GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI …

13
PROMOTOR Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Vol. 3 No. 5, Oktober 2020 \ 462 http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI SARAF DI RUMAH SAKIT RUMAH SEHAT TERPADU DOMPET DHUAFA BOGOR Efawati 1) , Indira Chotimah 2) , dan Asri Masitha Arsyati 3) 1) Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ibn Khaldun Bogor. Email : [email protected] 2) Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ibn Khaldun Bogor. Email: [email protected] 3) Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ibn Khaldun Bogor. Email: [email protected] Abstrak Waktu tunggu dalam pelayanan farmasi terhadap kepuasan pasien merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi pasien terhadap mutu pelayanan di Rumah Sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran waktu tunggu pelayanan farmasi dilihat dari aspek input,proses dan output.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif jenis rancangan studi kasus. Informan terdiri dari 10 orang. Instrumen penelitian yang di gunakan yaitu pedoman wawancara dan pedoman observasi perhitungan waktu. Hasil penelitian yang di dapat dari aspek input yaitu jumlah SDM yang ada belum mencukupi namun untuk latar belakang pendidikan sudah sesuai dengan standar yang ada, kebijakan alur proses pelayanan resep obat pasien pun tersedia, khususnya pada bagian farmasi berbeda dengan jumlah pasien hal ini mempengaruhi waktu tunggu pelayanan farmasi terhadap pasien. Berdasarkan aspek proses, proses yang ada sudah berjalan dengan baik sesuai prosedur yang ada. Sedangkan berdasarkan output waktu tunggu pelayanan farmasi masih tergolong lama yaitu 66 menit (1 jam 6 menit)untuk obat jadi dan 148 menit (2 jam 28 menit) untuk obat racik, tidak sesuai standar yang ada, hal ini di pengaruhi oleh SDM, Kebijkan dan Jumlah Pasien dengan penyebab utama yaitu SDM yang tidakmencukupi. Perlu adanya perhitungan beban kerja kepada petugas terkait sehingga dapat di ketahui jumlah petugas yang ideal. Kata Kunci : SDM, Saranadan Prasarana, Prosedur, Waktu Tunggu Pelayanan, Kepuasan Pasien, RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa. Pendahuluan Kesehatan merupakan hak setiap orang. Terwujudnya kesehatan adalah kehendak semua pihak.Tidak hanya perorangan, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan orang masyarakat. Keadaan sehat tersebut dapat terwujud banyak hal yang perlu dilakukan,salah satu diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang cukup penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. (Azwar, 2010). Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu ketentuan jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal dan merupakan spesifikasi teknis untuk tolok ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat.Agar dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka rumah sakit

Transcript of GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI …

Page 1: GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI …

PROMOTOR Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat

Vol. 3 No. 5, Oktober 2020 \

462 http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR

GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI SARAF DI

RUMAH SAKIT RUMAH SEHAT TERPADU DOMPET DHUAFA BOGOR

Efawati1), Indira Chotimah2), dan Asri Masitha Arsyati3)

1)Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ibn

Khaldun Bogor. Email : [email protected] 2)Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ibn

Khaldun Bogor. Email: [email protected] 3)Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ibn

Khaldun Bogor. Email: [email protected]

Abstrak

Waktu tunggu dalam pelayanan farmasi terhadap kepuasan pasien merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi persepsi pasien terhadap mutu pelayanan di Rumah Sakit. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui Gambaran waktu tunggu pelayanan farmasi dilihat dari aspek input,proses

dan output.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif jenis rancangan studi kasus.

Informan terdiri dari 10 orang. Instrumen penelitian yang di gunakan yaitu pedoman wawancara

dan pedoman observasi perhitungan waktu. Hasil penelitian yang di dapat dari aspek input yaitu

jumlah SDM yang ada belum mencukupi namun untuk latar belakang pendidikan sudah sesuai

dengan standar yang ada, kebijakan alur proses pelayanan resep obat pasien pun tersedia, khususnya

pada bagian farmasi berbeda dengan jumlah pasien hal ini mempengaruhi waktu tunggu pelayanan

farmasi terhadap pasien. Berdasarkan aspek proses, proses yang ada sudah berjalan dengan baik

sesuai prosedur yang ada. Sedangkan berdasarkan output waktu tunggu pelayanan farmasi masih

tergolong lama yaitu 66 menit (1 jam 6 menit)untuk obat jadi dan 148 menit (2 jam 28 menit) untuk

obat racik, tidak sesuai standar yang ada, hal ini di pengaruhi oleh SDM, Kebijkan dan Jumlah

Pasien dengan penyebab utama yaitu SDM yang tidakmencukupi. Perlu adanya perhitungan beban

kerja kepada petugas terkait sehingga dapat di ketahui jumlah petugas yang ideal.

Kata Kunci : SDM, Saranadan Prasarana, Prosedur, Waktu Tunggu Pelayanan, Kepuasan

Pasien, RS Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa.

Pendahuluan

Kesehatan merupakan hak setiap orang.

Terwujudnya kesehatan adalah kehendak

semua pihak.Tidak hanya perorangan, tetapi

juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan

orang masyarakat. Keadaan sehat tersebut

dapat terwujud banyak hal yang perlu

dilakukan,salah satu diantaranya yang dinilai

mempunyai peranan yang cukup penting

adalah menyelenggarakan pelayanan

kesehatan. (Azwar, 2010).

Standar Pelayanan Minimal (SPM)

adalah suatu ketentuan jenis dan mutu

pelayanan dasar yang merupakan urusan

wajib daerah yang berhak diperoleh setiap

warga secara minimal dan merupakan

spesifikasi teknis untuk tolok ukur pelayanan

minimum yang diberikan oleh Badan

Layanan Umum kepada masyarakat.Agar

dapat membantu meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat, maka rumah sakit

Page 2: GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI …

463

harus terus menerus memberikan pelayanan

yang bermutu kepada setiap pasien.Selain itu,

dengan semakin banyaknya rumah sakit maka

secara tidak langsung setiap rumah sakit

dituntut untuk terus menerus memberikan

pelayanan baik dan bermutu agar terus dapat

bertahan dan bersaing dengan rumah sakit

lainnya.Rumah Sakit adalah institusi

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undang-

Undang No. 44, 2009).

Menurut Departemen Kesehatan

Republik Indonesia (2008) jenis–jenis

pelayanan rumah sakit yang minimal wajib

disediakan di rumah sakit salah satunya

adalah pelayanan farmasi. SPM pada

pelayanan Farmasi meliputi waktu tunggu

pelayanan obat jadi ≤ 30 menit dan waktu

tunggu pelayanan obat racikan ≤ 60 menit,

tidak adanya kejadian kesalahan pemberian

obat 100%, kepuasan pelanggan ≥ 80%,

penulisan resep sesuai formularium 100%.

Undang-undang RI No 36 tahun 2009

menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan

adalah suatu alat atau tempat yang digunakan

untuk menyelenggarakan upaya pelayanan

kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif

maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh

pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat. Pelayanan kesehatan merupakan

faktor penting dalam meningkatkan derajat

kesehatan dan kesejahteraan setiap insan di

seluruh dunia.Setiap orang mempunyai hak

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan

pemerintah bertanggung jawab atas

ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan

yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau

oleh seluruh lapisan masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang menjadi

tingkat lanjutan setelah pelayanan tingkat

dasar yaitu Rumah Sakit (Suryana,

2017).Rumah sakit merupakan salah satu

sarana upaya kesehatan yang

menyelenggarakan kegiatan pelayanan

kesehatan.Pelayanan kesehatan rumah sakit

merupakan kegiatan yang berupa pelayanan

rawat jalan, pelayanan rawat inap, dan

pelayanan gawat darurat yang mencakup

pelayanan medic dan penunjang medic,

salahsatu unit pelayanan yang mempunyai

peranan yang sangat penting di dalamnya

adalah unit kefarmasian.Intalasi farmasi

merupakan bagian penting di sector

rumahsakit. Rumah sakit akan kesulitan

melakukan kegiatan bila dirumah sakit

tersebut tidak tersedia obat. Intalasi farmasi

mempunyai pengaruh besar terhadap rumah

sakit dan berbagai organisasi pelayanan

kesehatan (Kepmenkes No. 1197 Tahun

2004).

Pelayanan farmasi rumah sakit

merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit

yang menunjang pelayanan kesehatan yang

bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam

Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 11

97/Menkes/SK/X/2004 tentang standar

Pelayanan Farmasi Rumah Sakit, yang

menyebutkan bahwa pelayanan farmasi

rumah sakit adalah bagian yang tidak

terpisahkan dari system pelayanan kesehatan

rumah sakit yang berorientasi kepada

pelayanan pasien, penyediaan obat yang

bermutu, termasuk pelayanan farmasiklinik,

yang terjangkau bagi semua lapisan

masyarakat (Departemen Kesehatan RI,2004).

Waktu tunggu merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi kepuasan

pasien.Waktu tunggu yang lama merupakan

salah satu komponen yang potensial

menyebabkan ketidakpuasan pasien. Bila

waktu tunggu lama maka hal tersebut akan

mengurangi kenyamanan pasien dan

berpengaruh pada utilitas pasien di masa

mendatang. Waktu tunggu adalah waktu yang

digunakan oleh petugas kesehatan di rumah

sakit untuk memberikan pelayanan pada

Page 3: GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI …

464

pasien. Waktu tunggu merupakan masalah

yang sering menimbulkan keluhan pasien di

beberapa rumah sakit, lama waktu tunggu

pasien mencerminkan bagaimana rumah sakit

mengelola komponen pelayanan yang sesuai

dengan situasi dan harapan pasien (Depkes,

2007). Waktu tunggu dalam pelayanan

administrasi pasien pulang merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi persepsi

pasien terhadap mutu pelayanan, bisa saja

berubah pendapat dengan adanya kejadian ini.

Seperti juga usaha lain, rumah sakit pun

dari waktu ke waktu selalu dihadapkan pada

lingkungan usaha yang berubah. Dewasa ini,

persaingan antara rumah sakit semakin kuat,

terlebih dengan semakin kritisnya pemikiran

masyarakat, sehingga tuntutan masyarakat

terhadap kualitas pelayanan semakin tinggi,

maka pelayanan yang diberikan oleh rumah

sakit harus bener-bener bermutu dan

memuaskan (Kosim, 2017).Kepuasan pasien

tergantung pada kualitas pelayanan.Pelayanan

dibentuk berdasarkan 5 prinsip Service

Quality yaitu reliability, responsiveness,

assurance, dan tangibles.Suatu pelayanan

dikatakan baik oleh pasien, jika jasa yang

diberikan dapat memenuhi kebutuhan pasien,

dengan menggunakan persepsi pasien tentang

pelayanan yang diterima (memuaskan atau

mengecewakan, juga termasuk lamanya

pelayanan) (Anjaryani, 2009).Kepuasan dari

pelayanan terhadap pasienpolisaraf sejak

pasien pertama kali datang, sampai pasien

meninggalkan rumah sakit.

Input merupakan subsistem yang akan

memberikan segala masukan untuk

berfungsinya sebuah sistem, seperti pelayanan

kesehatan. Proses merupakan suatu kegiatan

yang berfungsi untuk mengubah suatu

masukan menjadi sebuah hasil yang

diharapkan dari sistem tersebut. Output

adalah hasil yang diperoleh dari sebuah

proses, dalam sistem pelayanan kesehatan

hasilnya dapat berupa pelayanan kesehatan

yang berkualitas (Hangtuah, 2014).

Karakteristik lingkungan bisnis memasuki

persaingan yang semakin kompetitif.Hal

tersebut menyebabkan organisasi harus

memiliki competitive advantage (keunggulan

bersaing) memenangkan pilihan customer,

dengan melakukan peningkatan di setiap

segmen lebih cepatdaripada kompetis

(Mulyadi, 2008).

Kepuasan pelanggan (pasien)

merupakan salah satu pemegang peranan

dalam meningkatkan pendapatan dari

perusahaan agar dapat bertahan di era bisnis

yang semakin kompetitif (Mohsan et al,

2011). Kepuasan pelanggan akan tercapai jika

kinerja produk (barang atau jasa) semakin

mendekati atau melebihi yang diharapkan

atau dipersepsikan oleh konsumen (Julianto

dan Heppy, 2000).

Pemenuhan kebutuhan pasien akan obat

dan farmasi serta memberikan pelayanan

yang memuaskan pada pasien rawat jalan

adalah orentasi utama dalam pelayanan

kefermasian. Faktor penting untuk memenuhi

kebutuhan perbekalan farmasi pasien rawat

jalan adalan pendistribusian obat.Tujuan

utama distribusi obat adalah tersediannya

perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan

tepat waktu, tepat jenis dan tepat jumlah

(Permenkes, 2014). Menurut Keputusan

Mentri Kesehatan no 129 tahun 2008, standar

minimal pelayanan rumah sakit memiliki

indikator waktu tunggu pelayanan farmasi

untuk obat jadi yaitu ≤ 30 menit dan

pelayanan farmasi untuk obat racik yaitu ≤ 60

menit (Kepmenkes, 2008).

Seperti hal nya yang terjadi di Rumah

Sakit Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa

Bogor.Berdasar hasil dan pengamatan

dilapangan bahwa ditemukan masalah

mengenai jam pengambilan obat yang terlalu

lama sehingga pasien merasa tidak nyaman

dengan lingkungan rumah sakit, ketidak

nyamanan pasien dikarenakn terlau lamanya

Page 4: GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI …

465

pengambilan obat yang tidak sesuai dengan

SOP yang ada sehingga mempengaruhi mutu

pelayanan farmasi di rumah sakit rumah sehat

terpadu dompet dhuafa.

Salah satu indikator untuk

meningkatkan pendapatan rumah sakit dan

jumlah pasien maka diperlukan suatu

pelayanan instalasi farmasi yang dapat

memuaskan bagi pasien sehingga dengan

pelayanan baik akan berdampak bagi

perkembangan rumah sakit tersebut. Adapun

masalah yang ditemukan di unit farmasi

Rumah Sakit Rumah Sehat Terpadu Dompet

Dhuafa diantarannya untuk pembelian dan

pembuatan resep obat dari poli Saraf,

memerluakan waktu ≤ 2 jam, karena proses

pembuatan obat dari poli saraf harus dalam

bentuk capsul,dan bentuk puyer sehingga

memerlukan waktu yang cukup lama dan

keterbatasan SDM dalam pembuatan dan

peracikan hal tersebut menjadi masalah yang

signifikan.Dari latar belakang tersebut diatas

maka peneliti memilih judul mengenai

“Gambaran waktu tunggu pelayanan farmasi

poli saraf di Rumah Sakit Rumah Sehat

Terpadu Dompet Dhuafa Bogor”

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit

Rumah Sehat Terpadu Dompet

Dhuafa.Penelitian ini di unit Instalasi Farmasi

bulan September 2018.Metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Metode Deskriptif Kualitatif. Informan dipilih

berdasarkan pengetahuan yang dimiliki

berkaitan dengan topik penelitian yang terdiri

dari 4 informan yaitu: Kepala Instalasi

farmasi 1 orang , Apoteker 1 orang , Asisten

Apoteker 3 orang , Pasien Poli Syaraf 5

orang. Teknik pengumpalan data dalam

penelitian meliputi data primer melalui

wawancara dan data sekunder melalui telaah

dokumen. Instrumen yang digunakan pada

penelitian ini adalah pedoman wawancara

mendalam, lembar telaah dokumen dan

lembar observasi. Dalam melakukan

wawancara mendalam, penelitian

menggunakan alat perekam suara, kamera,

kertas dan alat tulis untuk membantu proses

wawancara.

Hasil Penelitian

Sumber daya manuasia adalah unsur

yang terpenting dalam suatu organisasi karena

sumber daya manusia berperan penting dalam

mencapai keberhasilan tujuan organisasi,

Semua yang berperan dalam penyelesaian

adalah sumber daya manusia yang ada

dipelayanan Intalasi Farmasi (Suryana, 2017).

Akan tetapi jumlah SDM yang tersedia,

program rutin, pelatihan, hambatan dan

kendala yang di temukan oleh petugas farmasi

berpengaruh terhadap pelayanan farmasi.

karena analisis waktu tunggu pelayanan

farmasi terhadap kepuasan pasien

berhubungan dengan kinerja petugas

farmasi.Hal ini dapat dilihat dari hasil kutipan

wawancara sebagai berikut:

“sebetulnya si karna memang pasienya

kan semakin kesini semakin meningkat

ya masih membutuhkan beberapa

tenaga kefarmasian terutama apoteker

kan kebetulan apoteker yang ada

sekarang berakhir oktober yah tiga

orang jadi memang kita butuh banget

petugas farmasi itu sekitar satu sampai

dua orang kalau apoteker itu sekitar

kalau dikurangi yang keluar ini kita

masih butuh sekitar 4 atau 5” (I-1)

Page 5: GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI …

466

Dari beberapa informan yang di

wawancarai ada yang mengatakan bahwa

SDM yang ada di farmasi masih kurang

karena masih banyak SDM yang belum

terpokus pada satu tugas. Selain itu terkait

dengan SDM, informan menyatakan ada

program pelatihan untuk meningkatkan

keterampilan dan pengetahuan petugas dalam

pelayanan farmasi:

“Programnya si kaya,rapat perbulan

gitu rapat evaluasi apa aja yang di

bahas selama dalam sebulan itu

misalnya kaya ada kerjaan baru apa

gimana terus kaya masalah infutan obat

yang harusnya berapa jadi berapa gitu

si” (I-4)

Ada keterkaitan antara kekurangan

tenaga pada unit-unit tersebut terhadap waktu

tunggu pelayanan farmasi. Dengan kurangnya

SDM yang ada di ruang farmasi menimbulkan

kendala dan hambatan yang dapat

mengganggu kelancaran pelayanan. Hal itu

sesuai dengan pernyataan informan berikut:

“untuk pemberian obat si ada jadi

banyak keluhan dari pasien terlalu

lama mungkin terlalu lama” (I-3)

1. Inputs2w

Berdasarkan hasil observasi yang di

lakukan, penulis tidak melihat adanya SOP di

ruang farmasi.Beberapa informan mengatakan

bahwa SOP ada namun keberadaannya itu

tidak diketahui oleh informan dan lain hanya

dengan kebijakan yang beberapa informan

sudah mengetahui kebijakan rumah sakit

tentang batasan waktu pemberian obat.

“SOP disini ada si kalau untuk waktu

tunggu biasanya SOP nya itu

seharusnya yang untuk obat jadi ngga

lebih dari 30 menit dan obat racikan 60

menit” (I-3)

Selain itu beberapa informan

mengatakan bahwa tersedia kebijakan

mengenai batasan waktu untuk penyelesaian

proses pelayanan obat pasien di farmasi yaitu

30 menit obat jadi dan obat racikan 60 menit

tetapi standar waktu itu tidak cukup ketika

pelayanan sedang ramai, pengambilan obat

bisa mencapai I,5 jam sampai 2 jam.

“kurang lebih si kita kaya racikan tu

kan aga lama yah waktunya paling

lama tuh sejaman setengah gitu deh

kayanya tapi kalau yang non racikan si

kita usahain ini soalnya kan kalau yang

racikan harus ngitung dulu lah berapa

timbanganya berapa gram nya”(I-5)

Ketersediaan sarana prasana yang

dibutuhkan di instalasi farmasi masih belum

memadai yang akibatnya berpengaruh

terhadap hambatan pelayanan. Berikut

kutipan hasil wawancara terhadap informan :

“kalau di farmasinya mungkin agak

sedikit kurang sarananya karna

tempatnya itu lebih sedikit kecil dan

harus mencakup rawat inap dan rawat

jalan.” (I-3)

Disebabkan oleh sarana dan prasarana

yang tidak memadai dapat mempengaruhi dan

mengakibatkan lamanya waktu tunggu

pelayanan farmasi, berikut kutipan

wawancara dari informan.

“eeee ngaruh banget terutama kalau

waktu tunggu itu yah tempat tunggu

pasien kalau menurut saya sih kalau

seandainya tempat nunggu pasien

mereka merasa nyaman gitu misalnya

kaya kalau saya ke kantor pajak itu kan

Page 6: GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI …

467

kalau kita bisa sambil nonton apa si

yang lucu2 gitu ya jadi ke kitanya itu

enak gitu ngga panas kaya gitu gitu ya

pengaruh banget gitu.” (I-1)

2. Proses

Proses di bagian farmasi di mulai ketika

pasien mengumpulkan resep dan kartu

berobat kepada petugas farmasi jika sudah

maka akan di cek oleh oprator rawat jalan

atau yang bertanggung jawab dalam peberian

resep dan di infut obat-obatannya lalu di print

setelah di print disiapkan di dalam dan ada

bagian yang pengambialan dan peracikan kita

etiketin setelah itu dikasih aturan pakai

setelah itu di kros cek ulang lagi baru di

serahkan ke pasien dengan menanyakan nama

dan tanggal lahir. Dalam proses pelayanan

pemberian resep obat petugas mendapatkan

kendala untuk penyerahan obat kepada pasien

yang seharusnya di serahkan oleh apoteker

terkait dengan keterbatasan SDM, berikut

kutipan wawancara dengan beberapa

informan.

“sebenernya kalau secara setandar itu

memang wajib apoteker yang

menyerahkan obat tapi karna memang

kita tenaga apotekernya memang masih

beberapa gitu kita delegasikan kepada

tenaga tehnis kefarmasian memang

yang sudah punya pengalaman disitu

memang tidak semua tehnis

kefarmasian tidak semuanya bisa

menyerahkan obat tapi memang orang2

memang udah eee udah berpengalaman

udah ada lah delegasinya dari apoteker

gitu” (I-1)

Selain kurangnya apoteker di instalasi

farmasi kendala yang ada di bagian farmasi

pun terkait sarana dan prasarana rumah sakit.

“eee paling si lebih kalau stok kosong

si stok kosongnya itu jadi di saat butuh

komfirmasi ke dokter atau stok kosong

nanti kan nambah lagi waktu kerjanya

yah kalau dah komfirmasi kalau ngga di

suruh carikan lagi obat yang lain nah

kita cari obatnhya lagi pasien pasti

nunggunya lama lagi.” (I-2)

Dalam proses pelayanan Poliklinik saraf

masih banyak bebrapa keluhan dari pasien

berkaitan dengan proses pelayanan. Dalam

proses pelayanan pemberian resep obat ada

beberapa pasien mengatakan kurang puas

dalam keramahan dan kejelasan terkait

pemberian obat, pelayanan dari petugas

farmasi. Hal ini dilihat dari hasil wawancara

berikut ini.

“yaaa obat si kadang kadang kalau kita

nanya kaya giamana gitu ya nyautin

kalau ibu orang kampung di sebutnya

kaya judes neng kalau begitu, emmmm

ga ramah gitu neng (Pasien 1)

Hal yang hampir sama dikatakan oleh

pasien 2 yang mengatakan bahwa:

“Kadang-kadang petugasnya ngak mau

jawab kalau ditanya.. seperti pilih-pilih

orang”

ya kalau dia sikapnya begitu si ngga

puas neng, (Pasein1) “yaaaa

tergantung kita kalau dari dokter nya

pagi ya mang cepet di dokternya ya di

apotik juga ngga begitu lama yaa

terhantung dari dokternya, heeehhmm”

Hal yang sama diungkapkan oleh pasien

ketiga dan keempat yang mengatakan waktu

tunggu untuk mendaptkan obat sangat lama.

Berdasarkan hasil wawancara di atas

dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa

kelemahan yang harus diminimalisasi oleh

Page 7: GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI …

468

pihak RS untuk dapat memenuhi

kepuasanpasien antara lain, pelayanan

petugas yang sebaiknya lebih ramah dalam

waktu tunggu yang terlalu lama

3. Output

Gambaran waktu tunggu pelayanan

farmasi terhadap pasien saraf yang ada di

RS Rumah Sehat Terpadu Dompet

Dhuafa.

Hasil output dalam penelitian ini adalah

analisis waktu tunggu pelayanan faramasi

terhadap kepuasan pasien. Dengan adanya

penelitian ini dapat diharapkan dan dapat

diketahui gambaran mengenai waktu tunggu

pelayanan farmasi terhadap pasien saraf yang

ada di RS Rumah Sehat Terpadu Dompet

Dhuafa. Waktu tunggu pelayanan faramsi ini

merupakan hasil keseluruhan proses

pelayanan resep obat pasien saraf mulai

memberikan resep sampai dengan di

terimanya obat oleh pasien saraf.

Tabel 1 Rata-rata Waktu Tunggu Resep Obat Jadi &

Obat Racik di Instalasi Farmasi

Berdasarkan hasil penelitian yang di

dapat yaitu rata-rata pasien saraf

mendapatkan obat jadi yaitu 66 menit (1 jam

6 menit) dan rata-rata pasien saraf

mendapatkan obat racik yaitu 148 menit (2

jam 28 menit).

Jika mengacu pada standar yang telah

ditetapkan berdasarkan Keputusan Mentri

Kesehatan Republik Indonesia No.129 tahun

2008 tentang standar minimal pelayanan

rumah sakit memiliki indikator waktu tunggu

pelayanan farmasi untuk obat jadi yaitu ≤ 30

dan untuk obat racikan ≤ 60 menit, maka

keseluruhan presentase pasien yang

mendapatkan pelayanan obat dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 2 Presentase Waktu Tunggu Resep Obat Jadi

Pasien Saraf di Pelayanan Farmasi

Berdasarkan tabel diatas menengenai

presentase obat jadi di instalasi farmasi

terhadap pasien saraf dapat diketahui bahwa

pasien yang mendapatkan pelayanan kurang

dari 30 menit yaitu 1 pasien dengan

presentase 2,9% dan pasien yang

mendapatkan pelayanan lebih dari 30 menit

yaitu 34 pasien dengan presentase 97,1%.

Tabel 3 Presentase Waktu Tunggu Resep Obat Racik

Pasien Saraf di Pelayanan Farmasi

Berdasarkan tabel diatas menengenai

presentase obat racik di instalasi farmasi

terhadap pasien saraf dapat diketahui bahwa

pasien yang mendapatkan pelayanan kurang

dari 60 menit yaitu 0 dengan presentase 0,0%

dan pasien yang mendapatkan pelayanan

lebih dari 60 menit yaitu 35 pasien dengan

presentase 100,0%.

Page 8: GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI …

469

Pembahasan

1. Input

Berdasarkan wawancara, sebagian besar

informan menyatakan bahwa SDM yang

tersedia saat ini masih kurang dari yang

seharusnya sehingga pelayanan yang

diberikan kurang optimal.Hasilpenelitian

yang diperoleh peneliti menunjukan adanya

kesesuaian dengan teori bahwa ketersedian

SDM yang cukup mempengaruhi kualitas

pelayanan yang diberikan. Sesuai dengan

hasil penelitian dan telaah dokumen yang

penulis dapatkan,penulis berpendapat pula

bahwa jumlah SDM yang ada akan

berpengaruh terhadap pelayanan kepada

pasien. Oleh karana itu perlu adanya

perhitungan beban kerja terhadap petugas

terkait dengan bertambahnya pasien member

dhuafa, pasien umum, Keluarga karyawan

dan pasien JKN Kota/Kab Bogor.Faktor

sumber daya manusia disini sangat erat

kaitanya dengan mutu produk organisasi itu

sendiri baik produk yang berupa barang

maupun publik adalah jasa pelayanan

kesehatan, dimana jika faktor sumber daya

manusia tidak dikelola dengan baik tentunya

akan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien.

Dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan di Instalasi Farmasi Rawat Jalan

RS Karya Bhakti Pratiwi Bogor tahun 2016

menyatakan bahwa kuantitas SDM Ini masih

belum mencukupi dan anggap masih kurang

terutama jumlah asisten apoteker rawat jalan.

(Yulia, 2017), pendekatan yang digunakan

yaitu pendekatan system yang merupakan

sebuah penerapan dari cara berpikir yang

sistematis dan logis dalam membahas dan

mencari pemecahan masalah dari suatu

masalah atau keadaan yang dihadapi. Unsur

system secara sederhanadapat dibagi menjadi

enam bagian yaitu input, proses, output,

dampak, feedback (umpan balik ) dan

lingkungan yang saling berhubungan dan

saling tergantung yang beroprasi sebagai

suatu keseluruhan dalam pencapaian tujuan

(Azwar, 2003). Pada penelitian ini unsur

system yang digunakan hanya tiga yaitu

input, proses dan output. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Septiani (2011) tentang gambaran waktu

tunggu pelayanan resep pasien akses yang di

Yanmasum Farmasi Rawat Jalan RSPAD

Gatot Subroto tahun 2011 dilihat

menggunakan pendekatan system yang terdiri

dari input, proses, output, Untuk input

diambil dari (Azwar, 2003) yang

menyebutkan bahwa unsur manajemen

terdapat input yang terdiri dari tenaga,dana,

sarana prasarana dan metode, dan untuk

jumlah SDM pada waktu tunggu pelayanan

resep pasien akses yang di Yanmasum

Farmasi Rawat Jalan RSPAD Gatot Subroto

masih di nyatakan kurang oleh petugas.

Berdasarkan hasil pengamatan selama

proses penelitian, penulis tidak menemukan

adanya kebijakan tertulis di ruang pelayanan

unit rawat jalan. Hanya saja di bagian

pelayanan poli syaraf penulis hanya

menemukan SOP yang di tunjukan informan

langsung kepada peneliti.

Standar Operasional Prosedur

merupakan suatu pedoman atau acuan untuk

melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan

fungsi atau alat penilaian kinerja instansi

pemerintahan berdasarkan indikator-indikator

teknis, administratif dan procedural sesuai

tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja

pada unit kerja yang bersangkutan (Atmoko,

2010).

Sedangkan dalam pernyataan (Atmoko,

2010) SOP jika dilihat dari fungsinya menjadi

semakin penting karena SOP sendiri

berfungsi membentuk sistem kerja dan aliran

kerja yan teratur, sistematis dan dapat

dipertanggung jawabkan; menggambarkan

bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan

sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang

Page 9: GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI …

470

berlaku; menjelaskan bagaimana proses

pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai

sarana tata urutan dari pelaksanaan dan

pengadministrasian pekerjaan harian

sebagaimana metode yang ditetapkan;

menjamin konsistensi dan proses kerja yang

sistmatik dan menetapkan hubungan timbal

baik antara satuan kerja.

Ketersedian akan sarana dana prasarana

memang sangat penting untuk menunjang

kelancarana proses kerja, menurut Suad

Husnan dalam Budiono, 2008, fasilitas kerja

merupakan suatu bentuk pelayanan perusahan

terhadap karyawan agar menunjang kinera

dalam memenuhi kebutuhan karyawan,

sehingga dapat meningkatkan produktifitas

kerja karyawan. Hasil kinerja kesehatan salah

satunya dipengaruhi oleh sumber daya

kesehatan dan ketersediaan sarana/prasarana

dalam pelayanan kesehatan. menurut

peraturan menteri kesehatan No 58 tahun

2014 tentang standar pelayanan kefarmasian

di Rumah Sakit.

Hasil penelitian yang diperoleh peneliti

menunjukan ketersedian sarana prasarana

pelayanan poli saraf Rumah Sakit Rumah

Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Bogor masih

ada yang kurang maksimal untuk ruang kerja

dan ruangan tunggu pasiennya

2. Proses

Proses di bagian farmasi di mulai ketika

pasien mengumpulkan resep dan kartu

berobat kepada petugas farmasi jika sudah

maka akan di cek oleh oprator rawat jalan

atau yang bertanggung jawab dalam peberian

resep dan di infut obat-obatannya lalu di print

setelah di print disiapkan di dalam dan ada

bagian yang pengambialan dan peracikan kita

etiketin setelah itu dikasih aturan pakai

setelah itu di kros cek ulang lagi baru di

serahkan ke pasien dengan menanyakan nama

dan tanggal lahir.

Untuk memudahkan penilaian kinerja

rumah sakit, diperlukan adanya parameter/

indikator/ standar yang dapat digunakan

sebagai pembanding. Sebagai contoh, tujuan

khusus pemeriksaan kinerja bidang penunjang

pelayanan medis adalah menilai apakah

bidang penunjang pelayanan medis mampu

memenuhi kebutuhan harian obat-obatan yang

diperlukan oleh bidang pelayanan medis

(penilaian efektivitas), untuk tujuan itu

indikator pelayanan farmasi dapat dilihat dari

jumlah resep yang dilayani dibandingkan

dengan jumlah pasien (rawat jalan, rawat

inap, dan rawat darurat) Indikator-indikator

lainnya untuk penilaian kinerja pelayanan

farmasi dalam ruang lingkup efektivitas

pelayanan resep antara lain adalah :

1. Angka Penyerahan Obat Jadi Lebih Dari

15 Menit,

2. Angka Penyerahan Obat Racikan Lebih

Dari 30 Menit, dan

3. Angka Kesalahan Penyerahan Obat

kurang dari 3

Prosedur Pelayanan Farmasi Pasien Poli

Saraf

1. Resep datang dari poli klinik rawat jalan.

2. Sebelum menyiapkan resep, asisten

apoteker wajib memeriksa kelengkapan

resep sebagai berikut:

3. Tanggal penulisan resep

4. Nama dokter

5. Surat izin dokter

6. Nama obat, jenis obat (tablet, kapsul,

sirup, atau injeksi) dan jumlah obat.

7. Cara pembuatan (obat diracik atau tidak)

8. Signa (aturan pakai)

9. Nama pasien

10. Umur pasien

11. Alamat pasien

Selesai memeriksa resep, petugas

farmasi yang menerima resep member

Page 10: GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI …

471

stempel HTKP (Harga, Timbang, Kemas,

Penyerahan) pada resep, menulis nama dan

membubuhi paraf pada kolom H. Jika ada

obat racikan, dihitung sesuai dengan dosis.

Selesai meracik obat, petugas yang meracik

menulis nama dan membubuhi paraf di kolom

T.

a. Obat disiapkan sesuai dengan

resep.Obat diberi etiket sesuai dengan

resep dokter.

b. Petugas yang memberi etiket pada obat

menulis nama dan membubuhi paraf.

c. Sebelum obat diserahkan, petugas yang

menyerahkan obat meneliti kembali

obat yang telah disiapkan sesuai dengan

resep serta dikonfirmasi ulang data

pasien tersebut.

d. Obat diserahkan dan menjelaskan

kepada penerima obat mengenai: Aturan

pakai, Cara pakai dan Cara

penyimpanan obat

e. Meminta nomor telepon pasien untuk

dokumentasi farmasi.

f. Petugas yang menyerahkan obat

menuliskan nama dan membubuhi

paraf.

3. Output

Gambaran waktu tunggu pelayanan

farmasi terhadap pasien saraf yang ada di

RS Rumah Sehat Terpadu Dompet

Dhuafa.

Keluaran (Output) dalam penelitian ini

adalah waktu tunggu pelayanan rawat

jalan.Waktu tunggu pasien adalah waktu yang

dipergunakan oleh pasien untuk mendapatkan

pelayanan rawat jalan dan rawat inap dari

tempat pendaftaran sampai masuk ke ruang

pemeriksaan dokter. (Depkes RI, 2008).

Waktu tunggu di Indonesia ditetapkan oleh

Departemen Kesehatan melalui standar

pelayanan minimal.Setiap rumah sakit harus

mengikuti standar pelayanan minimal tentang

waktu tunggu ini. Standar pelayanan minimal

di rawat jalan berdasar Kemenkes No Nomor

129/Menkes/SK/II/2008 adalah kurang atau

sama dengan 60 menit.Namun dalam

pelaksanaannya belum mencapai

standar.Masih adanya keluhan pasien untuk

dokter poli klinik saraf karena terjadi

keterlambatan praktek dan waktu pendaftaran

yang melebihi standar pelayanan minimal

rawat jalan.

Kesimpulan

1. Input

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan mengenai Gambaran Sistem

Pelayanan Farmasi di Poli SarafRumah Sakit

Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa:

a. Sumber Daya Manusia (SDM)

SDM farmasi adalah sesuai dengan latar

belakang pendidikan, keculi di loket

penerimaan resep, dimana yang

bertugas adalah petugas administrasi

yang menjadi kendala adalah proses

membaca resep, dan bila harus

konfirmasi ke dokter adalah harus

melalui asisten apoteker. Faktor

pengetahuan dan keterampilan dalam

hal prosesmembaca resep, menghitung

dan menghargai serta kecepatandalam

mengoperasikan computer

mempengaruhi waktu tunggu pelayanan

resep walaupun sampai saat ini rata-rata

waktu tunggu masih dalam kondisi

cukup baik.Namun hal ini berdampak

pada antrian yang menjadi panjang pada

saat jam sibuk. Jumlah SDM yang

tersedia terkait dengan pelayanan masih

kurang, hal ini dapat dilihat dari

sebagian besar informan yang

mengungkapkan bahwa SDM yang ada

masih belum mencukupi.Latar belakang

Page 11: GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI …

472

pendidikan di unit rawat jalan minimal

lulusan D3 untuk medis sedangkan

untuk bagian administrasi rata-rata

masih lulusan SMA/Sederajat.Lama

kerja petugas unit rawat jalan

bervariasi, namun rata-rata sebagian

besar petugas masa kerjanya diatas 5

tahun meskipun ada beberapa petugas di

bawah 3 tahun.

b. Kebijakan

Peraturan–peraturan Rumah Sakit yang

berfungsi sebagai landasan dalam

pelaksanaan pelayanan rawat jalan yang

telah ditentukan peraturan departemen

kesehatan seperti standar pelayanan

minimum. Tidak semuainforman

memahami untuk kebijakan yang

menjadi landasan peraturan rumah

sakit.Jumlah SDM terutama di titik

penerimaan dan peracikan resep kurang

memadai sehingga sering mengahambat

lamanya waktu pelayanan.

c. Sarana dan Prasarana

Ketersediaan sarana dan prasarana

pelayanan cukup tersedia untuk di

sebagian unit rawat jalan namun masih

ada yang belum memenuhi standar

kualitas mutu pelayanan yang

disebabkan tidak bisa merubah bentuk

bangunan (cagar budaya).Kondisi

ruangan yang kurang memadai terutama

untuk pelayanan resep di titik

penerimaan resep, Sehingga

menimbulkan antrian yang panjang.

2. Proses di Unit Farmasi

Dalam Proses pelayanan farmasi bagi

pasien poli saraf dilihat dari jumlah resep

yang dilayani.Ketersediaan obat dimana bila

obat tidak tersedia maka petugas akan

konfrimasi ke dokter untuk mengganti obat

yang setara. Hal ini juga terkait dengan

prosedur permintaan barang yang mungkin

kurang efektif.

3. Output

Dari keseluruhan waktu tunggu pasien

di unit pelayanan farmasi poliklinik Saraf

Rumah Sakit Rumah Sehat Terpadu Dompet

Dhuafa butuh menghabiskan waktu tunggu

pasien 3,5 jam dari waktu pandaftaran sampai

mendapat penanganan oleh dokter, sedangkan

standar pelayanan minimum di rawat jalan

berdasar Kemenkes No Nomor

129/Menkes/SK/II/2008 adalah kurang atau

sama dengan 60 menit.Hal ini membuktikan

prosedur pelayanan rumah sakit belum

maksimal tidak hanya berdasarkan temuan

waktu pelayanan namun juga masih adanya

keluhan pasien untuk dokter poli klinik saraf

karena terjadi keterlambatan praktek dan

waktu pendaftaran yang melebihi standar

pelayanan minimal rawat jalan.

Page 12: GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI …

473

Daftar Pustaka

[1] Aditama, Tjandra Yoga. (2010).

Manajemen Administrasi Rumah Sakit.

Jakarta : UI Press.

[2] Azwar, Azrul. (2010). Pengantar

Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga.

Jakarta : Binarupa Aksara.

[3] Azwar, Azrul. (2010).Pengantar

Administrasi Kesehatan. Tanggerang:

Bina Rupa Aksara Publisher.

[4] Azwar,A. 2003. Pengantar

Adnministrasi Kesehatan. Tangerang:

Binarupa Aksara.

[5] Anjaryani, Wike Diah. 2009. Kepuasan

Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan

Perawatdi RSU Tugurejo

Semarang.Tesis.Semarang: UNDIP.

Diakses 14 Maret 2012.

http//eprints.undip.ac.id/23824/1/Wike

Diah_Anjaryani. pdf

[6] Anggita. (2012). Analisis Waktu

Tunggu Pemberian Tagihan Pasien

Pulang Rawat Inap Di Rumah Sakit

GRHA Permata Ibu.

[7] Aida Maftuhah dan Rinto Susilo, 2016.

Waktu Tunggu Pelayanan Resep Rawat

Jalan Di Depo Farmasi Rsud Gunung

Jati Kota Cirebon Tahun 2016

[8] Aulia Utami Dewi, 2015. Hubungan

Waktu Tunggu Pendaftaran Dengan

Kepuasan Pasien Di Tempat Pendaftarn

Pasien Rawat Jalan (TPPRJ) RSUD

Sukoharjo Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

[9] Arsyati Asri Masitha, 2019, pengaruh

penyuluhan media audiovisual dalam

pengetahuan pencegahan stunting pada

ibu hamil di desa cibatok 2

cibungbulang pengaruh penyuluhan

media audiovisual dalam Pengetahuan

pencegahan stunting pada ibu hamil di

desa PROMOTOR Jurnal Mahasiswa

Kesehatan Masyarakat, Vol. 2 No. 3,

Juni 2019

[10] Chotimah, I., Oktaviani, S., & Madjid,

A. (2018). Evaluasi Program Tb Paru

Di Puskesmas Belong Kota Bogor

Tahun 2018. PROMOTOR, 1(2), 87-95.

[11] DepKes RI. (2004). Keputusan Mentri

Kesehatan RI

983/MenKes/SK/XI/2004. Pedoman

Organisasi Rumah Sakit Umum.

[12] Dubois, Brenda & Karla K. Miley.

2005. Social Work an Empowered

Profession. USA: USA. Pearson.

[13] Elizabet, Yulia. (2017). Gmbaran

Sistem Pelayanan Resep Pasien Di

Istalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah

Sakit Karya Bhakti Pratiwi Bogor.

Jakarta: Skripsi, FIKES UIN

[14] Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Ibn Khaldun. (2015). Pedoman

Penyusunan Skripsi. Bogor FIKES:

UIKA.

[15] Hasibuan, S.P Malayu (2005).

Manajemen Sumber Daya Manusia.

Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara

[16] Irawan, H. 2004. Indonesian Customer

Satisfaction: Membedah Strategi

Kepuasan Pelanggan Merek Pemenang

ICSA. Jakarta : PT Alex Media

Komputindo

[17] Julianto, Heppy., (2000), “Mengukur

Kepuasan Pelanggan”, Manajemen,

Februari.

[18] Kresno S B. Imunologi Diagnosis dan

Prosedur Laboratorium. Jakarta: Badan

Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2010.

[19] M. Sholeh kosim, 2017. Buku Ajar

Neonatologi. Ikatan Dokter Anak

Indonesia. Jakarta .

[20] Muhammad Yusri Analisis Faktor yang

Berhubungan dengan Waktu Tunggu

Pemeriksaan Foto Toraks Pasien Rawat

Page 13: GAMBARAN WAKTU TUNGGU PELAYANAN FARMASI POLI …

474

Jalan di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Dr. Mohammad Hoesin

Palembang Tahun 2015

[21] Nur Laeliyah, Heru Subekti Waktu

Tunggu Pelayanan Rawat Jalan dengan

Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan

di Rawat Jalan RSUD Kabupaten

Indramayu

[22] Notoatmodjo, S, 2010, Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

[23] Notoatmodjo, S, 2012, Promosi

Kesehatan dan Perilaku Kesehatan,

Jakarta: Rineka Cipta

[24] Prasetya, E. (2018). Pemberdayaan

Masyarakat Tentang Kesehatan,

Pendidikan dan Kreatifitas. Abdi

Dosen: Jurnal Pengabdian Pada

Masyarakat 2 (1), 19-25.

[25] Pangestu, Ahmad Yudha. (2013).

Gambaran Kepuasan Pasien Pada

Pelayanan Rawat Jalan Di RSU Kota

Tanggerangs Elatan. Jakarta: Skripsi,

FIKES UIN

[26] Reny Nugraheni, 2017. Gambaran

Waktu Tunggu Pasien dan Mutu

Pelayanan Rawat Jalan di Poli Umum

UPTD Puskesmas Pesantren 1 Kota

Kediri Tahun 2017

[27] Septiani, Renni. (2012). Analisis waktu

tunggu pelayanan resep pasien akses

rawat jalan di yan masum farmasi

RSPAD Gatot Soebroto. Depok:

Skripsi, FIKES UI

[28] Siregar, C.J.P, 2003. Farmasi Rumah

Sakit Teori & Penerapan.Jakarta : EGC

[29] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

[30] Suryana, Dian. (2017). Gambaran

Sistem Pelayanan Rawat Jalan Di Poli

Klinik I nternis Rumah Sakit Salak

Bogor. Bogor: Skripsi, FIKES UIKA

[31] Sumarwan, Ujang. (2003). Perilaku

Konsumen, Teori dan Penerapannya

Dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia,

Jakarta

[32] Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode

Penelitian: Lengkap, Praktis, dan

Mudah Dipahami. Yogyakarta: Pustaka

Baru Press.

[33] Tjiptono, Fandy, 2009. Strategi

Pemasaran Jasa. CV. Andi:Yogyakarta

[34] Yulia Elizabet, 2017. Gambaran Sistem

Pelayanan Resep Pasien Di Instalasi

Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit

Karya Bhakti Pratiwi Bogor Tahun

2016. Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1438

H/2017

Sumber Lain:

[35] Republik Indonesia No. 129 tahun 2008

tentang Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit.

[36] Republik Indonesia.UU No. 36 Tahun

2009 Tentang Rumah Sakit.

[37] Republik Indonesia.UU No. 44 Tahun

2009 Tentang Rumah Sakit.

[38] Keputusan Mentri Kesehatan Nomor

1197/Menkes/SK/X/2004