GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan...

38
GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR YANG MELAJANG OLEH ANDHIKA WIDHIANA KURNIA RAMADHANI 802013155 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Transcript of GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan...

Page 1: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA

WANITA KARIR YANG MELAJANG

OLEH

ANDHIKA WIDHIANA KURNIA RAMADHANI

802013155

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR
Page 3: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR
Page 4: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Andhika Widhiana Kurnia Ramadhani

Nim : 802013155

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW

hal bebas royalty non-ekslusif (non-excusive royalty freeright) atas karya ilmiah saya

berjudul:

GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR YANG

MELAJANG

Dengan hak bebas royalty non-ekslusif ini, UKSW berhak menyimpan

mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat

dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 04 Januari 2017

Yang menyatakan,

Andhika Widhiana Kurnia R

Mengetahui,

Pembimbing

Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, MS.

Page 5: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Andhika Widhiana Kurnia Ramadhani

NIM : 802013155

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :

GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR YANG

MELAJANG

Yang dibimbing oleh :

Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, MS.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-oleh sebagai karya

sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber lainnya.

Salatiga, 04 Januari 2017

Yang memberi pernyataan

Andhika Widhiana Kurnia R

Page 6: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR YANG

MELAJANG

Oleh

Andhika Widhiana Kurnia Ramadhani

802013155

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyarataan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui Pada Tanggal 04 Januari 2017

Oleh

Pembimbing

Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, MS

Diketahui oleh,

Kaprogdi

Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, MS

Disahkan oleh,

Dekan

Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 7: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA

WANITA KARIR YANG MELAJANG

Andhika Widhiana Kurnia Ramadhani

Christiana Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 8: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

i

Abstrak

Kebahagiaan seorang wanita ditentukan oleh banyak hal, seperti : karir dan menikah.

Wanita saat ini sangat mengejar karir dan menunda untuk menikah, karena pernikahan

terkadang menjadi pengahambat bagi wanita untuk mencapai cita – citanya dalam

berkarir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran subjective well-being

pada wanita karir yang melajang, serta faktor – faktor yang mempengaruhi gambaran

subjective well-being pada wanita karir yang melajang. Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam. Partisipan penelitian ini adalah

dua orang wanita karir yang memenuhi kriteria yang sudah ditentukan. Hasil penelitian

ini adalah kedua partisipan mempunyai gambaran subjective well-being yang hampir

sama. Kedua partisipan merasa puas dengan apa yang telah meraka capai saat ini. Cara

partisipan menyikapi keadaannya saat ini, di tengah lingkungan yang mendukung

mereka dengan baik. Lebih dari pada itu, peneliti menemukan faktor – faktor yang

mempengaruhi tingkat subjective well-being pada partisipan.

Kata kunci : Subjective Well-Being, Wanita karir, Melajang

Page 9: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

ii

Abstract

The happiness of a woman is determined by many factors, such as : career and

marriage. Women nowadays pursue their career and postpone their marriage because

marriage, sometimes, becomes an obstacle for a woman to pursue her goal in career.

The aim of this research is to know the portrayal of subjective well-being in single

career-women and factors affecting the portrayal of subjective well-being in single

career-women. This research uses qualitative method with in-depth interviewing

technique. The participant in this research is two career woman which fulfills the

requirements. The result of this research is that those two participants has an almost

similar portrayal of subjective well-being. Those two participants feel satisfied with

what they have obtained. The way the participants behave the circumstances today that

they are in a supportive environment. Furthermore, the researcher find factors affecting

the subjective well-being level in participants.

Keywords : subjective well-being, career woman, being single

Page 10: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

1

PENDAHULUAN

Pada dasarnya setiap manusia mempunyai kebahagiaannya masing – masing.

Setiap manusia mempunyai cara pandangnya sendiri dalam menyikapi kebahagiaan.

Dinamika kebahagiaan hidup manusia tampak begitu bervariasi, beraneka ragam dan

berbeda antara satu kebahagiaan dengan kebahagiaan yang lain, ada orang – orang yang

menganggap kesuksesan dalam karir sebagai suatu kebahagiaan, ada yang menganggap

kebahagiaan ialah kesuksesan dalam studi, adalah sebuah kebahagiaan bila memiliki

harta yang banyak, menjadi sebuah kebahagiaan bila memiliki keluarga yang harmonis,

bahkan ada yang menyatakan sebagai suatu kebahagiaan bila dapat melewati hari – hari

tanpa masalah (dalam The Journal of Philosophy and Theology

ratadiajo.wordpress.com; 2013).

Kebahagiaan seseorang dapat diketahui dari penjelasan seseorang mengenai

keadaan emosinya dan bagaimana perasaannya tentang dunia sekitar dan dirinya sendiri.

Cara bagaimana seseorang mengevaluasi hidup mereka mengacu pada subjective well-

being (Ed Diener, Eunkook Suh, dan Shigehiro Oishi; 1997). Menurut William C.

Compton (2005), secara garis besar indeks subjective well-being seseorang dilihat dari

skor dua variabel utama, yaitu kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup. Dan dari hidup

yang bahagia itu manusia dapat mencapai kepuasan dalam hidup.

Kebahagiaan erat hubungannya dengan pernikahan. Seseorang dianggap bahagia

dan mencapai kepuasan hidup ketika mereka sudah menikah dan memiliki keluarga.

Seligman (2005) mengatakan bahwa pernikahan sangat erat hubungannya dengan

kebahagiaan. Menurut Carr (2004), ada dua penjelasan mengenai hubungan

kebahagiaan dengan pernikahan, yaitu orang yang lebih bahagia lebih atraktif sebagai

Page 11: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

2

pasangan daripada orang yang tidak bahagia. Penjelasan kedua yaitu pernikahan

memberikan banyak keuntungan yang dapat membahagiakan seseorang, diantaranya

keintiman psikologis dan fisik, memiliki anak, membangun keluarga, menjalankan

peran sebagai orang tua, menguatkan identitas dan menciptakan keturunan (Carr, 2004).

Banyak yang menginginkan untuk menikah. Lalu bagaimana dengan wanita yang

memiliki gaya hidup yang berbeda, mereka tidak memikirkan pernikahan.

SWB merupakan salah satu prediktor kualitas hidup individu karena SWB

mempengaruhi keberhasilan individu dalam berbagai domain kehidupan (Pavot &

Diener, 2004). Individu dengan SWB yang tinggi akan merasa lebih percaya diri, dapat

menjalin hubungan sosial dengan lebih baik, serta menunjukkan perfomansi kerja yang

lebih baik.

Menurut Diener (2009) definisi dari SWB dan kebahagiaan dapat dibuat menjadi

tiga kategori. Pertama, SWB bukanlah sebuah pernyataan subjektif tetapi merupakan

beberapa keinginan berkualitas yang ingin dimiliki setiap orang. Kedua, SWB

merupakan sebuah penilaian secara menyeluruh dari kehidupan seseorang yang merujuk

pada berbagai macam kriteria. Arti ketiga dari SWB jika digunakan dalam percakapan

sehari – hari yaitu dimana perasaan positif lebih besar daripada perasaan negatif.

Diener (2005) secara ilmiah berusaha memaparkan bahwa SWB mengacu pada

berbagai tipe evaluasi, afektif dan kognitif yang dibuat seseorang terhadap hidupnya.

Termasuk di dalamnya, evaluasi secara kognitif, seperti kepuasan hidup, kepuasan

dalam pekerjaan, minat dan ketertarikan, serta evaluasi afektif seperti reaksi afeksi

terhadap pengalaman hidup, kebahagiaan dan kesedihan. Compton (2005), berpendapat

bahwa SWB terbagi dalam dua variabel utama: kebahagiaan dan kepuasan hidup.

Page 12: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

3

Kebahagiaan berkaitan dengan keadaan emosional individu dan bagaimana individu

merasakan diri dan dunianya. Kepuasan hidup cenderung disebutkan sebagai penilaian

global tentang kemampuan individu menerima hidupnya.

Diener, Suh, & Oishi dalam Eid dan Larsen (2008), menjelaskan bahwa individu

dikatakan memiliki SWB tinggi jika mengalami kepuasan hidup, sering merasakan

kegembiraan, dan jarang merasakan emosi yang tidak menyenangkan seperti kesedihan

atau kemarahan. Sebaliknya, individu dikatakan memiliki SWB rendah jika tidak puas

dengan kehidupannya, mengalami sedikit kegembiraan dan afeksi, serta lebih sering

merasakan emosi negative seperti kemarahan atau kecemasan. Veenhoven (dalam

Diener, 2009) mendefinisikan SWB sebagai sejauh mana individu menilai kualitas

keseluruhan dari dirinya atau hidupnya secara lengkap dan utuh.

Menurut Diener (dalam Eid & Larsen) SWB terbagi dalam dua dimensi umum,

yaitu:

1. Dimensi kognitif

Dimensi kognitif adalah evaluasi dari kepuasan hidup, yang

didefinisikan sebagai penilaian dari hidup seseorang. Evaluasi terhadap

kepuasan hidup dapat dibagi menjadi:

a. Evaluasi terhadap kepuasan hidup secara global (life satisfaction).

Kepuasan hidup menggambarkan bagaimana seseorang individu

mengevaluasi atau memberi penilaian pada hidupnya secara

keseluruhan. Hal in dimaksudkan untuk menunjukkan sebuah

penilaian secara luas yang dibuat orang tersebut dalam hidupnya.

Menurut Haybron (dalam Eid & Larsen, 2008), kepuasan hidup juga

Page 13: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

4

dilihat sebagai suatu hal yang holistik. Holistic yang dimaksud dalam

hal ini adalah keseluruhan dari hidup seseorang atau sebuah totalitas

dari kehidupan seseorang setelah periode waktu tertentu dalam

kehidupannya.

Diener, Lucas, dan Smith (1999) memaparkan bahwa dalam

aspek kepuasan hidup ini terdapat beberapa pun penilaian, yaitu

keinginan untuk mengubah kehidupan, kepuasan terhadap hidup saat

ini, kepuasan hidup di masa lalu, kepuasan terhadap kehidupan di

masa depan, dan penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang.

Kelima aspek tersebut juga terangkum dalam 5 item pernyataan dalam

satisfaction with life scale oleh Diener (2009) dalam bukunya yang

berjudul Assessing Well-Being.

b. Evaluasi terhadap kepuasan pada domain tertentu.

Menurut Diener (2009), kepuasan domain merefleksikan evaluasi

seseorang terhadap domain spesifik dari kehidupan. Kepuasan domain

tertentu dalam kehidupan juga merupakan penilaian yang dibuat

seseorang dalam mengevaluasi domain penting dalam hidup, seperti

kesehatan fisik dan mental, pekerjaan, hubungan sosial, dan keluarga.

Biasanya orang mengindikasikan seberapa puas mereka dalam

berbagai domain, tetapi mereka juga dapat menunjukkan seberapa

banyak mereka menyukai kehiduoan mereka di bagian – bagian

tertentu kehidupa. Meski begitu, Diener (2009) juga melihat bahwa

penilaian terhadap kepuasan domain kehidupan merupakan sebuah

Page 14: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

5

kumpulan dan berat yang diberikan bagi setiap domain berbeda bagi

masing – masing individu.

Diener, Lucas, dan Smith (1999) memaparkan bahwa dalam

aspek domain kepuasan hidup ini terdapat; pekerjaan, keluarga, waktu

luang, kesehatan, keuangan, dan diri sendiri. Namun, karena

perbedaan focus dan porsi domain kehidupan bagi masing – masing

individu, Diener lebih memfokuskan pengukuran SWB hanya dari

ketiga aspek lainnya, yaitu kepuasan hidup secara keseluruhan, afek

positif dan afek negative.

2. Dimensi Afeksi

Secara umum, dimensi afeksi SWB merefleksikan pengalaman

dasar dalam peristiwa yang terjadi di dalam hidup seseorang. Dengan

meneliti tipe – tipe dari reaksi afektif yang ada seorang peneliti dapat

memahami cara seseorang mengevaluasi kondisi dan peristiwa di dalam

hidupnya. Komponen afektif SWB dapat dibagi menjadi:

a. Afek positif (positive affect)

Afek positif mempresentasikan mood dan emosi yang

menyenangkan seperti kasih sayang. Emosi positif atau

menyenangkan adalah bagian dari SWB karena emosi – emosi

tersebut merefleksikan reaksi seseorang terhadap peristiwa – peristiwa

yang menunjukkan bahwa hidup berjalan sesui dengan apa yang ia

inginkan. Afek positif terlihat dari emosi – emosi spesifik seperti

tertarik atau berminat akan sesuatu (interested), gembira (excited),

kuat (strong), antusias (enthusiastic), waspada atau siap siaga (alert),

Page 15: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

6

bangga (proud), bersemangat (inspired), penuh tekad (determined),

penuh perhatian (attentive), dan aktif (active).

b. Afek negatif (negative affect)

Afek negatif adalah pravelensi dari emosi dan mood yang tidak

menyenangkan dan merefleksikan respon negatif yang dialami

seseorang sebagai reaksinya terhadap kehidupan, kesehatan, keadaan,

dan peristiwa yang mereka alami. Afek negatif terlihat dari emosi –

emosi spesifik seperti sedih atau susah (distressed), kecewa

(disappointed), bersalah (guilty), takut (scared), bermusuhan (hostile),

lekas marah (irritable), malu (shame), gelisah (nervous), gugup

(jittery), khawatir (afraid).

Dapat disimpulkan bahwa terdapat dua komponen yang ada

dalam SWB yaitu komponen kognitif dan komponen afektif, dimana

komponen kognitif berfungsi sebagai proses pengevaluasian dari

kepuasan hidup, sedangkan komponen afektif yaitu berupa pemberian

refleksi pengalaman dasar dalam peristiwa yang terjadi di kehidupan

seseorang.

Ada beberapa faktor yang diketahui mempengaruhi SWB:

a. Faktor genetik

Diener dkk. (2005) menjelaskan bahwa walaupun peristiwa di

dalam kehidupan mempengaruhi SWB, seseorang dapat beradaptasi

terhadap perubahan tersebut dan kembali kepada „set point‟ atau „level

adaptasi‟ yang ditentukan secara biologis. Adanya stabilitas dan

konsistensi di dalam SWB tejadi karena ada peran yang besar dari

Page 16: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

7

komponen genetis; jadi ada sebagian orang yang memang lahir dengan

kecenderungan untuk bahagia, dan ada juga yang tidak. Faktor genetik

tampaknya mempengaruhi karakter respon emosional seseorang pada

kondisi kehidupan tertentu.

b. Kepribadian

SWB adalah sesuatu yang stabil dan konsisten, dan secara

empiris berhubungan dengan konstruk kepribadian. Lykken dan Tellegen

(dalam Diener & Lucas, 1999) menyatakan bahwa kepribadian

mempunyai efek terhadap SWB saat itu (immediate subjective well-

being) sebesar 50%, sedangkan pada jangka panjangnya, kepribadian

mempunyai efek sebesar 80% terhadap SWB. Sisanya adalah efek dari

lingkungan. Dua traits kepribadian yang ditemukan paling berhubungan

dengan SWB adalah extraversion dan neuroticism (Pavot & Diener,

2004). Extraversion mempengaruhi afek positif, sedangkan neuroticism

mempengaruhi afek negatif. Menurut Pavot & Diener (2004), banyak

peneliti beragurmen bahwa extraversion dan neuroticosm berhubungan

dengan subjective well-being karena kedua traits tersebut mencerminkan

temperamen seseorang.

Di sisi lain, trait lain dalam model kepribadian “the big five trait

factors”, yaitu agreeableness, conscientiousness, dan openness to

experience menunjukkan bahwa hubungan yang lebih lemah dengan

subjective well-being (Watson & Clark dalam Diener & Lucas, 1999).

Scidlitz (dalam Diener & Lucas, 1999) mengatakan bahwa hubungan

tersebut lebih lemah karena trait terbentuk dari reward oleh lingkungan,

Page 17: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

8

dan bukannya oleh reaktivitas faktor biologis terhadap lingkungan.

Hubungan extraversion, conscientiousness dan neuroticism dengan

subjective well-being ditengahi oleh self-esteem. Sedangkan relational

esteem (kepuasan terhadap keluarga dan teman ) menjadi moderator bagi

hubungan agreeableness dan extraversion dengan subjective well-being

(Benet-Martinez & Karakitapoglu-Aygun; Kwan, Bond, & Singelis

dalam Ozer &Benet-Marinez, 2006).

c. Faktor demografis

Secara umum, Diener (dalam Diener, Lucas, dan Oishi, 2005)

mengatakan bahwa efek faktor demografis (misalnya pendapatan,

pengangguran, status pernikahan, umur, jenis kelamin, pendidikan, ada

tidaknya anak) terhadap SWB biasanya kecil. Faktor demografis

membedakan antara orang yang sedang – sedangn saja dalam merasakan

kebahagiaan (tingkat SWB sedang), dan orang yang sangat bahagia

(tingkat SWB tinggi).

Diener, dkk. (2005) menjelaskan bahwa sejauh mana faktor

demografis tertentu dapat meningkatkan SWB tergantung dari nilai dan

tujuan yang dimiliki seseorang, kepribadian, dan kultur. Penjelasan lain

mengenai hubungan antara faktor demografis dan SWB adalah dengan

menggunkan teori perbandingan sosial. Teori tersebut menyebutkan

bahwa kepuasan seseorang tergantung pada apakah ia membandingkan

dirinya dengan seseorang yang statusnya ada di atas dia atau ada di

bawah dia.

Berikut ini adalah beberapa pengaruh demografis terhadap SWB:

Page 18: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

9

1. Pendapatan

Pendapatan secara konsisten berhubungan dengan SWB

dalam analisis pada tingkat dalam suatu Negara (intra-nation)

dan antar Negara (inter-nation), namun dalam analisis di

dalam individu itu sendiri dan dalam tingkat nasional,

perbedaan pendapatan di dalam selang waktu tertentu

mempunyaI efek yang kecil pada SWB (Diener dkk, 2005).

2. Pengangguran

Adanya periode pengangguran dapat menyebabkan

berkurangnya SWB, walaupun akhirnya orang tersebut dapat

bekerja kembali (Clark, Georgellis, Lucas, & Diener dalam

Pavot & Diener, 2004). Pengangguran adalah penyebab besar

adanya ketidakbahagiaan, namun perlu diperhatikan bahwa

tidak semua pengangguran mengalami ketidakbahagiaan

(Argyle, 1999). Argyle mengungkapkan lebih lanjut bahwa

beberapa penyebab penganggur tidak bahagia adalah karena

berkurangnya afek positif, self-esteem, kepuasan terhadap

uang, kesehatan, dan tempat tinggal, serta munculnya apati.

3. Status pernikahan

Pernikahan diduga berhubungan timbal balik dengan

SWB (Heady, Veenhoven, & Wearing, 1991). Menikah

memang meningkatkan SWB, tetapi apabila orang menikah

tersebut mempunyai SWB yang rendah, maka pernikahannya

cenderung untuk menjadi buruk (Heady, dkk., 1991).

Page 19: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

10

4. Umur dan jenis kelamin

Umur dan jenis kelamin berhubungan dengan SWB,

namun efek tersebut juga kecil, dan tergantung kepada

komponen mana dari SWB yang diukur (Diener dkk., 2005).

5. Pendidikan

Pendidikan berhubungan dengan SWB apabila ditengahi

oleh status di dalam pekerjaannya. Apabila status

pekerjaannya di control, efek pendidikan menjadi kecil atau

hilang sama sekali (Glenn & Weaver dalam Argyle, 1999).

Apabila pendapatan yang dikonstankan, maka pendidikan

mempunyai efek negatif, karena pendidikan memberi

ekspektasi akan didapatkannya pendapatan yang lebih besar

(Clark & Oswald dalam Argyle, 1999).

6. Ada tidaknya anak

Diener (dalam Daunkantantie, 2006) mengatakan bahwa

keberadaan anak dalam keluarga mempunyai efek negatif

atau tidak ada efek terhadap SWB, namun penemuan tersebut

masih simpang siur dan respondennya terdiri dari berbagai

usia dan gender.

d. Hubungan sosial

Diener & Seligman (dalam Pavot & Diener, 2004) menemukan

bahwa hubungan sosial yang baik merupakan sesuatu yang diperlukan,

tapi tidak cukup untuk membuat SWB seseorang tinggi. Artinya,

Page 20: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

11

hubungan sosial yang baik tidak membuat seseorang dengan SWB yang

tinggi mempunyai ciri-ciri berhubungan sosial dengan baik.

e. Dukungan sosial

Dukungan sosial dikatakan oleh Arygle (dalam Heady dkk.,

2001) merupakan salah satu variabel determinan dari SWB. Dalam

hubungannya dengan komponen SWB, Walen dan Lachman (2000)

mengatakan bahwa dukungan sosial yang dipersepsikan dapat

menjelaskan sebagian besar varians pada kepuasan hidup dan afek

positif. Penemuan Walen dan Lachman (2000) tersebut didukung oleh

Goodwin dan Plaza (2000) yang menemukan bahwa ada korelasi yang

signifikan (r = 0,59) antara dukungan sosial yang dipersepsikan secara

global dengan kepuasan hidup.

f. Pengaruh masyarakat atau budaya

Diener (dalam Pavot & Diener, 2004) mengatakan bahwa

perbedaan SWB dapat timbul karena perbedaan kekayaan Negara.

Adanya hubungan antara masyarakat dan budaya dengan SWB dapat

dijelaskan pula dengan adanya perbedaan persepsi masyarakat di Negara

masing – masing mengenai konsep kebahagiaan (Diener & Suh, 1999).

Diener & Suh (1999) juga mengatakan ada variabel lain di dalam

konteks masyarakat yang berhubungan dengan SWB yang lebih tinggi,

yaitu stabilitas politik di suatu Negara.

Perbedaan norma kultural juga dapat mempengaruhi afek positif

dan afek negatif. Diener, Suh, Oishi, dan Shao (dalam Diener & Lucas,

1999) mengatakan bahwa afek positif lebih dipengaruhi oelh norm

Page 21: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

12

kultural dibandingkan afek negatif. Selain membuat adanya perbedaan

SWB antara satu Negara dengan Negara lain, norma kultur juga dapat

mempengaruhi hal – hal yang berhubungan dengan SWB (Diener dkk.,

2005). Contohnya, hubungan self-esteem dengan SWB lebih kuat pada

Negara individualis daripada Negara kolektivis (Diener & Diener dalam

Ryan & Deci, 2001).

g. Proses kognitif

Disposisi kognitif seperti harapan (Synder dalam Diener dkk.,

2005), kecenderungan seseorang untuk optimis (Scheier & Carver dalam

Diener dkk., 2005), dan kepercayaan bahwa dirinya mempunyai kendali

ditemukan mempengaruhi SWB (Grob, Stetensko, Sabatier, Botcheva, &

Macek dalam Diener dkk., 2005). Perbedaan SWB juga dihasilkan dari

perbedaan individu dalam bagaimana ia berpikir tentang dunia (Diener

dkk., 2005).

h. Tujuan (goals)

Emmons, Little, Freund, dan Klinger (dalam Diener & Scollon,

2003) menyatakan bahwa mempunyai sebuah tujuan merupakan hal yang

penting bagi seseorang, dan kemajuan terhadap pencapaian tujuan

tersebut adalah hal yang penting bagi SWB-nya. Cantor (dalam Diener &

Scollon, 2003) menekankan pada pentingnya mengetahui tugas yang

diahadapi dalam tahap perkembangan seseorang, dimana kultur juga

berperan dalam menentukan tujuan tertentu untuk tiap tahap.

Pada jaman modern dan berteknologi tinggi seperti sekarang ini, banyak wanita

yang lebih termotivasi untuk mengaktualisasikan dirinya. Para wanita lebih

Page 22: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

13

menitikberatkan pada karir atau pekerjaan dan cenderung terkesan menunda pernikahan

(Rubianto, 2000). Para wanita modern sekarang ini tidak terlalu memikirkan untuk

menikah muda, mereka lebih ingin berkarir dahulu. Ketika sendiri (belum terikat

pernikahan) wanita merasa lebih bebas berkarya, bebas menentukan karirnya, bebas

dalam memenuhi kebutuhannya, dll. Mereka tidak harus tergantung terhadap suaminya,

mereka tidak harus terikat dengan suaminya.

Pada era Globalisasi ini pendidikan dan karir untuk wanita semakin terbuka

sehingga wanita bersemangat dalam meraih karir yang lebih baik. Wanita muda pada

usia dewasa awal yang ingin fokus pada pekerjaan memilih untuk menunda pernikahan

karena pernikahan terkadang menjadi penghambat bagi wanita untuk mencapai cita –

citanya dalam berkarir. Hurlock (1998) mengungkapkan, alasan terbesar wanita

melajang adalah rasa ingin menikmati kebebasan karena dapat meluangkan waktu dan

energy untuk karir. Sekarang ini beberapa perusahaan menyeleksi pekerjaan tidak hanya

berdasarkan pengalaman dan pendidikannya tetapi juga status perkawinannya, yaitu

lebih menyukai status lajang (Hewlett, 2006).

Laswell & Laswell (1987) menyebutkan wanita lajang adalah para wanita yang

berada dalam suatu masa yang dapat bersifat temporary (sementara) atau jangka

pendek, yaitu biasanya dilalui sebelum menikah atau dapat juga bersifat jangka panjang

jika merupakan pilihan hidup. Melajang bagi wanita bisa menjadi pilihan hidup bisa

juga karena belum menemukan pasangan hidup padahal ada keinginan untuk menikah.

Pada dasarnya wanita yang melajang sudah memikirkan masa depannya, mereka

mencari pekerjaan demi menghidupi dirinya sendiri. Wanita yang memang memilih dan

memutuskan sendiri untuk hidup melajang pasti sudah memikirkan segala kemungkinan

Page 23: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

14

dan konsekuensi yang akan diterimanya, seperti kesepian, kurangnya relasi intim

dengan orang lain, dan kekuatiran akan hari tua (Gunadi, 2001). Tidak dipungkiri

bahwa wanita sekarang ini lebih banyak yang mengejar karir setinggi – tingginya,

karena kembali lagi bahwa pada era globalisasi, aktualisasi diri menjadi aspek yang

sangat penting. Wanita tidak mau lagi terlalu bergantung kepada laki – laki.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, subjek menceritakan

bahwa dirinya enjoy dengan keadaan dirinya saat ini. Dia tidak peduli dengan kata –

kata orang lain tentang hidupnya yang sampai saat ini belum mempunyai pasangan.

Subjek juga mengatakan bahwa dirinya tidak terlalu memikirkan tentang kehadiran

pasangan hidupnya, subjek sudah nyaman dengan kesendiriannya. Subjek juga lebih

banyak waktu bersama dengan keluarga dan teman – temannya.

Dari hasil penelitian sebelumnya mengenai “Subjective well-being pada wanita

karir usia dewasa madya yang masih lajang” diperoleh hasil bahwa penyebab wanita

karir usia dewasa madya masih melajang karena subjek merasa nyaman dan menikmati

hidupnya dan subjek terlalu memikirkan karirnya sehingga melupakan kehidupan

pribadinya serta keluarga subjek memberikan kebebasan untuk subjek dalam

menentukan hidupnya. Gambaran subjective well-being pada wanita karir usia dewasa

madya adalah subjek lebih banyak merasakan afek positif seperti perasaan sukacita,

bersyukur, perhatian terhadap keluarga, berbagi terhadap sesama dan mencoba

memperbaiki keadaan walaupun kadang subjek pernah merasakan afek negatif seperti

kegagalan dan putus asa, serta subjek juga memiliki kepuasan hidup. Faktor – faktor

menyebabkan subjective well-being pada subjek adalah faktor sifat ekstrovert (terbuka),

optimis, hubungan yang positif, kontak sosial serta pemahaman tentang arti dan tujuan.

Page 24: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

15

Pada penelitian yang lain mengenai “Subjective well-being pada wanita dewasa

akhir yang hidup melajang” didapatkan hasil bahwa gambaran subjective well-being

terlihat dari penilaian positif tentang kehidupan melajang, adanya hubungan positif

dengan lingkungannya, serta memiliki job satisfaction. Faktor – faktor yang

mempengaruhi subjective well-being terlihat dari adanya dukungan dari orang – orang

terdekat, peristiwa positif dalam hidup, kegiatan religiusitas dan kondisi finansial yang

memadai.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melihat gambaran subjective

well-being pada wanita karir yang melajang. Selain itu, peneliti ingin melihat apa saja

faktor - faktor yang mempengaruhi subjective well-being pada wanita karir yang

melajang. Yang membedakan adalah pada usia subjek yang akan diteliti.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif merupakan suatu penelitian yang mendalam (in-depth), berorientasi pada

kasus dari sejumlah kecil kasus, termasuk satu studi kasus (Morissan, 2012).

Peneliti dalam mengambil data penelitian menggunakan teknik wawancara

mendalam. Kemudian konsep berpikir yang digunakan oleh peneliti adalah dengan cara

induktif.

Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita karir yang melajang.

Kriteria dari subjek yang digunakan adalah sebagai berikut :

Page 25: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

16

a. Seorang wanita yang sudah bekerja

b. Wanita yang belum menikah (melajang)

c. Wanita usia di atas 40 tahun.

Alasan memilih subjek wanita karir yang melajang usia di atas 40 tahun adalah

pertimbangan usia kritis dimana seorang wanita sudah dianggap sangat siap untuk

memiliki keluarga, dan tekanan dari orang – orang sekitar yang semakin banyak.

Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam untuk

mendapatkan informasi dari pasrtisipan. Metode ini mencakup cara yang

dipergubakan seseorang untuk suatu tujuan tertentu, mencoba mendapatkan

keterangan atau pendapat secara lisan langsung dari seseorang atau informan.

Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

tematik. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat

menghasilkan daftar tema, model tema atau indikator yang komplek, kualifikasi

yang biasanya terkait dengan tema itu, atau hal-hal di antara atau gabungan yang

telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat mendeskripsikan fenomena,

dan secara maksimal memungkinkan interpretasi tema (Boyatzis dalam

Poerwandari, 2001).

Uji Keabsahan Data

Menurut Alsa (2004), validitas penelitian kualitatif adalah kepercayaan

terhadap data yang diperoleh dan analisis yang dilakukan peneliti secara akurat

dalam mempresentasikan dunia sosial di lapangan. Peneliti menanyakan kebenaran

Page 26: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

17

atas penyataan (jawaban) yang telah disampaikan oleh partisipan kepada teman

dekat partisipan. Dalam proses pengambilan data terlebih dahulu peneliti juga

membangun rapport dengan subjek penelitian, agar dalam proses pelaksanaan

penelitian nanti antara peneliti dan responden sudah terjalin hubungan yang baik.

Demi memperoleh validitas data, wawancara penelitian ini direkam dengan

menggunakan tape recorder. Selain itu peneliti juga menjaga kode etik psikologi

dalam penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 sampai dengan 27

bulan November tahun 2016. Wawancara dilakukan satu kali untuk partisipan pertama

dan dua kali untuk partisipan kedua. Partisipan pertama, wawancara dilakukan di kantor

beliau tepatnya di Gedung Rektorat UNS dan dilaksanakan pada tanggal 18 November

2016. Dan untuk partisipan kedua, wawancara dilakukan di rumah beliau pada t7anggal

19 dan 27 November 2016.

Partisipan pertama (P1) beinisial H, partisipan lahir dan dibesarkan di kota

Surakarta, Jawa Tengah pada tahun 1969. H menganut agama Islam. H merupakan anak

kedua dan mempunyai dua adik, dia mempunyai seorang kakak yang sudah meninggal.

H saat ini tinggal bersama ibu, kedua adiknya dan satu keponakan. Ayah H sudah

meninggal dunia, dan ibu H merupakan seorang ibu rumah tangga. Saat ini H

merupakan pegawai bagian administrasi Universitas Sebelas Maret (UNS). Setelah lulus

SMEA, H memutuskan untuk bekerja dahulu. H mempunyai hobi berenang, membaca

dan nonton.

Page 27: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

18

Partisipan kedua (P2) berinisial S, partisipan lahir di Pati pada tanggal 10

Oktober 1963, S kecil pernah tinggal di Semarang. Pada saat SD, S pindah ke Solo dan

tinggal di Solo hingga sekarang. S menganut agama Kristen, orang tua dan kedua adik S

menganut agama Islam. S merupakan putri pertama dan memmiliki dua adik laki – laki,

yang salah satunya sudah menikah. Saat ini S bekerja sebagai guru PKN di salah satu

SMP di Surakarta. S mempunyai hobi membuat karya seni seperti: kristik, membuat

pernak – pernik dari manik – manik, selain itu S juga mempunyai hobi menyanyi.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kedua

partisipan mempunyai gambaran SWB yang tinggi. Selain itu gambaran SWB pada

kedua partisipan hampir sama, walaupun mereka memiliki selisih usia 6 tahun, dan

salah satu dari mereka masih ingin untuk memiliki keluarga. Gambaran SWB tersebut

dapat dilihat dari dimensi yang digunakan oleh penulis yaitu dimensi umum dari Diener

(dalam Eid & Larsen).

1. Dimensi kognitif

Kedua partisipan mempunyai penilaian yang tidak jauh berbeda

mengenai hidup mereka, yang dalam dimensi ini dibagi ke dalam dua evauasi.

a. Evaluasi terhadap kepuasan hidup secara global (life satisfaction).

P1 mengatakan bahwa dirinya sudah cukup puas dengan

kehidupannya saat ini, P1 senantiasa bersyukur atas apa yang sudah

didapatkannya baik itu materi maupun non materi. P1 tidak merasa statusnya

saat ini (melajang) Untuk kehidupannya masa lalu, P1 hanya menyayangkan

mengapa dulu dia seenaknya sendiri pada waktu sekolah. sedangkan untuk

P2, partisipan belum merasa puas dengan kehidupannya saat ini. P2 merasa

belum bisa membahagiakan kedua adiknya karena kedua orang tuanya sudah

Page 28: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

19

tiada. P1 dan P2 mensyukuri apa yang sudah terjadi pada diri mereka. P1 dan

P2 berusaha yang terbaik untuk kehidupannya di masa yang akan datang,

mereka berusaha memperbaiki apa yang kurang di masa lalu. P1 belum

memiliki pasangan hingga saat ini hanya karena P1 belum menemukan

seseorang yang pas dengan dirinya. P1 mengatakan bahwa dia ingin segera

menikah dengan laki – laki pilihannya, tetapi teman dekatnya mengatakan

bahwa P1 selalu mengatakan hal yang sama ketika di tanya mengenai

pasangan hidupnya. Sedangkan P2 mempunyai pengalaman masa lalu yang

membuatnya trauma hingga sekarang. Trauma yang dirasakan oleh P2

adalah takut jika apa yang dialami oleh kedua orang tuanya dahulu terjadi

pada dirinya juga. Keluarga P2 bukanlah keluarga yang harmonis, ayah P2

sering menelantarkan ibu P2. P2 mengatakan bahwa sang ayah tidak

memenuhi kebutuhan dari sang ibu, seperti contoh yang disampaikan oleh

P2, sang ayah tidak membelikan baju baru untuk ibunya ketika lebaran. P2

juga mengatakan bahwa ibunya sering mendapat tindak kekerasan dari

ayahnya. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab mengapa P2 tidak

menikah hingga saat ini, P2 takut jika hal yang dialami ibunya juga terjadi

pada dirinya.

Mengenai penilaian orang lain terhadap kehidupan partisipan, kedua

partisipan hampir sama dalam menyikapi hal tersebut. P1 dan P2 cenderung

tidak peduli dengan perkataan atau penilaian orang lain terhadap mereka,

apalagi ditambah dengan status mereka saat ini. P2 mengatakan bahwa

dirinya sudah terbiasa, sehingga dia tidak mau memikirkan perkataan orang

lain, dia cenderung membuat segalanya happy. P1 dan P2 seseorang yang

Page 29: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

20

hampir sama mereka mempunyai cukup banyak teman di sekeliling mereka.

Selain banyak teman, P1 saat ini masih memiliki hubungan dengan seorang

laki – laki yang. P1 dan P2 termasuk yang memiliki banyak mantan pacar,

mereka mempunyai tipe laki – laki yang mereka sukai. Tetapi untuk P2 saat

ini sudah menutup diri, jika dia dekat laki – laki lebih baik seseorang itu

menjadi saudara. P2 mengatakan bahwa dirinya dahulu cukup sering diajak

untuk menikah, tetapi dirinya tidak mau. Alasan yang cukup kuat adalah

karena P2 sudah trauma, disamping itu P2 selalu menjalin hubungan dengan

seseorang yang berbeda agama.

P1 dan P2 menerima keadaan dirinya saat ini dengan senang hati, P1

dan P2 sangat bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan kepada mereka. P1

menerima dirinya dengan segala kekurangan dan kelebihannya, P2 happy

dengan yang dia miliki saat ini. Walaupun P1 dan P2 tidak sempurna tetapi

mereka tidak menjadikan itu sebagai kelemahan mereka.

b. Evaluasi terhadap kepuasan pada domain tertentu

P1 dan P2 memiliki persamaan yaitu mereka sama – sama PNS. P1

Mengatakan bahwa dirinya saat ini sudah cukup puas dengan pekerjaannya,

karena menurut dia menjadi seorang PNS itu adalah sesuatu yang dia cari.

Mengenai penghasilan P1 merasa penghasilannya sudah cukup, dia

menggunakan uang tersebut dengan “belanja pintar”. Sedangkan untuk P2

mengatakan bahwa dirinya belum puas, belum puas disini karena dia

menganggap bahwa tujuan pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai.

Dia mengatakan bahwa keadaan dunia pendidikan sekarang ini sangat

memprihatinkan. P2 sangat menyayangkan mengapa pendidikan moal di

Page 30: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

21

Indonesia saat ini tidak ada, mengapa pendidikan PMP harus digantikan

dengan PKN yang tidak ada pendidikan moralnya. P2 sangat memikirkan

nasib anak – anak jaman sekarang, P2 mengatakan bahwa dirinya akan

merasa puas dalam pekerjaannya jika dia bisa berkontribusi dalam

mewujudkan tujuan bangsa dan Negara Indonesia.

P1 dan P2 mempunyai keluarga yang sangat mendukung mereka. Ibu

dari P1 memang sering menanyakan mengenai kehidupan asmaranya dan

juga sering menanyakan kapan mau menikah, tetapi ibu P1 tidak

memberikan target untuk cepat – cepat menikah. P1 tidak pernah merasa

terganggu dengan pertanyaan – pertanyaan sang ibu, dia merasa hal tersebut

wajar jika terjadi. Dan juga keluarga P2 mendukung segala keputusannya,

memang dahulu ketika orang tua P2 masih ada, mereka sering bertanya

tetapi juga tidak memberikan target. Saat ini P2 tinggal bersama adik –

adiknya, mereka tidak pernah menyuruh kakaknya untuk menikah, karena

adiknya juga tahu apa yang dirasakan oleh P2. Adik P2 sangat

menyayanginya, hal ini bisa dibuktikan dengan adik – adik P2 masih tinggal

bersama dengan dirinya, meskipun salah satu adiknya sudah berkeluarga.

Kedua partisipan memiliki keluarga yang hanya sehingga mereka sangat

dekat dengan keluargya, hal tersebut yang membuat mereka merasa sangat

mendapat dukungan dari keluarganya. Salah satu tujuan hidup mereka adalah

membahagiakan keluarganya yang masih ada saat ini.

P1 dan P2 sama – sama sibuk bekerja, mereka bekerja dari pagi

hingga sore hari bahkan terkadang hingga malam hari. P1 memanfaatkan

waktu luang yang ada untuk melakukan hobinya, selain itu terkadang ia juga

Page 31: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

22

berkumpul bersama teman – teman atau keluarganya, terkadang dia

mengerjakan pekerjaan yang belum selesai. Dia tidak pernah merasa

kesepian karena ketika dia sendirian banyak sekali hal – hal yang bisa

dikerjakan, dia bisa malakukan hobinya yaitu : nonton, membaca dan

berenang. Untuk P2 waktu luang digunakan juga untuk melaksanakan

hobinya dalam bidang kesenian. P2 sangat menyukai karya seni seperti:

kristik, membuat pernak – pernik dari manik – manik. Selain untuk

melaksanakan hobinya P2 juga menggunkan waktu luangnya untuk

mengerjakan pekerjaan rumah seperti: mencuci pakaian, masak, dan juga

merawat cucu dari adiknya.

P1 dan P2 mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai riwayat sakit

yang serius. Hanya beberapa penyakit ringan yang sering menyerang

mereka, seperti: flu, terlalu capek dan kurang istirahat saja. P1 rutin

berolahraga renang, dia sering pergi renang bersama dengan teman dekatnya.

Sedangkan P2 hampir tidak pernah berolahraga kecuali ketika ada senam di

sekolah tempat dia bekerja.

Mengenai kondisi keuangan, P1 dan P2 mengaku cukup dengan apa

yang sudah dapat dari hasil bekerja mereka. Mereka memanfaatkan uang

tersebut untuk membeli kebutuhan sehari – hari, dan menyampingkan

keinginan mereka. P1 mengatakan metode dia berbelanja adalah “belanja

pintar”. Selain untuk berbelanja kebutuhan, mereka juga menyisakan sedikit

uang mereka untuk ditabung, dan memberikan sedikit kepada keluarganya.

Mereka mensyukuri apa yang sudah mereka dapatkan, dan mereka tidak

suka meminta kepada orang lain apabila kekurangan. P2 mengatakan bahwa

Page 32: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

23

lebih baik dia berusaha dan sabar jika tidak punya uang sama sekali atau

langsung pinjam di bank daripada harus “tutup lubang, buka lubang” ke

orang – orang yang dia kenal.

2. Dimensi Afeksi

Kedua partisipan sering menunjukkan perasaan – perasaan yang

menunjukkan emosi ketika suatu peristiwa terjadi.

a. Afek positif

P1 sangat tenang dan santai ketika menceritakan segala hal

yang terjadi pada dirinya. P1 tidak merasakan adanya sesuatu yang

bisa membuatnya sangat terpuruk, walaupun beberapa peristiwa yang

menyedihkan terjadi. P1 sangat enjoy dalam menyikapi suatu hal, dan

dia menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Begitu juga P2, dia selalu

terlihat tenang dan selalu tersenyum ketika brcerita. Dia mengatakan

bahwa dia selalu menyerahkan segala hal yang terjadi kepada Tuhan,

dia mengatakan bahwa setiap yang terjadi dalam hidupnya itu

kehendak Tuhan, dan Tuhan pasti akan memberikan jalan keluar.

b. Afek Negatif

Kedua partisipan pasti mengalami keterpurukan tetapi mereka

tidak menunjukkan emosi negatif yang berlebihan. P2 mengatakan

bahwa dirinya bisa bangkit dari keterpurukan setelah satu minggu.

Setelah itu, dia merasa seperti biasa, bisa enjoy lagi dan gembira lagi

seperti biasanya.

Page 33: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

24

Selain dimensi – dimensi di atas, hasil wawancara juga menunjukkan beberapa

faktor yang memengaruhi SWB kedua partisipan, yaitu:

a. Faktor genetik

Kedua partisipan lahir dalam keluarga yang sangat mendukung mereka.

Karena dukungan keluarga yang besar, kedua partisipan sangat mudah

beradaptasi dengan keadaan yang menimpa mereka. Ketika mereka

mendapatkan suatu masalah, mereka langsung cerita kepada keluarga dan

meminta pendapat kepada keluarganya.

b. Faktor kepribadian

Kedua partisipan mempunyai afek positif yang baik, mereka selalu

menunjukkan emosi positif dimanapun mereka berada. Mereka sangat terbuka

dengan keadaan di lingkungan sekitar mereka. Mereka tidak menutupi hal – hal

yang terjadi pada dirinya kepada orang – orang terdekat mereka.

c. Faktor demografis

Faktor demografis yang nampak pada kedua partisipan adalah

pendapatan dan pendidikan. P1 dan P2 saat ini sudah mempunyai pendapatan

yang tetap, mereka merasa apa yang didapat sekarang ini sudah cukup. Mereka

bisa memenuhi segala kebutuhan sehari – hari mereka. Selain itu, kedua

partisipan menempuh pendidikan yang tinggi. P1 adalah lulusan S1 jurusan

ekonomi, dan P2 saat ini sedang menempuh pendidikan S1-nya di Fakultas

keguruan dan Ilmu Pendidikan. Mereka mempunyai pemikiran yang luas akan

beberapa hal, hal tersebut menjadikan mereka seseorang yang melihat sesuatu

tidak hanya dari satu sisi saja.

Page 34: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

25

d. Hubungan sosial

P1 dan P2 mempunyai hubungan sosial yang baik, mereka mempunyai

banyak teman di sekitar mereka. Mereka mudah bergaul dengan siapa saja yang

ada. Mereka tidak pernah membeda – bedakan satu orang dengan orang lain.

e. Dukungan sosial

Kedua partisipan memiliki dukungan sosial yang sangat besar, tidak

hanya dari keluarganya tetapi juga dari orang – orang di sekitarnya. Mereka

tidak pernah merasakan kesepian atau hal – hal yang membuat mereka sedih

terlalu lama.

f. Proses Kognitif

P1 dan P2 memiliki pemikiran yang sangat optimis dalam segala hal.

Mereka selalu bersyukur atas segala hal yang telah mereka dapatkan. P2

cenderung menyerahkan segalanya kepada Tuhan, dan jika dia ingin sesuatu dia

pasti berpikir bahwa suatu saat nanti dia akan memilikinya. P1 dan P2 memiliki

pemikiran yang luas tentang hal – hal di sekitar mereka.

g. Tujuan

Kedua partisipan mempunyai tujuan hidup yang jelas, yang bisa

memotivasi mereka untuk melakukan hal – hal yang lebih baik dari hari ini. P2

sangat bersemangat untuk memajukan bangsa dan Negara. Mungkin apa yang

mereka cita – citakan dari kecil tidak terpenuhi, tetapi semangat mereka dalam

pekerjaannya saat ini sangat kuat.

Page 35: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

26

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa ada dua dimensi subjective well-being pada wanita karir yang melajang yaitu

dimensi kognitif dan dimensi afeksi dari kedua partisipan terpenuhi. Kedua partisipan

pastinya mempunyai masalah dan cara mengatasinya sendiri – sendiri. Kedua partisipan

sangat menikmati dan enjoy dalam menghadapi hidupnya dan dalam menyikapi

statusnya yang melajang. Kedua partisipan menyerahkan segala hidupnya kepada Tuhan

Yang Maha Esa, dengan begitu mereka merasa lebih nyaman dalam menjalani hidup

mereka. Dengan berpegang kepada Tuhan, kedua partisipan menjadi kuat dan lebih

tenang dalam menjalani kehidupannya bersama dengan orang – orang yang mereka

sayangi.

Dari kedua partisipan, mempunyai faktor – faktor yang sama dalam

meningkatkan subjective well-being mereka. Faktor – faktor yang berpengaruh

diantaranya adalah pendapatan, dukungan sosial, hubungan sosial. Kedua partisipan

mengaku puas dengan kehidupannya dalam beberapa hal, tetapi tetap ada hal – hal yang

mereka masih ingin capai karena manusia pasti akan selalu merasa kurang.

SARAN

Sesuai dengan hasil penelitian dan berdasarkan pemahaman dan kesimpulan

yang ada, maka penulis memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Bagi kedua partisipan diharapkan dapat meningkatkan subjective well-being

pada dirinya dengan cara lebih mempertahankan dan meningkatkan relasi

terhadap Tuhan dan lingkungan sekitar.

Page 36: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

27

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan lebih jeli melihat faktor – faktor lain yang

mempengaruhi subjective well-being pada partisipan.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan lebih selektif dalam memilih partisipan.

Page 37: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

28

Daftar Pustaka

Bartram, D., & Boniwell, L. 2007. The science of happiness: Achieving sustained

psychological well being. Positive Psychology in Practice.

Baumgardner, S. R., & Crothers, M. K. 2009. Positive psychology. Prentice Hall/Person

Education.

Burns, D. D. 1988. Counseling singles. Christian Counseling, A Comprehensive Guide,

Word Publishing.

Continuing Psychology Education. 2005. Subjective well being (happiness). San Diego,

California: Author.

Christie, Y., Hartanti & Nanik. 2013. Perbedaan Kesejahteraan Psikologis pada Wanita

Lajang Ditinjau dari Tipe Wanita Lajang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas

Surabaya vol. 2 no.1

Diener, E. 2009. The Science of Well-Being The Collected Works of Ed Diener. USA:

Springer

Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. 2002. Subjective Well-Being. Handbook of

positive psychology.

Diener, E., Oishi, S., & lucas, R. E. 2009. Subjective Well-Being : the science of

happiness and life satisfaction. In S J Lopez & C.R. Snyder (Eds.), Oxford

handbook of positive psychology. New York : Oxford University Press.

Diener, E., Suh, E. M., Lucas, R. E., & Smith, H. L. 1999. Subjective Well-Being :

Three decades of progress. Psychological bulletin,.

Gunadi, P. 2001. Kehidupan lajang dari perspektif wanita. Retrieved 1, 2001, from

http://www.telaga.org/transkrip.php?kehodupan_lajang.htm

Hanggoro, Yohanes. 2015. Penelitian Deskriptif : Subjective Well-Being pada Biarawati

di Yogyakarta. Skripsi Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Universitas

Sanata Dharma. Dilihat 09 Oktober 2016

Kapteyn, A., Smith, J. P., & Van Soest, A. 2009. Life satisfaction.

Laswell, M. & Laswell, T. 1987. Marriage & the family. Belmont, California:

Wadworth, Inc.

Lopez, S. J., Pedrotti, J. T., & Snyder, C. R. 2014. Positive psychology: The scientific

and practical explorations of human strengths. Sage Publications.

Mujamiasih, Murti. 2013. Subjective Well-Being (SWB) : Studi Indigenous pada PNS

dan Karyawan Swasta yang Bersuku Jawa di Pulau Jawa. Skripsi Jurusan

Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Page 38: GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR … · 2017. 12. 8. · Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul : GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA WANITA KARIR

29

Rubianto, G. 2000. Wanita lajang di kota besar, tuntutan jaman ataukah soal

kejiwaan?. Dilihat 09 Oktober 2016. Retrived November 22, 2000, from

http://www.pdpersi.co.id?show=detailnews&kode=352&tbl=biaswanita

Santrock, W.J. 2002. Life span development (9th

ed). New York: Mc Grow Hill

Cmpany.

Sugiyono, Prof., Dr. 2012. Metode Penelitian Kuanttatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta