generasi sehat cerdas.docx

62
Apa itu Generasi ..... ? Kalau kita baca konteks judul diatas generasi berarti penerus, memang benar arti itu namun disini bukan menunjukkan pada koteks skala kecil namun pada konteks yang lebih luas lagi, yaitu genarasi masa depan bangsa. Kalau kita berpikir sejenak untuk apa para pejuang-pejuang kita telah berkorban untuk membela bangsa dan negara dengan menjaga masyarakat Indonesia agar mampu bertumbuh kembang, sehat dan cerdas tidak tertindas dan menjadi bangsa yang bodoh. Untuk lebih jelasnya mari kita simak apa dan bagaimana Generasi itu. Generasi (GSC) merupakan singkatan dari Generasi Sehat dan Cerdas yaitu kegiatan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan sebagai Pilot Project yang secara garis besar menangani masalah IH (Ibu Hamil), Balita dan anak-anak yang terancam putus sekolah. Hal inilah yang mendorong program ini untuk dilaksanakan sesuai dengan pembukaan UUD 45 yang berisi "...... Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial ....". Dengan dilaksanakannya prgram ini diharapkan menekan angka kematian pada ibu hamil, meningkatkan kesejahteraan serta mencerdaskan bangsa. Pada program generasi mencakup 12 capaian indikator untuk mengukur keberhasilan antara lain : 1. Pemeriksaan Ibu Hamil yang diperiksa tenaga medis minimal 4 kali selama masa kehamilan 2. Pemberian Pil Fe (zat besi) sebanyak 90 butir pada ibu hamil selama masa kehamilan

description

tentang kesehatan generasi

Transcript of generasi sehat cerdas.docx

Page 1: generasi sehat cerdas.docx

Apa itu Generasi ..... ?

Kalau kita baca konteks judul diatas generasi berarti penerus, memang benar arti itu namun disini bukan menunjukkan pada koteks skala kecil namun pada konteks yang lebih luas lagi, yaitu genarasi masa depan bangsa.Kalau kita berpikir sejenak untuk apa para pejuang-pejuang kita telah berkorban untuk membela bangsa dan negara dengan menjaga masyarakat Indonesia agar mampu bertumbuh kembang, sehat dan cerdas tidak tertindas dan menjadi bangsa yang bodoh.Untuk lebih jelasnya mari kita simak apa dan bagaimana Generasi itu. Generasi (GSC) merupakan singkatan dari Generasi Sehat dan Cerdas yaitu kegiatan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan sebagai Pilot Project yang secara garis besar menangani masalah IH (Ibu Hamil), Balita dan anak-anak yang terancam putus sekolah. Hal inilah yang mendorong program ini untuk dilaksanakan sesuai dengan pembukaan UUD 45 yang berisi "...... Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial ....".

Dengan dilaksanakannya prgram ini diharapkan menekan angka kematian pada ibu hamil, meningkatkan kesejahteraan serta mencerdaskan bangsa.Pada program generasi mencakup 12 capaian indikator untuk mengukur keberhasilan antara lain :1. Pemeriksaan Ibu Hamil yang diperiksa tenaga medis minimal 4 kali selama masa kehamilan2. Pemberian Pil Fe (zat besi) sebanyak 90 butir pada ibu hamil selama masa kehamilan3. Proses kelahiran yang ditangani tenaga medis4. Jumlah perawatan nifas oleh tenaga medis minimal 2 kali dalam waktu 40 hari persalinan5. Jumlah imunisasi standar secara lengkap untuk bayi < 12 bulan6. Jumlah bayi yang bobotnya selalu naik pada setiap bulannya7. Jumlah Vitamin A yang diberikan kepada anak usia 6 - 59 bulan, 2 kali setahun

8. Jumlah penimbangan balita rutin sebulan sekali9. Pendaftaran anak usia SD/MI

Page 2: generasi sehat cerdas.docx

10. 85% tingkat kehadiran siswa SD/MI11. Pendaftaran anak usia SMP/MTS12. 85% tingkat kehadiran siswa SMP/MTS

Itulah hal yang dilakukan pada program ini, dimana keberhasilan diukur dari capaian 12 indikator tersebut, dengan demikian kegiatan ini senantiasa dipantau terkait pelaksanaannya, diharapkan masyarakat ikut serta dalam pelaksanaan dan menyadari arti penting pelaksanaan program ini bukan semata-mata demi kepentingan program namun kepentingan masyarakat agar menjadi lebih baik.Itulah sekilas cerita tentang generasi, yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan pembangunan bangsa melalui anak-anak bangsa yang sehat dan cerdas.

PNPM Generasi Sehat Dan Cerdas - Mandiri Open Menu

Apa Sih PNPM itu..?

Banyak masyarakat yang bertanya tentang PNPM., soalnya Masyarakat sering bersentuhan langsung dengan Program PNPM baik PNPM Genersai Maupun PNPM Open Menu ( PNPM-MANDIRI PERDESAAN )Pengalaman Saya sebagai Pelaku Desa di PNPM-OP dan PNPM GSC, banyak sekali anggota Masyarakat yang Menanyakan "sebenarnya apa sih Program PNPM itu..??dan kami pelaku desa sebagai "suka relawan yang sedikit agak terpaksa" berusaha menjelaskan semampu kami kepada Masyarakat tentang Program PNPM tersebut..kenapa agak terpaksa..? karena kami dalam sistem yang dijalankan di program PNPM itu kami DIPERDAYAKAN, tapi sebenarnya kami banyak yang merasa DIPERDAYAI, KENAPA..?? karena jika kami pelaku desa dalam PNMP GENERASI MAUPUN MANDIRI, tidak mau menjalankan sesuai aturan dalam PTO Desa kami akan mendapatkan SANKSI PROGRAM PNPM  dan tidak akan mendapatkan Program di tahun berikutnya..Bagi kami sebagai Pelaku desa PNPM Mandiri DAN PNPM GENERASI, itu adalah dilema, kenapa dilema..? solanya kita akan merasa kasihan terhadap Desa kita Desa kami, utamanya masyarakat miskin yang ada di Desa..., Tapi jika kami menjalankan sesuai aturan.. kami tidak dapat mengerjakan pekerjaan sehari hari untuk memenuhi kebutuhan hidup, karena PNPM itu SOSIAL.. tapi yang disayangkan RELAWAN DITUNTUK BEKERJA SECARA PROFESIONAL, dan sebulan Cuma dapat Transport Rp 110.000,-Tapi gak apa apa lah.. biarkan mereka yang Di pusat sibuk dengan korupsinya dan Kita sibuk Mengatur gaji 110.ribu Sebulan Untuk memenuhi kebutuhan kita sebulan.          Alhamdulillah 40% Masyarakat Bisa memahami secara Penuh tentang program dan tujuanya.. yang 60% masyarakat memahami setengan setengah tentang tujuan dan program PNPM itu.., yang Mereka tahu PNPM itu adalah Program pemerintah untuk memberi bantuan kepada masyarakat seperti Program program yang lain..mereka tidak tau kalau PNPM itu Program yang beda dengan Program program lain..apa bedanya..??

Page 3: generasi sehat cerdas.docx

1.pada dasarnaya Program PNPM itu direncananya masyarakat setempat, dikerjakan masyarakat setempat, dan programnya diterima oleh masyarakat setempat juga, 2.Administrasi program sangat lengkap beda dengan Program NON PNPM3.Aliran dana sangat Aman dan terpantau, jadi sangat MINIM terjadi Kebocoran., dana dari Pusat lansung turun ke Desa melalui UPK

Pengertian, Tujuan dan Sasaran PNPM GSC

A. Pengertian PNPM GSC adalah program fasilitasi masyarakat dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan kegiatan peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, serta peningkatan akses pendidikan dasar dan menengah. Sebagai stimulan dalam menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan, program menyediakan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Selain itu, perlu difasilitasi juga munculnya pendanaan dari sumber atau potensi yang ada dimasyarakat sendiri, pemerintah daerah atau dari kelompok peduli lainnya. 

B. Tujuan Tujuan dari program ini adalah : a. Meningkatnya derajat kesehatan ibu dan anak-anak balita. b. Meningkatnya pendidikan anak-anak usia sekolah hingga tamat Sekolah Dasar (SD.MI) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP/MTs)

C. Sasaran Program dan Penerima ManfaatSasaran program ini adalah : 1. Seluruh ibu-ibu yang sedang hamil; 2. Ibu menyusui dan bayinya; 3. Anak-anak balita, serta 4. Anak-anak usia sekolah dasar dan menengah pertama

D. Penerima ManfaatPenerima manfaat program ini adalah anggota masyarakat yang menerima manfaat secara langsung dari Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Penerima manfaat Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) diutamakan bagi mereka yang termasuk dalam kelompok rumah tangga miskin dan yang selama ini belum mendapatkan pelayanan kesehatan ibu-anak dan pendidikan dasar.

Page 4: generasi sehat cerdas.docx

Masalah Kurang Gizi di IndonesiaShare on facebook Share on twitter Share on email More Sharing Services

Masalah Kurang  Gizi di Indonesia

Masalah kurang gizi di Indonesia merupakan suatu permasalahan dimana tubuh kekurangan suatu unsur kimia yang diperlukan untuk melakukan akitvitas, memelihara dan meningkatkan kesehatan tubuh yang unsur atau zat tersebut terdapat didalam makanan yang sekarang banyak terjadi di Indonesia. Karena factor ekonomi juga mengakibatkan masalah kurang gizi sehingga menimbulkan berbagai gangguan kesehatan dan berbagai penyakit berbahaya lainnya. Apalagi Indonesia saat ini telah menyandang peringkat ke lima negara kurang gizi sedunia .

Sejauh ini permasalahan gizi  di Indonesia ada dua jenis. Pertama, masalah gizi makro dimana disimpulkan dalam bentuk gizi kurang atau gizi lebih. Masalah gizi makro lebih ditekankan pada kekurangan konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat dan protein yang mengakibatkan komplikasi terhadap kesehatan dan yang kedua masalah gizi mikro yang berupa kekurangan gizi. Zat gizi yang dikelompokkan dalam masalah gizi mikro seperti kekurangan vitamin, mineral, air yang merupakan zat gizi pembangun dan sumber aktivitas sel-sel tubuh.

Golongan yang rawan terhadap masalah kurang gizi di Indoneisa seperti balita, anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui. Anak-anak yang kekurangan gizi akan mengalami berbagai gangguan seperti dalam hal pertumbuhan fisik, mental, dan intelektual yang mengkibatkan meningkatnya angka kematian dan berkurangnya kemampuan belajar, serta daya imun tubuh terhadap berbagai penyakit dan produktivitas bekerja. Kekurangan gizi pada ibu hamil dan menyusui berdampak buruk seperti catat pada janin karena pertumbuhan janin tidak sempurna bahkan kematian pada ibu dan anak, serta anak yang dilahirkan rentan teradap penyakit.

Masalah kurang gizi di Indonesia harus segera ditanggulangi dengan pendekatan khusus seperti memberikan edukasi tentang pengetahuan akan gizi kepada orang tua sehingga dapat membudidayakan bahan pangan bergizi seta dapat mengolahnya dengan baik tanpa merusak kandungan gizi pada pangan dan saat memberi makan pangan tersebut pada anak sehinnga dapat memenuhi gizi sehari-hari anak. Selain itu juga memberikan edukasi gizi pangan sehat tetapi kembali kepada kesadaran pada masyarakat itu sendiri dalam meningkatkan kesejateraan dan generasi muda yang sehat.

Penanggulangan gizi buruk di Indonesia

Banyak factor yang mempengaruhi gizi buruk ini seperti tingkat pendidikan kemiskinan, ketersediaan pangan, transportasi, adat istiadat, dan lain sebgainya. Masalah gizi buruk apabila tidak ditangani dengan serius maka akan berdampak buruk terhadap kelanjutan generasi di Indonesia. Dengan adanya perubahan cara pandang masyarakat akan lebih baik dalam mendukung perbaikan masalah gizi buruk di Indonesia maka perlu ditinjau pada objek yang

Page 5: generasi sehat cerdas.docx

menjadi permasalahan gizi buruk ini agar dapat mencapai jalan keluar secara optimal dan efektif. Masalah kurang gizi di Indonesia dpat diselesaikan dengan adanya keselarasan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah. Di samping peran pemerintah dalam pengawasan dan pendanaan, peran daerah juga penting dalam melaksanakan program gizi dan pangan.

Pemerintah Republik Indonesia dalam menangani masalah kurang gizi di Indonesia melalui pemanfaatan Posyandu, meningkatkan partisipasi masyarakat memantau pertumbuhan dan kebutuhan gizi anak balita, meningkatkat kemampuan petugas-petugas kesehatan, meningkatkan keluarga sadar akan gizi serta memberi supplement makanan tambahan, MP ASI dan pemberian vitamin A, membuat kerjasama lintas sektoral dan kemitraan serta melanjutkan kembali Sistem Kewaspadaan Dini Gizi Buruk. Selain itu dalam mengatasi masalah gizi buruk di Indonesia perlu dilakukan intervensi dalam cakupan investasi di bidang kesehatan, pendidikan dan social terutama bagi kelompok yang beresiko tinggi terkena gizi buruk.

Ada beberapa intervensi yang dapat dilakukan pada ibu dan anak seperti intervensi terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping (MP-ASI), perilaku hidup bersih dan sehat serta pemantauan berat badan secara teratur, pemberian supplement mikro tambahan dalam hal asupan vitamin A, pil FE, garam beryodium, pemulihan terhadap gizi anak dalam keluarga yang kurang gizi, pemberian makanan tambahan pada ibu hamil. Sementara itu program Direktorat Bina Gizi Masyarakat pada Kementrian Kesehatan telah mengeluarkan suplemen taburia yang mengandung viatamin A, B, D, serta unsure seng yodium dan zat besi yang dapat meningkatkan nafsu makan pada balita dan mencegah anemia pada balita mencakup wilayah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, NTB, NTT, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan

Peran Keluarga, Lembaga Pendidikan dan MasyarakatPosted on 6 Mei 2011 by martaforihsan

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANGTingkat kemajuan pendidikan suatu bangsa dapat mencerminkan tingkat kemajuan suatu negara, hal ini dimungkinkan karena pendidikan masih diyakini sebagai mesin pencetak intelektual anak bangsa yang handal dan cerdas, ilmiah dan bertanggungjjawab dan juga dengan pendidikan dapat meningkatkan sosial-ekonomi dimasyarakat, serta dapat mengeluarkan kita dari kemiskinan.Bagaimanakah pendidikan dapat berjalan efektif? Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang didalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, keluarga dan sosial masyarakat. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami apa yang mempengaruhi efektifitas pendidikan, terutama terhadap pendidikan anak sebagai peserta didik.

Page 6: generasi sehat cerdas.docx

Dalam membentuk pendidikan anak ada 3 (tiga) peran utama yang mempengaruhi, yaitu; peran keluarga, peran sekolah sebagai lembaga pendidikan, dan sosial masyarakat. Dalam hal ini dikenal dengan Tripusat Pendidikan.Pada lingkup keluarga peran orang tua terhadap pendidikan masih sangat dominan, orang tua yang melatih dan memberi petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan, sampai anak menjadi dewasa dan mandiri. Dahulu pada masyarakat tradisional, kehidupan dan masa depan anak tidak jauh berbeda dengan kehidupan orang tuanya.Tetapi pada masyarakat modern saat ini, pendidikan yang semula menjadi dominasi dan tanggung jawab keluarga, kini mulai diambil alih oleh sekolah atau lembaga pendidikan baik yang formal, informal maupun non formal. Otoritas orang tua dibagi dengan orang lain disekolah terutama guru atau wali kelas.Dalam iklim keterbukaan dan masyarakat demokratis sekarang membawa perubahan sifat hubungan orang tua dengan anaknya dikeluarga. Dan juga perubahan hubungan guru dengan siswanya disekolah, serta perubahan tingkah laku anak dimasyarakat. Dengan kata lain terdapat peran yang saling mempengaruhi diantara ketiganya “Tripusat Pendidikan” .Karena hal diatas maka disusunlah makalah ini dengan judul: PERAN KELUARGA, LEMBAGA PENDIDIKAN DAN SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN ANAK.

1.2. RUMUSAN MASALAHAnak sebagai generasi penerus bangsa adalah penting untuk memperhatikan pendidikan mereka. Adalah tanggungjawab semua pihak dalam mengawal dan mengawasi proses pendidikan mereka agar berjalan dengan baik, lancar dan bergerak menuju cita-cita bersama yang tertuang dalam tujuan pendidikan.Oleh karena itu dari permasalahan diatas didapat rumusan berikut;1. Bagaimana peran keluarga terutama orang tua dalam pendidikan anak2. Sejauh mana peran sekolah sebagai lembaga pendidikan membina dan mencetak anak-anak yang siap untuk menjadi pemangku estafet penerus bangsa3. Dan peran serta sosial masyarakat dalam mengawasi dan keterlibatannya dalam proses pendidikan anak.

BAB IIPEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas tentang rumusan masalah yang ada, yaitu peran keluarga, peran lembaga pendidikan dan sosial masyarakat ;

2.1. PERAN KELUARGA2.1.1. PERAN ORANG TUA DALAM KELUARGAPeran orang tua dikeluarga bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap dan keterampilan dasar seperti; pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan-peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan. (Idris dan Jamal; 1992)Dr. M. J. Langeveld, mengemukakan bahwa pendidikan merupakan salah satu kewajiban pertama bagi orang tua, dan negara menyediakan alat yang diperlukan untuk melaksanakan kewajiban orang tua terhadap anak.

Page 7: generasi sehat cerdas.docx

Hal diatas menjelaskan tentang tanggung jawab oarng tua dalam menanamkan dasar-dasar sikap dan prilaku anak yang baik sebagai dasar pendidikan anak sebelum di berikan kepada orang lain dalam baik dalam sekolah sebagai lembaga pendidikan atau sosial masyarakat. Atau tahapan pendidikan prasekolah.Orang tua harus mengetahui dan memahami perkembangan anak, yang meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah/jenjang.

2.1.2. KELUARGA SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN KARAKTER ANAKKeluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan anak dan perkembangannya. Menurut Resolusi Mejelis Umum PBB, fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan mengsosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan pribadi dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluargha sejahtera.Dalam keluarga harus diefektifkan fungsi departemen kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan. Tanamkan dalam diri mereka kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan menguasai kemampuan-kemampuan dasar. Jangan tidak atau gagal, karena jika demikian maka akan sulit sekali bagi institusi lain untuk memperbaiki kegagalannya. Karena kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya anak atau masyarakat yang berkarakter buruk atau tidak berkarakter. Oelh karena itu setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak dirumah.

2.1.3. PEMBINAAN KARAKTER ANAKMengasuh adalah mendidik dan memelihara anak, mengurus makan, minum, pakaian dan keberhasilannya dari periode awal hingga dewasa.Berbagai pola asuh orang tua dapat mempengaruhi kreatifitas anak, antara lain; lingkungan fisik, lingkungan sosial, pendidikan internal dan eksternal. Intensitas kebutuhan anak mendapat bantuan dari orang tua bagi kepemilikan dan pengembangan dasar-dasar kreatifitas diri, menunjukkan adanya kebutuhan internal, yaitu manakala anak masih membutuhkan banyak bantuan dari orang tua untuk memiliki dan mengembanghkan dasar-dasar kreatifitas diri (berdasarkan naluri, nalar dan kata hati).Dari hasil penelitian, bahwa bila orang tua berperan dalam pendidikan, anak-anak menunjukkan peningkatan prestasi belajar, diikuti dengan perbaikan sikap, stabilitas sosio-emosional, kedisiplinan serta aspirasi anak untuk belajar sampai jenjang paling tinggi, bahkan akan membantu anak ketika ia telah bekerja dan berkeluarga.

2.1.4. POLA ASUHKeberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebijakan pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis, serta norma-norma yang berlaku di masyarakat, agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya.Beberapa macam contoh pola asuh:1). Pola Asuh Otoriter, mempunyai ciri-ciri:- kekuasaan orang tua dominan

Page 8: generasi sehat cerdas.docx

- anak tidak diakui sebagai pribadi- kontrol terhadap tingkah laku anak sangat ketat- orang tua menghukum anak jika tidak patuh

2). Pola Asuh Demokratis, mempunyai ciri-ciri:- kerjasama antara orang tua dan anak- anak diakui sebagai pribadi- ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua- kontrol orang tua tidak kaku

3). Pola Asuh Permisif, mempunyai ciri-ciri:- dominasi oleh anak- sikap longgar atau dapat kebebasan dari orang tua- kontrol dan perhatian orang tua sangat kurang.

Pola asuh orang tua terhadap anak memegang peranan penting dalam pembentukkan karakter anak, artinya jenis pola asuh yang diterapkan orang tua menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak.

2.1.5. KESALAHAN POLA ASUHKesalahan dalam pengasuhan anak akan berakibat pada kegagalan dalam pembentukkan karakter yang baik. Beberapa kesalahan orang tua dalam mendidik anak dapat mempengaruhi kecerdasan emosi anak, diantaranya;• Orang tua kurang menunjukkan ekspresi kasih sayang baik secara verbal maupun fisik• Kurang meluangkan waktu untuk anak• Orang tua bersikap kasar secara verbal, misalnya; menyindir anak, mengecilkan anak dan berkata kasar• Bersikap kasar secara fisik, misalnya ; memukul, mencubit, atau memberikan hukuman badannya lainnya.• Orang tua terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini.• Orang tua tidak menanamkan karakter yang baik pada anak.

Dampak salah asuh diatas menimbulkan anak mempunyai masalah kepribadian atau kecerdasan emosi yang rendah, seperti ; anak menjadi tak acuh, tidak menerima persahabatan, rasa tidak percaya pada orang lain, berprilaku agresif, menjadi minder, emosi tidak stabil, selalu berpandangan negatif, dll.

2.2. PERAN SEKOLAH SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN2.2.1. FUNGSI LEMBAGA PENDIDIKANLembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi strategis untuk mencapaitujuan pendidikan yang sesungguhnya. Berdasarkan Teori Harton dan Hunt,lembaga pendidikan memiliki dua fungsi, yakni fungsi manifest dan fungsi latenpendidikan.a. Fungsi ManifestFungsi manifest pendidikan merupakan fungsi yang dipandang dandiharapkan akan dipenuhi oleh lembaga itu sendiri, yaitu menyangkut:

Page 9: generasi sehat cerdas.docx

1) Transmisi kebudayaan.Transmisi kebudayaan masyarakat kepada anak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a) Transmisi pengetahuan dan keterampilan. b) Transmisi sikap, nilai-nilai, dan norma-norma.Pertama, transmisi pengetahuan ini mencakup tentang pengetahuan bahasa, sistem matematika, pengetahuan alam dan sosial, penemuan-penemuan teknologi, dan lain sebagainya. Pengertian transmisi kebudayaan tidak hanya terbatas pada mengajarkan bagaimana dengan proses belajar, melainkan bagaimana menemukan sesuatu yang baru. Di sekolah, tidak hanya pengetahuandan keterampilan saja yang diberikan melainkan lebih dari itu, transmisi ini juga mengajarkan, mengenalkan tentang bagaimana bersikap, bagaimana apresiasi terhadap nilai dan norma sosial.Kedua, Transmisi sikap, nilai-nilai, dan norma itu dipelajari secara formal melalui situasi formal di kelas melalui contoh-contoh isi cerita buku buku bacaan, sikap dan keteladanan guru, dan kreativitas dalam kelas. Melalui pelajaran Sosiologi misalnya, dengan mempelajari nilai dan norma yang ada di masyarakat, berarti telah terjadi transmisi kebudayaan.

2) Memilih dan mengajarkan peranan sosial.Memilih dan Mengajarkan Peranan Sosial Dalam kondisi masyarakat yang bagaimanapun bentuknya, akan mengenal adanya deferensiasi dan spesialisasi dalam pekerjaan. Perkembangan dan perubahan masyarakat yang disertai dengan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya spesialisasi dalam pekerjaan. Menghasilkan tenaga kerja yang berspesialisasi merupakan tugas dari sekolah sebagai lembaga pendidikan profesional.

3) Integrasi sosial.Integrasi Sosial Dalam masyarakat yang kompleks dan memiliki heterogenitas dan pluralistik, integrasi sosial merupakan fungsi yang terpenting.Bangsa kita yang terdiri dari bermacam agama, kebudayaan berbeda,serta adat-istiadat yang berbeda pula, menuntut adanya fungsi manifest pendidikan. Dalam keadaan yang demikian, bahaya disintegrasi akan muncul setiap saat dan setiap waktu. Untuk mengukuhkan integrasi bangsa, maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut.(a) Sekolah perlu mengajarkan bahasa nasional, yaitu bahasaIndonesia. Dengan bahasa nasional, maka setiap orang akan berkomunikasi dan berinteraksi dengan mudah antara suku-suku yang berbeda dalam masyarakat. Dengan demikian, bahasa nasional berfungsi sebagai bahasa pemersatu bangsa.(b) Sekolah mengajarkan pengalaman-pengalaman yang mendidik kepada peserta didik melalui pengembangan kurikulum, buku buku pelajaran, dan buku bacaan di sekolah. Pengalaman langsung akan sangat membantu peserta didik dalam meresapi arti penting pendidikan, sehingga pada gilirannya dapat diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.(c) Sekolah mengajarkan kepada peserta didik corak kepribadian nasional melalui pelajaran Sosiologi, Sejarah, Geografi Nasional,upacara-upacara peringatan momen bersejarah, dan peringatan hari-hari besar nasional.(d) Sekolah harus mengajarkan sikap bela negara, patriotisme, dan nasionalisme melalui pengajaran yang strategis, seperti pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Sejarah, dan pelajaran-pelajaran lain yang elevan.

4) Inovasi sosial.Inovasi Sosial Dengan adanya pendidikan dan pelatihan melalui kegiatanpenelitian, diharapkan akan mampu menemukan sesuatu yang baru untuk pembaharuan dalam

Page 10: generasi sehat cerdas.docx

masyarakat, baik inovasi dalam lapangan dan teknologi, kemajuan ilmu pengetahuan, maupun dinamika kehidupan masyarakat. Fungsi ini akan tampak menonjol pada perguruan tinggi melalui kegiatan penelitian. Namun demikian, di kalangan peserta didik atau sekolah juga kegiatan penelitian sangat terbuka lebar dalam rangka proses inovasi sosial. Inovasi sosial tidak mengharuskan pada masalah-masalah yang besar, melainkan juga dapat dilakukan terhadap masalah-masalah yang konkret, yang ada dalam lingkungan sekitar kita.

5) Perkembangan kepribadian anak.Perkembangan Kepribadian Anak Pendidikan sekolah tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan mempengaruhi perkembangan intelek anak saja, melainkan juga harus memperhatikan perkembangan watak anak melalui latihan kebiasaan dan tata tertib, pendidikan agama, dan budi pekerti. Kepribadian anak dapat dibangun melalui lembaga pendidikan. Hal demikian diperlukan mengingat anak atau peserta didik merupakan individu yang sedang berkembang, sehingga perlu ada pengendali atau pengarahan dari orang lain. Tanpa adanya arahan yang baik, maka perkembangan kepribadian anak tidak akan normal

6) Memberi landasan penilaian dan pemahaman status relatif.Memberi Landasan Penilaian dan Pemahaman Status Relatif untuk melakukan suatu interaksi, individu harus menempatkan diri pada suatu posisi tertentu dalam masyarakat. Dalam setiap pergaulan, agar seseorang dapat menempati posisinya, ia harus memiliki landasan penilaian dan pemahaman tentang status atau kedudukan anggota masyarakat yang ada. Misalnya, seseorang yang akan mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat setidaknya harus memahami siapa yang dihadapinya, apakah pelajar, mahasiswa, pegawai, pejabat negara, pedagang, atau petani.. Tumbuhnya penyesuaian diri ini disebabkan oleh keinginan anggota masyarakat untuk saling mempengaruhi. Seseorang yang memiliki pemikiran yang luas, ia akan menyadari bahwa pemenuhan kebutuhan dirinya tidakdapat dipenuhi sendiri melainkan dipengaruhi oleh orang lain yang ada di sekelilinginya. Dengan memahami posisi dirinya dalam masyarakat, maka manusia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Fungsi manifest ini merupakan fungsi langsung yang tampak dan dapat dirasakan kegunaannya oleh masyarakat. Beberapa fungsi manifest ini dapat dilihat pada:a) Membantu orang untuk mempertahankan kehidupannya.b) Menjadikan orang mampu mengembangkan potensinya, baik dalam rangka membangun dirinya maupun masyarakat.c) Melestarikan kebudayaan melalui regenerasi.d) Mengembangkan pola pikir rasional.e) Mengembangkan sikap kritis dan tanggap terhadap situasi.f) Membangun sikap demokratis.g) Membangun intelektual dan mentalitas.h) Membangun kemampuan adaptasi.i) Menumbuhkan sikap nasionalisme.j) Memupuk rasa persatuan dan kesatuan.k) Membentuk integritas dan kepribadian.

2.3. PERAN SOSIAL MASYARAKATPendidikan adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah, orangtua, dan masyarakat. Tanpa

Page 11: generasi sehat cerdas.docx

dukungan masyarakat, pendidikan tidak akan berhasil dengan maksimal. Sekarang hampir semua sekolah telah mempunyai komite sekolah yang merupakan wakil masyarakat dalam membantu sekolah, sebab masyarakat dari berbagai lapisan sosial ekonomi sudah sadar betapa pentingnya dukungan mereka untuk keberhasilan pembelajaran di sekolah.Sebetulnya banyak sekali jenis-jenis dukungan masyarakat pada sekolah. Namun sampai sekarang dukungan tersebut lebih banyak pada bidang fisik dan materi, seperti membantu pembangunan gedung, merehab sekolah, memperbaiki genting, dan lain sebagainya. Masyarakat juga dapat membantu dalam bidang teknis edukatif antara lain menjadi guru bantu, sumber informasi lain, guru pengganti, mengajar kebudayaan setempat, ketrampilan tertentu, atau sebagai pengajar tradisi tertentu. Namun demikian, hal tersebut belumlah terwujud karena berbagai alasan.Pada dasarnya masyarakat baik yang mampu maupun yang tidak mampu, golongan atas, menengah maupun yang bawah, memiliki potensi yang sama dalam membantu sekolah yang memberikan pembelajaran bagi anak-anak mereka. Akan tetapi hal ini bergantung pada bagaimana cara sekolah mendekati masyarakat tersebut. Oleh karena itu, sekolah harus memahami cara mendorong peran serta masyarakat agar mereka mau membantu sekolah.

2.3.1. PERLUNYA PERAN SERTA MASYARAKAT (PSM)Mengapa PSM itu perlu?• Pendidikan adalah tanggungjawab bersama keluarga, masyarakat, dan negara;• Keluarga bertanggungjawab untuk mendidik moralitas/agama, menyekolahkan anaknya, serta membiayai keperluan pendidikan anaknya;• Anak berada di sekolah antara 6-9 jam, selebihnya berada di luar sekolah (rumah dan lingkungannya). Dengan demikian, tugas keluarga amat penting untuk menjaga dan mendidik anaknya;• Pendidikan adalah investasi masa depan anak. Oleh karena itu, memerlukan biaya, tenaga dan perhatian. Keberatankah orang tua membayar SPP yang sifatnya bulanan, sedang mereka saja tidak berat untuk membeli rokok setiap hari? Mungkinkah anak menjadi pandai tanpa biaya? Harusnya kita sadar, kita sedang memasuki era globalisasi, dan jika anak kita tidak terdidik, kita akan kalah bersaing dengan bangsa lain.• Anak perempuan perlu mendapat pendidikan setinggi anak laki-laki mengingat mereka akan menjadi ibu dari bayi-bayinya. Ibu lebih dekat kepada anak dan mendidik anak perlu pengetahuan yang memadai agar anak tidak salah asuhan/didik;• Masyarakat berhak dan berkewajiban untuk mendapatkan dan mendukung pendidikan yang baik. Kewajiban mereka tidak sebatas pada bantuan dana, lebih dari itu juga pemikiran dan gagasan;• Pemerintah berkewajiban membuat gedung sekolah, menyediakan tenaga/guru, melakukan standarisasi kurikulum, menjamin kualitas buku paket, alat peraga, dan lain sebagainya. Karena kemampuan pemerintah terbatas, maka peran serta masyarakat sangat diperlukan;• Kemampuan pemerintah terbatas sehingga mungkin tidak mampu untuk mengetahui secara rinci nuansa perbedaan di masyarakat yang berpengaruh pada bidang pendidikan. Jadi masyarakat berkewajiban membantu penyelenggaraan pendidikan;• Masyarakat dapat terlibat dalam memberikan bantuan dana, pembuatan gedung, lokal, pagar, dan lain sebagainya. Masyarakat juga dapat terlibat dalam bidang teknis edukatif.• Idealnya sekolah bertanggungjawab kepada pemerintah dan juga kepada masyarakat sekitarnya;• Bantuan teknis edukatif juga sangat mungkin diberikan, seperti: menyediakan diri menjadi

Page 12: generasi sehat cerdas.docx

tenaga pengajar, membantu anak berkesulitan membaca, menentukan dan memelihara guru baru yang mempunyai kualifikasi, serta membicarakan pelaksanaan kurikulum dan kemajuan belajar.

2.3.2. JENIS- JENIS PSMAda bermacam-macam tingkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan. Peran serta tersebut dapat diklasifikasikan dalam 7 tingkatan, yang dimulai dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi. Tingkatan tersebut terinci sebagai berikut:1. Peran serta dengan menggunakan jasa yang tersedia. Jenis PSM ini merupakan jenis paling umum. Masyarakat hanya memanfaatkan jasa sekolah dengan memasukkan anak ke sekolah;2. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga. Masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah dengan menyumbangkan dana, barang dan atau tenaga;3. Peran serta secara pasif. Artinya menyetujui dan menerima apa yang diputuskan oleh sekolah (komite sekolah), misalnya komite sekolah memutuskan agar orang tua membayar iuran bagi anaknya yang bersekolah dan orangtua menerima keputusan tersebut dengan mematuhinya;4. Peran serta melalui adanya konsultasi. Orangtua datang ke sekolah untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang dialami anaknya;5. Peran serta dalam pelayanan. Orang tua/masyarakat terlibat dalam kegiatan sekolah, misalnya orangtua ikut membantu sekolah ketika ada studi banding, kegiatan pramuka, kegiatan keagamaan, dan lain sebagainya;6. Peran serta sebagai pelaksana kegiatan yang didelegasikan/dilimpahkan. Misalnya, sekolah meminta orangtua/masyarakat untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan, masalah gender, gizi dan lain sebagainya.7. Peran serta dalam pengambilan keputusan. orangtua/masyarakat terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan (baik akademis maupun non akademis) dan ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam rencana pengembangan sekolah.

2.3.3. PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAHMenuju Otonomi pada Tingkat Sekolah; Pemberdayaan Komite Sekolah sebagi Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan “Komite sekolah/Madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan”. (Pasal 56, ayat 3 UU Nomor 20 Tahun 2003)Paradigma MBS beranggapan bahwa, satu-satunya jalan masuk yang terdekat menuju peningkatan mutu dan relevansi adalah demokratisasi, partisipasi, dan akuntabilitas pendidikan. Kepala sekolah, guru, dan masyarakat adalah pelaku utama dan terdepan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah sehingga segala keputusan mengenai penanganan persoalan pendidikan pada tingkatan mikro harus dihasilkan dari interaksi dari ketiga pihak tersebut. Masyarakat adalah stakeholder pendidikan yang memiliki kepentingan akan berhasilan pendidikan di sekolah, karena mereka adalah pembayar pendidikan, baik melalui uang sekolah maupun pajak, sehingga sekolah-sekolah seharusnya bertanggungjawab terhadap masyarakat.Namun demikian, entitas yang disebut “masyarakat” itu sangat kompleks dan tak berbatas (borderless) sehingga sangat sulit bagi sekolah untuk berinteraksi dengan masyarakat sebagai stakeholder pendidikan. Untuk penyelenggaraan pendidikan di sekolah, konsep masyarakat itu perlu disederhanakan (simplified) agar menjadi mudah bagi sekolah melakukan hubungan dengan masyarakat itu.

Page 13: generasi sehat cerdas.docx

Penyederhanaan konsep masyarakat itu dilakukan melalui “perwakilan” fungsi stakeholder, dengan jalan membentuk Komite Sekolah (KS) pada setiap sekolah dan Dewan Pendidikan (DP) di setiap kabupaten/kota. DP-KS sedapat mungkin bisa merepresentasikan keragaman yang ada agar benar-benar dapat mewakili masyarakat. Dengan demikian, interaksi antara sekolah dan masyarakat dapat diwujudkan melalui mekanisme pengambilan keputusan antara sekolah-sekolah dengan Komite Sekolah, dan interaksi antara para pejabat pendidikan di pemerintah kabupaten/kota dengan Dewan Pendidikan. Bukti tanggungjawab masyarakat terhadap pendidikan diwujudkan dalam fungsi yang melekat pada DP dan KS, yaitu fungsi pemberi pertimbangan dalam pengambilan keputusan, fungsi kontrol dan akuntabilitas publik, fungsi pendukungan (supports), serta fungsi mediator antara sekolah dengan masyarakat yang diwakilinya.Kemandirian setiap satuan pendidikan adalah salah satu sasaran dari kebijakan desentralisasi pendidikan sehingga sekolah-sekolah menjadi lembaga yang otonom dengan sendirinya. Namun tentu saja, pergeseran menuju sekolah-sekolah yang otonom adalah jalan panjang sehingga memerlukan berbagai kajian serta perencanaan yang hati-hati dan mendalam. Jalan panjang ini tidak selalu mulus, tetapi akan menempuh jalan terjal yang penuh dengan onak dan duri. Orang bisa saja mengatakan bahwa paradigma baru untuk mewujudkan pengelolaan pendidikan yang demokratis dan partisipatif, tidak dapat dilaksanakan di dalam suatu lingkungan birokrasi yang tidak demokratis. Namun, pengembangan demokratisasi pendidikan tidak harus menunggu birokrasinya menjadi demokratis dulu, tetapi harus dilakukan secara simultan dengan konsep yang jelas dan transparans.Pelaksanaan desentralisasi pendidikan sebaiknya tidak dilakukan melalui suatu mekanisme penyerahan “kekuasaan birokrasi” dari pusat ke daerah, karena kekuasaan telah terbukti gagal dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu. Melalui strategi “desentralisasi pemerintahan di bidang pendidikan”, Depdiknas tidak hanya berkepentingan dalam mengembangkan kabupaten/kota dalam mengelola pendidikan, tetapi juga berkepentingan dsalam mewujudkan otonomi satuan pendidikan, Depdiknas memiliki keleluasaan untuk membangun kapasitas setiap penyelenggara pendidikan, yaitu sekolah-sekolah. MBS mengembangkan satuan-satuan pendidikan secara otonom karena mereka adalah pihak yang paling mengetahui operasional pendidikan.Sesuai dengan strategi ini sekolah bukan bawahan dari birokrasi pemerintah daerah, tetapi sebagai lembaga profesional yang bertanggung jawab terhadap klien atau stakeholder yang diwakili oleh Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tidak diukur dari pendapat para birokrat, tetapi dari kepuasan masyarakat atau stakeholder.Fungsi pemerintah adalah fasilitator untuk mendorong sekolah-sekolah agar berkembang menjadi lembaga profesional dan otonom sehingga mutu pelayanan mereka memberi kepuasan terhadap komunitas basisnya, yaitu masyarakat.Perlu juga difahami bahwa pengembangan paradigma MBS, bukanlah kelanjutan apalagi “kemasan baru” dari Badan Pembantu Pelaksanaan Pendidikan (BP3). Adalah keliru jika DP dan KS adalah alat untuk “penarikan iuran”, karena “penarikan iuran” yang dilakukan oleh BP3 terbukti tidak berhasil memobilisasi partisipasi dan tanggungjawab masyarakat. Tetapi yang harus lebih difahami adalah fungsi Dewan dan Komite sebagai jembatan antara sekolah dan masyarakat. Sekolah yang hanya terbatas personalianya, akan sangat dibantu jika dibuka kesempatan bagi masyarakat luas untuk ikut memikirkan pendidikan di sekolah-sekolah. Sekolah yang sangat tertutup bagi kontribusi pemikiran dari masyarakat harus kita akhiri, dan dengan MBS, dibuka kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk ikut serta memikirkan

Page 14: generasi sehat cerdas.docx

pendidikan di sekolah. Dengan konsep MBS, masyarakat akan merasa memiliki dan mereka akan merasa tanggungjawab untuk keberhasilan pendidikan di dalamnya. Jika ini dapat diwujudkan, jangankan “iuran” bahkan apapun yang mereka miliki (uang, barang, tenaga, fikiran bahkan kesempatan) akan mereka abdikan untuk kepentingan pendidikan anak-anak bangsa yang berlangsung di sekolah-sekolah.Pemberdayaan Komite Sekolah Desentralisasi pendidikan di tingkat sekolah merupakan satu bentuk desentraliasasi yang langsung sampai ke ujung tombak pendidikan di lapangan. Jika kantor cabang dinas pendidikan kecamatan, dan dinas pendidikan kabupaten/kota lebih memiliki peran sebagai failitator dalam proses pembinaan, pengarahan, pemantauan dan penilaian, maka sekolah seharusnya diberikan peran nyata dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Hal ini disebabkan karena proses interaksi edukatif di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan yang sebenarnya. Oleh karena itu, bentuk desentralisasi pendidikan yang paling mendasar adalah yang dilaksanakan oleh sekolah, dengan menggunakan Komite Sekolah sebagai wadah pemberdayaan peran serta masyarakat, dan dengan menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) sebagai proses pelaksanaan layanan pendidikan secara nyata di dalam masyarakat.Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004, dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat perlu dibentuk Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota, dan Komite Sekolah di tingkat satuan pendidikan. Amanat rakyat ini sejalan dengan konsepsi desentralisasi pendidikan, baik di tingkat kabupaten/kota maupun di tingkat sekolah. Amanat rakyat dalam undang-undang tersebut telah ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Dalam Kepmendiknas tersebut disebutkan bahwa peran yang harus diemban Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah adalah (1) sebagai advisory agency (pemberi pertimbangan), (2) supporting agency (pendukung kegiatan layanan pendidikan), (3) controlling agency (pengontrol kegiatan layanan pendidikan), dan (4) mediator atau penghubung atau pengait tali komunikasi antara masyarakat dengan pemerintahUntuk dapat memberdayakan dan meningkatkan peran masyarakat, sekolah harus dapat membina kerjasama dengan orangtua dan masyarakat, menciptakan suasa kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik dan warga sekolah. Itulah sebabnya maka paradigma MBS mengandung makna sebagai manajemen partisipatif yang melibatkan peran serta masyarakat, sehingga semua kebijakan dan keputusan yang diambil adalah kebijakan dan keputusan bersama, untuk mencapai keberhasilan bersama. Dengan demikian, prinsip kemandirian dalam MBS adalah kemandirian dalam nuansa kebersamaan, dan hal ini merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip yang disebut sebagai total quality management, melalui suatu mekanisme yang dikenal dengan konsepsi total football dengan menekankan pada mobilisasi kekuatan secara sinergis yang mengarah pada satu tujuan, yaitu peningkatan mutu dan kesesuaian pendidikan dengan pengembangan masyarakat.Pertama, Penyusunan Rencana dan Program; sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan, sekolah bertanggungjawab dalam menentukan kebijakan sekolah dalam melaksanakan kebijakan pendidikan sesuai dengan arah kebijakan pendidikan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Sebagai penyelenggara dan pelaksana kebijakan pendidikan nasional, sekolah-sekolah bertugas untuk menjabarkan kebijakan pendidikan nasional menjadi program-program operasional penyelenggaraan pendidikan di masing-masing sekolah. Program-program tersebut terdiri dari penyusunan dan pelaksanaan rencana kegiatan mingguan, bulanan, semesteran serta tahunan yang sesuai dengan arah kebijakan serta kurikulum yang telah ditetapkan baik pada tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten/kota. Setiap rencana dan program

Page 15: generasi sehat cerdas.docx

yang disusun serta dilaksanakan di sekolah harus mengacu pada standar pelayanan minimum (SPM) yang diterapkan untuk pemerintahan kabupaten/kota serta standar teknis yang diterapkan untuk masing-masing satuan pendidikan. Untuk dapat memerankan fungsi ini, Komite Sekolah menjadi “pendamping” bahkan “penyeimbang” bagi sekolah-sekolah, sehingga setiap rencana dan program yang disusun oleh sekolah dapat diberikan masukan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat yang diwakili oleh Komite sekolah dimaksud. Atas nama masyarakat yang diwakilinya, Komite Sekolah dapat menyatakan “setuju” atau “tidak setuju” terhadap rencana dan program pendidikan yang disusun oleh sekolah.Selain melaksanakan kurikulum yang telah ditetapkan dari pusat, propinsi dan kabupaten.kota, sekolah-sekolah dapat juga menyusun program pendidikan life skills yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pada masyarakat sekitar. Dalam penyusunan program pendidikan “life skills”, Komite Sekolah dapat membantu sekolah-sekolah untuk mengumpulkan fakta-fakta mengenai kebutuhan serta potensi sumberdaya yang tersedia di dalam masyarakat untuk diterjemahkan ke dalam program pendidikan “life skills” yang dapat dilaksanakan oleh sekolah. Mekanisme yang mungkin dapat dilakukan adalah melalui rapat Komite Sekolah dengan sekolah yang dilaksanakan setiap semester atau tahunan, untuk menyusun, memperbaiki serta menyesuaikan rencana dan program untuk semester berikutnya.Kedua, Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS); dalam fungsinya sebagai pelaksana pendidikan yang otonom, sekolah berperan dalam menyusun RAPBS setiap akhir tahun ajaran untuk digunakan dalam tahun ajaran berikutnya. Program-program yang sudah dirumuskan untuk satu semester atau satu tahun ajaran kedepan perlu dituangkan ke dalam kegiatan-kegiatan serta anggarannya masing-masing sesuai dengn pos-pos pengeluaran pendidikan di tingkat sekolah. Dari sisi pendapatan, seluruh jenis dan sumber pendapatan yang diperoleh sekolah setiap tahun harus dituangkan dalam RAPBS, baik yang bersumber dari pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten/kecamatan, maupun sumber-sumber lain yang diperoleh secara langsung oleh sekolah-sekolah. Dengan demikian, setiap rupiah yang diperoleh sekolah dari sumber-sumber tersebut harus sepenuhnya diperhitungkan sebagai pendapatan resmi sekolah dan diketahui bersama baik oleh pihak sekolah (kepala sekolah, guru-guru, pegawai, serta para siswa) maupun oleh Komite Sekolah sebagai wakil stakeholder pendidikan.Dari sisi belanja sekolah, seluruh jenis pengeluaran untuk kegiatan pendidikan di sekolah harus diketahui bersama baik oleh pihak sekolah maupun oleh pihak Komite Sekolah, sesuai dengan rencana dan program yang telah disusun bersama oleh kedua pihak tersebut. Kedua sisi anggaran tersebut dituangkan ke dalam suatu neraca tahunan sekolah yang disebut dengan RAPBS yang harus disyahkan atas dasar persetujuan bersama antara pihak sekolah dan Komite Sekolah yang ditandatangani oleh kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah, sehingga menjadi APBS pendidikan di tingkat sekolah yang resmi. Mekanisme ini diperlukan untuk memperkecil penyalahgunaan baik dalam pendapatan maupun dalam pengeluaran sekolah, sehingga anggaran resmi pendidikan di sekolah menjadi bertambah serta pendayagunaannya semakin efisien.Ketiga, pelaksanaan program pendidikan; sistem pendidikan pada masa orde baru, pelaksanaan pendidikan secara langsung dikendalikan oleh sistem birokrasi dengan mata rantai yang panjang sejak tingkat pusat, daerah bahkan sampai tingkat satuan pendidikan. Pada waktu itu sekolah-sekolah adalah bagian dari sistem birokrasi yang haru tunduk terhadap ketentuan birokrasi. Pengaturan penyelenggaraan pendidikan pada masa birokrasi dilakukan secara uniform (one fits for all) atau dilakukan secara baku dengan pangaturan dari pusat, sejak perencanaan pendidikan, pelaksanaan pendidikan di sekolah termasuk persiapan mengajar, metodologi dan pendekatan

Page 16: generasi sehat cerdas.docx

mengajar, buku dan sarana pendidikan, sampai kepada penilaian pendidikan.Dengan kata lain, kepada sekolah-sekolah tidak diberikan kesempatan untuk mengurus dan mengatur dirinya sendiri dalam pelaksanaan pendidikan. Kepala sekolah tidak diberikan kesempatan untuk mengambil keputusan mereka sendiri dalam mengelola sistem pendidikan untuk memecahkan berbagai permasalahan pendidikan yang sesuai dengan kondisi sekolahnya masing-masing. Kepada guru-guru juga tidak diberikan kesempatan untuk berinisiatif atau berinovasi dalam melaksanakan pengajaran atau mengelola kegiatan belajar murid secara maksimal karena metoda mengajar dan teknik evaluasi juga diatur secara langsung melalui juklak dan juknis yang dibuat dari pusat.Dalam masa desentralisasi pendidikan ke depan, melalui paradigma MBS sekolah-sekolah diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengurus dan mengatur pelaksanaan pendikdikan pada masing-masing sekolah. Pelaksanaan pendidikan di sekolah-sekolah dalam tempat yang berlainan dimungkinkan untuk menggunakan sistem dan pendekatan pembelajaran yang berlainan. Kepala sekolah diberikan keleluasaan untuk mengelola pendidikan dengan jalan mengadakan serta memanfaatkan sumber-sumberdaya pendidikan sendiri-sendiri asalkan sesuai dengan kebijakan dan standar yang ditetapkan oleh pusat. Oleh karena karakteristik setiap murid juga berbeda-beda secara individual, maka pendekatan pembelajaran juga dimungkinkan berbeda untuk masing-masing murid yang berlainan.Dalam keadaan seperti itu, maka Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah akan dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai penunjang dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang sejalan dengan kondisi dan permasalahan lingkungan masing-masing sekolah. Komite sekolah dapat melaksanakan fungsinya sebagai partner dari kepala sekolah dalam mengadakan sumber-sumberdaya pendidikan dalam rangka melaksanakan pengelolaan pendidikan yang dapat memberikan fasilitasi bagi guru-guru dan murid untuk belajar sebanyak munghkin, sehingga pembelajaran menjadi semakin efektif. Komite Sekolah bisa ikut serta untuk meneliti dan berbagai permasalahan belajar yang dihadapi oleh murid secara kelompok maupun secara individual sehingga dapat membantu guru-guru untuk menerapkan pendekatan belajar yang tepat bagi murid-muridnya.Dewan Pendidikan pada setiap Kabupaten/Kota dapat melaksanakan program pendukungan dalam bentuk studi atau penelitian terhadap berbagai permasalahan pendidikan di sekolah-sekolah agar dapat memberikan masukan kepada Dinas Kabupaten/Kota untuk menerapkan suatu kebijakan yang tepat dan kena sasaran. Dewan Pendidikan juga dapat memberikan penilaian kepada berbagai kebijakan pendidikan yang diterapkan terutama menyangkut berbagai dampak yang sudah atau mungkin terjadi dalam penerapaan suatu kebijakan baru.Keempat, akuntabilitas pendidikan, dalam masa orde baru, satu-satunya pihak yang berwenang untuk meminta pertanggungjawaban pendidikan ke sekolah-sekolah adalah pemerintah pusat. Pada waktu itu, pemerintah pusat telah menempatkan “kaki tangan”nya di seluruh pelosok tanah air melalui pemeriksa, pengawas atau para penilik sekolah untuk mengawasi dan meminta pertanggungjawaban sekolah-sekolah menganai proses pendidikan yang berkangsung di sekolah-sekolah. Jika terdapat “penyimpangan adminisgtratif” yang dilakukan oleh kepala sekolah atau guru-guru, maka kepada mereka diberikan sanksi administratif, seperti teguran resmi, penilaian melalui DPK, penundaan kenaikan gaji berkala, penundaan kenaikan pangkat dsan sejenisnya. Namun, penilalaian tersebut lebih banyak diberikan terhadap proses administrasi pendidikan dan hampir tidak pernah ada sanksi (punishment) atau “ganjaran” (rewards) kepada guru-guru atau kepala sekolah atas dasar hasil-hasil yang dicapai dalam pembelajaran murid atau lulusan.Dalam era demokrasi dan partisipasi, akuntabilitas pendidikan tidak hanya terletak pada

Page 17: generasi sehat cerdas.docx

pemerintah, tetapi bahkan harus lebih banyak pada masyarakat sebagai stakeholder pendidikan.Dewan Pendidikan pada tingkat Kabupaten/Kota perlu menempatkan fungsinya sebagai wakil dari masyarakat untuk meminta pertanggungjawaban atas hasil-hasil pendidikan dalam mencapai prestasi belajar murid-murid pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dewan Pendidikan perlu diberikan kesempatan untuk menyampaikan masukan bahkan “protes” kepada Dinas Pendidikan jika hasil-hasil pendidikannya tidak memuaskan masyarakat sebagai klien pendidikan. Sama halnya, Komite Sekolah dapat menyampaikan ketidakpuasan para orangtua murid akan rendahnya prestasi yang dicapai oleh suatu sekolah. Dewan Pendidikan atau Komite Sekolah tidak perlu melaksanakan kegiatan studi atau penilaian pendidikan, tetapi cukup dengan menggunakan data-data yang tersedia atau hasil-hasil penilaian yang sudah ada sebagai bahan untuk menyampaikan kepuasan atau ketidakpuasan masyarakat terhadap Dinas Pendidikan atau kepada masing-masing sekolah. Dengan demikian, diperlukan suatu mekanisme akuntabilitas pendidikan yang dibentuk melalui suatu Peraturan Daerah di bidang pendidikan.

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULANPendidikan anak adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah, orangtua, dan masyarakat. Tanpa dukungan masyarakat, pendidikan tidak akan berhasil dengan maksimal. Kontribusi dalam perannya masing-masing harus serasi dan harmonis. Ketiga nya di kenal dengan tripusat pendidikan.Anak adalah generasi penerus bangsa yang harus mendapatkan pembinaan dan pendidikan yang layak, pemerintah harus memberikan fasilitas pendidikan kepada warga negaranya dengan harga yang terjangkau atau gratis, orang tua dalam keluarga mempersiapkan anak-anaknya untuk pendidikan pra sekolah sebagai dasar untuk memasuki lingkungan sekolah dan juga lingkungan diluar sekolah atau masayarakat. Pola asuh dalam keluarga sangat menentukan sikap mental dan karakter anak selanjutnya.Peran Serta Masyarakat (PSM) dalam pendidikan sangat erat berkaitan dengan pengubahan cara pandang masyarakat terhadap pendidikan. Banyak jenis-jenis peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan, diantaranya; keterlibatan dalam komite sekolah, memberikan kontribusi dana, bahan dan tenaga, dan sebagainya.

3.2. SARANDalam menjalankan keharmonisan dan keselarasan tripusat pendidikan, harus bebas dari segala aspek yang dapat menggangu merusak keadaan, seperti kepentingan tertentu, sikap egoisme pribadi atau golongan, ras suka dan agama, bahkan kepentingan politik sekalipun.Fokus pada tujuan yang sama dan kesepakatan awal yaitu demi peningkatan dan kemajuan pendidikan secara umum, dan pendidikan anak secara khusus.

Page 18: generasi sehat cerdas.docx

PERANAN AHLI GIZI DALAM MENANGANI KETAHANAN MUTU PANGAN PADA JAJANAN ANAK SEKOLAH DI INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahPangan dan gizi merupakan unsur yang sangat penting dalam peningkatan produktivitas nasional

dan perbaikan kualitas hidup penduduk. Penyediaan pangan harus memenuhi kebutuhan gizi, keamanan

pangan dan terjangkau seluruh individu setiap saat. 1[1]Ketahanan pangan dan perbaikan gizi

merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu, jika kita membahas mengenai ketahanan pangan, kita juga

harus membicarakan perbaikan gizi, begitu pula sebaliknya.

Dalam hal ini masih banyak masalahnya yang berkaitan dengan adanya masalah ketahanan mutu

pangan di Indonesia yang belum terselesaikan bahkan masalah yang ditimbulkan semakin banyak dan

tidak terduga. Hal ini menunjukkan bahwa masalah yang terjadi dinegara yang berkembang sulit

dinetralisir sehingga sulitnya menjadi Negara berkembang menjadi Negara yang maju. Sbenarnya ini

tidak luput dari masayarakatnya sendiri yang menjalankan peran tersebut untuk menyelesaikan masalah

ini maupun masyarakat yang akhirnya sebagai pelaku dalam masalah ini. Masalah yang kompleks sering

terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah masalah adanya penggunaan Bahan Tambahan Pangan Yang

dilarang oleh pemerintah pada jajanan anak sekolah.

Keberadaan jajanan anak sekolah kini menjadi perhatian publik menyusul banyaknya makanan dan

minuman ringan yang tidak layak dikonsumsi. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah

mencanangkan Gerakan Jajanan Sehat dan Bersih (Eksposnews, 2011).2[2]Masalah jajanan anak sekolah

tampaknya hanya masalah kecil, namun dampaknya besar terhadap kelangsungan generasi bangsa

dimasa depan karena resiko kesehatan yang ditimbulkan akibat jajanan yang tidak aman dan tidak

bermutu sehingga sangat penting untuk menjadikan gerakan jajanan anak sekolah yang aman, bergizi

1

2

Page 19: generasi sehat cerdas.docx

dan bermutu sebagai gerakan bersama seluruh komponen bangsa menurut Boediono 3[3](2011 dalam

Suara Pembaharuan, 2011).

Anak–anak di zaman sekarang terutama anak–anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD),

lebih menyukai jajanan di lingkungan sekolah daripada yang disediakan orangtuanya di rumah. Makanan

yang baik untuk dikonsumsi anak usia 7- 12 tahun yaitu dengan cakupan 1100 sampai 2500 kilo kalori

dimana makanan yang sehat itu tidak harus mahal, tetapi juga harus mengandung asupan gizi yang

sesuai. Anak akan merasa ngantuk, tidak konsentrasi dalam belajar sehingga si anak menjadi malas bila

zat gizi tidak terpenuhi 4[4](Medan Bisnis, 2011).

Makanan jajanan merupakan alternatif dalam memenuhi kebutuhan pangan, namun banyak

terdapat permasalahan mengenai perilaku yaitu pengetahuan dan praktek keamanan pangan yang

meliputi higiene, penanganan dan penyimpanan makanan dan minuman, sarana dan prasarana, serta

pengendalian hama, sanitasi tempat dan peralatan. Permasalahan tersebut bisa diakibatkan oleh

kurangnya perhatian dari pihak sekolah. Penerapan kebijakan keamanan pangan sekolah sangat

mempengaruhi dalam mengurangi bahaya kesehatan terhadap anak sekolah akibat makanan yang tidak

sehat dan aman. Dengan demikian, untuk mengetahui sejauh mana faktor-faktor tersebut dapat

mempengaruhi praktek keamanan pangan pengelola kantin dan penjaja PJAS, perlu diketahui penerapan

kebijakan keamanan pangan dan hubungannya dengan perilaku pada pengelola kantin dan penjaja PJAS

yang ada di Indonesia.

Pada hakikatnya ketahanan pangan sering dikaitkan dengan kemajuan ilmu dan teknologi pangan

berkembang dengan pesat yang bukan hanya berdampak positif tetapi juga negatif. Dampak positifnya

adalah menghasilkan peningkatan kuantitas dan kualitas pangan, lebih higienis, serta lebih ekonomis

dan praktis. Sedangkan dampak negatifnya adalah penggunaan zat adiktif dapat membahayakan

kesehatan konsumen dan makanan yang dihasilkan banyak mengandung residu pestisida serta obat

hewan.

Kita bisa melihat adanya keterkaitan pasal UUD 45 pada masalah ini, dalam hal ini sudah dijelaskan

bahwa dalam mencapai tujuan nasional agar tercapainya keamanan dan kesejahteraan bagi seluruh

rakyak Indonesia, yang menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintahan Negara. Suatu rumusan Tujuan

Nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD RI 1945, ialah membentuk suatu

3

4

Page 20: generasi sehat cerdas.docx

“Pemerintahan Negara” yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.5

[5] Dalam rangka pencapaian Tujuan Nasional diperlukan Ketahanan nasional, yaitu suatu kondisi

dinamik kehidupan Nasional yang terintegrasi yang harus diwujudkan pada saat, yang mampu

menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan. Dan untuk

mewujudkan Ketahanan Nasional, diperlukan pengaturan dan penyelenggaraan keamanan dan

kesejahteraan secara seimbang serasi dan selaras, yang dilaksanakan melalui Pembangunan Nasioanal

dan Pembangunan Daerah sebagai integral dari Pembagunan Nasional. Dengan kata lain pada saati ini

menyelesaikan masalah keamanan harus dipikirkan masalah kesejahteraan, demikian pula sebaliknya.

Ketahan pangan yang ada di Indonesia masih harus diperbaiki dan ditingkatkan lagi untuk

mensejahterakan masyarakatnya dalam hal pangan. Tidak luputnya kesejahteraan dengan

perekonomian ini adalah sebagai ujung tombaknya suatu tujuan Negara dalam membangun Negara

yang maju. Peran penting masyarakat yang berdampingan dengan pemerintah memiliki dampak yang

senantiasa menjadikan maslah yang ada terselesaikan oleh karena itu tidak luputnya penyelesaian yang

ada karena adanya kerjasama antara satu sama lain dengan individu yang menjalankannya. Sudah

dijelaskan bahwa pada pembukaan UUD 1945 yang memaparka Tujuan Nasional yang berkaitan dengan

ketahanan pangan yang ada di Negara kita ini menunjukkan bahwa kita sebagai penghuninya berhak

menanggani masalah yang ada agar Negara kita semakain menjadi Negara yang lebih berkembang dan

maju.

Keterkaitan pembukaan UUD 1945 dengan ketahanan pangan dan masalah yang ditimbulkan

dinegara kita ini berkaitan erat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1996 yang dijelaskan pada

pasal 1. Tidak hanya itu terbentuknya peraturan pemerintah yang dilandasi dengan adanya

Pembuakaaan UUD 1945 ini membuktikan bahwa UUD 45 adalah sebagai cerminan bahwa UUD 45

hanya sebagai acuan dan pedoman yang belum terspesifik dan akhirnya dapat dikembangkan dalam

peraturan pemerintah sebagai peganggan kita untuk melihat peraturan-peraturan yang sudah dituliskan

dalam peraturan pemerintah. Dalam hal ini kita bisa melihat begitu sangat terperincinya peraturan

pemerintah yang telah dibuat tentang pangan itu sendiri yang tercantum pada Peraturan Pemerintah No

7 tahun 1996.

5

Page 21: generasi sehat cerdas.docx

Didalam peraturan pemerintah ini menjelaskan sedetail-detailnya tentang pearaturan pangan dari

segi ketahan, mutu dan penggunaan bahan pangan. Dalam pasal 10 hingga 13 dijelaskan tentang Bahan

Tambahan Pangan. Pasal ini sebagai acuan kita untuk membahas masalah yang ada pada jajanan anak

sekolah yang masih tercemar dengan penggunaan BTP yang dilarang, BTP yang dilarang seharusnya

tidak digunakan kedalam pangan karena dapat membahayakan manusia dalam kesehatan fisik dan

mental. Maka dari itu adanya pearaturan pemerintah yang melarang adanya penggunanaan BTP yang

dilarang untuk pangan agar oknum yang masih menggunakan BTP yang dilarang kedalam makanan akan

ditindak lanjuti dalam hal pemberian sanksi.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka untuk lebih memfokuskan

penelitian ini rumusan masalah yang akan dibahas oleh penulis adalah:

1. Mengapa produsen makanan masih menggunakan bahan pangan tambahan pangan yang dilarang oleh

pemerintah pada jajanan anak sekolah?

2. Apakah kebijakan pemerintah terhadap kasus pangan jajanan anak sekolah?

3. Bagaimana tanggapan masyarakat dan pemeritah dalam menanggapi kasus jajanan anak sekolah?

4. Bagaimana Peran Ahli Pangan dalam Ketahanan dan Keamanan Pangan yang ada di Indonesia ?

1.3 TujuanMenganalisa masalah ketahanan mutu pangan tentang penyalahgunaan bahan tambahan pangan

pada jajanan anak sekolah dengan berlandaskan pasal-pasal UUD 1945.

Page 22: generasi sehat cerdas.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Maraknya Penggunaan BTP Berbahaya yang Dilarang oleh Pemerintah.Ketahanan mutu pangan yang ada di Indonesia harus sering diperhatikan dalam masalah yang

ada di Indonesia sekarang ini apalagi masalah pangan di Indonesia semakin lama semakin saja tidak

terselesaikan dalam hal gizi buruk maupun adanya oknum yang memcampur bahan yang berbahaya

kedalam makanan yang harusnya aman dikonsumsi oleh masyarakat. Seharusnya oknum yang yang

melakukan hal ini memikirkan resiko yang dilakukannya itu salah bahkan berdampak buruk bagi

kelangsungan hidup orang banyak. Padahal Indonesia adalah Negara yang berkembang dan memiliki

banyak sumberdaya alam melimpah tetapi masih saja disalahguanakan oleh masyarakat yang tidak

bertanggung jawab. Sehingga banyaknya korban yang seharusnya hidup aman dan sejahtera tapi malah

mengalami dampak yang tidak dikehendaki. Masalah seperti ini masih banyak saja ada di Indonesia

dengan seiring nya era globalisasi yang ada dan teknologi yang canggih. Padahal Negara kita Negara

berkembang yang harus dilakukannya perubaha-perubahan yang meningkatkan kesejahteraan dan

perekonomian bangsa. Tetapi terkadang masih ada segelintir orang yang tidak mematuhi peraturan

yang sudah ada sehingga dampaknya bisa berakibat fatal.

Dalam hal ini selain tentang membahas ketahan dan mutunya kita juga akan mengupas tentang

gizi yang ada di Indonesia. Oleh karena itu biasanya ilmu gizi yang berkaitan dengan kesehatan

masyarakat yang disebut Gizi kesehatan masyarakat (Public Health Nutrition) Yaitu Gizi Masyarakat

berkaitan dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat, oleh sebab itu sifatnya lebih ditekankan

pada pencegahan (preventif) dan peningkatan (promotif) . Termasuk juga tentang Bahan Tambahan

makanan ( Pewarna, penyedap dan bahan-bahan kontaminan lainnya6[6].

Pada pembukaan UUD RI 1945 dijelaskan bahwa mencapai suatu Tujuan Nasinal sebaiknya

didukung oleh masyarakat itu sendiri beserta fasilitas yang ada dalam hal teknologi dan sumber daya

yang ada. Kita bisa melihat adanya keterkaitan pasal UUD 45 pada masalah ini, bahwa dalam mencapai

tujuan nasional agar tercapainya keamanan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyak Indonesia, yang

menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintahan Negara. Suatu rumusan Tujuan Nasional sebagaimana

6

Page 23: generasi sehat cerdas.docx

diamanatkan dalam Pembukaan UUD RI 1945, ialah membentuk suatu “Pemerintahan Negara” yang

melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan

kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial7[7]. Dalam rangka pencapaian Tujuan

Nasional diperlukan Ketahanan Nasional, yaitu suatu kondisi dinamik kehidupan Nasional yang

terintegrasi yang harus diwujudkan pada saat, yang mampu menghadapi dan mengatasi segala

tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan. Dan untuk mewujudkan Ketahanan Nasional, diperlukan

pengaturan dan penyelenggaraan keamanan dan kesejahteraan secara seimbang serasi dan selaras,

yang dilaksanakan melalui Pembangunan Nasioanal dan Pembangunan Daerah sebagai integral dari

Pembagunan Nasional. Dengan kata lain pada saati ini menyelesaikan masalah keamanan harus

dipikirkan masalah kesejahteraan, demikian pula sebaliknya. Dalam memperbaiki dan mepertahankan

ketahanan mutu pangan yang sudah ada ataupun sudah rusak sebaiknya kesadaran dari setiap

individunya bisa mengatasi hal tersebut. Masalah pangan di Indonesia selalu saja menjadi masalah yang

utama di Negara Indonesia sejak dulu, perlunya suatu pencapaian bersama dalam meningkatkan dan

memperbaiki masalah pangan yang sudah ada di Indonesia.

Dilihat dari perkembangan zaman yang semakin lama semakin modern sesuai dengan eranya.

Perubahan yang semakin kompleks terjadi dikarenakan adanya pengetahuan dan teknologi yang

semakin berkembang. Tetapi terkadang sering disalahartikan dan disalahgunakan dalam

perkembangannya. Dari segi perekonomian yang berkembang di Indonesia terlihat bahwa semakin hari

Indonesia semakin terpuruk saja maka dari itu banyak oknum-oknum nakal dan tidak bertanggung

jawab. Masalah yang sering terjadi adalah digunakannya bahan berbahaya lain selain bahan tambahan

pangan yang dapat membahayakan kesehatan dan menyebabkan kematian dengan jangka waktu

panjang.

Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam makanan terutama makanan olahan itu

merupakan hal yang tidak dapat dihimdari lagi (Zuraidah, 2007). 8[8]Sejak pertengahan abad ke-20, BTP

khususnya bahn pengawet semakin sering digunakan dalam produksi pangan.hal ini seiring dengan

kemajuan teknologi produksi bahan tambahan pangan sintesis (Cahyadi, 2009). 9[9]Adapun jenis-jenis

7

8

9

Page 24: generasi sehat cerdas.docx

BTP yang digunakan oleh para produsen makanan diantaranya ada bahan pengawet, pewarna,

penyedap, pemanis, pemutih, pengental dan lain-lain (Yuliarti, 2007).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988

tanggal 22 September 1988 terdapat beberapa jenis bahan tambahan pangan yang dilarang

penggunaannya. Beberapa BTP yang dimaksud yaitu asam borat dan senyawanya, asam salisilat dan

garamnay, dietilpilokarbonat, dulsin, kalium klorat, kloramfenikol, minyak nabati yang dibrominasi,

nitrofurazon dan formalin (Saparinto & Hidayati, 2006).10[10] Diantara BTP yang dilarang tersebut, yang

paling sering digunakan adalah formalin dan boraks.

Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1168/Menkes/Per/X/1999 BTP yang diizinkan diantaranya antioksidan, antikempal, pengatur keasaman,

pemanis buatan, pemutih dan pematang tepung, pengemulsi, pemantap dan pengental, pengawet,

pengeras, pewarna, penyedap rasa dan aroma, penguat rasa dan sekuestran.

Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10 – 40% dari formaldehida. Fungsi

formalin yang sebenarnya adalah sebagai antiseptok, germisida dan pengawet non makanan (Yuliarti,

2007). 11[11]Akan tetapi, formalin digunakan secara luas di masyarakat pada berbagai bahan pangan

untuk memperpanjang umur simpan bahan pangan. Masyarakat pengguna formalin ini sebagian telah

mengetahui fungsi formalin, tetapi tidak tahu dampak konsumennya terhadap kesehatan (Zuraidah,

2007). Adapun dampak formalin terhadap kesehatan dapat berupa dampak akut maupun kronik. Efek

jangka pendeknya antara lain berupa iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah, pusing, dan rasa

terbakar pada tenggorokan. Jika dikonsumsi secara terus-menerus dalam jangka waktu lama, dapat

menyebabkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan saraf pusat dan ginjal

(Cahanar & Suhanda, 2006). 12[12]

Masalah yang kami bahas disini adalah penggunaan bahan tambahan pangan yang terdapat

didalam makanan jajanan anak sekolah. Jenis makanan atau minuman yang disukai anak-anak adalah

makanan yang mempunyai rasa manis, enak dan dengan warna-warni yang menarik dan bertekstur

lembut. Jenis makanan seperti coklat, permen, jeli, biskuit dan makanan ringan merupakan produk

10

11

12

Page 25: generasi sehat cerdas.docx

makanan favorit bagi sebagian besar anak-anak. Untuk kelompok produk minuman yakni minuman yang

berwarna-warni, minuman jeli, es susu, minuman ringan dan lain-lain. (Nurani, 2007).

Makanan jaringan yang terlalu sering dan menjadi kebiasaan akan berakibat negatif, antara lain

nafsu makan menurun, timbulnya berbagai penyakit, kurangnya kandungan gizi hingga mengakibtakan

keracunan. Hal ini diakibatkan dari bahan tambahan pangan yang berlebih serta aktivitas

mikroorganisme. Kesadaran produsen akan pentingnya kesehatan para konsumen kurang diperhatikan,

hal ini banyak disebabkan oleh beberapa faktor yang mendorong produsen menggunakan bahan

tambaha pangan yang dilarang oleh pemerintah.

Tersirat dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 tujuan bangsa Indonesia adalah untuk

mensejahterakan kehidupan bangsa, maka dengan itu pelanggaran seperti ini harus segera diatasi,

karena dengan produsen menggunakan bahan tambahan pangan yang terlalu berlebihan dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat sekitar. Banyak faktor yang menyebabkan produsen

makanan menggunakan BTP yang dilarang oleh pemerintah, diantaranya yaitu produsen tidak mampu

membeli BTP yang diizinkan sesuai peraturan pemerintah karena faktor ekonomi yang dialami oleh para

produsen, pengetahuan produsen yang kurang akan BTP yang diizinkan pemerintah, kesadaran

produsen dan masyarakat akan dampak kesehatan yang ditimbulkan dari penggunaan BTP yang dilarang

serta sanksi yang kurag tegas dari pemerintah yang kurang diterapkan kepada produsen makanan yang

melanggar peraturan. Faktor yang paling mendorong produsen untuk menggunkan bahan tambahan

pangan adalah pengetahuan gizi dan pola pikir masyarakat sekarang. Pengetahuan gizi seseorang dapat

diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal. Pendidikan formal ialah melalui kurikulum yang

diterapkan di sekolah, dicirikan dengan adanya tingkatan kronologis, keterampilan, dan pengetahuan,

tetapi terselenggara setiap saat di lingkungan sekitar manusia (Sukandar, 2009).

2.2 Kebijakan Pemerintah Dalam Menanggani Kasus Jajanan Anak Sekolah.Kasus jajanan anak sekolah pada dewasa ini sudah beredar dimana-mana. Hal ini jelas

mengkhawatirkan keadaan ketahanan pangan di Indonesia yang dari tahun ketahun terlihat

penurunannya. Dalam kasus ini pemerintah harus lebih memperhatikan kondisi pangan di Indonesia.

Kebanyakan kasus yang terjadi pada pangan jajanan anak sekolah adalah pemberian bahan tambahan

pangan yang melebihi dosisnya. Hal ini telah di jelaskan pada uu no 7 tahun 1996 pasal 10 tentang

bahan tambahan pangan. Namun kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya pedagang dalam

pemberian bahan tambahan pangan yang dilarang oleh pemerintah ataupun pemberian bahan

tambahan pangan melebihi dosisnya menjadi salah satu masalah yang harus di perhatikan oleh

Page 26: generasi sehat cerdas.docx

pemerintah13[13]. Karena pangan sangat penting bagi pertumbuhan , pemeliharaan dan peningkatan

derajat kesehatan, serta kecerdasan masyarakat untuk melaksanakan pembangunan nasional, sebagai

mana di amanatkan dalam pembukaan undang-undang dasar 1945.

Dalam mewujudkan ketahanan pangan, perlu dilaksanakan perumusan kebijakan, evaluasi dan

pengendalian ketahanan pangan secara terpadu. Untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut yang

dilaksanakan oleh instansi terkait, perlu dilakukan dengan berkoordinasi melalui Dewan ketahanan

Pangan yang dibentuk di tingkat pusat,provinsi dan kabupaten/kota.

Dengan adanya Dewan Ketahanan Pangan dapat membantu pemerintah untuk

mengimplementasikan kebijakan kebijakan berdasarkan undang undang 1945. Pada dasarnya

pembuatan undang undang no 7 tahun 1996 sama sama masih mengacu kepada pembukaan undang

undang dasar 194514[14].

Jajanan anak sekolah memang sangat terjangkau bagi anak-anak karena beberapa hal yang

mendukung sehingga anak lebih cenderung mengkonsumsi jajanan di area sekitar sekolahnya. Namun

seharusnya sebagai orang tua harus memberi “more attention” kepada anak-anaknya untuk tidak

mengkonsumsi jajanan anak sekolah. Banyak kasus dan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dalam

jajanan sekolah banyak mengandung bakteri yang berbahaya bagi kesehatan anak-anak. Selain cemaran

mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah

penggunaan bahan tambahan illegal seperti boraks (pengempal yang mengandung logam berat Boron),

formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil), dan

methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil).

Selain masalah BTP, perilaku penjaja PJAS juga menjadi masalah yang perlu diperhatikan.

Masalah yang sering timbul mulai dari proses persiapan, pengolahan dan pada saat penyajian makanan

dilokasi jualan. Selain itu juga kebiasaan penjual makanan jajanan yang patut mendapat perhatian

adalah penggunaan bahan tambahan non pangan seperti pemanis, pewarna, pengeras dan lain-lain yang

digunakan hampir pada setiap makanan. (Fardiaz & Fardiaz 1994). Monitoring dan Verifikasi Profil

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional tahun 2008 yang dilakukan oleh SEAFAST dan

13

14

Page 27: generasi sehat cerdas.docx

Badan POM RI mengungkapkan bahwa >70% penjaja PJAS menerapkan praktek keamanan pangan yang

kurang baik termasuk higiene dari penjaja PJAS (Andarwulan, Madanijah, Zulaikhah 2009). 15[15]

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak mengkonsumsi pangan jajanan anak sekolah

diantaranya :

1. Para orang tua cenderung kurang dalam mengawasi perilaku anak-anaknya yang senang mengkonsumsi

jajan di sekolah.

2. Bagi para produsen atau penjual makanan hanya memikirkan keuntungan yang didapatkan dari pada

efek buruk yang di akibatkan oleh jajanan yang diproduksinya apabila mengunakan campuran zat-zat

berbahaya dalam proses produksi. Bagi penjual yang terpenting jajanan yang mereka jual laku.

3. Anak-anak dalam hal ini sebagai konsumen utama tidak mengetahui bahaya mengkonsumsi jajanan

tersebut dan cenderung mereka hanya ingin membeli karena jajanan tersebut dikemas dengan menarik

dan berwarna mencolok.

4. Pihak sekolah juga seakan membiarkan siswa-siswinya membeli jajanan diluar area sekolah, yang

seharusnya dilakukan adalah melarang mereka demi kesehatan siswa-siswinya.

Dari sekian faktor-faktor diatas seharusnya perlu adanya kesadaran dari berbagai pihak yang

khususnya produsen dan konsumen. Produsen memiliki peran utama dalam hal ini dan harus lebih

memikirnya kualitas dan kuantitas dari jajanan yang mereka produksi, sehingga dapat memberikan

dampak yang positif bagi generasi penerus bangsa, bukan sebaliknya malah merusak.masyarakat

sebagai konsumen (end user) memiliki peran yang sangat luas dalam mewujudkan perlindungan bagi

orang yang mengkonsumsi pangan dan 16[16]menyampaikan permasalahan, masukan atau cara

pemecahan mengenai hal-hal di bidang pangan.

Pada dasarnya kasus ini bukan bertitik berat pada produsen karena pelanggaran di bidang

pangan tidak semata mata terjadi karena ulah nakal produsen yang sengaja menambahkan bahan kimia

berbahaya kedalam produk pangan tetapi beberapa diantaranya di karenakan ketidaktahuan mereka

tentang bahan tambahan yang mereka gunakan, tatacara produksi pangan yang baik, praktik sanitasi

dan hygiene yang buruk dalam pengolahan pangan. Hal ini merupakan factor utama penyebab masalah

global keamanan pangan, sehingga perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dalam penetapan

kebijakan. Jika kembali pada permasalahan utama pasti hal ini berkaitan dengan masalah perekonomian

15

16

Page 28: generasi sehat cerdas.docx

di masyarakat menengah ke bawah. Karena seperti hal layak ketahui bahwa penjual pangan jajanan

anak sekolah merupakan masyarakat yang memiliki perekonomian menengah ke bawah. Jika kasus ini

dikaitkan dengan undang undang dasar 1945 maka terdapat pada pembukaan uud 1945 alinea ke 4 yang

telah di sebutkan bahwa adanya kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat indonesia hal ini yang harus di

garis bawahi. Bahwa setiap rakyat di indonesia berhak mendapatkan kesejahteraan dalam hal pangan

ataupun perekonomian. Dalam hal ini kebijakan pemerintah lah yang dapat mengatasi permasalahan

kompleks ini.

Adapun beberapa kebijakan pemerintah untuk mengimplementasi uud 1945 kepada para

pedagang jajanan anak sekolah adalah menerapkan sistem pengawasan pangan berlapis yang meliputi

pengawasan pre market dan pengawasan post market. Sistem pengawasan pangan ini melibatkan sector

produsen yang bertanggung jawab terhadap produk yang diproduksinya sebelum di edarkan (fungsi

pengawasan premarket). Pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan bekerja sama dengan sector terkait

dan masyarakat berperan dalam pengawasan produk pangan setelah di edarkan (fungsi pengawasan

post market) pemerintah bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pembinaan, pengaturan ,

pengendalian dan pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang tidak hanya cukup tetapi juga harus

bermutu , aman ,dan bergizi serta terjangkau oleh daya beli masyarakat.17[17] Sistem pengawasan

berlapis ini bukan hanya sebagai saringan terhadap peredaran produk pangan yang tidak memenuhi

persyaratan mutu, manfaat dan keamanan namun sebagai sosialisasi dan pembinaan terhadap pelaku

usaha. 18[18]Pengimplementasian uud 1945 pasti berkaitan dengan perekonomian rakyat indonesia,

salah satu nya adalah dengan cara pemberian modal pertama untuk rakyat menengah kebawah untuk

membuat jajanan yang sehat tanpa bahan tambahan pangan yang dilarang ataupun penggunaan bahan

tambahan pangan dengan dosis berlebihan. Hal ini mungkin memang belum diterapkan oleh pemerintah

indonesia hal yang sudah di implementasi kan oleh pemerintah indonesia adalah dengan pengembangan

mutu dan pengawasan distribusi , ketersediaan dan konsumsi pangan yang akan bekerja sama dengan

BPOM, instansi lintas sektor, perguruan tinggi dan stake holder terkait penangan keamanan pangan

secara terpadu. Kegiatan ini perlu di tingkat kan kembali pada pangan jajanan anak sekolah terkait

dengan banyak nya kasus keracunan yang terjadi pada anak sekolah.

Badan POM RI bersama instansi terkait, khususnya Direktorat Jenderal Pemberantasan

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2&PL) Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan

17

18

Page 29: generasi sehat cerdas.docx

Nasional dan pemerintah daerah telah dan akan melaksanakan upaya-upaya penanggulangan

keracunan akibat pangan jajanan anak sekolah terutama untuk golongan rentan yaitu anak sekolah.

Upaya-upaya tersebut tercakup dalam 3 strategi utama yaitu:

* Peningkatan aktivitas surveilan keamanan pangan, khusus pangan jajanan anak sekolah.

* Pemberdayaan sekolah dalam Pengawasan pangan.

* Melakukan komunikasi risiko jajanan anak sekolah.19[19]

2.3 Tanggapan Masyarakat dan Pemeritah Dalam Menanggapi Kasus Jajanan Anak Sekolah.

Anak-anak, khususnya usia sekolah dasar, identik dengan masa pertumbuhan. Pada masa inilah

dibutuhkan asupan nutrisi dari makanan. Jajanan sekolah menjadi salah satu varian makanan yang

dikonsumsi anak-anak. Jenis jajanan sekolah ikut menentukan kandungan nutrisi yang dikonsumsi

tubuh-tubuh kecil generasi Indonesia mendatang. Ada fenomena yang perlu diwaspadai para orang tua.

Sudah sering kali media memberitakan berbagai makanan atau jajanan yang mengandung zat

berbahaya. Mulai dari formalin, boraks sampai dengan pewarna. Bukan hanya zat berbahaya yang

digunakan sebagai bahan pengolah campuran, tetapi juga bahan-bahan yang sudah tidak higienis,

seperti bangkai ayam, ikan, atau daging dan sayuran busuk, jadi temuan sejumlah investigasi kalangan

media.

Jajanan berbahaya banyak ditemukan disekolah-sekolah. Warna mencolok, harga murah, dan

kerapkali rasanya enak dari pengalaman beberapa kali mencicipi jadi daya tarik yang membuat tak tahan

untuk merogoh kocek membeli jajanan. Kebutuhan jajan atau ngemil ini selain di sekolah-sekolah juga

bisa didapatkan di pasar, terminal, dan di sudut-sudut keramaian. Sebenarnya yang lebih

mengkhawatirkan adalah penggunaan bahan kimia berbahaya untuk tujuan pengawet, pewarna dan

pemanis oleh produsen rumahan atau industri kecil yang menghasilkan berbagai jenis makanan dan

minuman ringan. Produk-produk makanan dan minuman serupa ini, ironisnya tanpa kontrol oleh badan

yang berwenang, dapat langsung dijual oleh produsennya kepada konsumen yang sebahagian besar dari

kalangan menengah ke bawah dan anak-anak sekolah.

Berangkat dari kecurigaan jajanan yang beredar tak layak konsumsi, razia dilakukan Badan

Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM serta walikota setempat. Tak pelak, pedagang jajanan di

19

Page 30: generasi sehat cerdas.docx

lingkungan sekolah ketar-ketir. Namun, mereka hanya bisa pasrah. Beberapa jajanan itu diduga

mengandung bahan tambahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. Cemilan yang dicurigai mengandung

zat berbahaya bagi tubuh disampling dan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa BPOM. Temuan Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam lima tahun terakhir (2006-2010) menunjukkan, sebanyak

48 persen jajanan anak di sekolah tidak memenuhi syarat keamanan pangan karena mengandung bahan

kimia yang berbahaya. Bahan tambahan pangan (BTP) dalam jajan sekolah telah melebihi batas aman

serta cemaran mikrobiologi. Sedang berdasarkan pengambilan sampel pangan jajanan anak sekolah

yang dilakukan di 6 ibu kota provinsi (DKI Jakarta, Serang, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan

Surabaya), ditemukan 72,08 persen positif mengandung zat berbahaya. Temuan lain yang lebih

mencengangkan lagi, berdasarkan data kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan yang dihimpun oleh

Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan- BPOM RI dari Balai Besar/Balai POM di seluruh

Indonesia pada tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa 17,26-25,15 persen kasus terjadi di lingkungan

sekolah dengan kelompok tertinggi siswa sekolah dasar (SD).20[20]

Pada Mei 2012 didapatkan hasil pengujian atas sampel-sampel makanan jajanan anak sekolah

(MJAS) yang kami lakukan dalam empat tahun terakhir, sekitar 20 persen mengandung bahan

berbahaya," kata Direktur Pengembangan PT Saraswanti Anugerah Makmur, Dr M Edi Premono di

Bogor. "Masalah ini harus menjadi perhatian kita bersama. Kita semua tentunya ngeri jika anak-anak-

anak kita tiap hari mengkonsumsi makanan seperti itu," kata Edi usai acara penandatangangan kerja

sama antara PT Saraswanti Anugerah Makmur dan PT Surveyor Indonesia (Persero) di gedung

Laboratorium Keamanan Pangan SIG, Taman Yasmin, Bogor.21[21]

Sejumlah pedagang jajanan mungkin hanya berpikir bagaimana agar jajanan yang dijualnya

menarik perhatian pembeli. Penambahan pewarna menjadi salah satu upaya yang dilakukan. Padahal

jika dikonsumsi dalam waktu lama akan sangat membahayakan kesehatan. Tak hanya sebabkan

gangguan perut jika konsumsi berlebihan, tapi ada bahaya lain mengintai. Menurut Nisa, “Didalam dunia

bisnis memang keuntunganlah yang ingin dicapai bagaimana pun cara nya, tanpa memikirkan dampak

negative dari tindakan nya tersebut. Bicara soal sasaran jajanan tentulah anak-anak yang menjadi

sasaran, karena anak-anak belum mengetahui apakah makanan atau jajanan yang mereka makan itu

aman atau tidak. Untuk itu diperlukan pengawasan dan perhatian dari orang tua dan masyarakat sekitar.

20

21

Page 31: generasi sehat cerdas.docx

Dan tentunya harus ada kesadaran dan rasa kejujuran untuk para pedagang. Untuk dapat menjajakan

makanan yang aman dan sehat untuk masyarakat”.22[22]

Temuan zat berbahaya pada berbagai jajanan yang dijajakan di lingkungan sekolah plus hasil

investigasi media atas penggunaan bahan makanan atau jajanan yang tidak higienis hendaknya menjadi

perhatian bersama. Seluruh pemangku kepentingan harus simultan memberikan edukasi kepada orang

tua, sekolah (guru, murid, pengelola kantin dan atau penjaja jajanan), dan masyarakat. Pemerintah

dalam peringatan Hari Ulang Tahun Ke-10 BPOM 31 Januari 2012, mencanangkan "Gerakan Menuju

Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu, dan Bergizi". Aksi Nasional Gerakan ini meliputi

promosi keamanan pangan melalui komunikasi, penyebaran informasi, dan edukasi bagi komunitas

sekolah, termasuk guru, murid, orang tua murid, pengelola kantin sekolah, dan penjaja PJAS 23[23].

Langkah lain yang perlu terus distimulasi adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam

pengolahan dan penyajian PJAS yang benar, peningkatan pengawasan keamanan pangan yang

dilaksanakan secara mandiri oleh komunitas sekolah, dan pemberdayaan masyarakat, termasuk

penerapan sanksi sosial (social enforcement).24[24]

Terlepas apakah ini ada ’unsur persaingan bisnis’ atau tidak, pemerintah Indonesia perlu kiranya

dengan serius mengkaji kembali berbagai jenis bahan kimia yang dipakai dalam berbagai produk

makanan yang dikonsumsi oleh rakyat Indonesia pada saat ini. Betapa selama ini rakyat kita kurang

terlindungi dan banyak terpapar oleh berbagai bahan kimia yang berbahaya yang tercampur atau

sengaja dicampurkan oleh produsennya ke dalam bahan makanan maupun minumannya. Jadi kalau ada

negara maju di dunia yang menolak produk yang mengandung bahan kimia tertentu sebagai pengawet

maupun zat tambahan lainnya, sementara di negara kita dibolehkan, berarti ada perbedaan persepsi

mengenai akibat buruk yang mengancam sipemakainya bila mengkonsumsinya. Dalam hal ini, sepatut

pemerintah juga mewaspadai, mengkaji ulang dan mengontrol ketat pemakaian produk tersebut di

dalam negeri, walaupun sesuai regulasi masih dibolehkan. Jangan terlalu cepat membela diri, buru-buru

mengklarifikasi dan bahkan mencurigai adanya pihak lain yang bermain di balik kasus ini dan cenderung

mengalihkan perhatian dengan memunculkan kasus ’tandingan’ yang lebih menarik perhatian.

22

23

24

Page 32: generasi sehat cerdas.docx

Menurut Presiden Susilo Bambang disela rapatnya, "Ini sebetulnya harus ada kerja sama antara

orang tua dan sekolah untuk memberikan anak-anak pengertian dan mereka juga diajari untuk

mengenali pangan dan jajanan yang sehat dan tidak sehat,".25[25]Selain itu harusnya ini merupakan

tanggungjawab pemerintah yang punya power dan kekuasaan untuk membolehkan ataupun melarang

sesuatu digunakan di negeri ini. Di samping mengontrol kualitas bahan makanan yang beredar di

pasaran, perlu juga dilakukan edukasi yang memadai terhadap para produsen rumahan ataupun industri

kecil tentang pentingnya menjaga keamanan bahan pangan yang dihasilkan serta tidak menggunakan

bahan kimia yang berbahaya sebagai bahan tambahan dalam produknya. Juga perlu sosialisasi kepada

masyarakat bahwa makanan instan yang mengandung pengawet dan zat tambahan kimia lainnya, tidak

baik untuk kesehatan bila dikonsumsi secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Sebaiknya

tetap mengolah makanan secara alami dan bila perlu penyimpanan lebih lama gunakan bahan alam

sebagai pengawetnya seperti jahe, kunyit, jeruk nipis, asam jawa, kitosan dan sebagainya. Perlu

pemberian ilmu pengetahuan bahwa bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan akan

terakumulasi di dalam tubuh, menimbulkan kerusakan pada hati, ginjal dan dalam jumlah tertentu akan

memicu kanker. Untuk kegiatan ini pemerintah dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi farmasi

maupun kedokteran, sehingga dengan pencerahan tersebut secara bertahap masyarakat akan lebih

cerdas, bisa memilih mana yang aman dan tidak aman untuk dikonsumsi.

Oleh karena dengan adanya masalah penyalahgunaan bahan tambahan pangan pada jajanan

anak ini, masyarakat diimbau untuk lebih waspada terhadap jajanan anak yang beredar disekitar sekolah

dan lingkungan bermain anak. Peran pemerintah dalam masalah ini sangatlah penting, pemerintah

harus sangat sensitif dalam penanganan masalah jajanan pangan karena jajanan pangan merupakan

suatu hal yang paling dekat dengan kehidupan anak-anak di Indonesia. Selain itu pemerintah juga perlu

memberikan pengarahan secara rutin kepada para penjaja makanan anak dan masyarakat akan bahaya

dari bahan tambahan pangan yang tidak sesuai baik dari jenis maupun cara penggunaannya yang

berlebihan. Pemerintah juga diimbau agar lebih peka terhadap keluhan dari masyarakat. Agar masalah

dalam penyalahgunaan tambahan pangan pada jajanan anak sekolah dapat ditanggulangi dan tidak

memakan korban. Hal ini berhubungan dengan pernyataan presiden bahwa Pemerintah, sekolah, dan

jajaran Kementerian Kesehatan di seluruh daerah juga harus aktif untuk melakukan upaya menjamin

keamanan atas pangan jajanan anak sekolah tersebut. Saya tidak senang kalau mendengar berita,

25

Page 33: generasi sehat cerdas.docx

menerima SMS, membaca koran, ada kasus-kasus keracunan anak sekolah kita, tolong itu diberantas

dan dicegah sebaik mungkin.26[26]

Peran pemerintah sebagai pemegang kebijakan sangatlah besar, masyarakat sangatlah perlu

mendapatkan informasi-informasi yang terbilang awam khususnya di bidang pangan, karena hal ini

dapat menekan jumlah pelanggaran tentang ketahanan mutu di Indonesia. Selain itu peran masyarakat

juga sangatlah penting karena pada dasarnya masyarakat yang lebih sering dan berdekatan langsung

dengan situasi dan kondisi di lingkungannya, sehingga jika terjadi pelanggaran masyarakat akan lebih

peka dan waspada.

2.4 Peran Ahli Pangan dalam Ketahanan dan Keamanan Pangan yang ada di Indonesia.

Keberhasilan implementasi konsepsi ketahanan nasional sangan bergantung pada kelancaran

pembangunan nasional di seluruh aspek kehidupan normal yang terintegrasi yang disusun,

direncanakan, dan diprogram sesuai dengan politik dan strategi nasional, dan terjabarkan dalam

kebijaksanaan dan strategi daerah yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan konstelasi geografi masing-

masing daerah. Baik berupa peraturan daerah (Perda) maupun Rencana Strategi (Renstra) daerah.27[27]

Ahli Pangan mesti merasa berkewajiban untuk terlibat dalam isu-isu tentang pangan yang ada di

masyarakat, hal ini paling tidak karena 3 alasan, yaitu:

1. Ahli Pangan telah mendapat kesempatan mengenyam pendidikantinggi di bidang pangan, sehingga hal

ini menuntut tanggungjawab moral bagi yang bersangkutan;

2. Gagasan, pemikiran, dan aktivitas-aktivitas Ahli Pangansebetulnya dapat mempengaruhi terpenuhinya

suplai pangan, kesehatan masyarakat, nilai ekonomi pangan, serta berbagaimacam regulasi pangan.

Dengan demikian sangat logis apabilaAhli Pangan merasa berkewajiban supaya kegiatan-

kegiatannyaditujukan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat luas;

3. Apabila Ahli Pangan tidak terlibat dalam isu-isu tentang pangan,maka opini dari pihak lain akan

menggantikan. Banyak di antaramereka itu sebetulnya kurang qualified untuk bicara tentang isu-isuyang

berhubungan dengan pangan, bahkan tidak jarang yangsebetulnya sama sekali tidak qualified.28[28]

26

27

28

Page 34: generasi sehat cerdas.docx

2.4.1 Jenis KeterlibatanAhli pangan harus mengusahakan bagaimana pengetahuanilmiah dapat diinterpretasikan dan

dimanfaatkan oleh masyarakatluas. Meskipun Ahli Pangan tidak mempunyai input langsungterhadap

suatu keputusan kebijakan, namun diharapkan pandangandan pemikirannya dapat didengar dan

dipertimbangkan dalampembuatan keputusan.Beberapa aktivitas Ahli Pangan dapat dilakukan, antara

lain:

1. Partisipasi aktif dalam asosiasi profesi,

2. Berperan dalam governmental advisory committee, jika diperlukan,

3. Atas inisiatif pribadi melakukan kegiatan-kegiatan dalam kaitan dengan pengabdian pada masyarakat

secara langsung.

Ada banyak organisasi profesi di Indonesia. Adapun organisasi profesi resmi bagi ahli pangan di

Indonesia adalah Perhimpunan AhliTeknologi Pangan Indonesia, disingkat PATPI. Keanggotaan PATPI

tidak hanya untuk mereka yang berlatar belakang pendidikan pangan saja, tetapi terbuka bagi semua

peminat dan pemerhati pangan.29[29]Peran ahli gizi sebagai suatu profesi dalam hal penelitian

merupakan salah satu kompetensi yang harus dilakukan oleh ahli gizi. Seorang ahli gizi harus selalu

melakukan penelitian-penelitian gizi guna untuk meningkatkan pengetahuan serta menemukan sesuatu

yang baru untuk kepentingan bersama, dan melalui penelitiannya diharapkan mampu meningkatkan

status gizi pada masyarakat, serta memecahkan masalah gizi di masyarakat. 30[30]

29

30

Page 35: generasi sehat cerdas.docx

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KesimpulanDari makalah yang telah di buat oleh penulis maka dapat disimpulkan bahwa penyalahgunaan

bahan tambahan pangan di kalangan masyarakat Indonesia masih banyak dan masih tersebar bebas di

wilayah wilayah tertentu, termasuk kota kota besar. Dalam hal ini pemerintah wajib meningkatkan

usaha usaha untuk memberantas oknum oknum nakal yang masih saja menyalahgunakan bahan

tambahan pangan.

Masyarakat terutama anak sekolah lah yang menjadi sasaran empuk bagi produsen produsen nakal.

Di karenakan mereka belum paham mengenai dampak dari jajanan yang mereka konsumsi. Dalam hal ini

produsen lah yang harus mengetahui dampak dampak dari bahan tambahan pangan yang mereka

gunakan sehingga amanuntuk di konsumsi anak sekolah. Walaupun kasus jajanan anak sekolah ini

bertitik berat pada produsen , tidak semua di salahkan kepada mereka karena banyak dari mereka yang

tidak mengetahui dampak dari bahan tambahan pangan yang mereka gunakan. Begitu minimnya

pengetahuan pedagang jajanan anak sekolah.

Jika dikaitkan dengan undang undang dasar 1945, maka hal ini diatur dalam pembukaan alinea ke

empat. Dan dapat dilihat bahwa pada dasarnya negara indonesia ini belum sejahtera dan aman.

Sejahtera disini bermakna sejahtera dalam segala hal salah satu nya adalah sejahtera dalam

mendapatkan produk pangan dan dalam perekonomian. Dalam kasus ini sebenarnya bertitik berat pada

kasus perekonomian rakyat indonesia, dimana mereka khususnya pedagang jajanan anak sekolah

seperti yang kita ketahui bahwa kebanyakan dari mereka adalah golongan perekonomian kebawah.

Sehingga wajar mereka kurang pengetahuan tentang bahan tambahan pangan dan mereka selalu ingin

untung dalam segala kondisi dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang untuk

menyambung hidup. Pemerintah lah dalam hal ini yang harus lebih memperhatikan masyarakat

khususnya para pedagang jajanan anak sekolah sehingga mereka tidak menyalahgunakan bahan

tambahan pangan yang berdampak pada generasi generasi muda.

Page 36: generasi sehat cerdas.docx

3.2 SaranPemerintah lebih giat lagi dalam pengawasan jajanan anak sekolah di beberapa daerah di

Indonesia. Sehingga resiko terjadiny penyakit penyakit akibat pangan jajanan anak sekolah dapat di

turunkan. Lalu pemerintah mengadakan sosialisasi terhadap para pedagang jajanan anak sekolah

mengenai dampak dari penyalahgunaan bahan tambahan pangan.

Kasus Gizi Buruk : Empat Provinsi Tak Pernah AbsenPublished On Rabu, Juli 14, 2010 By siswono. Under: Info Nasional.

 Jakarta, 13/7 – gizinet. Jika kita membuka Koran harian atau koran online, seringkali muncul berita tentang kasus balita gizi buruk. Bahkan beberapa waktu yang lalu masih disebut (oleh media massa) sebagai busung lapar.

Kini, kasus gizi buruk ternyata masih ada. Bahkan di Yogyakarta dan Bali, yang mempunyai angka prevalensi masalah gizi balita terendah (Riskesdas 2007). Prevalensi status gizi balita < -2 SD berdasarkan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) di Provinsi Bali sebesar 11.4%, sedangkan DIY sebesar 10.0%. Bandingkan dengan angka Nasional sebesar 18.4%, dan angka tertinggi di Provinsi NTT sebesar 33.6%. Tahun 2009, di Bali ditemukan 49 kasus dan di Yogyakarta 27 kasus.

Menurut hasil pemantauan Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan, selama tahun 2005 sampai dengan 2009, jumlah temuan kasus balita gizi buruk amat berfluktuasi. Tahun 2005-2007 jumlah kasus cenderung menurun dari 76178, 50106, dan 39080. Akan tetapi tahun 2007 dan 2008 cenderung meningkat yaitu 41290 dan 56941.

Yang menarik, terdapat empat provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Gorontalo yang selalu hadir berturut-turut dari 2005-2009. Provinsi NTT pada tahun 2005, 2007 dan 2008, menduduki posisi teratas sedangkan tahun 2006 dan 2009 masing-masing ditempati Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Keempat provinsi tersebut selama 5 tahun berturut-turut (2005-2009) masuk ke dalam kategori 10 provinsi dengan kasus tertinggi. Kondisi ini sebaiknya menjadi bahan pertimbangan untuk menempatkan keempat provinsi tersebut sebagai prioritas utama upaya penanggulangan gizi buruk. Berikut gambaran perkembangan jumlah kasus di empat provinsi. (tim-teknis)

Page 37: generasi sehat cerdas.docx

33 Responses to “Kasus Gizi Buruk : Empat Provinsi Tak Pernah Absen”

1. Sukarni Ismail mengatakan:

Januari 3, 2012 pukul 14:48

Semoga tahun 2012 akan lebih baik lagi strategi Penanggulangan Gizi Buruk…..Tahun 2012 adalah Tahun Kerja khususnya untuk Dinkes Kabupaten Gorontalo………………………

Balas

2. Sukarni Ismail mengatakan:

Januari 3, 2012 pukul 14:41

Bagaimanapun Intervensi yang dilakukan terhadap kasus gizi buruk, tetap kembali kepada perilaku dan pengetahuan ibunya terutama pola usuh …… upaya pencegahan harus segera di laksanakan mengingat kasus baru masih tetap bermunculan. Upaya jangka panjang yakni lebih mengarah pada pemberian PMT pada Bumil KEK, dan upaya jangka pendek yakni pepmbentukan Pos Penanggulangan Gizi di semua Puskesmas Perawatan atau TFC (Therapeutik Feeding Centre). Untuk balita yang pasca penanganan di TFC dapat di lanjutkan di CTC (Comunity Therapeutic Feeding care. Penanganan dilapangan pasca perawatan di CTC perlu utuk menjaga kemungkinan akan kembali ke keadaan status gizi buruk lagi……

Balas

Page 38: generasi sehat cerdas.docx

3. santi mengatakan:

Juni 18, 2011 pukul 6:48

setuju dengan pendapat yg disampaikan ridho..sebaiknya indikatornya jangan hanya menggunakan BB/U saja, TB/BB lebih krusial dibandingkan BB/U.saya bekerja sebagai pendamping balita gizi di salah satu dinas kesehatan di jawa timur, menemukan bahwa banyak sekali data yang menunjukkan BB/U’nya dibawah -2. tetapi setelah di’check di lapangan ternyata anaknya segar-bugar, dia berisi dan tidak kelihatan kurus sama sekali. apa yang menyebabkan demikian…? Ternyata, dia pendek menurut umurnya…!!Jadi menurut saya, BB/TB lebih menunjukkan status gizi anak saat ini. terima kasih.

Balas

4. dien mengatakan:

April 19, 2011 pukul 10:43

data prevalensi gizi buruk menantang untuk intervensi. penyebab masalah bila tahapan sudah gizi buruk sudah multiple , butuh intervensi bukan hanya dari gizi kesehatan tetapi se seluruh bidang pemerintah diluar gizi dan masyarakat. Konsep pencegahan gizi buruk lebih efisien daripada biaya untuk menekan gizi buruk karena ada faktor medis . butuh gerakan masal untuk mendorong satu indikator gizi dalam pembangunan sehingga setiap pelaku pembangunan berkewajiban menghapus gizi buruk diwilayahnya. prevalensi gizi buruk tinggi bisa ditemukan pada daerah aktivitas penimbangan balita yang tinggi. ini bukan memalukan tetapi menjadi tantangan untuk menghapusnya bersama dalam gerakan pembangunan hapus gizi buruk dalam pembangunan jangka pendek dan menengah.

profesi gizi perlu bekerja keras untuk melakukan kerjasama untuk menghilangkan faktor penyebab gizi buruk diluar bidang gizi, seperti dengan pemda, bapemas, dinsos, lsm pemerhati anak dengan fokus langsung pada keluarga balita gizi buruk

profesi gizi perlu mengajak nakes lain dengan memberikan pelatihan deteksi dini pada nakes lain seperti bidan dan perawat sehingga terapi gizi akan mendampingi seluruh tindakan dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditimbulkan akibat dari kondisi kurang gizi juga kondisi kurang gizi dideteksi disemua lini kesehatan poli anak di rs, poli umum di puskesmas. semua nakes segera intervensi konseling dan memberikan modisko pada setiap penurunan BB di posyandu/ BKIA tanpa tunggu 2 kali penurunan berat badan atau pakai indikator sulit makan yang berdasar pengalaman merupakan tanda awal gizi kurang . bagi anak yang sulit naik BB setiap bulan hanya 200 gram tetapi bila diare BB turun minimal 2 kilogram. mengukur TB balita sulit sehingga kurang akurat, dan intervensi jangka pendek PMT 300-450 kalori tidak akan memberikan peningkatan tinggi

Page 39: generasi sehat cerdas.docx

badan.pola asuhan gizi, selain ASI eklusif juga yang penting menu MP ASI yang sesuai tahapan biologik balita atau promosi MP ASI yang baik dan benar oleh profesi gizi , dan bersama profesi nakes lain bekerja dalam upaya meningkatkan kesehatan pemberian pengobatan gratis pada setiap anak sakit, atau promosi MP ASI pencegahan penyakit dengan program imunisasi aktifbila hak anak menjadi bagian kehidupan bangsa Indonesia maka pemenuhan hak hidup, tumbuh dan berkembang terselenggara yang terbaik bagi anak menjadi kewajiban kita bersama

Balas

5. johanes mengatakan:

Maret 29, 2011 pukul 13:31

Kalau boleh tahu, data ini diambil dari sumber mana ya?

Balas

o emanz mengatakan:

Maret 30, 2011 pukul 1:34

Sdr Johanes, untuk diketahui, data bersumber dari Direktorat Bina Gizi, Kementerian Kesehatan. (Tim Redaksi)

Balas

6. Dina Setiawati mengatakan:

Maret 1, 2011 pukul 6:48

sedih rasanya setiap melihat dan membaca berita tentang kasus gizi buruk.bukan hanya faktor kurang intake /asupan zat gizi dan penyakit infeksi.tapi juga faktor ekonomi yg bisa menjadi penyebab gizi buruk. tentunya ini semua menjadi tanggung jawab kita bersama.peran keluarga.masyarakat,tenaga kesehatan terutama ahli gizi dan pemerintah sangat dibutuhkan. semoga dengan kerjasama yg baik masalah2 gizi buruk di seluruh Indonesia bisa teratasi…aminnn

Balas

Page 40: generasi sehat cerdas.docx

7. Arfan mengatakan:

Februari 24, 2011 pukul 23:25

Kasus Gizi buruk ………………………Makin banyak ditemukan akan makin baik karena itu pertanda surveilens gizinya jalan terus. OK …!!!!

Balas

8. SOFYAN, Gorontalo mengatakan:

Februari 24, 2011 pukul 11:55

Penanggulangan & penanganan belum optimal. Sejauh mana peran pemerintah (lintas sektor & lintas program)-PKK, peran ahli gizi, masy. apa pemerintah punya dukungan penuh, apa masyarakat sudah mengetahui ttg gizi….Sayangnya, setiap isu yg dilontarkan oleh calon kepala daerah adalah kesehatan, pendidikan & kesejahteraan…Namun, sampai saat ini kesehatan hanya berfungsi sebagai pemadam kebakaran-kalau ada masalah baru ditangani=== dimna aspek promosi dan preventif. 20% orang sakit belum semuanya tertangani, bgmna dengan 80% orang yang sehat?

Balas

9. SOFYAN, Gorontalo mengatakan:

Februari 24, 2011 pukul 11:27

“GIZI BURUK”Status gizi Gorontalo peringkat 28″ (peringkat 6 prev gizi kurang) — Riskesdas 2010== selama 5 thn berturut-turut (’05-09) masuk ke dalam kategori 10 provinsi dgn kasus gizi buruk tertinggi. Terdapat 4 provinsi tidak pernah absen yi: Jateng, Jatim, NTT & amp; Grntlo—-gizi.net xxx 10 provinsi dengan kasus gizi buruk tertinggi : Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Banten, NTT, Riau, Sumsel, Lampung n Sulsel–Metro hari ini, 16 Peb 2011

Salut buat 4 propinsi yang sudah berani laporkan kasus gizi buruknya! Di daerah2 tertentu data kasus gizi buruk yang dilaporkan bisa saya katakan data sampah! Sebab, takut di ekspos ke media, jadi ditutup-tutupi!

Apakah Direktorat Gizi Kemenkes dan Pengelola RISKESDAS tidak salah dalam penentuan status gizi yang hanya menggunakan BB/U. Menurut sy, belum tentu status gizi Balita yang diukur dengan menggunakan indikator BB/U hasilnya sama dengan

Page 41: generasi sehat cerdas.docx

BB/TB. Karena BB/TB menggambarkan status gizi Balita pada saat sekarang. Jadi saran sy, kedepan nanti untuk RISKESDAS jgn menggunakan indikator BB/U. Daripada pemerintah menggunakan data RISKESDAS, lebih baik menggunakan data PSG.

Menyedihkan, sudah 65 tahun Indonesia Merdeka dan sudah 58 Tahun sejak PMMR dicanangkan di Indonesia dan sudah bertahun-tahun kita berupaya memberantas gizi buruk di Indonesia dengan segala cara namun sampai sakarang kasus gizi buruk tetap ada bahkan cenderung meningkat.Menurut saya kasus gizi buruk bukan hanya ada di 4 provinsi namun hampir di semua provinsi, namun tidak terdeteksi. PSG dan juga penimbangan balita di Posyandu tidak berdaya menemukan kasus gizi buruk yang sebenarnya dikarenakan pendataan dan keinginan luhur dari aparat kesehatan pada ujung tombak kelihatannya tidak pernah akurat.Hal ini tercermin dari data dan juga pelaporan yang belum sempurna dan kadang hanya copy paste.Proyek NICE di Indonesia mempunyai tanggungjawab besar untuk menemukan cara yang paling baik untuk mendeteksi kasus gizi buruk di pesedaan dengan pemberdayaan masyarakat.Mudah-mudahan dengan dana yang sangat besar yang diberikan ke pada Desa melalui KGM akan merupakan era baru dalam memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa deteksi dini masalah gizi justru dilakukan oleh masyarakat sendiri sehingga intervensi yang dilakukan dapat sedini mungkin. Ingat SPM Gizi menghendaki tidak ada lagi kasus Gizi buruk baru muncul dan kasus yang ada harus semuanya mendapat perawatan.TFC sudah dibuat di Puskesmas rawat tinggal, dana sudah disediakan , sehingga tidak ada lagi alasan akan muncul kasus gizi buruk baruTPG Puskesmas marilah kita unjuk kebolehan bahwa gelar ahli Gizi bukan semata hanya sedbagai simbol sosial namun diamalkan dalam turut menciptakan mansia-manusia yang berstatus gizi baik dan bermuara pada Rakyat Indonesia yang cerdasa dan bermutu dimasa yang akan datangSemoga

Page 42: generasi sehat cerdas.docx
Page 43: generasi sehat cerdas.docx