GAMBARAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TERHADAP …repository.utu.ac.id/471/1/BAB I_V.pdf · 2017....
Transcript of GAMBARAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TERHADAP …repository.utu.ac.id/471/1/BAB I_V.pdf · 2017....
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TERHADAPPENTINGNYA MEMERIKSA PERTUMBUHAN BALITA DIPOSYANDU DESA KRUNG CUT KECAMATAN BEUTONG
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH:
RIKA SOFIANA
NIM: 08C10104131
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH – ACEH BARAT
2013
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TERHADAPPENTINGNYA MEMERIKSA PERTUMBUHAN BALITA DIPOSYANDU DESA KRUNG CUT KECAMATAN BEUTONG
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
OLEH:
RIKA SOFIANA
NIM: 08C10104131
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH – ACEH BARAT
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan Indonesia adalah proses pembangunan yang bertujuan agar
manusia mempunyai kemampuan di berbagai bidang khususnya dalam bidang
pendapatan, kesehatan , dan pendidikan. pembangunan manusia sebagai ukuran
kinerja pembangunan secara keseluruhan di bentuk melalui pendekatan tiga
dimensi dasar, yaitu umur panjang, sehat, berpengetahuan , memiliki kehidupan
yang layak. Masing-masing demensi direprsentasikan oleh indikator. Semua
indikator yang merespresentasikan ketiga demensi pembangunan yang terangkul
dalam satu nilai tunggal yaitu indeks pembangunan manusia ( Human
development index).( Depkes RI 2008).
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa dalam rangka peningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.( Dinkes Aceh, 2009). Hakekat pembangunan
kesehatan adalah proses yang terus menerus dan progresif untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Selain itu pembangunan kesehatan juga merupakan
upaya untuk memenuhi salah satu hak rakyat, yaitu hak untuk memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945 dan
Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, UU Nomor 11 tahun
2006 tentang Pemerintah Aceh, Undang Undang nomor 17 tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005 sampai dengan tahun
2
2025, Qanun Provinsi Nangroe Aceh Darussalam nomor 4 tahun 2002 tentang
perimbangan keuangan antara pemeritah Provinsi dan pemerintah kab/kota,
dengan demikian peningkatan derajat kesehatan akan memberikan sumbangan
nyata dalam peningkatan daya saing bangsa yang sangat diperlukan dalam era
globalisasi.( Dinkes Aceh, 2009)
Kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah. (nursing, 2010)
Seorang anak dapat dikatakan sehat apabila mempunyai kriteria
perkembangan dan pertumbuhan yang sesuai (sunarti,1994). Untuk mengetahui
kesehatan fisik biasanya dengan melihat berat dan tinggi badan yang biasanya di
lakukan saat pelaksaan kegaitan posyandu. (Direktorat Gizi 2007)
Kegiatan posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi
masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat
dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh kader – kader kesehatan yang telah
mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan
kesehatan dasar, (Effendi, 2002).
Posyandu demikian singkatan dari pos pelayanan awalnya adalah
organisasi pelayanan pencegahan penyakit dan keluarga berencana bagi keluarga
kalangan istri berusia subur dan balita posyandu diharapkan lahir dikembangkan
atas kesadaran dan upaya masyarakat sendiri, atau partisipasi sosial dari setiap
komunikasi di desa dan kelurahan (Indo media, 2006).
3
Pelayanan kesehatan terpadu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan dipelayanan program terpadu dibalai dusun, RW
dengan pos pelayanan terpadu (posyandu) pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
adalah KIA, KB, P2M (imunisasi dan penanggulangan diare) dan gizi
(penimbangan balita), sasaran penduduknya adalah ibu hamil, ibu menyusui,
pasangan usia subur (PUS) dan balita. (Muninjaya, 2004).
Menurut Depkes 1998, posyandu juga dapat diartikan sebagai satu bentuk
kegiatan dari pos kesehatan masyarakat desa (PKMD), yang masyarakat melalui
kader – kadernya menyelenggarakan lima program perioritas secara terpadu pada
tempat dan waktu yang sama dengan bantuan pelayanan langsung dari staf
puskesmas. (Eka Sari, 2008)
Pos pelayanan terpadu adalah akronim yang sudah sangat familiar
ditelinga masyarakat kita, tapi jujur harus diakui bahwa sampai saat ini masih
banyak desa yang belum memiliki unit ini. Kalaupun ada, tidak berjalan yang
berjalan pun hanya terbatas. Pada kegiatan penimbangan bayi dan pengisian KMS
serta pemberian makanan tambahan. Kegiatan posyandu pada saat ini mengalami
kemunduran, yang masih berjalan hanya imunisasi dan gizi dalam pertemuan
bulanan. Kegiatan lain tidak berjalan dengan teratur seperti penyuluhan, namun
malah kegiatan yang sebenarnya tidak termasuk dalam program posyandu justru
yang dilaksanakan oleh paramedis dari puskesmas setempat dengan biaya yang
sesuai dengan kemampuan pasien, pada akhirnya posyandu lebih sebagai tempat
masyarakat mencari pengobatan (Indomedia, 2006).
4
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah suatu kartu atau alat penting yang di gunakan
untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. KMS yang ada saat ini adalah
KMS balita yaitu memuat grafik pertumbuhan serta indicator perkembangan yang
bermamfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap setiap bulannya
, dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun.(Nursalam, 2008)
Nagan Raya merupakan salah satu Kabupaten di Wilayah Barat Aceh
pada tahun 2011 memiliki 10 Kecamatan, 222 Desa, terdapat 13 Puskesmas, 256
posyandu, dan kader aktiv berjumlah 1280 orang. Menurut laporan kegiatan
pembinaan gizi masyarakat Kabupaten Nagan Raya Pada Tahun 2011 dengan
bayi dan balita berjumlah 12382 bayi/ balita, yang mempunyai buku KIA 11942
bayi dan balita, yang di timbang 6443 bayi dan balita, (Laporan Kegiatan
Pembinaan Gizi Masyarakat Kabupaten Nagan Raya, 2011)
Kecamatan Beutong adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Nagan
Raya dengan jumlah bayi dan balita pada tahun 2011 sejumlah 1585 bayi dan
balita, yang mendapat vitamin A 1275 bayi dan balita, yang mendapat MP-ASI
14 bayi dan balita, bayi dan balita yang gizi buruk 67 bayi dan balita, yang
mendapat pengawasan 28 bayi dan balita, yang bayi dan balitanya di beri ASI
eklusif 240 bayi. (Profil Puskesmas Beutong, 2011)
Desa Krung Cut terletak Di Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya,
secara gografis letak desa Krung Cut berada di seberang sungai sehingga
informasi jarang mereka dapatkan menurut survey awal peneliti pada saat
pelaksanaan kegiatan posyandu pada tanggal 26 agustus 2012 dengan jumlah bayi
dan balita di desa Krung Cut berjumlah 25 bayi dan balita yang hadir pada saat
kegiatan posyandu berjumlah delapan bayi dan balita yang tidak hadir berjumlah
17 bayi dan balita.
5
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang Gambaran perilaku Ibu rumah tangga Tentang
Pentingnya Memeriksa Pertumbuhan Bayi Dan Balita Di Posyandu Desa Krung
Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Bagaimakah Gambaran
Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Pentingnya Memeriksa Pertumbuhan
Balita Di Desa Krung Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku ibu rumah tangga tentang
pentingnya memeriksa pertumbuhan bayi dan balita Di Desa Krung Cut
Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Rayan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mendapatkan data dan informasi tentang gambaran tingkat
pengetahuan ibu tentang pentingnya memeriksa pertumbuhan balita
Di Desa Krung Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.
2. Untuk mendapatkan data dan informasi tentang tentang kesehatan dan
pertumbuhan balita di posyandu Desa Krung Cut Kecamatan Beutong
Kabupaten Nagan Raya.
.
6
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Praktis
1. Memberikan masukan kepada Pemda khususnya tenaga profesional dan
dinas kesehatan untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan posyandu.
2. Memberikan masukan kepada puskesmas untuk mengoptimalkan
pelaksanaan kegiatan posyandu.
3. Memberikan masukan kepada Pemda khususnya instansi-instansi terkait
untuk mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan posyandu.
4. Untuk masyarakat Desa krung cut dalam wilayah kerja Puskesmas
Beutong sebagai masukan agar adanya suatu peningkatan kerja sama
dengan petugas kesehatan dalam peningkatan program posyandu di dea-
desa .
1.4.2. Manfaat Teoritis
1. Bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan berpikir untuk
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh dibangku kuliah.
2. Menambah wawasan tentang masalah kesehatan yang ada dan dialami oleh
masyarakat.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2010)
2.1.2. Jenjang Pengetahuan
Aspek kognitif dibedakan atas (6) jenjang menurut taksonomi Bloom (1956)
yang diurutkan secara hirarki piramidal. Sistem klasifiksi Bloom ini dijabarkan oleh
Notoatmodjo sebagai berikut :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat (recall) terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.
7
8
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan berbagai
abstraksi pemahaman / materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi konkrit /
kondisi riil (sebenarnya)
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menguraikan atau menjabarkan suatu integritas
atau suatu obyek menjadi unsur-unsur atau bagian- bagian sehingga susunannya dapat
dimengerti. Untuk dapat melakukan analisis ini harus dilandasi oleh kemampuan ibu
pada ketiga tingkatan sebelumnya. Sebab, kemampuan analisis ini menyangkut
pemahaman yang komprehensif untuk dapat memilah menjadi bagian-bagian yang
terpadu.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan kembali unsur-unsur atau bagian
ke dalam bentuk menyeluruh. Atau dengan istilah lain, sintesis ini menunjuk kepada
suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Berpikir sintesis adalah berpikir divergen , yang
jawabannya sering tidak pasti, tetapi kemampuan ini akan dapat meningkatkan
kreatifitas yang diakibatkan seseorang menemukan hubungan kausal dari suatu
kejadian
9
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian ini mengacu pada tujuan,
gagasan, metode, cara kerja ataupun teknik pemecahannya. Untuk dapat melakukan
penilaian ini harus dilandasi oleh pemahaman yang mendalam (Notoatmodjo,S, 2010)
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba, terhadap suatu objek tertentu sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. (Notoadmodjo, 2003)
Menurut Rogers (Dalam Notoatmodjo, 2010) suatu penerimaan ide baru akan
melalui lima tahap mulai dari mengetahui (awareness) hingga penerimaan (adoption)
sangat ditentukan oleh hal-hal yang ada dalam diri individu misalnya sikap, motivasi
dan faktor luar individu yaitu lingkungan termasuk efektivitas program dan
pengalaman terhadap pelayanan dimasa lalu. bila terdapat hal-hal yang kurang
mendukung, perilaku yang telah terwujud dapat saja berubah.
2.2. Ibu Rumah tangga
2.2.1. Pengertian Ibu Rumah Tangga
Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang dan sebutan untuk wanita
yang sudah bersuami (KBBI, 2001). Ibu seabagai pengasuh utama anak memenggang
peranan penting dalam mengurus baik kesehatan , makanan serta lainya. ( Nia, 2011)
10
Ibu rumah tangga adalah pusat hidup rumah tangga, pencipta kebahagian anggota
keluarga. Sosok ibu bertanggungjawab menjaga dan memperhatikan kebutuhan anak,
mengelola kehidupan rumah tangga, memikirkan keadaan ekonomi dan makanan
anak-anaknya, memberi teladan akhlak, serta mencurahkan kasih sayang bagi
kebahagian sang anak (Tarbiyah, 2009).
2.2.2. Kesadaran Ibu Rumah Tangga Terhadap Kesehatan Balita
Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
bayi adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan
yang menentukan kuantitas, kualitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan
tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai
dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu. Misalnya, ibu yang
sedang hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan
tertentu; ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan
yang lebih banyak dan bagian yang lebih baik daripada anggota keluarga yang lain;
atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu daripada anak perempuan. Walaupun pola
makan ini sudah menjadi tradisi ataupun kebiasaan, namun yang paling berperan
mengatur menu setiap hari dan mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah
ibu; dengan kata lain ibu mempunyai peran sebagai gate- keeper dari keluarga.
(Linda, 2004)
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi
budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan pada
bayi yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern. Sebagai contoh, pemberian
11
ASI menurut konsep kesehatan moderen ataupun medis dianjurkan selama 2 (dua)
tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat sebaiknya dimulai
sesudah bayi berumur empat tahun.(Linda 2004)
2.3. Pertumbuhan Balita
2.3.1. Pengertian Pertumbuhan
Kata pertumbuhan sering kali dikaitkan dengan kata perkembangan, sehingga
ada istilah tumbuh-kembang. Kata pertumbuhan dan perkembangan sering digunakan
secara bergantian atau bersamaan. Ada yang mengatakan bahwa pertumbuhan
merupakan bagian dari perkembangan. Secara singkat, pertumbuhan dapat diartikan
sebagai bertambahnya ukuran fisik dari waktu kewaktu. Ukuran kecil dan besar ini
dapat dicontohkan dengan perubahan berat badan dari ringan menjadi lebih berat,
atau dengan perubahan tinggi badan dari pendek menjadi lebih tinggi (Depkes, 2002).
Menurut Nursalam (2005) yang mengutip pendapat Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi
(bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besar sel. Adanya
multiplikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif,
hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma
hingga dewasa. Jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik
seseorang, yaitu menjadi lebih besar, lebih matang bentuknya.
12
Pertumbuhan sebagai indikator perkembangan status gizi, dimana pertumbuhan
merupakan salah satu produk dari keadaan keseimbangan antara asupan dan
kebutuhan gizi (status gizi). Dalam keadaan gizi baik dan sehat atau bebas dari
penyakit, pertumbuhan seorang anak akan normal, sebaliknya bila dalam keadaan gizi
tidak seimbang, pertumbuhan seorang anak akan terganggu. Dalam waktu singkat
sering terjadi pada perubahan berat badan sebagai akibat menurunnya nafsu makan,
diare dan infeksi saluran pernafasan atau karena kurang cukupnya makanan yang
dikonsumsi. Jika gangguan pertumbuhan yang berlangsung dalam waktu yang lama
dapat terlihat pada hambatan pertambahan tinggi badan (Depkes, 2002).
Menurut Depkes (2006), tujuan pemantauan pertumbuhan adalah untuk
penjaringan balita bawah garis merah, gizi kurang dan gizi buruk. Ruang lingkup
pemantauan pertumbuhan bayi dan balita mencakup; (1) penimbangan berat badan,
(2) penilaian status pertumbuhan, (3) konseling, (4) penyuluhan, (5) rujukan bila
terdapat bayi dan balita dengan gizi buruk.
2.3.2. Perngertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi
anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak
masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti
mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah
baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.
13
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang
di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang,
karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan. (Anggraeni. DY, 2010)
2.3.3. Syarat – Syarat Pertumbuhan Balita
Ada tiga syarat utama supaya bayi dan Balita dapat mencapai tumbuh kembang
secara optimal.:
1. kebutuhan fisik-biologis termasuk ASI, nutrisi, imunisasi, bahkan lingkungan
tempat tinggal juga menentukan perkembangan anak. kebutuhan fisik ini
berpengaruh pada pertumbuhan fisik termasuk otak, alat penginderaan dan
alat gerak untuk mengeksplorasi lingkungannya
2. kebutuhan asih berupa perasaan dilindungi, rasa aman dan nyaman,
diperhatikan serta dihargai, didengar keinginan dan pendapatnya. Jangan
mengutamakan hukuman dengan kemarahan, namun lebih banyak
memberikan contoh-contoh dengan pengaruh kasih sayang dan kegembiraan.
Ini adalah kebutuhan yang besar pengaruhnya pada kemandirian dan
kecerdasan anak,.
3. kebutuhan asah yang berupa berbagai permainan yang merangsang semua
indera. Kebutuhan stimulasi bermain sejak dini akan besar pengaruhnya pada
berbagai kecerdasan anak atau multiple intelejen, (Soedjatmiko.2012)
14
ketiga kebutuhan pokok tersebut harus diberikan secara bersamaan sejak janin
di dalam kandungan karena akan saling berpengaruh. (Soedjatmiko.2012)
2.3.4. Tahapan Pemeriksaan Kesehatan Balita
Salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian anak balita
adalah dengan melakukan pemeliharaan kesehatannya. Bidan yang bekerja di
komunitas melakukan kegiatan pelayanan kesehatan anak balita di rumah (keluarga),
Puskesmas/Puskesmas pembantu, Posyandu,Polindes dan Taman Kanak-kanak.:
1. Pelayanan kesehatan pada anak balita
a. Pemeriksaan kesehatan anak balita secara berkala
b. Penyuluhan pada orang tua, menyangkut perbaikan gizi, kesehatan
lingkungan, pengawasan tumbuh kembang anak
c. Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit lainnya
d. Identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul pada bayi
dan cara menanggulanginya
2. Kunjungan
Balita Bidan berkewajiban mengunjungi bayi yang ditolongnya atupun yang
ditolong oleh dukun di bawah pengawasan bidan di rumah. Kunjungan ini
dilakukan pada minggu pertama setelah persalinan. Untuk selanjutnya bayi
bisa dibawa ke tempat bidan bekerja
3. Pemeriksaan kesehatan anak balita
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan umum anak:
15
a. Bagaimana postur tubuhnya, kurus atau gemuk
b. Apakah da!am keadaan tenang, Mengantuk atau gelisah
c. Bagaimana kondisi psikologis anak, marah, cengeng atau ramah
d. Bagaimana kondisi kulit anak
e. Apakah sesak napas atau tidak
f. Bagaimanan kondisi matanya, cekung, ada kotoran, warna konjungtiva
g. Bagaimana kesan pertumbuhan anak,Apakah sesuai antara berat badan,
tinggi badan, dan perkembangan mentalnya(suhartini,2011)
2.3.5. Fungsi Kesehatan Balita
Periode yang penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena
pada masa ini pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Bahkan ada sarjana yang mengatakan “The Child Is The Father of The Man”
sehingga setiap kelainan / penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi
apalagi tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia
dikemudian hari (Soetjiningsih, 1995)
2.4. Posyandu
2.4.1. Posyandu Pratama (Warna Merah)
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum
mantap,kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.Keadaan
16
ini dinilai gawat sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader
yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi.(Simbering,2004)
2.4.2. Posyandu Madya (Warna Kuning)
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari
delapan kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas lima orang atau lebih.
Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi) masih rendah
yaitu kurang dari 50%Ini berarti, kelestarian posyandu sudah baik tetapi masih rendah
cakupannya. Intervensi untuk posyandu madya ada 2 yaitu :yang Pelatihan Toma
dengan modul eskalasi posyandu yang sekarang sudah dilengkapi dengan metoda simulasi.
Penggarapan dengan pendekatan Pos Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
untuk menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan
program tambahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. (Simbering,2004)
2.4.3. Posyandu Purnama (Warna Hijau)
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari
8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5
program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi)lebih dari 50%. Sudah ada program
tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang masih sederhana. Intervensi
pada posyandu ditingkat ini adalah :Penggarapan dengan pendekatan Pos Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD) untuk mengarahkan masyarakat menetukan sendiri
pengembangan program di posyandu. Pelatihan Dana Sehat, agar di desa tersebut dapat
17
tumbuh Dana Sehat yang kuat dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.
.(Simbering,2004)
2.4.4. Posyandu Mandiri (Warna Biru)
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur,cakupan
lima program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat telah
menjangkau lebih dari 50% KK. Intervensinya adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu
diarahkan agar Dana Sehat tersebut menggunakan prinsip Jaminan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat.(JPKM). . ( DepkesRI 2001)
Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh LKMD, Kader, Tim Penggerak
PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan. Pada hari buka Posyandu dilakukan pelayanan
masyarakat dengan sistem 5 (lima) meja yaitu :
Meja I : Pendaftaran.
Meja II : Penimbangan
Meja III : Pengisian KMS
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.
Meja V : Pelayanan KB dan Kesehatan
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader Posyandu sedangkan Meja V
merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim,Bindes, perawat dan petugas KB).
2.5. Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Balita Di Posyandu.
Periode tiga tahun pertama pada masa Balita merupakan periode emas
pertumbuhan fisik, intelektual, mental dan emosional anak. Gizi yang baik,
18
kebersihan, imunisasi, vitamin A dan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta kasih
sayang dan stimulasi yang memadai pada usia Balita akan meningkatkan
kelangsungan hidup dan mengoptimalkan kualitas hidup anak.( Krishnajaya,2012)
Balita tumbuh dengan cepat Seiring dengan pertumbuhannya, mereka perlu
mendapatkan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Pemeriksaan ini akan memberikan
kesempatan kepada dokter untuk mendeteksi apakah ada masalah sejak dini. Dengan
begitu , masalah yang timbul dapat dengan cepat ditangani untuk mencegahnya
menjadi serius atau menimbulkan efek jangka panjang. ( wijaya,2012)
Kaitan Posyandu terhadap program perbaikan gizi dapat menumbuhkan kesadaran
ibu balita terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Apabila ibu yang kurang
mendukung dapat menyebabkan kondisi gizi anak semakin menurun atau sebaliknya.
Keadaan ini bila berlangsung terus menerus akan berdampak pada semakin
meningkatnya indikator kesakitan dan kematian. Padahal tujuan program gizi yang
tercermin dalam salah satu kegiatan posyandu adalah untuk meningkatkan keadaan
gizi yang optimal bagi masyarakat yang dapat dinilai dengan meningkatnya jumlah
Keluarga Sadar Gizi dan berperilaku gizi seimbang. Bila keadaan tersebut dapat
tercapai maka tujuan posyandu dalam mewujudkan perilaku sehat pada masyarakat
dapat sesuai dengan perilaku Kadarzi (Razali, 2004).
2.6. Faktor-Faktor Pendukung Kesehtan Balita.
Setiap individu berbeda dalam proses pertumbuhan karena pertumbuhan anak
dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Supariasa, 2001 faktor-faktor yang
19
mempengaruhi pertumbuhan adalah faktor internal (genetik) dan faktor eksternal
(lingkungan).
1. Faktor Pertumbuhan Bayi Internal (Genetik)
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak. Yang termasuk faktor internal (genetik) adalah faktor bawaan yang
normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras atau suku bangsa.
2. Faktor Pertumbuhan Bayi Eksternal (Lingkungan)
Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal.
Apabila kondisi lingkungan kurang mendukung atau jelek, maka potensi genetik yang
optimal tidak akan tercapai. Faktor lingkungan yang mempengaruhi dibagi dua yaitu:
faktor pranatal dan lingkungan pascanatal.
a. Faktor lingkungan pranatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi
anak pada waktu masih dalam kandungan, antara lain; Mekanis,,Gizi, Toksin/
zat kimia, Endokrin, Radiasi , Infeksi intrauterine, Stress ,Anoksia, embrio
b. Faktor lingkungan pascanatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan anak setelah lahir, antara lain : Lingkungan biologis, Faktor
fisik, Faktor psikososial, Faktor keluarga dan adat istiadat (kang bull, 2012)
20
2.7. Kerangka Teoritis
2.8. Kerangka Konsep
(sumber: Budiato 2006)
Pengetahuan
- Ibu Rumah Tangga- Jenjang Pengetahuan
balita
- Pertumbuhan balita- Kesehatan balita- Fungsi kesehatan
balita
posyandu
- Posyandu pratama- Posyandu madya- Posyandu purnama- Posyandu mandiri
Pemerikasaan balita diposyandu
Pengetahuan Pemeriksaan balita diposyandu
Independen Dependen
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat survey deskriptif , untuk mengetahui Gambaran
perilaku Ibu rumah tangga Tentang Pentingnya Memeriksa Pertumbuhan Balita Di
Posyandu Desa Krung Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Tahun
2012
3.2. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Krung Cut Kecamatan Beutong
Kabupaten Nagan Raya.Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 mei 2013
Sampai dengan 14 juni 2013.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populassi dalam penelitian ini adalah semua ibu Desa Krung Cut
Kecamatan Beutong yang memiliki balita yang berusia 0-5 tahun yaitu
sebanyak 25 ibu yang mempunyai balita.
3.3.2. Sampel
Menurut Arikunto (2002) untuk populasi penelitian yang kurang dari 100
responden maka sebaiknya diambil semua untuk dijadikan sampel.
Penarikan sampel menggunakan teknik total sampling yaitu sebanyak 25
orang ibu yang memiliki balita.
21
22
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode yang di gunakan untuk pengumpulan data ini adalah :
1. Data Primer
Data yang diperoleh dari peninjauan langsung pada objek penelitian yaitu
kelapangan, dengan melakukan observasi, penyebaran kuesioner serta
melakukan wawancara dengan masyarakat di Desa Krung cut
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas.serta kader
posyandu.
3.5. Defenisi orerasional
Tabel 3.1Definisi Operasional
No. Variable KeteranaganVariable independen
1. Pengetahuan Definisi Tingkat pemahaman responden tentangpentingnya pemeriksaan bayi dan balita
Cara ukur WawancaraAlat ukur CheklisHasil ukur - Baik
- KurangSkala ukur Ordinal
Variabel Dependen2. Pemeriksaan
bayi diposyandu
Definisi Kegiatan yang di lakukan saat posyadudilaksanakan
Cara Ukur Cheklis dan ObservasiAlat Ukur KuesionerHasil Ukur - ada
- Tidak adaSkala Ukur Ordinal
23
3.6. Aspek Pengukuran
1. Tingkat Pengetahuan
1. Baik : Jika menjawab benar ≥ 50 % dari pertanyaan dari total skor
tertinggi.
2. Kurang : Jika menjawab benar <50 % dari pertanyaan dari total skor
tertinggi.
(sumber: Arikunto 2006)
2. Pemeriksaan Bayi Dan Balita Di Posyandu
Dikatagorikan menjadi dua katagori yaitu :
1. ada: Jika melaksanakan > 5 kegiatan pokok posyandu
(penimbangan berat badan, penilaian status pertumbuhan,
konseling, penyuluhan, rujukan bila terdapat bayi dan balita
dengan gizi buruk).
2. Tidak : Jika melaksanakan < 5 kegiatan pokok posyandu.
3.7. Teknik Analisa Data
Penelitian ini bersifat deskriptif, maka analisis data yang akan dilakukan
adalah Analisis Univariat dimana Analisis yang di gunakan untuk melihat
distribusi frekuensi dari setiap variabel yang di teliti, baik variabel bebas maupun
variabel terikat.
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DA PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Penelitan
Gampong Krueng Cut memiliki wilayah yang strategis untuk areal
pertanian, perkebunan dan perikanan. Gampong Krueng Cut berada di kecamatan
Beutong dan berada dalam wilayah kabupaten Nagan Raya. Pusat ibu kota
kecamatan terletak di ule jalan, dengan luas wilayah 17,8 Km² yang terbagi dalam
dua Jurong atau dusun, dengan jumlah penduduk 209 jiwa dari 66 kepala
keluarga, yang tersebar kedalam dua jurong tersebut. Gampong Krueng Cut
memiliki jarak ke ibukota kabupaten + 12 Km dan ke ibukota kecamatan + 3 km
Batasan wilayah Gampong Krueng Cut sebagai berikut:
1.Sebelah Utara dengan Panton Bayam
2.Sebelah Selatan dengan Cot God
3.Sebelah Timur dengan Blang Baroe PR
4.Sebelah Barat dengan Pulo Tengoh
4.1.1 Pengetahuan
Dari 25 responden yang di teliti didapatkan bahwa tinggkat pengetahuan
ibu yang mempunyai balita di Desa Krung Cut Kecamatan Beutong Kabupaten
Nagan Raya tentang posyandu balita mayoritas rendah yaitu sebanyak 14 orang
(56,0 %), dan yang berpengetahuan tinggi sebanyak 11 orang (44,0%).Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut
25
26
Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan TingkatPengetahuan Di Desa Krueng Cut Kecamatan BeutongKabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No. Pengetahuan Frequency Percent
1. Tinggi 11 44.0
2. Rendah 14 56.0
Total 25 100.0
4.1.2. Pemeriksaan Bayi Dan Balita Di Posyandu
Dari 25 responden yang di teliti didapatkan bahwa tinggkat pelaksanaan
pemeriksaan balita di posyandu di Desa Krung Cut Kecamatan Beutong
Kabupaten Nagan Raya mayoritas ada yaitu sebanyak 15 orang (60,0 %), yang
tidak ada sebanyak 10 orang (40,0%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut:
Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan TingkatPelasanaan Pemeriksaan Balita Di Posyandu Desa Krueng CutKecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
No. Pemeriksaan Balita Di Posyandu Frequency Percent1. Ada 15 60.02. Tidak Ada 10 40.0
Total 25 100.0
4.2. Pembahasan
4.2.1. pengetahuan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa tingkat
pengetahuan ibu yang mepunyai balita dari 25 responden yang berpengetahuan
tinggi 11 responden ( 44,0% ) sedangkan yang berpengetahuan rendah 14
(56,0%).
27
Menurut Rogers (Dalam Notoatmodjo, 2010) suatu penerimaan ide baru akan
melalui lima tahap mulai dari mengetahui (awareness) hingga penerimaan
(adoption) sangat ditentukan oleh hal-hal yang ada dalam diri individu misalnya
sikap, motivasi dan faktor luar individu yaitu lingkungan termasuk efektivitas
program dan pengalaman terhadap pelayanan dimasa lalu. bila terdapat hal-hal
yang kurang mendukung, perilaku yang telah terwujud dapat saja berubah.
Menurut Notoatmodjo (2010), terbentuknya perilaku baru terutama pada orang
dewasa dimulai pada domain kognitif dalam arti subjek tahu terlebih dahulu
terhadap stimulus yang berupa materi/ objek diluarnya menimbulkan respon batin
dalam bentuk sikap. akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan
disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu
berupa tindakan terhadap stimulus atau objek. meskipun tingkat pengetahuan akan
sangat berpengaruh terhadap penerimaan suatu program, akan tetapi kurangnya
informasi terhadap suatu program juga berpengaruh terhadap tingkat
penerimaannya.
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku
atau apa yang benar bagi objek sikap. sekali kepercayaan ini terbentuk, maka ia
akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan
dari objek tertentu. kepercayaan dapat terus berkembang. pengalaman pribadi, apa
yang diceritakan orang lain, dan kebutuhan emosional kita sendiri merupakan
determinan utama dalam terbentuknya kepercayaan. tentu saja kepercayaan
sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat. kadang-kadang kepercayaan itu
terbentuk justru dikarenakan kurang atau tidak adanya informasi yang benar
mengenai objek yang dihadapi (Azwar, 2002)
28
ibu yang hadir ke posyandu untuk menimbang dan memantau pertumbuhan
balitanya, juga akan mendapatkan informasi atau pengalaman belajar dari objek
yang dikenalkan. ibu-ibu yang tidak mau belajar atau membaca informasi dari
sumber informasi yang ada diposyandu, akan mempunyai kecenderungan tidak
secara rutin menimbang dan memantau pertumbuhan balitanya ke posyandu
(Razali, 2004).
4.2.2. Pemeriksaan Balita Di Posyandu
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa tingkat
pelaksanaan pemeriksaan balita di posyandu dari 25 responden yang di teliti
yang ada melakukan pemerikaasn balita ke posyandu 15 responden ( 60,0% )
sedangkan yang tidak melaksanakannya 10 reponden (44,0%).
Suatu program agar melekat pada individu maupun kelompok dibutuhkan
penguat (Confirmation) dimana dibutuhkan dukungan dari lingkungan terutama
keluarga. Dukungan lingkungan yang bersumber dari masyarakat contohnya
adalah Peningkatan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Dukungan PKK terhadap
Posyandu pada saat ini sangat kurang sehingga menjadikan Posyandu sepi
pengunjung. Padahal seharusnya PKK dan Tokoh Masyarakat menjadi motivator
untuk menggerakkan masyarakat. Selain motivator dalam proses penguat ini juga
diperlukan informasi dalam bentuk penyuluhan atau konseling yang berkelanjutan
guna memantapkan perilaku yang ada sehingga tidak terjadi drop out. Lewin
dalam Haurissa (2007) juga mengemukakan agar perilaku kesehatan dapat
menetap maka diperlukan untuk memperkuat unsur pendorong dan sekaligus
mengurangi hambatan-hambatan yang ada.
29
Kaitan Posyandu terhadap program perbaikan gizi dapat menumbuhkan
kesadaran ibu balita terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Apabila ibu yang
kurang mendukung dapat menyebabkan kondisi gizi anak semakin menurun atau
sebaliknya. Keadaan ini bila berlangsung terus menerus akan berdampak pada
semakin meningkatnya indikator kesakitan dan kematian. Padahal tujuan program
gizi yang tercermin dalam salah satu kegiatan posyandu adalah untuk
meningkatkan keadaan gizi yang optimal bagi masyarakat yang dapat dinilai
dengan meningkatnya jumlah Keluarga Sadar Gizi dan berperilaku gizi seimbang.
Bila keadaan tersebut dapat tercapai maka tujuan posyandu dalam mewujudkan
perilaku sehat pada masyarakat dapat sesuai dengan perilaku Kadarzi (Razali,
2004).
30
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian yang dilakukan di Desa
Kreung Cut Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 , maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar pengetahuan ibu yang mempunyai balita mayoritas rendah 14
responden (56,0%).
2. Sebagian besar pelaksaan kegiatan pemeriksaan balita di posyandu moyoritas
ada dilakukannya pemeriksan balita di posyandu 15 responden (60%).
5.2. Saran
1. Puskesmas agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya posyandu
terhadap pemantauan tumbuh kembang anak balita.
2. Sikap masyarakat yang dominan positif perlu dipertahankan supaya tidak
terjadi penurunan dalam keikut sertaan dalam kegiatan posyandu. .
3. Mendekati tokoh masyarakat atau tokoh agama agar ikut berperan serta dalam
mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalan kegiatan posyandu.
30
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, 2001, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta :Balai Pustaka,
Arikunto, S, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, S, 2006, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta Azwar, S. (2002)
Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2002) Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Budiarto, 2002,Biostatistik Kedokteran, jakarta; EGC
Departemen Dalam Negeri dan otonomi Daerah RI. 2001. Pedoman Umum
Revitalisasi
Posyandu, Jakarta: Departemen Dalam Negeri dan otonomi Daerah RI.
http://www.indomedia.com/poskup/2006/03/16/edisi16/1603pin1/ Badan
Pelayanan Yang Hampir Diabaikan.htm Maret 2006
Departemen Kesehatan RI 2002, Modul Menajemen Posyandu 2002, Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
, 2006,Profil Kesehatan Edisi Tahun 2006, Jakarta:
Departemen
Kesehatan RI.
, 2008, Profil Kesehatan Edisi Tahun 2008, Jakarta:
Departemen
Kesehatan RI.
Direktorat Gizi. 2007. Pemantauan Pertumbuhan Anak, Jakarta : Direktorat
Masyarakat
Dinas Kesehatan Provinsi Nanggro Aceh Darussalam (NAD), 2009, Profil
Kesehatan Edisi Tahun 2009, Banda Aceh : Dinas Kesehatan Provinsi
Nanggro Aceh Darussalam (NAD)
Efendi,Nasrul, 1998, dasar- dasar keperawatan kesehatan masyarakat, ,Jakarta:
EGC
Efendi,Nasrul, 2002, dasar- dasar keperawatan kesehatan masyarakat, ,Jakarta:
EGC
Haurissa, S. (2007) Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Kegiatan
Posyandu Dengan Frekuensi Penimbangan Balita Ke Posyandu Di
Wilayah Kerja Puskesmas Gondomanan Yogyakarta. Skripsi, Gizi
Kesehatan Universitas Gadjah Mada.
Kang bull, 2012, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bayi, blogs;Wacana
Pendidikan dan Teknologi Informasi.
http://kafeilmu.com/2012/08/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bayi.html
Krishnajaya MS, 2012, Pentingnya Pemantauan Kesehatan Pada Masa Periode
Emas Balita,
Jakarta: Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan RI
Linda T. Maas, 2004, Kesehatan Ibu Dan Anakpersepsi Budaya Dan Dampak
Kesehatannya, Medan: USU Digital Library
Muaris.H. 2006. Sarapan Sehat Untuk Anak Balita, Jakarta : PT Gramedia
Muninjaya Gede, A.A. 2004. Manajemen Kesehatan, Edisi-2. Jakarta: EGC
Nasap Sembiring, 2004, Posyandu Sebagai Saran Peran Serta Masyarakat
Dalam Usaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat, Medan: USU Digital
Library
Nia nurdiansyah, 2011, ibu dan anak , Cianjur: Gita Mariana
Notoatmodjo, S , 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam ,2005, Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak, Jakarta: Salemba Empat
nursingbegin.com. 2010, Kesehatan Ibu Dan Anak ,(
http://nursingbegin.com/kesehatan-ibu-dan-anak.html. diakses tanggal 8
oktober 2012 jam 19.00 wib
Puskesmas Beutong 2011 Profil puskesmas Edisi Tahun 2011,Ule Jalan:Puskesmas Beutong
Rajali (2004), Hubungan Perilaku Ibu Balita Dengan Frekuensi Penimbangan
Balita Ke
Posyandu Di Kabupaten Bengkalis. Tesis, Program Pasca Sarjana,
Universitas Gajah Mada
Soedjatmiko 2012, Tiga-Syarat-Pertumbuhan-Balita-Optimal, Jakarta: blog
www.antaranews.com /tiga-syarat-pertumbuhan-balita-optimal.htm Jumat,1 Juni 2012 21:37 WIB
Soekidjo Notoatmodjo 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta.
, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta:
Rineka Cipta.
, 2010, Ilmu Prilaku Kesehatan, Jakarta: Reneka Cipta
Sunarti, 1994; Toxoplasmosis Pada Bayi dan Anak, Laporan Penelitian, DPP ,
Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity Press.
Sutomo B, Anggraini DY. 2010. Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta:
Demedia
Wijaya, 2012, Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Rutin. Blogspot:
http://posyanduwijayakusuma.wordpress.com/pentingn ya-pemeriksaan-kesehatan-rutin/
Wikipedia. 2009. Ciri Khas Perkembangan Balita.blog
Http://id.wikipedia.org/wiki/ Balita diakses tanggal 4 juni 2010 jam 19.00 wib