GED Ringan Sedang

37
BAB I STATUS PASIEN IDENTITAS PASIEN Nama : An. S Umur : 1 tahun JK : Perempuan Alamat : Telaga, Cikalong BB : 10 kg TB : 74 cm Masuk RS : 7 September 2012 ANAMNESIS (Alloanamnesis Alloanamnesis dengan ibu pasien) Keluhan utama : Mencret sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS. Riwayat penyakit Sekarang: Ibu pasien mengeluhkan anaknya buang air besar (BAB) terus menerus sejak 3 hari yang lalu. BAB dengan konsistensi cair, berwarna kuning kecoklatan, ada ampas berwarna hijau, tidak ada lendir dan darah. Frekuensi sebanyak kurang lebih 1

description

diare akut pada anak

Transcript of GED Ringan Sedang

BAB I

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. S

Umur : 1 tahun

JK : Perempuan

Alamat: Telaga, Cikalong

BB : 10 kg

TB : 74 cm

Masuk RS : 7 September 2012

ANAMNESIS (Alloanamnesis Alloanamnesis dengan ibu pasien)

Keluhan utama :

Mencret sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS.

Riwayat penyakit Sekarang:

Ibu pasien mengeluhkan anaknya buang air besar (BAB) terus menerus sejak 3

hari yang lalu. BAB dengan konsistensi cair, berwarna kuning kecoklatan, ada ampas

berwarna hijau, tidak ada lendir dan darah. Frekuensi sebanyak kurang lebih 5 kali per

hari, dan sekali BAB sebanyak 1/2 gelas. Mencret disertai dengan muntah setiap makan

dan minum sebanyak 4 kali perhari. Muntah isi air dan makanan.

Ibu pasien juga mengeluhkan anak batuk 1 hari sebelumnya. Batuk jarang dan

berdahak. Dahak berwarna putih. Selain batuk, ibu pasien juga mengeluhkan anak lemas,

1

tidak nafsu makan, rasa haus meningkat menangis dan rewel. Keluhan disertai demam

sejak 7 hari sebelum masuk RS, tidak terlalu tinggi, hilang timbul, siang sama dengan

malam. Keluhan tidak disertai dengan sesak, pilek, kejang dan penurunan kesadaran.

Pasien dirawat oleh ibunya sendiri, pasien memiliki 2 botol susu yang setiap kali

digunakan dicuci dan direbus terlebih dahulu. Sumber air minum keluarga dari sumur.

Riwayat Penyakit dahulu:

Sebelumnya penderita pernah sakit seperti ini, dibawa ke dokter dan sembuh

– Kejang (-)

– Campak (-)

– TB paru (-)

Riwayat Penyakit keluarga:

Dikeluarga tidak ada yang sakit seperti ini

Kejang disangkal

TB Paru disangkal

Asma disangkal

Riwayat Psikososial :

Anak suka jajan diluar, dilingkungan sekitar tidak ada yang menderita sakit yang sama

Riwayat Kehamilan :

ANC rutin 1 bulan sekali ke posyandu..

Riwayat kelahiran:

Pasien lahir cukup bulan di rumah di tolong oleh bidan dengan persalinan spontan , BB

2800 gram, PB 47 cm. Langsung menangis, tidak ada kelainan atau cacat bawaan.

2

Riwayat Imunisasi:

Pasien sudah imunisasi Hep. B (1x), BCG (1x), Polio (3x), dan DPT (2x), Campak (1x).

Riwayat tumbuh kembang:

– Usia 0 – 3 bulan : tengkurap,

– Usia 3 – 6 bulan : angkat kepala dan bolak-balik, tertawa, bermain

dengan tangan

– Usia 6 – 9 bulan : duduk sendiri, merangkak, bertepuk tangan, ci

luk ba, mengoceh.

– Usia 9 – 12 bulan : mulai berdiri, bicara 2-3 suku kata,

berpartisipasi dalam bermain.

Kesan : tumbuh kembang sesuai

Riwayat makanan:

ASI (+): 0-6 bulan exclusively. Dan ASI tambahan 6 - sekarang. Diberi bubur tim, bubur

susu dan susu formula, riwayat mengganti makanan sebelumnya disangkal

Riwayat pengobatan:

Pasien belum berobat sebelumnya.

Riwayat Alergi:

Tidak ada yang memiliki riwayat alergi makanan atau obat-obatan.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan Umum : Sakit sedang, tampak haus dan rewel

BB : 10 kg

3

TB : 74 cm

Status Gizi

BB/U = 10/9,5 x 100 % = 105 % è normal

TB/U = 74/74 x 100 % = 100 % è normal

BB/TB = 10/9,1 x 100% = 109 % è normal

Tanda vital:

Nadi : 108 x/menit, reguler, isi cukup

Respirasi : 28 x/menit

Suhu : 37,68oC

STATUS GENERALIS

Kepala

Bentuk : normochepal

Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, edema palpebra(-), mata

cekung (+/+), air mata (+/+)

Hidung : pernapasan cuping hidung (-), deviasi septum (-), sekret (-/-), darah (-/-)

Telinga : Normotia, sekret (-/-)

Mulut : bibir kering (+), lidah kotor (-), perdarahan gusi (-), T1/T1

Leher :

Inspeksi : Pembesaran Kelenjar Tiroid (-)

Palpasi : Pembesaran KGB (-)

Thorak : Normochest

Inspeksi

Dada : simetris kanan kiri

Retraksi : -/-

4

Palpasi

Vocal Fremitus : simetris kanan kiri

Dada tertinggal : -/-

Perkusi paru : tidak dilakukan

Auskultasi : Vesikuler

Wheezing : -/-

Ronki : -/-

Jantung : BJ I dan II normal, murmur (-), gallops (-)

Abdomen :

Inspeksi : distensi abdomen (-), asites (-)

Auskultasi : bising usus (+), 14x/menit (meningkat)

Palpasi : turgor kembali melambat

Perkusi : timpani

Ekstremitas :

atas bawah

Sianosis : -/- -/-

Akral dingin : -/- -/-

Udem : -/- -/-

petekie : -/- -/-

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah rutin :

JENIS HASIL

WBC 8,2 x 103/uL

LY% 22,2 %

5

MO %

GR%

LY#

MO#

GR#

3,1%

74,7%

1,8 x 103 / uL

0,3 x 103 / uL

6,1 x 103 / uL

RBC 4,7 x 106 / uL

HGB 9, 3 g/dL

HCT 28, 5 %

MCV 60,6 fL

MCH 19,8 pg

MCHC 32,6 g/dL

PLT 184 x 103 / uL

RDW 15,3 %

PCT 0,12 %

MPV 7,0 fl

PDW 16,3 %

6

RESUME

Seorang anak perempuan umur 1 tahun, mencret (+) sejak 3 hari yang lalu,

muntah (+), demam (+) nafsu makan menurun. Batuk berdahak (+), lemas (

+), rasa haus meningkat (+). Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak rewel

dan haus, mata cekung (+), turgor melambat, bising usus meningkat. Status gizi baik dan

tumbuh kembang normal sesuai usia.

WORKING DIAGNOSE

• Diare akut dengan dehidrasi sedang

• Status gizi baik

• Imunisasi lengkap

DIAGNOSA BANDING

• Diare akut ec virus

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Cek darah rutin

Cek elektrolit

Analisa feses

PENATALAKSANAAN

Upaya rehidrasi oral dengan rencana terapi B dari WHO yaitu 75cc x 10 kg = 750

cc dalam 3 jam

Infus RL 10 x 110 / 96 = 12 tetes/menit

Pemberian oralit (diberikan setiap anak mencret atau muntah)

Zinc 1 x 1 cth selama 10-12 hari

7

Lacto – B 1 x 1 sahet

Sanmol syrup 3 x 1 cth

Terapi dietetik dengan pemberian makanan lunak yang rendah serat dengan porsi

kecil dan frekuensinya lebih sering dari sebelumnya.

Edukasi pada ibu tentang higiene perorangan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE AKUT PADA ANAK

2.1. Definisi

Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja yang

frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan

berlangsung kurang dari 14 hari.

2.2 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di dunia

sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian kematian

tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama

morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliar

kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. (Parashar,2003).

Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2

episode per tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia

tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak – anak dengan usia kurang dari 5 tahun di

Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur, prevalensi

tertinggi terjadi pada usia 6-11 bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35 bulan (12,0)

(Biro pusat statistik, 2003).

Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara berkembang

telah turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003. Di

Indonesia angka kematian diare juga telah turun tajam dari 40% tahun 1972 menjadi 24,9

pada tahun 1980, 10% tahun 1985 hingga 7,4 % tahun 1996 dari semua kasus kematian.

9

Walaupun angka kematian karena diare telah turun, angka kesakitan karena diare tetap

tinggi baik di negara maju maupun di negara berkembang.

Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di

negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan

KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.

2.3 Etiologi

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab

utama diare)

Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo bacter,yersinia,

aeromonas, dan sebagainya

Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain

Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia

lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida albicans)

b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis Media

Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya

(sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)

2. Faktor Malabsorpsi

a. Malabsorbsi karbohidrat

Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa

Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein

3. Faktor makanan

Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan

4. Lain-lain

a. Imunodefisiensi

b. Gangguan psikologis (cemas dan takut)

c. Faktor-faktor langsung:

KKP (Kurang Kalori Protein)

10

Kesehatan pribadi dan lingkungan

Sosioekonomi

2.4 Patofisiologi

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare

osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.

- Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh

usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus

meningkat yang akan menarik cairan.

- Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi cAMP dan

cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.

- Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada

kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi usus

serta hipertiroid.

Mekanisme primer yang menyebabkan diare akut adalah:

1. Rusaknya vili-vili di sekitar daerah brush boarder usus halus, yang menyebabkan

malabsorbsi yang menyebabkan diare karena gangguan osmotik.

2. Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan enterosit reseptor yg spesifik

yang menyebabkan terlepasnya ion klorida kedalam membran intestinal sehingga

menyebabkan gangguan absorbsi sehingga menyebabkan diare.

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk

melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan

kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya

belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan

11

dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan

motilitasnya sehingga timbul diare.

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan

dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen.

Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan

patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat

menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi

sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga

menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah

dalam tinja yang disebut disentri.

2.5 Manifestasi kinis

Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang

kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama

berubah kehijauan karena bercampur dengan, daerah anus dan sekitarnya timbul luka

lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus

selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat

disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam

basa dan elektrolit.

Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala

dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun

cekung (bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila keadaan ini terus

berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut jantung

menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien tampak lemah

dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila

terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas cepat dan dalam (pernafasan

kusmaul).

2.6. Komplikasi Diare

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :

12

1. Kehilangan cairan (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air. Klasifikasi

tingkat dehidrasi anak dengan diare yaitu :

Penilaian Dehidrasi Menurut MTBS

Teradapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut ini:

Letargis atau tidak sadar Mata cekung Tidak bisa minum atau malas

minum Cubitan kulit perut kembalinya

sangat lambat

DEHIDRASI BERAT

13

Teradapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut ini:

Gelisah, rewel/mudah masalah Mata cekung Cubitan kulit perut kembalinya

lambat

DEHIDRASI

RINGAN/SEDANG

Tidak cukup tanda-tanda untuk

diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat

atau ringan/sedang TANPA DEHIDRASI

2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)

Metabolik asidosis terjadi karena :

a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses

b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna

sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.

c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.

d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

dikeluarkan oleh ginjal.

e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intraselular.

Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan,

pernapasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan kuszmaull.

Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk

mempertahankan pH darah.

3. Hipoglikemia

Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih

sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini terjadi karena :

a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu

b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.

Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40

mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut berupa:

lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok, kejang sampai koma.

14

4. Gangguan gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya

penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena :

a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau

muntahnya akan bertambah berat.

b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.

c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik

karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan

sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang

dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat mengakibatkan

perdarahan di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran (soporokomatusa) dan bila

tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.

2.7. Kriteria Diagnosis

a. Anamnesis

Riwayat pemberian makan anak sangat panting dalam melakukan tatalaksana

anak dengan diare, tanyakan juga hal-hal berikut:

Diare

- frekuensi buang air besar (BAB) anak

- lamanya diare terjadi (berapa hari)

- apakah ada darah dalam tinja

- apakah ada muntah

Laporan setempat mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) kolera.

Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak atau pengobatan lainnya.

Gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan pada bayi).

b. Pemeriksaan fisik

15

Tanda dan gejala tanpa dehidrasi atau,

Tanda dan gejala dehidrasi ringan sedang atau,

Tanda dan gejala dehidrasi berat dengan atau tanpa syok

Dapat disertai atau tidak tanda dan gejala gangguan keseimbangan elektrolit dan

atau gangguan keseimbangan asam basa.

c. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak

diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab

dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita

dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada

sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang

diperlukan pada saat diare akut :

Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan

kepekaan terhadap antibiotika.

Urine : Urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.

Feses : Feses : dapat disertai darah atau lender

PH asam diare osmotic

Leukosit > 5 / LPB disentri

Bentuk klinis diare berdasarkan penyebabnya :

16

2.8. Pengobatan Diare

Prinsip penatalaksanaan penderita diare adalah:

a. Mencegah terjadinya diare

Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah

terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum

lebih banyak dengan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air tajun, kuah sayur,

air sup, air teh. Bila tidak memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan, berikan

air matang. Jangan diberikan cairan yang osmolaritasnya tinggi, yaitu yang terlalu

manis sepeti soft drink.

b. Mengobati dehidrasi

Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderit harus segera dibawa ke

petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat

dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera

diberikan cairan intravena dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.

c. Pemberian ASI / makanan

Pemberian ASI / makanan selama serangan diare bertujuan untuk memberikan gizi

pada penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah

berkurangnya berat badan. 8

d. Pemberian Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih dari 90

macam enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya, termasuk enzim

superoksida dismutase (Linder,1999). Enzim ini berfungsi untuk metabolisme

radikal bebas superoksida sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh berkurang.

Pada proses inflamasi, kadar radikal bebas superoksida meningkat, sehingga dapat

17

merusak berbagai jenis jaringan termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al,

2006).

Zinc  yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat seorang

anak menderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti zinc yang hilang

dalam proses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga kesehatannya di bulan-bulan

mendatang.

Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc untuk

terapi diare karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah hari lamanya

seorang anak menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan penyakit tersebut, serta

menurunkan kemungkinan anak kembali mengalami diare 2-3 bulan berikutnya.

Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat bermanfaat

untuk membantu penyembuhan diare. Zinc sebaiknya diberikan sampai 10-14 hari,

walaupun diarenya sudah sembuh. 11 Sayangnya suplemen Zinc ini belum banyak beredar

di apotek di Indonesia. Di beberapa RS besar di Indonesia telah menggunakan suplemen

Zinc dalam bentuk suspensi untuk penatalaksanaan diare akut.

Unit Kerja Koordinasi Gastrohepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (2009),

dengan mengkaji berbagai kepustakaan yang berkaitan dengan penggunaan Zinc dan

Cairan Rehidrasi Oral pada penderita diare, maka disimpulkan bahwa pemberian Zinc

dan Cairan Rehidrasi Oral Hipoosmolar pada anak dengan diare memenuhi 'Level of

Evidence' I (satu) dengan derajat rekomendasi A.

Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :

Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg) sekali sehari

selama sepuluh hari berturut-turut.

Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari selama

sepuluh hari berturut-turut.

Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau ASI dalam

sendok teh.

Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit/LGG

Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah berhenti

sebelum 10 hari)

18

Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc, berikan lagi

tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan beberapa kali

hingga satu dosis penuh.

Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap berikan tablet

zinc segera setelah anak dapat minum atau makan.

e. Pemberian Probiotik

Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau jamur

yang tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang bila

diberikan sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat memberikan

keuntungan bagi kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik

didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh

bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena

tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatan

diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,

speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika

yang tidak rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan travellers’s diarrhea.

Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare

akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan

efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-

kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian

sebanyak 1-2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare

adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap

beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit, modifikasi

toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus dan imunno modulasi.

Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering digunakan

sebagai suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah Lactic Acid Bacteria

(LAB). Golongan LAB dapat mengubah gula dan karbohidrat menjadi asam laktat, yang

berfungsi menurunkan kadar pH saluran gastrointestinal, sehingga menghambat

19

pertumbuhan bakteri patogen. Contoh strain golongan LAB adalah Lactobacillus dan

Bifidobacterium.

Sejak dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff,

pada awal abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak dilakukan untuk

menguji kemanfaatannya pada populasi anak. Produk komersial yang mengandung

probiotik sebagai suplemen banyak tersedia di pasaran. Kemanfaatan probiotik terutama

banyak dilihat dari aspek pencegahan dan terapi penyakit, terutama penyakit alergi dan

infeksi.

Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang paling

banyak dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik. Secara teoritis, probiotik dapat

mengurangi keparahan diare melalui efek kompetisi dengan patogen, imunomodulator,

meningkatkan sekresi IgA mukosa usus, dan mengurangi kejadian intoleransi laktosa.

Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut. Meta-

analisis yang dilakukan oleh Szajewska et al menunjukkan bahwa pemberian suplemen

Lactobacillus mengurangi durasi diare akut sehari lebih cepat dibandingkan plasebo (95%

CI) dengan level of evidence 1a. Efektivitasnya terutama lebih baik pada mereka dengan

etiologi rotavirus, yang merupakan penyebab terbanyak diare akut pada anak.

f. Pemberian Antibiotik

Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh

karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada

sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari

diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan

karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi

kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat

serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau

segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan

paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.

Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:

20

Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau Erytromycin 12,5

mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari

Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau Ceftriaxone 50-

100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.

Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus

berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)

(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)

Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.

g. Mengobati masalah lain

Obat-obatan “anti diare” dan anti muntah tidak boleh diberikan pada anak dengan

diare. Anti diare tidak dianjurkan karena belum adanya bukti mengenai diare yang

berdaya guna, sehingga penggunaan anti diare hanya menimbulkan beban biaya.

h. Pemberian nasehat

Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa

anaknya kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita

sebagai berikut:

Buang air besar cair lebih sering

Muntah berulang-ulang

Rasa haus yang nyata

Makan atau minum sedikit

Demam

Tinja berdarah

21

RENCANA TERAPI A

UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH

PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI

22

RENCANA TERAPI B

UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

23

RENCANA TERAPI C

UNTUK DEHIDRASI BERAT

Ikuti arah anak panah , bila jawaban dari pertanyaan ya , teruskan ke kanan bila tidak,

teruskan kebawah.

24

2.9. Tatalaksana Nutrisi Pada Diare

Ibu perlu dibimbing tentang cara pemberian makanan yang baik pada anak,

mengajari pentingnya meneruskan pemberian makanan penuh selama diare dan

membantu usaha mereka untuk mengikuti anjuran ini. Empat kunci utama tatalaksana

gizi diare yang benar:

Menilai status gizi

Memberi makanan yang tepat pada saat episode diare

Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak

lanjutnya.

Komunikasi yang efektif tentang anjuran diet kepada ibu.

Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi

diperbolehkan sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di berikan untuk

menambah larutan oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di terima bila timbul

dehidrasi maka pemberian susu harus di hentikan selama rehidrasi untuk 4-6 jam dan

kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak bila anak berumur 4 bulan atau lebih sudah

bisa menerima makanan lunak, makanan ini harus di teruskan. Bayi umur 6 bulan atau

lebih harus mulai di berikan makanan lunak bila belum pernah di beri. Bila timbul

dehidrasi makanan ini harus di hentikan 4 – 6 jan untuk rehidrasi untuk kemudian di

lanjutkan lagi. Paling tidak separuh makanan diet harus berasal dari makanan porsi kecil

tetapi sering (6 kali atau lebih) dan mereka harus di bujuk untuk makan.

Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan kebaikan dalam

penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian dua kali sehari selama 5

25

hari dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam mengurangi frekuensi, serta durasi

penyakit diare. Probiotik dipercaya dapat mengurangi lama waktu kesakitan, dengan

meningkatkan respon imun, memperbaiki mukosa usus, sebagai substansi penting dalam

antimikroba dan menyeimbangan jumlah mikroba diusus. Angka penguranga dari

frekuensi defekasi secara drastis dalam <3 hari terdapat pada kelompok yang

memeperoleh probiotik dengan kelompok kontrol. Konsistensi faeces yang lebih padat

dan durasi yang lebih pendek pada kelompok probiotik. Rata-rata lama durasi diare juga

mengalami hasil yang signifikan pada kelompok probiotik.

2.10. Pencegahan Diare

Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral dan

pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi dehidrasi,

kekurangan gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan, untuk mengurangi

insidensi diare, yaitu intervensi yang selain mengurangi penyebaran mikroorganisme

penyebab diare juga meningkatkan resistensi anak terhadap infeksi kuman ini.

Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak, kebanyakan

meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada bayi,

kebersihan perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih, pembuangan tinja

yang aman dan imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk promosi,

yaitu:

1. Pemberian ASI

2. Perbaikan makanan pendamping ASI

3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum

4. Cuci tangan

5. Penggunaan jamban

6. Pembuangan tinja bayi yang aman

7. Imunisasi campak.

Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik,

termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, penggunaan jas

26

panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan

yang terinfeksi. Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan

enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.

BAB IV

KESIMPULAN

Diare akut merupakan masalah yang sering terjadi baik di negara berkembang

maupun negara maju. Sebagian besar bersifat self limiting sehingga hanya perlu

diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Bila ada tanda dan gejala diare akut karena infeksi bakteri dapat diberikan terapi

antimikrobial secara empirik, yang kemudian dapat dilanjutkan dengan terapi spesifik

sesuai dengan hasil kultur.

Pengobatan simtomatik dapat diberikan karena efektif dan cukup aman bila

diberikan sesuai dengan aturan. Prognosis diare akut infeksi bakteri baik, dengan

morbiditas dan mortalitas yang minimal. Dengan higiene dan sanitasi yang baik

merupakan pencegahan untuk penularan diare infeksi bakteri.

27