BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum...

123
70 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Kota Pontianak Kota Pontianak merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat yang luasnya mencakup 107,82 Km² dan terdiri dari 6 wilayah kecamatan dan 29 kelurahan. Kota Pontianak dilintasi oleh garis Khatulistiwa, yaitu pada 0 0 02’ 24” Lintang Utara sampai dengan 0 0 05’ 37” Lintang Selatan dan 109 0 16’ 25” Bujur Timur sampai dengan 109 0 23’ 01” Bujur Timur. Ketinggian Kota Pontianak berkisar antara 0,10 meter sampai 1,50 meter diatas permukaan laut dan kemiringan tanah sekitar 0 2 %. Terdapat 2 (dua) sungai utama yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang membelah Kota serta dikelilingi oleh sekitar 33 sungai kecil. Kecamatan di Kota Pontianak yang mempunyai wilayah terluas adalah Kecamata Pontianak Utara (34,52%), diikuti oleh Kecamatan Pontianak Barat (15,25%), Kecamatan Pontianak Kota (14,39%), Kecamatan Pontianak Tenggara (13,75%), Kecamatan Pontianak Selatan (13,49%) dan Kecamatan Pontianak Timur (8,14%). Sedangkan apabila dilihat dari jumlah penduduknya, maka jumlah penduduk Kota Pontianak adalah 550.304 jiwa dengan kepadatan penduduk 5.104 jiwa/Km 2 ( Sensus penduduk, 2010). Keunikan Kota Pontianak dilengkapi oleh posisi yang strategis. Di lingkup Nasional, letak Kota Pontianak berdekatan dengan beberapa daerah lain yang menjadi pusat pertumbuhan regional, seperti Batam, Pekanbaru dan Natuna di Pulau Sumatera; Jakarta di Pulau Jawa serta Balikpapan dan Pangkalan Bun di Pulau Kalimantan. Sementara itu di lingkup internasional, letak Kota Pontianak

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

70

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kota Pontianak

Kota Pontianak merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat yang luasnya

mencakup 107,82 Km² dan terdiri dari 6 wilayah kecamatan dan 29 kelurahan.

Kota Pontianak dilintasi oleh garis Khatulistiwa, yaitu pada 00 02’ 24” Lintang

Utara sampai dengan 00 05’ 37” Lintang Selatan dan 1090 16’ 25” Bujur Timur

sampai dengan 1090 23’ 01” Bujur Timur. Ketinggian Kota Pontianak berkisar

antara 0,10 meter sampai 1,50 meter diatas permukaan laut dan kemiringan tanah

sekitar 0 – 2 %. Terdapat 2 (dua) sungai utama yaitu Sungai Kapuas dan Sungai

Landak yang membelah Kota serta dikelilingi oleh sekitar 33 sungai kecil.

Kecamatan di Kota Pontianak yang mempunyai wilayah terluas adalah

Kecamata Pontianak Utara (34,52%), diikuti oleh Kecamatan Pontianak Barat

(15,25%), Kecamatan Pontianak Kota (14,39%), Kecamatan Pontianak Tenggara

(13,75%), Kecamatan Pontianak Selatan (13,49%) dan Kecamatan Pontianak

Timur (8,14%). Sedangkan apabila dilihat dari jumlah penduduknya, maka jumlah

penduduk Kota Pontianak adalah 550.304 jiwa dengan kepadatan penduduk 5.104

jiwa/Km2 ( Sensus penduduk, 2010).

Keunikan Kota Pontianak dilengkapi oleh posisi yang strategis. Di lingkup

Nasional, letak Kota Pontianak berdekatan dengan beberapa daerah lain yang

menjadi pusat pertumbuhan regional, seperti Batam, Pekanbaru dan Natuna di

Pulau Sumatera; Jakarta di Pulau Jawa serta Balikpapan dan Pangkalan Bun di

Pulau Kalimantan. Sementara itu di lingkup internasional, letak Kota Pontianak

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

71

tidak jauh dari beberapa kota yang sudah maju di negara-negara ASEAN, seperti

Kuching dan Sabah (Malaysia), Bandar Seri Begawan (Brunei Darrusalam),

Singapura dan beberapa kota di ASEAN lainnya. Transportasi udara, laut/sungai

maupun transportasi darat dapat menghubungkan secara langsung Kota Pontianak

dengan daerah-daerah tadi.

Untuk mendeskripsikan karakteristik Kota Pontianak dalam kaitannya dengan

implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Perkotaan, dibawah ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.

4.1.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketenagakerjaan Kota Pontianak

Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemajuan suatu wilayah adalah

dengan melihat tingkat pendapatan perkapita suatu wilayah. Pendapatan perkapita

yang lebih dikenal dengan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai

tambah) pada suatu waktu tertentu. PDRB dari sisi sektoral merupakan

penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh

sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya.

Berdasarkan penghitungan PDRB atas dasar harga konstan 2000, laju

pertumbuhan ekonomi Kota Pontianak tahun 2009 adalah sebesar 4,93% . Angka

ini didapat dari adanya peningkatan PDRB Kota Pontianak menurut harga konstan

2000, dimana pada tahun 2008 sebesar Rp.5.968.286,55 juta meningkat menjadi

Rp.6.262.491,34 juta pada tahun 2009. Hal ini dapat dikatakan bahwa

meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat Kota Pontianak, maka tingkat

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

72

kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Kota Pontianak secara global semakin

baik.

Struktur perekonomian di Kota Pontianak sampai saat ini masih didominasi

oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan peranannya sebesar 24,51%

(BPS Kota Pontianak, 2010). Hal ini berarti bahwa naik turunnya pertumbuhan

sektor perdagangan, hotel dan restoran akan mempengaruhi naik turunnya

pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan di Kota Pontianak. Sektor lain

yang peranannya cukup penting dalam pertumbuhan PDRB Kota Pontianak

adalah sektor jasa dengan peranannya sebesar 19,58% dan dari sektor

pengangkutan dan komunikasi dengan peranannya sebesar 18,63%.

Nilai PDRB per kapita di suatu wilayah didapat dari pembagian antara nilai

Produk Domestik Regional bruto dengan jumlah penduduk pertengahan tahun di

wilayah tersebut. Jika dibandingkan dengan nilai yang sama dengan wilayah lain

dalam kurun waktu yang sama maka nilai PDRB per kapita ini dengan cepat akan

memperlihatkan secara relatif tingkat kemakmuran wilayah tersebut dibandingkan

dengan wilayah lain, artinya jika nilai PDRB per kapitanya lebih besar dari nilai

PDRB per kapita di wilayah lain maka penduduk wilayah tersebut dapat dikatakan

lebih makmur, demikian juga sebaliknya.

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah berkaitan dengan ketenagakerjaan, yaitu

untuk melihat bagaimana kondisi masyarakat yang ada dalam suatu wilayah dan

bagaimana kualitas sumber daya manusia dalam suatu wilayah sehingga dapat

memperoleh kesempatan kerja. Jumlah angkatan kerja di Kota Pontianak

berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Agustus 2009) adalah 234.299

jiwa (61,55%) dari jumlah penduduk usia kerja, yaitu yang berumur 15 tahun ke

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

73

atas. Angkatan kerja yang bekerja 90,62% (212.321 jiwa) dan yang mencari

pekerjaan 10,35% (21.978 jiwa). Sedangkan bukan angkatan kerja berjumlah

146.387 jiwa (38,45%) yang terdiri dari sekolah 25,57% (37.425 jiwa), mengurus

rumah tangga sebesar 64,56% (94.510 Jiwa) dan lainnya sebesar 9,87% (14.453

jiwa).

Jumlah angkatan keja di Kota Pontianak yang paling banyak bekerja pada

sektor perdagangan dan jasa, sedangkan yang bekerja pada sektor pertanian hanya

sebesar 3,45%. Persentase penduduk yang berumur 15 tahun ke atas (usia

produktif) yang bekerja menurut lapangan pekerjaan di Kota Pontianak adalah

sebagai berikut :

Grafik 4.1Persentase Penduduk Kota Pontianak Yang berumur 15 Tahun Keatas

menurut lapangan pekerjaan

Sumber : Kota Pontianak dalam Angka 2010

4.1.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu indikator pengukuran

yang menggambarkan pencapaian pembangunan manusia di suatu wilayah

yang disusun dengan 3 indikator, yaitu : lama hidup, pendidikan dan standar

hidup. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia menjadi salah satu

0

5

1 0

1 5

2 0

2 5

3 0

3 5

4 0

1 . P e rta n i a n 2 . I n d u s triP e n go la h a n

3 .P e rd a g a n g an

4 . Ja sa 5 . A n g k u ta n 6 . L a in n y a

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

74

ukuran kemajuan pembangunan manusia secara umum, yang mencerminkan

capaian kemajuan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

Dengan melihat perkembangan angka IPM dari tahun 2007 sampai dengan

tahun 2009, tampak bahwa kemajuan pembangunan manusia di Kota

Pontianak tidak terlalu signifikan. Angka IPM Kota Pontianak hanya

mengalami sedikit peningkatan dari 71,59 pada tahun 2007 menjadi 71,41

pada tahun 2009. Kecilnya kenaikan IPM ini disebabkan dampak dari

investasi di bidang kesehatan dan pendidikan khususnya terhadap peningkatan

indikator penyusun IPM baru akan terlihat nyata dalam jangka panjang.

Pembangunan di Kota Pontianak telah berhasil menurunkan jumlah

penduduk miskin baik secara absolut maupun persentasenya. Penduduk

miskin adalah penduduk yang mempunyai rata-rata pengeluaran perkapita per

bulan di bawah garis kemiskinan. Sedangkan garis kemiskinan adalah nilai

pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100

kilokalori perkapita per hari ditambah kebutuhan minimum non makanan yang

mencakup perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Secara absolut,

jumlah penduduk miskin di Kota Pontianak turun dari 37 000 jiwa di tahun

2007 menjadi 36 000 jiwa di tahun 2009. Sedangkan secara persentase

penduduk miskin turun dari 6,77% dari jumlam penduduk Kota Pontianak

menjadi 6,38%.

Salah satu upaya Pemerintah Kota Pontianak untuk meningkatkan IPM

adalah pembangunan di bidang pendidikan, karena pendidikan memiliki porsi

paling besar dalam mempengaruhi IPM. IPM Kota Pontianak saat ini berada

pada peringkat 150 dari 500 kabupaten/kota di Indonesia. Hal ini berarti

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

75

bahwa Kota Pontianak masih tergolong pada daerah kategori miskin, sehingga

yang diperlukan adalah meningkatkan daya tampung siswa dan partisipasi

masyarakat dalam pendidikan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

menurunkan inflasi dan mengurangi jumlah pengangguran.

4.1.3. Angka Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan,

karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan

Kota Pontianak naik sebesar 10,95 % pada tahun 2010 (Rp. 242.772,00

perkapita perbulan) dibandingkan tahun 2009 (Rp. 218.802,00 perkapita

perbulan). Angka kemiskinan ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan

garis kemiskinan Provinsi Kalimantan Barat (Rp. 189.407,00). Tingginya laju

inflasi dapat menaikkan ukuran garis kemiskinan, sebab harga barang dan jasa

menjadi salah satu penentu tolok ukur garis kemiskinan. Meskipun inflasi

tidak selalu berdampak buruk bagi perekonomian, namun salah satu akibat

yang ditimbulkan inflasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat adalah

menurunnya daya beli masyarakat. Kenaikan laju inflasi serta ukuran garis

kemiskinan tidak serta merta menaikkan atau menurunkan angka kemiskinan.

Angka kemiskinan juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah pendapatan

dan efektifitas beberapa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, baik

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, seperti program

penanggulangan kemiskinan (Raskin, Jamkesmas, BOS, Perbaikan rumah

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

76

layak huni PNPM Mandiri dan sebagainya), apakah program-program tersebut

efektif dan dapat meningkatkan pendapatan penduduk.

Warga yang termasuk dalam kriteria rumah tangga miskin yaitu memliki

luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang, jenis lantai

bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu atau kayu murahan dan

jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu, rumbia, kayu berkualitas

rendah dan tembok tanpa diplester. Tidak memiliki fasilitas buang air besar

atau jika ada bersama-sama dengan rumah tangga lain, sumber penerangan

rumah tangga tidak menggunakan listrik, sumber air minum berasal dari

sumur, mata air tidak terlindungi, sungai dan air hujan serta bahan bakar untuk

masak sehari-hari adalah kayu bakar, arang, minyak tanah. Untuk kebutuhan

pangan hanya mengkonsumsi daging, susu dan ayam sebanyak satu kali dalam

seminggu dan hanya sanggup makan sebanyak satu atau dua kali dalam sehari.

Kriteria lainnya, hanya sanggup membeli satu stel pakaian baru dalam

setahun, tidak sanggup membayar beaya pengobatan di puskesmas atau

poliklinik dan pendidikan kepala rumah tangga hanya SD, tidak tamat SD atau

bahkan tidak sekolah. Pekerjaan kepala rumah tangga sebagai petani dengan

luas lahan setengah hektar, buruh tani, nelayan buruh bangunan, buruh

perkebunan atau pekerjaan lain dengan pendapatan dibawah 600 ribu rupiah

peebulan, tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dengan

nilai 500 ribu rupiah seperti sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak,

kapal motor atau barang modal lainnya.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

77

4.1.4. Keadaan Perumahan Dan Permukiman

Sudah menjadi karakteristik yang umum jika penduduk memilih lokasi

bermukim pada wilayah-wilayah yang memliliki aksesibilitas tinggi ke tempat

kerja dan pusat pelayanan (fasilitas umum dan fasilitas sosial), kemudahan

memperoleh air bersih, kelengkapan infrastruktur dan factor keamanan. Selain

itu, dengan latar belakang historisnya, masyarakat Kota Pontianak seperti

memiliki ‘jiwa’ yang sudah menyatu dengan sungai. Kegiatan dan kehidupan

kesehariannya sulit dipisahkan dengan sungai. Sehingga perkembangan

permukiman di Kota Pontianak cenderung lebih mengarah pada wilayah-

wilayah di pinggiran dan sekitar sungai, jaringan jalan, parit dan dekat pusat-

pusat kegiatan.

Apabila dilihat perbandingannya untuk setiap kecamatan, maka

perkembangan permukiman lebih terkonsentrasi di Kecamatan Pontianak

Barat, Kecamatan Pontianak Kota dan Kecamatan Pontianak Selatan serta

beberapa kelurahan (Kelurahan Tanjung Hilir, Kelurahan Dalam Bugis dan

Kelurahan Tambelan Sampit) di Kecamatan Pontianak Timur, khususnya di

sekitar Mesjid Jami dan Kraton Kadariah yang merupakan cikal bakal Kota

Pontianak.

Permukiman yang dibangun secara pribadi oleh penduduk berpendapatan

rendah cenderung berkembang di sekitar dan pinggiran sungai dan parit.

Umumnya permukiman tersebut kurang baik penataannya dan prasarana

permukimannya juga kurang memadai. Kawasan permukiman di Kecamatan

Pontianak Barat, Kecamatan Pontianak Kota dan Pontianak Timur imumnya

memiliki kepadatan bangunan yang lebih tinggi dibandingkan Kecamatan

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

78

Pontianak Utara. Sebaliknya, permukiman yang dibangun secara pribadi oleh

penduduk berpendapatan menengah ke atas dan perusahaan pengembang

dapat tertata dengan baik serta dilengkapi dengan prasarana permukiman yang

memadai. Kawasan permukiman seperti ini berlokasi di sebagian besar

Kecamatan Pontianak Selatan, sebagian Kecamatan Pontianak Barat,

Kecamatan Pontianak Kota, Pontianak Timur dan sebagian kecil Pontianak

Utara. Beberapa kompleks perumahan yang dibangun oleh developer tampak

mulai dikembangkan ke arah Kecamatan Pontianak Timur.

Orientasi bangunan yang tidak menghadap ke sungai (bagian depan rumah

tidak menghadap ke sungai tapi malah membelakangi, dengan bangunan untuk

MCK yang berbatasan langsung dan merupakan pemandangan langsung dari

arah sungai) dinilai merupakan salah satu faktor awal (dari sudut penataan

bangunan) yang menyebabkan terjadinya kekumuhan. Faktor lain yang

berpengaruh adalah kebiasaan penduduk yang karena keterbatasan

pengetahuan (tentang kesehatan, pentingnya fungsi kelestarian ekosistem

sungai) dan kemampuan ekonominya sehingga masih membuang sampah dan

limbahnya ke badan sungai atau parit.

Secara umum perumahan dan permukiman kumuh di Kota Pontianak

berada di tepi Sungai Kapuas dan Landak, baik yang ada di sisi utara dan

selatan sungai kecuali kelurahan yang tidak mempunyai batas wilayah sungai.

Adanya permukiman yang merupakan ciri khas/tradisional Kota Pontianak

adalah di atas sungai/air yang terbanyak di pinggir sungai terutama delta

Sungai Kapuas. Permukiman kumuh di Kota Pontianak lebih banyak

disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

79

1) Kurangnya sarana air bersih dan kurangnya sanitasi sendiri atau bersama

2) Kualitas permukinan dengan atap daun, dinding papan dan lantai papan

3) Kualitas lingkungan kotor karena sarana pembuangan sampah kurang dan

tergenang

Untuk menghitung angka kemiskinan dapat dilakukan dengan 2 faktor,

yaitu ukuran garis kemiskinan dan pendapatan. Sementara angka kemiskinan

dipengaruhi oleh kemampuan atau daya beli orang miskin dalam

mempertahankan kebutuhan dasarnya. Pemenuhan kebutuhan dasar setiap

orang berbeda, yaitu bisa berasal dari pendapatan pribadi maupun kombinasi

antara pendapatan masyarakat dan efektifitas bantuan pemerintah melalui

berbagai program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan. Orang

yang berpendapatan rendah tetapi kebutuhan dasarnya dipenuhi oleh program

Raskin, jamkesmas, ataupun program yang semacamnya dapat terhindar dari

kemiskinan.

Dilihat dari perkembangan persentase penduduk miskin Kota Pontianak

tahun 2005 – 2010 dengan jumlah penduduk terbesar di Kalimantan Barat,

sesuai dengan ciri khas sebagai daerah urban dan merupakan kota

perdagangan dan jasa maka menjadi tempat tujuan pencari kerja. Meskipun

terjadi peningkatan persentase penduduk miskin sebesar 0,14% dari tahun

2009 namun dengan turunnya tingkat pengangguran dari 9,38% tahun 2009

menjadi 7,79% tahun 2010 menjadi salah satu faktor yang dapat mengimbangi

tingginya inflasi kelompok bahan makanan dari sisi pendapatan, dengan

meningkatnya jumlah orang bekerja, maka penduduk yang mempunyai

pendapatan bertambah. Tingginya inflasi dapat dijadikan bahn evaluasi dalam

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

80

menanggulangi kemiskinan, mengingat proporsi pengeluaran penduduk

miskin untuk makanan sangat besar. Pemerintah daerah dapat berperan aktif

dalam upaya pengendalian inflasi terutama dari sisi suplai dengan menjaga

kesinambungan suplai bahan pokok terhadap permintaan.

4.2. Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Perkotaan Di Kota Pontianak

Tahapan implementasi sebuah kebijakan publik merupakan tahapan yang

krusial, karena tahapan ini menentukan keberhasilan sebuah kebijakan publik.

Untuk itu proses implementasi perlu dipersiapkan dengan baik, sejak dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan evaluasi kebijakan

publik. Dalam setiap tahapan implementasi kebijakan publik melibatkan seluruh

stakeholder yang ada, baik pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat secara

individu maupun kelompok.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

merupakan salah satu program penganggulangan kemiskinan yang sebelumnya

bernama Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Program ini

dilaksanakan sebagai upaya pemerintah untuk membangun kemandirian

masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara

mandiri. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian

masyarakat berupa institusi masyarakat yang representatif, mengakar dan menguat

bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang

serta menyiapkan kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok

peduli setempat.

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

81

PNPM Mandiri Perkotaan dilaksanakan sebagai proses pemberdayaan dan

pembelajaran masyarakat yang dilakukan secara terus menerus untuk menumbuh

kembangkan kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai universal kemanusiaan,

prinsip-prinsip kemasyarakatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

sebagai landasan yang kokoh untuk membangun masyarakat yang mandiri dan

sejahtera. Secara konseptual, PNPM Mandiri Perkotaan memandang bahwa akar

penyebab kemiskinan telah menyadarkan berbagai pihak, bahwa pendekatan dan

cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki,

yaitu ke arah perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat yang

senantiasa berlandaskan pada nilai-nilai universal kemanusiaan (moral), prinsip-

prinsip kemasyarakatan dan pilar-pilar pembangunan berkelanjutan (dalam

Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, tahun 2010).

Sebagai program pemberdayaan masyarakat yang berbasis nilai, maka prinsip

dasar program ini adalah “Pemberdayaan Manusia Seutuhnya” untuk

menumbuhkan kepedulian, kerelawanan dan perilaku yang berpihak pada

masyarakat miskin dengan dilandasi keikhlasan memberikan prioritas kepada

warga yang lebih menderita, lebih miskin dan lebih parah kondisinya. Untuk itu

nilai dan prinsip yang melandasi pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah :

1) Bertumpu pada pembangunan manusia, artinya pelaksanaan PNPM-MP

senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia

seutuhnya.

2) Berorientasi pada masyarakat miskin, artinya semua kegiatan yang

dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat

miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

82

3) Partisipasi, artinya masyarakat terlibat secara aktif pada setiap proses

pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong

menjalankan pembangunan.

4) Otonomi, artinya masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri dan

partisipatif untuk menentukan dan mengelola kegiatan dalam PNPM –MP

secara swakelola.

5) Desentralisasi, artinya kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan

sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau

masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.

6) Kesetaraan dan keadilan gender, artinya laki-laki dan perempuan

mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan

dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan

7) Demokratis, artinya setiap pengambilan keputusan pembangunan

dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada

kepentingan masyarakat miskin.

8) Transparansi dan akuntabel, artinya masyarakat harus memiliki akses yang

memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan

sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan

dipertanggungjawabkan, baik secara moral, teknis, legal maupun

administratif.

9) Prioritas, artinya pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan

pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan

mendayagunakan secara optimal berbagai sumber daya yang terbatas.

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

83

10) Kolaborasi, artinya semua pihak yang berkepentingan dalam

penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerja sama dan

sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan

11) Keberlanjutan, artinya setiap pengambilan keputusan harus

mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat

dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan

12) Sederhana, artinya semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam

pelaksanaan PNPM – MP harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami dan

mudah dikelola oleh masyarakat.

PNPM Mandiri Perkotaan meyakini bahwa pendekatan yang lebih efektif

untuk mewujudkan proses perubahan perilaku masyarakat adalah melalui

pendekatan pemberdayaan atau proses pembelajaran masyarakat dan pengutan

kapasitas untuk mengedepankan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasi

dan mendukung kemandirian masyarakatnya. Substansi ini sebagai upaya proses

transformasi PNPM Mandiri Perkotaan dari tataran proyek menjadi tataran

program oleh masyarakat bersama pemerintah daerah setempat.

Sedangkan pendekatan yang dilakukan agar terwujud tujuan yang hendak

dicapai PNPM Mandiri Perkotaan adalah :

1) Melembagakan pola pembangunan partisipatif yang pro-poor dan

berkeadilan melalui :

(1) Pembangunan lembaga masyarakat (BKM) yang representatif,

akuntabel dan mampu menyuarakan kepentingan masyarakat dalam

proses-proses pengambilan keputusan.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

84

(2) Perencanaan partisipatif dalam menyusun PJM-Pronangkis, IPM dan

MDGs.

2) Menyediakan BLM secara transparan untuk menandai kegiatan

penanggulangan kemiskinan yang mudah dilakukan oleh masyarakat dan

membuka kesempatan kerja melalui :

(1) Pembangunan sarana/prasarana lingkungan

(2) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia

(3) Pengembangan ekonomi lokal

3) Memperkuat keberlanjutan program dengan :

(1) Menumbuhkan rasa memiliki di kalangan masyarakat melalui proses

penyadaran kritis dan pengelolaan hasil-hasilnya

(2) Meningkatkan kemampuan perangkat pemerintah dalam perencanaan,

penganggaran dan pengembangan pasca program.

(3) Meningkatkan efektifitas perencanaan dan penganggaran yang lebih

pro-poor dan berkeadilan.

Berdasarkan prinsip-prinsip dan pendekatan tersebut diatas maka upaya-upaya

rasional dalam mencapai tujuan program dilaksanakan dengan :

1) Memposisikan masyarakat sebagai pelaku utama pelaksanaan PNPM - MP

2) Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam pelaksanaan

PNPM-MP secara partisipatif

3) Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan

karakteristik sosial dan geografis.

Inti kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan adalah proses menumbuhkembangkan

kemandirian dan keberlanjutan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dari,

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

85

oleh dan untuk masyarakat melalui proses pembelajaran dan pelembagaan nilai-

nilai universal kemanusiaan, kemasyarakatan dan prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan. Untuk itu, sesuai Undang-Undang No 32 tahun 2004, Pemerintah

Pusat memberi ruang bagi terselenggaranya Pemerintah di Daerah secara lebih

demokratis dengan kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab.

Dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan, peran Pemerintah Daerah adalah

sebagai fasilitator, regulator, dinamisator dan koordinator. Sebagai fasilitator,

Pemerintah Daerah berperan dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi

pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan dengan menjembatani kepentingan

berbagai pihak dalam mengoptimalkan kegiatan. Sebagai Regulator, Pemerintah

Daerah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan penyelenggaraan PNPM

Mandiri Perkotaan dengan menerbitkan peraturan-peraturan dalam rangka

efektifitas dan tertib administrasi. Sebagai dinamisator, berperan menggerakkan

partisipasi masyarakat dengan mendorong dan memelihara dinamika

pembangunan daerah. Sebagai koordinator, Pemerintah daerah berperan untuk

mengintegrasikan program-program berbasis penanggulangan kemiskinan melalui

mekanisme perencanaan partisipatif, seperti musrenbang (Musyawarah Rencana

Pembangunan) di tingkat kelurahan, kecamatan dan kota.

Dalam kerangka tersebut, untuk mengefektifkan dan melancarkan jalannya

program maka bentuk-bentuk bantuan yang diberikan adalah dalam bentuk

pendampingan dan bantuan dana yang disebut Bantuan Langsung Masyarakat

(BLM). Untuk bantuan pendampingan diwujudkan dalam bentuk penugasan

konsultan dan fasilitator beserta dukungan dana operasional untuk mendampingi

dan memberdayakan masyarakat agar mampu merencanakan dan melaksanakan

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

86

program masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di kelurahan masing-

masing.

Proses implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Perkotaan melibatkan beberapa aktivitas, yakni :

1) Pengorganisasian yang meliputi penataan sumber daya, unit pelaksana dan

metodenya sesuai dengan tujuan kebijakan. Tahap ini terdiri dari beberapa

komponen pelaksanaan kebijakan, seperti lembaga pelaksana kebijakan,

anggaran yang diperlukan, sarana dan prasarana, penetapan tata kerja dan

penetapan manajemen kebijakan.

2) Interpretasi atau penafsiran yang berupa penerjemahan dan penjelasan

tujuan kebijakan ke dalam kegiatan yang lebih operasional sehingga lebih

mudah dipahami oleh lembaga pelaksana maupun pemangku kepentingan

dan kelompok sasaran.

3) Aplikasi, yaitu penerapan rencana implemnetasi kebijakan ke kelompok

sasaran kebijakan (target group), yang berupa penyediaan layanan,

pembayaran, atau pelaksanaan instrumen atau tujuan yang telah disepakati

bersama.

4.2.1.Pengorganisasian Dalam Implementasi PNPM Mandiri Perkotaan Di

Kota Pontianak

Upaya penanggulangan kemiskinan di Kota Pontianak yang dilaksanakan

melalui PNPM Mandiri Perkotaan, dikoordinir oleh Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kota Pontianak. TKPK merupakan

forum instansi di tingkat kota yang berfungsi sebagai wadah koordinasi dalam

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

87

penyusunan, pembahasan kebijakan dan program-program penanggulangan

kemiskinan.

Kelembagaan TKPK Kota Pontianak berkedudukan dibawah dan

bertanggung jawab kepada walikota, sedangkan keanggotaannya terdiri dari

unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan pemangku kepentingan

lainnya dalam penanggulangan kemiskinan. Struktur organisasi Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Pontianak adalah sebagai

berikut :

Gambar 4.2Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota

Sumber : Kantor Walikota Pontianak, 2011

SEKRETARIAT POKJAPENGADUANMASYARAKAT

POKJAPENGEMBANGAN

KEMITRAAN

POKJA PENDATAANDAN SISTEMINFORMASI

KELOMPOKPROGRAM

BANTUAN SOSIALTERPADU BERBASIS

KELUARGA

KELOMPOK PROGRAMPENANGGULANGAN

KEMISKINAN BERBASISPEMBERDAYAAN

MASYARAKAT

KELOMPOK PROGRAMPENANGGULANGAN

KEMISKINAN BERBASISPEMBERDAYAAN USAHA

EKONOMI DAN KECIL

PENANGGUNG JAWAB

WALIKOTA

SEKRETARIS: KEPALA BAPPEDA

WAKIL SEKRETARIS: KEPALA BPMD

KETUA : WAKIL WALIKOTA

WAKIL KETUA: SEKRETARIS DAERAH

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

88

Penetapan tugas, susunan keanggotaan, kelompok kerja, sekretariat dan

pendanaan TKPK Kota diatur dengan Surat Keputusan Walikota dengan

memperhatikan Perpres 15/2010. Sebagai Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan di Kota Pontianak, maka organisasi tersebut menyelenggarakan

fungsi :

1) Pengkoordinasian, pemantauan, supervise dan tindak lanjut terhadap

pencapaian tujuan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan agar

sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah.

2) Pengkoordinasian, pemantauan, pelaksanaan kelompok program

penanggulangan kemiskinan oleh SKPD yang meliputi realisasi

pencapaian target, penyerapan dana dan kendala yang dihadapi

3) Penyusunan hasil pemantauan pelaksanaan program dan atau kegiatan

program penanggulangan kemiskinan secara periodik

4) Pengkoordinasian evaluasi pelaksanaan program dan atau kegiatan

penanggulangan kemiskinan.

5) Pengkoordinasian penanganan pengaduan masyarakat bidang

penanggulangan kemiskinan

6) Penyiapan laporan pelaksanaan dan pencapaian program penanggulangan

kemiskinan kepada walikota dan wakil walikota Pontianak.

Apabila dilihat dari level kebijakan, seperti yang dikemukakan oleh

Bromley (1989 : 32) bahwa ada 3 level kebijakan yakni “Policy level,

Organisational level and Operational level”, maka PNPM Mandiri Perkotaan

termasuk dalam kategori Operational level, dimana implementasi program ini

berada pada level eksekutif, khususnya pada satuan pelaksana (operating

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

89

units) dalam masyarakat. Untuk itu implementasi PNPM Mandiri Perkotaan

dilakukan melalui organisasi-organisasi kemasyarakatan, yang disebut Badan

atau Lembaga Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM). BKM/LKM dibentuk

sebagai wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan

kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor bagi upaya penanggulangan

kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan

berkelanjutan. Kegiatan-kegiatannya meliputii proses penentuan kebutuhan,

pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program

sampai pemanfaatan dan pemeliharaan. Jumlah BKM/LKM di kota

Pontianak adalah 29 lembaga yang meliputi 351 KSM (Kelompok Swadaya

Masyarakat).

Tiap BKM/LKM bersama-sama masyarakat melakukan proses

perencanaan partiisipatif dengan menyusun Perencanaan Jangka Menengah

dan Rencana Tahunan Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM dan Renta

Pronangkis), sebagai prakarsa masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan

di wilayahnya secara mandiri. Atas fasilitasi pemerintah dan prakarsa

masyarakat, LKM/BKM menjalin kemitraan dengan berbagai instansi

pemerintah dan kelompok peduli setempat. Untuk itu diperlukan sinergisitas

dan komitmen diantara lembaga pelaksana dalam implementasi PNPM

Mandiri Perkotaan.

Peran Pemerintah Kota Pontianak dalam implementasi PNPM Mandiri

Perkotaan adalah sebagai fasilitator, regulator, dinamisator dan koordinaor

dengan penjabaran sebagai berikut :

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

90

1) Sebagai fasilatator, adalah menciptakan kondisi yang kondusif bagi

pelaksanaan pembangunan (menjembatani) kepentingan berbagai pihak

dalam mengoptimalkan pembangunan daerah

2) Sebagai regulator, adalah menyiapkan arah untuk menyeimbangkan

penyelenggaraan pembangunan (menerbitkan peraturan-peraturan dalam

rangka efektifitas dan tertib administrasi pembangunan)

3) Sebagai dinamisator, adalah menggerakkan partisipasi multi pihak ketika

stagnasi terjadi dalam proses pembangunan (mendorong dan memelihara

dinamika pembangunan daerah)

4) Sebagai koordinator, adalah mengintegrasikan program-program berbasis

penanggulangan kemiskinan (melalui mekanisme perencanaan partisipatif,

seperti musyawarah rencana pembangunan)

Dalam rangka melaksanakan peran dan fungsi Pemerintah kota

tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Pontianak mengangkat Koordinator

PNPM Mandiri Perkotaan yang dibantu Asisten Korkot di bidang keuangan,

teknik/infrastruktur, manajemen data dan penataan ruang untuk pengendalian

pelaksanaan kegiatan di bawah koordinasi Team Leader KMW (Konsultan

Manajemen Wilayah).

Level birokrasi terendah sebagai implementor PNPM Mandiri Perkotaan

adalah kelurahan. Di tingkat kelurahan, unsur utama pelaksanaan PNPM

Mandiri Perkotaan adalah: (1) Lurah dan perangkatnya, (2) Relawan

masyarakat, (3) LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat), (4) KSM

(Kelompok Swadaya Masyarakat. Lurah sebagai koordinator ketiga unsur

pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di masyarakat kelurahan, mempunyai

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

91

tugas untuk memberikan dukungan dan jaminan agar pelaksanaan PNPM

Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya dapat berjalan dengan lancar sesuai

dengan aturan yang berlaku sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai

dengan baik.

Relawan masyarakat merupakan pelopor-pelopor penggerak dari

masyarakat yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli dan memiliki

komitmen kuat pada kemajuan masyarakat di wilayah kelurahan yang

bersangkurtan. PNPM Mandiri Perkotaan mendorong masyarakat di lokasi

sasaran program agar membuka kesempatan seluas mungkin bagi warga yang

ikhlas, jujur, adil, peduli dan memiliki komitmen untuk membantu masyarakat

dalam melaksanakan seluruh tahapan kegiatan program agar bermanfaat bagi

masyarakat miskin serta seluruh masyarakat diwilayahnya. Relawan

masyarakat dibentuk sebagai upaya untuk menjalankan seluruh proses PNPM

Mandiri Perkotaan yang direncanakan sebagai upaya pemberdayaan

masyarakat atau peningkatan kapasitas. Diharapkan relawan masyarakat

menjadi pelopor dalam siklus program, refleksi kemiskinan, pemetaan

swadaya, pembentukan BKM/LKM, pengorganisasian KSM dan perencanaan

partisipatif.

Relawan masyarakat yang ada di Kota Pontianak direkrut untuk masing –

masing kelurahan yang jumlahnya menyesuaiakan kegiatan yang ada dalam

PNPM Mandiri Perkotaan. Jenis kegiatan dalam PNPM Mandiri Perkotaan

meliputi kegiatan di bidang sosial, bidang ekonomi dan lingkungan. Untuk

masing-masing kegiatan didampingi oleh relawan masyarakat sebagai mitra

kerja LKM/BKM di setiap kelurahan yang ada di Kota Pontianak. Setiap

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

92

relawan masyarakat berfungsi sebagai pengawas partisipatif terhadap

keseluruhan proses sehingga bisa terbangun control social yang bagus.

Sebagai mitra kerja BKM, maka para relawan masyarakat akan membentuk

Forum Relawan dan berhak mendapat informasi perkembangan kegiatan

penanggulangan kemiskinan yang dipimpin oleh Badan Keswadayaan

Masyarakat.

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) atau Lembaga Keswadayaan

Masyarakat (LKM) yang ada pada setiap kelurahan bertanggung jawab untuk

menjamin keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam proses pengambilan

keputusan yang kondusif untuk pengembangan keswadayaan masyarakat

dalam penanggulangan kemiskinan perkotaan. Sampai dengan tahun 2011,

jumlah BKM/LKM yang ada di Kota Pontianak adalah 29 lembaga yang

tersebar di 6 kecamatan yang ada di Kota Pontianak. Nama-nama BKM yang

ada di Kota Pontianak adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1Daftar Nama-Nama BKM Kota Pontianak

No Kecamatan Kelurahan Nama BKM1 Pontianak Barat a. Sungai Jawi Dalam Jawi Berkah

b. Sungai Beliung Mitra Beliungc. Sungai Jawi Luar Jerujud.Paal Lima Paal Lima Mandiri

2 Pontianak Kota a. Sungai Jawi Jawi Sejahterab. Darat Sekip Sekip Baruc. Mariana Marianad. Tengah Pijar Tengahe. Sungai Bangkong Bangkong Bersatu

3 Pontianak Selatan a. Benua Melayu Darat Borneob. Kota Baru Kobar Makmurc. Akcaya Akcaya Karya mandirid.Benua Melayu Laut Hangtuah

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

93

e. Parit Tokaya Srikandi4 Pontianak Timur a. Parit Mayor Mandiri

b. Tanjung Hilir Mentari Timurc. Banjar Serasan Serasan Sejahterad.Dalam Bugis Corak Insange. Tanjung Hulu Sejahteraf. Tambelan Sampit Sanyoranig. Saigon Sutra Mandiri

5 Pontianak Tenggara a.Bangka Belitung Darat Paris Rayab. Bansir Laut Gayung Bersambutc. Bansir Darat Bintang Tenggara

d. Bangka Belitung LautBangka Belitung LautAbadi

6 Pontianak Utara a. Siantan Hilir Khajumab. Siantan Tengah Khatulistiwac. Batulayang Phikatd. Siantan Hulu Wahana Pangeran

Sumber : Bappeda Kota Pontianak, 2011

BKM/LKM mempunyai peran utama untuk mengorganisasikan warganya

secara partisipatif untuk merumuskan rencana jangka menengah (3 tahun)

penanggulangan kemiskinan (PJM Pronangkis) dalam pelaksanaan PNPM

Mandiri Perkotaan. BKM harus mampu menumbuhkan berbagai kegiatan

pemberdayaan masyarakat miskin agar mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dengan mengembangkan jaringan BKM di tingkat kecamatan dan

kota sebagai mitra kerja Pemerintah Daerah untuk menyuarakan aspirasi

masyarakat.

Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam PNPM Mandiri

Perkotaan, masing-masing BKM membentuk KSM (Kelompok Swadaya

Masyarakat). KSM merupakan nama generik untuk kelompok warga

masyarakat pemanfaat dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) dalam

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

94

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan.

KSM diorganisasikan oleh tim relawan dan dibantu oleh tim fasilitator yang

terdiri dari warga kelurahan yang memiliki ikatan kebersamaan (common

bond) dan yang berjuang untuk mencapai tujuan bersama. Sampai saat ini,

jumlah KSM yang ada di Kota Pontianak adalah 351 KSM yang berada di

tingkat RT (Rukun Tetangga) di seluruh wilayah Kota Pontianak. Sedangkan

relawan masyarakat yang berada dibawah KSM berjumlah 1091 orang yang

sudah terlatih dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program.

KSM bukan hanya sekedar pemanfaat pasif dana Bantuan Langsung

Masyarakat, melainkan juga sebagai pelaksana kegiatan terkait dengan

penanggulangan kemiskinan yang diusulkan untuk didanai oleh LKM/BKM

melalui berbagai dana yang mampu digalang. Oleh sebab itu, tugas pokok

KSM adalah sebagai berikut :

1) Menyusun usulan kegiatan pembangunan terkait dengan penanggulangan

kemiskinan

2) Mengelola dana yang diperolehnya untuk mendanai kegiatan

pembangunan yang diusulkan

3) Mencatat dan membuat laporan kegiatan dan keuangan kegiatan

pembangunan yang diusulkan

4) Menerapkan nilai-nilai luhur dalam pelaksanaan pembangunan , seperti

transparansi, demokrasi, membangun dengan mutu dan lain-lain

5) Secara aktif menjadi bagian dari kendali sosial (control social)

pelaksanaan penanggulangan kemiskinan diwilayahnya.

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

95

Selain organisasi-organisasi pelaksana PNPM Mandiri Perkotaan di Kota

Pontianak seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka dalam proses

implementasi program ini diperlukan komponen sumber dana . Sumber dana

yang digunakan dalam PNPM Mandiri Perkotaan adalah APBN (Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara) dan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belaja

Daerah). Pada dasarnya PNPM Mandiri Perkotaan dalam penyediaan dana

Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) menganut sikap open menu, dimana

masyarakat bebas mengajukan usulan kegiatan apapun selama terkait langsung

dengan upaya penanggulangan kemiskinan. Kegiatan yang layak didanai

melalui BLM adalah kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam PJM/Rencana

Tahunan Pronangkis. Kegiatan-kagiatan tersebut digolongkan menjadi 2,

yaitu:

1) Kegiatan pembangunan yang sudah ditemukan pada saat Pemetaan

Swadaya (PS), biasanya skala besar (kelurahan) yang dialokasikan pada

Rencana Tahunan sebagai rencana investasi dan dapat dilaksanakan oleh

Panitia yang dibentuk LKM/BKM dan dikoordinasikan oleh UPL (Unit

Pengelola Lingkungan) dan bertanggung jawab kepada LKM.

2) Kegiatan kecil-kecil yang diusulkan oleh KSM tetapi secara indikatif

sudah direncanakan di Rencana Tahunan, disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat. KSM yang membutuhkan dapat mengusulkan, sifatnya

investasi kecil dan dilaksanakan oleh KSM yang bersangkutan.

Apabila masyarakat memutuskan bahwa sebagian dana BLM digunakan

untuk pinjaman bergulir, maka pengelolaannya harus dilakukan dengan

berorientasi pada masyarakat miskin. Penyediaan dana BLM dimaksudkan

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

96

agar masyarakat dapat belajar senyata nyatanya untuk melakasanakan dan

mengelola apa yang sudah direncanakan. Upaya pembelajaran ini lebih

dititikberatkan pada upaya memberi kesempatan kepada masyarakat untuk

belajar menangani berbagi persoalan yang ada secara utuh mulai dari

pengembangan gagasan, identifikasi persoalan, perencanaan pemecahan

persoalan sampai dengan pelaksanaan dengan tetap berorientasi ke tujuan

jangka panjang. Selain itu juga untuk menumbuhkan kesadaran kritis bahwa

kebutuhan untuk penanggulangan kemiskinan tidak hanya kebutuhan modal

dana semata, melainkan juga kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan

modal sosial, lingkungan hidup dan ekonomi. PNPM Mandiri Perkotaan

menganut azas Open Menu, karena masyarakat perlu menyadari bahwa tidak

mungkin kebutuhan orang miskin hanya satu aspek saja dan mengabaikan

aspek lainnya. Masyarakat dapat melengkapi sebagian besar kebutuhan dan

kegiatan lainnya melalui swadaya masyarakat atau akses chanelling program

ke berbagai pihak terkait.

Dana BLM tidak dapat diakses oleh individu, melainkan melalui

kelompok seperti panitia atau KSM yang lebih bersifat permanen. Ketentuan

pemanfaatan oleh kelompok ini berlaku pada seluruh jenis kegiatan yang akan

dilaksanakan, baik kegiatan prasarana lingkungan, dana pengembangan sosial

maupun pengembangan usaha ekonomi masyarakat dan peningkatan kapasitas

institusi masyarakat. Masyarakat dalam mengelola dana BLM diharapkan

mampu mengimplementasikan secara nyata nilai-nilai universal kemanusiaan

seperti kejujuran, tanpa pamrih, kerelawanan serta prinsip-prinsip universal

kemasyarakatan dan pembangunan berkelanjutan.

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

97

Dana BLM pada dasarnya adalah wakaf tunai yang dapat digunakan untuk

membeayai kegiatan penanggulangan kemiskinan yang telah direncanakan

oleh masyarakat dibawah koordinasi LKM. LKM sebagai penerima dana

BLM harus dapat menunjukkan bahwa kepercayaan yang diberikan kepadanya

telah digunakan secara benar dan dipertanggungjawabkan secara terbuka.

Untuk itu LKM harus dapat mengelola dana tersebut secara benar, transparan

dan akuntabel. Salah satu alat yang digunakan untuk menunjukkan kinerja

pengelolaan keuangan adalah pembukuan tentang semua transaksi keuangan

yang disusun dalam suatu Laporan Keuangan Bulanan. Selain transparansi

dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan kegiatan serta

keuangan, prinsip akuntabilitas wajib dilaksanakan. Akuntabilitas diterapkan

dengan memberikan akses kepada semua pihak yang berkepentingan untuk

melakukan audit, bertanya dan mempertanggungjawabkannya.

Sumber dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) pada Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kota

Pontianak (Bappeda Kota Pontianak, 2011), terdiri dari :

1) APBN – World Bank, jumlah alokasi dana tahun 2008 sebesar

Rp 3 150 000.000

2) Sharing Dana Untuk Urusan Bersama (DUB) dan APBD Kota Pontianak

Tahun Anggaran 2009 sebesar Rp 2 000 000 000

3) APBN – Islamis Development Bank (IDB), Tahun Anggaran 2009

berjumlah Rp 3 280 000 000

4) Dana Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET) Tahun Anggaran

2010 berjumlah Rp 3 340 858 000

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

98

Pencairan dana BLM disalurkan langsung kepada LKM/BKM di masing-

masing kelurahan se Kota Pontianak melalui 3 tahapan. Tahap Pertama,

diberikan 20% setelah terbentuk Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM).

Kemudian pihak LKM menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan

(SPPB) dengan pihak pemerintah yang diwakili oleh PJOK (Penanggung

Jawab Operasional Kegiatan). Penandatanganan perjanjian harus dilampiri

dengan dokumen PJM Pronangkis yang telah disetujui oleh masyarakat dan

telah diverifikasi oleh pihak KMW (Konsultan Manajemen Wilayah) dan

Koordinator Kota (Korkot) kepada PJOK. Tahap kedua, bantuan diberikan

sebanyak 50% dengan syarat dana pada tahap pertama yang telah disalurkan

ke KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) telah dimanfaatkan dan

dipertanggungjawabkan secara teknis dan administrasi minimal 50%,

demikian pula kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan sudah diperiksa dan

ditandatangani oleh tim fasilitator dan diverifikasi oleh Korkot, termasuk

administrasi keuangan (pembukuan)nya telah diverifikasi oleh KMW.

Selanjutnya bahwa usulan KSM untuk penggunaan dana BLM tahap II telah

dinyatakan layak oleh KMW (Korkot). Tahap ketiga, disalurkan lagi dana

sebanyak 30% dengan syarat sebagaimana syarat pada tahap kedua.

PNPM Mandiri Perkotaan dalam membuka dan mengelola rekening

kolektif masyarakat dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kepemerintahan

yang baik (good governance), seperti transparansi, akuntabel, responsiveness,

efektif dan efisien. Prinsip transparansi lebih mengarah pada kejelasan

mekanisme, yang dibangun atas dasar kebebasan informasi yang dapat

diterima oleh mereka yang membutuhkan. Akuntabel diterapkan untuk

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

99

mengukur apakah dana publik telah digunakan secara tepat untuk tujuan

dimana dana publik tersebut ditetapkan dan tidak digunakan secara ilegal.

Sedangkan efektif dan efisien berkaitan dengan hasil yang sesuai dengan apa

yang telah ditetapkan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada.

Penerapan prinsip-prinsip tersebut dapat dilihat dalam spesimen tanda tangan

rekening yang harus melibatkan minimal 3 orang, yang terdiri dari ketua

LKM/BKM dan ditambah 2 orang anggotanya yang ditetapkan oleh

musyawarah mufakat. Pencatatan setiap transaksi keuangan minimal

dilakukan dalam buku catatan uang masuk dan cacatan uang keluar yang

disertai dengan bukti transfer seperti kuitansi, bon atau nota pembelian.

Bantuan Langsung Masyarakat yang digulirkan dalam PNPM Mandiri

Perkotaan dilarang dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak berkaitan langsung

dengan upaya penanggulangan kemiskinan, menimbulkan dampak sosial dan

kerusakan lingkungan serta berorientasi kepada kepentingan individu atau

kelompok tertentu dan bertentangan dengan norma-norma, hukum serta

peraturan yang berlaku. Ada beberapa kegiatan yang tidak boleh dibeayai

dengan dana BLM, seperti kegiatan yang berkaitan langsung dengan politik

praktis (kampanye, demonstrasi dll), kegiatan militer atau semi militer

(pembelian senjata atau sejenisnya), deposito atau yang berkaitan dengan

usaha memupuk bunga bank, kegiatan yang memanfaatkan BLM sebagai

jaminan atau agunan baik yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan

perbankan maupun pihak ketiga lainnya, pembebasan lahan, pembangunan

rumah ibadah, pembangunan gedung pemerintah atau kantor LKM, kegiatan-

kegiatan yang berdampak kecil terhadap lingkungan, penduduk asli dan

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

100

kelestarian budaya lokal, kegiatan yang bertentangan hukum, nilai, agama, tata

susila dan kemanusiaan serta tidak sejalan dengan visi, misi dan tujuan

masyarakat setempat.

Kegiatan-kegiatan dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilaksanakan sebagai

penguatan kapasitas pemerintah daerah dengan mengedepankan peran dan

tanggung jawab pemerintah daerah. Di Kota Pontianak, kegiatan tersebut

dilakukan dengan melalui pelibatan intensif pemerintah kota pada siklus

kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan, penguatan peran dan fungsi Komite

Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPK-D) agar mampu menyusun

dokumen strategi penanggulangan kemiskinan daerah dan PJM Pronangkis

kota yang berbasis aspirasi dan program masyarakat serta mendorong dan

melembagakan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP).

Untuk mendukung upaya-upaya tersebut diatas diperlukan ukuran-ukuran

yang jelas untuk mengetahui seberapa besar upaya yang dilakukan

implementor dalam mendukung upaya pemberdayaan masyarakat. Indikator-

indikator untuk mengukur kemampuan implementor (aparat pelaksana) dalam

memberdayakan masyarakat terkait dengan PNPM Mandiri Perkotaan adalah

sebagai berikut :

1) Minimum 40% tingkat kehadiran kaum miskin dan rentan dalam

pertemuan-pertemuan perencanaan dan pengambilan keputusan

2) Minimum 40% tingkat kehadiran perempuan dalam pertemuan-pertemuan

perencanaan dan pengambilan keputusan

3) Minimum 30% penduduk dewasa mengikuti pemilihan LKM di tingkat RT

(Rukun Tetangga)

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

101

4) Minimum 90% LKM terbentuk di kelurahan

5) Minimum 90% kelurahan telah menyelesaikan PJM Pronangkis dan telah

diratifikasi dalam musyawarah warga

6) Minimum 80% pemerintah kota menyediakan dana pendukung, 20% untuk

pemerintah kota dengan kapasitas fiscal rendah dan 50% untuk pemerintah

kota dengan kapasitas fiscal sedang, tinggi dan sangat tinggi

7) Minimum 70% prasarana yang dinilai memiliki kualitas baik

8) Minimum 70% kelurahan dengan program dana bergulir memiliki

pinjaman beresiko 3 bulan<10%

9) Minimum 90% kelurahan dengan program dana bergulir memiliki ratio

pendapatan dan beaya >125%

10)Minimum 90% kelurahan dengan program dana bergulir memiliki tingkat

pengembalian modal >10%

11)Minimum 30% anggota KSM adalah perempuan.

Berdasarkan indikator-indikator tersebut, maka implementasi PNPM

Mandiri Perkotaan yang merupakan gerakan bersama membangun

kemandirian dan pembangunan berkelanjutan yang berbasis nilai-nilai

universal diyakini akan mampu membangun kesadaran kritis dan perubahan

perilaku individu ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku individu yang

secara kumulatif menimbulkan perubahan kolektif masyarakat yang dalam

PNPM Mandiri Perkotaan menjadi inti dan harapan dari program ini.

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

102

4.2.2. Interpretasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Perkotaan Di Kota Pontianak

Interpretasi atau penafsiran merupakan tahapan penjabaran sebuah

program yang bersifat abstrak ke dalam kegiatan yang lebih bersifat teknis

operasional. Dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan, kegiatan-

kegiatan yang merupakan operasionalisasi dari program ini dikenal dengan

istilah TRIDAYA. Tridaya merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar

terbangun daya sosial, daya ekonomi dan daya pembangunan dengan tujuan

untuk menciptakan masyarakat yang efektif, produktif dan peduli terhadap

lingkungan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Untuk menguraikan tahap interpretasi dalam PNPM Mandiri Perkotaan di

Kota Pontianak telah dilaksanakan melalui pendekatan Tridaya akan diuraikan

ke dalam beberapa kegiatan sebagai berikut :

1) Pembangunan Masyarakat (Social Development)

Kegiatan Pengembangan masyarakat dimaksudkan bahwa setiap

langkah kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan harus selalu berorientasi pada

upaya membangun solidaritas sosial dan keswadayaan masyarakat,

sehingga dapat tercipta masyarakat efektif secara sosial. Dengan demikian

dapat menjadi pondasi yang kokoh dalam upaya penanggulangan

kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Pengembangan masyarkat

juga diartikan sebagai upaya meningkatkan potensi segenap unsure

masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang rentan dan marjinal yang

selama ini tidak mempunyai peluang /akses dalam program maupun

kegiatan.

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

103

Jenis kegiatan yang telah dilaksanakan dalam program pengembangan

masyarakat adalah pemberdayaan relawan masyarakat yang telah ada di

masing –masing kelurahan dan pelatihan KSM untuk pengembangan

kapasitas/penguatan organisasi, penyiapan dan penciptaan peluang usaha

melalui pelatihan dan praktek ketrampilan usaha bagi warga miskin yang

belum produktif. Program pengembangan masyarakat lebih memberi

ruang kepada kaum perempuan, melalui kursus-kursus dan pelatihan-

pelatihan yang tujuannya untuk memberdayakan kaum perempuan.

Kehadiran relawan masyarakat ini sangat dibutuhkan sebagai

konsekuensi logis dari penerapan pembangunan yang berbasis masyarakat

dan penerapan konsep ‘membangun dari dalam’ (development from

within), yang membutuhkan pelopor-pelopor penggerak dari masyarakat

sendiri yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli dan memiliki

komitmen kuat pada kemajuan masyarakat di wilayahnya. Di sisi lain

proses membangun dari dalam tidak akan terlaksana apabila pelopor-

pelopor yang menggerakkan masyarakat tersebut merupakan individu atau

sekumpulan individu yang hanya memiliki pamrih pribadi dan hanya

mementingkan urusan ataupun kepentingan pribadi serta golongan dan

kelompoknya. Dengan kata lain, perubahan perilaku masyarakat akan

sangat ditentukan oleh relawan-relawan yang mempunyai moral yang baik

dan mampu menjadi contoh perubahan itu sendiri. Untuk itu pemilihan

relawan tidak boleh semata-mata didasarkan pada pengalaman,

pendidikan, status sosial tetapi lebih pada moral yang dimilikinya.

Didasarkan pada keyakinan inilah, PNPM Mandiri Perkotaan mendorong

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

104

masyarakat di lokasi sasaran agar membuka kesempatan seluas mungkin

bagi warga yang ikhlas, jujur, adil, peduli dan memiliki komitmen untuk

membantu masyarakat dalam melaksanakan seluruh tahapan kegiatan agar

bermanfaat bagi masyakat miskin serta seluruh masyarakat di wilayahnya.

Dengan demikian peran utama para relawan masyarakat dalam

implementasi PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebagai pelopor perubahan

dan penggerak masyarakat dalam menjalani seluruh proses implementasi

program yang sudah direncanakan sebagai upaya pemberdayaan

masyarakat dan peningkatan kapasitas, sehingga secara rinci relawan

diharapkan menjadi pelopor dalam siklus program. Siklus tersebut adalah

refleksi kemiskinan, pemetaan swadaya, pembentukan BKM/LKM,

pengorganisasian KSM dan perencanaan partisipatif . Selain itu relawan

masyarakat juga berfungsi sebagai pengawas partisipatif terhadap

keseluruhan proses implementasi program sehingga terbangun control

social yang baik.

KSM yang diorganisasikan oleh tim relawan masyarakat dan dibantu

tim fasilitator terdiri dari warga kelurahan yang memiliki ikatan

kebersamaan (common bond) dan berjuang untuk mencapai tujuan

bersama. KSM sebagai pelaksana kegiatan penanggulangan kemiskinan

dalam PNPM Mandiri Perkotaan mempunyai tugas pokok untuk

menyusun usulan kegiatan, mengelola dana , mencatat dan membuat

laporan pelaksanaan program. Untuk memberdayakan KSM dalam

implementasi PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Pontianak dilakukan

pelatihan-pelatihan kepada anggotanya sesuai dengan keinginan dan

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

105

kebutuhannya masing-masing. Pelatihan tersebut dilakukan untuk

menunjang usaha yang akan dilakukannya, seperti kursus membuat kue,

kursus menjahit, kursus komputer dan sebagainya. Dengan dana sebesar

Rp 2 500 000 per kelompok, atau Rp 500 000 per anggota KSM, masing-

masing anggota KSM membuat usaha sesuai dengan kemampuannya.

Berbagai usaha yang dilakukan oleh anggota KSM antara lain jual bensin,

jual kue, jual gorengan, jual bakso, jual jamu dan lain-lain.

Akibat terbatasnya anggaran, maka masih ditemui keluhan-keluhan

dari masyarakat tentang alokasi penggunaan dana yang diperolehnya.

Disamping itu ada kecenderungan bagi para relawan yang aktif di LKM

maupun di KSM yang telah dibentuk memberi kesempatan yang lebih

besar kepada anggota-anggotanya untuk mengikuti kursus-kursus yang

diselenggarakan oleh mereka sendiri. Anggota masyarakat lainnya yang

tidak terlibat dalam kelompok relawan akhirnya harus menunggu

kesempatan berikutnya yang memerlukan waktu cukup lama dan belum

tentu ada lagi. Dalam wawancara dengan salah satu anggota masyarakat,

ada kecenderungan menyangsikan kemauan baik dari para pengurus LKM

dan menganggap bahwa bantuan-bantuan maupun pelatihan-pelatihan

yang diprogramkan lebih cenderung diberikan kesempatan kepada para

relawan saja, sementara yang tidak masuk sebagai relawan kurang

mengetahui adanya bantuan dan program pelatihan. Bahkan ada sebagian

masyarakat yang mengatakan tidak diberitahu kalau ada bantuan dan

pelatihan, oleh karena itu masyarakat lebih memilih jika ada bantuan

langsung saja diarahkan kepada masyarakat yang menjadi sasaran

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

106

program, tidak lagi melalui kelompok-kelompok atau lembaga-lembaga

lokal yang dibentuk.

Sulitnya menumbuhkan kepercayaan di masyarakat, ketika dilepas

untuk mandiri dalam merancang kegiatan serta melaksanakan sendiri

kegiatannya terkadang masih mengikuti kepentingan pribadi atau

kelompok didalamnya. Peran aparat pelaksana menjadi pertaruhan dalam

konteks ini, sebab aparat pelaksana sangat diharapkan dalam mengawasi

proses pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Hal ini

disebabkan pengurus LKM maupun KSM yang telah berkali-kali

mendapatkan kesempatan dan bantuan untuk mengikuti pelatihan

ketrampilan dari program lain, sehingga masyarakat yang tidak terlibat

dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan akan mengalami kesulitan

dalam mengakses informasi maupun kesempatan yang ditawarkan.

Masalah ini dapat dikatakan sebagai masalah yang klasik dalam setiap

program pemberdayaan, seperti sering terjadinya salah sasaran dalam

pemberian bantuan. Apabila hal ini kurang mendapatkan perhatian, maka

akan dapat mengurangi rasa kepercayaan masyarakat kepada anggota

LKM dan tujuan pemberdayaan mengalami ketidakberhasilan. Disamping

itu, partisipasi masyarakat merupakan komponen yang sangat penting

dalam pembangkitan kemandirian dan proses pemberdayaan. Masyarakat

harus teribat dalam proses tersebut, sehingga mereka dapat lebih

memperhatikan hidupnya untuk memperoleh rasa percaya diri, memiliki

harga diri dan pengetahuan untuk mengembangkan keahlian baru.

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

107

2) Pengembangan Ekonomi (Economic Development)

Pengembangan ekonomi yang dimaksudkan adalah upaya-upaya ke

arah peningkatan kapasitas dan ketrampilan masyarakat miskin dan atau

pengangguran melalui upaya pengembangan peluang usaha dan akses ke

sumber daya untuk peningkatan pendapatan dengan tetap memperhatikan

dampak lingkungan fisik dan sosial. Program pengembangan ekonomi

yang diuraikan dalam PNPM Mandiri Perkotaan diwujudkan dengan

kegiatan pinjaman bergulir, yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro

kepada masyarakat miskin di wilayah kelurahan. Pelaksanaan kegiatan

pinjaman bergulir bertujuan untuk menyediakan akses layanan keuangan

kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk

memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat dan membelajarkan mereka

dalam hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar.

Pengelolaan dana bergulir dilakukan pada tingkat UPK (Unit

Pengelola Keuangan atau LKM penerima bantuan. Pengelolaan dana

bergulir ini dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan pinjaman

yang berorientasi pada masyarakat miskin, yaitu tidak semata-mata

berorientasi pada pemupukan dana, tetapi juga harus mempertimbangkan

aspek pelayanan dan kemanfaatan bagi masyarakat miskin. Indikator

tercapainya sasaran pinjaman bergilir adalah peminjam berasal dari rumah

tangga yang telah diidentifikasi dalam PJM Pronangkis dan telah masuk

dalam daftar pemetaan swadaya. Minimal 30% peminjam adalah

perempuan dari rumah tangga miskin yang telah tergabung dalam

Kelompok Swadaya Masyarakat dengan jumlah anggota 5 orang. Akses

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

108

pinjaman bagi KSM peminjam yang kinerja pengembaliannya baik,

terjamin keberlanjutannya, baik melalui dana BLM (Bantuan Langsung

Masyarakat) maupun melalui dana hasil chanelling dengan kebijakan

pinjaman yang lain.

Dana pinjaman bergulir di Kota Pontianak berasal dari sharing

pendanaan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat, yang

besaran jumlah dana bantuannya tergantung pada kondisi fiscal

pemerintah kota. Kota Pontianak termasuk wilayah dengan kapasitras

fiscal menengah, sehingga bantuan BLM sebagai dana pendamping dalam

PNPM Mandiri Perkotaan sebesar 50%. Dana bergulir ini hanya diberikan

kepada masing-masing anggota masyarakat miskin yang mempunyai

usaha mikro. Jumlah dana bergulir yang dapat diterima setiap anggota

KSM sebesar Rp 500 000. Dana ini kemudian digulirkan secara terus

menerus dan diangsur pembayarannya setiap bulan.

Implementasi program pinjaman dana bergulir merupakan salah satu

bentuk interpretasi program pengembangan ekonomi dari PNPM Mandiri

Perkotaan yang menggunakan pendanaan bergulir sebagai jalan keluar

untuk memberdayakan masyarakat miskin. Hal ini sesuai yang

diamanahkan oleh Peraturan Presiden No 15 tahun 2010, bahwa strategi

penanggulangan kemiskinan antara lain adalah :

1) Mengurangi beban pengeluaran masyarakat

2) Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin

3) Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil

(UMK)

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

109

4) Membentuk sinergi kebijakan dan program penanggulangan

kemiskinan.

Untuk itu dalam melaksanakan program pemberdayaan ini yang

diperlukan adalah partisipasi dan komitmen masyarakat miskin sebagai

sasaran program. Partisipasi aktif masyarakat ke dalam efektifitas, efisiensi

dan sikap kemandirian merupakan strategi pemberdayaan yang

dilaksanakan melalui kegiatan kerja sama dengan para relawan, seperti

organisasi-organisasi kemasyarakatan. Dengan demikian yang diperlukan

adalah kemampuan masyarakat untuk memenuhi beberapa tahapan yang

disarankan dalam pencapaian tujuan program ini, yaitu :

1) Identifikasi kebutuhan

2) Identifikasi pilihan atau strategi

3) Keputusan atau pilihan tindakan

4) Mobilisasi sumber-sumber

5) Tindakan itu sendiri

Langkah-langkah diatas merupakan beberapa hal yang harus dilakukan

dalam proses pemberdayaan masyarakat secara mandiri, seperti halnya

dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan. Pemberdayaan

memerlukan partisipasi aktif masyarakat dalam setiap langkah diatas

secara menyeluruh dengan intervensi minimal pihak luar. Biasanya bagi

mereka yang paling membutuhkan dan belum dapat menyiapkan diri

terhadap kebutuhan mereka lebih memiliki sedikit ilmu pengetahuan,

ketrampilan, uang atau kekuatan fisik. Kondisi ini mendorong intervensi

dari luar menjadi berlebihan. Seperti yang diungkapkan oleh Kotze (dalam

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

110

Hikmat, 2010 : 6), bahwa masyarakat miskin memiliki kemampuan yang

relatif baik untuk memperoleh sumber melalui kesempatan yang ada.

Upaya pemberdayaan yang dilakukan melalui kegiatan pinjaman dana

bergulir kepada KSM dapat dianggap sebagai jalan keluar untuk

membantu kelompok miskin apabila KSM tersebut mampu mengelola

pendanaannya dan membina anggotanya untuk disiplin dalam

pengembalian dana pinjaman tersebut. Sampai tahun 2011 tingkat

pengembalian pinjaman dana bergulir di Kota Pontianak adalah 22

kelurahan > 90% dan 4 kelurahan < 90% dari total jumlah KSM 4889

yang ada ( laki laki berjumlah 1676 dan perempuan berjumlah 3213

KSM). Hal ini dapat dikatakan bahwa pengembalian pinjaman dana

bergulir yang ada pada PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Pontianak dapat

dikatakan cukup berhasil. Namun demikian kegiatan ini belum mampu

menyentuh masyarakat yang paling rentan terhadap kemiskinan. Hal ini

disebabkan yang berhak mendapatkan bantuan ini hanya masyarakat yang

mempunyai usaha yang sifatnya mikro.

Bagi masyarakat miskin yang pekerjaannya berkaitan dengan bidang

jasa tidak bisa mengakses bantuan ini, karena mereka tidak mampu

menunjukkan tempat usaha yang dapat dijadikan rujukan dalam menilai

kesahian pemberian bantuan dana kepada kelompok miskin ini, seperti

tukang becak, buruh, pemulung, dan sebagainya. Pada hal kelompok

masyarakat ini sangat memerlukan dana segar untuk membantu

keluarganya. Apalagi pada kondisi-kondisi tertentu yang membuat

kelompok masyarakat ini mengalami poverty rackets (roda penggerak

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

111

kemiskinan) yang menyebabkan mereka masuk ke lembah yang curam

dalam kemiskinan.

PNPM Mandiri Perkotaan mencari jalan keluar dan memiliki konsep

bagaimana mekanisme pemberian pinjaman dana bergulir kepada

masyarakat yang tidak memiliki usaha mikro, yang penting mereka

memiliki pekerjaan yang memungkinkan mereka dapat mengangsur

pinjamannya. Hal ini disebabkan kesulitan terbesar masyarakat miskin

adalah memiliki dana segar yang dapat dipakai tanpa harus ada agunan.

Kepercayaan masyarakat yang menjadi dasar modalitas dalam pemberian

pinjaman dana bergulir, sehingga hal ini harus menjadi bagian dari

pembelajaran semua pihak menuju kemandirian dan keberdayaan.

3) Perlindungan Lingkungan (Enviromental Protection)

Dalam menentukan dan melaksanakan kegiatan dalam PNPM Mandiri

Perkotaan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak, terutama

kepentingan masyarakat miskin harus berorientasi pada upaya

perlindungan atau pemeliharaan lingkungan. Lingkungan yang

dimaksudkan disini adalah lingkungan alami maupun lingkungan buatan,

termasuk lingkungan perumahan permukiman yang harus layak,

terjangkau, sehat, aman, teratur, serasi dan produktif, yang termasuk

didalamnya penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan yang

kondusif dalam membangun solidaritas sosial dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakatnya.

Kegiatan yang berorientasi kepada perlindungan lingkungan yang

tertuang dalam Program Jangka Menengah (PJM) Pronangkis dibentuk

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

112

oleh LKM lebih terfokus pada kegiatan pembangunan sarana dan

prasarana dasar perumahan dan permukiman baik untuk kepentingan

masyarakat umum maupun kepentingan warga miskin seperti perumahan

kumuh. Dalam PJM Pronangkis Kota Pontianak, kegiatan yang berkaitan

dengan sarana dan prasarana antara lain adalah kegiatan perbaikan jalan

lingkungan (jalan perkerasan, jalan rabat beton, tembok penahan

tanah/barau), peningkatan kualitas drainase (pembuatan saluran air hujan

terbuka), pembuatan jembatan (Jembatan beton dan gorong-gorong),

pembangunan/ perbaikan rumah tidak layak huni, pembuatan penampung

air hujan, pembuatan penerangan jalan umum, pembangunan sarana

kesehatan (bangunan Posyandu).

Program infrastruktur tersebut diatas sangat membantu perbaikan lingkungan

fisik dan sosial masyarakat kelurahan setempat. Perbaikan jalan-jalan lingkungan

dengan menggunakan semen atau yang disebut semenisasi lingkungan sangat

dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat apalagi kalau musim hujan. Dana

yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah dana sharing antara

pemerintah kota Pontianak dengan masyarakat setempat. Dalam kegiatan ini,

peran RT (Rukun Tetangga) sangat diperlukan, yakni dalam mendorong warganya

untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Bentuk partisipasi masyarakat dalam

kegiatan ini antara lain adalah adanya iuran masing-masing warga yang sifatnya

wajib dan sukarela. Iuran wajib adalah iuran yang jumlahnya sama antara warga

yang satu dengan warga yang lainnya, sedangkan iuran sukarela sangat tergantung

pada kemampuan warga.

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

113

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di

Kota Pontianak tahun anggaran 2011 melakukan kegiatan rehabilitasi rumah tidak

layak huni kepada 20 warga di Pontianak Selatan. Dana yang dikucurkan

pemerintah pusat melalui APBN ini mencapai 20 milliar rupiah. Setiap rumah

yang direhab mendapatkan dana sebesar Rp 11 juta. Dari total yang didapat oleh

warga tersebut diantaranya Rp 750 000 untuk upah tukang dan sisanya digunakan

untuk membeli bahan bangunan. Bantuan tersebut dapat dimanfaatkan

semaksimal mungkin sehingga warga dapat menyelesaikannya tepat waktu.

Karena dengan kerja sama yang baik antara warga dengan pemerintah akan

mendukung PNPM Mandiri Perkotaan berikutnya.

Dengan kerja sama yang baik ini pemerintah dapat kembali memberikan

kepercayaan kepada masyarakat, karena masih ada sebagian warga yang

rumahnya tidak layak huni dan perlu mendapatkan bantuan. Warga yang

mendapatkan bantuan rehab rumah tidak layak huni mengatakan sangat senang

dengan adanya kegiatan ini, karena kegiatan rehab rumah ini dapat membantu

warga yang kondisi rumahnya memang sudah tidak layak huni. Yang diperlukan

adalah adanya pengawasan dari pihak pemerintah terhadap pelaksanaan kegiatan

tersebut dari segi ketepatan waktu penyelesaian rehab rumah tidak layak huni

tersebut.

Peran lurah dalam mengawasi program- program yang telah dicanangkan oleh

Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) antara lain adalah apakah sudah

sesuai dengan perencanaan awal ketika diadakan rembug warga maupun diadakan

pemetaan swadaya. Pada tahapan pemetaan swadaya sebenarnya sudah ditentukan

mana perumahan warga miskin yang layak mendapat bantuan rehabilitasi rumah

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

114

tidak layak huni. Kendatipun sudah ditentukan rumah warga yang akan

direhabilitasi, namun dalam implementasinya ternyata masih mengalami

perbedaan pandangan tentang kriteria rumah yang mendapat bantuan rehabilitasi

rumah tidak layak huni.

Untuk itu diperlukan diskresi lurah sebagai penanggung jawab kegiatan ini,

agar tidak menimbulkan kekecewaan pada warga yng tidak mendapatkan

kesempatan rehabilitasi rumahnya. Peran lurah diisini tidak hanya sebagai kepala

kelurahan, tetapi dapat juga sebagai tokoh masyarakat dengan posisi penengah,

yang dapat mengambil keputusan tentang rumah penduduk mana yang layak

untuk mendapatkan bantuan rehabilitasi rumah tidak layak huni di Kota Pontianak

agar tidak menambah kekecewaan masyarakat atas keputusan LKM ataupun KSM

sebagai implementor program ini.

Dalam implementasi program ini juga melibatkan peran masyarakat, tidak

hanya sebagai pemanfaat dana dari pemerintah, tetapi masyarakat juga turut

memberi kontribusi pada program-program yang dijalankan. Kontribusinya adalah

dengan melibatkan diri secara sukarela baik berupa ide, masukan, dukungan

moril, waktu serta dalam bentuk penyediaan tenaga fisik maupun material untuk

membantu pelaksanaan program yang sedang dilaksanakan. Kontribusi semacam

ini secara material nilainya cukup tinggi, sebab keterlibatan mereka dalam

program tidak dibayar. Sedangkan yang dibayar adalah mereka yang benar-benar

tenaga profesional yang bukan penduduk/warga setempat.

Sikap berswadaya yang merupakan nilai-nilai yang telah lama dimiliki oleh

masyarakat, kemudian ditumbuhkan kembali pada PNPM Mandiri Perkotaan

dapat dipupuk terus menerus sebelum mengalami degradasi lingkungan eksternal

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

115

yang secara perlahan menuntut masyarakat untuk semakin individualistik dan

berpotensi mengabaikan lingkungan sekitarnya. Tetapi karena kesibukan sebagian

besar masyarakat kota Pontianak dalam kesehariannya, tidak jarang mereka

kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan lingkungan ini.

Bentuk pembangunan lingkungan yang ada pada PNPM Mandiri Perkotaan di

Kota Pontianak yang lain adalah penyediaan sarana dan prasarana yang memang

menjadi tanggung jawab pemerintah setempat. Pembangunan sarana dan

prasarana yang berkaitan dengan lingkungan adalah pembangunan tempat

pembuangan sampah sementara. Karena masalah persampahan menjadi tanggung

jawab pemerintah dan masyarakat, maka pembangunan sarana ini sangat

diperlukan. Tanggung jawab masyarakat adalah pengelolaan sampah rumah

tangga sampai kepada TPS (Tempat Pembuangan Sementara), sehingga yang

diperlukan disini adalah sinergi antara pemerintah dengan masyarakat dalam

pengelolaan sampah tersebut. Masyarakat harus disiplin dalam hal jadwal

pembuangan sampah rumah tangga dan pemerintah harus menyediakan sarananya

dan TPSnya.

4.2.3. Aplikasi PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Pontianak

Aplikasi adalah penerapan atau pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang

bersifat dinamis karena berhubungan dengan kegiatan atau kebijakan lainnya.

PNPM Mandiri Perkotaan merupakan sebuah program pemerintah untuk

membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam

menanggulangi kemiskinan secara mandiri. Program ini diharapkan bisa

menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa institusi/kelembagaan

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

116

masyarakat yang representatif, mengakar, dan menguat bagi perkembangan

modal sosial (socisl capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan

kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli

setempat.

Dalam pelaksanaan program ini diawali dengan pembentukan Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kota Pontianak yang

ditetapkan dengan keputusan walikota. Tim ini akan berkoordinasi dengan

instansi lain dalam penyiapan, perumusan dan penyelenggaraan kebijakan

penanggulangan kemiskinan. Untuk itu TKPK bertugas merumuskan

kebijakan makro dan mikro dengan mengikutsertakan berbagai stakeholder

yang meliputi instansi pemerintah, organisasi non pemerintah, dunia usaha,

organisasi profesi dari segenap unsur masyarakat di wilayah Kota Pontianak.

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Pontianak mempunyai

tugas sebagai berikut :

1) Mengkoordinasikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan

2) Mengkoordinasikan pengendalian pelaksanaan penanggulangan

kemiskinan di Kota Pontianak.

Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Kota Pontianak berada di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Walikota Pontianak. Sebagai ketua tim

adalah wakil walikota, yang didampingi wakil ketuanya Sekretaris Daerah

Kota Pontianak dan sekretaris Kepala Bappeda Kota Pontianak, yang

membawahi beberapa kelompok kerja (Pokja) : Pokja Pendataan dan Sistem

informasi, Pokja Pengembangan Kemitraan, Pokja Pengaduan Masyarakat.

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

117

Sementara itu juga ada beberapa kelompok program penanggulangan

kemiskinan yang masing-masing ketua timnya bertanggung jawab langsung

kepada Ketua TKPK Kota Pontianak, yaitu :

1) Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga

2) Kelompok Program Penanggulangan kemiskinan Berbasis Pemberdayaan

Masyarakat

3) Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan

Usaha Ekonomi Mikro dan kecil.

Untuk mengaplikasikan program-program tersebut di atas, maka ada

beberapa langkah dalam penyusunan strategi penanggulangan kemiskinan di

Kota Pontianak. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 4.3Langkah-Langkah Penyusunan

Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Sumber : Bappeda Kota Pontianak, 2011

Langkah-langkah tersebut diatas menunjukkan bahwa implementasi

sebuah kebijakan publik tidak hanya menyangkut operasionalisasi kebijakan

publik ke dalam mekanisme birokratis, tetapi juga terkait dengan tujuan

Penetapan

SPKD

Penyusunan Mekanisme

Pelaksanaan

Penyusunan

Rencana Monev

Perumusan

Strategi

Penyusunan

Pronangkis

Pengesahan

APBD Kota

Penyusunan

Anggaran

Integrasi

Renbang Kota

Persiapan

Pengkajian

Masalah

Perumusan

Kebutuhan

Pengkajian

Potensi

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

118

kebijakan tersebut agar dapat diterima, dipahami dan didukung oleh kelompok

sasaran. Implementasi kebijakan juga perlu memperhatikan berbagai jaringan

kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang berpengaruh pada perilaku semua

pihak yang terlibat. PNPM Mandiri Perkotaan yang merupakan salah satu

kebijakan penanggulangan kemiskinan, implementasinya tidak hanya bersifat

linear dan mekanistik yang patuh kepada rangkaian mekanisme birokratis.

Keberhasilan implementasi program ini lebih banyak ditentukan melalui

proses negosiasi, ataupun lobi untuk menghasilkan kompromi. Kapasitas

lembaga pelaksana juga tetap diperlukan untuk mengelola berbagai

kepentingan yang terlibat.

Proses negosiasi dalam implementasi PNPM Mandiri perkotaan dilakukan

melalui proses tawar menawar dengan jalan berunding untuk memberi dan

menerima guna mencapai kesepakatan bersama antara sasaran program

dengan implementor. Hal ini nampak dari hasil wawancara bahwa dalam

menetapkan kegiatan-kegiatan yang ada dalam mengaplikasikan kebijakan ini

berdasarkan skala prioritas, baik dalam menentukan KSM mana yang harus

mendapatkan Bantuan Langsung Masyarakat ataupun dalam menentukan jenis

kegiatan mana yang harus didahulukan. Semua ini disebabkan oleh

keterbatasan dana dan banyaknya KSM yang menginginkan bantuan tersebut.

Tuntutan untuk melakukan negosiasi biasanya muncul ketika seseorang

atau suatu kelompok tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan atau kepentingannya , sehingga dibutuhkan tambahan

atau bantuan dari pihak lain. Negosiasi mempunyai sejumlah karakteristik

utama, antara lain :

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

119

1) Senantiasa melibatkan orang, baik sebagai individual, kelompok maupun

organisasi

2) Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu, baik bargain maupun barter

3) Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal dimasa depan atau sesuatu yang

belum terjadi

4) Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua

belah pihak

Negosiasi merupakan cara yang paling efektif untuk mengatasi dan

menyelesaikan perbedaan kepentingan. Dengan mengembangkan kemampuan

negosiasi, setiap pihak bisa mendapatkan apa yang dibutuhkannya.

Berdasarkan wawancara kepada beberapa KSM yang ada di Kota Pontianak,

proses negosiasi dilakukan untuk menetapkan jenis kegiatan yang akan

dilakukan dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan, berdasarkan nilai-

nilai dan keyakinan masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan. Negosiasi

dilakukan pada waktu penyusunan perencanaan pembangunan daerah atau apa

yang disebut sebagai Musrenbang.

Musrenbang adalah forum perencanaan publik (program) yang

diselenggarakan oleh lembaga publik yaitu pemerintah desa/kelurahan,

kecamatan, pemerintah kota/kabupaten bekerja sama dengan warga dan para

pemangku kepentingan. Penyelenggaraan musrenbang merupakan salah satu

tugas pemerintah untuk menyelenggarakan urusan pemerintah, pembangunan

dan kemasyarakatan. Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah

satu saja dari komponen tata pemerintahan (pemerintah, masyarakat dan

swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu musrenbang juga merupakan

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

120

forum pendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari tata pemerintahan dan

pembangunan.

Dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan, musrenbang mempunyai

peran penting dalam mendorong masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam program tersebut. Dengan

adanya musrenbang, akan mendorong otonomi dalam upaya pembangunan

dan peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih cepat terwujud

melalui pemberian kewenangan kepada kelurahan untuk menyusun program

yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakatnya. Hal ini tidak akan

terjadi bila pembangunan masih ditentukan dan dirancang secara sentralistik.

Musrenbang sebagai salah satu tugas dan kewenangan desa/kelurahan selaku

unit otonom seperti yang diamanahkan oleh Undang Undang No 32 tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah.

Musrenbang kelurahan bagi organisasi kelurahan adalah bagian dari

mekanisme perencanaan pembangunan di daerah untuk merumuskan kegiatan-

kegiatan pembangunan terutama yang menjadi kewenangannya. Hasil

musrenbang kelurahan akan digunakan untuk menyusun Rencana Kerja

Kelurahan dan merumuskan prioritas permasalahan dan indikasi kegiatan yang

merupakan kewenangan pemerintah daerah untuk diajukan ke musrenbang

kecamatan. Selain itu musrenbang kelurahan dapat menjadi sarana bagi

pemerintah kelurahan dan masyarakat untuk merumuskan kegiatan

pembangunan swadaya masyarakat kelurahan maupun kegiatan yang

diusulkan untuk diajukan dibeayai melalui pos bantuan APBD.

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

121

Sebagai bagian dari tatanan pemerintahan yang demokratis, musrenbang

kelurahan lebih memungkinkan untuk melibatkan warga seluas-luasnya.

Musrenbang adalah perencanaan-penganggaran partisipastif, dimana

penyusunan rencana kerja kelurahan membutuhkan sumber anggaran dan

sumber daya lainnya. Perencanaan-penganggaran yang berpihak kepada

kelompok miskin menetapkan kelompok miskin sebagai sasaran kegiatan dan

penerima manfaat program. Dengan bergulirnya otonomi daerah, kelurahan

berkewajiban mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih. Hal ini

hanya dapat terjadi apabila tiga pilar tata pemerintahan, menjalankan peran

dan fungsinya masing-masing. Ketiga pilar itu adalah : pemerintah kelurahan,

warga masyarakat dan kalangan swasta.

Apabila salah satu pilar dari tata pemerintahan itu timpang, maka akan

sulit tercapai tata pemerintahan yang baik. Masyarakat perlu bersikap

mengoreksi jalannya pemerintahan kelurahan, sebaliknya pemerintahan

kelurahan menerima masukan dari masyarakat sebagai bagian dari

keterbukaan. Sedangkan kalangan swasta berkontribusi terhadap peningkatan

ekonomi lokal dengan membuka peluang kerja, menjalankan kewajiban

seperti memperhatikan kelestarian lingkungan atau menjalankan tanggung

jawab sosial lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa proses implementasi

PNPM Mandiri Perkotaan yang terdiri dari tiga tahapan (pengorganisasian,

interpretasi dan aplikasi) merupakan proses yang dinamis. Keberhasilan

implementasi program ini memerlukan pendekatan top-down dan bottom-up

sekaligus. Dengan pendekatan top-down, implementasi PNPM Mandiri

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

122

Perkotaan berfokus pada ketersediaan unit pelaksana (birokrasi), standart

poelaksana, kewenangan, koordinasi dan lain-lain. Sedangkan dengan

pendekatan bottom-up lebih menekankan pada strategi-strategi yang

digunakan oleh pelaksana saat menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.

4.3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Implementasi PNPM Mandiri

Perkotaan di Kota Pontianak Kurang Berhasil Dalam Mencapai

Tujuan

Dalam implementasi kebijakan publik, paling tidak ada 3 unsur yang multak

harus ada, yaitu : unsur pelaksana (implementor), adanya program yang akan

dilaksanakan dan kelompok sasaran (target group). Ketiga unsur tersebut saling

berkaitan dan berinteraksi antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya.

Unsur pelaksana adalah pihak-pihak yang mempunyai kewajiban untuk

melaksanakan kebijakan publik, yang disebut sebagai implementing organization,

yaitu birokrasi pemerintah yang mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan

kebijakan publik. Dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan, terdapat 3 pilar

untuk menjalankan fungsi dan perannya dalam mewujudkan clean and good

governance, yaitu pemerintah kelurahan (government), warga masyarakat (citizen)

dan kalangan usaha/swasta (private sector). Berdasarkan otoritas dan kapasitas

yang dimiliki, implementor melakukan berbagai tindakan mulai dari penentuan

tujuan dan sasaran, analisis serta perumusan kebijakan dan strategi organisasi,

pengambilan keputusan, perencanaan, penyusunan program, pengorganisasian,

penggerakan manusia, pelaksanaan kegiatan operasional, pengawasan dan

penilaian.

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

123

Unsur kedua dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan adalah adanya

program yang dilaksanakan lebih bersifat operasional, yaitu program-program

yang isinya dapat dipahami dengan mudah dan dapat dilaksanakan oleh pelaksana.

Program tersebut terdiri dari 3 ruang lingkup, yaitu bidang ekonomi, sosial dan

lingkungan. Ada beberapa kegiatan dalam masing-masing ruang lingkup program.

Di bidang ekonomi, jenis kegiatannya antara lain usaha ekonomi produktif,

pengembangan modal ekonomi keluarga yang bermanfaat langsung bagi

peningkatan pendapatan keluarga miskin, usaha kelompok dan usaha baru bagi

warga miskin yang tidak memiliki ijasah. Di bidang sosial, jenis kegiatannya

antara lain pelatihan KSM untuk pengembangan kapasitas/penguatan organisasi,

penyiapan dan penciptaan peluang usaha melalui pelatihan dan praktek

ketrampilan usaha bagi warga miskin yang belum produktif dan program sosial

yang sifatnya bantuan yang diupayakan berkelanjutan seperti program

peningkatan gizi, program penuntasan wajib belajar 9 tahun dan lain lain.

Sedangkan di bidang lingkungan, jenis kegiatannya antara lain pembangunan

infrastruktur yang langsung berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah,

pembangunan sarana dan prasarana perumahan dan pemukiman bagi kepentingan

masyarakat miskin maupun kepentingan masyarakat umum (rumah kumuh,

sanitasi air bersih, jalan setapak drainase, pengelolaan sampah, taman hijau dan

lain-lain), dan pengelolaan kegiatan bergulir peningkatan kualitas sarana dan

prasarana perumahan dan permukiman.

Unsur ketiga dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan adalah target

group (kelompok sasaran) yaitu sekelompok orang atau organisasi dalam

masyarakat yang akan menerima barang dan jasa atau yang akan dipengaruhi

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

124

perilakunya oleh kebijakan. Mereka diharapkan dapat menerima dan

menyesuaikan diri terhadap pola-pola interaksi yang ditentukan oleh

kebijakan/program. Kelompok sasaran PNPM Mandiri Perkotaan di Kota

Pontianak terdiri dari 4 kelompok, yaitu :

1) Kelompok sasaran individu atau rumah tangga (klaster I)

2) Kelompok sasaran komunitas (klaster II)

3) Kelompok sasaran usaha mikro dan kecil (klaster III)

4) Kelompok sasaran untuk program-program Pro rakyat (klaster IV)

Ketiga komponen tersebut di atas saling berkaitan antara komponen yang satu

dengan komponen yang lainnya dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan.

Dengan demikian keberhasilan implementasi program ini juga akan dipengaruhi

oleh ketiga komponen tersebut. Selain itu Smith menambahkan satu komponen

lagi dalam implementasi kebijakan publik, yaitu faktor lingkungan (fisik, sosial,

budaya dan politik). Menurut Smith (dalam Tachjan, 2006 : 37) dalam proses

implementasi ada empat variabel yang perlu diperhatikan. Keempat variabel

tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan yang saling

mempengaruhi dan berinteraksi secara timbal balik. Pola-pola interaksi dari

keempat variabel dalam implementasi kebijakan memunculkan ketidaksesuaian,

ketegangan dan tekanan-tekanan.

Keempat variabel dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan tersebut

adalah :

1) Program yang diidealkan, yakni pola-pola interaksi ideal yang telah

didefinisikan dalam kebijakan yang berusaha untuk diinduksikan.

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

125

2) Kelompok sasaran, yaitu orang-orang yang paling langsung dipengaruhi

oleh kebijakan dan yang harus mengadopsi pola-pola interaksi

sebagaimana yang diharapkan oleh perumus kebijakan.

3) Organisasi pelaksana, yaitu badan-badan pelaksana atau unit-unit birokrasi

pemerintahyang bertanggung jawab dalam implementasi kebijakan.

4) Faktor lingkungan, yaitu unsur-unsur dalam lingkungan yang

mempengaruhi atau dipengaruhi oleh implementasi kebijakan, seperti

aspek budaya, sosial, ekonomi dan politik.

Di bawah ini akan diuraikan keempat faktor yang menyebabkan implementasi

PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Pontianak kurang berhasil dalam mencapai

tujuannya.

4.3.1. Program yang Diidealkan

Jenis kegiatan yang ada dalam PNPM Mandiri Perkotaan dalam bentuk

bantuan untuk masyarakat Kota Pontianak diwujudkan dalam bentuk bantuan

pendampingan dan bantuan dana.

1) Bantuan pendampingan, diwujudkan dalam bentuk penugasan konsultan

dan fasilitator beserta dukungan dana operasional untuk mendampingi dan

memberdayakan masyarakat agar mampu merencanakan dan

melaksanakan program masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di

kelurahan masing-masing.

2) Bantuan dana, diberikan dalam bentuk dana BLM (Bantuan Langsung

Masyarakat) yang bersifat stimulan dan sengaja disediakan untuk memberi

kesempatan kepada masyarakat untuk berlatih dengan mencoba

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

126

melaksanakan sebagian rencana kegiatan penanggulangan kemiskinan

yang telah direncanakan.

Proses pendampingan dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan

belum dapat menghasilkan masyarakat yang peduli dengan kemiskinan dan

pelestarian lingkungan serta belum mampu mengaktualisasikan dirinya

sebagai bagian dari upaya penanggulangan kemiskinan di Kota Pontianak.

Disamping itu, LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) yang sudah

terbentuk belum dapat sepenuhnya dipercaya, aspiratif representative dan

akuntabel. PJM Pronangkis belum tersusun sebagai wadah untuk mewujudkan

sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan

sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dan relawan masyarakat

sebagai penggerak proses pembangunan partisipatif di wilayahnya. Bantuan

Pendampingan dalam program ini belum dapat menghasilkan kegiatan dan

forum pemantauan partisipatif untuk memastikan pelaksanaan kegiatan

penanggulangan kemiskinan berdasarkan PJM Pronangkis dan forum LKM di

tingkat kecamatan dan kota untuk mendukung harmonisasi berbagai program.

Untuk bantuan dana yang diberikan dalam bentuk BLM, besarnya alokasi

dana ditentukan berdasarkan jumlah penduduk di setiap kelurahan. Jika

ukuran penduduk kelurahan kurang lebih 3000 jiwa, bantuan dana yang

diberikan sebesar 200 juta rupiah, sedangkan untuk ukuran penduduk antara

3000 sampai dengan 10 000 jiwa bantuan dana yang diberikan adalah 300 juta

rupiah. Sedangkan untuk jumlah penduduk diatas 10 000 jiwa diberikan dana

bantuan sebanyak 500 juta rupiah. Dana BLM ini adalah dana publik yang

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

127

disalurkan sebagai wakaf tunai kepada seluruh warga kelurahan dengan

peruntukannya diprioritaskan kepada warga miskin.

Dalam pencairan dana BLM disalurkan langsung kepada LKM yang

dilakukan melalui 3 tahap, sebagai berikut :

1) Disalurkan 20% setelah terbentuk LKM (Lembaga Swadaya Masyarakat),

dengan menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB).

Penandatanganan perjanjian harus dilampiri dengan dokumen PJM

Pronangkis yang telah disetujui oleh masyarkat dan telah diverivikasi oleh

pihak KMW dan korkot kepada PJOK serta dokumen lain yang berkaitan

dengan pencairan dana.

2) Disalurkan sebanyak 50% dengan syarat dana pada tahap pertama yang

telah disalurkan kepada KSM telah dimanfaatkan dan

dipertanggungjawabkan secara teknis dan administratif minimal 50%

serta kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan sudah diperiksa dan

ditandatangani oleh tim fasilitator dan diverivikasi oleh korkot, termasuk

administrasi keuangan telah diverivikasi oleh KMW dengan hasil yang

baik.

3) Tahap terakhir disalurkan dana 30% dengan syarat sebagaimana syarat

pada tahap kedua.

Dengan adanya bantuan pendampingan dan bantuan dana dalam

implementasi PNPM Mandiri Perkotaan , maka pemanfaatan dana BLM telah

digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang langsung dimanfaatkan oleh

masyarakat miskin, dan dilarang dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak

berkaitan langsung dengan upaya penanggulangan kemiskinan, menimbulkan

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

128

dampak sosial dan kerusakan lingkungan, berorientasi kepada kepentingan

individu atau kelompok tertentu dan bertentangan dengan norma-norma,

hukum serta peraturan yang berlaku

Karena PNPM Mandiri Perkotaan ini bersifat pemberdayaan dan

bekelanjutan, maka setiap kegiatan yang ada dalam PNPM Mandiri Perkotaan

diperlukan adanya partisipasi masyarakat. Pemberdayaan dan partisipasi

merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka meningkatkan

ekonomi, sosial dan transformasi budaya (Hikmat, 2010 : 4). Proses ini pada

akhirnya akan menciptakan pembangunan yang berpusat pada rakyat sebagai

sasaran dan sekaligus pelaku program. Strategi dalam pelaksanaan program

meletakkan partisipasi masyarakat sebagai isu sentral dalam pelaksanaan

PNPM Mandiri Perkotaan ke dalam efektifitas, efisiensi dan sikap

kemandirian. Pemberdayaan dilaksanakan melalui kegiatan kerja sama dengan

para relawan yang bersumber bukan dari pemerintah, tetapi dari masyarakat,

seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM). Partisipasi masyarakat melalui

organisasi kemasyarakatan merupakan kunci partisipasi efektif untuk

mengatasi masalah kemiskinan. Dengan cara ini masyarakat kecil (kelompok

grassroot) dapat memperoleh keadilan, hak asasi manusia dan demokrasi.

Partisipasi masyarakat Kota Pontianak dalam implementasi PNPM

Mandiri Perkotaan diawali dengan keterlibatannya masyarakat dalam

musrenbang kelurahan. Musrenbang kelurahan merupakan bagian dari

mekanisme perencanaan pembangunan untuk merumuskan kegiatan-kegiatan

pembangunan terutama yang menjadi kewenangan pemerintah kelurahan.

Hasil musrenbang kecamatan digunakan untuk menyusun rencana kerja

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

129

kelurahan dan merumuskan prioritas permasalahan untuk diajukan ke

musrenbang kecamatan. Selain itu musrenbang kelurahan dapat menjadi

sarana bagi pemerintah kelurahan dengan masyarakat untuk merumuskan

kegiatan swadaya masyarakat kelurahan maupun kegiatan yang dibeayai

APBD.

Sebagai bagian dari tatanan pemerintahan kelurahan yang demokratis,

musrenbang kelurahan lebih memungkinkan untuk melibatkan masyarakat

seluas-luasnya dari pada musrenbang di tingkat kecamatan dan kota. Dalam

musrenbang, perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang tidak

terpisahkan. Penyusunann rencana kerja kelurahan membutuhkan sumber

anggaran, sebab jika tidak tersedia anggaran atau sumber daya lainnya maka

rencana kerja tersebut hanya akan menjadi dokumen kertas saja. Dokumen

perencanaan dan dokumen anggaran merupakan dua sisi mata uang yang

diperlukan sebagai acuan pemerintah kelurahan untuk menjalankan kegiatan

pembangunan bagi kemajuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Untuk itu perlu dikembangkan konsep perencanaan – penganggaran

partisipatif (participatory planning and budgeting) yang berpihak kepada

kelompok miskin (pro poor) dan perempuan (pro gender). Konsep ini sebagai

kritik bahwa kelompok miskin dan perempuan sering diwakili oleh kelompok

elit dan laki-laki. Budaya masyarakat menyebabkan perempuan seringkali

tidak berperan di sektor public dan urusan pembangunan dianggap sebagai

‘urusan laki-laki’. Peminggiran ini harus diubah dan mereka seharusnya hadir,

ikut bermusyawarah dan juga ikut menerima manfaat langsung dari Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan ini.

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

130

Perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada kelompok

miskin dan perempuan seperti halnya pada PNPM Mandiri Perkotaan dapat

diartikan sebagai:

1) Proses yang melibatkan kalangan marginal/perempuan yang biasanya tidak

ikut hadir dan tidak ikut bersuara dalam forum publik

2) Hasil rencana kerja yang disusun menetapkan kelompok miskin dan

perempuan sebagai sasaran kegiatan atau penerima manfaat

3) Alokasi anggaran untuk kegiatan dengan kelompok miskin dan perempuan

sebagai sasaran atau penerima manfaat langsung.

Musrenbang kelurahan yang merupakan forum dialogis antara masyarakat

pemerintah dan pemangku kepentingan harus dapat merumuskan kebijakan,

peraturan atau program pembangunan. Pemerintah kelurahan dan warganya

berembug dalam menyusun program tahunan. Untuk itu tujuan musrenbang

kelurahan adalah sebagai berikut:

1) Menyepakati prioritas kebutuhan dan kegiatan yang termasuk urusan

pembangunan yang menjadi wewenang kelurahan sebagai bahan

penyusunan rencana kerja SKPD Kelurahan

2) Prioritas kegiatan kelurahan yang akan dilaksanakan oleh warga kelurahan

yang dibeayai melalui dana swadaya masyarakat dan dikoordinasikan oleh

lembaga kemasyarakatan di kelurahan setempat

3) Prioritas kegiatan kelurahan yang akan dilaksanakan kelurahan sendiri

yang dibeayai melalui dana bantuan dari pemerintah kota

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

131

4) Prioritas kegiatan pembangunan kelurahan yang akan diusulkan melalui

musrenbang kecamatan untuk menjadi kegiatan pemerintah daerah dan

dibeayai melalui APBD Kota

5) Menyepakati Tim Delegasi kelurahan yang akan memaparkan persoalan

daerah yang ada di kelurahannya di forum musrenbang kecamatan untuk

penyusunan program pemerintah daerah tahun berikutnya.

Dalam musrenbang kelurahan, warga berpartisipasi aktif dalam proses

musyawarah sampai pengambilan keputusan. Bukan hanya pandai dan banyak

bicara melainkan juga mampu mendengarkan aspirasi dan pandangan warga

yang lain serta mampu menjaga agar musrenbang benar-benar menjadi forum

musyawarah bersama. Semua warga kelurahan berhak berpartisipasi dalam

musrenbang kelurahan, tetapi terdapat kriteria dan persyaratan untuk menjadi

peserta musrenbang, antara lain :

1) Peserta menjunjung tinggi prinsip-prinsip musyawarah, yaitu kesetaraan,

menghargai perbedaan pendapat, anti dominasi, anti diskriminasi,

mengutamakan kepentingan umum dan keberpihakan terhadap kalangan

marjinal

2) Peserta bersedia mempersiapkan diri dengan cara ikut serta

mengumpulkan dan mempelajari berbagai infrmasi, dokumen dan materi

yang relevan untuk pelaksanaan musrenbang kelurahan.

3) Peserta berminat membangun kapasitasnya mengenai kebijakan, aturan,

arah program pemerintah, berbagai isu pembangunan dan sebagainya,

sehingga bisa berperan serta sebagai peserta musrenbang yang aktif.

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

132

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

adalah sebuah kebijakan pemerintah pusat yang merupakan upaya untuk

membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam

menanggulangi kemiskinan secara mandiri. Melalui program pemberdayaan

dapat terjadi harmonisasi prinsip-prinsip dasar, pendekatan, strategi serta

berbagai mekanisme dan prosedur pembangunan yang berbasis pemberdayaan

masyarakat sehingga proses penanggulangan kemiskinan dapat berjalan secara

efektif dan efisien. Selain itu, sebuah program paling tidak harus

menggambarkan : (1) Kepentingan yang terpengaruhi oleh program, (2) jenis

manfaat yang akan dihasilkan, (3) derajat perubahan yang diinginkan, (4)

status pembuat keputusan, (5) Siapa pelaksana program dan (6) sumber daya

yang digunakan.

Keenam komponen tersebut akan turut menentukan keberhasilan

implementasinya. Program juga merupakan rencana yang bersifat

komprehensif yang sudah menggambarkan sumber daya yang akan digunakan

dan terpadu dalam satu kesatuan. Sehingga dalam implementasi sebuah

Program akan menggambarkan sasaran kebijakan, prosedur, metode, standart

dan budget. Sebuah program paling tidak harus memiliki ciri-ciri sebagai

berikut :

1) Sasaran yang dikehendaki

2) Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu

3) Besarnya beaya yang diperlukan beserta sumbernya

4) Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

133

5) Tenaga kerja yang dibutuhkan baik ditinjau dari segi jumlahnya maupun

dilihat dari sudut kualifikasi serta keahlian dan ketrampilan yang

diperlukan

Dengan PNPM Mandiri Perkotaan diyakini bahwa pendekatan yang lebih

efektif untuk mewujudkan proses perubahan perilaku masyarakat adalah

melalui pendekatan pemberdayaan atau proses pemberdayaan masyarakat dan

penguatan kapasitas untuk mengedepankan peran pemerintah daerah dalam

mengapresiasi dan mendukung kemandirian masyarakatnya. Kedua substansi

tersebut sangat penting sebagai upaya proses transformasi PNPM Mandiri

Perkotaan dari tataran proyek menjadi tataran program oleh masyarakat

bersama pemerintah kota. Proses pemberdayaan dilakukan masyarakat secara

terus menerus untuk menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat terhadap

nilai-nilai universal kemanusiaan, prinnsip-prinsip kemasyarakatan dan

prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan serta sebagai landasan yang kokoh

untuk membangun masyarakat yang mandiri dan sejahtera.

Strategi pemberdayaan masyarakat digunakan dalam pendekatan

pembangunan yang berpusat pada masyarakat. Dengan demikian diperlukan

adanya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan

internal yang dapat ditempuh melalui kesanggupan melakukan control internal

atas sumber daya materi dan non material yang penting melalui redistribusi

modal. Pendekatan ini sangat relevan sebagai paradigma kebijakan

desentralisasi dalam penanganan masalah sosial di masyarakat. Untuk itu ada

tiga dasar untuk melakukan perubahan-perubahan structural dan normative

dalam pembangunan yang berpusat pada rakyat, yaitu :

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

134

1) Memusatkan pemikiran dan tindakan kebijakan pemerintah pada

penciptaan keadaan –keadaan yang mendorong dan mendukung usaha

rakyat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri dan untuk

memecahkan masalah-masalah mereka sendiri di tingkat individual,

keluarga dan komunitas.

2) Mengembangkan struktur-struktur dan proses organisasi-organisasi yang

berfungsi menurut kaidah-kaidah system swaorganisasi.

3) Mengembangkan sistem-sistem produksi-konsumsi yang diorganisasi

secara territorial yang berlandaskan pada kaidah-kaidah pemilikan dan

pengendalian lokal.

Model pembangunan yang menekankan pada pemberdayaan memandang

inisiatif dan kreatif masyarakat sebagai sumberdaya yang paling utama.

Masyarakat harus menjadi pelaku utama dalam strategi pemberdayaan

masyarakat, baik yang tradisional, aksi langsung (direct action), maupun

transformatif. Dalam strategi tradisional menyarankan agar masyarkat

mengetahui dan memilih kepentingan terbaik secara bebas dalam berbagai

keadaan. Strategi direct action membutuhkan dominasi kepentingan yang

dihormati oleh semua pihak yang terlibat. Sedangkan strategi transformatif

menunjukkan bahwa pendidikan massa dalam jangka panjang dibutuhkan

sebelum pengidentifikasian kepentingan diri sendiri.

Beberapa prinsip yang tidak boleh dilanggar dalam musrenbang agar dapat

menjadi forum musyawarah pengambilan keputusan bersama dalam rangka

menyusun program seperti yang diatur dalam PP 72/2005 tentang Desa dan PP

73 tentang Kelurahan , adalah sebagai berikut :

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

135

1) Prinsip kesetaraan, artinya peserta musyawarah adalah warga dengan hak

yang setara untuk menyampaikan pendapat, berbicara dan dihargai

meskipun terjadi perbedaan pendapat. Sebaliknya jika memiliki kewajiban

yang setara untuk mendengarkan pandangan warga lain, menghargai

pendapat dan menjunjung tinggi (menghormati) hasil keputusan forum

meskipun kita sendiri tidak sependapat.

2) Prinsip musyawarah dialogis, artinya peserta musrenbang kelurahan

memiliki keberagaman tingkat pendidikan, latar belakang, kelompok usia,

jenis kelamin, status sosial ekonomi dan sebagainya. Perbedaan dan

berbagai sudut pandang tersebut diharapkan menghasilkan keputusan

terbaik bagi kepentingan masyarakat banyak diatas kepentingan individu

dan golongan.

3) Prinsip anti dominasi, artinya tidak boleh ada individu atau kelompok yang

mendominasi sehingga keputusan-keputusan yang dibuat tidak lagi

melalui proses musyawarah semua komponen masyarakat secara

seimbang.

4) Prinsip keberpihakan, artinya dalam proses musyawarah dilakukan upaya

untuk mendorong individu dan kelompok yang paling ‘diam’ untuk

menyampaikan aspirasi dan pendapatnya, terutama kelompok miskin,

perempuan dan generasi muda.

5) Prinsip anti diskriminasi, artinya semua warga mempunyai hak dan

kewajiban yang sama dalam menjadi peserta musrenbang. Kelompok

marjinal dan perempuan juga mempunyai hak untuk menyatakan pendapat

dan pikirannya dan tidak boleh dibedakan.

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

136

6) Prinsip pembangunan secara holistic, artinya musrenbang kelurahan

dimaksudkan untuk menyusun rencana pembangunan, bukan rencana

kegiatan kelompok atau sektor tertentu saja. Musrenbang kelurahan

dilakukan sebagai upaya mendorong kemajuan dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat secara utuh dan menyeluruh sehingga tidak

boleh muncul egosektor dan egowilayah dalam menentukan prioritas

kegiatan.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua prinsip yang

disarankan bisa terlaksana, karena masyarakat biasanya lebih banyak diam dan

menerima saja apa yang disampaikan oleh pelaksana program. Partisipasi

masyarakat Kota Pontianak dalam musrenbang tingkat kelurahan cenderung

kurang, lebih banyak pasif dan menerima apa yang diprogramkan oleh

pemerintah. Semestinya program pemberdayaan memerlukan partisipasi aktif

dalam langkah-langkah sebagai berikut (Payne, 1986 : 15) :

1) Identifikasi kebutuhan2) Identifikasi pilihan atau strategis3) Keputusan atau pilihan tindakan4) Mobilisasi sumber-sumber5) Tindakan itu sendiri

Dengan adanya partisipasi aktif dari masyarakat dalam semua tahapan

musrenbang kelurahan, output atau keluarannya adalah :

1) Daftar prioritas kegiatan urusan pembangunan untuk menyusun rencana

kerja SKPD Kelurahan

2) Daftar prioritas kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan secara

swadaya

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

137

3) Dafttar permasalahan prioritas yang akan diajukan ke musrenbang

kecamatan

4) Daftar nama Tim Delegasi Kelurahan yang akan mengikuti musrenbang

kecamatan

5) Berita acara musrenbang kelurahan.

Hasil Musrenbang kelurahan diajukan kepada musrenbang kecamatan

yang merupakan forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan di

tingkat kecamatan untuk mendapatkan masukan kegiatan prioritas dari

kelurahan. Selanjutnya menyepakati rencana kegiatan lintas kelurahan yang

bersangkutan sebagai dasar penyusunan rencana kerja kecamatan. Pemangku

kepentingan (stakeholders) kecamatan adalah pihak yang berkepentingan

dengan kegiatan prioritas dari kelurahan untuk mengatasi permasalahan di

wilayah kecamatan serta pihak-pihak yang berkaitan dengan hasil

musyawarah.

Musrenbang kecamatan yang diselenggarakan oleh pemerintah kecamatan

beserta SKPD nya bertujuan untuk :

1) Membahas dan menyepakati hasil-hasil musrenbang dari tingkat kelurahan

yang akan menjadi kegiatan prioritas di wilayah kecamatan yang

bersangkutan

2) Membahas dan menetapkan kegiatan prioritas di tingkat kecamatan yang

belum tercakup dalam prioritas kegiatan di tingkat kelurahan

3) Melakukan klasifikasi atas kegiatan prioritas kecamatan sesuai dengan

fungsi-fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota.

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

138

Untuk itu keluaran yang dihasilkan dari musrenbang kecamatan adalah sebagai

berikut:

1) Dokumen rencana kerja kecamatan yang akan dibeayai melalui anggaran

kecamatan yang bersumber dari APBD kota

2) Daftar kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan melalui SKPD atau

gabungan SKPD

3) Daftar nama delegasi kecamatan untuk mengikuti forum SKPD dan

musrenbang kota

4) Berita acara musrenbang tahunan kecamatan.

Selanjutnya hasil musrenbang kecamatan diajukan ke musrenbang kota

melalui Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota. Forum SKPD

adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas

kegiatan pembangunan hasil musrenbang kecamatan dengan SKPD atau

gabungan SKPD sebagai upaya mengisi Rencana Kerja SKPD yang tata

penyelenggaraannya difasilitasi oleh SKPD terkait.

Sedangkan Musrenbang Kota adalah musyawarah stakeholder kota untuk

mematangkan rancangan RKPD Kota berdasarkan Renja-SKPD yang hasilnya

digunakan untuk pemutakhiran Rancangan RKPD. Pelaksanaan Musrenbang

Kota memperhatikan hasil pembahasan Forum SKPD dan Forum gabungan

SKPD, Rencana Pembangunan jangka Menengah (RPJM) Daerah, kinerja

pembangunan tahun berjalan dan masukan dari para peserta. Untuk itu tujuan

diselenggarakannya Musrenbang Kota adalah :

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

139

1) Mendapatkan masukan untuk peneyempurnaan rancangan awal RKPD

yang memuat prioritas pembangunan daerah, pagu indikatif pendanaan

berdasarkan fungsi SKPD, rancangan alokasi dana.

2) Mendapatkan rincian rancangan awal RKA SKPD, khususnya yang

berhubungan dengan program pembangunan

3) Mendapatkan rincian rancangan awal kerangka regulasi menurut SKPD

yang berhubungan dengan program pembangunan.

Pelaksanaan musrenbang kota melalui tahap persiapan dengan menetapkan

kepala Bappeda sebagai ketua tim penyelenggara musrenbang kota dan tahap

pelaksanaan dalam rangka menentukan jenis kegiatan prioritas. Dengan

demikian keluaran dari pelaksanaan musrenbang kota adalah kesepakatan

tentang rumusan yang menjadi masukan utama untuk pemutakhiran rancangan

RKPD dan rancangan Renja SKPD yang meliputi :

1) Penetapan arah kebijakan, prioritas pembangunan dan plafon/pagu dana

balik berdasarkan fungsi SKPD

2) Daftar kegiatan prioritas yang sudah dipilah berdasarkan sumber

pembeayaan dari APBD Kota, APBD Provinsi, APBN dan sumber

pendanaan lainnya

3) Daftar usulan kebijakan/regulasi pada tingkat pemerintah kota , provinsi

dan pusat

4) Rancangan pendanaan untuk alokasi dana.

Setelah hasil musrenbang kota disepakati oleh peserta (delegasi dari

musrenbang kecamatan dan delegasi dari Forum SKPD), maka pemerintah

kota menyampaikan hasilnya kepada :

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

140

1) DPRD Kota Pontianak

2) Masing-masing SKPD Kota Pontianak

3) Tim Penyusun Program Tahunan Daerah dan RAPBD

4) Kecamatan se Kota Pontianak

5) Delegasi dari musrenbang kecamatan dan forum SKPD

Kegiatan-kegiatan yang ada dalam PNPM Mandiri Perkotaan di Kota

Pontianak, implementasinya belum sepenuhnya diserahkan kepada

pemerintahan kelurahan beserta masyarakatnya serta kelompok-kelompok

masyarakat yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa program ini belum sesuai

dengan yang diidealkan. Jenis kegiatan dalam program ini belum sepenuhnya

sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat setempat yang berbasis

pemberdayaan. Program ini menempatkan masyarakat sebagai pelaksana

program saja, sehingga keterlibatan masyarakat menjadi terbatas.

Dalam prakteknya ada tiga model pemberdayaan masyarakat untuk

melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan, yaitu locality development (Model

Pengembangan lokal), social planning (Model Perencanaan Sosial) dan social

action (Model Aksi Sosial). Model pembangunan lokal mensyaratkan bahwa

perubahan dalam masyarakat dapat dilakukan secara optimal apabila

melibatkan partisipasi aktif yang luas di semua spektrum masyarakat tingkat

lokal, baik dalam tahap penentuan tujuan maupun pelaksanaan. Masalahnya

adalah kurang aktifnya partisipasi warga masyarakat, baik dalam perencanaan

maupun pelaksanaan program. Yang diperlukan adalah usaha untuk

penciptaan dan pengembangan partisipasi yang lebih luas dari seluruh warga

masyarakat. Usaha-usaha tersebut dimaksudkan untuk menciptakan semangat

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

141

agar masyarakat terlibat aktif dalam setiap kegiatan. Strateginya adalah

mencari cara untuk dapat memotivasi warga masyarakat agar terlibat aktif

untuk melakukan perubahan, sebab bila warga masyarakat dengan penuh

kesadaran dan motivasi sudah terlibat aktif berarti tanda-tanda perubahan

sudah tercapai. Beberapa teknik yang dikembangkan dalam model pendekatan

ini antara lain cara-cara atau prosedur-prosedur demokratif, seperti

musyawarah, diskusi, komunikasi, pertemuan-pertemuan antar golongan,

mengembangkan cara-cara kerja sama diantara lembaga-lembaga masyarakat,

prinsip-prinsip swadaya, mengembangkan kepemimpinan masyarakat

setempat dan lain-lain.

Model perencanaan sosial menekankan proses pemecahan masalah sosial

yang substantif, seperti permukiman, kesehatan, perumahan dan sebagainya.

Strategi dasar yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah

mengumpulkan atau mengungkapkan fakta dan data mengenai suatu masalah.

Kemudian mengambil tindakan yang rasional dan feasible (mempunyai

kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilaksanakan). Sedangkan model Aksi

Sosial menekankan tentang pentingnya penanganan kelompok penduduk yang

tidak beruntung secara terorganisasi, terarah dan sistematis. Masyarakat

dipandang sebagai susunan yang terdiri atas kelompok – kelompok

masyarakat yang mempunyai kekuatan-kekuatan tertentu. Melalui tindakan-

tindakan yang terorganisir dan terarah, masyarakat tersebut mampu

memperoleh kekuatan dan tujuan yang diinginkan.

Berdasarkan ketiga model pemberdayaan masyarakat di atas, dapat

disimpulkan bahwa proses pemberdayaan yang ada dalam PNPM Mandiri

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

142

Perkotaan harus dilakukan secara terus menerus untuk menumbuhkembangkan

kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip-

prinsip kemasyarakatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

sebagai landasan yang kokoh untuk membangun masyarakat yang mandiri dan

sejahtera. PNPM Mandiri Perkotaan dalam memfasilitasi upaya

penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 4.4Penanganan Kemiskinan Melalui PNPM Mandiri Perkotaan

Perubahan perilaku dan sikap serta cara pandang masyarakat merupakan

pondasi yang kokoh untuk terbangunnya lembaga kepemimpinan masyarakat

yang madiri melalui pemberdayaan para pelakunya. Kemandirian lembaga

masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun lembaga masyarakat

yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam

menyuarakan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dan mampu mempengaruhi

proses pengambilan keputusan.

Lembaga masyarakat seperti yang dimaksud di atas hanya akan dapat

dicapai apabila orang-orang yang diberi amanah sebagai pemimpin

PenanggulanganKemisikinan secara

Mandiri &Berkepanjangan

(SustainableDevelopment)

Membangun KemitraanSinergis & Channeling Program

TRIDAYA DAYAPEMBANGUNAN SOSIALDAYA PEMBANGUNAN

LINGKUNGAN DAYAPEMBANGUNAN EKONOMI

Gerakan Pro Poor & Good Governance

PENYUSUNAN PROGRAM(PJM & RENTA PRO-

NANGKIS)

PERUBAHAN SIKAPDilakukan melalui

penyadaran kritis diselluruh siklus PNPM)

PEMBENTUKAN LEMBAGAKEPEMIMPINAN

Gerakan

Moral

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

143

masyarakat merupakan kumpulan dari orang-orang yang peduli, memiliki

komitmen kuat, ikhlas, tanpa pamrih dan jujur serta mau berkorban untuk

kepentingan masyarakat miskin, bukan untuk kepentingan pribadi maupun

kelompoknya. Tentu saja hal ini bukan merupakan hal yang mudah, karena

upaya-upaya membangun kepedulian, kerelawanan dan komitmen tersebut

sangat terkait erat dengan proses perubahan perilaku masyarakat.

Penguatan lembaga masyarakat yang dimaksud dalam PNPM Mandiri

Perkotaan lebih dititikberatkan pada upaya penguatan pelakunya untuk

menjadi pelaku nilai dan pada gilirannya mampu menjadi motor penggerak

dalam melembagakan dan membudayakan kembali nilai-nilai kemanusiaan

(gerakan moral), prinsip-prinsip kemasyarakatan (gerakan tata pemerintahan

yang baik) serta prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (gerakan tridaya)

sebagai nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas penanggulangan

kemiskinan oleh masyarakat setempat.

4.3.2. Kelompok Sasaran

Kelompok sasaran (target group) adalah sekelompok orang atau organisasi

dalam masyarakat yang akan menerima barang dan jasa atau yang akan

dipengaruhi perilakunya oleh kebijakan/program. Kelompok sasaran PNPM

Mandiri Perkotaan terdiri dari tiga komponen, yakni masyarakat, pemerintah

kota dan para pemangku kepentingan terkait. Unsur masyarakat terdiri dari

masyarakat warga kelurahan peserta PNPM Mandiri Perkotaan, Lembaga

Keswadayaan Masyarakat (LKM) dan Kelompok Swadaya Masyarakat

(KSM). Unsur pemerintah kota meliputi perangkat pemerintahan kota sampai

Page 75: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

144

dengan kelurahan yang terkait dengan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan,

anggota TKPP dan TKPK Daerah. Sedangkan para pemangku kepentingan

terkait terdiri dari perorangan atau asosiasi profesi, asosiasi usaha sejenis,

perguruan tinggi, LSM, Bank, notaris, auditor publik, media masa yang peduli

dengan kemiskinan.

Sedangkan penerima manfaat langsung dari dana Bantuan Langsung

Masyarakat (BLM) yang disediakan melalui PNPM Mandiri Perkotaan adalah

keluarga miskin yang diidentifikasi masyarakat sendiri dan disepakati serta

ditetapkan bersama oleh masyarakat kelurahan, melalui proses musyawarah

warga, refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya berorientasi IPM-MDGs.

Untuk itu yang diperlukan adalah penerimaan program oleh masyarakat

melalui proses komunikasi. Penyebarluasan isi kebijakan kepada masyarakat

atau kelompok sasaran program akan efektif apabila didukung oleh proses

komunikasi yang baik. Media komunikasi yang digunakan untuk

menyebarluaskan isi kebijakan kepada kelompok sasaran adalah musyawarah

warga.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa proses musyawarah warga yang

dilakukan oleh masyarakat dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan di

Kota Pontianak dimulai dengan refleksi kemiskinan, sebagai bentuk

pendalaman mengenai suatu topik dengan melibatkan mental, rasa dan karsa

untuk membangun kesadaran masyarakat mengenai kemiskinan dan kaitannya

dengan pola perilaku dan pola pikir sehari-hari masyarakat setempat.

Sebelumnya lebih dahulu dilakukan pemetaan sosial untuk mengetahui

Page 76: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

145

masalah apa yang ada di wilayahnya, apa potensinya, siapa tokoh

masyarakatnya.

Selanjutnya fasilitator kelurahan menyusun strategi untuk melakukan

sosialisasi awal tentang PNPM Mandiri Perkotaan kepada setiap RT/RW

dengan melibatkan seluruh anggotanya. Kemudian dilaksanakan sosialisasi di

tingkat kelurahan dengan melibatkan lurah dan perangkatnya. Apabila

masyarakat dapat memahami apa yang menjadi tujuan dari program ini,

langkah berikutnya adalah melaksanakan Rembuk Kesiapan Masyarakat

(RKM).

Dalam pelaksanaan RKM, semua tokoh masyarakat dan pemangku

kepentingan menyepakati untuk menerima atau tidak PNPM mandiri

Perkotaan. Dalam proses kesepakatan ini dibuatkan berita acara dan perjanjian

untuk mengikuti semua aturan teknis dari program tersebut. Nilai yang hendak

ditanamkan kepada masyarakat adalah nilai demokrasi, dimana keterlibatan

masyarakat sangat diperlukan dalam kegiatan ini. Sehingga program yang

dicanangkan dapat diketahui oleh semua warga dan pada akhirnya warga

dapat melibatkan dirinya dalam program ini.

Dalam RKM dilakukan pemilihan dan penetapan relawan masyarakat,

yang merupakan pelopor-pelopor penggerak dari masyarakat yang mengabdi

tanpa pamrih, ikhlas, peduli dan memiliki komitmen kuat untuk kemajuan

masyarakat di wilayahnya. PNPM Mandiri Perkotaan mendorong masyarakat

di lokasi sasaran agar membuka kesempatan seluas mungkin bagi warga yang

ikhlas, jujur, peduli dan memiliki komitmen untuk membantu masyarakat

Page 77: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

146

dalam melaksanakan seluruh tahapan kegiatan program agar bermanfaat bagi

masyarakat miskin serta seluruh masyarakat di wilayahnya.

Jumlah relawan masyarakat yang ada di Kota Pontianak sampai saat ini

adalah 1091 orang yang tersebar di 29 kelurahan dan mereka sudah terlatih

dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program. Relawan

masyarakat tersebut direkrut secara sukarela dan tidak dipaksa, karena

sebelumnya telah diedarkan formulir yang memuat kesediaan untuk menjadi

relawan. Dengan terpenuhinya sejumlah relawan untuk masing-masing

kelurahan, maka langkah berikutnya adalah mengadakan pelatihan relawan

untuk dapat melaksanakan seluruh siklus pemberdayaan masyarakat miskin.

Dengan demikian program-program yang dibuat dianggap sebagai miliknya

dan bukan milik fasilitator.

Para relawan yang sudah dilatih tentang teknis manajemen pengelolaan

program, selanjutnya bertugas memfasilitasi masyarakat dalam implementasi

PNPM Mandiri Perkotaan. Mereka bekerja tanpa digaji, sehingga yang harus

ditumbuhkan adalah penanaman sikap yang berkaitan dengan kejujuran dan

keadilan. Dengan melibatkan mereka sebagai relawan masyarakat diharapkan

mereka merasa bahwa program ini adalah milik mereka.

Selanjutnya refleksi kemiskinan dimaksudkan untuk menumbuhkan

kesadaran masyarakat terhadap penyebab kemiskinan di wilayahnya.

Kesadaran masyarakat akan hal ini menjadi penting karena selama ini program

yang menempatkan masyarakat sebagai obyek seringkali masyarakat diajak

untuk melakukan berbagai upaya pemecahan masalah tanpa mengetahui dan

menyadari masalah yang sebenarnya. Kondisi tersebut menyebabkan dalam

Page 78: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

147

pemecahan masalah masyarakat hanya sekedar melaksanakan kehendak pihak

luar atau karena tergiur iming-iming bantuan uang.

Tujuan dilaksanakannya refleksi kemiskinan antara lain untuk memberikan

pemahaman kepada masyarakat tentang PNPM Mandiri Perkotaan sebagai

pembelajaran prinsip dan nilai serta aspirasi warga miskin terhadap program

atau kegiatan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya. Disamping itu juga

dapat mendorong interaksi masyarakat miskin dan masyarakat lainnya dalam

kesetaraan serta saling percaya satu sama yang lainnya. Selanjutnya dengan

refleksi kemiskinan, masyarakat miskin di masing-masing kelurahan dapat

membuka akses untuk berpartisipasi aktif dalam implementasi PNPM Mandiri

Perkotaan sejak dari awal. Masyarakat diharapkan mempunyai kepedulian

terhadap upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dan memahami bahwa

kemiskinan bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan masyarakat miskin

itu saja, melainkan tanggung jawab bersama.

Refleksi kemiskinan dilakukan melalui dua tahap, yakni : Pertama,

dilakukan diskusi terarah pada kelompok-kelompok masyarakat pada tingkat

RT untuk membahas penyebab kemiskinan yang terjadi di wilayahnya.

Selanjutnya menentukan kriteria miskin menurut mereka dan mendiskusikan

tentang siapa yang harus bertanggung jawab terhadap permasalahan

kemiskinan ini. Pada forum ini semua anggota masyarakat miskin boleh

berbicara dengan leluasa menyatakan pikirannya yang selama ini dirasakan.

Dengan demikian dapat ditangkap apa yang sebenarnya mereka inginkan dan

diketahui tuntutan dan keinginan masyarakat miskin terhadap kepentingannya.

Setelah mereka menyepakati apa yang sebenarnya dibutuhkan, selanjutnya

Page 79: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

148

melakukan Focus Group Discussion untuk kelompok masyarakat lainnya,

seperti tokoh masyarakat guna membahas tentang penyebab kemiskinan,

kriteria kemiskinan dan cirri-ciri orang miskin. Setelah ada kesamaan

pandangan, maka hasilnya kemudian dirangkum menjadi hasil kajian dari

masyarakat. Kedua, hasil rangkuman tersebut dilokakaryakan pada tingkat

kelurahan untuk disepakati secara bersama dalam FGD yang dilaksanakan

pada tiap-tiap RW. Pada saat lokakarya tingkat kelurahan, tokoh masyarakat

dan masyarakat miskin diundang untuk duduk bersama dengan para pemangku

kepentingan membicarakan masalah kemiskinan di wilayahnya. Tidak bisa

lagi mebicarakan kemiskinan tanpa melibatkan mereka dan mereka tidak

hanya menerima begitu saja apa yang diputuskan oleh pemangku kepentingan.

Keterlibatan masyarakat miskin dalam musyawarah ini menunjukkan

adanya proses pemberdayaan dalam memecahkan masalah. Pada kesempatan

ini juga dibahas rencana kegiatan berikutnya, yang tujuannya untuk

memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang PNPM Mandiri

Perkotaan sebagai pembelajaran dalam proses penanggulangan kemiskinan.

Mendorong interaksi masyarakat miskin dan kelompok masyarakat lainnya

dalam kesetaraan dan saling percaya satu sama yang lainnya serta membuka

akses bagi mereka untuk berpartisipasi akatif dalam pelaksanaan program ini.

Selanjutnya mewujudkan rasa memiliki dan kepedulian masyarakat lainnya

terhadap upaya-upaya penanggulangan kemiskinan di wilayahnya.

Proses pemberdayaan yang menempatkan masyarakat sebagai subyek

dalam memecahkan permasalahannya akan mengandung dua kecenderungan.

Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan

Page 80: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

149

atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada

masyarakat agar individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya (survival

of the fittes). Proses ini dilengkapi dengan upaya membangun asset material

guna mendukung kemandirian mereka melalui organisasi. Kedua, proses

pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau

memotivasi agar individu mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk

menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.

Sesungguhnya diantara kedua proses pemberdayaan saling terkait agar dapat

terwujud proses pembderdayaan masyarakat tersebut. Seringkali proses

pemberdayaan pertama harus melalui proses pemberdayaan kedua terlebih

dahulu.

Tujuan lain dalam musyawarah refleksi kemiskinan adalah

mengidentifikasi aspirasi masyarakat, khususnya masyarakat miskin tentang

bagaimana sebaiknya PNPM Mandiri Perkotaan diimplementasikan di setiap

Kelurahan. Masyarakat memahami bahwa kemiskinan bukan hanya menjadi

tanggung jawab pemerintah atau masyarakat miskin saja tetapi menjadi

tanggung jawab bersama. Dalam hal ini perlu adanya advokasi untuk

meningkatkan aspek positif dalam diri manusia agar dapat mengatasi

permasalahan yang dihadapi. Advokasi dilakukan melalui proses peubahan

mental dan perilaku serta kerja keras dan internalisasi kesadaran bahwa

masyarakat berdaya dan mandiri adalah kunci utama penanggulangan

kemiskinan.

Advokasi dalam proses pemberdayaan masyarakat miskin melalui PNPM

Mandiri Perkotaan dilakukan olen relawan masyarakat yang sudah ditetapkan

Page 81: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

150

melalui Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM). Para relawan masyarakat

harus menyadari adanya ketidakberdayaan masyarakat dalam melihat

penyebab masalah kemiskinan. Relawan masyarakat diharapkan dapat

menjadi pelopor perubahan dan penggerak masyarakat dalam menjalani

seluruh proses PNPM Mandiri Perkotaan melalui siklus program, seperti

refleksi kemiskinan, pemetaan swadaya, pembentukan BKM,

pengorganisasian KSM, perencanaan partisipatif dan sebagainya. Peran utama

relawan masyarakat adalah menjadi mitra kerja LKM dalam pengawasan

partisipatif terhadap keseluruhan proses sehingga terbangun control social

yang baik.

Proses pemberdayaan masyarakat dalam implementasi PNPM Mandiri

Perkotaan terjadi pada siklus pemetaan swadaya sebagai bentuk pendekatan

partisipastif yang dilakukan masyarakat untuk menilai serta merumuskan

sendiri berbagai persoalan yang dihadapi dan potensi yang dimiliki. Hasil dari

identifikasi masalah dan potensi yang dimiliki, masyarakat dapat

menyampaikan kebutuhan nyata untuk menanggulangi berbagai persoalan

kemiskinan dengan berbasis pada kekayaan informasi yang bersifat lokal.

Pemetaan swadaya dimaksudkan sebagai penggalian informasi, analisa dan

rumusan masalah oleh masyarakat sebagai ‘orang dalam’ dan fasilitator

sebagai ‘orang luar’. Fasilitasi juga bisa dilakukan oleh relawan yang

merupakan unsure masyarakat.

Siklus pemetaan swadaya dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan

merupakan proses untuk memberikan kesempatan belajar bagi masyarakat

(khususnya masyarakat miskin) untuk mengenali persoalannya serta potensi

Page 82: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

151

yang dimilikinya. Dengan demikian pemetaan swadaya dapat ditempatkan

sebagai alat pendorong perubahan sosial atau transformasi sosial agar

masyarakat mampu menganalisis keadaannya sendiri, kemudian memikirkan

apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki keadaannya serta

mengembangkan potensi dan ketrampilan mereka. Pada tahap ini, relawan

masyarakat dilatih bagaimana tehnik mendata atau survey terhadap keluarga

yang layak menjadi target group dengan didampingi fasilitator.

Melalui proses pemetaan swadaya oleh relawan masyarakat menunjukkan

bahwa pemecahan masalah yang ada di masyarakat tidak semata-mata

didasarkan pada kehendak dan bantuan orang lain, tetapi lebih banyak

mengutamakan kemampuan sumberdaya dan swadaya masyarakat serta

menumbuhkan rasa tanggungjawab individu dan masyarakat untuk menyadari

tanggungjawab dirinya dalam konteks permasalahan riil yang terjadi di

wilayahnya. Selanjutnya meningkatkan kepedulian dan kerelawanan terhadap

kondisi riil yang ada di wilayahnya tersebut. Keluaran dari hasil pemetaan

swadaya ini adalah data-data dan rumusan-rumusan permasalahan warga

miskin menyangkut lingkungan, sosial dan ekonomi, daftar keluarga miskin,

peta wilayah, peta sebaran warga miskin dan peta-peta tematik (seperti

kesehatan, pendidikan, sarana prasarana, lingkungan dan sebagainya) yang

sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi keberhasilan implementasi PNPM Mandiri Perkotaan.

Kelompok sasaran harus dapat menerima dan menyesuaikan diri terhadap

pola-pola interaksi yang ditentukan oleh kebijakan. Sampai seberapa jauh

Page 83: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

152

mereka dapat mematuhi atau menyesuaikan diri terhadap kebijakan yang

diimplementasikan tergantung pada kesesuaian isi kebijakan (program)

dengan harapan target group. PNPM Mandiri Perkotaan berisikan kegiatan-

kegiatan penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan pemberdayaan

masyarakat dan penguatan peran pemerintah kota dalam mengapresiasi dan

mendukung kemandirian masyarakatnya. PNPM Mandiri Perkotaan

memfasilitasi masyarakat serta pemerintah kota untuk menangani akar

penyebab kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Untuk itu masyarakat

dan pemerintah setempat sebagai sasaran program harus saling bersinergi

dalam mengimplementasikan program ini.

Bentuk sinergisitas antara masyarakat dengan pemerintah setempat muncul

dalam konsep lembaga kepemimpinan yang diharapkan mampu memimpin

masyarakat dalam gerakan penanggulangan kemiskinan secara terorganisir.

Pengorganisasian masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan merupakan

upaya terstruktur untuk menyadarkan masyarakat akan kondisi yang

dihadapinya, baik persoalan yang dihadapi, potensi dan peluang yang dimiliki.

Sebenarnya proses pengorganisasian masyarakat sudah dimulai pada saat

refleksi kemiskinan, dimana warga berkumpul, mengenali dan merumuskan

cirri kemiskinan. Mengapa terjadi kemiskinan di wilayah mereka, adanya

kesadaranbahwa kemiskinan bukan hanya persoalan kaum miskin, sehingga

terbangun pemahaman bahwa kemiskinan adalah urusan bersama dan musuh

bersama. Situasi yang demikian ini dapat membangun semangat untuk

bekerja.

Page 84: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

153

Pengorganisasian masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan ini tidak

diartikan sebagai membentuk wadah organisasi, melainkan lebih merupakan

kesepakatan bersamauntuk menanggulangi kemiskinan sebagai sebuah

gerakan moral. Untuk memimpin gerakan penanggulangan kemiskinan inilah

diperlukan pimpinan yang dapat diterima oleh semua pihak yang tidak parsial,

tidak mewakili golongan atau kelompok tertentudan juga tidak mewakili

wilayah tertentu yang bersifat imparsial. Pimpinan ini juga harus dijaga untuk

tidak jatuh dalam nafsu berkuasa yang bersifat otoriter, tetapi tetap menjamin

proses demokrasi dalam proses pengambilan keputusan.

Kebutuhan akan adanya lembaga pimpinan seperti Lembaga

Keswadayaan Masyarakat (LKM) sebagai lembaga pengambil keputusan

dalam penanggulangan kemiskinan di tingkat kelurahan tersebut dapat

memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut

1) Bukan lembaga yang dibentuk secara otomatis karena perundang-

undangan atau peraturan pemerintah sebagai alat kelengkapan lembaga

pemerintah, tetapi lembaga yang prakarsa pembentukan maupun

pengelolaannya ditentukan oleh masyarakat

2) Kekuasaan atau kewenangan dan legitimasinya bersumber dari warga

masyarakat setempat

3) Berkedudukan sebagai lembaga kepemimpinan kolektif dan berperan

sebagai representasi warga yang terhimpun dalam suatu himpunan

masyarakat warga setempat yang bersifat organisasi anggota atau

bertumpu pada anggota

Page 85: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

154

4) Melakukan proses pengambilan keputusan secara kolektif, demokratis dan

partisipatif

5) Diterima, berfungsi dan berakar di seluruh lapisan masyarakat setempat

6) Mekanisme pemilihan anggota LKM melalui proses pemilihan secara

langsung oleh warga masyarakat

7) Kriteria keanggotaan LKM pada daarnya merupakan perwujudan dari

nilai-nilai kemanusiaan, antara lain : dapat dipercaya masyarakat, jujur,

adil dan ikhlas. Faktor pendidikan, status, pengalaman, ketrampilan,

jabatan dan criteria-kriteria lain yang tidak langsung terkait dengan nilai-

nilai kepribadian manusia merupakan nilai tambahan saja.

8) Dibentuk secara partisipatif, demokratis dan inklusif

9) Bekerja secara kolektif, transparan, partisipatif, demkratis dan akuntabel

10)Mampu mempertahankan sifat independen dan otonom terhadap institusi

pemerintah, politik, agama dan keluarga.

Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) bertanggungjawab terhadap

keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan

yang kondusif untuk pengembangan keswadyaan masyarakat dalam

penanggulangan kemiskinan khususnya dan pembangunan masyarakat pada

umumnya. Sedangkan untuk menjalankan seluruh rangkaian kegiatan yang

telah mendapat persetujuan pemerintah daerah setempat, maka selanjutnya

dibentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). KSM adalah kelompok

warga masyarakat pemanfaat dana BLM dalam PNPM Mandiri Perkotaan.

KSM ini diorganisasikan oleh tim relawan masyarakat dan dibantu tim

fasilitator yang terdiri dari warga kelurahan yang memiliki ikatan

Page 86: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

155

kebersamaan (common bond) dan berjuang untuk mencapai tujuan bersama.

Dengan demikian tidak aka nada lagi kelompok masyarakat yang masih

terjebak dalam lingkarang kemiskinan.

Kemandirian Kelompok Swadaya Masyarakat ini dibutuhkan dalam

rangka membangun masyarakat yang benar-benar mandiri, mampu

memberdayakan dirinya sendiri dengan kekuatan local yang ada.

Memanfaatkan kelompok lokal dapat membantu anggota masyarakat dalam

mengatasi kekurangan-kekurangan, baik sumberdaya ekonomi, kekuasaan

maupun informasi guna mengadopsi teknologi. Masyarakat dapat membuat

jaringan kerjasama untuk memobilisasi sumberdaya yang ada guna mencapai

tujuan program, yaitu penanggulangan kemiskinan.

Untuk melaksanakan kegiatan penanggulangan kemiskinan yang

disepakati oleh seluruh warga kelurahan, maka Lembaga Keswadayaan

masyarakat membentuk unit-unit pengelola kegiatan. Unit pengelola Kegiatan

(UPK) dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan mengikuti konsep Tri

Daya, yang terdiri dari Unit Pengelola Lingkungan (UPL), Unit Pengelola

Sosial dan Unit Pengelola Keuangan.

Unit Pengelola Lingkungan bertanggungjawab dalam hal penanganan

rencana perbaikan kampong, penataan dan pemeliharaan prasarana lingkungan

perumahan dan permukiman. Sedangkan Unit Pengelola Sosial didorong

untuk mengelola relawan-relawan masyarakat, mengelola pusat informasi dan

pengaduan masyarakat, penanganan kegiatan sosial dan lain sebagainya sesuai

dengan kesepakatan warga masyarakat setempat. Unit pengelola Keuangan

bertanggungjawab terhadap pengelolaan pinjaman bergulir, akses chanelling

Page 87: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

156

ekonomi dan akses kegiatan yang berkaitan dengan pemupukan dana atau

akses modal masyarakat.

Unit-unit inilah yang melaksanakan secara administrative kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh KSM-KSM yang merupakan panitia pelaksana

atau penyelenggara seluruh kegiatan dalam PNPM Mandiri Perkotaan yang

telah disetujui proposal kegiatannya dari hasil penyusunan Perencanaan

Jangka Menengah Program Penenggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis).

PJM Pronangkis adalah suatu hasil drai proses perencanaan partisipatif

dengan perspektif waktu tiga tahun dari suatu program penanggulangan

kemiskinan di suatu kelurahan. PJM Pronangkis disusun secara partisipatif

oleh Tim Inti Perencana yang dibentuk oleh LKM, yang terdiri dari KSM,

relawan, warga masyarakat peduli yang secara interaktif dilakukan konsultasi

kepada pemerintah setempat dan masyarakat luas. PJM Pronangkis terdiri dari

investasi pembangunan prasarana yang telah diidentifikasi dari awal survey

yang pelaksanaannya dapat dilakukan langsung oleh LKM dengan membentuk

panitia.

Perencanaan partisipatif dalam PNPM mandiri Perkotaan ini diartikan

sebagai perencanaan dari atas (top down) dan perencanaan dari bawah (bottom

up). Dengan kata lain, perencanaan partisipatif dalam PNPM Mandiri

Perkotaan adalah perpaduan antara perencanaan dari atas yang pada dasarnya

merupakan keputusan kaum elit dan perencanaan dari bawah yang lebih

mewakili aspirasi masyarakat umum di semua tataran. Di tataran masyarakat,

maka LKM akan mempresentasikan titik temu antara perencanaan masyarakat

dengan pemerintah yang terjadi di tingkat kecamatan, dimana PJM Pronangkis

Page 88: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

157

merupakan aspirasi masyarakat bertemu dengan perencanaan makro dari

SKPD.

Berdasarkan pandangan Schwart (dalam Suharto, 2005 : 69), agar proyek

pengentasan kemiskinan ini tepat mengenai sasaran, maka aparat pengelola

proyek perlu melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Mencari persamaan mendasar antara persepsi masyarakat mengenaikebutuhan mereka sendiri dan aspek-aspek tuntutan sosial yangdihadapi mereka.

2) Mendeteksi dan menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghambatbanyak orang dan membuat frustasi usaha-usaha orang untukmengidentifikasikan kepentingan mereka dan kepentingan orang-orang yang berpengaruh (significant others) terhadap mereka.

3) Memberi kontribusi data mengenai ide-ide, fakta, nilai, konsep yangtidak dimiliki masyarakat tetapi bermanfaat bagi mereka dalammenghadapi realitas masalah sosial dan masalah yang dihadapimereka

4) Membagi visi kepada masyarakat, harapan dan aspirasi merupakaninvestasi bagi interaksi antara masyarakat dari pada bagikesejahteraan individu dan sosial.

Selanjutnya karakteristik yang dimiliki oleh kelompok sasaran, seperti

besaran kelompok sasaran, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman,

umur, keadaan sosial ekonomi akan mempengaruhi efektifitas implementasi

program. Karakteristik tersebut sebagian dipengaruhi oleh lingkungan dimana

kelompok sasaran berada, baik lingkungan geografis maupun lingkungan

sosial budaya. Pengaruh lingkungan terhadap implementasi PNPM mandiri

Perkotaan akan dibahas dalam sub bab tersendiri.

4.3.3. Organisasi Pelaksana

Organisasi pelaksana PNPM mandiri Perkotaan terdiri dari lima tingkat,

yaitu tingkat nasional, tingkat propinsi, tingkat kota, tingkat kecamatan dan

Page 89: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

158

tingkat kelurahan. Dalam penelitian ini yang akan dianalisa adalah organisasi

pelaksana PNPM Mandiri Perkotaan yang dikoordinir oleh Walikota Kota

Pontianak. Proses implementasi PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Pontianak

merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari PNPM Mandiri yang

telah diatur dalam Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri. Organisasi penyelenggaraan PNPM Mandiri Perkotaan

secara struktur organisasi berada dibawah Tim Pengendali PNPM Mandiri

Nasional, yakni Kementrian Pekerjaan Umum sebagai lembaga penyelenggara

dan menugasi Direktorat Jendral Cipta Karya untuk menyelenggarakan PNPM

Mandiri Perkotaan. Sedangkan untuk pelaksanaan di lapangan, dibentuk Unit

Manajemen Proyek (Project Management Unit = PMU) yang dipimpin oleh

seorang kepala unit yang akan bertanggung jawab langsung kepada Dirjen

Cipta Karya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan PNPM Mandiri

Perkotaan.

Di tiap kota, implementasi PNPM mandiri Perkotaan dipimpin oleh

seorang Korkot (Koordinator Kota) yang dibantu oleh beberapa tenaga ahli

sesuai kebutuhan. Sedangkan di tingkat kelurahan, tiap 7 sampai dengan 10

kelurahan didampingi oleh Tim Fasilitator yang telah dikontrak oleh Satker

Provinsi dan bertanggung jawab langsung kepada Korkot. Disamping itu di

tiap kelurahan, warga masyarakat didorong untuk memilih para relawan

(sekurang-kurangnya 30 orang setiap kelurahan) yang berperan sebagai agen

pembangunan dan bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan warga di

kelurahannya masing-masing, terutama warga miskin dan kelompok

masyarakat rentan lainnya. Secara rinci hubungan kerja antar unsur pelaksana

Page 90: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

159

PNPM Mandiri Perkotaan dari tingkat pusat sampai dengan tingkat

masyarakat adalah sebagai berikut :

Gambar 4. 5Struktur Organisasi Pengelolaan PNPM Mandiri Perkotaan

Sumber : Kantor Walikota Pontianak, 2011

Organisasi pelaksana di tingkat Kota dikoordinasikan langsung oleh

walikota melalui Bappeda kota dengan menunjuk Tim Koordinasi Pelaksana

PNPM (TKPP) yang anggotanya terdiri dari pejabat instansi terkait d daerah

dibawah koordinasi TKPKD Kota. TKPKD Kota dalam PNPM Mandiri

Perkotaan berperan mengkoordinasikan TKPP dari berbagai program

penanggulangan kemiskinan. Tim Koordinasi Pelaksanaan PNPM Mandiri

perkotaan ini mempunyai tugas :

Page 91: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

160

1) Melakukan sosialisasi program PNPM Mandiri Perkotaan kepada camat.

PJOK dan perangkat kecamatan di wilayah kerjanya

2) Memfasilitasi berlangsungnya koordinasi dan konsolidasi dalam

pelaksanaan PNPM mandiri perkotaan di wilayah kerjanya

3) Melakukan pemantauan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah

kerjanya

4) Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala.

Sebagai pelaksana administratif di tingkat Kota berdasarkan keputusan

Menteri Pekerjaan Umum, atas usulan walikota setempat ditunjuk Satker

Pembangunan Infrastrukur Permukiman Kota yang mempunyai tugas :

1) Menyalurkan dan mengadministrasikan dana BLM PNPM mandiri

Perkotaan

2) Melakukan pemantauan pemanfaatan dana yang disalurkan

3) Bersama Korkot dan TKPP menindaklanjuti berbagai pengaduan

terkaitdengan PNPM mandiri Perkotaan di wilayah kerjanyasampai ke

proses hokum ke tangan penegak hokum dengan tetap mengutamakan

penyelesaian secara kekeluargaan.

Di tingkat Kota, Pemerintah Propinsi mengangkat Koordinator Kota

(Korkot) PNPM Mandiri Perkotaan yang dibantu beberapa Asisten Korkot di

bidang manajemen keuangan, teknik/infrastruktur, manajemen data dan

penataan ruang untuk pengendalian pelaksanaan kegiatan di bawah koordinasi

Team Leader KMW.

Di tingkat kecamatan, unsur utama pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan

adalah : Camat dan perangkatnya serta Penanggung Jawab Operasional

Page 92: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

161

Kegiatan (PJOK) dengan peran dan tugas masing-masing unsur sebagai

berikut :

1) Camat, berperan memberikan dukungan dan jaminan atas kelancaran

pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya, dengan

rincian tugasnya :

(1) Melakukan sosialisasi program PNPM mandiri Perkotaan kepada

lurah dan perangkat lurah di wilayah kerjanya

(2) Memfasilitasi berlangsungnya koordinasi dan konsolidasi dalam

pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya

(3) Melakukan pemantauan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di

wilayah kerjanya dan menerima serta memverifikasi laporan para lurah

(4) Mendorong dan mendukung tumbuhnya forum LKM tingkat

kecamatan

(5) Memfasilitasi berlangsungnya integrasi antara rencana program

masyarakat dan program daerah lainnya dalam musrenbang kecamatan

(6) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan forum LKM di tingkat

kecamatandan kota, KSM dan kelompok peduli lainnyauntuk

meningkatkan keberhasilan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah

kerjanya

(7) Berkoordinasi dengan PJOK dan Tim Fasilitator dalam penyelesaian

persoalan, konflik dan penanganan pengaduan mengenai pelaksanaan

PNPM Mandiri Perkotaan di wilayahnya.

2) Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK), adalah perangkat

kecamatan yang diangkat oleh walikotauntuk pengendalian kegiatandi

Page 93: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

162

tingkat kelurahan administrasi pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan

yang tugas pokoknya adalah :

(1) Memantau pelaksanaan PNPM mandiri Perkotaan di wilayah kerjanya

(2) Melaksanakan administrasi program berupa penandatanganan SPPB,

memproses SPPB ke bank pembayar

(3) Membuat laporan bulanan pelaksanaan tugas setiap bulan

(4) Membuat laporan pertanggungjawaban pada akhir masa jabatan dan

menyerahkannya kepada walikota paling lambat satu bulan setelah

masa tugasnya berakhir

(5) Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan PNPM Mandiri

Perkotaan dengan KMW dan Tim Fasilitator untuk bersama-sama

menangani penyelesaian permasalahandan pengaduan mengenai

pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayahnya

(6) Melakukan pemeriksaan terhadap penggunaan dana yang telah

disalurkan kepada masyarakat sesuai dengan usulan yang disetujui

fasilitator

Sedangkan di tingkat kelurahan , unsur utama pelaksanaan PNPM Mandiri

Perkotaan adalah : Lurah dan perangkatnya, Relawan masyarakat, Lembaga

Keswadayaan Masyarakat (LKM) , Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

1) Lurah, berperan memberikan dukungan dan jaminan agar pelaksanaan

PNPM Mandiri perkotaan di wilayah kerjanya dapat berjalan dengan

lancar sesuai dengan aturan yang berlaku, sehingga tujuan yang

diharapkan melalui PNPM Mandiri Perkotaan dapat tercapai dengan baik.

Untuk itu lurah dapat mengerahkan perangkat kelurahan sesuai dengan

Page 94: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

163

fungsinya masing-masing. Secara rinci tugas dan tanggung jawab lurah

dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebagai berikut :

(1) Membantu sosialisasi tingkat kelurahan dan Rembug Kesiapan

Masyarakat yang menyatakan kesiapan seluruh masyarakat untuk

mendukung dan melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan

(2) Memfasilitasi tereselenggaranya pertemuan pengurus RT/RW dan

masyarakat dengan KMW/Tim Fasilitator dan relawan masyarakat

dalam upaya penyebarluasan informasi dan pelaksanaan PNPM

Mandiri Perkotaan

(3) Memfasilitasi pelaksanaan pemetaan swadaya (community Self

Survey) dalam rangka pemetaan kemiskinan dan potensi sumber daya

masyarakat yang dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat

(4) Memfasilitasi proses pembentukan LKM (Lembaga Keswadayaan

Masyarakat)

(5) Memfasilitasi dan mendukung penyusunan Program Jangka

Menengah Penanggulangan Kemiskinan dan rencana tahunannya oleh

masyarakat yang diorganisasikan oleh lembaga kepemimpinan

masyarakat setempat

(6) Memfasilitasi koordinasi dan sinkronisasi kegiatan yang terkait

dengan penanggulangan kemiskinan termasuk peninjauan lapangan

oleh berbagai pihak yang berkepentingan

(7) Memfasilitasi PJM Pronangkis sebagai program kelurahan untuk

dibahas dalam musrenbang kelurahan

Page 95: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

164

(8) Memberi laporan bulanan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di

wilayahnya kepada Camat

(9) Berkoordinasi dengan Tim Fasilitator, relawan masyarakat dan LKM,

memfasilitasi penyelesaian persoalan dan konflik serta penanganan

pengaduan yang muncul dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan

di wilayah kerjanya.

Apabila dilihat dari struktur organisasi pelaksana PNPM Mandiri

Perkotaan, nampak adanya pengaturan yang jelas hubungan antara bagian-

bagian dari komponen dan posisi masing-masing. Spesifikasi pembagian kerja

dan fungsi-fungsinya saling terkait dengan adanya garis koordinasi, garis

pelaporan maupun garis pengendalian, sehingga menunjukkan tingkat-tingkat

spesialisai, hirarki, wewenang dan hubungan dari masing-masing komponen.

Melalui struktur organisasi yang baik dapat mewujudkan pembagian kerja dan

tanggung jawab sehingga tercipta harmonisasi dan akhirnya tujuan program

dapat tercapai.

PNPM Mandiri Perkotaan dirancang sebagai gerakan bersama yang

terpadu dalam penanggulangan kemiskinan melalui proses pemberdayaan

masyarakat. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan berbagai

pihak, antara lain pemerintah, kelompok ahli, dunia usaha dan masyarakat

luas. Berbagai pihak yang terlibat dalam implementasi program ini tergambar

pada struktur organisasi pelaksanan PNPM mandiri Perkotaan di atas, dari

level paling bawah yakni masyarakat sampai dengan level yang paling atas

(pemerintah pusat).

Page 96: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

165

Keterlibatan pemerintah pusat dan daerah dalam implementasi PNPM

Mandiri Perkotaan sesuai perannya diharapkan dapat :

1) Menumbuhkan iklim yang mendukung untuk upaya pemberdayaan

masyarakat khususnya masyarakat miskin

2) Mendorong ‘pelembagaan’ mekanisme yang menjamin terwujudnya

komunikasi, koordinasi dan keterpaduan antara pemerintah dengan

aspirasi dan kebutuhan masyarakat

3) Melakukan audit untuk semua pelaku PNPM Mandiri Perkotaan.

Perangkat pemerintah khususnya pemerintah daerah harus mampu untuk

mengalihkan perannya sebagai pelaksana menjadi fasilitator atau pendamping

warga dan selalu berorientasi pada pengembangan masyarakat dengan

mengedepankan prakarsa masyarakat (Pedoman PNPM Mandiri Perkotaan,

2010). Apabila dilihat dalam pedoman tersebut, maka pelaksana program yang

paling dekat dengan upaya pemberdayaan masyarakat dalam implementasi

PNPM mandiri Perkotaan adalah masyarakat kelurahan yang terorganisir

dalam relawan masrarakat, LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) dan

KSM (Kelompok Swadaya masyarakat).

Relawan masyarakat adalah pelopor-pelopor penggerak dari masyarakat

yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas dan peduli serta memiliki komitmen kuat

pada kemajuan masyarakat di wilayahnya. PNPM Mandiri Perkotaan

mendorong masyarakat untuk membantu melaksanakan seluruh tahapan

kegiatan dalam program ini agar bermanfaat bagi masyarakat miskin serta

seluruh masyarakat di wilayahnya. Dengan demikian peran utama relawan

masyarakat adalah :

Page 97: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

166

1) Pelopor perubahan

2) Penggerak masyarakat dalam menjalani seluruh proses PNPM Mandiri

Perkotaan yang memang direncanakan sebagai upaya pemberdayaan

masyarakat atau peningkatan kapasitas, sehingga secara rinci relawan

diharapkan menjadi pelopor dalam siklus program : refleksi kemiskinan,

pemetaan swadaya, pembentukan BKM, pengorganisasian KSM,

perencanaan partisipatif dan sebagainya

3) Pengawalan nilai-nilai luhur, seperti transparansi, demokrasi, kejujuran

dan sebagainya. Sehingga setelah LKM terbentuk, para relawan harus

berfungsi sebagai pengawas partisipatif terhadap keseluruhan proses.

4) Mitra kerja LKM, oleh sebab itu para relawan membentuk Forum relawan

dan berhak mendapat informasi perkembangan kegiatan penanggulangan

kemiskinan yang dipimpin oleh LKM.

Organisasi masyarakat kelurahan lain yang menjadi pelaksana PNPM

Mandiri Perkotaan adalah LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) yang

berperan sebagai ‘Dewan Amanah’ atau ‘Pimpinan Kolektif’ organisasi

masyarakat kelurahan setempat. LKM ini bertanggung jawab menjamin

keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan

yang kondusif untuk pengembangan keswadayaan masyarakat dalam

penanggulangan kemiskinan khususnya dan pembangunan masyarakat

kelurahan pada umumnya. Oleh sebab itu peran utama LKM adalah sebagai

berikut :

Page 98: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

167

1) Mengorganisasikan warga secara partisipatif untuk merumuskan rencana

jangka menengah (3 tahun) pennggulangan kemiskinan dan diajukan ke

PJOK untuk mencairkan dana BLM

2) Sebagai dewan pengambilan keputusan untuk hal-hal yang menyangkut

pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan pada khususnya dan

penanggulangan kemiskinan pada umumnya di tingkat komunitas

3) Mempromosikan dan menegakkan nilai-nilai luhur dalam setiap keputusan

yang diambil dan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan

4) Menumbuhkan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin agar

mampu meningkatkan kesejahteraan mereka

5) Mengembangkan jaringan LKM di tingkat kecamatan dan kota sebagai

mitra kerja pemerintah daerah dan wahana untuk menyuarakan aspirasi

masyarakat diwilayahnya

6) Menetapkan kebijakan dan mengawasi proses pemanfaatan dana BLM

(Bantuan Langsung Masyarakat) yang sehari-hari dikelola oleh UPK.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap organisasi pelaksana dalam

implementasi PNPM Mandiri Perkotaan d Kota Pontianak menunjukkan

bahwa masing-masing implementor telah melaksanakan fungsinya, tetapi

masih terkendala pada sumber daya manusianya. Unsur pelaksana program

ini adalah pemerintah sebagai pemegang otoritas kebijakan dan pihak swasta

sebagai konsultan dan penggerak dalam implementasi PNPM Mandiri

Perkotaan. Adanya unsur swasta dalam implementasi program ini

menunjukkan bahwa konsep good governace sudah diterapkan. Secara

konseptual good governance menggabungkan unsur pemerintah, swasta dan

Page 99: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

168

masyarakat dalam penyelanggaraan pemerintahan (Tlokroamidjojo, 2000 :

54), termasuk juga dalam menerapkan kebijakan publik. Sudah waktunya

pemerintah lebih berperan sebagai facilitating dan enabling (yang

memungkinkan masyarakat sendiri berperan aktif sebagai pelaku ekonomi

sosial) serta berperan sebagai empowering rather than serving

(memberdayakan dari pada melayani) menurut Osborne (1998 : 96)

Pernyataan tegas Drucker (1997 : 68) bahwa semua hal yang dapat dikerjakan

lebih baik atau dengan hasil yang sama oleh organisasi non-pemerintah

seharusnya tidak dikerjakan sama sekali oleh pemerintah.

Dalam rangka implementasi PNPM mandiri Perkotaan di Kota Pontianak

juga sudah menerapkan konsep good governance, dimana pemerintah telah

memberikan kepercayaan kepada pihak swasta (konsultan pelaksana) untuk

mengelola program ini dengan memberikan supervisi kepada pemerintah

daerah dan masyarakat. Konsultan pelaksana meliputi Konsultan Manajemen

Pusat (KMP) yang berkedudukan di pusat, Konsultan Manajemen Wilayah

(KMW) di tingkat provinsi dan Koordinator Kota di tingkat Kota serta

penempatan tenaga-tenaga pendamping atau fasilitator kelurahan (faskel).

Konsultan Manajemen Pusat bertugas melaksanakan tugas PMU

(Program Manajemen Unit) dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan,

khususnya dalam pengendalian mutu yang menyangkut substansi. Secara

umum tugas KMP meliputi perencanaan, koordinasi, monitoring dan supervisi

(pengendalian), pelaporan dan melakukan tindakan penanggulangan terhadap

berbagai persoalan yang muncul dalam pelaksanaan PNPM Mandiri

Perkotaan. Sedangkan KMW bertugas melakukan perencanaan, persiapan,

Page 100: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

169

pelaksanaan, koordinasi, monitoring, supervisi dan pelaporan seluruh kegiatan

pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Satuan Wilayah kerja. Ruang

lingkup kegiatan KMW adalah sebagai berikut :

1) Perencanaan, terhadap strategi pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di

lingkup satuan wilayah kerjanya yang kemudian disosialisasikan kepada

instansi pemerintah daerah setempat dan masyarakat setelah

dikonsultasikan dan mendapat persetujuan KMP

2) Orientasi dan persiapan untuk tingkat pusat dan daerah dengan mendukung

dan sebagian terlibat pada proses lokakarya orientasi, sosialisasi dan

kampanye nasional PNPM Mandiri Perkotaan serta kegiatan lainnya.

3) Pelaksanaan :

(1) Sebagai pelaksana lapangan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di

wilayah kerja masing-masing

(2) Menjamin realisasi pemberdayaan masyarakat dilakukan secara tepat

melalui manajemen dan fasilitasi yang benar dan tepat oleh team

fasilitator

(3) Memfasilitasi, mengkoordinasi dan mendukung pembentukan Forum

BKM tingkat Kota dan menghubungkan dengan stakeholders lainnya,

termasuk dinas pemerintah kota dalam rangka membangun kemitraan

serta networking yang saling menguntungkan diantara mereka.

(4) Mengkondisikan masyarakat, kelompok-kelompok masyarakat serta

kekuatan-kekuatan sosial yang ada termasuk didalamnya perangkat

pemerintah kota agar memahami esensi dan substansi PNPM Mandiri

Page 101: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

170

Perkotaan, sehingga dapat memberikan dukungan maupun control

yang memadai

(5) Membangun dan mengembangkan kapasitas pemerintah local dan

stakeholders lainnya untuk bekerja lebih efektif dengan masyarakat

dalam menanggulangi kemiskinan

(6) Mendorong dan mengembangkan terbentuknya kelompok independen

yang berfungsi sebagai control sosial bagi PNPM mandiri Perkotaan

(7) Menumbuhkembangkan dan melembagakan kembali nilai-nilai dan

prinsip PNPM Mandiri perkotaan sebagai bagian proses pembangunan

lokal, khususnya dalam penanggulangan kemiskinan

(8) Menjamin berfungsinya SIM PNPM Mandiri Perkotaan melalui

pengelolaan dan penyediaan input data yang akurat

(9) Berkoordinasi dengan pemerintah provinsi dan kota dalam rangka

menyelesaikan berbagai masalah yang ada dan mendukung kelancaran

pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan.

4) Koordinasi, kepada seluruh pihak terkait di wilayah kerja masing-masing,

yaitu instansi pemerintah daerah, LSM lokal, lembaga komunitas dan

masyarakat lokasi sasaran

5) Monitoring, terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri

Perkotaan di satuan wilayah kerjanya dengan membuat laporan yang

didasarkan pada data

6) Supervisi, terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh fasilitator.

Lembaga konsultan yang ada pada PNPM Mandiri perkotaan diberi

kepercayaan untuk memberikan bantuan teknik atau pendampingan dan

Page 102: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

171

pengembangan kapasitas kepada pemerintah daerah. Bentuk bantuan yang

diberikan kepada pemerintah mencakup : a) Fasilitas pertemuan-pertemuan

musyawarah di tingkat daerah, b) Pendalaman pemahaman maupun

penyebarluasan informasi, c) penyediaan media-media sosialisasi , d)

kunjungan lapangan dalam rangka pendalaman pemahaman dan penggalian

aspirasi masyarakat, e) pengorganisasian, monitoring, fasilitas, supervise dan

evaluasi bersama.

Menurut Jones (1995: 33) untuk mengukur kinerja atau keefektifan

organisasi dapat digunakan tiga pendekatan, yaitu: External resource

approach, Technical approach dan Internal systems approach. External

resource approach adalah pengukuran yang didasarkan pada kemampuan

sumber daya yang dimiliki dan dikelola oleh organisasi untuk mencapai

kinerja atau efektifitas. Technical approach adalah pengukuran yang

didasarkan pada kemampuan tehnologi yang diterapkan oleh organisasi untuk

mencapai kinerja atau efektifitas. Sedangkan Internal system approach, yaitu

pengukuran yang didasarkan pada kemampuan organisasi dalam

mengembangkan dan membuat sesuatu yang baru (inovasi) untuk merespon

secara cepat terhadap perubahan lingkungan.

Dalam implementasi kebijakan publik, organisiaisi pelaksana yang

berperan dominan sebagai implementor, kinerjanya secara internal akan

ditentukan oleh kapasitas organisasi yang dimilikinya. Menurut Goggins

(1990: 120): “Organizational or administrative capacity refers to an

institutional ability to take purposeful action”. Kinerja organisasi secara

internal ditentukan oleh kapasitas organisasi atau administrative yang

Page 103: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

172

dimilikinya. Selanjutnya kapasitas organisasi merupakan fungsi dari struktur,

personil dan karakteristik financial yang dimiliki oleh badan pemerintah

sebagai implementing organizational.

Adapun bentuk-bentuk dan jenis pelatihan yang diberikan kepada

pemerintah daerah seperti yang diuraiakan dalam Pedoman PNPM Mandiri

Perkotaan adalah pelatihan (coaching) perencanaan partisipatif. Pelatihan ini

dilakukan untuk pemerintah kota yang difasilitasi oleh Konsultan Manajemen

Wilayah (KMW), dalam bentuk :

1) Peningkatan kapasitas kepada pemerintah kota dan pelaku lainnya tentang

perencanaan partisipatif yang berbasis community based development

2) Peningkatan kapasitas pengelolaan dan pengendalian system informasi

manajemen PNPM Mandiri Perkotaan

3) Peningkatan kapasitas system informasi manajemen berbasis website di

tingkat pemerintah kota, yang bertujuan agar dapat mengelola,

mengendalikan serta memantau seluruh perkembangan kegiatan PNPM

Mandiri Perkotaan di wilayahnya secara transparan dan akuntabel

4) Peningkatan kapasitas pengelolaan pengaduan masyarakat

Titik berat pelaksanaan bantuan pendampingan di tingkat pemerintah kota

adalah membangun kesadaran kritis bagi perangkat pemerintah daerah dan

kelompok peduli untuk mencapai sinergi antara masyarakat, pemerintah dan

kelompok peduli serta reformasi kebijakan, program dan penganggaran yang

berorientasi pada masyarakat miskin. Disamping itu pemerintah kota harus

membangun media pengaduan masyarakat untuk menampung berbagai

keluhan dari masyarakat. Tujuannya agar terbangun kontrol sosial warga

Page 104: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

173

dalam memonitor seluruh pelaksanaan kegiatan sehingga segala bentuk

penyimpangan dapat dikurangi serta diantisipasi lebih dini oleh pemerintah

kota dan masyarakat itu sendiri. Media pengaduan ini sampai sekarang juga

belum berjalan secara efektif, karena masyarakat belum melihat media ini

dapat membantu aspirasi mereka.

Pelatihan perencanaan partisipatif lebih difokuskan pada lurah maupun

pejabat diatasnya sebagai target pelatihan, dengan harapan bahwa bekal

pengetahuan yang dimiliki oleh lurah dapat mentransfer pengetahuannya

tentang PNPM mandiri Perkotaan kepada aparat dan masyarakatnya.

Kenyataannya seluruh paket pelatihan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri

perkotaan tidak mengikutsertakan seluruh perangkat kelurahan, sehingga

menjadi kesulitan ketika pelatihan itu hanya diberikan kepada lurah dan

ternyata terjadi mutasi jabatan. Pada hal program ini adalah program yang

berkelanjutan dan berkesinambungan, sehingga dalam setiap kegiatan yang

ada dalam PNPM Mandiri Perkotaan juga harus berkelanjutan. Kurangnya

ketrampilan pengelolaan terutama yang menyangkut pengetahuan akan

pelaksanaan strategi pemberdayaan merupakan problem tersendiri yang

dihadapi oleh pelaksana program, sebab minimnya sumberdaya yang dapat

digunakan untuk pelatihan profesional.

Pihak swasta selain konsultan-konsultan pelaksana di atas (KMP dan

KMW), yang terlibat dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan adalah

Tim Fasilitator yang merupakan pelaksana proyek dan pendamping

masyarakat untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang PNPM

Mandiri Perkotaan serta melakukan intervensi dalam rangka pemberdayaan

Page 105: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

174

masyarakat untuk membantu masyarakat merumuskan dan melaksanakan

kegiatan penanggulangan kemiskinan. Untuk itu tugas utama fasilitator adalah

sebagai pelaksana proyek dan sebagai pendamping masyarakat dalam

implementasi PNPM Mandiri perkotaan. Sebagai pendampingan masyarakat,

maka rincian tugasnya adalah :

1) Melaksanakan kegiatan-kegiatan sosialisasi

2) Melaksanakan kegiatan-kegiatan pelatihan

3) Melaksanakan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat

Tugas-tugas tim fasilitator tersebut diarahkan untuk mendorong

masyarakat agar mau terlibat dalam proses pemberdayaan masyarakat untuk

menanggulangi kemiskinan. Bersama para relawan masyarakat, fasilitator

memfasilitasi KSM untuk mengidentifikasi peluang usaha sekaligus

memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat miskin. Tugas ini akan

terasa berat apabila masyarakat miskin tersebut tidak mendukungnya. Untuk

itu yang diperlukan adalah pemberian advokasi dan membangun jalinan

kemitraan antar semua pelaku atau implementor agar bermanfaat bagi

masyarakat dan pihak lainnya.

Advokasi (Suharto, 2008:124) adalah proses yang melibatkan seperangkat

tindakan politis yang dilakukan oleh warga Negara yang terorganisir untuk

mentransformasikan hubungan-hubungan kekuasaan. Tujuan advokasi adalah

untuk mencapai perubahan kebijakan tertentu yang bermanfaat bagi penduduk

yang terlibat dalam proses tersebut. Advokasi yang efektif dilakukan sesuai

dengan rencana strategis dan dalam kerangka waktu yang sesuai. Dalam

implementasi PNPM Mandiri Perkotaan diperlukan adanya advokasi, karena

Page 106: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

175

pendekatan dalam program ini adalah pemberdayaan masyarakat dan

pemerintah daerah untuk penenggulangan kemiskinan.

Advokasi kebijakan dapat menjadi sarana untuk mengembangkan

partisipasi masyarakat, mengubah karakter pengambil kebijakan dan pada

akhirnya mengadakan perubahan di tingkat local. Menurut Dede Mariana

(2006: 214), advokasi kebijakan diarahkan untuk mencapai outcome berupa:

(1) penguatan kapasitas pengorganisasian masyarakat sebagai basis partisipasi

dan (2) perubahan watak birokrasi dan parlemen sebagai bagian dari institusi

pengambil keputusaa (decision maker).

Keberhasilan advokasi banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara

lain pendidikan analis kebijakan, dukungan stakeholders dan kejelasan sasaran

atau audiens advokasi. Advokasi yang efektif mempunyai karakteristik

sebagai berikut: jelas sasarannya, berorientasi pada hasil, terencana, kreatif,

relevan dengan kebutuhan masyarakat, persuasif, strategis, berpengaruh dan

terukur. Namun demikian ada dua faktor penting yang sangat menentukan

keberhasilan advokasi, yaitu :

1) Pengetahuan mengenai siapa yang terlibat dalam atau terpengaruh oleh

proses kebijakan publik

2) Pengetahuan mengenai perangkat kelembagaan apa saja yang diperlukan

bagi implementasi kebijakan.

Dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan, advokasi dilakukan

dengan memfasilitasi dan membimbing masyarakat secara intensif agar

masyarakat mengikuti ketentuan Pedoman PNPM mandiri Perkotaan dalam

seluruh tahapan kegiatan yang ada dalam implementasi program ini. Advokasi

Page 107: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

176

disini lebih banyak dilakukan oleh tim fasilitator bekerja sama dengan relawan

masyarakat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pendampingan masyarakat

khususnya dalam pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, ada dua

kegiatan yang perlu dilakukan dalam merancang advokasi kebijakan, yaitu

analisiis stakeholders atau pemangku kepentingan dan analisis perangkat

kelembagaan.

Analisis stakeholders atau pemangku kepentingan adalah sebuah teknik

yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kepentingan orang-orang kunci,

kelompok-kelompok orang atau lembaga-lembaga yang secara signifikan

mempengaruhi keberhasilan penerapan kebijakan. Analisis ini sangat

berpengaruh pada rancangan advokasi kebijakan karena menyediakan

informasi mengenai tujuan, sikap dan peranan berbagai kelompok kepentingan

yang berbeda dan rekomendasi mengenai cara-cara melibatkan mereka dalam

proses advokasi. Analisis stakeholders merupakan salah satu langkah penting

dalam membangun hubungan dan jaringan yang diperlukan bagi keberhasilan

implementasi kebijakan yang partisipatis seperti halnya dalam PNPM Mandiri

Perkotaan. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan menerangkan

kelompok-kelompok mana saja yang bisa diajak bekerja sama dalam

merancang proses dan tujuan advokasi. Dalam kaitannya ini, analisis

stakeholders dapat digunakan untuk :

1) Mengidentifikasi karakteristik dan pengaruh orang-orang kelompok dan

lembaga yang akan terkait dengan proses advokasi kebijakan

Page 108: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

177

2) Mengidentifikasi konflik kepentingan, relasi dan kapasitas diantara

stakeholders yang memungkinkan terciptanya partisipasi dan koalisi

diantara mereka

3) Mengembangkan strategi yang tepat untuk meningkatkan dukungan dan

mengurangi hambatan sehingga alternatif-alternatif kebijakan yang

diusulkan dapat diterima oleh sasaran kebijakan.

Stakeholders dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan ini ada dua

jenis, yakni: stakeholders primer, yaitu masyarakat yang mempunyai

kepentingan langsung dengan kebijakan/program dan stakeholders sekunder,

yaitu lembaga perantara dan pelaksana dalam proses perumusan kebijakan dan

implementasinya. Stakeholders sekunder meliputi lembaga-lembaga

pemerintah dan badan-badan publik yang merupakan bagian dari proses

tersebut.

Sedangkan analisis perangkat kelembagaan adalah teknik untuk

meramalkan mengenai kemungkinan diterima atau tidaknya usulan kebijakan

yang didasari informasi mengenai dukungan atau penolakan politis pada

waktu tertentu. Teknik ini pada hakekatnya merupakan teknik untuk

menganalisis perangkat kelembagaan, seperti struktur birokrasi pemerintah,

peraturan yang mendukung implementasi kebijakan. Dalam melakukan

kegiatan ini harus dipastikan bahwa PNPM Mandiri perkotaan dapat diterima

dan kemudian diimplementasikan, sehingga sumberdaya yang akan

mendukungnya telah disiapkan dengan baik.

Page 109: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

178

4.3.4. Faktor Lingkungan

Faktor keempat yang mempengaruhi implementasi PNPM Mandiri

Perkotaan di Kota Pontianak dalam penelitian ini adalah faktor lingkungan

kebijakan publik. Ada dua lingkungan yang menyebabkan implementasi

program ini kurang berhasil dalam mencapai tujuan, yakni lingkungan internal

dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal berkaitan dengan interaksi

antara lembaga pelaksana kebijakan dengan lembaga yang terkait, sedangkan

lingkungan eksternal berkaitan dengan aspek-aspek budaya,sosial, ekonomi

dan politik.

Lingkungan internal atau yang disebut sebagai variabel endogen , yaitu

authoritative arrangement yang berkenaan dengan kekuatan sumber otoritas

dari kebijakan, network composition yang berkenaan dengan komposisi

jejaring dari berbagai organisasi yang terlibat dalam kebijakan, baik dari

pemerintah maupun masyarakat, implementation setting yang berkenaan

dengan posisi tawar-menawar antara otoritas yang mengeluarkan kebijakan

dan jejaring yang berkenaan dengan implementasi kebijakan publik.

Implementasi PNPM mandiri Perkotaan merupakan salah satu program

penanggulangan kemiskinan yang melibatkan masyarakat, swasta dan

pemerintah. Penanggulangan kemiskinan bukan hanya tanggung jawab

pemerintah pusat, namun pemerintah daerah juga dituntut mempunyai peran

nyata untuk menanggulangi kemiskinan di wilayahnya dengan segala

kewenangannya. Artinya upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

penanggulangan kemiskinan menjadi tugas yang telah didesentralisasikan dari

pusat ke daerah. Dengan demikian kewenangan pemerintah daerah untuk

Page 110: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

179

mengelola program ini sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi

program tersebut. Program ini menekankan upaya penanggulangan

kemiskinan dengan basis atau modal kemandirian masyarakat itu sendiri.

Kemandirian yang dibangun program ini akan berkelanjutan jika pemerintah

daerah ikut memberikan dukungannya kepada masyarakat melalui Badan

Keswadayaan Masyarakat yang merupakan kelembagaan lokal.

Guna mendesentralisasikan peran penanggulangan kemiskinan, PNPM

Mandiri Perkotaan melakukan penambahan kapasitas pemerintah daerah untuk

mengikuti TOT (Training of Trainer) sebagai pemandu. Keberadaan

pemandu ini untuk memberikan pelatihan kepada fasilitator kelurahan.

Pengelolaan program ini diintegrasikan oleh Pemerintah Daerah melalui

kebijakan-kebijakan yang bersifat lokal. Kebijakan lokal tersebut

direalisasikan dalam bentuk dukungan kepala daerah, DPRD hingga

melembagakan sebuah program pemberdayaan masyarakat yang disesuaikan

dengan kebutuhan daerah setempat.

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa implementasi PNPM Mandiri

Perkotaan antara lain dipengaruhi oleh kewenangan pemerintah daerah untuk

mengelola program ini, karena program ini ditujukan untuk kemandirian

pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. Salah

satu strategi dasar dalam program ini adalah menciptakan sustainability

development dalam penanggulangan kemiskinan, maka pelaksana program ini

harus mampu mengintegrasikan perannya dengan program pemberdayaan.

Strategi ini dapat terwujud dengan cara memberi akses kepada masyarakat

miskin untuk bisa berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Proses

Page 111: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

180

pengambilan keputusan berkaitan dengan seberapa jauh lower level manager

diikutsertakan dalam setiap tahapan atau langkah pengambilan keputusan.

Sebagaimana telah dikembangkan bahwa proses pengambilan keputusan

yang efektif harus ditempuh melalui langkah-langkah seperti yang

dikemukakan Robbins (1990 : 114), yaitu :

1. Collecting information to pass on to the decision maker about whatcan be done

2. Processing and interpreting that information to present advice to thedecision maker about what should be done

3. Making the choise as to what is intended to be done4. Authoricing else where what is intended to be done5. Executing or doing.

Untuk itulah kemampuan BKM di tingkat masyarakat harus diperkuat

dan kapasitas stakeholders (pemangku kepentingan) juga harus ditingkatkan.

Pelaksana program yang merupakan pelaku lokal harus mampu menjalin

kemitraan yang sinergis dengan stakeholders, pemerintah daerah dan

kelompok peduli lainnya. Thoha (2002 : 37) mengemukakan bahwa nilai,

kepercayaan, asumsi, persepsi, norma prilaku, dan pola sikap, termasuk ke

dalam aspek-aspek kebudayaan yang bersifat intangible. Dengan kata lain

sikap merupakan faktor budaya yang dimiliki oleh birokrasi dan dapat

diposisikan sebagai energi sosial yang dapat menggerakkan implementor.

PNPM Mandiri Perkotaan menggunakan forum komunitas belajar

Perkotaan untuk menggalang kepedulian bersama dalam menanggulangi

kemiskinan di wilayah kota Pontianak . Dengan menggandeng individu-

individu dari berbagai unsur pelaksana program, KBP (Komunitas Belajar

Perkotaan) menjadi komunitas pembelajaran bagi para pelaku, relawan kota,

aktivis LSM agar saling bersinergi untuk menanggulangi kemiskinan.

Page 112: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

181

Sinergisitas yang sudah terbangun diantara para pelaksana program dalam

membangun kemandirian masyarakat telah sesuai dengan tujuan PNPM

Mandiri Perkotaan. Para relawan yang berasal dari unsur masyarakat di

masing-masing kelurahan telah dikoordinir, dilatih dan diarahkan untuk

mandiri dalam suatu wadah yang bernama Badan Keswadayaan Masyarakat.

Bermula dari BKM itulah, masyarakat dibangkitkan semangat dan

kepeduliannya untuk ikut serta mencari solusi terbaik dalam menanggulangi

kemiskinan.

Dengan diserahkannya pengelolaan PNPM Mandiri Perkotaan ini berarti

masyarakat dan pemerintah daerah serta kalangan swasta, maka dalam

implementasinya ketiga komponen tersebut harus saling berkoordinasi

membentuk jejaring dengan satu tujuan, yakni penenggulangan kemiskinan.

Artinya ada proses tawar menawar (bargaining) atau negosiasi diantara

implementor program ini. Negosiasi pada prinsipnya memiliki makna yang

sama, yaitu membuka ruang pertukaran sumber daya untuk memenuhi

kebutuhan. Untuk itu diperlukan kemampuan impersonal yang lebih tinggi,

seperti kemampuan mengolah proses pertukaran kepentingan. Tuntutan untuk

melakukan negosiasi biasanya muncul ketika seseorang atau suatu kelompok

tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan atau

kepentingannya, sehingga perlu bantuan dari pihak lain.

Sedangkan lingkungan eksternal yang disebut sebagai variabel eksogen

merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi

PNPM Mandiri Perkotaan di luar hal-hal yang berkenaan dengan posisi dan

kemampuan implementor dalam mengelola program. Faktor-faktor tersebut

Page 113: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

182

lebih banyak berasal dari lingkungan fisik dan kondisi masyarakat sebagai

penerima dan pemanfaat program, seperti kondisi geografis, kondidi sosial,

ekonomi, budaya dan politik masyarakat Kota Pontianak.

Kondisi geografis Kota Pontianak yang merupakan dataran rendah dan

terbelah oleh dua sungai besar, yakni Sungai Kapuas dan Sungai Landak

menjadikan Kota Pontianak lebih banyak dikelilingi oleh sungai-sungai kecil.

Ada sekitar 33 sungai kecil yang mengelilingi Kota Pontianak dan ini

membuat penataan kotanya harus lebih banyak mengikuti alur sungai tersebut.

Secara umum permasalahan permukiman yang dihadapi oleh Pemerintah

Kota Pontianak adalah semakin menjamurnya kawasan-kawasan kumuh

dibeberapa kawasan tertentu, yang dicirikan dengan :

1) Luas dan ukuran bangunan yang sempit dengan kondisi rata-rata yang

tidak memenuhi standar kesehatan maupun standar kehidupan sosial yang

layak

2) Kondisi bangunan rumah yang saling berimpitan, sehingga rentan dan

rawan terhadap bahaya kebakaran

3) Kurangnya suplai kebutuhan air bersih

4) Jaringan listrik yang tidak tertata dan terpasang secara baik serta dengan

kapasitas yang terbatas

5) Drainase yang sangat buruk

6) Jalan lingkungan yang buruk dan tidak memadai

Persepsi dan paradigma yang terbangun di masyarakat saat ini tentang

lingkungan permukiman kumuh adalah bahwa lingkungan permukiman

kumuh merupakan bagian wilayah di perkotaan yang sangat tidak produktif,

Page 114: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

183

kotor, tidak memiliki potensi, tidak efisien dan mengganggu estetika serta

keindahan kota. Sehingga solusi yang paling baik adalah memindahkan atau

menghilangkan kawasan humuh tersebut dari lingkungan wilayah perkotaan.

Tumbuhnya kawasan kumuh di perkotaan tidak dapat dihindari sebagai

konsekuensi dari perkembangan kota yang pesat, seperti halnya Kota

Pontianak. Untuk itu yang diperlukan adalah sebuah kebijakan pemerintah

kota yang mendukung perbaikan permukiman kumuh tersebut serta

pendanaannya.

Salah satu kebijakan yang mendukung perbaikan permukiman di Kota

Pontianak adalah PNPM Mandiri Perkotaan, khususnya komponen kegiatan

lingkungan. Jenis kegiatan lingkungan yang meliputi infrastruktur, sarana dan

prasarana permukiman pada dasarnya bersifat fleksibel sesuai dengan

kebutuhan masyarakat, baik yang sifatnya individual (individu masyarakat

miskin) maupun kolektif (untuk kepentingan umum). Semua jenis kegiatan

yang akan dilaksanakan tersebut harus memenuhi persyaratan dan diusulkan

oleh KSM atau panitia. Panitia adalah sebutan bagi KSM yang mengelola

kegiatan lingkungan (pembangunan sarana dan prasarana) dalam program

PNPM Mandiri Perkotaan. KSM/ Panitia merupakan kelompok

kemasyarakatan yang ada di kelurahan yang tumbuh dan berkembang serta

diakui keberadaannya dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat.

KSM/Panitia ini juga merupakan kelompok swadaya yang dibentuk karena

adanya kesamaan kepentingan dan kebutuhan dalam kelompok tersebut. Jadi

bukan organisasi yang dibentuk karena mengejar keuntungan (financial) dari

melaksanakan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan.

Page 115: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

184

Lingkungan eksternal lain yang turut mempengaruhi keberhasilan

implementasi PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Pontianak adalah kondisi

ekonomi masyarakat. Dalam proses pembangunan di Kota Pontianak yang

telah dilaksanakan selama ini telah banyak membawa perubahan, baik

perubahan kearah yang lebih baik maupun sebaliknya. Dampak pembangunan

kota yang positif antara lain adanya peningkatan ekonomi masyarakat,

sedangkan yang negatif antara lain munculnya masalah-masalah sosial di

masyarakat akibat banyaknya pendatang yang ingin mengubah nasibnya.

Dengan demikian juga terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin di Kota

Pontianak yang mengakibatkan semakin meningkatnya ketidakmampuan

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Kondisi ini juga membuat

semakin meningkatkan masalah sosial lainnya, karena kemiskinan bersumber

dari ketidakberdayaan secara ekonomi, seperti pengangguran, permukiman

kumuh dan sebagainya.

Pengangguran dapat menimbulkan kemiskinan dan sebaliknya kemiskinan

dapat pula menyebabkan pengangguran. Orang yang tiba-tiba kehilangan

pekerjaan secara otomatis tidak memiliki penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Orang miskin yang dihimpit oleh berbagai persoalan,

termasuk rendahnya pendapatan, rendahnya pendidikan, ketrampilan dan

akses sumber pelayanan sosial, akan semakin sulit memperoleh pekerjaan

yang layak sehingga sulit memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan

anggota keluarganya. Akibatnya permasalahan sosial meningkat pesat seiring

dengan meningkatnya kemiskinan dan pengangguran. Selain itu,

pengangguran dan kemiskinan pada akhirnya dapat menimbulkan desintegrasi

Page 116: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

185

sosial, seperti terjadinya kerusuhan sosial, konflik sosial dan perilaku tindak

kejahatan lainnya.

Kondisi masyarakat yang demikian akan mempengaruhi keberhasilan

implementasi PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Pontianak, karena untuk

dapat mengimplementasikan program ini dibutuhkan pelaku-pelaku kebijakan

yang mampu mengaktualisasikan dirinya ke dalam program tersebut. Untuk

dapat menjadi relawan masyarakat yang akan memperjuangkan kaumnya

maka relawan masyarakat tersebut seharusnya sudah dapat menunjukkan

bahwa dirinya mampu menjadi wakil masyarakat dalam menyalurkan

keinginan masyarakat miskin di wilayahnya. Mereka harus mampu

mengorganisasikan diri dan masyarakatnya ke dalam lembaga keswadayaan

masyarakat agar dapat memperjuangkan kegiatan-kegiatan penenggulangan

kemiskinan di wilayahnya.

Melalui pengembangan kapasitas masyarakat seperti pemberdayaan dan

partisipasi serta kapasitas lembaga keswadayaan masyarakat tersebut, kegiatan

PNPM Mandiri Perkotaan dapat dimplementasikan dengan baik, sebab dalam

program ini dapat :

1) Memberikan kesempatan kepada masyarakat ikut berpartisipasi dalam

perencanaan pembangunan sarana dan prasarana di wilayahnya

2) Meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat baik dalam

hal pengelolaan program yang bersifat teknis maupun dalam hal

berorganisasi

3) Menumbuhkan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap sarana dan

prasarana yang akan dibangun

Page 117: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

186

4) Memberikan peluang dan kesempatan berfungsinya gerakan keswadayaan

modal masyarakat unuk turut serta dalam proses implementasi program

5) Mendayagunakan dan melibatkan organisasi atau lembaga kemasyarakatan

yang ada terkait dengan pembangunan daerah.

Penguatan kapasitas masyarakat dilakukan melalui pembentukan lembaga-

lembaga yang memberi peluang seluas-luasnya kepada warga untuk

menyampaikan aspirasi dan berpartisipasi didalamnya. Partisipasi masyarakat

merupakan komponen penting dalam pembangkitan kemandirian dan proses

pemberdayaan. Sebaiknya masyarakat harus terlibat dalam proses tersebut

sehingga mereka dapat lebih memperhatikan hidupnya untuk memperoleh rasa

percaya diri, memiliki harga diri dan pengetahuan untuk mengembangkan

keahlian baru. Prosesnya dilakukan secara kumulatif sehingga semakin banyak

ketrampilan yang dimiliki seseorang semakin baik kemampuan

berpartisipasinya. Penguatan kapasitas masyarakat melalui program

pemberdayaan seperti PNPM Mandiri Perkotaan, pada prinsipnya

dimaksudkan untuk penguatan peluang masyarakat untuk mendapatkan

pendapatan yang memadai. Salah satu masalah yang dihadapi masyarakat

miskin dalam program ini adalah ketrampilan sumberdaya yang tergolong

rendah dan lemah dalam mengakses perolehan modal. Melalui PNPM Mandiri

Perkotaan, kelompok-kelompok masyarakat yang tergabung dalam Usaha

kecil berkesempatan untuk mendapatkan pinjaman dana untuk pengembangan

usahanya. Kegiatan tersebut dalam bentuk pinjaman bergulir yang

implementasinya dikelola oleh kelompok-kelompok swadaya masyarakat.

Page 118: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

187

Berbagai bantuan yang disalurkan kepada kelompok-kelompok swadaya

masyarakat diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan.

Bentuk kegiatannya antara lain melalui pelatihan ketrampilan usaha,

manajemen keuangan, pembentukan kelembagaan ekonomi sampai dengan

memberikan bantuan modal. Semua program bantuan yang ditujukan untuk

pemberdayaan ekonomi masyarakat seharusnya diawali dengan kegiatan

pengembangan kapasitas sumberdaya manusianya. PNPM Mandiri Perkotaan

selalu diawali dengan pelatihan dan pembinaan kepada kelompok-kelompok

swadaya masyarakat. Kelompok swadaya masyarakat yang menjadi sasaran

program yang mempunyai peminatan atau preferensi sejenis dapat

memanfaatkan program dengan membentuk KSM, seperti :

1) Kelompok Pengusaha Mikro

2) Kelompok Simpan Pinjam

3) Kelompok Usaha Bersama.

Sedangkan bentuk pelatihan yang dilakukan adalah BKM dilatih

merealisasi PJM Pronangkis dan Rencana Tahunannya dengan melakukan

kegiatan pembangunan Tridaya (Sosial, Ekonomi dan lingkungan) dengan

dana Bantuan Langsung Tunai (BLM) dari APBN, APBD maupun sumber

lain. BKM juga dilatih melakukan kerja sama pembangunan dengan

pemerintah daerah melalui pembeayaan bersama melalui kegiatan

Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET). Selanjutnya BKM dilatih

merealisasikan PJM Pronangkis dengan melakukan kemitraan dengan

pemerintah daerah, lembaga usaha, perorangan dan lembaga masyarakat

lainnya.

Page 119: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

188

Apabila kelompok swadaya masyarakat sudah mampu mandiri dalam

menanggulangi kemiskinan, menunjukkan bahwa tujuan dari kegiatan

kemitraan yang ada dalam PNPM Mandiri Perkotaan juga telah tercapai.

Adapun tujuan dari kegiatan kemitraan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Melakukan percepatan (akselerasi) upaya penanggulangan kemiskinan

2) Meningkatkan daya tanggap dan peran serta stakeholder pembangunan

dalam penanggulangan kemiskinan

3) Mendukung upaya pemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam

penanggulangan kemiskinan

4) Mendukung realisasi Program Jangka Menengah Penanggulangan

Kemiskinan dari BKM

5) Mendekatkan akses penanggulangan kemiskinan pada kelompok sasaran

(warga miskin)

6) Memfasilitasi BKM dan calon mitra sehingga terjadi calon mitra.

Dalam PNPM Mandiri Perkotaan terdapat sejumlah kegiatan sosial yang

harus diimplementasikan untuk memperkuat ikatan sosial (social cohesion)

dengan menggalang kepedulian /solidaritas, kebersamaan dan menumbuhkan

kepercayaan dengan menggerakkan kapasitas sosial di masyarakat. Untuk

mencapai ujuan itu diperlukan dukungan dari masyarakat agar mau peduli

terhadap masalah yang ada disekitarnya, yaitu dengan menumbuhkan

kebiasaan mengelol program sosial secara berkelanjutan, mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai evaluasi kegiatan. Semua itu

dipengaruhi oleh kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat. Kondisi

sosial budaya masyarakat Kota Pontianak yang terdiri dari berbagai suku/etnik

Page 120: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

189

berarti juga menunjukkan adanya berbagai budaya/tradisinya. Etnik terbesar

penduduk yang ada di Kota Pontianak adalah Melayu, Dayak dan China,

mempunyai karakter yang sangat berlainan. Dengan adanya perbedaan

karakter masing-masing etnik, juga akan mempengaruhi etos kerja maupun

budaya kerja penduduk tersebut. Etos kerja penduduk yang berasal dari etnis

Melayu berbeda dengan etos kerja atau budaya kerja penduduk etnis Dayak

atau China.

Selain ketiga etnis tersebut, masih ada banyak penduduk Kota Pontianak

yang berasal dari berbagai etnis, seperti Jawa, Madura, Bugis, Batak dan lain-

lain. Ketiga etnis besar (Melayu, Dayak dan China) diklaim oleh pemerintah

setempat sebagai penduduk asli (putra daerah) Kota Pontianak, sedangkan

etnis yang lainnya disebut sebagai etnis pendatang. Dalam kehidupan

bermasyarakat, penduduk dengan berbagai etnis tersebut menunjukkan bahwa

adanya kebersamaan diantara mereka. Hal ini dilambangkan dengan adanya

visi Pemerintah Kota Pontianak pada waktu itu dan masih melekat sampai

sekarang, yaitu : ‘Tertib Administrasi Pemerintahan, Maju Dalam Usaha dan

Bersatu Dalam Etnis’. Apabila visi ini dipegang oleh seluiruh masyarakat

Kota Pontianak, maka akan menjadikan Kota Pontianak yang damai dan

rukun.

Kondisi yang demikian tersebut di atas berpengaruh terhadap

pemerintahan, kemajuan dunia usaha dan kerukunan penduduk Kota

Pontianak. Termasuk didalamnya adalah keterlibatannya berbagai etnis yang

ada dalam mengelola PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Pontianak. Pengelola

kegiatan-kegiatannya berasal dari berbagai etnis, karena salah satu prinsipnya

Page 121: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

190

adalah program dilaksanakan oleh KSM, dimana setiap warga masyarakat

mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota KSM, baik tua-

muda, kaya-miskin, laki-laki maupun perempuan, tetapi dengan syarat

penerima manfaat adalah warga miskin.

Berbagai faktor yang telah diuraikan di atas merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan implementasi PNPM mandiri Perkotaan di Kota

Pontianak. Keempat faktor tersebut salaing terintegrasi dan merupakan satu

kesatuan serta saling berkaitan sehingga membentuk policy cycle dalam

implmentasi kebijakan publik. Program yang diidealkan dalam PNPM

Mandiri Perkotaan berbasis pemberdayaan mendorong kepada sasaran

program untuk berpartisipasi sebagai pelaksana program dengan

mengorganisir dirinya ke dalam kelompok keswadayaan masyarakat dengan

tujuan penanggulangan kemiskinan masyarakat di wilayahnya. Semua ini

tercapai apabila lingkungan kebijakannya mendukung, baik lingkungan

internal maupun lingkungan eksternalnya.

Interaksi antara keempat faktor dalam implementasi PNPM Mandiri

Perkotaan terjadi secara timbal balik antara faktor yang satu dengan faktor

yang lainnya, sehingga seringkali dapat menimbulkan tensions yang bisa

menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan persepsi diantara pelaku program.

Adanya perbedaan persepsi yang terjadi diantara pelaksana program dan

sasaran program dapat menimbulkan konflik atau perbedaan kepentingan.

Dengan mengembangkan kemampuan negosiasinya, setiap pihak bisa

mendapatkan apa yang dibutuhkannya tanpa harus melakukan cara-cara yang

ekstrim. Proses negosiasi dilakukan dengan menciptakan penyelesaian

Page 122: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

191

melalui consensus atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak.

Proses ini mengakomodasi kedua kepentingan antara pelaksana program

dengan sasaran program dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan.

Sehingga memerlukan komitmen yang besar dari kedua belah pihak untuk

dapat menumbuhkan hubungan dan mencari titik temu kedua kepentingan

tersebut.

Dalam PNPM Mandiri Perkotaan, hubungan sinergisitas antara

masyarakat, pemerintah kota dan kelompok peduli dilakukan dalam kegiatan

PAKET (Penanggulangan Kemiskinan Terpadu). PAKET merupakan

komponen program untuk mendorong dan memperkuat kemitraan sinergisitas

sehingga upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan secara mandiri

dan berkelanjutan serta melembaganya proses pembangunan yang bersifat

partisipatif di tingkat kota. Dengan adanya kegiatan PAKET telah terjadi

proses pembelajaran kemitraan dan gerakan bersama oleh seluruh pelaku di

tingkat kota sehingga terjalin sinergi upaya-upaya penanggulangan

kemiskinan di wilayahnya.

Kemitraan merupakan upaya kolaboratif yang terus menerus guna

mencapai tujuan bersama, dengan melibatkan kerja sama diantara dua atau

lebih pihak (komponen) yang saling terkait. Dalam kemitraan terdapat unsur-

unsur sebagai berikut :

1) Terdapat dua atau lebih pihak (komponen) yang terlibat, yakni pemerintah,

swasta dan masyarakat

2) Keduanya bekerjasama sebagai mitra, dalam hal ini tidak ada yang

sifatnya membawai pihak lain

Page 123: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ...media.unpad.ac.id/thesis/170130/2009/170130090075_4_2027.pdf · Gambaran Umum Kota Pontianak ... mencakup 107,82 Km²

192

3) Adanya tujuan bersama berdasarkan komitmen yang hendak dicapai

4) Setiap pihak mempunyai tanggung jawab sendiri

5) Setiap pihak memberikan input berupa financial, teknologi, pengetahuan

atau sumber lainnya dalam sebuah proses pembelajaran.

Masyarakat sebagai pihak sasaran program yang sekaligus menjadi

pelaksana PNPM Mandiri Perkotaan mempunyai banyak potensi sebagai

kekuatan yang apabila digali dan disalurkan dapat berubah menjadi energi

yang besar untuk mengatasi masalah yang ada. Cara menggali dan

mendayagunakan sumber daya yang ada di masyarakat dilakukan dengan

upaya pemberdayaan masyarakat. Faktor yang paling penting adalah

bagaimana mendudukkan masyarakat pada posisi pelaku (subyek) pelaksanaan

program yang aktif, bukan hanya penerima yang pasif. Gerakan pemberdayaan

masyarakat ini lebih mengutamakan inisiatif dan kreasi masyarakat dengan

strategi pokok adalah memberi kekuatan (power) kepada masyarakat.