GIZI BURUK PADA ANAK

16
GIZI BURUK PADA ANAK Kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG). 1. FAKTOR PENYEBAB 1. Faktor diet. Diet kurang energi dan protein akan mengakibatkan penyakit KEP. 2. Peranan faktor sosial. Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turun-temurun. 3. Peranan kepadatan penduduk. Mc Laren (1982) memperkirakan bahwa KEP terdapat dalam jumlah yang banyak akibat suatu daerah terlalu padat penduduknya dengan higiene yang buruk. 4. Faktor infeksi. Terdapat interaksi sinergistis antara infeksi dan malnutrisi. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan dan meningginya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. 5. Faktor kemiskinan. Dengan penghasilan yang rendah, ketidakmampuan membeli bahan makanan ditambah timbulnya banyak penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal dapat mempercepat timbulnya KEP.

description

informasi mengenai gizi buruk pada anak

Transcript of GIZI BURUK PADA ANAK

Page 1: GIZI BURUK PADA ANAK

GIZI BURUK PADA ANAK

Kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi

energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi

(AKG).

1. FAKTOR PENYEBAB

1. Faktor diet. Diet kurang energi dan protein akan mengakibatkan penyakit KEP.

2. Peranan faktor sosial. Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang

sudah turun-temurun.

3. Peranan kepadatan penduduk. Mc Laren (1982) memperkirakan bahwa KEP terdapat

dalam jumlah yang banyak akibat suatu daerah terlalu padat penduduknya dengan

higiene yang buruk.

4. Faktor infeksi. Terdapat interaksi sinergistis antara infeksi dan malnutrisi. Infeksi berat

dapat memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan dan meningginya

kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh.

5. Faktor kemiskinan. Dengan penghasilan yang rendah, ketidakmampuan membeli bahan

makanan ditambah timbulnya banyak penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal

dapat mempercepat timbulnya KEP.

2. PATOGENESIS

1. Patogenesis Marasmus

Pada keadaan marasmus yang menyolok ialah pertumbuhan yang kurang atau terhenti

disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian

merupakan suatu proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan

Page 2: GIZI BURUK PADA ANAK

energi yang dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenuhi pada

intake yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein tubuh sebagai

sumber energi.

Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan

energi, akan tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti

berbagai asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu pada marasmus berat,

kadang-kadang masih ditemukan kadar asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat

membentuk albumin.

2. Patogenesis Kwashiorkor

Pada kwashiorkor yang klasik, gangguan metabolisme dan perubahan sel menyebabkan

edema dan perlemakan hati. Pada penderita defisiensi protein tidak terjadi katabolisme jaringan

yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup

dalam dietnya. Namun kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan berbagai

asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Oleh karena dalam diet terdapat cukup

karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dari dalam serum

yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam

serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan albumin oleh hati, sehingga kemudian

timbul edema.

Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipoprotein beta sehingga

transport lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi lemak

dalam hati.

3. GAMBARAN KLINIS

Gejala klinis Gizi buruk/KEP berat dapat ditemukan sebagai berikut:

1. Marasmus

Page 3: GIZI BURUK PADA ANAK

Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit.

Wajah seperti orang tua (old man face).

Cengeng, rewel.

Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada, (pada daerah

pantat tampak seperti memakai celana longgar/baggy pants).

Perut cekung.

Iga gambang.

Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang), dan diare.

2. Kwashiorkor

Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis).

Wajah membulat dan sembab.

Pandangan mata sayu.

Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit,

rontok.

Perubahan status mental, apatis dan rewel.

Pembesaran hati.

Otot mengecil (hipotropi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk.

Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi

coklat kehitaman dan terkelupas (crazy papement dermatosis).

Sering disertai penyakit infeksi (umumnya akut), anemia, dan diare.

Page 4: GIZI BURUK PADA ANAK

3. Marasmus Kwashiorkor

Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan

marasmus dengan BB/U <>

Disamping itu pada setiap penderita KEP berat/gizi buruk, selalu periksa adanya gejala defisiensi

nutrien mikro yang sering menyertai, seperti:

Xerophtalmia (defisiensi vitamin A).

Anemia (defisiensi Fe, Cu, vitamin B12, asam folat).

Stomatitis (defisiensi vitamin B, vitamin C).

6. PENATALAKSANAAN

Prinsip dasar pengobatan rutin yang dilakukan pada penderita KEP berat/gizi buruk

adalah:

1. Atasi/cegah hipoglikemia.

2. Atasi/cegah hipotermia.

3. Atasi/cegah dehidrasi.

4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit.

5. Obati/cegah infeksi.

6. Mulai pemberian makanan.

7. Fasilitasi tumbuh kejar (catch up growth).

8. Koreksi defisiensi nutrien mikro.

Page 5: GIZI BURUK PADA ANAK

9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental.

10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.

1. Atasi/Cegah Hipoglikemia

Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila < style="font-family:

Symbol;">°C, atau suhu rektal 35,5C). Bila kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, maka

berikan:

50 ml bolus glukosa 10% atau larutan sukrosa (1 sendok teh gula dalam 5 sendok makan

air) secara oral atau sonde/pipa nasogastrik.

Selanjutnya berikan larutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼

bagian dari jatah untuk 2 jam).

Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam.

2. Atasi/Cegah Hipotermia

Bila suhu rektal < style="font-family: Symbol;">°C, hangatkan anak dengan pakaian

atau selimut, atau letakkan dekat lampu atau pemanas.

Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5C.

3. Atasi/Cegah Dehidrasi

Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali. Jika

anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberikan minum

anak 5 ml/kgBB setiap 30 menit cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP.

Jika tidak ada cairan khusus untuk anak dengan KEP berat dapat menggunakan oralit.

Jika anak tidak dapat minum maka dilakukan rehidrasi intravena dengan cairan Ringer

Laktat/Glukosa 5% dan NaCl 0,9%.

Page 6: GIZI BURUK PADA ANAK

4. Koreksi Gangguan Keseimbangan Elektrolit

Pada semua KEP berat terjadi gangguan keseimbangan elektrolit di antaranya:

Kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar natrium plasma rendah.

Defisiensi kalium dan magnesium. Ketidakseimbangan ini diterapi dengan memberikan:

K 2 – 4 meq/kgBB/hari (150 – 300 mg KCL/kgBB/hari).

Mg 0,3 – 0,6 meq/kgBB/hari (7,5 – 15 MgCl2/kgBB/hari).

5. Obati/Cegah Infeksi

Pada KEP berat, tanda yang umumnya menunjukan adanya infeksi seperti demam,

seringkali tidak nampak, oleh karena itu pada semua KEP berat secara rutin diberikan:

Antibiotika spektrum luas, bila tanpa komplikasi: kontrimoksazol 5 ml suspensi pediatri

secara oral, 2 kali sehari selama 5 hari (2,5 ml bila BB <>

Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia,

infeksi kulit, infeksi saluran napas atau saluran kencing) beri ampisilin 50 mg/kgBB

IM atau IV setiap 6 jam selama 2 hari, kemudian secara oral amoksisilin 15 mg/kgBB

setiap 8 jam, selama 5 hari.

Bila amoksisilin tidak ada, maka teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam secara

oral, atau gentamisin 7,5 mg/kgBB/IM atau IV sekali sehari selama 7 hari.

Bila dalam 48 jam tidak ada kemajuan klinis, tambahkan kloramfenikol 25 mg/kgBB/IM

atau IV setiap 6 jam selama 5 hari.

Bila terdeteksi kuman spesifik, beri pengobatan spesifik. Bila anoreksia menetap selama

5 hari pengobatan antibiotik, lengkapi pemberian hingga 10 hari.

Vaksinasi campak bila umur anak > 6 bulan dan belum pernah diimunisasi.

Page 7: GIZI BURUK PADA ANAK

6. Koreksi Defisiensi Nutrien Mikro

Berikan setiap hari:

Tambahan multivitamin.

Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).

Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari.

Bila berat badan mulai naik: Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferosus 10 mg/kgBB/hari.

Vitamin A oral pada hari 1, 2 dan 14. Untuk umur > 1 tahun 200.000 SI, umur 6 – 12

bulan 100.000 SI, dan umur 0 – 5 bulan 50.000 SI.

7. Mulai Pemberian Makanan

Pemberian diet dibagi dalam 3 fase, yaitu: fase stabilisasi, fase transisi, dan fase

rehabilitasi.

Fase Stabilisasi (2 – 7 hari)

Fase dimulainya pemberian makanan segera setelah anak dirawat sehingga energi dan

protein cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal tubuh.

Prinsif pemberian nutrisi pada fase inisial/stabilisasi adalah sebagai berikut:

Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa.

Oral atau nasogastrik.

Kalori 100 kkal/kgBB/hari

Protein 1 – 1,5 gr/kgBB/hari.

Cairan 130 ml/kgBB/hari (100 ml/kgBB/hari bila ada edema berat)

Page 8: GIZI BURUK PADA ANAK

Fase Transisi (Minggu ke-2)

Fase pemberian makanan secara perlahan-lahan untuk menghindari resiko gagal

jantung dan intoleransi saluran cerna bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah

banyak secara mendadak.

Kalori 150 kkal/kgBB/hari

Protein 2 – 3 gr/kgBB/hari

Cairan 150 ml/kgBB/hari.

Fase Rehabilitasi (Minggu ke-3 – 7)

Pada masa pemulihan, dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar tercapai

asupan makanan yang tinggi dan pertambahan BB > 10 gr/kgBB/hari. Awal fase

rehabilitasi ditandai dengan timbulnya selera makan, biasanya 1 – 2 minggu setelah

dirawat.

Setelah masa transisi dilampaui, anak diberi:

Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering.

Energi 150 – 220 kkal/kgBB/hari.

Protein 4 – 6 gr/kgBB/hari

Bila anak masih mendapat ASI, teruskan tetapi beri formula lebih dulu karena

energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar.

8. Fasilitasi Tumbuh Kejar

Untuk mengejar pertumbuhan yang tertinggal, anak diberi asupan makanan seperti pada

fase-fase tersebut di atas. Untuk itu harus tersedia jumlah asupan makanan yang

memadai seperti pada tahapan fase-fase di atas.

Page 9: GIZI BURUK PADA ANAK

9. Sediakan Stimulasi Sensorik dan Dukungan Emosi/Mental

10. Siapkan Follow Up Setelah Sembuh

Bila berat badan sudah mencapai 80% BB/U dapat dikatakan anak sembuh. Pola

pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah setelah

penderita dipulangkan. Kepada orang tua disarankan:

Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur.

Pemberian suntikan/imunisasi ulang (booster).

Pemberian vitamin A setiap 6 bulan.

Selain itu atasi penyakit penyerta, yaitu:

Defisiensi vitamin A.

Dermatosis.

Penyakit karena parasit/cacing.

Diare berlanjut.

Tuberkulosis, obati sesuai dengan pedoman tuberkulosis.

7. KESIMPULAN Gizi buruk adalah salah satu penyakit gangguan gizi yang disebabkan rendahnya asupan

karbohidrat dan protein dalam makanan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: GIZI BURUK PADA ANAK

1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Tatalaksana Kurang Energi-Protein pada Anak di Rumah

Sakit Kabupaten/Kodya. Jakarta. 2000; 1-22.

2. Masnjoer A, dkk. Penyakit Gizi Anak. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II.

FKUI. Jakarta. 2000; 512-19.

3. Behrman RE, Voughan VC. Malnutrisi. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak-Nelson. Edisi ke-12.

Bagian I. EGC. Jakarta. 1993; 298-301.

4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Defisiensi Gizi. Balam: Buku Kuliah Ilmu

Kesehatan Anak. Jilid I. FKUI. Jakarta. 1985; 360-66.

Pengobatan Terhadap Komplikasi

Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan

mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta

dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit. Penatalaksanaan

penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap. Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama

merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi

keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena. Cairan yang diberikan ialah

larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg

BB/hari. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya

diberikan dalam 16-20 jam berikutnya. Tahap kedua yaitu penyesuaian. Sebagian besar penderita

tidak memerlukan koreksi cairan dan elektrolit, sehingga dapat langsung dimulai dengan

penyesuaian terhadap pemberian makanan. Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan

sebanyak 30-60 kalori/kg BB/hari atau rata-rata 50 kalori/kg BB/hari, dengan protein 1-1,5 g/kg

BB/hari. Jumlah ini dinaikkan secara berangsur-angsur tiap 1-2 hari sehingga mencapai 150-175

Page 11: GIZI BURUK PADA ANAK

kalori/kg BB/hari dengan protein 3-5 g/kg BB/hari. Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet

tinggi Cermin Dunia Kedokteran No. 134, 2002 11 kalori tinggi protein ini lebih kurang 7-10

hari.  Cairan diberikan sebanyak 150 ml/kg BB/hari. Pemberian vitamin dan mineral yaitu

vitamin A diberikan sebanyak 200.000. i.u peroral atau 100.000 i.u im pada hari pertama

kemudian pada hari ke dua diberikan 200.000 i.u. oral. Vitamin A diberikan tanpa melihat

ada/tidaknya gejala defisiensi Vitamin A. Mineral yang perlu ditambahkan ialah K, sebanyak 1-2

Meq/kg BB/hari/IV atau dalam bentuk preparat oral 75-100 mg/kg BB/hari dan Mg, berupa

MgS04 50% 0,25 ml/kg BB/hari atau megnesium oral 30 mg/kg BB/hari. Dapat diberikan 1 ml

vit Bc dan 1 ml vit. C im, selanjutnya diberikan preparat oral atau dengan diet. Jenis makanan

yang memenuhi syarat untuk penderita malnutrisi berat ialah susu.

Dalam pemilihan jenis makanan perlu diperhatikan berat badan penderita. Dianjurkan

untuk memakai pedoman BB kurang dari 7 kg diberikan makanan untuk bayi dengan makanan

utama ialah susu formula atau susu yang dimodifikasi, secara bertahap ditambahkan makanan

lumat dan makanan lunak. Penderita dengan BB di atas 7 kg diberikan makanan untuk anak di

atas 1 tahun, dalam bentuk makanan cair kemudian makanan lunak dan makanan padat.

Antibiotik perlu diberikan, karena penderita marasmus sering disertai infeksi. Pilihan obat yang

dipakai ialah procain penicillin atau gabungan penicilin dan streptomycin.