Gambaran Umum Kota Malang -...

13
27 BAB III DESKRIPSI WILAYAH Gambaran Umum Kota Malang 3.1 Letak Geografis Sebagaimana diketahui secara umum Kota Malang merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Letaknya yang berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Malang secara astronomis terletak pada posisi 112.06o 112.07o Bujur Timur , 7.06o 8.02o Lintang Selatan dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kec. Singosari dan Kec. Karangploso Kab. Malang Sebelah Timur : Kec. Pakis dan Kec. Tumpang Kab Malang Sebelah Selatan: Kec. Tajinan dan Kec. Pakisaji Kab. Malang Sebelah Barat : Kec. Wagir dan Kec. Dau Kab Malang. Luas wilayah Kota Malang sebesar 110,06 km2 yang terbagidalam lima kecamatan yaitu Kecamatan Kedungkandang, Sukun Klojen, Blimbing dan Lowokwaru. Potensi alam yang dimiliki Kota Malang adalah letaknya yang cukup tinggi yaitu 440 667 meter di atas permukaan air laut. Salah satu lokasi yang paling tinggi adalah Pegunungan Buring yang terletak di sebelah timur Kota Malang. Dari atas pegunungan ini terlihat jelas pemandangan yang indah antara lain dari arah Barat terlihat barisan Gunung Kawi dan Panderman, sebelah utara Gunung Arjuno, Sebelah Timur Gunung Semeru dan jika melihat ke bawah terlihat hamparan Kota Malang. Sedangkan sungai yang mengalir di Wilayah Kota Malang adalah Sungai Brantas, Amprong dan Bango.

Transcript of Gambaran Umum Kota Malang -...

  • 27

    BAB III

    DESKRIPSI WILAYAH

    Gambaran Umum Kota Malang

    3.1 Letak Geografis

    Sebagaimana diketahui secara umum Kota Malang merupakan salah satu kota

    tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Letaknya yang

    berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Malang secara astronomis terletak pada

    posisi 112.06o – 112.07o Bujur Timur , 7.06o – 8.02o Lintang Selatan dengan batas

    wilayah sebagai berikut:

    Sebelah Utara : Kec. Singosari dan Kec. Karangploso Kab. Malang

    Sebelah Timur : Kec. Pakis dan Kec. Tumpang Kab Malang

    Sebelah Selatan: Kec. Tajinan dan Kec. Pakisaji Kab. Malang

    Sebelah Barat : Kec. Wagir dan Kec. Dau Kab Malang.

    Luas wilayah Kota Malang sebesar 110,06 km2 yang terbagidalam lima kecamatan

    yaitu Kecamatan Kedungkandang, Sukun Klojen, Blimbing dan Lowokwaru.

    Potensi alam yang dimiliki Kota Malang adalah letaknya yang cukup tinggi yaitu

    440 – 667 meter di atas permukaan air laut. Salah satu lokasi yang paling tinggi adalah

    Pegunungan Buring yang terletak di sebelah timur Kota Malang. Dari atas pegunungan ini

    terlihat jelas pemandangan yang indah antara lain dari arah Barat terlihat barisan

    Gunung Kawi dan Panderman, sebelah utara Gunung Arjuno, Sebelah Timur Gunung

    Semeru dan jika melihat ke bawah terlihat hamparan Kota Malang. Sedangkan sungai

    yang mengalir di Wilayah Kota Malang adalah Sungai Brantas, Amprong dan Bango.

  • 28

    3.2 Sejarah Kota Malang

    Kota malang seperti kota-kota lain di Indonesiapada umumnya baru tumbuh dan

    berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda. Fasilitas umum di rencanakan

    sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda.Kesan diskriminatif itu masih

    berbekas hingga sekarang.Misalnya Ijen Boulevard kawasan sekitarnya.hanya dinikmati oleh

    keluarga- keluarga Belanda dan Bangsa Eropa lainnya, sementara penduduk pribumi harus

    puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan

    perumahan itu sekarang bagai monumen yang menyimpan misteri dan seringkali

    mengundang keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim disana untuk bernostalgia.

    Pada Tahun 1879, di Kota malang mulai beroperasi kereta api dan sejak itu Kota

    Malang berkembang dengan pesatnya. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin

    meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah

    perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali.Perubahan

    fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi

    perumahan dan industri.

    Sejalan perkembangan tersebut di atas, urbanisasi terus berlangsung dan kebutuhan

    masyarakat akan perumahan meningkat di luar kemampuan pemerintah, sementara tingkat

    ekonomi urbanis sangat terbatas, yang selanjutnya akan berakibat timbulnya perumahan-

    perumahan liar yang pada umumnya berkembang di sekitar daerah perdagangan, di sepanjang

    jalur hijau, sekitar sungai, rel kereta api dan lahan-lahan yang dianggap tidak bertuan. Selang

    beberapa lama kemudian daerah itu menjadi perkampungan, dan degradasi kualitas

    lingkungan hidup mulai terjadi dengan segala dampak bawaannya. Gejala-gejala itu

    cenderung terus meningkat, dan sulit dibayangkan apa yang terjadi seandainya masalah itu

    diabaikan.

    http://malangkota.go.id/http://malangkota.go.id/

  • 29

    A. Pemerintahan

    Kota Malang terdiri dari lima kecamatan yang ada terbagi atas 57 kelurahan.

    Berdasarkan klasifikasi dari kemampuan kelurahan dalam membangun wilayahnya tercatat

    seluruh kelurahan masuk ke dalam kategori kelurahan Swa Sembada. Artinya hampir seluruh

    kelurahan yang ada telah mampu menyelenggarakan pemerintahannya dengan mandiri.

    Dalam menyelenggarakan pemerintahan, aparatur pemerintah sebagai abdi Negara dan abdi

    masyarakat mempunyai peran yang penting menyelenggarakan berbagai tugas baik itu tugas-

    tugas umum pemerintahan, tugas pembangunan maupun dalam tugas dalam pelayanan

    kepada masyarakat (publik).

    Berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang tercatat 9.757

    Pegawai Negeri Sipil yang berada dibawah Pemerintahan Kota Malang. Pelayanan terhadap

    masyarakat yang dapat diberikan oleh para aparatur pemerintah antara lain penerbitan akte

    kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian dan pengangkatan anak. Selain itu juga

    diterbitkan berbagai sertifikat hak atas tanah. Pemerintah Kota Malang selalu berusaha

    meningkatkan kemampuan aparaturnya baik melalui pendidikan formal maupun informal.

    B. Penduduk

    Data kependudukan sangat diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan

    karena penduduk merupakan subyek dan sekaligus sebagai obyek pembangunan. Data

    penduduk dapat diperoleh melalui beberapa cara yaitu melalui Sensus Penduduk, Registrasi

    Penduduk, dan Survei-survei Kependudukan. Menurut hasil Proyeksi Penduduk Sensus

    Penduduk 2010 jumlah penduduk Kota Malang tahun 2014 sebanyak 845.973 jiwa yang

    terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 416.982 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak

    428.991 jiwa.

  • 30

    Dengan demikian rasio jenis kelamin penduduk Kota Malang sebesar 97,2. Ini artinya

    bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97-98penduduk laki-laki. Berdasarkan hasil

    Sensus Penduduk 2010, pada periode 2010–2014 rata-rata laju pertumbuhan penduduk setiap

    tahunnya adalah 0,31 % Dilihat dari penyebarannya, diantara 5 kecamatan yang ada

    Kecamatan Lowokwaru memiliki penduduk terbanyak yaitu sebesar 192.066 jiwa, kemudian

    diikuti oleh kecamatan Sukun (188.545 jiwa), Kecamatan Kedungkandang (183.927 jiwa),

    Kecamatan Blimbing ( 176.845 jiwa) dan Kecamatan Klojen (104.590 jiwa).

    Sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi terjadi di wilayah

    Kecamatan Klojen yaitu mencapai 11.845 jiwa per Km2, sedangkan terendah di wilayah

    Kecamatan Kedungkandang sebesar 4.611 jiwa per Km2.

    3.3 GOR Ken Arok

    GOR Ken Arok terletak di Kelurahan Buring Kecamatan Kedungkandang Kota

    Malang merupakan satu-satunya GOR tipe A di Jatim. Dibangun di atas tanah 44.300 meter

    dengan fasilitas untuk berbagai cabang olah raga dan mampu menampung 5.000 hingga 7.500

    penonton untuk kegiatan olahraga dan seni budaya. GOR senilai Rp 25 miliar ini terdiri atas

    fasilitas indoor dan outdoor. Fasilitas dalam ruangan (indoor) bisa dimanfaatkan untuk

    cabang olah raga tenis meja, bola basket, bola voli, bulutangkis, tinju, senam aerobik dan

    pertunjukan seni musik. Sedangkan outdoor selain bola volli, basket, atletik dan sepakbola,

    fasilitas luar ruangan ini juga bisa dimanfaatkan untuk ajang drag race. Fasilitas penunjang

    lain tak kalah penting antara ruang pijat, ruang pemanasan, ruang ganti atlet, ruang ganti

    pelatih, loker dan pressroom.

    Keberadaan GOR Ken Arok yang multifungsi ini mempunyai nilai sangat penting

    bagi Kota Malang yang memiliki semboyan Tri Bina Cita, yaitu Malang sebagai Kota

    Pendidikan, Wisata dan Industri. Bahkan fungsi GOR Ken Arok memberikan ‘benang merah’

  • 31

    yang menyatukan ketiga semboyan itu. Perlu diingat, Kota Malang sejak lama dikenal

    sebagai gudangnya olahragawan, maupun seniman dan budayawan andal. Tidak saja skala

    nasional, tapi juga dunia. Sebut saja nama atlet Thomas Americo, Monod, M Jauhari, HM

    Nurhuda, Aji Santoso, Bambang Nurdiansyah, Johan Wahyudi. Atau sejarahwan (alm) Habib

    Mustopo, penulis terkenal Ratna Indraswari. Di era 80-an Kota Malang juga sempat menjadi

    barometer musik dan olahraga tinju di tanah air.

    Awal Mula Penamaan GOR Ken Arok

    Penamaan GOR Ken Arok, meskipun pada awalnya menuai banyak perdebatan.

    Terutama dari sosok Ken Arok yang dikenal dibesarkan di lingkungan ‘preman’ seperti

    pencuri, perampok dan pemabuk. Namun di mata Walikota Malang Peni Suparto, tokoh

    legenda ini tetap memiliki sisi positif yang patut dicontoh generasi muda. Bahkan mungkin

    karena pentingnya, Pemkot Malang menggelar upacara sakral berupa ritual ‘Buka Bumi’ agar

    pembangunan patung setinggi 5 meter di tengah atrium berjalan lancar. Saat itu tepat didepan

    GOR Ken Arok yang akan dibangun patung dipenuhi oleh kepulan asap dupa dan ubo rampe

    komplit berupa nasi tumpeng, cok bakal, jenang sengkolo (bubur merah putih), polo pendem

    dan sejumlah keris pusaka melengkapi prosesi khas Jawa ini. Wali kota Bapak Peni Suparto

    kemudian mencangkul tanah pertama di atas pondasi patung yang digarap perupa patung

    Chamim Marka yang kemudian pada tanggal 21 September diresmikan oleh Menteri Pemuda

    dan Olahraga Republik Indonesia, Adhyaksa Dault, SH, Msi. tahun 2006 silam. Kembali ke

    sejarah Ken Arok, meski lahir dari kasta terendah Sudra, Ken Arok memiliki semangat juang,

    keberanian serta strategi luar biasa. Dia mampu mendesain diri sebagai pribadi yang besar

    dengan menggulingkan Tunggul Ametung. Langkah ini merupakan sebuah bentuk

    pembebasan yang keras dari seorang rakyat biasa dari tindasan Sang Akuwu (pemimpin).

    Kemudian tahun 1222, sang ‘Legenda’ asal Malang itu berhasil mengalahkan tentara Kediri

    di Ganter, kemudian bergelar Sri Rangga Rajasa Sang Amurwabumi yang melahirkan cikal

  • 32

    bakal kerajaan besar serta menurunkan raja-raja Singosari dan Majapahit. Dengan demikian

    diharapkan bahwa GOR Ken Arok , yang merupakan simbol sarana olahraga dikota Malang

    dapat dikenal di taraf nasional atau bahkan di mata internasional.

    3.4 Kecamatan Kedungkandang

    Kecamatan Kedungkandang terletak di bagian Timur wilayah Kota Malang dengan

    luas wilayah 39,89 km2 yang terdiri atas 12 kelurahan. Ketinggian rata-rata dari permukaan

    air laut antara 440 – 460 meter.

    Kecamatan Kedungkandang terletak pada : - 112o 36’14’’ – 112o 40’42’’ Bujur

    Timur - 077o 36’38’’ – 008o 01’57’’ Lintang Selatan Pegunungan dan Sungai Pegunungan

    Buring yang terbentang di beberapa kelurahan yaitu ( Kelurahan Tlogowaru, Wonokoyo,

    Buring, Kedungkandang, Madyopuro dan Cemorokandang ). Sungai sungai yang mengalir di

    wilayah Kecamatan Kedungkandang adalah Sungai Bango, Sungai Brantas, Sungai Amprong

    dan beberapa sungai kecil lainnya.

    Batas Adminitratif

    Sebelah Utara : Kecamatan Pakis Kabupaten Malang

    Sebelah Timur : Kecamatan Tumpang dan Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang

    Sebelah Selatan : Kecamatan Tajinan dan Pakisaji Kabupaten Malang

    Sebelah Barat : Kecamatan Klojen dan kecamatan Sukun dan Kecamatan Blimbing.

    A. Sejarah Kecamatan Kedungkandang

    Pada tahun 1767 daerah Malang diperintah oleh seorang Adipati Malojo Kusumo

    yang kemudian menyerah kalah kepada kompeni. Untuk memperkuat kedudukannya,

    Kompeni mendirikan benteng pertahanan ditepi sungai Brantas (Rumah Sakit “Sa iful

  • 33

    Anwar” sekarang). Disusul dengan mendirikan rumah tinggal Belanda (loge) di kanan kiri

    benteng yang kemudian oleh orang Malang, kata logedisebut loji. Tanggal 1 April 1914

    Malang ditetapkan sebagai Gemeente Pemerintahan yang diurus oleh Dewan Kota

    (Gemeenterad). Tanggal 12 Nopember 1918 Dewan Kota hasil pemilihan terbentuk. Tahun

    1919 ditunjuk Burgemeester pertama yaitu H.I. Bussemaker. Tahun 1930 ada perubahan

    Desa menjadi Dinas Pemerintahan Lingkungan. Pada Tahun 1942, pada jaman Jepang ada

    pembagian wilayah untuk Burgemeester yaitu hanya wilayah kota yang membawahi empat

    Lingkugan atau empat Wijkmeester, diantaranya :

    Lingkungan I

    Lingkungan II

    Lingkungan III

    Lingkungan IV

    Setelah tahun 1942 daerah Burgemeester dibagi menjadi 3 Kecamatan yaitu

    Kecamatan Klojen, Blimbing dan Kedung Kandang. Kecamatan Kedungkandang 1

    Wijkmeester/Lingkungan dan ditambah 12 desa (Linkungan I, Desa Kesatriyan, Gadang,

    Kebonsari, Bandungrejosari, Buring, Wonokoyo, Bumiayu, Kedungkandang, Sawojajar,

    Lesanpuro,Madyopuro, dan Polehan. Pembagian wilayah Lingkungan dan desa kemudian

    diatur oleh Perda no. 4 Tahun 1967. Berdasarkan SK Mendagri No.140-150 tanggal 22

    September 1980 dan No.140-135 tangal 14 Pebruari 1981 status desa menjadi kelurahan dan

    Lingkungan dipecah menjadi beberapa kelurahan dengan rincian sebagai berikut:

    Lingkungan I menjadi : Kelurahan Kotalama, Mergosono dan Jodipan.

    Lingkungan II menjadi : Kelurahan Kiduldalem, Sukoharjo dan Ciptomulyo.

  • 34

    Lingkungan III menjadi : Kelurahan Kauman, Kasin dan Sukun.

    Lingkungan IV menjadi : Kelurahan Klojen, Oro-oro Dowo, Samaan dan Rampal Celaket.

    Lingkungan V menjadi : Kelurahan Bareng, Tanjungrejo, Gading Kasri, Pisang Candi,

    Penanggungan, Sumbersari, Ketawanggede dan Dinoyo.

    Kecamatan Kedungkandang membawahi 15 Kelurahan dan desa yaitu Lingkungan I (

    Kelurahan Mergosono, Kotalama dan Jodipan ), Desa Gadang, Kebonsari Bandungrejosari,

    Polehan, Kedungkandang, Buring, Bumiayu, Wonokoyo, Lesanpuro, Madyopuro, Sawojajar ,

    Kesatriyan .

    Tahun 1988 Kotamadya daerah Tingkat II Malang wilayahnya mendapat tambahan 12

    desa dari Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Malang, dan dari 3 kecamatan yang ada

    dipecah (dikembangkan) menjadi lima Kecamatan yaitu Kecamatan Kedung Kandang,

    Klojen, Blimbing, Lowokwaru dan Sukun. Dari pengembangan wilayah ini, 3 Kelurahan di

    wilayah Kecamatan Kedungkandang dimasukan ke wilayah Kecamatan Blimbing yaitu (

    Kelurahan Jodipan, Polehan dan Kesatriyan ) dan 3 Kelurahan di wilayah Kecamatan

    Kedungkandang dimasukan ke wilayah Kecamatan Sukun yaitu ( Kelurahan Gadang,

    Kebonsari, Bandungrejosari ). Sedangkan wilayah Kecamatan Kedungkandang ditambah 3

    Desa yang berasal dari wilayah Kabupaten Malang yaitu ( Desa Arjowinangun, Tlogowaru,

    dan Cemorokandang ).

    B. Pemerintahan

    Kecamatan Kedungkandang terdiri atas 12 Kelurahan, yang semuanya tercakup dalam

    114 RW atau 859 RT dengan Jumlah penduduk 182.342 jiwa dan luas wilayah 39,89 km2

    berarti mempunyai kepadatan penduduk rata-rata 4.571 jiwa/km2. Kelurahan yang paling

    padat adalah kotalama dengan kepadatan 33.120 jiwa/km2 sebaliknya kelurahan yang

  • 35

    paling jarang adalah Wonokoyo dengan kepadatan 1.018 jiwa/km2. Kegiatan administrasi

    kependudukan mencatat bahwa angka pertambahan alamiah sebesar 0,72 %, dengan angka

    kelahiran kasar (CBR) sebesar 11,26 dan angka kematian kasar (CDR) 4,07artinya di

    Kecamatan Kedungkandang, selama tahun 2013 tiap 1000 penduduk terjadi 11 kelahiran

    dan 4 kematian. Pada Tahun 2013 Angka pertumbuhan alamiah 0,72 % dibandingkan dengan

    angka pertumbuhan alamiah tahun 2012 mengalami penurunan (0,79% tahun 2012. Hal ini

    salah indikator bahwa penekanan laju pertumbuhan penduduk cukup berhasil.

    C. Pendidikan

    Di wilayah Kecamatan pada Tahun 2007 sudah dibangun sebuah sekolah TK dan

    SDN Nasional yang bertaraf Internasional. Dimana sekolahan tersebut berada di wilayah

    Kelurahan Tlogowaru, Sedangkan sejak tahun 2009 di wilayah kelurahan Bumiayu sudah

    didirikan Universitas Terbuka Malang n Universitas Negeri Malang Program PGSD ada di

    Kelurahan Madyopuro. Sehingga diwilayah Kecamatan Kedungkandang terdapat 2

    Perguruan Tinggi Negeri dan 4 perguruan tinggi swasta.

    3.5 Sosial Budaya Kota Malang

    Kota Malang merupakan kota yang dulunya sering disebut sebagai kota dengan suhu

    udara yang sejuk. Penataan taman yang asri mempercantik wajah kota malang sehingga

    membangun kesan yang positif terhadap siapapun yang berkunjung. Perilaku masyarakatnya

    yang masih memegang erat budaya jawa menambah kesan harmonisasi dalam kehidupan

    masyarakat sehari-hari. Akan tetapi, perkembangan zaman juga membawa dampak yang

    merugikan kota ini. Berikut merupakan beberapa fenomena yang patut kita renungkan untuk

    membangun refleksi diri menjadi lebih baik.

  • 36

    1. Banyaknya pengemis di jalanan

    Kehidupan masyarakat kota yang semakin maju mulai menyisihkan masyarakat-

    masyarakat yang tidak dapat bersaing dalam konteks kemampuan ekonomi. Oleh sebab itu,

    sebagian dari mereka memilih untuk menjadi pengemis demi mencukupi kebutuhan hidup

    sehari-hari. Akan tetapi, beberapa dari pengemis di Kota Malang sering kali menggunakan

    cara-cara yang kurang manusiawi, misalnya memanfaatkan anak kecil yang yatim piatu untuk

    diajak mengemis, mempertontonkan anak disabilitas untuk menarik simpati masa, bahkan

    pemaksaan dengan menggunakan obat khusus agar anak yang digendong saat mengems tetap

    terlelap dalam tidur. Cara-cara yang demikian tentu bertentangn dengan nilai-nilai

    kemanusiaan, terlebih lagi dilakukan pada anak usia dini yang notabene merupakan generasi

    penerus bangsa indonesia. Pemerintah diharapkan mampu memberikan perlindungan

    terhadap mereka dengan memberikan kesempatan menempuh jenjang pendidikan sehingga

    dapat meingkatkan kualitas diri mereka.

    2. Kemacetan yang semakin parah

    Bertambahnya sejumlah hotel dan perumahan atau sejenisnya merupakan respon

    terhadap bertambahnya masyarakat yang tinggal di Kota Malang. Hal ini juga berdampak

    terhadap melunjaknya volume kendaraan yang kian hari kian bertambah. Alhasil kemacetan

    dan semakin tercemarnya polusi udara pun semakin tidak terhindarkan. Hal yang kurang

    patut ditiru yakni orang-orang yang berlomba-lomba memiliki mobil lebih dari kebutuhan.

    Hal ini menunjukkan sikap egois dan mementingkan diri sendiri. Kebanyakan bahkan gengsi

    untuk berjalan kaki atau menggunakan angkutan umum sehingga kesadaran untuk

    mengutamakan kepentingan umum sangat kurang. Sikap inilah yang harus dibenahi oleh

    setiap individu agar dapat saling menghormati kepentingan masyarakat luas.

  • 37

    3. Pemukiman kumuh dibantaran sungai

    Mereka yang tidak mampu membeli lahan secara legal biasanya menggunakan

    bantaran sungai sebagai alternatif untuk membangun tempat tinggal yang kurang layak untuk

    dihuni. Awalnya hanya tembok dari anyaman bambu namun lama kelamaaan semakin meluas

    dan menggunakan beton. Pembiaran terhadap maslah ini memang dilakukan sebagai upaya

    untuk mejaga keberlangsungan kehidupan mereka. Akan tetapi, penghunian wilayah pinggir

    sungai yang mana merupakan daerah resapan air tentu menimbulkan maslah baru yang lebih

    besar. Contohnya, penumpukan sampah dari kegiatan rumah tangga, menyempitnya luas

    aliran sungai, pencemaran sungai yang dapat merusak ekosistem sungai, hingga bencana

    banjir yang dapat menimbulkan korban jiwa dan materil. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai

    pihak ayng berwenang diharapkan mampu bertindak tegas dalam mengatasi masalah yang

    demikian agar tidak menjamur dan berkembang di masyarakat.

    Dari fenomena-fenomena tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa kehidupan

    masyarakat kota malang mulai mengarah pada tahapan metropolitan. Hal ini ditunjukkan

    dengan pembangunan-pembangunan yang terus berkelanjutan. Oleh sebab itu, apabila tidak

    dibarengi dengan penerapan kebijakan yang tepat akan menimbulkan masalah yang lebih

    besar.

    3.6 Kedungkandang Sebagai Pusat Balap Liar

    Awal mula adanya balap liar di GOR Ken Arok terjadi setelah dibangunnya Stadion.

    meter. Lapangan parkir lapangan parkir yang luas dan dilapisi dengan aspal sehingga sangat

    memungkinkan untuk lintasan balap liar.

    Sesuai dengan wawancara kepada masyarakat daerah GOR Ken Arok yang

    menyatakan bahwa awal balap liar GOR Ken Arok adalah ketika stadion itu ada dan

  • 38

    dibangun lapangan parker serta adanya jalan aspal yang tidak terpakai di bagian belakang

    GOR, jalan tersebut lurus panjangnya 1km.

    “Semenjak stadion itu ada, balap liar juga ada”, Ibu Yati.

    Awal pemakaian GOR sebagai tempat balap liar pada tahun 2007, yaitu sejak para

    pemuda penggemar balap liar yang tinggal di sekitar situ mulai suka mencoba sepeda

    motornya sebelum balapan di GOR tersebut.

    “Sekitar tahun 2007 mbak, dulu disini masih sepi pedagang masih saya saja

    itupun saya jualan kalau ada acara saja, tapi semenjak anak-anak yang suka

    balapan itu pindah kesini jadi ramai.” Ibu Yati

    Pada mulanya sekelompok yang sekarang meluas menjadi komunitas ini melakukan

    kegiatan Balap Liar di berbagai titik :

    1. Malang Selatan berada di sekitar parkir Stadion Kanjuruhan, Tol Baru Talang Agung,

    Permata Hijau Selorok, Donomulyo Pagak dan Bendungan Karangkates

    2. Malang Timur : Jalan raya sepanjang Turen, Jalan raya Tumpang

    3. Malang Utara : Jalan raya Lawang-Singosari

    4. Malang Barat : Jalan raya Batu depan Batos, depan POM bensin setelah Alun-Alun 5.

    Malang Tengah (Kota) : Jalan Soelarno-Hatta, Jalan raya flyover Arjosari hingga RS Syaiful

    Anwar, sekitar GOR Ken Arok, dan beberap titik lain.

    Namun saat ini untuk daerah Kota semua bermigrasi ke GOR Ken Arok, karena faktor

    keamanan dan tanpa harus membayar uang jalan kepada sang empunya jalan (preman yang

    memegang daerah tersebut).

    Pada balapan liar ini pun berlaku sistem kelas yang diambil berdasarkan kapasitas

    mesin motor dimana motor bebek diadu dengan motor bebek, motor sport diadu dengan

    motor sport dengan tujuan supaya proses balapan berlaku dengan adil, tapi bukan hal yang

  • 39

    mustahil apabila sebuah motor bebek diadu dengan sebuah motor sport dengan catatan motor

    bebek tersebut sudah selesai di tune up (membuatnya lebih kencang). Bukan hanya itu, sistem

    dapur pacu yang 2 langkah (2tak) dan 4 langkah (4tak) juga menentukan dalam adil tidaknya

    balapan ini dimana motor yang 2 tak diadu dengan sejenisnya begitupun sebaliknya, dan

    jarang motor yang 2 tak diadu dengan motor bermesin 4 tak karena akselerasi yang dimiliki

    motor 2 tak lebih cepat dibanding 4 tak apabila jarak tempuhnya sekitar 201 meter dan

    biasanya balapan ini berjarak sekitar 201-800 meter.

    3.6.1 Arena / trek yang digunakan dalam balapan :

    Seperti yang tertulis di atas jarak garis start sampai finish biasanya 400-

    600meter,itupun treknya (jalur kendaraan) tidak mempunyai tikungan-tikungan alias lurus.

    Biasanya trek yang digunakan adalah yang mempunyai jalur lurus yang cukup panjang dan

    permukaan aspalnya rata.

    3.6.2 Jenis Motor yang mereka gunakan :

    Jenis mesin motor dibedakan menjadi 2 yaitu :

    Tabel 1.2

    1. Type mesin 4 langkah (4stroke) : 2. Type mesin 2 langkah (2stroke):

    - Yamaha Jupiter Z (bebek)

    - Yamaha New Jupiter Z (bebek)

    - Yamaha Jupiter MX (bebek)

    - Yamaha Vega (bebek)

    - Suzuki Shogun 125 (bebek)

    - Suzuki Shogun 125 SP (bebek)

    - Suzuki Smash (bebek)

    - Suzuki Satria F150 (bebek)

    - Yamaha F1ZR (bebek)

    - Yamaha RX king (sport)

    - Yamaha Tiara (bebek)

    - Yamaha Touch (sport)

    - Kawasaki Ninja R (sport)

    - Kawasaki Ninja RR (sport)

    - Suzuki Satria 120 R (bebek)

    Jenis- jenis motor yang digunakan para pembalap liar untuk melakukan aksinya.