GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN …repository2.unw.ac.id/165/1/ARTIKEL.pdf · 2019. 12....

16
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI MR/MEASLES RUBELLA LANJUTAN PADA BATITA DI KELURAHAN UNGARAN ARTIKEL Oleh RENY REZIA NUGRAHARSI NIM. 030217A118 PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN 2019

Transcript of GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN …repository2.unw.ac.id/165/1/ARTIKEL.pdf · 2019. 12....

  • GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI

    MR/MEASLES RUBELLA LANJUTAN PADA BATITA

    DI KELURAHAN UNGARAN

    ARTIKEL

    Oleh

    RENY REZIA NUGRAHARSI

    NIM. 030217A118

    PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN

    FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

    UNGARAN

    2019

  • 1 | Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Mr/Measles Rubella Lanjutan

    Pada Batita Di Kelurahan Ungaran

    GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI MR/MEASLES

    RUBELLA LANJUTAN PADA BATITA DI KELURAHAN UNGARAN

    Reny Rezia Nugraharsi1, Masruroh

    2, Heni Hirawati

    3

    Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

    Universitas Ngudi Waluyo

    Email : [email protected]

    ABSTRAK

    Latar Belakang : Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia mencapai 26,29 per

    1000 kelahiran hidup. Jawa Tengah kasus campak sebesar 1763 kasus. Dinas Kesehatan

    Kabupaten Semarang cakupan imunisasi lanjutan imunisasi rubella/ MR (measles

    rubella) tahun 2017 sebanyak 9.095 67,2% dari 13.529 sasaran Batita.

    Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang

    imunisasi mr/measles rubella lanjutan pada batita di kelurahan ungaran

    Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif desain cross

    sectional dengan α = 0,05. Pengambilan data dilakukan pada 63 responden di Kelurahan

    Ungaran pada bulan Juli 2019 dengan menggunakan kuisioner

    Hasil : Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan ibu tentang pengetahuan

    imunisasi measles rubella lanjutan pada batita di kelurahan Ungaran paling banyak

    dalam kategori cukup dan kurang dengan rician: pengetahuan baik (3,2%), pengetahuan

    cukup (65,1%) dan pengetahuan kurang (31,7%).

    Simpulan : Pengetahuan ibu tentang imunisasi MR lanjutan dalam kategori baik

    (3,2%), pengetahuan cukup (65,1%) dan pengetahuan kurang (31,7%).

    Saran : Kepada ibu di kelurahan Ungaran agar lebih giat mencari informasi tentang

    imunisasi MR/measles rubella lanjutan, agar dapat memberikan imunisasi yang tepat

    waktu bagi bayinya.

    Kata Kunci : Pengetahuan, Imunisasi MR.

    Kepustakaan : 44 (2009-2018)

    mailto:%[email protected]

  • 2 | Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Mr/Measles Rubella Lanjutan

    Pada Batita Di Kelurahan Ungaran

    WOMEN'S KNOWLEDGE DESCRIPTION OF ADVANCED MR / MEASLES

    RUBELLA IMMUNIZATION IN BATITA IN UNGARAN VILLAGE

    Reny Rezia Nugraharsi 1 , Masruroh 2 , Heni Hirawati 3 Midwifery DIV Study Program, Faculty of Health Sciences

    Ngudi Waluyo University Email: [email protected]

    ABSTRACT

    Background: The infant mortality rate (AKABA) in Indonesia reached 26.29 per 1000

    live births. Central Java measles cases amounted to 1763 cases. Semarang District

    Health Office coverage of advanced immunization rubella / MR (measles rubella)

    immunization in 2017 was 9,095 67.2% of 13,529 toddler targets.

    Objective: This study aims to determine the description of maternal knowledge about

    immunization mr / measles rubella continued in toddlers in the ungaran village

    Method: This research is a quantitative descriptive cross sectional design study with α

    = 0.05. Data collection was conducted on 63 respondents in Kelurahan Ungaran in July

    2019 using a questionnaire

    Results: The results of the study showed that the mother's knowledge of immunization

    measles rubella continued knowledge in toddlers in Ungaran village was mostly in the

    category of sufficient and lacking with rician: good knowledge (3.2%), sufficient

    knowledge (65.1%) and less knowledge ( 31.7%).

    Conclusions: The mother's knowledge of advanced MR immunization is in the good

    category (3.2%), sufficient knowledge (65.1%) and lack of knowledge (31.7%).

    Suggestion: To mothers in Ungaran village to be more active in seeking information

    about further MR / measles rubella immunization, in order to provide timely

    immunizations for their babies.

    Keywords: Knowledge, MR Immunization.

    Literature: 44 (2009-2018)

    mailto:%[email protected]

  • 3 | Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Mr/Measles Rubella Lanjutan

    Pada Batita Di Kelurahan Ungaran

    PENDAHULUAN

    Penyakit campak dan rubella

    dapat memberikan dampak buruk

    terhadap kesehatan anak di Indonesia,

    sehingga pemerintah melaksanakan

    kampanye vaksinasi MR (MMR VIS -

    Indonesia, 2012). Vaksin MR (Measles

    Rubella) memberikan manfaat seperti

    dapat melindungi anak dari kecacatan

    dan kematian akibat komplikasi

    pneumonia, diare, kerusakan otak,

    ketulian, kebutaan dan penyakit jantung

    bawaan (Ditjen P2P, 2017).

    Penyakit Campak dan Rubella

    tidak dapat diobati. Pengobatan yang

    diberikan kepada penderita hanya

    bersifat supportif. Tetapi kedua

    penyakit ini bisa dicegah dengan

    imunisasi. Selama ini Indonesia

    memberikan imunisasi Campak sebagai

    salah satu program imunisasi nasional.

    Mengingat besarnya perkiraan beban

    penyakit Rubella dan tersedianya vaksin

    kombinasi Measles-Rubella (MR),

    maka diputuskan untuk mengganti

    vaksin Measles dengan vaksin

    kombinasi Measles-Rubella, yang

    dimulai dengan kegiatan imunisasi

    massal MR. (WHO,2017)

    Berdasarkan data Dinas

    Kesehatan Kabupaten Semarang

    cakupan imunisasi lanjutan imunisasi

    rubella/ MR (measles rubella) tahun

    2017 sebanyak 9.095 67,2% dari 13.529

    sasaran Batita. Dari data tersebut

    menunjukkan bahwa capaian imunisasi

    lanjutan pada batita di kabupaten

    semarang untuk imunisasi lanjutan

    campak + MR (measles rubella) hanya

    sebesar 67,2 %, masih sangat jauh dari

    target yaitu sebesar 80 %. Sedangkan

    saat ini target imunisasi lanjutan pada

    batita tahun 2018 sudah dinaikkan oleh

    pemerintah menjadi 95%. Wilayah

    Kabupaten Semarang terdapat 26

    puskesmas. Diketahui bahwa cakupan

    imunisasi campak dan rubella/ MR

    (measles rubella) pada batita tertinggi

    terdapat pada puskesmas Banyubiru

    sebesar 765 (140,1%) dan terendah

    terdapat pada Puskesmas Ungaran

    sebesar 283 ( 55,2%). Oleh karena itu

    imunisasi lanjutan pada batita masih

    memerlukan perhatian untuk

    meningkatkan hasil capaian sesuai

    dengan target yang dinginkan. (Dinkes

    Kab Semarang 2017)

    Puskesmas Ungaran

    mempunyai lima wilayah binaan desa

    yaitu Ungaran, Genuk, Langen Sari,

    Candirejo, Gogik. Berdasarkan data

    dari Puskesmas Ungaran dari 5 desa

    binaan, cakupan imunisasi MR

    tertinggi terdapat pada desa

    Langensari yaitu 12,5% dan terendah

    terdapat pada desa Ungaran yaitu

    1,4%.

    Penyebab masih rendahnya

    cakupan imunisasi antara lain adalah

    lain orang tua yang sibuk bekerja,

    kurang memiliki waktu, bahkan kurang

    pengetahuan tentang imunisasi dan

    perhatian terhadap kesehatan anak pun

    berkurang, kurang informasi yang

    diperoleh oleh masyarakat baik melalui

    media massa, media elektronik maupun

    penyuluhan-penyuluhan (Arifin, 2017).

    Ibu berperan penting dalam

    kebutuhan imunisasi anaknya, ada

    beberapa faktor yang dapat

    mempengaruhi diantaranya pengetahuan

    tentang vaksinasi dan pendidikan ibu

    (Senewe, et al., 2017). Pengetahuan

    tentang vaksinasi yang baik akan

    mempengaruhi minat ibu

    memvaksinasikan anaknya (Gahara, et

    al., 2017). Ibu dengan pengetahuan

    yang tinggi akan memberikan

    kebutuhan imunisasi kepada anaknya

    serta memperhatikan waktu yang tepat,

    begitu juga sebaliknya ibu dengan

    pengetahuan rendah tidak akan

  • 4 | Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Mr/Measles Rubella Lanjutan

    Pada Batita Di Kelurahan Ungaran

    mengetahui imunisasi apa yang

    seharusnya diberikan pada anaknya

    (Triana, 2016). Pendidikan ibu

    merupakan salah satu proses tingkah

    laku, semakin tinggi pendidikan maka

    dalam menentukan tempat pelayanan

    kesehatan semakin baik, begitu juga

    sebaliknya dengan pendidikan rendah

    maka tidak memperdulikan pusat

    pelayanan kesehatan khususnya dalam

    mengimunisasikan bayinya dengan

    tepat (Irawati, 2016)

    Berdasarkan hasil studi

    pendahuluan yang dilakukan di

    Kelurahan Ungaran Kabupaten

    Semarang Tanggal 13 Mei 2019

    diketahui bahwa dari 10 orang

    responden yang melakukan imunisasi

    terdapat bahwa 6 batita (70,0%) belum

    melakukan imunisasi sedangkan

    sebanyak 4 batita (30,0%) sudah

    melakukan imunisasi. Hasil wawancara

    dari 10 ibu yang mempunyai batita

    tersebut mayoritas menyatakan bahwa

    sebanyak 4 ibu (40,0%) kurang

    mengerti tentang imunisasi MR

    (measles rubella) karena ibu tidak

    mampu menjawab dengan benar

    mengenai pengertian dan manfaat

    imunisasi MR. sedangkan 6 ibu

    mengetahui tentang pengertian dan

    manfaat imunisasi MR.

    Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui gambaran pengetahuan ibu

    tentang pemberian imunisasi

    MR/Measles Rubella lanjutan pada

    batita di kelurahan Ungaran

    METODOLOGI PENELITIAN

    Jenis penelitian ini merupakan

    penelitian deskriptif kuantitatif dengan

    tujuan utama untuk mengetahui

    gambaran pengetahuan ibu tentang

    pemberian imunisasi MR/Measles

    Rubella lanjutan pada batita di

    kelurahan Ungaran

    Populasi dalam penelitian ini

    adalah seluruh Ibu yang memiliki Balita

    umur 24-36 bulan yang berjumlah 171

    ibu, yang berdistribusi dalam 1

    Kelurahan yaitu Kelurahan Ungaran.

    Jumlah sampel sebanyak 63

    orang, diambil dengan metode Random

    sampling. Analisis data menggunakan

    uji wilcoxon.

    HASIL PENELITIAN

    1. Karakteristik Umur Responden a. Pendidikan Tabel 1. Distribusi Frekuensi

    Pendidikan Responden

    Pendidikan F Persentase

    SD

    SMP

    SMA

    PT

    9

    14

    28

    12

    14,3

    22,2

    44,4

    19,0

    Jumlah 63 100,0

    Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui

    bahwa sebagian besar ibu Batita

    memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu

    28 ibu (44,4%) dan paling sedikit

    tingkat pendidikan SD sejumlah 9 ibu

    (14,3%).

    b. Pekerjaan Tabel 2. Distribusi Frekuensi

    Pekerjaan Responden

    Pekejaan F Persentase

    IRT

    Karyawan

    Swasta

    35

    7

    21

    55,6

    11,1

    33,3

    Jumlah 63 100,0

    Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui

    bahwa pekerjaan responden, paling

    banyak sebagian besar ibu Batita tidak

    bekerja (sebagai Ibu Rumah Tangga)

  • 5 | Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Mr/Measles Rubella Lanjutan

    Pada Batita Di Kelurahan Ungaran

    yaitu 35 ibu (55,6%) dan sebagian kecil

    bekerja sebagai karyawan sejumlah 7

    ibu (11,1%).

    2. Analisis Univariate

    Pengetahuan ibu tentang pemberian

    imunisasi MR/measles rubella lanjutan

    pada batita

    Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian

    Imunisasi Mr/Measles Rubella Lanjutan

    Pada Batita di Kelurahan Ungaran

    Pengetahuan F Persentase

    Baik 2 3,2

    Cukup 41 65,1

    Kurang 20 31,7

    Jumlah 63 100,0

    Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui

    bahwa dapat diketahui bahwa sebagian

    besar ibu batita memiliki pengetahuan

    cukup yaitu sebanyak 41 ibu (65,1%).

    Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Imunisasi Mr/Measles Rubella Lanjutan Pada Batita di Kelurahan

    Ungaran

    No. Pertnyataan Benar Salah

    f % f %

    1. Imunisasi MR adalah imunisasi yang berisi virus campak dan rubella

    60 95,2 3 4,8

    2. Manfaat Imunisasi MR untuk mencegah penyakit campak dan rubella

    60 95,2 3 4,8

    3. Campak merupakan penyakit yang mudah menular yang disebabkan oleh virus

    campak

    54 85,7 9 14,3

    4. Penyakit campak ditandai dengan demam tinggi dan bercak merah dikulit

    53 84,1 10 15,9

    5. Anak yang mempunyai riwayat alergi terhadap imunisasi dapat diberikan

    imunisasi MR

    17 27,0 46 73,0

    6. Pemberian Imunisasi MR ditunda apabila anak demam, batuk, pilek

    50 79,4 13 20,6

    7. Anak usia 24 bulan jika belum di Imunisasi MR dapat diberikan pada usia

    setelah 36 bulan

    46 73,0 17 27,0

    8. Anak usia 18 bulan jika belum di Imunisasi MR sudah tidak dapat diberikan Imunisasi

    MR lagi

    40 63,5 23 36,5

    9. Sesudah Imunisasi MR anak tidak akan tertular penyakit campak dan rubella

    25 39,7 38 60,3

    10. Penyakit rubella ditularkan melalui saluran pernapasan saat batuk atau bersin

    34 54,0 29 46,0

    11. Rubella termasuk dalam penyakit ringan pada anak, tetapi dapat memberikan

    45 71,4 18 28,6

  • 6 | Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Mr/Measles Rubella Lanjutan

    Pada Batita Di Kelurahan Ungaran

    dampak buruk apabila terjadi pada awal

    kehamilan pada ibu hamil yaitu keguguran

    ataupun kecacatan pada bayi

    12. Pemberian Imunisasi MR tidak perlu ditunda apabila anak diare

    30 47,6 33 52,4

    13. Imunisasi MR dapat diberikan pada usia lebih dari 15 tahun

    38 60,3 25 39,7

    14. Imunisasi MR dapat melindungi anak dari kecatatan dan kematian akibat kerusakan

    otak,ketulian, diare, kebutaan dan penyakit

    jantung bawaan

    46 73,0 17 27,0

    15. Anak tidak perlu di imunisasi asal sehat, aktif, dan makanan bergizi

    39 61,9 24 38,1

    16. Imunisasi mengandung zat kimia yang berbahaya bagi bayi

    39 61,9 24 38,1

    17. Imunisasi MR diberikan suntikan pada lengan kiri anak.

    51 81,0 12 19,0

    18. Jadwal pemberian imunisasi MR lanjutan diberikan minimal 6 bulan setelah

    pemberian imunisasi dasar MR.

    46 73,0 17 27,0

    19. Imunisasi MR lanjutan diberikan dalam usia anak 18- 24 bulan.

    53 84,1 10 15,9

    20. Imunisasi MR bisa diberikan suntikan pada lengan kanan atau lengan kiri anak.

    20 31,7 43 68,3

    Pada tabel 4 menjelaskan bahwa

    jawaban pengetahuan ibu yang

    mempunyai bayi usia 24-36 bulan yang

    memiliki skor terbanyak yaitu pada soal

    nomor 1 dan 2. Dimana soal tersebut

    menjelaskan pengertian dan manfaat

    imunisasi MR. Sedangkan jawaban

    kuesioner yang memiliki skor terendah

    yaitu pada nomor 18, dimana soal

    tersebut menjelaskan tentang jadwal

    pemberian imunisasi MR lanjutan

    PEMBAHASAN

    Hasil penelitian ini didapatkan

    dari 63 responden yang memiliki

    pengetahuan baik berjumlah 13

    responden (20,6%), pengetahuan cukup

    berjumlah 34 reponden (54,0%) dan

    pengetahuan kurang berjumlah 16

    responden (25,4%). Hal ini berarti

    sebagian ibu yang memiliki balita usia

    24-36 bulan memiliki pengetahuan ibu

    tentang pemberian imunisasi

    MR/measles rubella lanjutan pada batita

    di kelurahan ungaran paling banyak

    dalam kategori cukup.

    Pengetahuan (knowledge) adalah

    hasil tahu dari orang yang telah

    melakukan penginderaan terhadap suatu

    obyek tertentu. Penginderaan terjadi

    melalui panca indera manusia, yaitu

    melalui indera penglihatan,

    pendengaran, penciuman, rasa, dan

    raba. Namun sebagian besar

    penginderaan di pengaruhi oleh mata

    dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

    Dalam penelitian ini pengetahuan

    tentang pemberian imunisasi MR/

  • 7 | Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Mr/Measles Rubella Lanjutan

    Pada Batita Di Kelurahan Ungaran

    Measles Rubella yang dimaksud adalah

    pengetahuan yang menyangkut

    pengertian, pemberian imunisasi,

    manfaat imunisasi, jadwal imunisasi,

    penyuntikan imunisasi, karakteristik

    imunisasi MR/ Measles Rubella

    Lanjutan.

    Hasil analisis dari 63 responden

    diperoleh tingkat pengetahuan ibu

    sudah baik ditunjukkan dengan

    banyaknya ibu yang menjawab

    kuesioner dengan benar, terdapat di

    poin pengertian imunisasi MR pada

    item no.1 yaitu imunisasi MR adalah

    imunisasi yang berisi virus campak dan

    rubella sebanyak 95,2% responden

    menjawab benar. Imunisasi MR

    merupakan vaksin yang berisi virus

    campak dan rubella hidup yang telah

    dilemahkan dan berbentuk serbuk

    kering berwarna putih kekuningan.

    Dalam penggunaanya vaksin ini

    membutuhkan pelarut/ pengencer Setiap

    dosis vaksin MR mengandung 1000

    CCID50 virus campak, dan 1000

    CCID50 virus rubella Pada item no. 3

    yaitu campak merupakan penyakit yang

    mudah menular yang disebabkan oleh

    virus campak sebanyak 85,7%

    responden menjawab benar. Campak

    dan Rubella merupakan penyakit

    infeksi menular melalui saluran nafas

    yang disebabkan oleh virus Campak

    dan Rubella (IDAI, 2017)

    Berkaitan dengan pemberian

    imunisasi pada item no. 6 yaitu

    pemberian imunisasi MR ditunda

    apabila anak demam, batuk, pilek,

    sebanyak 79,4% responden menjawab

    benar. Kontraindikasi dari imunisasi

    MR ini yaitu pada individu yang

    sedang dalam terapi kortikosteroid,

    imunosupresan dan radioterapi, wanita

    hamil, leukemia ( anemia berat dan

    kelainan darah lainya), kelainan fungsi

    ginjal berat, riwayat alergi terhadap

    vaksin. Pemberian imunisasi ditunda

    pada keadaan jika anak demam, batuk

    pilek, diare. Pada item no. 15 yaitu anak

    tidak perlu di imunisasi asal sehat, aktif,

    dan makanan bergizi, sebanyak 61,9%

    responden menjawab dengan benar.

    Berkaitan dengan manfaat

    imunisasi pada item no. 2 yaitu manfaat

    imunisasi MR untuk mencegah

    penyakit campak dan rubella, sebanyak

    95,2% responden menjawab benar.

    Pada item no. 14 yaitu imunisasi MR

    dapat melindungi anak dari kecatatan

    dan kematian akibat kerusakan otak,

    ketulian, diare, kebutaan dan penyakit

    jantung bawaan, sebanyak 73,0%

    responden menjawab dengan benar.

    Imunisasi merupakan salah satu cara

    pencegahan penyakit menular seperti

    campak, difteri, dll. Beberapa vaksin

    imunisasi dapat diberikan tidak hanya

    untuk anak sejak bayi hingga remaja,

    imunisasi ini bisa juga diberikan untuk

    orang dewasa. Imunisasi merupakan

    pembentukan antibodi yang berguna

    untuk meningkatkan kekebalan tubuh

    pada seseorang sehingga dapat

    mencegah atau mengurangi akibat

    penularan Penyakit yang Dapat Dicegah

    Dengan imunisasi (PD3I). Pada item no.

    16 yaitu imunisasi mengandung zat

    kimia yang berbahaya bagi bayi,

    ketulian, diare, kebutaan dan penyakit

    jantung bawaan, sebanyak 61,9%

    responden menjawab dengan benar.

    Berkaitan dengan jadwal

    imunisasi pada item no. 7 yaitu anak

    usia 24 bulan jika belum di imunisasi

    MR dapat diberikan pada usia setelah

    36 bulan, sebanyak 73,0% responden

    menjawab benar. Imunisasi MR

    diberikan untuk semua anak usia 9

    bulan sampai dengan kurang dari 15

    tahun selama kampanye imunisasi MR.

    Selanjutnya, imunisasi MR masuk

    dalam jadwal imunisasi rutin dan

  • 8 | Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Mr/Measles Rubella Lanjutan

    Pada Batita Di Kelurahan Ungaran

    diberikan pada anak usia 9 bulan, 18

    bulan, dan kelas 1 SD/sederajat

    menggantikan imunisasi Campak. Pada

    item no 8 yaitu anak usia 18 bulan jika

    belum di Imunisasi MR sudah tidak

    dapat diberikan Imunisasi MR lagi,

    sebanyak 63,5% responden menjawab

    benar. Imunisasi lanjutan pada Batita

    adalah imunisasi ulangan yang

    diberikan pada bayi dibawah dua tahun

    umur 18-24 bulan yang bertujuan untuk

    mempertahankan agar kekebelan tubuh

    dapat melindungi terhadap paparan

    penyakit. Pada item no. 13 yaitu

    imunisasi MR dapat diberikan pada

    usia lebih dari 15 tahun, sebanyak

    60,3% responden menjawab dengan

    benar. Pada item no. 18 yaitu jadwal

    pemberian imunisasi MR lanjutan

    diberikan minimal 6 bulan setelah

    pemberian imunisasi dasar sebanyak

    73,0% responden menjawab dengan

    benar. Banyak imunisasi yang

    pemberiannya harus diulang berkali-

    kali. Terkadang, hanya satu kali

    pemberian saja tidak cukup untuk

    memperkuat sistem kekebalan tubuh

    dalam merespon virus yang masuk.

    Pemberian imunisasi berulang dapat

    membangkitkan respon imun yang lebih

    baik. Selain itu, pemberian imunisasi

    beberapa kali juga bertujuan untuk

    memberikan perlindungan tambahan.

    Beberapa vaksin imunisasi memberi

    tingkat perlindungan yang rendah

    setelah satu kali pemberian, sehingga

    pemberian selanjutnya dapat

    memberikan perlindungan yang lebih

    besar .Pada item no. 19 yaitu imunisasi

    MR lanjutan diberikan dalam usia

    anak 18- 24 bulan, sebanyak 84,1%

    responden menjawab dengan benar.

    Imunisasi lanjutan pada Batita adalah

    imunisasi ulangan yang diberikan pada

    bayi dibawah dua tahun umur 18-24

    bulan yang bertujuan untuk

    mempertahankan agar kekebelan tubuh

    dapat melindungi terhadap paparan

    penyakit.

    Berkaitan dengan penyuntikan

    imunisasi pada item no. 17 yaitu

    imunisasi MR diberikan suntikan pada

    lengan kiri anak, sebanyak 81,0%

    responden menjawab benar. Jadwal

    pemberian imunisasi MR diberikan

    pada anak usia 9 bulan unutk

    imunisasi dasar, 18 bulan pada

    imunisasi lanjutan, dan anak kelas 1

    SD/MI/sederajat pada BIAS. Vaksin

    MR dapat diberikan secara bersamaan

    dengan vaksin lainya seperti DPT-HB-

    Hib,TT,Td,DT,BCG,OPV, IPV. Vaksin

    ini diberikan secara subkutan dengan

    dosis 0,5 ml lenga kiri bagian luar.

    Berkaitan dengan karakteristik

    imunisasi pada item no. 4 yaitu penyakit

    campak ditandai dengan demam tinggi

    dan bercak merah dikulit, sebanyak

    84,1% responden menjawab benar.

    Gejala penyakit campak diantaranya

    demam tinggi, bercak kemerahan pada

    kulit (rash) dapat disertai batuk dan

    atau pilek maupun konjungtivitis serta

    dapat mengakibatkan kematian apabila

    terdapat komplikasi penyerta seperti

    pneumonia, diare, dan meningitis

    (Ditjen P2P, 2016). Pada item no 10

    yaitu penyakit rubella ditularkan

    melalui saluran pernapasan saat batuk

    atau bersin, sebanyak 54,0% responden

    menjawab benar. Campak dan Rubella

    merupakan penyakit infeksi menular

    melalui saluran nafas yang disebabkan

    oleh virus Campak dan Rubella (IDAI,

    2017). Batuk dan bersin dapat

    menjadi jalur masuknya virus campak

    maupun rubella (WHO, 2017). Pada

    item no. 11 yaitu Rubella termasuk

    dalam penyakit ringan pada anak, tetapi

    dapat memberikan dampak buruk

    apabila terjadi pada awal kehamilan

    pada ibu hamil yaitu keguguran ataupun

  • 9 | Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Mr/Measles Rubella Lanjutan

    Pada Batita Di Kelurahan Ungaran

    kecacatan pada bayi, sebanyak 71,4%

    responden menjawab dengan benar.

    Rubella termasuk dalam penyakit

    ringan pada anak, tetapi dapat

    memberikan dampak buruk apabila

    terjadi pada ibu hamil trimester

    pertama yaitu keguguran ataupun

    kecacatan pada bayi sering disebut

    Congenital Rubella Syndrom (CRS)

    seperti kelainan jantung dan mata,

    ketulian dan keterlambatan

    perkembangan (Depkes RI, 2017).

    Sedangkan pengetahuan yang

    masih kurang ditunjukkan dengan

    banyaknya ibu yang menjawab

    kuesioner dengan salah, terdapat pada

    item no 5 yaitu anak yang mempunyai

    riwayat alergi terhadap imunisasi dapat

    diberikan imunisasi MR, sebanyak

    73,0% responden menjawab salah.

    Menurut WHO, Kontraindikasi dari

    imunisasi MR ini yaitu pada individu

    yang sedang dalam terapi

    kortikosteroid, imunosupresan dan

    radioterapi, wanita hamil, leukemia (

    anemia berat dan kelainan darah lainya),

    kelainan fungsi ginjal berat, riwayat

    alergi terhadap vaksin. Pemberian

    imunisasi ditunda pada keadaan jika

    anak demam, batuk pilek, diare. Pada

    item no. 12 yaitu pemberian Imunisasi

    MR tidak perlu ditunda apabila anak

    diare, sebanyak 52,4% responden

    menjawab dengan salah). Gejala

    penyakit campak diantaranya demam

    tinggi, bercak kemerahan pada kulit

    (rash) dapat disertai batuk dan atau

    pilek maupun konjungtivitis serta dapat

    mengakibatkan kematian apabila

    terdapat komplikasi penyerta seperti

    pneumonia, diare, dan meningitis

    (Ditjen P2P, 2016). Pemberian

    imunisasi ditunda pada keadaan jika

    anak demam, batuk pilek, diare. Pada

    item no 9 yaitu sesudah imunisasi MR

    anak tidak akan tertular penyakit

    campak dan rubella, sebanyak 60,3%

    responden menjawab salah. Pada item

    no 20 yaitu imunisasi MR bisa

    diberikan suntikan pada lengan kanan

    atau lengan kiri anak, sebanyak 68,3%

    responden menjawab salah. Jadwal

    pemberian imunisasi MR diberikan

    pada anak usia 9 bulan unutk

    imunisasi dasar, 18 bulan pada

    imunisasi lanjutan, dan anak kelas 1

    SD/MI/sederajat pada BIAS. Vaksin

    MR dapat diberikan secara bersamaan

    dengan vaksin lainya seperti DPT-HB-

    Hib,TT,Td,DT,BCG,OPV, IPV. Vaksin

    ini diberikan secara subkutan dengan

    dosis 0,5 ml lenga kiri bagian luar.

    Pemberian imunisasi campak dan

    rubella dapat melindungi anak dari

    kecacatan dan kematian akibat

    pneumonia, diare, kerusakan otak,

    ketulian, kebuataan, dan penyakit

    jantung bawaan.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan

    hasil penelitian Kirandeep et al. (2019)

    diantara ibu-ibu yang memiliki anak

    berusia di bawah 15 tahun di Pedesaan,

    Bhucho Mandi, Bathinda,

    Punjabdengan dengan hasil penelitian

    53,33% responden memiliki

    pengetahuan yang cukup memadai,

    45,33% responden memiliki

    pengetahuan yang tidak memadai dan

    1,33% responden memiliki pengetahuan

    yang memadai. Hasil penelitian ini

    lebih rendah dari hasil penelitian

    sebelumnya oleh Costa Vieira et al.

    (2011) yang melakukan penelitian pada

    orang dewasa di Brasil menemukan

    69,9% responden mengetahui tentang

    rebulla, penelitian Chotta, et al. (2019)

    di Tanzania melaporkan 26,4%

    responden yang memiliki pengetahuan

    yang baik tentang Rubella dan

    penelitian Kumari, Seema (2017) pada

    mahasiswa kesehatan Universitas

    Gorakhpur India menemukan 15%

  • 10 | Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Mr/Measles Rubella Lanjutan

    Pada Batita Di Kelurahan Ungaran

    peserta memiliki pengetahuan baik

    tentang Rubella.

    Hasil penelitian menunjukkan

    terdapat 25,4% responden memiliki

    pengetahuan kurang, dalam penelitian

    ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.

    Asumsi peneliti ditinjau dari faktor

    pendidikan yaitu dipengaruhi tingkat

    pendidikan responden mayoritas

    berpendidikan SMA (44,4%) dan SMP

    (22,2%). Pendidikan ibu merupakan

    salah satu proses tingkah laku, semakin

    tinggi pendidikan maka dalam

    menentukan tempat pelayanan

    kesehatan akan semakin baik, begitu

    juga sebaliknya dengan pendidikan

    rendah maka tidak memperdulikan

    pusat pelayanan kesehatan khususnya

    dalam mengimunisasikan bayinya

    dengan tepat (Irawati, 2016). Faktor lain

    yang mempengaruhi kurangnya

    pengetahuan adalah faktor pengalaman.

    Berdasarkan data dari Puskesmas

    Ungaran cakupan imunisasi MR di desa

    Ungaran yaitu 1,4%, artinya masih

    sedikit ibu yang menggunakan

    imunisasi MR bagi anaknya, sehingga

    penyebaran informasi tentang imunisasi

    MR/measles rubella lanjutan melalui

    sesama ibu-ibu masih terbatas. Hal ini

    sesuai dengan pendapat Budiman dan

    Riyanto (2013) yang mengatakan

    pengalaman dapat diperoleh dari

    pengalaman orang lain maupun diri

    sendiri sehingga pengalaman yang

    sudah diperoleh dapat meningkatkan

    pengetahuan seseorang. Faktor lain

    yang juga mempengaruhi kurangnya

    pengetahuan Ibu adalah kurang

    informasi yang diperoleh baik melalui

    media massa, media elektronik maupun

    penyuluhan-penyuluhan. Hal ini

    didukung hasil penelitian Vezzosi, etc.

    (2017) yang menemukan tingkat

    pendidikan yang lebih tinggi, informasi

    dari penyedia layanan kesehatan dan ibu

    yang punya anak yang telah diimunisasi

    berkaitan dengan pengetahuan tentang

    imunisasi.

    Hasil penelitian juga

    menunjukkan terdapat 54,0% responden

    memiliki pengetahuan cukup, asumsi

    peneliti responden sudah mendapatkan

    informasi tentang pemberian imunisasi

    MR/measles rubella lanjutan pada

    batita, baik itu dari media, teman

    ataupun penyuluhan. Namun informasi

    yang diperoleh kurang dari segi kualitas

    yaitu informasi yang disampaikan

    kurang rinci, ataupun waktu pemberian

    informasinya kurang tepat. Dari segi

    kuantitas materi yang diinformasikan

    tidak secara terus menerus, informasi

    yang disampaikan hanya sekilas,

    sehingga pengetahuannyapun belum

    baik, artinya masih sebatas tentang

    pengertian dan manfaat imunisasi MR.

    Hal ini didukung oleh pendapat

    Budiman dan Riyanto (2013) bahwa

    Informasi mempengaruhi pengetahuan

    seseorang jika sering mendapatkan

    informasi tentang suatu pembelajaran

    maka akan menambah pengetahuan dan

    wawasannya, sedangkan seseorang yang

    tidak sering menerima informasi tidak

    akan menambah pengetahuan dan

    wawasannya.

    Sedangkan temuan adanya 20,6%

    responden memiliki pengetahuan baik,

    hal ini karena responden sudah

    mendapatkan informasi yang memadai

    tentang pemberian imunisasi

    MR/measles rubella lanjutan pada

    batita, baik itu dari media, pengalaman

    pribadi atau teman dan penyuluhan.

    Sebagaimana pendapat Notoatmodjo

    (2012) pengetahuan bisa didapatkan

    dengan cara masing-masing, misal

    secara kebetulan, berdasarkan

    pengalaman pribadi, akal sehat, induksi

    atau deduksi.

  • 11 | Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Mr/Measles Rubella Lanjutan

    Pada Batita Di Kelurahan Ungaran

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dan

    pembahasan yang telah dilakukan maka

    dapat diambil kesimpulan bahwa

    pengetahuan ibu tentang pemberian

    imunisasi MR/measles rubella lanjutan

    pada batita di kelurahan Ungaran paling

    banyak dalam kategori cukup dan

    kurang dengan rician: pengetahuan baik

    (3,2%), pengetahuan cukup (65,1%) dan

    pengetahuan kurang (31,7%).

    SARAN

    1. Kepada pihak Puskesmas Ungaran diharapkan untuk terus

    meningkatkan tingkat pengetahuan

    orang tua terutama ibu agar

    pelaksanaan imunisasi selalu sesuai

    dengan target sasaran dan

    memberitahu waktu kunjungan

    imunisasi ulang/selanjutnya agar

    tepat waktu pemberian imunisasi.

    2. Kepada ibu di kelurahan Ungaran agar lebih giat mencari informasi

    tentang imunisasi MR/measles

    rubella lanjutan, agar dapat

    memberikan imunisasi yang tepat

    waktu bagi bayinya.

    3. Peneliti lebih lanjut merekomendasikan bahwa penelitian

    ini dapat direplikasi pada

    sekelompok besar ibu dari wilayah

    lain yang berbeda untuk generalisasi

    penelitian yang lebih luas

    DAFTAR PUSTAKA

    Arifin. (2011). Hubungan Tingkat

    Pengetahuan Ibu Tentang

    Pentingnya Imunisasi Dasar

    dengan Kepatuhan

    Melaksanakan Imunisasi di

    BPS Hj. Umi Salamah di desa

    Kauman, Peterongan,

    Jombang, tahun 2011 Prosiding

    Sminas Competitive

    Advantage, Vol 1, No. 2

    Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian

    Suatu Pendekatan Prakik.

    Jakarta : Rineka Cipta.

    Carlina, M (2018). Hubungan

    pengetahuan ibu dengan

    pelaksanaan Inisiasi Menyusu

    Dini pada tiga puskesmas di

    Jakarta Barat periode Oktober

    2014 -- Mei 2015. Jurnal

    Tarumanagara Medical

    Journal.

    Depkes RI, 2017. Imunisasi Measles

    Rubella Lindungi kita. [Online]

    Available at:www.depkes.go.id

    [Accessed 11 Agustus 2017].

    Dinkes Jateng, 2015. Profil Kesehatan

    Provinsi Jawa Tengah 2016.

    Semarang: Dinas Kesehatan

    Provinsi Jawa Tengah.

    Dinkes Kab.Semarang, 2016 . Dinas

    Kesehatan Kabupaten

    Semarang. 2016, Data

    Cakupan Imunisasi Lanjutan

    Pada Batita 2016-2017

    Kabupaten Semarang.

    Ditjen P2P, K. R., 2016. Petunjuk

    Teknis Kampanye imunisasi

    Measles Rubella (MR).

    Jakarta: Kemenkes RI.

    Garaha, Saftarina, F., Lisiswanti, R. &

    Dewiarti, A. N., 2015.

    Hubungan Tingkat

    Pengetahuan Ibu dan Status

    Ekonomi dengan Kelengkapan

  • 12 | Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Mr/Measles Rubella Lanjutan

    Pada Batita Di Kelurahan Ungaran

    Imunisasi Wajib pada Anak

    Usia 0-12 Bulan di Puskesmas

    Sawah. Majority, Volume 4

    No.

    Hidayat, AA. 2008. Ilmu Kesehatan

    Anak Untuk Pendidikan

    Kebidanan. Cet I; Jakarta:

    Penerbit Salemba Medika

    IDAI, 2017. Imunisasi Campak -

    Rubella (MR). [Online].

    Available at

    http://www.idai.or.id/artikel/kli

    nik/imunisasi/imunisasi-

    campak-rubellamr [Accessed

    11 Agustus 2017).

    Irawati, D., 2011. Faktor Karakteristik

    Ibu Yang Berhubungan

    Dengan ketepatan Imunisasi

    DPT Combo Dan Campak Di

    Pasuruan. Jurnal Ilmiah

    Kesehatan Politeknik

    Kesehatan Majapahit, Volume

    3 No. 1.

    Ismet, F. (2013). Analisis Faktor-faktor

    yang Berhubungan dengan

    Imunisasi Dasar Lengkap Pada

    Balita di Desa Botubarani

    Kecamatan Kabila Bone

    Kabupaten Bone Bolango.

    Jurnal Keperawatan UNG.

    Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

    dan Keolahragaan, Universitas

    Negeri Gorontalo

    Kemenkes RI, 2016. Profil Kesehatan

    Indonesia 2016. Jakarta:

    Kementrian Kesehatan RI.

    Kemenkes RI, 2017. Imunisasi Measles

    Rubella Lindungi Anak Kita.19

    Juli 2017.

    Kemenkes RI, 2017. Peraturan

    Penyelenggaraan Imunisasi.

    Jakarta: Kementrian Kesehatan

    RI.

    Kutty, P. et al., 2013. Measles. VP D

    Surveillance Manual, Volume

    6. Lestari, RI dan Masruroh.

    (2012). Hubungan

    Pengetahuan Ibu Tentang

    Imunisasi Dasar Lengkap

    Dengan Praktik Imunisasi

    Dasar Lengkap Bayinya Di

    Wilayah Kerja Puskesmas

    Pegandon Kec. Pegandon kab.

    Kendal. Jurnal Ilmiah

    Kesehatan Akbid Uniska

    Kendal. Edisi Ke-2 Tahun

    2012

    Maimunah, (2017). Hubungan

    Pengetahuan Ibu Dengan

    Pelaksanaan Imunisasi Dasar

    Pada Bayi Di Desa Karang Sari

    Huta 3 Kecamatan Gunung

    Maligas Kabupaten

    Simalungun. Jurnal Keluarga

    Sehat Sejahtera. Vol.15

    McGee, P., 2013. Measles, mumps, and

    rubella. Diversity and Equality

    in Health and Care, Volume

    10, pp. 123-5.

    Mulyani, 2013. Buku Ajar Nepnatus,

    Bayi & Balia. yogyakarta :

    Nurha Medika MMR VIS -

    Indonesia, 2012. Vaksinasi

    MMR. [Online]. Available at:

    http://im munize.org/vis

    (Accessed 14 Agustus 2017].

    Nafeha Sameen siddiqui; Arvind K.

    Gaikward; Bina M. Kuril;

    Rajendra T.Ankushe; Mohan

    K.Doibale; Sandeep B. Pund;

    Purushottaam Kumar.2017. Is

    http://im/

  • 13 | Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Mr/Measles Rubella Lanjutan

    Pada Batita Di Kelurahan Ungaran

    Mothers' Knowledge Practice

    regarding childhood

    immunization compliantt with

    immunization completeness.

    Internasional journal of

    Community Medicine and

    public healt.4(3): 775-7780.

    Nazme, N. I., Hoque, M. M. & Hussain,

    M., 2014. Congenital Rubella

    Syndrome: An Overview of

    Clinical Presentations in

    Bangladeshi Chlidren. Delta

    Med College, Volume 2, pp.

    42-47.

    Notoatmodjo, S.2010. Metodelogi

    Penelitian Kesehatan. Jakarta :

    Rineka Cipta.

    Notoatmodjo, S., 2014. Metodologi

    Penelitian Kesehatan. Jakarta:

    Rineka Cipta.

    Notoatmodjo, S., 2014. Promosi

    Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

    Jakarta: Rincka Cipta.

    Rahayu, T.A., 2017. Hubungan Tingkat

    Pengetahuan Ibu Tentang

    Imunisasi Campak Dengan

    Pelaksanaan Imunisasi Campak

    Booster Di Wilayah Kerja

    Puskesmas Kotagede 1. Jurnal

    Kebidanan Ilmu Keperawatan

    UNISA

    Rahmawati, Adzaniyah Isyani,

    ct.al.2014.Faktor Yang

    Mempengaruhi Kelengkapan

    Imunisasi Dasar Di Kelurahan

    Krembangan Utara. Surabaya:

    Departemen Epidemiologi

    Fakultas Kesehatan

    Masyarakat Universitas

    Airlangga.

    Rice Mandona, Jamilah Kasim. 2014.

    Faktor-faktor yang

    berhubungan dengan

    Kepatuhan Ibu dalam

    Pemberian Imunisasi Dasar Di

    wilayah kerja Puskesmas.

    Tamalanrea.http://ejournal.stik

    esnh.ac.id/index.php/jikd/artice

    / Download/27/7/. Diakses

    pada tanggal 10 Mei 2018.

    Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi

    Penelitian Kesehatan. Nuha

    Medika, Yogyakarta. pp: 146.

    Renstra, 2015. Rencana Strategi

    kementrian kesehatan 2015-

    2019. Jakarta: Kemenkes RI.

    Sarimin, S., Ismanto, A. Y. & Worang,

    R., 2014. Analisis Faktor-

    Faktor Yang Berhubungan

    Dengan Perilaku Ibu Dalam

    Pemberian Imunisasi Dasar

    Pada Balita Di Desa Taraitak

    Satu Kecamatan Langowan

    Utara Wilayah Kerja

    Puskesmas Walantakan.

    Program Studi Ilmu

    Keperawatan Fakultas

    Kedokteran, Volume 2 No. 2.

    Senewe, M. S., Rompas, S. & Lolong,

    J., 2017. Analisis Faktor-faktor

    yang Berhubungan dengan

    Kepatuhan Ibu dalam

    Pemberian Imunisasi Dasar Di

    Puskesmas Tongkaina

    Kecamatan Bunaken Kota

    Madya Manado. EJournal

    Keperawatan, Volume 5 No. 1.

    Shiferau Birhanu;Aderau

    antench;yezabnes kibi?,

    Ayalew. 2015. Knowledge,

    Attitude and practice of mother

  • 14 | Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Mr/Measles Rubella Lanjutan

    Pada Batita Di Kelurahan Ungaran

    To ward Imuuniztion of infants

    in healt centres at addis ababa,

    Ethiopia. American Journal of

    Healt Research. 2016;4(1):6-17

    Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

    Kuantitatif Kualitatif dan

    R&D. Alfabeta, Bandung, pp:

    85-134

    Supriatin, E., 2015. Hubungan

    Pengetahuan dan Dukungan

    Keluarga dengan Ketepatan

    Waktu Pemberian Imunisasi

    Campak di Pasir Kliki

    Bandung, Jurnal Ilmu

    Keperawatan, Volume III No.

    1.

    Tagbo BN; Uleanya ND; Nwokoye IC;

    Eze JC; Omotowo IB. 2012.

    Mothers knowledge,

    perception and practice of

    childhood immunization in

    Enugu. Institute of Child

    Health

    Lengkap Pada Bayi Tahun 2015. Jurnal

    Kesehatan Mayarakat Andalas,

    Volume 10 No. 2, pp. 123-135.

    Vijay Kumar M; Anjaneyulu G

    ;Venkata Navya Sree;

    Gautham Sai W. M.

    2016.Immunization status and

    knowledge regarding newer

    vaccines among mothers in a

    rural area of Rangareddy

    District, Telangana, India.

    Community Med Public

    Health. 2016 Nov;3(11):3157-

    3160

    Viruspakshappa Savadi; Sumitra I.a;

    Mahaling Hulgibali.2017. A

    study To Asses The

    Knowledge Regarding

    Immunization Among The

    Mother Of Under Five

    Children Admitte in Pediatric

    Ward Of Prabhakar Korea

    Hospital, Belagavi with the

    aim to develop Educational

    Pamphlet. IOSR Journal of

    Nursing and Healt Science.

    ISSN: 2320-1940.

    WHO, 2017. Status Campak dan

    Rubella saat ini di Indonesia.

    [Online] Available

    at:http://www.searo.who.int/in

    donesia/topics/immunization/m

    r_measles_ status.pdf?ua=1.

    [Accessed 11 Agustus 2017].

    Zaniyah, Z. (2010). Hubungan Antara

    Pengetahuan Ibu Tentang

    Imunisasi dengan kelengkapan

    Imunisasi Bayi Umur 0-12

    Bulan di Desa Pamolaan di

    Wilayah Puskesmas Tanjung

    Kecamatan Camplong

    Kabupaten Sampang. Jurnal

    Ners Ilmu Keperawatan

    UNAIR, 2(1).