gaya pemimpin.docx

15
BEBAN KERJA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT DI RUMAH SAKIT UMUM LASINRANG KABUPATEN PINRANG TAHUN 2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya di tandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber daya manusia, (Depkes RI (2002) dalam Haryani (2008)). Rumah Sakit khususnya di Unit Gawat Darurat (UGD) memiliki peran sebagai gerbang utama jalan masuknya

Transcript of gaya pemimpin.docx

Page 1: gaya pemimpin.docx

BEBAN KERJA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT DI RUMAH SAKIT UMUM LASINRANG KABUPATEN PINRANG TAHUN 2010

BAB  I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik

yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat  yang berfungsi

untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya

kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan

pelayanan kesehatan pada masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam

menjalankan fungsinya di tandai dengan adanya mutu pelayanan prima

rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit sangat di pengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya yang paling dominan  adalah sumber daya manusia,

(Depkes RI (2002) dalam Haryani (2008)).

Rumah Sakit khususnya di Unit Gawat Darurat (UGD) memiliki peran

sebagai gerbang utama jalan masuknya penderita gawat darurat.

Kemampuan  suatu fasilitas kesehatan secara keseluruhan dalam kualitas

dan kesiapan dalam perannya sebagai pusat rujukan penderita dari pra

rumah sakit  tercermin dari kemampuan unit gawat darurat. Bekerja di UGD

membutuhkan kecekatan, keterampilan, dan kesiagaan setiap saat,

(Hardianti, 2008).

Page 2: gaya pemimpin.docx

 Perawat merupakan tenaga penting dalam pelayanan kesehatan di

rumah sakit, mengingat pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam

terus menerus. Pelayanan keperawatan yang bermutu, efektif dan efisien

dapat tercapai bila didukung dengan jumlah perawat yang tepat sesuai

dengan kebutuhan. Oleh karena itu, perencanaan tenaga perawat terutama

dalam menentukan jumlah kebutuhan tenaga perlu dilakukan dengan sebaik-

baiknya agar dapat diperoleh ketenagaan yang efektif dan efisien, (Sukardi,

2005).

Menurut Gani, Beban kerja berkaitan erat dengan produktifitas tenaga

kesehatan, dimana 53,2% waktu yang benar-benar produktif yang digunakan

pelayanan kesehatan langsung dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan

penunjang, (Ilyas, 2004).

Menurut Yaslis Ilyas (2000), Tenaga kesehatan khususnya perawat,

dimana analisa beban kerjanya dapat dilihat dari aspek-aspek seperti tugas-

tugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utamanya, begitupun tugas

tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas

kerjanya sesuai dengan pendidikan yang ia peroleh, waktu kerja yang

digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang

berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu

perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik, (Irwandy, 2007).

Menurut Munandar (2001), menyatakan bahwa fluktuasi beban kerja

terjadi pada jangka waktu tertentu, sehingga terkadang bebannya sangat

ringan dan saat-saat lain bebannya bisa berlebihan. Situasi tersebut dapat

kita jumpai pada tenaga kerja yang bekerja pada rumah sakit khususnya

Page 3: gaya pemimpin.docx

perawat. Keadaan yang tidak tepat tersebut dapat menimbulkan kecemasan,

ketidakpuasan kerja dan kecenderungan meninggalkan kerja. Menurut

Kusmiati (2003), bahwa yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah

kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang di

butuhkan untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien dan

dokumentasi asuhan keperawatan serta banyaknya tugas tambahan yang

harus dikerjakan oleh seorang perawat sehingga dapat menganggu

penampilan kerja dari perawat tersebut.  Akibat negatif dari permasalahan

ini, kemungkinan timbul emosi perawat yang tidak sesuai yang diharapkan.

Beban kerja yang berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap produktifitas

tenaga kesehatan dan tentu saja berpengaruh terhadap produktifitas rumah

sakit itu sendiri, (Haryani, 2008).

Disamping tugas tambahan beban kerja seorang perawat juga sangat

dipengaruhi oleh waktu kerjanya. Apabila waktu kerja yang harus ditanggung

oleh perawat melebihi dari kapasitasnya maka akan berdampak buruk bagi

produktifitas perawat tersebut. Lonjakan pasien akibat DBD membuat

manajemen RS Budhi Asih Jakarta melakukan sistem double shift kepada

para perawatnya, sehingga banyak dari mereka yang bekerja melebihi dari

beban kerja yang seharusnya ditanggung oleh perawat tersebut, (Kompas

Cyber Media.Com, dalam Irwandy (2007), diakses 9 juni 2010).

Standar beban kerja tenaga kesehatan berdasarkan standar nasional

yaitu jumlah jam kerja perawat dalam 1 minggu = 40 jam, kalau hari kerja

efektif 5 hari per minggu, maka 40/5 = 8 jam per hari, kalau hari kerja efektif

Page 4: gaya pemimpin.docx

6 hari per minggu, maka 40/6 = 6,6 jam per hari, (Depkes RI (2006) dalam

Sadariah (2008)).

Adapun standar beban kerja yang digunakan di provinsi Sulawesi

Selatan adalah setiap tenaga kesehatan mempunyai beban kerja efektif

kira-kira 80% dari waktu kerja dalam sebulan. Waktu kerja normal per hari

adalah 8 jam, waktu  efektif untuk setiap tenaga kesehatan adalah 5 jam

per hari. Jadi total waktu kerja normal per bulan adalah 5 jam x 24 hari =

120 jam per bulan. Dari perhitungan tersebut dapat di simpulkan bahwa

beban kerja standar setiap tenaga adalah 80% sampai 100% dari waktu

kerja normal atau 120 jam sampai 150 jam per bulan, (kanwil Depkes Sul-

Sel (1999) dalam Sadariah (2008)).

Fenomena yang terjadi di UGD RSU Lasinrang Pinrang, sejak

dijalankannya program pelayanan kesehatan gratis yang di mulai pada

bulan juli tahun 2008 sehingga jumlah kunjungan meningkat tanpa adanya

penambahan tenaga dan dengan adanya tugas delegasi atau limpahan

wewenang yang dilaksanakan perawat  yang terlalu banyak sehingga

beban kerja perawat akan bertambah yang berdampak pada menurunnya

kinerja perawat tersebut. Hal ini menyebabkan pasien mengeluh karena

pasien merasa tidak langsung diberikan tindakan atau merasa tidak

dihiraukan oleh perawat.

Berdasarkan hal tersebut juga, selain perawat melaksanakan tugas

pokoknya juga melakukan tugas lain seperti tugas administrasi (mengimput

dan mengolah data pasien, membuat laporan visum, dan lain-lain). Untuk

menjalankan tugas dan fungsi yang bukan tugas dan fungsi perawat di atas

Page 5: gaya pemimpin.docx

akan menyita waktu perawat dalam menjalankan tugasnya. Ini akan

berpengaruh atau menambah waktu kerja perawat dalam bertugas. Oleh

karena selain waktu untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

ditambah dengan waktu untuk melakukan tugas dan fungsi lain.

Sebagai ujung tombak dalam pelayanan keperawatan rumah sakit,

IGD harus melayani semua kasus yang masuk ke rumah sakit. Dengan

kompleksitas kerja yang sedemikian rupa, maka perawat yang bertugas di

ruangan ini dituntut untuk memiliki kemampuan lebih di banding dengan

perawat yang melayani pasien di ruang yang lain. Setiap perawat yang

bertugas di ruang IGD wajib membekali diri dengan ilmu pengetahuan,

keterampilan, bahkan dianggap perlu mengikuti pelatihan-pelatihan yang

menunjang kemampuan perawat dalam menangani pasien secara cepat dan

tepat sesuai dengan kasus yang masuk ke IGD. Perawat juga dituntut untuk

mampu bekerjasama dengan tim kesehatan lain serta dapat berkomunikasi

dengan pasien dan keluarga pasien yang berkaitan dengan kondisi

kegawatan kasus di ruang tersebut.

Perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan indikator

Indonesia sehat 2010 dan pedoman penetapan indikator provinsi sehat dan

kabupaten/kota sehat serta perkiraan kebutuhan penambahan tenaga

kesehatan untuk mencapai Indonesia sehat 2010 berdasarkan indikator

sumber daya kesehatan tahun 2010 dalam kepmenkes no.

1202/MENKES/SK/VIII/2003. Adapun kebutuhan jumlah tenaga perawat

dan dokter tahun 2010 berdasarkan indikator indonesia sehat 2010 dengan

rasio perawat 117 per 100.000 penduduk dan kebutuhan jumlah perawat

Page 6: gaya pemimpin.docx

tahun 2010 sebanyak 276.049 orang sehingga perkiraan kebutuhan

penambahan perawat tahun 2010 sebanyak 6.495 orang. Sedangkan rasio

dokter umum 40 per 100.000 penduduk dan kebutuhan jumlah dokter

umum tahun 2010 sebanyak 94.376 orang sehingga perkiraan kebutuhan

penambahan dokter umum tahun 2010 sebanyak 8.749 orang.

Unit Gawat Darurat RSU Lasinrang dalam menjalankan fungsinya

didukung dengan ketenagaan sebagai berikut: tenaga medis 9 (sembilan)

orang dan tenaga perawat 20 (dua puluh) orang dengan jumlah kunjungan

UGD dari tahun ke tahun terus meningkat, (Data UGD RSU Lasinrang,

2010).

Berdasarkan data kunjungan tahun 2007 sebanyak 5.982 orang

dengan rata-rata jumlah pasien tiap hari sebanyak 16 orang, tahun  2008

sebanyak 10.177 orang dengan rata-rata jumlah pasien tiap hari sebanyak

28 orang, tahun 2009 sebanyak 11.139 orang dengan rata-rata jumlah

pasien tiap hari sebanyak 31 orang sedangkan pada tahun 2010 mulai dari

bulan januari-oktober sebanyak  9.477 orang dengan rata jumlah pasien

perhari sebanyak 32 orang, (Laporan pasien UGD, Rekam Medik RSU

Lasinrang, 2010). Dengan peningkatan jumlah pasien tersebut membuat

petugas UGD sempat kewalahan untuk memberikan pelayanan. Karena di

UGD terdapat 20 orang dan  setiap shift (regu) hanya terdapat 4  orang

perawat dan 1 orang dokter umum, (Data registrasi pasien UGD RSU

Lasinrang Pinrang, 2010).

= ( 31 x 4 ) + loss day ( 78 x 18 )       7                              286= 18 orang + 5 orang

Page 7: gaya pemimpin.docx

= 23 orang

Berdasarkan pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat  di rumah sakit menurut direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001), dengan memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit khususnya di unit gawat darurat. Dengan dasar perhitungan jumlah tenaga di Instalasi gawat darurat adalah rata-rata jumlah pasien per hari tahun 2010 sebanyak 32 orang, jumlah jam perawatan per hari sebanyak 4 jam, dan jam efektif yang digunakan per hari sebanyak 7 jam. Jadi kebutuhan tenaga perawat di UGD di RSU Lasinrang Pinrang adalah: = ( 32 x 4 ) + los day ( 78 x 18 )          7                            286= 18 orang + 5 orang

= 23 orang 

Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa tenaga perawat di UGD RSU

Lasinrang Pinrang masih diperlukan tambahan tenaga perawat.

Waktu kerja di UGD dibagi dalam 3 (tiga) shift yaitu shift pagi (jam

08.00-14.00), shift sore (jam 14.00-21.00) dan shift malam (jam 21.00-

08.00). Pada waktu pagi dan sore jumlah kunjungannya banyak

dibandingkan jumlah kunjungan pada waktu malam. Namun jumlah tenaga

perawat pada waktu pagi sudah mencukupi dalam hal penanganan

terhadap pasien yaitu 8 orang perawat yang terdiri dari perawat jaga dan

perawat yang bekerja sesuai dengan hari kerja pada umumnya. Sedangkan

pada waktu sore dengan jumlah kunjungan yang juga banyak akan tetapi

jumlah tenaga perawat hanya 4 orang. 

Dengan pembagian jumlah perawat yang tidak proporsional tersebut

sehingga perawat merasa beban kerjanya tinggi karena waktu kerjanya

Page 8: gaya pemimpin.docx

terkadang berlebih, hal ini diakibatkan oleh karena banyaknya pasien yang

masuk, belum lagi jika ada kejadian luar biasa seperti keracunan massal

sehingga dalam penanganannya memerlukan waktu ekstra. Dengan kondisi

yang seperti itu menyebabkan beban kerja perawat yang masuk shift pagi

bertambah, meskipun perawat shift sore sudah datang namun masih

kewalahan dalam menjalankan tugasnya sehingga perawat shift pagi yang

waktu kerjanya 08.00-14.00 namun  masih tetap bekerja hingga pukul

15.00-16.00.

Menurut hasil survay pendahuluan yang dilakukan pada perawat

UGD RSU Lasinrang Pinrang yang berjumlah 14 orang.  Dari 14 orang

tersebut yang telah diwawancarai rata-rata mengalami kelebihan beban

kerja, adapun hal-hal yang dirasakan perawat yaitu selalu dihadapkan pada

pengambilan keputusan yang tepat, melakukan tindakan untuk selalu

menyelamatkan pasien, seringnya melaksanakan tugas delegasi dari dokter

(memberikan obat-obatan secara intensif), dan kadang-kadang kurangnya

tenaga perawat dibanding jumlah pasien, (Hasil jawaban perawat dapat

dilihat matriks hasil jawaban pada lampiran).

Dampak beban kerja yang dirasakan perawat adalah sering merasa

lelah, tidak dapat rileks, otot tengkuk dan punggung tegang. Kadang-kadang

mereka mudah marah, sulit tidur, dan sulit berkonsentrasi, (Hasil jawaban

perawat dapat dilihat matriks hasil jawaban pada lampiran). Dari hasil

wawancara yang dilakukan Hardianti (2008), di UGD RSU Lasinrang Pinrang

tentang intensif, 11 orang perawat UGD mengatakan bahwa intensif yang

mereka terima tidak seimbang dengan apa yang mereka kerjakan.

Page 9: gaya pemimpin.docx

Disamping itu mereka jarang menerima penghargaan dan pengakuan jika

hasil kerja mereka baik.

Berdasarkan masalah di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian

tentang beban kerja perawat Unit Gawat Darurat (UGD) di Rumah Sakit

Umum (RSU) Lasinrang Pinrang.

B.   Batasan Masalah

Banyak aspek-aspek yang dilihat untuk menganalisa beban kerja

tenaga kesehatan khususnya perawat yang dikemukakan oleh Yaslis Ilyas

(2000). Namun karena keterbatasan waktu, tenaga dan demi efektifitas dan

efisiensi pelaksanaan penelitian maka penelitian ini dibatasi pada aspek

tugas pokok, tugas tambahan, waktu kerja, dan jumlah kunjungan.

Page 10: gaya pemimpin.docx

Gaya Kepemimpinan

Berbagai gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat dibedakan

atas empat macam,  yaitu :

a.       Gaya Kepemimpinan Diktator

Pada gaya kepemimpinan diktator  ( dictatorial leadership style ) ini upaya mencapai

tujuan dilakukan dengan menimbulkan ketakutanserta ancaman hukuman. Tidak ada

hubungan dengan bawahan, karena mereka dianggap hanya sebagai pelaksana dan

pekerja saja.

b.      Gaya Kepemimpinan Autokratis

Pada gaya kepemimpinan ini ( autocratic leadership style ) segala keputusan berada

di tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan tidak pernah dibenarkan.

Pada dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan gaya kepemimpinan dictator tetapi

dalam bobot yang agak kurang.

c.       Gaya Kepemimpinan Demokratis

Pada gaya kepemimpinan demokratis ( democratic leadership style ) ditemukan peran

serta bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah.

Hubungan dengan bawahan dibangun dengan baik. Segi positif dari gaya

kepemimpinan ini mendatangkan keuntungan antara lain: keputusan serta tindakan

yang lebih obyektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang

tinggi. Sedangkan kelemahannya : keputusan serta tindakan kadang - kadang lamban,

rasa tanggung jawab kurang, serta keputusan yang dibuat terkadang bukan suatu

keputusan yang terbaik.

d.      Gaya Kepemimpinan Santai

Pada gaya kepemimpinan santai ( laissez - faire leadership style ) ini peranan

pimpinan hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan,

jadi setiap anggota organisasi dapat melakukan kegiatan masing - masing sesuai

dengan kehendak masing - masing pula.