Gerakan 30 September

19

Click here to load reader

Transcript of Gerakan 30 September

Page 1: Gerakan 30 September

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan sejarah Indonesia tidak lepas dari peristiwa Gerakan

30 September/PKI (G 30 S/PKI) yang menjadi sejarah besar dari bangsa ini.

Peristiwa G 30 S/PKI sendiri masih merupakan perdebatan yang belum

terselesaikan dimana banyak pihak-pihak yang mempertanyakan fakta-fakta yang

terkait serta mengungkapkan fakta lain yang masih tersembunyi.

Pada tanggal 30 September 1965 terjadi sebuah usaha kup yang dalam

peristiwa itu terbunuh 6 Jendral dan 1 Perwira angkatan darat. Tidak hanya itu,

kup yang gagal ini pun diikuti oleh pembunuhan massal diantara kaum komunis

dan mereka yang dianggap komunis. Peristiwa tersebut telah merenggut nyawa

kira-kira setengah juta penduduk Indonesia, sementara puluhan ribu lainya

dipenjara tanpa diadili.

Walaupun ada desakan dari para keluarga korban, namun sampai saat ini

belum diadakan penyelidikan resmi mengenai peristiwa besar tersebut. Adanya

penyelidikan resmi akan menyembuhkan luka-luka yang ditinggalkan dari

kenangan pahit yang terjadi bertahun-tahun lalu itu. Maka dari itu, kami tertarik

membahas kembali peristiwa ini untuk didiskusikan pada kasempatan kali ini,

sehingga kami mohon partisipasinya dalam mensukseskan penyampaian makalah

ini.

1

Page 2: Gerakan 30 September

1.2 Kerangka Teori

Komunisme pertama kali dicetuskan oleh Karl Marx, dengan

menghilangkan hak pribadi dan hak mewarisi serta melibatkan rakyat dalam

segala produksi secara sama rata1.

Pandangan Karl Marx mengenai suatu negera menurut paham komunis

adalah bahwa negara tidak berfungsi dan hanya memanfaatkan warga negaranya

untuk mencapai tujuan negara. Menurutnya, negara harus ditiadakan dan

masyarakat harus lebih besar dan agama merupakan candu dalam pemerintahan

suatu negara.

Gagasan Karl Marx dalam paham komunisme adalah :

1. Menekankan pentingnya peranan kaum buruh dalam

menyelenggarakan revolusi,

2. Kaum proletar akan bangkit sendiri satelah melakukan perlawanan

terhadap kaum kapitalis,

3. Kapitalisme pada puncak perkembanganya akan menemui ajalnya

dan diganti dengan komunisme2.

Istilah komunisme juga sering dicampuradukkan dengan komunis

internasional, yang mana komunis internasional merupakan perkembangan

pemikairan dari Lenin yang sering disebut dengan “Marxisme-Leninisme”.

Dalam perkembangannya, paham komunis Lenin sedikit ada perbedaan juga

perkembangan namun tetap memiliki inti/dasar pemahaman yang sama.

Gagasan Lenin dalam paham komunisme adalah :

1. Melihat pentingnya peranan kaun petani dalam menyelenggarakan

revolusi.

2. Melihat peranan suatu partai politik yang militant yang terdiri atas

professional revolutionaries untuk memimpin kaum proletar dan

merumuskan cara-cara merebut kekuasaan.

3. Melihat imperialism sebagai gejala yang memperpanjang hidup

kapitalisme.3

BAB II1 Sumber : www.anarchopedia.com / diakses pada hari sabtu, 11 Desember 2010 (07:30)2 Sumber : Prof. Miriam Budiardjo, “Dasar-dasar Ilmu Politik”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal 146 /diakses pada hari kamis, 9 Desember 2010 (22:42)3 Sumber : Opcit,hlm 146 / diakses pada hari Sabtu, 11 Desember 2010 (09:48)

2

Page 3: Gerakan 30 September

PEMBAHASAN

2.1 Perumusan Masalah

Kekurangjelasan fakta mengenai peristiwa yang berbuntut pembantaian

besar pada tahun 1965 yang dikenal dengan peristiwa G 30 S/PKI hingga saat ini

masih merupakan teka-teki. Peristiwa ini disebut-sebut dipicu oleh paham

komunis yang dianut oleh presiden Soekarno. Partai Komunis Indonesia (PKI)

yang tentu saja berbasis komunis dituding sebagai pihak yang telah melakukan

pembantaian keji yang terjadi pada tanggal 30 September 1965. Namun, ada lagi

pendapat lain yang menyatakan bahwa PKI sebenarnya hanya sebagai kambing

hitam, karena sesungguhnya pembantaian yang dilakukan merupakan perbuatan

orang-orang diluar PKI dengan maksud menjatuhkan nama PKI dan presiden

Soekarno yang merupakan pendiri partai sehingga dapat mempermudah

penggulingan kekuasaan kepresidenan.

Terkait dengan hal ini ada beberapa hal yang perlu mendapatkan

penjelasan lebih rinci, seperti bagaimana sejarah berdirinya PKI? komunis seperti

apakah yang dianut oleh Soekarno? dan bagaimana kronologi dari pembantaian

yang terjadi? Serta keadaan Indonesia setelah terjadinya peristiwa tersebut?

2.2 Analisa Masalah

Pada tahun 1914 didirikan Indische Sociaal-Demokratische Vereniging

(Partai Buruh Sosial-Demokrat Hindia) yang anggotanya adalah orang-orang

Belanda4. ISDV diharapkan dapat mengurusi kepentingan kaum buruh Hindia, tak

hanya kepentingan kaum buruh Eropa. Pada saat pembentukannya, ISDV tidak

menuntut kemerdekaan Indonesia. Saat itu, ISDV mempunyai sekitar 100 orang

anggota, dan dari semuanya itu hanya tiga orang yang merupakan warga pribumi

Indonesia. Namun demikian, partai ini dengan cepat berkembang menjadi radikal

4 Sumber : Imam Soedjono, “Yang Berlawanan” (Membongkar Tabir Sejarah pemalsuan PKI), Resist Book, Magelang, 2006, hlm 20

3

Page 4: Gerakan 30 September

dan anti kapitalis. ISDV bekerjasama dengan Sarekat Islam (SI) dan pada tanggal

23 Mei 1920 ISDV merubah dirinya dan lahirlah PKI5.

Dalam kurun waktu puluhan tahun sejak sebelum pembentukan ISDV di

pedesaan Hindia terus-menerus terjadi kerusuhan yang sangat menggelisahkan

kekuasaan kolonial. Kemudian pecahlah suatu pemberontakan rakyat Indonesia

yang dipimpin oleh PKI pada tahun 1926-1927 yang bertujuan untuk

menggulingkan kaum imperialis Belanda dan mendirikan kekuasaan rakyat

Indonesia6. Peristiwa ini menyebabkan kandasnya PKI. Namun, para pemimpin

PKI terus berusaha mempertahankan dan membangun kembali organisasi PKI.

Upaya ini berhasil walaupun untuk beberapa waktu PKI harus tumbuh sebagai

organisasi yang illegal.

Pemberontakan PKI tersebut membangunkan semangat kemerdekaan yang

lebih tinggi pada rakyat Indonesia sehingga pada tahun 1928 muncul sebuah

kangres pemuda yang didalam kongres ini menggema sebuah sumpah dari para

pemuda, yaitu ‘Sumpah Pamuda”. Secara tidak langsung PKI juga telah

mendorong Indonesia untuk merdeka karena PKI mengadakan kegiatan berupa

aksi bawah tanah melawan fasisme Jepang. Setelah sekian lama bergerak dalam

status yang illegal, pada tahun 26 April 1946 PKI dimunculkan kembali secara

terbuka7.

PKI merupakan partai komunis yang terbesar di seluruh dunia, di luar

Tiongkok dan Uni Soviet. Hanya dalam kurun waktu lima tahun dalam

kepemimpinan Aidit anggotanya mencapai sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari

pergerakan pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang

mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang

mempunyai 9 juta anggota. Termasuk Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani),

organisasi penulis dan artis serta pergerakan sarjananya, sehingga PKI memiliki

lebih dari 20 juta anggota dan pendukung8. Hal ini terbukti memiliki kesesuaian

dengan gagasan Karl Marx yang menekankan pentingnya peranan kaum buruh

5Sumber : Imam Soedjono, “Yang Berlawanan” (Membongkar Tabir Sejarah pemalsuan PKI), Resist Book, Magelang, 2006, hlm 20.6 Opcit hlm 62.7 Opcit hlm 114.8 Sumber : www.lintasberita.com / diakses pada hari Sabtu, 11 December 2010 (09:09)

4

Page 5: Gerakan 30 September

dalam menyelenggarakan revolusi, serta sesuai juga dengan gagasan Lenin bahwa

kaum tani juga memiliki andil yang penting dalam pergerakan revolusi.

PKI telah tumbuh menjadi partai yang sangat kuat dan tinggi

popularitasnya. Terbukti dengan peningkatan jumlah pemilih yang dilaksaknakan

dengan jujur dan terbuka dalam dua kali pemilu (1955 dan 1957)9. Soekarno

dalam misi revolusinya berusaha untuk berdiri diluar partai, namun juga berusaha

merangkul semua partai untuk melawan agressor asing yang muncul sebagai anti-

Soekarno. Agressor asing tersebut seperti pemberontakan saparatis daerah,

Amerika/CIA yang membantu pihak-pihak anti-Soekarno karena tidak

menghendaki berlanjutnya kepemimpinan Soekarno dan terutama menghilangkan

komunisme yang dianut olehnya. Menurut Amerika hal ini dapat mengancam

kekuasaan negaranya. Menghadapi situasi yang mengancam kepemimpinanya

wajar jika Soekarno mencari “teman” sebagai pendukunganya. “Teman” yang

dirangkul oleh Soekarno adalah PKI yang tentu saja disambut dengan baik oleh

PKI. Alasan mengapa PKI yang ditunjuk sebagai “teman” adalah karena ia

memandang bahwa PKI merupakan partai massa yang besar, organisasinya teratur

serta anggotanya disiplin dan konsekuen terhadap revolusi yang di jalankan oleh

Soekarno.

Mengenai perkembangan PKI yang semakin kuat dan pesat tentu saja

menciptakan keresahan bagi partai lainya. Nasution (Angkatan Darat) dan Hatta

berusaha melakukan likuidasi PKI secara fisik maupun organisasi. Usaha mereka

membuahkan hasil, banyak pimpinan utama dan kader PKI di daerah terbunuh

sehingga organisasi PKI lumpuh, walaupun tidak sampai hancur sama sekali.

Namun demikian, bagaimana pun terncamnya PKI yang ditekan Nasution, PKI

masih dapat menyandarkan diri dan mendapatkan perlindungan dari Soekarno

yang masih memiliki pamor dan otoritas. Hal ini menyebabkan Nasution cs

(Angkatan Darat) perlu berpikir dua kali dalam menindak PKI. Dari sini dapat

terlihat hubungan antara Soekarno,Angkatan Darat, dan PKI serta kekuatan

dibaliknya yang tak terdeteksi.

Pada masa pemerintahan presiden Soekarno sistem yang diterapkan adalah

‘Demokrasi Terpimpin’. Ia mempropagandakan prinsip Nasionalis, Sosialis,

9 Sumber : Imam Soedjono, “Yang Berlawanan” (Membongkar Tabir Sejarah pemalsuan PKI), Resist Book, Magelang, 2006, hlm 278.

5

Page 6: Gerakan 30 September

Komunis (NASAKOM) yang dengan prinsip ini ia menganggap apabila kaum

nasionalis, Islam, Kristen, dan komunis dapat ia lebur jadi satu bangsa, maka akan

tercapai sebuah revolusi nasional untuk Indonesia10.

Sebelumnya, telah beredar isu sakitnya presiden Soekarno yang semakin

parah. Hal ini meningkatkan kasak-kusuk dan isu perebutan kekuasaan apabila

presiden meninggal dunia. Namun menurut Subandrio (menteri luar negeri), dan

Aidit (pimpinan partai PKI) tahu persis bahwa presiden hanya sakit ringan saja,

jadi hal ini bukan merupakan alasan PKI melakukan tindakan tersebut.

Meskipun begitu, isu penurunan kesehatan presiden Soekarno terus

beredar semakin jauh. Kemudian muncul desas-desus adanya suatu Dewan

Jendral yang dibentuk dengan tujuan mengambil kekuasaan presiden yang

dipimpin oleh para Jendral Militer. Untuk mencegah terjadinya kudeta tehadap

Soekarno, dibentuk pula suatu dewan yang terdiri atas para perwira yang juga

masih dari kaum militer.

Malam tanggal 30 September 1965 terjadi sebuah usaha kup dari para

Dewan Perwira ini. Perlawanan yang dilakukan Dewan Perwira awalnya dipicu

kerena kebencian mereka terhadap para jendral yang korupsi, dan memanfaatka

momen tersebut sebagai alasan mencegah penggulingan kekuasaan Soekarno.

Mereka melancarkan serangan kepada para jendral yang dianggap anggota dari

Dewan Jendral. Telah di bentuk beberapa pasukan-pasukan khusus yang

ditugaskan menangkap para jendral ini dalam keadaan hidup atau mati. Pasukan-

pasukan ini telah menyusun rencana yang dianggap matang dalam melancarkan

aksinya. Pasukan-pasukan tersebut antara lain :

1. Pasukan Pasopati, bertugas menculik anggota utama Dewan

Jendral dan dibawa ke Lubang Buaya. Daftar nama siapa anggota

yang akan diculik yaitu : Nasution, A. Yani, Suprapto, Harjono

M.T., S. Parman, D.I. Panjaitan, Sutojo Siswomihardjo, dan A.

Soekendro. Namun pada saat-saat terakhir namanya dicoret karena

sedang berada di luar negeri.

10 Sumber : Lambert J. Giembels, “Peristiwa Fatal di Sekitar Kejatuhan Bung karno”(Pembantaian yang Ditutup-tutupi) diakases pada hari Sabtu, 11 December 2010 (10:10)

6

Page 7: Gerakan 30 September

2. Pasukan Bimasakti, bertugas menguasai Jakarta dan menguasai

tempat-tempat penting. Kota dibagi menjadi enam sector. Tampat

penting yang menjadi sector pertama adalah Lapangan Merdeka

dan sekitarnya, dimana terdapat Istana Presiden di Merdeka Utara,

stasiun radio di Merdeka Barat, dan gedung Telekomunikasi di

Merdeka Selatan.

3. Pasukan Pringgodani, bertugas mengamankan Lubang Buayadan

apabila perlu menjadi pasukan cadangan. Pasukan Pasopati setelah

selesai tugasnya bergabung dengan Pringgodani11.

Pasukan Pasopati yang bertugas menculik para jendral dikumpulkan di

Lubang Buaya pada jam 02.00 dini hari dan mendapat briefing tentang tugasnya.

Mereka dinstruksikan adanya komplotan Dewan Jendral yang dengan bantuan

CIA ingin menggulingkan Soekarno. Oleh karena itu mereka ditugaskan untuk

menyelamatkan presiden dan kekuasaanya. Seluruh operasi dipimpin oleh Lettu

Dul Arief dari Divisi Cakrabirawa. Pasukan dibagi dalam tujuh unit yang tidak

sama besar, dan setiap unit bertugas terhadap satu jendral. Unit yang ditempatkan

terhadap Nasution dan Yani lebih besar karena memiliki penjagaan serta

diperkirakan bahwa mereka akan melakukan perlawanan.

Pada pukul 03.00 persiapan selesai dan pasukan segera menuju target

ooperasi. Kronologi penculikan menunjukkan hasil yaitu, tiga orang Jendral:

Yani, Panjaitan, dan Harjono karena melakukan perlawanan tewas ditembak

ditempat. Tiga orang Jendral: Suprapto, Parman, dan Sutojo berhasil diculik

hidup-hidup. Operasi terhadap Nasution gagal karena Nasution berhasil melarikan

diri. Semenntara pasukan menculik Letnan Tendean ajudan Nasution yang dikira

adalah dirinya dikarenakan keadaan yang gelap saat itu. Dalam penculikan ini

tewas anak bungsu dari Nasution, Ade Irma karena istrinya melakukan

perlawanan.

Semua yang termasuk dalam daftar anggota yang diculik dibawa ke

Lubang Buaya baik hidup atau mati sesuai dengan perintah. Setelah sampai di

11 Sumber : Imam Soedjono, “Yang Berlawanan” (Membongkar Tabir Sejarah pemalsuan PKI), Resist Book, Magelang, 2006, hlm 300.

7

Page 8: Gerakan 30 September

Lubang Buaya, tangkapan yang masih hidup pun ditembak dan semua mayat

dimasukkan ke dalam sumur mati dan ditimbun. Sementara itu di Lapangan

Merdeka selain kesiagaan pasukan Bimasakti, terdapat dua Batalyon yang hadir

dalam rangka mempersiapkan perayaan Hari Angkatan Perang, berdasarkan

panggilan dari pangkostrad pada tanggal 21 September 1965. Selain itu datang

pula memenuhi panggilan dari pangkosrad, Batalyon 328 Para/Siliwangi,

Batalyon 2 kavaleri, dan kesatuan altileri dari Cimahi dengan perlengkapan

tempur ‘siaga satu’. Merupakan sesuatu yang aneh dimana untuk merayakan HUT

Angkatan Darat terdapat pasukan yang sigap dengan siaga satu.

Dilain pihak, malam 30 September ketika para pasukan khusus

direncanakan akan melakukan penculikan, kurang lebih pada pukul delapan

malam Mayor Sujono mendapat perintah dari Brigjen Soepardjo untuk menjemput

Aidit dan Mayjen Pranoto Reksosamudro, Asisten ketiga Pangad ( bagian

personil) di rumah Syam. Namun, hanya Aidit yang dapat ditemukan. Atas

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Aidit di mobil, Sujono menjawab bahwa

mereka akan menuju Halim. Kehadiran Aidit di pangkalan udara Halim pada

malam terjadinya gerakan 30 September telah menimbulkan spekulasi bahwa PKI

terlibat dalam usaha kup tersebut.

Pagi hari tanggal 1 Oktober 1965, sebelumnya Soeharto telah mengetahui

kejadian pada malam hari tersebut. Namun ketika ia sampai di markas Kostrad

dan tiba ditempat sebbelum jam tujuh pagi, ternyata semua perwira yang bertugas

di markas Kostrad tidak mengetahui apa yang telah terjadi pada dini hari tersebut.

Kemudian Soeharto mengambil alih kepemimpinan Angkatan Darat yang

memang biasanya ia dipercayakan oleh Yani untuk menggantikan posisi tersebut

jika Yani berhalangan melaksanakan tugas sebagai pangad, dan jika presiden

memiliki soal dengan AD, harus melewati dia. Soeharto berusaha

menggabungkan seluruh Angkatan Bersenjata dibawah pimpinanya. Hal ini ia

lakukan untuk mengetahui siapa yang “kawan” dan siapa yang “lawan”. Dengan

kekuatan ini ia berusaha menguasai tempat-tempat vital seperti Istana Presiden,

Lapangan Merdeka, stasiun radio dan gedung telekomunikasi.

Di radio atas perintah Soeharto diberitakan peristiwa yang telah terjadi

mengenai penculikan para jenderal, dan penculikan tersebut dimaksudkan untuk

8

Page 9: Gerakan 30 September

mencegah terjadinya penggulingan kekuasaan pada presiden, diberitakan pula

bahwa presiden Soekarno aman di bawah perlindungan Angkatan Bersenjata dan

sekarang sedang berada di MBAD (yang sebenarnya presiden saat itu tidak sedang

berada di markas AD maupun Istana Presiden). Namun selang beberapa jam

kemudian telah disiarkan atas perintah dari Brigjen Sabur yang dilaksanakan

setelah bertemu langsung dengan presiden bahwa “presiden hidup, sehat dan

dalam keadaan aman, tetap memegang penuh pemerintahan dan pengawasan

terhadap seluruh negara”. Bagi orang awam hal ini tentu membingungkan, “siapa”

yang mengendalikan “siapa” dan siapakah yang saat itu sedang berkuasa. Tetapi

bagi Angkatan Darat mereka dapat menagkap jelas apa yang sebenrnya sedang

terjadi.

Beberapa pengamat berpendapat bahwa Gerakan 30 September yang telah

menindak keras pimpinan AD tidak mungkin terjadi tanpa persetujuan presiden.

Pendapat tersebut didasarkan pada perkiraan bahwa Soekarno memiliki

kepentingan untuk melenyapkan Dewan Jendral yang diduga ingin

menggulingkan presiden. Dalam melaksanakan kepentingan ini presiden tidak

mungkin bertindak sendiri, karena itu ia memberikan persetujuan terhadap PKI

dalam manindak Dewan Jendral. Hal ini diperkuat oleh kehadiran Aidit pada

malam 30 September di Lapangan Halim tempat dimana gerakan terjadi. Tentu

saja menurut pandangan ini PKI dan Soekarno merupakan pihak yang paling

bertanggungjawab dalam peristiwa tersebut.

Kemudian muncul pengamat yang berlainan pendapat dengan yang

sebelumnya. Banyak orang ragu mengenai seberapa jauh keterlibatan PKI dalam

gerakan. Bahwa, PKI dan Soekarno lebih merupakan korban daripada sebagai

inisiatif kejadian. Kenyataan yang menyatakan Aidit hadir di Lapangan Halim

yang merupakan lingkungan dari gerakan justru tidak mungkin melakukan aksi-

aksi tersebut karena sama saja “menyodorkan nyawa”, karena jika memang dia

yang memimpin gerakan tidak mungkin ia menampakkan dirinya di tempat yang

fatal tersebut, sehingga melahirkan kecurigaan kedatangannya ke Halim atas

keinginan sendiri atau karena dipaksa (disandera)?

Kemuduan muncul penudingan terhadap “tokoh kunci, manipulator yang

lihai” Syam kamaruzaman. Ia dituding sebagai agen dari angkatan darat didalam

9

Page 10: Gerakan 30 September

tubuh PKI. Tudingan ini juga tidak lepas dari adanya informasi bahwa sejak

tahun 50an Syam menjadi informan KMK (Komando Militer Kota) Jakarta.

Berdasarkan informasi yang demikian, muncul analisa bahwa melalui Syam dinas

intel AD menyebarkan desas-desus tentang kup yang akan menggulingkan

Soekarno dan menghancurkan PKI. Tujuan disebarkanya informasi tersebut

adalah untuk memprovokasi PKI agar melakukan gerakan yang melawan AD.

Dengan demikian, AD memiliki alasan yang kuat untuk memukul dan

menghancurkan fisik PKI. Karena dalam situasi yang demikian, Soekarno dalam

situasi lemah membantu PKI.

Selama ini Syam dikenal sebagai aktivis dari PKI, dan dalam setiap proses

pengadilan, dia selalu menyatakan diri sebagai komunis. Ia selalu mengatakan

bertanggung jawab penuh atas semua yang telah ia lakukan, tetapi selalu

baralaskan bahwa yang ia lakukan mendapat persetujuan penuh dari Aidit.

Sedangkan untuk mensahkan pernyataan itu Aidit sudah tidak ada lagi, karena

ditembak oleh tentara. Ditambah dengan setai pengadilan dan ketiika interogasi, ia

selalu memberikan pernyataan yang memberatkan PKI, yang bertentangan dengan

pernyataan-pernyataan dari aktivis PKI lainya. Jadi jelaslah bahwa sebenarnya

Syam adalah “orang” siapa.

Keadaan yang terjadi setelah peristiwa G30S tersebut menyebar, ditambah

keterngan yang memberatkan PKI yang dilontarkan oleh Syam tersebut terjadi

penumpasan besar-besaran terhadap PKI, kaum komunis dan mereka yang

dinggap komunis hingga tahun 1966. Tidak hanya itu, penguasaan media massa

dan stasiun radio oleh pihak tentara menyebabkan masyarakat berpikir PKI

merupakan pihak yang paling bersalah, serta segala bentuk dari komunis harus

ditumpas.

Pembantaian terjadi di hamper seluru provinsi di Indonesia, diantaranya di

Aceh pada permulaan Oktober12.dalam waktu singkat, beberapa ribu kaum

komunis dan yang dianggap komunis dibunuh, termasuk seluruh anggota

keluarganya bahkan termasuk pembantunnya. Di Jawa Tengah, dua-tiga minggu

setelah 1 Oktober, walikota dan bupati yang sebelumnya di calonkan oleh PKI di

12 Sumber : Imam Soedjono, “Yang Berlawanan” (Membongkar Tabir Sejarah pemalsuan PKI), Resist Book, Magelang, 2006, hlm 316

10

Page 11: Gerakan 30 September

bantai habis13. Pada tanggal 13 Oktober, diadakan secara serempak di kota Blitar,

Kediri, Trenggalek dan beberapa kota lain pembantaian oleh pemuda-pemuda

Anshor14. Mereka menyerbu kantor PKI dan secara terang-terangan akan

memmbunuh para pendukung PKI. Singkatnya, telah terjadi banyak pertumpahan

darah di Indonesia setelah peristiwa G30S. Total korban yang terbunuh adalah

sekitar 500.000 orang dan 300.000 di tahan tanpa diadili15.

BAB III

13 Sumber : Imam Soedjono, “Yang Berlawanan” (Membongkar Tabir Sejarah pemalsuan PKI), Resist Book, Magelang, 2006, hlm 31614 Opcit hlm 318.15 Opcit hlm 321.

11

Page 12: Gerakan 30 September

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Banyak yang dapat diketahui dari kronologi dan penjelasan diatas. Adanya

dua versi yang berbeda mengenai peristiwa tersebut dapat menambah sudut

pandang kita terhadap sejarah. PKI yang juga pernah berjasa terhadap

kemerdekaan Indonesia telah menjadi pihak yang disalah artikan posisinya

sebagai dalan dari pembantaian 6 jendral AD dan I perwira. Pada masa rezim

Soeharto PKI dikatakan telah menganiaya para jendral dengan memotong alat

klamin mereka, mencungkil bola mata, da berbagai penganiayaan kejam lainya.

Sementara telah diakui dari para dokter yang mengotopsi mayat para

jendral tersebut bahwa tidak ada luka penganiayaan apapun yang terdeteksi, yang

ada hanyalah luka yang berbentuk lubang kecil yang dinyatakan adalah luka dari

tembakan peluru. Dokter tersebut mengakui bahwa mereka ditekan untuk

memalsukan dokumen otopsi. Baru setelah jatuhnya rezim Soeharto mereka

berani menyatakan kebenaran.

Sayangnya, penyelidikan mengenai peristiwa ini masih belum tuntas dan

tegas, sehingga luka yang ditorehkan kepada keluarga korban masih belum dapat

disembuhkan. Penyelidikan secara resmi mungkin akan memmperbaiki keyakinan

masyarakat yang selama ini salah menganggap PKI adalah organisasi yang anti-

agama dan pihak kejam dalam pemberontakan 30 September.

DAFTAR PUSTAKA

12

Page 13: Gerakan 30 September

Imam Soedjono, “Yang Berlawanan” (Membongkar Tabir Pemalsuan Sejarah PKI), Resist

Book, Magelang, 2006.

Lambert J. Giembels, “Peristiwa Fatal di Sekitar Kejatuhan Bung karno”(Pembantaian yang

Ditutup-tutupi),

Miriam Budiardjo, “Dasar-dasar Ilmu Politik”, Gramedia, Jakarta, 2009.

www.anachorpedia.com

www.lintasberita.com

13