GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

95
GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN PETUGAS KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) PADA PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT) PADA CALON PENGANTIN WANITA DI KOTA TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) Oleh: Sawitri NIM: 107104001181 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Transcript of GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

Page 1: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN

PETUGAS KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)

PADA PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI

TETANUS TOXOID (TT)

PADA CALON PENGANTIN WANITA

DI KOTA TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Oleh:

Sawitri

NIM: 107104001181

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN

PETUGAS KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)

PADA PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT)

PADA CALON PENGANTIN WANITA

DI KOTA TANGERANG SELATAN

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun oleh :

SAWITRI

107104001181

Pembimbing I

Ns. Uswatun Khasanah S.Kep, MNS

NIP. 19770401 2009 12 2003

Pembimbing II

Irma Nurbaeti S.Kp, M.Kep, Sp.Mat

NIP. 19700501 1996 01 2001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 3: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

iii

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI

Skripsi dengan judul

GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN

PETUGAS KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) PADA PELAKSANAAN PROGRAM

IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT) PADA CALON PENGANTIN WANITA

DI KOTA TANGERANG SELATAN

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

SAWITRI

107104001181

Tangerang Selatan, September 2011

Pembimbing I

Ns. Uswatun Khasanah S.Kep, MNS

NIP. 19770401 2009 12 2003

Pembimbing II

Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat

NIP. 19700501 1996 01 2001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Tien Gartinah, MN

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And

Penguji III

Raihana Nadra Alkaff, S.KM, MMA

NIP. 19781216 2009 01 2005

Penguji I

Ns. Uswatun Khasanah S.Kep, MNS

NIP. 19770401 2009 12 2003

Penguji II

Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat

NIP. 19700501 1996 01 2001

Page 4: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang Selatan, September 2011

SAWITRI

Page 5: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

v

RIWAYAT HIDUP

Nama : Sawitri

Tempat lahir : Tangerang

Tanggal lahir : 31 Januari 1989

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Alamat : Jalan cemara II Rt.002/01 No. 22 Pamulang Barat

Pamulang 15417, Kota Tangerang Selatan

Anak ke : 3 dari 4 bersaudara

Telepon : 021-7414846 / 087877657419

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. TK Islam Al-Hidayah Pamulang (1994 – 1995)

2. SDN Cilandak Barat 07 Pagi (1995 – 2001)

3. SMPN 68 Jakarta Selatan (2001 – 2004)

4. SMAN 82 Jakarta Selatan (2004 – 2007)

5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2007 – 2011)

Pengalaman Organisasi :

1. Anggota Ekskul Tari Tradisional tahun 2004-2006

2. Anggota Ekskul Pecinta Alam WERDHIBUWANA SMAN 82 Jakarta tahun 2004-2007

3. Ketua Ekskul Seni Bela Diri Tenaga Dalam (Jurus Seni Penyadar) SMAN 82 tahun 2006

Page 6: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

vi

4. Kordinator Lapangan TLUP (Tata Laksana Upacara Bendera) SMAN 82 Jakarta tahun

2006

5. Anggota BEMJ Ilmu Keperawatan Divisi Kesenian dan Olahraga tahun 2007-2009

6. Anggota BEMJ Ilmu Keperawatan Divisi Infokom tahun 2009-2010

7. Anggota BEM FKIK Departemen Sosial tahun 2010-2011

Pengalaman seminar dan pelatihan:

1. Pelatihan “Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) ”

2. Talk show Dokter Muslim “Profil Ideal Dokter Musllim dan Implementasi Islam dalam

Etika Kedokteran”

3. Bedah buku “ Risalah Bala : Health Service with Spiritual Method in Globalization Age”

4. Seminar Profesi K3 “Amankah tabung gas subsidi anda”

5. Seminar Keperawatan “Prospek Karir Perawat di Era Globalisasi ; peluang kerja

perawat di dalam dan di luar negeri”

6. Training Motivation “Urgensi Motivasi untuk Meraih Prestasi”

7. Seminar popular “Move Your Body, Your Heart’s Healthy”

8. Seminar Profesi Gizi “Generasi Sehat dengan Inisiasi Dini”

9. Seminar eksternal mahasiswa sekolah tinggi ilmu kesehatan jayakarta (SEMESTA „08)

“It’s Time To Be a Professional Nurse”

10. Seminar Keperawatan “Cultural Approach in Holistic Nursing Care in Globalization

Era”

11. FKIK Cleaning Care “Toward Clean and Healthy Campus”

12. Education USA Fair Spring 2008

Page 7: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

vii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, September 2011

Sawitri, NIM: 017104001181

Gambaran Persepsi Petugas Kesehatan dan Petugas Kantor Urusan Agama (KUA) Pada

Pelaksanaan Program Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Calon Pengantin Wanita di

Kota Tangerang Selatan

xvi + 60 halaman + 4 tabel + 2 gambar + 8 lampiran

Kata kunci: Persepsi, Imunisasi Tetanus Toxoid, Calon pengantin wanita, Petugas

Kesehatan, Petugas KUA, Pelaksanaan Program Imunisasi TT

ABSTRAK

Tetanus neonatorum masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian neonatal

di Indonesia, sekitar 40% kematian bayi terjadi pada masa neonatal. Salah satu strategi Depkes

RI untuk mencapai eliminasi tetanus neonatorum adalah dengan mengembangkan intensifikasi

imunisasi tetanus toxoid pada wanita usia subur yaitu para calon pengantin. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk melihat gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas KUA

terhadap pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) bagi calon pengantin.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Informan dalam penelitian ini terdiri atas 6 informan utama (3 petugas kesehatan dan 3 petugas

KUA) dan 4 informan pendukung (calon pengantin). Teknik pengumpulan data dalam penelitian

ini dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan observasi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa petugas kesehatan dan petugas KUA

umumnya sudah mengetahui tentang program imunisasi TT bagi calon pengantin, tetapi

pengetahuan tersebut belum tersampaikan dengan efektif ke masyarakat sehingga calon

pengantin belum mengetahui manfaat program ini dengan jelas. Hambatan dalam program ini

berasal dari calon pengantin dan petugas. Hambatan dari calon pengantin diantaranya karena

kurangnya pengetahuan, takut untuk disuntik, dan adanya persepsi yang salah tentang imunisasi

TT bagi calon pengantin, sedangkan hambatan dari petugas antara lain masih kurangnya petugas,

beban kerja petugas yang terlalu banyak, dan terbatasnya petugas yang faham tentang program

tersebut. Sosialisasi program ini juga masih kurang efektif dikarenakan media sosialisasi yang

masih kurang dimanfaatkan. Jadi diharapkan sosialisasi program dapat ditingkatkan dengan

menggunakan media sosialisasi elektronik seperti televisi dan radio, serta pemberdayaan

posyandu dan penyediaan ruang konseling bagi calon pengantin.

Referensi : 35 (tahun 1995-2011)

Page 8: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

viii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM

ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Undergraduate Thesis, September 2011

Sawitri, NIM: 017104001181

Description of health care provider dan religion affairs staff perception about

implementation of TT immunization for female prospective couple in South Tangerang.

xvi + 60 halaman + 4 tabel + 2 gambar + 8 lampiran

Key Word: Perseption, Tetanus Toxoid Imunization, Prospective Couple, Health Care

Provider, Religion Affairs Staff, Implementation of TT Immunization

ABSTRAK

Tetanus neonatorum still being one of frequently neonatal mortality in Indonesia, about

40% baby mortality happened in neonatal period. One of ministry of health of Indonesia strategy

is to eliminate tetanus neonatorum is by developing intensification of TT immunization to fertile

women that is prospective couple. Aimed of this study is to know description of health care

provider dan KUA officer perception about implementation of TT immunization for female

prospective couple.

This study used qualitative study with phenomenology approach. Informant of this study

contain of 6 main informants (3 health care provider and 3 religion affairs staff) and 4 supportive

(prospective couple) informants. Data collection technique in this study is done by indept

interview and observation.

Result of this study show that the officers generally have known about TT immunization

program for prospective couple, but that knowledge is not told effectively yet to the community

because prospective couple don’t know yet about benefit of this program clearly. Barriers of this

program come from prospective couple and the officers. Barrier from prospective couple such as

having less knowledge, apprehension of injection, and false perception about effect of TT

immunization to prospective couple, while barrier from the officers is having less officers, it’s to

much work load, and the officers who know about this program still limited. Socialization of this

program also still less effective because socialization media is not been usefull yet. So, hopefully

socialization of TT immunization program can be increased by using electronic socialization

media such as television and radio, and also by posyandu empower and allocate conseling room

for prospective couple.

Reference : 35 (1995-2011)

Page 9: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

ix

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Jangan pernah menyesal dengan apa yang kamu pilih, tapi jalani dan nikmatilah pilihan

kamu dan jadikan sebagai pilihan yang terbaik”

-My mom-

“Kebaikan sekecil apapun yang kamu lakukan pasti akan dibalas dengan sesuatu yang tidak

terduga”

-Anonim-

“Kerjakan apa yang kamu tulis dan Tulislah apa yang kamu kerjakan”

-Ita Yuanita (sesi Keperawatan Dasar)-

“Dalam kehidupan sehari-hari kita harus melihat, bahwa bukan kebahagiaan yang membuat

kita bersyukur, tapi bersyukur membuat kita bahagia”

-David Seindl-Rast-

“Yang bisa bertahan hidup bukan spesies yang paling besar, bukan juga yang paling kuat, tapi

yang paling responsive terhadap perubahan”

-Charles Darwin-

“Semakin keras seseorang bekerja, maka semakian sulit ia menyerah”

-Vincent Lombardi-

“Bukanlah kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit. Karena

itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk mencoba.

Maka jangan katakan pada Allah SWT, aku punya masalah tetapi katakan pada masalah aku

punya Allah SWT yang Maha segalanya.”

-imam Ali bin Abi Tholib-

“Allah tidak selalu menjadikan langit itu selalu biru, bunga selalu mekar dan matahari selalu

bersinar. Ketahuilah bahwa Dia selalu memberi pelangi di setiap badai, senyuman di setiap air

mata, berkah di setiap cobaan, dan jawaban dari setiap doa.”

Page 10: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah S.W.T yang

telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas

kantor urusan agama (KUA) terhadap pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) di

Kota Tangerang Selatan.

Proposal skripsi ini tentunya tidak akan selesai, tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. MK Tajudin, Sp.And selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Tien Gartinah M.N selaku kepala program studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Uswatun Khasanah S.Kep, MNS selaku dosen pembimbing I, yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk memberikan masukan kepada peneliti.

4. Ibu Irma Nurbaeti, S. Kp, M. Kep, Sp. Mat selaku dosen pembimbing II, yang telah

banyak meluangkan waktunya memberikan bimbingan kepada peneliti.

5. Bapak dan ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah mengajarkan dan

membimbing penulis, serta staff akademik (Bapak azib Rosyidi S. Psi) atas

bantuannya yang telah memudahkan dalam proses birokrasi.

6. Orang tua tercinta (Mama dan Papa) atas kasih sayang, doa dan dukungannya baik

secara material dan spiritual yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Semoga

Page 11: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

xi

kebaikan dan pengorbanan kalian tidak akan sia-sia dan akan dibalas oleh Allah

SWT. Semoga penulis dapat menjadi seperti apa yang kalian harapkan. Amin.

7. Kakak dan adik penulis yang tersayang (Mba Wiwi, Mba Noe, Catur) yang selalu

memberikan dukungan dan doa serta yang menjadi inspirasi penulis.

8. Empat serangkai (Rika Yunita, Susanti, Tintin Farihati) yang senantiasa dukungan,

bantuan serta doa dalam proses penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman PSIK’07 yang telah memberikan masukan dan semangat kepada

peneliti.

10. Semua informan yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

Peneliti menyadari dalam pembuatan proposal skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu, peneliti mengharapkan saran dari berbagai pihak. Semoga proposal skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Tangerang Selatan, September 2011

Penulis

Page 12: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

xii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................. iv

RIWAYAT HIDUP .............................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................................ vii

LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... xvi

LAMPIRAN ......................................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 5

C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................................. 6

D. Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 6

1. Tujuan umum ........................................................................................................ 6

2. Tujuan Khusus ...................................................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 7

1. Bagi profesi keperawatan ..................................................................................... 7

Page 13: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

xiii

2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Selatan ......................................... 7

3. Bagi institusi kesehatan (Puskesmas Kecamatan Ciputat) ................................... 7

4. Bagi peneliti selanjutnya ....................................................................................... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tetanus Neonatorum ................................................................................................. 9

B. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ................................................................................ 11

C. Petugas Kesehatan ..................................................................................................... 17

D. Petugas Kantor Urusan Agama (KUA) ..................................................................... 19

E. Persepsi ..................................................................................................................... 21

1. Definisi .............................................................................................................. 21

2. Macam – macam persepsi ................................................................................. 22

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya persepsi ................................ 22

F. Teori Health Belief Model ........................................................................................ 23

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep ...................................................................................................... 25

B. Definisi Istilah ........................................................................................................... 26

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ...................................................................................................... 27

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................... 28

C. Instrumen Penelitian ................................................................................................. 28

D. Informan Penelitian ................................................................................................... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 29

Page 14: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

xiv

F. Keabsahan Data ........................................................................................................ 32

G. Teknik Analisa Data ................................................................................................. 33

H. Etika Penelitian .......................................................................................................... 36

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum wilayah penelitian ........................................................................ 38

B. Hasil Penelitian ......................................................................................................... 38

1. Karakteristik informan .............................................................................................. 38

2. Pengetahuan tentang program dan pelaksanaan imunisasi TT bagi catin .................. 40

3. Persepsi tentang manfaat............................................................................................ 46

4. Persepsi tentang hambatan ......................................................................................... 48

5. Persepsi tentang petunjuk untuk bertindak ................................................................ 50

BAB VI PEMBAHASAN

A. Hasil Peelitian ........................................................................................................... 52

1. Pengetahuan tentang program dan pelaksanaan imunisasi TT bagi catin .................. 52

2. Persepsi tentang manfaat............................................................................................ 55

3. Persepsi tentang hambatan ......................................................................................... 57

4. Persepsi tentang petunjuk untuk bertindak ................................................................ 59

Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 61

BAB VII PENUTUP

1. Kesimpulan ............................................................................................................... 62

2. Saran ......................................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

xv

DAFTAR TABEL

Nomor tabel Halaman

Tabel 2.1 Jadwal pemberian Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur (WUS) 13

Tabel 2.2 Jadwal pemberian Imunisasi TT pada ibu hamil dan calon pengantin 14

Tabel 5.1 Karakteristik Informan Utama 39

Page 16: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor gambar Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep 25

Gambar 4.1 Teknik Analisa Data 35

Page 17: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

xvii

LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3 Lembar Check List Penataran calon pengantin oleh Petugas KUA

Lampiran 4 Lembar Check List Penataran calon pengantin oleh

Petugas Kesehatan

Lampiran 5 Pedoman wawancara mendalam informan utama

Lampiran 6 Pedoman wawancara mendalam informan pendukung

Lampiran 7 Persyaratan administrasi pendaftaran pernikahan

Lampiran 8 Hasil observasi dengan lembar check list

Page 18: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tetanus neonatorum masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian

neonatal di Indonesia, sekitar 40% kematian bayi terjadi pada masa neonatal. Salah satu

strategi Depkes RI untuk mencapai eliminasi tetanus neonatorum adalah dengan melakukan

imunisasi tetanus toxoid (TT) pada ibu hamil. Evaluasi tahun 1999-2000 menunjukkan

cakupan TT ibu hamil masih rendah. Oleh karena itu, Depkes RI mulai mengembangkan

intensifikasi imunisasi tetanus toxoid pada wanita usia subur yaitu para calon pengantin

(Depkes RI, 2008). Namun sampai saat ini, program tersebut dirasakan belum terlaksana

dengan baik. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di KUA Kecamatan

Ciputat tanggal 11 April 2011, didapatkan data bahwa dari 543 calon pengantin yang

mendaftarkan diri di KUA Kecamatan Ciputat hanya sekitar 40% yang melampirkan kartu

tanda imunisasi TT dan dari berkas tersebut tercatat para calon pengantin hanya melakukan

imunisasi TT 1 kali, tidak ada yang melakukan imunisasi TT lengkap (2 kali sebelum

menikah) seperti yang seharusnya di anjurkan.

Pelaksanaan imunisasi tetanus toxoid bagi calon pengantin telah diatur dalam

ketetapan Departemen Agama: No. 2 Tahun 1989 No. 162-I/ PD.0304.EI tanggal 6 Maret

1989 tentang imunisasi tetanus toxoid calon pengantin bahwa setiap calon pengantin sudah

di imunisasi tetanus toxoid sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum pasangan tersebut

mendaftarkan diri untuk menikah di KUA dengan dibuktikan berdasaran surat keterangan

imunisasi/ kartu imunisasi calon pengantin (catin) dan merupakan prasyarat administratif

Page 19: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

2

pernikahan. Pada kenyataannya dari hasil pengamatan dan wawancara pada saat studi

pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ciputat dan KUA Ciputat, penulis mendapatkan

informasi bahwa bagi calon pengantin yang tidak ingin melakukan imunisasi TT atau tidak

melengkapi dokumen administratif pernikahan dengan kartu imunisasi TT tetap diberi surat

izin menikah. Karena program imunisasi TT dan pengumpulan kartu tanda imunisasi TT

hanya dijadikan sebagai persyaratan pendukung. Dengan kata lain, petugas menganggap bila

program tidak dilakukan tidak masalah karena sepenuhnya hak pribadi dari tiap individu.

Penelitian yang dilakukan oleh Hamid, dkk (2010) didapatkan data dari 401

responden penelitian (calon pengantin) hanya 38,7% yang menyatakan melakukan tindakan

pemeriksaan kesehatan sebelum menikah (Pre Marital Screening) di puskesmas. Dari tujuh

kegiatan yang dilakukan pada Pre Marital Screening yaitu imunisasi, ukur lingkar lengan

atas, cek laboratorium, cek tekanan darah, berat badan dan mens terakhir, tes urin, dan

pemeriksaan kesehatan, yang paling banyak dilakukan adalah tindakan imunisasi, walaupun

imunisasi hanya dilakukan kepada 135 responden dari 401 responden penelitian yang ada

atau sekitar 33,6% responden. Dari sejumlah responden yang diberi imunisasi hanya 78

reponden (57,8% responden) yang menyebutkan bahwa imunisasi yang diberikan adalah

imunisasi tetanus.

Berdasarkan profil kesehatan Depkes RI tahun 2008, Sekitar 40% kematian bayi

terjadi pada saat neonatal dan sebanyak 165 kasus terjadi karena tetanus neonatorum

dengan angka kematian 91 kasus atau Case Fatality Rate (CFR) 55% dengan angka

kejadian tetanus neonatorum tertinggi terjadi di provinsi Banten (50 kasus, 23 meninggal),

Jawa Barat (41 kasus, 28 meninggal), dan Sumatera Selatan (17 kasus, 9 meninggal). Dari

kasus tersebut sebagian besar adalah bayi yang persalinannya ditolong oleh dukun beranak

Page 20: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

3

(Ditjen PP&PL, Depkes RI, 2008). Ibu dengan status imunisasi TT tidak lengkap atau tidak

imunisasi TT mempunyai kecenderungan 36 kali lebih besar bayinya menderita tetanus

neonatorum dibandingkan dengan ibu yang status imunisasi TT lengkap (Indrawati, 1998).

Dalam menjalankan program imunisasi tetanus toxoid (TT) diperlukan kerja sama

yang baik antar departemen yang terkait maupun antar staf dalam satu departemen.

Departemen Kesehatan menganut asas departementalisasi dan regionalisasi, dengan tujuan

agar program kesehatan dapat tersampaikan kepada masyarakat dengan baik.

Departementalisasi yaitu dibentuknya Direktorat Jendral, jajaran organisasi Depkes pusat,

subdinas, serta seksi-seksi di dinas kesehatan provinsi, kabupaten dan kota. Regionalisasi

adalah dibentuknya jajaran organisasi kesehatan mulai dari tingkat provinsi sampai tingkat

kecamatan dan desa serta puskesmas pembantu sampai posyandu (Muninjaya, 2004). Untuk

pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) pada calon pengantin, Departemen

Kesehatan menjalin kerjasama dengan Departemen Agama. Hal tersebut dilakukan karena

sasaran dari program ini adalah calon pengantin yang biasanya sudah mendaftarkan diri di

kantor urusan agama (KUA). Baik Dinas Kesehatan maupun KUA setempat, masing-masing

saling membentuk divisi atau bagian yang bertanggung jawab menangani program tersebut.

Beberapa hasil penelitian sebelumnya menjelaskan beberapa faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan program imunisasi TT. Menurut hasil penelitian Purwanto

(2002), faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi TT wanita usia subur

(WUS) antara lain umur, status perkawinan, pengetahuan, sikap, anjuran petugas kesehatan,

anjuran petugas non kesehatan, kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan. Menurut hasil

penelitian Sukmara (2000), variabel yang berpengaruh secara bermakna adalah sikap,

pendidikan, pemeriksaan kehamilan, persepsi terhadap jarak, dan anjuran. Menurut

Page 21: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

4

penelitian Sumartini (2004), faktor-faktor yang berhubungan dengan imunisasi TT pada

calon pengantin di Puskesmas Liwa Kabupaten Lampung Barat antara lain variabel

pendidikan, pengetahuan, jarak dan ketersediaan kartu TT. Sedangkan berdasarkan hasil

wawancara yang peneliti lakukan pada kepala KUA di KUA Kecamatan Ciputat tanggal 11

April 2011, didapatkan informasi bahwa faktor yang menyebabkan beberapa calon

pengantin wanita tidak melakukan imunisasi TT anta’ra lain karena tidak mengetahui

adanya program imunisasi bagi calon pengantin, tidak terlalu diwajibkan oleh pihak KUA

karena hanya sebagai persyaratan pendukung, takut jarum atau takut disuntik, sibuk bekerja

sehingga tidak ada waktu untuk ke puskesmas/ klinik/ rumah sakit, dan jauhnya jarak dari

rumah ke pelayanan kesehatan.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului pengindraan, yaitu dengan

diterimanya stimulus oleh reseptor, diteruskan ke otak atau saraf pusat yang diorganisasikan

dan di interpretasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya individu menyadari tentang apa

yang dilihat dan didengarkan. Dengan persepsi individu dapat mengerti tentang keadaan

lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu,

sehingga individu dapat bersikap sesuai dengan persepsi yang diambil (Sunaryo, 2004).

Persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, budaya, ras, jenis

kelamin, dan juga pengalaman yang mereka alami sebelumnya. Perbedaan persepsi dapat

menjadi batu sandungan untuk mencapai komunikasi yang efektif dan persepsi seseorang

juga sangat sulit untuk diubah (Potter & Perry, 2003).

Dari latar belakang yang telah penulis ketahui dari pelaksanaan program imunisasi

TT pada calon pengantin yang dirasa masih kurang efektif, penulis berkeinginan mengetahui

gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas kantor urusan agama (KUA) terhadap

Page 22: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

5

pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) bagi calon pengantin wanita di Kota

Tangerang Selatan.

B. Rumusan Masalah

Tetanus neonatorum masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian

neonatal di Indonesia. Salah satu strategi Depkes RI untuk mencapai eliminasi tetanus

neonatorum adalah dengan melakukan imunisasi TT pada ibu hamil. Namun evaluasi tahun

1999-2000 menunjukkan cakupan TT ibu hamil masih rendah. Oleh karena itu, Depkes RI

mulai mengembangkan intensifikasi imunisasi tetanus toxoid pada wanita usia subur yaitu

para calon pengantin.

Pada kenyataannya masih banyak calon pengantin yang tidak ingin melakukan

imunisasi TT atau tidak melengkapi dokumen pernikahannya dengan kartu imunisasi TT

dengan berbagai alasan antara lain karena takut jarum atau takut disuntik, sibuk bekerja

sehingga tidak ada waktu untuk ke puskesmas/ klinik/ rumah sakit, tidak terlalu diwajibkan

oleh pihak KUA, kurang paham tentang imunisasi TT dan manfaatnya, dan jauhnya jarak

dari rumah ke pelayanan kesehatan. Selain itu, didapatkan data dari KUA Ciputat bahwa

hanya sekitar 40% calon pengantin yang mendaftarkan diri di KUA yang melampirkan

kartu tanda imunisasi TT dan dari berkas tersebut tercatat para calon pengantin hanya

melakukan imunisasi TT 1 kali, tidak ada yang melakukan imunisasi TT lengkap (2 kali

sebelum menikah) sesuai anjuran. Hal tersebut tidak dipermasalahkan oleh petugas KUA,

karena imunisasi TT hanya dianggap sebagai persyaratan pendukung.

Berdasarkan penjelasan diatas, pelaksanaan program imunisasi TT pada calon

pengantin dirasa masih kurang efektif. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian

Page 23: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

6

ini adalah bagaimana gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas kantor urusan

agama (KUA) terhadap pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) bagi calon

pengantin wanita di Kota Tangerang Selatan.

C. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas kantor urusan agama

(KUA) terhadap pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) bagi calon pengantin

wanita di Kota Tangerang Selatan?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran persepsi petugas kesehatan dan kantor urusan agama

(KUA) pada pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) bagi calon pengantin

wanita di Kota Tangerang Selatan.

2. Tujuan Khusus

A. Mengidentifikasi pengetahuan petugas KUA, petugas kesehatan setempat, dan calon

pengantin wanita tentang program dan pelaksanaan imunisasi TT bagi calon

pengantin wanita

B. Mengidentifikasi persepsi petugas dan calon pengantin tentang manfaat pelaksanaan

program imunisasi TT bagi calon pengantin wanita

C. Mengidentifikasi persepsi petugas dan calon pengantin tentang hambatan pada

pelaksanaan program imunisasi TT bagi calon pengantin wanita

Page 24: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

7

D. Manfaaat Penelitian

1. Bagi profesi keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan

dalam mengembangkan perencanaan keperawatan komunitas tentang pelaksanaan

imunisasi TT pada calon pengantin wanita.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Selatan

Penelitian ini dapat membantu memberikan informasi bagi Dinas Kesehatan

setempat dalam membuat kebijakan mengenai program imunisasi TT pada calon

pengantin wanita.

3. Bagi institusi kesehatan (Puskesmas Kecamatan Ciputat)

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi institusi kesehatan

(pengelola program imunisasi setempat) tentang peran mereka dalam pelaksanaan

program imunisasi TT bagi calon pengantin.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat memberikan informasi dasar atau gambaran untuk penelitian lanjutan yang

berhubungan dengan imunisasi TT pada calon pengantin.

Page 25: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

8

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam dan

observasi dengan menggunakan lembar check list dan telaah dokumen. Informan kunci

dalam penelitian ini adalah petugas kesehatan (petugas puskesmas) dan petugas KUA yang

bertanggung jawab atas program imunisasi TT calon pengantin dan mampu berkomunikasi

dengan baik. Penelitian ini akan dilakukan di tiga kecamatan di Kota Tangerang Selatan

yaitu Kecamatan Ciputat, Kecamatan Pamulang, dan Kecamatan Serpong Utara. Penelitian

ini akan dilakukan mulai bulan Juli – Agustus 2011.

Page 26: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tetanus Neonatorum

Tetanus neonatorum biasanya dikarenakan infeksi C. tetani yang masuk melalui tali

pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk disebabkan oleh proses

persalinan yang tidak steril, baik oleh peralatan yang terkontaminasi maupun obat untuk tali

pusat yang telah terkontaminasi. Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan

obat tradisional yang tidak steril merupakan penyebab utama terjadinya tetanus neonatorum,

misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu atau gunting yang tidak steril, setelah tali

pusat dipotong dibubuhi dengan abu, tanah, minyak, daun-daunan dan sebagianya (Staf

pengajar ilmu kesehatan anak FKUI, 1997).

Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang lurus, langsing, berukuran

panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron, bersifat gram positif, membentuk spora, dan

hidup obligat anaerob. Kuman ini membentuk eksotoksin yang disebut tetanospasmin, suatu

neurotoksin (menyerang system syaraf) yang kuat. Bakteri ini dijumpai pada tinja binatang

terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan

tinja binatang tersebut. Masa inkubasi dari toksin tersebut 5-14 hari, tetapi bisa lebih pendek

(1-3 hari atau beberapa minggu). Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal secara klinis :

localized tetanus (tetanus lokal), cephalic tetanus, dan generalized tetanus (tetanus umum)

selain itu ada juga yang membagi berupa neonatal tetanus. Karakteristik dari tetanus antara

lain kejang bertambah berat selama 3 hari pertama dan menetap selama 5-7 hari, setelah 10

hari frekuensi kejang mulai berkurang, setelah 2 minggu kejang mulai hilang, biasanya

Page 27: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

10

didahului dengan ketegangan otot terutama pada rahang sampai leher, kemudian timbul

kesukaran membuka mulut (trismus), kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (opistotonus), dan

karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin,

bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak) (Ritarwan, 2004).

Menurut penelitian Hamid dalam Ritarwan, 2004, angka terjadinya tetanus

neonatorum melalui persalinan dengan cara tradisional 56 kasus (68,29%), tenaga bidan 20

kasus (24,39), dan selebihnya melalui dokter 6 kasus (7,32%). Berat ringannya penyakit

juga bergantung pada lamanya masa inkubasi, makin pendek masa inkubasinya biasanya

prognosis makin jelek. Prognosis tetanus neonatorum jelek bila: umur bayi lebih dari 7 hari,

masa inkubasi 7 hari atau kurang, periode timbulnya gejala kurang dari 18 jam, dijumpai

kaku otot (Ritarwan, 2004).

Langkah pencegahan pemerintah untuk menanggulangi angka tetanus neonatorum

sudah dicanangkan sejak lama, adapun beberapa langkah pencegahan penyakit tetanus

neonatorum antara lain peningkatan cakupan imunisasi TT terhadap wanita usia subur,

pemeriksaan kehamilan termasuk pemberian imunisasi TT ibu hamil, pertolongan persalinan

3 bersih serta perawatan tali pusat yang bersih, peningkatan kegiatan surveilans dalam

rangka penemuan dini kasus tetanus neonatorum dan penentuan faktor resiko yang menjadi

penyebab, serta pelayanan rujukan baik rumah sakit maupun di puskesmas dengan rawat

inap dan penyuluhan melalui kader, tokoh masyarakat serta keluarga (Depkes RI, 1996).

Page 28: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

11

B. Imunisasi Tetanus Toxoid

1. Pengertian

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan

seseorang terhadap suatu penyakit sehingga bila terpapar dengan penyakit tersebut orang

tersebut hanya akan sakit ringan/ tidak sakit. Imunisasi tetanus toxoid adalah proses

untuk membangun kekebalan tubuh sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.

Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah dilemahkan

kemudian dimurnikan (Depkes RI, 2009).

Imunisasi untuk pencegahan penyakit tetanus dilakukan melalui tahapan-tahapan

tertentu sesuai dengan kelompok umur. Imunisasi DPT diberikan pada bayi umur 2 – 11

bulan sebanyak 3 kali dengan interval waktu minimal 4 minggu. Selanjutnya imunisasi

DT diberikan pada anak umur 6 – 7 tahun (kelas 1 SD) sebanyak 1 kali sebagai

imunisasi ulang. Imunisasi TT pada anak diberikan kepada anak sekolah kelas 2 dan 3

SD masing-masing diberikan sebanyak 1 kali. Terakhir imunisasi TT diberikan pada

WUS, ibu hamil dan calon pengantin (Depkes RI, 2009).

2. Manfaat

a. Melindungi calon bayi yang akan lahir dari penyakit tetanus neonatorum

b. Melindungi calon pengantin/ calon ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.

3. Vaksin Tetanus

a. Deskripsi

Vaksin TT adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah

dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3mg/ml aluminium sulfat. Thimeroksal 0,1

mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi

Page 29: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

12

sedikitnya 40 IU. Vaksin TT digunakan untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi

yang baru lahir dengan mengimunisasi WUS (ibu hamil dan calon pengantin) dan

juga untuk pencegahan tetanus pada ibu.

b. Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif/ imunisasi aktif terhadap tetanus.

c. Cara pemberian dan dosis

1) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi

homogen

2) Vaksin disuntikkan secara intramuscular atau subkutan dalam

3) Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap tetanus/ tetanus neonatorum dari 2

dosis primer 0,5 ml yang diberikan secara intramuscular dengan interval 4

minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya.

4) Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada WUS, maka

dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis keempat diberikan 1 tahun setelah dosis

ketiga, dan dosis kelima diberikan 1 tahun setelah dosis keempat. Imunisasi TT

dapat diberikan elama kehamilan, bahkan pada periode trimester pertama.

5) Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka boleh digunakan selama 4

minggu, dengan ketentuan :

a) Vaksin belum kadaluarsa, VVM masih dalam kondisi A dan B

b) Vaksin disimpan dalam suhu +2o - +8

oC

c) Tidak pernah terendam air

6) Sedangkan diposyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi

untuk hari berikutnya (Depkes RI, 2009).

Page 30: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

13

4. Kekebalan vaksin tetanus terhadap tubuh

Daya proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar 90 – 95 % . Antibody

yang terbentuk pada calon pengantin yang nantinya akan menjadi ibu, selain memberi

perlindungan pada ibu, juga memberikan perlindungan pada calon bayi yang akan lahir.

Plasenta meneruskan antibody tetanus (IgG) ke bayi dan melindungi bayi terhadap

kemungkinan masuknya toksin tetanus melalui luka pada tali pusat atau luka ditempat

lain yang dapat tercemar spora tetanus. Transfer antibodi ibu ke bayi mencapai

maksimal pada trimester akhir kehamilan (Depkes RI 1992 dalam Sukmara, 2000).

Tabel 2. 1

Jadwal Pemberian Imunisasi TT pada Wanita Usia Subur

Jenis

Imunisasi

Pemberian

Imunisasi

Interval pemberian

minimal

Persentase

proteksi

Masa Perlindungan Dosis

Imunisasi

Tetanus

Toxoid

wanita

usia subur

(WUS)

TT1 -- -- Tidak ada 0,5 cc

TT2 4 minggu setelah TT1 80 % 3 tahun 0,5 cc

TT3 6 bulan setelah TT2 95 % 5 tahun 0,5 cc

TT4 1 tahun setelah TT3 99 % 10 tahun 0,5 cc

TT5 1 tahun setelah TT4 99 % Seumur hidup atau

selama usia subur/

(25 tahun)

0,5 cc

Sumber : Kep. MenKes no. 1611/ MENKES/ SK/ XI/ 2005 tentang pedoman Penyelenggaraan

Imunisasi dalam Petunjuk Teknis Imunisasi TT, 2005.

Page 31: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

14

Tabel 2.2

Jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil dan calon pengantin

Sasaran Jumlah

vaksinasi

Interval waktu

pemberian minimal

Saran

Ibu Hamil 2x 4 minggu Bila ibu hamil belum pernah divaksinasi TT,

diberikan 2x selama kehamilan

Bila pada waktu kontak berikutnya ibu sudah

bersalin, TT2 tetap diberikan dengan maksud

memberikan perlindungan untuk kehamilan

selanjutnya

1x - Bila ibu hamil pernah mendapat imunisasi TT

2x pada waktu catin atau pada kehamilan

sebelumnya, cukup mendapat imunisasi TT

1x

Calon

Pengantin

Wanita

2x 4 minggu Sebelum akad nikah (waktu melapor atau

waktu menerima nasehat perkawinan)

Sumber : Depkes RI. Vaksin dan waktu pemberiannya, dalam Sukmara, 2000.

5. Keefektifan vaksin Tetanus Toxoid

Efektifitas imunisasi TT sebesar 60% - 90% proteksi dari penyakit tetanus

neonatorum selama 3 tahun terhadap calon pengantin yang melakukan imunisasi TT

sebanyak 2x (Purwanto, 2002). Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian Lilly indrawati,

1998, yang menyebutkan bahwa ibu dengan status imunisasi TT tidak lengkap atau tidak

imunisasi TT mempunyai kecenderungan 36 kali lebih beresiko bayinya menderita

tetanus neonatorum dibandingkan dengan ibu yang status imunisasi TT lengkap.

Page 32: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

15

6. Efek samping

Dalam buku pedoman teknis imunisasi , vaksin TT adalah vaksin yang aman dan

tidak mempunyai kontraindikasi dalam pemberiannya kecuali bagi klien yang

mengalami reaksi anafilaksis setelah pemberian dosis pertama. Meskipun demikian,

imunisasi TT tidak boleh diberikan kepada:

a. WUS dengan riwayat alergi terhadap imunisasi TT yang lalu,

b. WUS dengan panas tinggi dan sakit berat, namun demikian WUS tersebut dapat

diimunisasi segera setelah sembuh.

7. Pandangan Islam

Pernikahan merupakan pengalaman hidup yang sangat penting sebagai media

penyatuan fisik dan psikis antara dua insan dan penggabungan kedua keluarga besar

dalam rangka ibadah melaksanakan perintah Allah SWT. Hal itu tentunya memerlukan

berbagai persiapan yang cukup matang terkait persiapan fisik sebelum menikah antara

lain tes kesehatan dan fertilitas, walaupun tidak ada riwayat dan indikasi penyakit

ataupun kelainan keturunan di dalam keluarga, berdasarkan prinsip syariah tetap

dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan standar. Hal ini dikarenakan prinsip sentral

syariah Islam adalah hikmah dan kemaslahatan umat manusia di dunia dan di akhirat.

Kemaslahatan ini terletak pada keadilan, kerahmatan, kemudahan, keamanan,

keselamatan, kesejahteraan dan kebijaksanaan yang merata. Apa saja yang bertentangan

dengan prinsip tersebut maka akan dilarang syariah, namun sebaliknya segala hal yang

dapat mewujudkan prinsip tersebut dapat dipastikan dianjurkan syariah.

Tujuan utama ketentuan syariat (maqashid as-syariah) adalah tercermin dalam

pemeliharaan pilar-pilar kesejahteraan umat manusia yang mencakup lima maslahat

Page 33: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

16

dengan memberikan perlindungan terhadap aspek keimanan (hifz din), kehidupan (hifzd

nafs), akal (hifz „aql), keturunan (hifz nasl) dan harta benda mereka (hifz mal). Apa saja

yang menjamin terlindunginya lima perkara ini adalah maslahat bagi manusia dan

dikehendaki syariah dan segala yang membahayakannya dikategorikan sebagai mudharat

atau mafsadah yang harus disingkirkan. Dalam proses pemilihan pasangan dan prosedur

pernikahan, Islam di samping aspek keimanan dan keshalihan (hifdz din) juga sangat

memperhatikan aspek keturunan serta aspek kesehatan fisik dan mental (hifdz nasl dan

hifdz „aql). Hal itu dapat kita kaji dari hadits Rasulullah saw maupun ayat-ayat al-Qur’an

seputar pernikahan.

“Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-

saudaramu yang perempuan, saudara-saudara ayahmu yang perempuan, saudara-saudara

ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-

anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu,

saudara-saudara sesusuanmu, ibu-ibu istrimu, anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri)

yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur

dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu (menikahinya), (dan

Page 34: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

17

diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan diharamkan mengumpulkan

dalam pernikahan dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa

lampau. Sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”(An. Nisa : 23)

هإن الل ايغهيرله ت ىبقهىم مه ايغهيرواحه هنفمه سهمبأ

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (ar-Ra'du:11)

Dengan demikian, berdasarkan manfaat dari pemeriksaan kesehatan tersebut

syariat Islam sangat menganjurkan agar calon pengantin melakukan pemeriksaan

fertilitas dan tes kesehatan fisik maupun mental serta tindakan imunisasi termasuk

imunisasi TT pra menikah agar dapat diketahui lebih awal berbagai kendala dan kesulitan

medis yang mungkin terjadi untuk diambil tindakan antisipasi yang semestinya sedini

mungkin berdasarkan prinsip Sadd Adz-Dzari‟ah (prinsip pengambilan langkah preventif)

terhadap segala hal yang dapat membahayakan lima maslahat.

C. Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan professional

dibidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun yang tidak.

Sementara itu, petugas kesehatan menurut PP No.32/1996 adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan yang terdiri dari tenaga medis, tenaga

keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga

keterapian fisik, dan tenaga ketekhnisian medis (Depkes RI, 2008).

Page 35: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

18

Petugas kesehatan dalam melaksanakan tugasnya mempunyai aturan yang tercermin

dalam UU No. 32 tahun 1992 tentang kesehatan. Dalam Undang-undang tersebut,

dinyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam melaksanakan kewajibannya wajib memenuhi

standar profesi dan harus menghormati hak-hak pasien (Depkes RI, 2008). Untuk

melaksanakan tugasnya perawat memiliki beberapa peran yaitu:

a. Sebagai pelaksana kesehatan

Peran sebagai pelaksana kesehatan dapat memberikan pelayanan pada tingkat

individu, keluarga, kelompok melalui upaya promotif dan preventif untuk meningkatkan

status kesehatan masyarakat.

b. Sebagai pendidik

Petugas kesehatan memberikan pendidikan dan pemahaman kepada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat dalam menanamkan perilaku hidup sehat.

c. Sebagai pengelola

Petugas kesehatan diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan

kesehatan dan masalah kesehatan yang ada di masyarakat.

d. Sebagai konsultan

Petugas kesehatan dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, kelompok,

dan masyarakat untuk memecahkan berbagai masalah di bidang kesehatan.

e. Sebagai manajer

Petugas kesehatan sebagai manajer adalah bertugas untuk mengambil keputusan,

bertanggung jawab terhadap kegiatan, mengerahkan sumber daya, dan bekerjasama

dengan orang lain untuk mencapai tujuan.

f. Sebagai peneliti

Page 36: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

19

Petugas kesehatan melakukan identifikasi dan pengamatan terhadap suatu

fenomena yang terjadi di masyarakat yang mengancam status kesehatan masyarakat

(Mubarak, 2009).

D. Petugas KUA

Petugas KUA adalah semua orang yang bekerja dikantor urusan agama (KUA) yang

bernaung dibawah Departemen Agama. Petugas KUA yang menangani bagian pembinaan

atau penataran calon pengantin adalah badan penasehatan pembinaan dan pelestarian

perkawinan (BP4). BP4 merupakan organisasi semi resmi yang bernaung dibawah

Departemen Agama yang bergerak dalam bidang konsultasi hukum atau pemberian nasehat

perkawinan, perselisihan dan perceraian. Dapat juga diartikan sebagai konsultan perkawinan

dan perceraian mengenai nikah, talak dan rujuk.

Secara formil, tujuan dibentuknya BP4 dirumuskan untuk mempertinggi nilai

perkawinan dan terwujudnya tatanan rumah tangga yang sejahtera dan bahagia menurut

tatanan islam. Adapaun untuk mencapai tujuan tersebut, maka BP4 melakukan beberapa

usaha sebagai berikut:

1. Memberikan bimbingan, penasehatan dan penerangan mengenai nikah, talak, cerai dan

rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok

2. Memberikan bimbingan dan penyuluhan agama, UU perkawinan, hukum munakahat, UU

peradilan agama, dan kompilasi hukum islam

3. Memberikan bantuan dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan perselisihan

rumah tangga

4. Bekerjasama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki kesamaan tujuan

Page 37: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

20

5. Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan keluarga, buku, brosur, dan

media elektronik yang dianggap perlu

6. Menyelenggarakan kursus calon pengantin, penataran atau pelatihan, diskusi, seminar

dan kegiatan-kegiatan sejenis lainnya yang berkaitan dengan perkawinan dan keuarga

7. Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk peningkatan, penghayatan dan

pengamalan nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlakul karimah dalam rangka

membina keluarga sakinah

8. Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan untuk membina keluarga

sakinah

9. Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga

Tugas dan wewenang BP4 pada dasarnya adalah bagaimana menciptakan keluarga

sakinah, mawadah, warahmah serta mencegah perceraian dan permasalahan lain yang

terdapat dalam rumah tangga, guna membentuk bangsa dengan akhlak yang mulia sesuai

dengan ajaran agama Islam. Sebagaimana yang tersurat dalam firman Allah SWT dalam

surat Ar-Rum ayat 21:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Allah telah menciptakan untukmu

istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan

dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu

terdapat tanda-tanda bagi kaum berfikir”(QS. Ar-Rum: 21).

Untuk melaksanakan tugas dan wewenang tersebut, petugas KUA memiliki beberapa

peran yaitu :

a. Memberikan bimbingan, nasehat dan pelayanan kepada masyarakat mengenai

keagamaan rumah tangga yang ideal dalam kehidupan bermasyarakat

Page 38: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

21

b. Memberikan penataran kepada calon pengantin wanita yang hendak melangsungkan

akad nikah dengan materi-materi tentang UU perkawinan, ibadah dan muamalah,

munakahat, hukum pernikahan, imunisasi, konsep keluarga berencana dan kesehatan

c. Memberikan nasehat kepada suami-istri yang datang untuk berkonsultasi, melaporkan

adanya perselisihan atau permasalahan dalam rumah tangganya sehingga tercipta

keadaan yang diinginkan, yaitu keluarga bahagia dan sejahtera terhindar dari perceraian

d. Bekerjasama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki kesamaan tujuan

e. Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan untuk membina keluarga

sakinah (Setiawan, 2006).

E. Persepsi

1. Definisi persepsi

Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi, setiap orang merasakan,

mengintepretasikan, dan memahami kejadian secara berbeda (Potter & Perry, 2005).

Persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca indera yang

didahului oleh pengamatan sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan

menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun dalam individu

(Sunaryo, 2004). Dengan kata lain, persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses

individu dalam menerima rangsangan baik dari dalam atau dari luar diri individu,

sehingga individu tersebut dapat mengetahui, mengerti dan menginterpretasikan

rangsagan tersebut.

Page 39: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

22

2. Macam – macam persepsi

a. External perception

Persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang dating dari luar diri

individu.

b. Self perception

Persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diri

individu (Sunaryo, 2004).

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi

Persepsi yang terbentuk pada diri individu berbeda antara satu orang dengan

orang lain. Perbedaan ini disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi

pembentukannya. Pengalaman, pendidikan, serta kebudayaan mempengaruhi persepsi

individu (Hardjana, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sebuah persepi menurut Baltus

(1983) dalam Astuti (2005) yaitu:

a. Kemampuan dan keterbatasan fisik panca indera, dimana faktor ini dapat

mempengaruhi persepsi untuk sementara waktu atau permanen

b. Kondisi lingkungan

c. Pengalaman masa lalu

d. Kebutuhan dan keinginan

Ketika individu membutuhkan atau menginginkan sesuatu, maka ia akan terus

berfokus pada hal yang dibutuhkannya

Page 40: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

23

F. Teori Health Belief Model

Teori ini digunakan untuk menjelaskan perubahan dan pemeliharaan perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan dan sebagai kerangka pedoman untuk intervensi perilaku

kesehatan. Teori HBM juga diartikan sebagai model pengharapan akan suatu nilai yang

intinya mengacu pada asumsi bahwa orang akan melibatkan diri dalam perilaku kesehatan

bila mereka menilai menjadi sehat terkait dengan perilakunya dan mereka berfikir bahwa

perilaku tersebut dapat memberikan hasil yang diharapkan.

Setelah dilakukan penelitian untuk memperjelas model ini, secara umum seseorang

akan mengambil tindakan untuk mencegah atau mengontrol kondisi kesehatan jika mereka

menganggap diri mereka rentan terhadap suatu kondisi, percaya kondisi tersebut akan

berdampak sangat serius, percaya bahwa tindakan yang tersedia akan bermanfaat dalam

mengurangi kerentanan mereka dengan tingkat keparahan kondisi, dan percaya bahwa

hambatan yang dapat diantisipasi sebanding dengan manfaatnya.

a. Persepsi terhadap kerentanan (perceived susceptibility)

Persepsi ini dibangun dengan mengacu pada persepsi seseorang terhadap resiko

dirinya mengalami masalah kesehatan atau derajat resiko yang dirasakan seseorang

terhadap masalah kesehatan yang akan dialaminya.

b. Persepsi terhadap keparahan (perceived severity)

Persepsi terhadap keparahan adalah tingkat kepercayaan seseorang bahwa

konsekuensi masalah kesehatan akan menjadi parah. Perasaan tentang keseriusan tertular

penyakit atau tidak diobati mencakup evaluasi dari kedua konsekuensi ini yaitu

konsekuensi medis dan klinis. Kombinasi kerentanan dan keparahan telah diberi label

sebagai ancaman yang dirasakan.

Page 41: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

24

c. Persepsi terhadap manfaat (perceived benefits)

Penerimaan pribadi untuk suatu kondisi yang diyakini sebagai suatu ancaman

dapat menghasilkan tenaga yang mengarah kepada perilaku atau tindakan tertentu yang

akan diambil tergantung pada keyakinan terhadap efektifitas tindakan tersebut untuk

mengurangi ancaman. Jadi seorang individu akan menunjukkan keyakinan yang optimal

dari kerentanan dan tingkat keparahan, namun tidak akan diharapkan individu akan

menerima tindakan kesehatan yang dianjurkan kecuali tindakan tersebut dianggap

mempunyai potensi berkhasiat.

d. Persepsi terhadap hambatan (perceived barrier)

Aspek negatif yang potensial dari suatu tindakan kesehatan tertentu atau

hambatan yang dirasakan dapat menjadi halangan seseorang untuk melakukan tindakan

yang diharapkan. Gabungan antara kerentanan dan keparahan menyediakan energy atau

kekuatan untuk bertindak dan persepsi terhadap hambatan menyedikan jalur pilihan

untuk bertindak.

e. Petunjuk untuk bertindak (cues of action)

Isyarat tindakan terbukti penting, tetapi individu perlu rangsangan atau belajar

secara sistematis. Petunjuk untuk bertindak terahadap suatu keadaan biasanya bersumber

dari peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang untuk bertindak.

f. Kepercayaan/efikasi diri untuk melakukan tindakan

Efikasi diri adalah kepercayaan seseorang atas kemampuannya untuk melakukan

suatu tindakan.

Page 42: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

25

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan

membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang

diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti

menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2008). Konsep merupakan

abstraksi maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep dapat diamati dan

diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel (Notoatmodjo,

2005).

Gambar 3.1

Kerangka Konsep

Pelaksanaan program

imunisasi TT bagi calon

pengantin wanita

Persepsi petugas kesehatan dan petugas KUA

Manfaat (benefit)

Hambatan (barrier)

Page 43: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

26

B. Definisi Istilah

1. Persepsi

Proses diterimanya rangsang melalui panca indera yang didahului oleh pengamatan

sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang

diamati, baik yang ada diluar maupun dalam individu (Sunaryo, 2004).

2. Petugas kesehatan

Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta yang untuk jenis

tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan yang terdiri dari

tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat,

tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga ketekhnisian medis (Depkes RI, 2008).

3. Petugas kantor urusan agama (KUA)

Petugas KUA adalah semua orang yang bekerja dikantor urusan agama (KUA) yang

bernaung dibawah Departemen Agama.

4. Imunisasi tetanus toxoid

Proses untuk membangun kekebalan tubuh sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi

tetanus (Depkes RI, 2009).

5. Imunisasi tetanus toxoid bagi calon pengantin

Imunisasi tetanus toxoid yang diberikan kepada wanita usia subur (usia 15- 45 tahun)

sebelum mereka menikah.

6. Calon pengantin

Individu yang sudah mendaftarkan keinginannya untuk menikah di KUA setempat.

Page 44: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

27

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Penelitian kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan kokoh,

dan memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.

Penelitian kualitatif ini dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab

akibat dalam lingkup pikiran orang setempat, memperoleh penjelasan yang kaya dan

bermanfaat karena penelitian kualitatif isinya adalah narasi kata-kata (Siswanto, 2005 dalam

Prastowo, 2010). Sedangkan menurut Saryono & Mekar (2010), penelitian kualitatif adalah

metode penyelidikan untuk mencari jawaban atas suatu pertanyaan, dilakukan secara

sistematik menggunakan prosedur untuk menjawab pertanyaan, mengumpulkan fakta,

menghasilkan suatu temuan yang tidak bisa ditetapkan sebelumnya, dan menghasilkan suatu

temuan yang dapat dipakai melebihi batasan-batasan penelitian yang ada pada penelitian

kuantitatif.

Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena,

penampilan dari sesuatu yang khusus, misalnya pengalaman hidup (Streubert, 1995). Fokus

utama fenomenologi adalah pengalaman nyata. Hal yang akan dikaji adalah deskripsi

mengenai bagaimana pengalaman orang lain dan apa maknanya bagi mereka. Fenomena

yang diamati dapat berupa emosi, hubungan, perkawinan, pekerjaan, dan sebagainya

(Saryono & Mekar, 2010).

Page 45: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

28

B. Lokasi dan Waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas dan KUA di Kota Tangerang

Selatan, antara lain;

a. Puskesmas dan KUA di Kecamatan Ciputat

b. Puskesmas dan KUA di Kecamatan Pamulang

c. Puskesmas dan KUA di Kecamatan Serpong Utara

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2011.

A. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pedoman wawancara mendalam (indepth interview) dengan bantuan alat pencatat dan

alat perekam suara (tape recorder),

2. Observasi dengan menggunakan lembar check list.

B. Informan Penelitian

Pemilihan informan penelitian ini ditetapkan secara langsung (purposive) dengan

prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Informan dalam penelitian

ini adalah :

Page 46: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

29

1. Informan Kunci

Informan kunci dalam penelitian ini merupakan petugas yang sudah ditetapkan

menjadi pemegang program imunisasi TT bagi calon pengantin. Informan kunci dalam

penelitian ini terdiri dari ;

a. 1 orang Petugas kesehatan (petugas puskesmas) penanggung jawab program

imunisasi TT bagi calon pengantin, masing-masing dari Kecamatan Ciputat,

Pamulang dan Serpong utara

b. 1 orang Petugas KUA penanggung jawab program imunisasi TT dan penataran bagi

calon pengantin, masing-masing dari Kecamatan Ciputat, Pamulang dan Serpong

utara

2. Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini terdiri dari ;

a. 3 orang calon pengantin wanita.

Kriteria inklusi : semua calon pengantin wanita baik yang sudah maupun yang belum

melaksanakan imunisasi TT bagi calon pengantin, sudah terdaftar di KUA setempat,

dan mengikuti kelas penataran calon pengantin.

C. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan

penelitian, ada beberapa tehnik, cara atau metode yang dilakukan oleh peneliti dan

disesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian

ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder.

Page 47: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

30

1. Untuk data primer meliputi :

a. Wawancara

Moleong (2001) dijelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan

maksud untuk maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan

langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara jelas dengan tujuan

mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Sesuai dengan

jenisnya, peneliti memakai jenis wawancara tidak berstruktur adalah wawancara

dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa terikat

oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, biasanya pertanyaan

muncul secara sepontan sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi ketika

melakukan wawancara (Sugiyono, 2007 dalam Prastowo, 2010).

Field & Morse 1985 dalam Holloway & Wheeler, 1996, menyarankan bahwa

wawancara harus selesai dalam satu jam. Peneliti harus melakukan kontrak waktu

dengan partisipan, sehingga responden dapat merencanakan kegiatannya pada hari

itu tanpa terganggu oleh wawancara, umumnya partisipan memang menginginkan

waktunya cukup satu jam. Peneliti harus menggunakan penilaian mereka sendiri,

mengikuti keinginan partisipan, dan menggunakan waktu sesuai dengan kebutuhan

topik penelitiannya. Umumnya lama wawancara tidak lebih dari tiga jam. Jika lebih

dari tiga jam, konsentrasi tidak akan diperoleh bahkan bila wawancara tersebut

dilakukan oleh peneliti berpengalaman sekalipun. Beberapa kali wawancara singkat

akan lebih efektif dibanding hanya satu kali dengan waktu yang panjang.

Page 48: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

31

b. Observasi

Observasi dilakukan sebagai penguat data sebelumnya serta untuk cross

check data dan memperkaya informasi. Observasi dinilai dengan menggunakan

lembar check list. Dalam penelitian ini, beberapa hal yang di observasi antara lain;

1) Kegiatan penataran calon pengantin yang dilakukan di Kantor Urusan Agama

(KUA), antara lain:

a) Pendaftaran calon pengantin dan pengumpulan berkas persyaratan nikah

(termasuk kartu imunisasi TT)

b) Penjadwalan untuk penataran calon pengantin

c) Saat penataran : Memberikan materi kesehatan, antara lain :

a. Kesehatan reproduksi,

b. Imunisasi,

c. Gizi ibu dan anak,

d. Keluarga berencana (KB),

e. Penyakit infeksi menular seksual.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen yang terkait dengan penelitian.

Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk melengkapi hasil penelitian. Data sekunder

yang di ambil dari telaah dokumen antara lain ;

a. Program Puskesmas tahun 2011 tentang imunisasi TT bagi calon pengantin

b. Persyaratan administratif pernikahan dari KUA

Page 49: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

32

D. Keabsahan Data

Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu

subyektivitas peneliti yang dominan, instrumen penelitian yang digunakan banyak

mengandung banyak kelemahan, dan sumber data yang kurang credible akan mempengaruhi

hasil keakuratan penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan

keabsahan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Kredibilitas

Kredibilitas merupakan criteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan

informasi yang dikumpulkan. Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian

yaitu:

a. Memperpanjang masa pengamatan (prolonged engagement), memungkinkan

peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, dapat menguji informasi

dari responden dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti.

b. Pengamatan yang terus-menerus (persistent observation)

c. Triangulasi

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross-check data dari sumber

yang berupa informan berbeda-beda. Datanya harus memperkuat atau tidak ada

kontradiksi dengan yang lainnya.

2) Triangulasi metode

Dilakukan dengan menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan

data yaitu selain menggunakan metode wawancara juga dilakukan observasi

(Kresno dkk, 2006).

Page 50: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

33

2. Transferabilitas

Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi

yang lain dengan subyek lain yang memiliki tipologi yang sama.

3. Dependabilitas

Dependabilitas yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti

dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika

membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk

menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak

4. Konfirmabilitas

Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya

dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam

laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang

yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat

lebih objektif (Saryono & Mekar, 2010).

E. Teknik Analisa Data

Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi, yaitu:

1. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang

fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan.

2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang

dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data.

3. Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden

dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan

Page 51: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

34

memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan

pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan,

sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun

dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).

4. Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran

tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.

5. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut

sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural

description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan structural description

(yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi).

6. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena

yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena

tersebut.

7. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran

tersebut ditulis (Saryono & Mekar, 2010).

Page 52: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

35

Gambar 4.1

Teknik analisa data

Sumber: Colaizzi ,1978, dalam Streubert & Carpenter, 1999, dalam Saryono & Mekar, 2010

Membaca transkrip

secara berulang-ulang

Mengelompokkan kata kunci

Membuat kategori-kategori

Merumuskan tema

Mengintegrasikan hasil analisis ke

dalam bentuk deskriptif

Mencatat data yang diperoleh

(hasil wawancara dan observasi)

Memiliki gambaran yang jelas

tentang fenomena yang diteliti

Kembali ke responden untuk

klarifikasi data hasil penelitian

Menggabungkan data yang baru

diperoleh saat dilakukan validasi

Page 53: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

36

F. Etika Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat

perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama penelitian, dengan memperhatikan aspek-

aspek self determination, privacy, anonymity, confidentially dan protection from discomport

(Polit, 2006). Peneliti juga membuat Informed consent sebelum penelitian dilakukan.

a. Self Determination

Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak

mengikuti kegiatan penelitian dengan sukarela, setelah semua informasi yang berkaitan

dengan penelitian dijelaskan dengan menandatangani Informed Consent yang telah

disediakan.

b. Privacy

Peneliti juga menjaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan responden untuk

kepentingan penelitian. Nama responden akan dirahasiakan sebagai ganti digunakan nomor

responden.

c. Anonymity

Selama kegiatan penelitian nama responden akan dirahasiakan sebagai gantinya

digunakan inisial.

d. Confidentially

Peneliti menjadi kerahasiaan identitas responden dan informasi yang diberikan.

Semua catatan dan data responden disimpan sebagai dokumentasi penelitian.

Page 54: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

37

e. Protection From Disconfort

Peneliti menekankan apabila responden merasa tidak aman atau nyaman selama

mengikuti kegiatan penelitian sehingga menimbulkan masalah baik fisik maupun psikologis,

maka peneliti mempersiapkan responden untuk menghentikan partisipasinya.

Page 55: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

38

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota dari 8 kabupaten/kota di Provinsi

Banten, Kota Tangerang Selatan merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang,

diresmikan sebagai daerah otonom pada tanggal 28 Oktober 2008 dengan diberlakukannya

Undang-undang nomor 51 tahun 2008. Kota Tangerang Selatan merupakan daerah strategis

karena berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, berjarak ±20 kilometer ke ibukota negara

dan ±20 menit dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Secara administratif Kota

Tangerang Selatan terdiri dari tujuh kecamatan yakni : Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur,

Pondok Aren, Setu, Serpong dan Serpong Utara. Kota Tangerang Selatan memiliki luas

wilayah 147,19 Km2.

Kota Tangerang Selatan terdapat 14 rumah sakit, 11 puskesmas, 18 puskesmas

pembantu, 140 klinik, 97 rumah bersalin, 211 dokter praktek , 175 bidan praktek dan 913

posyandu yang semuanya tersebar di 7 kecamatan di Kota Tangerang Selatan.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik informan

Dalam penelitian ini informan dibagi menjadi dua yaitu informan utama dan

informan pendukung. Informan utama adalah petugas kesehatan dan petugas KUA yang

bertanggung jawab sebagai pemegang program imunisasi tetanus toxoid bagi calon

pengantin wanita. Karakteristik dari informan utama yang diperoleh antara lain nama,

Page 56: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

39

umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Sedangkan untuk informan

pendukung terdiri dari calon pengantin wanita yang mengikuti penataran sebelum

menikah bagi calon pengantin di KUA setempat. Karakteristik dari informan pendukung

yang diperoleh antara lain nama, umur, pendidikan terakhir dan status imunisasi TT

calon pengantin.

a. Informan utama

Informan utama dalam penelitian ini adalah petugas kesehatan dan petugas

KUA yang bertanggung jawab sebagai pemegang program imunisasi tetanus toxoid

bagi calon pengantin wanita yang terdiri dari 3 orang petugas kesehatan (petugas

puskesmas) dan 3 orang petugas KUA, masing-masing dari wilayah Kecamatan

Pamulang, Ciputat, dan Serpong Utara.

Tabel 5.1

Karakteristik informan utama

No Nama Jenis kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan

1. Ibu T P 52 th D3 Petugas Puskesmas

2. Ibu E P 36 th D3 Petugas Puskesmas

3. Ibu S P 36 th D3 Petugas Puskesmas

4. Bp. S L 50 th S1 Petugas KUA

5. Bp. R L 45 th S1 Petugas KUA

6. Bp. F L 42 th S1 Petugas KUA

Page 57: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

40

b. Informan pendukung

informan pendukung dalam penelitian ini adalah calon pengantin wanita

yang mengikuti penataran sebelum menikah di KUA setempat yang terdiri dari 4

orang responden. Usia responden antara 21 – 30 tahun dengan tingkat pendidikan

antara SMA – kuliah. Wawancara dengan informan pendukung dilakukan karena

peneliti melihat bahwa dalam pelaksanaan program imunisasi ini para calon

pengantin wanita yang dapat merasakan bagaimana program imunisasi ini

dilaksanakan. Tujuan wawancara dengan informan pendukung adalah untuk

mendapatkan informasi tambahan, cross check data serta untuk memperkaya data

penelitian.

2. Pengetahuan tentang program dan pelaksanaan imunisasi TT bagi calon pengantin

a. Pengetahuan tentang program

Pengetahuan petugas kesehatan dan petugas KUA tentang program imunisasi

TT bagi calon pengantin umumnya sudah baik. Karena berdasarkan hasil

wawancara, para petugas dapat menyebutkan manfaat, sasaran, jadwal dari program

ini dan hal tersebut sesuai dengan panduan dari Kementrian Kesehatan tentang

program imunisasi TT bagi calon pengantin.

“imunisasi TT itu adalah program untuk mencegah penyakit (tetanus) yang dapat

dicegah dengan imunisasi.program imunisasi TT diberikan bagi ibu hamil, wanita

usia subur (WUS) serta calon pengantin. Manfaat imunisasi TT itu sendiri, pertama

untuk mencegah penyakit tetanus baik bagi ibu dan janin, kedua juga bisa untuk

meningkatkan daya tahan tubuh si ibu untuk mempersiapkan kehamilan”(Ibu E, 36

thn, petugas puskesmas)

Page 58: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

41

“Imunisasi TT meupakan program untuk memberikan kekebalan pada tubuh kita

terhadap penyakit tetanus. Manfaatnya untuk memberikan kekebalan pada tubuh

terhadap penyakit tetanus bagi ibu dan janinnya” (Ibu T, 52 thn, petugas

puskesmas)

“Imunisasi TT adalah program imunisasi untuk mencegah penyakit tetanus,

program tersebut diberikan kepada ibu hamil, WUS dan calon pengantin.

Manfaatnya itu untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus baik pada ibu maupun

pada janin” (Ibu S, 36 thn, petugas puskesmas)

Sedangkan para calon pengantin menyatakan bahwa mereka tidak tahu

dengan jelas manfaat dari imunisasi TT bagi calon pengantin, mereka hanya

disarankan oleh pihak keluarga dan KUA untuk imunisasi tapi tidak diberi

penjelasan yang lebih lanjut. Sehingga para calon pengantin lebih memilih

menunggu sampai mendapatkan penjelasan tentang imunisasi TT pada saat kelas

penataran calon pengantin atau tidak melakukan imunisasi sama sekali. Hal tersebut

dinyatakan oleh informan pendukung sebagai berikut:

“Belum begitu faham, makanya sekarang ikut penataran” (Nn. M, 25 thn, calon

pengantin)

“Masih kurang faham, kemarin dari KUA cuma disarankan untuk imunisasi TT tapi

belum dijelaskan jadi belum tahu manfaatnya buat apa.” (Nn. P, 21 thn, calon

pengantin)

“masih belum ngerti banget gunanya buat apa, kalo memang harus sebelum

menikah imunisasi, gunanya sendiri belum tahu” (Nn. C, 22 thn, calon pengantin)

Page 59: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

42

b. Pengetahuan tentang pelaksanaan

Pelaksanaan program imunisasi TT bagi calon pengantin dilakukan dengan

cara sosialisasi program, pendataan (screening TT), pelaksanaan pemberian

imunisasi TT, dan pencatatan.

1) Sosialisasi program

Menurut petugas kesehatan dan petugas KUA, sosialisasi program

imunisasi TT bagi calon pengantin dilaksanakan di puskesmas, posyandu

(dilaksanakan di meja 4 oleh kader), dan KUA (kelas penataran calon pengantin)

serta petugas puskesmas juga menyatakan bahwa sosialisasi program juga

menggunakan media sosialisasi seperti leaflet dan poster.

”Untuk sosialisasi, dilakukan penyuluhan di puskesmas, KUA dan posyandu.

penyuluhan di posyandu dilakukan oleh kader di meja 4, sebelumnya para kader

mendapat pelatihan pada KIE(komunikasi informasi edukasi) dan Lokmin

(lokakarya mini) yang dilakukan di kelurahan dan puskesmas, tiap bulan 1x”

(Ibu T, 52 thn, petugas puskesmas)

“Untuk sosialisasinya itu biasanya penyuluhan di posyandu oleh petugas

puskesmas atau dengan kader dan penyuluhan di KUA” (Ibu S, 36 thn, petugas

puskesmas)

“sosialisasi dalam gedung saat pelaksanaan imunisasi TT di puskesmas dan

luar gedung melalui rapat kelurahan, posyandu, kader, penataran di KUA dan

lewat leaflet” (Ibu E, 36 thn, petugas puskesmas)

Menurut hasil wawancara dengan informan pendukung, didapatkan hasil

bahwa para calon pengantin tidak pernah mendapatkan penjelasan tentang

Page 60: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

43

imunisasi TT dari petugas sebelum mengikuti kelas penataran calon pengantin di

KUA.

“Kemarin saat daftar, dari KUA menyarankan untuk imunisasi ke pukesmas tapi

belum dijelaskan apa-apa, makanya sekarang ikut penataran. Belum ke

puskesmas karena menunggu jadwal penatarannya saja.” (Nn. M, 25 thn, calon

pengantin)

Para calon pengantin juga tidak pernah datang ke posyandu, karena

mereka menganggap bahwa posyandu hanyalah tempat untuk pemeriksaan balita

dan ibu hamil/ wanita yang sudah memiliki anak.

“Masih kurang faham, kemarin dari KUA cuma disarankan untuk imunisasi TT

tapi belum tahu manfaatnya buat apa. Belum pernah ke puskesmas atau

posyandu dan lagi pula posyandu itu kan tempat untuk periksa anak dan ibu

hamil.” (Nn. P, 21 thn, calon pengantin)

Selain itu dari hasil observasi juga didapatkan hasil bahwa peneliti tidak

melihat adanya poster yang dipajang ataupun leaflet tentang imunisasi TT yang

akan dibagikan ke masyarakat. Hal ini menunjukkan upaya sosialisasi yang

dilakukan oleh para petugas belum memanfaatkan media-media sosialisasi yang

mudah difahami oleh masyarakat seperti leaflet atau poster.

2) Pendataan

Pendataan (screening TT) dalam program ini dilakukan untuk mengetahui

kelengkapan status imunisasi TT pada wanita usia subur usia 15 – 45 tahun.

“Program pelaksanaaan imunisasi dari puskesmas, pertama pendataan

(screening TT) yaitu pendataan kelengkapan status imunisasi TT pada WUS usia

15-45 tahun.”(Ibu T, 52 thn, petugas puskesmas)

Page 61: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

44

“Pelaksanaan program imunisasinya, tiga bulan yang lalu diprogramkan dari

dinas kesehatan untuk serentak dilakukan pendataan (screening TT) yaitu untuk

mendata kelengkapan status imunisasi TT pada WUS usia 15-45 tahun” (Ibu S,

36 thn, petugas puskesmas)

“Pelaksanaan program imunisasinya itu, pertama ada pendataan (screening TT)

itu untuk mendata status imunisasi TT pada WUS usia 15-45 tahun, jadi

semuanya didata dan yang belum imunisasi TT akan langsung disarankan untuk

imunisasi TT.“ (Ibu E, 36 thn, petugas puskesmas)

Sedangkan menurut hasil wawancara dengan informan pendukung

didapatkan data bahwa mereka tidak pernah didata dan juga tidak tahu tentang

adanya pendataan bagi wanita usia subur (WUS) terkait imunisasi TT diwilayah

tempat tinggal mereka.

“Tahu dari orang tua. Setahu saya tidak ada pendataan imunisasi TT di daerah

rumah, karena tidak ada orang yang pernah kerumah untuk mendata” (Nn. C, 22

thn, calon pengantin)

“Dari tante karena kemarin kan baru nikah dan dari KUA juga disarankan. Tapi

tidak ada petugas yang melakukan pendataan.” (Nn. M, 25 thn, calon pengantin)

“Dari petugas KUA waktu daftar nikah. Tidak ada petugas yang melakukan

pendataan imunisasi TT” (Nn. P, 21 thn, calon pengantin)

“Pernah dengar dari keluarga yang sudah nikah dan teman. Tidak ada petugas

yang melakukan pendataan” (Nn. A, 30 thn, calon pengantin)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pendataan yang dilakukan oleh petugas

belum maksimal karena masih ada wanita usia subur yang belum di data dan

Page 62: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

45

informasi tentang pendataan imunisasi TT juga belum diketahui oleh calon

pengantin.

3) Pelaksanaan

Pelaksanaan pemberian imunisasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan sudah

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pemberian imunisasi. Karena dari hasil

observasi pada pemberian imunisasi TT bagi calon pengantin yang di lakukan di

puskesmas didapatkan data bahwa cara pemberian sudah sesuai dengan tata cara

pemberian obat.

4) Pencatatan

Pencatatan dilakukan setelah calon pengantin diberikan imunisasi TT.

Pencatatan dilakukan pada buku laporan imunisasi yang dimiliki pihak puskesmas

dan untuk calon pengantin akan diberikan kartu tanda imunisasi TT (kartu

kuning). Informan kunci yang peneliti wawancara mengatakan bahwa pencatatan

untuk imunisasi TT digabung menjadi satu (TT calon pengantin dan TT ibu

hamil), hal ini dikarenakan pihak puskesmas menilai kelengkapan status imunisasi

TT sampai dengan TT-5 bukan berdasarkan status saat pasien diimunisasi. Tetapi

hal tersebut dapat menyulitkan bagi petugas kesehatan untuk melihat cakupan

atau keberhasilan dari masing-masing program (imunisasi TT calon pengantin dan

imunisasi TT ibu hamil).

“Setelah imunisasi baru akan dilakukan pencatatan pada buku laporan imunisasi

TT dipuskesmas dan untuk catinnya diberikan kartu tanda imunisasi TT.”(Ibu T,

52 thn, petugas puskesmas)

Selain itu dari hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap

pendokumentasian didapatkan data bahwa data laporan imunisasi TT bagi calon

Page 63: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

46

pengantin yang tersendiri tidak ada, karena pencatatan imunisasi TT digabung

baik imunisasi TT ibu hamil, WUS maupun calon pengantin.

3. Persepsi tentang Manfaat (Perceived Benefits)

Persepsi petugas kesehatan dan petugas KUA tetang manfaat dari program

imunisasi TT bagi calon pengantin bila dinilai sudah baik karena para petugas umumnya

mengerti tentang manfaat dari program ini baik bagi calon pengantin maupun bagi

petugas kesehatan.

Manfaat program ini bagi calon pengantin yaitu memberikan kekebalan pada

tubuh (calon ibu dan calon janin) terhadap infeksi penyakit tetanus serta untuk

meningkatkan daya tahan tubuh calon pengantin wanita untuk mempersiapkan

kehamilan.

“Jadi manfaat imunisasi TT itu sendiri, pertama untuk mencegah penyakit tetanus baik

bagi ibu dan janin, kedua juga bisa untuk meningkatkan daya tahan tubuh si ibu untuk

mempersiapkan kehamilan”(Ibu E, 36 thn, petugas puskesmas)

“manfaatnya untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus baik pada ibu maupun pada

janin” (Ibu S, 36 thn, petugas puskesmas)

“manfaatnya untuk mencegah penyakit tetanus” (Bp.F, 42 thn, petugas KUA)

“manfaat imunisasi TT itu sendiri kan untuk mencegah penyakit tetanus, baik untuk ibu

dan anaknya” (Bp.S, 50 thn, petugas KUA)

“manfaatnya untuk mencegah penyakit tetanus, biar nanti kalo melahirkan anaknya itu

tidak kena tetanus” (Bp.R, 45 thn, petugas KUA)

Page 64: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

47

Program ini juga memiliki manfaat bagi pihak puskesmas antara lain;

kelengkapan status imunisasi TT diwilayah tersebut dapat didata, dapat menurunkan

angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang di akibatkan oleh

penyakit tetanus, serta dapat mendeteksi angka kejadian penyakit tetanus neonatorum.

“manfaatnya untuk memberikan kekebalan pada tubuh terhadap penyakit tetanus bagi

ibu dan janinnya. Selain manfaat bagi pasien, program ini juga bermanfaat bagi

puskesmas antara lain; kelengkapan status imunisasi TT diwilayah tersebut dapat

didata, dapat menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)

yang di akibatkan oleh penyakit tetanus, serta dapat mendeteksi angka kejadian

penyakit tetanus neonatorum” (Ibu T, 52 thn, petugas puskesmas)

Informan pendukung menyatakan bahwa calon pengantin belum mengetahui

manfaat dari program tersebut, karena program tersebut belum terpublikasikan dengan

baik ke masyarakat, sehingga beberapa calon pengantin wanita tidak mau melakukan

imunisasi TT karena belum tahu manfaatnya dengan jelas. Selain itu juga menyebabkan

adanya kesalahan persepsi dalam masyarakat tentang imunisasi TT bagi calon pengantin

yaitu adanya issue yang menyebutkan bahwa imunisasi TT bagi calon pengantin

merupakan KB yang diberikan sebelum menikah.

“Belum tahu, makanya sekarang ikut penataran dulu biar tahu. Kalo issue negatif saya

malah ga tahu” (Nn. M, 25 thn, calon pengantin)

“pernah dengar kalo imunisasi TT pas catin, nanti hamilnya tertunda. Jadi saya tidak

mau imunisasi” (Nn. A, 30 thn, calon pengantin)

Ketidaktahuan calon pengantin tentang program imunisasi TT secara jelas

menyebabkan ketidakmauan minat calon pengantin untuk melakukan imunisasi TT dan

Page 65: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

48

menyebabkan calon pengantin mudah percaya dengan issue terkait imunisasi TT bagi

calon pengantin. Hal tersebut secara jelas dapat menyebabkan rendahnya cakupan

program imunisasi TT bagi calon pengantin.

4. Persepi tentang Hambatan (Perceived Barrier)

Petugas kesehatan dan petugas KUA menyatakan bahwa hambatan dalam

pelaksanaan program imunisasi TT bagi calon pengantin wanita ini dapat berasal dari

petugas dan pasien. Hambatan dalam pelaksanaan program imunisasi TT bagi calon

pengantin yang berasal dari petugas antara lain; masih kurangnya petugas, beban kerja

petugas yang terlalu banyak, dan terbatasnya petugas yang faham tentang program

tersebut.

“Kalo dari petugasnya, tenaga penyuluh yang benar-benar faham masih kurang”

(Ibu T, 52 thn, petugas puskesmas)

“Kalo dari petugasnya, tenaga penyuluh yang benar-benar handal itu masih sedikit,

disini cuma ada 2 yang benar-benar faham” (Ibu S, 36 thn, petugas puskesmas)

Sedangkan hambatan yang datang dari pihak pasien antara lain; takut di suntik,

malas ke puskesmas, tidak ada waktu untuk imunisasi karena kerja, kurangnya

pengetahuan dan adanya persepsi yang salah tentang program imunisasi TT bagi calon

pengantin.

“Ada issue yang katanya imunisasi TT itu KB sebelum menikah, biasanya juga

kebanyakan takut disuntik, malas tapi sebenarnya ngerti, selain itu juga bisa karena pas

penyuluhan informasinya kurang sampai dengan baik, bisa karena datangnya telat atau

kurang memperhatikan.”(Ibu T, 52 thn, petugas puskesmas)

Page 66: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

49

“Paling besar itu dari lingkungan baik dari keluarga atau masyarakat, ada issue bahwa

imunisasi TT itu KB sebelum menikah, kurangnya pengetahuan ibu, adanya rasa takut

untuk di imunisasi” (Ibu E, 36 thn, petugas puskesmas)

“Biasanya kebanyakan pada takut di suntik atau memang sama sekali tidak mau di

suntik karena kabar imunisasi TT itu KB sebelum menikah, ada juga yang belum mau

imunisasi karena masih belum faham manfaatnya.”(Ibu S, 36 thn, petugas puskesmas)

“ada yang sama sekali ga mau, mungkin karena ngeri disuntik atau ada juga yang

mengira itu KB” (Bp.S, 50 thn, petugas KUA)

“Beberapa ada yang takut di suntik, alergi, atau karena kerja jadi tidak ada waktu untuk

imunisasi. Kami dari pihak KUA hanya bisa menyarankan, tapi kalo dari calon

pengantinya tetap tidak mau imunisasi, kan itu hak mereka. ” (Bp.R, 45 thn, petugas

KUA)

“biasanya paling banyak itu ga mau karena takut di suntik, ada juga yang masih kurang

ngerti jadinya ga mau imunisasi takut ada efeknya” (Bp.F, 42 thn, petugas KUA)

Selain itu, dari hasil observasi yang peneliti lakukan didapatkan data bahwa

hambatan pada pelaksanaan program ini terlihat saat kelas penataran calon pengantin di

KUA yaitu kurangnya perhatian dan minat para calon pengantin untuk mendengarkan

penjelasan yang diberikan penyuluh, yang ditunjukkan dengan sikap tidak

memperhatikan penyuluh, sibuk bercanda atau ngobrol dengan pasangannya, dan datang

tidak tepat waktu. Waktu yang diberikan oleh pihak KUA untuk penyuluh juga terlalu

singkat, karena penyuluh biasanya memberikan tujuh materi dengan waktu hanya satu

jam.

Page 67: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

50

5. Persepsi tentang petunjuk untuk bertindak (cues to action)

Persepsi petugas tentang petunjuk untuk bertindak dapat dinilai sudah sesuai

dengan program yang direncanakan oleh Dinas Kesehatan.

“Pelaksanaan program imunisasinya, tiga bulan yang lalu diprogramkan dari dinas

kesehatan untuk serentak dilakukan pendataan (screening TT) dalam waktu 1 bulan

yaitu untuk mendata kelengkapan status imunisasi TT pada WUS usia 15-45 tahun, kalo

yang belum diimunisasi nanti akan langsung di imunisasi” (Ibu S, 36 thn, petugas

puskesmas)

Dalam pelaksanaan program ini masih terlihat adanya saling melempar tanggung

jawab, walaupun sudah ada pembagian tugas yang dilakukan. Adapun pembagian tugas

yang dilakukan antara lain; petugas KUA berwenang dalam pengumpulan persyaratan

pernikahan (salah satunya fotokopi kartu tanda imunisasi TT) dan penjadwalan untuk

penyuluhan calon pengantin.

“Pihak puskesmas biasanya pada saat penyuluhan yang terkait dengan kesehatan dan

pelaksanaan pemberian imunisasi TT bagi catin” (Ibu T, 52 thn, petugas puskesmas)

“pembagian tugasnya pihak puskesmas mengisi penyuluhan tentang kesehatan dan

pihak KUA mengisi penyuluhan tentang hukum nikah, munakahat, doa-doa, syarat-

syarat nikah”(Ibu S, 36 thn, petugas puskesmas)

“Kalo untuk pembagian tugas biasanya pihak KUA menjadwalkan untuk tanggal

penyuluhan, lalu nanti pihak puskesmas sebagai pengisi materi tentang kesehatan saat

penyuluhan” (Bp.S, 50 thn, petugas KUA)

“Pihak KUA yang menjadwalkan untuk penyuluhan, sebagai penyuluh bagian

kesehatannya nanti itu petugas dari puskesmas”(Bp.R, 45 thn, petugas KUA)

Page 68: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

51

Sedangkan untuk petugas puskesmas berwenang dalam penyuluhan calon

pengantin terkait masalah kesehatan dan pada pelaksanaan pemberian imunisasi TT bagi

calon pengantin wanita.

“Pembagian tugasnya itu pihak KUA yang bagian penjadwalan penyuluhan calon

pengantin dan penyuluhan terkait cara membangun keluarga sakinah, mawadah,

warakhmah.”(Ibu T, 52 thn, petugas puskesmas)

“biasanya penyuluhan itu setiap hari kamis dan pembagian tugasnya puskesmas ciputat

dapat giliran mengisi minggu pertama, mgg II oleh puskesmas kampung sawah, mgg III

oleh puskesmas jombang, dan mgg IV oleh puskesmas situ gintung”(Ibu E, 36 thn,

petugas puskesmas)

“pembagian tugasnya pihak puskesmas mengisi penyuluhan tentang kesehatan dan

pihak KUA mengisi penyuluhan tentang hukum nikah, munakahat, doa-doa, syarat-

syarat nikah”(Ibu S, 36 thn, petugas puskesmas)

Tetapi pada pelaksanaannya petugas KUA mengganggap bahwa mereka hanya

bertugas menyarankan calon pengantin untuk melakukan imunisasi tetapi bukan untuk

mewajibkannya. Karena mereka berpendapat calon pengantin berhak memilih mau di

imunisasi atau tidak dan yang lebih bertanggung jawab pada pelaksanaan program

imunisasi TT bagi calon pengantin ini adalah petugas kesehatan.

Page 69: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

52

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pengetahuan tentang program dan pelaksanaan imunisasi TT bagi calon pengantin

Petugas kesehatan dan petugas KUA menyatakan bahwa pelaksanaan program

imunisasi TT bagi calon pengantin sampai saat ini dapat dinyatakan ±60% sudah

terlaksana dengan baik. Program imunisasi ini penting untuk dilakukan karena tujuannya

untuk memberikan kekebalan pada tubuh (calon ibu dan calon janin) terhadap infeksi

penyakit tetanus serta untuk meningkatkan daya tahan tubuh calon pengantin wanita

untuk mempersiapkan kehamilan. Salah satu informan kunci, Ibu E (36 tahun)

menyatakan bahwa manfaat imunisasi TT antara lain untuk mencegah penyakit tetanus

baik bagi ibu dan janin dan juga bisa untuk meningkatkan daya tahan tubuh si ibu untuk

mempersiapkan kehamilan. Hal ini sesuai dengan manfaat imunisasi tetanus toxoid

menurut Depkes RI (1992) dalam Sukmara (2000), bahwa Antibody yang terbentuk

pada calon pengantin yang sudah di imunisasi TT, selain memberi perlindungan pada

ibu, juga memberikan perlindungan pada calon bayi yang akan lahir. Plasenta

meneruskan antibody tetanus (IgG) ke bayi dan melindungi bayi terhadap kemungkinan

masuknya toksin tetanus melalui luka pada tali pusat atau luka ditempat lain yang dapat

tercemar spora tetanus.

Pengetahuan petugas tentang program imunisasi TT bagi calon pengantin sampai

saat ini belum dapat tersampaikan dengan baik ke masyarakat karena calon pengantin

baru bisa mendapatkan penjelasan tentang program imunisasi TT setelah mengikuti

Page 70: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

53

kelas penataran calon pengantin. Hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi

program, masih kurang efektifnya penyuluhan yang diberikan saat kelas penataran calon

pengantin di KUA, serta hambatan-hambatan lain yang berasal dari calon pengantin. Hal

ini sesuai dengan efektifitas komunikasi menurut Sutomo (2011) tergantung kepada:

Sumbernya (sikap, pengetahuan, kemampuan berkomunikasi, kesesuaian dengan system

sosial dan budaya), Pesannya ( jelas, sederhana, spesifik, factual, tepat, relevan, sesuai

konteks waktunya), Saluran yang digunakan/alat (tepat, relevan, dapat diakses dan

terjangkau harganya), dan Penerima (sikap, persepsi, kemampuan komunikasi,

pengetahuan, system sosial dan budaya).

Salah satu informan pendukung, Nn.C (22 tahun) mengatakan bahwa ia masih

belum mengerti manfaat atau kegunaan dari imunisasi TT sebelum menikah, wajib atau

tidak untuk dilakukan dan ada efek sampingnya atau tidak. Informan juga mengatakan

bahwa dari KUA sudah disarankan untuk imunisasi tetapi tidak diberikan penjelasan

apa-apa, jadi informan menunggu untuk mengikuti penataran calon pengantin agar

mendapat penjelasan terlebih dahulu tentang imunisasi TT dan segala macam hal yang

harus di siapkan sebelum menikah. Hal ini sesuai dengan pengertian pengetahuan

menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tidakan seseorang.

Pelaksanaan program imunisasi TT dilakukan mulai dari sosialisasi program,

pendataan (screening TT), pelaksanaan pemberian imunisasi TT, dan pencatatan.

Sosialisasi program ini dilaksanakan di puskesmas, posyandu (dilaksanakan di meja 4

oleh kader), dan KUA (kelas penataran calon pengantin) serta petugas puskesmas juga

menyatakan bahwa sosialisasi program juga menggunakan media sosialisasi seperti

Page 71: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

54

leaflet dan poster. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung

didapatkan data bahwa para calon pengantin tidak pernah mendapatkan penjelasan

tentang imunisasi TT dari petugas sebelum mengikuti kelas penataran calon pengantin di

KUA. Para calon pengantin juga tidak pernah datang ke posyandu, karena mereka

menganggap posyandu merupakan tempat untuk pemeriksaan balita dan ibu hamil.

Selain itu dari hasil observasi juga didapatkan hasil bahwa peneliti tidak melihat adanya

poster yang dipajang ataupun leaflet tentang imunisasi TT yang akan dibagikan ke

masyarakat. Data diatas membuktikan bahwa masih kurangnya sosialisasi yang

dilakukan baik oleh pihak puskesmas maupun pihak KUA. Hal ini sesuai dengan

penelitian Hamid (2011) yang menyatakan bahwa perubahan perilaku bisa terjadi pada

tahapan-tahapan tertentu dengan atau tanpa intervensi pihak luar baik disengaja atau

secara spontan dilakukan oleh seseorang. Peningkatan perilaku dapat dilakukan dengan

peningkatan pengetahuan melalui media.

Untuk mengoptimalkan sosialisasi program dapat menggunakan media

sosialisasi elektronik seperti televisi dan radio. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Hamid (2011) menunjukkan bahwa media yang sering

digunakan ibu untuk mendapatkan informasi 80,5%. Siaran radio yang sering

didengarkan adalah stasiun Bens Radio, Elshinta, Merci FM, Gen FM, Pamulang FM,

dengan jenis acara yang paling banyak di dengar adalah acara musik, informasi-

informasi kesehatan termasuk materi kesehatan maternal seperti informasi kunjungan

rumah bagi bayi baru lahir, informasi menyusui bayi dan imunisasi hepatitis B.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung juga didapatkan data

bahwa mereka tidak tahu tentang adanya pendataan bagi wanita usia subur (WUS)

Page 72: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

55

terkait imunisasi TT diwilayah tempat tinggal mereka. Selain itu, Informan kunci yang

peneliti wawancara mengatakan bahwa pencatatan untuk imunisasi TT digabung

menjadi satu (TT calon pengantin dan TT ibu hamil), hal ini dikarenakan pihak

puskesmas menilai kelengkapan status imunisasi TT sampai dengan TT-5 bukan

berdasarkan status saat pasien diimunisasi. Hal tersebut dapat menyulitkan dalam

menilai cakupan dan keberhasilan dari masing-masing program imunisasi TT. Hal ini

tidak sesuai dengan ketentuan yang ada pada buku panduan pelaksanaan imunisasi TT,

dimana pendataan calon pengantin dan sosialisasi program imunisasi TT bagi calon

pengantin wanita dilakukan oleh para petugas puskesmas dan para kader di posyandu

dan data tersebut dicek kembali saat calon pengantin melakukan imunisasi TT di

puskesmas. Sedangkan untuk pencatatan pelaksanaan program imunisasi TT calon

pengantin seharusnya dipisahkan dengan pelaksanaan imunisasi TT ibu hamil untuk

memudahkan pencarian data bila terjadi kasus tetanus neonatorum.

2. Persepsi tentang Manfaat (Perceived Benefits)

Gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas KUA tentang manfaat dari

pelaksanaan program imunisasi TT bagi calon pengantin wanita didapatkan dari hasil

wawancara. Persepsi tentang manfaat dalam penelitian ini adalah persepsi petugas

kesehatan dan petugas KUA tentang manfaat dari pelaksanaan program imunisasi TT

bagi calon pengantin wanita.

Petugas kesehatan dan petugas KUA menyatakan bahwa pelaksanaan program

imunisasi TT bagi calon pengantin sampai saat ini dapat dinyatakan ±60% sudah

terlaksana dengan baik, karena ±60% calon pengantin wanita sudah di imunisasi.

Page 73: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

56

Program imunisasi ini penting untuk dilakukan karena tujuannya untuk memberikan

kekebalan pada tubuh (calon ibu dan calon janin) terhadap infeksi penyakit tetanus serta

untuk meningkatkan daya tahan tubuh calon pengantin wanita untuk mempersiapkan

kehamilan. Selain manfaat untuk pasien, program ini juga memiliki manfaat bagi

puskesmas antara lain; kelengkapan status imunisasi TT diwilayah tersebut dapat didata,

dapat menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang di

akibatkan oleh penyakit tetanus, serta dapat mendeteksi angka kejadian penyakit tetanus

neonatorum.

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Indrawati (1998) yang

menyatakan bahwa Ibu dengan status imunisasi TT tidak lengkap atau tidak imunisasi

TT mempunyai kecenderungan 36 kali lebih besar bayinya menderita tetanus

neonatorum dibandingkan dengan ibu yang status imunisasi TT lengkap. Selain itu juga

sesuai oleh langkah pencegahan pemerintah untuk menanggulangi angka tetanus

neonatorum yang sudah dicanangkan dalam Depkes RI (1996). Beberapa langkah

pencegahan penyakit tetanus neonatorum antara lain peningkatan cakupan imunisasi TT

terhadap wanita usia subur, pemeriksaan kehamilan termasuk pemberian imunisasi TT

ibu hamil, pertolongan persalinan 3 bersih serta perawatan tali pusat yang bersih,

peningkatan kegiatan surveilans dalam rangka penemuan dini kasus tetanus neonatorum

dan penentuan faktor resiko yang menjadi penyebab, serta pelayanan rujukan baik

rumah sakit maupun di puskesmas dengan rawat inap dan penyuluhan melalui kader,

tokoh masyarakat serta keluarga.

Page 74: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

57

3. Persepi tentang Hambatan (Perceived Barrier)

Persepsi terhadap hambatan (perceived barrier) adalah aspek negatif yang

potensial dari suatu tindakan kesehatan atau hambatan yang dirasakan dapat menjadi

penghalang untuk melakukan perilaku kesehatan (Rosenstock dalam Glanz, 2002).

Petugas kesehatan dan petugas KUA menyatakan bahwa hambatan dalam pelaksanaan

program imunisasi TT bagi calon pengantin wanita ini dapat berasal dari petugas dan

pasien. Hambatan dalam pelaksanaan program imunisasi TT bagi calon pengantin yang

berasal dari petugas antara lain; masih kurangnya petugas, beban kerja petugas yang

terlalu banyak, dan terbatasnya petugas yang faham tentang program tersebut.

Sedangkan hambatan yang datang dari pihak pasien antara lain; takut di suntik, malas ke

puskesmas, tidak ada waktu untuk imunisasi karena kerja, takut tidak bisa hamil dan

kurangnya pengetahuan tentang program imunisasi TT bagi calon pengantin. Hambatan

tersebut dinilai oleh pihak puskesmas menjadi penyebab masih kurangnya cakupan

imunisasi TT bagi calon pengantin.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung didapatkan hasil

bahwa beberapa alasan calon pengantin wanita belum atau tidak mau melakukan

imunisasi TT sebelum menikah antara lain; hambatan dari diri individu yaitu karena

kurangnya pengetahuan, malas dan takut disuntik atau sedang sakit saat akan

diimunisasi. Sedangkan hambatan dari lingkungan sekitar antara lain adanya issue

negatif tentang imunisasi TT bagi calon pengantin yaitu imunisasi TT dianggap sebagai

KB (dapat menghambat kehamilan) yang diberikan sebelum menikah. Selain itu, dari

hasil observasi yang peneliti lakukan didapatkan data bahwa hambatan pada pelaksanaan

program ini terlihat saat kelas penataran calon pengantin di KUA yaitu kurangnya

Page 75: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

58

perhatian dan minat para calon pengantin untuk mendengarkan penjelasan yang

diberikan penyuluh, yang ditunjukkan dengan sikap tidak memperhatikan penyuluh,

sibuk bercanda atau ngobrol dengan pasangannya, dan datang tidak tepat waktu. Waktu

yang diberikan oleh pihak KUA untuk penyuluh juga terlalu singkat, karena penyuluh

biasanya memberikan tujuh materi dengan waktu hanya satu jam. Hal tersebut membuat

penyuluhan yang dilakukan oleh pihak puskesmas menjadi kurang mendalam, terburu-

buru, kurang interaktif dan terkadang ada materi yang tidak diberikan karena waktunya

sudah habis. Hal ini sesuai dengan pengertian tentang gangguan komunikasi menurut

Tannen (1996) bahwa gangguan dalam komunikasi merupakan hambatan yang

menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan.

Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila gangguan tersebut

membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. Gangguan ini

dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang

sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna).

Persepsi calon pegantin wanita yang salah tentang program imunisasi TT dapat

menyebabkan kerugian pada diri sendiri dan orang lain. Kerugian bagi diri sendiri yaitu

perilaku calon pengantin yang tidak mau melakukan imunisasi TT, sedangkan kerugian

bagi orang lain yaitu calon pengantin yang salah mempersepsikan tentang imunisasi TT

dapat berperilaku mempengaruhi orang lain untuk percaya pada persepsinya tentang

program tersebut. Untuk meminimalkan atau memperbaiki persepsi yang salah dapat

dilakukan pendidikan kesehatan yang lebih tepat dan mendalam atau pihak puskesmas

dan pihak KUA dapat menyediakan sarana konseling tentang program imunisasi TT

Page 76: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

59

agar calon pengantin dapat lebih leluasa dan lebih mudah medapatkan tempat untuk

bertanya.

4. Persepsi tentang petunjuk untuk bertindak (cues to action)

Persepsi petugas tentang petunjuk untuk bertindak dapat dinilai sudah sesuai

dengan program imunisasi TT bagi calon pengantin yang direncanakan oleh Dinas

Kesehatan. Program ini merupakan sebuah program yang disosialisasikan dengan sistem

top-down. Dengan kata lain para petugas menjalankan tugas sesuai dengan program yang

diberikan oleh pusat. Program ini dilaksanakan dengan melakukan kerjasama lintas

sektoral dengan pihak terkait yaitu Departemen Agama (Kantor Urusan Agama). Para

petugas diharapkan dapat bekerja sama dengan baik dan membuat rencana bersama

yang dapat memaksimalkan terlaksananya program tersebut.

Terobosan-terobosan terbaru untuk suatu program kesehatan ditetapkan langsung

oleh pusat yang didasarkan pada hasil laporan pelaksanaan program sebelumnya. Hal

tersebut menyebabkan bagian pelaksana program hanya berkerja sesuai dengan standar

operasional (SOP) dari pusat. Bila tindakan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program

tidak ada dalam SOP, biasanya tidak akan dilakukan. Hal tersebut juga bisa menjadi

hambatan dalam pelaksanaan program. Dalam pelaksanaan program imunisasi TT bagi

calon pengantin saat ini belum ditemukan terobosan-terobosan terbaru yang

diperintahkan dari pusat, sehingga tidak ada cara baru yang dapat mempermudah

sosialisasi dan pelaksanaan program. Hal tersebut dapat dikakitkan dengan penelitian

Hamid (2011) yang menyatakan bahwa untuk sebuah program top-down, lebih

disarankan pelibatan masyarakat harus dipikirkan dari awal agar program tersebut bisa

diterima oleh masyarakat dengan baik.

Page 77: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

60

Pada pelaksanaannya program imunisasi TT bagi calon pengantin dilakukan

dengan mengadakan kerja sama lintas sektoral antara pihak puskesmas dan pihak KUA.

Hal ini dikarenakan pihak KUA merupakan bagian yang bertanggung jawab mendata

calon pengantin yang akan mendaftar untuk menikah. Adapun pembagian tugas yang

dilakukan antara lain; petugas KUA berwenang dalam pengumpulan persyaratan

pernikahan (salah satunya fotokopi kartu tanda imunisasi TT) dan penjadwalan untuk

penataran calon pengantin. Sedangkan untuk petugas puskesmas berwenang dalam

penyuluhan calon pengantin terkait masalah kesehatan dan pada pelaksanaan pemberian

imunisasi TT bagi calon pengantin wanita.

Pada kenyataannya, petugas KUA mengganggap bahwa pihak yang lebih

bertanggung jawab pada pelaksanaan program imunisasi TT bagi calon pengantin ini

adalah petugas kesehatan. Hal ini tidak sesuai dengan salah satu peran petugas KUA

dalam BP4 yaitu menyelenggarakan kursus calon pengantin, penataran atau pelatihan,

diskusi, seminar dan kegiatan-kegiatan sejenis lainnya yang berkaitan dengan

perkawinan dan keluarga, serta berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang

bertujuan untuk membina keluarga sakinah (Profil KUA Pamulang, 2009).

Page 78: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

61

B. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Penelitian tentang imunisasi TT bagi calon pengantin masih sangat sedikit dan program

ini hanya ada di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan penulis kesulitan dalam mencari

literatur yang sesuai dan literatur yang adapun masih sangat terbatas.

2. Pencatatan untuk laporan pelaksanaan program imunisasi TT bagi calon pengantin tidak

ada atau tidak dilaksanakan di puskesmas, hal ini menyebabkan peneliti mengalami

kesulitan untuk mendapatkan data yang pasti tentang keberhasilan program saat studi

pendahuluan.

Page 79: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

62

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Para petugas kesehatan dan petugas KUA umumnya mengetahui tentang pengertian,

manfaat, sasaran dan jadwal pelaksanaan program imunisasi TT bagi calon pengantin

wanita. Sedangkan menurut para calon pengantin manfaat dari program ini belum

mengetahui dengan jelas. Hal tersebut membuktikan belum efektifnya penyampaian

informasi yang dilakukan oleh para petugas.

Petugas kesehatan sudah melaksanakan pemberian imunisasi TT, hanya saja

sosialisasi program ini masih kurang efektif dikarenakan media sosialisasi yang kurang

dimanfaatkan dan waktu untuk penyuluhan saat penataran calon pengantin di KUA yang

relatif singkat sehingga informasi yang diberikan masih kurang efektif tersampaikan.

Hambatan dalam program ini lebih banyak berasal dari diri calon pengantin diantaranya

karena kurangnya pengetahuan, takut untuk disuntik dan masih adanya issue negatif tentang

imunisasi TT bagi calon pengantin.

Page 80: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

63

B. Saran

1. Petugas Kesehatan

a. Sebagai penyuluh, pengetahuan petugas harus terus ditambah dan metode dalam

penyuluhan harus lebih menarik dan interaktif agar informasi yang diberikan dapat

tersampaikan dengan lebih baik.

b. Dalam penyuluhan, materi yang disampaikan harus singkat, jelas, dan padat serta

alat peraga yang digunakan harus legkap dan menarik.

c. Penyediaan ruang konseling untuk calon pengantin perlu di pertimbangkan.

d. Pemberdayaan posyandu bukan hanya untuk pemantauan kesehatan balita dan ibu

hamil tapi juga untuk tempat penyuluhan bagi calon pengantin.

e. Pertahankan dan tingkatkan kerja sama dengan kader, tokoh masyarakat setempat

dan teman sejawat baik lintas program maupun lintas sektoral.

f. Tingkatkan sosialisasi program dengan menggunakan media sosialisasi elektronik

seperti televisi dan radio.

2. Petugas KUA

a. Sebaiknya petugas KUA harus memberikan ketegasan dalam pengumpulan

persyaratan administratif pernikahan, terutama dalam pengumpulan kartu tanda

imunisasi TT bagi calon pengantin wanita dan mewajibkan semua calon pengantin

wanita untuk melakukan imunisasi TT.

b. Pertahankan kerja sama lintas sektoral dengan pihak puskesmas. Petugas KUA

sebagai penegas pelaksanaan imunisasi TT bagi calon pengantin dengan

pengumpulan kartu tanda imunisasi TT calon pengantin, sedangkan pihak puskesmas

Page 81: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

64

bertindak sebagai pelaksana program imunisasi TT calon pengantin dan peyuluh sesi

kesehatan pada penataran calon pengantin di KUA.

c. Petugas KUA menata program penataran calon pengantin dengan lebih terstruktur

dan selalu berkoordinasi dengan pelayanan kesehatan.

3. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi gambaran atau acuan untuk dijadikan pertimbangan

meneliti dengan metode kuantitatif. Peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti

tentang cara sosialisasi yang paling efektif untuk pelaksanaan program imunisasi TT bagi

calon pengantin.

4. Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan terkait program

imunisasi TT bagi calon pengantin wanita yang masih belum tersosialisasikan dengan

baik.

Page 82: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

63

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, Wiku. Sistem Kesehatan. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2007.

Brunner dan Suddart. Fundamental of Nursing. Jakarta : EGC, 2005.

Deborah, Tannen. Seni komunikasi Efektif: membangun relasi dengan membina gaya

percakapan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Keterpaduan Surveilans Polio, Tetanus

Neonatorum, dan Campak. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 1996.

. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas.

Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2005.

. Panduan Survey Cakupan Imunisasi. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI, 2005.

. Pusat Data Kesehatan : Profil Kesehatan

Indonesia 2008. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2008.

. Pelayanan Kefarmasian Untuk Vaksin, Imunosera,

dan Imunisasi. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2009.

Farihah, S. Pelaksanaan Peran Guru BK dalam Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Dua SMP

di Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan, Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat,

FKM UI, 2007.

Glanz Karen, Rimer Barbara, Lewis Frances. Health Behavior and Health Education. 3rd

ed. San

Fransisco: Jossey-Bass, 2002.

Page 83: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

64

Hamid F, Nurbaeti I, Amran Y, dkk. Survei Data Dasar Pengembangan Model Pelayanan

Kesehatan Maternal di Kotamadya Tangerang Selatan Tahun 2010. Jakarta : Lembaga

Penelitian UIN jakarta Press, 2011.

Holloway, I & Wheeler, S. Qualitative Research for Nurses. London: Blackwell Science, 1996.

Indrawati, Lilly. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Neonatorum di Kotamadya

Daerah Tingkat II Tangerang Tahun 1994-1996, 1996.

Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 1059/Menkes/SKI/IX/2004 tentang pedoman

penyelenggaraan imunisasi, 2004.

Kresno, Sedarti. Aplikasi dan Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : FKM UI, 2006.

McEwen, Melanie, dan Will, Evelyn. Theoretical Basis for Nursing. 2nd

ed. Philadelpia:

Lippincott Williams & Wilkins, 2007.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001.

Muninjaya, A. Manajemen Kesehatan. Ed. 2. Jakarta : EGC, 2004.

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika, 2008.

Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta, 2005.

Prastowo, Andi. Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. Jogjakarta : DIVA

Press, 2010.

Purwanto, Heru. Faktor –faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi TT Pada Wanita

Usia Subur di Puskesmas Anyer Kabupaten Serang Tahun 2001, Tesis Program Pasca

Sarjana FKM Universitas Indonesia, 2002.

Page 84: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

65

Ritarwan K. Tetanus. Medan : Fakultas Kedokteran USU, 2004.

Saryono & Mekar. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta :

nuha Medika, 2010.

Setiawan, Dhonny. Peran Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)

dalam Mencegah Terjadinya Perceraian. Skripsi Program Studi Peradilan Agama, FSH

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1 dan 2. Jakarta :

Infomedika, 1998.

Steubert, Helen, J. Qualitative Research in Nursing: Advancing The Humanistic Imperative.

Pennsylvania : J. B. Lippincott Company, 1995.

Sukmara, Uus. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Status Imunisasi TT Ibu Hamil di Puskesmas

Mancak Kabupaten Bogor Tahun 2000, Tesis Program Pasca Sarjana FKM Universitas

Indonesia, 2000.

Sumartini. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Imunisasi TT pada Calon Pengantin di

Puskesmas Liwa Kabupaten Lampung Barat Tahun 2004. Tesis Program Pasca Sarjana

Universitas Diponegoro, 2004. Web search: http://www.fkm.undip.ac.id. Diunduh

tanggal 12 desember 2010.

Sunaryo. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC, 2004

Sururin, dkk. Panduan Fasilitator dan Pelatih : Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Calon

Pengantin. Cet. 1. Jakarta : Pucuk Pimpinan Fatayat Nahdlatul Ulama, 2006.

Page 85: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

66

Sutomo, Bambang. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE). 2011. Web search:

http://dentalsemarang.wordpress.com/2011/02/14/komunikasi-informasi-dan-edukasi-kie-

komunikasi-kesehatan-dalam-health-promotion/. Diunduh tanggal 17 September 2011.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ed. 3. Cet. 4. Jakarta :

Balai Pustaka, 2007.

Trihono. ARRIMES Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta : CV. Sagung

Seto, 2005.

Roosihermiatie, Betty, Midori Nishiyama and Kimihiro Nakae. Factors Associated with TT

(tetanus toxoid) Immunization among Pregnant Women, in Saparua, Maluku, Indonesia.

Jurnal Southeast Asian J Trop Med Public Health vol. 31 No. 1, 2000. Web search :

www.google.com. Diunduh tanggal 19 desember 2010.

Page 86: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

LAMPIRAN

Page 87: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

Kepada Yth.

Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari

di tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Sehubungan dengan tuga akhir dalam penyelesaian studi untuk mendapatkan

gelar sarjana keperawatan (S. Kep), saya sebagai peneliti :

Nama : Sawitri

NIM : 107104001181

Jurusan : Program studi Ilmu Keperawatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

No. Telp : 087877657419

Mohon kiranya Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari dapat menjadi responden dalam

penelitian saya dengan judul penelitian gambaran persepsi petugas kesehatan dan

petugas kantor urusan agama (KUA) terhadap pelaksanaan program imunisasi tetanus

toxoid (TT) di Kota Tangerang Selatan. Informasi yang Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari

berikan dalam penelitian ini di jamin kerahasiannya. Jika ada pertanyaan berkaitan

dengan penelitian ini Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari dapat langsung menghubungi

peneliti.

Atas perhatian dan partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari, peneliti

mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Tangerang, 2011

Hormat Saya

Sawitri

Page 88: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

Lembar Persetujuan Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, telah diminta dan bersedia untuk

terlibat dalam penelitian ini dan berperan serta sebagai responden dalam penelitian

yang berjudul gambaran persepsi petugas kesehatan dan petugas kantor urusan agama

(KUA) terhadap pelaksanaan program imunisasi tetanus toxoid (TT) di Kota

Tangerang Selatan. Peneliti telah menjelaskan tentang penelitian yang akan

dilaksanakan.

Saya mengerti bahwa catatan dan hasil dari penelitian ini akan dirahasiakan.

Kerahasiaan ini dijamin selegal mungkin. Semua berkas yang mencantumkan

identitas responden hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila

sudah tidak digunakan akan dimusnahkan. Hanya peneliti yang dapat mengetahui

kerahasiaan data responden.

Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Tangerang, 2011

Responden

(Nama Lengkap dan ttd)

Page 89: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

Lembar Check List (Observasi)

Penataran Calon Pengantin Oleh Petugas KUA

No. Tindakan Dilakukan Tidak

dilakukan

1. Pendaftaran calon pengantin dan pengumpulan

berkas persyaratan nikah (termasuk kartu imunisasi

TT)

2. Penjadwalan untuk penataran calon pengantin

Penataran Calon Pengantin Oleh Petugas Kesehatan

No. Tindakan Dilakukan Tidak

dilakukan

1. Memberikan materi tentang kesehatan reproduksi saat

penataran calon pengantin, antara lain:

a. Pengertian dan hak-hak kesehatan reproduksi

b. Organ reproduksi dan siklus reproduksi

c. Menstruasi

d. Hubungan seksual

2. Memberikan materi seputar kehamilan dan persalinan, antara

lain :

a. Imunisasi tetanus toxoid (TT)

b. Pentingnya ASI

c. Gizi ibu hamil, bayi dan balita

d. Kasus yang sering terjadi (Aborsi, KTD, dll)

3. Memberikan materi tentang Keluarga berencana (KB)

4. Memberikan materi tentang penyakit infeksi menular seksual

(IMS)

Page 90: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

Pedoman Wawancara Mendalam (Indept interview)

Informan Utama

I. Petunjuk umum

a. Tahap perkenalan

b. Ucapkan terima kasih kepada informan atas kesediaan dan waktu yang telah

diluangkan untuk pelaksanaan wawancara

c. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam

II. Petunjuk wawancara mendalam

a. Wawancara dilakukanoleh seorang pewawancara

b. Informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman, saran dan pengalaman

c. Pendapat, saran, pengalaman dan komentar informan sanagat bernilai

d. Tidak ada jawaban yang benar atau salah

e. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan dijamin

kerahasiannya

f. Wawancara ini akan direkam pada tape recorder untuk membantu dalam

penulisan hasil

III. Pelaksanaan wawancara

A. Perkenalan

a. Identitas informan

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

Page 91: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

B. Wawancara

a. Pengetahuan dasar tentang program imunisasi TT pada calon pengantin

1) Apa yang Bapak/ Ibu ketahui tentang program penataran calon pengantin?

2) Materi apa saja yang diberikan dalam penataran tersebut?

3) Apa yang Bapak/ Ibu ketahui tentang program imunisasi TT pada calon

pengantin?

b. Persepsi petugas tentang peran dalam pelaksanaan imunisasi TT pada

calon pengantin

1) Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang adanya program imunisasi TT

pada calon pengantin?

2) Bagaimana pembagian tugas yang dilakukan oleh masing-masing pihak

yang terkait (Puskesmas dan KUA)? Apakah pembagian tugas yang

dilakukan jelas?

3) Bagaimana pola kerjasama yang biasa Bapak/Ibu lakukan dengan dinas

terkait?

c. Pelaksanaan program imunisasi TT pada calon pengantin

1) Menurut Bapak/Ibu, apakah program ini sudah diketahui oleh masyarakat

luas?

2) Bagaimana cara penyampaian program ini sehingga bisa sampai ke

masyarakat luas?

3) Apa saja program kerja yang Dinas Kesehatan/ Puskesmas/ KUA lakukan

dengan sasaran calon pengantin? Apa tujuan dari program tersebut?

4) Bagaimana cara pelaksanaan program imunisasi TT pada catin?

Page 92: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

5) Sudah berapa banyak calon pengantin yang melakukan imunisasi TT tiap

bulannya?

6) Berdasarkan hasil studi pendahuluan saya, masih banyak calon pengantin

yang tidak melakukan imunisasi TT, menurut Bapak/Ibu apa alasan/

penyebabnya?

d. Hambatan pelaksanaan program imunisasi TT pada calon pengantin

1) Apa saja hambatan/ kendala dalam terlaksananya program imunisasi TT

pada catin?

2) Apa saja yang sudah Bapak/Ibu lakukan untuk menanggulangi hambatan

tersebut?

e. Peluang pelaksanaan program imunisasi TT pada calon pengantin

1) Menurut Bapak/Ibu berapa besar peluang program ini dapat terlaksana

dengan baik?

2) Apa saja yang perlu dilakukan untuk memperbesar peluang tersebut?

f. Ancaman terhadap pelaksanaan program imunisasi TT pada calon

pengantin

1) Apa saja hal-hal yang dapat menyulitkan/ merugikan pelaksanaan

program ini?

2) Apa saja issue (positif maupun negatif) terkait program imunisasi TT yang

ada di masyarakat?

3) Bagaimana cara Bapak/ Ibu menangani issue tersebut?

Page 93: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

Pedoman Wawancara Mendalam (Indept interview)

Informan Pendukung

I. Petunjuk umum

a. Tahap perkenalan

b. Ucapkan terima kasih kepada informan atas kesediaan dan waktu yang telah

diluangkan untuk pelaksanaan wawancara

c. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara mendalam

II. Petunjuk wawancara mendalam

a. Wawancara dilakukan oleh seorang pewawancara

b. Informan bebas menyampaikan pendapat, pengalaman, saran dan pengalaman

c. Pendapat, saran, pengalaman dan komentar informan sanagat bernilai

d. Tidak ada jawaban yang benar atau salah

e. Semua pendapat, pengalaman, saran dan komentar akan dijamin

kerahasiannya

f. Wawancara ini akan direkam pada tape recorder untuk membantu dalam

penulisan hasil

III. Pelaksanaan wawancara

A. Perkenalan

a. Identitas informan

Nama :

Umur :

Page 94: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

B. Wawancara

a. Pengetahuan dasar tentang program imunisasi TT pada calon pengantin

1) Apa yang anda mengetahui tentang adanya program penataran calon

pengantin?

2) Apa yang anda ketahui tentang program imunisasi TT pada calon

pengantin?

b. Persepsi persepsi calon pengantin terhadap pelaksanaan program

imunisasi TT pada calon pengantin

1) Menurut Anda, bagaimana pelayanan yang telah diberikan petugas

kesehatan/ KUA terkait program imunisasi TT pada calon pengantin?

2) Menurut Anda, bagaimana usaha petugas kesehatan/ KUA dalam

memberikan pelayanan penataran calon pengantin/ imunisasi TT pada

calon pengantin?

c. Pelaksanaan program imunisasi TT pada calon pengantin

1) Darimana Anda mendapatkan informasi tentang adanya program

imunisasi pada catin?

2) Apa saja yang Anda dapatkan baik dari Puskesmas maupun KUA terkait

dengan program imunisasi TT pada catin ini?

d. Hambatan pelaksanaan program imunisasi TT pada calon pengantin

Page 95: GAMBARAN PERSEPSI PETUGAS KESEHATAN DAN …

1) Menurut Anda, Apa saja hambatan/ kendala terlaksananya program

imunisasi TT pada catin (baik hambatan dari petugas maupun dari calon

pengantin)?

2) Menurut Anda, apa saja yang menyebabkan masih banyak calon pengantin

yang tidak melakukan imunisasi TT?

e. Ancaman terhadap pelaksanaan program imunisasi TT pada calon

pengantin

1) Apa saja issue (positif maupun negatif) terkait program imunisasi TT yang

pernah Anda dengar baik dari masyarakat maupun dari orang terdekat?