GERAKAN POLITIK WANITA MUSLIMAH DI NEGARA BAGIAN...

106
GERAKAN POLITIK WANITA MUSLIMAH DI NEGARA BAGIAN KELANTAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Pensyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : MOHD SUFIAN BIN HARUN NIM: 108045200011 KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H / 2010M

Transcript of GERAKAN POLITIK WANITA MUSLIMAH DI NEGARA BAGIAN...

GERAKAN POLITIK WANITA MUSLIMAH DI NEGARA BAGIAN

KELANTAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Pensyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

MOHD SUFIAN BIN HARUN

NIM: 108045200011

KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1431 H / 2010M

GERAKAN POLITIK WANITA MUSLIMAH DI NEGARA BAGIAN

KELANTAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Mohd Sufian Bin Harun

NIM: 108045200011

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag

NIP: 197112121995031001

KONSENTRASI KETATANEGARAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1431 H / 2010M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul GERAKAN POLITIK WANITA MUSLIMAH DI NEGARA

BAGIAN KELANTAN telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 02

February 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi

Ketatanegaraan Islam (Siyasah Syariyyah).

Jakarta, 02 February 2010

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA,

MM.

NIP: 195505051982031012

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

1. Ketua : Dr. Asmawi,M.Ag.

(..…....……………)

Nip: 197210101997031008

2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag.

(..…....……………)

Nip: 197102151997032002

3. Pembimbing I : Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag.

(..…....……………)

Nip: 197112121995031001

4. Penguji I : Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA, MM.

(..…....……………)

Nip: 195505051982031012

5. Penguji II : Dr. Hj, Isnawati Rais, MA.

(..…....……………)

Nip: 195710271985032001

KATA PENGANTAR

Tiada kata terindah yang dapat penulis ukirkan dan tiada ungkapan

termanis yang dapat penulis bicarakan, hanya pujian dan rasa syukur yang tidak

terhingga kepada Allah SWT yang atas berkat nikmat dan rahmat serta

hidayah-Nya, penulis terus menyelesaikan skripsi ini. Bingkisan shalawat dan

salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW, keluarga baginda, para

sahabat dan tabi’in, serta para penerus perjuangan dalam menegakkan kalimah

Allah.

Walaupun pelbagai halangan dan rintangan yang dilalui terpaksa penulis

menghadapinya dengan sabar dan tabah dalam menyempurnakan penulisan

skripsi ini, namun berkat taufiq dan hidayah-Nya di samping doa dan restu

keluarga tercinta, dorongan, bantuan, bimbingan, dan suntikan semangat dari

pelbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan keterbatasan

kemampuan yang penulis miliki. Pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang

setinggi-tingginya, Terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,MM., Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Bapak Dr. Asmawi, M.Ag dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag Ketua dan

Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah, Yang telah memberikan

kemudahan administratif dan bimbingan akademik sejak awal

perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini;

3. Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag., Dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan perhatian, bimbingan, kritik, saran, dan motivasi

yang membina dalam proses penulisan;

4. Kepada segenap dosen yang telah memberikan ilmunya kepada

penulis selama menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta;

5. Kepada para pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan

Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, yang telah memberikan fasilitas berupa kemudahan bagi

penulis dalam memanfaatkan buku-buku referensi;

6. Teristimewa buat tatapan Ayahanda Harun bin Hamad, dan Ibunda

Fatimah binti Othman. Terima kasih atas perhatian, segala doa,

kesabaran atas jerih payah, segala pengorbanan yang tidak terbalas

dan senantiasa memberikan semangat serta harapan tanpa jemu

hingga ananda dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya.

Segala jasa pengorbanan kalian senantiasa terpahat dalam ingatan.

Tiada ada yang dapat dipersembahkan sebagai balasan, melainkan

hanya dengan sebuah kejayaan dalam menuntut ilmu. Keluarga

tercinta Kakanda dan adinda-adinda penulis, Kanda Fauzi, Kanda

Kamal, Kanda Latifah, yang senantiasa memberi semangat dan

sokongan baik dari segi moral maupun materiil, sepanjang perjalanan

hidup di bumi ini. Terima Kasih karena memahaminya;

7. Kerajaan Malaysia dan Indonesia yang memberikan diriku ruang

untuk beribadah dan berpartisipasi di dunia ini. Kedutaan Besar

Malaysia di Indonesia atas pengawasan dan kebajikan yang

diberikan;

8. Dato’ Tuan Guru Haji Harun Taib selaku pengerusi Ahli Majlis

Mesyuarat KUDQI dan seluruh Ahli Majlis Mesyuarat KUDQI.

Pihak Kolej Universitas Darul Quran Islamiyyah yang telah memberi

kesempatan untuk menuntut ilmu yang bermanfaat dari asatizah dan

ustazah, juga dapat mengenal erti persahabatan dari mahasiswa

KUDQI, MPMKUDQI dan HESIS. Serta staf-staf dan asatizah dan

ustazah di Maa’had Darul Qur’an (MDQ) Rusila Marang;

9. Teman-teman seperjuangan Sheifullah, Ibrahim Zaki, Faiz, Hilman,

Saiful Daulah, Najib, Zahid, Tuan Izzuddin, Fakhri, Yunus, Zaki

Khairuddin, Fawwaz, Razman, Amir, Hadi, Ukasyah, Sabri, Ridzuan,

Saifuddin, Zalani, Muaz dan juga teman yang berada di Asrama Putri

UIN dan kost, tidak lupa juga insan yang dicintai yang senantiasa

memberi semangat dan dukungan. Jutaan terima kasih atas teguran

dan sumbangan yang telah diberikan oleh Mawardi, Mustafa, Harun,

Baihaki, Ust. Hadi, Faizal, Amiluddin dan Khairil. Tidak lupa juga

sahabat-sahabat dari APID, KIDU, IPA yang telah bersama

kecimpung dalam menegakkan kalimat Allah;

10. Sekali lagi Terima kasih daun keladi buat sahabat-sahabat

seperjuangan yang selalu menemani penulis mengharungi pelbagai

hambatan dalam proses penyiapan skripsi ini. “Perjuangan kita belum

selesai !”.

Untuk mereka semua, penulis pribadi tidak bisa membalas kecuali dengan

ucapan ”Jazakumullah Khaira al-Jaza”. Semoga Allah SWT memberi keberkatan

kepada semua pihak yang telah turut membantu penyelesaian skripsi ini dalam

mengharungi kehidupan. Terakhir, semoga kehadiran skripsi ini dapat mendatangkan

manfaat dan memberikan kontribusi positif bagi pembaca.

Jakarta, 03 Januari 2010

17 Muharram 1431 H

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ v

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................. 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 9

D. Kajian ( Review ) Studi Terdahulu................................................. 10

E. Metode Penelitian.......................................................................... 12

F. Sistemetik Penulisan...................................................................... 13

BAB II : PERPEKTIF ISLAM TENTANG PARTISIPASI POLITIK

WANITA

A. Hubungan Agama dan Politik dalam Islam .................................... 15

B. Kiprah Politik Wanita dalam Sejarah Islam ................................... 23

C. Kedudukan dan Hak-hak Wanita dalam Islam ............................... 30

D. Hak Politik Wanita dalam Islam .................................................... 33

BAB III : KONDISI SOSIAL POLITIK DI KELANTAN

A. Sejarah Berdirinya Negara Bagian Kelantan .................................. 42

B. Kondisi Geografis Negara Bagian Kelantan................................... 44

C. Komposisi Penduduk Negara Bagian Kelantan .............................. 45

D. Peta Politik di Negara Bagian Kelantan ......................................... 46

BAB IV : GERAKAN POLITIK WANITA MUSLIMAH PAS DI NEGARA

BAGIAN KELANTAN

A. Latar Belakang Gerakan Dewan Muslimah PAS di Kelantan........ 57

B. Visi Misi dan Struktur Dewan Muslimah PAS di Kelantan........... 62

C. Peluang dan Tantangan Dewan Muslimah PAS di Kelantan ......... 66

D. Analisis Gerakan Politik Wanita Muslimah

PAS di Kelantan............................................................................74

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................. 86

B. Saran............................................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 90

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa wanita pada proporsinya yang layak

dan terhormat serta sederajat dengan kedudukan laki-laki, sama dalam

kehormatan manusiawi. Islam menjamin pula hak-hak wanita sebagai individual

yang bebas dan merdeka. Misalnya membeli. Menjual , memiliki, menyewakan,

menggandalikan, bertindak bebas terhadap hak miliknya yang diperoleh dari

perdagangannya atau dari warisan termasuk bidang politik dan lain-lain.

Di dalam firman Allah SWT, bahwa tidak ada perbedaan dari segi

amalan yang dilakukan di antara laki-laki dan wanita, yang penting adalah ikhlas,

termasuk politik karena dengan berkecimpungnya wanita dalam politik juga

merupakan salah satu uslub ataupun cara untuk berdakwah. Berdakwah bukan

hanya di lapangan, malah bisa juga di dalam rumah tangga. Dan yang terpenting

berdakwah bukan hanya tugas bagi kaum laki-laki, tapi kaum wanita juga harus

turut terlibat serta berpartisipasi ke dalam bidang tersebut.

Dalam hadis Rasulullah SAW tidak membatasi pemberian nasehat hanya

pada kaum laki-laki, tetapi juga Rasulullah pernah meminta pendapat pada wanita

seperti yang terjadi dalam peristiwa Hudaibiyah. Maka Ummu Salamah

mengusulkan satu pendapat yang sangat tepat sehingga baginda langsung

menerapkannya dan akhirnya membawa kebaikan yang banyak setelah itu.

Itulah keadilan Islam yang diberikan kepada kaum wanita tentang haknya

dalam menjalankan segala kewajibannya, keikutsertaannya menyelesaikan

permasalahan dari persoalan yang kecil sampai persoalan yang besar termasuk

juga dalam urusan politik dan ketatanegaraan.

Islamlah yang menjadikan kaum wanita sebagai kaum yang terpelajar

dalam berbagai medan aktiviti yang sesuai dengan fitrahnya. Hasan Al-Banna

menganggap wanita sebagai sebahagian dari masyarakat yang banyak

mempengaruhi kehidupan masyarakat itu sendiri karena ia adalah umpama

sekolah yang membentuk generasi dan tunas belia. Islam seperti yang difahami

oleh Hasan Al-Banna membenarkan wanita Muslimah menceburi bidang siyasah

bahkan tugas-tugas yang berkaitan dengan peperangan. Mereka berhak

menentukan pendirian siyasahnya dan menceburi serta mengajak orang lain.

Mereka juga boleh melakukan amar ma’ruf dan nahyi mungkar sekalipun

terhadap ketua Negara atau sebagainya.1

Islam mengangkat martabat wanita dan menjadikan mereka sebagai rekan

kongsi kepada laki-laki di dalam hak-hak dan kewajiban. Islam juga mengiktiraf

hak-hak wanita secara individual, sivil dan siyasah.

1 Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Fiqih Siyasah Menurut Imam’ Asy-Syahid Hasan

Al-Banna ( Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada, 2000 ), Cet. Pertama, h.89.

Politik adalah salah satu unsur penting dalam masyarakat manusia

sekaligus menuntut penglibatan massa. Wanita semenjak Adam dan Hawa diutus

kedunia telah ditakdirkan dan dikaklifkan sebahagian daripada massa. Lantas

untuk membahaskan prospek hak Wanita dalam pentas politik di Negara bagian

Kelantan, maka seharusnya difahami dahulu rangkuman politik yang menjadi

medan komitmen tersebut.

Perkataan politik berasal daripada bahasa Yunani, yaitu politikus dari kata

akar polis yaitu negara kota dan dari bahasa Latin yaitu politica yang telah

digunakan sejak abad ke-5 S.M lagi.2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan

politik sebagai ilmu pengetahuan ketatanegaraan atau kenegaraan, segala urusan

dan tindakan mengenai pemerintah negara-negara terhadap negara lain dan

kebijakan cara bertindak dalam menghadapi atau menangani suatu masalah.3 Di

dalam Ensiklopedia Indonesia dijelaskan bahwa politik adalah hal-hal yang

berhubungan dengan pemerintahan, lembaga-lembaga dan proses-proses politik,

kumpulan penekan, danhubungan-hubungan internasional serta tata

pemerintahan.4

2 Mustafa Haji Daud, Pengantar Politik Islam ( Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan

Pustaka, 1997 ), Cet. Pertama, h. 1.

3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembanagan Bahasa Departemen

Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, 1998 ),

Cet. Pertama, h.694.

4 Ensiklopedia Indonesia, ( Edisi Khusus ) ( Jakarta: PT Lehtiar Baru-van Hoeve, 1980),

h.2739.

Politik dalam bahasa Arab pula adalah siyasah. Di kalangan para ahli fiqh

terdapat dua pendapat:

Pertama: sebagaimana dianut al-Maqrizy menyatakan, siyasah berasal

dari bahasa Mongol, yakni dari kata yasah yang mendapat imbuhan huruf sin

berbaris kasrah di awalnya sehingga dibaca siyasah. Pendapat tersebut didasarkan

kepada sebuah kitab undang-undang milik Jenghis Khan yang berjudul ilyasa

yang berisi panduan pengelolaan negara dan berbagai bentuk hukuman berat bagi

pelaku tindak pidana tersebut. Sepeninggal Jenghis Khan kitab undang-undang

tersebut diwariskan secara turun temurun kepada anak-anaknya yang secara

bergantian memimpin kerajaan Mughal di India persis, seperti umat muslim

generasi pertama mewarisi al-Qur’an dari Nabi Muhammad SAW. Setelah raja-

raja India memeluk Islam isi kitab ilyasa itu kemudian dimodifikasi dengan

memuat hal-hal yang bersumber dari ajaran Islam, semisal penyerahan otoritas

ibadah dan kasus-kasus hokum yang bertalian dengan syari’at Islam kepada qadhi

al-qudhat (hakim agung).

Kedua: sebagaimana dianut Ibn Taghri Birdi, siyasah berasal dari

campuran tiga bahasa, yakni Bahasa Persia, Turki, dan Mongol. Partikel si dalam

bahasa Persia berarti 30. Sedangkan yasa merupakan kosakata Bahasa Turki dan

Mongol yang berarti larangan, dan karena itu, ia dapat juga dimaknai sebagai

hokum atau aturan.5

Ringkasnya bila disebut skenario politik di Malaysia ia akan melibatkan beberapa

aspek, di antaranya:

Pertama: pemerintahan negara dan negeri. Ia melibatkan kedudukan dan

tugas-tugas sebagai Perdana Menteri, Menteri-menteri, Ahli-ahli Parlemen

(Dewan Rakyat dan Dewan Negara), Menteri-menteri Besar, Ketua-ketua

Menteri, Exco-exco Kerajaan Negeri dan Ahli-ahli Dewan Undang Negeri

(Wakil-wakil Rakyat).

Kedua: proses demokrasi kearah pembentukan pemerintahan negara atau

negeri. Ia melibatkan partisipasi dalm partai-partai politik, semua aktivitas pemilu

dan pengundian.

Pengalaman dalam politik di Malaysia adalah lebih menjurus pendapat

pertama dan bukannya siyasah Islami. Ini disebabkan walaupun ada perjuangan

untuk mempraktikkan siyasah yang lebih bersih oleh Partai Islam SeMalaysia,

namun partai pemerintah yaitu Barisan Nasional yang mendominasi arah politik

Malaysia, lebih cenderung kepada pengalaman politik menurut takrifan Barat

(sekular). Maka siapa saja yang terlibat dalam arena politik di Malaysia memang

5 Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran Politik

Islam ((Jakarta: Erlangga, 2008), Cet. Pertama, h. 2-3.

tidak dapat mengelak daripada berhadapan dengan unsur-unsur tipu muslihat,

kerakusan untuk berkuasa dan propaganda-propaganda politik.

Dalam Islam, siyasah adalah wadah dakwah dalam merealisasikan konsep

Imamah dan Khalifah, memastikan Al-Quran dan As-Sunnah unggul sebagai

dustur Negara dan hukum syari’at Islam dilaksanakan. Siyasah juga adalah

wahana tarbiyyah untuk mendidik masyarakat tentang hak, kebenaran dan

keadilan dalam memastikan cita-cita ini tercapai, khususnya Muslimah perlu

meluaskan skop peran dan partisipasi politik. Jestru itu, tugas untuk menyadarkan

kaum wanita di Kelantan tidaklah terbatas kepada isu-isu pembelaan dan hak-hak

wanita saja, sebaliknya ia perlu lebih menyeluruh dan menyentuh segenap lapisan

masyarakat, karena wanita juga merupakan khalifah di muka bumi ini dan

dibebenkan dengan tanggungjawab yang akan dipersoalkan Allah di akhirat

kelak.

Dari pengamatan penulis, realitasnya partisipasi wanita Muslimah dalam

politik di Malaysia khususnya di negara bagian kelantan masa kini bukan hanya

sekadar tidak responsif, malah ramai di kalangan mereka yang tidak prihatin dan

peduli terhadap arus perubahan sosiopolitik negara. Apa yang mereka pikirkan

hanyalah urusan seputar rumahtangga masing-masing saja. Mereka tidak

menyedari bahwa harga BBM, tarif listrik dan air, sembako termasuk susu anak

balita dan obat-obatan melambung naik, SPP universitas dan kolej menjadi tinggi

karena dikorporatkan. Pembangunan yang tidak seimbang, banyaknya

pengangguran, bertambahnya gejala keruntuhan akhlak dan moral di kalangan

muda-mudi, kecanduan narkoba, prostitusi, perjudian, ajaran sesat, korupsi dan

lain sebagainya, semua ini ada kaitannya dengan politik. Dalam perpolitikan

nasional mereka sekadar menjadi pengundi pemilih 5 tahun sekali, itupun masih

ramai yang tidak terlibat langsung dan menyepelekanya.

Seharusnya wanita Muslimah di Kelantan turut berpartisipasi dan terjun

ke lapangan bersama kaum laki-laki dalam arena perpolitikan nasional sesuai

dengan fitrah dan kemampuan mereka untuk melaksanakan agenda mulia yaitu

memelihara dan menbangunkan agama, bangsa dan negara. Tugas ini adalah

harus bagi mereka asalkan gerak kerja dan aktivitasnya senantiasa berada dalam

koridor dan batas syari’at. Misalnya prihatin, peka dan menjadi pemerhati atau

pemantau kepada perjalanan pemerintahan negara dengan mengunakan segenap

ruang demokrasi yang dipraktekkan di Malaysia untuk menegur dan menasehati

pemerintah serta menberikan ide dan solusi kepada permasalahan yang ada.

Mereka juga seharusnya bergiat secara aktif dalam partai atau organisasi social

politik, bisa saja menjadi calon kandidat dalam pemilihan umum, anggota senat di

parlemen yang vocal menyuarakan hak-hak dan urusan kewanitaan, perjuangan

dan menjadi tiang kepada negara.

Kepasifan wanita Muslimah dan minimalnya peran serta partisipasi

mereka dalam perpolitikan di Kelantan, mungkin saja disebabkan oleh faktor

situasi dan kondisi serta cabaran dan halangan yang tidak kurang hebatnya. Di

antaranya adalah tahap penndidikan wanita Kelantan relatifnya agak rendah.

Kalaupun ada yang berpendidikan tinggi,namun tidak ramai dari kalangan mereka

yang ingin ikut serta dalam politik disebabkan kurangnya pendedahan ilmu

tentang politik, mereka menganggap bahwa politik itu hanya urusan bagi kaum

laki-laki saja. Wanita-wanita ini juga kurang berminat untuk membaca dan

mencari informasi, apalagi bacaan-bacaan yang berat dan ilmiah. Mereka asyid

dan enak dengan dunia mereka saja.

Ini merupakan cabaran utama bagi wanita terpelajar dalam arena politik di

kelantan khususnya dari kalangan kepemimpinan dan anggota gerakan Dewan

Muslimat PAS dalam mempertingkatkan kesadaran politik dari kalangan wanita

Muslimah. Yaitu kesadaran untuk memahami tuntutan perubahan dan bertindak

sebagai sebahagian dari massa dalam memastikan keadilan, kesejahteraan,

kemajuan dan pembangunan di tanahair, antara cabaran lainnya yang harus

dituntaskan adalah asaha pembinaan syakhsiyyah, kemampuan, kemahiran dan

mencungkil potensi kepemimpinan dari kalangan wanita Muslimah.

Pembinaan karakteristik kepimpinan ini haruslah berkait rapat dengan

pengetahuan, pengurusan, pentadbiran dan ilmu sains politik. Bagi usaha dan

upaya penyadaran ini, seharusnya yang paling pantas adalah kaum sejenis mereka

sendiri, seperti yang tersebut di atas bahwa ini merupakan cabaran bagi wanita

yang terpelajar khususnya dari Dewan Muslimah PAS sebagai peneraju , ini

karena wanita lebih memahami citarasa serta pola pikir mereka dan lain

sebagainya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis berminat untuk

melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “GERAKAN POLITIK

WANITA MUSLIMAH DI NEGARA BAGIAN KELANTAN” dengan

tinjauan khusus kepada gerakan Dewan Muslimat Partai Islam Se-Malaysia

(PAS). Dalam penelitian ini, penulis coba untuk meneliti tentang apakah visi dan

misi Muslimah dalam perpolitikan di negara bagian Kelantan dan apakah peluang

dan tantangan Dewan Muslimat PAS dalam perpolitikan di negara bagian

Kelantan.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar tidak terjadi kesimpang siuran dan keluar dari pembahasan ini, maka

penulis membatasi ruang lingkup masalah mengenai gerakan politik wanita

Muslimah di Negara bagian Kelantan, dengan tinjauan khusus terhadap gerakan

Dewan Muslimat Partai Islam Se-Malaysia (PAS). Partisipasi mereka dalam

pemerintah, partai dan pemilihan umum serta cabaran dan halangannya.

2. Perumusan Masalah

Agar pembahasan ini bersifat komprehensif dan terfokus, maka akan

dirumuskan dalam pokok masalah berbentuk pertanyaan, yaitu:

a. Apakah Visi Misi dan Struktur Dewan Muslimah PAS?

b. Bagaimana partisipasi Dewan Muslimah PAS Kelantan dalam

menghadapi tantangan politik?

c. Bagaimana gerakan Dewan Muslimah PAS di Kelantan

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan di antaranya:

1. Untuk mengetahui Misi dan Visi Dewan Muslimah PAS

2. Untuk mengetahui partisipasi Dewan Muslimah PAS dalam

menghadapi tantangan politik di Kelantan

3. Untuk mengetahui secara jelas gerakan Dewan Muslimah PAS di

Kelantan

D. (Review) Studi Terdahulu

Sejumlah penelitian dengan bahasan tentang politik Islam telah dilakukan,

baik mengkaji secara spesifik topik tersebut ataupun yang mengkajinya secara

umum yang sejalan dengan bahasan penelitian ini. Berikut ini merupakan paparan

tinjauan umum atas sebagian karya-karya penelitian tersebut baik yang berupa

buku maupun skripsi, di antaranya:

Penelitian yang ditulis oleh Sofian Arshad yang berjudul “Hak Non

Muslim di Negara Bagian Kelantan” tahun 2006.6 Penelitian ini di antaranya

membandingkan hak non muslim di sebuah Negara Islam dengan hak non muslim

6 Sofian Arshad, “Hak Non Muslim di Negara Bagian Kelantan”, (Skripsi S1 Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006).

di Kelantan dan menjelaskan kebijakan pemerintah Negera Bagian Kelantan

dalam menangani hak non muslim di Negera Bagian Kelantan.

Penelitian yang ditulis oleh Sayyida Rifooh yang berjudul “ Wanita dalam

Pentas Politik Menurut Islam” tahun 2004.7 Penelitian ini membahas mengenai

wanita dan politik dalam pandangan Islam.

Penelitian yang ditulis oleh Ahmad Mawardi Bin Abdullah yang berjudul

“Kebijakan Politik Islam Nik Abdul Aziz Nik Mat di Kelantan Tahun 1990-2008”

tahun 2008.8 Ahmad Mawardi coba menjalaskan bagaimana kebijakan politik

Islam di Kelantan pada tahun 1990-2008 yang di kepalai oleh Nik Abdul Aziz

Nik Mat mengenai politik, social dan ekonomi.

Dari beberapa kajian (review) terdahulu di atas, khususnya tentang

Kelantan dan politik Islam sebagaimana telah disebutkan di atas, penulis belum

menemukan tulisan yang membahas atau mengkaji gerakan politik wanita

Muslimah di negara bagian Kelantan secara khusus. Adapun penelitian yang

dilakukan oleh Sofian Arshad dan Ahmad Mawardi Bin Abdullah

pembahasannya hanya seputar hak non Muslim di Kelantan dan tantangan

pelaksanaan syariat Islam di Malaysia. Penelitian pertama dan kedua walaupun

fokus kajiannya di Kelantan tetapi hanya menjelaskan seputar upaya penerapan

7 Sayyida Rifooh “Wanita dalam Pentas Politik Menurut Islam” , (Skripsi S1 Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004).

8 Ahmad Mawardi Bin Abdullah “kebijakan Politik Islam Nik Abdul Aziz Nik Mat di

Kelantan Tahun 1990-2008” , (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008).

hukum pidana Islam dan kebijakan politik Islam Nik Abdul Aziz Nik Mat.

Dengan demikian, penelitian yang penulis lakukan dalam skripsi ini berbeda

dengan penelitian sebelumnya. Yaitu tentang gerakan politik wanita Muslimah di

negara bagian Kelantan dalam menfokuskan peran dan pertisipasi wanita dalam

gerakan dewan Muslimah di Kelantan.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pada prinsipnya penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan

(Library Recearch). Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang kajiannya

dilaksanakan dengan menelaah dan menelusuri berbagai literatur, karena

memang pada dasarnya sumber data yang hendak digali lebih terfokus pada

studi pustaka. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian kualitatif

deskriptif. Deskriptif di sini dimaksudkan dengan membuat deskripsi secara

sistematis dengan melihat dan menganalisis data-data secara kualitatif.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan faktual, teknik

pengumpulan data dilakukan dokumenter dari bahan-bahan tertulis yakni

dengan mencari bahan-bahan yang terkait serta mempunyai relevansi dengan

obyek penelitian. Data yang diperoleh dapat dibedakan menjadi data primer

dan sekunder.

Yang termasuk ke dalam sumber data primer adalah dari sekretariat

dalam gerakan Dewan Muslimat PAS di negara Bagian Kelantan. sedangkan

sumber data sekunder adalah buku-buku, literatur-literatur, website yang

berkaitan dengan obyek penelitian. Kemudian data tertier berupa kamus,

jurnal dan artikel.

3. Metode Pembahasan

Dari data yang terkumpul, baik data primer atau sekunder yang didapatkan

oleh penulis, diproses dan diolah data-data tersebut dengan menggunakan

deskriptif dan analitis. Di mana data-data yang terkumpul bersifat pengamatan

dari awal hingga akhir yang menampilkan fakta melalui tehnik pengumpulan

data dengar cara penelitian kepustakaan yaitu dengan melakukan penelasuran

literature atau buku-buku rujukan serta data dari internet yang berkaitan

dengan topik pembahasan.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab, setiap bab terdiri dari

beberapa sub bab yang dimaksudkan untuk mempermudahkan dalam penyusunan

serta mempelajarinya dengan sebagai berikut

BAB I. Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan dan

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

BAB II Pembahasan perpektik Islam tentang partisipasi politik wanita

meliputi hubungan Islam dan politik. Tentang kiprah wanita dalam

sejarah Islam, kedudukan serta hak-hak mereka yang dijamin oleh

Islam. Dan hak-hak wanita Muslimah dalam politik menurut Islam.

BAB III Pembahasan tentang sejarah berdirinya negara bagian Kelantan serta

kondisi giografis negara bagian Kelantan. Tentang komposisi

penduduk dan negara bagian Kelantan dibawah kekuasaan Partai Islam

Semalaysia ( PAS ).

BAB IV Pembahasan utama tentang latar belakang gerakan Dewan Muslimah

serta misi dan visi,peluang dan tantangan,analisis gerakan politik

wanita Muslimah PAS di negara bagian Kelantan.

BAB V Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran yang merupakan refleksi

dari uraian sebelumnya serta halaman terakhir lampiran dan daftar

pustaka.

BAB II

PERPEKTIF ISLAM TENTANG PARTISIPASI POLITIK WANITA

A. Hubungan Agama dan Politik dalam Islam

Banyak tokoh-tokoh pemikir Islam yang merumuskan perumusan

mengenai hubungan agama dan Negara, meskipun pemikiran mereka ada yang

ideal dan ada pula yang bersifat konstekstual dalam menanggapi situasi politik

pada masanya masing-masing. Pada umumnya mereka semua menyepakati bahwa

keberadaan sebuah negara merupakan suatu keharusan. Karena agar dapat

merealisasikan prinsip dan ajaran Islam tentang kehidupan bermasyarakat. Namun

mengenai sejauh mana hubungan dan peran agama dalam sistem ketatanegaraan

yang dimaksudkan, mereka berbeda pendapat.

Munawir Sjadzali menyebutkan bahwa hingga sampai sekarang terdapat

tiga paradigma (aliran) yang berkembang mengenai hubungan agama dan negara

yaitu: Pertama, agama dan negara merupakan satu kesatuan (integrated). Aliran

pertama ini berpendirian bahwa Islam bukanlah semata-mata agama dalam

pengertian Barat, yakni sebuah agama yang semata-mata mengatur hubungan

manusia dengan Tuhan. Namun sebaliknya, Islam merupakan agama yang

sempurna yang lengkap, karena tidak hanya mengatur hubungan antara manusia

dengan Tuhan, melainkan mengatur segala aspek kehidupan manusia termasuk

kehidupan bernegara. Para penganut aliran ini pada umumnya berpendirian

bahwa:9 Islam adalah suatu agama yang serba lengkap. Di dalamnya terdapat pula

antara lain sistem ketatanegaraan atau politik; oleh karenanya dalam bernegara

umat Islam hendaknya kembali kepada sistem ketatanegaraan Islam dan tidak

perlu atau bahkan jangan meniru sistem ketatanegaraan Barat. Sistem

ketatanegaraan atau politik Islami yang harus diteladani adalah sistem yang telah

dilaksanakan oleh Nabi Besar Muhammad SAW dan empat al-Khulafa al-

Rasy’idun. Tokoh-tokoh utama dari aliran ini antara lain, Syekh Hassan al-Banna,

Sayyid Quthb, Syekh Muhammad Rasyid Ridha, dan Maulana al-Maududi.10

Kedua, agama dan negara merupakan dua hal yang terpisah (secularistic).

Aliran kedua ini berpendirian bahwa Islam adalah agama dalam pengertian Barat,

yang tidak ada hubungannya dengan urusan ketatanegaraan. Menurut aliran ini,

Nabi Muhammad SAW hanyalah seorang rasul biasa seperti halnya rasul-rasul

sebelumnya, dengan tugas tunggal mengajak manusia kembali kepada kehidupan

yang mulia dengan menjunjung tinggi budi pekerti luhur, dan Nabi SAW tidak

pernah dimaksudkan untuk mendirikan dan mengepalai suatu Negara. Tokoh-

tokoh terkemuka aliran ini antara lain Ali Abd al-Raziq dan Thaha Husein.

Ketiga, agama dan negara berhubungan secara timbal balik (symbiotic).

Aliran ketiga ini berpendapat bahwa baik agama maupun negara, keduanya saling

membutuhkan. Karena dengan adanya negara, maka sebuah agama dapat

berkembang dengan baik, sebaliknya agama dapat menjadi kehidupan bernegara

9 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara (Jakarta: UI Press, 1993), Cet. Ke-5, h.1.

10 Ibid.

menjadi lebih bermoral. Aliran ini menolak anggapan tentang Islam adalah agama

yang serba lengkap. Di samping itu juga menolak anggapan tentang Islam adalah

ajaran agama murni yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan

tidak ada kaitannya dalam urusan negara.11

Di antara Tokoh-tokoh dari aliran ini

yang cukup menonjol adalah Mohammad Husein Haikal, terkenal buku Hayatu

Muhammad dan Fi Manzil al-Wahyi.

Berkenaan dengan aliran pertama yang berpendapat bahwa agama dan

negara merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga

mendirikan sebuah negara Islam dengan menerapkan syari’ah adalah merupakan

suatu keharusan. Upaya-upaya untuk menerapkan syari’ah Islam dan mendirikan

negara Islam terus bergilir dari dulu hingga sekarang baik itu yang bersifat negara

Islam lokal (nation state) maupun yang bersifat mendunia yaitu Khilafah

Islamiyah. Selain tokoh-tokoh yang telah disebutkan di atas, termasuk tokoh

aliran ini juga adalah Taqiyuddin an-Nabhani pendirikan sebuah partai politik

Islam Internasional yaitu Hizbut Tahrir, yang bertujuan untuk melangsungkan

kehidupan Islam dan mengembang dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Ini

berarti mengajak kaum Muslim untuk kembali hidup secara Islami di Darul Islam

dan di dalam masyarakat Islam. seluruh aktivitas kehidupan di dalamnya diatur

sesuai dengan hukum-hukum syara’. Pandangan hidup yang akan menjadi pusat

perhatiannya adalah halal dan haram, di bawah naungan Daulah Islamiyah, yaitu

Daulah Khilafah, yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang diangkat dan

11 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, h. 3.

dibai’at oleh kaum Muslim untuk didengar dan ditaati, dan agar menjalankan

pemerintahannya berdasarkan Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.12

Upaya-upaya penerapan syari’ah dan pembentukan negara Islam tidak

hanya terjadi di negara-negara Muslim Timur Tengah saja, akan tetapi telah

menjalar hampir ke seluruh negara-negara Muslim di seluruh dunia termasuk di

Asia Tenggara. Di Malaysia misalnya ada partai politik yang berjuang untuk

menerapkan syari’ah Islam secara kafah yaitu Partai Islam Se-Malaysia (PAS).

Pemikiran partai ini banyak dipengaruhi oleh tafsir radikal ajaran-ajaran Maulana

Maududi dari Pakistan dan Sayyid Qutb dari Mesir dengan menggunakan metode

dakwah perjuangan al-Ikhwan al-Muslimin13

di Mesir yang didirikan oleh Syeikh

Hasan al-Banna yang bertujuan mendirikan negara Islam di Mesir.14

PAS adalah partai politik yang berasaskan Islam yang berpemahaman

bahwa agama dan negara tidak dapat dipisahkan. Ia juga merupakan partai oposisi

yang berjuang untuk menegakkan Islam ke dalam kehidupan masyarakat

Malaysia. Dengan basis perdesaan dan dukungan kaum ulama konservatif, PAS

yang menganggap dirinya partai politik dan gerakan Islam telah berpartisipasi

dalam pemilu sejak pemilu pertama Malaysia tahun 1955, ketika secara resmi

12 Hizbut Tahrir Indonesia, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut Tahrir

(Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2008), Cet. Ke-2, h. 25.

13 John L. Esposito dan John O. Voll, Demokrasi Di Negara-Negara Muslim: Problem

dan Prospek, terj. Rahmani Astuti dari Islam and Democracy (Bandung: Mizan, 1999), Cet.

Pertama, h. 180. 14 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, h. 146.

menjadi partai politik. PAS secara konsisten terus mendukung dan memperjuang-

kan negara Islam dan tatanan sosial yang menerapkan hukum syariat.15

Sebagai partai politik yang berasaskan Islam, PAS memiliki dua tujuan

utama, yaitu: pertama, memperjuangkan terwujudnya sebuah tatanan masya-

rakat dan pemerintahan yang terlaksana di dalamnya nilai-nilai hidup Islam dan

hukum-hukumnya menuju keridhaan Allah SWT. Kedua, mempertahankan

kesucian Islam serta kemerdekaan dan kedaulatan negara.16

Intinya adalah PAS

berusaha untuk memperjuangkan dan mendirikan negara Islam.17

Partai ini sering diberi ciri konservatif, tradisionalis, populis, dan

sovinistis. PAS selalu menyatakan dirinya sebagai pendukung yang sesungguhnya

dari prinsip-prinsip Melayu dan Islam. Ia menyerang UMNO karena tidak mau

memberikan dukungan penuh kepada Islam dan mengkritik berbagai kebijakan

pemerintah. PAS menyerukan berdirinya negara Islam di mana setiap orang

Melayu dapat melaksanakan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan pribadi,

masyarakat dan negara. PAS sangat jelas mengukapkan cita-citanya untuk

15 Khamami Zada dan Arief R. Arofah, Diskursus Politik Islam (Jakarta: Lembaga Studi

Islam, 2004), Cet. Pertama, h. 123. 16 Dalam Pasal 7 Anggaran Dasar PAS dinyatakan bahwa: “Adapun hukum yang

tertinggi sekali dalam pegangan PAS ialah Kitabullah dan Sunah Rasul serta Ijma Ulama dan Qias

yang terang dan nyata”. Perlembagaan PAS (Pindaan 2001) (Selangor: Pejabat Agung PAS Pusat,

2001)

17 Partai Islam se-Malaysia (PAS), Negara Islam (Kuala Lumpur: Partai Islam se-

Malaysia, 2004), Cet. Ke-4, h. 16.

menerapkan Islamisasi masyarakat (dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan

dan sosial).18

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa menurut aliran pertama

Rasulullah SAW tidak hanya sebatas seorang Nabi atau Rasul biasa seperti halnya

rasul-rasul sebelumnya, akan tetapi Rasulullah SAW juga seorang negarawan

yang telah berhasil dan mencontohkan kepada umatnya mengenai pemerintahan

atau Negara yaitu Negara Madinah. Negara Madinah merupakan sebuah wujud

kegiatan politik Nabi Muhammad SAW di samping untuk memudahkan Nabi

SAW untuk menyebarkan ajaran Islam, salah satu tujuan lainnya adalah untuk

melindungi dan mensejahterakan masyarakat Muslim.

Di dalam sejarah kehidupan politik manusia, Islam telah menyumbangkan

sesuatu yang sangat besar yang tidak ternilai harganya, yaitu suatu “model

negara” yang tidak ada contohnya baik sebelum maupun sesudahnya. Negara

model itu dinamakan “Negara Islam” (Daulah Islamiyyah).19

Negara Islam

merupakan model di dalam berbagai sifat dan berbagai bentuk negara di dunia,

adalah merupakan “modal” bagi umat Islam untuk menyumbangkan segala

kepandaian dan kesanggupan mereka dalam dunia politik. Baik secara teoritis

maupun praktis.

18 Khamami Zada dan Arief R. Arofah, Diskursus Politik Islam, h. 125.

19 Ahmad Zainal Abidin, Konsepsi Politik dan Ideologi Islam, (Jakarta: Gema Insani

Press, 2002), h. 71.

Mengenai wacana Negara Madinah, banyak para pakar yang memiliki

perbedaan dalam menanggapi hal tersebut. Salah satunya mengatakan bahwa

istilah negara tidak disebut di dalam al-Quran, dan Nabi Muhammad SAW tidak

memberikan contoh yang konkrit tentang keberadaan sebuah negara yang harus

ditegakkan oleh Islam. Pendapat lain mengatakan bahwa secara tidak langsung,

Nabi Muhammad SAW telah meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat

dan bernegara di Madinah.20

Karena kehidupan Nabi Muhammad SAW di

Madinah telah memenuhi syarat sebuah negara, yaitu adanya rakyat, wilayah,

serta konstitusi.

Meskipun kedudukan Nabi SAW sebagai pemimpin negara bukan

merupakan bagian “tugas” dari kenabiannya, namun kedudukan tersebut dapat

dianggap sebagai salah satu sarana untuk melaksanakan tugas kenabiannya.

Karena keberadaan negara merupakan salah satu unsur pokok untuk dapat

merialisasikan ajaran Islam dalam kehidupan peribadi maupun kehidupan

bermasyarakat.

Aktivitas-aktivitas Nabi Muhammad SAW di Madinah tidak hanya

sebatas menjalankan tugasnya sebagai Nabi dan Rasul, yaitu untuk menerima dan

menyampaikan wahyu yang diterimanya dari Allah SWT dan untuk disampaikan

kepada manusia. Namun lebih dari itu. Nabi Muhammad SAW juga telah

memberikan contoh teladan di dalam aktivitas keduniawian. Yaitu dengan jalan

20 Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945 (Jakarta: UI

Press, 2000), h. 90.

membangun kebutuhan material dan spiritual masyarakat yang terdiri dari

beberapa etnis, penganut agama dan keyakinan yang berbeda-beda di bawah

kepemimpinannya. Berdasarkan analisa di atas maka dapat diyakini bahwa Nabi

SAW merupakan pemimpin yang sukses dalam menerapkan prinsip kese-

imbangan antara kemaslahatan dunia dan kemaslahatan akhirat bagi umatnya.21

Di dalam menjalankan aktivitas bernegara. Nabi Muhammad SAW telah

dapat menerapkan prinsip musyawarah, prinsip kebebasan berpendapat, prinsip

persamaan bagi semua lapisan sosial, prinsip keadilah, kesejahteraan sosial,

prinsip persatuan dan persaudaraan, prinsip amar ma’ruf dan nahi mungkar,

prinsip ketaqwaan, prinsip menghormati orang lain dan prinsip-prinsip dasar

kehidupan bernegara lainnya.

Meskipun terdapat perbedaan mengenai wacana negara Madinah, namun

pada akhirnya sejarah pulalah yang dapat membuktikan bahwa setelah wafatnya

Nabi Muhammad SAW, para sahabat yang menjadi pemimpin Islam banyak yang

mengembangkan konsep bernegara ajaran Nabi Muhammad SAW. Dan ini

merupakan karakteristik terdiri dari Islam, yang mampu bersanding dengan

berbagai peradaban dan kebudayaan.

21 Akram Diya Al-Umari, Masyarakat Madinah Pada Masa Rasulullah SAW, (Jakarta:

Media Dakwah, 1994), h. 61-64.

B. Kiprah Politik Wanita dalam Sejarah Islam

Allah SWT telah menciptakan perempuan agar ia melakukan aktivitas di

kehidupan umum, sebagaimana ia melakukan aktivitas di kehidupan khusus.

Maka Allah SWT telah mewajibkan atas perempuan untuk mengemban da’wah

dan menuntut ilmu tentang apa yang menjadi keharusan dari aktivitas-aktivitas

kehidupannya.

Allah SWT juga telah membolehkan seorang perempuan untuk melakukan

transaksi jual-beli. Kontrak kerja (ijārah), dan perwakilan (wakālah). Maka

perempuan boleh diangkat sebagai pegawai negara, perempuan juga boleh

menangani urusan peradilan (menjabat sebagai qādhī atau hakim) yaitu orang

yang memutuskan persengketaan di antara anggota masyarakat dan

memberitahukan hukum syara’ yang bersifat mengikat kepada pihak-pihak yang

berdengketa. Telah diriwayatkan dari ‘Umar bin Khattāb ra. bahwa ia pernah

mengangkat asy-Syifā’–seroang perempuan dari kaumnya— untuk menangani

persengketaan di pasar yakni menjabat sebagai qādhī hisbah yang memutuskan

semua mukhālafāt yang terjadi.

Kemudian jika kita pelajari kiprah politik perempuan-perempuan di

sekitar Rasulullah saw, maka yang pertama kita dapati adalah khadijah istri

Rasulallah saw. Siapapun yang membaca sīrah (sejarah hidup) Nabi Muhammad

SAW, akan menemukan bagaimana peran perempuan di zaman perjuangan Nabi

SAW. Suara pertama yang memberikan dukungan perjuangan beliau keluar dari

mulut seorang perempuan yaitu Khadijah ra. Dia termasuk orang yang pertama

masuk Islam, dia juga perempuan pertama yang membenarkan dan memeluk

risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw untuk seluruh umat manusia.22

Khadijah lahir dari keluarga Bani Hasyim; dari kalangan keluarga yang

mulia, jujur, dan pemimpin. Dia besar di kalangan terhormat, terdidik dengan

akhlak yang terpuji, teguh dan cerdik. Kaumnya memberikan julukan baginya Al-

Thāhirah, artinya “yang suci” karena sangat baik akhlaknya dan sopan santunnya,

seakan-akan tanpa cacat.23

Khadijah juga dikenal sebagai perempuan cerdas dan

piawai dalam bidang perdagangan, sukses dalam menjalankan roda-roda

usahanya, serta sanggup membiayai hampir seluruh dakwah Rasulullah saw.24

Sebagai istri, tak seorang pun yang mencela Khadijah, justru pujian yang datang

untuknya. Khadijah mendampingi Rasulullah saw hampir seperempat abad

lamanya. Hidupnya dilalui dengan penuh kesetiaan dan kebajikan. Sebagaimana

yang seharunys dilakukan oleh istri kepada suaminya, Khadijah mendampingi

Rasulullah dalam suka dan duka.25

Dalam berbagai kisah diterangkan mengenai upaya Khadijah

menenangkan Rasulullah saw ketika pertama kali menerima wahyu, yakni saat

22 http://risalaty.multiply.com/journal/item/53, diakses pada tanggal 13 Januari 2010,

pukul 20.13 WIB

23 Syed. A. A. Razwy, Khadijah Yang Agung (Jakarta: Hikmah, 2004), h.17.

24 Najmah Sa’idah, Revisi politik Perempuan Bercermin pada Shahābiyāt (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2001), h. 180.

25 Ahmad Khalil Jam’ah, Wanita Yang Dijamin Masuk Syurga (Jakarta: Darul Falah,

2002), h. 16.

Nabi saw baru pertama kali melihat Jibril.26

Dari kisah tentang Khadijah ra. jelas

sekali bahwa apa yang dilakukannya kepada Muhammad saw bukanlah sekedar

perannya sebagai serorang istri yang sangat berbakti kepada suaminya. Lebih dari

itu, Khadijah sesunguhnya telah menjalankan peran politiknya sebagai seorang

Muslimah yang dengan ketajaman dan kepekaan akalnya, ia mampu mencermati

secara mendalam masalah wahyu dan risalah yang sampai kepada Rasulullah

saw.27

Disamping itu, kepeduliannya yang tinggi tentang berbagai hal yang ada

disekitarnya menunjukkan tingkat kesadaran politik yang tinggi.

Peran serta pada shahābiyyah dalam hijrah-baik ke Habasyah maupun ke

Madinah-jelas merupakan manuver politik, sebagai tanda ketaatan mereka kepada

pimpinannya, yaitu Rasulullah saw. Di samping itu secara politik hijrah ke

Habasyah adalah upaya untuk menyelamatkan perjuangan, agar umat Islam yang

masih sedikit kala itu tidak diberangus oleh kekuatan kaum kafir Quraisy. Dan

Hijrah ke Habasyah ini bersifat temporal. Para shahābiyyah yang ikut serta dalam

hijrah ke Habasyah pun menghadapi kesulitan yang tidak sederhana. Fatimah

binti al-Mujallil, Ramlah binti Auf bin Dhubairah, Fukaihah binti Yasar, dan

Ummu Habibah binti Abu Sufyan ditinggal para suami mereka yang murtad dan

memeluk agama Nasrani.28

Sementara itu, Raithah binti al-Harist bersama anak-

26 http://risalaty.multiply.com/journal/item/54, diakses pada tanggal 13 Januari 2010,

pukul 20.13 WIB

27 Najmah Sa’idah, Revisi politik Perempuan Bercermin pada Shahābiyāt, h. 181.

28 http://risalaty.multiply.com/journal/item/54, diakses pada tanggal 13 Januari 2010,

pukul 20.13 WIB

anaknya Musa, Aisyah, dan Zainab meninggal dalam perjalanan kembali ke

Makkah karena mereka kehabisan air minum.

Asma’ binti Abu Bakar dalam fase hijrah ke Madinah ini menjadi tokoh

yang dicatat sejarah dengan tinta emas. Asma’ masuk Islam saat di Makkah

setelah tujuh belas orang sebelumnya susah menyatakan keislamannya.29

Banyak

keutamaan yang dimilikinya, ayahnya, Abu Bakar al-Shiddiq, adalah sahabat

karib yang paling utama bagi Rasulullah semasa beliau hidup, dan khalifah

pertama sesudah beliau wafat. Asma’ merupakan istri Zubair bin Awwam, salah

satu sahabat terdekat Rasulullah saw dan masuk diantara 10 orang sahabat yang

dijamin masuk surga. Serta putranya yang terkenal yaitu Abdullah bin Zubair.

Asma’ binti Abu Bakar diberi julukan oleh Rasulullah saw sebagai Dzatun

Nithāqayn (wanita yang memiliki dua ikat pinggang). Hal ini terkait dengan

peristiwa ketika tepat dihari Rasulullah saw hendak berangkat hijrah ke Madinah,

Asma’ menyediakan makanan dan minuman untuk perbekalan beliau dan

ayahnya, Abu Bakar. Ketika dia hendak mengikat karung makanan dan qirbah

(tempat air minum), dia tidak mendapat tali sehingga dia segera melepas kain ikat

pinggangnya dan menyobeknya menjadi dua bagian. Karena itulah Rasulullah

saw mendoakannya, semoga Allah mengganti ikat pinggang Asma’ dengan dua

ikat pinggang yang lebih baik dan indah di surga.

Berkaitan dengan peristiwa hijrah ini, ada berbagai hal yang bisa

diteladani yang menggambarkan bagaimana kekuatan berpikir dan berstrategi

29 Abdul Badi’ Shaqr, Wanita-Wanita Pilihan (Solo: Pustaka Mantiq, 1993), h. 58.

yang dimiliki oleh seorang Muslimah, tentu saja ini berkaitan dengan aktivias

politiknya yang dihasilkan dari kecemerlangan akal yang dimilikinya, bukan

sekedar aktivitasnya mengantarkan makanan saja. Karena Asma’ mengirimkan

makanan untuk dua orang yang berperan penting bagi umat Islam, Rasulullah dan

ayahnya, Abu Bakar, agar keduanya dapat menajalankan misi hijrah dan

penyebarluasan dakwah dengan lancar, hingga tegaknya Daulah Islamiyah di

Madinah.

Contoh lainnya dalam perjalanan hidup para shahābiyyah kita mengenal

Ummu Sulaim binti Milhan, ia adalah seorang perempuan dari golongan anshar

yang memiliki ilmu, pemahaman, keberanian, kemurahan hati, kebersihan dan

keikhlasan bagi Allah SWT dan Rasul-Nya. Dialah perempuan yang melindungi

Nabi di medan perang dan telah banyak hafal hadis Nabi saw.30

Ia adalah ibu dari

seorang sahabat yang mulia, Anas bin Malik. Ada sebuah ungkapan, “Ummu

Sulaim adalah perempuan yang tunduk pada keputusan orang yang dicintainya,

yang biasa membawa tombak dalam peperangan.”

Pada zaman jahiliah, Ummu Sulaim menikah dengan Malik bin Nadhar

dan dikarunia seorang anak laki-laki bernama Anas bin Malik (yang kelak juga

menjadi sahabat yang utama). Ia masuk Islam dan bersama kaumnya ikut

membai’at Nabi pada saat suaminya bepergian. Kemudian dia ajarkan dua kalimat

syahadat kepada putranya Anas yang saat itu masih kecil. Pada waktu suaminya

30 http://risalaty.multiply.com/journal/item/54, diakses pada tanggal 13 Januari 2010,

pukul 20.13 WIB

kembali, ia perkenalkan Islam kepada suaminya tersebut, namun suaminya tidak

menerima bahkan marah kepadanya. Setelah suaminya wafat, ia hendak dilamar

oleh Abu Thalhah yang masih musyrik, lalu Ummu Sulaim menolak lamaran

tersebut karena dia seorang Muslimah sedangkan Abu Thalhah adalah seorang

yang masih menyembah berhala. Menyadari hal tersebut akhirnya Abu Thalhah

memutuskan untuk masuk Islam dan menjadikan keislamnnya itu sebagai mahar

untuk meminang Ummu Sulaim.31

Pada saat perang uhud, ketika kaum Quraisy menuntut balas atas

kekalahannya dalam perang Badar, Ummu Sulaim dan Aisyah binti Abu Bakar

membawa gerabah air untuk minum pasukan Islam. Setelah mereka selesai

menunaikan tugasnya membawa, dan mengantar minuman kepada pasukan yang

haus, mereka kemudian mengobati para pejuang yang terluka.32

Pertempuran

yang terjadi melawan kekuatan musuh-musuh Islam jelas merupakan tindakan

politik, sebab menyangkut upaya mempertahankan daulah Islamiyah.

Diantara aktifitas politik lainnya yang pernah dilakukan oleh shahābiyyah

adalah ikut sertanya mereka dalam baiat kepada Rasulullah saw. Sebelum hijrah

ke Madinah, Rasulullah mengadakan tiga kali pertemuan dengan kaum Anshar

pada musim haji yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Pada pertemuan

kedua (musim haji tahun ke 12 dari nubuwah) mereka berbaiat kepada Rasulullah

31 Abdul Badi’ Shaqr, Wanita-Wanita Pilihan, h. 125-126.

32 Abdul Aziz, 12 Wanita Pejuang Bersama Rasulullah (Jakarta; Lembaga Studi Islam,

2004), h. 4-5.

saw. Dan ini disebut Baiat Aqabah pertama. Pada pertemuan ketiga (musim haji

tahun ke 13, 622 M), mereka datang dengan jumlah yang lebih banyak lagi yaitu

73 orang laki-laki dan dua orang perempuan.33

Baiat ini disebut sebagai Baiat

Aqabah kedua atau lazim disebut Baiah Al-Nisā’ dalam beberapa sīrah karena

keterlibatan perempuan di dalamnya.

Ka’ab bin Malik berkata, “ Malam itu kami tidur bersama kaum kami di

kemah kami. Setelah sepertiga malam sudah berlalu, kami keluar dari kemah

seperti janji yang sudah kami sepakati dengan Rasulullah saw. Kami mengendap-

endap untuk dapat berkumpul di sebuah celah di bukit Aqabah. Ada dua orang

perempuan yang ikut serta, yaitu Nusaibah binti Ka’ab bin Amr bin Mazin

(Ummu Amarah). Dia datang pada malam Aqabah dan juga berbaiat kepada

Rasulullah saw. Dia pulang dan mengajak pada perempuan di Madinah untuk

masuk Islam. Yang kedua adalah Asma’ binti Amr, salah seorang perempuan bani

Salamah (Ummu Mani).”

Dari kisah keteladanan orang-orang terdahulu, ada hal penting yang dapat

kita ambil dari mereka, yaitu kemampuan mereka mensinergikan keseluruhan

peran dan fungsi yang telah Allah bebankan atas mereka, baik sebagai seorang

hamba Allah, sebagai istri dan ibu, maupun sebagai anggota masyarakat. Dari sini

33 http://risalaty.multiply.com/journal/item/54, diakses pada tanggal 13 Januari 2010,

pukul 20.13 WIB

diperlukan adanya kesadaran akan hak-hak politik bagi kaum perempuan serta

aktifitas yang perlu dijalankannya dalam koridor syariat.

C. Kedudukan dan Hak-hak Wanita dalam Islam

Sebelum kedatangan Islam pada abad ke-7, kedudukan wanita dalam

pandangan manusia sangat rendah. Wanita dianggap seperti benda atau harta yang

dapat diperjualkan dan dijadikan alat untuk memuaskan nafsu laki-laki. Mereka

diperlakukan seperti ‘setengah’ manusia.

Agama Yahudi kuno mengatakan penyebab semua dosa adalah wanita,

karena wanitalah yang mengeluarkan Adam dari syurga. Yang lebih aneh lagi

adalah doktrin Kristen di abab pertengahan, ada satu konsili di Roma yang

mempermasalahkan apakah wanita itu manusia atau bukan. Bahkan konsili lain

yang lebih baru mengatakan bahwa wanita itu manusia tetapi tidak berhak untuk

masuk ke syurga.34

Masyarakat Arab sebelum kedatangan Islam juga tidak kurang

pandangannya yang negetif terhadap wanita. Bahkan yang paling ekstrim dari

mereka ialah pada waktu istrinya mendekati saat-saat bersalin mereka

menyediakan lubang kubur, begitu anaknya lahir wanita langsung dikuburkan.

Itulah yang disinggung oleh Al-Qur’an dalam surat an-Nahl ayat 58 yang berarti,

34 Ali Yafie, Wanita dalam Pandangan Islam: Tuntunan Islam tentang Kemitrasejajaran

Pria dan Wanita, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 1999), Cet. Ke-2, h. 32.

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak

perempuan hitamlah (merah padam) wajah mereka dan dia sangat marah.”35

Akan tetapi setelah agama Islam muncul, dibawa oleh Nabi Muhammad

SAW dan hukum Allah SWT berjalan dalam masyarakat dan negara, barulah

nasib wanita berubah. Mereka tidak lagi dipandang sebagai benda, tetapi telah

mendapat kedudukan yang terhormat dalam masyarakat, menpunyai hak dan

kewajiban yang sama dengan golongan laki-laki.36

Wanita dan laki-laki itu sama

kedudukannya di sisi Allah SWT, Cuma yang paling mulia dan terhormat di

antara mereka adalah yang paling bertakwa kepada-Nya. Begitu juga dalam soal

amal, ibadah dan kerja, mereka akan mendapat balasan dan ganjaran yang sama

dan setara di sisi Allah Yang Maha Adil.

Di dalam ajaran Islam tidak ada diskriminasi antara laki-laki dan wanita,

tetapi wanita itu dipandang sebagai mitra sejajar laki-laki yang hormonis. Tidak

ada perbedaan kedudukan laki-laki dan wanita, baik sebagai individu/ hamba

Allah, sebagai anggota keluarga, maupun sebagai anggota masyarakat. Begitu

pula halnya dalam hak dan kewajiban. Kalaupun ada perbedaan, itu hanyalah

karena akibat fungsi dan tugas utama yang dibebankan kepada masing-masing

jenis kelamin, sehingga perbedaan yang ada tidak mengakibatkan yang satu

memiliki kelebihan atas yang lain, di mana fungsi dan tugas utama mereka itu

35 Ibid.

36 H,A. Fuad Said, Ketatanegaraan Menurut Syariat Islam (Kuala Lumpur: Dewan

Bahasa Dan Pustaka, 2002), Cet. Pertama, h. 73.

sama-sama penting dan semua dibutuhkan, karena saling menyempurnakan serta

bantu membantu dalam melaksanakan tugas dan kewajiban.37

Sesungguhnya standar kemuliaan dan ketinggian yang dicapai oleh wanita

adalah sejauh mana ia menikmati kedudukan dan hak-hak yang dapat

menjaganya, memuliakannya, melindunginya, dan menghargainya. Islam telah

memberikan hak-hak kepada wanita yang secara umum sebagai berikut:

1. Hak-hak Kemanusiaan

Hak-hak yang berkait dengan kemanusiaan:

a. Hak yang hidup;

b. Persamaan antara laki-laki dan wanita dalam mendapatkan balasan, baik

di dunia maupun di akhirat;

c. Hak dalam mengemukakan pendapat dan musyawarah.

2. Hak Ekonomi

Syari’at Islam telah memberikan karunia kepada wanita yang

terbimbang dengan memberikan hak-hak kepemilikannya secara utuh. Islam

telah memberikan kepada wanita kebebasan penuh untuk mengelola dan

mengatur urusannya, baik yang berkait dengan harta, kepemilikan,

pardagangan atau lainnya. Termasuk dalam kategori ini adalah kebebasan

penuh untuk menggunakan maharnya, bila ia telah bersuami. Ia juga

37 Huzaemah Tahido, Hak dan Kewajiban Pria dan Wanita: Tuntunan Islam tentang

Kemitrasejajaran Pria dan Wanita (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 1999), Cet. Ke-2, h. 77.

mempunyai wewenang untuk melakukan akad jual beli, persewaan, serikat,

pegadaian, dan lain sebagainya Allah SWT berfirman,

3. Hak-hak Sosial

a. Hak-hak Sosial yang Terkait dengan Mental;

b. Hak-hak Sosial yang Terkait dengan Harta.

1) Hak mendapatkan nafkah, sebagaimana firman Allah SWT,

2) Hak untuk menyusui anak dan mendapatkan nafkah atas hal tersebut.

D. Hak Politik Wanita dalam Islam

Islam mengakui pentingnya peran wanita dalam kehidupan masyarakat

dan dampaknya pada kehidupan politik. Oleh karena itu, kaum wanita telah

diberikan hak-hak politik yang mencerminkan status mereka yang bermartabat,

terhormat dan mulia dalam Islam.38

Sebagaimana dari hak-hak tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Hak Partisipasi dalam Memilih Pemimpin (Bai’at)

Secara bahasa, kata baiat berarti mubaaya’ah atau melakukan janji

setia dan ketaatan. Ibnu Manzhur mengatakan, “Bai’at adalah ungkapan yang

menggambarkan tentang transaksi dan perjanjian, seakan masing-masing dari

kedua belah pihak menjual apa yang dimilikinya, memberikan ketulusan hati,

ketaatan, dan urusan peribadinya.” Secara terminologi, Ibnu Khaldun

38 Fatimah Umar Nasir, Hak dan Kewajiban Perempuan dalam Islam (Jakarta: CV.

Cendekla Sentra Muslim,2003), Cet. Pertama, h. 167.

mengatakan, “Bai’at merupakan kontrak dan perjanjian untuk taat. Misalnya,

seorang yang menyampaikan sumpah setia, membuat perjanjian dengan

amirnya, kurang lebih dengan menyatakan bahwa dia akan menyerahkan

pengawasan atas urusannya sendiri dan kaum Muslimin kepadanya dan bahwa

dia tidak akan menandingi kekuasaannya dan bahwa dia akan mentaatinya

dengan melaksanakan semua tugas yang dibebankan kepadanya, baik dia

senangi maupun tidak.”39

Terdapat beberapa jenis bai’at, di antaranya adalah bai’at untuk Islam,

bai’at untuk memberikan pertolongan dan perlindungan, bai’at untuk jihad,

bai’at untuk hijrah, bai’at untuk patuh dan taat, dan bai’at wanita untuk

pemimpin negara.

Abdul Majid az-Zindani dalam bukunya Hak-hak Politik Wanita

dalam Islam menukilkan sebuah hadis yang berbunyi, “Selama sepuluh tahun

Rasulullah mendakwahi orang-orang di rumah-rumah mereka, di musim-

musim haji di Mina dan sebagainya. Beliau mengatakan, “Siapa yang

memberiku tempat berlindung, siapa yang mau menolongku sehingga aku

dapat menyampaikan rislah Tuhanku dan ia mendapat surge.” Demikianlah,

hingga Allah mengirimkan kami kepadanya diri Yastrib lalu kami pun

membenarkannya lalu ia menyebut hadis itu, hingga ia mengatakan, “Maka,

berangkatlah tujuh puluh tiga orang laki-laki dan dua wanita. Kami janjikan

39 Ibnu Khaldun, Muqaddimah. Penerjemah Ahmadia Thoha, Muqaddimah (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2005), Cet. Ke-5, h. 258.

kepadanya untuk melakukan bai’at Aqabah. Kami tanyakan kepada Beliau,

“Untuk apa kami membai’atmu?” Beliau menjawab, “Untuk patuh dan taat

dalam keadaan giat maupun malas, untuk berinfak dalam keadaan susah

maupun lapang, untuk memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang

munkar, serta menolongku jika aku nanti dating kalian di Yasrib, sehingga

kalian melindungiku dari hal-hal yang kalian melindungi dari kalian, istri-

istri, dan anak-anak kalian sendiri, untuk itu kalian mendapatkan surga.”40

Ini adalah bai’at yang diikuti oleh wanita sesuai dengan kemampuan

mereka. Dengan demikian jelaslah bahwa Nabi SAW menerima bai’at kaum

wanita. Sebenarnya posisi penting yang diduduki kaum wanita dalam Islam

terwujud dalam bai’at dan penegasan atas kelayakannya.

2. Hak Musyawarah dan Mengemukakan Pendapat

Wanita berhak untuk mengemukakan pendapatnya dan member

pertimbangan kepada pemimpin negara berkenaan dengan berbagai

problematika umum umat. Hal ini telah ditunjukkan oleh keumuman firman

Allah SWT, yang berbunyi sebagai berikut:

��������� � ���������� ��������� � ������ � !"# !$%&�� ��'(��)�� � *+, -� ��.�/1�� �2☺��� ��456/)��7, �8 9:�;/� ) ٣٨: ٤٢ /��رىا�( … >

40 Abdul Majid Az-Zindani, Hak-hak Politik Wanita dalam Islam (Jakarta: al-I’tishom

Cahaya Umat, 2003), Cet. Pertama, h. 152-153.

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan

Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan

musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki

yang Kami berikan kepada mereka”…(Q.S: Asy-Syura 42: 38)

Tidak ada hal yang mengkhususkan ayat ini untuk laki-laki tanpa

melibatkan wanita. Ketika peristiwa Hudaibiyah, Rasulullah SAW mendapat

saran dari Ummu Salamah yakni ketika para sahabat r.a tidak mau mencukur

dan menyembelih budnah (binatan kurban) mereka. Rasulullah SAW masuk

ke tanda menemui Ummu Salamah lalu menceritakan tanggapan para

sahabatnya. Ummu Salamah berkata, “Wahai Nabi Allah, apakah baginda

menghendaki itu? Keluarlah dan tidak usah bicara dengan seorang pun di

antara mereka hingga baginda menyembelih badnah (hewan peliharaan). Lalu

panggillah tukang cukur yang akan mencukur rambut baginda.”41

Di antara haknya, hak seorang wanita adalah menulis di media massa,

mengirim surat kepada para pejabat, dan berbagai media lainnya yang dapat

digunakan untuk mengemukakan pendapat dan pikiran.

3. Hak Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar (Pengawasan dan Evaluasi)

Hal ini ditunjukkan oleh nash, sebagaimana terdapat dalam firman-

Nya, yang berbunyi sebagai berikut:

����/-= >���? @AB�C DE�FG�?C HB�BI$�� �8�JK4LMN�O

41 Asma’ Muhammad Ziyadah, Peran Politik Wanita Dalam Sejarah Islam (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2001), Cet. Pertama, h. 157.

P����'�☺)���Q� RS� �5I�O� TU�� G�⌧W/4☺)�� �8 �/���'O� X���Q� *

)١١٠ :٣ /ال ���ان( …

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk menusia,

menyuruh kepda yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman

kepada Allah”… (Q.S: Ali ‘Imran 3: 110)

Dan firman-Nya, yang berbunyi sebagai berikut:

�8 �/���4☺)��� 9E6"I���4☺)��� ��459Y'��

J-��Z���� [\'�� # RS�JK4LMN�< P����'�☺)���Q� �8� �5/�<� TU��

G��*/4☺)� ) ٩:٧١ /ا�����( … �

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan wanita, sebagian

mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka

menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf mencegah dari yang munkar”… (Q.S:

At-Taubah 9: 71)

Nash-nash ini bersifat umum bagi laki-laki dan wanita. Bahkan

mengandung aspek politik dalam pengawasan terhadap pemerintah, evaluasi,

dan meminta pertanggungjawabannya. Lihatlah hal semacam ini dalam kisah

Umar dengan seorang wanita yang mendebatnya berkenaan dengan mahar.

Ibnu katsir telah meriwayatkan kisah ini dan menganggap pensanadanya baik.

4. Hak Menuntut Penguasa Jika Zalim

Hak ini adalah hak konstitusional yang telah dijamin oleh syari’at bagi

laki-laki maupun wanita. Hal tersebut secara umum tersurat dalam firman-

Nya,

�A�R]�N^6�< �������� �_ �I��- � �'`�a� ��� � �'`�a� � �b 4�c��� d[N�C � K�Lef�

�g-*/�� � 8Qh�M i-jD��+6/�O dQ� -�k⌧X �!�Z���M d![Q: X��

mb 4�c���� 8Q: i-jI-= �8 �/���'O X���Q� �n� `)��� G�P?e�� # �o��p�q >���? 4UstDu� � v⌧<�MN�O

�ء(� )٩ :٤ /ا��

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat

tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari

kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik

akibatnya.”(Q.S:Ar-Nissa’4:59)

Kembali kepada Allah dan Rasul, yaitu mengembalikan perkara yang

diperselisihkan itu kepda hukum Allah dan hukum Rasul-Nya SAW.

5. Hak Untuk Ikut Berjihad

Dalam keadaan negara aman jihad merupakan fardhu kifayah yang

hanya diwajibkan ke atas laki-laki yang tertentu saja. Kaum wanita tidak

diwajibkan melibatkan diri dalam perjuangan ini. Walau bagaimana pun

Rasulullah SAW tidak pernah melarang mereka daripada turut serta dalam

kerja-kerja bantuan seperti merawat tentara yang cedera serta keperluan lain.

Tetapi, ketika musuh menyerang sebuah negeri muslim, maka seluruh

penduduk negeri tersebut harus pergi berperang melawan musuh. Dalam

situasi seperti ini, haram bagi siapa pun untuk menolak berperang.

Mengomentari hal ini, Syeikh Mahmud Syalthuth berkata: “Ketika

orang-orang kafir menyerang negeri muslim, maka setiap muslim harus

memerangi dan memukul mundur mereka. Dalam situasi ini, maka boleh

wanita berperang tanpa seizin suaminya, anak tanpa izin ayahnya, dan budak

tanpa seizing majikannya.”

Dalam situasi-situasi seperti ini, di mana jiwa dan harta manusia

terancam, Islam mengajak laki-laki dan wanita untuk bekerjasama

memperbaiki perdamaian dan keharmonisan.42

Sayyid Quthub menulis: “Allah SWT tidak menjadikan jihad sebagai

suatu kewajiban bagi wanita. Pada saat yang sama, Allah SWT tidak melarang

mereka untuk ikut serta dalam jihad dan terjun dalam beberapa pertempuran

pada masa Nabi SAW. Namun, kejadian seperti itu jarang dan merupakan

kekecualian karena Allah SWT tidak mewajibkan jihad bagi wanita

sebagaimana diwajibkan kepada laki-laki.”43

42 Mahmud Syalthuth, Al-Islam Aqidah wa Syari’ah (Jeddah, Dar al-Syuruq, 1970), Cet.

Ke-2, h. 228.

6. Hak Untuk Memberikan Perlindungan

Dalam islam, wanita dan juga laki-laki berhak untuk menawarkan

perlindungan dan keamanan kepada siapa pun, sekalipun kepada seorang

musyrik atau musuh perang.

Suaka dapat diberikan oleh seorang laki-laki atau seorang wanita,

muslim merdeka atau budak. Suaka tersebut dengan segera dan secara

otomatis sah tetapi harus dibuat resmi melalui persetujuan penguasa atau

komandan pasukan.44

Islam telah memberikan kepada wanita hak untuk memberikan suaka

dan perlindungan kepada musuhnya. Ummu Hani, anak perempuan Abu

Thalib meriwayatkan dalam sebuah hadis shahih, “Aku mendatangi

Rasulullah SAW pada hari penaklukan Mekah dan berkata, ‘Ya Rasululla!

Kakak laki-lakiku Ali telah menyatakan bahwa dia akan membunuh seorang

laki-laki yang telah aku beri perlindungan. Laki-laki itu adalah si anu bin

Hubaira.’ Rasululla SAW berkata, ‘Ya Ummi Hani! Kami akan memberikan

suaka kepada orang yang telah kamu beri perlindungan.”45

7. Wanita dan Jabatan Penguasa

43 Sayyid Quthub, Fi Dzilalil Al-Qur’an (Beirut: Dar al-Syuruq, 1978), Cet. Ke-2, h.

644. 44 Sayyid Sabiq, Fiqih as-Sunnah (al-Qaherah: Dar al-Rayyan Turats, 1991), Jilid 2, h.

694.

45 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari (Beirut: al-Maktab

al-Islam, Dar al-Soader, t.t.), Jilid 6, h. 195.

Menduduki jabatan penguasa (kepala pemerintahan) dalam Islam

berarti memikul tanggungjawab agama dan juga negara. Hal ini berlaku bagi

kepala negara, gubernur, komandan pasukan dan lain-lain. Berdasarkan

prinsip “pembagian tugas dan tanggungjawab,” jabatan penguasa seperti itu

hanya dapat dipikul oleh laki-laki.

Meskipun demikian, perempuan dapat menduduki jabatan eksekutif

yang tidak begitu berat yang tidak bertentangan dengan peran alamiah dan

utama mereka sebagai ibu dan istri. Umar RA Khalifah kedua, menunjuk Asy-

Syafa’ binti Abdullah al-Adawiyyah sebagai pengelola pasar. Umar Ra mau

mendengarkan sarannya. Umar menjaganya dan kadang-kadang menyerahkan

sebagian urusan pasar kepadanya. Hal ini telah diriwayatkan oleh dua cucu

laki-laki Asy-Syafa’, Abu Bakar dan Usman, anak Ibn Abi Hutsmah.46

Umar

RA menyerahkan tanggungjawab seperti itu kepadanya karena dia pandai

menulis, mempunyai pengetahuan yang luas dan seorang wanita yang

shalihah.

Dengan demikian Islam telah mengangkat martabat dan kehormatan

wanita dengan memberikan dan menetapkan hak-hak dan kewajiban-

kewajiban mereka dalam berbagai aspek dunia bangsa mereka.

46 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari, Jilid 4, h. 341.

BAB III

KONDISI SOSIAL POLITIK DI KELANTAN

A. Sejarah Berdirinya Negara Bagian Kelantan

Nama "Kelantan" dikatakan pencemaran daripada perkataan "gelam

hutam", iaitu nama Melayu bagi pokok Melaleuca leucadendron. Ada juga yang

mengatakan bahawa namanya datang daripada perkataan "kilatan" atau "kolam

tanah".

Sejarah awal Kelantan tidak begitu jelas, tetapi temuan arkeologi

mempertunjukkan kesan petempatan manusia di zaman prasejarah. Kelantan awal

mempunyai perhubungan dengan Empayar Funan, Empayar Khmer, Srivijaya dan

Siam. Kira-kira 1411, Raja Kumar, raja Kelantan, membebaskan negeri itu dari

Siam. Beliau memakai gelaran Sultan Iskandar Shah apabila memeluk Islam.

Kelantan kemudian menjadi sebuah pusat perdagangan yang penting pad akhir

abad ke-15.

Pada 1499, Kelantan menjadi negeri vasal Kesultanan Melaka. Dengan

kejatuhan Melaka pada 1511, Kelantan dibahagikan dan diperintah oleh ketua-

ketua kecil. Dengan ancaman oleh Siam pada 1603, kebanyakan ketua kecil

Kelantan menjadi anak buah Patani. Kira-kira 1760, seorang ketua kecil Kubang

Labu di Kelantan berjaya dalam penyatuan wilayah Kelantan sekarang. Tidak

lama kemudian, pada 1764, Long Yunos merampas takhta kerajaan dan

mengisytiharkan diri sebagai Raja Kelantan. Walaubagaimanapun, dengan

kemangkatannya, Kelantan dipengaruhi oleh Terengganu.

Pada 1800, Raja Muhammad mengisytiharkan diri sebagai sultan pertama

Kelantan. Pada 1812, baginda melepaskan diri daripada pengaruh Terengganu dan

menjadi negera ufti Siam yang berasingan. Pada 1820-an, Kelantan merupakan

salah satu daripada negeri yang terbanyak penduduk serta termakmur di

Semenanjung Melayu kerana berjaya mengelakkan perang dan pertikaian yang

menimpa negeri-negeri di selatan dan barat. Siam terus memainkan peranan yang

mustahak di Kelantan pada seluruh abad ke-19.

Di bawah syarat Perjanjian British-Siam pada 1909, Siam menyerahkan

tuntutan Kelantan, Terengganu, Kedah dan Perlis kepada Britain, dan Kelantan

menjadi salah satu daripada Negeri-negeri Melayu Tidak Bersekutu di bawah

Residen British.

Kelantan merupakan tempat pertama di Malaysia yang ditakluk oleh

Jepang yang menyerangnya pada 8 Desember 1941. Semasa pendudukan Jepang,

Kelantan sekali lagi dikawal oleh Siam, tetapi selepas kekalahan Jepang pada

Agustus 1945, Kelantan memulih kepada pemerintahan British.47

47 http://kalam82.tripod.com/id2.html, diakses pada tanggal 02 Januari 2010, pukul 10.46

WIB

Kelantan menjadi bagian dari Federasi Malaya pada tanggal 1 Februari

1948 dan bersama-sama dengan negara-negara lain mencapai kemerdekaan pada

31 Agustus 1957. Pada 16 September 1963, Kelantan menjadi salah satu

komponen negara Malaysia.48

B. Kondisi Geografis Negara Bagian Kelantan

Kelantan Darul Naim atau lazim disebut dengan Kelantan merupakan

sebuah negara bagian di antara 14 buah negara bagian lainnya di Malaysia yang

kaya dengan hasil bumi. Luas wilayahnya kurang lebih 14,922 KM², terletak di

Timur Laut Semenanjung Malaysia, berhadapan dengan Laut China Selatan dan

berbatasan dengan Thailand. Kelantan merupakan sebuah negara bagian agraria

(pertanian) yang mempunyai banyak lahan tanaman padi dan perkampungan

nelayan.

Negara bagian ini terdiri dari 10 jajahan (kabupaten) yaitu, Kota Bharu,

Pasir Mas, Tumpat, Pasir Puteh, Bachok, Kuala Krai, Machang, Tanah Merah,

Jeli dan Gua Musang. Bandar utama di Kelantan termasuk Kota Bharu (ibu

negeri), Pasir Puteh, Pasir Mas, Kuala Krai, Jeli, Rantau Panjang dan Pangkalan

Chepa.49

Pada kabupaten inilah terdapat daerah-daerah atau kampung-kampung

sebagai unit terkecil dari sebuah provinsi atau negeri.

48 http://en.wikipedia.org/wiki/Kelantan, diakses pada tanggal 02 Januari 2010, pukul 10.57

WIB 49 http://ms.wikipedia.org/wiki/Geografi_Kelantan, diakses pada tanggal 10 Januari 2010

pukul 15.00 WIB

Negeri Kelantan menikmati iklim tropis yang baik, di mana hampir setiap

tahun hujan turun dengan berselang-seling berdasarkan bulan-bulan tertentu pada

setiap tahun. Biasanya hujan yang lebat akan berlangsung selama beberapa hari

atau beberapa bulan yaitu pada bulan November, Desember dan Januari. Suhu

setiap hari di perkirakan dari 21° C hingga 32° C.50

C. Komposisi Penduduk Negara Bagian Kelantan

Sama seperti Negara-negara Bagian yang lain di Malaysia, Kelantan juga

tidak terlepas dari konteks masyarakat majmuk. Berdasarkan perangkaan 2003,

jumlah pendukduk Negara Bagian Kelantan berjumlah 1.484 juta orang. Dari

jumlah tersebut seramai 1.337 juta atau 94 persen adalah penduduk berbangsa

Melayu atau beragama Islam. Nom muslim merupakan 5.9 persen dari penduduk

di Negara Bagian Kelantan. Mereka terdiri daripada 4.6 persen orang Cina, 0.5

persen orang India dan lain-lain termasuk orang Siam dan Asli sebanyak 0.8

persen.51

Dari segi pekerjaan kebanyakan orang Cina menguasai perniagaan di

Negara Bagian Kelantan, sedangkan orang India sebagian besarnya menjadi

karyawan di lahan-lahan karet dan kelapa sawit dan penduduk Asli tinggal di

50 http://www.kelantan.gov.my/index.php?q=ringkas diakses pada tanggal 12 Januari 2010

pukul 20.00 WIB

51 Dinsman, Sepuluh Tahun Membangun Bersama Islam Kelantan dibawah Kepemimpinan

Ulama (Kota Bharu: Pusat Kajian Strategit,2000), h. 89.

kawasan pendalaman yang jauh dari kota. Mereka tinggal dalam kelompok yang

kecil dan terpencil dari kaum yang lain.

D. Peta Politik di Negara Bagian Kelantan

Berdasarkan sensus tahun 2005, jumlah penduduk Kelantan berjumlah

1.373.173 jiwa, yang terdiri dari Gua Musang (80.167), Kuala Krai (97.836), Jeli

(38.185), Tanah Merah (108.228), Pasir Mas (172.692), Machang (82.653), Pasir

Puteh (111.001), Kota Bharu (425.294), Bachok (116.128), Tumpat (140.989).

Bangsa Melayu merupakan penduduk mayoritas di Kelantan (95%), sementara

sebagian yang lain terdiri dari keturunan China (3,8%), keturunan India (0,3%),

dan lain-lain (0,9%). Komposisi penganut agama di Kelantan adalah Islam

(95%), Buddha (4,4%), Kristen (0,2%), Hindu (0,2%), dan penganut agama

lainnya (0,2%).52

Dari segi budaya, masyarakat Kelantan kuat berpegang teguh kepada

agama, mempunyai sikap lemah lembut, ramah, suka menolong, giat bekerja,

tegas dan kuat. Sehingga, masyarakat Kelantan dikenali sebagai rakyat yang suka

berniaga dan berdikari.53

Sedangkan perekonomian Kelantan bergantung pada

hasil pertanian padi, karet dan tembakau. Kegiatan menangkap ikan (nelayan) di

persisir pantai sepanjang 96 KM merupakan aktivitas ekonomi yang penting.

52 http://history.melayuonline.com/?a=SnV1L29QTS9VenVwRnRCb20%3D=&l=kesultanan-

kelantan diakses pada tanggal 30 Desember 2009 pukul 15.00 WIB

53 Harun Taib, Model Kerajaan Islam Membangun Bersama Islam (Kuala Lumpur: Dewan

Ulama’ PAS Pusat, 2000), Cet. Pertama, h. 55.

Industri-industri kecil yang masih menggunakan keterampilan tradisional dalam

menghasilkan kerajinan tangan seperti batik, ukiran kayu dan tenunan songket

juga agak meluas. Selain itu, kegiatan industri kayu juga masih aktif karena hutan

di Kelantan masih luas. Beberapa tahun kebelakangan ini, jumlah wisatawan

(pariwisata) meningkat, terutamanya ke pantai-pantai yang terkenal yang

memiliki keindahan panorama alam antara lain seperti Pantai Cahaya Bulan,

Pantai Irama, Pantai Bisikan Bayu dan Pantai Seri Tujuh, juga Pasar Besar Siti

Khadijah di pusat bandar Kota Bharu masih merupakan yang paling menarik.

Kebanyakan pedagang di sini adalah wanita dengan suasana perniagaan bagus.54

Sejarah politik Kesultanan Kelantan dikenal memiliki hubungan yang baik

dengan Kesultanan Patani, karena secara geografis, letak kedua kesultanan ini

sangat berdekatan. Kelantan memiliki kebudayaan yang unik dan menarik yang

merupakan bentuk asimilasi antara budaya Melayu, Islam, dan Siam. Di antara

sebagian kebudayaan tersebut adalah berupa permainan rakyat, seperti Dikir

Barat, Wayang Kulit, Main Puteri, Mak Yong, dan sebagainya. Mak Yong

dipengaruhi budaya Siam, Dikir Barat memiliki unsur-unsur keislaman, dan Main

Puteri berasal dari budaya Hindu-Siam. Di samping itu, Kelantan mempunyai

makanan tradisional yang khas dan berbeda dari negeri-negeri Melayu lainnya,

seperti makanan Budu, dodol dan nasi kerabu.55

54 http://ms.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Kelantan, diakses pada tanggal 30 Desember 2009

pukul 20.00 WIB

Di lihat dari sejarah Kelantan, berikut ini adalah daftar silsilah sultan-

sultan yang pernah berkuasa di Kesultanan Kelantan:

Raja Ku Umar (1411-1418 M), Sultan Iskandar (1418-1465 M), Sultan

Mansur Syah (1465-1526 M), Sultan Gombak (1526-1584 M), Sultan Ahmad

(1584-1588 M), Sultan Hussin (1588-1610 M), Cik Wan Kembang (1610-1663

M), Raja Loyor (1649-1675 M), Raja Umar (1675-1719 M), Long Besar atau

Long Bahar (1719-1733 M), Long Sulaiman (1733-1756 M), Long Pendak (1756-

1758 M), Long Muhammad (1758-1762 M), Long Gaffar (1762-1775 M), Long

Yunus (1775-1794 M), Sultan Muhammad (1794-1839 M), Sultan Muhammad II

atau Sultan Mulut Merah (1839-1886 M), Sultan Muhammad III (1886-1900 M),

Sultan Muhammad IV atau Long Senik bin Long Kundur (1900-1920 M), Sultan

Ismail (1920-1944 M), Sultan Ibrahim (1944-1960 M), Sultan Yahya Petra (1960-

1979 M), Sultan Ismail Petra (1979 M-sekarang)56

Pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah (1465-1526 M), Kelantan

mencapai masa kejayaannya. Ketika itu, Kelantan dikenal dengan hasil

perekonomiannya. Nama Kelantan rupanya terdengar hingga ke Melaka (yang

ketika itu dipimpin oleh Sultan Mahmud Syah). Pada tahun 1477 M, Sultan

Mahmud Syah memerintah bala tentaranya untuk menyerang Kelantan. Sultan

Mansur Syah mempunyai tiga orang anak, yaitu Raja Gombak, Unang Kening,

55 http://history.melayuonline.com/?a=SnV1L29QTS9VenVwRnRCb20%3D=&l=kesultanan-

kelantan

56

Ibid.

dan Cubak. Sultan Mahmud Syah pada perkembangan selanjutnya ternyata justru

menikahi putri Sultan Mansur Syah, Unang Kening. Sultan Mahmud Syah dan

Unang Kening dikaruniai tiga orang anak, yaitu Raja Mah (putri), Raja Muzaffar

(putra), dan Raja Dewi (putri). Raja Muzaffar yang lahir pada tahun 1505 M

kemudian diketahui menjadi Sultan Perak I dengan gelar Sultan Muzaffar Syah

(1528-1540 M). Setelah Sultan Mansur Syah mangkat pada tahun 1526 M, Raja

Gombak menggantikan posisi ayahnya sebagai Sultan Kelantan ke-IV dengan

gelar Sultan Gombak (1526-1584 M).57

Kedatangan Islam di Negeri Kelantan diperkirakan sebelum tahun 577

H/1181 M, karena dalam tahun tersebut ternyata sudah ada kerajaan Islam

sebagaimana terbukti pada uang Dinar yang dijumpai di bekas peninggalan Kota

Istana Kubang Labu pada tahun 1914 M.58

Ibnu Batuta telah singgah di “Kilu

Kerai” dalam pelayaranya dari India ke China. Menurutnya, dia pernah menemui

Raja perempuan yang beragama Islam memerintah Kelantan bernama Urduja.59

Pada tahun 1411 M, Kelantan diperintah oleh Maharaja Ku Umar (Engku Umar)

dan pada tahun 1421 M Cheng Ho pernah tiba di Kelantan untuk membuat

persahabatan antara Kelantan dengan negara China. Kelantan menjadi sebuah

kerajaan yang kuat dan terkenal pada masa pemerintahan Sultan Mansor Shah

57 Ibid.

58 Muhammad Hussein Khal’i Haji Awang, Kelantan dari Zaman ke Zaman, (Kota Bharu:

Percetakan Sharikat Dian Berhad, 1970), h. 7.

59 Abu Bakar Abdullah, Ke Arah Pelaksanaan Undang-undang Islam di Malaysia: Masalah

dan Penyelesaiannya (Kuala Terengganu: Pustaka Damai, 1986), Cet. Pertama, h. 6.

sekitar pada tahun 1506 M. Pada masa pemerintahannya kerajaan Islam Melaka

menaklukkan Kelantan dan menjadikan Kelantan sebagai jajahannya.60

Ketika Kelantan diperintah oleh Cik Siti Wan Kembang dalam tahun 1610

M yang tinggal di Gunung Cinta Wangsa, Hulu Kelantan, banyak pendagang

yang datang, terutama pendagang muslim untuk berdagang dan menyebarkan

agama Islam di Kelantan.61

Kedatangan Islam ke Kelantan terkait dengan

pertemuan kelompok-kelompok Islam di Champa (Kemboja) pada pertengahan

abad 10 M. Ahli sejarah berpendapat, bahwa hubungan antara kerajaan Islam

Champa dengan Kelantan telah ada sejak lama sehingga pengaruh kebudayaan

negeri itu telah merayap masuk ke Kelantan. Ini berarti apabila Islam diterima di

Champa, maka kemungkinan mempengaruhi juga penduduk negeri Kelantan.62

Pondok (pesantren) merupakan institusi pendidikan yang berpotensi dan

mempunyai pengaruh yang besar di kalangan masyarakat Melayu. Sistem

pengajian tradisional ini mulai ada sejak abad ke-18 M sehingga ke abad ke-20

M. Setelah perjanjian Bangkok (Thailand) antara Siam dan Inggris yang

berlangsung pada bulan Juli tahun 1909 M pengajian pondok berkembang pesat

di Kelantan dan negara bagian lainnya seperti Terengganu, Kedah dan Perlis. Di

utara Semenangjung Malaysia sistem pengajian pondok pada abad ke-19M begitu

60 W. G. Shellabear, Sejarah Melayu, (Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1967), h. 198. 61 Abu Bakar Abdullah, Ke Arah Pelaksanaan Undang-undang Islam di Malaysi: Masalah

dan penyelesaiannya, h. 6.

62 Ibid.

populer. Kelantan merupakan negeri yang terkenal dengan pengajian pondok

sehinggakan Negeri Cik Siti Wan Kembang (Kelantan) dijuluki Serambi Mekkah.

Pada tahun 1840 M sebuah pondok didirikan oleh Tuan Guru Haji Abdul

Samad Bin Abdullah di Condong, Kelantan. Di antara pondok-pondok yang

terkenal di sekitar Kota Bharu yaitu Pondok Kubang Pasu, Pondok Budur,

Pondok Semian, Pondok Kampung Banggol dan Pondok Tok Kenali yang

didirikan pada tahun 1908 M bertempat di kampong Paya Kubang Kerian Kota

Bharu, Kelantan. Santri-santri yang belajar di pondok-pondok ini ada yang datang

dari Kampar, Sumatera, Kemboja, Patani (Thailand) dan dari negara-negara

bagian di semenanjung Malaysia.63

Ketika Inggris berkuasa dan menerapkan undang-undangnya di negeri

Pulau Pinang, Singapura, Melaka, Perak, Selangor, Negeri Sembilan, Pahang dan

Johor, penjajah Inggris kemudian ikut campur tangan di negeri Kedah, Perlis,

Kelantan dan Terengganu melalui Perjanjian Bangkok pada 9 Julai 1909 M.64

Melalui perjanjian tersebut, Kerajaan Siam menyerahkan kekuasaannya atas

keempat negeri tersebut kepada Inggris, sementara Pattani yang dikuasai Inggris

diserahkan kepada Siam.65

63 Abdullah Jusuh, Pengenalan Tamadun Islam di Malaysia (Kelantan: Telda Corporation

Sdn Bhd. 1994), h. 9. 64 Ibid., h. 34-42. 65 Awang Muhammad Kamil, Sultan dan Perlembagaan. terj. Ashruddin dari The Sultan and

The Constitutionn (Selangor: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 2001), h. 54.

Di Kelantan, James Scott Mason dilantik sebagai Penasihat British

(Inggeris) yang pertama di Kelantan,66

usaha penjajah Inggeris melaksanakan

undang-undang Inggris dan mengesampingkan hukum Islam yang telah

dilaksanakan di negeri ini dimulai dengan Inggris membentuk Majlis Negeri

(State Council) untuk menggantikan Majlis Mesyuarat Negeri yang telah ada.

Anggotanya terdiri dari dua belas orang, termasuk Sultan, Menteri Besar,

Penasihat Inggeris, Imam Haji Wan Daud dan Haji Wan Abdullah. Majlis ini

sangat penting, karena fungsinya sebagai badan yang bertanggung-jawab

memutuskan segala dasar pemerintahan dan undang-undang yang akan

dilaksanakan. Di dalam persidangan pertama, majlis ini telah meluluskan

Undang-undang Mahkamah, pembentukan pasukan polisi dan pertukarannya serta

Undang-undang Bea Cukai.67

Tujuan Inggris membuat perjanjian dengan raja-raja Melayu adalah untuk

mendirikan sebuah pemerintahan di Tanah Melayu yang dikenal dengan Malayan

Union. Bangsa Melayu sadar bahawa Malayan Union merupakan bencana yang

dapat menghapuskan hak kekuasaan Melayu di bumi warisan ini. Maka dari itu

persatuan-persatuan bangsa Melayu yang berada di seluruh negeri bergabung

untuk membentuk suatu kesatuan yang besar untuk menentang Malayan Union.

Maka lahirlah Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu (PKMB) yang lebih

66 Hussin Hasnah dan Nordin Mardiana, Pengajian Malaysia (Selangor: Oxford Fajar Sdn.

Bhd., 2007), h. 47.

67 Muhammad Hussein Khal’i Haji Awang, Kelantan dari Zaman ke Zaman, h. 97.

terkenal dengan nama UMNO (United Malaya Nasional Organization).

Oreganisasi ini dibentuk untuk menyatakan sikap penentangan bangsa Melayu

secara kolektif terhadap Malayan Union. Inilah awal mula bangsa Melayu bersatu

setelah dipecah-pecahkan oleh penjajah.68

Usaha bangsa Melayu yang tergabung dalam UMNO untuk memper-

juangkan dan mempertahankan negara berhasil menghapuskan Malayan Union

pada tanggal 21 Janusri 1948. Akhirnya Raja-raja Melayu menandatangani

perjanjian persekutuan Tanah Melayu (federation of Malaya) bertempat di King’s

House (di Inggris).69

Bangsa Melayu benci kepada Malayan Union tapi merestui

Federation. Sedangkan kedua-duanya berlandaskan dasar penjajah Inggris.

Dalam perpolitikan Melayu di Malaysia terdapat faham politik yang

berbeda di antara mereka yang berpendidikan Barat dengan berpendidikan Islam

dan Melayu. Golongan yang terdidik di Eropa memiliki faham politik demokrasi

Barat yang mempunyai konsep bahwa agama dan politik tidak boleh bercampur

artinya agama dan politik (negara) harus dipisahkan, sementara golongan ter-

pelajar dari Timur Tengah menjadikan politik sebagai bagian dari Islam, bahwa

agama dan politik adalah suatu bagian yang integral dan tidak dapat dipisahkan.

Golongan pertama didukung oleh Inggris sedangkan golongan kedua dianggap

penentang.

68 Abdullah Jusuh, Pengenalan Tamadun Islam di Malaysia, h. 72

69 King’s House adalah Kakosa sekarang.

Perbedaan faham ini mengakibatkan adanya pertentangan dan persaingan

politik Melayu dalam UMNO sendiri, sehingga pada tahun 1951 ketika diadakan

persidangan Alim Ulama seluruh Tanah Melayu yang diadakan oleh UMNO,

terjadi perpecahan antara ahli-ahli UMNO sehingga lahirnya Partai Islam se-

Malaya (PAS) yaitu sebuah partai politik yang didirikan oleh orang Melayu

(kalangan agamis) untuk memperjuangkan syari’at Islam dalam pemerintahan

Malaysia. Sedangkan UMNO tetap eksis yang beranggotakan kalangan nasionalis

dan sampai sekarang menjadi partai yang berkuasa dalam pemerintahan,

sedangkan PAS dikenal sepabagi partai oposisi.70

Selain itu ada juga partai lain seperti partai yang didirikan oleh orang-

orang India di Malaysia yaitu Malayan India Congress (MIC) dan orang-orang

Cina membentuk suatu partai yang dinamakan Malayan Chinese Association

(MCA). Namun pada perkembangannya kedua partai ini bergabung dengan

UMNO yang kemudian terkenal dengan Barisan Nasional (BN). Semenjak

terjadinya perpecahan dalam UMNO, persaingan politik antara UMNO atau BN

yang nasionalis dengan PAS yang agamis masih berlangsung hingga sekarang.71

PAS merupakan partai oposisi yang ada di semua negara bagian Malaysia,

partai ini menguasai negeri Kelantan, Kedah dan Perak dalam pemilu 2008.

Sedangkan dalam pemilu tahun 1999 hanya menguasai negeri Kelantan dan

Terengganu. Pasal 3 ayat (2) Perlembagaan Malaysia menyebutkan bahwa urusan

70 Abdullah Jusuh, Pengenalan Tamadun Islam di Malaysia, h. 85.

71 Ibid., h. 86.

keagamaan bagi negeri-negeri diserahkan kepada raja dan bagi negeri yang tidak

memiliki raja diserahkan kepada Yang Di-Pertuan Agung dan sesuai dengan Per-

lembagaan Malaysia yang memberi kuasa kepada kerajaan negeri untuk membuat

Undang-undang Islam, maka negara bagian tersebut dapat membentuk Enakmen72

hukum Islam dan Mahkamah Syariah atau Mahkamah Qadli.73

Walaupun kewenangan tentang urusan agama diberikan kepada raja-raja

negara bagian, akan tetapi dalam hal pembentukan suatu enakmen atau peraturan

perundang-undangan daerah berada dalam kewenangan Dewan Undangan Negeri

(DUN/DPRD), artinya yang mempunyai kewenangan untuk membuat enakmen

(peraturan daerah) termasuk enakmen syariah adalah DUN akan tetapi kewena-

ngan pengesahannya berada pada tangan raja negeri. DUN adalah wakil-wakil

rakyat dalam negeri bagian yang dipilih dalam pemilu melalui partai politik,

partai politik yang menang dalam pemilu akan mendominasi jumlah anggota

DUN dan pada akhirnya akan berpengaruh dalam proses pembentukan perda.

Seperti yang terjadi di Kelantan bahwa kemenanagan PAS dalam pemilu

tahun 1990 dan berhasil menguasai DUN dan pada akhirnya berhasil pula

memformulasikan hukum Islam yaitu di antaranya dengan terbentuknya Enakmen

Undang-Undang Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 (hukum Hudud) di Kelantan.74

72 Enakmen adalah Undang-undang (statute) yang dibuat oleh Dewan Undangan Negeri

(Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/DPRD) atau Peraturan Daerah (PERDA), Kamus Dewan, Edisi IV

(Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2007), Cet. Ke-2, h. 392. 73 Mahmod Saedon, Undang-undang Pentadbiran Islam (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan

Pustaka, 1996), h. 251.

74 Enakmen Undang-Undang Kanun Jenayah Syariah II (1993). Pelaksanaan Hukum Hudud

Di Kelantan (Kelantan: Telda Corporation Sdn. Bhd. 1994), Cet. Pertama, h. 87.

Sebenarnya kewenangan yang diberikan oleh pusat kepada negeri-negeri bagian

untuk membentuk Enakman (undang-undang Islam) dibatasi oleh Undang-undang

Persekutuan. Misalnya, bahwa setiap negeri bagian ketika membuat Undang-

Undang Jinayah Islam (pidana Islam) dibatasi oleh Akta Mahkamah Syariah

(Bidang Kuasa Jenayah) 1965 yang diamandemen tahun 1984, membatasi

Mahkamah Syariah untuk melaksanakan Undang-Undang Jinayah Islam

sepenuhnya. Dalam akta tersebut diatur bahwa penetapan sanksi pidana denda

tidak melebihi RM 5.000, tidak boleh lebih dari tiga tahun hukuman penjara dan

dera tidak lebih dari 6 kali.75

Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa sejak hukum Islam dikesamping-

kan oleh penjajah Inggris, upaya-upaya untuk mengembalikan hukum Islam

sebagai hukum negeri sebagaimana yang telah diterapkan sebelum kolonial

datang terus berlanjut hingga saat ini. Ini menunjukkan bahwa adanya kesadaran

politik sebagian umat Islam di Malaysia untuk menjadikan hukum Islam sebagai

hukum positif (negara) baik itu hukum perdata maupun pidananya.

75 Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Undang-undang Syariah Wilayah-Wilayah

Persekutuan, (Selangor: International Law Book Services, t.th.), h. 5-28.

BAB IV

GERAKAN POLITIK WANITA MUSLIMAH PAS

DI NEGARA BAGIAN KELANTAN

A. Latar Belakang GDM PAS

Cadangan untuk mendirikan Dewan Muslimah PAS pertama kalinya

telah diajukan oleh Ustadz Zabidi bin Haji Ali yang berasal dari Seberang

Perai, Pulau Pinang di mana ketika itu beliau adalah salah seorang Ahli

Komite Agung PAS. Cadangan tersebut diajukan dalam Musyawarah Komite

Agung PAS dan telah dipersetujui pada tanggal 3 April 1952.

Cadangan dari Ustadz Zabidi ini adalah berdasarkan pengamatan beliau

terhadap perlunya ada satu wadah khusus bagi wanita Muslimah di Malaysia

untuk berpartaisipasi dalam politik kenegaraan dan sebagai pelengkap

kepada perjuangan PAS. Apalagi kondisi ketika itu (1950-an), PAS bersama

UMNO berusaha memobilisasi rakyat di Tanah Melayu untuk menuntuk

kemerdekaan dari koloni Inggeris.

Walau bagaimanapun, Dewan Muslimah PAS baru didirikan secara

resmi pada tanggal 3 januari 1953 bersamaan dengan berdirinya Dewan

Ulama’, Dewan Pemuda dan Musyawarah Agung Tahunan (Musyawarah

Nasional atau Muktamar) PAS pertama kali di Kepala Batas, Seberang Perai,

ketika itu Dewan Muslimah diketahui oleh Nyonya Sharifah Rahmah dan

dibantu oleh sebuah panitia Dewan Muslimah seramai tujuh orang. Bagi

membisakan Dewan Muslimah bergiat secara sah dan teratur, satu

peruntukan di bawah “Aturan dan Peraturan Kecil Dewan Mulimah PAS”

disusun oleh Jawatankuasa Agung PAS.

Berdasarkan cadangan asal pendirian Dewan Muslimah yang dibuat

oleh Ustadz Zabidi Haji Ali, penubuhan Dewan ini adalah untuk:

Mengelola dan memimpin ahli-ahli wanita supaya dapat mengambil

bagian tertentu bersama ahli laki-laki PAS bagi mencapai tujuan-tujuan

Persatuan Islam Se-Malaysia (PAS) dan berusaha meninggikan taraf

kehormatan serta memelihara maruah kaum wanita. Di samping, berikhtiar

menjayakan rancangan-rancangan kebajikan, pelajaran, pendidikan,

kebersihan, kesihatan dan iktishad.76

Dari awal pendiriannya pada tahun 1953, DMP masih belum

mempunyai aturan baku yang sempurna sehingga pada tahun 1966. Selama

kurang lebih 12 tahun itu, PAS sibuk dengan menumpukan usaha-usaha dan

upaya untuk menuntut kemerdekaan Tanah Melayu dan membantu

pemerintah ketika awal pembantukan Malaya pada tahun 1957. Anggota

PAS atau DMP ketika itu masih relatif sedikit.

76 Lajnah Penerangan dan Hal Ehwal Luar Dewan Muslimat PAS Pusat, Halwa Perjuangan,

(Selangor: Lajnah Penerangan dan Hal Ehwal Luar Dewan Muslimat PAS Pusat, 2001), Cet. Pertama,

h. 5.

Naskah asal Peraturan Dewan Muslimah yang telah disahkan oleh

Setiausaha Agung PAS pada tahun 1966 bersamaan 1386 H menggariskan

bahwa tujuan atau objektif penubuhan Dewan Muslimah adalah:

1. Menyatupadukan wanita-wanita Islam kea rah pembentukan

perjuangan yang diridhai oleh Allah dan rasul-Nya;

2. Menanamkan dan menghidupkan jiwa dan semangat keislaman

sebenar agar segenap ajaran dan petunjuk Islam menjadi amalan dalam

penghidupan wanita seharian;

3. Berusaha memperbaiki nasib dan derajat penghidupan wanita-wanita

Islam;

4. Bekerjasama dengan ahli-ahli PAS yang lain untuk melaksanakan

segala cita-cita dan tujuan PAS.77

Amandemen Konstitusi PAS pada tahun 1973 menyaksikan

bagaimana urusan Dewan Muslimah telah disatukan dalam perlembagaan

PAS. Jesteru itu juga, maka objektif kewujudan Dewan Muslimah turut

ditukar menjadi tugas-tugas am yang disebutkan dalam fasal 28 ceraian 3,

pecahan (7). Fasal tersebut menyatakan bahwa tujuan Dewan Muslimah ialah:

“Untuk menyatukan tenaga Muslimah-Muslimah dalam negara ini

bagi meluaskan pengaruh PAS di kalangan wanita-wanita Islam melalui

kegiatan-kegiatan Muslimah sambil membentuk kepribadian mereka supaya

77 Lajnah Penerangan dan Hal Ehwal Luar Dewan Muslimat PAS Pusat, Halwa Perjuangan, h.

6.

menjadi Muslimah yang bertanggungjawab kepada agama dan negara serta

meyakinkan mereka kepada cita-cita Islam yang diperjuangkan oleh PAS”.78

Asalnya, anggota-anggota Dewan Muslimah ialah seluruh Wanita

Islam yang akil baligh dengan syarat terlebih dahulu menjadi ahli PAS.

Namun, setelah Amandemen Konstitusi PAS pada bulan juni 1977, seseorang

anggota Muslimah PAS belum bisa dikatakan sebagai anggota kepada Dewan

Muslimah melainkan seseorang itu mendafdarkan dirinya menjadikan anggota

Dewan Muslimah mengikut kaedah dan peraturan yang ditetapkan oleh

Komite Kerja DMP.

Keanggotaan DMP pertama kali dikumpulkan pada tahun 1966 dan

pada tahun tersebut 8,182 orang anggota telah didaftarkan berdasarkan Buku

Rekod Pendaftaran Keanggotaan DMP yang diuruskan oleh unit IT

(Teknologi Maklumat) DMPP sebenar adalah kurang lebih 11,000 orang saja.

Kini DMPP melalui unit IT, Lajnah Pendidikan dan Pembangunan DMPP

telahpun Berjaya membina Pangkalan Data Anggota DMP untuk melakukan

proses pengaturan secara menyeluruh dalam setiap peringkat yang masih

beroperasi hingga saat ini.

Sejak Dewan Muslimat PAS ditubuhkan pada tahun 1953, seramai 10

orang Muslimat telah dipilih untuk mengetuai shaf kepimpinan Dewan

tersebut. Mereka ialah:

78 Ibid.

Tahun Nama Negeri Asal

1953 Puan Sharifah Rahmah Pulau Pinang

1956-1960 Ustazah Siti Zubaidah Hj. Ali Seberang Perai

1958 Ustazah Zaharah Othman Selangor

1959-1962 Ustazah Salmah Sheikh Hussin Pulau Pinang

1963-1964 Ustazah Sakinah Hj Junid Perak

1965-1981 Puan Sri Sakinah Hj Junid Perak

1981-1983 Puan Sri Sakinah Hj Junid Perak

1983-1992

Ustazah Wan Asma' Wan Abdul

Kadir

Kelantan

1992-2001 YB. Senator Hajjah Jamilah Ibrahim Kedah

2001- 2003 Ustazah Fatimah Ibrahim Terengganu

2003-2005 Ustazah Kalthom Othman Kelantan

2005-2007 Ustazah Azizah Khatib Mat Pahang

2007-Kini Ustazah Nuridah Mohd Salleh Pahang

Dewan Muslimah PAS tidak dapat aktif sejurus setelah pendiriannya

karena kekurangan anggota diperingkat kawasan dan cawangan.

Bagaimanapun selepas bulan Agustus tahun 1953, Dewan Muslimat bergerak

aktif karena keahlian Dewan semakin bertambah. Pada akhir Agustus 1953,

satu perhimpunan yaitu Musyawarah Agung Dewan Muslimat yang pertama

telah diadakan di Batu 20 Bagan Dato’, Perak yang dihadiri oleh Muslimat

PAS negeri-negeri di Persekutuan Tanah Melayu. Melalui perhimpunan ini,

Anggota-anggota Komite Dewan yang baru telah dipilih, manakala Ustazah

Zubaidah h. Ali telah diberi kepercayaan menjadi Ketua Dewan Muslimat

PAS Pusat yang pertama. Seterusnya, Muktamar Dewan Muslimat PAS telah

diadakan pada setiap tahun.79

B. Visi, Misi dan Struktur Dewan Muslimat PAS

Pelan Induk Dewan Muslimat PAS juga telah menggariskan Visi dan

Misi Dewan Muslimat sebagai berikut80

:-

Visi Dewan Muslimat Pas

“Tertegaknya Daulah Islamiyyah di Malaysia Menerusi Tenaga

Muslimat”

Visi Dewan Muslimat ini adalah sinonim atau diselaraskan dengan

tujuan pendirian PAS itu sendiri di dalam konstitusinya pada Bab 3, Fasal ke-

5, poin (1) dan (2) yaitu ‘Memperjuangkan wujudnya di dalam negara ini

79 http://dmpkelantan.pas.org.my/v2/index.php?option=com_content&view=article&id= 13 &

Itemid= 27, diakses pada tanggal 30 Desember 2009, pada pukul 21.13 WIB

80 Pejabat Agung PAS, Perlembagaan Partai Islam Se-Malaysia (PAS) (Selangor: Pejabat

Agung PAS, 2002), Cet. Pertama, h. 2.

(Malaysia) sebuah masyarakat dan pemerintahan yang terlaksana di

dalamnya nilai-nilai hidup Islam dan hukum-hukumnya menuju keredhaan

Allah SWT’ dan ‘Mempertahankan kesucian Islam serta kemerdekaan dan

kedaulatan negara’. Jadi, Dewan Muslimat adalah pelengkap atau sayap kiri

dalam perjuangan PAS untuk merealisasikan tujuannya.

Misi Dewan Muslimat

1. Membina Masyarakat Berakhlak dalam Semua Bidang Kehidupan

Manusia dan Pendukung Kepada Ajaran Islam Sebenar.

2. Melahirkan Muslimat Mujahidah Berilmu, Beriman, Beramal, Bertaqwa

Berperanan sebagai Da’i kepada masyarakat.81

Misi Dewan Muslimat ini juga adalah rumusan daripada Bab 3, Fasal ke-

6, poin (1) sampai (11) dalam konstitusi PAS. Ia disesuaikan dengan fitrah dan

kodrat wanita Muslimah yang berperan sebagai istri, ibu dan anggota atau da’I

dalam masyarakat.

Istri yang menjadi pembantu suami dalam perjuangan dan dakwah,

sebagai ibu yang melahirkan dan menjadi ‘madrasatul ‘ula’ kepada anak-anak

di rumah dan salah satu daripada anggota masyarakat yang akan memberikan

kontribusinya dalam segala bentuk sesuai dengan potensi mereka serta menurut

batas atau koridor syari’at Islam.

81 Lajnah Penerangan dan Hal Ehwal Luar Dewan Muslimat PAS Pusat, Halwa Perjuangan,

h.13.

Jadi, dengan berpedomankan kepada Visi dan Misi Dewan Muslimat

inilah para kepemimpinan dan anggota-anggota Dewan Muslimat sampai detik

ini terus iltizam dan istiqomah berusaha tanpa jemu untuk merealisakannya

sesuai dengan tema muktamar Dewan Muslimat PAS kali ke-46 yang terkini

Yaitu pada tanggal 6 Juni 2006, “Terus Bangun, Bersama Rakyat”82

Sejak awal penubuhan Dewan Muslimat sehingga tahun 1973 terdapat tiga asas

pengurusan yaitu:

1. Dewan Muslimat PAS Ranting - Pengurus di peringkat ranting;

2. Dewan Muslimat PAS Cawangan – Pengurus cabang yang mempunyai 25

orang ahli Muslimat PAS yang menjadi tenaga penggerak;

3. Dewan Muslimat PAS Pusat – Pengurus pusat merupakan peringkat

tertinggi dalam stuktur Dewan Muslimat yang bertanggungjawab secara

langsung kepada Kantor Agung PAS.

Walau bagaimanapun, selepas Amandemen Konstitusi PAS yang dibuat

pada tahun 1973, struktur Dewan Muslimat PAS dibagikan empat peringkat

yaitu:

1. Dewan Muslimat PAS Ranting;

2. Dewan Muslimat PAS Cabang;

3. Dewan Muslimat PAS Negeri;

82 Pejabat Agung PAS, Perlembagaan Partai Islam Se-Malaysia (PAS), h. 5.

4. Dewan Muslimat PAS Pusat.

Seterusnya dalam Amendemen Konstitusi PAS 1977 pula berlaku

perubahan dari segi nama terhadap struktur pengurusan Dewan Muslimat

yaitu:

1. Dewan Muslimat PAS Ranting dinamakan Komite Dewan Muslimat

Cabang; dan

2. Dewan Muslimat PAS Cabang dinamakan Dewan Muslimat PAS

Kawasan.

Bagi melaksanakan fungsi Dewan Muslimat dengan berkesan,

beberapa lembaga telah diwujudkan yaitu Lembaga Tarbiyyah dan Latihan

Kepemimpinan, Lembaga Penerangan dan Hal Ehwal Luar, Lembaga

Kebajikan dan Kemasyarakatan, Lembaga Politik dan Pemilihan Umum serta

Lembaga Ekonomi dan Keuangan.83

Untuk menantapkan lagi peran Dewan Muslimat yang saban tahun

keahliannya berterusan meningkat sama ada dari golongan dewasa maupun

remaja, maka pada tahun 1993, unit Amal Nisa’ Wal Banat telah ditubuhkan.

Unit ini bertujuan untuk mengumpulkan remaja putrid Islam dalam satu unit

kebajikan dan sukarelawan berseragam atas nama Islam dan beramal karena

Allah.

83 Lajnah Penerangan dan Hal Ehwal Luar Dewan Muslimat PAS Pusat, Halwa Perjuangan,

h.12.

Pada tahun 1999 pula, Lajnah Penyelidikan dan Pembangunan

diwujubkan bertujuan untuk memantapkan pengurusan Dewan Muslimat

menerusi pemantauan dan dokumentasi-dokumentasi yang akan dan telah

dikeluarkan. Seterusnya, mulai tahun 2001 satu lagi lajnah dan unit telah

diwujudkan yaitu Lajnah Perpaduan Nasional dan Unit Guaman (Pengacara).

Pada tahun 1996 Dewan Muslimat semakin mendapat tempat di hati

wanita Islam di Malaysia. Keterlibatan golongan professional semakin

bertambah dari hari ke hari. PAS bukan saja disenangi oleh masyarakat desa

malah turut didukungi oleh masyarakat di kota-kota yang terdiri dari golongan

intelektual, professional dan korporat. Menyadari akan perlunya Dewan

Muslimat mempunyai visi dan misi serta objektif yang jelas dan perancangan

yang rapi serta berstrategi dalam menyampaikan dakwah Islam maka pada 16-

17 November 1996 satu Pogram Latihan Pengurusan Strategi Dewan

Muslimat telah diadakan.

Pogram ini telah menghasilkan satu gerak langkah Dewan Muslimat

PAS yang lebih mentap dan teratur dengan berpandukan kepada Pelan Induk

Dewan Muslimat yang turut menggariskan Pelan Tindakan Lembaga-lembaga

Dewan Muslimat. Pelan ini mula dilaksanakan pada tahun 1996-2000

C. Peluang dan Tantangan Dewan Muslimah di Kelantan

Penglibatan wanita dalam kancah politik tanah air adalah perlu. Meskipun

begitu, ia terdapat batas-batas tertentu dan mengikut garis panduan yang

ditetapkan oleh Islam itu sendiri. Dalam setiap partai yang ditubuhkan di

Malaysia, wanita turut diberi peluang utama melibatkan diri dalam bidang politik

sebagai mewakili kaumnya sebagaimana golongan 'pemuda' yang dianggap

sayap kanan pada perjuangan partai. Oleh karena itu, golongan wanita dari partai-

partai seperti Umno, MIC, MCA84

dan sebagainya masing-masing mempunyai

dasar perjuangan yang tersendiri yang harus diperjuangkan mengikut

perlembagaan partai masing-masing.

Mahu atau tidak, sadar atau sebaliknya hakikat kejayaan sesebuah partai

politik dalam sesebuah pilihan raya sama ada pilihan raya kecil atau umum

banyak bergantung kepada sejauhmana keberkesanan yang dimainkan oleh

golongan wanita ini.85

Sifat dan keterampilan diri yang ada pada golongan hawa

ini memberi kepercayaan kepada pucuk pimpinan semua partai politik

84 Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu (United Malay National Organisation) biasa

dikenali sebagai (UMNO) adalah partai politik terbesar di Malaysia dan merupakan pengasas dan

tulang belakang pakatan Barisan Nasional yang telah memerintah Malaysia tanpa terganggu sejak

merdeka lagi. Ia dikenali sebagai penjaga nasionalisme Melayu atau ketuanan Melayu dan ideologi

Islam tulen, yang memperjuangkan bahwa orang Melayu dan orang-orang Muslim lain merupakan

orang peribumi di Malaysia, oleh itu berhak menerima keistimewaan sebagai hak semenjak lahir.Kongres India Se-Malaysia MIC (Malaysian Indian Congress) merupakan sebuah partai politik di

Malaysia dan satu daripada anggota pengasas, partai gabungan, Barisan Nasional, sebelumnya dikenali

sebagai Partai Perikatan, yang mana ia telah berkuasa memerintah negara Malaysia sejak kemerdekaan

pada 1957. Persatuan Cina Malaysia MCA (Malaysian Chinese Association) merupakan sebuah partai

politik yang terdapat di Malaysia yang mewakili etnik Cina Malaysia, satu daripada tiga partai

komponen utama bagi partai gabungan di Malaysia yang dipanggil sebagai Barisan Nasional (BN).

Lihat http://ms.wikipedia.org/wiki.UMNO, diakses pada tanggal 01 Januari 2010, pukul 17.45 WIB.

85 http://paskel.tripod.com/adin/ad02.htm, diakses pada tanggal 30 Desember 2009, pada

pukul 23.12 WIB

peringkat nasional, iaitu golongan ini mempunyai keupayaan menjalankan kerja-

kerja kempen dalam pilihan raya.

Dalam perjuangan Islam di negara ini misalnya, Dewan Muslimat PAS

mempunyai kedudukan dan peran yang istimewa, malah turut setanding dengan

golongan muslimin. Ini karena sungguhpun Dewan Muslimat merupakan salah

satu daripada tiga sayap Partai Islam Se-Malaysia (PAS), tetapi ia mewakili

tuntutan perjuangan Islamiah kepada kira-kira separuh daripada pendokong-

pendokong gerakan Islam di negara ini. Keistimewaannya terletak kepada sifat

kewanitaan itu sendiri, di samping bilangan kaum itu juga melebihi kaum lelaki

terutama di Kelantan. Dari segi peranannya pula, kaum wanita bukan sahaja

mengurus rumah tangga sebagai istri dan ibu, tetapi juga memberi sumbangan

tenaga dan fikiran untuk kerjaya masing-masing. Begitu juga dari segi

perjuangan mereka turut melibatkan diri dalam kerja politik dan dakwah.86

Golongan Muslimat dalam ruang politik semasa telah banyak diberi

peluang untuk sama-sama memegang tampuk pemerintahan sebagai pemimpin di

pelbagai peringkat. Samada sebagai Yang Berhormat ADUN, Yang Berhormat

Ahli Dewan Rakyat, Yang Berhormat Ahli Dewan Negara, ketua dan pemimpin

di peringkat cawangan, DUN dan negeri, dengan pelbagai jawatan, maka

Muslimat kini telah berperan dengan begitu cemerlang. Muslimat serba boleh ini

telah mengatur langkah penuh amanah dan tanggungjawab yang diberikan oleh

rakyat, partai dan kerajaan dengan sebaiknya. Cabaran dan mehnahnya bukanlah

86 Pejabat Agung PAS, Perlembagaan Partai Islam Se-Malaysia (PAS), h. 6.

sedikit, namun ianya bukan menjadi halangan untuk mereka semua

melaksanakannya dengan kerjasama semua pihak.

Setiap orang yang diberikan amanah sebagai pemimpin, tidak kira laki-

laki maupun wanita, mestilah melaksanakan kuasa dan amanah itu dengan adil

dan berintegriti. Unsur keadilan ini amatlah penting karena ianya menjadi satu

paksi kesejahteraan dan kemakmuran negeri dan negara. Apakah yang menjadi

tunjang utama kepada senario ini? Ianya tidak lain dan tidak bukan, ada satu

tunjang yang wujud tapi tidak dapat dilihat dan diukur dengan mata kasar. yaitu

Aqidah Islam.

Pengurusan rumah tangga, kerjaya dan perjuangan menjadikan wanita

mempunyai pengaruh yang besar dalam perkembangan dunia hari ini terutama

dalam bidang gerakan politik. Dari perspektif PAS, seperti mana fasal 59,

Perlembagaan (Konstitusi) PAS, telah disebut tiga tugas am Dewan Muslimat

PAS, dua daripada tugas-tugas itu adalah menyatukan tenaga, fikiran dan

pandangan Muslimat PAS dalam negara ini. Di samping itu, meluaskan pengaruh

PAS di kalangan wanita Islam melalui kegiatan kewanitaan, sambil membentuk

keperibadian mereka supaya menjadi Muslimat yang bertanggungjawab kepada

agama dan negara serta menyakinkan mereka kepada cit-cita Islam yang

diperjuangkan PAS.

Oleh itu, tidak keterlaluan sekiranya dinyatakan kemenangan seratus

peratus kerusi Angkatan di Kelantan pada tahun 1990 adalah karena kerja keras

golongan ini. Dengan kemenangan itu juga, rencana khas oleh sebuah majalah

Islam, al-Muslimah keluaran November 1990 telah mengupas tentang

kemenangan itu dengan slogannya: “Tangan yang Menghayun Buaian

Menggoncangkan Kelantan”.

Yang demikian sudah jelas bahwa wanita telah memberi saham yang

besar terhadap kemenangan Angkatan dalam pilihan raya umum pada tahun itu

dan seterusnya keputusan pilihan raya umum pada 25 April 1995, kerajaan

Kelantan di bawah PAS sekali lagi dapat dibentuk dengan jayanya sekalipun tidak

lagi seratus peratus. Ini membuktikan sokongan padu kaum wanita Kelantan tetap

kepada kerajaan Angkatan.87

Justru, tidaklah bisa dipisahkan dari sebuah perjuangan dalam dunia

politik daripada suatu tantangan dan cabaran. Muslimat PAS di Kelantan

khusunya telah menunjukkan satu sikap dan contoh yang terbaik. Ini dapat dilihat

dari berbagai-bagai pogram, gerak kerja, dan penyelesaian masalah-masalah

masyarakat yang bisa dilaksanakan oleh golongan Hawa ini, walau demikian

dunia politik memang kejam, gerakan Dewan Muslimat PAS ini ditentang oleh

segenap penjuru, baik dari partai lawan dan dari masyarakat yang kurang paham

tentang Islam politik. Diantara halangan-halangan dan tantangan Dewan

Muslimat PAS ini. Antara halangan yang dihadapi oleh wanita Muslimah dalam

mengharungi arena politik di Malaysia adalah suasana dan ragam politik yang

tidak begitu bersih sekaligus memberikan imej yang tidak baik kepada mereka

87 http://paskel.tripod.com/adin/ad02.htm, diakses pada tanggal 30 Desember 2009, pada

pukul 23.12 WIB

yang berpartisipasi dengannya. Kita sering mendengar ungkapan politik itu kotor

malah ia lebih acap terbit dari bibir wanita. Seorang istri sering risau jika

suaminya terlibat dengan politik, begitu juga dengan seorang ibu yang akan

gelisah bila anaknya menunjukkan minat terhadap politik. Kenapa? Ini

disebabkan dalam kancah politik hari ini, rasuah atau korupsi menjadi mainan,

keadilan pula hanya dilaksanakan kepada kroni atau kelompok sendiri, kata-kata

kesat atau cacian kepada yang tidak sealiran pula menjadi basahan mulut.

Penulis tidak dapat memberikan peratus kasus-kasus eksploitasi wanita di

pentas politik di Kelantan. Namun hakikatnya ia tetap berlaku, misalnya dalam

kasus Dato’ Seri Anwar Ibrahim. Istri seketaris politiknya, Shamsidar Taharia

dituduh mempunyai hubungan sulit dengan beliau. Pembicaraan dipengadilan

telah menolak pertuduhan tersebut. Namun kesannya terhadap maruah seorang

wanita dan psikologi ahli keluarga adalah sangat dahsyat. Kasus tuduhan khalwat

terhadap Naib Presiden PAS, saudara Mohamad Sabu yang hakikatnya adalah

rekayasa itu juga melibatkan eksploitasi wanita. Kasus-kasus di negara lain

banyak menunjukkan bahwa wanita telah dijadikan alat politikus-politikus untuk

mengorupsi, memerangkap dan menjatuhkan lawan politiknya. Melihat kepada

moral politikus di Kelantan yang tidaklah berapa pada tahap amat

membanggakan, maka tidak mustahil hal-hal tersebut akan berlaku. Ini juga

adalah antara halangan-halangan kepada wanita Muslimah untuk terlibat dalam

politik.

Wanita Muslimat yang berada di pihak oposisi seperti Muslimat PAS,

wanita Partai Keadilan Rakyat88

dan DAP89

khususnya pula terdedah kepada

perangkap pemerintah Malaysia yang mengugut dengan akta ISA,90

bahkan

‘periuk nasi’ mereka menjadi mainan ugutan. Lantas situasi dan kondisi ini

sering memadamkan minat wanita terhadap politik apa lagi untuk terjun dalam

gelanggangnya. Disebabkan situasi dan kondisi ini jugalan amat sedikit peratus

wanita yang aktif dalam partai-partai politik.

Prosedur politik yang ditetapkan oleh perlembagaan Malaysia juga kurang

sesuai bagi para wanita Muslimah khususnya untuk bergiat aktif dalam politik.

Bagi Ahli Dewan Rakyat (MP) atau Ahli Dewan Undangan Negeri (ADUN),

seorang wanita harus melalui proses pemilihan umum di mana beliau perlu hadir

88 Partai Keadilan Nasional merupakan sebuah partai politik Malaysia yang lahir dari

gelombang Reformasi yang melanda Malaysia setelah pemecatan Anwar Ibrahim dari UMNO pada 2

September 1998. Sekumpulan NGO dan partai oposisi kemudian mendirikan Gerakan Keadilan Rakyat

Malaysia (GERAK). Pendukung reformasi kemudian mendirikan Gerakan Keadilan Sosial (ADIL) untuk memberikan platform kepada perjuangan mereka. Lihat http: //ms.wikipedia. org/wiki/

Partai_Keadilan_Rakyat, diakses pada tanggal 01 Januari 2010, pukul 17.32 WIB.

89 Partai Aksi Demokratik (DAP: Democratic Action Party) adalah partai serpihan dari Partai

Aksi Rakyat (PAP: People’s Action Party) di Singapura yang didirikan pada Oktober 1965 sebelum

didaftarkan secara resmi enam bulan kemudian sebagai salah satu partai politik Malaysia, pada 18

Maret 1966. Partai Aksi Demokratik (DAP) berfungsi sebagai sebuah partai demokratik !ublic yang

“berjanji akan berpegang kuat kepada !ublic!y satu !ublic Malaysia yang bebas, demokratis dan

berfahaman sosialis, berdasarkan prinsip-prinsip keadilan kaum dan keadilan !ublic dan ekonomi

yang berbasis institusi demokrasi parlementer.” (Pernyataan Setapak, dibuat pada Kongres Nasional

DAP pertama di Setapak, Kuala Lumpur pada 29 Juli 1967). Lihat http://ms. Wikipedia. Org/wiki/ Partai_Tindakan_ Demokratik, diakses pada tanggal 01 Januari 2010, pukul 17.32 WIB.

90 Internal Security Act @ Akta Keselamatan Dalam Negeri (ISA) Akta Keselamatan Dalam

Negeri 1960 merupakan undang-undang tahanan pencegahan yang sedang berkuatkuasa di Malaysia.

Sesiapa pun boleh ditahan oleh polis selama 60 hari berturut-turut tanpa perbicaraan untuk tindak-

tanduk yang dijangkakan mengancam keselamatan !ublic atau mana-mana bahagian daripadanya.

Selepas 60 hari, seseorang tahanan itu boleh ditahan lagi selama tempoh dua tahun jika diluluskan oleh

Menteri Hal Ehwal Dalam Negeri, dan sekaligus membolehkan penahanan terus tanpa perbicaraan.

Lihat http://ms.wikipedia.org/wiki/ISA, diakses pada tanggal 01 Januari 2010, pukul 17.40 WIB.

ke setiap acara kampanye dan yang seumpamanya. Perlu diketahui bahwa situasi

dan kondisi pra-pemilihan umum di Malaysia tidaklah begitu selamat dan bersih

dari taktik-taktik dan strategi kotor bahkan banyak preman-preman upahan yang

muncul pada waktu tersebut. Jester itu, seorang calon/ kandidat wanita Muslimat

berkemungkinan diganggu atau diancam dengan perkara yang mendiskreditkan

harga dirinya atau yang mengancam keselamatan ahli keluarganya.

Tugasan sebagai MP atau ADUN pula menuntun wanita Muslimat untuk

‘turun padang’ dan menghabiskan banyak waktu tanpa mengira siang atau malam

demi melunaskan kewajibannya terhadap rakyat di kawasannya. Sedangkan pada

masa yang sama beliau mempunyai kewajiban sebagai istri dan ibu di rumah.

Bukan sebarang wanita yang mampu untuk membersihkan semua tugasan

tersebut dengan sempurna serta memuaskan hati setiap pihak. Lantas mungkin

yang mampu terlibat adalah para wanita Muslimat yang mempunyai anak-anak

yang telah dewasa.

Pemikiran patriarchal dalam masyarakat Malaysia menyebabkan wanita

tidak mudah diterima sebagai pemimpin bagi kaum laki-laki. Bukan saja di

peringkat kepeminpinan negara atau negeri, tapi juga dalam struktur serikat atau

perkhidmatan awam sekalipun kepeminpinan wanita sering menjadi suatu yang

dijadikan pemasalahan. Suara-suara dan pendapat mereka kadangkala dipandang

sinis bukan karena kurang mantapnya ide-ide, tetapi hanya karena mereka itu

wanita. Kondisi ini kadangkala menjadikan wanita ‘malas’ untuk lebih

berpartisipasi dalam pemerintahan dan administrasi negara.

D. Analisis Gerakan Politik Wanita Muslimah (PAS) di Kelantan

Sebagai wadah gerakan Islam tertua di negara ini, semua polisi dan

strategi haruslah berasaskan Islam. Dalam usaha mengekalkan kemenangan, dan

juga mengisi kemenangan dengan agenda Islam yang sebenarnya, kita akan

menemui pelbagai mehnah dan cabaran. Sudah pastilah, prakteknya tidak

semudah teori yang dipelajari atau diucapkan.91

Dalam gerakan politik wanita Muslimah di Kelantan ini, banyak cabaran-

cabaran yang perlu dilalui oelh golongan hawa ini. Cabaran utama Dewan

Muslimat PAS adalah untuk meningkatkan kesedarang politik di kalangan wanita

itu sendiri. Kesadaran yang penulis maksudkan bukan hanya kesadaran untuk

men coblos’ dalam pemilihan umum semata-mata, tetapi juga kesadaran untuk

memahami tuntutan perubahan dan bertindak sebagai sebagian daripada massa

dalam memastikan keadilan dilaksanakan di Kelantan khususnya.

Responsif wanita terhadap isu-isu politik di Kelantan atau dunia umumnya

tidak seghairah kaum laki-laki. Mungkin ini disebabkan isu-isu seumpama itu

secara jangka pendeknya tidak menjejaskan kepentingan khusus mereka seperti

pengurusan rumahtangga dan kegiatan social wanita. Peratus wanita Kelantan

yang menyara keluarga secara total masih rendah sekaligus implikasi perubahan

taraf ekonomi atau inflasi tidak mereka rasai seperti kaum laki-laki. Lantas ramai

wanita Kelantan bukan sekadar tidak responsif malah mungkin ramai juga tidak

91 http://www.scribd.com/doc/15752651/ mempertahankan - kemenangan- melestarikan-

kebajikan? autodown=pdf, diakses pada tanggal 31 Desember 2009, pada pukul 04.44 WIB

peduli tentang arus perubahan sosio-politik negara. Apa yang dikhawatirkan

mereka hanyalah seputar urusan rumahtangga masing-masing saja. Mereka tidak

menyadari bahwa harga minyak, tariff lestrik dan air, sembako termasuk susu

anak balita dan obat-obatan melambung naik, SPP universitas dan sekolah

menjadi tinggi karena dikorporatkan, harga rumah semakin mahal, cuti

melahirkan dihapuskan, rumah tanpa izin bertambah, tanah runtuh dan bekalan air

kurang karena pembangunan tidak seimbang, gejala keruntuhan akhlak dan moral

di kalangan muda-mudi yang semakin membimbangkan, pertambahan pecandu

narkoba setiap hari, pusat prostitusi, perjudian dan pabrik arak bertebaran, ajaran

sesat, korupsi dan lain-lain isu ekonomi, pendidikan social, alam sekitar

hinggalah kepada masalah pembentungan najis dan sampah, semua ini ada

kaitannya dengan politik.

Faktor lain yang menyebabkan keadaan ini berlaku adalah tahap

pendidikan wanita di Kelantan tempo dulu agak rendah. Mereka itulah yang kini

menjadi mayoritas para ibu di Kelantan. Merekalah yang menjadi penonton setia

Akademi Fantasia atau Malaysian Idols dan acara gossip para selebritis. Peratus

wanita yang berprofesi agak tinggi di Kelantan tetapi kebanyakannya terlibat

dalam sector perladangan dan pabrik. Bilangan ahli professional wanita atau

mereka yang terlibat dalam sector ekonomi masih rendah. Namun begitu tidak

ramai daripada kalangan mereka yang mau berpartisipasi dalam politik

disebabkan halangan-halangan yang disebutkan sebelumnya. Wanita di Kelantan

juga tergolong daripada mereka yang kurang membaca. Apa lagi becaan-bacaan

ilmiah dan berat yang menyentuh persoalan ekonomi, pendidikan, social, politik

dan sebagainya. Bahan bacaan yang seringkali menjadi pilihan adalah bacaan

ringan seperti majalah-majalah hiburan dan majalah wanita. Tetapi media

alternative yang tidak sealiran dengan pemerintah milik partai oposisi jarang

dipedulikan.

Fakto-faktor tersebut mengakibatkan wanita di Kelantan menjadi sasaran

utama lobi partai pemerintah yang menguasai media massa. Pendirian politik

mereka sukar diubah. Logika-logika mudah dan propaganda-propaganda ditelan

begitu saja. Kerajaan dan partai politik pemerintah dianggap sama. Mesyukuri

kemudahan listrik, air dan fasilitas umum dan prsarana dijadikan modal mudah

untuk memberikan pendidikan politik kepada kaum ibu sekaligus menjana

kesadaran mereka untuk bertindak sebagai massa yang prihatin terhadap

pemerintah negara.92

Tantangan lain yang harus dihadapi oleh wanita di Kelantan ialah

pembinaan syakhsiyyah karismatik, berkaliber dan mempunyai potensi sebagai

kepimpinan. Pada hari ini sukar untuk kita nyatakan siapakah pemimpin wanita

Kelantan yang unggul. Kelantan belum pernah mencatat sejarah memiliki seorang

karakter wanita standing Ibu atau Aung San Suu Kyi dalam memimpin perubahan

rakyat kalau pun tidak memimpin negara seperti Carazon Aquino, Benazir

Bhutto, Margaret Thatcher, Indira Ghandi dan Khaleda Zla. Jauh sekali jika ingin

92 http://www.scribd.com/doc/15752651/ mempertahankan- kemenangan- melestarikan-

kebajikan? autodown=pdf, diakses pada tanggal 31 Desember 2009, pada pukul 04.44 WIB

mencari bayangan Saiyidatina Aisyah. Nusaibah atau Khaulah Al-Azwar yang

bersinar di medan perang. Kegiatan politik wanita Muslimah di Kelantan masih

berlegar dalam gelanggang pembelaan kaum sejenis dan masih belum

menjangkau ke arah memimpin masyarakat.

Pembinaan ciri-ciri kepimpinan ini pastilah berkait rapat juga dengan

pengetahuan manajemen, administrasi dan ilmu sains politik. Ini juga adalah satu

cabaran kepada wanita Muslimah di Kelantan. Sehingga kini peratus partisipasi

wanita Muslimah di dalam pengajian bidang-bidang tersebut masih belum sampai

ke tahap yang boleh dibanggakan. Apa yang jelas sebagaimana kurangnya

kesadarang politik di kalangan wanita Muslimah, begitu jugalah kurangnya minat

mereka terhadap ilmu tersebut.

Perjuangan Dewan Muslimat mutakhir ini yaitu menegakkan undang-

undang Islam di negara Malaysia. Justru, peran Muslimat adalah untuk

memastikan kemenangan lebih besar pada pilihan raya umum (Pemilu) ke-13

nanti. Diantara misi Dewan Muslimat Kelantan adalah untuk melahirkan

mujahidah Muslimat yang berilmu, beriman, beramal, bertaqwa dan berperan

sebagai dai kepada masyarakat. Dalam sebuah negara Islam diperlukan

masyarakat yang berakhlak dan pendokong Islam yang istiqamah dalam

melahirkan a’milin.93

93 http://sitizailah.blogspot.com/2009/06/temuramah.html, diakses pada tanggal 01 Januari

2010, pada pukul 17.12 WIB

Gerakan Muslimat PAS sekarang dari pelbagai golongan. Dalam PAS

sekarang ada dari kalangan profesional, ulama, rakyat biasa dan sebagainya yang

mewakili profesion yang berlainan seperti doktor, profesor, jurutera, guru dan

rakyat. Isu yang di ketengahkan kepada masyarakat sebagai contoh adalah isu

gejala sosial. Suasana keluarga yang berkait rapat dengan mangsa (korban) yang

terlibat dengan gejala sosial perlu diberi perhatian semua pihak. Dewan Msulimat

PAS telah berusaha untuk merangka pogram bagi mencari penyelesaian gejala itu.

Lajnah Penerangan dan Dakwah Dewan Muslimat sejak tahun lalu telah

memulakan pogram dengan melakukan 'rondaan' intipan di seluruh negara

termasuk Sabah dan Sarawak untuk mendekati golongan sasar supaya mereka

berminat dengan Islam. Di parlemen tenaga Muslimat turut memainkan peran.

Usul yang berkaitan dengan pendidikan, isu penggunaan Bahasa Inggeris dalam

pengajaran Matematik dan Sains, di samping isu rasuah (korupsi) juga turut

dibawa suara Muslimat. Tidak ketinggalan juga isu ISA karena masih ramai lagi

yang ditahan di bawah akta tersebut.

Pada Muktamar (Konvention International) yang berlangsung pada 13

Jamadil Awwal 1430H/ 9 Mei 2009 (Sabtu) Pusat Tarbiyyah Islam Kelantan

(PUTIK), Pengkalan Chepa, perwakilan PAS telah mencadangkan Sister In Islam

(SIS)94

diharamkan, SIS ini sebenarnya satu pertubuhan badan bukan kerajaan.

Yang menjadi kontroversi sekarang ialah SIS banyak membawa isu-isu yang

bercanggah dengan Islam khususnya dari segi hak persamaan antara wanita dan

lelaki dalam pembahagian harta. Sedangkan Islam telah ada kaedahnya yang

tersendiri. Begitu juga SIS turut mempertikaikan aurat wanita yang digambarkan

kaum wanita tidak perlu menutup aurat. Pandangan ini bertentangan dengan

ajaran Islam menyebabkan timbulnya kekeliruan dalam masyarakat. Muslimat

PAS tidak bersetuju terhadap pogram yang dianjurkan SIS sekiranya bercanggah

dengan Islam. Bagaimanapun dari sudut pemikiran ada juga idea baru dicetus SIS

memandangkan anggotanya ramai yang professional. Bagaimanapun isu yang

dibangkitkan mestilah mengikut acuan Islam.95

Gerakan politik Muslimah ini tidaklah hanya tertumpu pada hal yang

terkait dengan pahaman, dasar, dan pegangan sesebuah komisi dan partai. Dewan

Muslimah ini juga tumpu pada segenap masalah masyarakat dan negara dalam

gerakannya sebagai sayap bagi perjuangan PAS dalam merialisasikan Islam yang

syumul dalam negara Malaysia khusunya. Termasuklah dalam gerakan dari

golongan Hawa ini adalah tentang hal ekonomi negara dan negeri Kelantan

94 Sisters in Islam (SIS) merupakan !ublic yang memperjuangkan ‘hak wanita & persamaan

gander’ dalam versi mereka. SIS adalah organisasi perempuan Muslim di Malaysia yang berusaha

untuk mengartikulasikan hak-hak perempuan dalam Islam dengan menekankan kebutuhan untuk

menafsirkan Alquran dan hadis dalam sejarah dan budaya yang tepat konteks. Itu juga melakukan

advokasi untuk hak perempuan untuk memegang jabatan !ublic. Salah satu pemimpin terkemuka SIS

adalah Zainah Anwar yang adalah kepala selama dua decade.

95 http://sitizailah.blogspot.com/2009/06/temuramah.html, diakses pada tanggal 01 Januari

2010, pada pukul 09.34 WIB

khsusunya. Dalam ruang ekonomi negara dan dunia seluruhnya yang telah banyak

dicemari dengan unsur riba, gharar dan syubhah. Semua unsur ini menjadi faktor

datangnya bala daripada Allah SWT. Jika mahu keluar dari kemelut ekonomi ini

dari terus berulang dan berulang, maka Muslimah telah bersama-sama bergerak

dalam memastikan semua unsur tersebut dibersihkan dalam semua urusniaga.

Maka, dalam hal ini, Muslimat PAS juga memainkan peran yang amat besar.

Muslimat menjadi seorang usahawan besar dalam dan luar rumahtangga dalam

hal pembangunan dan pengurusan ekonomi. Antara peran Muslimat adalah :

1) Mengatur pendapatan dan perbelanjaan peribadi dan keluarga

dengan sistematik dan teratur;

2) Membantu suami dan anak-anak belajar menabung dan

Menyimpan;

3) Menjauhi sistem riba dalam apa jua urusan;

4) Memastikan diri dan keluarga mengamalkan budaya hidup

sederhana dan menjauhi pembaziran;

5) Membudayakan diri dan keluarga untuk berbelanja secara syarie

iaitu menurut aturan agama;

6) Menghentikan budaya berhutang demi mengejar hidup mewah dan

Bergaya;

7) Terlibat secara langsung dalam bidang ekonomi samada menjadi

usahawan, ahli koperasi, pelabur dan lain-lain.

Sesungguhnya, golongan Muslimat yang dianugerahkan oleh Allah SWT

dengan sifat tegas dalam kelembutan, peka dan sensitiviti yang tinggi, pasti akan

mampu membantu diri, keluarga dan masyarakat dalam menghadapi kemelut

yang berlaku. Dengan tersebarnya muamalat yang benar-benar berlandaskan

Islam, maka barakah Allah pasti akan turun ke dunia ini. Justru, wujudnya

usahawan yang amanah dan sistem ekonomi yang halal, maka negeri dan negara

akan mampu untuk menjana pendapatan negara dengan lebih baik. Sudah pastilah

kesan ekonomi yang akan dihasilkan adalah kesan yang positif. Setiap orang telah

tertulis rezekinya masing-masing. Rahsia inilah menjadikan kehidupan ini begitu

indah dan perlu dihadapi dengan usaha yang berterusan dan saling membantu

antara satu sama lain. Sebagaimana firman Allah SWT berfirman dalam Al-

Quran, yang berbunyi sebagai berikut:

� ��� ⌧wst"x y�� �z)7Q���� {!�Z��o�'�� �� ���o�� dQ� T|�,ef�

UP*6��� �b}~���< �,�]�:Q� �B� J-����"� # ��u^�Q: {!�Z��o�'Q� o>�Qo�? >�P&�� )٢٧: ٤٢/ا���رى(

“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya

tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan

apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui

(keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat” (Q.S: As-Syura 42, 27)

Semua masyarakat di negara ini sedar khususnya orang Kelantan sendiri,

bahwa pada pilihan raya tahun 1978 PAS telah kalah teruk. Kekalahan itu

berpunca daripada kenaan 'mageran' terhadap kerajaan mutlak PAS pada masa itu.

Hasil pemilu itu PAS hanya mampu mempertahankan dua kerusi saja yaitu, Dun

Kemumim dan Manik Urai. Kaum wanita pada masa itu, turut terkeliru dengan

fitnah-fitnah politik Umno.

Serentak dengan kekalahan itu , Dewan Muslimat PAS yang pada ketika

itu diketuai oleh Hajjah Wan Asma' Abdul Kader dan Naib Ketuanya Hajjah

Kalthom Othman telah mengorak langkah dan bangkit berjuang untuk menebus

kekalahan itu. Sekalipun ia memakan masa kira-kira 12 tahun, namun langkah

yang dihayun itu benar-benar menggoncangkan Kelantan pada tahun 1990. Yang

mana di pemilu 1999 di negeri bagian Kelantan, Angkatan Perpaduan Ummah,

yaitu koalisi antara Partai Islam Se-Malaysia (PAS), partai Semangat 46, dan

Berjasa yang telah memenangi 39 kerusi daripada 39 kerusi yang dipertandingkan

dalam Dewan Undangan Negeri (DUN) Kelantan yang sekaligus memberi

kemenangan yang mutlak 100% untuk Angkatan Perpaduan Ummah.96

Kempen dari rumah ke rumah atau merayu undi setiap kali pilihan raya

diatur dengan baik dalam usaha memulihkan kembali prestasi PAS yang suatu

ketika duhulu telah malap. Saf pimpinan Dewan Muslimat PAS Kelantan sendiri,

telah membina semangat juang yang tinggi dan kental di kalangan ahli-ahlinya di

semua peringkat termasuk di peringkat cawangan-cawangan dengan pelbagai

latihan dan aktiviti.97

96 http://ms.wikipedia.org/wiki/Pilihan_Raya_Umum_Malaysia_1978

97 Ucapan Siti Zailah Mohd Yusof, Ketua Dewan Muslimat PAS Negeri Kelantan / Ahli

Parlimen Rantau Panjang 13 Jamadil Awwal 1430H / 9 Mei 2009 ( Sabtu ) Pusat Tabiyyah Islam

Kelantan ( PUTIK ), Pengkalan Chepa, Kelantan.

Plihan raya kecil yang diadakan di Dewan Undangan Negeri Limbongan

dan Sungai Pinang. pada tahun 1992, Lundang (1994), Parlimen Gua Musang

(1995), Pulau Chondong (1997) dan Semerak (1997) turut memperlihatkan

kesungguhan golongan hawa ini bagi mempastikan kemenangan yang dituntut

oleh perjuangan Islam yang dibawa oleh PAS.

Sumbangan dan gerakan Dewan Muslimah PAS Kelantan ini telah dapat

membuatkan seorang tokoh Islam di Malaysia memuji dan melahirkan rasa terima

kasih kepada golongan Muslimat terhadap penglibatan mereka dalam pilihan raya

khususnya pada tahun1990. Tokoh yang dimaksudkan ialah Pesuruhjaya PAS

Kelantan, Tuan Guru Haji Nik Abdul Aziz Nik Mat.

Beliau secara terbuka mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga

kepada Muslimat seluruh Kelantan yang berusaha sedaya upaya untuk merampas

semula Kelantan pada suatu majlis kesyukuran kemenangan pilihan raya kecil

pada tahun 1990. "Tanpa kesungguhan Muslimat dengan izin Allah sudah tentu

kita tidak dapat menikmati kejayaan yang begini besar nilainya", katanya.

Penghargaannya itu tidak terhenti di situ sahaja, malah setiap perubahan

diolah, dikaji dan dilaksanakannya sebaik mungkin demi memartabatkan

golongan hawa itu yang sering kali dieksploitasikan oleh golongan yang tidak

bertanggungjawab. Tuan Guru Haji Nik Abdul Aziz sebagai seorang Menteri

Besar, begitu prihatin membuat perubahan yang mem-berangsangkan sekalipun

dianggap remeh semata-mata bagi menaikkan kedudukan dan imej wanita

sebagaimana kehendak Islam. Semuanya bukan sahaja sebagai menghargai jasa

dan pengorbanan Muslimat, tetapi sebaliknya juga ia dijalankan karena

memenuhi tuntutan agama. Karena menurut tuntutan agama juga, kerajaan negeri

bagian Kelantan tidak membenarkan golongan hawa ini bertanding dalam tilawah

al-quran, dilarang bernasyid kepada wanita yang berumur 15 tahun ke atas,

dilarang memperaga tubuh semata-mata untuk tujuan iklan dan sebagainya.

Sekali pun tidak berhasrat untuk mengatakan golongan wanita lebih

'politiking' dari muslimin, Namun unsur-unsur politik "kewanitaan" telah

diperkirakan dalam membuat pembaruan semenjak penubuhan kerajaan

Angkatan tahun 1990. Justru, paling penting dan wajar diketengahkan di sini

ialah kaum hawa turut diberi penghormatan untuk dilantik sebagai Anggota

Dewan Negara. Ketua Dewan Muslimat PAS Kelantan, Hajjah Kalthom Othman

Ketua Dewan Muslimat PAS, wanita pertama dari PAS diberi penghormatan dua

penggal (1991-1997) sebagai senator demi membawa suara Muslimat ke Dewan

Negara. Setelah tamat tempohnya, dua lagi diberi kepercayaan, mereka ialah

Ketua Dewan Muslimat PAS Pusat, Hajjah Jamilah Ibrahim dan Naib Ketua

Dewan Muslimat PAS Negeri Kelantan, Hajjah Hunaizah Mohd Nor. Perlantikan

ini bersesuaian dengan perjuangan PAS yang tidak akan melantik golongan

Muslimat sebagai wakil rakyat karena suasana politik hari ini yang tidak

memungkinkan penglibatan Muslimat. 98

98 http://www.scribd.com/doc/15752651/ mempertahankan- kemenangan- melestarikan-

kebajikan? autodown = pdf, diakses pada tanggal 31 Desember 2009, pada pukul 04.44 WIB

Satu gandingan gerak kerja yang mantap dan membanggakan dalam

membantu kemenangan PAS dan Pakatan Rakyat99

dalam pemilu ke-12 dan

semua pemilu kecil yang lalu. Kepakaran dan kreativiti pendekatan serta

kesungguhan Muslimat hasil ilmu poltitik dan pengalaman tak terbeli jentera

Halwa seluruh Kelantan amat menyerlah dan benar-benar memberi kesan kepada

gerak kerja pemilu seluruhnya. Usaha yang mantap dan kerja keras Muslimat

telah mendapat penghargaan dan pujian daripada semua pihak dan diakui oleh

pelbagai lapisan kepimpinan dari seluruh pelusuk negara.

99 Pakatan Rakyat merupakan satu aliansi baru partai-partai politik Malaysia. Aliansi ini

terdiri dari Partai Keadilan Rakyat, Partai Islam Se-Malaysia dan Partai Aksi Demokratik (PKR-PAS-

DAP)yang merupakan pihak oposisi di Parlemen Malaysia. Presiden PKR, Datin Seri Wan Azizah

Wan Ismail adalah Ketua Oposisi sebelum ini, namun kemudian digantikan oleh suaminya Datuk Seri

Anwar Ibrahim setelah memenangkan pemilu Permatang Pauh 2008. Pakatan Rakyat juga memimpin

pemerintahan lima buah negeri Malaysia.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis bahaskan secara jelas pada

bab-bab terdahulu, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

3. Sebagai sayap kiri partai PAS dalam merialisasikan Islam yang syumul di

Malaysia, wanita Muslimah di Kelantan khususnya mempunyai Visi dan Misi.

Visi Dewan Muslimat ini adalah sinonim atau diselaraskan dengan tujuan

pendirian PAS itu sendiri yaitu ‘Memperjuangkan wujudnya di dalam negara

ini (Malaysia) sebuah masyarakat dan pemerintahan yang terlaksana di

dalamnya nilai-nilai hidup Islam dan hukum-hukumnya menuju keredhaan

Allah SWT’ dan ‘Mempertahankan kesucian Islam serta kemerdekaan dan

kedaulatan negara’. Jadi, Dewan Muslimat adalah pelengkap atau sayap kiri

dalam perjuangan PAS untuk merealisasikan tujuannya. Adapun misi Dewan

Muslimah PAS Kelantan ialah Membina Masyarakat Berakhlak dalam Semua

Bidang Kehidupan Manusia dan Pendukung Kepada Ajaran Islam Sebenar.

Dan melahirkan Muslimat Mujahidah Berilmu, Beriman, Beramal, Bertaqwa,

dan Berperan sebagai Da’i kepada masyarakat.

4. Di negara bagian Kelantan, Dalam menghadapi tantangan, halangan, dan

cabaran arena politik, wanita muslimah juga bepartisipasi dalam

memperjuangkan Islam disamping sebagai sayap kiri bagi perjuangan politik

PAS di Malaysia. Pindaan Perlembagaan PAS tahun 1973 menyaksikan

bagaimana segala urusan Dewan Muslimat telah disatukan dalam

Perlembagaan PAS. Maka obyektif keberadaan Dewan Muslimat turut diubah

menjadi tugas-tugas am yang disebutkan dalam Fasal 28 ceraian 3, pecahan ke

(7). Fasal tersebut menyatakan bahawa tujuan Dewan Muslimat ialah: “Untuk

menyatukan tenaga Muslimat-Muslimat dalam negara ini bagi meluaskan

pengaruh PAS di kalangan wanita-wanita Islam melalui kegiatan-kegiatan

Muslimat sambil membentuk keperibadian mereka supaya menjadi Muslimat

yang bertanggungjawab kepada agama dan negara serta meyakinkan mereka

kepada cita-cita Islam yang diperjuangkan oleh PAS”. Partisipasi dan peran

Dewan Muslimat PAS Kelantan ini adalah wajar dan sesuai dengan tuntutan

serta kehendak syari’at Islam. Jadi, eksistensi Dewan Muslimat amat penting

demi mewujudkan cita-cita atau visi dan misi PAS.

5. Gerakan Dewan Muslimat PAS dalam arena perpolitikan di Kelantan adalah

sebagai sayap kiri kepada perjuangan PAS yang berusaha untuk menegakkan

masyarakat dan pemerintahan yang berasaskan nilai-nilai Islam. Dewan

Muslimat PAS selama ini telah melaksanakan peran dan partisipasi mereka

yaitu sebagai pemilih/ pengundi dalam memilih pemerintah, peka dan

menjadi pemerhati atau pemantau kepada perjalanan pemerintahan negara

dengan menggunakan segenap ruang demokrasi untuk menegur dan

menasehati pemerintah serta vocal menyuarakan hak-hak dan kepentingan

wanita serta masyarakat khususnya di Kelantan. Bergiat secara aktif dalam

mengemukakan pendapat, pro dan kontra terhadap kebijakan-kebijakan dewan

eksekutif atau legislative lewat pidato, tulisan, demonstrasi, dan lain

sebagainya. Menjdi calon/ kandidat dalam pemilu DUN atau perlemen serta

menjadi senator dalam Dewan Negara. Dewan Muslimat PAS juga aktif

dalam acara-acara sosial sama ada di peringkat nasional maupun internasional

terutama dalam acara-acara kewanitaan dan keislaman.

B. Saran-saran.

1. Kepada kaum Muslimah umumnya, politik dan kenegaraan adalah sebagian

dari system Islam dan menjadi kewajiban kepada kita untuk sama-sama

berpartisipasi demi untuk mengemban amanah sebagai khalifah di muka

bumi.

2. Kepada para elite politik Muslimah, khususnya Dewan Muslimah PAS

Kelantan agar lebih memperhatikan tujuan, visi, dan misi partai yang

memperjuangkan ummat dan menegakkan risalah Islam supaya semua

tindakan dan kebijakan yang diambil selari dan bertepatan dengan tuntutan

syarak.

3. Kepada para aktivis dakwah dan para da’I, khususnya di Indonesia dan

Malaysia agar mengoptimalkan segala usaha supaya kaum Muslimah

semuanya sadar dan faham tentang hak-hak dan kewajiban mereka yang telah

diberikan oleh Islam dan seterusnya menghayati serta melaksanakan Islam

secara menyeluruh da;am segenap aspek kehidupan.

4. Kepada pemimpin masyarakat dan negara agar memposisikan Islam sebagai

pedoman utama dalam kepimpinan dan ketatanegaraan supaya negara

khususnya Malaysia menjadi ‘baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur’.

DAFTAR PUSTAKA

al-Quran al-Karim

Abdullah, Abu Bakar, Ke Arah Pelaksanaan Undang-undang Islam di Malaysia:

Masalah dan penyelesaiannya. Kuala Terengganu: Pustaka Damai,

1986, Cet. Ke-1.

Abdullah, Ahmad Mawardi Bin, “kebijakan Politik Islam Nik Abdul Aziz Nik Mat

di Kelantan Tahun 1990-2008” , Skripsi S1 Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Asqalani, al, Ibnu Hajar, Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari. Beirut, al-

Maktab al-Islam, Dar al-Soader,t.t., Jilid 6.

Arshad, Sofian, “Hak Non Muslim di Negara Bagian Kelantan”. Skripsi S1

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2006.

Asy-Syinnawi, Abdul Aziz, 12 Wanita Pejuang Bersama Rasulullah, Terj. Totok

Jumantoro. Jakarta; Lembaga Studi Islam, 2004.

Awang, Muhammad Hussein Khal’i Haji, Kelantan dari Zaman ke Zaman. Kota

Bharu: Percetakan Sharikat Dian Berhad, 1970.

Az-Zindani, Abdul Majid, Hak-hak Politik Wanita dalam Islam. Jakarta, Al-

I’tishom Cahaya Umat, 2003, Cet. Ke-1.

Daud, Mustafa Haji, Pengantar Politik Islam. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa

dan Pustaka, 1997, Cet. Ke-1.

Dinsman, Sepuluh Tahun Membangun Brsama Islam Kelantan dibawah

kepimpinan Ulama. Kota Bharu: Pusat Kajian Strategit, 2000.

Ensiklopedia Indonesia, ( Edisi Khusus ). Jakarta: PT Lehtiar Baru-van Hoeve,

1980.

Enakmen Undang-Undang Kanun Jenayah Syariah II (1993). Pelaksanaan

Hukum Hudud Di Kelantan. Kelantan: Telda Corporation Sdn. Bhd.

1994, Cet. Ke-I.

Enakmen adalah Undang-undang (statute) yang dibuat oleh Dewan Undangan

Negeri (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/DPRD) atau Peraturan

Daerah (PERDA), lihat Kamus Dewan, Edisi IV. Kuala Lumpur: Dewan

Bahasa dan Pustaka, 2007, Cet. Ke-2.

Faris, Muhammad Abdul Qadir Abu, Fiqih Siyasah Menurut Imam’ Asy-Syahid

Hasan Al-Banna. Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada, 2000, Cet. Ke-1.

Hizbut Tahrir Indonesia, Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwah Hizbut

Tahrir. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2008, Cet. Ke-2.

Jam’ah, Ahmad Khalil, Wanita Yang Dijamin Masuk Syurga. Jakarta: Darul

Falah, 2002.

Kamil, Awang Muhammad, Sultan dan Perlembagaan. Terj. Ashruddin dari The

Sultan and The Constitutionn. Selangor: Dewan Bahasa Dan Pustaka,

2001.

Khaldun, Ibnu, Muqaddimah, terj. Oleh Ahmadia Thoha. Jakarta, Pustaka

Firdaus, 2005, Cet. 5.

Lajnah Penerangan dan Hal Ehwal Luar Dewan Muslimat PAS Pusat, Halwa

Perjuangan. Selangor: Lajnah Penerangan dan Hal Ehwal Luar Dewan

Muslimat PAS Pusat, 2001.

Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Undang-undang Syariah Wilayah-

Wilayah Persekutuan. Selangor: International Law Book Services, t.th..

Mardiana, Hussin Hasnah dan Nordin, Pengajian Malaysia. Selangor: Oxford

Fajar Sdn. Bhd., 2007.

Nasir, Fatimah Umar, Hak dan Kewajiban Perempuan dalam Islam. Jakarta:

CV. Cendekla Sentra Muslim, 2003, Cet. Ke-1.

Nabani, al, Taqiyyuddin, An-Nizhām Al-Ijtimā’i fi Al-Islām. Terj. M. Nashir.

Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia, 2007.

Partai Islam se-Malaysia (PAS), Negara Islam. Kuala Lumpur: Partai Islam se-

Malaysia, 2004, Cet. Ke-4.

Pejabat Agung PAS, Perlembagaan Partai Islam Se-Malaysia (PAS). Selangor:

Pejabat Agung PAS, 2002, Cet. Ke-1.

Quthub, Sayyid, Fi Dzilalil Al-Qur’an. Beirut Dar al-Syuruq, 1978, Cet. Ke-2.

Rifooh, Sayyida, “Wanita dalam Pentas Politik Menurut Islam” , Skripsi S1

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2004.

Sabiq, Sayyid, Fiqih as-Sunnah. al-Qaherah: Dar al-Rayyan Turats, 1991, Jilid 2

Said, H,A. Fuad, Ketatanegaraan Menurut Syariat Islam. Kuala Lumpur: Dewan

Bahasa dan Pustaka, 2002, Cet. Ke-1.

Saedon, Mahmod, Undang-undang Pentadbiran Islam. Kuala Lumpur: Dewan

Bahasa dan Pustaka, 1996.

Shaqr, Abdul Badi’, Wanita-Wanita Pilihan, Terj. Abdulkadir Mahdamy. Solo:

Pustaka Mantiq, 1993.

Shellabear, W. G., Sejarah Melayu. Kuala Lumpur: Oxford University Press,

1967.

Sukardja, Ahmad, piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta:

UI Press, 2000.

Syalthuth, Mahmud, Al-Islam Aqidah wa Syari’ah. Jeddah: Dar al-Syuruq, 1970,

Cet. Ke-2.

Tahido, Huzaemah, Hak dan Kewajiban Pria dan Wanita: Tuntunan Islam

tentang Kemitrasejajaran Pria dan Wanita. Jakarta: Majelis Ulama

Indonesia, 1999, Cet. Ke-2.

Taib, Harun, Model Kerajaan Islam Membangun Bersama Islam. Kuala Lumpur:

Dewan Ulama’ PAS Pusat, 2000, Cet. Ke-1.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembanagan Bahasa Departemen

Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka, 1998, Cet. Ke-1.

Umari, al, Akram Diya, Masyarakat Madinah Pada Masa Rasulullah SAW.

Jakarta: Media Dakwah, 1994.

Voll, John L. Esposito dan John O. Demokrasi Di Negara-Negara Muslim:

Problem dan Prospek, Terj. Rahmani Astuti dari Islam and Democracy.

Bandung: Mizan, 1999, Cet. Ke-1.

Yafie, Ali, Wanita dalam Pandangan Islam: Tuntunan Islam tentang

Kemitrasejajaran Pria dan Wanita. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia,

1999, Cet. Ke-2.

Zada, Khamami dan Arofah, Arief R. Diskursus Politik Islam. Jakarta: Lembaga

Studi Islam, 2004, Cet. Ke- I.

Zada, Khamami dan Mujar Ibnu Syarif, Fiqh Siyasah: Doktrin dan Pemikiran

Politik Islam,Jakarta: Erlangga, 2008, Cet. Ke-1.

Ziyadah, Asma’ Muhammad, Peran Politik Wanita Dalam Sejarah Islam.

Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2001, Cet. Ke-1.

Situs internet dan Ceramah

http://kalam82.tripod.com/id2.html, diakses pada tanggal 02 Januari 2010, pukul

10.46 WIB

http://en.wikipedia.org/wiki/Kelantan, diakses pada tanggal 02 Januari 2010,

pukul 10.57 WIB

http://ms.wikipedia.org/wiki/Geografi_Kelantan, diakses pada tanggal 10 Januari

2009 pukul 15.00 WIB

http://www.kelantan.gov.my/index.php?q=ringkas diakses pada tanggal 12

Januari 2009 pukul 20.00 WIB

http://ms.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Kelantan, diakses pada tanggal 12 Januari

2009 pukul 20.00 WIB

http://history.melayuonline.com/?a=SnV1L29QTS9VenVwRnRCb20%3D=&l=k

esultanan-kelantan, ibid.

http://dmpkelantan.pas.org.my/v2/index.php?option=com_content&view=article

&id=13&Itemid=27, diakses pada tanggal 30 Desember 2009, pada

pukul 21.13 WIB

http://ms.wikipedia.org/wiki.UMNO, diakses pada tanggal 01 Januari 2010, pukul

17.45 WIB

http://paskel.tripod.com/adin/ad02.htm, diakses pada tanggal 30 Desember 2009,

pada pukul 23.12 WIB

http://ms.wikipedia.org/wiki/Partai_Keadilan_Rakyat, diakses pada tanggal 01

Januari 2010, pukul 17.32 WIB

http://ms.wikipedia.org/wiki/Partai_Tindakan_Demokratik, diakses pada tanggal

01 Januari 2010, pukul 17.32 WIB

http://ms.wikipedia.org/wiki/ISA, diakses pada tanggal 01 Januari 2010, pukul

17.40 WIB

http://sitizailah.blogspot.com/2009/06/temuramah.html, diakses pada tanggal 01

Januari 2010, pada pukul 17.12 WIB

http://risalaty.multiply.com/journal/item/54, diakses pada tanggal 13 Januari

2010, pukul 20.13 WIB

http://www.scribd.com/doc/15752651/mempertahankan-kemenangan-

melestarikan-kebajikan?autodown=pdf, diakses pada tanggal 31

Desember 2009, pada pukul 04.44 WIB

Ucapan Siti Zailah Mohd Yusof, Ketua Dewan Muslimat PAS Negeri Kelantan /

Ahli Parlimen Rantau Panjang 13 Jamadil Awwal 1430H / 9 Mei 2009

(Sabtu ) Pusat Tabiyyah Islam Kelantan ( PUTIK ), Pengkalan Chepa,

Kelantan.