: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

13 | P a g e

"Hah?" Aku langsung membalik dan membungkuk untuk mencari serangga itu.

“Aduh!" aku memekik. “Betisku seperti disengat. Dan kemudian aku sadar bahwascarab itu telah menggigitku. .

-5

-AKU menahan napas. Ucapan Paman Ben,tadi masih terngiang-ngiang di telingaku.

"Orang yang memelihara scarab akan hidup selama-lamanya, Tapi orang yang digigitscarab akan mati seketika. "

Mati seketika?

"Ahhh!" aku melolong, lalu berbalik.

Dan kemudian aku melihat Sari berlutut. Dia nyengir lebar. Tangannya masih terjulurke depan.

Seketika aku sadar bahwa dia telah mencubit betisku.

Jantungku masih berdebar-debar ketika aku melihat kalungku dan menatap batuberwarna jingga itu. Scarab-nya ternyata masih terperangkap di dalam.

"Uuu-huu-hh!" aku berseru dengan jengkel. Aku kesal pada diriku sendiri.

Apakah aku akan tertipu setiap kali Paman Ben dan Sari menjailiku? Wah, kalaubegitu, liburan kali ini bakal terasa lama sekali.

Seperti yang sudah kukatakan tadi, aku menyukai sepupuku yang satu ini. Kecualikalau dia lagi sok jago dan mau menang sendiri, kami sebenarnya akur-akur saja.

Tapi sekarang aku ingin menonjoknya. Aku ingin menyemprotnya dengan kata-katapedas.

Sayangnya, aku tidak berhasil menemukan kata-kata yang cukup pedas.

"Kau keterlaluan, Sari," aku bergumam. Sambil mendongkol kalungku kuselipkanlagi ke balik T-shirt. .

-“Memang - dan kau ketipu lagi," sahutnya sambil nyengir lebar.

-Malam itu, aku berbaring di ranjang dan menatap langit-langit tenda yang rendahsambil mendengarkan suara-suara di sekelilingku. Aku mendengarkan suara anginyang berembus pelan, suara tiang-tiang tenda yang berderak-derak, suara dindingtenda yang mengepak-ngepak.

Aku menoleh, dan melihat cahaya bulan yang pucat melalui celah di pintu tenda. Akumelihat rumput kering yang tumbuh di gundukan-gundukan pasir di luar. Aku melihatbercak air pada dinding tenda di atas ranjangku.

Page 14: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

14 | P a g e

Aku takkan bisa tidur, pikirku dengan galau.

Untuk kedua puluh kali aku menepuk-nepuk bantalku yang kempis supayamengembang. Selimut wol yang kasar terasa gatal di daguku.

Aku sudah sering menginap di tempat orang lain. Tapi aku selalu tidur di dalamruangan tertutup. Bukan di tengah gurun pasir yang luas, di dalam tenda kecil yangmengepak-ngepak dan berderak-derak.

-Aku bukannya takut. Pamanku tidur mendengkur di ranjangnya, yang berjarakbeberapa meter -aja dari ranjangku.

Aku cuma tidak bisa tidur.

Aku mendengar daun-daun palem di luar berdesir-desir. Aku mendengar bunyi banmobil-mobil yang berjarak puluhan kilometer dari tendaku.

Dan aku juga mendengar detak jantung ketika ada sesuatu yang bergerak di dadaku.

Aku langsung merasakan gerakan itu.

Rasanya seperti digelitik.

Hanya ada satu jawaban. Scarab di dalam mata kalungku sedang menggeliat-geliat.

Kali ini bukan lelucon.

Bukan lelucon. Binatang itu benar-benar bergerak.

Aku meraba-raba dalam kegelapan dan menyingkirkan selimut. Kemudian kuangkatkalungku menentang cahaya bulan, Aku melihat kumbang gendut yang terperangkapdi dalamnya.

"Kamu bergerak, ya?" bisikku. "Kamu habis menggerak-gerakkan kakimu?"

Tiba-tiba aku malu sendiri. Kenapa aku sampai berbisik-bisik kepada seranggaberumur empat ribu tahun? Kenapa aku bisa menyangka bahwa dia masih hidup?

Sambil menggerutu dalam hati kukembalikan kalungku ke balik baju tidurku.

Sama sekali tak terbayang olehku bahwa tak lama lagi kalung itu akan menjadi sangatpenting untukku.

Sama sekali tak terbayang olehku bahwa kalung -itu menyimpan rahasia yang akanmenyelamatkan nyawaku-atau mencabutnya.

-6

Page 15: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

15 | P a g e

-UDARA di tendaku sudah panas ketika aku, terbangun keesokan paginya. Sinarmatahari yang terang benderang masuk lewat pintu tenda yang terbuka lebar. Sambilmemicing karena si1au- aku menggosok-gosok mata dan meregangkan badan.

Punggungku pegal. Ranjangku ternyata keras sekali!

Tapi aku terlalu bersemangat untuk mengkhawatirkan punggungku. Pagi ini aku akanmasuk ke dalam piramida, ke pintu makam tua di tengah-tengahnya.

Cepat-cepat aku mengenakan T-shirt bersih serta jelana jeans yang kemarin kupakai.Kemudian kuatur letak kalung di balik T-shirt-ku, dan menyelipkan tangan mumikuke kantong belakang celana.

Kalung dan tangan mumi ini sudah cukup melindungiku, kataku dalam hati. Takmungkin terjadi apa-apa.

Setelah menyisir rambut, aku memakai topi kebanggaanku yang berlambangMichigan Wolverines, lalu bergegas ke tenda mes untuk ikut sarapan.

-Matahari seakan-akan melayang di atas pohon-pohon palem di kejauhan. Hamparanpasir yang membentang sampai ke cakrawala tampak berkilau-kilau. Aku menariknapas dalam-dalam untuk menghirup udara segar.

Uh. Rupanya ada kawanan unta di sekitar perkemahan, aku menyadari. Udaranyatidak bisa disebut segar.

Sari dan Paman Ben ternyata sudah mulai sarapan. Mereka duduk di meja panjang ditenda mes. Seperti kemarin, Paman Ben mengenakan celana baggy dan kaus putih.Tapi pagi ini sudah ada noda kopi di bagian dadanya.

Rambut Sari yang hitam dan panjang disisir ke belakang dan dikuncir. Dia memakaicelana tenis serta kaus oblong berwarna merah cerah.

Mereka menyapaku ketika aku memasuki tenda. Aku menuang segelas air jeruk danmengisi mangkukku dengan raisin bran, berhubung tidak ada Frosted Flakes.

Tiga anak buah Paman Ben sedang makan di ujung meja. Mereka asyikmembicarakan pekerjaan mereka. "Hari ini kita bakal masuk," aku mendengar salahsatu dari mereka berkata.

"Mungkin perlu waktu berhari-hari untuk membongkar segel di pintu makam,"seorang wanita muda berkomentar. -.

Aku mengambil tempat di samping Sari. "Tolong ceritakan semuanya tentang makamitu," aku berkata kepada Paman Ben. "Makam siapa sih itu? Siapa yang dimakamkandi situ?"

Pamanku tertawa. "Kalau boleh, aku ingin mengucapkan selamat pagi dulu sebelummulai berceramah."

Page 16: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

16 | P a g e

Sari mengintip ke mangkukku. "Eh, coba lihat, nih," dia berkata sambil menunjuk."Aku dapat lebih banyak kismis daripada kau!"

Aku kan sudah bilang, dia bisa mengubah acara sarapan jadi perlombaan!

"Ya, tapi aku dapat lebih banyak daging buah dalam air jerukku," aku membalas.

Aku cuma bercanda, tapi dia langsung memperhatikan gelasnya untuk memastikan.

Paman Ben menyeka mulut dengan tisu, lalu menghirup kopi. "Kalau aku tidaksalah," Paman mulai bercerita, "makam yang kami temukan adalah makam seorangpangeran. Dia masih sepupu Raja Tutankhamen."

"Raja Tut, maksudnya," Sari menyela.

"Aku tahu!" balasku ketus.

"Makam Raja Tut ditemukan tahun 1922," Paman Ben melanjutkan. "Makamnyayang luas sebagian besar berisi harta firaun itu. Temuan tersebut adalah temuanarkeologi paling menakjubkan abad ini." Senyumnya terkembang. "Sampai sekarang."

"Jadi temuan Paman akan lebih menakjubkan lagi?" tanyaku. Aku sama sekali belummenyentuh makananku. Seluruh perhatianku terfokus pada cerita Paman Ben.

Paman mengangkat bahu. "Tak seorang pun bisa memastikan apa yang terdapat dibalik pintu makam itu, Gabe. Kita terpaksa menunggu sampai pintunya berhasildibuka. Tapi aku punya firasat bagus. Kurasa makam ini -makam Pangeran Khor-Ru.Dia sepupu sang firaun. Dan konon hartanya tak kalah banyak."

"Dan menurut Daddy, semua mahkota dan permata dan harta Pangeran Khor-Ru iniikut dikubur bersama dia?" tanya Sari.

Paman Ben menghabiskan kopinya, lalu menggeser cangkir yang telah kosong itu."Siapa tahu?" ujarnya. "Bisa jadi kita akan menemukan harta karun di sana: Tapimungkin juga ruangan itu tak berisi apa-apa."

"Bagaimana mungkin?" aku menyanggah. "Mana ada makam kosong di sebuahpiramida?"

"Penjahat," jelas Paman Ben sambil mengerutkan kening. "Jangan lupa, PangeranKhor-Ru dimakamkan sekitar 1300 SM. Dalam abad-abad sesudah itu, tidak sedikitmakam kuno dibongkar penjahat, yang lalu menjarah semua harta yang merekatemukan di sana."

Paman bangkit dan menghela napas. "Bukan tidak mungkin jerih payah kita selamaberbulan-bulan tidak membuahkan hasil apa pun selain ruangan kosong. "

"Tidak mungkin!" seruku dengan berapi-api. "Aku yakin kita bakal menemukanmumi sang pangeran di sana. Dan permata-permata bernilai jutaan dolar!"

Page 17: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

17 | P a g e

Paman Ben menatapku sambil tersenyum. "Sudahlah, jangan bicara terus," katanya."Habiskan dulu sarapanmu, supaya kita bisa segera mulai bekerja."

Tidak lama setelah itu Sari dan aku meninggalkan tenda mes bersama Paman Ben. Iamelambaikan tangan kepada dua anak muda yang baru keluar dari tenda perlengkapansambil membawa alat-alat gali. Kemudian ia menghampiri mereka untukmembicarakan sesuatu.

Sari dan aku menunggu. Dia berpaling kepadaku, dan roman mukanya tampak serius."Eh, Gabe," katanya pelan-pelan, "sori kalau aku menyebalkan selama ini."

"Kau? Menyebalkan?" aku menyahut dengan nada menyindir.

Dia tidak tertawa. "Aku agak kuatir;" dia memberitahuku. "Tentang Daddy."

"Ada apa, sih?" tanyaku. "Ayahmu sehat-sehat saja, kan? Dia kelihatan rianggembira,"

"Justru itu yang membuatku kuatir," bisik Sari. "Daddy terlalu. riang gembira danbersemangat. Dia yakin temuan ini bakal membuatnya terkenal."

"Terus?" aku kembali bertanya.

"Bagaimana kalau ternyata cuma ada ruangan kosong?" balas Sari. Dia menoleh danmemperhatikan ayahnya. "Bagaimana kalau makam itu sudah dijarah penjahat? Ataumalah bukan makam si pangeran? Bagaimana kalau Dad membongkar segel,membuka pintu dan cuma menemukan ruangan berdebu yang penuh ular?"

Dia menarik napas panjang. "Dad pasti akan patah semangat. Seluruh tenaga danpikirannya dicurahkan pada proyek ini. Aku tidak tahu apakah ia sanggup menahankekecewaan yang mungkin bakal dialaminya."

"Kenapa kau jadi pesimis begini, sih?" sahutku. "Bagaimana kalau-"

-Aku mendadak terdiam, karena Paman Ben sudah kembali berjalan ke arah kami."Ayo, kita masuk saja," katanya penuh semangat. "Menurut para pekerja, kita sudahdekat sekali ke pintu ruang makam."

Paman merangkul Sari dan aku, lalu menggiring kami memasuki piramida.

Udara langsung terasa lebih sejuk ketika kami melangkah ke bayangan bangunanraksasa itu.

Aku melihat pintu masuk yang rendah di kaki dinding belakang. Pintunya kecil sekali,sehingga kami terpaksa mengantre. Aku mengintip ke dalam lubang yang sempit itu,dan melihat bahwa terowongan di baliknya menurun curam.

Moga-moga aku tidak terpeleset nanti, pikirku waswas. Dalam hati akumembayangkan diriku jatuh ke lubang gelap tanpa dasar.

Page 18: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

18 | P a g e

Yang paling penting, aku jangan sampai jatuh di depan Sari. Soalnya aku yakin,sampai kapan pun dia akan terus mengungkit-ungkit kejadian itu.

Paman Ben menyerahkan helm proyek berwarna kuning kepada Sari dan aku.Masing-masing helm dilengkapi lampu senter, seperti helm yang dipakai di tambangbatubara. "Kalian harus terus mengikuti aku," ia berpesan. "Aku masih ingat musimpanas tahun lalu, kalian memisahkan diri dari rombongan dan membuat repot semuaorang."

"Ka-kami takkan merepotkan Paman," aku tergagap-gagap. Sebenarnya aku malujuga karena ketahuan gugup, tapi bagaimana lagi? Suaraku tidak mau diajak bekerjasama.

Aku melirik ke arah Sari. Dia sedang mengatur letak helmnya, Dia tampak tenang danpenuh percaya diri,

"Aku akan berjalan di depan," ujar Paman Ben.

Ia menarik tali pengikat helmnya ke bawah dagu. Kemudian berbalik hendakmemasuki terowongan. Tapi sebuah teriakan melengking membuat kami Semuaberhenti mendadak dan menoleh ke belakang.

''Jangan! Tunggu! Jangan masuk!"

-7

SEORANG wanita muda bergegas melintasi lapangan di muka piramida. Rambutnyayang hitam dan panjang melambai-lambai tertiup angin. Ia membawa tas kerjaberwarna cokelat. Kameranya, yang dikalungkannya di leher, tampak berayun-ayun.

Ia berhenti di depan kami dan tersenyum kepada Paman Ben. "Doktor Hassad?" iabertanya sambil tersengal-sengal.

Pamanku mengangguk. "Ya?" Ia menunggu sampai napas wanita itu kembali normal.

Wow, ia cantik sekali, aku berkata dalam hati. Rambutnya hitam, panjang, lurus danberkilau-kilau. Beberapa helai terurai di keningnya. Matanya berwarna hijau, dan akubelum pernah melihat mata seindah itu.

Pakaiannya serba putih-jas putih dan blus putih dan celana panjang putih. Orangnyatermasuk pendek, hanya satu atau dua inci lebih tinggi dari Sari. Ia pasti bintang filmatau sebangsanya, pikirku.

Ia meletakkan tas kerjanya di pasir, lalu menyibakkan rambutnya ke belakang. "Maaf,saya berteriak-teriak tadi, Doktor Hassad," ia berkata kepada pamanku, "tapi sayamemang perlu bicara dengan Anda. Saya takut Anda keburu masuk ke dalampiramida sebelum saya sempat menemui Anda."

Paman Ben menatapnya sambil mengerutkan kening. "Bagaimana Anda bisamelewati pos jaga?"

Page 19: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

19 | P a g e

Paman bertanya sambil melepaskan helm proyeknya."

"Saya menunjukkan kartu pers saya,” Jawab wanita itu. "Saya wartawati Cairo Sun.Nama saya Nila Rahmad. Saya berharap-"

"Nila?" Paman Ben memotong. "Nama yang indah."

Wanita itu tersenyum. ''Ya. Ibu saya mengambil nama saya dari SungaiKehidupan.Sungai Nil."

"Hmm, indah sekali," ujar Paman Ben. Matanya berbinar-binar. "Tapi untuksementara saya belum bisa mengizinkan wartawan mana pun meliput pekerjaan kamidi sini."

Nila mengerutkan kening dan menggigit bibir.

"Beberapa hari lalu saya sempat berbicara dengan Doktor Fielding," katanya.

Pamanku langsung membelalakkan mata. "Oh, ya?"

"Doktor Fielding memberi izin kepada saya untuk menulis tentang temuan Anda,"Nila berkeras sambil menatap pamanku.

"Hmm, sejauh ini kami belum menemukan apa-apa!" Paman Ben menyahut denganketus. "Mungkin bahkan tidak ada apa-apa untuk ditemukan."

"Informasi yang saya terima dari Doktor Fielding berbeda," balas Nila. "Ia tampakyakin bahwa temuan Anda akan menggemparkan dunia."

-Paman Ben tertawa. "Rekan saya itu kadang-kadang terbawa semangatnya sendiridan terlalu banyak bicara," katanya kepada Nila.

Wanita itu menatap pamanku dengan pandangan memohon. "Bolehkah saya ikutmasuk ke dalam piramida bersama Anda?" Ia melirik Sari dan aku.

"Sepertinya Anda sudah punya tamu lain."

"Putri saya, Sari, dan keponakan saya, Gabe,"

Paman Ben memperkenalkan kami.

"Izinkan saya ikut bersama mereka," Nila mendesak. "Saya berjanji takkan menulissepatah kata pun tanpa persetujuan Anda."

Paman Ben menggaruk-garuk dagu. Ia kembali memasang helm. "Dan jangan ambilfoto," gumamnya.

"Apakah ini berarti bahwa saya boleh ikut?" Nila bertanya penuh harap.

Page 20: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

20 | P a g e

Paman Ben mengangguk. "Sebagai pengamat."

Paman berusaha menampilkan diri sebagai orang yang keras. Tapi aku langsung tahubahwa ia menyukai wanita itu.

Nila tersenyum hangat, "Terima kasih, Doktor Hassad."

Paman Ben meraih ke dalam kotak penyimpan dan menyerahkan helm proyek kepadaNila. "Jangan berharap terlalu banyak. Takkan ada temuan menakjubkan hari ini. Tapikami sudah mulai dekat."

Nila mengenakan helmnya, lalu berpaling kepada Sari dan aku. "Kalian juga barupertama kali masuk ke dalam piramida ini?" ia bertanya.

"Oh, tidak. Saya sudah tiga kali masuk," ujar Sari sambil membusungkan dada."Pokoknya seru sekali."

"Saya baru tiba kemarin," kataku. "Jadi ini memang pertama kali saya-"

Aku terdiam ketika melihat roman muka Nila mendadak berubah.

Kenapa ia menatapku seperti itu?

Aku menunduk dan menyadari bahwa ia menatap kalungku. Ia sampai terbengong-bengong.

"Oh! Tidak mungkin! Tidak mungkin! Ini betul-betul aneh!" serunya.

-8

-“A-ADA apa?" aku tergagap-gagap.

"Kita kembar!" Nila berseru. Ia meraih ke balik jasnya, dan mengeluarkan kalungyang melingkar di lehernya.

Mata kalungnya terbuat dari batu transparan berwarna jingga, dan bentuknya persisseperti mata kalungku.

"Wah, kok bisa sama, ya?" ujar Paman Ben.

Nila meraih mata kalungku dan membungkuk untuk memeriksanya. "Mata kalungmuberisi scarab," katanya sambil mengamatinya dari segala arah. Kemudian iamendekatkan mata kalungnya ke wajahku. "Coba lihat, Gabe. Punyaku tidak adaisinya."

Aku memperhatikan mata kalungnya. Kelihatannya seperti kaca berwarna jingga.Tidak ada apa-apa di dalamnya.

"Menurut saya, sih, mata kalung Anda lebih bagus," Sari berkata kepada Nila. "Sayatidak suka kalau ada kumbang mati menggelantung di leher saya."

Page 21: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

21 | P a g e

"Tapi kalau saya tidak salah, kumbang itu semacam lambang keberuntungan," balasNila. Ia mengembalikan kalungnya ke balik jas, "Moga-moga mata kalung yangkosong bukan lambang nasib buruk!"

"Mudah-mudahan saja," Paman Ben menimpali.

Kemudian ia berbalik dan mengajak kami memasuki piramida.

Aku tidak mengerti bagaimana itu bisa terjadi, Tapi nyatanya aku tersesat.

Semula Sari dan aku berjalan di belakang Paman Ben dan Nila. Persis di belakangmereka. Aku mendengar penjelasan pamanku tentang dinding terowongan yangterbuat dari batu granit dan batu kapur.

Lampu senter di helm masing-masing telah menyala. Berkas sinar yang kekuning-kuningan menerangi lantai dan dinding terowongan yang berselubung debu, ketikakami semakin jauh menerobos ke perut piramida itu.

Langit-langitnya rendah, dan kami semua terpaksa berjalan sambil membungkuk.Terowongannya berkelok-kelok, dan beberapa kali kami menemui titik-titikpercabangan. "Jalan buntu untuk menyesatkan," Paman Ben berkomentar.

Sorot lampu yang berkedap-kedip sebenarnya tidak banyak membantu. Aku sempattersandung, dan lenganku lecet karena tergores dinding terowongan yang kasar. Udaradi dalam piramida ternyata lebih dingin dari yang kusangka, dan aku menyesal tidakmembawa sweter atau jaket.

Di depan, Paman Ben sedang bercerita mengenai Raja Tut dan Pangeran Khor-Rukepada Nila. Sepertinya pamanku sedang berusaha membuat wanita itu terkesan,Jangan-jangan Paman menaruh hati padanya?

"Wah, ini benar-benar mengasyikkan!" aku mendengar seruan Nila. '''Doktor Fieldingdan Anda begitu baik sudah mengizinkan saya melihat semua ini."

"Siapa sih Doktor Fielding itu?" aku berbisik kepada Sari.

"Rekan kerja Dad," balas Sari. "Tapi mereka tidak cocok. Dad tidak menyukainya.Kau pasti akan ketemu dia nanti, Ia selalu ada di sekitar piramida. Aku juga tidakmenyukainya."

Aku berhenti untuk mengamati gambar aneh di dinding terowongan. Kelihatannyaseperti kepala binatang. "Hei-Sari!" bisikku. "Ada gambar kuno, nih."

Sari geleng-geleng kepala. "Itu kan Bart Simpson," dia bergumam, "Pasti ada anakbuah Dad yang iseng. "

"Aku juga tahu!" aku berbohong. "Aku cuma mau mengujimu, kok." -

Aduh, kenapa sih aku selalu mempermalukan diriku sendiri di depan sepupuku itu?

Page 22: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

22 | P a g e

Aku mengalihkan pandanganku dari gambar di dinding terowongan danmembelalakkan mataku.

Sari telah lenyap.

Samar-samar aku melihat berkas cahaya senternya di depan. Tapi kemudian cahayaitu pun menghilang.

Aku mempercepat langkah untuk mengejar Sari.

Tahu-tahu kakiku tersandung lagi.

-Topiku membentur dinding terowongan. Dan senternya langsung padam.

"Hei-Sari? Paman Ben?" aku memanggil sambil bersandar ke dinding, Keadaan disekelilingku gelup gulita, sehingga aku tidak berani beranjak.

"Hei-! Ke mana kalian?" Suaraku bergema di terowongan yang sempit.

Namun tak ada yang menyahut,

Aku melepaskan helm proyekku, lalu mengotak-atik lampu senternya. Mula-mulakuputar untuk mengencangkannya. Kemudian helm itu kuguncang-guncang dengankeras. Tapi senternya tak mau menyala lagi.

Sambil menarik napas panjang, helmnya kupasang kembali ke kepalaku.

Sekarang bagaimana? aku bertanya dalam hati.

Aku mulai ngeri. Perutku seperti terisi batu besar, dan tenggorokanku mendadakkering kerontang.

"Hei-tolong!" aku berseru. "Aku di sini. Senterku mati. Aku tidak bisa jalan!"

Tak ada jawaban.

Ke mana mereka? Masa sih, mereka tidak sadar bahwa aku menghilang?

"Hmm, kalau begitu aku tunggu di sini saja," aku bergumam sendiri.

Aku bersandar ke dinding terowongan. Tahu-tahu dinding itu ambruk, dan akulangsung terjatuh.

Tanganku menggapai-gapai, tapi tidak menemukan tempat berpegang. Tubuhkumeluncur ke bawah, menembus kegelapan yang pekat.

-9

Page 23: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

23 | P a g e

-TANGANKU mendayung-dayung selama aku meluncur, mencari-cari tempat untukberpegang.

Semuanya, terjadi begitu cepat. Berteriak pun aku tak sempat.

Kemudian aku terempas dengan keras. Seketika rasa nyeri menjalar pada punggungke kaki dan lenganku. Mataku sampai berkunang-kunang.

Aku tak bisa bernapas. Sepintas lalu cahaya berwarna merah cerah menari-nari didepan mataku, kemudian semuanya kembali gelap. Aku megap-megap, tapi paru-paruku tak kunjung terisi udara. Dadaku sesak. Rasanya persis seperti kalau perut kitadihantam bola basket,

Akhirnya aku berhasil duduk tegak dan menoleh ke kir-i-kanan. Perlahan-lahanterdengar bunyi gesekan di sekelilingku. Sepertinya ada sesuatu yang bergerak-gerakdi lantai tanah yang keras.

"Hei-ada yang mendengar, tidak?" Sebenarnya aku hendak berteriak lantang, namunyang keluar dari mulutku hanya bisikan parau.

Kepalaku mulai berdenyut-denyut, tapi, napasku sudah hampir normal kembali.

-"Hei-aku ada di bawah sini!" aku memanggil, sedikit lebih keras,

Tak ada jawaban.

Masa mereka belum sadar juga bahwa aku menghilang? Masa mereka belum mulaimencariku?

Aku duduk sambil menyandarkan tanganku ke belakang. Tiba-tiba tangan kanankuterasa gatal.

Langsung saja kugaruk. Tanpa sengaja tangan kiriku menepis sesuatu. Kemudian akusadar bahwa kakiku juga gatal. Dan aku merasakan sesuatu merayap -di pergelangantangan kiriku.

Aku segera menggoyang-goyangkan tangan.

"Ada apa ini?" bisikku pelan.

Seluruh tubuhku mulai gatal. Lengan dan kakiku seperti ditusuk-tusuk.

Cepat-cepat aku berdiri dan mengayun-ayunkan lengan. Helmku membentur langit-langit yang rendah,

Dan lampu senternya menyala lagi.

Aku memekik tertahan ketika melihat makhluk-makhluk kecil merayap-rayap disekitarku.

Page 24: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

24 | P a g e

Labah-labah. Ratusan labah-labah putih berbadan gemuk memadati lantai. Merekamerayap kian kemari, bertumpang tindih.

Aku menengadah, dan sorot lampu senter di helmku Ikut bergerak ke atas. Ternyatadinding-dinding batu pun penuh labah-labah. Binatang-binatang itu membuat dindingtampak seperti bergerak, seolah-olah bernyawa.

Puluhan labah-labah bergelantungan dari benang-benang halus yang menempel dilangit-langit. Mereka seakan-akan sedang melayang di udara.

Aku menepis seekor labah-labah dari kepalaku.

Baru sekarang aku sadar kenapa kakiku terasa gatal. Kakiku penuh labah-labah.Begitu pula lenganku. Dan punggungku.

"Tolong! Tolong!" aku menjerit. "Hei! Ada yang bisa mendengarku, tidak?"

Tiba-tiba aku melihat sesuatu yang lebih menakutkan lagi. Jauh lebih menakutkan.Seekor ular muncul di atas dan meluncur ke arah wajahku.

-10

-AKU merunduk dan berusaha melindungi kepalaku ketika ular itu semakin dekat.

"Tangkap!" aku mendengar seseorang berseru. “Tangkap ujungnya!"

Aku memekik kaget, dan menoleh ke atas. Sorot senter mengikuti gerakan kepalaku.Dan kemudian aku melihat bahwa yang turun itu bukan ular-melainkan tali tambang.

"Tangkap, Gabe! Cepat!" Sari berseru dari atas.

Sambil menggoyang-goyangkan kaki dan tangan agar semua labah-labah yangmenempel di tubuhku terlepas, aku berusaha meraih ujung tali itu.

Dan kemudian tubuhku mulai terangkat.

Beberapa detik setelah itu, Paman Ben mengulurkan tangannya, lalu mencengkerampundakku.

Jika dia menarikku naik, aku melihat Sari dan Nila menghela tali dengan sekuattenaga.

Aku berseru dengan gembira ketika kakiku kembali menginjak lantai yang kokoh.Tapi kegembiraanku tidak bertahan lama. Seluruh tubuhku serasa terbakar!

Aku kembali menendang-nendang dan menepis-nepis, lalu menginjak-injak semualabah-labah yang berjatuhan.

Kemudian aku sadar bahwa Sari sedang menertawakanku. "Wah, Gabe, apa sih namatarian itu?” dia bertanya.

Page 25: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

25 | P a g e

Paman Ben dan Nila ikut tertawa. "Bagaimana kau bisa jatuh ke situ, Gabe?" tanyapamanku, sambil menatap ke lubang yang penuh labah-labah itu.

"Dindingnya ambruk," aku menyahut sambil menggaruk-garuk:kaki.

"Aku pikir kau masih di belakangku," ujar Sari. "Waktu aku menengok..." suaranyamelemah.

Berkas sinar dari lampu senter di helm Paman Ben menyorot ke bawah. "Wah, dalamjuga," Paman berkomentar sambil kembali berpaling padaku. "Kau betul tidak apa-apa?"

Aku mengangguk. "Yeah. Aku cuma sempat tidak bisa napas tadi, Dan kemudianlabah-labah itu-"

"Di sini ada ratusan ruang seperti itu," pamanku berkata kepada Nila. "Orang-orangyang membangun piramida sengaja membuat lorong-lorong buntu dan jebakan-jebakan untuk mengelabui para penjarah agar mereka tidak dapat menemukan ruangmakam yang sesungguhnya,"

"Idih! Labah-labahnya gemuk sekali!" Sari bergumam sambil mundur selangkah.

"Di bawah sana ada, sejuta," aku bercerita. "Di dinding, di langit-langit-di mana-mana."

"Oh, aku pasti akan bermimpi buruk," ujar Nila pelan-pelan sambil bergeser lebihdekat ke pamanku.

"Kau yakin baik-baik saja?" Paman Ben bertanya sekali lagi.

Aku sudah hendak menjawab, tapi tiba-tiba aku ingat sesuatu. Tangan mumi-ku.Tangan itu terselip di kantong belakang celanaku.

Jangan-jangan remuk waktu aku terjatuh tadi?

Jantungku hampir copot. Aku tidak mau tangan mungil itu rusak. Tangan mungil itujimat keberuntunganku.

Aku segera merogoh kantong dan menariknya ke luar. Kemudian aku memeriksanyadengan saksama sambil mengarahkan berkas sinar dari senterku.

Ternyata masih utuh. Aku menarik napas lega.

Tangan itu ternyata tidak remuk, namun tetap terasa dingin ketika kupegang.

"Apa itu?" Nila bertanya sambil membungkuk sedikit agar dapat melihat lebih jelas.Ia menyibakkan rambutnya yang panjang. "Kelihatannya seperti Pemanggil."

"Bagaimana Anda tahu itu?" aku balik bertanya.

Page 26: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

26 | P a g e

Nila memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. "Saya tahu banyak tentang Mesirkuno," sahutnya. "Seumur hidup saya mempelajari sejarah Mesir."

"Ini mungkin benda upacara. yang sudah tua sekali," Paman Ben angkat bicara.

"Atau sekadar cenderamata murahan," Sari menimpali.

"Tangan mumi ini sakti," aku berkata sambil membersihkannya dengan hati-hati."Tangannya tertimpa badanku waktu aku jatuh tadi, tapi nyatanya tidak rusak. "

"Mungkin memang jimat keberuntungan," ujar Nila. Ia kembali berpaling pada PamanBen.

"Kalau begitu, kenapa Gabe bisa sampai jatuh?” Sari mempertanyakan dengan nadamenantang.

Sebelum aku sempat menjawab, aku melihat tangan mumi-ku bergerak-gerak. Jari-jemarinya yang mungil menekuk pelan-pelan, lalu kembali lurus.

Aku memekik kaget.

"Gabe-apa lagi sekarang?" Paman Ben bertanya dengan ketus.

"Ehm..-,tidak ada apa-apa," jawabku.

Mereka toh takkan percaya.

"Rasanya penjelajahan kita hari ini sudah cukup,” kata Paman Ben.

Tangan mumi-ku kugenggam erat-erat ketika kami menuju pintu keluar.

Aku yakin aku tidak salah lihat tadi. Aku yakin seratus persen. Jari-jemarinyamemang bergerak.

Tapi kenapa?

Apakah tangan itu hendak memberi tanda padaku? Apakah aku hendak diberiperingatan?

-11

-DUA hari kemudian, anak buah Paman Ben mencapai pintu ruang makam.

Sari dan aku menghabiskan dua hari itu dengan bermain-main di perkemahan danmenjelajahi daerah di sekitar piramida, Tapi berhubung, sebagian besar gurun pasir,maka tidak banyak yang bisa kami jelajahi.

Suatu sore kami terus-menerus bermain scrabble.

Page 27: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

27 | P a g e

Bermain scrabble dengan Sari betul-betul menjemukan. Dia tipe pemain bertahan, dandia menghabiskan berjam-jam untuk memikirkan cara memenuhi papan permainandan menghalangiku membuat kata-kata yang akan meraih nilai tinggi.

Setiap kali aku menyusun kata yang hebat, Sari lalu berdalih kata itu sebenarnya tidakada, dan karena itu tidak boleh dipakai, Dan karena di tenda kami tidak ada kamus,maka biasanya dia yang keluar sebagai pemenang dalam perdebatan sengit yangmenyusul.

Sementara itu, Paman Ben kelihatan tegang sekali. Sepertinya ia merasa gelisahkarena saat untuk membuka ruang makam akhirnya tiba.

Ia jarang berbicara dengan Sari dan aku. Sebagian besar waktunya dihabiskan untukmenemani orang-orang yang tidak kukenal. Sikap Paman Ben sangat serius. Ia samasekali tidak bersenda-gurau dan berkelakar seperti biasanya.

Paman Ben juga sering berbicara dengan Nila. Mula-mula wanita itu hendak membuatartikel mengenai temuan Paman Ben di dalam piramida. Tapi sekarang dia berubahpikiran, dan akan menulis tentang Paman Ben sendiri. Hampir setiap ucapan pamankudicatatnya dalam buku kecil yang selalu dibawa-bawanya.

Lalu, saat sarapan, Paman tersenyum untuk pertama kali dalam dua hari terakhir ini."Inilah hari yang ditunggu-tunggu," dia mengumumkan.

Sari dan aku langsung bersemangat sekali. "Kami juga boleh ikut?" aku bertanya.

Paman Ben mengangguk. “Aku ingin kalian hadir," sahutnya. "Barangkali kita akanmembuat sejarah hari ini. Barangkali saja hari ini akan menjadi hari yang akan kaliankenang seumur hidup.”

Paman mengangkat bahunya seraya menambahkan "Siapa tahu?"

Beberapa menit kemudian, kami bertiga mengikuti sejumlah pekerja ke piramida.Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, langit tampak mendung. Awan tebal tampakbergumpal-gumpal. Piramida di hadapan kami menjulang tinggi. Puncaknya hampirmenyentuh lapisan awan.

Ketika kami mendekati pintu kecil di dinding belakang, Nila berlari menghampirikami. Kameranya terayun-ayun di dadanya. Ia mengenakan kemeja denim berlenganpanjang dan celana jeans belel berpotongan longgar.

Paman Ben menyapanya dengan hangat. "Tapi jangan ambil foto dulu!" iamenambahkan. "Janji?"

Nila menatapnya sambil tersenyum. Matanya nampak berbinar-binar. Iamenempelkan tangan kanannya ke dada. "Janji."

Semua mengambil helm proyek berwarna kuning dari kotak penyimpanan. PamanBen juga membawa palu godam. Ia masuk lebih dulu ke terowongan. Yang lainmenyusulnya satu per satu.

Page 28: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

28 | P a g e

Jantungku berdebar-debar ketika bergegas supaya tidak ketinggalan lagi. Sorot lampudari senter-senter kami menyapu lantai dan dinding terowongan yang sepit. Jauh didepan terdengar suara para pekerja serta bunyi gesekan alat-alat gali mereka.

"Wah, ini benar-benar menegangkan!" aku berkata kepada Sari.

"Mungkin saja ruang makam itu penuh permata," ujar sepupuku itu, ketika kamimelewati sebuah tikungan. "Batu safir dan mirah delima dan zamrud. Siapa tahu akubisa mencoba mahkota intan yang pernah dipakai salah satu putri kerajaan."

"Dan barangkali kita akan menemukan mumi di sana," kataku. Terus terang, akumemang tidak terlalu tertarik pada batu permata. "Siapa tahu kita akan menemukanmumi Pangeran Khor-Ru yang sudah empat ribu tahun terbaring di sana."

Sari langsung meringis. "Yang kaupikirkan kok mumi melulu, sih?" dia bertanyadengan nada mengejek.

-"Habis, ini kan piramida Mesir kuno!" aku membalas dengan sengit.

"Ruang makam itu mungkin berisi permata dan benda antik bernilai jutaan dolar,"Sari menggerutu. "Tapi kau malah sibuk memikirkan tubuh bulukan yang terbungkustar dap. kain kumal." Dia menggeleng-gelengkan kepala. "Kalau kau anak umurdelapan atau sembilan tahun, aku masih maklum deh. Tapi kau kan sudah terlalubesar untuk tergila-gila pada mumi."

"Paman Ben belum bosan meneliti mumi, padahal ia sudah dewasa," sahutku.

Sari langsung terdiam.

Sambil membisu kami mengikuti Nila dan Paman Ben. Setelah beberapa saat,terowongan sempit yang kami telusuri membelok tajam. Udaranya bertambah panas.

Aku melihat cahaya lampu di depan. Dua lampu sorot bertenaga baterai menerangidinding di ujung terowongan. Ketika kami mendekat, aku menyadari dinding itubukan dinding, melainkan sebuah pintu.

Empat pekerja-dua pria dan dua wanita-tampak berlutut sambil menggali-gali dengansekop dan cangkul kecil. Mereka sedang membersihkan sisa-sisa tanah yang masihmelekat di pintu tersebut.

"Oh, betapa indahnya!" seru Paman. Ia bergegas menghampiri para pekerja. Merekamenoleh dan menyapanya dengan gembira. "Luar biasa!" Paman Ben berkomentarsambil berdecak-decak kagum.

Nila, Sari, dan aku menyusulnya. Paman Ben benar. Pintu kuno itu memangmengesankan.

Tingginya tidak seberapa. Paman Ben harus menunduk jika ingin melewatinya. Tapibentuk pintu itu memang pantas untuk makam seorang pangeran.

Page 29: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

29 | P a g e

Kayu mahoninya-yang kini sudah membatu-pasti diangkut dari tempat yang jauhsekali. Aku yakin bahwa jenis kayu itu tidak berasal dari pohon-pohon yang tumbuhdi Mesir.

Pintu itu dihiasi hieroglif-hieroglif -aksara Mesir kuno - dari atas sampai bawah. Akumengenali gambar burung, kucing, dan binatang-binatang lain, semuanya berupaukiran pada permukaan kayu.

Tapi yang paling mengesankan adalah segel yang mengunci pintu itu - sebuah kepalasinga yang sedang menyeringai, dan terbuat dari emas. Cahaya lampu sorot membuatkepala singa itu bersinar-sinar bagaikan matahari.

"Emasnya tidak keras," aku mendengar salah satu pekerja berkata kepada Paman Ben."Segel ini takkan sulit dibuka."

Paman Ben menurunkan palu godamnya. Sejenak dia menatap kepala singa yangberkilau-kilau itu, lalu kembali berpaling kepada kami. "Mereka pikir kepala singa iniakan menghalau orang-orang dari ruang makam," katanya. "Dan kelihatannyaberhasil. Sampai sekarang."

"Doktor Hassad, saya harus mengabadikan pembukaan segel ini," ujar Nila. Iamenghampiri Paman Ben. "Anda harus mengizinkan saya mengambil foto, Peristiwabesar Semacam ini tidak boleh berlalu begitu saja."

-Paman Ben menatapnya sambil mengerutkan kening. "Ehm... baiklah," ia akhirnyasetuju.

Nila tersenyum gembira ketika mengangkat kameranya. "Terima kasih, Ben."

Para pekerja mundur. Salah satu dari mereka menyerahkan palu dan sebuah alat kecilyang menyerupai pisau bedah. "Silakan, Doktor Hassad,” katanya.

Paman Ben menerima alat-alat tersebut, lalu menghampiri pintu. . "Setelah segel inisaya bongkar, kita akan membuka pintu dan memasuki sebuah ruangan yang selamaempat ribu tahun tak pernah dilihat orang," ia mengumumkan.

Nila mengintip melalui kameranya dan mengatur-atur lensa.

Sari dan aku menepi mendekati para pekerja.

Singa emas itu seakan-akan semakin mengilap ketika Paman Ben mengambil ancang-ancang untuk mengayunkan palu. Suasana menjadi hening. Ketegangan yang begitukental terasa melingkupi kami semua.

Tanpa sengaja aku menahan napas. Ketika sadar udara di paru-paruku langsungkuembuskan pelan pelan. Kemudian aku menghela napas lagi.

Aku melirik Sari. Dia sedang menggigit-gigit bibir. Kedua tangannya merapat dipinggangnya.

Page 30: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

30 | P a g e

"Ayo, siapa yang lapar? Bagaimana kalau urusan ini kita tunda dan pesan pizzadulu?" Paman Ben berkelakar.

Kami semua tertawa keras-keras.

Begitulah Paman Ben-di saat yang mungkin paling penting dalam hidupnya, diamasih juga melontarkan lelucon konyol.

Suasana kembali hening dan tegang. Roman muka Paman Ben berubah menjadi seriusketika dia berkeling ke segel kuno di pintu. Dia menempelkan pahat dan mulaimengayunkan palu.

S-ekonyong-konyong sebuah suara menggelegar, “OHIHH-BIARKAN AKUBERISTIRAHAT DENGAN TENANG!"

-12

-AKU memekik kaget.

"BIARKAN AKU BERISTIRAHAT DENGAN TENANG!" suara itu kembalimenggelegar.

Aku melihat Paman Ben menurunkan pahat. Dan membalikkan badan, danmembelalakkan mata dengan bingung.

Kemudian aku sadar bahwa suara itu berasal dari belakang kami. Aku menoleh danmelihat seorang pria yang sebelumnya belum pernah kulihat setengah tersembunyidalam keremangan. Ia menghampiri kami dengan langkah panjang.

Orangnya tinggi kurus, bahkan begitu tinggi sehingga terpaksa membungkuk agarkepalanya tidak terbentur di langit-langit terowongan. Kepalanya botak, kecuali disekitar telinga. Wajahnya sempit, dan tampak merengut.

Ia mengenakan jas safari yang disetrika licin, serta kemeja dan dasi. Matanya yangkecil dan hitam, yang sepintas lalu mirip kismis, mendelik ke arah pamanku. Akumenatapnya dengan heran. Sepertinya orang itu tak pernah makan. Ia kurus sekali,sekurus mumi!

-"Omar-!" - Paman Ben berseru. "Aku tidak menyangka kau sudah kembali dariKairo!"

"Biarkan aku beristirahat dengan tenang," Dr. Fielding mengulangi, kali ini lebihpelan. "Itulah pesan Pangeran Khor-Ru yang tertulis pada prasasti kuno yang kitatemukan bulan lalu. Itulah kehendak sang Pangeran."

"Omar, kita sudah membahas semua ini," pamanku menyahut sambil menghela napaspanjang. Ia menurunkan pahat dan palu di tangannya.

Page 31: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

31 | P a g e

Dr. Fielding melewati Sari dan aku tanpa menggubris sedikit pun. Ia berhenti dihadapan pamanku dan mengusap kepalanya yang botak .”Hmm, kalau begitu, kenapakau nekat mau membongkar segel ini?" tanyanya dengan ketus. .

"Aku ilmuwan," Paman Ben menjawab dengan tegas. "Aku tidak bisa membiarkantakhayul menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan, Omar."

"Aku juga ilmuwan," balas Dr. Fielding, sambil mengencangkan dasinya dengankedua tangan. "Tapi aku tidak mau mencemari makam tua ini. Aku tidak maumenentang kehendak Pangeran Khor-Ru. Dan aku tidak bersedia menganggap tulisanhieroglif sebagai takhayul belaka."

"Dan ini merupakan pangkal perselisihan kita," kata Paman Ben. Ia menunjukkeempat pekerja tadi. "Kita sudah bekerja keras selama berbulan-bulan, bahkanbertahun-tahun. Tidak seharusnya jerih payah kita berakhir di depan pintu ini, Omar.Usaha kita harus diteruskan sampai tuntas."

Dr. Fielding menggigit-gigit bibir. Ia menunjuk ke bagian atas pintu. "Lihat, Ben.Hieroglif yang sama seperti yang kita temukan pada prasasti itu. Peringatan yangsama. Biarkan aku beristirahat dengan tenang."

"Aku tahu, aku tahu," ujar pamanku sambil mengerutkan kening.

"Peringatannya jelas sekali," Dr. Fielding melanjutkan dengan sengit. "Jika ada yangberani mengganggu istirahat abadi sang Pangeran, jika ada yang nekat mengucapkanmantra di peti mayatnya sebanyak lima kali maka mumi sang Pangeran akan hidupkembali. Dan ia akan membalas dendam kepada mereka yang mengganggunya."

Aku langsung merinding ketika mendengar kata-kata itu. Seketika aku menolehkepada Paman Ben. Kenapa ia tidak pernah menceritakan ancaman pangeran itukepada Sari dan aku? Kenapa peringatan yang mereka temukan pada prasasti kuno itutak pernah disinggungnya?

Apakah karena kuatir kami bakal takut?

Ataukah ia sendiri yang gentar?

Tidak mungkin. Mustahil.

Paman Ben sama sekali tidak kelihatan takut ketika berdebat dengan Dr. Fielding.Segera kelihatan bahwa mereka sudah sering membahas persoalan ini. Dan akulangsung sadar bahwa Dr. Fielding takkan sanggup menghalangi Paman Benmembongkar segel dan masuk ke ruang makam.

"Ini peringatanku yang terakhir, Ben," ujar Dr. Fielding. Demi keselamatan semuaorang yang ada di sini. Ia menunjuk keempat pekerja yang sejak tadi membisu.

"Takhayul," balas Paman Ben. "Aku tidak mau menghalangi takhayul. Aku ilmuwan."Ia kembali mengangkat pahat dan palu. "Segel ini akan kubongkar."

Page 32: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

32 | P a g e

Dr. Fielding angkat tangan. "Aku tidak mau ambil bagian," ia berkata dengan gusar.Serta-merta dia berbalik. Kepalanya nyaris terbentur langit-langit yang rendah. Lalu,sambil bergumam sendiri, ia bergegas pergi. Dalam sekejap Dr. Fielding telah lenyapdalam kegelapan yang menyelubungi terowongan,

Paman Ben mencoba mengejarnya. "Omar-? Omar?”

Tapi suara langkah Dr. Fielding semakin jauh.

Paman Ben menghela napas panjang. "Orang itu tidak bisa dipercaya," iaberkomentar. "Sebenarnya ia tidak peduli pada takhayul lama. Ia hanya mau merebuttemuan ini untuk dirinya sendiri. Karena itulah ia berusaha menghentikanku sebelumpintu ini dibuka."

Aku tidak tahu harus berkata apa. Ucapan pamanku sungguh mengejutkan. Tadinyakupikir kaum ilmuwan sudah punya peraturan tentang siapa yang berhak atas suatutemuan.

Paman Ben berbisik kepada Nila. Kemudian ia kembali menghampiri keempat anakbuahnya. "Kalau di antara kalian ada yang sependapat dengan Doktor Fielding," iaberkata kepada mereka, "maka kalian boleh menyusulnya."

Para pekerja berpandangan satu sama lain.

"Kalian sudah dengar tentang peringatan yang tercantum di pintu makam. Saya tidakmau memaksa kalian melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuranikalian."

-"Tapi kita sudah bekerja begitu keras," ujar salah satu dari mereka. "Kita tidak bisaberhenti sekarang. Kita tidak punya pilihan. Kita harus membuka pintu itu."

Pamanku mengembangkan senyum. "Saya setuju," dia berkata, la,lu kembaliberpaling pada kepala singa di pintu.

Aku melirik Sari, tapi ternyata ia sudah lebih dulu menatapku. "Gabe, kalau kau takut,kau keluar saja. Dad pasti maklum, kok," bisiknya. "Kau tidak perlu, malu.”

Huh, dasar!

"Aku sih mau tetap di sini," sahutku, juga sambil berbisik: "Tapi kalau kau maukembali ke tenda ayo, kuantar saja sebentar."

Bunyi kling yang keras membuat kami berdua menoleh. Paman Ben sudah mulaimembongkar segel di pintu. Nila telah siap dengan kameranya.

Para pekerja tampak tegang. Tanpa berkedip mereka memperhatikan setiap gerakanpamanku.

Page 33: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

33 | P a g e

Paman Ben bekerja dengan hati-hati. Ia menyorongkan pahat ke balik kepala singa,dan mengungkitnya pelan-pelan sambil mengetukkan palu.

Beberapa menit kemudian, segel itu sudah terlepas. Dengan cekatan Paman Benmenangkapnya sebelum Jatuh ke lantai. Nila menjepret-jepret tanpa henti. Paman Benmenyerahkan segelnya kepada salah satu pekerja. "Ini bukan hadiah Natal, lho,"kelakarnya. "Ini mau saya simpan untuk dipajang di atas perapian."

Semua tertawa.

Paman menggenggam tepi pintu dengan kedua tangannya. "Saya masuk pertama," diamemberi tahu yang lain. "Kalau dalam dua puluh menit saya belum muncul lagi,tolong beritahu Doktor Fielding bahwa dia benar!” Leluconnya kembali disambuttawa berderai.

Dua pekerja membantu Paman Ben menggeser pintu. Mereka mendorong dengansekuat tenaga. Tapi pintu itu tidak bergerak sedikit pun.

"Mungkin perlu dilumuri minyak dulu," Paman Ben bergurau. "Habis, pintu ini sudahempat ribu tahun tertutup rapat dan tak pernah dibuka."

Selama beberapa menit mereka kembali sibuk dengan cangkul dan pahat. Kemudianmereka sekali lagi mendorong pintu mahoni yang berat itu.

"Yes!" Paman Ben berseru ketika pintunya bergeser satu inci.

Lalu satu inci lagi. Dan satu lagi.

Semuanya berdesak-desakan agar dapat mengintip ke dalam ruang makam kuno.

Dua pekerja memindahkan lampu-lampu sorot dan mengarahkannya ke celah pintu.

Sari dan aku berdiri di samping Nila ketika Paman Ben mendorong pintu itu denganbantuan anak buahnya. "Wah, ini menegangkan sekali!" seru Nila. "Dan aku satu-satunya wartawan di sini! Beruntung sekali aku!"

Aku juga beruntung, pikirku. Berapa banyak anak yang memperoleh kesempatanseperti aku? Berapa banyak anak yang termasuk orang pertama yang memasukimakam berusia empat ribu tahun di dalam piramida Mesir?

Tiba-tiba terbayang wajah-wajah temanku. Uh!

-Rasanya tak sabar lagi aku ingin menceritakan segala pengalamanku ini padamereka!

Pintu itu berderak-derak. Satu inci lagi. Dan satu lagi.

Bukaannya sudah hampir cukup lebar untuk dilewati orang.

Page 34: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

34 | P a g e

"Coba lampu-lampu digeser sedikit,” Paman Ben menginstruksikan. "Beberapa incilagi, dan kita bisa masuk dan bersalaman dengan sang Pangeran."

Paman Ben, dan para pekerjanya mengerahkan segenap tenaga dan berhasilmendorong pintu berapa inci lagi.

"Yes!" ia berseru dengan riang,

Nila mengambil foto.

Semuanya mendesak maju.

Paman Ben masuk paling dulu.

Sari mendorongku ke samping, lalu menyelinap menduluiku.

Jantungku berdebar-debar. Tanganku mendadak dingin seperti es.

Aku tidak peduli siapa yang masuk pertama.

Yang penting, aku bisa masuk!

Satu per satu kami menyusup ke ruang makam yang teramat tua itu.

Akhirnya aku mendapat giliran. Setelah menarik napas, aku menerobos masuk, danmelihat--aku tidak melihat apa-apa.

Selain sarang labah-labah di mana-mana, ruangan itu ternyata kosong.

Kosong melompong.

-13

-Aku mendesah perlahan. Kasihan Paman Ben. Semua jerih payahnya ternyata sia-sia.Aku jadi ikut patah semangat. .

Kemudian aku memandang berkeliling. Semua sarang labah-labah tampak mengilapkeperakan karena terkena sorot lampu. Bayangan-bayangan kami tampakmembentang di lantai tanah, menyerupai hantu.

Aku berpaling kepada Paman Ben.

Ia pasti kecewa sekali, aku berkata dalam hati. Tapi di luar dugaanku, Paman Benmalah tersenyum lebar. "Pindahkan lampu-lampu," ia menyuruh salah satu anakbuahnya. "Dan bawa alat-alat ke dalam. Ada satu segel lagi yang harus kita bongkar."

Ia menunjuk dinding belakang di ruangan yang kosong itu. Samar-samar aku melihatgaris tepi sebuah pintu. Pintu tersebut juga bersegel kepala singa.

Page 35: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

35 | P a g e

"Sudah kuduga bahwa ini bukan ruang makam sesungguhnya!" Sari berseru. Iamenatapku sambil nyengir lebar.

"Seperti yang kukatakan tadi, orang Mesir kuno sering melakukan hal ini," PamanBen menjelaskan. "Mereka membangun beberapa ruangan palsu untukmenyembunyikan ruang makam sesungguhnya dari para penjarah." Ia melepaskanhelmnya dan menggaruk-garuk kepala. "Bukan tidak mungkin kita harus melewatibeberapa ruangan kosong lainnya sebelum sampai di tempat peristirahatan terakhirPangeran Khor-Ru."

Nila mengambil foto Paman Ben yang sedang memeriksa pintu yang baru ditemukan,Kemudian ia menatapku sambil tersenyum. "Sayang kau tidak bisa melihattampangmu tadi, Gabe," katanya. "Kau kelihatan begitu kecewa."

"Kupikir-" aku mulai menyahut. Tapi bunyi pahat yang menggores-gores segel pintumembuatku terdiam lagi.

Semuanya menoleh dan memperhatikan Paman Ben bekerja. Aku menebak-nebak apayang menanti kami di balik pintu itu.

Ruangan kosong lagi? Atau pangeran Mesir berumur empat ribu tahun, yangdikelilingi seluruh harta dan miliknya?

Segel yang satu ini ternyata lebih keras dari yang pertama. Kami memutuskan untukberistirahat dulu dan kembali setelah makan siang.

Sore itu, Paman Ben dan anak buahnya bekerja beberapa jam lagi. Dengan hati-hatimereka berusaha membuka segel itu tanpa merusaknya.

Sari dan aku duduk di lantai dan memperhatikan mereka. Udaranya panas dan berbauagak asam. Mungkin karena udaranya juga sudah tua sekali. Sari dan aku mengobroltentang musim panas tahun lalu serta petualangan-petualangan yang kami alami diPiramida Agung. Nila mengambil foto kami.

"Sudah hampir selesai," Paman Ben mengumumkan.

Seketika semangat kami mulai bangkit lagi. Sari dan aku segera berdiri, lalu melintasiruangan agar dapat melihat lebih jelas.

Kepala singa itu copot dari pintu. Dua pekerja menyimpannya di sebuah peti beralasjerami. Kemudian Paman Ben dan kedua pekerja lain mulai mendorong pintu.

Pintu ini ternyata lebih berat lagi dari yang pertama. "Uh... pintunya... macet... total,"Paman Ben bergumam sambil mendorong. Ia dan para pekerja meraih peralatanmasing-masing dan mulai mengerik-ngerik tanah yang terkumpul di celah-celah pintuselama berabad-abad.

Satu jam kemudian, mereka berhasil menggeser pintu sejauh satu inci. Lalu satu incilagi. Dan satu lagi.

Page 36: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

36 | P a g e

Ketika pintunya sudah setengah terbuka, Paman Benmencabut lampu senter darihelmnya. Ia mengarahkan sinarnya ke ruangan di balik pintu dan mengintip. Taksepatah kata pun keluar dari mulutnya.

Sari dan aku maju beringsut-ingsut. Jantungku kembali berdebar-debar.

Apa yang dilihat Paman Ben? aku bertanya dalam hati. Kenapa dia diam saja?

Akhirnya, Paman Ben mengalihkan senternya dan berpaling kepada kami. "Kita telahmembuat kesalahan besar," katanya pelan-pelan.

-14

SUASANA menjadi hening. Semua orang menahan napas. Aku sampai menelanludah karena terkejut mendengar ucapan pamanku.

Tapi tiba-tiba dia tersenyum lebar, "Kita keliru menilai temuan kita ini!" serunya."Makam ini bahkan lebih mencengangkan dari makam Raja Tut!"

Seketika terdengar sorak-sorai yang memantul-mantul pada dinding-dinding batu.Para pekerja segera menghampiri Paman Ben untuk memberi selamat padanya.

"Selamat untuk kita semua!" seru Paman Ben dengan riang.

Kami semua tertawa dengan gembira ketika menyusup lewat celah yang sempit, danmasuk ke ruangan berikut.

Dan dalam cahaya lampu sorot yang menerangi ruangan luas itu, aku melihat sesuatuyang takkan pernah kulupakan. Lapisan debu yang tebal pun tak sanggupmenyembunyikan harta luar biasa yang mengisi ruangan tersebut.

Aku memandang berkeliling. Ternyata begitu banyak yang harus dilihat! Kepalakumenjadi pening.

Dinding-dinding dipenuhi hieroglif dari lantai sampai ke langit-langit. Lantainyadipadati perabot dan benda-benda lainnya. Ruangan itu lebih mirip gudang daripadaruang makam!

Sebuah singgasana tinggi bersandaran lurus menarik perhatianku. Sandaranpunggungnya dihiasi ukiran berbentuk matahari emas yang memancarkan sinar kesegala arah. Di belakangnya aku melihat sejumlah kursi dan bangku, serta sebuah sofapanjang.

Lusinan bejana batu dan tanah liat ditumpuk di dinding. Ada beberapa yang sudahretak dan pecah. Tapi sebagian besar masih utuh dan dalam kondisi sempurna.

Sebuah kepala monyet yang terbuat dari emas tergeletak di tengah-tengah ruangan. Dibelakangnya ada peti-peti besar.

Page 37: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

37 | P a g e

Dengan hati-hati Paman Ben dan anak buahnya membuka salah satu peti. Aku melihatmereka membelalakkan mata ketika menatap ke dalamnya.

"Perhiasan!" seru Paman Ben. "Peti ini penuh perhiasan emas!"

Sari muncul di sampingku. Dia tersenyum lebar.

"Ini benar-benar gila!" bisikku.

Dia mengangguk. "Ya, gila!"

Kami bicara sambil- berbisik-bisik. Selain kami tak ada yang bersuara. Semuatercengang-cengang karena pemandangan menakjubkan yang terbentang di hadapankami. Bunyi paling keras adalah bunyi "klik" dari kamera Nila.

Paman Ben melangkah ke antara Sari dan aku, lalu merangkul kami berdua. "Inibetul-betul luar biasa ya?" ujarnya dengan semangat berkobar-kobar.

"Semuanya masih utuh. Tak tersentuh selama empat ribu tahun."

Waktu aku menoleh, aku melihat matanya berkaca-kaca. Aku menyadari, inilahpuncak keberhasilan Paman Ben,

"Kita harus berhati-hati-" Paman Ben mulai berkata, lalu berhenti di tengah-tengahkalimat. Raut mukanya berubah.

Ketika ia menggiring aku dan Sari melintasi ruangan, aku melihat apa yang menarikperhatiannya.

Sebuah peti mumi yang terbuat dari batu tampak bersandar di dinding seberang,setengah tersembunyi dalam keremangan.

"Oh, wow!" aku bergumam waktu kami menghampirinya.

Peti itu terbuat dari batu licin berwarna kelabu. Sebuah retakan tampak memanjang ditengah-tengah tutupnya.

"Pangerannya ada di dalam situ?" tanya Sari.

Paman Ben tidak segera menyahut. Ia berdiri di antara kami sambil mengamati petimumi yang sudah teramat tua itu. "Kita lihat saja," jawab Paman akhirnya.

Sementara Paman Ben dan keempat anak buahnya berusaha membuka tutupnya, Nilamenurunkan kamera dan melangkah maju untuk memperhatikan mereka. Matanyayang hijau menyorot tajam ketika tutup yang berat itu mulai bergerak.

Isinya ternyata peti mayat yang mengikuti bentuk mumi yang tersimpan di dalamnya.Peti itu tidak seberapa tinggi. Dan lebih sempit dari yang kuduga semula.

Page 38: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

38 | P a g e

Dengan hati-hati para pekerja mengangkat tutup peti mayat. Aku menahan napas danmenggenggam tangan Paman Ben ketika mumi di dalamnya mulai terlihat.

Muminya begitu kecil dan rapuh.

"Pangeran Khor-Ru," Paman Ben bergumam.

Tanpa berkedip dia menatap mumi itu.

Sang pangeran terbaring dalam posisi telentang. Tangannya yang kecil bersilang didadanya. Tar berwarna hitam telah menembus kain yang membalutnya. Kain dibagian kepala bahkan sudah hancur, sehingga tengkoraknya yang berlapis tarkelihatan jelas:

Jantungku berdegup-degup ketika aku membungkuk untuk mengamati mumi itu.Matanya yang hitam karena tar seakan-akan menatapku dengan pandangan takberdaya.

Yang terbungkus kain itu adalah jasad manusia, pikirku sambil merinding. Tingginyakira-kira sama denganku. Dan setelah meninggal, ia disiram tar panas dan dibalut.kain. Dan ia terbaring di sini selama empat ribu tahun.

Bukan sembarang manusia, tapi seorang pangeran.

Aku memperhatikan lapisan tar yang menutup wajahnya, serta kain pembungkusnya,yang sudah rapuh dan menguning. Aku memperhatikan tubuhnya yang begitu mungil.

Dulu ia pernah hidup, aku berkata dalam hati.

Pernahkah terbayang olehnya bahwa empat ribu tahun kemudian akan ada orang yangmembuka peti mayatnya dan menatapnya dengan takjub?

Aku mundur selangkah dan menarik napas panjang.

Kemudian aku menyadari bahwa mata Nila pun berkaca-kaca. Ia membungkuk.Kedua tangannya bersandar pada pinggiran peti mayat, dan matanya tak beralih dariwajah si pangeran.

"Rasanya sampai sekarang belum pernah ada mumi dalam kondisi sebaik ini," ujarPaman Ben. “Tentu saja kita harus melakukan serangkaian tes untuk memastikanidentitas anak muda ini. Tapi kalau melihat segala sesuatu yang ada di sini, rasanyakita bisa menarik kesimpulan bahwa......:."

Paman mendadak terdiam ketika kami mendengar suara-suara di ruangan pertama.Suara langkah. Suara orang berbicara.

Aku langsung menoleh ke pintu, dan melihat empat polisi berseragam hitammenyerbu masuk.

Page 39: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

39 | P a g e

"Oke. Semuanya harap mundur satu langkah," salah satu dari mereka memerintahkan,sementara tangannya meraih pistol yang tergantung di pinggangnya.

-15

DISEKELILINGKU terdengar seruan-seruan kaget. Paman Ben membalik sambilmembelalakkan mata dengan bingung. "Ada apa ini?" tanyanya.

Keempat petugas kepolisian Kairo langsung maju ke tengah ruangan. Keempat-empatnya pasang tampang kencang.

"Hati-hati!" Paman Ben memperingatkan. Ia berdiri di hadapan peti mumi, seakan-akan hendak melindunginya. "Jangan sentuh apa pun. Semuanya sudah rapuh sekali."

Ia melepaskan helm proyeknya, Pandangannya beralih dari petugas yang satu kepetugas berikutnya. "Kenapa Anda ada di sini?"

"Aku yang minta mereka datang kemari," sebuah suara menggelegar.

Dr. Fielding muncul di pintu. Ia tersenyum puas. Matanya yang kecil tampakberbinar-binar.

"Omar-aku tidak mengerti," ujar Paman Ben sambil menghampiri rekannya itu.

"Menurutku, isi ruangan ini sebaiknya dilindungi pihak berwajib," sahut Dr, Fielding.Ia menoleh ke kiri- kanan, dan mengagumi harta karun di sekelilingnya.

-"Menakjubkan! Sungguh-sungguh menakjubkan!" serunya. Kemudian iamenghampiri Paman Ben dan menyalaminya dengan hangat. "Selamat, semuanya!" iaberkata dengan suaranya yang lantang. "Ini nyaris tidak bisa dipercaya."

Roman muka Paman Ben melunak. "Aku tetap tidak mengerti kenapa mereka ada disini," ia berkata sambil menoleh ke arah keempat petugas polisi, yang tetapbertampang kencang, "Tak seorang pun di dalam ruangan ini akan mencuri sesuatu."

"Tentu saja tidak," sahut Dr. Field-ng, masih sambil meremas tangan Paman Ben."Tentu saja tidak. Tapi kabar mengenai temuan ini akan segera tersebar, Ben, Danmenurutku, semua ini perlu diamankan dengan sebaik-baiknya."

Paman Ben menatap para petugas polisi dengan curiga. Tapi kemudian ia mengangkatbahunya yang lebar. "Mungkin kau benar," katanya kepada Dr. Fielding. "Mungkintindakan ini memang tindakan yang tepat."

''Jangan hiraukan mereka," ujar Dr. Fielding. Ia menepuk punggung pamanku. "Akuharus minta maaf padamu, Ben. Sebagai ilmuwan, aku sebenarnya tidak bolehberpandangan sempit. Makam ini memang wajib kita buka-demi kemajuan ilmupengetahuan, Ah, sudahlah. Lebih baik kira rayakan keberhasilan ini."

-***

Page 40: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

40 | P a g e

-"Aku tidak percaya padanya," ujar Paman Ben ketika kami meninggalkan tendauntuk makan malam, "Aku tidak percaya pada rekanku itu."

Langit tampak cerah, dan udaranya jauh lebih sejuk dibandingkan hari kemarin.Sejuta bintang bekerlap-kerlip di langit malam. Embusan angin yang cukup kencangmenggoyangkan daun-daun palem di cakrawala. Api unggun di depan kami menari-nari.

"Apakah Doktor Fielding ikut makan malam bersama kita?" tanya Sari. Iamengenakan sweter hijau muda yang panjang dan celana ketat berwarna hitam.

Paman Ben menggelengkan kepala. "Tidak, ia mau menelepon ke Kairo dulu. Ia pastimau memberitahukan keberhasilan kita kepada orang-orang yang membiayaipenggalian ini."

"Ia kelihatan gembira sekali waktu melihat isi ruang makam," kataku sambil menatappiramida yang menjulang tinggi ke langit malam.

"Ya, memang," pamanku membenarkan. "Cepat sekali dia berubah pikiran. Tapi akuakan terus memperhatikan gerak-gerik Omar. Aku yakin dia sedang menunggu-nunggu kesempatan untuk mengambil alih proyek ini. Dan polisi-polisi itu juga perludiawasi."

"Aduh, Dad, seharusnya kita bersenang-senang malam ini," ujar Sari sambilmerengut. "Untuk apa sih kita membicarakan Doktor Fielding? Lebih baik kita bicaratentang Pangeran Khor-Ru dan bagaimana Daddy bakal kaya dan terkenal!"

Paman Ben tertawa. "Oke," katanya.

Nila sudah duduk di dekat api unggun. Paman Ben memang mengundangnya untukikut makan malam bersama kami. Wanita itu memakai sweter putih serta jeansgombrong. Kalungnya memantulkan cahaya bulan sabit yang baru muncul di atastenda-tenda.

Dia tampak cantik sekali. Begitu melihat kami mendekat, ia langsung tersenyumhangat kepada Paman Ben. Dan dari tampang Paman Ben, aku langsung tahu bahwapamanku itu juga menyukainya.

"Wah, Sari, kamu lebih tinggi dari Gabe, ya?" Nila berkomentar. .

Sari cengar-cengir. Dia bangga sekali karena lebih tinggi dariku, walaupun akusedikit lebih tua.

"Kurang dari satu inci," aku segera menambahkan.

"Semakin lama, manusia semakin tinggi," Nila berkata kepada pamanku. "PangeranKhor-Ru, misalnya. Ia pendek sekali. Untuk ukuran sekarang, ia termasuk cebol."

"Ya," ujar Paman Ben sambil tersenyum. "Kadang-kadang aku heran sendiri kenapaorang-orang yang begitu pendek membangun piramida-piramida yang begitu tinggi."

Page 41: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

41 | P a g e

Nila pun tersenyum, lalu menggandeng tangan Paman Ben.

Sari dan aku berpandangan, Aku langsung tahu apa yang dipikirkannya, Iamengerutkan kening, seakan-akan hendak bertanya: Ada apa dengan mereka berdua?

Acara makan malam berlangsung dalam suasana riang gembira. Daging hamburgeryang dipanggang paman Ben agak gosong, namun tak ada yang peduli.

Sari melahap dua hamburger. Aku cuma sanggup menghabiskan satu. Dan tentu sajaia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mengolok-olokku.

Terus terang, aku sudah mulai muak dengan tingkahnya yang menyebalkan itu. Dandalam hati aku mencari-cari akal untuk membalas dendam.

Sementara itu, Nila dan Paman Ben asyik bercanda.

-Ruang makam itu mirip tempat pembuatan film, Nila menggoda pamanku."Semuanya terlalu sempurna. Emas di mana-mana. Dan mumi mungil itu. Ini pasticuma tipuan. Dan itulah yang akan kutulis dalam artikelku."

Paman Ben tertawa. Ia berpaling padaku. "Kau sempat mengamati mumi itu, Gabe?Apakah ia memakai jam tangan?"

Aku menggelengkan kepala. "Tidak, ia tidak pakai jam tangan."

"Nah, bagaimana?" Paman Ben berkata kepada Nila. "Ia tidak pakai jam tangan.Berarti pasti bukan tipuan."

"Oke, oke. Aku percaya, deh," balas Nila sambil tersenyum manis.

"Dad," Sari angkat bicara. "Dad tahu mantra yang bisa membuat mumi itu hidup lagi?Maksudnya, kata-kata di ruang makam yang tadi disinggung Doktor Fielding?"

Paman Ben menghabiskan hamburgernya yang tinggal segigitan lagi, lalu menyekabibirnya dengan serbet. "Aku tidak mengerti bagaimana ilmuwan seperti Omar bisapercaya takhayul semacam itu," katanya bergumam.

"Tapi bagaimana bunyi keenam kata yang bisa membuat mumi itu hidup kembali?"Nila mendesak. "Ayolah, Ben. Kami semua ingin tahu."

Paman Ben berhenti tersenyum. Ia menggoyang-goyangkan telunjuknya ke arah Nila."Oh, nanti dulu!" katanya dengan tegas. "Aku tidak percaya padamu. Kalaumantranya k--uberitahu padamu, kau akan menghidupkan mumi itu agar mendapatfoto bagus untuk koranmu!"

Semuanya tertawa.

Page 42: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

42 | P a g e

Kami duduk mengelilingi api unggun. Pantulan cahayanya yang berwarna jinggamenari-nari di wajah kami. Paman Ben meletakkan piringnya di tanah, lalumerentangkan tangannya.

"Teki Kahru Teki Kahra Teki Kahri!" ia melantunkan dengan suara berat, sambilmenggerak-gerakkan tangan di atas api.

Apinya meretih-retih. Sebuah ranting meletus menyebabkan aku tersentak kaget.

"Itu mantranya?" tanya Sari.

Paman Ben mengangguk. "Begitulah bunyi hieroglif-hieroglif yang tertulis di ataspintu ruang makam."

"Jadi ada kemungkinan si mumi baru saja bangun dan meregangkan otot-ototnya?”Sari kembali bertanya.

"Kemungkinan besar tidak," balas Paman Ben sambil berdiri. "Jangan lupa, Sari-mantra itu harus diucapkan lima kali berturut-turut."

-"Oh." Sari termenung-menung dan menatap lidah api yang menari-nari di hadapankami.

Aku mengulangi kata-kata itu dalam hati. "Teki Kahru Teki Kahra Teki Kahri!"Mantra tersebut perlu kuhafalkan, sebab aku sudah punya rencana untuk menakut-nakuti Sari.

"Mau ke mana, Ben?" Nila bertanya pada pamanku.

"Ke tenda komunikasi," jawabnya. "Aku harus menelepon seseorang," Ia berbalik,lalu melintasi hamparan pasir ke arah deretan tenda.

Nila tertawa sambil geleng-geleng kepala. "Ia bahkan tidak bilang selamat malamdulu."

"Dad memang begitu kalau sedang memikirkan sesuatu," Sari menjelaskan.

"Kalau begitu aku juga pulang saja," ujar Nila. Ia bangkit dan menepis pasir yangmenempel di celananya. "Aku harus mulai menulis artikelku."

Ia mengucapkan selamat malam, dan segera pergi.

Sari dan aku tetap duduk sambil menatap api yang meretih-retih. Bulan sabit sudahtinggi di langit malam. Cahayanya yang pucat terpantul dari puncak piramida dikejauhan.

"Nila benar," aku berkata kepada Sari. "Tempat ini memang seperti tempat pembuatanfilm."

Page 43: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

43 | P a g e

Sari diam saja. Tanpa berkedip dia memperhatikan lidah api yang menari-nari.Sepertinya dia sedang berpikir keras.

Tiba-tiba terdengar letusan lagi, dan bunyi itu membuyarkan lamunan sepupuku.

"Aku dapat kesan bahwa Nila suka pada Daddy. Menurutmu bagaimana?" diabertanya sambil menatapku dengan matanya yang gelap. ,

"Yeah, kelihatannya begitu," sahutku. "Ia selalu, tersenyum-senyum kalau Paman adadi sekitarnya. Aku menirukan senyum Nila. "Dan ia selalu menggoda Paman,"

Sari merenungkan jawabanku. "Dan bagaimana dengan Dad? Apakah ia juga sukapada Nila?"

Aku nyengir lebar. "Itu sih sudah jelas." Aku berdiri. Aku ingin segera kembali ketenda. Aku ingin menakut-nakuti Sari.

Sambil membisu kami berjalan ke tenda. Sepertinya sepupuku itu masih memikirkanayahnya dan Nila.

Udara malam terasa dingin, tapi tenda kami tetap agak pengap. Sari menarik kopernyadari bawah ranjang, lalu berlutut mencari sesuatu.

"Sari," aku berbisik. "Coba tantang aku mengucapkan mantra kuno itu lima kaliberturut-turut."

"Hah?" Dia menoleh.

"Aku akan membacakannya lima kali berturut-turut," aku menegaskan, "Aku mautahu apa yang bakal terjadi."

Semula aku menduga dia akan memohon-mohon agar aku berubah pikiran. Akumenduga dia bakal ketakutan dan berusaha mencegahku, "Jangan, Gabe! Jangan! ituterlalu berbahaya!"

Tapi Sari malah kembali berpaling ke kopernya dan berkata, "Oh, coba saja!"

"Benar, nih?" tanyaku.

"Yeah. Kenapa tidak?" dia menyahut, sambil mengeluarkan sebuah celana pendek.

-Aku mengamatinya dengan saksama. Rasa takutkah yang terpancar dari matanya?Mungkinkah dia cuma pura-pura tenang?

Ya. Aku rasa dia sebenarnya ngeri juga. Tapi dia berusaha keras untuk menutup-nutupinya.

Aku maju beberapa langkah, lalu melantunkan mantra itu sambil merendahkan suara,persis seperti Paman Ben tadi: "Teki Kahru Teki Kahra Teki Kahri!"

Page 44: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

44 | P a g e

Sari melepaskan celana pendeknya dan berpaling padaku.

Aku mengulangi mantra itu untuk kedua kali.

"Teki Kahru Teki Kahra Teki Kahri!"

Ketiga kali.

Keempat kali.

Kemudian aku terdiam sejenak. Embusan angin dingin menggelitik tengkukku.

Haruskah mantra itu kuucapkan lagi? Haruskah aku melantunkannya untuk kelimakali?

-16

AKU menoleh ke arah Sari.

Dia telah menutup kopernya, dan sedang menatapku dengan tegang. Kelihatan jelasbahwa dia takut, soalnya dia terus menggigit-gigit bibir.

Aku sendiri masih bimbang. Haruskah kuulangi mantra itu untuk kelima ka1i?

Sekali lagi tengkukku merinding karena embusan angin dingin.

Ah, itu kan cuma takhayul, aku berkata dalam hati. Takhayul dari empat ribu tahunyang lalu. Mana mungkin mumi tua itu mendadak hidup lagi, hanya karena akumengucapkan enam kata?

Aku bahkan tidak tahu arti kata-kata tersebut.

Mustahil.

Tiba-tiba aku teringat semua video mengenai mumi di Mesir kuno yang pernahkusewa. Dalam film-film itu; para ilmuwan tak pernah menghiraukan kutukan yangmelarang mereka mengganggu sebuah makam mumi. Dan muminya selalu hidupkembali untuk membalas dendam. Mereka berjalan sambil terhuyung-huyung, lalumencegat si ilmuwan dan mencekiknya sampai mati.

Film-film konyol. Tapi aku suka sekali.

-Kini aku menatap Sari, dan aku melihat dia benar-benar. ketakutan.

Aku menarik. napas panjang, Tiba-tiba saja aku sadar bahwa aku pun ngeri.

Tapi sudah terlambat; ,Aku sudah melangkah terlalu jauh. Aku tidak bisa berhentisekarang.

"Teki Kahru Teki Kahra Teki Kahri!" aku berseru.

Page 45: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

45 | P a g e

Untuk kelirna kali.

Aku berdiri kaku seperti patung-dan menunggu.

Entah apa yang kutunggu. Petir menyambar, mungkin.

Sari langsung berdiri. Dengan gelisah dia menarik-narik rambutnya yang gelap.

"Ayo, mengaku saja. Kau ketakutan, kan?" aku berkata tanpa sanggup,menahansenyum.

"Enak saja!" sahutnya dengan sengit. "Ayo, Gabe. Ulangi kata-kata itu sekali lagi.Biar kauulangi seratus kali, aku tetap tak bakal takut."

Tapi kami sama-sama tersentak kaget ketika sebuah bayangan melintasi dindingtenda.

Dan jantungku seakan-akan berhenti mendadak ketika sebuah suara berbisik parau,"Kalian ada di dalam situ?"

17

-LUTUTKU gemetaran ketika aku melangkah mundur, mendekati Sari,

Aku melihat sepupuku itu membelalakkan mata karena kaget-dan takut.

Dalam sekejap bayangan tadi telah bergeser ke pintu tenda.

Sari dan aku tak sempat menjerit. Kami tak sempat berteriak minta tolong. .

Aku menahan napas ketika kanvas penutup pintu tersingkap, dan sebuah kepalaplontos menyembul ke dalam tenda. .

"Ohhh!'" Aku memekik tertahan ketika sosok gelap itu menghampiri kami.

Si mumi hidup lagi! aku berkata dalam hati. Pikiran mengerikan itu merasuk ke dalambenakku ketika aku melangkah mundur. Si mumi hidup lagi!

"Doktor Fielding!" seru Sari.

"Hah?" Aku memicingkan mata agar dapat melihat lebih jelas.

Ya. Ternyata memang Dr. Fielding.

Aku berusaha mengucapkan sesuatu, tapi tenggorokanku serasa tersekat. Jantungkuberdegup begitu keras, sehingga aku tak sanggup berbicara.

Aku menarik napas panjang, lalu menahannya di dadaku.

Page 46: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

46 | P a g e

"Saya mencari ayahmu," Dr. Fielding berkata kepada Sari. “Saya harus segera bicaradengannya. Ada urusan yang sangat penting."

'''Ia-ia --dang menelepon," balas Sari dengan .suara gemetar.

Dr. Fielding berbalik, langsung meninggalkan tenda., Kain kanvas penutup pintukembali ke tempat semula, dan mengepak-ngepak karena tertiup angin.

Aku berpaling kepada,Sari. Jantungku masih berdebar-debar. “Aku kaget setengahmati tadi!" aku mengakui. "Kukira dia sudah balik ke Kairo. Waktu kulihat kepalanyayang kecil dan licin..."

Sari tertawa. "Dia memang mirip mumi, ya?"

Tapi kemudian senyumnya menghilang. "Kenapa dia begitu ngotot ingin menemuiDaddy?"

"Ayo, kita buntuti dia,” aku mendesak. Ide itu muncul tiba-tiba saja.

"Ya! Ayo!" Aku tidak menyangka bahwa usulku akan langsung diterima. Aku masihterbengong-bengong ketika Sari bergegas keluar.

Aku segera menyusulnya. Udara malam telah bertambah dingin. Embusan anginmenyebabkan semua tenda kelihatan seperti gemetaran.

"Ke mana ya dia?" aku bertanya sambil berbisik.

"Kalau tidak salah, tenda komunikasi ada di ujung sana," Sari menyahut sambilmenunjuk. Dia mulai melintasi hamparan pasir sambil berlari kecil.

Samar-samar aku mendengar alunan musik serta senda-gurau di salah satu tenda.Rupanya para pekerja sedang .merayakan keberhasilan yang mereka capai tadi.

Seberkas sinar bulan menerangi pasir di sekeliling kami, membuatnya terlihat,bagaikan permadani. Jauh di depan aku melihat sosok Dr. Fielding yang kurus kering.Ia berjalan sambil membungkuk menuju tenda paling ujung.

Ia menghilang di samping tenda itu. Sari dan aku segera berhenti, Lalu kamimenyelinap ke tempat gelap, di sana kami takkan terlihat.

Aku mendengar suara Dr., Fielding yang menggelegar di tenda komunikasi. Iaberbicara dengan cepat, berapi-api.

"Dia bilang apa?" bisik Sari.

Aku juga tidak tahu apa yang dikatakan orang itu,

Beberapa detik kemudian ada dua orang yang keluar dari tenda. Sambil membawasenter yang bersinar terang, mereka bergegas menuju kegelapan malam.

Page 47: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

47 | P a g e

Sepertinya Dr. Fielding sedang menyeret Paman Ben ke arah piramida.

"Ada apa ini?" bisik Sari sambil meraih lenganku. "Sepertinya dia memaksa Daddyuntuk ikut dengannya."

Angin menerbangkan pasir di sekitar kami. Aku merinding.

Kedua laki-laki itu berbicara berbarengan, berseru-seru sambil menggerak-gerakkantangan. Tampaknya mereka sedang berdebat dengan sengit.

Dr, Fielding menggenggam pundak Paman Ben dengan sebelah tangan. Apakah iayang mendorong Paman Ben ke piramida? Ataukah Paman Ben sedangmenuntunnya?

Aku tidak bisa memastikannya.

"Ayo, jalan lagi," aku berbisik kepada Sari.

Kami keluar dari persembunyian dan kembali membuntuti mereka. Kami berjalanpelan-pelan, dan terus menjaga jarak.

"Kalau mereka menoleh ke belakang, mereka bakal melihat kita," bisik Sari.

"Mudah-mudahan saja mereka tidak menoleh," sahutku penuh harap.

Kami kembali membisu. Piramida di hadapan kami tampak menjulang tinggi.

Kami melihat Dr. Fielding dan Paman Ben berhenti di pintu masuk. Mereka masihberbicara dengan nada ketus, namun ucapan mereka tak terdengar karena terbawaangin yang bertiup kencang. Tapi sepertinya mereka masih berdebat.

Paman Ben lebih dulu masuk ke piramida. Dr. Fielding segera menyusul.

"Apakah ia mendorong Daddy ke dalam?" Sari bertanya dengan waswas."Kelihatannya Daddy didorong!"

"A-aku tidak tahu," jawabku sambil tergagap-gagap.

Kami menghampiri pintu masuk, kemudian berhenti dan menatap ke lubang yanggelap itu.

Aku tahu pikiran Sari dan aku sama. Aku sadar kami mengajukan pertanyaan yangsama dalam benak masing-masing:

Haruskah kami mengikuti mereka?

-18

-SARI dan aku berpandangan.

Page 48: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

48 | P a g e

Malam-malam begini piramida itu tampak jauh lebih besar, jauh lebih seram. Anginkencang menderu-deru, seakan-akan hendak memperingatkan kami.

Kami bersembunyi di balik tumpukan puing yang ditinggalkan para pekerja. "Kitatunggu di sini saja sampai Dad keluar lagi," bisik Sari.

Aku tidak membantah. Kami tidak membawa senter maupun penerangan lainnya.Rasanya percuma saja kalau kami nekat menyusuri terowongan-terowongan yanggelap gulita tanpa membawa lampu.

Aku bersandar pada batu-batu yang licin dan menatap pintu masuk ke piramida. Sarimemandang bulan sabit di langit yang seolah-olah diterkam gumpalan awan. Keadaandi sekeliling kami bertambah gelap.

"Jangan-jangan Dad dalam kesulitan?" bisik Sari. "Kau dengar sendiri kan waktu diabilang dia tidak percaya pada Doktor Fielding-"

"Aku yakin Paman Ben tidak apa-apa," kataku menenangkannya. "Doktor Fieldingkan ilmuwan. Ia bukan penjahat atau sebangsanya."

"Tapi kenapa i-a memaksa Daddy masuk ke piramida, di tengah malam buta begini?"Sari bertanya dengan nada melengking. "Dan apa yang mereka ributkan tadi?'"

Aku angkat bahu. Belum, pernah kulihat Sari setakut ini. Biasanya sih, aku pasti akansenang sekali. Habis, dia selalu gembar-gembor bahwa dia begitu berani, tak kenaltakut-apalagi dibandingkan aku.

Tapi kali ini aku tidak bisa menikmati kemenanganku. Soalnya aku sama takutnyadengan dia.

Sepertinya, kedua ilmuwan itu memang bertengkar tadi. Dan sepertinya Dr. Fieldingmemang mendorong Paman Ben ke dalam piramida.

Sari menyilangkan kedua tangannya dan menatap lubang gelap di kaki piramida.Rambutnya melambai-lambai tertiup angin, beberapa helai jatuh menutupi keningnya.Tapi dia diam -aja, tidak menepisnya.

"Urusan apa yang begitu penting sampai harus ditangani sekarang juga?" diabertanya. "Kenapa mereka sampai harus masuk ke piramida di tengah malam buta?Masa sih ada yang dicuri? Para polisi dari Kairo kan berjaga di dalam?"

"Aku sempat melihat mereka pergi," aku memberitahunya, "naik mobil kecil mereka,sebelum makan malam tadi. Aku tidak tahu kenapa. Barangkali mereka tiba-tibadipanggil kembali ke kota."

"A-aku jadi bingung," Sari mengakui. "Bingung dan cemas. Aku curiga melihatkelakuan Doktor Fielding tadi. Seenaknya saja ia mengagetkan kita dengan tiba-tibamuncul di tenda. Bilang selamat malam dulu, kek." -.

Page 49: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

49 | P a g e

"Tenang saja, Sari," ujarku dengan. lembut. "Kita tunggu saja di sini. Semuanya akanberes. Lihat saja nanti."

Dia mendesah tertahan, namun tidak berkata apa-apa, .

Kami menunggu sambil membisu. Aku tidak tahu berapa lama kami menunggu, tapirasanya seperti berjam-jam,

Bulan muncul kembali dari balik awan. Angin masih menderu-deru.

"Kenapa mereka belum keluar juga? Sedang apa mereka di dalam sana?" tanya Sari.

Aku sudah mau menjawab-namun mendadak terdiam ketika melihat cahayaberkerlap-kerlip di pintu masuk piramida.

Seketika aku meraih lengan Sari. "Eh, kau lihat itu?" aku berbisik.

Cahaya itu bertambah terang, dan sebuah sosok muncul. Dr. Fielding.

Ketika melangkah ke luar, aku melihat bahwa, raut mukanya tampak aneh. Matanyayang hitam terbelalak lebar dan terus memandang ke segala arah, seakan-akankebingungan. Alisnya berkedut-kedut, Mulutnya menganga, dan sepertinya iaterengah-engah.

Dr. Fielding menepis debu yang menempel pada pakaiannya, lalu mulai menjauhipiramida. Ia setengah berjalan, setengah terhuyung-huyung,

-"Tapi-mana Daddy?" tanya Sari.

Aku mengintip dari balik puing-puing. Lubang di kaki piramida. kelihatan jelas.Namun tak ada kerlip- cahaya. Tak ada tanda-tanda bahwa Paman Ben akan segeramenyusul.

"D-ia tidak keluar!" Sari tergagap-gagap.

Dan sebelum aku sempat berkata apa-apa, Sari sudah keluar dari tempatpersembunyian kami di balik puing-puing-dan mencegat Dr. Fielding.

"Doktor Fielding," dia berseru keras-keras. "Di mana ayah saya?"

Aku juga berdiri, lalu mengejar Sari. Aku melihat mata Dr. Fielding berputar-putar,seakan-akan tak terkendali. Ia tidak menjawab pertanyaan Sari.

"Di mana ayah saya?" Sari mengulangi sambil setengah berteriak.

Dr. Fielding bersikap seolah-olah tidak melihat Sari. Ia melewatinya dengan langkahkaku.

"Doktor Fielding-?" Sari memanggilnya.

Page 50: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

50 | P a g e

Pria itu menembus kegelapan, menuju ke deretan tenda.

Sari kembali berpaling padaku. Roman mukanya kencang. "Ia telah berbuat sesuatupada Daddy!" serunya dengan nada melengking. "Ia pasti telah berbuat sesuatu padaayahku!"

-19

-AKU berbalik dan menatap ke arah pintu masuk.

Lubang di kaki piramida itu masih gelap dan sunyi. Satu-satunya suara yang terdengaradalah suara angin yang menderu-deru.

"Doktor Fielding sama sekali tidak menggubrisku!" Sari berseru dengan sengit. "Iamelewatiku seakan-akan aku tidak ada. Menengok pun tidak!"

"Ya, aku tahu," ujarku.

"Dan kaulihat tampangnya tadi?" tanya Sari. ''Tampangnya jahat sekali. Betul-betuljahat."

"Sari-" aku mulai berkata. "Barangkali-"

"Gabe, kita harus mencari ayahku!" Sari memotong. Dia meraih lenganku dan mulaimenarikku ke pintu masuk piramida. "Ayo, cepat!"

''Jangan, Sari, tunggu!" aku mencegahnya, dan melepaskan lenganku daricengkeramannya. "Percuma saja kita masuk piramida tanpa membawa senter. Kita takbakal bisa menemukan Paman Ben. Bisa-bisa malah kita yang tersasar nanti!"

"Kalau begitu, kita kembali dulu ke tenda mengambil senter," dia menyahut. "Ayo,Gabe-"

"Kau tunggu di sini saja," kataku padanya. "Kemungkinan besar Paman Ben akansegera muncul. Biar aku saja yang mengambil senter."

Sari memandang ke pintu masuk yang gelap. Sepertinya dia hendak menolak usulku.Tapi kemudian dia berubah pikiran.

Aku berlari ke tenda kami. Jantungku berdegup kencang. -Ketika sampai di deretantenda, aku berhenti sejenak dan memandang ke kiri-kanan untuk mencari Dr.Fielding.

Orang itu tidak kelihatan.

Aku masuk ke tenda dan mengambil dua senter.

Kemudian aku bergegas kembali ke piramida. Moga-moga Paman Ben sudah keluarkalau aku sampai di sana, pikirku. Moga-moga dia tidak apa-apa.

Page 51: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

51 | P a g e

Namun ketika aku memandang ke depan, aku melihat Sari masih sendirian. Diatampak mondar-mandir dengan tegang. Dari jauh pun aku bisa melihat bahwa diaketakutan.

Paman Ben, ke mana sih Paman? aku bertanya dalam hati. Kenapa Paman belumkeluar juga?

Sari dan aku sama-sama membisu. Tak perlu ada yang dikatakan.

Kami segera menyalakan senter, lalu masuk melalui lubang gelap di kaki piramida.Terowongannya ternyata lebih curam dari yang kuingat. Aku nyaris kehilangankeseimbangan.

Sorot senter kami menerangi lantai terowongan. Kemudian aku mengarahkan senterkuke langit-langit yang rendah, dan berjalan mendului Sari.

Aku melangkah pelan-pelan sambil meraba-raba dinding. Permukaan dindingnyaterasa empuk dan rapuh. Sari mengikutiku. Sorot senternya menerangi lantai di depankami.

Ketika terowongan itu membelok ke sebuah ruangan kecil yang kosong, dia tiba-tibaberhenti. "Kau yakin ini jalan yang benar?" dia bertanya dengan suara bergetar.

Aku angkat bahu. "Kupikir kau tahu jalannya," sahutku sambil bergumam.

"Biasanya aku ikut Daddy," balasnya sambil mengamati ruangan kosong itu.

"Pokoknya, kita akan mencari Paman sampai ketemu," ujarku dengan tegas. Tapisebenarnya, aku sendiri juga mulai waswas.

Sari melewatiku dan menyorot dinding-dinding terowongan. "Dad!" dia memanggil."Dad? Dad mendengar aku, tidak?"

Suaranya terdengar bergema.

Tanpa berani beranjak kami menanti jawaban.

Hening.

"Ayo," aku mengajaknya. Aku terpaksa merunduk agar bisa masuk ke terowongansempit berikutnya.

Ke mana terowongan itu akan membawa kami? Ke makam Pangeran Khor-Ru?Apakah kami bakal menemukan Paman Ben di sana?

Pertanyaan demi pertanyaan terlintas dalam benakku. Aku berusaha memusatkanperhatian untuk mengingat-ingat apakah terowongan berkelok-kelok yang kami lewatimemang jalan yang benar, tapi pertanyaan-pertanyaan tersebut tetap terngiang-ngiangdi telingaku.

Page 52: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

52 | P a g e

-"Dad? Dad-di mana kau?" Suara Sari semakin gelisah.

Terowongan itu, membelok dan menanjak, lalu kembali datar. Sari berhentimendadak. Aku tak sempat berhenti. Senternya hampir jatuh ketika aku menabraknya."Sori," bisikku.

"Gabe, lihat tuh-!" dia berseru tertahan sambil mengarahkan senternya ke lantai."Jejak kaki."

Aku menatap lingkaran cahaya di bawah, lalu melihat sejumlah jejak kaki di lantaitanah. Bekas tumit dan tonjolan-tonjolan runcing. "Sepatu pekerja," gumamku.

Sari menggerak-gerakkan senternya. Kami melihat sejumlah jejak yang berbeda, dansemuanya menuju ke arah yang sama dengan kami.

"Apakah ini berarti bahwa ini jalan yang benar?" tanya Sari.

"Mungkin," jawabku. Aku mengamati jejak-jejak sepatu itu. “Aku tidak tahu apakahjejak-jejak ini masih baru, atau sudah lama."

"Dad!" Sari kembali berseru. "Dad bisa mendengarku?"

Tetap tak ada jawaban.

Sari mengerutkan kening, lalu memberi isyarat agar aku mengikutinya. Jejak kaki itutelah memberikan harapan baru kepada kami, dan Sari dan aku segera mempercepatlangkah. Kami terus berjalan sambil berpegangan pada dinding untuk menjagakeseimbangan.

Tiba-tiba kami sampai di ruangan depan ruang makam, dan kami sama-sama bersorakdengan gembira. Sorot senter kami menerangi hieroglif-hieroglif tua yang memenuhidinding dan pintu.

"Dad? Dad?" Suara Sari membelah keheningan yang terasa mencekam,

Kami bergegas melewati ruangan kosong itu, lalu menyelinap lewat pintu berikutnya.Ruang makam sang pangeran tampak gelap dan sunyi.

"Dad? Daddy?" Sari kembali memanggil-manggil.

Aku ikut berseru. "Paman Ben? Paman ada di sini?"

Cahaya senterku menyapu harta karun yang menumpuk di ruangan tersebut,menerangi peti-peti, kursi-kursi, dan bejana-bejana tanah liat di pojok.

"Ia tak ada di sini," ujar Sari dengan lesu. Sepertinya dia sudah mau menangis.

"Kalau begitu, ke mana Doktor Fielding membawa Paman Ben?" aku bertanya."Untuk apa reka masuk ke piramida kalau bukan untuk datang ke sini?"

Page 53: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

53 | P a g e

Sorot senter Sari menerangi peti mumi yang terbuat dari batu. Sari mengamatinyasambil memicingkan mata.

"Paman Ben!" aku berseru. "Paman Ben ada di sini?"

Sari meraih lenganku. “Lihat, Gabe!" Sorot senternya masih menerangi peti mumi.

Aku tidak tahu apa yang hendak diperlihatkannya padaku, "Ada apa?" aku bergumam.

"Peti mumi itu," Sari berkata pelan-pelan,

Aku menatap peti mumi yang tertutup rapat.

"Petinya tertutup," Sari melanjutkan. Dia langsung melangkah maju dan menghampiripeti itu sambil menyorotkan senternya.

"Kenapa memangnya?" Aku masih belum mengerti.

"Waktu kita pulang kemarin sore," Sari menjelaskan, "petinya masih terbuka. Akuingat Daddy menyuruh para pekerja membiarkannya terbuka sampai besok pagi."

"Oh, kau benar!" seruku.

'''Bantu aku Gabe" Sari memohon sambil meletakkan senternya di tanah. "Kita harusmembuka peti mumi ini!”

Sejenak aku bimbang. Aku merinding karena ngeri. Tapi kemudian aku menariknapas panjang dan maju untuk membantu sepupuku itu.

Dia sudah mulai mendorong tutup peti mumi yang terbuat dari batu. Aku melangkahke sampingnya dan ikut mendorong. Dengan sekuat tenaga.

Ternyata lempengan batu itu bergeser lebih mudah dari yang kuduga.

Sari dan aku mendorong sambil terengah-engah, sampai berhasil menggeser tutup petimumi itu sejauh satu kaki.

Kemudian kami mengintip ke dalamnya dan memekik dengan ngeri.

-20

-"DADDY!" Sari memekik.

Paman Ben tergeletak dalam posisi telentang. Lututnya tertekuk, lengannya terjulurlurus ke bawah, kedua matanya terpejam rapat-rapat.

"Apakah ia-apakah ia-?" Sari tergagap-gagap, tanpa berani menyelesaikan pertanyaantersebut.

Page 54: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

54 | P a g e

Dengan waswas aku menempelkan tanganku ke dada Paman Ben. Detak jantungnyakuat dan berirama. "Dia masih hidup," aku memberi tahu Sari.

Kemudian aku membungkuk ke peti mumi. "Paman Ben? Paman bisa mendengarku?Paman Ben?"

Ia tidak bergerak.

Aku meraih sebelah tangan Paman Ben dan meremasnya. Tangannya terasa hangat,namun lunglai. "Paman Ben? Bangunlah!" seruku.

Matanya tetap terpejam rapat-rapat. Pelan-pelan aku menurunkan kembali tangannyake dasar peti mumi. "Dia pingsan," gumamku.

Sari berdiri di belakangku. Kedua tangan ditempelkannya ke pipi. Dia menatapPaman Ben sambil membelalakkan mata karena ngeri. "Ini tidak bisa dipercaya!" diaberseru dengan suara kecil.

"Doktor Fielding menyekap Daddy. Dia menyekapnya di dalam peti mumi. Kalau sajakita tidak menemukan Daddy...." Suaranya melemah.

Paman Ben mengerang tertahan.

Sari dan aku menatapnya dengan penuh harap.

Tapi ia tetap tidak membuka mata.

"Kita harus panggil polisi," aku berkata kepada Sari. "Kita harus melaporkanperbuatan Doktor Fielding."

"Tapi kita tidak bisa membiarkan Dad sendiri di sini!" balas Sari.

Aku sudah hendak menjawab-tapi tiba-tiba sebuah pertanyaan mengerikan timbuldalam pikiranku. "Sari?" aku berkata pelan-pelan. "Kalau Paman Ben terbaring didalam peti mumi... lalu muminya ada di mana?"

Sari langsung melongo. Dia menatapku tanpa sanggup berkata apa-apa.

Tiba-tiba terdengar suara langkah.

Pelan, seperti diseret.

Dan kemudian mumi itu muncul sambil terhuyung-huyung.

-2.1

-AKu membuka mulut untuk menjerit-tapi suaraku seperti tersangkut di tenggorokan.

Sambil terhuyung-huyung mumi itu melintasi -uang makam, Pandangannya kosongdan tertuju lurus ke depan. Tengkoraknya yang berlumuran tar tampak menyeringai.

Page 55: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

55 | P a g e

Srek. Srek.

Langkahnya diseret-seret. Perlahan-lahan mumi itu mengangkat kedua tangannya,diiringi bunyi berderak yang membuat bulu roma berdiri.

Srek. Srek.

Aku mulai panik. Seluruh tubuhku gemetar tak terkendali.

Aku mundur pelan-pelan, menjauhi, peti mumi. Sari tidak beranjak dari tempatnya,Dia terpaku bagaikan patung, sambil menempelkan tangan ke pipi. Aku meraihlengannya dan menariknya ke belakang. "Sari-mundur! Mundur!" aku berbisikdengan nada mendesak.

Dia menatap mumi itu dengan mata terbelalak.

Aku tidak tahu apakah dia mendengarku atau tidak. Sekali lagi aku menariklengannya,

Punggungku membentur dinding.

Mumi itu terus menghampiri kami. Semakin dekat. Dia menatap kami denganmatanya yang kosong, dan tangannya yang berlepotan tar menggapai-gapai.

Sari memekik.

"Lari!" teriakku. "Sari-lari!"

Tapi kami tetap terpaku dengan punggung merapat ke dinding. Sedangkan jalan kepintu terhalang oleh si mumi.

"Ini salahku!" aku berkata dengan suara bergetar. "Aku nekat mengulang-ulangimantra itu sampai lima kali. Gara-gara aku dia jadi hidup lagi!"

"A-apa yang harus kita lakukan?" tanya Sari sambil berbisik.

Aku pun tidak tahu. "Paman Ben!" aku berseru dengan panik. "Paman Ben-tolongkami!"

Tapi Paman Ben tetap tidak bereaksi. Teriakanku pun tidak sanggupmenyadarkannya.

Sari dan aku beringsut-ingsut menyusuri dinding. Pandangan kami terpaku padamumi yang terus bergerak maju. Kakinya diseret-seret di lantai tanah, sehinggamenerbangkan awan debu yang gelap.

Bau busuk mulai memenuhi ruangan. Bau mumi berumur empat ribu tahun yang tiba-tiba hidup lagi.

Page 56: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

56 | P a g e

Aku semakin merapat ke dinding batu yang dingin. Otakku bekerja keras. Mumi ituberhenti sejenak ketika sampai di petinya, kemudian membelok dengan kaku dankembali menghampiri kami.

-"Hei-!" aku berseru, ketika sebuah ide muncul dalam benakku.

Tangan mumi-ku! Si Pemanggil.

Kenapa baru sekarang aku teringat? Musim panas tahun lalu tangan mungil itu sudahpernah menyelamatkan nyawa kami dengan menghidupkan sejumlah mumi tua.

Barangkali tangan itu juga ampuh untuk menghentikan mumi, untuk membuat mumikembali ke alam baka.

Kalau aku mengacungkan tangan itu ke hadapan Pangeran Khor-Ru, mungkinkah diaakan berhenti cukup lama sehingga Sari dan aku sempat kabur?

Kesempatanku tinggal beberapa detik lagi.

Tak ada salahnya dicoba.

Aku merogoh kantong belakang jeans-ku untuk meraih tangan kecil itu.

Tapi ternyata Pemanggil-ku sudah hilang.

-22

-"ADUH!" aku berseru kaget, lalu merogoh kantongku yang lain.

Tangan mumi itu tidak ada.

"Gabe-ada apa?" tanya Sari.

"Tangan mumi-ku-hilang!" aku menyahut dengan suara parau karena panik.

Srek, Srek.

Bau busuk tambah menyengat ketika mumi tua itu menghampiri kami.

Aku tahu aku harus menemukan tangan mumiku. Tapi aku sadar bahwa aku tidakpunya waktu untuk mencarinya. "Kita harus kabur," aku berkata kepada Sari."Gerakan mumi itu lamban dan kaku. Kalau kita bisa melewati dia..."

"Tapi bagaimana dengan Daddy?" seru Sari. "Kita tidak bisa meninggalkannya begitusaja di sini."

"Tidak ada pilihan lain," balasku, "Kita panggil bantuan dulu. Setelah itu kita kembalilagi,"

Page 57: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

57 | P a g e

Tulang-tulang Pangeran Khor-Ru berderak-derak ketika dia melangkah maju. Akulangsung tahu bahwa itu suara tulang patah. Meski demikian, dia terus mengejar kamidengan tangan terjulur ke depan,

"Sari-lari-sekarang!" aku memberi aba-aba.

Aku mendorongnya dengan keras.

Sekali lagi terdengar bunyi berderak. Mumi itu membungkuk, berusaha menangkapSari dan aku ketika kami berlari menghindarinya.

Aku berusaha mengelak dengan merundukkan kepala. Tapi tengkukku sempattergores tangannya yang dingin dan kaku, bagaikan tangan patung.

Seumur hidup aku takkan pernah melupakan sentuhan itu.

Bulu kudukku berdiri. Aku merunduk semakin rendah lalu menerjang maju.

Aku mendengar napas Sari yang tersengal-sengal.

Jantungku berdegup kencang waktu aku berusaha mengejarnya. Aku memaksakan diriuntuk berlari, tapi kakiku terasa berat sekali, seakan-akan terbuat dari batu.

Kami sudah hampir mencapai lubang pintu ketika melihat cahaya berkerlap-kerlip,

Sari dan aku memekik tertahan dan langsung berhenti ketika seberkas sinar menyapuruangan. Di balik cahaya itu, kami melihat sesosok tubuh melangkah masuk.

Aku segera melindungi mata dari cahaya yang terasa menyilaukan, Siapa itu? akubertanya dalam hati.

"Nila!" setuku, ketika wanita itu mengalihkan sorot senternya ke langit-langit. "Nila-tolong!" aku tergagap-gagap.

"Dia hidup!" teriak Sari. "Nila-mumi itu hidup lagi!" Dia menunjuk mumi di belakangkami.

"Tolong kami!" aku memekik.

-Nila membelalakkan mata dengan heran. "Apa yang harus kulakukan?" tanyanya.Namun tiba-tiba roman mukanya berubah marah. "Apa yang harus kulakukan padakalian berdua? Seharusnya kalian tidak di sini. Kalian mengacaukan semuanya!"

"Bah?” aku berseru dengan bingung.

Nila melangkah maju sambil mengangkat tangan kanannya.

Aku memicingkan mata agar bisa melihat apa yang sedang dipegangnya.

Tangan mumi-ku!

Page 58: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

58 | P a g e

Dia mengacungkan tangan mungil itu ke hadapan si mumi. “Kemarilah, adikku!" Nilamemanggil.

-23

"KOK tangan mumi-ku bisa sampai ke tanganmu? Apa yang telah kaulakukan?”tanyaku.

Nila tidak menggubris pertanyaanku. Sebelah tangannya memegang senter,Tangannya yang satu lagi mengangkat tangan mumi-ku tinggi-tinggi.

"Kemarilah, adikku!" ia memanggil sambil melambai-lambaikan tangan mumi-ku."Ini aku Putri Nila!"

Dengan patuh mumi itu menghampirinya. Kakinya berderak-derak, tulang-tulangnyapatah dan retak.

"Nila-hentikan! Kau mau apa?" Sari memekik.

Tapi Nila terus mengabaikan kami. "Ini aku, kakakmu!" dia berseru kepada mumi itu.Sebuah senyum kemenangan muncul di wajahnya yang cantik. Matanya yang hijautampak bersinar-sinar bagaikan zamrud.

"Sudah begitu lama aku menanti hari ini," ujar Nila. "Berabad-abad aku menunggudan berharap bahwa suatu hari makammu akan ditemukan dan kita bisa bersatukembali,"

Wajah Nila berseri-seri. Tangan mumi-ku tampak bergetar di tangannya. "Aku telahmengembalikan nyawamu, adikku!" dia berseru. "Berabad-abad aku menunggukesempatan ini. Tapi penantianku tidak sia-sia, Kita akan berbagi semua harta yangada di sini. Dan dengan kekuatan kita, kita akan memimpin negeri Mesir-sepertiempat ribu tahun lalu!"

Nila menoleh ke arahku. "Terima kasih, Gabe." katanya. "Terima kasih atasPemanggil ini! Begitu aku melihatnya, aku langsung tahu bahwa aku harusmemilikinya. Aku langsung tahu tangan mumi ini bisa membuat adikku hidupkembali. Mantra kuno itu belum cukup! Aku juga memerlukan si Pemanggil!"

"Kembalikan!" aku berseru sambil berusaha merampasnya. "Itu punyaku, Nila.Kembalikan padaku"

Wanita itu tertawa mengejek. "Kau takkan memerlukannya, Gabe," katanya perlahan.

Nila kembali melambaikan tangan mungil itu ke arah si mumi. "Binasakan mereka,adikku!" perintahnya. "Binasakan mereka! Sekarang juga! Tidak boleh ada saksi!"

''Tidaalkkk!'' Sari memekik. Berdua kami langsung menuju ke pintu. Tapi Nila keburumencegat sebelum kami sempat keluar.

Page 59: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

59 | P a g e

Aku berusaha mendorongnya seperti pemain rugby. Tapi ternyata Nila jauh lebih kuatdari yang kuduga.

"Nila-biarkan kami pergi!" Sari menuntut. Napasnya terengah-engah.

Nila tersenyum dan menggelengkan kepala. "Tak boleh ada saksi," gumamnya.

"Nila-kami cuma mau mengeluarkan Daddy dari sini. Kau boleh berbuat sesukahatimu!" Sari mendesaknya dengan panik.

Nila tidak menghiraukan imbauan itu. Dengan tenang dia kembali berpaling kepada simumi. "Binasakan kedua-duanya!" serunya. "Mereka tidak boleh meninggalkanmakam ini dalam keadaan hidup!"

Sari dan aku membalik, dan melihat mumi itu menghampiri kami. Tengkoraknyayang hitam seakan-akan berpendar dalam cahaya yang remang-remang. Aku melihatkain kuning yang membalutnya telah terbuka sebagian, dan terseret di belakangnya.

Ia semakin dekat. Semakin dekat.

Aku kembali berpaling ke pintu. Nila menghalangi jalan kami. Dengan kalut akumemandang berkeliling, mencari-cari jalan lain untuk menyelamatkan diri.

Tapi tak ada jalan lain.

Tak ada cara lain untuk melarikan diri.

Mumi itu menerjang Sari dan aku.

Dan dia menjulurkan tangannya yang dingin untuk melaksanakan perintah Nila yangkejam.

-2.4

-SARI dan aku melompat ke pintu, tapi Nila tidak membiarkan kami lewat.

Mumi itu langsung mengejar. Ditatapnya kami dengan pandangannya yang kosong.

Tangannya yang kaku menggapai-gapai. Sekali lagi dia melangkah maju.

Aku memejamkan mata dan menahan napas. Tapi di luar dugaanku, mumi melewatiSari dan aku-lalu mencengkeram leher Nila dengan tangannya yang hitam karena tar.

Nila hendak memprotes. Tapi cengkeraman mumi itu terlalu kuat, sehingga Nila tidaksanggup bersuara.

Si mumi mendongakkan kepalanya sedikit, seakan-akan hendak menatap wajahwanita itu. Dia menggerak-gerakkan bibir, lalu terbatuk-batuk. Kemudian, ia berkatadengan suara yang teramat parau:

Page 60: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

60 | P a g e

"Biarkan aku beristirahat dengan tenang!"

Nila memekik tertahan.

Cengkeraman mumi itu semakin keras pada leher Nila.

-Aku berbalik berusaha meraih tangan mumi itu.

"Lepaskan dia!" jeritku,

Angin kering tersembur dari mulut si mumi.

Tanpa mengendurkan cengkeramannya, mumi itu berusaha menjatuhkan Nila kelantai. Tangan wanita itu mendayung-dayung untuk menjaga keseimbangan. Senterdan tangan mumi-ku terlepas dari tangannya.

Aku memungut tangan mumi-ku dan langsung memasukkannya ke kantong celanaku."Pergi! Pergi! Pergi!" teriakku, Aku menjangkau punggung si mumi, berusahamenarik tangannya dari leher Nila, Mumi itu menggerung, mengeluarkan suara penuhmarah.

Lalu mumi itu menegakkan dirinya, dan dengan keras berusaha menepiskancengkeramanku pada bahunya.

Aku terkejut menyadari kekuatan mumi itu.

Aku terdorong ke belakang, menggapai-gapai, mencari keseimbangan agar tak sampaiterjatuh. Tanpa sengaja tanganku menggenggam kalung yang melingkar di leher Nila.

"Hei-!" seruku lagi dengan kaget ketika si mumi kembali mendorongku dengan keras.Aku terhuyung-huyung ke belakang.

Mata kalung Nila copot dari rantainya, terlepas dari tanganku, jatuh ke lantai-danpecah berkeping-keping.

"Aduuuuuuh!" Sebuah jeritan memilukan terdengar, membuat dinding-dindingbergetar.

Si mumi langsung terdiam, berhenti bergerak.

Nila membebaskan diri dari cengkeramannya. -Dia mundur sambil membelalakkanmata dengan ngeri. "Nyawaku! Nyawaku!" dia memekik-mekik.

Dia membungkuk, berusaha memungut semua pecahan mata kalungnya dari lantai.Tapi mata kalung itu telah terpecah menjadi seratus bagian kecil-kecil.

"Nyawaku!" Nila meratap sambil mengamati pecahan-pecahan di tangannya. Iamenoleh ke arah Sari dan aku. "Aku hidup di dalam mata kalung itu!" serunya."Setiap malam aku kembali ke dalamnya. Berkat mata kalung itu aku bisa hidupempat ribu tahun! Dan sekarang... sekarang... ohhhh..."

Page 61: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

61 | P a g e

Suaranya melemah, dan serta-merta ia mulai mengecil.

Kepalanya, lengannya, seluruh tubuhnya mengerut. sampai menghilang di dalampakaiannya.

Sari, dan aku menyaksikan semua itu sambil terbengong-bengong.

Beberapa detik kemudian, seekor scarab muncul dari balik sweter wanita itu. Mula-mula gerakannya tampak kikuk. Tapi kemudian serangga tersebut merayap dengancepat, menghilang dalam kegelapan.

"Kum-kumbang itu-" Sari tergagap-gagap. "Itu Nila?"

Aku mengangguk. "Kelihatannya begitu," ujarku, sambil menatap pakaiannya yangmengonggok di lantai.

"Kau percaya dia benar-benar putri Mesir kuno? Kakaknya Pangeran Khor-Ru?" Saribertanya sambil bergumam.

"Ini semua tidak masuk akal," sahutku. Aku berusaha keras untuk memahami segalasesuatu yang diucapkan Nila tadi.

"Rupanya setiap malam dia berubah jadi scarab," aku berkata kepada Sari. "Diamasuk ke dalam mata kalung dan tidur di situ. Mata kalung itu melindunginya-sampai... "

"Sampai kau memecahkannya," bisik Sari.

"Ya." Aku mengangguk. "Tapi aku tidak sengaja. itu kecelakaan...."

Tiba-tiba aku merasakan sebuah tangan dingin menggenggam bahuku dari belakang.

Seketika aku sadar bahwa si mumi berhasil menangkapku.

-25

-TANGAN itu terus mencengkeram pundakku. "Lepaskan aku!" aku memekik.

Aku berbalik-dan jantungku nyaris copot.

"Paman Ben?” seruku,

"Daddy!" Sari langsung melompat maju dan mendekap ayahnya. "Daddy-kau tidakapa-apa?"

Paman Ben melepaskan tangannya dari pundakku, lalu menggosok-gosoktengkuknya. Matanya berkedip-kedip, lalu dia menggeleng-gelengkan kepala.Sepertinya Paman masih pusing.

Page 62: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

62 | P a g e

Di belakangnya, aku melihat si mumi berdiri tak bergerak, sekali lagi tanpa nyawa.

"Uih, kepalaku masih berdenyut-denyut," ujar Paman Ben. sambil mengusaprambutnya yang hitam dan tebal. "Hampir saja aku celaka,"

"Ini semua salahku," aku mengakui. "Mantra itu kuulangi sampai lima kali, Paman.Aku tidak bermaksud menghidupkan mumi itu, tapi-"

Pamanku tersenyum, lalu merangkulku. "Bukan kau, Gabe," katanya dengan lembut."Nila menduluimu."

Dia menghela napas, "Tadinya aku tidak percaya keampuhan mantra itu," katanyapelan-pelan, "tapi sekarang aku sudah berubah pikiran. Nila mencuri tangan mumi-mu, lalu mengucapkan mantra itu. Ia menggunakan Pemanggil itu untukmenghidupkan mumi ini. Doktor Fielding dan aku memang sudah curiga padanya."

"Oh, ya?" aku berseru. “Tapi kenapa? Aku Pikir-"

"Aku mulai curiga waktu makan malam tadi," Paman Ben menjelaskan. "Kalian ingat,tidak? Dia tanya bagaimana bunyi keenam kata tua yang bisa menghidupkan kembaliorang yang sudah mati. Nah, aku tidak pernah memberitahunya bahwa mantra ituterdiri atas enam kata. Jadi aku langsung tanya dari mana ia tahu itu."

Paman Ben juga merangkul Sari, lalu berjalan menghampiri dinding. Kemudian iamenyandarkan punggung sambil kembali menggosok-gosok tengkuk.

"Karena itulah aku pergi ke tenda komunikasi sehabis makan malam," Paman Benmelanjutkan.

"Aku menelepon Harian Cairo Sun. Ternyata mereka belum pernah mendengar namaNila. Dari situ aku tahu dia bohong."

"Tapi kami melihat Doktor Fielding menyeret Dad dari tenda," ujar Sari. "Kamimelihat bagaimana dia memaksa Daddy masuk ke pirdmida-"

Paman Ben tertawa kecil. "Rupanya kalian ini tidak berbakat sebagai mata-mata,"komentarnya. "Doktor Fielding tidak memaksaku berbuat apa pun. Dia sempatmelihat Nila menyelinap ke dalam piramida, lalu memanggilku di tenda komunikasi.Kami berdua segera menyusul Nila untuk melihat apa yang hendak dilakukannya.

"Tapi kami terlambat," Paman Ben melanjutkan. "Wanita itu sudah menghidupkan simumi. Doktor Fielding dan aku berusaha menghalaunya, tapi Nila memukul kepalakudengan senter. Kemudian menyeretku ke peti mumi. Rupanya ia menyekapku didalam peti itu."

Sekali lagi Paman menggosok-gosok tengkuk. "Hanya itu yang kuingat. Sampaisekarang. Sampai aku siuman tadi dan melihat Nila berubah menjadi scarab."

Page 63: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

63 | P a g e

"Kami melihat Doktor Fielding bergegas keluar dari piramida," Sari melaporkan."Aku sama sekali tak digubrisnya ketika ia melewatiku. Tampangnya aneh sekali dan-"

Dia terdiam dan melongo. Paman Ben dan aku juga mendengar suara itu.

Suara langkah diseret-seret di luar ruang makam. Jantungku langsung berdegup-degup. Aku berpegangan pada lengan Paman Ben.

Suara langkah itu semakin dekat.

Ada mumi lagi, pikirku.

Ada mumi lagi.

Mumi yang ikut hidup kembali, dan kini menuju ke makam sang pangeran.

-26

AKU merogoh kantong jeans- ku, meraih tangan mumi-ku. Sambil merapatkanpunggung ke dinding, aku menatap ke lubang pintu ruang makam-dan menunggu.

Menunggu mumi itu muncul.

Tapi di luar dugaanku, yang melangkah masuk adalah Dr, Fielding. Ia diikuti empatpolisi berseragam gelap yang siap mencabut pistol.

"Ben-kau tidak apa-apa?" Dr. Fielqing bertanya kepada pamanku. "Mana wanitamuda itu?"

"Ia... ia melarikan diri," jawab Paman Ben.

Dengan hati-hati para petugas memeriksa seluruh ruang makam. Sambil mengerutkankening mereka memperhatikan mumi yang seakan-akan terpaku di dekat pintu.

"Syukurlah kau tidak apa-apa, Ben," ujar Dr, Fielding sambil menggenggam pundakPaman. Kemudian ia berpaling kepada Sari. "Saya harus minta maaf padamu, Sari,"katanya serius. "Waktu saya keluar dari sini, saya dalam keadaan bingung. Saya ingatsempat melihatmu di luar. Tapi seingat saya, saya tidak mengatakan apa-apa."

"Tidak apa-apa," sahut Sari.

-"Saya minta maaf kalau saya membuatmu takut," Dr. Fielding menegaskan."Ayahmu baru saja dipukul sampai pingsan oleh wanita muda yang sinting itu. Danyang terpikir oleh saya hanyalah bahwa saya harus segera memanggil polisi."

"Sudahlah, petualangan ini sudah berakhir," kata Paman Ben sambil tersenyum. "Marikita keluar dari sini."

Page 64: Goosebumps-kembalinya Sang Mumi

64 | P a g e

Kami mulai berjalan ke pintu, tapi dicegah oleh salah satu polisi. "Ada satu hal yangingin saya tanyakan," petugas itu berkata sambil menatap mumi di tengah-tengahruangan. "Apakah mumi ini tadi berjalan?"

"Tentu saja tidak!" balas Paman Ben cepat-cepat.

Ia langsung nyengir lebar. "Kalau bisa jalan, masa ia masih meringkuk di tempatpengap seperti ini?"

-Nah, sekali lagi aku menjadi pahlawan yang menyelamatkan keadaan. Dan tentu saja,aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Begitu kembali ke tenda, aku langsunggembar-gembor tentang keberanianku.

Sari pasang tampang kecut. Tapi dia tidak punya pilihan selain mendengarkanceritaku. Bagaimanapun juga, aku yang menghentikan mumi itu dan memecahkanmata kalung Nila, sehingga dia kembali jadi kumbang.

"Tapi jangan lupa, kumbang itu sempat kabur dan menghilang," Sari berkomentarsambil tersenyum jail, "Aku jamin kumbang itu sedang menunggumu, Gabe. Akuyakin dia ada di tempat tidurmu dan menunggu untuk menggigitmu."

-Aku tertawa. "Sari, jangan coba menakut-nakuti aku, deh. Kau cuma tidak tahankarena aku yang jadi pahlawan."

"Ya," akunya terus terang. "Aku memang tidak tahan. Sudahlah, aku mau tidur dulu.Sampai besok, Gabe,"

Beberapa menit kemudian aku sudah berganti baju dan sudah siap naik ke tempattidur. Malam ini luar biasa! Betul-betul luar biasa!

Ketika aku menyusup ke bawah selimut, aku masih sempat berpikir bahwa malam inimerupakan malam yang takkan pernah kulupakan.

"Aduh!"

-Selesai