Gondok Atau Goiter Nontoksik
-
Upload
nandy-hermawan -
Category
Documents
-
view
69 -
download
0
Transcript of Gondok Atau Goiter Nontoksik
Gondok atau Goiter Nontoksik (Tidak beracun) adalah pembesaran kelenjar thyroid yang abnormal yang penyebabnya bermacam-macam. Kelenjar thyroid berfungsi untuk memproduksi hormone tiroid yang berfungsiuntuk mengontrol metabolisme tubuh sehingga tercapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal.Kelenjar tiroid membesar secara merata, menyerang lebih banyak pada wanita usia antara 20-60 tahun.
Gejalanya :
Pembengkakan pada leher bagian depan, secara bertahap makin membesar. Tampak penonjolan pada sepertiga bawah leher. Goiter yang besar dapat menimbulkan masalah penekanan, disertai pergeseran letak trachea dan esofagus dan gejala-gejala sumbatan.
Biasanya tidak sakit
Komplikasi ;
- Hipotiroid yaitu suatu keadaan dimana produksi hormon tiroid berkurang
- Kesulitan dalam bernapas/menelan karena penekanan pada kerongkongan dan tenggorokan di leher
- Tirotoksikosis/gondok racun jarang terjadi
- Kanker tiroid
Penyebabnya :
- Auto Immun (dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang jaringan itu sendiri)
- Obat-obatan tertentu
- Kurangnya yodium dalam makanan dan air minum yang terdapat di pegunungan tertentu.
Pencegahan : Pemberian yodium dicampur pada gram dapur
Pengobatan ; secara hormonal, kalau goiter besar perlu dilakukan operasi
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN STRUMA
KONSEP DASAR STRUMA
1. Definisi Struma
Struma adalah istilah untuk pembesaran kelenjar gondok.( kumpulan kuliah patologi , FKUI . Jakarta )
2. Insiden kasus
Penyakit ini sering di jumpai dan menyerang sampai 16% wanita dan 4% pria yang berusia antara 20 sampai 60 tahun seperti yang telah dibuktikan oleh suatu penyelidikan di Tecumseh. ( patofisiologi ,Silvia A. price)
3. Etiologi
a. Defisiensi yodium
b. Gangguan kimia intratiroid
4. Patofisiologi struma
Etiologi goiter non toksik antara lain adalah defisiensi yodium atau gangguan kimia intratiroid oleh berbagai factor. Akibat gangguan ini kapasitas kelenjar tiroid untuk mensekresi tiroksin terganggu , mengakibatkan peningkatan kadar TSH dan hyperplasia dan hipetrofi folikel- folikel tiroid. Sehingga terjadi penekanan mekanis trakea dan esophagus sehingga timbul gejala gejala obstruksi. Dari pembesaran kelenjar tiroid dapat menimbulkan masalah keperawatan gangguan citra tubuh,.kurangnya informasi sebelum tindakan pembedahan menimbulkan masalah ansietas.kemudian setelah pembedahan menimbulkan masalah keperawatan nyeri akut, kerusakan komunikasi verbal, risiko infeksi, PK hemoragi, PK hipoparatiroid
5. klasifikasi struma
a. Secara morfologi ( konsistensi / bentuk )
1) bentuk kista : struma kistika
tidak pernah toksik ( kista jinak )
tidak ada tanda tanda keganasan pada tubuh
berbatas tegas, permukaan licin, konsistensi kistik
2) bentuk noduler : struma
ganas, mungkin toksik
bentuk jelas, konsistensi kenyal, keras, keras seperti batu ( ganas )
3) bentuk difusa : Struma difus
tidak pernah ganas tapi toksik
batas tidak jelas,konsistensi kenyal tapi sering lembek
4) bentuk vaskuler ; struma vaskulosa
toksik dan sifatnya difusa
Mengandung banyak pembuluh darah
b. Secara klinis
1) Toksik
2) Non toksik
6. Manifestasi klinis
a. Secara klinis
keadaan umum lemah
kurus meskipun banyak makan
bola mata exopthalmus
kulit basah , terus keluar keringat
muka merah
b. Gejala pada kardiovaskuler
palpitasi
takikardi
hipotensi sistolik
c. Gejala pada system persyarafan
emosi labil, cepat marah dan tersinggung
tremor
7. Pemeriksaan fisik ; terlihat penonjolan di sepertiga di bagian bawah leher
8. Pemeriksaan penunjang
1) pemeriksaan T3 dan T4
2) BMR ( basal metabolisme rate)
3) EKG
4) Scintiscan yodium radioaktif
5) Sidik ultrasound
9. Therapy
1) penekanan TSH oleh hormone tiroid
2) goiter yang besar harus dilakukan pembedahan
3) pengobatan dengan tiroksin
4) beri tambahan yodium
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN STRUMA
1. Pengkajian
a. PRE OP
Data subjektif
Pasien mengatakan takut akan di operasi
Pasien mengatakan dadanya berdebar debar
Pasien mengatakan malu dengan adanya benjolan di lehernya
Data objektif
Takikardi
Bola mata exopthalmus
Kulit basah, terus keluar keringat
Muka merah
Tremor
Terdapat benjolann di lehernya
b. Post OP
Data subjektif
Pasien mengeluh nyeri pada area luka operasi
Data objektif
Pasien tampak terpasang drain di area luka operasi
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakitnya
2. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang kondisi, dan kebutuhan pengobatannya
3. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang pre operasi
4. Nyeri akut b/d tindakan pembedahan
5. Kerusakan komunikasi verbal b/d kerusakan kemampuan menghasilkan bicara sekunder terhadap strumectomy
6. Risiko infeksi b/d masuknya organisme sekunder terhadap pembedahan
7. PK hemoragi
8. PK hipoparatiroid
Prioritas masalah ;
1. Gannguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakitnya
2. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang kondisi, dan kebutuhan pengobatannya
3. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang pre operasi
4. Nyeri akut b/d tindakan pembedahan
5. PK hemoragi
6. Kerusakan komunikasi verbal b/d kerusakan kemampuan menghasilkan bicara sekunder terhadap strumectomy
7. Risiko infeksi b/d masuknya organisme sekunder terhadap pembedahan
8. PK hipoparatiroid
3. Rencana tindakan
Merupakan petunjuk tertulis yang disusun dengan komponennya yaitu no, hari ,
tanggal, jam, interrvensi dan rasional
NO
Hari/ tgl/jam
Dx
Intervesi
Rasional
1
2
3
4
5
1
Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya
Dorong pasien untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan, prognosa kesehatan
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan
Pasien mampu berkomunikasi dengan orang lain
Membeikan keyakinan pada pasien tentang penyakitnya
Membina hubungan saling percaya
2,
3
Tinjau ulang keadaan penyakit dan harapan masa depan.
Sarankan pasien untuk tetap mempertahankan secara aktif jadwal yang teratur dalam makan, tidur dan latihan
Anjurkan pada pasien ubbtuk mmengkonsumsi garam beryodium
Observasi tingkah laku yang menunjukkkan tingkat ansietas
Memberikan pengetahuan pasien yang dapat memilih berdasarkan informasi
Membantu untuk meningkatkan perasaan menyenangkan , sehat dan memahami bahwa aktifitas fisik yang tidak teratur dapat meningkatkan kebutuhan hormone
Penggunaan garam beryodium seringkali cukup untuk memenuhi kebutuhan akan yodium
Ansietas ringan dapat di tunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang kedalam keadaan panic dapat menimbulkan perasaan terancam, terror. Ketidakmampuan untuk
1
2
4
3
Kaji tandatanda adanya nyeri verbal maupun nonverbal, catat lokasi, intensitas (skala 0-10) dan lamanya
Letakkan pasien dalam pisisi semi fowler dan sokong kepala / leher dengan bantal pasir atau bantal kecil
Pertahankan bel pemanggil dan barang yang sering digunakan dalam jangkauan yang mudah
Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut, relaksasi progresif
Berikan obat analgetik dan atau analgetik sprei tenggorok sesuai dengan kebutuhan
4
Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentukan efektifitas terapi
Mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas garis jahitan
Membatasi ketegangan, nyeri otot pada daerah operasi
Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri/ rasa tidak nyaman secara lebih efektif
Menurunkan nyeri dan rasa tidak nyaman, meningkatkan istirahat
5
5
Pantau perubahan tanda tanda vital, terutama peningkatan nadi dan penurunan tekanan darah, atau pernapasan cepat dan dalam.
Observasi drain
Mencegah terjadinya pendarahan
Mencegah terjadinya pendarahan
6
Kaji fungsi bicara secara periodic, anjurkan untuk tidak bicara terus menerus
Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban ya atau tidak Beritahu pasien untuk terus membatasi bicara dan jawablah bel pemanggil dengan segera
Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau kerusakan karena pembbedahan pada syaraf dan berakhir dalam beberapa hari
.
Menurunkan kebutuhan berespon, mengurangi bicara
Mencegah pasien bicara yang dipakksakan untuk menciptakan kebutuhhan yang diketahui/ memerlukan bantuan
7
Pantau suhu tubuhdan frekuensi nadi, perubahan jenis drainase luka, atau peningkatan area kemerahan dan nyeri tekan di sekitar tempat operasi
Mencegah terjadinya infeksi
8
Pantau terjadinya komplikasi hipoparatiroid
4. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan untuk menilai pelaksanaan tujuan dari rencana keperawatan. Langkah-langkah yang dilakukan saat evaluasi adalah menilai apakah tujuan tercapai dan tujuan tidak tercapai.
1) Tujuan tercapai
Mengidentifikasi pelaksanaan tujuan tercapai dan status pasien kembali pada sebelum sakit/pulih kembali.
2) Tujuan tidak tercapai
a) Rencana dilanjutkan yang artinya diagnosa tetap berlaku, tujuan/intervensi masih ada.
b) Direvisi artinya diagnosa tetap berlaku, tujuan/intervensi perlu direvisi.
c) Diagnosa resiko/kemungkinan menjadi aktual atau bahkan disingkirkan, jika diagnosa menjadi aktual, maka dibutuhkan perencanaan baru sehingga dalam (P) diuraikan perencanaan yang dimaksud.
d) Tujuan tercapi maka perencanaan selanjutnya tidak perlu dianjurkan, tidak perlu direvisi dan tidak perlu perencanaan baru.
e) Rencana semula dipakai lagi, jika dalam analisis ditemukan atau masalah/diagnosa yang telah teratasi terjadi kembali.
Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan pasien Struma adalah berdasarkan kriteria evaluasi dari diagnosa keperawatan tersebut. Adapun evaluasinya adalah sebagai berikut :
1. Gangguan citra tubuh dapat di atasi
2. Pasien dapat memahami tentang penyakitnya
3. Kecemasan pasien dapat di atasi
4. Nyeri berkurang
5. Pasien mampu berkomunikasi dengan baik setelah dilakukan pembedahan
6. Komplikasi perdarahan tidak terjadi
7. Komplikasi infeksi tidak terjadi
8. Komplikasi hipoparatiroid tidak terrjadi
DAFTAR PUSTAKA
- Carpenito Lynda Juall, 2001, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Jakarta;EGC
- Doengoes Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan edisi 3, Jakarta ; EGC
- Mansjoer Arif, 2001, Kapita selekta kedokteran, edisi ketiga, FKUI
- Price Sylvia, A .1994. Patofisiologi, Edisi 2, Jakarta ; EGC