GAMBARAN PERMASALAHAN SOSIO-PSIKOLOGIS PADA … · 2018. 10. 11. · Gambaran Permasalahan...

186
GAMBARAN PERMASALAHAN SOSIO-PSIKOLOGIS PADA KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh: Rosalia Ika Sanata Ria 099114100 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of GAMBARAN PERMASALAHAN SOSIO-PSIKOLOGIS PADA … · 2018. 10. 11. · Gambaran Permasalahan...

  • GAMBARAN PERMASALAHAN SOSIO-PSIKOLOGIS PADA

    KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    Disusun oleh:

    Rosalia Ika Sanata Ria

    099114100

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

    JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2016

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • GAMBARAN PERMASALAHAN SOSIO-PSIKOLOGIS PADA

    KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Me'nrperoleh Gelar Sarjana

    Psikologi Program Studi Psikologi

    ( Dr.Tjipto

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PENGESAHAN SKRIPSI

    GAMBARAN PERMASALAIIAN SOSIO.PSIKOLOGIS PADA

    KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA

    Dipersiapkan dan ditulis oleh :

    Rosalia Ika Sanata Ria

    0991 14100

    Telah dipertanggungiawabkan di depan Panitia Penguji

    tanggal

    tlI;,*t:

    /\o"t',.1"..f ,,\

    Nama Leng$ap -

    "',., *

    PenzuiiJ i''Dr. rlido su

    f,g

    tr vrqK$*4&'"\$, 1.:'":**.",

    ( Dr.T.Priyo Widiy M.Si.)

    nl

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN MOTTO

    Belajarlah dari kesalahan masa lalu, bekerja keras untuk masa ini, dan

    berharap hasil yang terbaik pada masa depan.

    It always seems impossible until its done

    (Nelson Mandela)

    Hargai apa yang kamu miliki saat ini!!

    Karena kebahagiaan tidak pernah datang kepada mereka yang tidak

    menghargai apa yang telah dimiliki

    Kita bahagia karena kasih sayang

    Kita matang karena masalah

    Kita lemah karena putus asa

    Kita maju karena usaha dan

    Kita kuat karena DOA

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Karya ini aku persembahkan untuk semua orang yang telah mendukung,

    menemani dan mengisi hari-hariku selama ini.

    Terutama untuk kedua orang tuaku yang selalu mendukungku dalam keadaan

    apapun, yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat yang tiada henti.

    Terimakasih atas kehadiran kalian semua, I Love You All

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidakmemuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

    kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, 04 Februari 2016

    Penulis

    Rosalia Ika Sanatana

    V1

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    GAMBARAN PERMASALAHAN SOSIO-PSIKOLOGIS PADA

    KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA

    Rosalia Ika Sanata Ria

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan permasalahan sosio-psikologis apa saja yang

    dialami oleh keluarga selama tinggal bersama anggota yang menderita skizofrenia.Responden

    dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak penderita skizofrenia. Responden

    ditentukan menggunakan Criterion Sampling, yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dari

    peneliti yaitu yang anaknya telah menderita skizofrenia minimal selama 2 tahun dan telah merawat

    pasien skizofrenia di rumah selama minimal 1 tahun. Jumlah responden adalah dua orang. Data

    peneltian diperoleh dengan menggunakan metode wawancara semi terstruktur. Validitas dalam

    penelitian ini menggunakan triangulasi sumber, dimana hasil pengecekan yang dilakukan oleh

    partisipan terhadap hasil penelitian sesuai.Hasil penelitian ini adalah ketika merawat penderita

    gangguan jiwa skizofrenia, kedua subjek memiliki permasalahan secara sosial, psikologis dan

    finansial.

    Kata kunci : sosio-psikologis, keluarga, skizofrenia

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    DESCRIPTION OF SOCIO - PSYCHOLOGICAL PROBLEMS IN THE

    FAMILY MENTAL DISORDERS SCHIZOPHRENIA PATIENTS

    Rosalia Ika Sanata Ria

    ABSTRACT

    This study aims to describe the socio - psychological problems experienced by family members of

    schizophrenia patients. Respondents in this study were parents who have children with

    schizophrenia. Respondents were determined using Sampling Criterion. The criteria are : parent

    with child diagnosed for schizophrenia for at least two years and had been treating patient with

    schizophrenia at home for at least one year. The number of respondents was two people. Data

    were obtained by using semi-structured interviews. Validity was checked using triangulation

    sources, where the result of checks carried out by the participants on the results of this research

    was appropriate. The results of this research showed that respondents had social, psychological

    and financial problems.

    Keywords : socio - psychological , family , schizophrenia

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAIIUNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Univeristas Sanata Dharma

    Nama

    Nomor Mahasiswa

    : Rosalia Ika Sanata Ria

    : 0991 14100

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

    Gambaran Permasalahan sosio-Psikologis pada Keruarga penderita

    Gangguan Jiwa Skizofrenia

    beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

    kepada Perpustakaan universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lainuntuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupunmemberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagaipenulis.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Dibuat di Yogyakarla

    Pada tanggal:04 Februari 2016

    Yang menyatakan

    ix

    (Rosalia Ika Sanata Ria)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia berkat dan kasihnya,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran

    Permasalahan Sosio-Psikologis Pada Keluarga Penderita Gangguan Jiwa

    Skizofrenia” dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Program Studi Psikologi, Universitas

    Sanata Dharma Yogyakarta.

    Selama penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan

    bantuan, bimbingan, dukungan, dan doa kepada penulis. Oleh karena itu, pada

    kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

    1. Bapak Dr. T Priyo Widiyanto, M.Si selaku dekan

    2. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu

    memberikan arahan melalui saran dan pendapat yang sangat bermanfaat.

    Terimakasih atas kesabaran, ketelatenan dan diskusi yang menjadikan

    pemikiran dan penalaran saya terus berkembang.

    3. Ibu bapak dosen penguji

    4. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Kaprodi

    5. Mas Gandung dan Bu Nanik, terima kasih atas bantuan yang sudah diberikan

    selama ini. Mas Doni atas bantuannya dalam peminjaman buku dan jurnal di

    ruang baca dan Mas Muji atas bantuan dan dukungannya selama ini, terutama

    pada saat saya melakukan praktikum.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    6. Kedua orang tua saya yang sudah memberikan dukungan baik secara moral

    maupun materiil selama saya menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.

    7. Suami saya, terimakasih atas dukungannya selama saya mengerjakan

    skripsweet ini. Terimakasih atas semua bantuan dan dukungannya, boleh

    berbagi suka dan duka serta canda di saat saya merasa bosan.

    8. Mbak Tutut dan mas Yonas, terima kasih atas diskusi pengalaman kalian

    yang menjadikan saya semakin bersemangat untuk segera menyelesaikan

    skripsweet ini.

    9. Segenap keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan doa bagi

    keberhasilan saya.

    10. Sahabat-sahabat saya: Evy Rosi, Moktaningrum, Grasinta Laras Choi,

    Beatrich Rani, Jane Ginza dan Realita, semuanya terima kasih atas semangat,

    diskusi, dan canda tawa selama kita belajar ilmu jiwa.

    11. Teman-teman psikologi angkatan 2010, terutama ex-anak asisten: Rosari, Ius,

    Iwan, Desi, Sandra, Maya, Sheila, Ninda senang bisa mengenal dan berbagi

    ilmu dengan kalian semua. Terima kasih atas pengalaman baru yang saya

    terima setelah mengenal kalian.

    12. Semua pihak yang senantiasa memberikan dukungan dan doa untuk

    kesuksesan saya dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa. Terima

    kasih.

    Yogyakarta, Agustus 2016

    Penulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .............................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

    HALAMAN MOTTO ....................................................................................... iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... vi

    ABSTRAK ......................................................................................................... vii

    ABSTRACK .........................................................................................................viii

    LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................ix

    KATA PENGANTAR ........................................................................................x

    DAFTAR ISI.......................................................................................................xii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ....xvii

    BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................................... 9

    C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9

    D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9

    BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 11

    A. Skizofrenia .................................................................................. 11

    1. Definisi Skizofrenia ................................................................ 11

    2. Ciri Utama Skizofrenia ........................................................... 13

    B. Skizofrenia di Indonesia ............................................................. 15

    C. Permasalahan Sosio-Psikologis Yang Dihadapi Keluarga Yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    Memiliki Anak Penderitra Gangguan Jiwa Skizofrenia ............. 16

    1. Permasalahan Sosial ............................................................... 19

    a. Gangguan Hubungan dan Komunikasi Dalam Keluarga ... 19

    b. Keterbatasan Dalam Melakukan Aktivitas Sosial ............. 21

    c. Stigmatizasi ........................................................................ 23

    2. Permasalahan Psikologis ........................................................ 26

    a. Kesedihan ........................................................................... 26

    b. Kehilangan ......................................................................... 27

    c. Kecemasan ......................................................................... 27

    d. Malu ................................................................................... 29

    e. Stress Karena Gangguan Perilaku dan Kekambuhan ........ 30

    f. Frustasi Akibat Perubahan Pola Interaksi Dalam

    Keluarga ............................................................................. 35

    3. Permasalahan Finansial .......................................................... 36

    D. Keluarga Penderita Skizofrenia di Indonesia .............................. 37

    E. Review Penelitian Sebelumnya Tentang Skizofrenia ................. 45

    BAB III: METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 49

    A. Jenis Penelitian............................................................................. 49

    B. Fokus Penelitian ........................................................................... 50

    C. Subjek Penelitian ....................................................................... 50

    D. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 51

    E. Prosedur Analisis Data ................................................................ 53

    F. Kredibilitas dan Realibilitas Penelitian ....................................... 55

    1. Kredibilitas Penelitian ............................................................ 55

    2. Realibilitas Penelitian ............................................................. 57

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    G. Pandangan Subjektif peneliti Mengenai Kehidupan Keluarga

    Penderita Skizofrenia ................................................................. 57

    H. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 59

    BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 58

    A. Profil Responden ......................................................................... 63

    1. Data Diri dan Latar Belakang Responden Pertama ................ 63

    2. Data Diri dan Latar Belakang Responden Kedua ................... 63

    B. Hasil Penelitian ........................................................................... 64

    1. Deskripsi Informan Penelitian ................................................ 64

    a. Subjek 1 (Keluarga Y) ......................................................... 64

    b. Subjek 2 (keluarga K) ......................................................... 64

    2. Hasil Analisis Data Penelitian ................................................ 66

    a. Responden Pertama ............................................................. 66

    i. Awal Mula Terjadinya Gangguan Jiwa skizofrenia ........ 66

    ii. Upaya Yang Dilakukan Keluarga Untuk kesembuhan

    Penderita Skizofrenia ....................................................... 68

    iii. Permasalahan Sosial yang Dialami Keluarga penderita

    Gangguan Jiwa Skizofrenia ............................................. 69

    iv. Permasalahan psikologis yang dialami Keluarga

    Penderita gangguan Jiwa Skizofrenia ............................. 71

    v. Permasalahan Ekonomi yang dialami Keluarga

    Penderita gangguan Jiwa Skizofrenia .............................. 74

    vi. Beban Perawatan Yang Dihadapi Keluarga

    Penderita Skizofrenia ............................................... 75

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    b. Responden Kedua ................................................................ 76

    i. Awal Mula Terjadinya Gangguan Jiwa skizofrenia ........ 76

    ii. Upaya Yang Dilakukan Keluarga Untuk kesembuhan

    Penderita Skizofrenia ....................................................... 77

    iii. Permasalahan Sosial yang Dialami Keluarga penderita

    Gangguan Jiwa Skizofrenia ............................................. 79

    iv. Permasalahan psikologis yang dialami Keluarga

    Penderita gangguan Jiwa Skizofrenia ............................. 82

    v. Permasalahan Ekonomi yang dialami Keluarga

    Penderita gangguan Jiwa Skizofrenia .............................. 85

    vi. Beban Perawatan Yang Dihadapi Keluarga

    Penderita Skizofrenia ....................................................... 86

    vii. Data Lain yang didapatkan dari Penelitian ...................... 87

    3. Kesimpulan Hasil Analisis secara Keseluruhan ..................... 90

    a. Permasalahan Sosial

    i. Gangguan hubungan dalam komunikasi dalam

    keluarga ............................................................................ 91

    ii. Keterbatasan dalam melakukan Aktivitas Sosial ............ 92

    iii. Stigmatizasi ...................................................................... 94

    b. Permasalahan Psikologis ..................................................... 96

    c. Permasalahan Finansial yang dihadapi oleh

    Keluarga Penderita Gangguan Jiwa Skizofrenia ................ 99

    4. Pembahasan ............................................................................ 101

    a. Analisis Terhadap Permasalahan Sosial yang dihadapi oleh

    Keluarga penderita gangguan jiwa Skizofrenia .................. 101

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    b. Analisis terhadap persoalan psikologis yang dihadapi

    oleh keluarga penderita gangguan jiwa skizofrenia ............ 103

    c. Analisis terhadap persoalan finansial yang dihadapi oleh

    Keluarga penderita gangguan jiwa skizofrenia ................... 106

    BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 109

    A. Kesimpulan ................................................................................. 109

    B. Saran ........................................................................................... 110

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 112

    LAMPIRAN........................................................................................................ 117

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Informed Concent .........................................................................119

    Lampiran 2. Lembar Persetujuan Partisipan ....................................................121

    Lampiran 3. Pedoman Wawancara ..................................................................122

    Lampiran 4. Tabel Verbatim Responden I ........................................................127

    Lampiran 5. Tabel Verbatim Responden II ......................................................136

    Lampiran 6 Pengelompokan Kode Responden I ................................................155

    Lampiran 7 Pengelompokan Kode Responden II ...............................................158

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan yang terjadi di seluruh

    dunia (Kendall dan Hammen, 1998, h. 268). Pernyataan tersebut juga

    didukung oleh data dari World Health Organization (WHO), yang

    menyatakan bahwa masalah gangguan jiwa memang sudah menjadi

    masalah yang sangat serius di seluruh dunia. Data yang ditunjukkan oleh

    WHO, sekitar 26 juta orang penduduk Indonesia mengidap skizofrenia

    (Simanjuntak, 2008). Sementara itu, Survei Kesehatan Mental Rumah

    Tangga (SMKRT) di 11 kotamadya jaringan epidemology psikiatri

    Indonesia menemukan bahwa 185 dari 1000 penduduk menunjukkan

    gejala gangguan kesehatan jiwa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa paling

    tidak terdapat satu orang dalam setiap rumah tangga penduduk di

    Indonesia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa dan membutuhkan

    pelayanan kesehatan jiwa (Siswono, 2011 dalam Kostiani, 2007).

    Di kota Yogyakarta sendiri, penderita gangguan jiwa tergolong

    tinggi. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2010) menunjukkan bahwa

    32.033 orang atau sekitar 8,25 persen dari 387.813 jumlah penduduk

    Yogyakarta mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan hasil pendataan dari

    RSJ Grhasia Yogyakarta (2012) ditemukan 568 orang atau 41,86 persen

    dari jumlah yang ada mengalami gangguan jiwa berat. Menurut Joep

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Djojodibroto (Kasubbid Fasilitas Pelayanan Medik RSJ Ghrasia

    Yogyakarta) penderita gangguan jiwa lebih banyak berada pada kelompok

    usia paling produktif, yaitu di bawah 40 tahun. Hal ini kemudian

    berdampak pada ekonomi berupa hilangnya hari produktif untuk mencari

    nafkah bagi penderita maupun keluarga yang merawat serta tingginya

    biaya perawatan yang harus ditanggung oleh keluarga. Selain dampak

    ekonomi, terdapat pula dampak sosial yang sangat serius bagi para

    penderita gangguan jiwa dan keluarganya, yaitu penolakan, pengucilan

    dan diskriminasi dari lingkungan sekitar (Dr. Vijay Chandra, dalam

    Lanskap Hasrat dan Kekerasan, 2001).

    Skizofrenia merupakan kondisi patologis yang serius karena

    penderita mengalami penurunan fungsi kehidupan sehingga dalam

    melakukan aktivitas sehari-hari seperti merawat diri sendiri, memenuhi

    kewajiban peran, mengatasi permasalahan, menyesuaikan diri dengan

    perubahan yang terjadi di lingkungan dan membangun hubungan dekat

    dengan orang lain menjadi terhambat (American Assosoation dalam Jeste

    & Meuser, 2008). Defisit yang terjadi pada berbagai area kehidupan

    penderita skizofrenia yang demikian menyebabkan dampak gangguan

    skizofrenia tidak hanya dirasakan oleh penderita, namun dirasakan pula

    oleh orang lain yang berada disekitarnya, terutama keluarga yang tinggal

    bersama dalam satu rumah (Hatfield and Lefley, 1987; Tessler et al., 1987).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Selain itu, perilaku penderita gangguan jiwa terkadang juga susah

    dikendalikan sehingga bukan saja menjadi masalah bagi keluarga tapi juga

    membuat resah warga di sekitarnya. Seperti yang terjadi di Gandapura,

    Bireuen, masyarakat disana berharap agar dinas kesehatan setempat

    memantau, mencari dan membawa penderita gangguan jiwa ke rumah

    sakit jiwa agar tidak mengamuk di masyarakat. Warga melaporkan hal ini

    setelah mengetahui bahwa dua orang warga kecamatan tersebut tewas

    karena diparang oleh pria stres yang sedang mengamuk di pasar Gurugok,

    Gandapura (Bakri, 2012).

    Ketika melakukan penanganan terhadap pasien gangguan jiwa,

    obat memang menjadi hal yang penting. Namun, peran keluarga juga

    merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan mutu

    kehidupan penderita gangguan jiwa. Keluarga merupakan sebuah sistem

    sosial, dimana setiap anggotanya saling terhubung satu sama lain (Klein,

    1996, h.155). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Creer et.al. (1982)

    menunjukkan bahwa dalam perjalanan penyakitnya, 50% penderita

    skizofrenia tetap memiliki kontak dengan keluarga. Hal ini dapat dipahami

    karena keluarga memiliki kontak lebih sering dengan penderita sehingga

    mengetahui kondisi kejiwaan anggota keluarganya, kondisi mood,

    perasaan dan kebutuhan penderita daripada siapapun (Meuser & Gingerich,

    2006). Keluarga memiliki peran penting dalam asuhan keperawatan yang

    diperlukan oleh penderita gangguan jiwa di rumah sehingga dapat

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    menurunkan angka kekambuhan (Nurdiana, dkk, 2007, h.2). Hasil

    penelitian tersebut dipertegas oleh Dinosetro (2008) yang menyatakan

    bahwa keluarga memiliki fungsi strategis dalam menurunkan angka

    kekambuhan, meningkatkan kemandirian dan taraf hidup penderita serta

    mengembalikan fungsi adaptasi penderita pada masyarakat dan kehidupan

    sosialnya. Keluarga juga berperan dalam meningkatkan keyakinan

    penderita akan kesembuhan dirinya dari skizofrenia sehingga memiliki

    motivasi dalam proses penyembuhan dan rehabilitasi diri.

    Hasil konsekuensi dari tugas perawatan yang dilakukan oleh

    keluarga terhadap penderita skizofrenia telah diteliti selama beberapa

    tahun belakangan ini. Dalam melakukan perawatan terhadap penderita

    skizofrenia, keluarga seringkali memiliki pengalaman terhadap perasaan

    kehilangan dan sedih (Miller et al., 1990). Keadaan emosi keluarga juga

    menjadi tidak tentu terkadang keluarga merasa malu, merasa bersalah

    bahkan marah. Keberadaan penderita skizofrenia di tengah-tengah

    keluarga membuat hubungan timbal balik antar anggota keluarga menjadi

    tidak seimbang. Kondisi normal yang seharusnya setiap anggota keluarga

    dapat saling merawat satu sama lain berubah menjadi pemberian

    perawatan yang lebih intensif pada penderita skizofrenia. Hal ini

    menciptkan situasi stres pada keluarga baik secara psikologis maupun

    finansial (Clark, 1994; Schene et.al., 1996).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    Secara umum, dampak yang dirasakan oleh keluarga dengan

    adanya penderita skizofrenia adalah beban ekonomi yang tinggi, beban

    emosi, stress terhadap perilaku penderita skizofrenia, gangguan dalam

    melaksanakan kegiatan rumah tangga sehari-hari dan keterbatasan

    melakukan aktivitas sosial. Pandangan negatif atau stigma yang diberikan

    oleh masyarakat bahwa gangguan jiwa dianggap sebagai aib dan akibat

    dosa dari keluarganya membuat keluarga memilih untuk menyembunyikan

    anggota keluarganya yang menderita gangguan jiwa. Beban sosial

    ekonomi yang dialami oleh keluarga antara lain adalah gangguan dalam

    hubungan keluarga, keterbatasan dalam melakukan aktivitas sosial,

    pekerjaan dan hobi dan dampak negatif terhadap kesehatan fisik keluarga.

    Biaya perawatan berkala dan obat-obatan yang mahal membuat keluarga

    juga mengalami beban secara finansial. Keluarga harus membatasi

    pengeluaran-pengeluaran yang lain agar dapat mencukupi kebutuhan

    sehari-hari. Sementara itu, beban psikologis menggambarkan reaksi

    psikologis seperti perasaan kehilangan, cemas, sedih dan malu terhadap

    masyarakat sekitar, stres dalam menghadapi perilaku penderita yang

    terkadang tidak terkontrol dan frustasi karena terjadinya perubahan pola

    interaksi dalam keluarga (WHO, 2003).

    Penelitian tentang skizofrenia dan keluarga sendiri telah dilakukan

    oleh sejumlah orang. Penelitian tentang keluarga tersebut bervariasi, mulai

    dari meneliti keluarga sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    keluarga sebagai salah satu intervensi bagi penyembuhan gangguan jiwa

    dan juga dampak yang dialami oleh keluarga dengan keberadaan penderita

    gangguan jiwa di tengah-tengah mereka. Penelitian terdahulu yang

    menunjukkan bahwa keluarga merupakan salah satu faktor penyebab

    skizofrenia di antaranya dilakukan oleh Parker (1982). Beliau menyatakan

    bahwa peran orang tua, terutama ibu sangat berpengaruh terhadap

    perkembangan skizofrenia. Selain itu, keluarga yang dominan dan

    overprotektif juga ikut menyumbangkan perkembangan skizofrenia

    (Parker, 1986). Penelitian yang dilakukan oleh Kasanin et al. (dikutip dari

    Parker, 1986) menunjukkan bahwa dari penelitian sejarah masa kecil

    terhadap 45 penderita skizofrenia, ditemukan dua dari pasien mengalami

    penolakan dari ibu dan 33 pasien mendapatkan perlakuan overprotektif

    dari ibu.

    Selain menjadi faktor penyebab, keluarga juga berfungsi dalam

    area intervensi penderita skizofrenia. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

    sejumlah penelitian yang mengkaji pentingnya intervensi keluarga dalam

    proses penyembuhan penderita skizofrenia. Diantaranya adalah penelitian

    yang dilakukan oleh Dixon et.al (2010). Dalam penelitian tersebut, beliau

    melakukan intervensi keluarga pada penderita skizofrenia selama 6-9

    bulan. Selama kurun waktu tersebut, berdasarkan hasil observasi,

    ditemukan bahwa pasien yang mendapatkan intervensi keluarga, secara

    signifikan mengalami penurunan angka kekambuhan dan tidak harus

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    kembali ke rumah sakit dibandingkan dengan pasien yang tidak

    mendapatkan intervensi keluarga.

    Sementara itu, penelitian terdahulu tentang dampak adanya

    penderita skizofrenia bagi keluarga yang merawat, salah satunya dilakukan

    oleh Deborah et.al (2006). Penelitian ini menguji komponen dan korelasi

    dari beban pengasuh pada skizofrenia. Di dalam penelitian ini dilakukan

    enam buah pengukuran, yaitu pengukuran terhadap pasien, kualitas hidup,

    servis layanan, beban pengasuh dan sosiodemografi antara pasien dan

    pengasuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34% beban keluarga

    berasal dari perilaku penderita skizofrenia yang mengganggu, tuntutan

    sumber daya, dan gangguan, 21% beban berasal dari penurunan aktifitas

    sehari-hari akibat merawat penderita skizofrenia dan 38% berasal dari

    kewajiban untuk menolong pasien. Berbeda dengan Deborah, Oldridge & I

    C Hughes (1992) memfokuskan penelitian pada kesejahteraan psikologis

    dan level stres yang dialami oleh keluarga penderita skizofrenia. Dari

    penelitian ini didapatkan bahwa beban objektif yang paling umum di alami

    oleh subjek adalah emosi. Kesulitan keuangan juga terlihat memiliki andil

    yang besar dalam beban yang dialami oleh keluarga pasien skizofrenia.

    Penelitian-penelitian di atas menunjukkan bahwa keluarga

    memiliki pengaruh yang besar terhadap penderita skizofrenia, baik sebagai

    faktor penyebab maupun sebagai intervensi dalam proses penyembuhan

    penderita skizofrenia. Penelitian tentang dampak yang dialami oleh

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    keluarga dengan keberadaan penderita skizofrenia juga telah dilakukan

    oleh beberapa orang. Namun, belum ada penelitian yang secara khusus

    menggali permasalahan sosio-psikologis yang dihadapi oleh keluarga

    penderita skizofrenia secara lebih mendalam melalui penelitian kualitatif.

    Peneliti merasa penting untuk melakukan eksplorasi terhadap

    permasalahan sosio-psikologis yang dihadapi oleh keluarga karena dapat

    memunculkan hal-hal yang selama ini kurang mereka sadari. Melalui

    eksplorasi terhadap permasalahan yang dihadapi, keluarga diharapkan

    lebih mampu memahami kondisi fisik dan kejiwaan yang dialaminya

    terkait dengan keberadaan anggota keluarga yang menderita skizofrenia.

    Kesehatan keluarga penting dijaga agar tetap dapat memberikan dukungan

    dan perawatan terhadap penderita skizofrenia. Apabila keluarga memiliki

    kesadaran terhadap permasalahan yang mereka hadapi, diharapkan

    keluarga nantinya juga dapat memiliki kesehatan jiwa yang memiliki

    karaterstik persepsi yang sesuai dengan realitas, dapat menerima diri

    sendiri dan orang lain secara alami, mampu fokus dalam memecahkan

    masalah, memiliki otonomi, mandiri, kreatif, puas dengan hubungan

    interpersonal, kaya pengalaman yang bermanfaat, menganggap hidup ini

    sebagai sesuatu yang indah (Maslow, 1970 dalam Townsend, 2005). Hal

    ini kemudian dapat digunakan peneliti untuk membantu keluarga dalam

    meningkatkan kualitas hidupnya dan mempertahankan potensi yang ada

    sehingga nantinya keluarga dapat memberikan dukungan, baik secara

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    sosial maupun spriritual kepada penderita skizofrenia. Selain itu, hasil

    penelitian ini juga bisa memperkaya data dalam area intervensi keluarga.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada

    penelitian ini adalah permasalahan sosio-psikologis apa saja yang dialami

    oleh keluarga selama tinggal bersama anggota yang menderita skizofrenia.

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan permasalahan

    sosio-psikologis apa saja yang dialami oleh keluarga selama tinggal

    bersama anggota yang menderita skizofrenia.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoretis

    Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan di

    bidang psikologi, terutama psikologi klinis dan psikologi sosial karena

    dari penelitian ini dapat diketahui isu-isu sosiopsikologis apa saja yang

    dialami oleh keluarga ketika merawat penderita skizofrenia. Selain itu,

    hasil dari penelitian ini nantinya juga dapat memperkaya data dalam

    area intervensi keluarga.

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan keluarga

    yang memiliki anggota penderita skizofrenia dan dapat dijadikan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    sumber informasi untuk mengetahui isu apa yang mereka alami.

    Melalui kesadaran dari keluarga tentang isu yang mereka hadapi,

    kemudian mereka dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

    Meningkatnya kualitas hidup keluarga dengan penderita skizofrenia

    tersebut selanjutnya diharapkan dapat sejalan dengan meningkatnya

    penyesuaian diri penderita skizofrenia di lingkungan, kemampuan

    untuk mengembangkan keterampilan sosial dan terbebas dari

    kekambuhan.

    a. Bagi masyarakat

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

    kepada masyarakat luas di Indonesia pada umumnya dan

    Yogyakarta pada khususnya tentang kondisi sosial dan psikologis

    yang terjadi di dalam keluarga yang memiliki anggota menderita

    skizofrenia.

    b. Bagi Pemerintah

    Melalui hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi

    bahan referensi bagi pemerintah dalam memberdayakan keluarga

    yang memiliki anggota keluarga skizofrenia. Hal ini penting

    dilakukan karena skizofrenia memiliki dampak pada keluarga yang

    membuat keluarga tersebut tidak dapat mengatasi persoalan yang

    terjadi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Skizofrenia

    1. Definisi Skizofrenia

    Secara etimologi skizofrenia berasal dari bahasa Yunani,

    “schizein” yang berarti “terpisah” atau “pecah”, dan “phren” yang

    artinya “jiwa”. Skizofrenia menggambarkan suatu gangguan psikiatrik

    mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran,

    afek, dan perilaku seseorang. Jadi, skizofrenia mengacu pada

    perpecahan ego-aspek rasional dalam jiwa sehingga penderitanya

    tidak lagi dapat membedakan antara alam khayal dan alam riil.

    Konsep tentang skizofrenia telah dimulai sejak abad ke-19

    oleh Emil Kraphelin (1856-1926) yang pertama kali membahas

    tentang gejala-gejala skizofrenia seperti waham, halusinasi, dan

    perilaku motorik yang aneh. Gejala-gejala tersebut menurut Kraphelin

    bermula sejak masa kanak-kanak dan memburuk seiring pertumbuhan

    seseorang (Nevid dkk., 2005). Kraphelin menggunakan istilah

    dementia praecox untuk menyebut istilah-istilah tersebut. Dementia

    praecox diambil dari bahasa latin yaitu dementis yang berarti „di luar

    de (jiwa) mens (seseorang)‟ dan praecox yang diambil dari kata

    precocious yang berarti „sebelum kematangan‟. Dementia praecox

    diartikan sebagai kerusakan prematur dari kemampuan mental

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    seseorang sehingga mengalami kemunduran inteligensi sebelum

    waktunya (Nevid dkk., 2005).

    Eugen Bleuer (1857-1939) adalah tokoh yang mengungkapkan

    istilah skziofrenia pertama kali pada tahun 1911. Skizofrenia diambil

    dari kata Yunani yaitu schizein yang berarti „terpotong‟ atau

    „terpecah‟ dan phren yang berarti „jiwa‟ (Nevid dkk., 2005). Hal ini

    bukan berarti individu dengan skizofrenia mengalami gangguan psikis

    lain yaitu kepribadian ganda, melainkan mengalami ketidaksesuaian

    antara pikiran dan emosi serta antara persepsi dan kenyataan yang

    sebenarnya (Nevid dkk., 2005).

    Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam tiga

    kelompok, yaitu gejala positif, gejala negatif dan gejala disorganisasi.

    Gejala positif mencakup hal-hal yang berlebihan dan distorsi serta

    sebagian besar menjadi ciri episode akut skizofrenia. Gejala positif

    meliputi delusi, halusinasi, kekacauan pikiran, gaduh, gelisah dan

    perilaku aneh atau bermusuhan. Sementara itu, gejala negatif

    mencakup berbagai defisit behavioral dan cenderung bertahan

    melampaui suatu episode akut serta memberikan efek parah pada

    kehidupan penderita skizofrenia. Gejala negatif ini merupakan

    prediktor kuat terhadap kualitas hidup yang rendah pada penderita

    skizofrenia. Gejala negatif meliputi alam perasaan (afek) tumpul atau

    mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, kurangnya

    kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan

    kehendak atau inisiatif (Davidson dkk., 2006). Gejala disorganisasi

    mencakup disorganisasi pembicaraan dan perilaku aneh. Disorganisasi

    pembicaraan merupakan masalah dalam mengorganisasikan ide dan

    pembicaraan sehingga pesan yang dimaksud dapat tersampaikan dan

    dimengerti oleh orang lain. Disorganisasi pembicaraan dapat meliputi

    inkoherensi dan asosiasi longgar. Sementara itu, perilaku aneh

    misalnya dapat ditemukan pada katanonia dimana pasien

    menampilkan perilaku tertentu secara berulang-ulang, menampilkan

    pose tubuh yang aneh atau waxy flexibillity, dimana seseorang dapat

    memutar atau membentuk posisi tubuh tertentu dalam jangka waktu

    yang lama (Davidson dkk., 2006).

    2. Ciri Utama Skizofrenia

    Menurut DSM-IV-TR, ciri-ciri skizofrenia adalah sebagai

    berikut (APA dalam Jeffrey S. Nevid dkk, 2005):

    a. Terdapat dua atau lebih gejala yang harus muncul secara

    signifikan selama munculnya penyakit dalam waktu 1 bulan.

    Gejala tersebut meliputi: 1) waham/delusi; 2) halusinasi; 3)

    pembicaraan tidak koheren atau ditandai oleh asosiasi longgar; 4)

    perilaku tidak terorganisasi atau katatonik; 5) ciri-ciri negatif

    (misalnya ekspresi emosi datar)

    b. Fungsi pada bidang-bidang seperti hubungan sosial, pekerjaan,

    atau perawatan diri selama perjalanan penyakit secara nyata

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    berada di bawah tingkatan yang dapat dicapai sebelum munculnya

    gangguan. Apabila gangguan muncul pada masa kanak-kanak

    atau remaja, terdapat suatu kegagalan untuk mencapai tingkat

    perkembangan sosial yang diharapkan.

    c. Tanda-tanda gangguan terjadi secara menetap selama setidaknya

    enam bulan. Pada enam bulan ini harus mencakup fase aktif yang

    berlangsung setidaknya satu bulan, di mana gejala psikotik terjadi

    (memenuhi kriteria gejala point a).

    d. Gangguan tidak dapat didistribusikan sebagai dampak zat-zat

    tertentu (misalnya penyalahgunaan zat atau obat yang diresepkan)

    atau pada kondisi medis umum.

    Selain itu, meskipun sudah diberi pengobatan dan

    penyembuhan secara medik penderita skizofrenia umumnya

    masih mengalami kemunduran dalam fungsi psikososialnya.

    Tanggung jawab untuk berhadapan dengan kenyataan hidup

    menjadi berkurang. Penderita skizofrenia biasanya enggan untuk

    menghadapi realitas dan lebih mengandalkan dunia fantasinya

    sendiri, enggan untuk berkomunikasi dan menjalin relasi dengan

    orang-orang di sekitarnya. Selain itu, penderita skizofrenia juga

    enggan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena mereka

    lebih suka berdiam diri dan berkelana dengan dunia fantasinya.

    Bahkan tidak sedikit penderita skizofrenia yang mengalami

    kemunduran pada tingkat yang sederhana seperti hanya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    mengetahui kebutuhan untuk makan dan minum dan tetap

    membutuhkan orang lain untuk melakukan pengawasan dan

    pengontrolan. Penderita skizofrenia juga akan kesulitan untuk

    menjaga kebersihan diri sendiri. Mereka tidak lagi

    memperhatikan kesehatan dirinya (Anonim, 2011).

    B. Skizofrenia di Indonesia

    Skizofrenia merupakan gangguan yang cukup banyak diderita oleh

    orang Indonesia. Angka prevalensi skizofrenia di seluruh dunia mencapai

    4 sampai 14 dari setiap 1000 orang populasi di seluruh dunia (Lewis,

    2011 dalam Riskesdas, 2013). Sementara itu, hasil riset kesehatan dasar

    Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi rata-rata orang Indonesia yang

    menderita skizofrenia mencapai 1,7 setiap 1000 orang. Dua provinsi yang

    memiliki angka prevalensi tertinggi adalah Yogyakarta dan Aceh yang

    memiliki angka prevalensi sebesar 2,7 setiap 1000 orang. Menurut hasil

    survey Kementrian sosial tahun 2008 jumlah penserita skizofrenia di

    Indonesia kurang lebih 650.000 orang (Kompas, 2011).

    Penderita skizofrenia seringkali terabaikan oleh lingkungan

    disekitarnya termasuk keluarganya sendiri. Hal ini terkait dengan biaya

    yang harus dikeluarkan secara langsung untuk membeli obat-obatan dan

    biaya perawatan skizofrenia sangat besar. Selain itu, secara tidak

    langsung penderita skizofrenia juga akan kehilangan kesempatan untuk

    memperoleh pendapatan dan keluarga yang menjadi caregiver pun

    menjadi membutuhkan waktu ekstra untuk merawat pasien (Sinaga,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    2007). Sekitar 80% penderita skizofrenia di Indonesia diketahui tidak

    mendapatkan pengobatan yang tepat. Penderita skizofrenia menjadi tidak

    produktif karena tidak mendapatkan perawatan yang tepat dan bahkan ada

    yang ditelantarkan di jalan (Kompas, 2011).

    Saat ini, pengobatan di rumah sakit jiwa untuk penderita

    skizofrenia sebenarnya sudah lebih maju. Namun, masyarakat kurang

    dapat memanfaatkan fasilitas tersebut dengan optimal. Hal ini terbukti

    dari penelitian yang dilakukan oleh Raharjanti pada tahun 2007 yang

    menunjukkan bahwa pada pencarian pertolongan pasien skizofrenia,

    didapatkan hanya 10% yang langsung ke pelayanan kesehatan jiwa

    (Yankeswa). Jenis pertolongan pertama yang sering dilakukan oleh

    masyarakat Indonesia adalah pengobatan tradisional yaitu sebesar 38%

    dan yang melakukan konsultasi ke pemuka agama sebanyak 30%.

    Halangan terbesar keluarga untuk membawa penderita skizofrenia ke

    pelayanan kesehatan jiwa (Yankeswa) adalah perasaan negatif (62%) dan

    stigma terhadap penyakit gangguan jiwa (46%) (Inuwicaksana, 2011).

    C. Permasalahan Sosio-Psikologis yang dihadapi Keluarga yang

    Memiliki Anak Penderita Gangguan Jiwa Skizofrenia

    Setiap orang memiliki berbagai peristiwa dalam hidupnya.

    Peristiwa hidup satu orang dengan yang lainnya tentu saja berbeda.

    Begitu juga dengan sikap terhadap peristiwa yang dialaminya, setiap

    orang memiliki cara yang berbeda. Salah satu peristiwa yang dapat terjadi

    pada seseorang adalah memiliki anak yang menderita gangguan jiwa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    Bukan hal yang mudah bagi keluarga yang memiliki anak menderita

    gangguan jiwa karena banyak perubahan yang terjadi sebelum dan

    sesudah anak menderita gangguan jiwa. Hal tersebut tentu saja juga

    berpengaruh terhadap kehidupan kedua orang tuanya. Keluarga sangat

    mungkin mengalami masalah maupun kesulitan di dalam merawat anak

    yang menderita gangguan jiwa skizofrenia. Bukan hanya karena

    kurangnya pengalaman yang dimiliki sebelumnya tetapi juga karena

    merawat penderita gangguan jiwa bukanlah hal yang mudah.

    Salah satu masalah yang mungkin dialami oleh keluarga penderita

    gangguan jiwa adalah masalah sosio-psikologis. Masalah sosio-psikologis

    yang dimaksud disini adalah masalah-masalah yang dihadapi oleh

    keluarga meliputi beban ekonomi yang tinggi, beban emosi, beban

    psikologis seperti stres dan gangguan dalam melaksanakan aktivitas

    sehari-hari dan sosial. Selain itu, pandangan negatif atau stigma yang

    diberikan oleh masyarakat terhadap keluarga yang memiliki anak

    penderita gangguan jiwa juga termasuk dalam masalah yang dihadapi

    oleh keluarga penderita gangguan jiwa. Hal tersebut juga dijelaskan di

    dalam buku Kriminologi Psikososial (Gadd & Jefferson, 2013) bahwa

    istilah psikososial sering dirujuk pada hubungan penyesuaian sosial atau

    hubungan-hubungan interpersonal (Frosh, 2003). Selain itu dijelaskan

    pula bahwa psikososial sering digunakan untuk menggambarkan

    hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental atau

    emosinya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    WHO (2003) menjelaskan bahwa dampak yang dirasakan keluarga

    dengan adanya anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa

    skizofrenia adalah beban ekonomi yang tinggi, beban emosi, stres dengan

    perilaku penderita skizofrenia yang kadang kambuh dan mengganggu,

    keterbatasan melakukan aktivitas sosial dan terganggunya kegiatan rumah

    sehari-hari. Terdapat stigma yang dimiliki masyarakat terhadap gangguan

    jiwa yaitu menganggap bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh dosa yang

    pernah dilakukan keluarganya dan menjadi aib bagi keluarga. Hal ini

    tentu saja membuat keluarga berusaha untuk menyembunyikan anggota

    keluarganya yang menderita gangguan jiwa karena merasa malu, kecewa

    dan putus asa. Permasalahan sosial meliputi gangguan hubungan dalam

    keluarga, memiliki batas dalam melakukan aktivitas sosial dan pekerjaan.

    Sementara itu masalah psikologis berkaitan dengan reaksi psikologis yang

    dialami oleh keluarga seperti perasaan sedih dan kehilangan, cemas, malu

    tyerhadap masyarakat sekitar, stres menghadapi gangguan perilaku dan

    kekambuhan serta frustasi akibat perubahan pola interaksi dalam

    keluarga.

    Berikut merupakan permasalah sosio-psikologis yang dihadapi

    oleh keluarga yang memiliki anak penderita skizofrenia :

    1. Permasalahan sosial, meliputi :

    a. Gangguan hubungan dan komunikasi dalam keluarga

    Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang

    tergabung karena suatu ikatan atau hubungan darah, ikatan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    perkawinan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga. Keluarga

    melakukan interaksi satu sama lain dan menciptakan pertahanan

    terhadap suatu kebudayaan (Salvion G Baylon, et.al, 1989).

    Keluarga adalah sekelompok individu yang saling berinteraksi,

    memberikan dukungan dan saling mempengaruhi satu sama lain

    dalam melakukan berbagai fungsi dasar (Shives, 2005). Tugas

    utama keluarga adalah memelihara pertumbuhan psikososial

    anggota-anggotanya dan kesejahteraan selama hidupnya secara

    umum (Friedman, 1998).

    Dari pengertian yang disampaikan di atas, peneliti dapat

    menyimpulkan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu

    yang tergabung dalam ikatan tertentu, merasa memiliki satu sama

    lain, memberikan dukungan, melakukan berbagai fungsi dasar,

    memelihara pertumbuhan psikososial melalui pola interaksi,

    saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan

    emosional serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari

    keluarga.

    Setiap keluarga akan memiliki perbedaan dalam

    memaknai suatu peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan

    mereka (Klein, 1996, h.88). Keluarga merupakan sebuah sistem

    sosial dimana anggotanya saling terhubung satu sama lain. Jika

    seorang anggota keluarga mengalami perubahan maka anggota

    yang lain juga akan terkena dampaknya (Klein, 1996). Oleh

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    karena itu, keluarga memerlukan keadaan yang selalu seimbang

    dalam menjalankan kehidupannya. Keadaan yang demikian dapat

    dicapai ketika setiap anggota keluarga dapat menjalankan

    perannya dengan baik dan terjalin hubungan komunikasi yang

    kuat dan hangat (Klein, 1996, h.159).

    Ketika di dalam sebuah keluarga memiliki anak yang

    menderita skizofrenia, maka hal tersebut dapat mengganggu

    hubungan atau interaksi di dalamnya. Penderita gangguan jiwa

    yang sulit untuk diajak berkomunikasi menyebabkan keluarga

    mengalami kesulitan dalam menjalankan fungsinya. Bahkan

    beberapa anggota keluarga tidak menyadari bahwa telah terjadi

    perubahan komunikasi (Barry, 1998).

    Orang yang mengidap skizofrenia tidak akan mampu

    berkomunikasi secara normal dengan orang lain karena salah

    satunya mereka menganggap bahwa orang lain ingin

    mencelakakan dirinya (Sadock & Sadock, 2010). Pasien-pasien

    ini akan sangat mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan

    berada dalam lingkungan banyak orang. Selain itu mereka juga

    mengalami halusinasi dan ilusi sehingga seakan-akan melihat hal

    yang tak nyata (Amelia & Anwar, 2013). Penderita skizofrenia

    juga mengalami kesulitan dalam melakukan fungsi dasar secara

    mandiri, misalnya menjaga kebersihan diri dan penampilan

    sehingga orang lain memandang penderita skizofrenia sebagai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    individu yang apatis, menarik diri dan terisolasi dari lingkungan

    sekitarnya (Maramis, 1998). Hal ini menyebabkan penderita

    skizofrenia tidak dapat menjalankan fungsi dan peran yang

    dimiliki di dalam keluarga, sehingga akan terjadi

    ketidakseimbangan di dalam keluarga tersebut.

    b. Keterbatasan dalam melakukan aktivitas sosial

    Setiap orang memiliki keinginan untuk menjalin hubungan

    sosial dan terlibat aktif di dalamnya. Selain itu, juga karena

    manusia memiliki kebutuhan untuk bersosialisasi dengan orang

    lain demi keberlangsungan hidupnya. Manusia dalam hidup

    bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling

    membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat

    menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Maryati dan Suryawati

    (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau

    hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar

    individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok” (p.

    22). Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan

    Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar

    manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh

    mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada

    akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial” (p.

    50).“Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat

    suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    mendukung” (Siagian, 2004, p. 216). Berdasarkan definisi di atas

    maka dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu

    hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu

    sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok

    maupun antar individu dan kelompok.

    Pada dasarnya, dalam membina hubungan sosial, individu

    berada dalam rentang respon yang adaptif sampai maladaptif.

    Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh

    norma-norma sosial dan kebudayaan yang berlaku. Sementara

    respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu

    dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh

    norma-norma sosial dan budaya. Respon sosial dan emosional

    yang maladaptif sering kali terjadi di dalam kehidupan sehari-

    hari, termasuk salah satunya juga dialami oleh keluarga dengan

    penderita skizofrenia.

    Ketika memiliki anak yang menderita gangguan jiwa

    skizofrenia, secara otomatis keluarga terbatas dalam melakukan

    aktivitas sosial yang biasa dilakukannya. Penyimpangan perilaku

    yang menyertai gejala skizofrenia seperti tersenyum lebar,

    menggerakkan bibir tanpa suara, berteriak, mengamuk dan sulit

    untuk menuruti perintah menyebabkan keluarga harus

    menyediakan waktu khusus karena penderita tidak dapat

    memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri. Oleh karena itu,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    hal ini tentu saja akan membuat keluarga menjadi terbatas dalam

    melakukan aktivitas sosial di luar rumah.

    c. Stigmatisasi

    Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society

    yang berasal dari kata Latin socius yang berarti (kawan).

    Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling

    berinteraksi satu sama lain. Interaksi sosial merupakan proses

    dasar dan pokok dalam setiap masyarakat, dan sifat-sifat manusia

    yang berlangsung di dalamnya akan sangat mempengaruhi proses

    interaksi sosial yang terjadi. Di dalam melakukan interaksi sosial,

    individu secara otomatis akan melibatkan berbagai reaksi

    emosional, sikap, kemauan, perhatian, motivasi, harga diri dan

    lain sebagainya. Reaksi emosional setiap individu berbeda, oleh

    sebab itu, di dalam melakukan interaksi sosial akan terjadi

    pertentangan, perselisihan bahkan diskriminasi sosial.

    Di Indonesia, sebagian besar masyarakat masih

    menganggap bahwa gangguan jiwa berkaitan dengan hal-hal gaib

    atau mistis, seperti kerasukan setan, ilmu sihir atau santet,

    kutukan dan lain sebagainya. Masyarakat menganggap bahwa

    orang yang mengalami gangguan jiwa mengancam kehidupan

    bermasyarakat sehingga kebanyakan dari mereka memilih untuk

    menghindar. Oleh karena itu, tidak jarang penderita gangguan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    jiwa mendapatkan perlakuan yang keras dan tidak manusiawi dari

    orang-orang disekitarnya (Stuart dan Laraia, 2001).

    Menurut Pfluf (ahli psikologi sosial), stigma yang diberikan

    kepada seseorang akan menyebabkan hilangnya kepercayaan diri

    kemudian merasa terdiskriminasi (dibedakan) sehingga akhirnya

    sulit mencari bantuan untuk keluar dari permasalahan yang

    dihadapinya (Pfluf, 1986).

    Stigma sosial ini mempunyai unsur, sebagai berikut :

    1) Menghindar (avoidance), pasien skizofrenia dihindari

    karena kondisi lingkungannya.

    2) Penolakan (rejection), dalam hubungan interaksi sosial

    tertentu kecenderungan orang dengan riwayat

    skizofrenia tidak akan diterima termasuk saat mencari

    pengobatan.

    3) Penghakiman moral (moral judgement), penderita

    skizofrenia dan keluarganya dianggap sebagai kutukan,

    oleh karena kesalahan mereka sendiri.

    4) Berhubungan dengan label (stigma of association),

    pemberian tanda atau label yang diberikan oleh

    individu atau kelompok lain yang berhubungan dengan

    kondisi yang pernah dialaminya.

    5) Keengganan atau ketidakadilan (unwillingless),

    seseorang akan memberikan kesenjangan dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    berinteraksi atau social distance terhadap penderita

    skizofrenia.

    6) Pembedaan (discrime), penderita skizofrenia sangat

    jelas akan dibedakan dalam kesempatan bekerja atau

    berinteraksi di lingkungannya.

    7) Penganiayaan (abuse), situasi yang cukup ekstrim akan

    dialami pasien skizofrenia untuk mengalami tindakan

    penganiayaan baik verbal maupun fisik oleh komunitas

    yang tidak mengetahuinya. Stigma sosial ini juga

    merupakan alasan mengapa penderita skizofrenia harus

    dirawat kembali (Fleischacker, 2003).

    Menurut survey yang dilakukan oleh Otto F Wahl

    (1999) menjelaskan bahwa masyarakat merupakan sumber stigma

    yang utama. Di dalam masyarakat, masih sering terdapat lelucon

    tentang rumah sakit jiwa dan penderita gangguan jiwa. Akan

    tetapi, keluarga dan penderita yang seharusnya terluka oleh

    lelucon tersebut kehilangan hak untuk marah dan akhirnya

    terbawa untuk ikut menikmatinya. Stigma jika dibiarkan akan

    mengukuhkan pelecehan masyarakat terhadap penderita gangguan

    jiwa. Jika hal tersbut terjadi makan masyarakat berhak menjauhi,

    mengucilkan, menganggap penderita skizofrenia sebagai lelucon

    yang dapat dipermainkan dan diolok-olok (Irmansyah, 2001).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    2. Permasalahan Psikologis, meliputi :

    Selain mengalami permasalahan dalam berhubungan sosial

    baik antar anggota keluarga maupun masyarakat disekitarnya,

    keluarga penderita skizofrenia juga mengalami permasalahan secara

    psikologis. Permasalahan psikologis yang dimaksud disini meliputi

    ungkapan emosi yang terjadi selama merawat anak yang menderita

    skizofrenia.

    Emosi berasal dari kata latin, yaitu emovere yang berarti

    bergerak menjauh. Daniel Goleman (2002 : 114) mengatakan bahwa

    emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu

    keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan

    untuk bertindak. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari

    luar dan dalam diri individu yang mencakup perubahan-perubahan

    yang disadari yang sifatnya mendalam dan perubahan perilaku yang

    disertai adanya ekspresi biologis.

    Berikut merupakan reaksi psikologis yang dialami oleh

    keluarga penderita gangguan jiwa :

    a. Kesedihan

    Kesedihan merupakan salah satu emosi yang berlangsung

    lebih lama. Setelah sebuah periode penderitaan mendalam yang

    disertai dengan ungkapan protes, biasanya ada sebuah periode

    mengehentikan kesedihan yang di dalamnya orang merasa tidak

    berdaya dan kemudian, periode penderitaan yang disertai protes

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    itu muncul kembali dalam usaha untuk memulihkan rasa

    kehilangan tersebut, yang diikuti oleh kesedihan, kemudian

    penderitaan mendalam dan begitu seterusnya.(Paul Ekman).

    Kesedihan (grief) merupakan reaksi normal ketika

    mengalami kehilangan sesuatu atau seseorang yang dicintai.

    (Davies, 1998). Kesedihan yang berkenaan kepada seluruh

    perasaan yang menyakitkan dihubungkan dengan kehilangan,

    termasuk perasaan sedih, marah, perasaan bersalah, malu dan

    kegelisahan (Zeanah, 1989).

    b. Kehilangan

    Kehilangan merupakan suatu keadaan individu yang

    berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada kemudian menjadi

    tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Potter&Perry,

    2005).

    Keluarga yang memiliki anak penderita gangguan jiwa

    merasa kehilangan karena menganggap kehidupan masa depan

    keluarga dan penderita telah berakhir (Willick, 1994 dalam Mohr,

    2006).

    c. Kecemasan

    Kecemasan berhubungan dengan sesuatu yang dirasa

    mengancam. Menurut Nevid (2005), kecemasan dapat menjadi

    reaksi emosional yang normal dibeberapa situasi, tetapi tidak

    disituasi lain. Kecemasan merupakan suatu perasaan takut yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    tidak menyenangkan yang disertai dengan meningkatnya

    ketegangan fisiologis. Dalam teori pembelajaran, kecemasan

    dianggap sebagai suatu dorongan yang menjadi perantara antara

    suatu situasi yang mengancam dan perilaku menghindar

    (Davidson, dkk, 2006). Sumadinata (2004) mengatakan bahwa

    seseorang yang merasa khawatir karena menghadapi situasi yang

    tidak bisa memberikan jawaban yang jelas, tidak bisa

    mengharapkan suatu pertolongan, dan tidak ada harapan yang

    jelas akan menyebabkan orang mengalami rasa cemas.

    Kecemasan merupakan sebuah fenomena kognitif, dimana

    seseorang nerasa sesuatu akan terjadi diluar kehendak dan tidak

    bisa diprediksi. Kecemasan akan menjadi lebih parah ketika

    seseorang merasa tidak sanggup menghadapinya karena

    meragukan kemampuan diri sendiri.

    Ciri-ciri kecemasan (Nevid, 2003) meliputi :

    1) Secara fisik meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan dan

    anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, banyak

    berkeringat, mulut atau kerongkrongan terasa kering, sulit

    berbicara, sulit bernapas, jantung berdebar keras atau

    berdetak kencang, pusing, merasa lemas atau mati rasa,

    sering buang air kecil, merasa sensitif atau mudah marah.

    2) Secara perilaku, meliputi perilaku menghindar, perilaku

    melekat dan dependent, perilaku terguncang.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    3) Secara kognitif, meliputi khawatir tentang sesuatu, perasaan

    terganggu atau ketakutan, keyakinan bahw2a akan terjadi

    sesuatu yang buruk tanpa ada penjelasan yang jelas,

    ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan

    ketidakmampuan untuk mengatasi maslaah, berpikir bahwa

    seuanya tidak bisa lagi dikendalikan, merasa sulit untuk

    memfokuskan pikiran atau konsentrasi.

    Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan yang tidak

    pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek

    yang jelas. Terkadang seseorang mengalami kecemasan sebagai

    sebuah tantangan sehingga mempersiapkan untuk menghadapinya

    dan memberikan hal yang positif. Akan tetapi terkadang pula,

    kecemasan membuat seseorang tidak berdaya dan merasa tidak

    mampu menghadapi kecemasan tersebut sehingga ingin lari dari

    maslaahnya dengan mengembangkan defend mechanism

    (mekanisme pertahanan diri/ego).

    Ketika memiliki anak yang menderita skizofrenia, keluarga

    memiliki kekhawatiran tersendiri tentang hal tersebut. Hal ini

    terjadi karena kebanyakan penderita skizofrenia tidak mampu

    melakukan penyesuaian diri.

    d. Malu

    Malu merupakan perasaan yang muncul ketika seseorang

    mengevaluasi tindakanm, perasaan dan perilakunya dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    menyimpulkan bahwa dirinya telah melakukan sesuatu yang

    keliru, kurang benar atau tidak sesuai (Lewis, 1993, dalam

    Strongman, 2003). Meskipun pada kondisi tertentu, malu

    merupakan hal yang wajar, namun ada kalanya malu

    menyebabkan orang merasa takut atau segan untuk terbuka

    kepada orang lain.

    Penyebab rasa malu, meliputi 3 hal :

    1) Merasa telah melakukan sesutau kekonyolan atau kebodohan

    2) Melakukan sesuatu yang dinilai tidak sesuai dengan norma

    sekitar

    3) Gagal menyesuaikan tindakan dengan standart yang

    ditetapkan sendiri.

    Perasaan malu bisa muncul melalui proses belajar. Selain

    itu, perasaan malu juga bisa terjadi melalui pengalaman yang

    tidak menyenangkan, seperti dikritik oleh orang lain, dan

    dicemooh. Ketika rasa malu berada dalam tingkat yang tinggi,

    maka akan menghambat pergaulan sosial. Seseorang akan

    menarik diri secara sosial.

    e. Stres karena gangguan perilaku dan kekambuhan

    Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi

    maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja

    keseharian seseorang. Bahkan dapat membuat produktivitas

    seseorang menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    Stres merupakan bentuk ketegangan baik fisik maupun mental.

    Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan

    diakibatkan karena stress disebut strain.

    Gejala stress meliputi :

    1) Hilang minat terhadap kegiatan yang disenangi

    2) Hilang selera makan yang berujung pada penurunan berat

    badan

    3) Terlihat lelah, atau kurang energi

    4) Memiliki perasaan tidak berharga dan tidak memiliki harapan

    5) Rasa bersalah yang tidak pada tempatnya

    6) Tidak mampu berkonsentrasi dan berpikir jernih

    7) Melankolik yang biasanya disertai bangun pagi terlambat dua

    jam dari biasanya, rasa tidak berdaya dipagi hari dan

    bergerak lebih lamban

    8) Pusing atau sakit perut

    9) Mempunyai keinginan atau harapan untuk mati bahkan bunuh

    diri.

    Sementara itu, faktor penyebab stress meliputi :

    1) Faktor biologis yang terbagi dalam beberapa tipe :

    a) Gen

    Keadaan individu pada masa konsepsi dipengaruhi oleh

    sikap dan perilaku ibu. Bagaimana ibu berperilakuketika

    hamil dan asupan gizi yang sudah terpenuhi atau mal;ah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    defisiensi. Ketika seorang ibu stres, otomatis bayi yang

    dikandung akan ikut stres pula dan kebanyakan hal ini

    tidak disadari bahkan dapat menyebabkan cacat fisik atau

    mental pada bayi.

    b) Penyakit

    Memiliki penyakit langka, atau sulit disembuhkan dapat

    mengakibatkan seseorang memilih untuk mengakhiri

    hidupnya. Hal ini karena penyakit dapat membuat orang

    merasa tidak berguna. Penyakit yang tidak dapat sembuh

    atau tidak ada obatnya dapat menjadi sebuah stressor

    c) Tidur

    Obat capek yang paling manjur adalah tidur. Ketika porsi

    tidur seseorang tidak dapat terpenuhi maka akan terjadi

    tekanan dalam diri orang tersebut. Hal ini ditandai

    dengan tingkat sensitivitas yang lebih tinggi dari

    biasanya, pusing, sulit beradaptasi dengan lingkungan

    dan belum menyadari dimana berada. Hal tersebut

    menimbulkan stres baik tingkat ringan maupun tinggi.

    d) Postur tubuh

    Kebanyakan stressor ini terjadi pada perempuan yang

    menyebabkan ingin melakukan apa saja untuk

    mendapatkan postur tubuh yang diinginkan/ideal.

    e) Kelelahan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    Faktor ini tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu

    penyebab stress yang paling utama. Ketika seseorang

    merasa kelelahan maka hal yang ingin segera dipenuhi

    adalah beristirahat.

    2) Faktor psikologis :

    a) Frustasi, sudah sangat jelas bahwa frustasi adalah

    penyebab seseorang mengalami stres.

    b) Perasaan dan emosi : marah, mudah tersinggung, ,merasa

    tidak nyaman, merasa tidak aman, sedih, merasa

    bersalah, dll.

    c) Pengalaman hidup, meliputi peristiwa-peristiwa hidup

    yang dialami oleh seseorang, misalnya kehilangan

    tempat tinggal karena bencana alam, kebakaran,

    kematian orang yang disayangi, kecelakaan yang

    menyebabkan cacat, memiliki keluarga yang menderita

    gangguan jiwa, dll. Akan tetapi perpisahan dengan orang

    yang dicintai merupakan stressor dari psikologis yang

    paling banyak mempengaruhi tingkat kesadaran

    seseorang.

    d) Keputusan perilaku. Salah mengambil keputusan

    membuat orang merasa takut dan tidak mau lagi

    menjalani hidupnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    e) Respon berlawanan. Ketika seseorang melawan hal yang

    terjadi namun dia tetap tidak merubah keadaan. Disaat

    itu orang akan merasa down dan tidak berguna.

    3) Faktor sosial :

    a) Keluarga. Misalnya terjadi kesalahan pola asuh, yang

    diberikan, broken home, keadaan sosial ekonomi.

    b) Lingkungan. Peristiwa alam seperti gempa bumi,

    tsunami, banjir dan tanah longsor secara langsung

    membuat orang memiliki ketegangan tinggi.

    c) Dunia kerja. Tugas yang menumpuk atau tugas yang

    sedikit namun memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.

    Gangguan perilaku yang dialami oleh penderita gangguan

    jiwa seperti suka tersenyum sendiri, tertawa tanpa sebab, suka

    berdiam diri, perilaku yang seperti dihantui atau diteror, dan

    terkadang suka mengamuk menyebabkan keluarga mengalami

    kesulitan dalam merawat penderita. Keluarga kurang dapat

    beristirahat secara maksimal, kelelahan fisik karena merawat

    penderita skizofrenia bukanlah hal yang mudah karena

    memerlukan perhatian yang ekstra.

    Keluarga mengalami peningkatan konflik, sikap saling

    menyalahkan satu sama lain, kesulitan untuk mengerti dan

    menerima anggota keluarga yang sakit, meningkatnya emosi

    ketika berkumpul dan kehilangan energi untuk merawat anggota

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    keluarga yang sakit (Doornbos, 1997 dalam Stuart & Laraia,

    2001). Selain itu gangguan yang tidak dapat disembuhkan secara

    total dan sering mengalami kekambuhan menambah beban yang

    dialami oleh keluarga.

    f. Frustasi akibat perubahan pola interaksi dalam keluarga

    Frustasi berasal dari bahasa latin yaitu frustasio yang

    artinya perasaan kecewa atau jengkel akibat terhalang dalam

    pencapaian tujuan. Frustasi merupaka suatu keadaan ketegangan

    yang tidak menyenangkan, dipenuhi perasaan dan aktivitas

    simpatetis yang semakin meninggi yang disebabkan oleh

    rintangan atau hambatan. Frustasi dapat berasal dari dalam

    (internal) dan dari luar diri(eksternal). Sumber yang berasal dari

    dalam salah satunya seperti kurangnya rasa percaya diri atau

    ketakutan pada situasi yang menghalangi pencapaian tujuan

    (Kesehatan Mental, 1968).

    Terdapat tiga faktor penyebab frustasi yaitu :

    1) Frustasi lingkungan, merupakan frustasi yang disebabkan

    oleh halangan atau rintangan yang terdapat dalam lingkungan

    dimana ia tinggal

    2) Frustasi pribadi, merupakan frustasi yang tumbuh dari

    ketidakpuasan seseorang dalam mencapai tujuan dengan kata

    lain frustasi pribadi ini terjadi karena adanya perbedaan

    antara tingkatan aspirasi dengan tingkatan kemampuannya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    3) Frustasi konflik, merupakan frustasi yang disebabkan oleh

    konflik dari berbagai motif dalam diri seseorang dengan

    adanya motif saling bertentangan, maka pemuasan dari salah

    satu motif yang menyebabkan frustasi bagi motif yang lain.

    Penderita gangguan jiwa skizofrenia ketika mengalami

    kekambuhan seringkali tidak dapat berkomunikasi secara efektif

    sehingga tidak mampu menyampaikan perasaan, tidak mampu

    memahami pesan dari orang lain, menginterupsi percakapan,

    bahkan mengucapkan kata-kata kasar. Hal ini menyebabkan

    perubahan pola interaksi di dalam keluarga tersebut. Anggota

    keluarga menjadi kurang maksimal dalam berinteraksi sebab

    penderita kesulitan untuk menyampaikan pesan. Penderita juga

    tidak dapat menjadi pendengar yang baik, kurang dapat

    mengungkapkan diri dan fokus pada isi komunikasi. Oleh karena

    komunikasi merupakan kunci di dalam berinteraksi, ketika

    penderita dan anggota keluarga yang lain kurang dapat

    membangun komunikasi secara baik maka interaksi di dalam

    keluarga tersebut juga menjadi terhambat dan membuat keluarga

    menjadi frustasi.

    3. Permasalahan Finansial

    Keluarga memiliki fungsi ekonomi dimana keluarga harus

    mampu menyediakan sumber-sumber finansial dan mengalokasikan

    sumber-sumber finansial tersebut untuk memenuhi kebutuhan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    pangan, sandang dan papan dan perawatan kesehatan keluarganya.

    Ketika memiliki anak yang menderita gangguan jiwa skizofrenia,

    keluarga harus menyediakan biaya untuk pengobatan dan perawatan.

    Pembiayaan obat dan perawatan untuk penderita skizofrenia tidaklah

    sedikit (Walton-Moss, 2005). Selain itu, keluarga memerlukan biaya

    untuk mengantar penderita berobat ke rumnah sakit.

    Kondisi penderita gangguan jiwa yang membutuhkan

    perhatian ekstra menyebabkan salah satu anggota keluarga harus

    mengalami pengangguran. Beberapa dari mereka terpaksa

    meninggalkan pekerjaan untuk merawat anaknya yang menderita

    gangguan jiwa skizofrenia (WHO, 2001). Keluarga yang tidak hanya

    mengeluarkan biaya untuk pengobatan dan perawatan penderita,

    tetapi juga harus memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari seperti

    kebutuhan pangan dan sandang merasa semakin terbebani.

    D. Keluarga Penderita Skizofrenia di Indonesia

    Skizofrenia adalah terjadinya perpecahan atau ketidakserasian

    antara afeksi, kognitif dan perilaku. Jadi, skizofrenia mengacu pada

    perpecahan ego-aspek rasional dalam jiwa sehingga penderitanya tidak

    lagi dapat membedakan antara alam khayal dan alam riil. Skizofrenia

    merupakan gangguan yang cukup sulit atau hampir tidak dapat

    disembuhkan sehingga terkadang menjadi beban bagi keluarga yang

    merawat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    Orang yang menderita skizofrenia semakin lama akan semakin

    terlepas dari masyarakat karena dianggap gagal berfungsi sesuai dengan

    peran yang diharapkan (Keith, Regier & Rae, 1991). Penelitian terdahulu

    menunjukkan bahwa terdapat stigma terhadap penderita skizofrenia dan

    memberikan konsekuensi yang negatif bagi keluarga maupun penderita

    sendiri (NAMI dalam Jo. C Phelan dkk., 1998; Willis, 1982; Corrigan,

    2004). Stigma yang ada di dalam masyarakat tersebut membuat penderita

    skizofrenia dan keluarganya mengalami isolasi sosial dan diskriminasi

    (Fenton, 2005). Keluarga yang memiliki salah satu anggota menderita

    skizofrenia akan secara drastis terasing dari lingkungannya, diremehkan

    dan menjadi bahan pergunjingan di masyarakat. Hal ini akan berdampak

    pada status sosial ekonomi keluarga, sehingga terkadang penderita

    skizofrenia menjadi beban tersendiri bagi keluarga dan diasingkan karena

    dianggap sebagai pembawa malapetaka (Saseno, 2001). Selain itu, stigma

    juga berdampak pada kemauan keluarga untuk mengungkapkan masalah

    yang mereka hadapi terkait dengan keberadaan penderita skizofrenia dan

    juga dalam hal mencari bantuan. Keluarga yang sangat sensitif tentang

    dugaan pandangan kerabat atau tetangga tentang masalah gangguan jiwa

    akan lebih tertutup tentang keberadaan anggota keluarganya yang

    menderita skizofrenia. Berdasarkan penjelasan di atas, stigma merupakan

    masalah yang serius bagi penderita skizofrenia dan keluarganya, namun

    belum banyak penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hal

    tersebut (NAMI dalam Jo. C. Phelan dkk., 1998; Willis, 1982).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    Keberadaan penderita skizofrenia di tengah-tengah keluarga

    membuat keluarga juga memiliki stigma terhadap anggota keluarga

    tersebut dan penyakit yang dideritanya. Keluarga yang anggotanya

    menderita skizofrenia dan dirawat di rumah sakit, mereka akan lebih

    cenderung untuk menyembunyikan masalah tersebut (Jo. C. Phelan dkk,

    1998).

    Penelitian terdahulu telah banyak yang menunjukkan bahwa

    skizofrenia cenderung menurun dalam keluarga. Pada keluarga tingkat

    pertama akan mendapat sepuluh kali lipat resiko menderita skizofrenia

    (Davidson dkk., 2006). Meskipun skizofrenia bersifat menurun, faktor-

    faktor eksternal dari penderita skizofrenia seperti peristiwa-peristiwa yang

    terjadi di dalam keluarga juga dapat menyebabkan dan memperburuk

    keadaan penderita skizofrenia. Sebagai contoh, interaksi anak dan orang

    tua pada masa kanak-kanak awal yang terganggu dapat menyebabkan

    anak mencari perlindungan pada fantasi pribadinya sehingga membangun

    gejala yang akhirnya menjadi skizofrenia (Jeffrey S. Nevid dkk., 2005).

    Selain itu, gaya komunikasi yang menyimpang di dalam keluarga juga

    dapat menyebabkan stres bagi penderita sehingga frekuensi gejala

    kelainan orang dengan skizofrenia yang tinggal dengan keluarga akan

    meningkat (Jeffrey S. Nevid dkk., 2005; Mueser & Gingerich, 2006). Pola

    komunikasi yang dimiliki oleh keluarga yang dengan anggota skizofrenia

    cenderung kacau (Bateson dalam Klein, 1996, h. 170). Kondisi yang

    demikian membuat anak mengalami kesulitan dalam penyesuaian dengan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    keluarganya sendiri sehingga mulai muncul gangguan psikis pada diri

    anak (Klein, 1996, h.171).

    Ketika anggota keluarga yang menderita skizofrenia kembali ke

    rumah, keluarga memiliki tanggung jawab untuk merawat mereka. Jangka

    waktu perawatan yang lama membuat keluarga seringkali merasa

    frustrasi karena kurangnya kemajuan yang tampak dalam

    pengobatan. Apalagi ditambah dengan isolasi sosial dari masyarakat

    sekitar yang membuat keluarga tidak memiliki akses untuk meminta

    bantuan. Akhirnya dukungan emosional suatu keluarga menjadi

    berkurang dan beberapa keluarga memutuskan semua kontak dengan

    penderita skizofrenia. Hal tersebut semakin menghambat proses

    penyembuhan skizofrenia karena pada dasarnya orang yang menderita

    skizofrenia membutuhkan dukungan moral dan spiritual dari orang-orang

    terdekatnya (Fox, 1968; Hudson, 1978).

    Keluhan yang paling umum di antara teman dan anggota keluarga

    dari orang dengan skizofrenia adalah tidak memahami bagaimana cara

    untuk membantu mereka, atau memberikan dukungan lanjutan, serta

    dukungan jangka panjang yang sebetulnya dapat membantu menghindari

    penderita skizofrena menjadi gelandangan, tunawisma atau menganggur.

    Namun, keluhan tersebut kurang mendapat perhatian dari para ahli karena

    kebanyakan dari mereka lebih memfokuskan penelitian pada penderita

    skizofrenia saja. Padahal, keberhasilan pelayanan pada pasien skizofrenia

    sangat kompleks, tergantung dari kerjasama tim kesehatan jiwa di

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    masyarakat yang meliputi dokter, perawat dan pekerja sosial dengan

    pasien dan keluarganya (Falloun, 1990).

    Status sehat dan sakit para anggota keluarga saling mempengaruhi

    satu sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh

    keluarga dan sebaliknya mempengaruhi jalannya suatu penyakit dan

    status kesehatan anggota. Oleh karena itu, pengaruh dari status sehat dan

    sakit pada keluarga saling mempengaruhi atau sangat bergantung satu

    sama lain (Marilyn, 1998).

    Skizofrenia merupakan gangguan yang parah dan mengakibatkan

    stres bagi penderita dan keluarganya (Stanley & Shwetha, 2006). Dalam

    merawat penderita skizofrenia, keluarga dituntut untuk memiliki

    kesabaran dan ketelatenan. Hal ini disebabkan karena penderita

    skizofrenia sangat rentan terhadap kekambuhan. Mengembalikan

    penderita skizofrenia pada masyarakat sering menimbulkan kesulitan-

    kesulitan pada keluarganya. Kesulitan keluarga pengasuh penderita

    skizofrenia antara lain adalah akses ke layanan spesialis, ketersediaan

    layanan tambahan seperti perawatan tangguh, kelayakan untuk bantuan

    keuangan (misalnya, pembayaran penjaga), dan dukungan terapi untuk

    diri mereka sendiri (Edwards, Higgins, Gray, Zmijewski , & Kingston

    2008). Ada dua problem yang dihadapi keluarga penderita skizofrenia

    yaitu masalah yang berhubungan dengan penarikan sosial (social

    withdrawl) karena penderita skizofrenia tidak dapat berinteraksi dengan

    anggota keluarga lain dan masalah yang berhubungan dengan gangguan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    dan perilaku sosial yang memalukan seperti tidak bisa istirahat, aneh,

    adanya ancaman kekerasan dan sebagainya (Gelde, et al., 1996).

    Dalam menghadapi penderita skizofrenia, terdapat permasalahan

    sosio-psikologis pada keluarga yang terjadi selama melakukan perawatan

    terhadap penderita skizofrenia. Permasalahan sosial merupakan suatu

    fenomena atau gejala kehidupan yang mengandung beberapa hal yaitu:

    (1) sesuatu yang dilakukan seseorang itu telah melanggar atau tidak sesuai

    dengan nilai-norma yang dijunjung tinggi oleh kelompok; (2) sesuatu

    yang dilakukan individu atau kelompok itu telah menyebabkan terjadinya

    disintegrasi kehidupan dalam kelompok; dan (3) sesuatu yang dilakukan

    inidividu atau kelompok itu telah memunculkan

    kegelisahan,ketidakbahagiaan individu lain dalam kelompok (Coleman,

    J.W and Cressey, D.R. 1984). Menurut Parrilo dalam Soetomo (1995),

    untuk dapat memahami pengertian masalah sosial perlu diperhatikan

    empat hal, yaitu: (1) masalah itu bertahan untuk suatu periode waktu

    tertentu; (2) dirasakan dapat menyebabkan beragam kerugian secara fisik

    dan non fisik pada individu dan kelompok; (3) merupakan pelanggaran

    terhadap nilai atau standar sosial atau sendi-sendi kehidupan masyarakat;

    dan (4) menuntut adanya usaha untuk dicarai pemecahannya.

    Menurut Anas Tamsuri, psikologis adalah masalah-masalah

    perilaku atau emosional yang dapat meningkatkan risiko gangguan cairan,

    elektrolit, dan asam-basa dalam diri seseorang. Menurut Bison

    Simamora, psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam individu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    seseorang dan unsur-unsur psikologis ini meliputi motivasi, persepsi,

    pembelajaran, kepribadian, memori, emosi, kepercayaan, dan sikap.

    Sementara menurut Nursalam, psikologis merupakan hal yang merupakan

    kepribadian dan kemampuan individu dalam memanfaatkannya

    menghadapi stress yang disebabkan situasi dan lingkungan. Dari definisi

    yang diuraikan oleh beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa

    psikologis adalah masalah-masalah perilaku atau emosional dari dalam

    individu yang dapat meningkatkan resiko gangguan cairan, elektrolit dan

    asam basa sehingga mempengaruhi kemampuan individu dalam

    memanfaatkan stres yang disebabkan oleh situasi dan lingkungan. Oleh

    karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa permasalahan psikologis

    adalah masalah-masalah berkaitan dengan perilaku atau emosional yang

    mempengaruhi kemampuan individu dalam memanfaatkan stres yang

    disebabkan oleh situasi dan lingkungan.

    Berbagai penelitian menunjukkan bahwa dalam memberikan

    perawatan bagi penderita skizofrenia, keluarga mengalami beban yang

    sangat berat. Beban psikologis yang dialami oleh keluarga tercermin

    dalam beberapa istilah yang mereka gunakan untuk menggambarkan

    kondisi yang mereka alami. Misalnya menggambarkan bahwa

    pengalaman merawat penderita skizofrenia sebagai sebuah malapetaka

    yang besar, pengalaman yang menyakitkan, menghancurkan, penuh

    dengan kebingungan dan kesedihan yang berkepanjangan (Marsh, 1992;

    Pejlert, 2001). Keluarga mengalami perasaan kehilangan baik dalam arti

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    nyata (kehilangan orang yang dicintai) maupun kehilangan secraa

    simbolik (kehilangan harapan di masa depan karena penderita tidak dapat

    mencapai apa yang diharapkan)(Lefley, 1987; Marsh & Johnson, 1997).

    Penderita skizofrenia pada umumnya memiliki kesulitan untuk

    berkomunikasi, tidak dapat merawat diri sendiri dan suka mengamuk.

    Selain itu, di masyarakat juga masih terdapat stigma yang kuat terhadap

    skizofrenia. Bagi masyarakat, penderita skizofrenia sering dianggap

    sebagai ancaman dan membahayakan karena perilakunya yang tidak

    terkontrol. Hal ini membuat keluarga memiliki beban tersendiri karena

    merasa malu dengan kondisi anaknya yang merupakan aib. Selain itu,

    keluarga juga mengalami isolasi sosial dan diskriminasi dari masyarakat

    sekitar sehingga seringkali tidak memiliki akses untuk meminta bantuan

    (McGorry, 1995; Fenton, 2005).

    Sementara itu, keluarga perlu meningkatkan kualitas hidupnya

    sendiri agar dapat terus memberikan dukungan kepada penderita

    skizofrenia. Peningkatan hidup bisa dimulai dengan perawatan diri.

    Pemenuhan kebutuhan orang lain harus diseimbangkan dengan

    pemenuhan kebutuhan sendiri. Kenyamanan psikis dan sosial dapat

    dicapai melalui berbagai aktivitas yang memberikan suatu bentuk

    dekompresi. Keluarga harus mengenali dan menghadapi tanda awal

    distres atau ketidaktepatan koping.

    Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam merawat

    anggota keluarga yang menderita skizofrenia dapat menimbulkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    perasaan terbebani dan ketegangan sehingga kualitas hidup orang tua

    menjadi berkurang (Sales dalam Stanley & Shwetha, 2006, h.4). Ivarsson

    et.al (2004) menyatakan bahwa beban orang tua yang merawat merupakan

    hal yang kompleks dan mencakup beberapa hal seperti kegiatan sehari-

    hari, kecemasan dan tekanan sosial (Stanley & Shwertha, 2006, h.4).

    Namun, keluarga biasanya diharapkan menjalankan peran untuk merawat

    penderita skizofrenia tanpa memperhatikan konsekuensi emosional, fisik

    dan keuangan yang mungkin terjadi (Kasuya, Polgar-Bailey & Takeuchi,

    2000). Terlepas dari hal itu, penderita skizofrenia tetap membutuhkan

    support dari keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Keluarga terlebih

    dahulu perlu meningkatkan quality of life dirinya agar nantinya dapat

    terus memberikan dukungan kepada penderita skizofeenia agar dapat

    kembali berfungsi secara maksimal dalam menghadapi tuntutan

    kehidupan sehari-hari.

    E. Review Penelitian Sebelumnya tentang Skizofrenia

    Terdapat beberapa penelitian terdahulu tentang dampak skizofrenia

    bagi keluarga. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keluarga

    memiliki beban dalam merawat penderita skizofrenia di rumah.

    Penelitian yang dilakukan oleh Mandelbrote&Folkard (1961a,b)

    ingin menunjukkan sejauh mana keluarga merasa terganggu dengan

    kehadiran penderita skizofrenia di rumah. Hasil dari penelitian

    menunjukkan bahwa 55% dari sampel penelitian mengalami gangguan

    dalam beberapa hal dan hanya 2% keluarga yang mengalami stress berat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    Peneliti menggambarkan situasi khas dari stres yaitu ketika penderita

    skizofrenia marah kepada keluarganya atau ketika keluarga mencegah

    penderita skizofrenia melakukan hal-hal tertentu. Hal ini menjadi

    kelemahan penelitian karena peneliti tidak jelas memberikan definisi

    tentang stress yang dialami oleh keluarga.

    Selain itu, t