GED Ringan Sedang
-
Upload
nurulq-t082009 -
Category
Documents
-
view
210 -
download
15
description
Transcript of GED Ringan Sedang
BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S
Umur : 1 tahun
JK : Perempuan
Alamat: Telaga, Cikalong
BB : 10 kg
TB : 74 cm
Masuk RS : 7 September 2012
ANAMNESIS (Alloanamnesis Alloanamnesis dengan ibu pasien)
Keluhan utama :
Mencret sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS.
Riwayat penyakit Sekarang:
Ibu pasien mengeluhkan anaknya buang air besar (BAB) terus menerus sejak 3
hari yang lalu. BAB dengan konsistensi cair, berwarna kuning kecoklatan, ada ampas
berwarna hijau, tidak ada lendir dan darah. Frekuensi sebanyak kurang lebih 5 kali per
hari, dan sekali BAB sebanyak 1/2 gelas. Mencret disertai dengan muntah setiap makan
dan minum sebanyak 4 kali perhari. Muntah isi air dan makanan.
Ibu pasien juga mengeluhkan anak batuk 1 hari sebelumnya. Batuk jarang dan
berdahak. Dahak berwarna putih. Selain batuk, ibu pasien juga mengeluhkan anak lemas,
1
tidak nafsu makan, rasa haus meningkat menangis dan rewel. Keluhan disertai demam
sejak 7 hari sebelum masuk RS, tidak terlalu tinggi, hilang timbul, siang sama dengan
malam. Keluhan tidak disertai dengan sesak, pilek, kejang dan penurunan kesadaran.
Pasien dirawat oleh ibunya sendiri, pasien memiliki 2 botol susu yang setiap kali
digunakan dicuci dan direbus terlebih dahulu. Sumber air minum keluarga dari sumur.
Riwayat Penyakit dahulu:
Sebelumnya penderita pernah sakit seperti ini, dibawa ke dokter dan sembuh
– Kejang (-)
– Campak (-)
– TB paru (-)
Riwayat Penyakit keluarga:
Dikeluarga tidak ada yang sakit seperti ini
Kejang disangkal
TB Paru disangkal
Asma disangkal
Riwayat Psikososial :
Anak suka jajan diluar, dilingkungan sekitar tidak ada yang menderita sakit yang sama
Riwayat Kehamilan :
ANC rutin 1 bulan sekali ke posyandu..
Riwayat kelahiran:
Pasien lahir cukup bulan di rumah di tolong oleh bidan dengan persalinan spontan , BB
2800 gram, PB 47 cm. Langsung menangis, tidak ada kelainan atau cacat bawaan.
2
Riwayat Imunisasi:
Pasien sudah imunisasi Hep. B (1x), BCG (1x), Polio (3x), dan DPT (2x), Campak (1x).
Riwayat tumbuh kembang:
– Usia 0 – 3 bulan : tengkurap,
– Usia 3 – 6 bulan : angkat kepala dan bolak-balik, tertawa, bermain
dengan tangan
– Usia 6 – 9 bulan : duduk sendiri, merangkak, bertepuk tangan, ci
luk ba, mengoceh.
– Usia 9 – 12 bulan : mulai berdiri, bicara 2-3 suku kata,
berpartisipasi dalam bermain.
Kesan : tumbuh kembang sesuai
Riwayat makanan:
ASI (+): 0-6 bulan exclusively. Dan ASI tambahan 6 - sekarang. Diberi bubur tim, bubur
susu dan susu formula, riwayat mengganti makanan sebelumnya disangkal
Riwayat pengobatan:
Pasien belum berobat sebelumnya.
Riwayat Alergi:
Tidak ada yang memiliki riwayat alergi makanan atau obat-obatan.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Umum : Sakit sedang, tampak haus dan rewel
BB : 10 kg
3
TB : 74 cm
Status Gizi
BB/U = 10/9,5 x 100 % = 105 % è normal
TB/U = 74/74 x 100 % = 100 % è normal
BB/TB = 10/9,1 x 100% = 109 % è normal
Tanda vital:
Nadi : 108 x/menit, reguler, isi cukup
Respirasi : 28 x/menit
Suhu : 37,68oC
STATUS GENERALIS
Kepala
Bentuk : normochepal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, edema palpebra(-), mata
cekung (+/+), air mata (+/+)
Hidung : pernapasan cuping hidung (-), deviasi septum (-), sekret (-/-), darah (-/-)
Telinga : Normotia, sekret (-/-)
Mulut : bibir kering (+), lidah kotor (-), perdarahan gusi (-), T1/T1
Leher :
Inspeksi : Pembesaran Kelenjar Tiroid (-)
Palpasi : Pembesaran KGB (-)
Thorak : Normochest
Inspeksi
Dada : simetris kanan kiri
Retraksi : -/-
4
Palpasi
Vocal Fremitus : simetris kanan kiri
Dada tertinggal : -/-
Perkusi paru : tidak dilakukan
Auskultasi : Vesikuler
Wheezing : -/-
Ronki : -/-
Jantung : BJ I dan II normal, murmur (-), gallops (-)
Abdomen :
Inspeksi : distensi abdomen (-), asites (-)
Auskultasi : bising usus (+), 14x/menit (meningkat)
Palpasi : turgor kembali melambat
Perkusi : timpani
Ekstremitas :
atas bawah
Sianosis : -/- -/-
Akral dingin : -/- -/-
Udem : -/- -/-
petekie : -/- -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin :
JENIS HASIL
WBC 8,2 x 103/uL
LY% 22,2 %
5
MO %
GR%
LY#
MO#
GR#
3,1%
74,7%
1,8 x 103 / uL
0,3 x 103 / uL
6,1 x 103 / uL
RBC 4,7 x 106 / uL
HGB 9, 3 g/dL
HCT 28, 5 %
MCV 60,6 fL
MCH 19,8 pg
MCHC 32,6 g/dL
PLT 184 x 103 / uL
RDW 15,3 %
PCT 0,12 %
MPV 7,0 fl
PDW 16,3 %
6
RESUME
Seorang anak perempuan umur 1 tahun, mencret (+) sejak 3 hari yang lalu,
muntah (+), demam (+) nafsu makan menurun. Batuk berdahak (+), lemas (
+), rasa haus meningkat (+). Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak rewel
dan haus, mata cekung (+), turgor melambat, bising usus meningkat. Status gizi baik dan
tumbuh kembang normal sesuai usia.
WORKING DIAGNOSE
• Diare akut dengan dehidrasi sedang
• Status gizi baik
• Imunisasi lengkap
DIAGNOSA BANDING
• Diare akut ec virus
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Cek darah rutin
Cek elektrolit
Analisa feses
PENATALAKSANAAN
Upaya rehidrasi oral dengan rencana terapi B dari WHO yaitu 75cc x 10 kg = 750
cc dalam 3 jam
Infus RL 10 x 110 / 96 = 12 tetes/menit
Pemberian oralit (diberikan setiap anak mencret atau muntah)
Zinc 1 x 1 cth selama 10-12 hari
7
Lacto – B 1 x 1 sahet
Sanmol syrup 3 x 1 cth
Terapi dietetik dengan pemberian makanan lunak yang rendah serat dengan porsi
kecil dan frekuensinya lebih sering dari sebelumnya.
Edukasi pada ibu tentang higiene perorangan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT PADA ANAK
2.1. Definisi
Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan
berlangsung kurang dari 14 hari.
2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di dunia
sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian kematian
tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliar
kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. (Parashar,2003).
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2
episode per tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia
tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak – anak dengan usia kurang dari 5 tahun di
Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur, prevalensi
tertinggi terjadi pada usia 6-11 bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35 bulan (12,0)
(Biro pusat statistik, 2003).
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara berkembang
telah turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003. Di
Indonesia angka kematian diare juga telah turun tajam dari 40% tahun 1972 menjadi 24,9
pada tahun 1980, 10% tahun 1985 hingga 7,4 % tahun 1996 dari semua kasus kematian.
9
Walaupun angka kematian karena diare telah turun, angka kesakitan karena diare tetap
tinggi baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di
negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan
KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.
2.3 Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare)
Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo bacter,yersinia,
aeromonas, dan sebagainya
Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain
Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia
lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis Media
Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya
(sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Lain-lain
a. Imunodefisiensi
b. Gangguan psikologis (cemas dan takut)
c. Faktor-faktor langsung:
KKP (Kurang Kalori Protein)
10
Kesehatan pribadi dan lingkungan
Sosioekonomi
2.4 Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare
osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
- Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh
usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus
meningkat yang akan menarik cairan.
- Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi cAMP dan
cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.
- Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada
kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi usus
serta hipertiroid.
Mekanisme primer yang menyebabkan diare akut adalah:
1. Rusaknya vili-vili di sekitar daerah brush boarder usus halus, yang menyebabkan
malabsorbsi yang menyebabkan diare karena gangguan osmotik.
2. Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan enterosit reseptor yg spesifik
yang menyebabkan terlepasnya ion klorida kedalam membran intestinal sehingga
menyebabkan gangguan absorbsi sehingga menyebabkan diare.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk
melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan
kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya
belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan
11
dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan
motilitasnya sehingga timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen.
Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan
patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat
menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi
sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga
menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah
dalam tinja yang disebut disentri.
2.5 Manifestasi kinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang
kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama
berubah kehijauan karena bercampur dengan, daerah anus dan sekitarnya timbul luka
lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus
selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam
basa dan elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala
dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun
cekung (bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila keadaan ini terus
berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung
menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak lemah
dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila
terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas cepat dan dalam (pernafasan
kusmaul).
2.6. Komplikasi Diare
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
12
1. Kehilangan cairan (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air. Klasifikasi
tingkat dehidrasi anak dengan diare yaitu :
Penilaian Dehidrasi Menurut MTBS
Teradapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut ini:
Letargis atau tidak sadar Mata cekung Tidak bisa minum atau malas
minum Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
DEHIDRASI BERAT
13
Teradapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut ini:
Gelisah, rewel/mudah masalah Mata cekung Cubitan kulit perut kembalinya
lambat
DEHIDRASI
RINGAN/SEDANG
Tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat
atau ringan/sedang TANPA DEHIDRASI
2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)
Metabolik asidosis terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna
sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal.
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intraselular.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan,
pernapasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan kuszmaull.
Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk
mempertahankan pH darah.
3. Hipoglikemia
Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40
mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut berupa:
lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok, kejang sampai koma.
14
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya
penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
muntahnya akan bertambah berat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang
dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat mengakibatkan
perdarahan di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran (soporokomatusa) dan bila
tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.
2.7. Kriteria Diagnosis
a. Anamnesis
Riwayat pemberian makan anak sangat panting dalam melakukan tatalaksana
anak dengan diare, tanyakan juga hal-hal berikut:
Diare
- frekuensi buang air besar (BAB) anak
- lamanya diare terjadi (berapa hari)
- apakah ada darah dalam tinja
- apakah ada muntah
Laporan setempat mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) kolera.
Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak atau pengobatan lainnya.
Gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan pada bayi).
b. Pemeriksaan fisik
15
Tanda dan gejala tanpa dehidrasi atau,
Tanda dan gejala dehidrasi ringan sedang atau,
Tanda dan gejala dehidrasi berat dengan atau tanpa syok
Dapat disertai atau tidak tanda dan gejala gangguan keseimbangan elektrolit dan
atau gangguan keseimbangan asam basa.
c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita
dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada
sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang
diperlukan pada saat diare akut :
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
kepekaan terhadap antibiotika.
Urine : Urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
Feses : Feses : dapat disertai darah atau lender
PH asam diare osmotic
Leukosit > 5 / LPB disentri
Bentuk klinis diare berdasarkan penyebabnya :
16
2.8. Pengobatan Diare
Prinsip penatalaksanaan penderita diare adalah:
a. Mencegah terjadinya diare
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah
terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum
lebih banyak dengan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air tajun, kuah sayur,
air sup, air teh. Bila tidak memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan, berikan
air matang. Jangan diberikan cairan yang osmolaritasnya tinggi, yaitu yang terlalu
manis sepeti soft drink.
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderit harus segera dibawa ke
petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat
dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera
diberikan cairan intravena dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.
c. Pemberian ASI / makanan
Pemberian ASI / makanan selama serangan diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. 8
d. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih dari 90
macam enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya, termasuk enzim
superoksida dismutase (Linder,1999). Enzim ini berfungsi untuk metabolisme
radikal bebas superoksida sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh berkurang.
Pada proses inflamasi, kadar radikal bebas superoksida meningkat, sehingga dapat
17
merusak berbagai jenis jaringan termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al,
2006).
Zinc yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat seorang
anak menderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti zinc yang hilang
dalam proses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga kesehatannya di bulan-bulan
mendatang.
Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc untuk
terapi diare karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah hari lamanya
seorang anak menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan penyakit tersebut, serta
menurunkan kemungkinan anak kembali mengalami diare 2-3 bulan berikutnya.
Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat bermanfaat
untuk membantu penyembuhan diare. Zinc sebaiknya diberikan sampai 10-14 hari,
walaupun diarenya sudah sembuh. 11 Sayangnya suplemen Zinc ini belum banyak beredar
di apotek di Indonesia. Di beberapa RS besar di Indonesia telah menggunakan suplemen
Zinc dalam bentuk suspensi untuk penatalaksanaan diare akut.
Unit Kerja Koordinasi Gastrohepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009),
dengan mengkaji berbagai kepustakaan yang berkaitan dengan penggunaan Zinc dan
Cairan Rehidrasi Oral pada penderita diare, maka disimpulkan bahwa pemberian Zinc
dan Cairan Rehidrasi Oral Hipoosmolar pada anak dengan diare memenuhi 'Level of
Evidence' I (satu) dengan derajat rekomendasi A.
Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :
Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg) sekali sehari
selama sepuluh hari berturut-turut.
Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari selama
sepuluh hari berturut-turut.
Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau ASI dalam
sendok teh.
Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit/LGG
Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah berhenti
sebelum 10 hari)
18
Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc, berikan lagi
tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan beberapa kali
hingga satu dosis penuh.
Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap berikan tablet
zinc segera setelah anak dapat minum atau makan.
e. Pemberian Probiotik
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau jamur
yang tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang bila
diberikan sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat memberikan
keuntungan bagi kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik
didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh
bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena
tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatan
diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,
speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika
yang tidak rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan travellers’s diarrhea.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare
akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan
efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-
kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian
sebanyak 1-2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare
adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap
beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit, modifikasi
toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus dan imunno modulasi.
Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering digunakan
sebagai suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah Lactic Acid Bacteria
(LAB). Golongan LAB dapat mengubah gula dan karbohidrat menjadi asam laktat, yang
berfungsi menurunkan kadar pH saluran gastrointestinal, sehingga menghambat
19
pertumbuhan bakteri patogen. Contoh strain golongan LAB adalah Lactobacillus dan
Bifidobacterium.
Sejak dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff,
pada awal abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak dilakukan untuk
menguji kemanfaatannya pada populasi anak. Produk komersial yang mengandung
probiotik sebagai suplemen banyak tersedia di pasaran. Kemanfaatan probiotik terutama
banyak dilihat dari aspek pencegahan dan terapi penyakit, terutama penyakit alergi dan
infeksi.
Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang paling
banyak dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik. Secara teoritis, probiotik dapat
mengurangi keparahan diare melalui efek kompetisi dengan patogen, imunomodulator,
meningkatkan sekresi IgA mukosa usus, dan mengurangi kejadian intoleransi laktosa.
Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut. Meta-
analisis yang dilakukan oleh Szajewska et al menunjukkan bahwa pemberian suplemen
Lactobacillus mengurangi durasi diare akut sehari lebih cepat dibandingkan plasebo (95%
CI) dengan level of evidence 1a. Efektivitasnya terutama lebih baik pada mereka dengan
etiologi rotavirus, yang merupakan penyebab terbanyak diare akut pada anak.
f. Pemberian Antibiotik
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh
karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada
sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari
diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan
karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi
kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat
serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau
segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan
paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:
20
Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau Erytromycin 12,5
mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau Ceftriaxone 50-
100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.
Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus
berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)
(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
g. Mengobati masalah lain
Obat-obatan “anti diare” dan anti muntah tidak boleh diberikan pada anak dengan
diare. Anti diare tidak dianjurkan karena belum adanya bukti mengenai diare yang
berdaya guna, sehingga penggunaan anti diare hanya menimbulkan beban biaya.
h. Pemberian nasehat
Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa
anaknya kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita
sebagai berikut:
Buang air besar cair lebih sering
Muntah berulang-ulang
Rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah
21
RENCANA TERAPI C
UNTUK DEHIDRASI BERAT
Ikuti arah anak panah , bila jawaban dari pertanyaan ya , teruskan ke kanan bila tidak,
teruskan kebawah.
24
2.9. Tatalaksana Nutrisi Pada Diare
Ibu perlu dibimbing tentang cara pemberian makanan yang baik pada anak,
mengajari pentingnya meneruskan pemberian makanan penuh selama diare dan
membantu usaha mereka untuk mengikuti anjuran ini. Empat kunci utama tatalaksana
gizi diare yang benar:
Menilai status gizi
Memberi makanan yang tepat pada saat episode diare
Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak
lanjutnya.
Komunikasi yang efektif tentang anjuran diet kepada ibu.
Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi
diperbolehkan sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di berikan untuk
menambah larutan oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di terima bila timbul
dehidrasi maka pemberian susu harus di hentikan selama rehidrasi untuk 4-6 jam dan
kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak bila anak berumur 4 bulan atau lebih sudah
bisa menerima makanan lunak, makanan ini harus di teruskan. Bayi umur 6 bulan atau
lebih harus mulai di berikan makanan lunak bila belum pernah di beri. Bila timbul
dehidrasi makanan ini harus di hentikan 4 – 6 jan untuk rehidrasi untuk kemudian di
lanjutkan lagi. Paling tidak separuh makanan diet harus berasal dari makanan porsi kecil
tetapi sering (6 kali atau lebih) dan mereka harus di bujuk untuk makan.
Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan kebaikan dalam
penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian dua kali sehari selama 5
25
hari dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam mengurangi frekuensi, serta durasi
penyakit diare. Probiotik dipercaya dapat mengurangi lama waktu kesakitan, dengan
meningkatkan respon imun, memperbaiki mukosa usus, sebagai substansi penting dalam
antimikroba dan menyeimbangan jumlah mikroba diusus. Angka penguranga dari
frekuensi defekasi secara drastis dalam <3 hari terdapat pada kelompok yang
memeperoleh probiotik dengan kelompok kontrol. Konsistensi faeces yang lebih padat
dan durasi yang lebih pendek pada kelompok probiotik. Rata-rata lama durasi diare juga
mengalami hasil yang signifikan pada kelompok probiotik.
2.10. Pencegahan Diare
Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral dan
pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi dehidrasi,
kekurangan gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan, untuk mengurangi
insidensi diare, yaitu intervensi yang selain mengurangi penyebaran mikroorganisme
penyebab diare juga meningkatkan resistensi anak terhadap infeksi kuman ini.
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak, kebanyakan
meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada bayi,
kebersihan perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih, pembuangan tinja
yang aman dan imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk promosi,
yaitu:
1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan
5. Penggunaan jamban
6. Pembuangan tinja bayi yang aman
7. Imunisasi campak.
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik,
termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, penggunaan jas
26
panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan
yang terinfeksi. Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan
enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.
BAB IV
KESIMPULAN
Diare akut merupakan masalah yang sering terjadi baik di negara berkembang
maupun negara maju. Sebagian besar bersifat self limiting sehingga hanya perlu
diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Bila ada tanda dan gejala diare akut karena infeksi bakteri dapat diberikan terapi
antimikrobial secara empirik, yang kemudian dapat dilanjutkan dengan terapi spesifik
sesuai dengan hasil kultur.
Pengobatan simtomatik dapat diberikan karena efektif dan cukup aman bila
diberikan sesuai dengan aturan. Prognosis diare akut infeksi bakteri baik, dengan
morbiditas dan mortalitas yang minimal. Dengan higiene dan sanitasi yang baik
merupakan pencegahan untuk penularan diare infeksi bakteri.
27