Gangguan Sistem Pernapasan
description
Transcript of Gangguan Sistem Pernapasan
TUGAS KMB
REKA DIAN ASTARI
14200027
REG. 1 TK.2
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2015
TINDAKAN GANGGUAN PERNAFASAN
1. Definisi:
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran
pernapasan guna empertahankan jalan napas yg bersih
a. Batasan karakteristik
1) Bunyi napas tambahan (contoh: ronki basah halus,ronki basah kasar)
2) Perubahan irama dan frekuensi pernpasan
3) Tidak mampu/tidak efektifnya batuk
4) Sianosis
5) Sulit bersuara
6) Penurunan bunyi napas
7) Gelisah
b. Faktor yang berubungan
1) Obstruksi jalan napas: spasme jalan napas, pengumpulan sekresi,
mukus berlebih, adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing,
sekresi pada bronki dan eksudat pada alveoli.
2) Fisiologi: disfungsi neuromuskuler, hiperplasia dinding bronkial,
PPOK, infeksi, asma, alergi jalan napas dan trauma.
c. NOC
1) Status pernapasan: pertukaran gas: SaO2 dalam batas normal, mudah
bernapas, tidak ada dispnea/sianosis/gelisah, temuan sinar X dada
dalam rentang yang diharapkan, pertukaran CO2 atau O2 alveolar
untuk memertahankan konsentrasi gas darah arteri.
2) Ventilasi: pergerakan udara masuk dan keluar paru
Contoh penulisan tujuan berdasar Nursing Outcome Classification:
2. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam, pasien akan:
1) Mempunyai jalan napas paten
2) Dapat mengeluarkan sekret secara efektif
3) Irama dan frekuensi napas dalam rentang normal
4) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
5) Mampu mendiskripsikan rencana untuk perawatan di rumah
a. NIC prioritas
1) Pengelolaan jalan napas: fasilitas untuk kepatenan jalan udara
2) Pengisapan jalan napas: memindahkan sekresi jalan napas dengan
memasukkan sebuah kateter penghisap ke dalam jalan napas oral dan
atau trakea.
b. Aktivitas:
1) Kaji dan dokumentasikan keefektifan pemberian oksigen, pengobatan
yang diresepkan dan kaji kecenderungan pada gas darah arteri
2) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui
adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi
tambahan
3) Tentukan kebutuhan pengisapan oral dan atau trakea
4) Pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik (tingkat Mean
Arterial Pressure dan irama jantung) segera sebelum, selama dan
setelah pengisapan
5) Catat tipe dan jumlah sekret yang dikumpulkan.
c. Pendidikan untuk pasien/keluarga:
1) Jelaskan pengunaan peralatan pendukung dengan benar (misalnya
oksigen, pengisapan, spirometer, inhaler)
2) Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok merupakan
kegiatan yang dilarang di dalam ruang perawatan
3) Instruksikan kepada pasien dan keluarga dalam rencana perawatan di
rumah (misal pengobatan, hidrasi, nebulisasi, peralatan, drainase
postural, tanda dan gejala komplikasi)
4) Instruksikan kepada pasien tentang batuk efektif dan teknik napas
dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi
5) Ajarkan untuk mencatat dan mencermati perubahan pada sputum
seperti: warna, karakter, jumlah dan bau
6) Ajarkan pada pasien atau keluarga bagaimana cara melakukan
pengisapan sesuai denan kebutuhan.
d. Aktivitas Kolaborasi
1) Konsultasikan dengan dokter atau ahli pernapasan tentang kebutuhan
untuk perkusi dan atau alat pendukung
2) Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai protap
3) Bantu dengan memberikan aerosol, nebulizer dan perawatan paru lain
sesuai kebijakan institusi
4) Beritahu dokter ketika analisa gas darah arteri abnormal
e. Aktivitas Lain
1) Anjurkan aktivitas fisik untuk meningkatkan pergerakan sekresi
2) Lakukan ambulasi tiap dua jam jika pasien mampu
3) Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur untuk
menurunkan kecemasan dan peningkatan kontrol diri.
4) Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk menurunkan viskositas sekret
f. Ketidakefektifan pola napas
1. Definisi: inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi
yang adekuat.
2. Batasan karakteristik
a) Pasien mengeluh sesak napas atau napas pendek-pendek
b) Perubahan gerakan dada
c) Penurunan tekanan inspirasi /ekspirasi
d) Penurunan kapasitas vital paru
e) Napas dalam
f) Peningkatan diameter anterior-posterior paru
g) Napas cuping hidung
h) Ortopnea
i) Fase ekspirasi lama
j) Pernapasan purse lip
k) Pengunaan otot-otot bantu napas
3. Faktor yang berubungan
a) Ansietas
b) Posisi tubuh
c) Deformitas tulang
d) Deformitas dinding dada
e) Penurunan energi/terjadi kelelahan
f) Hiperventilasi
g) Sindrom hipoventilasi
h) Kerusakan muskuloskeletal
i) Imaturitas neurologis
j) Disfungsi neuromuskular
k) Obesitas
l) Nyeri
m) Kerusakan persepsi/kognitif
n) Kelelahan otot-otot respirasi
o) Cedera tulang belakang
4. NOC
a) Status Respirasi: Ventilasi: pergerakan udara masuk dan keluar
paru
b) Status tanda vital: Suhu, nadi, respirasi dan tekanan darah dalam
rentang yang diharapkan dari individu
Contoh: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
pasien diharapkan menunjukkan status pernapasan: ventilasi tidak
terganggu ditandai dengan:
1) Napas pendek tidak ada
2) Tidak ada penggunaan otot bantu
3) Bunyi napastambahan tidak ada
4) Ekspansi dada simetris
5. NIC prioritas
a) Pengelolaan jalan napas: fasilitasi untuk kepatenan jalan napas
b) Pemantauan pernapasan: pengumpulan dan analisis data pasien
untuk memastikan kepatenan jalan napas dan keadekuatan
pertukaran gas.
g. Aktivitas
1) Pantau adanya pucat atau sianosis
2) Pantau efek obat terhadap status respirasi
3) Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi di tulang dada
4) Kaji kebutuhan insersi jalan napas
5) Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien
dengan ventilator
h. Pemantauan pernapasan (NIC):
1) Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi
2) Perhatikan pergerakan dada, kesimetrisannya, penggunaan otot bantu
serta retraksi otot supraklavikular dan interkostal
3) Pantau respirasi yang berbunyi
4) Pantau pola pernapasan: bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
pernapasan Kussmaul, pernapasan Cheyne-Stokes
5) Perhatikan lokasi trakea
6) Auskultasi bunyi napas, perhatikan area penurunan sampai tidak
adanya bunyi napas atau bunyi napas tambahan
7) Pantau kegelisahan, ansietas, dan tersengal-sengal
8) Catat perubahan pada saturasi oksigen dan nilai gas darah arteri
i. Pendidikan Untuk Pesien Dan Keluarga
1) Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk
meningkatkan pola napas. Spesifikan teknik yang digunakan, misal:
napas dalam
2) Diskusikan perencanaan perawatan di rumah (pengobatan, peralatan)
dan anjurkan untuk mengawasi dan melapor jika ada komplikasi yang
muncul.
3) Ajarkan cara batuk efektif
j. Aktivitas Kolaboratif
1) Rujuk pada ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadekuatan
ventilator mekanis
2) Laporkan adanya perubahan sensori, bunyi napas, pola pernapasan,
nilai AGD, sputum, dst, sesuai kebutuhan atau protocol
3) Berikan tindakan(misal pemberian bronkodilator) sesuai program
terapi
4) Berikan nebulizer dan humidifier atau oksigen sesuai program atau
protokol
5) Berikan obat nyeri untuk pengoptimalan pola pernapasan, spesifikkan
jadwal
k. Aktivitas Lain
1) Hubungkan dan dokumentasikan semua data pengkajian (misal: bunyi
napas, pola napas, nilai AGD, sputum dan efek obat pada pasien)
2) Ajurkan pasien untuk napas dalam melalui abdomen selama periode
distres pernapasan
3) Lakukan pengisapan sesuai dengan kebutuhan untuk membersihkan
sekresi
4) Minta pasien untuk pindah posisi, batuk dan napas dalam
5) Informasikan kepada pasien sebelum prosedur dimulai untuk
menurunkan kecemasan
6) Pertahankan oksigen aliran rendah dengan nasal kanul, masker,
sungkup. Spesifikkan kecepatan aliran.
7) Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan. Spesifikkan
posisi.
8) Sinkronisasikan antara pola pernapasan pasien dan kecepatan
ventilasi.
3. Masalah yang mendasari
Kebanyakan berbagai kondisi yang mempengaruhi pernafasan atau paru-
paru bisa menyebabkan kegagalan pernafasan. Gangguan tertentu, seperti
hypothyroidism atau sleep apnea, bisa mengurangi reflek kesadaran yang
menuntun orang untuk bernafas. Overdosis opioid atau alkohol juga bisa
menurunkan gerakan pernafasan karena menyebabkan sedasi berat. Halangan
pada jalur pernfasan, luka pada jaringan paru-paru, kerusakan tulang dan
jaringan sekitar paru-paru, dan kelemahan otot yang secara normal memompa
paru-paru juga menjadi penyebab umum. Kegagalan pernafasan terjadi jika
aliran darah melalui paru-paru menjadi abnormal, seperti yang terjadi pada
emboli pulmonary ( pulmonary embolism . Gangguan ini tidak menghentikan
udara yang bergerak keluar masuk ke paru-paru, tetapi tanpa aliran darah yang
menjadi bagian paru-paru, oksigen tidak diekstraks secara tepat dari udara.
Apa penyebab kegagalan pernafasan ?
Masalah yang
mendasari
Penyebab
Gangguan saluran
pernafasan
Penyakit paru-paru kronis bersifat menghalangi,
kista fibrosis, bronchiolitis, benda asing yang
terhirup.
Pernafasan yang buruk
(penurunan gerakan
nafas)
Kegemukan, sleep apnea, hypothyroidism, obat atau
keracunana alkohol.
Otot lemah Myasthenia gravis, muscular dystrophy, polio,
sindrom Guillain-Barré, polymyositis, stroke
tertentu, amyotrophic lateral sclerosis (ALS), luka
tulang belakang.
Kelainan pada jaringan
paru-paru
Sindrom pernafasan akut yang mengganggu
(ARDS, Acute respiratory distress syndrome),
pneumonia, edema paru-paru (cairan berlebihan pada
paru-paru) dari gagal jantung atau gagal ginjal,
reaksi obat, fibrosis paru-paru, penyebaran tumor,
radiasi, sarcoidosis, luka bakar.
Kelainan pada dinding
dada
Scoliosis, luka dada, kegemukan yang ekstrim,
kelainan bentuk yang diakibatkan dari operasi dada.
4. Tindakan Perawat Dalam Mengatur Posisi Pasien Dengan Gangguan
Sistem pernapasan
a. Fisioterapi Dada
Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk
mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam.
Dalam fisioterapi tenaga alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air,
panas, dingin, massage dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan
dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan.
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat
berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun
kronis. Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa
tetapi ini sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan
memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu.
Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan
dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan
sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki
pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk
pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun,
penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan
penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan
pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi
rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi. Kontra indikasi
fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status
asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi
relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas
operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya
kejang rangsang.
5. Mengatur Posisi
A. Posisi Fowler
Posisi fowler dengan sandaran memperbaiki curah jantung dan ventilasi
serta membantu eliminasi urine dan usus.
1. Pengertian
tanpa fleksi lutut.Posisi fowler merupakan posisi bed dimana kepala
dan dada dinaikkan setinggi 45-60
2. Tujuan
1. Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan
cardiovaskuler
2. Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton
televisi)
3. Peralatan
1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Gulungan handuk
4. Bantalan kaki
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
4. Prosedur kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila
diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala
dinaikkan. Mencegah klien melorot kebawah pada saat kepala
dianaikkan.
3. ), fowler tinggi 60 sesuai kebutuhan. (semi fowler 15-45
sampai 603. Naikkan kepala bed 45
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal
jika ada celah disana. Bantal akan mencegah kurva lumbal dan
mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan
menyangnya kurva cervikal dari columna vertebra. Sebagai
alternatif kepala klien dapat diletakkan diatas kasur tanpa
bantal. Terlalu banyak bantal dibawah kepala akan
menyebabkan fleksi kontraktur dari leher.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit.
Memberikan landasan yang, lembut dan fleksibel, mencegah
ketidaknyamanan akibat dari adanya hiper ekstensi lutut,
membantu klien supaya tidak melorot ke bawah.
7. Pastikan tidak ada pada area popliteal dan lulut dalam keadaan
fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan
dinding vena. Fleksi lutut membantu supaya klien tidak
melorot kebawah.
8. Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah paha klien.
Bila ekstremitas bawah pasien mengalami paralisa atau tidak
mampu mengontrol ekstremitas bawah, gunakan gulungan
trokhanter selain tambahan bantal dibawah panggulnya.
Mencegah hiperekstensi dari lutut dan oklusi arteri popliteal
yang disebabkan oleh tekanan dari berat badan. Gulungan
trokhanter mencegah eksternal rotasi dari pinggul.
9. Topang telapak kaki dengan menggunakan footboart.
Mencegah plantar fleksi.
10. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan,
bila klien memiliki kelemahan pada kedua lengan tersebut.
Mencegah dislokasi bahu kebawah karena tarikan gravitasi
dari lengan yang tidak disangga, meningkatkan sirkulasi
dengan mencegah pengumpulan darah dalam vena,
menurunkan edema pada lengan dan tangan, mencegah
kontraktur fleksi pergelangan tangan.
11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
B. Posisi Orthopnea
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi
dimana klien duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang
menyilang diatas bed.
Tujuan adalah untuk membantu mengatasi masalah pernafasan
dengan memberikan ekspansi dada yang maksimal dan membantu klien
yang mengalami masalah ekhalasi.
6. Pemberian Oksigen Melalui Masker Oksigen
A. Pengertian
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker
yang dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien.
Masker oksigen umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga
dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask
bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing
mask terletak pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi
terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54)
B. Macam Bentuk Masker :
a. Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60%
dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit.
b. Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80%
dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus
mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat
inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup
dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk
dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian
tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih
tinggi daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah. (Asmadi,
2009:33)
c. Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen
sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada
prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan
tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya
mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi. (Asmadi,
2009:34)
C. Tujuan
Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan
konsentrasi dan kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kanul. (Suparmi, 2008:68)
D. Prinsip
Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan
aliran 5-6 liter/menit dengan konsentrasi 40 - 60%. (Suparmi, 2008:68)
7. Prosedur Fisioterapi Dada/Postural Drainage
A. Pengertian
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan
drainase postural, tepukan dan vibrasi pada pasien yang mengalami
gangguan sistem pernafasan.
B. Tujuan
Tindakan ini bertujuan meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan
membersihkan jalan nafas.
Prosedur
Alat dan bahan:
1. Tempat duduk atau kursi
2. Handuk kecil 1 buah
3. Tempat sputum tertutup berisi cairan desinfektan
4. Bengkok
5. Kom berisi tissue 1 buah
6. Stetoskop dan spygnomanometer
7. Jam tangan
8. Perlak dan alas
9. Bantal 2 buah
10. Botol untuk bahan pemeriksaan sputum
Pelaksanaan:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Ukur TTV
4. Lakukan auskultasi pada daerah dada dan punggung kiri dan kanan
untuk menentukan letak penumpukan secret (ronchi)
5. Anak diposisikan sesuai dengan bagian mana ronchi yang terdengar
6. Posisi postural drainage:
RUL (right upper lung = lobus kanan atas paru)
Posisi : duduk bersandar ke belakang dengan sudut 30
Clapping : tangan diletakkan pada clavikula dan scapula kanan
LUL (left upper lung = lobus kiri atas paru)
Posisi : duduk bersandar ke belakang bagian depan memeluk
bantal dengan sudut 30
Clapping : tangan diletakkan antara klavikula dan scapula kiri
RUL Anterior (right upper lung anterior = segmen kanan atas
anterior paru)
Posisi : tidur miring dengan telapak tangan kanan sedikit rotai
menjauh dari punggung kea rah dada kiri sehingga klavikula kanan
terangkat
Clapping : sebelah dada atas kanan di bawah klavikula antara iga
ke 2 dan ke 4 kiri
LLL Posterior basal (left lower lung posterior basal)
kedua paha diganjal dengan bantalPosisi : seperti tengkurap
kepala ke bawah 30
Clapping : hanya pada iga kiri belakang ke 11 dan 12
RLL Posterior basal (right left lung posterior basal)
kedua paha diganjal bantalPosisi : sedikit tengkurap turun kepala
30
Clapping : hanya pada iga kanan belakang ke 11 dan 12
RLL Superior (right left lung)
Posisi : seperti tengkurap kedua tangan di bawah dada kedua paha
di bawah bantal
Clapping : disudut scapula kanan bagian bawah
7. Pasang perlak dan alas
8. Pasang handuk di atas dada lateral kemudian tangan kanan pasien di ke
ataskan memegang tempat tidur
9. Perawat melakukan clapping dengan lembut di daerah dada lateral 1-2
menit
10. Lakukan vibrasi pada saat akhir inspirasi dan awal ekspirasi
1. Anjurkan anak untuk batuk efektif dengan cara menarik nafas 3
kali kemudian batukkan dan dahak ditampung, bila sputum akan
diperiksa masukkan ke botol yang telah disediakan
11. Setelah selesai posisikan anak senyaman mungkin
12. Cek tanda-tanda vital
13. Alat-alat dibereskan
14. Cuci tangan
15. Dokumentasikan jumlah sputum, warna, bau, dan konsistensi
8. Pemberian Obat Inhalasi (Nebulizer)
A. Nebulizer
Adalah suatu jenis cara inhalasi dengan menggunakan alat
pemecah obat untuk menjadi bagian-bagian seperti hujan/uap untuk
dihisap. Biasanya untuk pengobatan saluran pernafasan bagian lebih
bawah
B. Tujuan
- Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas
- menghilangkan sesak selaput lendir saluran nafas bagian atas sehingga
lendir menjadi encer dan mudah keluar
- menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab
- melegakan pernafasan
- mengurangi pembekakan selaput lender
- mencegah pengeringan selaput lender
- mengendurkan otot dan penyembuhan batuk
- menghilangkan gatal pada kerongkongan
C. Indikasi
- pasien sesak nafas dan batuk
- broncho pneumonia
- ppom (bronchitis, emfisema)
- asma bronchial
- rhinitis dan sinusitis
- paska tracheostomi
- pilek dengan hidung sesak dan berlendir
- selaput lendir mongering
- iritasi kerongkongan, radang selaput lendir saluran pernafasan bagian
atas
D. Teknik
- micromist : menggunakan tenaga kompresor o2
- jet : tenaga dari udara yang dipadatkan
- ultrasonic : tenaga dari gelombang suara frek. Tinggi partikel dari
ultrasonic lebih halus dari jet atau micromist
Cairan yang direkomendasikan
- suspension
- solusion
- emulsion
Nebulizer menggunakan alat bantu
- mouthpiece utk intermintten
- masker utk terus menerus
Macam-macam obat inhalasi
1. Bronchodilator
- agonis :terbutalin, sabutamol fenoterol
- antikolinergik: ipratrogium bromide, tiotropium
2. Mukolitik
3. Anti inflamasi
- budesonide, flutikason, beklometason
4. Antibiotika
5. Anestesi lokal : lidokain, prokain
6. Larutan isotonis, hipertonis, hipotonis, aquadest
Obat-obat tersebut dpt diberikan secara kombinasi Sesuai kebutuhan
pasien
Prosedur kerja
Persiapan alat
- nebulizer
- tissue
- selang/kanul udara
- sarung tangan
- obat inhalasi
- kapas alkohol
- masker, nasal canule, mouthpiece
- neirbeken
- kasa lembab
- nacl 0,9 %
Tahap pre interaksi
- siapkan alat
- baca status pasien
- cuci tangan
Tahap orientasi
- berikan salam, panggil klien dengan namanya
- jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarga
Tahap kerja
1. Alat didekatkan, pakai sarung tangan
2. Atur pisisi fowler
3. Jalan nafas dibersihkan, hidung dibersihkan dengan kapas lembab,
kapas yg kotor buang ke neirbeken
4. Obat dimasukkan dlm tempat penampungan obat
5. Hubungkan masker/nasal canule/mouthpiece pada klien sehingga uap
dan obat tidak keluar
6. Klien dianjurkan nafas dalam secara teratur
7. Bila klien merasa lelah, matikan nebulizer sebentar, berikan
kesempatan klien istirahat
8. Setelah obat sudah habis, matikan mesin nebulizer
9. Berikan 02 ½ liter/mnt atau sesuai instruksi
10. Perhatikan keadaan umum
11. Alat dibersihkan dan dirapikan, sarung tangan dilepas
12. Cuci tangan
Tahap terminasi
- evaluasi perasaan klien
- simpulkan hasil kegiatan
- lakukan kontak utk kegiatan selanjutnya
- akhiri kegiatan
Dokumentasi
- catat tindakan yang telah dilakukan
9. Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
A. Pengertian Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana
klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan
dahak secara maksimal. Batuk merupakan gerakan refleks yang bersifat
reaktif terhadap masuknya benda asing dalam saluran pernapasan. Gerakan
ini terjadi atau dilakukan tubuh sebagai mekanisme alamiah terutama
untuk melindungi paru paru.
Gerakan ini pula yang kemudian dimanfaatkan kalangan medis
sebagai terapi untuk menghilangkan lendir yang menyumbat saluran
pernapasan akibat sejumlah penyakit. Itulah yang dimaksud pengertian
batuk efektif.
Batuk efektif merupakan batuk yang dilakukan dengan sengaja.
Namun dibandingkan dengan batuk biasa yang bersifat refleks tubuh
terhadap masuknya benda asing dalam saluran pernapasan, batuk efektif
dilakukan melalui gerakan yang terencana atau dilatihkan terlebih dahulu.
Dengan batuk efektif, maka berbagai penghalang yang menghambat atau
menutup saluran pernapasan dapat dihilangkan .
Latihan nafas dalam adalah suatu cara yang dilakukan melatih
pernafasan untuk menggunakan otot-otot pernafasan dengan baik.
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
a. Hidung = Naso = Nasal
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
lubang ( cavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum
nasi). Didalam terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk
kedalam lubang hidung.
Bagian luar dinding terdiri dari kulit
Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat
yang dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang
berjumlah 3 buah:
a) konka nasalis inferior ( karang hidup bagian bawah)
b) konka nasalis media(karang hidung bagian tengah)
c) konka nasalis superior(karang hidung bagian atas).
Diantara konka-konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus
yaitu meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis
(lekukan bagian tengah dan meatus inferior (lekukan bagian
bawah). Meatus-meatus inilah yang dilewati oleh udara
pernafasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan
dengan tekak, lubang ini disebut koana.
Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas,
keatas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang
disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga
rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus
sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmodialis pada
rongga tulang tapis.
Pada sinus etmodialis, keluar ujung-ujung saraf penciuman
yang menuju ke konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel
penciuman, sel tersebut terutama terdapat di bagianb atas. Pada
hidung di bagian mukosa terdapat serabut-serabut syaraf atau
respektor dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius.
Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah
atas dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang
menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran
tengah, saluran ini disebut tuba auditiva eustaki, yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung
juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba
lakminaris.
Fungsi hidung, terdiri dari
bekerja sebagai saluran udara pernafasan
sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan
oleh bulu-bulu hidung
dapat menghangatkan udara pernafasan oleh
mukosa
membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-
sama udara pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput
lendir (mukosa) atau hidung.
b. Tekak = Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan
dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak,
dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain keatas
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang
yang bernama koana. Ke depan berhubungan dengan rongga
mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium. Ke bawah
terdapat dua lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang
esofagus.
Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga
dibeberapa tempat terdapat folikel getah bening. Perkumpulan
getah bening ini dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat 2
buah tonsilkiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang terdapat
epiglotis( empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada
waktu menelan makanan.
Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian:
bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana yang
disebut nasofaring.
Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium
disebut orofaring
Bagian bawah sekali dinamakan laringgofaring.
c. Pangkal Tenggorokan (Laring)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea
dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah
empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-
tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan
menutupi laring.
Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain:
1. Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun sangat jelas terlihat
pada pria.
2. Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker
3. Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin
4. Kartilago epiglotis (1 buah).
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan
bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epiteliumnberlapis. Proses
pembentukan suara merupakan hasil kerjasama antara rongga
mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir. Perbedaan suara
seseorang tergsantung pada tebal dan panjangnya pita suara. Pita
suara pria jauh lebih tebal daripada pita suara wanita.
d. Batang Tenggorokan ( Trakea)
Merupakan lanjutan dari laring yang terbentuk oleh 16-20
cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk
seperti kuku kuda. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang
berbulu getar yang disebut sel bersilia,hanya bergerak kearah
luar.
Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan
ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk
mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama
dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi
bronkus kiri dan kanan disebut karina.
e. Cabang Tenggorokan ( Bronkus)
Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus
lobaris kanan ( 3 lobus) dan bronkus lobaris kiri ( 2
bronkus).bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus
segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus
segmental. Bronkus segmentalisini kemudian terbagi lagi menjadi
bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang
memiliki: arteri, limfatik dan saraf.
1) Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus.
Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang
memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus
untuk melapisi bagian dalam jalan nafas.
2) Bronkiolus terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus
terminalis( yang mempunyai kelenjar lendir dan silia)
3) Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus
respirstori. Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran
transisional antara lain jalan nafas konduksi dan jalan udara
pertukaran gas.
4) Duktus alveolar dan sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus
alveolar dan sakus alveolar. Dan kemudian menjadi alvioli.
f. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu
lembar akan seluas 70 m2.
Terdiri atas 3 tipe:
Sel-sel alveolar tipe I : sel epitel yang membentuk dinding
alveoli
Sel-sel alveolar tipe II: sel yang aktif secara metabolik dan
nensekresikan surfaktan ( suatu fosfolifid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps)ahanan
Sel-sel alveolar tipe III: makrofag yang merupakan sel-sel
fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.
g. Paru – paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak
dalam rongga dada atau toraks. Kedua paru dipisahkan oleh
mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh
dareah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis, paru kanan
lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus dan fisura interlobaris.
Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus. Lobus-lobus
tersebut terbagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya.
3. Tujuan
a. Tujuan Latihan Nafas Dalam
Meningkatkan kapasitas paru
Menegah atelektasis
b. Tujuan Batuk Efektif
Membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret
Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik
laboraturium
Mengurangi sesak nafas karena akumulasi secret
4. Indikasi
a. Latihan Nafas Dalam dilakukan pada :
Pasien dengan gangguan paru obstruktif maupun restriktif
Pasien pada tahap penyembuhan dari pembedahan thorax
Untuk metode relaxasi
b. Batuk Efektif dilakukan pada :
Pasien dengan gangguan saluran nafas akibat akumulasi secret
Pasien yang akan di lakukan pemeriksaan diagnostik sputum
Pasien setelah menggunakan bronkodilator
5. Dasar Pemikiran
Latihan nafas dalam adalah suatu cara untuk melatih pernafasan
untuk menggunakan otot-otot pernafasan dengan baik, sedangkan
latihan batuk efektif adalah suatu metode atau cara untuk mengeluarkan
sputum yang ada di dalam saluran pernafasan.
6. Persiapan Alat
a) Sarung tangan
b) Bengkok
c) Antiseptik (jika perlu)
d) Sputum pot
e) Tisu habis pakai
f) Mekanisme Kerja
No Prosedur Kerja Rasional
1. Fase Prainteraksi
A. Mengecek status pasien
B. Mencuci tangan
C. Menyiapkan alat
A. Untuk mengetahui status penyakit
pasien
B. Mencegah infeksi nasokomial
C. Persiapan melakukan tindakan
2. Fase Orientasi
A. Memberikan salam dan sapa nama pasien
B. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan
C. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
A. Menjalin keakraban antara perawat
dengan pasien
B. Agar pasien memahami tujuan
tindakan yang di lakukan
C. Adanya kerja sama antara perawat
dengan pasien
3. Fase Kerja
A. Menjaga privacy pasien
B. Mempersiapkan pasien
C. Meminta pasien meletakkan satu tangan di
dada dan satu tangan di abdomen
D. Melatih pasien melakukan nafas perut
(menarik nafas dalam melalui hidung hingga 3
hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
E. Meminta pasien merasakan mengembangnya
A. Agar pasien merasa privacinya di
hargai
B. Untuk memulai suatu tindakan
C. Pasien merasakan gerakan inhalasi
dan ekshalasi abodomen
D. Untuk melatih kontraksi otot abdomen
E. Untuk melancarkan proses ekspirasi
abdomen (cegah lengkung pada punggung)
F. Meminta pasien menahan nafas hingga 3
hitungan
G. Meminta menghembuskan nafas perlahan
dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti
meniup)
H. Memasang perlak/alas dan bengkok (di
pangkuan pasien bila duduk atau di dekat mulut
bila tidur miring)
I. Meminta pasien untuk melakukan nafas
dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan nafas
dan batukkan dengan kuat
J. Menampung lendir dalam sputum pot
K. Merapikan pasien
F. Relaksasi otot abdomen
G. Agar mengatur nafas saat ekshalasi
H. Mempermudah pasien untuk
mengeluarkan sputum
I. Untuk mengeluarkan secret pada area
jalan nafas
J. Untuk menghindari bakteri
terkontaminasi dengan pasien dan
perawat lain .
K. Mengakhiri sebuah tindakan
4. Fase Terminasi
A. Melakukan evaluasi tindakan
B. Berpamitan dengan klien
C. Mencuci tangan
D. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
A. Pasien dapat memahami tindakan
yang dilakukan
B. Agar pasien merasa dihargai
C. Mencegah infeksi nasokomial
D. Pendokumentasian
7. Format Evaluasi
No Prosedur Kerja
Nilai
0 1 2
1. Fase Prainteraksi
A. Mengecek status pasien
B. Mencuci tangan
C. Menyiapkan alat
2. Fase Orientasi
A. Memberikan salam dan sapa nama pasien
B. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan
C. Menanyakan persetujuan/kesiapan
pasien
3. Fase Kerja
A. Menjaga privacy pasien
B. Mempersiapkan pasien
C. Meminta pasien meletakkan satu tangan
di dada dan satu tangan di abdomen
D. Melatih pasien melakukan nafas perut
(menarik nafas dalam melalui hidung
hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap
tertutup)
E. Meminta pasien merasakan
mengembangnya abdomen (cegah
lengkung pada punggung)
F. Meminta pasien menahan nafas hingga 3
hitungan
G. Meminta menghembuskan nafas perlahan
dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir
seperti meniup)
H. Memasang perlak/alas dan bengkok (di
pangkuan pasien bila duduk atau di dekat
mulut bila tidur miring)
I. Meminta pasien untuk melakukan nafas
dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan
nafas dan batukkan dengan kuat
J. Menampung lendir dalam sputum pot
K. Merapikan pasien
4. Fase Terminasi
A. Melakukan evaluasi tindakan
B. Berpamitan dengan klien
C. Mencuci tangan
D. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
Manado ,
Jumlah Aspek
Nilai Akhir = X 100
Jumlah Nilai Evaluator
10. Penghisapan lendir (suction)
a. Pengertian
Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada klien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau
lendir secara mandiri dengan menggunakan alat penghisap.
b. Tujuan
1. Membersihkan jalan napas.
2. Memenuhi kebutuhan oksigenasi.
c. Alat dan bahan
1. Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan.
2. Kateter penghisap lendir steril.
3. Pinset steril.
4. Sarung tangan steril.
5. Dua kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9 % dan larutan
desinfektan.
6. Kasa steril.
7. Kertas tissue.
8. Stetoskop.
d. Prosedur
1. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
2. Cuci tangan
3. Tempatkan pasien pada posisi telentang dengan kepala miring ke arah
perawat.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Hubungkan kateter penghisap dengan slang alat penghisap.
6. Mesin penghisap dihidupkan.
7. Lakukan penghiusapan lendir dengan memasukkan kateter penghisap
ke dalam kom berisi aquadest atau NaCl 0,9 % untuk
mempertahankan kesterilan.
8. Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap.
9. Gunakan alat penghisap dengan tekanan 110 – 150 mm Hg untuk
dewasa, 95 – 110 mm Hg untuk anak-anak, dan 50 – 95 ,, Hg untuk
bayi (Potter dan Perry, 1995).
10. Tarik dengan memutar kateter penghisap tidak lebih dari 15 detik.
11. Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9%.
12. Lakuka penghisapan antara penghisapan pertama dengan berikutnya,
minta pasien untuk bernapas dalam dan batuk. Apabila pasien
mengalami distres pernapasan, biarkan istirahat 20 – 30 detik seblum
melakukan penghisapan berikutnya.
13. Setelah selesai, kaji jumlah, konsistensi, warna, bau sekret, dan respon
pasien terhadap prosedur yang dilakukan.
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.