GNAPS
description
Transcript of GNAPS
Laporan Kasus Dokter Internsip
Glomerulonefritis Akut
Pembimbing
dr. Tundjungsari Ratna Utami, M.Sc, Sp.A
Pendamping
dr. H. M. Pratiknyo
Disusun Oleh
dr. Dimas Sigit Widodo
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG
RSUD AMBARAWA
2015
1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Glomerulonefritis Akut
Topik : Pediatri
Kasus : Glomerulonefritis akut
Oleh : dr. Dimas Sigit Widodo
Pembimbing : dr. Tundjungsari Ratna Utami, M.Sc., Sp.A.
Pendamping : dr. H. M. Pratiknyo
Tanggal Diskusi : 29 April 2015
Deskripsi : Anak 2 tahun 9 bulan dengan glomerulonefritis akut dan
anemia
Tujuan : Mampu mengidentifikasi dan melakukan penanganan
pada kasus glomerulonefritis akut
Bahan Bahasan : Tinjauan pustaka dan kasus
Cara membahas : Diskusi
Ambarawa, 06 Mei 2015
Pembimbing, Pendamping,
dr. Tundjungsari Ratna Utami, M.Sc., Sp.A. dr. H. M. Pratiknyo
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… 1
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………... 5
A. Latar Belakang……………………………………….. 5
B. Tujuan………………………………………………… 5
BAB II TINJUAN PUSTAKA……………………………………. 6
A. Definisi………………………………………………… 6
B. Epidemiologi…………………………………………... 6
C. Patogenitas………........……………………………….. 6
D. Manifestasi klinis……………………………………… 7
E. Laboratorium…..…………………………………….. 7
F. Penatalaksanaan……………………………………… 8
G. Prognosis...........……………………………………… 9
BAB III LAPORAN KASUS………………………………………. 11
A. Identitas Pasien……………………………………….. 11
B. Anamnesis…………………………………………….. 11
C. Pemeriksaan Fisik…………………………………….. 15
D. Pemeriksaan Penunjang………………………………. 17
E. Diagnosis………………………………………………. 19
F. Penatalaksanaan……………………………………….. 19
G. Prognosis...........……………………………………….. 20
H. Follow up...........……………………………………….. 21
3
BAB IV ANALISIS KASUS………………………………………. 23
BAB V KESIMPULAN ......................…………………………… 26
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 27
4
BAB I
PENDAHULAN
a. Latar Belakang
Glomerulonefritis merupakan penyakit ginjal dengan suatu
inflamasi dan proliferasi sel glomerulus. Peradangan tersebut terutama
disebabkan mekanisme imunologis yang menimbulkan kelainan patologis
glomerulus dengan mekanisme yang masih belum jelas. Pada anak
kebanyakan kasus glomerulonefritis akut adalah pasca infeksi, paling
sering infeksi streptokokus beta hemolitikus grup A. Dari perkembangan
teknik biopsi ginjal per kutan, pemeriksaan dengan mikroskop elektron
dan imunofluoresen serta pemeriksaan serologis, glomerulonefritis akut
pasca streptokokus telah diketahui sebagai salah satu contoh dari penyakit
kompleks imun. Penyakit ini merupakan contoh klasik sindroma nefritik
akut dengan awitan gross hematuria, edema, hipertensi dan insufisiensi
ginjal akut. Walaupun penyakit ini dapat sembuh sendiri dengan
kesembuhan yang sempurna, pada sebagian kecil kasus dapat terjadi gagal
ginjal akut sehingga memerlukan pemantauan.1, 5
b. Tujuan
Mengetahui diagnosis dan penanganan pada anak dengan
gromerulonefritis akut.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk
menjelaskan penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi
glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis.2
Glomerulonefritis akut merupakan keadaan timbulnya hematuria,
proteinuria secara mendadak, edema dan hipertensi dengan atau tanpa
oligouri. Glomerulonefritis akut pada anak di negara berkembang paling
sering timbul setelah infeksi kuman beta hemolyticus Streptococcus grup
A.2
b. Epidemiologi
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS) dapat terjadi
secara sporadik ataupun epidemik. Biasanya kasus terjadi pada kelompok
sosioekonomi rendah, berkaitan dengan higiene yang kurang baik dan jauh
dari tempat pelayanan kesehatan. Risiko terjadinya nefritis 5% dari infeksi
kuman streptokokus beta hemolitikus grup A yang menyerang
tenggorokan sampai 25% yang menyerang kulit (pioderma), sedangkan
tanpa melihat tempat infeksi risiko terjadinya nefritis 10-15%. Rasio
terjadinya GNAPS pada pria dibanding wanita adalah 2:1. Penyakit ini
terutama menyerang kelompok usia sekolah 5-15 tahun, pada anak < 2
tahun kejadiannya kurang dari 5%. 5
c. Patogenesis
Faktor genetik diduga berperan dalam terjadinya penyakit dengan
ditemukannya HLA-D dan HLA-DR.4 Periode laten antara infeksi
streptokokus dengan kelainan glomerulus menunjukkan proses imunologis
memegang peran penting dalam mekanisme penyakit. Diduga respon yang
berlebihan dari sistim imun pejamu pada stimulus antigen dengan produksi
antibodi yang berlebihan menyebabkan terbentuknya kompleks Ag-Ab
yang nantinya melintas pada membran basal glomerulus. Disini terjadi
6
aktivasi sistim komplemen yang melepas substansi yang akan menarik
neutrofil. Enzim lisosom yang dilepas netrofil merupakan faktor responsif
untuk merusak glomerulus.2,4
Hipotesis lain adalah neuraminidase yang dihasilkan oleh
streptokokus akan mengubah IgG endogen menjadi autoantigen.
Terbentuknya auto-antibodi terhadap IgG yang telah berubah tersebut,
mengakibatkan pembentukan komplek imun yang bersirkulasi, kemudian
mengendap dalam ginjal.2,4
d. Manifestasi klinis
Gross hematuria terjadi pada 30-50 % pasien yang dirawat. Variasi
lain yang tidak spesifik bisa dijumpai seperti demam, malaise, nyeri, nafsu
makan menurun, nyeri kepala, atau lesu. Pada pemeriksaan fisis dijumpai
hipertensi pada hampir semua pasien GNAPS, biasanya ringan atau
sedang. Hipertensi pada GNAPS dapat mendadak tinggi selama 3-5 hari.
Setelah itu tekanan darah menurun perlahan-lahan dalam waktu 1-2
minggu. Edema bisa berupa wajah sembab, edem pretibial atau berupa
gambaran sindrom nefrotik. Asites dijumpai pada sekitar 35% pasien
dengan edem. Bendungan sirkulasi secara klinis bisa nyata dengan takipne
dan dispne. Gejala gejala tersebut dapat disertai oliguria sampai anuria
karena penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). 1,2,3,5
e. Laboratorium
Pemeriksaan urin sangat penting untuk menegakkan diagnosis
nefritis akut. Volume urin sering berkurang dengan warna gelap atau
kecoklatan seperti air cucian daging. Hematuria makroskopis maupun
mikroskopis dijumpai pada hampir semua pasien. Proteinuria biasanya
sebanding dengan derajat hematuria dan ekskresi protein umumnya idak
melebihi 2gr/m2 luas permukaan tubuh perhari. Sekitar 2-5% anak disertai
proteinuria masif seperti gambaran nefrotik.2,5
Pada mumnya LFG berkurang, disertai penurunan kapasitas
ekskresi air dan garam, menyebabkan ekspansi volume cairan
ekstraselular. Menurunnya LFG akibat tertutupnya permukaan glomerulus
7
dengan deposit kompleks imun. Sebagian besar anak yang dirawat dengan
GNA menunjukkan peningkatan urea nitrogen darah dan konsentrasi
serum kreatinin.2,5
Anemia sebanding dengan derajat ekspansi volume cairan
esktraselular dan membaik bila edem menghilang. Beberapa peneliti
melaporkan adanya pemendekan masa hidup eritrosit. Kadar albumin dan
protein serum sedikit menurun karena proses dilusi dan berbanding
terbalik dengan jumlah deposit imun kompleks pada mesangial
glomerulus.2
Bukti yang mendahului adanya infeksi streptokokus pada anak
dengan GNA harus diperhatikan termasuk riwayatnya. Pemeriksaan
bakteriologis apus tenggorok atau kulit penting untuk isolasi dan
identifikasi streptokokus. Bila biakan tidak mendukung, dilakukan uji
serologi respon imun terhadap antigen streptokokus. Peningkatan titer
antibodi terhadap streptolisin-O (ASTO) terjadi 10-14 hari setelah infeksi
streptokokus. Kenaikan titer ASTO terdapat pada 75-80% pasien yang
tidak mendapat antibiotik. Titer ASTO pasca infeksi streptokokus pada
kulit jarang meningkat dan hanya terjadi pada 50% kasus.2
Penurunan komplemen C3 dijumpai pada 80-90% kasus dalam 2
minggu pertama, sedang kadar properdin menurun pada 50% kasus.
Penurunan C3 sangat nyata, dengan kadar sekitar 20-40 mg/dl (normal 80-
170 mg/dl). Kadar IgG sering meningkat lebih dari 1600 mg/100 ml pada
hampir 93% pasien.2,5
f. Penatalaksanaan
Antibiotik
Pengobatan antibiotik untuk infeksi kuman streptokokus yang
menyerang tenggorokan atau kulit sebelumnya, tidak mempengaruhi
perjalanan atau beratnya penyakit. Pengobatan antibiotik bertujuan untuk
mencegah penyebaran kuman di masyarakat sehingga akan mengurangi
kejadian GNAPS dan mencegah wabah. Pemberian penisilin pada fase
akut dianjurkan hanya untuk 10 hari, sedangkan pemberian profilaksis
8
yang lama tidak dianjurkan. Jika alergi terhadap golongan penisilin,
diganti dengan eritromisin 30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis selama 10
hari. Beberapa klinisi memberikan antibiotik hanya bila terbukti ada
infeksi yang masih aktif, namun sebagian ahli lainnya tetap menyarankan
pemberian antibiotik untuk menghindarkan terjadinya penularan dan
wabah yang meluas.2,3,6
Suportif
Tidak ada pengobatan spesifik untuk GNAPS, pengobatan hanya
merupakan simptomatik. Pada kasus ringan, dapat dilakukan tirah baring,
mengatasi sembab kalau perlu dengan diuretik, atau mengatasi hipertensi
yang timbul dengan vasodilator atau obat-obat anti hipertensi yang sesuai.
Pada gagal ginjal akut harus dilakukan restriksi cairan, pengaturan nutrisi
dengan pemberian diet yang mengandung kalori yang adekuat, rendah
protein, rendah natrium, serta restriksi kalium dan fosfat.2,6
Edukasi penderita
Penderita dan keluarganya perlu dijelaskan mengenai perjalanan
dan prognosis penyakitnya. Keluarga perlu memahami bahwa meskipun
kesembuhan yang sempurna diharapkan (95%), masih ada kemungkinan
kecil terjadinya kelainan yang menetap dan bahkan memburuk (5%). Perlu
dijelaskan rencana pemantauan selanjutnya, pengukuran tekanan darah dan
pemeriksaan urine untuk protein dan hematuria dilakukan dengan interval
4-6 minggu untuk 6 bulan pertama, kemudian tiap 3-6 bulan sampai
hematuria dan proteinuria menghilang dan tekanan darah normal untuk
selama 1 tahun. Kadar C3 yang telah kembali normal setelah 8-10 minggu
menggambarkan prognosis yang baik.2
g. Prognosis
Berbagai faktor memegang peran dalam menetapkan prognosis
GNAPS antara lain umur saat serangan, derajat berat penyakit, galur
streptokukus tertentu, pola serangan sporadik atau epidemik, tingkat
penurunan fungsi ginjal dan gambaran histologis glomerulus. Anak kecil
mempunyai prognosis lebih baik dibanding anak yang lebih besar atau
9
orang dewasa oleh karena GNAPS pada dewasa sering disertai lesi
nekrotik glomerulus.
Sebagian besar pasien (95%) akan sembuh, tetapi 5% di antaranya
mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat
pembentukan kresen pada epitel glomerulus.2 Diuresis akan menjadi
normal kembali pada hari ke 7-10 setelah awal penyakit, dengan
menghilangnya sembab dan secara bertahap tekanan darah menjadi
normal kembali. Fungsi ginjal (ureum, kreatinin) membaik dalam 1
minggu dan menjadi normal dalam waktu 3-4 minggu. Komplemen serum
menjadi normal dalam waktu 6-8 minggu. Tetapi kelainan sedimen urin
akan tetap terlihat selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun pada
sebagian besar pasien.7 Selama komplemen C3 belum pulih dan hematuria
mikroskopis belum menghilang, pasien hendaknya diikuti secara seksama
oleh karena masih ada kemungkinan terjadinya pembentukan
glomerulosklerosis kresentik ekstra-kapiler dan gagal ginjal kronik.
10
BAB III
LAPORAN KASUS
A. STATUS PASIEN
Identitas
Nama : An. N
Usia : 2 tahun 9 bulan
Berat Badan : 12 kg
Tinggi Badan : 86 cm
Nama orang tua : Tn. K
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kel. K, kec. B, kab. S
No. Rekam Medik : 076xxx
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Bengkak pada wajah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan bengkak pada wajah. Keluhan sudah
dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit. Bengkak pada
wajah awalnya tidak begitu terlihat, namun sedikit demi sedikit
bertambah bengkak. Lokasi bengkak kemudian menjalar ke perut
hingga ke kaki. Keluhan bengkak juga di sertai nyeri pada perut. Nafsu
makan biasa. Muntah (-),demam (-), diare (-). Terkadang terlihat sesak.
Buang air kecil berwarna coklat kemerahan seperti cucian daging.
Keluhan ini mulai muncul bersamaan dengan keluhan bengkak. Buang
air kecil lebih sedikit dari biasanya. Buang air besar tidak ada keluhan.
11
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat bengkak : (-)
Riwayat alergi : (-)
Riwayat batuk pilek 1 bulan terakhir : (+) 1 minggu sebelum masuk
Rumah sakit pasien mengeluh batuk dan pilek.
Riwayat sakit kulit : (+), pasien mengeluh gatal – gatal pada kulit
dekat hidung dan kedua kaki. Keluhan ini dirasakan ± 2 minggu
sebelum masuk Rumah sakit. Luka berdarah dan bernanah. Demam
(+). Pasien dibawa ke bidan dan mendapat obat puyer.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat bengkak : (-)
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Anak kedua dari ibu P2A0 hamil 39 minggu, ANC teratur di bidan.
Satu kali setiap bulan sampai usia kehamilan 8 bulan dan setiap
minggu ketika memasuki usia kehamilan 9 bulan. Riwayat keguguran
(-). Ibu pasien tidak pernah meminum obat-obatan maupun jamu-
jamuan selama kehamilan. Obat yang diminum selama kehamilan
adalah vitamin dan tablet penambah darah. Pasien lahir spontan
dibantu oleh bidan. Waktu lahir langsung menangis dan tidak biru.
Tidak ada kelainan bawaan. Berat badan pasien ketika lahir 2300
gram, panjang badan lahir 46 cm, lingkar kepala dan lingkar dada saat
lahir ibu lupa.
Kesan : pasien lahir dengan BBLR (berat badan lahir rendah)
6. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan
Berat badan lahir 2300 gram, panjang badan lahir 46 cm, lingkar
kepala dan lingkar dada ibu tidak ingat. Berat badan sekarang 12 kg,
tinggi badan sekarang 86 cm.
12
Perkembangan
Motorik Kasar :
• Miring : 3 bulan
• Tengkurap : 4 bulan
• Duduk : 7 bulan
• Merangkak : 9 bulan
• Berdiri : 11 bulan
• Berjalan : 15 bulan
• Berlari : 20 bulan
• Menendang : 24 bulan
• Naik tangga : 30 bulan
Motorik Halus :
• Memegang benda : 4 bulan
• Mencoret – coret : 15 bulan
• Menyusun 4 kubus : 30 bulan
Komunikasi dan Bahasa:
• Senyum : 1 bulan
• Bersuara ma..ma... : 14 bulan
• Memanggil mama papa : 24 bulan
• Menunjukkan bagian tubuh : 30 bulan
Kemandirian :
• Menatap obyek : 2 bulan
• Minum dengan cangkir : 15 bulan
• Makan sendiri tanpa banyak tumpah : 24 bulan
Saat ini anak berusia 2 tahun 9 bulan. Tidak ada gangguan
perkembangan mental dan emosi.
Kesan : Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan
umur.
13
7. Riwayat Imunisasi Dasar
BCG : 1x umur 1 bulan
DPT : 3 x ( 2,3,4) bulan
Polio : 4 x (1,2,3,4) bulan
Hepatitis B : 4x umur (0,2,3,4) bulan
Campak : 1x umur 9 bulan
Kesan : Imunisasi dasar lengkap tepat bulan
8. Riwayat Makan dan Minum
Umur ASI /PASI Buah
/Biskuit
Bubur susu Nasi Tim Nasi
0-2 Bulan Ya
2-4 Bulan Ya
4-6 Bulan Ya
6-8 Bulan Ya + susu
formula
Ya 1x 1
porsi (10
sendok)
Ya 1x 1/2
porsi (5
sendok)
Ya 1x½
porsi (5
sendok)
8-10 Bulan Ya + susu
formula
Ya 1x 1
porsi
Ya 1x1
porsi
Ya 1x1
porsi
10-12
Bulan
Ya + susu
formula
Ya 1x 1
porsi
Ya 2x1
porsi
Ya 1x1
porsi
12-24
bulan
Ya + susu
formula
Ya 1x1
porsi
Ya 1x1
porsi
Ya 1x1
porsi
Ya 1x1
porsi
24 bulan-
sekarang
Ya Ya 3x1
porsi
Kesan Kualitas dan kuantitas makan baik
14
9. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pasien berobat
menggunakan fasilitas umum
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik, tampak gizi kesan cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
- Tekanan darah : 100/60 mmHg (pre hipertensi)
- Nadi : 110 x/menit, isi dan tekanan cukup
- RR : 30 x/menit
- Suhu : 36,5oC
Berat badan : 12 kg
Tinggi Badan : 86 cm
Status antropometri
BB/U : 0 SD < Z < -2 SD (normal)
TB/U : 0 SD < Z < -2 SD (normal)
BB/TB: 0 SD < Z < 1 SD (gizi baik)
Status Internus:
Kepala : Mesochepal, rambut tebal, tumbuh merata, tidak
mudah dicabut
Mata : Oedem palpebra (+/+), Konjungtiva anemis (-/-),
refleks cahaya (+/+), pupil isokor (diameter 3 mm), sklera ikterik
(-/-)
Telinga : sekret (-/-), serumen (-/-).
15
Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-), epistaksis
(-/-), tampak multiple ektima di sekitar hidung.
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), bibir kemerahan (-),
pecah (-), gusi berdarah (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), tonsil T1/T1, kripte melebar
(-), detritus (-)
Leher : Simetris, Pembesaran kelenjar getah bening (-),
Nyeri tekan (-)
Dada : Hemithorax Dextra = Sinistra, Retraksi dinding
dada (-)
Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada dextra sama dengan
sinistra.
Palpasi : fremitus dextra sama dengan sinistra.
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+) , ronkhi (-/-), wheezing
( -/-), hantaran (-/-).
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada sela iga V 1-2 cm medial
garis linea midklavikularis sinistra.
Perkusi : sulit dilakukan karena pasien kurang kooperatif
Auskultasi : BJ I dan II normal, mumur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : Dinding perut lebih besar dibanding dinding dada,
supel.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
16
Perkusi : Pekak alih sulit dilakukan karena pasien kurang
kooperatif
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri
tekan epigastrium (+), defans muskuler (-). Tes undulasi sulit
dilakukan karena pasien kurang kooperatif
Lingkar perut : sulit dilakukan karena pasien kurang kooperatif
Genital : perempuan, dalam batas normal.
Rektal : Anus (+), dalam batas normal.
Ekstrimitas
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Edema -/- +/+
Capillary Refill Time <2” <2"
Kulit : tampak ektima pada kedua kaki
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah tanggal 28 maret 2015
Pemeriksaan Hasil Nilai
Rujukan
HEMATOLOGI
Darah rutin
Hb 8.8 13.5-17.5
Lekosit 11.3 6-15
Eritrosit 3.85 3.6-5.2
Hct 28.2 37-47
17
MCV 73.2 82-98
MCH 22.9 23-31
MCHC 31.2 32-36
RDW 12.5 10-16
Trombosit 464 150-400
PDW 13.7 10-18
MPV 6.5 7-11
Limfosit 4.2 4.0-10.5
Monosit 1.0 0-0.8
Granulosit 6.1 2-4
Limfosit% 36.9 25-40
Monosit% 8.9 2-8
Granulosit% 54.2 50-80
PCT 0.302 0.2-0.5
KIMIA KLINIK
Ureum 19.0 10-50
Kreatinin 0.32 <1
Albumin 3.36 3.5 – 5.2
SEKRESI DAN
EKSKRESI
Urin rutin
Warna Kuning
kemerahan
Kekeruhan Keruh
Protein urine 2+ Negatif
Glucose urine Negatif Negatif
pH 6.5 5-9
Bilirubin urine Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
18
Berat jenis urine 1.020 1.000 – 1.030
Keton urine Negatif Negatif
Lekosit Negatif Negatif
Eritrosit 3+ Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Sedimen
Epitel 1-3 <4
Eritrosit Penuh <5
Lekosit 5-8 <5
Silinder Granula 1-2 Negatif
Kristal Ca oksalat 1+ Negatif
Lain - lain Negatif
E. DIAGNOSIS
Glomerulonefritis akut
Anemia
F. PENATALAKSANAAN
Initial terapi
i. Infus KAEN 3A 8 tpm mikro
ii. Injeksi Ampicilin 3x500mg (100mg/kgBB/hari)
iii. Injeksi Furosemid 2x12mg (1-2mg/kgBB/hari)
iv. Captopril 3x3mg (0.1-2mg/kgBB/hari)
Initial planning
i. Pemeriksaan ASTO
ii. Pemeriksaan C3
Initial monitoring
i. Ttv
ii. Balance cairan
iii. Lingkar perut
19
iv. Berat badan
v. Urin rutin
Initial edukasi
i. Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakit,
komplikasi, serta prognosis pasien
Keluarga perlu memahami bahwa meskipun kesembuhan
yang sempurna diharapkan (95%), masih ada kemungkinan
kecil terjadinya kelainan yang menetap dan bahkan
memburuk (5%). Keluarga juga perlu memahami rencana
pemantauan selanjutnya, pengukuran tekanan darah dan
pemeriksaan urine untuk protein dan hematuria dilakukan
dengan interval 4-6 minggu untuk 6 bulan pertama,
kemudian tiap 3-6 bulan sampai hematuria dan proteinuria
menghilang dan tekanan darah normal untuk selama 1
tahun. Kadar C3 yang telah kembali normal setelah 8-10
minggu menggambarkan prognosis yang baik.
G. PROGNOSIS
ad vitam : bonam
ad sanam : bonam
ad fungsionam : bonam
H. FOLLOW UP
Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning
29 – 3 –
2015
Bengkak pada
wajah, perut,
dan kaki sudah
berkurang,
KU: tampak rewel
TD = sde
N = 114 x/m
S = 37,50C
GNA
anemia
Terapi lanjut
20
BAK warna
pink, batuk (-),
pilek (-)
RR = 42 x/m
K/L : CA+/+, SI
-/-, palpebra
bengkak (↓/↓)
Thorax :
Cor : S1>S2
reguler
Pulmo: SDV+/+
Abdomen : BU (+),
supel, turgor baik
Extremitas :
bengkak (↓/↓)Akral
hangat, CRT <2
detik
30 – 3 –
2015
Bengkak pada
wajah dan
perut sudah
hilang,
bengkak pada
kaki sudah
berkurang,
BAK warna
pink, batuk (-),
pilek (-)
KU: tampak rewel
TD = sde
N = 106 x/m
S = 36,30C
RR = 50 x/m
K/L : CA+/+, SI
-/-, palpebra
bengkak (-/-)
Thorax :
Cor : S1>S2
reguler
Pulmo: SDV+/+
Abdomen : BU (+),
supel, turgor baik
Extremitas :
bengkak (↓/↓)Akral
hangat, CRT <2
GNA
anemia
Inf kaen 3A 8
tpm mikro
Ampicilin iv
3x500mg
Furosemid iv
ganti po
1x12mg pagi
Captopril
3x3mg
21
detik
31 – 3 –
2015
Bengkak pada
wajah perut
dan kaki sudah
hilang, BAK
warna pink,
batuk (-), pilek
(-)
KU: tampak rewel
TD = sde
N = 100 x/m
S = 36,70C
RR = 52 x/m
K/L : CA+/+, SI
-/-, palpebra
bengkak (-/-)
Thorax :
Cor : S1>S2
reguler
Pulmo: SDV+/+
Abdomen : BU (+),
supel, turgor baik
Extremitas :
bengkak (-/-)Akral
hangat, CRT <2
detik
GNA
anemia
BLPL
Terapi pulang :
Amoxicilin 3 x
200mg p.o
Captopril
3x3mg p.o
BAB IV
22
ANALISA KASUS
Pasien usia 2 tahun 9 bulan datang dengan keluhan kedua mata bengkak
yang kemudian menjalar ke perut hingga kedua kaki, buang air kecil seperti
cucian daging dengan jumlah urin lebih sedikit dari biasanya yang timbul secara
mendadak. Keluhan ini mengarah pada diagnosis glomerulonefritis akut.
Glomerulonefritis akut (GNA) merupakan penyakit yang sering ditemukan pada
anak. Penyakit ini ditandai dengan hematuria yang timbul mendadak, hipertensi,
edem, dan penurunan fungsi ginjal. Penyebab GNA adalah bakteri, virus, dan
proses imunologis lainnya. Sebagian besar (75%) glomerulonefritis akut paska
streptokokus beta hemolitikus grup A.
Patogenesis terjadinya gromrulonefritis akut pasca streptokokus belum
diketahui secara pasti. Adanya periode laten antara infeksi streptokokus dengan
kelainan glomerulus menunjukkan proses imunologis memegang peran penting
dalam mekanisme penyakit. Beberapa hipotesis menjelaskan mengenai proses
terjadinya gromerulonefritis pasca streptokokus. Diduga respon yang berlebihan
dari sistim imun pejamu pada stimulus antigen dengan produksi antibodi yang
berlebihan menyebabkan terbentuknya kompleks Ag-Ab yang nantinya melintas
pada membran basal glomerulus. Disini terjadi aktivas sistim komplemen yang
melepas substansi yang akan menarik neutrofil. Enzim lisosom yang dilepas
netrofil merupakan faktor responsif untuk merusak glomerulus.
Bengkak pada muka, perut serta kedua kaki disebabkan karena adanya
retensi cairan. Pada gromerulonefritis akut akan terjadi kerusakan gromerulus
akibat proses imunologis. Kerusakan ini akan berpengaruh pada penurunan laju
filtrasi gromerulus sehingga akan merangsang pengaktifan sistem renin
angiotensin. Kadar aldosteron pada tubuh akan meningkat sehingga terjadi retensi
Na+ dan H2O yang menyebabkan edema. Secara singkat beberapa keluhan lain
pada pasien dapat dijelaskan dari skema dibawah ini :
23
Ikatan antibody dan antigen
Timbul Antibodi (Ab)
Menarik leukosit dan
Endapan komplemen di
Infeksi streptokokus β hemolitikus grup
A
Terbentuk kompleks imun bersirkulasi
(sirculating immune
Ektima faringitis
Prognosis pada sebagian besar pasien (95%) akan sembuh, tetapi 5% di
antaranya mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat. Diuresis
akan menjadi normal kembali pada hari ke 7-10 setelah awal penyakit, dengan
menghilangnya sembab dan secara bertahap tekanan darah menjadi normal
kembali. Fungsi ginjal (ureum, kreatinin) membaik dalam 1 minggu dan menjadi
normal dalam waktu 3-4 minggu. Komplemen serum menjadi normal dalam
waktu 6-8 minggu. Tetapi kelainan sedimen urin akan tetap terlihat selama
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun pada sebagian besar pasien. (Gambar 1)
24
Ikatan antibody dan antigen
Menarik leukosit dan
Endapan komplemen di
Terbentuk kompleks imun bersirkulasi
(sirculating immune
Gambar 1. Waktu resolusi gejala GNAPS (diambil dari BJS issue 7)
Selama komplemen C3 belum pulih dan hematuria mikroskopis belum
menghilang, pasien hendaknya diikuti secara seksama oleh karena masih ada
kemungkinan terjadinya pembentukan glomerulosklerosis kresentik ekstra-kapiler
dan gagal ginjal kronik.
25
BAB V
KESIMPULAN
Glomerulonefritis akut pasca infeksi streptokokus ditandai oleh adanya
kelainan klinis akibat proliferasi dan inflamasi glomerulus yang berhubungan
dengan infeksi Streptococcus beta hemolyticus grup A tipe nefritogenik. Adanya
periode laten antara infeksi dan kelainan-kelainan glomerulus menunjukkan
proses imunologis memegang peran penting dalam mekanisme terjadinya
penyakit. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan
fisis, bakteriologis, serologis, imunologis, dan histopatologis. Pengobatan hanya
bersifat suportif dan simtomatik. Prognosis umumnya baik, dapat sembuh
sempurna pada lebih dari 90% kasus. Observasi jangka panjang diperlukan untuk
membuktikan kemungkinan penyakit menjadi kronik.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Lumbanbatu,S M. Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus pada Anak.
Sari Pediatri 2003;5(2):58-63
2. Welch, T R. An Approach to the Child with Acute Glomerulonephritis.
International Journal of Pediatrics (2011): 2012
3. Pusponegoro, H D. 2004. Gromerulonefritis Akut Pasca Streptokokus.
Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi 1. IDAI
4. Roy, R R, Laila, K. Acute Post-Streptococcal Glomerulonephritis in
Children – A Review. Bangladesh J Child Health (2014); 38(1):32-39
5. Biljon, G V. Common acquired kidney diseases in children. CME (2013);
31:5
6. Bhimma, R. Acute Poststreptococcal Glomerulonephritis Treatment &
Management. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/980685-
treatment#aw2aab6b6b2 pada tanggal 18 April 2015
7. BPJ issue 7. Acute Post Streptococcal Gromerulonephritis. Diakses dari
http://www.bpac.org.nz/BPJ/2007/august/apsgn.aspx pada tanggal 18
April 2015
27