Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

27
GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DAN KEEFEKTIFAN KELOMPOK TANI DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM KONSERVASI TANAH DAN AIR I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap pemimpin agar bisa melaksanakan tugasnya harus memiliki wewenang atau kekuasaan. Berdasarkan wewenang itulah pemimpin akan membimbing, menggerakkan, dan mengarahkan mereka yang dipimpinnya menuju tujuan bersama. Cara menggunakan wewenang dapat berbeda-beda dari satu pemimpin ke pemimpin yang lain. Perbedaan cara penggunaan wewenang ini dapat menciptakan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Reberu dalam Mukoddam (1983) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan adalah cara pemimpin membawa diri sebagai pemimpin; cara ia “berlagak” dalam menggunakan kekuasaan. Dalam kajian tentang penyelenggaraan kegiatan konservasi tanah dan air di Indonesia umumnya, kelompok tani berperan sebagai ujung tombak pelaksana kegiatan di lapangan. Oleh karena itu salah satu penentu utama kesuksesan kegiatan konservasi tanah dan air di suatu daerah adalah keefektifan kelompok tani. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua kelompok tani berjalan efektif dalam menjalankan fungsinya. Beberapa hasil kajian sebelumnya menunjukkan bahwa faktor yang diduga banyak mempengaruhi pencapaian tujuan kelompok adalah kepemimpinan

Transcript of Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

Page 1: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

GAYA KOMUNIKASI PEMIMPIN DAN KEEFEKTIFAN

KELOMPOK TANI DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM

KONSERVASI TANAH DAN AIR

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap pemimpin agar bisa melaksanakan tugasnya harus memiliki wewenang atau

kekuasaan. Berdasarkan wewenang itulah pemimpin akan membimbing, menggerakkan, dan

mengarahkan mereka yang dipimpinnya menuju tujuan bersama. Cara menggunakan wewenang

dapat berbeda-beda dari satu pemimpin ke pemimpin yang lain. Perbedaan cara penggunaan

wewenang ini dapat menciptakan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Reberu dalam

Mukoddam (1983) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan adalah cara pemimpin membawa

diri sebagai pemimpin; cara ia “berlagak” dalam menggunakan kekuasaan.

Dalam kajian tentang penyelenggaraan kegiatan konservasi tanah dan air di Indonesia

umumnya, kelompok tani berperan sebagai ujung tombak pelaksana kegiatan di lapangan. Oleh

karena itu salah satu penentu utama kesuksesan kegiatan konservasi tanah dan air di suatu daerah

adalah keefektifan kelompok tani. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua

kelompok tani berjalan efektif dalam menjalankan fungsinya. Beberapa hasil kajian sebelumnya

menunjukkan bahwa faktor yang diduga banyak mempengaruhi pencapaian tujuan kelompok

adalah kepemimpinan kelompok. Pemimpin kelompok dipandang sebagai agen primer di dalam

menentukan struktur, suasana kelompok, tujuan, ideologi, serta aktivitas kelompok. Oleh karena

itu kepemimpinan merupakan kunci bahkan titik sentral kelompok (Yunasaf, 1997).

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.

Proses ini tentu memerlukan keahlian berkomunikasi yang efektif, yaitu kemampuan

menyampaikan makna sehingga orang lain terpengaruh dan mau mengerjakan suatu kegiatan

yang diharapkan (Gibson dan Hodgetts, 1991). Setiap gaya kepemimpinan tertentu dari

pemimpin kelompok tani, diduga akan memiliki gaya komunikasi yang tertentu pula yang akan

mempengaruhi efektifitas kelompok yang dipimpinnya. Gaya komunikasi pemimpin kelompok

Page 2: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

tani yang tepat diduga yang dapat menyesuaikan dengan tingkat kedewasaan anggota kelompok

tani yang dipimpinnya.

B. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan tingkat keeratan hubungan antara gaya komunikasi pemimpin kelompok tani

dengan keefektifan kelompok tani dalam menjalankan kegiatan konservasi tanah dan air.

2. Menjelaskan kaitan antara gaya komunikasi pemimpin kelompok tani dengan tingkat

kedewasaan dan karakteristik anggota kelompok tani.

II. METODE

Kajian ini dirancang sebagai kajian yang bersifat diskriptif korelasional melalui studi

kepustakaan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara kepada kelompok tani.

III. POKOK-POKOK PENGERTIAN

A. Gaya Komunikasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anonim, 1999) gaya memiliki banyak konotasi

arti. Ada yang berkonotasi kekuatan, sikap, irama/lagu, elok dan ragam (cara, rupa, bentuk) yang

khusus, mengenai tulisan, karangan, pemakaian bahasa dan bangunan rumah. Dalam konteks

komunikasi, gaya dapat diartikan ragam (cara) seseorang dalam pemakaian bahasa untuk

menyampaikan pesan kepada komunikan.

Mengacu pada pernyataan Gibson dan Hodgetts (1991) dan arti gaya secara bahasa

tersebut di atas, maka gaya komunikasi pemimpin dapat didefinisikan sebagai cara pemimpin

menyampaikan makna sehingga orang lain (pengikut) terpengaruh dan mau mengerjakan suatu

kegiatan yang diharapkan. Mengingat setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang khas,

Page 3: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

maka diduga akan memiliki gaya komunikasi yang khas. Karena tidak mungkin bagi seorang

pemimpin mempengaruhi orang lain (pengikut) untuk mencapai tujuan tertentu tanpa

berkomunikasi. Gaya komunikasinya diduga akan selaras dengan gaya kepemimpinannya.

Hampir semua penulis seperti Donnelly, et al. (1984), Gibson dan Hodgetts (1991), Holt

(1990), Monday, et al. (1990), Schermerhorn, et al. (1991) yang membahas teori kepemimpinan

selalu bermuara pada tiga teori kepemimpinan yaitu Teori Trait, Teori Personal Behavioral dan

Teori Situational Leadership. Dari semua teori kepemimpinan yang ada, menurut penulis teori

Situational Leadership dapat mencakup uraian teori-teori kepemimpinan lainnya. Meskipun

teori-teori kepemimpinan yang lain membahas dari sudut padang dan tingkat kedetilan yang

berbeda-beda namun pada intinnya pemimpin menggunakan empat gaya memimpin, yaitu: (1)

telling, memberi instruksi secara detail dan melakukan supervisi secara ketat; (2) selling,

menjelaskan keputusan-keputusannya dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk

mengklarifikasi; (3) participating, berbagi gagasan dan memfasilitasi proses pengambilan

keputusan bersama; (4) delegating, mendelegasikan pada anggota untuk membuat keputusan dan

melaksanakan.

Ditinjau dari model-model komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli terdapat tiga

aliran utama model komunikasi yaitu linier, relational dan convergence. Rincian sumber,

model/tipe, komponen utama dan definisi dari masing-masing model dirangkum oleh Sumardjo

(1999) sebagaimana tampak pada Tabel 1.

Mengacu pada empat gaya kepemimpinan dan tiga model komunikasi di atas, maka cara

sang pemimpin menyampaikan makna sehingga orang lain (pengikut) terpengaruh dan mau

mengerjakan suatu kegiatan yang diharapkan, akan sejalan dengan model-model komunikasi

yang ada. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (telling) pemimpin diduga akan

cenderung berkomunikasi secara linier (searah), dan menempatkan para anggota kelompok tani

sebagai komunikan dan pemimpin kelompok tani sebagai komunikator.

Tabel 1. Model Komunikasi Linier, Relational dan Convergence

No Sumber Tipe/Model Komponen Utama dari

Model

Definisi Model

Komunikasi

1 Westley dan Linier Pesan, Sumber (advocacy Komunikator

Page 4: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

Malcolm(1957)Newcomb(1953) Roger danKincaid

(1981)

roles), Gatekeepers (channelroles), Penerima (behavioruser system)Umpan balik (feedback)

Sumber (source)Pesan (message)Saluran (channels)Penerima (receiver)Umpan Balik (feedback)

menyampaikanpesan kepada komunikanmelalui penyaring (saluran)

2 Berlo ( 1960) Linier Suatu proses yang berlangsungdengan sumber secara intensifmerubah perilaku penerimapesan.

3 Schramm

(1973)

Relational Informasi Hubungan baikantara partisipan Penerimaaktif

Seperangkat aktivitas interaksiyang berpusat pada informasisebagai bagian dari hubungansosial tersebut.

4 Kincaid (1973);Roger dan

Kincaid

(1981)

Convergenc

e

Informasi (uncertainty)KonvergensiSaling pengertianKesepakatan bersamaTindakan bersamaJaringan hubungan social(network relationship)

Suatu proses konvergen denganinformasi yang disepakatibersama oleh pihak-pihak yangberkomunikasi dalam rangkamencapai saling pengertian(consensus)

Sumber: Sumardjo (1999: 89)

Pemimpin kelompok yang bergaya kepemimpinan selling, diduga melakukan komunikasi secara

kombinasi/berkisar antara linier dan relational. Sedangkan seorang pemimpin kelompok yang

bergaya kepemimpinan participating diduga akan melakukan komunikasi secara

kombinasi/berkisar antara relational dan convergence. Adapun seorang pemimpin kelompok

yang bergaya kepemimpinan delegating diduga akan melakukan komunikasi secara convergence.

Secara ringkas keterkaitan antara gaya kepemimpinan dan gaya komunikasi pemimpin disajikan

pada Tabel 2.

Tabel 2. Keterkaitan Gaya Kepemimpinan dan Gaya Komunikasi Pemimpin

Page 5: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

No Gaya Kepemimpinan (*) Gaya Komunikasi (**)

1

2

3

4

Telling, memberi instruksi secara detail danmelakukan supervise secara ketat.

Selling, menjelaskan keputusan-keputusannya danmemberikan kesempatan kepada anggota untukmengklarifikasi.

Participating, berbagi gagasan dan memfasilitasiproses pengambilan keputusan bersama.

Delegating, mendelegasikan pada anggota untukmembuat keputusan dan melaksanakan.

Linier

Linier-Relational

Relational-Convergence

Convergence

(*) Mengacu pada Teori Hersey dan Blanchard dalam Schermerhorn et al. (1991)

(**) Dimodifikasi dari Sumardjo (1999: 89)

Sesuai teori kepemimpinan situasional Hersey dan Blancharcd dalam Schermerhorn, et

al. (1991) kepemimpinan akan efektif jika gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin

sesuai dengan tingkat kesiapan (readiness level) dari para pengikutnya. Gaya kepemimpinan

telling akan tepat diterapkan ketika anggota kelompok tani memiliki tingkat

kesiapan/kedewasaan rendah. Pemimpin perlu memberikan arahan yang detail kepada anggota

yang tidak mampu dan tidak mau, untuk mengurangi ketidak percayaan diri terhadap tugas yang

harus mereka laksanakan. Gaya kepemimpinan selling akan tepat diterapkan ketika anggota

kelompok tani memiliki tingkat kesiapan/kedewasaan rendah sampai dengan sedang. Pemimpin

perlu memberikan arahan tugas bersamaan dengan dukungan kepada anggota yang tidak mampu

tetapi mau melaksanakan tugasnya. Dalam gaya kepemimpinan ini sang pemimpin

mengkombinasikan antara arahan dan penjelasan serta pemeliharaan antusiasme anggota untuk

melaksanakan tugasnya. Sedangkan gaya kepemimpinan participating akan tepat diterapkan

ketika anggota kelompok tani memiliki tingkat kesiapan/kedewasaan yang sedang sampai

dengan tinggi. Kepada anggota kelompok yang mampu tetapi tidak mau, pemimin perlu

memberikan dukungan agar motivasi mereka meningkat melalui berbagi (sharing) dalam

pengambilan keputusan. Dengan cara ini diharapkan dapat meningkatkan gairah mereka dalam

melaksanakan tugasnya.

Adapun gaya kepemimpinan delegating akan tepat diterapkan ketika anggota kelompok

tani memiliki tingkat kesiapan/kedewasaan yang tinggi. Pemimpin sangat sedikit memberikan

arahan ataupun dukungan dalam melaksanakan tugas, akan tetapi memberikan kesempatan

Page 6: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

seluas-luasnya kepada para anggota untuk mengambil keputusan dan melaksanakan tugasnya

yang dianggap perlu.

Agar fungsi kepemimpinan dapat berjalan secara efektif, maka pemimpin kelompok tani,

harus dapat berkomunikasi secara efektif tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan

konservasi tanah dan air sejak tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

monitoring. Artinya gaya komunikasi yang diterapkan pemimpin dalam mengkomunikasikan

hal-hal di atas harus sesuai dengan tingkat kedewasaan/atau kesiapan kelompok.

Ciri-ciri kedewasaan/kesiapan dari kelompok tani dalam menjalankan kegiatan

konservasi tanah dan air dapat diringkas sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.

Apabila gaya komunikasi pemimpin kelompok tersebut dapat berlangsung sesuai dengan

kondisi (kedewasaan/kesiapan) anggota, maka diduga tingkat pengetahuan, sikap dan

keterampilan kelompok tani tentang konservasi tanah dan air dalam keadaan baik/tinggi, pada

akhirnya keefektifan kelompok dapat diwujudkan.

Tabel 3. Indikator Tingkat Kedewasaan Berkelompok

No Aspek

Kedewasaan

Indikator Tingkat Kesiapan/ Kedewasaan *)

Tinggi Rendah

1 Tingkatpemahamananggotakelompokterhadap tujuankelompok

- Memahami tujuan kelompokdengan benar.- Memiliki kemauan untukmencapai tujuan kelompok.- Memiliki keterampilan untukmencapai tujuan kelompok.

- Tidak memiliki kemampuan untukmemahami tujuan kelompok.Berkelompok karena pengaruh/ ajakan/tekanan pihak lain.- Maka, tidak memiliki kemauan dankemampuan untuk mencapai tujuankelompok.

2 Tingkatkekompakananggotakelompok

- Memahami pentingnyakekompakan kelompok.- Memiliki kemauan untukberperan aktif dalammewujudkan kekompakankelompok.- Memiliki keterampilan untuk

- Tidak memahami pentingnyakekompakan kelompok.- Cenderung bertindak yang mengarahpada perpecahan kelompok.- Mudah menimbulkankonflik/perselisihan anggota

Page 7: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

menciptakan kekompakankelompok.

kelompok.

3 Tingkat inisiatifanggotakelompok

- Memiliki kemampuanberinisiatif dalam kegiatanKTA.- Memiliki kemauan untuk

berrinisiatif dalam kegiatan

- Memiliki keterampilan untukberinisiatif.

- Tidak mampu berinisiatif, cenderungmeniru, mengikuti.- Tidak mau berinisiatif, tidak maumemulai lebih dulu.

- Tidak memiliki keterampilan untukbetindak inovatif.

4 Tingkatkomitmenanggotakelompokterhadappencapaiantujuan kelompok

- Memahami pentingnyakomitmen dalamberkelompok.- Memiliki kemauan untukberperan aktif dalam menjagakomitmen untuk mewujudkantujuan kelompok.- Memiliki keterampilan dalammenumbuhkan komitmenuntuk mencapai tujuankelompok.

- Tidak memahami pentingnya komitmenkelompok.- Tidak memiliki kemauan untukmenumbuhkan komitmen kelompok,- Cenderung memudarkan komitmenkelompok.

Sumber: *) Disintesis dari Teori Hersey dan Blanchard (Schermerhorn et al., 1991)

Mengacu pada Yusuf (1989) keefektifan kelompok ditandai dengan tercapainya tujuan

dan kepuasan yang diperoleh para anggota kelompok. Dalam penelitian ini sejauhmana tujuan

kelompok tani telah dicapai akan diketahui melalui: (1) Tingkat pengetahuan tentang konservasi

tanah dan air, (2) Keadaan sikap terhadap kegiatan konservasi tanah dan air, (3) Tingkat

keterampilan tentang konservasi tanah air. Sedangkan kepuasan para anggota kelompok akan

diketahui melalui sejauhmana tingkat kesenangan dan kebanggaan menjadi anggota kelompok

tani. Indikator dari masingmasing dimensi keefektifan kelompok disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Indikator Keefektifan Kelompok dalam Melaksanakan Konservasi Tanah dan Air

(KTA)

No Dimensi Indikator

1 Tingkat pengetahuan tentang

konservasi tanah dan air

• Jumlah kegiatan vegetatif KTA yangdiketahui• Jumlah kegiatan sipil teknis KTA

Page 8: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

yang diketahui

2 Keadaan sikap terhadap kegiatankonservasi tanah dan air

• Sikap terhadap kegiatan vegetatifKTA• Sikap terhadap kegiatan sipil teknisKTA

3 Tingkat keterampilan tentangkonservasi tanah air

• Jumlah kegiatan vegetatif KTA yangdikuasai dan diterapkan• Jumlah kegiatan sipil teknis KTAyang dikuasai dan diterapkan

4 Tingkat kepuasan kelompok • Tingkat kesenangan anggota• Tingkat kebanggaan anggota

Sumber: Dimodifikasi dari Yusuf (1989)

B. Gaya Komunikasi Situasional

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa unsur utama kepemimpinan adalah

komunikasi, karena inti dari kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain dengan

komunikasi. Oleh karena itu, jika diasumsikan bahwa gaya kepemimpinan itu salah satu wujud

nyatanya adalah gaya komunikasi, maka teori kepemimpinan Hersey dan Blanchard (1989)

dalam Schermerhorn et al. (1991) dapat digunakan sebagai pijakan untuk menerangkan gaya

komunikasi pemimpin.

Atas dasar pola pikir ini maka jika gaya kepemimpinan yang efektif untuk mempengaruhi

anggota adalah gaya kepemimpinan situasional, yang mempertimbangkan tingkat kedewasaan

anggota, maka hasil penelitian yang telah diuraikan di atas menunjukkan hal yang sejalan dengan

gaya kepemimpinan. Sebelum digambarkan gaya komunikasi pemimpin, perlu disajikan lebih

dahulu teori gaya kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchard (1989) dalam Schermerhorn

et al. (1991).

Hampir semua penulis seperti Donnelly et al. (1984), Gibson dan Hodgetts (1991), Holt

(1990), Monday et al. (1990), Schermerhorn et al. (1991) yang membahas teori kepemimpinan

selalu bermuara pada 3 teori kepemimpinan yaitu Teori Trait, Teori Personal Behavioral dan

Page 9: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

Teori Situational Leadership. Dari semua teori kepemimpinan yang ada tersebut, teori Situational

Leadership dapat mencakup uraian teori-teori kepemimpinan lainnya.

Meskipun teori-teori kepemimpinan yang lain membahas dari sudut pandang dan tingkat

kedetailan yang berbeda-beda namun pada intinnya pemimpin menggunakan empat gaya

memimpin, yaitu: (1) telling, memberi instruksi secara detail dan melakukan supervisi secara

ketat; (2) selling, menjelaskan keputusan-keputusannya dan memberikan kesempatan kepada

anggota untuk mengklarifikasi; (3) participating, berbagi gagasan dan memfasilitasi proses

pengambilan keputusan bersama; (4) delegating, mendelegasikan pada anggota untuk membuat

keputusan dan melaksanakan. Dari keempat gaya kepemimpinan ini tidak ada gaya

kepemimpinan yang terbaik, namun masing-masing gaya kepemimpinan akan tepat sesuai

dengan tingkat kedewasaan anggota yang dipimpinnya.

Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (telling) pemimpin akan cenderung

berkomunikasi secara linier (searah), dan menempatkan para anggota kelompok tani sebagai

komunikan dan pemimpin kelompok tani sebagai komunikator. Sedangkan seorang pemimpin

kelompok yang bergaya kepemimpinan selling, akan melakukan komunikasi secara

kombinasi/berkisar antara linier dan relational. Sedangkan seorang pemimpin kelompok yang

bergaya kepemimpinan participating akan melakukan komunikasi secara kombinasi/berkisar

antara relational dan convergence. Adapun seorang pemimpin kelompok yang bergaya

kepemimpinan delegating akan melakukan komunikasi secara convergence.

Secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu faktor

biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis berhubungan dengan aspek fisik dan biologis

personal. Sedangkan aspek sosiopsikologis dapat diklasifikasikan ke dalam tiga komponen yaitu

komponen afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif (Rakhmat, 1989).

Lionberger dan Gwin (1982) menyatakan beberapa faktor harus dipertimbangkan dalam

melakukan strategi untuk menghasilkan komunikasi efektif antara lain:

1. Variabel personal, di dalamnya termasuk pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan orang tua,

kemampuan pengelolaan, kesehatan, umur maupun sikap.

Page 10: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

2. Variabel situasional, yakni ukuran lahan, kualitas tanah, suplai air, kelompok sosial, kebijakan

pemerintah, suplai tenaga kerja, kebiasaan cara berpikir dan aktivitas, dan standar untuk

menyatakan baik atau benar.

3. Variabel antara, yang termasuk disini antara lain informasi, fasilitas, tranportasi, kebijakan

pemerintah, program penyuluhan, tujuan-tujuan personal dari anggota kelompok, serta tujuan

kelompok itu sendiri.

4. Variabel perilaku maupun variabel dampak, di antaranya adopsi terhadap varietas bibit baru,

implementasi praktek budidaya yang baru, serta praktek-praktek bertani yang baru.

Bettinghaus (1973) menyatakan dalam hubungannya dengan perilaku komunikasi dan

adopsi inovasi, ada beberapa peubah karakteristik sosial ekonomi yang berhubungan dengan

perilaku komunikasi antara lain karakteristik demografi seperti: umur, pendidikan, pengetahuan,

dan pendapatan.

Ichwanudin (1998) dalam hasil penelitiannya menemukan bahwa karakteristik individu

seperti pendidikan, pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga, berhubungan nyata dengan

perilaku komunikasi dalam hal ini perilaku mencari informasi. Umur dan pendidikan, baik

pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, berhubungan nyata dengan perilaku

komunikasi dalam hal menyebarkan informasi.

Lebih lanjut komposisi kelompok sesungguhnya merupakan atau merujuk pada individu-

individu yang berada dalam kelompok, menyangkut karakteristik personal, kebiasaan

berperilaku, serta bereaksi atau memberi respon terhadap stimulasi individu lain. Ini berarti

komposisi kelompok menyangkut karakteristik dari anggota kelompok, sedangkan yang lain

adalah berkenaan dengan kombinasi dari karakteristik anggota yang variatif tadi menimbulkan

resultante tertentu dalam kelompok sebagai keseluruhan. Selanjutnya karakteristik personal yang

penting dalam konteks interaksi dalam kelompok dapat disebutkan antara lain umur, jenis

kelamin, dan kemampuan (pengetahuan atau nintelektual). Beberapa karakteristik ini akan

mempengaruhi bagaimana mereka berperilaku dalam kelompok (Dahnke dan Clatterbuck, 1990).

C. Perilaku Komunikasi

Gould dan Kolb, diacu dalam Hapsari (1994) menyatakan perilaku merupakan padanan

dari kata behavior dalam bahasa Inggris. Pengertian yang sangat umum, perilaku menunjukkan

Page 11: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

tindakan atau respon dari sesuatu atau sistem apapun dalam hubungan dengan lingkungan atau

situasi.

Perilaku komunikasi adalah tindakan atau kegiatan dalam melakukan proses komunikasi

seperti mencari, menerima, atau menyebarkan informasi. Peubah perilaku komunikasi menurut

Rogers (1983) antara lain: keterdedahan terhadap saluran komunikasi, interpersonal,

keterdedahan terhadap media massa dan partisipasi sosial, keterhubungan dengan sistem sosial

dan mencari informasi tentang inovasi.

Berlo (1960) menyatakan bahwa perilaku komunikasi seseorang akan menjadi kebiasaan

pelakunya. Mengamati perilaku komunikasi, seyogyanya dipertimbangkan bahwa pada dasarnya

seseorang akan melakukan kegiatan komunikasi sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya

berdasarkan penalaran sendiri.

Perilaku komunikasi dapat dideskripsikan dalam porsi yang dapat dipertimbangkan yaitu

sebagai permainan, perilaku alat, sebagian lagi sebagai perilaku egosentris. Beberapa aspek

komunikasi yang penting menurut Kinchaid & Schramm (1977) perlu mendapat perhatian bagi

seseorang dalam menggunakan komunikasi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhannya dan

disesuaikan dengan fungsinya, yaitu aspek keluar dan aspek kedalam tabel 5 menunjukkan

aspek-aspek komunikasi.

Tabel 5. Aspek-aspek Komunikasi

Fungsi Aspek ke-luar Aspek ke-Dalam

Radar Sosial Mencari informasi,Memberi informasi

Menerimainformasi

Manipulasi,Manajemenkeputusan

Persuasi,Komando

Interpretasi

Instruksi Mencari pengetahuan,Mengajar

Belajar

Hiburan Menghibur Menikmati

Sumber: Kinchaid & Schramm, 1977

Berlo (1960), membagi perilaku komunikasi dalam 4 level (jenjang) kedalaman, yaitu:

(1) hanya sekedar berbicara (only talk), pembicaraan bersifat umum; (2) saling ketergantungan

Page 12: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

(interdependent), pembicaraan yang lebih intensif dan serius; (3) empati (empathy), ditunjukkan

dengan kemampuan untuk menyampaikan saran-saran atas materi yang sedang dibicarakan; (4)

interaktif (interactive), ditunjukkan dengan kemampuan saling berdiskusi atau berargumentasi

tentang materi yang sedang dibicarakan. Dalam berkomunikasi, seseorang tidak harus memulai

dari level pertama, tetapi bisa saja langsung pada level kedua, ketiga atau keempat (Kinchaid &

Schramm, 1977).

Peubah perilaku komunikasi menurut Rogers (1983), antara lain: keterdedahan terhadap

saluran komunikasi interpersonal, keterdedahan terhadap media massa dan partisipasi sosial,

keterhubungan dengan sistem sosial, kosmopolit, kontak dengan agen pembaharu, mencari

informasi tentang inovasi, pengetahuan, dan kepemimpinan kepemukaan pendapat.

Terdapat beberapa pengaruh dasar dari kelompok terhadap perilaku komunikasi individu.

Pengaruh pada perilaku komunikasi ini pada individu disebut dengan pengaruh sosial. Pengaruh

sosial ini antara lain adalah konformitas, fasilitasi sosial, dan polarisasi. Konformitas adalah

adanya kecenderungan untuk melakukan hal yang sama apa yang dilakukan oleh kelompok.

Fasilitasi sosial adalah kemudahan bagi seorang individu dalam melakukan aktivitas komunikasi

karena dipengaruhi oleh kelompok. Polarisasi adalah proses peneguhan terhadap persepsi

tertentu individu karena interaksi dalam kelompok. Dengan demikian pengaruh sosial ini secara

nyata mempengaruhi perilaku individu dalam berkomunikasi (Rakhmat, 1999).

IV. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Ujung tombak dari kegiatan konservasi tanah dan air adalah kelompok tani. Keefektifan

kegiatan konservasi tanah dan air (KTA) secara tidak langsung berkaitan dengan tingkat

keefektifan kelompok tani dalam menjalankan KTA. Tingkat keefektifan kelompok tani diduga

dipengaruhi oleh gaya komunikasi pemimpin kelompok tani. Gaya komunikasi yang diterapkan

pemimpin kelompok tani tidak berdiri, namun diduga akan dipengaruhi oleh karakteristik

anggota dan tingkat kedewasaan anggota kelompok tani. Kerangka pikir makalah ini secara

skematis digambarkan pada Gambar 1.

Page 13: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis yang

diajukan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang nyata antara keefektifan kelompok tani dalam menjalankan

kegiatan konservasi tanah dan air dengan gaya komunikasi pemimpin kelompok tani.

2. Gaya komunikasi pemimpin kelompok tani berhubungan erat dengan tingkat kedewasaan

dan karakteristik anggota kelompok.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Gaya Komunikasi Pemimpin dan Kefektifan Kelompok Tani Konservasi Tanah dan Air dalam Melaksanakan Program Konservasi Tanah dan Air

X1= Karakteristik AnggotaKelompok:X1.1. UsiaX1.2. Jenis KelaminX1.3. Tingkat PendidikanX1.4. Jenis PekerjaanX1.5. PendapatanX1.6. Jumlah Tanggungan KeluargaX1.7. Penguasaan lahanX1.8. Akses terhadap Media MassaX1.9. Gaya Komunikasi AnggotaX1.10. Tingkat Partisipasi Anggota

X2= Tingkat KedewasaanBerkelompokX2.1 Tingkat pemahaman terhadap tujuan kelompokX2.2. Tingkat kekompakanX2.3. Tingkat inisiatifX2.4. Tingkat komitmen terhadap pencapaian tujuan kelompok

X3= GayaKomunikasiPemimpinKelompok Tani

X4= KeefektifanKelompokX4.1. Tingkatpengetahuantentang konservasitanah dan airX4.2. Keadaan Sikapterhadap kegiatankonservasi tanahdan airX4.3. TingkatKeterampilantentangkonservasi tanahairX4.4. Tingkat KepuasanAnggotaKelompok Tani

Page 14: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

V. PEMBAHASAN

Hasil penulusuran studi literatur, menunjukkan bahwa gaya komunikasi seorang

pemimpin kelompok tani berhubungan dengan tingkat keefektifan kelompok tani. Jika gaya

komunikasi diterapkan dengan tepat maka akan meningkatkan tingkat keefektifan kelompok tani.

Gaya komunikasi yang diterapkan oleh pemimpin kelompok tani, berkaitan dengan tingkat

partisipasi, gaya komunikasi anggota, tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan anggota kelompok

tani. Pemimpin kelompok tani akan cenderung bergaya komunikasi dua arah (convergence) jika

anggota kelompok tani berpartisipasi tinggi, bergaya komunikasi dua arah dan memiliki tingkat

pendapatan tinggi serta tingkat keterampilan pekerjaan yang tinggi.

Gaya komunikasi pemimpin kelompok tani juga berhubungan dengan tingkat

kedewasaan anggota. Semakin tinggi tingkat pemahaman anggota kelompok tani terhadap tujuan

kelompok, kekompakan anggota dalam berkelompok, tingkat inisiatif dan tingkat komitmen

anggota kelompok tani dalam menjalankan kegiatan KTA, akan mendorong pemimpin kelompok

tani untuk cenderung menggunakan gaya komunikasi dua arah (convergence). Tingkat

kedewasaan anggota kelompok tani berhubungan dengan tingkat pendapatan, tingkat partisipasi

dan tingkat penguasaan lahan anggota kelompok tani. Semakin tinggi tingkat pendapatan dan

partisipasi anggota kelompok tani, menjadikan anggota kelompok tani semakin dewasa.

Sebaliknya semakin tinggi tingkat penguasaann lahan anggota kelompok tani justru

mengakibatkan kelompok tani kurang dewasa. Hal inin disebabkan, jika anggota kelompok

mampu menguasai lahan yang semakin luas, ia merasa kurang perlu berkelompok karena merasa

dirinya telah mandiri. Sikap yang demikian justru berimplikasi pada munculnya perilaku yang

kurang dewasa dalam berkelompok.

A. Hubungan antara Karakteristik Anggota Kelompok dan Tingkat Kedewasaan Anggota

Kelompok Tani

Keadaan tingkat kedewasaan anggota kelompok tani berhubungan dengan beberapa

variabel karakteristik anggota kelompok tani yaitu tingkat pendapatan, tingkat penguasaan lahan

dan tingkat partisipasi anggota kelompok tani. Semakin tinggi tingkat pendapatan dan partisipasi

anggota kelompok tani, pada umumnya semakin tinggi tingkat pemahaman anggota kelompok

Page 15: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

tani terhadap tujuan kelompok, tingkat kekompakan, tingkat inisiatif dan tingkat komitmen

mereka dalam menjalankan kegiatan KTA (tingkat kedewasaan yang tinggi). Sedangkan jika

tingkat penguasaan lahan anggota kelompok tani tinggi, pada umumnya semakin rendah tingkat

pemahaman anggota kelompok terhadap tujuan kelompok, tingkat kekompakan, tingkat inisiatif

dan tingkat komitmen mereka dalam menjalankan kegiatan KTA (tingkat kedewasaan yang

rendah).

B. Hubungan antara Karakteristik Anggota Kelompok Tani dan Gaya Komunikasi Pemimpin

Kelompok Tani

Karakteristik anggota yang berhubungan dengan gaya komunikasi pemimpin kelompok

tani ada empat yaitu tingkat pendapatan, tingkat partisipasi anggota, gaya komunikasi anggota

dan jenis pekerjaan. Semakin tinggi tingkat pendapatan dan partisipasi anggota maka gaya

komunikasi pemimpin semakin mengarah pada gaya komunikasi convergence. Peningkatan

pendapatan anggota kelompok tani akan semakin meningkatkan rasa percaya diri anggota untuk

mengemukakan pendapat. Hal ini mendorong pemimpin kelompok tani menyesuaikan diri

dengan menerapkan gaya komunikasi dua arah (corelational atau convergence). Demikian pula

jika partisipasi anggota kelompok tani meningkat maka akan memicu pemimpin untuk

menerapkan gaya komunikasi dua arahn (convergence) juga. Bentuk hubungan yang sama terjadi

jika gaya komunikasi anggotan semakin convergence, maka pemimpin kelompok tani juga

semakin bergaya komunikasi convergence.

Pemimpin juga akan semakin bergaya komunikasi convegence ketika para anggota

kelompok tani memiliki jumlah pekerjaan lebih dari satu dan pekerjaan tambahan tersebut

memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan anggota kelompok tani mayoritas sebagai petani dengan

tingkat keterampilan yang rendah, sehingga pada umumnya lebih bersifat menunggu perintah

ketua kelompok. Pemimpin kelompok tani akan menerapkan gaya komunikasi yang linier ketika

berhadapan dengan anggota kelompok tani yang demikian ini. Namun pemimpin kelompok tani

akan berubah menerapkan gaya komunikasi convergence jika menghadapi anggota kelompok

tani yang memiliki jenis pekerjaan tambahan selain sebagai petani dan pekerjaan tersebut

memerlukan keahlian khusus. Anggota kelompok tani yang demikian lebih dewasa dalam

Page 16: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

bertindak dan pada umumnyan lebih memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat.

Kondisi yang demikian akan memicu pemimpin kelompok tani untuk menerapkan gaya

komunikasi yang sesuai yaitu convergence.

C. Hubungan antara Tingkat Kedewasaan Anggota Kelompok dan Gaya Komunikasi Pemimpin

Kelompok Tani

Gaya komunikasi yang diterapkan pemimpin kelompok tani dalam penelitian ini

berhubungan dengan tingkat kedewasaan anggota kelompok tani yang dicerminkan oleh

bagaimana tingkat pemahaman anggota kelompok tani terhadap tujuan kelompok, tingkat

kekompakan, tingkat inisiatif dan tingkat komitmen anggota kelompok tani dalam menjalankan

kegiatan KTA. Apabila tingkat pemahaman terhadap tujuan kelompok, kekompakan, inisiatif

dan komitmen anggota kelompok tani dalam menjalankan kegiatan KTA membaik maka

pemimpin kelompok tani akan cenderung menggunakan gaya komunikasi dua arah

(convergence).

D. Hubungan antara Gaya Komunikasi Pemimpin Kelompok Tani dan Efektifitas Kelompok

Tani

Efektifitas kelompok tani dalam menjalankan kegiatan KTA berhubungan dengan

bagaimana gaya komunikasi yang diterapkan oleh pemimpin kelompok tani. Jika gaya

komunikasi yang diterapkan oleh pemimpin kelompok semakin convergence (dua arah) maka

kelompok tani akan semakin efektif dalam melaksanakan kegiatan KTA. Jika pemimpin

kelompok tani yang menerapkan gaya komunikasi convergence berarti perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta evaluasi kegiatan KTA dilakukan secara

komunikasi dua arah dengan melibatkan seluruh anggota secara partisipatif. Melalui langkah

yang demikian, anggota mendapatkan pengetahuan tentang kegiatan KTA yang memadai baik

yang diperoleh dari sesama anggota maupun dari pemimpin kelompok tani, lalu tumbuh sikap

yang positif terhadap kegiatan KTA, kemudian terdorong untuk menekuni teknik-teknik KTA

agar bisa terampil dalam melakukan kegiatan KTA. Akhirnya para anggota kelompok tani

Page 17: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

merasa puas bergabung dalam kelompok tani yang pemimpinnya menerapkan gaya komunikasi

yang convergence, dan ini berarti kelompok tani tersebut efektif dalam menjalankan kegiatan

KTA

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kelompok tani di Indonesia secara umum memiliki tingkat keefektifan yang tinggi.

Tingkat keefektifan kelompok tani yang tinggi diindikasikan oleh tingginya tingkat

pengetahuan, sikap, dan keterampilan anggota kelompok tani dalam melaksanakan

kegiatan konservasi tanah dan air.

2. Keefektifan kelompok tani pada umumnya berhubungan dengan gaya komunikasi

pemimpin kelompok tani. Gaya komunikasi pemimpin kelompok tani yang convergence

(dua arah), cenderung mendorong tercapainya kelompok tani yang efektif dalam

menjalankan kegiatan konservasi tanah dan air.

3. Gaya komunikasi pemimpin kelompok tani yang convergence (dua arah), cenderung

terjadi pada kelompok tani yang telah dewasa. Gaya komunikasi yang demikian kondusif

bagi tumbuhnya partisipasi anggota kelompok tani.

4. Para pemimpin kelompok tani cenderung menerapkan gaya komunikasi convergence

(dua arah) pada: (1) anggota kelompok tani yang memiliki pendapatan tinggi; (2) anggota

kelompok tani yang bergaya komunikasi convergence (dua arah) dan (3) anggota

kelompok tani yang selain sebagai petani juga memiliki pekerjaan Tidak dewasa Dewasa

Reandah hubungan Tinggi Corelational- Linier-Corelational Convergence Convergence

Linier yang memerlukan keterampilan khusus seperti petani jamur, petani bunga,

menjahit, tukang bangunan, pegawai asuransi dan staf desa.

B. Saran

1. Gaya komunikasi pemimpin yang convergence perlu diterapkan pada kelompokkelompok

tani di Indonesia.

Page 18: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

2. Para penyuluh perlu meningkatkan kompetensi mereka dalam hal gaya komunikasi

kelompok tani, agar bisa memahami gaya komunikasi anggota dan pemimpin kelompok

tani. Peningkatan kompetensi dalam gaya komunikasi, khususnya yang convegence, bisa

dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan diskusi bersama antar penyuluh, dengan

mengundang nara sumber yang kompeten.

3. Mengingat kelompok-kelompok tani di Indonesia memiliki tingkat keefektifan kelompok

yang beragam, maka perlu difasilitasi pertemuan di antara para pemimpin kelompok tani

di daerah tersebut untuk saling berbagi pengalaman, khususnya dalam hal gaya

komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Gibson JH and Hodgetts RM. 1991. Organizational Communication: A Managerial

Perspective. NewYork: HarperCollins Publisher, Inc.

James H. Doonelly, Jr, James L. Gibson and John M. Ivancevich. 1984. Fundamentals of

Management. Fifth Edition. Texas: Busness Publication, Inc.

James H. Doonelly, Jr, James L. Gibson and John M. Ivancevich. 1992. Fundamentals of

Management. Eighth Edition. USA: Ricard D. Irwin, Inc.

Ma’mir, M. 2001. Perilaku Kepemimpinan Kontaktani Menurut Anggota Kelompok Tani.

Tesis. Bogor: IPB.

Sumardjo. 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan

Kemandirian Petani (Kasus di Propinsi Jawa Barat): Disertasi. Bogor: Institut

Page 19: Gaya Komunikasi Pemimpin Dan Keefektifan Kel

Pertanian Bogor.

Schermerhorn, J.R., J.G. Hunt, R.N. Osborn. 1991. Managing Organizational Behavior.

USA: John Wiley & Sons, Inc.

Yunasaf, U. 1997. Perilaku Kepemimpinan Kontaktani Menurut Anggota Kelompok Tani.

Tesis. Bogor: IPB