Gilang Bhaskara 10 2008 095

25
MAKALAH PBL MANDIRI BLOK 14 MUSKULOSKELETAL-2 DISUSUN OLEH : GILANG BHASKARA NIM : 10-2008-095 KELOMPOK B2 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA TAHUN 2009

description

dfvdfvsdvd

Transcript of Gilang Bhaskara 10 2008 095

MAKALAH MANDIRI

MAKALAH PBL MANDIRI

BLOK 14MUSKULOSKELETAL-2DISUSUN OLEH :

GILANG BHASKARA

NIM : 10-2008-095

KELOMPOK B2FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

TAHUN 2009KATA PENGANTAR

Osteoporosis merupakan penyakit yang menjadi salah satu penyakit terbanyak pada lansia. Siapa yang menyangka bahwa penyakit ini dapat menyebabkan suatu tulang menjadi mudah retak dan tidak tahan banting ? Makalah ini diharapkan dapat membantu pemahaman penulis dan pembaca dalam hal pengertian penyakit osteoporosis khusunya mengenai perjalanan penyakit, penyebab penyakit, penyimpangan-penyimpangan fisiologi dari tubuh kita, diagnosis penyakit, penatalaksanaan penyakit, dan juga prognosis dan komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini. Selain itu, makalah ini juga mengemukakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk menegakan diagnosis penyakit muskuloskeletal khusus nya mengenai penyakit metabolism tulang .

Akhir kata selamat membaca.

Jakarta, 24 Maret 2010Gilang Bhaskara

DAFTAR ISI

01. Skenario....................................................................................................................................402. STEP 1 IDENTIFIKASI ISTILAH YANG TAK DIKETAHUI............................................403. STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH.404. STEP 3 ANALISA MASALAH......405. STEP 4 HIPOTESIS.406. STEP 5 SASARAN PEMBELAJARAN.................................................................................507. STEP 6 HASIL BELAJAR MANDIRI508. Pemeriksaan .............................................................................................................................509. Etiologi..................................910. Patofisiologi.....................................................................................................................1011.Manifestasi Klinis.....................................................................................................................1112. Differential Diagnosis..............................................................................................................1213. Penatalaksanaan.......................................................................................................................1314. Prognosis..................................................................................................................................1615. Komplikasi...............................................................................................................................1616. Pencegahan..............................................................................................................................1617. Daftar Pustaka.........................................................................................................................17SKENARIO

Seorang wanita usia 65 tahun, dibawa ke rumah sakit UKRIDA dengan keluhan nyeri pada panggul sebelah kanannya dan bertambah nyeri apabila digerakkan. Dari keterangan keluarga pasien sebelum nya terjatuh dari bangku. Dari pemeriksaan fisik : TD : 110 / 70 mmHg, N : 72 x / menit, RR : 22x / menit, Densitometri : -2,5STEP 1 IDENTIFIKASI ISTILAH YANG TAK DIKETAHUI

Densitometri : penentuan berbagai variasi ketebalan, dengan cara membandingkannya dengan bahan lain atau standar.RR : Respiration RateSTEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Nyeri pada panggul sebelah kanan karena terjatuh dari bangku2. Densitometri dibawah normalSTEP 3 ANALISA MASALAH

STEP 4 HIPOTESIS

Nyeri pada panggul kanan setelah terjatuh dari bangku karena pasien menderita osteoporosisSTEP 5 SASARAN PEMBELAJARAN

1. Pemeriksaan : Anamnesis, Fisik, Penunjang2. Etiologi dari penyakit3. Perjalanan penyakit ( patofisiologi )4. Diagnosis tentang penyakit pasien yang meliputi working dan differential diagnosis

5. Prognosis dan penyakit pasien

6. Penatalaksanaan secara farmakologis maupun non farmakologis

STEP 6 HASIL BELAJAR MANDIRI

1 Pemeriksaan

1.1. Anamnesis1Anamnesis memegang peranan penting dalam evalusi pasien dengan osteoporosis. Kadang keluhan utama dapat langsung mengarah ke diagnosis seperti fraktur kolum femoris, bowing leg pada rikets, atau kesemutan dan rasa kebal di sekitar mulut dan rasa kebal di sekitar mulut dan ujung jari pada hipokalsemia.

Faktor lain yang harus ditanyakan adalah adanya fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama, kurangnya paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfor, dan vitamin D, latihan teratur yg bersifat weight-bearing

Obat-obatan jangka panjang juga harus ditanyakan antara lain kortikosteroid, tiroid, anti konvulsan, heparin, antasida, sodium fluoride, dam bifosfonat etidronat

Alkohol dan merokok juga merupakan factor risiko osteoporosis. Penyakit lain : ggn ginjal, saluran cerna, hati, endokrin, dan insufisiensi pancreas. Riwayat haid, menarke dan menopause. Ada kemungkinan herediter juga 1.2 Fisik1Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap pasien osteoporosis. Demikian juga gaya berjalan pasien, deformitas tulang, leg length inequality, nyeri spinal, dan jaringan parut pada leher ( operasi tiroid )

Sklera yang membiru biasanya terdapat pada osteogenesis imperfekta

Pada rikets, beberapa penemuan fisik sering mengacu pada diagnosis seperti perawakan pendek, nyeri tulang, kraniotabes, parietal pipih, penonjolan sendi kostokondral ( rachitic rosary ), bowing deformity tulang panjang, dan kelainan gigi

Hipokalsemia ditandai adanya tetani dan tanda Chovtex Trosseau

Pasien dengan osteoporosis sering menunjukkan adanya kifosis dorsal dan penurunan tinggi badan. Selain itu ada juga protuberansia abdomen, spasme otot pra vertebral, dan kulit tipis

1.3 Radiologi1Gambaran radiologic yang khas pada osteoporosis yang khas adalah penipisan korteks dan daerah trabekular yang lebih radioulsen. Pada vertebra, gambaran radiologi foto polos akan menjadi lebih radioulsen tetapi baru terdeteksi setelah ada penurunan massa tulang sekitar 30 %.

Pada femur proksimal yang terdiri dari trabekula tulang, trabekula yang tebal akan lebih nyata pada foto polos. Pada perjalanan penyakit osteoporosis terjadi penipisan trabekula dan beberapa diresorpsi sempurna sehingga lebih nyata pada otot polos.

Pada metacarpal, dilakukan pengukuran ketebalan korteks. Dengan menggunakan rumus perbandingan daerah korteks dgn daerah keseluruhan :

CA / TA = TW2 MW2 / TW2 CA/ TA = Perbandingan daerah korteks ( CA ) dgn daerah keseluruhan ( TA )

TW = tebal keseluruhan

MW = tebal medulla

Nilai rujukan : 0,72 0,85. Bila kurang dari 0,72 menunjukkan adanya osteoporosis korteks

Selain itu ada Skintigrafi Tulang yang baik untuk menilai metastase tulang, tumor primer tulang, osteomielitis, dan Paget Disease. Diagnosa skintigrafi ditegakkan dengan mencari uptake yang meningkat baik umum maupun local.

MRI juga dapat digunakan untuk menganalisa trabekula tulang. Kelebihan MRI adalah tidak adanya radiasi. 1.4. Densitometri1Merupakan pemeriksaan akurat untuk menilai densitas massa tulang, sehingga bisa untuk menilai factor prognosis, prediksi fraktur, dan bahkan diagnosis osteoporosis. Jenis-jenis nya antara lain :

1. Single Photon Absorptiometry ( SPA ) : menggunakan berkas radiasi energi tunggal dari foton energi rendah. Cocok untuk jaringan lunak yang tidak terlalu tebal seperti distal radius atau kalkaneus2. Dual Photon Absorptiometry ( DPA ) : Menggunakan sumber energi yang mempunyai photon dengan 2 tingkat energi yang berbeda untuk mengatasi tulang dan jaringan lunak yang cukup tebal

3. Quantitative Computer Tomography ( QCT ) : Paling ideal karena mengukur densitas secara volumetric ( g / cm3 ). Kelebihan lainnya adalah hanya dapat menilai daerah trabekula saja tanpa dapat dipengaruhi artefak kalsifikasi ekstra dan intraosseus seperti kalsifikasi aorta dan osteofit.

4. Dual Energy X Ray Absorptiometry ( DXA ) : Metode yang paling sering digunakam karena mempunyai tingkat akurasi tinggi. Hasil pengukuran dalam g / cm2Diinterpretasikan dalam bentuk T Score. Dengan rumus :

T Score = BMD pasien BMD rata2 orang dewasa muda / 1 SD BMD rata-rata orang dewasa muda

Kriteria T score berdasarkan WHO :

Kategori DiagnostikT-Score

Normal

Osteopenia

Osteoporosis

Osteoporosis Berat> - 1

< - 1

< - 2,5

< - 2,5

Tindakan berdasarkan penilaian T-Score

T- ScoreRisiko FrakturTindakan

> + 1

0 s/d + 1

-1 s/d 0

-1 s/d - 2,5

< -2,5

Tanpa fraktur

< - 2,5

Dengan

fraktur

Sangat Rendah

Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat TinggiTidak ada terapi

Ulang densitometry bila ada indikasi

Tidak ada terapi

Ulang densitometry setelah 5 tahun

Tidak ada terapi

Ulang densitometry setelah 2 tahunPencegahan osteoporosis

Ulang densitometry setelah 1 tahun

Pengobatan osteoporosis

Pencegahan dilanjutkan

Ulang densitometry setelah 1-2 tahun

Pengobatan osteoporosis

Pencegahan dilanjutkan

Bedah atas indikasi

Ulang densitometry setelah 6 bulan 1 tahun

Selain itu densitometry ada dalam entuk lain yaitu Sonodensitometry dengan menggunakan kecepatan gelombang suara, atenuasi ultrasound broadband, dan kekakuan. Keuntungan nya antara lain tidak ada radiasi, mobile, ukuran kecil, pengukuran cepat dan relative murah

Ada metode lain yaitu dengan NAA ( Neutron Activation Analysis ) untuk menilai kandungan total kalsium dalam serum untuk mengukur massa tulang local. Hanya saja metode ini menggunakan radiasi tinggi dan biaya yang mahal.

1.5 Pemeriksaan Biokimia Tulang3a. Kalsium Total dan Kalsium Terionisasi serumNilai Rujukan : Ca Total : 2,3 2,8 mmol / l

Ca ionisasi : 1,1 1,24 mmol / l

Kalsium terionisasi tidak dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi protein / albumin. Dan lebih mencerminkan metabolism kalsium drpd kadar kalsium total

Meningkat pada : Hiperparatiroidisme, neoplasma tulang, alkoholisme

Menurun pada : malabsorpsi kalsium, hipoparatiroidisme, gagal ginjal kronik

b. Kalsium urine

Nilai rujukan : 100-250 mg / 24 jam

Meningkat pada : Hiperparatiroidisme, osteoporosis, hipertiroidisme

Menurun pada : Hipoparatiroidisme, Hipotiroidisme, malabsorpsi

Pemeriksaan Biokimia lainnya untuk tulang adalah petanda resorpsi dan formasi tulang

Petanda Formasi tulang : BSAP ( bone spesific alkaline phospatase ), osteokalsin ( OC ), PICP ( carboxy terminal propeptide type I colagen ), PINP (amino terminal propeptide type I colagen )

Petanda Resorpsi : Hidroksiprolin urin ( meningkat pada saat terjadi penghancuran kolagen tulang ) , Pyd (Free and total pyridinolines ), Dpd ( deoksi pyridinolines ) yang lebih spesifik drpd Pyd , ICTP (Cross linked C telopeptide of type 1 colagen ), TRAP ( tartrate resistant acid phospatase ) 2 Etiologi1Osteoporosis merupakan penyakit dengan etiologi multifaktorial.Faktor risiko yang berperan pada osteoporosis antara lain :

a. Umur

Tiap peningkatan 1 dekade, risiko meningkat 1,4- 1,8 kali

b. Genetik

Etnis ( kaukasia dan oriental > kulit hitam dan polinesia )

Seks ( perempuan > laki2 )

Riwayat Keluarga

c. Lingkungan

Defisiensi kalsium

Aktivitas fisik kurang

Obat-Obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin )

Merokok, alcohol

Risiko terjatuh meningkat

d. Hormonal dan Penyakit kronik

Defisiensi estrogen, androgen

Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer, hiperkortisolisme

Penyakit kronik ( sirosis hepatis, gagal ginjal, gastrektomi )

e. Sifat fisik tulang

Densitas, ukuran dan geometri, mikroarsitektur, komposisi

Faktor risiko fraktur panggul :

Terjatuh karena :

Penurunan respons protektif : Kelainan neuromuscular, gangguan penglihatan, gangguan keseimbangan

Gangguan penyediaan energi : malabsorpsi

Peningkatan fragilitas tulang : Densitas massa tulang rendah, Hiperparatiroidisme

3 Patofisiologi1Osteoporosis dibagi menjadi 2 kelompok yaitu osteoporosis tipe I dan II. Tipe I disebut juga pasca menopause akibat defisiensi estrogen pasca menopause. Tipe II disebut juga osteoporosis senilis, akibat proses menua ( usia ) yang ditandai penurunan jumlah tulang yang dibentuk selama proses remodeling tulang. Estrogen merupakan regulator pertumbuhan dan homeostatis tulang yang penting. Estrogen memiliki efek langsung dan tak langsung pada tulang. Efek tak langsung meliputi regulasi absorpsi kalsium di usus, modulasi vitamin D, ekskresi Ca di ginjal, dan sekresi PTH. Efek langsung nya

Patogenesis Osteoporosis Tipe ISetelah menopause, maka resorpsi tulang akan meningkat. Penurunan densitas tulang terutama pada trabekular karena permukaan ny luas. Estrogen juga berperan menurunkan berbagai sitokin oleh bone marrow stromal cell dan sel mononuclear seperti IL-1, IL-6, dan TNF-a yang berperan meningkatkan kerja osteoklas. Dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat menopause akan meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut sehigga aktivitas osteoklas meningkat. Selain itu menopause menurunkan absorpsi kalsium di usus dan meningkatkan ekskresi kalsium di ginjal.

Patogenesis Osteoporosis Tipe II

Defisiensi kalsium dan vitamin D juga sering didapatkan pada orang tua. Karena malabsorpsi dan paparan sinar matahari yang kurang. Akibat kekurangan kalsium, akan timbul hiperparatiroidisme sekunder yang dapat memperburuk resorpsi tulang. Faktor lain yang berperan terhadap kehilangan massa tulang adalah genetic dan lingkungan ( merokok, alcohol, obat2 an )

Risiko fraktur yang juga harus diperhatikan adalah risiko terjatuh lebih tinggi dibandingkan orang muda. Hal ini disebabkan karena penurunan kekuatan otot, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, lantai licin, dsb.

4. Manifestasi Klinis Osteoporosis5

Pada awal perjalanan penyakit, osteoporosis bisa timbul tanpa gejala. Kemudian, dapat menimbulkan rasa sakit di tulang atau otot, terutama bagian punggung bawah dan nyeri leher.

Kemudian dalam perjalanan penyakit, nyeri yang sangat mungkin datang tiba-tiba. Rasa sakit mungkin tidakmenyebar ke daerah lain; ini mungkin diperparah oleh aktivitas yang menempatkan beban pada suatu daerah , bisa disertai dengan tenderness, dan umumnya mulai mereda dalam satu minggu. Nyeri dapat berlama-lama lebih dari tiga bulan.

Orang dengan osteoporosis mungkin bahkan tidak ingat jatuh atau trauma lain yang menyebabkan patah tulang, seperti di tulang belakang atau kaki. Fraktur kompresi tulang belakang dapat mengakibatkan hilangnya tinggi dengan postur bungkuk (disebut dowager's hump).

Patah tulang di tempat lain, biasanya panggul atau tulang-tulang pergelangan tangan, biasanya akibat dari jatuh. Fraktur patologis merupakan komplikasi klinis yang sangat sering dijumpai

5. Differential Diagnosis5Diagnosis banding dengan penyakit berikut :a. Hiperparatiroidisme

b. Multiple Myeloma

c. Osteomalasia dan Renal Osteodistrofi

d. Paget Disease

5.1 HiperparatiroidismeSindrom klinis hiperparatiroidisme primer dapat dengan mudah diingat sebagai . Bones, stones, abdominal groans, and psychic moans.

Manifestasi tulang termasuk kehilangan tulang kortikal. Tulang dan sendi, pseudogout, dan chondrocalcinosis juga telah dilaporkan. Pada awal deskripsi klinis hiperparatiroidisme primer, beberapa pasien mengalami peningkatan resorpsi tulang osteoclastic.Manifestasi ginjal meliputi poliuria, batu ginjal, hiperkalsiuria, dan jarang nephrocalcinosis.Manifestasi gastrointestinal meliputi anoreksia, mual, muntah, sakit perut, sembelit, lambung, dan pankreatitis akut.Neuromuskular dan manifestasi psychologis termasuk miopati proksimal, lemah dan mudah fatigability, depresi, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, dan masalah memori. 5.2 Multiple MyelomaGejala termasuk nyeri tulang, fraktur patologis, kelemahan, anemia, infeksi (sering pneumokokus), hypercalcemia, kompresi saraf tulang belakang, atau gagal ginjal.

Yang khas pada multiple myeloma adalah amyloidosis yaitu kelainan sendi bahu ( pada umumnya ), macroglossia, atau adanya ruam pada kulit.

5.3 Osteomalasia dan Renal Osteodistrofi Gambaran radiografi osteomalasia mungkin normal atau sama dengan osteoporosis. Namun, kekasaran trabekula dapat membedakan osteomalasia dari osteoporosis. Diferensial diagnosis osteopenia umum meliputi osteomalasia, hiperparatiroidisme, dan beberapa myeloma

Diagnosis diferensial osteodystrophy ginjal bervariasi tergantung pada daerah keterlibatan. Penyebab kalsifikasi jaringan lunak di antara nya penyakit pembuluh darah kolagen, deposisi kristal hidroksiapatit penyakit, hypervitaminosis, dan idiopatik tumoral calcinosis.

5.4 Paget DiseasePenyakit Paget adalah suatu gangguan lokal renovasi tulang yang biasanya dimulai dengan resorpsi tulang yang berlebihan diikuti oleh peningkatan formation.Other tulang pasien dengan penyakit Paget hadir dengan berbagai gejala yang mungkin termasuk patologis fraktur, gagal jantung kongestif, gangguan pendengaran, dan dysesthesias dan kelemahan karena saraf-compression.The akar penyebab penyakit Paget tidak diketahui. Hipotesis utama adalah virus lambat teori, tetapi banyak pekerjaan yang diperlukan sebelum teka-teki ini adalah resolved.According ke teori infeksi penyakit Paget, sel-sel sumsum tulang (osteoklas nenek moyang) yang terinfeksi oleh virus, yang menyebabkan peningkatan abnormal osteoclast pembentukan.6. Penatalaksanaan5Secara teoritis osteoporosis dapat diobati dengan cara menghambat kerja osteoklas dan atau meningkatkan kerja osteoblas. Akan tetapi saat ini obat-obat yang beredar pada umumnya bersifat anti resorpsi. Yang termasuk obat antiresorpsi misalnya: estrogen, kalsitonin, bisfosfonat. Sedangkan Kalsium dan Vitamin D tidak mempunyai efek antiresorpsi maupun stimulator tulang, tetapi diperlukan untuk optimalisasi meneralisasi osteoid setelah proses pembentukan tulang oleh sel osteoblas.a. Estrogen

Mekanisme estrogen sebagai antiresorpsi, mempengaruhi aktivitas sel osteoblas maupun sel

osteoklas, telah dibicarakan diatas. Pemberian terapi estrogen dalam pencegahan dan pengobatan osteoporosis dikenal sebagai Terapi Sulih Hormon (TSH). Estrogen sangat baik diabsorbsi melalui kulit, mukosa vagina, dan saluran cerna. Efek samping estrogen meliputi nyeri payudara (mastalgia), retensi cairan, peningkatan berat badan, tromboembolisme, dan pada pemakaian jangka panjang dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

Kontraindikasi absolut penggunaan estrogen adalah: kanker payudara, kanker endometrium, hiperplasi endometrium, perdarahan uterus disfungsional, hipertensi, penyakit tromboembolik, karsinoma ovarium, dan penyakit hait yang berat.

Beberapa preparat estrogen yang dapat dipakai dengan dosis untuk anti resorpsi, adalah estrogen

terkonyugasi 0,625 mg/hari, 17-estradiol oral 1 2mg/ hari, 17-estradiol perkutan 1,5 mg/hari, dan 17-estradiol subkutan 25 50 mg setiap 6 bulan. Kombinasi estrogen dengan progesteron akan menurunkan risiko kanker endometrium dan harus diberikan pada setiap wanita yang mendapatkan TSH, kecuali yang telah menjalani histerektomi.

Saat ini pemakaian fitoestrogen (isoflavon) sebagai suplemen mulai digalakkan pemakaiannya

sebagai TSH. Beberapa penelitian menyatakan memberikan hasil yang baik untuk keluhan defisiensi estrogen, atau mencegah osteoporosis.Ada golongan preparat yang mempunyai efek seperti estrogen yaitu golongan Raloksifen yang disebut juga Selective Estrogen Receptor Modulators (SERM).

Golongan ini bekerja pada reseptor estrogen- sehingga tidak menyebabkan perdarahan dan kejadian keganasan payudara. Mekanisme kerja Raloksifen terhadap tulang diduga melibatkan TGF yang dihasilkan oleh osteoblas yang berfungsi menghambat diferensiasi sel osteoklas.b. Bisfosfonat

Bisfosfonat merupakan obat yang digunakan untuk pengobatan osteoporosis.

Bisfosfonat dapat mengurangi resorpsi tulang oleh sel osteoklas dengan cara berikatan dengan permukaan tulang dan menghambat kerja osteoklas dengan cara mengurangi produksi proton dan enzim lisosomal di bawah osteoklas.Pemberian bisfosfonat secara oral akan diabsorpsi di usus halus dan absorpsinya sangat buruk (kurang dari dosis yang diminum). Absorpsi juga akan terhambat bila diberikan bersama-sama dengan kalsium, kation divalen lainnya, dan berbagai minuman lain kecuali air. Idealnya diminum pada pagi hari dalam keadaan perut kosong. Setelah itu penderita tidak diperkenankan makan apapun minimal selama 30 menit, dan selama itu penderita harus dalam posisi tegak, tidak

boleh berbaring. Sekitar 20 50% bisfosfonat yang diabsorpsi, akan melekat pada permukaan tulang setelah 12 24 jam. Setelah berikatan dengan tulang dan beraksi terhadap osteoklas, bisfosfonat akan tetap berada di dalam tulang selama berbulan-bulan bahkan bertahun-

tahun, tetapi tidak aktif lagi. Bisfosfonat yang tidak melekat pada tulang, tidak akan mengalami metabolisme di dalam tubuh dan akan diekresikan dalam bentuk utuh melalui ginjal, sehingga harus hati-hati pemberiannya pada penderita gagal ginjal.

Generasi Bisfosfonat adalah sebagai berikut:

Generasi I:

- Etidronat

- Klodronat

Generasi II:

- Tiludronat

- Pamidronat

- Alendronat

Generasi III:

- Risedronat

- Ibandronat

- Zoledronat

c. Kalsitonin

Sebagai penghambat osteoklas. Dalam beberapa jam efek itu mulai bekerja sehingga aktivitas resorpsi tulang terhenti. Selain itu kalsitonin juga mempunyai efek menghambat osteosit dan merangsang osteoblas tetapi efek ini masih diragukan

Bisa juga untuk mengobati Paget Disease, osteoporosis, dan hiperkalsemia lainnya

d. Latihan Pembebanan ( Olahraga )

Olahraga merupakan bagian yang sangat penting pada pencegahan maupun pengobatan osteoporosis.

Program olahraga bagi penderita osteoporosis sangat berbeda dengan olahraga untuk pencegahan osteoporosis. Gerakan-gerakan tertentu yang dapat meningkatkan risiko patah tulang harus dihindari. Jenis olahraga yang baik adalah dengan pembebanan dan ditambah latihan-latihan kekuatan otot yang disesuaikan dengan usia dan keadaan individu masing-masing. Dosis olahraga harus tepat karena terlalu ringan kurang bermanfaat, sedangkan terlalu berat pada wanita dapat menimbulkan gangguan pola haid yang justru akan menurunkan densitas tulang.

Jadi olahraga sebagai bagian dari pola hidup sehat dapat menghambat kehilangan mineral tulang, membantu mempertahankan postur tubuh dan meningkatkan kebugaran secara umum untuk mengurangi risiko jatuh.7. Prognosis5Jika pemulihan penuh tidak tercapai, fraktur osteoporosis dapat mengakibatkan sakit yang kronis, kecacatan, dan dalam beberapa kasus, kematian.8. Komplikasi5Konsekuensi yang paling serius osteoporosis meliputi patah tulang dan, pada beberapa pasien menyebabkan kematian akibat komplikasi postfracture.

Kesulitan bernapas dapat terjadi pada pasien dengan beberapa patah tulang belakang yang mengakibatkan kyphosis parah.9. Fraktur yang Berhubungan dengan Osteoporosis2Fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis adalah fraktur patologik. Terjadi di daerah tulang yang menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang seringkali menunjukkan penurunan densitas. Penyebab paling sering adalah tumor primer atau tumor metastasisDAFTAR PUSTAKA1. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta : FK UI ; 2006. h. 1259-

1273

2. Price, Sylvia A. Patofisiologi . Edisi VI. Jakarta: EGC; 2006. h.13663. Kee, Joyce L. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Edisi VI. Jakarta : EGC ; 2008. h. 97 101 ; 277 4. Kamus Kedokteran Dorland Ed.29

5. Sumber lain

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11Osteoporosis112.pdf/11Osteoporosis112.html

http://www.emedicinehealth.com/osteoporosis/article_em.htm

www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/.../9_dr%20siki.pdf

Pemeriksaan

Penunjang

Diagnosis

Nyeri pada panggul kanan setelah terjatuh dari bangku

Anamnesis

Penatalaksanaan

Etiologi

Fisik

Differential

Patofisiologi

Prognosis

Working