Gambaran Umum Kota Pontianak
-
Upload
eka-pratama-kurniawan -
Category
Documents
-
view
243 -
download
3
Transcript of Gambaran Umum Kota Pontianak
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
1/123
70
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kota Pontianak
Kota Pontianak merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat yang luasnya
mencakup 107,82 Km dan terdiri dari 6 wilayah kecamatan dan 29 kelurahan.
Kota Pontianak dilintasi oleh garis Khatulistiwa, yaitu pada 00 02 24 Lintang
Utara sampai dengan 00 05 37 Lintang Selatan dan 1090 16 25 Bujur Timur
sampai dengan 1090 23 01 Bujur Timur. Ketinggian Kota Pontianak berkisar
antara 0,10 meter sampai 1,50 meter diatas permukaan laut dan kemiringan tanah
sekitar 0 2 %. Terdapat 2 (dua) sungai utama yaitu Sungai Kapuas dan Sungai
Landak yang membelah Kota serta dikelilingi oleh sekitar 33 sungai kecil.
Kecamatan di Kota Pontianak yang mempunyai wilayah terluas adalah
Kecamata Pontianak Utara (34,52%), diikuti oleh Kecamatan Pontianak Barat
(15,25%), Kecamatan Pontianak Kota (14,39%), Kecamatan Pontianak Tenggara
(13,75%), Kecamatan Pontianak Selatan (13,49%) dan Kecamatan Pontianak
Timur (8,14%). Sedangkan apabila dilihat dari jumlah penduduknya, maka jumlah
penduduk Kota Pontianak adalah 550.304 jiwa dengan kepadatan penduduk 5.104
jiwa/Km2 ( Sensus penduduk, 2010).
Keunikan Kota Pontianak dilengkapi oleh posisi yang strategis. Di lingkup
Nasional, letak Kota Pontianak berdekatan dengan beberapa daerah lain yang
menjadi pusat pertumbuhan regional, seperti Batam, Pekanbaru dan Natuna di
Pulau Sumatera; Jakarta di Pulau Jawa serta Balikpapan dan Pangkalan Bun di
Pulau Kalimantan. Sementara itu di lingkup internasional, letak Kota Pontianak
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
2/123
71
tidak jauh dari beberapa kota yang sudah maju di negara-negara ASEAN, seperti
Kuching dan Sabah (Malaysia), Bandar Seri Begawan (Brunei Darrusalam),
Singapura dan beberapa kota di ASEAN lainnya. Transportasi udara, laut/sungai
maupun transportasi darat dapat menghubungkan secara langsung Kota Pontianak
dengan daerah-daerah tadi.
Untuk mendeskripsikan karakteristik Kota Pontianak dalam kaitannya dengan
implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan, dibawah ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.
4.1.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketenagakerjaan Kota Pontianak
Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemajuan suatu wilayah adalah
dengan melihat tingkat pendapatan perkapita suatu wilayah. Pendapatan perkapita
yang lebih dikenal dengan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai
tambah) pada suatu waktu tertentu. PDRB dari sisi sektoral merupakan
penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh
sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya.
Berdasarkan penghitungan PDRB atas dasar harga konstan 2000, laju
pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak tahun 2009 adalah sebesar 4,93% . Angka
ini didapat dari adanya peningkatan PDRB Kota Pontianak menurut harga konstan
2000, dimana pada tahun 2008 sebesar Rp.5.968.286,55 juta meningkat menjadi
Rp.6.262.491,34 juta pada tahun 2009. Hal ini dapat dikatakan bahwa
meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat Kota Pontianak, maka tingkat
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
3/123
72
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Kota Pontianak secara global semakin
baik.
Struktur perekonomian di Kota Pontianak sampai saat ini masih didominasi
oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan peranannya sebesar 24,51%
(BPS Kota Pontianak, 2010). Hal ini berarti bahwa naik turunnya pertumbuhan
sektor perdagangan, hotel dan restoran akan mempengaruhi naik turunnya
pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan di Kota Pontianak. Sektor lain
yang peranannya cukup penting dalam pertumbuhan PDRB Kota Pontianak
adalah sektor jasa dengan peranannya sebesar 19,58% dan dari sektor
pengangkutan dan komunikasi dengan peranannya sebesar 18,63%.
Nilai PDRB per kapita di suatu wilayah didapat dari pembagian antara nilai
Produk Domestik Regional bruto dengan jumlah penduduk pertengahan tahun di
wilayah tersebut. Jika dibandingkan dengan nilai yang sama dengan wilayah lain
dalam kurun waktu yang sama maka nilai PDRB per kapita ini dengan cepat akan
memperlihatkan secara relatif tingkat kemakmuran wilayah tersebut dibandingkan
dengan wilayah lain, artinya jika nilai PDRB per kapitanya lebih besar dari nilai
PDRB per kapita di wilayah lain maka penduduk wilayah tersebut dapat dikatakan
lebih makmur, demikian juga sebaliknya.
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah berkaitan dengan ketenagakerjaan, yaitu
untuk melihat bagaimana kondisi masyarakat yang ada dalam suatu wilayah dan
bagaimana kualitas sumber daya manusia dalam suatu wilayah sehingga dapat
memperoleh kesempatan kerja. Jumlah angkatan kerja di Kota Pontianak
berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Agustus 2009) adalah 234.299
jiwa (61,55%) dari jumlah penduduk usia kerja, yaitu yang berumur 15 tahun ke
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
4/123
73
atas. Angkatan kerja yang bekerja 90,62% (212.321 jiwa) dan yang mencari
pekerjaan 10,35% (21.978 jiwa). Sedangkan bukan angkatan kerja berjumlah
146.387 jiwa (38,45%) yang terdiri dari sekolah 25,57% (37.425 jiwa), mengurus
rumah tangga sebesar 64,56% (94.510 Jiwa) dan lainnya sebesar 9,87% (14.453
jiwa).
Jumlah angkatan keja di Kota Pontianak yang paling banyak bekerja pada
sektor perdagangan dan jasa, sedangkan yang bekerja pada sektor pertanian hanya
sebesar 3,45%. Persentase penduduk yang berumur 15 tahun ke atas (usia
produktif) yang bekerja menurut lapangan pekerjaan di Kota Pontianak adalah
sebagai berikut :
Grafik 4.1
Persentase Penduduk Kota Pontianak Yang berumur 15 Tahun Keatas
menurut lapangan pekerjaan
Sumber : Kota Pontianak dalam Angka 2010
4.1.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu indikator pengukuran
yang menggambarkan pencapaian pembangunan manusia di suatu wilayah
yang disusun dengan 3 indikator, yaitu : lama hidup, pendidikan dan standar
hidup. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia menjadi salah satu
0
5
1 0
1 5
2 0
2 5
3 0
3 5
4 0
1 . P e rta n i a n 2 . I n d u s tri
P e n g o la h a n
3 .
P e r d a g a n g a n
4 . Ja sa 5 . A n g k u ta n 6 . L a in n y a
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
5/123
74
ukuran kemajuan pembangunan manusia secara umum, yang mencerminkan
capaian kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Dengan melihat perkembangan angka IPM dari tahun 2007 sampai dengan
tahun 2009, tampak bahwa kemajuan pembangunan manusia di Kota
Pontianak tidak terlalu signifikan. Angka IPM Kota Pontianak hanya
mengalami sedikit peningkatan dari 71,59 pada tahun 2007 menjadi 71,41
pada tahun 2009. Kecilnya kenaikan IPM ini disebabkan dampak dari
investasi di bidang kesehatan dan pendidikan khususnya terhadap peningkatan
indikator penyusun IPM baru akan terlihat nyata dalam jangka panjang.
Pembangunan di Kota Pontianak telah berhasil menurunkan jumlah
penduduk miskin baik secara absolut maupun persentasenya. Penduduk
miskin adalah penduduk yang mempunyai rata-rata pengeluaran perkapita per
bulan di bawah garis kemiskinan. Sedangkan garis kemiskinan adalah nilai
pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100
kilokalori perkapita per hari ditambah kebutuhan minimum non makanan yang
mencakup perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Secara absolut,
jumlah penduduk miskin di Kota Pontianak turun dari 37 000 jiwa di tahun
2007 menjadi 36 000 jiwa di tahun 2009. Sedangkan secara persentase
penduduk miskin turun dari 6,77% dari jumlam penduduk Kota Pontianak
menjadi 6,38%.
Salah satu upaya Pemerintah Kota Pontianak untuk meningkatkan IPM
adalah pembangunan di bidang pendidikan, karena pendidikan memiliki porsi
paling besar dalam mempengaruhi IPM. IPM Kota Pontianak saat ini berada
pada peringkat 150 dari 500 kabupaten/kota di Indonesia. Hal ini berarti
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
6/123
75
bahwa Kota Pontianak masih tergolong pada daerah kategori miskin, sehingga
yang diperlukan adalah meningkatkan daya tampung siswa dan partisipasi
masyarakat dalam pendidikan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
menurunkan inflasi dan mengurangi jumlah pengangguran.
4.1.3. Angka Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan,
karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan
Kota Pontianak naik sebesar 10,95 % pada tahun 2010 (Rp. 242.772,00
perkapita perbulan) dibandingkan tahun 2009 (Rp. 218.802,00 perkapita
perbulan). Angka kemiskinan ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
garis kemiskinan Provinsi Kalimantan Barat (Rp. 189.407,00). Tingginya laju
inflasi dapat menaikkan ukuran garis kemiskinan, sebab harga barang dan jasa
menjadi salah satu penentu tolok ukur garis kemiskinan. Meskipun inflasi
tidak selalu berdampak buruk bagi perekonomian, namun salah satu akibat
yang ditimbulkan inflasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat adalah
menurunnya daya beli masyarakat. Kenaikan laju inflasi serta ukuran garis
kemiskinan tidak serta merta menaikkan atau menurunkan angka kemiskinan.
Angka kemiskinan juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah pendapatan
dan efektifitas beberapa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, seperti program
penanggulangan kemiskinan (Raskin, Jamkesmas, BOS, Perbaikan rumah
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
7/123
76
layak huni PNPM Mandiri dan sebagainya), apakah program-program tersebut
efektif dan dapat meningkatkan pendapatan penduduk.
Warga yang termasuk dalam kriteria rumah tangga miskin yaitu memliki
luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang, jenis lantai
bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu atau kayu murahan dan
jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu, rumbia, kayu berkualitas
rendah dan tembok tanpa diplester. Tidak memiliki fasilitas buang air besar
atau jika ada bersama-sama dengan rumah tangga lain, sumber penerangan
rumah tangga tidak menggunakan listrik, sumber air minum berasal dari
sumur, mata air tidak terlindungi, sungai dan air hujan serta bahan bakar untuk
masak sehari-hari adalah kayu bakar, arang, minyak tanah. Untuk kebutuhan
pangan hanya mengkonsumsi daging, susu dan ayam sebanyak satu kali dalam
seminggu dan hanya sanggup makan sebanyak satu atau dua kali dalam sehari.
Kriteria lainnya, hanya sanggup membeli satu stel pakaian baru dalam
setahun, tidak sanggup membayar beaya pengobatan di puskesmas atau
poliklinik dan pendidikan kepala rumah tangga hanya SD, tidak tamat SD atau
bahkan tidak sekolah. Pekerjaan kepala rumah tangga sebagai petani dengan
luas lahan setengah hektar, buruh tani, nelayan buruh bangunan, buruh
perkebunan atau pekerjaan lain dengan pendapatan dibawah 600 ribu rupiah
peebulan, tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dengan
nilai 500 ribu rupiah seperti sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak,
kapal motor atau barang modal lainnya.
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
8/123
77
4.1.4. Keadaan Perumahan Dan Permukiman
Sudah menjadi karakteristik yang umum jika penduduk memilih lokasi
bermukim pada wilayah-wilayah yang memliliki aksesibilitas tinggi ke tempat
kerja dan pusat pelayanan (fasilitas umum dan fasilitas sosial), kemudahan
memperoleh air bersih, kelengkapan infrastruktur dan factor keamanan. Selain
itu, dengan latar belakang historisnya, masyarakat Kota Pontianak seperti
memiliki jiwa yang sudah menyatu dengan sungai. Kegiatan dan kehidupan
kesehariannya sulit dipisahkan dengan sungai. Sehingga perkembangan
permukiman di Kota Pontianak cenderung lebih mengarah pada wilayah-
wilayah di pinggiran dan sekitar sungai, jaringan jalan, parit dan dekat pusat-
pusat kegiatan.
Apabila dilihat perbandingannya untuk setiap kecamatan, maka
perkembangan permukiman lebih terkonsentrasi di Kecamatan Pontianak
Barat, Kecamatan Pontianak Kota dan Kecamatan Pontianak Selatan serta
beberapa kelurahan (Kelurahan Tanjung Hilir, Kelurahan Dalam Bugis dan
Kelurahan Tambelan Sampit) di Kecamatan Pontianak Timur, khususnya di
sekitar Mesjid Jami dan Kraton Kadariah yang merupakan cikal bakal Kota
Pontianak.
Permukiman yang dibangun secara pribadi oleh penduduk berpendapatan
rendah cenderung berkembang di sekitar dan pinggiran sungai dan parit.
Umumnya permukiman tersebut kurang baik penataannya dan prasarana
permukimannya juga kurang memadai. Kawasan permukiman di Kecamatan
Pontianak Barat, Kecamatan Pontianak Kota dan Pontianak Timur imumnya
memiliki kepadatan bangunan yang lebih tinggi dibandingkan Kecamatan
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
9/123
78
Pontianak Utara. Sebaliknya, permukiman yang dibangun secara pribadi oleh
penduduk berpendapatan menengah ke atas dan perusahaan pengembang
dapat tertata dengan baik serta dilengkapi dengan prasarana permukiman yang
memadai. Kawasan permukiman seperti ini berlokasi di sebagian besar
Kecamatan Pontianak Selatan, sebagian Kecamatan Pontianak Barat,
Kecamatan Pontianak Kota, Pontianak Timur dan sebagian kecil Pontianak
Utara. Beberapa kompleks perumahan yang dibangun oleh developer tampak
mulai dikembangkan ke arah Kecamatan Pontianak Timur.
Orientasi bangunan yang tidak menghadap ke sungai (bagian depan rumah
tidak menghadap ke sungai tapi malah membelakangi, dengan bangunan untuk
MCK yang berbatasan langsung dan merupakan pemandangan langsung dari
arah sungai) dinilai merupakan salah satu faktor awal (dari sudut penataan
bangunan) yang menyebabkan terjadinya kekumuhan. Faktor lain yang
berpengaruh adalah kebiasaan penduduk yang karena keterbatasan
pengetahuan (tentang kesehatan, pentingnya fungsi kelestarian ekosistem
sungai) dan kemampuan ekonominya sehingga masih membuang sampah dan
limbahnya ke badan sungai atau parit.
Secara umum perumahan dan permukiman kumuh di Kota Pontianak
berada di tepi Sungai Kapuas dan Landak, baik yang ada di sisi utara dan
selatan sungai kecuali kelurahan yang tidak mempunyai batas wilayah sungai.
Adanya permukiman yang merupakan ciri khas/tradisional Kota Pontianak
adalah di atas sungai/air yang terbanyak di pinggir sungai terutama delta
Sungai Kapuas. Permukiman kumuh di Kota Pontianak lebih banyak
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
10/123
79
1) Kurangnya sarana air bersih dan kurangnya sanitasi sendiri atau bersama
2) Kualitas permukinan dengan atap daun, dinding papan dan lantai papan
3) Kualitas lingkungan kotor karena sarana pembuangan sampah kurang dan
tergenang
Untuk menghitung angka kemiskinan dapat dilakukan dengan 2 faktor,
yaitu ukuran garis kemiskinan dan pendapatan. Sementara angka kemiskinan
dipengaruhi oleh kemampuan atau daya beli orang miskin dalam
mempertahankan kebutuhan dasarnya. Pemenuhan kebutuhan dasar setiap
orang berbeda, yaitu bisa berasal dari pendapatan pribadi maupun kombinasi
antara pendapatan masyarakat dan efektifitas bantuan pemerintah melalui
berbagai program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan. Orang
yang berpendapatan rendah tetapi kebutuhan dasarnya dipenuhi oleh program
Raskin, jamkesmas, ataupun program yang semacamnya dapat terhindar dari
kemiskinan.
Dilihat dari perkembangan persentase penduduk miskin Kota Pontianak
tahun 2005 2010 dengan jumlah penduduk terbesar di Kalimantan Barat,
sesuai dengan ciri khas sebagai daerah urban dan merupakan kota
perdagangan dan jasa maka menjadi tempat tujuan pencari kerja. Meskipun
terjadi peningkatan persentase penduduk miskin sebesar 0,14% dari tahun
2009 namun dengan turunnya tingkat pengangguran dari 9,38% tahun 2009
menjadi 7,79% tahun 2010 menjadi salah satu faktor yang dapat mengimbangi
tingginya inflasi kelompok bahan makanan dari sisi pendapatan, dengan
meningkatnya jumlah orang bekerja, maka penduduk yang mempunyai
pendapatan bertambah. Tingginya inflasi dapat dijadikan bahn evaluasi dalam
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
11/123
80
menanggulangi kemiskinan, mengingat proporsi pengeluaran penduduk
miskin untuk makanan sangat besar. Pemerintah daerah dapat berperan aktif
dalam upaya pengendalian inflasi terutama dari sisi suplai dengan menjaga
kesinambungan suplai bahan pokok terhadap permintaan.
4.2. Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perkotaan Di Kota Pontianak
Tahapan implementasi sebuah kebijakan publik merupakan tahapan yang
krusial, karena tahapan ini menentukan keberhasilan sebuah kebijakan publik.
Untuk itu proses implementasi perlu dipersiapkan dengan baik, sejak dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan evaluasi kebijakan
publik. Dalam setiap tahapan implementasi kebijakan publik melibatkan seluruh
stakeholder yang ada, baik pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat secara
individu maupun kelompok.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)
merupakan salah satu program penganggulangan kemiskinan yang sebelumnya
bernama Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Program ini
dilaksanakan sebagai upaya pemerintah untuk membangun kemandirian
masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara
mandiri. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian
masyarakat berupa institusi masyarakat yang representatif, mengakar dan menguat
bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang
serta menyiapkan kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok
peduli setempat.
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
12/123
81
PNPM Mandiri Perkotaan dilaksanakan sebagai proses pemberdayaan dan
pembelajaran masyarakat yang dilakukan secara terus menerus untuk menumbuh
kembangkan kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai universal kemanusiaan,
prinsip-prinsip kemasyarakatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
sebagai landasan yang kokoh untuk membangun masyarakat yang mandiri dan
sejahtera. Secara konseptual, PNPM Mandiri Perkotaan memandang bahwa akar
penyebab kemiskinan telah menyadarkan berbagai pihak, bahwa pendekatan dan
cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki,
yaitu ke arah perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat yang
senantiasa berlandaskan pada nilai-nilai universal kemanusiaan (moral), prinsip-
prinsip kemasyarakatan dan pilar-pilar pembangunan berkelanjutan (dalam
Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, tahun 2010).
Sebagai program pemberdayaan masyarakat yang berbasis nilai, maka prinsip
dasar program ini adalah Pemberdayaan Manusia Seutuhnya untuk
menumbuhkan kepedulian, kerelawanan dan perilaku yang berpihak pada
masyarakat miskin dengan dilandasi keikhlasan memberikan prioritas kepada
warga yang lebih menderita, lebih miskin dan lebih parah kondisinya. Untuk itu
nilai dan prinsip yang melandasi pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah :
1) Bertumpu pada pembangunan manusia, artinya pelaksanaan PNPM-MP
senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia
seutuhnya.
2) Berorientasi pada masyarakat miskin, artinya semua kegiatan yang
dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat
miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
13/123
82
3) Partisipasi, artinya masyarakat terlibat secara aktif pada setiap proses
pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong
menjalankan pembangunan.
4) Otonomi, artinya masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri dan
partisipatif untuk menentukan dan mengelola kegiatan dalam PNPM MP
secara swakelola.
5) Desentralisasi, artinya kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan
sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau
masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.
6) Kesetaraan dan keadilan gender, artinya laki-laki dan perempuan
mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan
dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan
7) Demokratis, artinya setiap pengambilan keputusan pembangunan
dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada
kepentingan masyarakat miskin.
8) Transparansi dan akuntabel, artinya masyarakat harus memiliki akses yang
memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan
sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan
dipertanggungjawabkan, baik secara moral, teknis, legal maupun
administratif.
9) Prioritas, artinya pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan
pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan
mendayagunakan secara optimal berbagai sumber daya yang terbatas.
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
14/123
83
10) Kolaborasi, artinya semua pihak yang berkepentingan dalam
penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerja sama dan
sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan
11) Keberlanjutan, artinya setiap pengambilan keputusan harus
mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat
dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan
12) Sederhana, artinya semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam
pelaksanaan PNPM MP harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami dan
mudah dikelola oleh masyarakat.
PNPM Mandiri Perkotaan meyakini bahwa pendekatan yang lebih efektif
untuk mewujudkan proses perubahan perilaku masyarakat adalah melalui
pendekatan pemberdayaan atau proses pembelajaran masyarakat dan pengutan
kapasitas untuk mengedepankan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasi
dan mendukung kemandirian masyarakatnya. Substansi ini sebagai upaya proses
transformasi PNPM Mandiri Perkotaan dari tataran proyek menjadi tataran
program oleh masyarakat bersama pemerintah daerah setempat.
Sedangkan pendekatan yang dilakukan agar terwujud tujuan yang hendak
dicapai PNPM Mandiri Perkotaan adalah :
1) Melembagakan pola pembangunan partisipatif yang pro-poor dan
berkeadilan melalui :
(1) Pembangunan lembaga masyarakat (BKM) yang representatif,
akuntabel dan mampu menyuarakan kepentingan masyarakat dalam
proses-proses pengambilan keputusan.
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
15/123
84
(2) Perencanaan partisipatif dalam menyusun PJM-Pronangkis, IPM dan
MDGs.
2) Menyediakan BLM secara transparan untuk menandai kegiatan
penanggulangan kemiskinan yang mudah dilakukan oleh masyarakat dan
membuka kesempatan kerja melalui :
(1) Pembangunan sarana/prasarana lingkungan
(2) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia
(3) Pengembangan ekonomi lokal
3) Memperkuat keberlanjutan program dengan :
(1) Menumbuhkan rasa memiliki di kalangan masyarakat melalui proses
penyadaran kritis dan pengelolaan hasil-hasilnya
(2) Meningkatkan kemampuan perangkat pemerintah dalam perencanaan,
penganggaran dan pengembangan pasca program.
(3) Meningkatkan efektifitas perencanaan dan penganggaran yang lebih
pro-poor dan berkeadilan.
Berdasarkan prinsip-prinsip dan pendekatan tersebut diatas maka upaya-upaya
rasional dalam mencapai tujuan program dilaksanakan dengan :
1) Memposisikan masyarakat sebagai pelaku utama pelaksanaan PNPM - MP
2) Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam pelaksanaan
PNPM-MP secara partisipatif
3) Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan
karakteristik sosial dan geografis.
Inti kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan adalah proses menumbuhkembangkan
kemandirian dan keberlanjutan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dari,
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
16/123
85
oleh dan untuk masyarakat melalui proses pembelajaran dan pelembagaan nilai-
nilai universal kemanusiaan, kemasyarakatan dan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan. Untuk itu, sesuai Undang-Undang No 32 tahun 2004, Pemerintah
Pusat memberi ruang bagi terselenggaranya Pemerintah di Daerah secara lebih
demokratis dengan kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab.
Dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan, peran Pemerintah Daerah adalah
sebagai fasilitator, regulator, dinamisator dan koordinator. Sebagai fasilitator,
Pemerintah Daerah berperan dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan dengan menjembatani kepentingan
berbagai pihak dalam mengoptimalkan kegiatan. Sebagai Regulator, Pemerintah
Daerah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan penyelenggaraan PNPM
Mandiri Perkotaan dengan menerbitkan peraturan-peraturan dalam rangka
efektifitas dan tertib administrasi. Sebagai dinamisator, berperan menggerakkan
partisipasi masyarakat dengan mendorong dan memelihara dinamika
pembangunan daerah. Sebagai koordinator, Pemerintah daerah berperan untuk
mengintegrasikan program-program berbasis penanggulangan kemiskinan melalui
mekanisme perencanaan partisipatif, seperti musrenbang (Musyawarah Rencana
Pembangunan) di tingkat kelurahan, kecamatan dan kota.
Dalam kerangka tersebut, untuk mengefektifkan dan melancarkan jalannya
program maka bentuk-bentuk bantuan yang diberikan adalah dalam bentuk
pendampingan dan bantuan dana yang disebut Bantuan Langsung Masyarakat
(BLM). Untuk bantuan pendampingan diwujudkan dalam bentuk penugasan
konsultan dan fasilitator beserta dukungan dana operasional untuk mendampingi
dan memberdayakan masyarakat agar mampu merencanakan dan melaksanakan
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
17/123
86
program masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di kelurahan masing-
masing.
Proses implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perkotaan melibatkan beberapa aktivitas, yakni :
1) Pengorganisasian yang meliputi penataan sumber daya, unit pelaksana dan
metodenya sesuai dengan tujuan kebijakan. Tahap ini terdiri dari beberapa
komponen pelaksanaan kebijakan, seperti lembaga pelaksana kebijakan,
anggaran yang diperlukan, sarana dan prasarana, penetapan tata kerja dan
penetapan manajemen kebijakan.
2) Interpretasi atau penafsiran yang berupa penerjemahan dan penjelasan
tujuan kebijakan ke dalam kegiatan yang lebih operasional sehingga lebih
mudah dipahami oleh lembaga pelaksana maupun pemangku kepentingan
dan kelompok sasaran.
3) Aplikasi, yaitu penerapan rencana implemnetasi kebijakan ke kelompok
sasaran kebijakan (target group), yang berupa penyediaan layanan,
pembayaran, atau pelaksanaan instrumen atau tujuan yang telah disepakati
bersama.
4.2.1.Pengorganisasian Dalam Implementasi PNPM Mandiri Perkotaan Di
Kota Pontianak
Upaya penanggulangan kemiskinan di Kota Pontianak yang dilaksanakan
melalui PNPM Mandiri Perkotaan, dikoordinir oleh Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kota Pontianak. TKPK merupakan
forum instansi di tingkat kota yang berfungsi sebagai wadah koordinasi dalam
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
18/123
87
penyusunan, pembahasan kebijakan dan program-program penanggulangan
kemiskinan.
Kelembagaan TKPK Kota Pontianak berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada walikota, sedangkan keanggotaannya terdiri dari
unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan pemangku kepentingan
lainnya dalam penanggulangan kemiskinan. Struktur organisasi Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Pontianak adalah sebagai
berikut :
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota
Sumber : Kantor Walikota Pontianak, 2011
SEKRETARIAT POKJAPENGADUAN
MASYARAKAT
POKJA
PENGEMBANGAN
KEMITRAAN
POKJA PENDATAAN
DAN SISTEM
INFORMASI
KELOMPOK
PROGRAM
BANTUAN SOSIAL
TERPADU BERBASIS
KELUARGA
KELOMPOK PROGRAM
PENANGGULANGAN
KEMISKINAN BERBASIS
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
KELOMPOK PROGRAM
PENANGGULANGAN
KEMISKINAN BERBASIS
PEMBERDAYAAN USAHA
EKONOMI DAN KECIL
PENANGGUNG JAWAB
WALIKOTA
SEKRETARIS: KEPALA BAPPEDA
WAKIL SEKRETARIS: KEPALA BPMD
KETUA : WAKIL WALIKOTA
WAKIL KETUA: SEKRETARIS DAERAH
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
19/123
88
Penetapan tugas, susunan keanggotaan, kelompok kerja, sekretariat dan
pendanaan TKPK Kota diatur dengan Surat Keputusan Walikota dengan
memperhatikan Perpres 15/2010. Sebagai Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan di Kota Pontianak, maka organisasi tersebut menyelenggarakan
fungsi :
1) Pengkoordinasian, pemantauan, supervise dan tindak lanjut terhadap
pencapaian tujuan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan agar
sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah.
2) Pengkoordinasian, pemantauan, pelaksanaan kelompok program
penanggulangan kemiskinan oleh SKPD yang meliputi realisasi
pencapaian target, penyerapan dana dan kendala yang dihadapi
3) Penyusunan hasil pemantauan pelaksanaan program dan atau kegiatan
program penanggulangan kemiskinan secara periodik
4) Pengkoordinasian evaluasi pelaksanaan program dan atau kegiatan
penanggulangan kemiskinan.
5) Pengkoordinasian penanganan pengaduan masyarakat bidang
penanggulangan kemiskinan
6) Penyiapan laporan pelaksanaan dan pencapaian program penanggulangan
kemiskinan kepada walikota dan wakil walikota Pontianak.
Apabila dilihat dari level kebijakan, seperti yang dikemukakan oleh
Bromley (1989 : 32) bahwa ada 3 level kebijakan yakni Policy level,
Organisational level and Operational level, maka PNPM Mandiri Perkotaan
termasuk dalam kategoriOperational level, dimana implementasi program ini
berada pada level eksekutif, khususnya pada satuan pelaksana (operating
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
20/123
89
units) dalam masyarakat. Untuk itu implementasi PNPM Mandiri Perkotaan
dilakukan melalui organisasi-organisasi kemasyarakatan, yang disebut Badan
atau Lembaga Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM). BKM/LKM dibentuk
sebagai wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan
kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor bagi upaya penanggulangan
kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan
berkelanjutan. Kegiatan-kegiatannya meliputii proses penentuan kebutuhan,
pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program
sampai pemanfaatan dan pemeliharaan. Jumlah BKM/LKM di kota
Pontianak adalah 29 lembaga yang meliputi 351 KSM (Kelompok Swadaya
Masyarakat).
Tiap BKM/LKM bersama-sama masyarakat melakukan proses
perencanaan partiisipatif dengan menyusun Perencanaan Jangka Menengah
dan Rencana Tahunan Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM dan Renta
Pronangkis), sebagai prakarsa masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan
di wilayahnya secara mandiri. Atas fasilitasi pemerintah dan prakarsa
masyarakat, LKM/BKM menjalin kemitraan dengan berbagai instansi
pemerintah dan kelompok peduli setempat. Untuk itu diperlukan sinergisitas
dan komitmen diantara lembaga pelaksana dalam implementasi PNPM
Mandiri Perkotaan.
Peran Pemerintah Kota Pontianak dalam implementasi PNPM Mandiri
Perkotaan adalah sebagai fasilitator, regulator, dinamisator dan koordinaor
dengan penjabaran sebagai berikut :
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
21/123
90
1) Sebagai fasilatator, adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan pembangunan (menjembatani) kepentingan berbagai pihak
dalam mengoptimalkan pembangunan daerah
2) Sebagai regulator, adalah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan
penyelenggaraan pembangunan (menerbitkan peraturan-peraturan dalam
rangka efektifitas dan tertib administrasi pembangunan)
3) Sebagai dinamisator, adalah menggerakkan partisipasi multi pihak ketika
stagnasi terjadi dalam proses pembangunan (mendorong dan memelihara
dinamika pembangunan daerah)
4) Sebagai koordinator, adalah mengintegrasikan program-program berbasis
penanggulangan kemiskinan (melalui mekanisme perencanaan partisipatif,
seperti musyawarah rencana pembangunan)
Dalam rangka melaksanakan peran dan fungsi Pemerintah kota
tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Pontianak mengangkat Koordinator
PNPM Mandiri Perkotaan yang dibantu Asisten Korkot di bidang keuangan,
teknik/infrastruktur, manajemen data dan penataan ruang untuk pengendalian
pelaksanaan kegiatan di bawah koordinasi Team Leader KMW (Konsultan
Manajemen Wilayah).
Level birokrasi terendah sebagai implementor PNPM Mandiri Perkotaan
adalah kelurahan. Di tingkat kelurahan, unsur utama pelaksanaan PNPM
Mandiri Perkotaan adalah: (1) Lurah dan perangkatnya, (2) Relawan
masyarakat, (3) LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat), (4) KSM
(Kelompok Swadaya Masyarakat. Lurah sebagai koordinator ketiga unsur
pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di masyarakat kelurahan, mempunyai
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
22/123
91
tugas untuk memberikan dukungan dan jaminan agar pelaksanaan PNPM
Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya dapat berjalan dengan lancar sesuai
dengan aturan yang berlaku sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai
dengan baik.
Relawan masyarakat merupakan pelopor-pelopor penggerak dari
masyarakat yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli dan memiliki
komitmen kuat pada kemajuan masyarakat di wilayah kelurahan yang
bersangkurtan. PNPM Mandiri Perkotaan mendorong masyarakat di lokasi
sasaran program agar membuka kesempatan seluas mungkin bagi warga yang
ikhlas, jujur, adil, peduli dan memiliki komitmen untuk membantu masyarakat
dalam melaksanakan seluruh tahapan kegiatan program agar bermanfaat bagi
masyarakat miskin serta seluruh masyarakat diwilayahnya. Relawan
masyarakat dibentuk sebagai upaya untuk menjalankan seluruh proses PNPM
Mandiri Perkotaan yang direncanakan sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat atau peningkatan kapasitas. Diharapkan relawan masyarakat
menjadi pelopor dalam siklus program, refleksi kemiskinan, pemetaan
swadaya, pembentukan BKM/LKM, pengorganisasian KSM dan perencanaan
partisipatif.
Relawan masyarakat yang ada di Kota Pontianak direkrut untuk masing
masing kelurahan yang jumlahnya menyesuaiakan kegiatan yang ada dalam
PNPM Mandiri Perkotaan. Jenis kegiatan dalam PNPM Mandiri Perkotaan
meliputi kegiatan di bidang sosial, bidang ekonomi dan lingkungan. Untuk
masing-masing kegiatan didampingi oleh relawan masyarakat sebagai mitra
kerja LKM/BKM di setiap kelurahan yang ada di Kota Pontianak. Setiap
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
23/123
92
relawan masyarakat berfungsi sebagai pengawas partisipatif terhadap
keseluruhan proses sehingga bisa terbangun control social yang bagus.
Sebagai mitra kerja BKM, maka para relawan masyarakat akan membentuk
Forum Relawan dan berhak mendapat informasi perkembangan kegiatan
penanggulangan kemiskinan yang dipimpin oleh Badan Keswadayaan
Masyarakat.
Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) atau Lembaga Keswadayaan
Masyarakat (LKM) yang ada pada setiap kelurahan bertanggung jawab untuk
menjamin keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan yang kondusif untuk pengembangan keswadayaan masyarakat
dalam penanggulangan kemiskinan perkotaan. Sampai dengan tahun 2011,
jumlah BKM/LKM yang ada di Kota Pontianak adalah 29 lembaga yang
tersebar di 6 kecamatan yang ada di Kota Pontianak. Nama-nama BKM yang
ada di Kota Pontianak adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Daftar Nama-Nama BKM Kota Pontianak
No Kecamatan Kelurahan Nama BKM
1 Pontianak Barat a. Sungai Jawi Dalam Jawi Berkah
b. Sungai Beliung Mitra Beliung
c. Sungai Jawi Luar Jerujud.Paal Lima Paal Lima Mandiri
2 Pontianak Kota a. Sungai Jawi Jawi Sejahtera
b. Darat Sekip Sekip Baru
c. Mariana Mariana
d. Tengah Pijar Tengah
e. Sungai Bangkong Bangkong Bersatu
3 Pontianak Selatan a. Benua Melayu Darat Borneo
b. Kota Baru Kobar Makmur
c. Akcaya Akcaya Karya mandiri
d.Benua Melayu Laut Hangtuah
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
24/123
93
e. Parit Tokaya Srikandi
4 Pontianak Timur a. Parit Mayor Mandiri
b. Tanjung Hilir Mentari Timurc. Banjar Serasan Serasan Sejahtera
d.Dalam Bugis Corak Insang
e. Tanjung Hulu Sejahtera
f. Tambelan Sampit Sanyorani
g. Saigon Sutra Mandiri
5 Pontianak Tenggara a.Bangka Belitung Darat Paris Raya
b. Bansir Laut Gayung Bersambut
c. Bansir Darat Bintang Tenggara
d. Bangka Belitung Laut Bangka Belitung LautAbadi
6 Pontianak Utara a. Siantan Hilir Khajuma
b. Siantan Tengah Khatulistiwa
c. Batulayang Phikat
d. Siantan Hulu Wahana Pangeran
Sumber : Bappeda Kota Pontianak, 2011
BKM/LKM mempunyai peran utama untuk mengorganisasikan warganya
secara partisipatif untuk merumuskan rencana jangka menengah (3 tahun)
penanggulangan kemiskinan (PJM Pronangkis) dalam pelaksanaan PNPM
Mandiri Perkotaan. BKM harus mampu menumbuhkan berbagai kegiatan
pemberdayaan masyarakat miskin agar mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan mengembangkan jaringan BKM di tingkat kecamatan dan
kota sebagai mitra kerja Pemerintah Daerah untuk menyuarakan aspirasi
masyarakat.
Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam PNPM Mandiri
Perkotaan, masing-masing BKM membentuk KSM (Kelompok Swadaya
Masyarakat). KSM merupakan nama generik untuk kelompok warga
masyarakat pemanfaat dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) dalam
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
25/123
94
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan.
KSM diorganisasikan oleh tim relawan dan dibantu oleh tim fasilitator yang
terdiri dari warga kelurahan yang memiliki ikatan kebersamaan (common
bond) dan yang berjuang untuk mencapai tujuan bersama. Sampai saat ini,
jumlah KSM yang ada di Kota Pontianak adalah 351 KSM yang berada di
tingkat RT (Rukun Tetangga) di seluruh wilayah Kota Pontianak. Sedangkan
relawan masyarakat yang berada dibawah KSM berjumlah 1091 orang yang
sudah terlatih dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program.
KSM bukan hanya sekedar pemanfaat pasif dana Bantuan Langsung
Masyarakat, melainkan juga sebagai pelaksana kegiatan terkait dengan
penanggulangan kemiskinan yang diusulkan untuk didanai oleh LKM/BKM
melalui berbagai dana yang mampu digalang. Oleh sebab itu, tugas pokok
KSM adalah sebagai berikut :
1) Menyusun usulan kegiatan pembangunan terkait dengan penanggulangan
kemiskinan
2) Mengelola dana yang diperolehnya untuk mendanai kegiatan
pembangunan yang diusulkan
3) Mencatat dan membuat laporan kegiatan dan keuangan kegiatan
pembangunan yang diusulkan
4) Menerapkan nilai-nilai luhur dalam pelaksanaan pembangunan , seperti
transparansi, demokrasi, membangun dengan mutu dan lain-lain
5) Secara aktif menjadi bagian dari kendali sosial (control social)
pelaksanaan penanggulangan kemiskinan diwilayahnya.
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
26/123
95
Selain organisasi-organisasi pelaksana PNPM Mandiri Perkotaan di Kota
Pontianak seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka dalam proses
implementasi program ini diperlukan komponen sumber dana . Sumber dana
yang digunakan dalam PNPM Mandiri Perkotaan adalah APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara) dan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belaja
Daerah). Pada dasarnya PNPM Mandiri Perkotaan dalam penyediaan dana
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) menganut sikap open menu, dimana
masyarakat bebas mengajukan usulan kegiatan apapun selama terkait langsung
dengan upaya penanggulangan kemiskinan. Kegiatan yang layak didanai
melalui BLM adalah kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam PJM/Rencana
Tahunan Pronangkis. Kegiatan-kagiatan tersebut digolongkan menjadi 2,
yaitu:
1) Kegiatan pembangunan yang sudah ditemukan pada saat Pemetaan
Swadaya (PS), biasanya skala besar (kelurahan) yang dialokasikan pada
Rencana Tahunan sebagai rencana investasi dan dapat dilaksanakan oleh
Panitia yang dibentuk LKM/BKM dan dikoordinasikan oleh UPL (Unit
Pengelola Lingkungan) dan bertanggung jawab kepada LKM.
2) Kegiatan kecil-kecil yang diusulkan oleh KSM tetapi secara indikatif
sudah direncanakan di Rencana Tahunan, disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat. KSM yang membutuhkan dapat mengusulkan, sifatnya
investasi kecil dan dilaksanakan oleh KSM yang bersangkutan.
Apabila masyarakat memutuskan bahwa sebagian dana BLM digunakan
untuk pinjaman bergulir, maka pengelolaannya harus dilakukan dengan
berorientasi pada masyarakat miskin. Penyediaan dana BLM dimaksudkan
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
27/123
96
agar masyarakat dapat belajar senyata nyatanya untuk melakasanakan dan
mengelola apa yang sudah direncanakan. Upaya pembelajaran ini lebih
dititikberatkan pada upaya memberi kesempatan kepada masyarakat untuk
belajar menangani berbagi persoalan yang ada secara utuh mulai dari
pengembangan gagasan, identifikasi persoalan, perencanaan pemecahan
persoalan sampai dengan pelaksanaan dengan tetap berorientasi ke tujuan
jangka panjang. Selain itu juga untuk menumbuhkan kesadaran kritis bahwa
kebutuhan untuk penanggulangan kemiskinan tidak hanya kebutuhan modal
dana semata, melainkan juga kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan
modal sosial, lingkungan hidup dan ekonomi. PNPM Mandiri Perkotaan
menganut azas Open Menu, karena masyarakat perlu menyadari bahwa tidak
mungkin kebutuhan orang miskin hanya satu aspek saja dan mengabaikan
aspek lainnya. Masyarakat dapat melengkapi sebagian besar kebutuhan dan
kegiatan lainnya melalui swadaya masyarakat atau akses chanelling program
ke berbagai pihak terkait.
Dana BLM tidak dapat diakses oleh individu, melainkan melalui
kelompok seperti panitia atau KSM yang lebih bersifat permanen. Ketentuan
pemanfaatan oleh kelompok ini berlaku pada seluruh jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan, baik kegiatan prasarana lingkungan, dana pengembangan sosial
maupun pengembangan usaha ekonomi masyarakat dan peningkatan kapasitas
institusi masyarakat. Masyarakat dalam mengelola dana BLM diharapkan
mampu mengimplementasikan secara nyata nilai-nilai universal kemanusiaan
seperti kejujuran, tanpa pamrih, kerelawanan serta prinsip-prinsip universal
kemasyarakatan dan pembangunan berkelanjutan.
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
28/123
97
Dana BLM pada dasarnya adalah wakaf tunai yang dapat digunakan untuk
membeayai kegiatan penanggulangan kemiskinan yang telah direncanakan
oleh masyarakat dibawah koordinasi LKM. LKM sebagai penerima dana
BLM harus dapat menunjukkan bahwa kepercayaan yang diberikan kepadanya
telah digunakan secara benar dan dipertanggungjawabkan secara terbuka.
Untuk itu LKM harus dapat mengelola dana tersebut secara benar, transparan
dan akuntabel. Salah satu alat yang digunakan untuk menunjukkan kinerja
pengelolaan keuangan adalah pembukuan tentang semua transaksi keuangan
yang disusun dalam suatu Laporan Keuangan Bulanan. Selain transparansi
dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan kegiatan serta
keuangan, prinsip akuntabilitas wajib dilaksanakan. Akuntabilitas diterapkan
dengan memberikan akses kepada semua pihak yang berkepentingan untuk
melakukan audit, bertanya dan mempertanggungjawabkannya.
Sumber dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) pada Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kota
Pontianak (Bappeda Kota Pontianak, 2011), terdiri dari :
1) APBN World Bank, jumlah alokasi dana tahun 2008 sebesar
Rp 3 150 000.000
2) Sharing Dana Untuk Urusan Bersama (DUB) dan APBD Kota Pontianak
Tahun Anggaran 2009 sebesar Rp 2 000 000 000
3) APBN Islamis Development Bank (IDB), Tahun Anggaran 2009
berjumlah Rp 3 280 000 000
4) Dana Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET) Tahun Anggaran
2010 berjumlah Rp 3 340 858 000
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
29/123
98
Pencairan dana BLM disalurkan langsung kepada LKM/BKM di masing-
masing kelurahan se Kota Pontianak melalui 3 tahapan. Tahap Pertama,
diberikan 20% setelah terbentuk Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM).
Kemudian pihak LKM menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan
(SPPB) dengan pihak pemerintah yang diwakili oleh PJOK (Penanggung
Jawab Operasional Kegiatan). Penandatanganan perjanjian harus dilampiri
dengan dokumen PJM Pronangkis yang telah disetujui oleh masyarakat dan
telah diverifikasi oleh pihak KMW (Konsultan Manajemen Wilayah) dan
Koordinator Kota (Korkot) kepada PJOK. Tahap kedua, bantuan diberikan
sebanyak 50% dengan syarat dana pada tahap pertama yang telah disalurkan
ke KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) telah dimanfaatkan dan
dipertanggungjawabkan secara teknis dan administrasi minimal 50%,
demikian pula kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan sudah diperiksa dan
ditandatangani oleh tim fasilitator dan diverifikasi oleh Korkot, termasuk
administrasi keuangan (pembukuan)nya telah diverifikasi oleh KMW.
Selanjutnya bahwa usulan KSM untuk penggunaan dana BLM tahap II telah
dinyatakan layak oleh KMW (Korkot). Tahap ketiga, disalurkan lagi dana
sebanyak 30% dengan syarat sebagaimana syarat pada tahap kedua.
PNPM Mandiri Perkotaan dalam membuka dan mengelola rekening
kolektif masyarakat dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kepemerintahan
yang baik (good governance), seperti transparansi, akuntabel, responsiveness,
efektif dan efisien. Prinsip transparansi lebih mengarah pada kejelasan
mekanisme, yang dibangun atas dasar kebebasan informasi yang dapat
diterima oleh mereka yang membutuhkan. Akuntabel diterapkan untuk
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
30/123
99
mengukur apakah dana publik telah digunakan secara tepat untuk tujuan
dimana dana publik tersebut ditetapkan dan tidak digunakan secara ilegal.
Sedangkan efektif dan efisien berkaitan dengan hasil yang sesuai dengan apa
yang telah ditetapkan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada.
Penerapan prinsip-prinsip tersebut dapat dilihat dalam spesimen tanda tangan
rekening yang harus melibatkan minimal 3 orang, yang terdiri dari ketua
LKM/BKM dan ditambah 2 orang anggotanya yang ditetapkan oleh
musyawarah mufakat. Pencatatan setiap transaksi keuangan minimal
dilakukan dalam buku catatan uang masuk dan cacatan uang keluar yang
disertai dengan bukti transfer seperti kuitansi, bon atau nota pembelian.
Bantuan Langsung Masyarakat yang digulirkan dalam PNPM Mandiri
Perkotaan dilarang dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak berkaitan langsung
dengan upaya penanggulangan kemiskinan, menimbulkan dampak sosial dan
kerusakan lingkungan serta berorientasi kepada kepentingan individu atau
kelompok tertentu dan bertentangan dengan norma-norma, hukum serta
peraturan yang berlaku. Ada beberapa kegiatan yang tidak boleh dibeayai
dengan dana BLM, seperti kegiatan yang berkaitan langsung dengan politik
praktis (kampanye, demonstrasi dll), kegiatan militer atau semi militer
(pembelian senjata atau sejenisnya), deposito atau yang berkaitan dengan
usaha memupuk bunga bank, kegiatan yang memanfaatkan BLM sebagai
jaminan atau agunan baik yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan
perbankan maupun pihak ketiga lainnya, pembebasan lahan, pembangunan
rumah ibadah, pembangunan gedung pemerintah atau kantor LKM, kegiatan-
kegiatan yang berdampak kecil terhadap lingkungan, penduduk asli dan
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
31/123
100
kelestarian budaya lokal, kegiatan yang bertentangan hukum, nilai, agama, tata
susila dan kemanusiaan serta tidak sejalan dengan visi, misi dan tujuan
masyarakat setempat.
Kegiatan-kegiatan dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilaksanakan sebagai
penguatan kapasitas pemerintah daerah dengan mengedepankan peran dan
tanggung jawab pemerintah daerah. Di Kota Pontianak, kegiatan tersebut
dilakukan dengan melalui pelibatan intensif pemerintah kota pada siklus
kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan, penguatan peran dan fungsi Komite
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPK-D) agar mampu menyusun
dokumen strategi penanggulangan kemiskinan daerah dan PJM Pronangkis
kota yang berbasis aspirasi dan program masyarakat serta mendorong dan
melembagakan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP).
Untuk mendukung upaya-upaya tersebut diatas diperlukan ukuran-ukuran
yang jelas untuk mengetahui seberapa besar upaya yang dilakukan
implementor dalam mendukung upaya pemberdayaan masyarakat. Indikator-
indikator untuk mengukur kemampuan implementor (aparat pelaksana) dalam
memberdayakan masyarakat terkait dengan PNPM Mandiri Perkotaan adalah
sebagai berikut :
1) Minimum 40% tingkat kehadiran kaum miskin dan rentan dalam
pertemuan-pertemuan perencanaan dan pengambilan keputusan
2) Minimum 40% tingkat kehadiran perempuan dalam pertemuan-pertemuan
perencanaan dan pengambilan keputusan
3) Minimum 30% penduduk dewasa mengikuti pemilihan LKM di tingkat RT
(Rukun Tetangga)
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
32/123
101
4) Minimum 90% LKM terbentuk di kelurahan
5) Minimum 90% kelurahan telah menyelesaikan PJM Pronangkis dan telah
diratifikasi dalam musyawarah warga
6) Minimum 80% pemerintah kota menyediakan dana pendukung, 20% untuk
pemerintah kota dengan kapasitas fiscal rendah dan 50% untuk pemerintah
kota dengan kapasitas fiscal sedang, tinggi dan sangat tinggi
7) Minimum 70% prasarana yang dinilai memiliki kualitas baik
8) Minimum 70% kelurahan dengan program dana bergulir memiliki
pinjaman beresiko 3 bulan125%
10)Minimum 90% kelurahan dengan program dana bergulir memiliki tingkat
pengembalian modal >10%
11)Minimum 30% anggota KSM adalah perempuan.
Berdasarkan indikator-indikator tersebut, maka implementasi PNPM
Mandiri Perkotaan yang merupakan gerakan bersama membangun
kemandirian dan pembangunan berkelanjutan yang berbasis nilai-nilai
universal diyakini akan mampu membangun kesadaran kritis dan perubahan
perilaku individu ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku individu yang
secara kumulatif menimbulkan perubahan kolektif masyarakat yang dalam
PNPM Mandiri Perkotaan menjadi inti dan harapan dari program ini.
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
33/123
102
4.2.2. Interpretasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perkotaan Di Kota Pontianak
Interpretasi atau penafsiran merupakan tahapan penjabaran sebuah
program yang bersifat abstrak ke dalam kegiatan yang lebih bersifat teknis
operasional. Dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan, kegiatan-
kegiatan yang merupakan operasionalisasi dari program ini dikenal dengan
istilah TRIDAYA. Tridaya merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar
terbangun daya sosial, daya ekonomi dan daya pembangunan dengan tujuan
untuk menciptakan masyarakat yang efektif, produktif dan peduli terhadap
lingkungan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Untuk menguraikan tahap interpretasi dalam PNPM Mandiri Perkotaan di
Kota Pontianak telah dilaksanakan melalui pendekatan Tridaya akan diuraikan
ke dalam beberapa kegiatan sebagai berikut :
1) Pembangunan Masyarakat (Social Development)
Kegiatan Pengembangan masyarakat dimaksudkan bahwa setiap
langkah kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan harus selalu berorientasi pada
upaya membangun solidaritas sosial dan keswadayaan masyarakat,
sehingga dapat tercipta masyarakat efektif secara sosial. Dengan demikian
dapat menjadi pondasi yang kokoh dalam upaya penanggulangan
kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Pengembangan masyarkat
juga diartikan sebagai upaya meningkatkan potensi segenap unsure
masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang rentan dan marjinal yang
selama ini tidak mempunyai peluang /akses dalam program maupun
kegiatan.
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
34/123
103
Jenis kegiatan yang telah dilaksanakan dalam program pengembangan
masyarakat adalah pemberdayaan relawan masyarakat yang telah ada di
masing masing kelurahan dan pelatihan KSM untuk pengembangan
kapasitas/penguatan organisasi, penyiapan dan penciptaan peluang usaha
melalui pelatihan dan praktek ketrampilan usaha bagi warga miskin yang
belum produktif. Program pengembangan masyarakat lebih memberi
ruang kepada kaum perempuan, melalui kursus-kursus dan pelatihan-
pelatihan yang tujuannya untuk memberdayakan kaum perempuan.
Kehadiran relawan masyarakat ini sangat dibutuhkan sebagai
konsekuensi logis dari penerapan pembangunan yang berbasis masyarakat
dan penerapan konsep membangun dari dalam (development from
within), yang membutuhkan pelopor-pelopor penggerak dari masyarakat
sendiri yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli dan memiliki
komitmen kuat pada kemajuan masyarakat di wilayahnya. Di sisi lain
proses membangun dari dalam tidak akan terlaksana apabila pelopor-
pelopor yang menggerakkan masyarakat tersebut merupakan individu atau
sekumpulan individu yang hanya memiliki pamrih pribadi dan hanya
mementingkan urusan ataupun kepentingan pribadi serta golongan dan
kelompoknya. Dengan kata lain, perubahan perilaku masyarakat akan
sangat ditentukan oleh relawan-relawan yang mempunyai moral yang baik
dan mampu menjadi contoh perubahan itu sendiri. Untuk itu pemilihan
relawan tidak boleh semata-mata didasarkan pada pengalaman,
pendidikan, status sosial tetapi lebih pada moral yang dimilikinya.
Didasarkan pada keyakinan inilah, PNPM Mandiri Perkotaan mendorong
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
35/123
104
masyarakat di lokasi sasaran agar membuka kesempatan seluas mungkin
bagi warga yang ikhlas, jujur, adil, peduli dan memiliki komitmen untuk
membantu masyarakat dalam melaksanakan seluruh tahapan kegiatan agar
bermanfaat bagi masyakat miskin serta seluruh masyarakat di wilayahnya.
Dengan demikian peran utama para relawan masyarakat dalam
implementasi PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebagai pelopor perubahan
dan penggerak masyarakat dalam menjalani seluruh proses implementasi
program yang sudah direncanakan sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat dan peningkatan kapasitas, sehingga secara rinci relawan
diharapkan menjadi pelopor dalam siklus program. Siklus tersebut adalah
refleksi kemiskinan, pemetaan swadaya, pembentukan BKM/LKM,
pengorganisasian KSM dan perencanaan partisipatif . Selain itu relawan
masyarakat juga berfungsi sebagai pengawas partisipatif terhadap
keseluruhan proses implementasi program sehingga terbangun control
socialyang baik.
KSM yang diorganisasikan oleh tim relawan masyarakat dan dibantu
tim fasilitator terdiri dari warga kelurahan yang memiliki ikatan
kebersamaan (common bond) dan berjuang untuk mencapai tujuan
bersama. KSM sebagai pelaksana kegiatan penanggulangan kemiskinan
dalam PNPM Mandiri Perkotaan mempunyai tugas pokok untuk
menyusun usulan kegiatan, mengelola dana , mencatat dan membuat
laporan pelaksanaan program. Untuk memberdayakan KSM dalam
implementasi PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Pontianak dilakukan
pelatihan-pelatihan kepada anggotanya sesuai dengan keinginan dan
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
36/123
105
kebutuhannya masing-masing. Pelatihan tersebut dilakukan untuk
menunjang usaha yang akan dilakukannya, seperti kursus membuat kue,
kursus menjahit, kursus komputer dan sebagainya. Dengan dana sebesar
Rp 2 500 000 per kelompok, atau Rp 500 000 per anggota KSM, masing-
masing anggota KSM membuat usaha sesuai dengan kemampuannya.
Berbagai usaha yang dilakukan oleh anggota KSM antara lain jual bensin,
jual kue, jual gorengan, jual bakso, jual jamu dan lain-lain.
Akibat terbatasnya anggaran, maka masih ditemui keluhan-keluhan
dari masyarakat tentang alokasi penggunaan dana yang diperolehnya.
Disamping itu ada kecenderungan bagi para relawan yang aktif di LKM
maupun di KSM yang telah dibentuk memberi kesempatan yang lebih
besar kepada anggota-anggotanya untuk mengikuti kursus-kursus yang
diselenggarakan oleh mereka sendiri. Anggota masyarakat lainnya yang
tidak terlibat dalam kelompok relawan akhirnya harus menunggu
kesempatan berikutnya yang memerlukan waktu cukup lama dan belum
tentu ada lagi. Dalam wawancara dengan salah satu anggota masyarakat,
ada kecenderungan menyangsikan kemauan baik dari para pengurus LKM
dan menganggap bahwa bantuan-bantuan maupun pelatihan-pelatihan
yang diprogramkan lebih cenderung diberikan kesempatan kepada para
relawan saja, sementara yang tidak masuk sebagai relawan kurang
mengetahui adanya bantuan dan program pelatihan. Bahkan ada sebagian
masyarakat yang mengatakan tidak diberitahu kalau ada bantuan dan
pelatihan, oleh karena itu masyarakat lebih memilih jika ada bantuan
langsung saja diarahkan kepada masyarakat yang menjadi sasaran
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
37/123
106
program, tidak lagi melalui kelompok-kelompok atau lembaga-lembaga
lokal yang dibentuk.
Sulitnya menumbuhkan kepercayaan di masyarakat, ketika dilepas
untuk mandiri dalam merancang kegiatan serta melaksanakan sendiri
kegiatannya terkadang masih mengikuti kepentingan pribadi atau
kelompok didalamnya. Peran aparat pelaksana menjadi pertaruhan dalam
konteks ini, sebab aparat pelaksana sangat diharapkan dalam mengawasi
proses pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Hal ini
disebabkan pengurus LKM maupun KSM yang telah berkali-kali
mendapatkan kesempatan dan bantuan untuk mengikuti pelatihan
ketrampilan dari program lain, sehingga masyarakat yang tidak terlibat
dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan akan mengalami kesulitan
dalam mengakses informasi maupun kesempatan yang ditawarkan.
Masalah ini dapat dikatakan sebagai masalah yang klasik dalam setiap
program pemberdayaan, seperti sering terjadinya salah sasaran dalam
pemberian bantuan. Apabila hal ini kurang mendapatkan perhatian, maka
akan dapat mengurangi rasa kepercayaan masyarakat kepada anggota
LKM dan tujuan pemberdayaan mengalami ketidakberhasilan. Disamping
itu, partisipasi masyarakat merupakan komponen yang sangat penting
dalam pembangkitan kemandirian dan proses pemberdayaan. Masyarakat
harus teribat dalam proses tersebut, sehingga mereka dapat lebih
memperhatikan hidupnya untuk memperoleh rasa percaya diri, memiliki
harga diri dan pengetahuan untuk mengembangkan keahlian baru.
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
38/123
107
2) Pengembangan Ekonomi (Economic Development)
Pengembangan ekonomi yang dimaksudkan adalah upaya-upaya ke
arah peningkatan kapasitas dan ketrampilan masyarakat miskin dan atau
pengangguran melalui upaya pengembangan peluang usaha dan akses ke
sumber daya untuk peningkatan pendapatan dengan tetap memperhatikan
dampak lingkungan fisik dan sosial. Program pengembangan ekonomi
yang diuraikan dalam PNPM Mandiri Perkotaan diwujudkan dengan
kegiatan pinjaman bergulir, yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro
kepada masyarakat miskin di wilayah kelurahan. Pelaksanaan kegiatan
pinjaman bergulir bertujuan untuk menyediakan akses layanan keuangan
kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk
memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat dan membelajarkan mereka
dalam hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar.
Pengelolaan dana bergulir dilakukan pada tingkat UPK (Unit
Pengelola Keuangan atau LKM penerima bantuan. Pengelolaan dana
bergulir ini dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan pinjaman
yang berorientasi pada masyarakat miskin, yaitu tidak semata-mata
berorientasi pada pemupukan dana, tetapi juga harus mempertimbangkan
aspek pelayanan dan kemanfaatan bagi masyarakat miskin. Indikator
tercapainya sasaran pinjaman bergilir adalah peminjam berasal dari rumah
tangga yang telah diidentifikasi dalam PJM Pronangkis dan telah masuk
dalam daftar pemetaan swadaya. Minimal 30% peminjam adalah
perempuan dari rumah tangga miskin yang telah tergabung dalam
Kelompok Swadaya Masyarakat dengan jumlah anggota 5 orang. Akses
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
39/123
108
pinjaman bagi KSM peminjam yang kinerja pengembaliannya baik,
terjamin keberlanjutannya, baik melalui dana BLM (Bantuan Langsung
Masyarakat) maupun melalui dana hasil chanelling dengan kebijakan
pinjaman yang lain.
Dana pinjaman bergulir di Kota Pontianak berasal dari sharing
pendanaan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat, yang
besaran jumlah dana bantuannya tergantung pada kondisi fiscal
pemerintah kota. Kota Pontianak termasuk wilayah dengan kapasitras
fiscal menengah, sehingga bantuan BLM sebagai dana pendamping dalam
PNPM Mandiri Perkotaan sebesar 50%. Dana bergulir ini hanya diberikan
kepada masing-masing anggota masyarakat miskin yang mempunyai
usaha mikro. Jumlah dana bergulir yang dapat diterima setiap anggota
KSM sebesar Rp 500 000. Dana ini kemudian digulirkan secara terus
menerus dan diangsur pembayarannya setiap bulan.
Implementasi program pinjaman dana bergulir merupakan salah satu
bentuk interpretasi program pengembangan ekonomi dari PNPM Mandiri
Perkotaan yang menggunakan pendanaan bergulir sebagai jalan keluar
untuk memberdayakan masyarakat miskin. Hal ini sesuai yang
diamanahkan oleh Peraturan Presiden No 15 tahun 2010, bahwa strategi
penanggulangan kemiskinan antara lain adalah :
1) Mengurangi beban pengeluaran masyarakat
2) Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin
3) Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil
(UMK)
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
40/123
109
4) Membentuk sinergi kebijakan dan program penanggulangan
kemiskinan.
Untuk itu dalam melaksanakan program pemberdayaan ini yang
diperlukan adalah partisipasi dan komitmen masyarakat miskin sebagai
sasaran program. Partisipasi aktif masyarakat ke dalam efektifitas, efisiensi
dan sikap kemandirian merupakan strategi pemberdayaan yang
dilaksanakan melalui kegiatan kerja sama dengan para relawan, seperti
organisasi-organisasi kemasyarakatan. Dengan demikian yang diperlukan
adalah kemampuan masyarakat untuk memenuhi beberapa tahapan yang
disarankan dalam pencapaian tujuan program ini, yaitu :
1) Identifikasi kebutuhan
2) Identifikasi pilihan atau strategi
3) Keputusan atau pilihan tindakan
4) Mobilisasi sumber-sumber
5) Tindakan itu sendiri
Langkah-langkah diatas merupakan beberapa hal yang harus dilakukan
dalam proses pemberdayaan masyarakat secara mandiri, seperti halnya
dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan. Pemberdayaan
memerlukan partisipasi aktif masyarakat dalam setiap langkah diatas
secara menyeluruh dengan intervensi minimal pihak luar. Biasanya bagi
mereka yang paling membutuhkan dan belum dapat menyiapkan diri
terhadap kebutuhan mereka lebih memiliki sedikit ilmu pengetahuan,
ketrampilan, uang atau kekuatan fisik. Kondisi ini mendorong intervensi
dari luar menjadi berlebihan. Seperti yang diungkapkan oleh Kotze (dalam
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
41/123
110
Hikmat, 2010 : 6), bahwa masyarakat miskin memiliki kemampuan yang
relatif baik untuk memperoleh sumber melalui kesempatan yang ada.
Upaya pemberdayaan yang dilakukan melalui kegiatan pinjaman dana
bergulir kepada KSM dapat dianggap sebagai jalan keluar untuk
membantu kelompok miskin apabila KSM tersebut mampu mengelola
pendanaannya dan membina anggotanya untuk disiplin dalam
pengembalian dana pinjaman tersebut. Sampai tahun 2011 tingkat
pengembalian pinjaman dana bergulir di Kota Pontianak adalah 22
kelurahan > 90% dan 4 kelurahan < 90% dari total jumlah KSM 4889
yang ada ( laki laki berjumlah 1676 dan perempuan berjumlah 3213
KSM). Hal ini dapat dikatakan bahwa pengembalian pinjaman dana
bergulir yang ada pada PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Pontianak dapat
dikatakan cukup berhasil. Namun demikian kegiatan ini belum mampu
menyentuh masyarakat yang paling rentan terhadap kemiskinan. Hal ini
disebabkan yang berhak mendapatkan bantuan ini hanya masyarakat yang
mempunyai usaha yang sifatnya mikro.
Bagi masyarakat miskin yang pekerjaannya berkaitan dengan bidang
jasa tidak bisa mengakses bantuan ini, karena mereka tidak mampu
menunjukkan tempat usaha yang dapat dijadikan rujukan dalam menilai
kesahian pemberian bantuan dana kepada kelompok miskin ini, seperti
tukang becak, buruh, pemulung, dan sebagainya. Pada hal kelompok
masyarakat ini sangat memerlukan dana segar untuk membantu
keluarganya. Apalagi pada kondisi-kondisi tertentu yang membuat
kelompok masyarakat ini mengalami poverty rackets (roda penggerak
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
42/123
111
kemiskinan) yang menyebabkan mereka masuk ke lembah yang curam
dalam kemiskinan.
PNPM Mandiri Perkotaan mencari jalan keluar dan memiliki konsep
bagaimana mekanisme pemberian pinjaman dana bergulir kepada
masyarakat yang tidak memiliki usaha mikro, yang penting mereka
memiliki pekerjaan yang memungkinkan mereka dapat mengangsur
pinjamannya. Hal ini disebabkan kesulitan terbesar masyarakat miskin
adalah memiliki dana segar yang dapat dipakai tanpa harus ada agunan.
Kepercayaan masyarakat yang menjadi dasar modalitas dalam pemberian
pinjaman dana bergulir, sehingga hal ini harus menjadi bagian dari
pembelajaran semua pihak menuju kemandirian dan keberdayaan.
3) Perlindungan Lingkungan (Enviromental Protection)
Dalam menentukan dan melaksanakan kegiatan dalam PNPM Mandiri
Perkotaan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak, terutama
kepentingan masyarakat miskin harus berorientasi pada upaya
perlindungan atau pemeliharaan lingkungan. Lingkungan yang
dimaksudkan disini adalah lingkungan alami maupun lingkungan buatan,
termasuk lingkungan perumahan permukiman yang harus layak,
terjangkau, sehat, aman, teratur, serasi dan produktif, yang termasuk
didalamnya penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan yang
kondusif dalam membangun solidaritas sosial dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya.
Kegiatan yang berorientasi kepada perlindungan lingkungan yang
tertuang dalam Program Jangka Menengah (PJM) Pronangkis dibentuk
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
43/123
112
oleh LKM lebih terfokus pada kegiatan pembangunan sarana dan
prasarana dasar perumahan dan permukiman baik untuk kepentingan
masyarakat umum maupun kepentingan warga miskin seperti perumahan
kumuh. Dalam PJM Pronangkis Kota Pontianak, kegiatan yang berkaitan
dengan sarana dan prasarana antara lain adalah kegiatan perbaikan jalan
lingkungan (jalan perkerasan, jalan rabat beton, tembok penahan
tanah/barau), peningkatan kualitas drainase (pembuatan saluran air hujan
terbuka), pembuatan jembatan (Jembatan beton dan gorong-gorong),
pembangunan/ perbaikan rumah tidak layak huni, pembuatan penampung
air hujan, pembuatan penerangan jalan umum, pembangunan sarana
kesehatan (bangunan Posyandu).
Program infrastruktur tersebut diatas sangat membantu perbaikan lingkungan
fisik dan sosial masyarakat kelurahan setempat. Perbaikan jalan-jalan lingkungan
dengan menggunakan semen atau yang disebut semenisasi lingkungan sangat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat apalagi kalau musim hujan. Dana
yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah dana sharing antara
pemerintah kota Pontianak dengan masyarakat setempat. Dalam kegiatan ini,
peran RT (Rukun Tetangga) sangat diperlukan, yakni dalam mendorong warganya
untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Bentuk partisipasi masyarakat dalam
kegiatan ini antara lain adalah adanya iuran masing-masing warga yang sifatnya
wajib dan sukarela. Iuran wajib adalah iuran yang jumlahnya sama antara warga
yang satu dengan warga yang lainnya, sedangkan iuran sukarela sangat tergantung
pada kemampuan warga.
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
44/123
113
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di
Kota Pontianak tahun anggaran 2011 melakukan kegiatan rehabilitasi rumah tidak
layak huni kepada 20 warga di Pontianak Selatan. Dana yang dikucurkan
pemerintah pusat melalui APBN ini mencapai 20 milliar rupiah. Setiap rumah
yang direhab mendapatkan dana sebesar Rp 11 juta. Dari total yang didapat oleh
warga tersebut diantaranya Rp 750 000 untuk upah tukang dan sisanya digunakan
untuk membeli bahan bangunan. Bantuan tersebut dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin sehingga warga dapat menyelesaikannya tepat waktu.
Karena dengan kerja sama yang baik antara warga dengan pemerintah akan
mendukung PNPM Mandiri Perkotaan berikutnya.
Dengan kerja sama yang baik ini pemerintah dapat kembali memberikan
kepercayaan kepada masyarakat, karena masih ada sebagian warga yang
rumahnya tidak layak huni dan perlu mendapatkan bantuan. Warga yang
mendapatkan bantuan rehab rumah tidak layak huni mengatakan sangat senang
dengan adanya kegiatan ini, karena kegiatan rehab rumah ini dapat membantu
warga yang kondisi rumahnya memang sudah tidak layak huni. Yang diperlukan
adalah adanya pengawasan dari pihak pemerintah terhadap pelaksanaan kegiatan
tersebut dari segi ketepatan waktu penyelesaian rehab rumah tidak layak huni
tersebut.
Peran lurah dalam mengawasi program- program yang telah dicanangkan oleh
Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) antara lain adalah apakah sudah
sesuai dengan perencanaan awal ketika diadakan rembug warga maupun diadakan
pemetaan swadaya. Pada tahapan pemetaan swadaya sebenarnya sudah ditentukan
mana perumahan warga miskin yang layak mendapat bantuan rehabilitasi rumah
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
45/123
114
tidak layak huni. Kendatipun sudah ditentukan rumah warga yang akan
direhabilitasi, namun dalam implementasinya ternyata masih mengalami
perbedaan pandangan tentang kriteria rumah yang mendapat bantuan rehabilitasi
rumah tidak layak huni.
Untuk itu diperlukan diskresi lurah sebagai penanggung jawab kegiatan ini,
agar tidak menimbulkan kekecewaan pada warga yng tidak mendapatkan
kesempatan rehabilitasi rumahnya. Peran lurah diisini tidak hanya sebagai kepala
kelurahan, tetapi dapat juga sebagai tokoh masyarakat dengan posisi penengah,
yang dapat mengambil keputusan tentang rumah penduduk mana yang layak
untuk mendapatkan bantuan rehabilitasi rumah tidak layak huni di Kota Pontianak
agar tidak menambah kekecewaan masyarakat atas keputusan LKM ataupun KSM
sebagai implementor program ini.
Dalam implementasi program ini juga melibatkan peran masyarakat, tidak
hanya sebagai pemanfaat dana dari pemerintah, tetapi masyarakat juga turut
memberi kontribusi pada program-program yang dijalankan. Kontribusinya adalah
dengan melibatkan diri secara sukarela baik berupa ide, masukan, dukungan
moril, waktu serta dalam bentuk penyediaan tenaga fisik maupun material untuk
membantu pelaksanaan program yang sedang dilaksanakan. Kontribusi semacam
ini secara material nilainya cukup tinggi, sebab keterlibatan mereka dalam
program tidak dibayar. Sedangkan yang dibayar adalah mereka yang benar-benar
tenaga profesional yang bukan penduduk/warga setempat.
Sikap berswadaya yang merupakan nilai-nilai yang telah lama dimiliki oleh
masyarakat, kemudian ditumbuhkan kembali pada PNPM Mandiri Perkotaan
dapat dipupuk terus menerus sebelum mengalami degradasi lingkungan eksternal
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
46/123
115
yang secara perlahan menuntut masyarakat untuk semakin individualistik dan
berpotensi mengabaikan lingkungan sekitarnya. Tetapi karena kesibukan sebagian
besar masyarakat kota Pontianak dalam kesehariannya, tidak jarang mereka
kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan lingkungan ini.
Bentuk pembangunan lingkungan yang ada pada PNPM Mandiri Perkotaan di
Kota Pontianak yang lain adalah penyediaan sarana dan prasarana yang memang
menjadi tanggung jawab pemerintah setempat. Pembangunan sarana dan
prasarana yang berkaitan dengan lingkungan adalah pembangunan tempat
pembuangan sampah sementara. Karena masalah persampahan menjadi tanggung
jawab pemerintah dan masyarakat, maka pembangunan sarana ini sangat
diperlukan. Tanggung jawab masyarakat adalah pengelolaan sampah rumah
tangga sampai kepada TPS (Tempat Pembuangan Sementara), sehingga yang
diperlukan disini adalah sinergi antara pemerintah dengan masyarakat dalam
pengelolaan sampah tersebut. Masyarakat harus disiplin dalam hal jadwal
pembuangan sampah rumah tangga dan pemerintah harus menyediakan sarananya
dan TPSnya.
4.2.3. Aplikasi PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Pontianak
Aplikasi adalah penerapan atau pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang
bersifat dinamis karena berhubungan dengan kegiatan atau kebijakan lainnya.
PNPM Mandiri Perkotaan merupakan sebuah program pemerintah untuk
membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam
menanggulangi kemiskinan secara mandiri. Program ini diharapkan bisa
menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa institusi/kelembagaan
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
47/123
116
masyarakat yang representatif, mengakar, dan menguat bagi perkembangan
modal sosial (socisl capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan
kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli
setempat.
Dalam pelaksanaan program ini diawali dengan pembentukan Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kota Pontianak yang
ditetapkan dengan keputusan walikota. Tim ini akan berkoordinasi dengan
instansi lain dalam penyiapan, perumusan dan penyelenggaraan kebijakan
penanggulangan kemiskinan. Untuk itu TKPK bertugas merumuskan
kebijakan makro dan mikro dengan mengikutsertakan berbagai stakeholder
yang meliputi instansi pemerintah, organisasi non pemerintah, dunia usaha,
organisasi profesi dari segenap unsur masyarakat di wilayah Kota Pontianak.
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Pontianak mempunyai
tugas sebagai berikut :
1) Mengkoordinasikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan
2) Mengkoordinasikan pengendalian pelaksanaan penanggulangan
kemiskinan di Kota Pontianak.
Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Kota Pontianak berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Walikota Pontianak. Sebagai ketua tim
adalah wakil walikota, yang didampingi wakil ketuanya Sekretaris Daerah
Kota Pontianak dan sekretaris Kepala Bappeda Kota Pontianak, yang
membawahi beberapa kelompok kerja (Pokja) : Pokja Pendataan dan Sistem
informasi, Pokja Pengembangan Kemitraan, Pokja Pengaduan Masyarakat.
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
48/123
117
Sementara itu juga ada beberapa kelompok program penanggulangan
kemiskinan yang masing-masing ketua timnya bertanggung jawab langsung
kepada Ketua TKPK Kota Pontianak, yaitu :
1) Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga
2) Kelompok Program Penanggulangan kemiskinan Berbasis Pemberdayaan
Masyarakat
3) Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan
Usaha Ekonomi Mikro dan kecil.
Untuk mengaplikasikan program-program tersebut di atas, maka ada
beberapa langkah dalam penyusunan strategi penanggulangan kemiskinan di
Kota Pontianak. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar 4.3
Langkah-Langkah Penyusunan
Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Sumber : Bappeda Kota Pontianak, 2011
Langkah-langkah tersebut diatas menunjukkan bahwa implementasi
sebuah kebijakan publik tidak hanya menyangkut operasionalisasi kebijakan
publik ke dalam mekanisme birokratis, tetapi juga terkait dengan tujuan
Penetapan
SPKD
Penyusunan Mekanisme
Pelaksanaan
Penyusunan
Rencana Monev
Perumusan
Strategi
Penyusunan
Pronangkis
Pengesahan
APBD Kota
Penyusunan
Anggaran
Integrasi
Renbang Kota
Persiapan
Pengkajian
Masalah
Perumusan
Kebutuhan
Pengkajian
Potensi
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
49/123
118
kebijakan tersebut agar dapat diterima, dipahami dan didukung oleh kelompok
sasaran. Implementasi kebijakan juga perlu memperhatikan berbagai jaringan
kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang berpengaruh pada perilaku semua
pihak yang terlibat. PNPM Mandiri Perkotaan yang merupakan salah satu
kebijakan penanggulangan kemiskinan, implementasinya tidak hanya bersifat
linear dan mekanistik yang patuh kepada rangkaian mekanisme birokratis.
Keberhasilan implementasi program ini lebih banyak ditentukan melalui
proses negosiasi, ataupun lobi untuk menghasilkan kompromi. Kapasitas
lembaga pelaksana juga tetap diperlukan untuk mengelola berbagai
kepentingan yang terlibat.
Proses negosiasi dalam implementasi PNPM Mandiri perkotaan dilakukan
melalui proses tawar menawar dengan jalan berunding untuk memberi dan
menerima guna mencapai kesepakatan bersama antara sasaran program
dengan implementor. Hal ini nampak dari hasil wawancara bahwa dalam
menetapkan kegiatan-kegiatan yang ada dalam mengaplikasikan kebijakan ini
berdasarkan skala prioritas, baik dalam menentukan KSM mana yang harus
mendapatkan Bantuan Langsung Masyarakat ataupun dalam menentukan jenis
kegiatan mana yang harus didahulukan. Semua ini disebabkan oleh
keterbatasan dana dan banyaknya KSM yang menginginkan bantuan tersebut.
Tuntutan untuk melakukan negosiasi biasanya muncul ketika seseorang
atau suatu kelompok tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan atau kepentingannya , sehingga dibutuhkan tambahan
atau bantuan dari pihak lain. Negosiasi mempunyai sejumlah karakteristik
utama, antara lain :
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
50/123
119
1) Senantiasa melibatkan orang, baik sebagai individual, kelompok maupun
organisasi
2) Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu, baikbargainmaupunbarter
3) Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal dimasa depan atau sesuatu yang
belum terjadi
4) Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua
belah pihak
Negosiasi merupakan cara yang paling efektif untuk mengatasi dan
menyelesaikan perbedaan kepentingan. Dengan mengembangkan kemampuan
negosiasi, setiap pihak bisa mendapatkan apa yang dibutuhkannya.
Berdasarkan wawancara kepada beberapa KSM yang ada di Kota Pontianak,
proses negosiasi dilakukan untuk menetapkan jenis kegiatan yang akan
dilakukan dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan, berdasarkan nilai-
nilai dan keyakinan masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan. Negosiasi
dilakukan pada waktu penyusunan perencanaan pembangunan daerah atau apa
yang disebut sebagai Musrenbang.
Musrenbang adalah forum perencanaan publik (program) yang
diselenggarakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah desa/kelurahan,
kecamatan, pemerintah kota/kabupaten bekerja sama dengan warga dan para
pemangku kepentingan. Penyelenggaraan musrenbang merupakan salah satu
tugas pemerintah untuk menyelenggarakan urusan pemerintah, pembangunan
dan kemasyarakatan. Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah
satu saja dari komponen tata pemerintahan (pemerintah, masyarakat dan
swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu musrenbang juga merupakan
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
51/123
120
forum pendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari tata pemerintahan dan
pembangunan.
Dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan, musrenbang mempunyai
peran penting dalam mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam program tersebut. Dengan
adanya musrenbang, akan mendorong otonomi dalam upaya pembangunan
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih cepat terwujud
melalui pemberian kewenangan kepada kelurahan untuk menyusun program
yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakatnya. Hal ini tidak akan
terjadi bila pembangunan masih ditentukan dan dirancang secara sentralistik.
Musrenbang sebagai salah satu tugas dan kewenangan desa/kelurahan selaku
unit otonom seperti yang diamanahkan oleh Undang Undang No 32 tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah.
Musrenbang kelurahan bagi organisasi kelurahan adalah bagian dari
mekanisme perencanaan pembangunan di daerah untuk merumuskan kegiatan-
kegiatan pembangunan terutama yang menjadi kewenangannya. Hasil
musrenbang kelurahan akan digunakan untuk menyusun Rencana Kerja
Kelurahan dan merumuskan prioritas permasalahan dan indikasi kegiatan yang
merupakan kewenangan pemerintah daerah untuk diajukan ke musrenbang
kecamatan. Selain itu musrenbang kelurahan dapat menjadi sarana bagi
pemerintah kelurahan dan masyarakat untuk merumuskan kegiatan
pembangunan swadaya masyarakat kelurahan maupun kegiatan yang
diusulkan untuk diajukan dibeayai melalui pos bantuan APBD.
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
52/123
121
Sebagai bagian dari tatanan pemerintahan yang demokratis, musrenbang
kelurahan lebih memungkinkan untuk melibatkan warga seluas-luasnya.
Musrenbang adalah perencanaan-penganggaran partisipastif, dimana
penyusunan rencana kerja kelurahan membutuhkan sumber anggaran dan
sumber daya lainnya. Perencanaan-penganggaran yang berpihak kepada
kelompok miskin menetapkan kelompok miskin sebagai sasaran kegiatan dan
penerima manfaat program. Dengan bergulirnya otonomi daerah, kelurahan
berkewajiban mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih. Hal ini
hanya dapat terjadi apabila tiga pilar tata pemerintahan, menjalankan peran
dan fungsinya masing-masing. Ketiga pilar itu adalah : pemerintah kelurahan,
warga masyarakat dan kalangan swasta.
Apabila salah satu pilar dari tata pemerintahan itu timpang, maka akan
sulit tercapai tata pemerintahan yang baik. Masyarakat perlu bersikap
mengoreksi jalannya pemerintahan kelurahan, sebaliknya pemerintahan
kelurahan menerima masukan dari masyarakat sebagai bagian dari
keterbukaan. Sedangkan kalangan swasta berkontribusi terhadap peningkatan
ekonomi lokal dengan membuka peluang kerja, menjalankan kewajiban
seperti memperhatikan kelestarian lingkungan atau menjalankan tanggung
jawab sosial lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa proses implementasi
PNPM Mandiri Perkotaan yang terdiri dari tiga tahapan (pengorganisasian,
interpretasi dan aplikasi) merupakan proses yang dinamis. Keberhasilan
implementasi program ini memerlukan pendekatan top-down dan bottom-up
sekaligus. Dengan pendekatan top-down, implementasi PNPM Mandiri
-
7/22/2019 Gambaran Umum Kota Pontianak
53/123
122
Perkotaan berfokus pada ketersediaan unit pelaksana (birokrasi), standart
poelaksana, kewenangan, koordinasi dan lain-lain. Sedangkan dengan
pendekatan bottom-up lebih menekankan pada strategi-strategi yang
digunakan oleh pelaksana saat menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.
4.3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Implementasi PNPM Mandiri
Perkotaan di Kota Pontianak Kurang Berhasil Dalam Mencapai
Tujuan
Dalam implementasi kebijakan publik, paling tidak ada 3 unsur yang multak
harus ada, yaitu : unsur pelaksana (implementor), adanya program yang akan
dilaksanakan dan kelompok sasaran (target group). Ketiga unsur tersebut saling
berkaitan dan berinteraks