GAPOLITAN - ftp.unpad.ac.id filetor. Misalnya rendahnya ca-kupan layanan air perpipaan yang baru...

1
PENYEDOTAN air tanah besar- besaran berdampak buruk. Muka tanah bisa turun (ambles), kuali- tas air jadi buruk, begitu pun volume air tanah semakin berkurang. “Yang paling merasakan ada- lah masyarakat rumah tangga di sekitar itu,” ungkap Kepala Bi- dang Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Arie Herlambang, kemarin. Penyedotan air besar-besaran membuat air tanah dangkal menjadi sedikit. Setiap pergan- tian musim kering maupun hu- jan, air di bawah tanah sering naik dan turun mencuci zona pencemaran. Akibatnya, kualitas air tanah menjadi buruk karena tercemar. Selain itu, penduduk susah mendapatkan air. Oleh sebab itu, ia meminta warga lebih selektif dalam me- nyetujui persyaratan izin usaha yang tingkat penyedotan air ta- nahnya tinggi. Contohnya, usaha laundry dan pencucian mobil yang membutuhkan izin te- tangga. Menurutnya, warga sering sembarangan, menandatangani surat izin tetangga untuk suatu usaha tanpa menanyakan infor- masi lebih jelas berkenaan dengan sumber air yang digunakan. Giliran usaha sudah berjalan, air tanah tersedot banyak, baru- lah mereka komplain. Seharus- nya warga lebih kritis menanya- kan usaha apa, sumber air usaha dari mana, biar jelas. Begitu pun dengan pengolahan limbahnya yang dapat memengaruhi kese- hatan warga. Limbah buangan usaha tersebut harus yang terse- rap ke tanah. Dalam menghadapi dampak penyedotan air tanah besar-be- saran, masyarakat seyogianya mengantisipasi terutama berke- naan dengan volume air yang menurun. Dengan curah hujan yang cu- kup besar, masyarakat yang mengalami kelangkaan air sudah saatnya mulai membangun kesa- daran menampung air hujan. Misalnya, menampung di bak dengan ukuran 1 meter kubik air atau di bak yang lebih besar. Hasil tampungan dapat digu- nakan untuk mencuci dan man- di. “Upaya ini akan menjadi solusi yang efektif. Karena, 80% kebutuhan air rumah tangga untuk mandi dan cuci. Sedang- kan untuk minum hanya 10%,” jelasnya. Penampungan air hujan sa- ngat bermanfaat bagi permu- kiman padat penduduk maupun masyarakat kecil yang kesulitan air. Air tampungan bisa diguna- kan saat-saat darurat, seperti kebakaran dan sebagainya, ketimbang memakai air got. Daur ulang Menurut Arie Herlambang, sejak 20 tahun lalu, kondisi air tanah tidak mampu lagi me- nyokong kebutuhan masyarakat Jakarta. Karena itu, gedung-ge- dung pencakar langit maupun usaha-usaha kecil-menengah yang menjadi pelaku utama pe- nyedotan air tanah besar-besaran di Jakarta, harus berbenah de- ngan memiliki penampungan air hujan dan teknologi daur ulang sendiri. Gedung-gedung di Singapura sudah melakukannya. Teknologi daur ulang dan penampung hujan yang dimiliki gedung-ge- dung di negeri jiran itu mampu menyokong kebutuhan air untuk mereka sendiri sebanyak 35%. “Gedung-gedung di Jakarta pun perlu memiliki teknologi terse- but,” tandasnya. Arie mencontohkan, gedung besar di Jakarta rata-rata menye- dot air 300 meter kubik per hari. Dengan teknologi daur ulang bisa dihasilkan 100 meter kubik air. Jika ditambah dengan hasil penampungan hujan, sudah cu- kup untuk mendukung penghe- matan air. Teknologi daur ulang dan pe- nampung hujan tidak membu- tuhkan lahan yang luas sehingga mudah diterapkan. Investasi teknologi daur ulang pun sudah bisa kembali tiga tahun kemu- dian dari hasil penghematan. “Gedung-gedung di Jakarta harus mulai melakukan upaya tersebut. Dengan begitu, bisa lebih berhemat air tanah. Penye- dotan air dangkal dapat ditekan. Hasilnya, masyarakat luas pun dapat terbantu karena tersedia cukup air.” (*/J-1) GAPOLITAN 25 JUMAT, 25 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA P ERMUKAAN tanah wilayah Jakarta terus- menerus menurun karena penyedotan air melalui sumur bor dan sumur pantek semakin tidak terkendali. Kondisi tersebut sangat berbahaya. Apa yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI untuk mencegah Jakarta tenggelam, Selamat Saragih dari Media Indonesia mewawancarai Kepala Biro Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI Peni Susanti. Berikut petikannya. Apa upaya Pemprov DKI menanggulangi penurunan muka tanah? Pemprov DKI sudah banyak berbuat lewat penertiban sejak 2009 hingga 2011. Penyedotan air bawah tanah adalah masalah lama, maka penanggulangan- nya harus bertahap. Apakah penyebab penu- runan tanah itu pengambilan air berlebihan, beban bangunan, konsolidasi alamiah lapisan tanah, atau gaya tektonik? Permasalahan air bawah ta- nah disebabkan beberapa fak- tor. Misalnya rendahnya ca- kupan layanan air perpipaan yang baru mampu melayani sekitar 47% dari 9.558.198 jiwa populasi warga DKI. Berarti 53% belum menikmati air ber- sih dan mereka menggunakan air bawah tanah. Hal itu men- dorong eksploitasi berlebihan terhadap cadangan air tanah, khususnya air tanah dalam. Eksploitasi cadangan air ta- nah tinggi, sedangkan kapasi- tas pemulihan sangat rendah. Apa yang akan dilakukan? Kami membatasi pemakaian air tanah untuk keperluan ko- mersial seperti sumur dalam (bor) maksimal 100 m3 per hari setiap titik, sumur pantek mak- simum pemakaian 10 m3 per hari setiap titik. Kami terus meningkatkan pengendalian, pengawasan, dan pembinaan terhadap pengeboran serta pemakaian air tanah de- ngan memberi- kan teguran, peringatan, penyegelan, sampai pengecoran sumur. Upaya lainnya? Biro Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI sudah memperketat perizinan peman- faatan air tanah dalam. Apa lagi penyebab penu- runan muka tanah di Ibu Kota? Land subsidence. Penurunan muka tanah akibat proses pe- madatan/kompaksi alami, be- ban statis bangunan antara lain beban bangunan gedung dan jalan, pergerakan kulit bumi/ lempeng tektonik, dan dampak pengambilan air berlebihan. Dinas Pertambangan DKI dan LPPM ITB telah melaku- kan studi tentang terjadinya penurunan permukaan tanah Jakarta. Apa hasilnya? Berdasarkan studi yang di- lakukan Dinas Pertambangan DKI dan LPPM ITB pada 1999, pengambilan air tanah berper- an menimbulkan land subsidence sebesar 17,5%, sedangkan 82,5% lagi akibat beban bangunan dan kompaksi. Sekarang ini muncul ke- giatan usaha yang mengguna- kan sumur bor dan sumur pantek. Mengapa tidak ditertib- kan? Pener- tiban terus kami laku- kan. Pada 2009- 2010 ter- catat 570 lokasi kegiatan usaha dikenai sanksi, 122 peringatan, 44 dise- gel, 72 dicor, dan 4 perusahaan laundry di Jakarta Barat dijatuhi sanksi pidana. Putusan Peng- adilan Negeri Jakarta Barat pada 17 Februari 2011 yaitu menjatuh- kan denda Rp15 juta subsider kurungan empat bulan. Sanksi perdata juga telah dikenakan terhadap 12 lokasi kegiatan usaha sebesar Rp4,9 miliar. Pe- ngusaha tersebut menggunakan air tanah tanpa izin dan tidak membayar pajak. Warga yang menggunakan PAM tidak menyedot air ta- nah. Mengapa air di wilayah tersebut tidak dimanfaatkan? Kami membuat sarana kon- vensi (sumur resapan dan in- jeksi di Situ Babakan, Danau Sunter, Duku Atas, dan Pulo Mas) serta alat pemantau de- ngan AWLR dan telemetri. Apakah tidak ada upaya untuk menimbulkan efek jera bagi masyarakat yang menye- dot air secara berlebihan? Perlu peningkatan tarif pajak air bawah tanah relatif tinggi dari tarif air bersih perpipaan (PAM) untuk tujuan konser- vasi sesuai Surat Keputusan (SK) Gubernur DKI No 37/2009 tentang Harga Dasar Air Tanah Terendah Rp8.866 dan Tertinggi Rp23.333 per Sumur dan Satu Titik. Dasar SK Gubernur DKI No 4554/1999 terendah Rp650 sampai Rp4.400 per sumur dan satu titik. (J-1) DKI Batasi Pemakaian Air untuk Usaha Komersial Peni Susanti Kepala Biro Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI DOK PEMPROV DKI Sudah Saatnya Pakai Teknologi Daur Ulang MI/SUMARYANTO PENURUNAN TANAH: Kondisi tangga masuk Gedung Sarinah yang mengalami keretakan akibat amblesnya tanah di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (23/2). Amblesan tanah atau land subsidence adalah turunnya permukaan tanah akibat pengambilan air tanah yang melebihi kapasitas sehingga menyisakan rongga. MI/PANCA SYURKANI tanah di kawasan Ancol, Jakarta Utara, beberapa waktu lalu. Badan I Jakarta mengungkapkan tingkat pencemaran air tanah oleh bakteri pai 65%-93%. DOK PRIBADI Arie Herlambang Kepala Bidang Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan BPPT

Transcript of GAPOLITAN - ftp.unpad.ac.id filetor. Misalnya rendahnya ca-kupan layanan air perpipaan yang baru...

PENYEDOTAN air tanah besar-besaran berdampak buruk. Muka tanah bisa turun (ambles), kuali-tas air jadi buruk, begitu pun volume air tanah semakin berkurang.

“Yang paling merasakan ada-lah masyarakat rumah tangga di sekitar itu,” ungkap Kepala Bi-dang Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Arie Herlambang, kemarin.

Penyedotan air besar-besaran membuat air tanah dangkal menjadi sedikit. Setiap pergan-tian musim kering maupun hu-jan, air di bawah tanah sering naik dan turun mencuci zona pencemaran. Akibatnya, kualitas air tanah menjadi buruk karena tercemar. Selain itu, penduduk susah mendapatkan air.

Oleh sebab itu, ia meminta warga lebih selektif dalam me-nyetujui persyaratan izin usaha yang tingkat penyedotan air ta-nahnya tinggi. Contohnya, usaha laundry dan pencucian mobil yang membutuhkan izin te-tangga.

Menurutnya, warga sering sembarangan, menandatangani surat izin tetangga untuk suatu usaha tanpa menanyakan infor-masi lebih jelas berkenaan dengan sumber air yang digunakan.

Giliran usaha sudah berjalan, air tanah tersedot banyak, baru-lah mereka komplain. Seharus-nya warga lebih kritis menanya-kan usaha apa, sumber air usaha dari mana, biar jelas. Begitu pun dengan pengolahan limbahnya yang dapat memengaruhi kese-hatan warga. Limbah buangan usaha tersebut harus yang terse-rap ke tanah.

Dalam menghadapi dampak penyedotan air tanah besar-be-saran, masyarakat seyogianya mengantisipasi terutama berke-naan dengan volume air yang menurun.

Dengan curah hujan yang cu-kup besar, masyarakat yang mengalami kelangkaan air sudah saatnya mulai membangun kesa-daran menampung air hujan. Misalnya, menampung di bak dengan ukuran 1 meter kubik air atau di bak yang lebih besar.

Hasil tampungan dapat digu-nakan untuk mencuci dan man-di. “Upaya ini akan menjadi solusi yang efektif. Karena, 80% kebutuhan air rumah tangga untuk mandi dan cuci. Sedang-kan untuk minum hanya 10%,” jelasnya.

Penampungan air hujan sa-ngat bermanfaat bagi permu-kiman padat penduduk maupun masyarakat kecil yang kesulitan air. Air tampungan bisa diguna-kan saat-saat darurat, seperti kebakaran dan sebagainya, ketimbang memakai air got.

Daur ulang Menurut Arie Herlambang,

sejak 20 tahun lalu, kondisi air tanah tidak mampu lagi me-nyokong kebutuhan masyarakat Jakarta. Karena itu, gedung-ge-dung pencakar langit maupun usaha-usaha kecil-menengah yang menjadi pelaku utama pe-nyedotan air tanah besar-besaran di Jakarta, harus berbenah de-ngan memiliki penampungan air hujan dan teknologi daur ulang sendiri.

Gedung-gedung di Singapura sudah melakukannya. Teknologi daur ulang dan penampung hujan yang dimiliki gedung-ge-dung di negeri jiran itu mampu menyokong kebutuhan air untuk mereka sendiri sebanyak 35%. “Gedung-gedung di Jakarta pun perlu memiliki teknologi terse-but,” tandasnya.

Arie mencontohkan, gedung besar di Jakarta rata-rata menye-dot air 300 meter kubik per hari. Dengan teknologi daur ulang bisa dihasilkan 100 meter kubik air. Jika ditambah dengan hasil penampungan hujan, sudah cu-kup untuk mendukung penghe-matan air.

Teknologi daur ulang dan pe-nampung hujan tidak membu-tuhkan lahan yang luas sehingga mudah diterapkan. Investasi teknologi daur ulang pun sudah bisa kembali tiga tahun kemu-dian dari hasil penghematan.

“Gedung-gedung di Jakarta harus mulai melakukan upaya tersebut. Dengan begitu, bisa lebih berhemat air tanah. Penye-dotan air dangkal dapat ditekan. Hasilnya, masyarakat luas pun dapat terbantu karena tersedia cukup air.” (*/J-1)

GAPOLITAN 25JUMAT, 25 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

PE R M U K A A N t a n a h wilayah Jakarta terus-menerus menurun karena

penyedotan air melalui sumur bor dan sumur pantek semakin tidak terkendali. Kondisi tersebut sangat berbahaya. Apa yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI untuk mencegah Jakarta tenggelam, Selamat Saragih dari Media Indonesia mewawancarai Kepala Biro Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI Peni Susanti. Berikut petikannya.

Apa upaya Pemprov DKI menanggulangi penurunan muka tanah?

Pemprov DKI sudah banyak berbuat lewat penertiban sejak 2009 hingga 2011. Penyedotan air bawah tanah adalah masalah lama, maka penanggulangan-nya harus bertahap.

Apakah penyebab penu-runan tanah itu pengambilan air berlebihan, beban bangunan, konsolidasi alamiah lapisan tanah, atau gaya tektonik?

Permasalahan air bawah ta-nah disebabkan beberapa fak-tor. Misalnya rendahnya ca-kupan layanan air perpipaan yang baru mampu melayani sekitar 47% dari 9.558.198 jiwa populasi warga DKI. Berarti 53% belum menikmati air ber-sih dan mereka menggunakan air bawah tanah. Hal itu men-dorong eksploitasi berlebihan terhadap cadangan air tanah, khususnya air tanah dalam.

Eksploitasi cadangan air ta-nah tinggi, sedangkan kapasi-tas pemulihan sangat rendah. Apa yang akan dilakukan?

Kami membatasi pemakaian air tanah untuk keperluan ko-mersial seperti sumur dalam (bor) maksimal 100 m3 per hari setiap titik, sumur pantek mak-simum pemakaian 10 m3 per hari setiap titik. Kami terus meningkatkan pengendalian, pengawasan, dan pembinaan terhadap pengeboran serta pemakaian air tanah de-

ngan memberi-kan teguran,

peringatan, penyegelan, sampai pengecoran sumur.

Upaya lainnya? Biro Pengelolaan Lingkungan

Hidup Daerah DKI sudah memperketat perizinan peman-faatan air tanah dalam.

Apa lagi penyebab penu-runan muka tanah di Ibu Kota?

Land subsidence. Penurunan muka tanah akibat proses pe-madatan/kompaksi alami, be-ban statis bangunan antara lain beban bangunan gedung dan jalan, pergerakan kulit bumi/lempeng tektonik, dan dampak pengambilan air berlebihan.

Dinas Pertambangan DKI dan LPPM ITB telah melaku-kan studi tentang terjadinya penurunan permukaan tanah Jakarta. Apa hasilnya?

Berdasarkan studi yang di-lakukan Dinas Pertambangan DKI dan LPPM ITB pada 1999, pengambilan air tanah berper-an menimbulkan land subsidence sebesar 17,5%, sedangkan 82,5% lagi akibat beban bangunan dan kompaksi.

Sekarang ini muncul ke-giatan usaha yang mengguna-kan sumur bor dan sumur pantek. Mengapa tidak ditertib-kan?

P e n e r -t i b a n t e r u s k a m i l a k u -k a n . P a d a 2 0 0 9 -2 0 1 0 t e r -catat 5 7 0

lokasi kegiatan usaha dikenai sanksi, 122 peringatan, 44 dise-gel, 72 dicor, dan 4 perusahaan laundry di Jakarta Barat dijatuhi sanksi pidana. Putusan Peng-adilan Negeri Jakarta Barat pada 17 Februari 2011 yaitu menjatuh-kan denda Rp15 juta subsider kurungan empat bulan. Sanksi perdata juga telah dikenakan terhadap 12 lokasi kegiatan usaha sebesar Rp4,9 miliar. Pe-ngusaha tersebut menggunakan air tanah tanpa izin dan tidak membayar pajak.

Warga yang menggunakan PAM tidak menyedot air ta-nah. Mengapa air di wilayah tersebut tidak dimanfaatkan?

Kami membuat sarana kon-vensi (sumur resapan dan in-jeksi di Situ Babakan, Danau Sunter, Duku Atas, dan Pulo Mas) serta alat pemantau de-ngan AWLR dan telemetri.

Apakah tidak ada upaya untuk menimbulkan efek jera bagi masyarakat yang menye-dot air secara berlebihan?Perlu peningkatan tarif pajak air bawah tanah relatif tinggi dari tarif air bersih perpipaan (PAM) untuk tujuan konser-vasi sesuai Surat Keputusan (SK) Gubernur DKI No 37/2009 tentang Harga Dasar Air Tanah

Terendah Rp8.866 dan Tertinggi Rp23.333 per

Sumur dan Satu Titik. Dasar SK Gubernur DKI No 4554/1999 terendah Rp650

sampai Rp4.400 per sumur dan satu titik. (J-1)

DKI Batasi Pemakaian Airuntuk Usaha Komersial

Peni SusantiKepala Biro Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI

DOK PEMPROV DKI

Sudah Saatnya Pakai Teknologi

Daur Ulang

MI/SUMARYANTO

PENURUNAN TANAH: Kondisi tangga masuk Gedung Sarinah yang mengalami keretakan akibat amblesnya tanah di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (23/2). Amblesan tanah atau land subsidence adalah turunnya permukaan tanah akibat pengambilan air tanah yang melebihi kapasitas sehingga menyisakan rongga.

MI/PANCA SYURKANI

tanah di kawasan Ancol, Jakarta Utara, beberapa waktu lalu. Badan I Jakarta mengungkapkan tingkat pencemaran air tanah oleh bakteri pai 65%-93%.

DOK PRIBADI

Arie HerlambangKepala Bidang Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan BPPT