GAMBARAN UMUM SUBSTANSI RANCANGAN ... AAJI-377 Materi...GAMBARAN UMUM SUBSTANSI RANCANGAN PERATURAN...

72

Transcript of GAMBARAN UMUM SUBSTANSI RANCANGAN ... AAJI-377 Materi...GAMBARAN UMUM SUBSTANSI RANCANGAN PERATURAN...

GAMBARAN UMUM SUBSTANSIRANCANGAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAM

TENTANGPELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK

DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL

UU no. 12 Tahun 2011

Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2014

Pasal 188

(1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam Pembentukan Peraturan Perndang-undangan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam rangka melaksanakan konsultasi Publik.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan konsultasi publik diatur dengan Peraturan Menteri.

Dasar Hukum

Pasal 5 huruf g UU No. 12 Tahun 2011

Asas Keterbukaan sebagai salah satu asas Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan yang baik

Penjelasan Pasal 5 huruf g:

Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah bahwa dalam

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mulai dari perencanaan,penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan

bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan

masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikanmasukan dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

ASAS KETERBUKAAN DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Pembuatan Peraturan Perundang-undangan yang

mencakup tahapan perencanaan, penyusunan,

pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan

pengundangan.

PERENCANAAN PENYUSUNAN PEMBAHASAN PENGESAHAN/ PENETAPAN

PENGUNDANGANPERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

Partisipasi Masyarakat Penyebarluasan

DAYA LAKU vs

DAYA GUNA

mien-2016

SISTEMATIKA RANCANGAN

Bab I Ketentuan Umum

Bab II Penyelenggara Konsultasi Publik

Bab III Tata Cara Konsultasi Publik

Bab IV Pengelolaan Hasil Konsultasi Publik

Bab V Ketentuan Penutup

Terdiri atas 5 Bab dan 24 Pasal

Konsultasi Publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemrakarsa

untuk memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan Masyarakat

serta para pemangku kepentingan atas substansi rancangan Peraturan

Perundang-undangan yang akan dibentuk.

Pembentukan Peratuturan Perundang-undangan adalah

pembuatan Peraturan Perundang-undangan yang mencakup tahapan

perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan,

dan pengundangan.

Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang

memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau

ditetapkan oleh lembaga Negara atau pejabat yang berwenang melalui

prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.

mien-2016

BATASAN/PENGERTIAN (1)

Masyarakat adalah orang perseorangan atau kelompok orang yang

mempunyai kepentingan atas substansi rancangan Peraturan

Perundang-undangan.

Pemrakarsa adalah menteri atau pimpinan lembaga pemerintah

nonkementerian yang mengajukan usul penyusunan Rancangan

Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Peraturan

Presiden, atau pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi yang mengajukan usul

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dan pimpinan Satuan Kerja

Perangkat DaerahKabupaten/Kota dan Dewan Perwakilan Rakyat

DaerahKabupaten/Kota yang mengajukan usul Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota.

Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

di bidang hukum.

mien-2016

BATASAN/PENGERTIAN (2)

Lingkup Pengaturan

Konsultasi Publik yang diatur dalam Rancangan Peraturan Menteri ini

meliputi Konsultasi Publik dalam rangka Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di lingkungan Pemerintah.

KONSULTASI PUBLIK

atau

PARTISIPASI MASYARAKAT

mien-2016

UU No. 12 Tahun 2011, Bab IX menggunakan istilah “PARTISIPASI MASYARAKAT” (1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau secara tertulis

dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.(Pasal 96 ayat (1)

Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2014(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam rangka

melaksanakan konsultasi Publik.(Pasal 188 ayat (2)

Penggunaan Istilah (1)

Masyarakat

orang perseorangan; atau

kelompok orang yang mempunyai kepentingan atas substansi rancangan

peraturan perundang-undangan.

Termasuk dalam kelompok orang, antara lain:

kelompok/organisasi masyarakat;

kelompok profesi;

lembaga swadaya masyarakat; dan

masyarakat adat.

mien-2016

PemrakarsaMenteri Hukum dan

HAM

PENYELENGGARA KONSULTASI PUBLIK

OBJEK KONSULTASI PUBLIK

Perencanaan program penyusunan Peraturan Perundang-undangan*

Naskah Akademik RUU/ Rancangan Perda*

Rancangan Peraturan Perundang-undangan yang disusun*

Peraturan Perundang-undangan yang telah diundangkan

Implementasi/Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan

Model Konsultasi

Konsultasi langsungForum tatap muka (dialog langsung)

Konsultasi tidak langsung

Media cetak/massa

Media elektronik

Teknologi Informasi (online system)

MODEL KONSULTASI PUBLIK(dalam Rancangan Peraturan Menteri)

Model Partisipasi Masyarakat (dalam UU 12 Tahun 2011)

Berdasarkan Pasal 96 ayat (2), masukan secara

lisan dan/atau tertulis dapat dilakukan melalui:

a. rapat dengar pendapat umum;

b. kunjungan kerja;

c. sosialisasi; dan/atau

d. seminar, lokakarya, dan/atau diskusi.

PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK

Konsultasi Publik pada setiap tahapan tsb merupakan konsultasi yang pada dasarnya dapat dilaksanakan dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan, namun model pelaksanaan konsultasi dan frekuensinya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi serta jenis Rancangan Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk.

TAHAP PERENCANAAN

TAHAP PENYUSUNAN

TAHAP PEMBAHASAN

PENYEBARLUASAN

PERATURAN

PERUNDANG-

UNDANGAN

Pasal 88

Penyebarluasan dilakukan oleh DPR dan Pemerintah sejak

penyusunan Prolegnas, penyusunan Rancangan

Undang-Undang, pembahasan Rancangan Undang-

Undang, hingga Pengundangan Undang-Undang.

Penyebarluasan dilakukan untuk memberikan informasi

dan/atau memperoleh masukan masyarakat sertapara pemangku kepentingan.

TAHAP PERENCANAAN

Dimulai sejak awal pengkajian dan penelitian

dilakukan, penyusunan NA, penyiapan

perencanaan program penyusunan Peraturan

Perundang-undangan, dan program penyusunan

Peraturan Perundang-undangan yang telah

ditetapkan.

TAHAP PENYUSUNAN

dilakukan sejak pembentukan panitia

antarkementerian dan/atau antarnonkementerian

atau tim penyusun Raperda, rapat PAK dan/atau

antarnonkementerian atau rapat tim penyusun

Raperda, pengharmonisasian, pembulatan, dan

pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan

Perundang-undangan.

TAHAP PEMBAHASAN

dilakukan sejak persiapan pembahasan hingga RUU

atau Raperda tersebut dibahas.

EVALUASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Konsultasi Publik juga dapat dilakukan untuk proses evaluasi

Peraturan Perundang-undangan.

Dilaksanakan untuk membuat memperoleh masukan

Masyarakat dan para pemangku kepentingan.

Evaluasi Peraturan Perundang-undangan diperlukan untuk

memberikn rekomendasi bagi perbaikan Peraturan

Perundang-undangan.

Konsultasi Publik untuk proses evaluasi Peraturan Perundang-undangan diselenggarakan oleh Menteri www.bphn.go.id

mewujudkan implementasi e-goverment.

Penggunaan teknologi informasi yang tepat diharapkan dapatmembantu dalam mengelola proses pembentukan PeraturanPerundang-undangan yang lebih efektif, dapat meningkatkanlegitimasi keputusan, dan lebih hemat biaya.

Akses informasi yang lebih mudah = meningkatnya partisipasimasyarakat dan perbaikan Peraturan Perundang-undangan yanglebih berkualitas serta dapat diterima oleh seluruh lapisanmasyarakat.

mien-2016

KONSULTASI PUBLIK SECARA ELEKTRONIK (1)

mudah diakses oleh Masyarakat ataupun lembaga

negara terkait Peraturan Perundang-undangan ;

dapat dilakukan setiap waktu dan dari mana saja;

efisien dalam waktu dan biaya;

jangkauan lebih luas;

meningkatnya partisipasi Masyarakat dalam proses

pembuatan Peraturan Perundang-undangan sehingga

aspirasi masyarakat dapat tersalurkan secara optimal;

aspirasi masyarakat dapat terdata dengan lebih baik dan

akurat.

mien-2016

KONSULTASI PUBLIK SECARA ELEKTRONIK (2)

Masyarakat menyampaikan masukan secara lisan dan/atautertulis dengan menyebutkan nama atau identitas kelompokyang diwakilinya.

Masukan berupa saran atau pendapat dan alasan untukmemperkuat atau menolak rencana pembentukan atausubstansi rancangan Peraturan Perundang-undangan yangakan dibentuk.

Masukan ditujukan kepada pimpinan instansi Pemrakarsa,Menteri, instansi terkait.

Konsultasi Publik dilakukan sesuai dengan model konsultasi yangtersedia dengan mempertimbangkan efisiensi anggaran,waktu serta efektifitas penyelenggaraan Konsultasi Publik.

mien-2016

TATA CARA PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK (1)

Untuk memudahkan Masyarakat berpartisipasi dalam

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, setiap

Rancangan Peratuan Perundang-undangan harus dapat

diakses dengan mudah oleh Masyarakat.

Kemudahan akses diperoleh dengan melakukan

Konsultasi Publik berbasis IT (elektronik).

Menteri dan/atau Pemrakarsa menyelenggarakan

Konsultasi Publik berbasis IT (elektronik).

mien-2016

TATA CARA PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK (2)

Pemrakarsa wajib menginventarisasi, mengolah, dan memetakan setiap masukan substansi.

Dalam hal masukan disampaikan kepada Menteri, maka Menteri wajib meneruskan kepada Pemrakarsa atau instansi terkait.

Pemrakarsa wajib memberikan tanggapan atau jawaban atas masukan substansi yang diperoleh dari hasil Konsultasi Publik.

Tanggapan kepada Masyarakat yang mengajukan melalui media yang sama pada saat masukan tersebut diterima atau media lain yang mudah diakses oleh Masyarakat.

mien-2016

TATA CARA PELAKSANAAN KONSULTASI PUBLIK (3)

waktu konsultasi yang cukup;

menetapkan kelompok target;

merumuskan tujuan konsultasi;

memformulasikan pertanyaan serta menyiapkan time schedule; dan

membuat dokumen konsultasi yang sederhana tapi menyeluruh, yang memberikan kesempatan bagi pembacanya untuk menanggapi, melakukan kontak dan bahkan mengajukan keluhan; dan

memastikan dokumen konsultasi tersedia dan mudah diakses Masyarakat.

mien-2016

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM

MEYELENGGARAKAN KONSULTASI PUBLIK

Hasil Konsultasi Publik yang relevan dijadikan referensi

dalam perencanaan, penyusunan, dan pembahasan

Rancangan Peraturan Perundang-undangan.

Pemrakarsa dan/atau pihak yang menyelenggarakan

Konsultasi Publik wajib menyimpan dan

mendokumentasikan seluruh hasil Konsultasi Publik.

mien-2016

PENGELOLAAN HASIL KONSULTASI PUBLIK

Terima kasih

INTERNATIONAL BEST PRACTICES

IN DEVELOPING

E-PUBLIC CONSULTATION

DISAMPAIKAN OLEH

PROF. DR. IDA BAGUS RAHMADI SUPANCANA

PADA ACARA

DIALOG NASIONAL PELUNCURAN PROGRAM E-KONSULTASI PUBLIK

Jakarta, 9 Desember 2016

SISTEMATIKA

I. PENGANTAR

II. BEST PRACTICES E-PUBLIC CONSULTATION DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

III. PEMBELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK

IV. BEBERAPA TANTANGAN DALAM MELAKSANAKAN E-PUBLIC CONSULTATION

I. PENGANTAR

A. Public Engagement dan Public Consultation;

B. Penerapan Model-model E-Engagement

C. Prinsip-prinsip Dasar Public Consultation;

D. Tujuan Public Consultation;

E. Peran E-Public Consultation Dalam Pembentukan Perundang-undangan;

F. Kelebihan E-Public Consultation;

I.A. Public Engagement dan Public Consultation

• Public engagement sangat diperlukan sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas dalam perumusan kebijakan dan pembentukan peraturan perundang-undangan.

• Bentuk-bentuk public engagement meliputi : information, communication, consultation dan participation.

• Public consultation bersifat dua arah, baik yang aktif maupun yang pasif.

Penyebaran informasi untuk dikomentari (broad circulation for comment);

Konsultasi formal dengan kelompok terpilih (formal consultation with selected group) atau yang sebut “social partners”;

Memposting di internet tanpa permintaan untk dikomentari (posting on the internet without invitation to comment);

Konsultasi publik melalui internet dengan undangan untuk dikomentari (public consultation on the internet with invitation to comment);

Pertemuan publik secara virtual (virtual public meetings).

I.C. Prinsip-prinsip Dasar Public Consultation

• Komitmen (kepemimpinan dan komitmen yang kuat pada semua lini);

• Jaminan atas hak-hak masyarakat (hak informasi, konsultasi dan partisipasi);

• Kejelasan (terkait tujuan serta peran dan tanggung jawab para pihak yang terkait)

• Waktu (dimulai sejak awal dengan waktu yg cukup memadai)• Sifat Inklusif (kesempatan yang sama untuk semua)• Sumber Daya (SDM, teknologi dan keuangan)• Koordinasi (dengan semua stakeholders di pemerintahan)• Akuntabilitas (terhadap masukan dan harapan serta

kepentingan masyarakat).• Evaluasi (terhadap kinerja dengan menggunakan tools

tertentu)• Masyarakat Aktif (warga negara, masyarakat sipil dan dunia

usaha).

• Good Governance

• Transparansi

• Efektivitas

• Kualitas Regulasi

• Perlindungan terhadap pihak2 yang terkena dampak

• Optimalisasi manfaat

• Meningkatkan partisipasi masyarakat

• Akomodasi aspirasi dan kepentingan masyarakat

• Meningkatkan kesadaran (awareness) masyarakat

• Meningkatkan kepatuhan (compliance) masyarakat.

I.E. Peran E-Public Consultation Dalam Pembentukan Perundang-undangan

• Pada dasarnya konsultasi publik dapat dllakukan dengan menggunakan semua media yang ada;

• Media yang ada meliputi media oral, cetak, maupun elektronik;

• E-Public consultation menggunakan media elektronik;

• E-Public consultation dapat dilakukan dengan menggunakan: internet (web-based), radio, televisi, telephone dan sarana elektronik lainnya.

Jangkauan yang sangat luas;

Biaya yang relatif murah;

Efektivitas yang tinggi;

Bersifat inovatif

Fleksibel;

Sesuai dengan kebutuhan jaman;

Mengurangi tatap muka secara langsung.

II. BEST PRACTICES E-PUBLIC CONSULTATION DALAM

PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. OECD

B. United Kingdom

C. United States

D. Korea

E. Malaysia

F. Negara-negara lain

OECD Guidelines for Online Citizen Engagement:

Memulai perencanaan sedini mungkin (start

planning early);

Menunjukkan komitmen;

Menjamin perlindungan data pribadi;

Pendekatan yang dirancang sesuai dengan

kelompok sasaran (tailor made);

Mengintegrasikan antara on-line consultation

dengan metode-metode tradisional.

II.A. OECD (Lanjutan)

Pemanfaatan Participative Web sebagai bentuk E-Publlic Consultation:

- Pemerintah hanya merupakan salah satu titik dalam jaringan;

- Masyarakat tetap dapat terkoneksi meskipun sedang off-line;

- Masyarakat dapat secara tidak langsung terkoneksi ke internet (melalui organisasi yang sdh on-line);

- Masyarakat dapat sangat terkoneksi secara on-line dan mengurangi tatap muka langsung dengan pemerintah;

- Masyarakat dapat mengunakan konektivitasnya untuk berbagi info (share), membandingkan (compare) dan memverifikasi.

Bentuk public-engagement menggunakan tools:

- e-mail alerts dan websites (untuk informasi);

- Online forms dan online consultation (untuk konsultasi);

- Discussions forums dan shared online workspaces (untuk

partisipasi).

https://www.oecd.org/mena/governance/36785341.pdf

II.A. OECD (lanjutan)

Opsi-opsi new online yang digunakan negara-negara anggota OECD untuk menginformasikan dan melibatkan masyarakat:- Menyajikan informasi yang terarah, relevan dan dapat

diakses secara on-line;- Soliciting, mengumpulkan dan menganalisis umpan

balik secara online atau konten yang dihasilkan pengguna;

- Menyajikan ruang-ruang komunikasi secara online dengan pemerintah secara aman dan terpercaya untuk pelibatan masyarakat dan pembahasan masalah;

- Menghadirkan pemerintah dalam ruang-ruang komunikasi dengan masyarakat secara online.

II.B. United Kingdom

Di UK dalam program Red Tape Challenge terdapat suatu website publik yang membuka kesempatan kepada dunia bisnis dan pembayar pajak untuk menyampaikan pandangannya tentang regulasi yang membebani yang mereka hadapi. Niatnya adalah untuk mencabut regulasi yang tidak perlu (unnecessary) serta sangat kompleks (overcomplicated) yang menghambat dunia usaha dan pertumbuhan ekonomi, sementara itu tetap mempertahankan regulasi yang masih dibutuhkan;

Regulasi dikelompokkan ke dalam tema-tema dan semua komentar yang masuk akan diperhatikan.

Untuk setiap tema diberikan jangka waktu tertentu dimana dalam jangka waktu tersebut para pemangku kepentingan dapat menyampaikan pandangannya tentang regulasi tertentu.

Contoh dari tema-tema tersebut, antara lain: retail; hospitality, food and drink; road transportation; health and safety; manufacturing; environment; rail; energy; housing and construction; water; medicines; maritime; aviation; company and commercial law; insolvency; pensions; etc.

II.C. United States

• Berdasar pada Administrative Procedure Act (APA) 1946 yang merumuskan hak setiap warganegara untuk berpartisipasi dalam pembentukan peraturan perundang-undangan;

• Terhadap setiap peraturan yang bersifat substantif wajib dipublikasikan melalui konsep pemberitahuan (notice) dan komentar (comments), terutama peraturan perundang-undangan pada tingkat Federal;

• Kesempatan kepada setiap warganegara untuk berpartisipasi dalam pembentukan peraturan perundang-undangan berlaku sejak proposal sampai dengan aturan final.

• https://ustr.gov/sites/default/files/USTR%20Guidelines%20for%20Consultation%20and%20Engagement.pdf.

II.D.KOREA

Adanya saluran untuk menyampaikan petisi

tentang regulasi oleh Masyarakat dan Dunia

Usaha Melalui www.better.go.kr

Petisi Melalui Internet: Akses Mudah, Terbuka

Untuk Semua Orang

II.E. Malaysia

ICT tools yang digunakan oleh Malaysia dalam rangka E-Public Consultation, meliputi:

- Websites: yang dimiliki oleh semua instansi Pemerintah;

- Portals: yang berfungsi sebagai pintu masuk ke instansi-instansi pemerintah lainnya;

- Search engines, clear site structure and links: tools ini membantu users untuk secara cepat memperoleh informasi yang mereka perlukan;

- Electronic Kiosks: informasi publik dapat diakses secara online melalui kios-kios elektronik dan terminal komputer yang diletakkan pada bangunan-bangunan publik dimana masyarakat bebas menggunakannya. (http://grp.miti.gov.my/; http://www.mycc.gov.my/legislation/online-public-consultation, dll)

II.F. Negara-negara Lain

• Perancis: mengembangkan jaringan yang melibatkan masyarakat/users yang terutama mewakili kalangan asosiasi dan perwakilan masyarakat dalam pengembangan kebijakan dan regulasi terkait proyek-proyek pemerintah, peningkatan pelayanan publik, pertukaran informasi tentang proyek-proyek inovatif serta menstimulir diskusi tentang isu-isu yang menjadi perhatian bersama (selengkapnya lihat; http://www.modernisation.gouv.fr/en

• Portugal: penggunaan situs jaringan sosial untuk melibatkan warga yang berada di luar negeri (selengkapnya lihat:www.cotec.pt/diaspora);

• New Zealand: dengan kegiatan yg dikenal dengan “The ParticipatioNZ Wiki”, yg melibatkan berbagai kalangan masyarakat, baik akademisi, pemerintah, dunia usaha dan masyarakat madani serta pakar internasional. Mereka dilibatkan dalam pembahasan dan perumusan kebijakan-kebijakan dan regulasi tertentu (selengkapnya lihat www.e.govtsnz/policy/participation/guide/guide-to-online-participation.html).

III. PEMBELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK

DARI INTERNATIONAL BEST PRACTICES

• E-Public Consultation diterapkan sebagai cara inovatif dan efektif untuk

menjangkau masyarakat secara lebih luas (outreach);

• Bentuk-bentuk penyebarluasan informasi untuk kepentingan konsultasi

dilakukan dengan menggunakan semua media elektronik yang tersedia, baik

audio, audio visual, telephone, internet, dan bahkan media sosial di dunia maya;

• Pada dasarnya prinsip-prinsip umum konsultasi publik diterapkan pula pada E-

Public Consultation yang dilakukan secara inter-aktif maupun pasif;

• Penerapan E-Public Consultation juga dikombinasikan dengan metode

tradisional;

• Agar efektif draft peraturan atau peraturan yg akan dikonsultasikan agar

diklasifikasikan sesuai dengan bidangnya;

• Pengklasifikasian tersebut akan membantu untuk mengidentifikasi stakeholders

utama yang akan diundang atau dilibatkan;

• Yang penting untuk diperhatikan adalah bagaimana merumuskan,

mengakomodasikan dan mengawal substansi hasil E-Public Consultation dalam

keseluruhan proses pembentukan peraturan perundang-undangan.

IV. BEBERAPA TANTANGAN DALAM MELAKSANAKAN

E-PUBLIC CONSULTATION

A. Kurangnya Kesadaran (Lack of Awareness): bukti menunjukkan tidak

meningkatnya partisipasi;

B. Rendahnya Literasi Partisipasi (Low Participation Literacy): kurangnya

informasi bagaimana berpartisipasi dalam proses perumusan

kebijakan atau regulasi;

C. Informasi Berlebih (Information Overload): tujuan instrumental dan

intrinsik yang membingungkan;

D. Pengalaman Buruk pada Kegiatan Sebelumnya (Bad Experience Due

to Past Record): dari pengalaman sebelumnya tidak menunjukkan

dampak nyata dari proses konsultasi terhadap produk final;

E. Consultation Capture: para pelaku bisnis kecil dan individu tidak

melihat kesempatan yang nyata dari kegiatan konsultasi untuk

mempengaruhi pengambilan putusan.

INTRODUCTION OF

BPHN INITIATIVE ON

E-PUBLIC CONSULTATION

ARFAN FAIZ MUHLIZI

1

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia

THE CYCLE OF LEGISLATION

IN INDONESIA

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 2

THE PRACTICE OF PUBLIC CONSULTATION

ON PROCESS OF LEGISLATION IN INDONESIA

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 3

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 4

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 5

Data and

information

searching is one

of the most

important thing for

internet user

interest

1998-2015

Internet user

increase rapidly

in Indonesia

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 7

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 8

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 9

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 10

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 11

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 12

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 13

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 14

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 15

5 D

The conformity between types, hierarchy, and

the substance of legislation

Clarify of the formulation of

the provisions of legislation

Assessment of substance of legislation

Potential disharmony of provisions of legislation

The effectiveness of the

implementation of legislation

Management Files

Authority and competeny

Rights and obligations

Protection

Law enforcement

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 16

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 17

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 18

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 19

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 20

CHALLENGES :

1. Optimalization on the public

consultation quality

2. Developing better public access to

regulation preparation information

3. Improving public consultation

methods and technical execution

4. Strengthening public awareness on

the importance of public

consultation

21

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia

DRAFT

REGULATION OF THE MINISTER OF LAW AND HUMAN RIGHTS THE REPUBLIC OF INDONESIA

NUMBER ... YEAR…..

ON THE IMPLEMENTATION OF PUBLIC CONSULTATION

IN THE FORMATION OF REGULATION

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 22

National Law Development Agency (NLDA) of Indonesia 23

BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL