GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR...
Transcript of GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR...
MITIGASIGAS RUMAH KACA (GRK)
SEKTOR PERTANIAN
Informasi lebih lanjut ? Hubungi :Direktorat Jenderal HortikulturaDirektorat Perlindungan HortikulturaJalan AUP Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520P.O. Box 7228/JKSPM, Jakarta 12072Telp. (021) 7819117, Fax. (021) 78845628Home page/website: http://www.ditlin.hortikultura.pertanian.go.ide-mail: [email protected] [email protected]
Direktorat Jenderal HortikulturaDirektorat Perlindungan Hortikultura2016
1. Perluasan areal pertanian dan perkebunan di lahan tidak produktif / terdegradasi
2. Pemanfaatan lahan gambut terlantar terdegradasi untuk pertanian melalui tatakelola air dan ameliorasi yang menurunkan emisi GRK
3. Pengembangan teknologi pengelolaan lahan tanpa Bakar
4. Teknologi integrasi tanaman-ternak (padi sawah dan perkebunan)
5. Teknologi Minapadi (Padi-Ikan) untuk daerah dengan sumber air cukup
6. Teknologi pemupukan tepat sasaran (precision farming)
7. Teknologi tumpangsari tanaman perkebunan-pangan
8. Pemanfaatan limbah pertanian untuk energi (Biogas)
9. Pemberian pupuk organik untuk meningkatkan simpanan karbon dalam tanah
10. Pengelolaan air di lahan sawah dengan irigasi intermittent dan alternate wet and drying (AWD)
11. Teknologi pengelolaan pakan untuk sub sektor peternakan
Optimalisasi lahan
Penerapan teknologi budidaya tanaman
Pemanfaatan pupuk organik dan biopestisida
Pengembangan areal perkebunan (sawit, karet, kakao) di lahan tidak berhutan/terlantar/lahan terdegradasi/areal penggunaan lain (APL)
Pemanfaatan kotoran/urin ternak dan limbah pertanian untuk biogas
Pengelolaan lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan
Pengembangan pengelolaan lahan pertanian di lahan gambut terlantar dan terdegradasi untuk mendukung sub sektor perkebunan, peternakan dan hortikultura
Penelitian dan pengembangan teknologi rendah emisi, MRV/ sektor pertanian non gambut
Litbang teknologi rendah emisi, metodologi MRV/pada areal pertanian di lahan gambut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Status Emisi GRKSektor Pertanian Indonesia
Ø Kontribusi sektor pertanian terhadapemisi GRK nasional = 4%
Ø Pertanian berperan nyata dalam mereduksi emisi GRK melalui perbaikan penggunaanlahan & strategi pengelolaannya
Sumber Emisi GRK di IndonesiaPerubahan iklim yang terjadi karena akibat
pemanasan global yang disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Emisi GRK adalah lepasnya gas-gas
yang mempunyai efek rumah kaca pada suatu area ke atmosfer dalam j a n g k a w a k t u tertentu, baik yang disebabkan oleh proses alamiah dan b io log i maupun proses kimia dan f i s i k a a k i b a t aktivitas manusia, t e r m a s u k p e r t a n i a n .
Peningkatan emisi GRK secara langsung akan meningkatkan konsentrasi GRK di atmosfer yang menyebabkan pemanasan global akibat efek rumah kaca atau terhalangnya panas (heat) atau radiasi gelombang panjang ke luar atau ke atmosfir oleh GRK.
Menyikapi perubahan iklim, kebijakan pembangunan pertanian secara umum adalah meminimalisasi dampak negatif dari fenomena alam tersebut agar sasaran pembangunan pertanian tetap dapat dicapai. Kebijakan juga diarahkan untuk meningkatkan peran sektor pertanian, terutama subsektor perkebunan dan subsektor pertanian di lahan gambut, dalam menurunkan gas rumah kaca (GRK).
Pemerintah Indonesia telah meratifikasi terkait pemanasan global melalui Undang-Undang No. 17 tahun 2004, artinya Indonesia terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mengatasi perubahan iklim dengan target penurunan tingkat emisi rata-rata 5,2% sampai pada tahun 2012 untuk negara-negara maju ternasuk Indonesia. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPPC) memprediksi bahwa perubahan iklim saat ini berjalan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Oleh karena itu, perlu upaya ekstrim penurunan GRK sampai tahun 2050. Indonesia berkomitmen menurunkan emisi GRK 26% dengan kemampuan sendiri dan menjadi 41% dengan bantuan luar negeri sampai tahun 2020. Komitmen ini tertuang dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) GRK melalui Pepres 61 tahun 2011. Target pada 5 sektor utama yang terlibat langsung, yaitu kehutanan dan lahan gambut, limbah pertanian, industri, energi dan transportasi, dan pengelolaan limbah. serta Pepres No. 71 tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional. Berdasarkan Pepres RAN ( GRK, pertanian berkewajiban menurunkan emisinya sekitar 8 juta ton CO2e sampai tahun 2020.
Rencana Aksi Nasional)
Kebijakan yang akan ditempuh adalah:
1. Meningkatkan pemahaman petani dan pihak terkait dalam mengantisipasi perubahan iklim
2. Meningkatkan kemampuan sektor pertanian untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, termasuk membangun sistem asuransi perubahaniklim,
3. Merakit dan menerapkan teknologi tepat guna dalam memitigasi emisi GRK,
4. M e n i n g k a t k a n k i n e r j a p e n e l i t i a n d a n pengembangan dibidang adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
Sumber utama GRK terdiri atas CO , N O dan CH . 2 2 4
Gas CO diserap dari atmosfer melalui proses fotosintesis 2
dan dilepaskan melalui respirasi, dekompososisi, dan pembakaran bahan organik. Gas N O diemisikan sebagai 2
efek samping proses nitrifikasi dan denitrifikasi, sedangkan gas CH diemisikan melalui proses 4
metanogenesis pada kondisi anaerob dalam tanah, penyimpanan pupuk kandang melalui proses enteric fermentation, dan akibat pembakaran bahan organik tidak sempurna. Gas lain yang dihasilkan pada proses pembakaran adalah NO , NH , NMVOC dan CO yang 2 3
disebut emisi tidak langsung. Gas-gas tersebut merupakan pemicu (precursor) dalam pembentukan GRK di atmosfer. Emisi tidak langsung juga terjadi dari proses pencucian atau aliran permukaan yang membawa senyawa nitrogen, terutama NO yang 3
kemudian dapat dikonversi menjadi N O melalui proses 2
denitrifikasi.
Kebijakan Sektor Pertanian TerhadapAncaman Perubahan Iklim
Adaptasi
Mitigasi
1. Produktivitas pertanian naik
2. Emisi GRK turun