GAPOLITAN - ftp.unpad.ac.id · di jalan-jalan arteri atau primer, ... kali bisa menjadi contoh....

1
Pengantar: JALUR pedestrian membuat sebuah kota terlihat bersaha- bat. Edna Agitta Tarigan me- wawancarai pengamat perko- taan Yayat Supriyatna dari Universitas Trisakti, seputar jalur pedestrian. Jalur pedestrian yang ideal itu seperti apa? Ada banyak jenis jalur pedes- trian, misalnya model kawasan perdagangan, perkantoran, atau tepian air. Dari luasnya, itu tergantung besarnya mo- bilitas pejalan kaki yang lewat. Jalur pedestrian di kawasan perdagangan dan perkantoran lebarnya delapan meter, kalau di jalan-jalan arteri atau primer, satu hingga dua meter saja su- dah cukup. Di mana jalur pedestrian ideal di Jakarta? Untuk kawasan perbelanjaan ada di Pasar Baru dan Blok M. Adapun untuk perkantoran di Jalan Sudirman-Thamrin. Kenapa jalur pedestrian hanya ada di kawasan elite? Ini terkait pencitraan kota. Kawasan itu biasanya zona ekonomi yang mobilitas pe- jalan kakinya besar. Lingkung- an perumahan jarang karena tidak banyak pejalan kakinya. Selain itu, ketegasan, jaminan keamanan, dan kebersihan dibutuhkan untuk membangun jalur pedestrian yang layak. Di kawasan Sudirman Central Business District, misalnya, bisa ada jalur pedestrian yang layak karena pengelola mampu mem- pekerjakan petugas keamanan yang bisa menjaga kawasan bebas pedagang kaki lima. Apa kendala jalur pedestrian? Pedagang kaki lima menjadi musuh utama pejalan kaki. Se- lain itu, banyaknya proyek perbaikan membuat orang jadi malas jalan di jalur pedestrian. Hari ini perbaikan PLN, besok PAM, besoknya gorong-gorong. Akhirnya orang tidak mau jalan kaki karena terhalang. Mengapa pemerintah kurang bergairah membangun jalur pe- destrian? Pejalan kaki masih anak tiri. Pemerintah lebih memperha- tikan kebutuhan pengendara mobil dan motor. Seharusnya dibuat zona pejalan kaki seluas- luasnya dan senyaman mung- kin. Misalnya, diberi kanopi supaya tidak kena panas dan hujan. Kalau bisa dilengkapi halte-halte transit dan mudah dijangkau kendaraan umum. Pemprov DKI kekurangan lahan. Bisakah memaksa pemilik gedung membuat jalur pedestrian? Dulu per- nah hampir ada kerja sama antara Pemprov DKI Jakarta dan pemi- lik gedung di Jalan Sudirman dan Jalan MH Thamrin untuk membangun jalur pedestrian selebar 7-8 meter. Tidak ada pa- gar dan tembok di pinggir jalan. Tapi kerja sama itu batal karena terbentur jaminan keamanan yang diminta pemilik bangun- an. Niat pemerintah tidak di- respons karena tidak bisa mem- beri jaminan keamanan kepada gedung-gedung itu. Seharusnya ada insentif dari Pemprov DKI bagi yang mau memberi kontri- busi jalur pe- destrian. (J-1) GAPOLITAN 25 JUMAT, 23 DESEMBER 2011 Jalur pedestrian lainnya di Jalan Kemuning, Kelurahan Bali Mester, Kecamatan Jatine- gara, Jakarta Timur, sehari-hari berubah menjadi pasar hewan. Kawasan yang disebut pasar burung itu menjadi lapak per- dagangan hewan peliharaan seperti burung, ikan hias, ku- cing, dan kelinci. “Pedagang jualan setelah Tramtib selesai kontrol, ya seki- tar pukul 11.00 WIB. Tapi kalau jelang Adipura harus benar- benar kosong,” tutur Dedi, 42, tukang parkir yang sudah empat tahun bekerja di sana. Menurutnya ada saja bocoran kalau petugas Tramtib mau merazia. Tapi satu dua yang tidak koordinasi dengan aparat sering juga terjaring. “Sama- sama cari uanglah kita. Kami juga maklum petugas perlu ada hasil tangkapan,” imbuhnya. Salah seorang pejalan kaki bernama Derry, 25, mengaku kerap kesulitan mengguna- kan fasilitas untuk pedestrian di tempat itu. “Namun ada untungnya juga. Kalau mau cari barang-barang, banyak macamnya dan murah-murah. Sebaiknya ditata,” sarannya. Penuh sesak Di Jakarta Utara, jalur pe- destrian yang lebarnya hanya 1 meter dijejali pot tanaman ukuran besar, pohon, peda- gang kaki lima, tempat parkir sepeda motor, sehingga terke- san penuh sesak. Pejalan kaki sulit melintas. Apalagi ada pedagang yang mendirikan tenda plus gerobak, kursi, dan meja. Pejalan kaki pun harus berhati-hati agar tidak menabrak tiang spanduk, baliho, panel listrik, dan rambu lalu lintas yang terpancang. Sejumlah paving block copot di sana-sini, bergelombang, plesteran semen patah dan mengelupas. Semua itu terlihat di sepanjang Jalan Teluk Gong dan Kamal Muara. Lubang di area pejalan kaki bahkan telah menelan korban di Jalan RE Martadinata, Kelurahan Ancol. Ngatidjo, 61, satpam PT Ni- trin Ancol ditemukan tewas akibat terjatuh ke lubang berisi air, Kamis (15/11). Korban terbiasa melewati jalan yang memiliki lubang maut itu. Dua lubang berbentuk segi empat di sana telah lama dibi- arkan tanpa penutup. Hingga kini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas keberadaan dua lubang dengan kedalaman lebih dari 2 meter tersebut. Kepala Suku Dinas Perta- manan Jakarta Utara, Ratna Diah Kurniati mengakui, jalur pedestrian di wilayahnya be- lum layak. Ukuran lebar hanya 1 hingga 2 meter. Padahal nor- malnya, lebar jalur pedestrian 3 meter. “Sekarang kalau kita melintas di jalur pedestrian dan berpapasan dengan orang, badan kita harus dimiring- kan agar tidak bersenggolan,” ujarnya sambil mencontohkan, jalur pedestrian yang ideal dan layak seperti di Jalan Yos Sudarso atau sekitar gedung Wali Kota Jakarta Utara dan Kelapa Gading. Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Jalan Jakut Maman Su- parman mengatakan minimnya jalur pedestrian di wilayahnya disebabkan anggaran terbatas. Pihaknya mengutamakan jalur pedestrian dekat sekolah, pasar, puskesmas, dan perkantoran. “Kami baru saja menyele- saikan tiga jalur pedestrian di Jalan Tugu Raya, di kawasan Rumah Si Pitung, Cilincing, serta galangan VOC hingga Museum Bahari, Penjaringan, masing-masing sepanjang 500- 800 meter,” cetusnya. Epicentrum Kompleks Epicentrum Walk Rasuna Said Jakarta barang- kali bisa menjadi contoh. Begitu masuk dari samping Pasar Fes- tival, pejalan kaki dapat me- lenggang dengan aman menuju beberapa gedung perkantoran maupun pusat olahraga. Beberapa satpam berjaga di persimpangan. Lampu jalan dan lampu gedung membuat jalur pedestrian terang bende- rang. Bahkan dari perkantoran Bakrie Tower bisa dengan santai menuju pusat hiburan Epicen- trum. Jalur pedestrian bisa dile- wati empat orang bersamaan. Namun, pejalan kaki sedikit kesulitan menuju gedung- gedung apartemen di seberang Epicentrum. Sebuah kali kecil membentang dengan jembatan yang kurang memadai. Trotoar yang tersedia belum bersinergi dengan apartemen sekitarnya. Menurut Kepala Dinas Perta- manan dan Permakaman DKI Catharina Suryowati, pihaknya tak berhenti mempercantik jalur pedestrian. Jalur tersebut akan dijadikan ruang publik agar warga bisa berinteraksi di sana, bahkan sebagai arena menggelar event-event publik. Beberapa lokasi yang akan dipercantik yakni Jalan Sabang depan eks Hotel Sabang, di jalur Jalan Cikini, depan Gedung Wisma Alya, dan Patung Tugu Tani. Semuanya di Jakpus. “Kami ingin jalur pedestrian di Jakarta lebih ramah terhadap warga. Paling tidak, setiap akhir pekan, warga bisa meng- gunakannya sebagai ruang publik dengan melakukan ber- bagai kreativitas seni di sana,” paparnya. (NY/*/Ssr/J-1) [email protected] Pejalan Kaki Terpinggirkan TEMA: Pasca-lockout Laga pun Bergulir OLAHRAGA SABTU (24/12/2011) FOKUS Kalau melintas di jalur pedestrian dan berpapasan dengan orang, badan kita harus dimiringkan agar tidak bersenggolan.” Ratna Diah Kurniati Kepala Suku Dinas Pertamanan Jakarta Utara MI/ATET DWI PRAMADIA FOTO-FOTO: MI/RAMDANI MEMANJAKAN PEJALAN KAKI: Para pejalan kaki menikmati kenyamanan jalur pedestrian di kawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, kemarin. Untuk kenyamanan dan keamanan, pengelola memberikan penerangan yang cukup di sepanjang trotoar di Kuningan. Di sisi lain, Kedubes Prancis menggelar pameran foto di trotoar Jalan Thamrin, beberapa waktu lalu. DIRAMPAS PENGENDARA MOTOR: Kenyamanan para pejalan kaki di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, terganggu akibat pengendara sepeda motor yang memotong jalan dengan melewati trotoar, kemarin. Yayat Supriyatna Pengamat perkotaan

Transcript of GAPOLITAN - ftp.unpad.ac.id · di jalan-jalan arteri atau primer, ... kali bisa menjadi contoh....

Pengantar: JALUR pedestrian membuat sebuah kota terlihat bersaha-bat. Edna Agitta Tarigan me-wawancarai pengamat perko-taan Yayat Supriyatna dari Universitas Trisakti, seputar jalur pedestrian.

Jalur pedestrian yang ideal itu seperti apa?

Ada banyak jenis jalur pedes-trian, misalnya model kawasan perdagangan, perkantoran, atau tepian air. Dari luasnya, itu tergantung besarnya mo-bilitas pejalan kaki yang lewat. Jalur pedestrian di kawasan perdagangan dan perkantoran lebarnya delapan meter, kalau di jalan-jalan arteri atau primer, satu hingga dua meter saja su-dah cukup.

Di mana jalur pedestrian ideal di Jakarta?

Untuk kawasan perbelanjaan ada di Pasar Baru dan Blok M. Adapun untuk perkantoran di Jalan Sudirman-Thamrin.

Kenapa jalur pedestrian hanya ada di kawasan elite?

Ini terkait pencitraan kota. Kawasan itu biasanya zona ekonomi yang mobilitas pe-jalan kakinya besar. Lingkung-an perumahan jarang karena tidak banyak pejalan kakinya. Selain itu, ketegasan, jaminan keamanan, dan kebersihan dibutuhkan untuk membangun jalur pedestrian yang layak. Di kawasan Sudirman Central Business District, misalnya, bisa ada jalur pedestrian yang layak karena pengelola mampu mem-pekerjakan petugas keamanan yang bisa menjaga kawasan bebas pedagang kaki lima.

Apa kendala jalur pedestrian?Pedagang kaki lima menjadi

musuh utama pejalan kaki. Se-lain itu, banyaknya proyek perbaikan membuat orang jadi malas jalan di jalur pedestrian. Hari ini perbaikan PLN, besok PAM, besoknya gorong-gorong. Akhirnya orang tidak mau jalan kaki karena terhalang.

Mengapa pemerintah kurang bergairah membangun jalur pe-destrian?

Pejalan kaki masih anak tiri. Pemerintah lebih memperha-tikan kebutuhan pengendara mobil dan motor. Seharusnya dibuat zona pejalan kaki seluas-luasnya dan senyaman mung-kin. Misalnya, diberi kanopi supaya tidak kena panas dan hujan. Kalau bisa dilengkapi halte-halte transit dan mudah dijangkau kendaraan umum.

Pemprov DKI kekurangan lahan. Bisakah memaksa pemilik gedung membuat jalur pedestrian?

Dulu per-nah hampir ada kerja sama antara Pemprov DKI Jakarta dan pemi-

lik gedung di Jalan Sudirman dan Jalan MH Thamrin untuk membangun jalur pedestrian selebar 7-8 meter. Tidak ada pa-gar dan tembok di pinggir jalan. Tapi kerja sama itu batal karena terbentur jaminan keamanan yang diminta pemilik bangun-an. Niat pemerintah tidak di-respons karena tidak bisa mem-beri jaminan keamanan kepada gedung-gedung itu. Seharusnya ada insentif dari Pemprov DKI bagi yang mau memberi kontri-

busi jalur pe-destrian.

(J-1)

GAPOLITAN 25JUMAT, 23 DESEMBER 2011

Jalur pedestrian lainnya di Jalan Kemuning, Kelurahan Bali Mester, Kecamatan Jatine-gara, Jakarta Timur, sehari-hari berubah menjadi pasar hewan. Kawasan yang disebut pasar burung itu menjadi lapak per-dagangan hewan peliharaan seperti burung, ikan hias, ku-cing, dan kelinci.

“Pedagang jualan setelah Tramtib selesai kontrol, ya seki-tar pukul 11.00 WIB. Tapi kalau jelang Adipura harus benar-benar kosong,” tutur Dedi, 42, tukang parkir yang sudah empat tahun bekerja di sana. Menurutnya ada saja bocoran kalau petugas Tramtib mau merazia. Tapi satu dua yang tidak koordinasi dengan aparat sering juga terjaring. “Sama-sama cari uanglah kita. Kami juga maklum petugas perlu ada hasil tangkapan,” imbuhnya.

Salah seorang pejalan kaki bernama Derry, 25, mengaku kerap kesulitan mengguna-kan fasilitas untuk pedestrian

di tempat itu. “Namun ada untungnya juga. Kalau mau cari barang-barang, banyak macamnya dan murah-murah. Sebaiknya ditata,” sarannya.

Penuh sesak Di Jakarta Utara, jalur pe-

destrian yang lebarnya hanya 1 meter dijejali pot tanaman ukuran besar, pohon, peda-gang kaki lima, tempat parkir sepeda motor, sehingga terke-san penuh sesak.

Pejalan kaki sulit melintas. Apalagi ada pedagang yang mendirikan tenda plus gerobak, kursi, dan meja. Pejalan kaki pun harus berhati-hati agar tidak menabrak tiang spanduk, baliho, panel listrik, dan rambu lalu lintas yang terpancang.

Sejumlah paving block copot di sana-sini, bergelombang, plesteran semen patah dan mengelupas. Semua itu terlihat di sepanjang Jalan Teluk Gong dan Kamal Muara. Lubang di area pejalan kaki bahkan telah

menelan korban di Jalan RE Martadinata, Kelurahan Ancol.

Ngatidjo, 61, satpam PT Ni-trin Ancol ditemukan tewas akibat terjatuh ke lubang berisi air, Kamis (15/11). Korban terbiasa melewati jalan yang memiliki lubang maut itu.

Dua lubang berbentuk segi empat di sana telah lama dibi-arkan tanpa penutup. Hingga kini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas keberadaan dua lubang dengan kedalaman lebih dari

2 meter tersebut. Kepala Suku Dinas Perta-

manan Jakarta Utara, Ratna Diah Kurniati mengakui, jalur pedestrian di wilayahnya be-lum layak. Ukuran lebar hanya 1 hingga 2 meter. Padahal nor-malnya, lebar jalur pedestrian 3 meter. “Sekarang kalau kita melintas di jalur pedestrian dan berpapasan dengan orang, badan kita harus dimiring-kan agar tidak bersenggolan,” ujarnya sambil mencontohkan, jalur pedestrian yang ideal dan layak seperti di Jalan Yos Sudarso atau sekitar gedung Wali Kota Jakarta Utara dan Kelapa Gading.

Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Jalan Jakut Maman Su-parman mengatakan minimnya jalur pedestrian di wilayahnya disebabkan anggaran terbatas. Pihaknya mengutamakan jalur pedestrian dekat sekolah, pasar, puskesmas, dan perkantoran.

“Kami baru saja menyele-saikan tiga jalur pedestrian di

Jalan Tugu Raya, di kawasan Rumah Si Pitung, Cilincing, serta galangan VOC hingga Museum Bahari, Penjaringan, masing-masing sepanjang 500-800 meter,” cetusnya.

Epicentrum Kompleks Epicentrum Walk

Rasuna Said Jakarta barang-kali bisa menjadi contoh. Begitu masuk dari samping Pasar Fes-tival, pejalan kaki dapat me-lenggang dengan aman menuju beberapa gedung perkantoran maupun pusat olahraga.

Beberapa satpam berjaga di persimpangan. Lampu jalan dan lampu gedung membuat jalur pedestrian terang bende-rang. Bahkan dari perkantoran Bakrie Tower bisa dengan santai menuju pusat hiburan Epicen-trum. Jalur pedestrian bisa dile-wati empat orang bersamaan.

Namun, pejalan kaki sedikit kesulitan menuju gedung-gedung apartemen di seberang Epicentrum. Sebuah kali kecil

membentang dengan jembatan yang kurang memadai. Trotoar yang tersedia belum bersinergi dengan apartemen sekitarnya.

Menurut Kepala Dinas Perta-manan dan Permakaman DKI Catharina Suryowati, pihaknya tak berhenti mempercantik jalur pedestrian. Jalur tersebut akan dijadikan ruang publik agar warga bisa berinteraksi di sana, bahkan sebagai arena menggelar event-event publik.

Beberapa lokasi yang akan dipercantik yakni Jalan Sabang depan eks Hotel Sabang, di jalur Jalan Cikini, depan Gedung Wisma Alya, dan Patung Tugu Tani. Semuanya di Jakpus.

“Kami ingin jalur pedestrian di Jakarta lebih ramah terhadap warga. Paling tidak, setiap akhir pekan, warga bisa meng-gunakannya sebagai ruang publik dengan melakukan ber-bagai kreativitas seni di sana,” paparnya. (NY/*/Ssr/J-1)

[email protected]

Pejalan Kaki Terpinggirkan

TEMA:Pasca-lockout

Laga punBergulir

OLAHRAGASABTU (24/12/2011)

FOKUS

Kalau melintas di jalur pedestrian

dan berpapasan dengan orang, badan kita harus dimiringkan agar tidak bersenggolan.”

Ratna Diah KurniatiKepala Suku Dinas Pertamanan Jakarta Utara

MI/ATET DWI PRAMADIA

FOTO-FOTO: MI/RAMDANI

MEMANJAKAN PEJALAN KAKI: Para pejalan kaki menikmati kenyamanan jalur pedestrian di kawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, kemarin. Untuk kenyamanan dan keamanan, pengelola memberikan penerangan yang cukup di sepanjang trotoar di Kuningan. Di sisi lain, Kedubes Prancis menggelar pameran foto di trotoar Jalan Thamrin, beberapa waktu lalu.

DIRAMPAS PENGENDARA MOTOR: Kenyamanan para pejalan kaki di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, terganggu akibat pengendara sepeda motor yang memotong jalan dengan melewati trotoar, kemarin.

Yayat SupriyatnaPengamat perkotaan