GO-8
-
Upload
adliyahtamrini2253 -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of GO-8
DEVIASI MINIMUM PRISMA
Abstrak
Pada praktikum deviasi minimum ini memiliki tujuan yaitu menentukan sudut minimum deviasi prisma. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah mencari sudut deviasi yang berasal dari sudut sinar datang dan sinar bias. Apabila sudut deviasi telah didapatkan akan dibandingkan dengan sudut deviasi decara hitungan (sesuai teori) dan selanjutnya akan mencari sudut deviasi minimum. Pada percobaan ini menggunakan dua prisma dengan sudut bembias 45o dan 60o, dan memiliki sudut sinar datang (i) sebagai variabel manipulasi (50O, 55O, 60O, 65O, dan 70O), alat dan bahan sebagai variabel kontrol, dan sudut deviasi sebagai variabel respon. Percobaan ini menghasilkan taraf ketelitian pada prisma dengan sudut bembias 45o sebesar 57,95 %, dan menghasilkan taraf ketelitian pada prisma dengan sudut bembias 60o sebesar 78,52 %. Kesalahan pada praktikum disebabkan oleh praktikan karena kurang teliti, kekeliruan tindakan, dan kesalahan dalam memanipulasi data sudut sinar datang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prisma merupakan alat optik yang berupa beda transparan (bening) yang terbuat dari
bahan gelas atau kaca yang dibatasi oleh dua bidang permukaan yang membentuk sudut
tertentu. Sudut diantara dua bidang permukaan tersebut disebut dengan sudut pembias.
Sedangkan dua bidang yang membatasi disebut bidang pembatas. Apabila seberkas cahaya
melewati sebuah prisma maka pada bidang pembatas pertama cahaya akan dibiaskan
menjauhi garis normal. Sedangkan pada bidang pembatas kedua cahaya akan dibiaskan
mendekati garis normal. Cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal apabila cahaya
melewati medium yang kurang rapat ke medium rapat, sedangkan cahaya akan dibiaskan
mendekati garis normal apabila cahaya melewati medium yang rapat ke medium yang
kurang rapat. Sudut yang di bentuk oleh perpotongan dari perpanjangan cahaya dengan
perpanjangan bias yang meninggalkan prisma disebut juga dengan sudut deviasi. Setiap
prisma memiliki sudut deviasi tertentu. Pada praktikum kali ini kami menentukan sudut
deviasi minimum yang terjadi pada sebuah prisma bila dilewati oleh seberkas cahaya. Hal
inilah yang melatarbelakangi percobaan yang dilakukan untuk menentukan sudut deviasi
minimum pada sebuah prisma
B. Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah cara menentukan sudut deviasi minimum pada prisma?
2. Apa yang terjadi bila seberkas cahaya melewati sebuah prisma terhadap garis normal?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan sudut deviasi minimum pada sebuah prisma
2. Menjelaskan hal yang terjadi bila seberkas cahaya melewati sebuah prisma terhadap
garis normal
D. Hipotesis
1. Jika cahaya melewati medium yang kurang rapat ke medium rapat,maka cahaya akan
dibiaskan menjauhi garis normal. sedangkan jika cahaya melewati medium yang rapat ke
medium yang kurang rapat maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal.
BAB II
DASAR PUSTAKA
A. Prisma
Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas
sinar datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang
pembias I, akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II,
berkas sinar tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pada bidang pembias I, sinar
dibiaskan mendekati garis normal, sebab sinar datang dari zat optik kurang rapat ke zat
optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca. Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar
dibiaskan menjahui garis normal, sebab sinar datang dari zat optik rapat ke zat optik
kurang rapat yaitu dari kaca ke udara. Sehingga seberkas sinar yang melewati
sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah dari arah semula.
B. Sudut Deviasi
Setiap sinar yang datang pada prisma akan mengalami deviasi yang
menghasilkan sudut deviasi tertentu. Salah satu sinar datang tertentu pasti akan
menghasilkan sudut deviasi minimum.
Gambar 1. Deviasi prisma.
Berdasarkan hasil pembuktian, deviasi minimum dapat terjadi pada saat sudut
datang pertama sama dengan sudut bias kedua (i1 = r2 ). Besarnya sudut deviasi minimum
sebuah prisma dapat dicari sebagai berikut. Oleh karena i1 = r2 maka i1 = r1 sehingga
β = r1 + r1 = 2 r1
Pada persamaan sebelumnya (pada pembahasan pembiasan dan sudut deviasi
prisma) diketahui bahwa:
σ = (i1 + r2) – β
Maka deviasi minimum (δm) dapat dicari dengan persamaan:
δm = (i1 + r2) – β
Nilai r2 = i1 dimasukan ke dalam persamaan δm = (i1 + r2) – β maka menjadi:
δm = (i1 + r2) – β
δm = (i1 + i1) – β
δm = 2i1– β
Berdasarkan hukum pembiasan Snellius maka akan berlaku pesamaan:
=
= n1,2
atau
n1,2 =
Persamaan r1 = dan persamaan disubstitusikan ke
persamaaan n1,2 = diperoleh:
n1,2 =
n1,2 =
Jika β kecil maka sin ( ) = sehingga:
= n1,2 ( )
δm + β = n1,2 β
δm = n1,2 β – β
δm = (n1,2 – 1)β
Keterangan:
δm = sudut deviasi minimum
n1,2 = indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1
β = sudut pembias prisma
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan :
No. Nama Spesifikasi Jumlah
1. Prisma Kaca 1 buah
2. Jarum
Pentul
- 10 buah
3. Penggaris 30 cm, mika 1 buah
4. Kertas Putih HVS A4 10 lembar
5. Busur
Derajat
180° 1 buah
6. Ball-Point Warna 2 buah
B. Variabel :
1. Variabel Manipulasi : Sudut datang (I1)
Definisi operasional variabel:
Sudut datang (I1) ditentukan dari garis normal yaitu garis yang tegak lurus dengan
bidang dan besarnya diubah-ubah (40°, 50°, 55°, 60° dan 70°).
2. Variabel Kontrol : Alat dan bahan praktikum (meliputi prisma, jarum pentul,
penggaris, kertas putih, busur derajat, dan ball-point), sudut
prisma(β) .
Definisi operasional variabel:
Alat dan bahan praktikum (meliputi prisma, jarum pentul, penggaris, kertas putih,
busur derajat, dan ball-point) digunakan untuk perlengkapan penentuan besarnya
sudut deviasi
Sudut prisma(β) yaitu besarnya sudut yang dimiliki oleh prisma
3. Variabel Respon : Sudut Deviasi (D) dan Sudut Bias (r2)
Definisi operasional variabel:
Sudut Deviasi (D) adalah sudut yang terbentuk dari Sudut datang (I1) dan Sudut Bias
(r2) .
Sudut Bias (r2) adalah sudut yang terbentuk dari pembiasan melalui prisma yang
besarnya ditentukan dari ruang 2.
C. Rancangan Percobaan :
Gambar 2. Rancangan Percobaan Deviasi Minimum Prisma
D. Langkah Percobaan :
1. Meletakkan prisma diatas kertas putih kemudian menggambar pola segitiga alas
prisma pada kertas tersebut
2. Menepikan prisma jika sudah selesai menggambar pola segitiga prisma
β
i1 r2
r1 i2
δ
3. Menggambar garis normal 1 pada pola segitiga yang sudah digambar
4. Menentukan sudut datang (i1) sebesar 40° terhadap garis normal 1
5. Meletakkan prisma kembali tepat pada pola segitiga
6. Meletakkan jarum pentul di 2 titik pada sinar datang (titik yang berhimpitan dengan
prisma dan titik lain pada sinar datang yang agak berjauhan)
7. Melihat dengan seksama letak sinar bias yang terbentuk, jika jarum pentul sudah
terlihat sejajar kemudian ditandai dengan jarum pentul
8. Menepikan prisma dan jarum pentul yang menancap
9. Menggambar sinar bias yang terbentuk dari bekas tancapan jarum pentul
10. Menentukan garis normal 2, sehingga diperoleh sudut bias (r2 )
11. Menghubungkan garis antara sinar datang dan sinar bias
12. Membuat perpanjangan garis sinar datang dan sinar bias sampai didapatkan
perpotongan sehingga didapatkan sudut deviasi (D)
13. Melakukan langkah yang sama untuk sudut datang lain yaitu sebesar 50°, 55°, 60°
dan 70°
14. Melakukan 2 kali percobaan dengan sudut prisma yang berbeda yaitu sebesar 45° dan
60°
E. Alur percobaan
BAB IV
DATA, ANALISIS, DAN DISKUSI
4.1 Data
Berdasarkan percobaaan yang telah kami lakukan didapatkan data sebagai berikut.
a. Percobaan 1
β Prisma = 60°
n Prisma = 1
No. I2 (°) r2(°)δ(°)
pengamatan
δ(°)
perhitungannm
δm(°)
pengamatan
(½ (β+ δm)
= (np/nm)
sin ½ β)
δm(°)
perhitungan
((n-1) β)
1 50 51 40 41 0,99 0,67 -0,84
2 55 45 40 40 1,16 -8,93 9,4
3 60 40 40 40 1,35 -16,56 20,82
4 65 37 42 42 1,51 -21,32 30,36
5 70 33 43 43 1,73 -26,40 3,50
b. Percobaan 2
β Prisma = 45°
n Prisma = 1
No. I2 (°) r2(°)δ(°)
pengamatan
δ(°)
perhitungannm
δm(°)
pengamatan
(½ (β+ δm)
= (np/nm)
sin ½ β)
δm(°)
perhitungan
((n-1) β)
1 50 23 26 28 1,96 -22,48 43,2
2 55 19 29 29 2,52 -27,52 68,4
Membuat grafik δ terhadap i1
Menghitung sudut deviasi sesuai dengan rumus.
Memperoleh sudut datang i2, sudut bias kedua r2, sudut deviasi hasil pengukuran
Prisma diangkat perlahan-lahan
Meletakkan prisma diatas kertas HVS
Menetukan sudut sebesar θ pada i1, ditandai dengan jarum pentul 1
Membuat garis normal pada prismaMemberikan garis tepi pada prisma
Meletakkan jarum pentul 2 pada bidang batas I dengan syarat segaris dengan jarum pentul 1 Meletakkan jarum pentul 3 pada bidang batas II dengan syarat segaris dengan jarum pentul 1 dan 2Meletakkan jarum pentul 4 untuk membentuk garis r2 dengan syarat segaris dengan jarum pentul 1, 2, 3
Menghubungkan titik-titik yang dibentuk oleh jarum pentul seperti pada rancangan
percobaan
Mengukur sudut datang i2, sudut bias kedua r2, sudut, sudut deviasi dengan busur.
Memasukkan data yang diperoleh kedalam table pengamatan
Memperoleh sudut deviasi hasil perhitungan
Membandingkan sudut deviasi hasil pengukuran dengan hasil perhitungan
Mengulangi langkah 2 dengan sudut θ yang berbeda
3 60 19 34 34 2,66 -28,44 74,7
4 65 13 30 33 4,03 -34,09 136,35
5 70 10 35 35 5,41 -36,88 198,45
4.2 Analisis
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, pada percobaan pertama, data
dengan sudut prisma 60° dengan sudut datang 50° dihasilkan sudut bias 51° dan sudut
deviasi sebesar 40°. Pada perlakuan kedua dengan sudut datang 55° dihasilkan sudut bias
45° dan susudt deviasi sebesar 40°. Pada sudut perlakuan ketiga dengan datang 60°
dihasilkan sudut bias 40° dan susudt deviasi sebesar 40°. Pada perlakuan keempat dengan
sudut datang 65° dihasilkan sudut bias 37° dan susudt deviasi sebesar 42°. Dan pada
perlakuan kelima dengan sudut datang 70° dihasilkan sudut bias 33° dan sudut deviasi
sebesar 43°. Dari kelima perlakuan pada percobaan pertama, dihitung nilai sudut deviasi
secara perhitungan dengan rumus δ = i2 + r2 – β pada masing-masing data dari perlakuan
satu sampai lima didapatkan nila berturut-turut yaitu 41°, 40°, 40°,42°, dan 43°. Terdapat
perbedaan pada data sudut deviasi prisma melalui pengamatan yaitu pada perlakuan
pertama pada sudut pembias prisma sebesar 60° dengan data secara berturutan yaitu 40°,
40°, 40°,42°, dan 43°. Setelah itu, dari data pengamatan dapat dicari nilai nm (indeks
medium) dengan rumus sin i/sin r2 didapatkan nilai berturut-turut yaitu 0,99°; 1,16°;
1,35°; 1,51°; 1,73°. Dari data pengamatan dapat di cari nilai sudut deviasi minimum
prisma δ pada setiap perlakuan yang dihitung denga rumus (n-1)β berturut-turut yaitu -
0,84°; 9,4°; 20,82°; 30,36°; 43,50° .Sedangkan, nilai sudut deviasi minimum prisma δ
yang dihitung dengan rumus sin ½ (β+ δm) = (np/nm) sin ½ β didapatkan data berturut-
turut yaitu 0,67; -8,93; -16,56; -21,32; -26,40°. Dari data sudut deviasi minimum dari
data pengamatan dan perhitungan terdapat perbedaan yang segnifikan pada setiap data.
Pada percobaan kedua, data dengan sudut prisma 45° dengan sudut datang 50°
dihasilkan sudut bias 23° dan sudut deviasi sebesar 26°. Pada perlakuan kedua dengan
sudut datang 55° dihasilkan sudut bias 19° dan sudut deviasi sebesar 29°. Pada sudut
perlakuan ketiga dengan datang 60° dihasilkan sudut bias 19° dan susudt deviasi sebesar
34°. Pada perlakuan keempat dengan sudut datang 65° dihasilkan sudut bias 13° dan
susut deviasi sebesar 30°. Dan pada perlakuan kelima dengan sudut datang 70° dihasilkan
sudut bias 10° dan sudut deviasi sebesar 35°. Dari kelima perlakuan pada percobaan
kedua, dihitung nilai sudut deviasi secara perhitungan dengan rumus δ = i2 + r2 – β pada
masing-masing data dari perlakuan pertama sampai kelima didapatkan nila berturut-turut
yaitu 28°, 29°, 34°, 33°, dan 35°. Terdapat perbedaan pada data sudut deviasi prisma
melalui pengamatan yaitu pada semua perlakuan pada sudut pembias prisma sebesar 45°
dengan data secara berturutan yaitu 26°, 29°, 34°, 30°, dan 35°. Setelah itu, dari data
pengamatan dapat dicari nilai nm (indeks medium) dengan rumus sin i/sin r2 didapatkan
nilai berturut-turut yaitu 1,96°; 2,52°; 2,66°; 4,03°; dan 5,41°. Dari data pengamatan
dapat di cari nilai sudut deviasi minimum prisma δ pada setiap perlakuan yang dihitung
denga rumus (n-1)β berturut-turut yaitu 43,2°; 68,4°; 74,7°; 136,35°; dan 198,45°.
Sedangkan, nilai sudut deviasi minimum prisma δ yang dihitung dengan rumus sin ½ (β+
δm) = (np/nm) sin ½ β didapatkan data berturut-turut yaitu -22,48°; -27,52°; -28,44°;
34,09°; dan -36,88°. Dari data sudut deviasi minimum dari data pengamatan dan
perhitungan terdapat perbedaan yang segnifikan pada setiap data.
4.3 Diskusi
1. Buatlah grafik δ terhadap i2. Berdasarkan grafik tersebut, lakukan intrapolasi
(memperkirakan berdasarkan kecenderungan kurva) untuk mendapatkan harga minimum
deviasi minimum!
a. Prisma dengan Sudut Pembias 60°
Dari data percobaan pertama yaitu pada prima dengan sudut prisma
sebesar 60° dapat dibuat grafik hubungan antara δ terhadap i2 yaitu sebagai berikut.
Gambar 4.1. Grafik δ terhadap i2 pada sudut prisma 60°
Dari grafik tersebut, dapat diketahui bahwa garis grafik zigzag ada
penurunan pada data sudut datang (i) 50°. Grafik tersebut menunjukkan bahwa
semakin besar sudut datang (i) maka belum tentu sudut deviasi (δ) semakin besar.
Hal ini tidk sesuai dengan dasar teori yang ada yaitu semakin bear sudut datang (i)
maka sudut deviasi (δ) semakin besar.
b. Prisma dengan Sudut Pembias 45°
Dari data percobaan pertama yaitu pada prima dengan sudut prisma
sebesar 45° dapat dibuat grafik hubungan antara δ terhadap i2 yaitu sebagai berikut.
Gambar 4.2. Grafik δ terhadap i2 pada sudut prisma 45°
Dari grafik tersebut, dapat diketahui bahwa semakin besar nilai sudut
datang (i ) maka semakin besar nilai sudut deviasi (δ). Hal ini sesuai dengan dasar
teori yang ada.
2. Bandingkan hasil deviasi minimum Anda dengan hasil perhitungan berdasarkan nilai
indeks bias prisma dan sudut pemias prisma tersebut.
Pada percobaan pertama yaitu pada prisma dengan sudut pembias sebesar 60°
Dari data pengamatan dapat di cari nilai sudut deviasi minimum prisma δ pada setiap
perlakuan yang dihitung denga rumus (n-1)β berturut-turut yaitu -0,84°; 9,4°; 20,82°;
30,36°; 43,50°. Sedangkan, nilai sudut deviasi minimum prisma δ yang dihitung dengan
rumus sin ½ (β+ δm) = (np/nm) sin ½ β didapatkan data berturut-turut yaitu 0,67; -8,93; -
16,56; -21,32; -26,40°. Dari data sudut deviasi minimum dari data pengamatan dan
perhitungan terdapat perbedaan yang segnifikan pada setiap data.
Pada percobaan kedua yanitu pada prisma dengan sudut pembias sebesar 45° Dari
data pengamatan dapat di cari nilai sudut deviasi minimum prisma δ pada setiap
perlakuan yang dihitung denga rumus (n-1)β berturut-turut yaitu 43,2°; 68,4°; 74,7°;
136,35°; dan 198,45°. Sedangkan, nilai sudut deviasi minimum prisma δ yang dihitung
dengan rumus sin ½ (β+ δm) = (np/nm) sin ½ β didapatkan data berturut-turut yaitu -
22,48°; -27,52°; -28,44°; 34,09°; dan -36,88°. Dari data sudut deviasi minimum dari data
pengamatan dan perhitungan terdapat perbedaan yang segnifikan pada setiap data.
3. Lakukan analisis, mengapa hasilnya seperti yang Anda temukan.
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari percobaan maupun perhitungan
terdapat beberapa perbedaan dan ketidaksesuaian dengan kajian teori yang ada yaitu
perbedaan data sudut deviasi dan sudut deviasi minimum prisma secara pengamatan dan
perhitungan. Dari data-data yang diperoleh dari percobaan pertama yaitu pada prisma
dengan sudut pembias sebesar 60°, dapat dicari presentase ketelitian yang diperoleh
sebesar 78,52% dan presentase ketidakpastian yang diperoleh sebesar 21,48% .
sedangkan, dari data-data yang diperoleh dari percobaan kedua yaitu pada prisma dengan
sudut pembias sebesar 45°, dapat dicari presentase ketelitian yang diperoleh sebesar
57,95 % dan presentase ketidakpastian yang diperoleh sebesar 42,05%. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kesalahan paralak (kesalahan saat memebaca
skala pada percobaan), kekeliruan tindakan (kesalahan dalam menggunakan alat dan
bahan), dan kesalahan dalam memanipulasi data sudut datang pada percobaan sehingga
menghasilkan data yang tidak sesuai.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dari praktikum yang telah kami lakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
Pada percobaan prisma dengan sudut pembias 60° grafik menunjukan semakin
sudut datang maka belum tentu semakin besar pula sudut deviasinya. Hal ini tidak
sesuai dengan dasar teori yang ada yaitu semakin besar sudut datang, maka
semaikin besar sudut deviasinya.
Pada percobaan prisma dengan sudut pembias 45° grafik menunjukan semakin
besar nilai sudut datang maka semakin besar nilai sudut deviasi. Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang ada.
Berdasarkan data – data yang diperoleh dari percobaan maupun hitungan pada
percobaan 1 dengan sudut bias 60° didapat presentase ketelitian sebesar 78,52%
dengan pesentase ketidakpastian sebesar 21,48%, sedangkan pada percobaan 2
dengan sudut bias 45° diperoleh presentase ketidakpastian sebesar 42,05%.
Dengan ketelitian sebesar 57,95 % hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu
kesalahan paralak (kesalahan saat memebaca skala pada percobaan), kekeliruan
tindakan (kesalahan dalam menggunakan alat dan bahan), dan kesalahan dalam
memanipulasi data sudut datang pada percobaan sehingga menghasilkan data
yang tidak sesuai.
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi sehingga dapat menghindari kesalahan paralak
(kesalahan saat memebaca skala pada percobaan), kekeliruan tindakan (kesalahan dalam
menggunakan alat dan bahan), dan kesalahan dalam memanipulasi data sudut datang pada
percobaan sehingga menghasilkan data yang tidak sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, D.C. 2001. Fisika jilid 2 edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Dosen Pendidikan IPA. 2015. Modul praktikum gelombang optik tahun ajaran 2014/2015.
Surabaya.
http://mafia.mafiaol.com/2013/02/sudut-deviasi-minimum-pada-pembiasan.html. diakses
20 Maret 2015 pukul 19.44.
http://rumushitung.com/2013/08/25/pembiasan-cahaya-pada-prisma-soal/. Diakses 20
Maret 2015 pukul 19.44.
http://www.onfisika.com/2013/01/pembiasan-cahaya-pada-prisma-kaca.html. diakses 20
Maret 2015 pukul 20.12
LAMPIRAN
a. Percobaan 1
β Prisma = 60°
n Prisma = 1
No. I2 (°) r2(°)δ(°)
pengamatan
δ(°)
perhitungannm
δm(°)
pengamatan
n (½ (β+
δm) =
(np/nm) sin
½ β)
δm(°)
perhitungan
((n-1) β)
1 50 51 40 41 0,99 0,67 -0,84
2 55 45 40 40 1,16 -8,93 9,4
3 60 40 40 40 1,35 -16,56 20,82
4 65 37 42 42 1,51 -21,32 30,36
5 70 33 43 43 1,73 -26,40 3,50
Menghitung nilai sudut deviasi dengan rumus δ = i1 + r2 – β yaitu sebagai berikut :
δ = i1 + r2 – β
= 50+51-60 = 41°
δ = i1 + r2 – β
= 55+45-60 = 40°
δ = i1 + r2 – β
= 60+40-60 = 40°
δ = i1 + r2 – β
= 65+37-60 = 42°
δ = i1 + r2 – β
= 70+33-60 = 43°
Perhitungan nilai nm = sin i/sin r2 yaitu sebagai berikut.
Data 1 ; nm = sin i/sin r2 = sin 50/sin 51 = 0,99
Data 2 ; nm = sin i/sin r2 = sin 55/sin45 = 1,16
Data 3 ; nm = sin i/sin r2 = sin 60/sin 40 = 1,35
Data 4 ; nm = sin i/sin r2 = sin 65/sin37 = 1,51
Data 5 ; nm = sin i/sin r2 = sin 70/sin 33 = 1,73
Menghitung nilai deviasi minimum prisma pada sudut pembias prisma 60° dan n prisma
= 1 yang dihitung dengan rumus sin ½ (β+ δm) = (np/nm) sin ½ β yaitu sebagai berikut.
Data1
o
Data 2
o
Data 3 ;
o
Data 4 ;
Data 5 ;
0
Sedangkan berdasarkan pengamatan didapatkan nilai sudut deviasi minimum prisma
dihitung dnegan rumus (n-1)β sebagai berikut.
Data 1 ; δm = (n-1)β = (0,99-1)60= -0,84°
Data 2 ; δm = (n-1)β = (1,16-1)60 = 9,40°
Data 3 ; δm = (n-1)β = (1,35-1)60 = 20,82°
Data 4 ; δm = (n-1)β = (1,51-1)60 = 30,36°
Data 5 ; δm = (n-1)β = (1,73-1)60 = 43,50°
Dari data diatas dapat dicari taraf ketidakpastian dan taraf ketelitian yaitu sebagai
berikut.
No. nm d d2
1 0,99 0,358 0,1282
2 1,16 0,19 0.0361
3 1,35 0 0
4 1,51 0,16 0,0256
5 1,73 0,38 0,1444
Σ= 6,74 0,3343
nm rata-rata = 1,35
∑d2 = 0,4534
SD
± ΔX = 1,35 ± 0,29
Presentase ketidakpastian = (0,29/1,35) x 100% = 21,48 %
Presentase ketelitian = 100%- %ketidakpastian = 100% - 21,48 % = 78,52%
b. Percobaan 2
β Prisma = 45°
n Prisma = 1
No. I2 (°) r2(°)δ(°)
pengamatan
δ(°)
perhitungannm
δm(°)
pengamatan
(½ (β+ δm)
= (np/nm)
sin ½ β)
δm(°)
perhitungan
((n-1) β)
1 50 23 26 28 1,96 -22,48 43,2
2 55 19 29 29 2,52 -27,52 68,4
3 60 19 34 34 2,66 -28,44 74,7
4 65 13 30 33 4,03 -34,09 136,35
5 70 10 35 35 5,41 -36,88 198,45
Menghitung nilai sudut deviasi dengan rumus δ = i1 + r2 – β yaitu sebagai berikut :
δ = i1 + r2 – β
= 50+23-45 = 28°
δ = i1 + r2 – β
= 55+19-45 = 29°
δ = i1 + r2 – β
= 60+19-45 = 34°
δ = i1 + r2 – β
= 65+13-45 = 33°
δ = i1 + r2 – β
= 70+10-45 = 35°
Perhitungan nilai nm = sin i/sin r2 yaitu sebagai berikut.
Data 1 ; nm = sin i/sin r2 = sin 50/sin 23 = 1,96
Data 2 ; nm = sin i/sin r2 = sin 55/sin 19 = 2,52
Data 3 ; nm = sin i/sin r2 = sin 60/sin 19 = 2,66
Data 4 ; nm = sin i/sin r2 = sin 65/sin 13 =4,03
Data 5 ; nm = sin i/sin r2 = sin 70/sin 10 = 5,41
Menghitung nilai deviasi minimum prisma pada sudut pembias prisma 60° dan n prisma
= 1 yang dihitung dengan rumus sin ½ (β+ δm) = (np/nm) sin ½ β yaitu sebagai berikut.
Data 1
Data 2
Data 3
Data 4
Data 5
Sedangkan berdasarkan pengamatan didapatkan nilai sudut deviasi minimum prisma dihitung
dnegan rumus (n-1)β sebagai berikut.
Data 1 ; δm = (n-1)β = (1,96-1) 45= 43,2°
Data 2 ; δm = (n-1)β = (2,52-1) 45 = 68,4°
Data 3 ; δm = (n-1)β = (2,66-1) 45 = 74,7°
Data 4 ; δm = (n-1)β = (4,03-1) 45 = 136,35°
Data 5 ; δm = (n-1)β = (5,41-1) 45 = 198,45°
Dari data diatas dapat dicari taraf ketidakpastian dan taraf ketelitian yaitu sebagai berikut.
No. nm d d2
1 1,96 1,36 1,8496
2 2,52 0,8 0,64
3 2,66 0,66 0,4356
4 4,03 0,71 0,5041
5 5,41 2,09 4.3681
= 16,58 7,7974
nm rata-rata = 3,32
∑d2 = 7,7974
SD
± ΔX = 3,32 ± 1,39
Presentase ketidakpastian = (1,39/3,32) x 100% = 42,05 %
Presentase ketelitian = 100%- %ketidakpastian = 100% - 42,05 % = 57,95%