“APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS2007-bagusperma
Transcript of “APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS2007-bagusperma
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi telah memperpendek jarak dan waktu, menghemat biaya, serta
menembus ruang dan waktu. Komunikasi berusaha menjembatani antara pikiran dan
kebutuhan seseorang dengan dunia luar yang dibantu oleh media komunikasi.
Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting.
Seiring dengan berkembangnya dunia teknologi, perlahan-lahan televisi juga
mengalami perubahan. Kemajuan teknologi televisi membuat semuanya menjadi
dekat, mudah dilihat dan didengar. Media televisi mampu membuat dunia menjadi
kecil yang dikemas dalam sebuah kotak, dengan kata lain mampu memberikan
berbagai informasi dari berbagai belahan dunia yang cepat, aktual dan tepat ke
pemirsa.
Sejak dikeluarkannya SK Menteri Penerangan No. 111 Thn. 1990, industri
dan bisnis televisi berubah menjadi demikian maraknya. Awalnya adalah tahun
1987/1988 ketika RCTI diizinkan siaran untuk pertama kalinya dengan menggunakan
decoder (decoder), yang kemudian diikuti oleh SCTV (1989), TPI (1991), AN-teve
(1993), dan Indosiar (1994) (Ishadi S.K, dalam Kris Budiman 2002:4) Dengan
hadirnya televisi swasta, masyarakat semakin dimanjakan dengan suguhan acara-
acara yang menarik dan betah duduk berjam-jam dengan hanya menekan tombol.
Menjamurnya televisi swasta, maka semakin gencar pula persaingan untuk merebut
2
jumlah pemirsa. Program-program acara yang disajikan juga bervariasi dan dibuat
semenarik mungkin.
Program-program inovatif dan interaktif, kini cenderung diminati pemirsa
televisi di Indonesia. Tak heran jumlah tayangan serta pemirsa program hiburan
cenderung meningkat. Ini terbukti dalam riset Nielsen Media Research (NMR)
semester pertama 2004, pemirsa televisi cenderung menyukai program tayangan
hiburan. Bertambahnya porsi jam tayang untuk acara hiburan, mampu mendongkrak
minat pemirsa untuk menonton acara tersebut hingga 16.7 persen dan 38.9 persen
(http://www.cakram.co.id/cgi-bin/index.cgi?p=051&id=21). Program hiburan yang
dimaksud seperti musik, permainan, komedi dan lain-lain.
Sudah banyak stasiun televisi yang menayangkan acara hiburan yang
informatif, bahkan mendapatkan porsi yang luar biasa dan mendapat hati di
pemirsanya. Misalnya, di RCTI terdapat Jalinan Kasih, Funtastik, Bincang Bintang,
(http://www.rcti.tv/); SCTV ada Topeng Betawi, Pijar, Kisah Antara Kita
(http://www.sctv.co.id/view/121,0,1,0,1142215601.html) di ANTV ada SBY (Santai
Bareng Yuk) (http://www.an.tv) ; di TRANS TV ada Ceriwis, Lepas Malam,
Extravaganza (www.transtv.co.id). Acara ini merupakan acara yang terdiri dari
berbagai jenis hiburan, selain itu juga disisipi seperti dengan obrolan ringan,
permainan (berupa kuis).
Dari sekian banyak stasiun televisi yang menayangkan tersebut, penulis lebih
tertarik pada TRANS TV (Transformasi Televisi). Hal ini dikarenakan menurut data
yang ada TRANS TV merupakan Media Pendatang Potensial 2002 dan Televisi
3
Terbaik versi majalah Cakram. TRANS TV adalah stasiun televisi swasta yang
tergolong masih baru. Stasiun ini memulai siaran resmi tanggal 15 Desember 2001
(www.transtv.co.id/aboutus). Meskipun tergolong baru untuk program acaranya,
TRANS TV tidak kalah dengan stasiun televisi lainnya. Misalnya, Sinema Gemilang,
Extravaganza, Lepas Malam, Sitkom Bajaj Bajuri, Salon Oneng, Ceriwis dan
sebagainya. Program acara yang menarik perhatian peneliti adalah Ceriwis.
Ceriwis memulai siaran tanggal 8 Desember 2003, Ceriwis adalah Cerita Indie
Waktu Istirahat, maksudnya adalah sewaktu Indie istirahat siang dia mempunyai
cerita yang disampaikan kepada audience. Ceritanya bisa berupa kehidupan bintang
tamu yang dihadirkan, tentang tips-tips kesehatan, resep masakan dan sebagainya.
Acara ini menghadirkan suasana variatif, penuh canda dan informatif bersama Indie
Barends & Indra Bekti.
Pada awalnya Ceriwis memulai siaran pada pukul 10.30-11.30 WIB, dari hari
Senin sampai Jum’at. Kemudian ada perubahan jam tayang menjadi 12.30-13.30 WIB
dan ditayangkan setiap hari. Saat pertama kali penayangan format dan tema acara tiap
episode sama. Sudah hampir enam bulan ini Ceriwis mengalami perubahan pada tema
dan format acaranya. Untuk tema setiap hari berubah, misalnya; hari Senin temanya
tentang imajinasi dan biasa dikenal dengan “Senin Imajinasi”; hari Selasa dikenal
dengan “Selasa Profesi (Selasi)”; hari Rabu dikenal dengan “Rabu Memasak”; hari
Kamis ada 2 tema yang ditayangkan bergantian yaitu, “Kamis Sehat” dan “Kamis
Ramal”; hari Jum’at dikenal dengan “Jum’at Nostalgila”; hari Sabtu dikenal dengan
“Sari Deh Ah” (Sabtu Ceria Deh Ah) dan Minggu dikenal dengan Minggu Santai.
4
Kadang-kadang pada episode tertentu, temanya disesuaikan dengan kegiatan tertentu,
misalnya peringatan hari anak nasional, hari kemerdekaan RI, hari lingkungan hidup
dan sebagainya. Program ini dipilih karena acara ini menarik, di setiap episodenya
selalu terdapat keceriaan di setiap episodenya.
Tayangan Ceriwis ini menampilkan bintang tamu, kemudian segala perilaku
bintang tamu itu dikupas semuanya, misalnya masa kecilnya, sisi kenakalannya,
kebiasaan dan sebagainya, sehingga masyarakat menjadi tahu apa yang menjadi
kebiasaan bintang tamu tersebut. Selain itu, Ceriwis menampilkan pengetahuan yang
sifatnya luas, seperti tentang kesehatan, pendidikan, resep masakan, juga tips-tips
tentang kehidupan sehari-hari, dan lain-lain.
Ibu rumah tangga adalah satu khalayak sasaran media televisi dan target acara
seperti sinetron, opera sabun dan iklan. Dikarenakan ibu rumah tangga dianggap
sebagai khalayak yang memiliki waktu luang yang banyak, terutama ibu rumah
tangga yang murni tidak bekerja. Untuk menunjang penelitian ini maka penelitian
dilakukan di warga RW 06 kelurahan Lemah Putro Sidoarjo. Dengan pertimbangan
bahwa warga RW 06 khususnya ibu-ibu rumah tangganya berdasarkan angket
sebagian besar pernah menonton Ceriwis Yo Wis.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul penelitian
“APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS
DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro
Sidoarjo)”.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan
sebagai berikut : “Bagaimana Apresiasi Ibu-ibu Rumah Tangga terhadap Tayangan
Ceriwis di Trans TV ?”
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana apresiasi ibu-ibu rumah tangga terhadap
tayangan Ceriwis di Trans TV?
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
komunikasi dan dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya, khususnya
tentang penerapan konsep apresiasi terhadap acara televisi tertentu.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan pertimbangan bagi
stasiun televisi yaitu Trans TV untuk lebih meningkatkan dan mempertahankan
kualitas acara terutama tayangan Ceriwis.
E. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada apresiasi ibu-ibu rumah tangga terhadap
tayangan Ceriwis, dan difokuskan pada permasalahan di bawah ini :
6
1. Apresiasi ibu rumah tangga terhadap tayangan ceriwis.
2. Apresiasi ibu rumah tangga terhadap format acara.
3. Apresiasi ibu rumah tangga terhadap pembawa acara.
4. Apresiasi ibu rumah tangga terhadap bintang tamu.
F. Tinjauan Pustaka
F.1 Komunikasi Massa
Menurut paradigma Lasswell (1984) tentang proses komunikasi yang
berbunyi “Who, says what, to whom, in which channel, and with what effect?”, secara
langsung menggambarkan bahwa proses komunikasi seseorang memerlukan sebuah
media (Kuswandi, 1996:17).
Menurut pendapat Josep A. Devito definisi komunikasi massa adalah :
“Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa,kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayakmeliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yangmenonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan padaumumnya agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi yang disalurkan olehpemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akanlebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya; televisi, radio,surat kabar, majalah, film buku dan pita”.(Nurudin, 2003:11)
Definisi komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media
massa modern yang terbit/ disiarkan secara periodik (Wahyudi, 1986:42).
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa
adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik) ditujukan
7
kepada massa (khalayak) yang tidak tampak oleh penyampai pesan (abstrak).
Menurut Nurudin (2003:16) ciri-ciri komunikasi massa yaitu :
1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga.
Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan
orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu
sama lain dalam sebuah lembaga.
2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen.
Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/ beragam artinya
penonton televisi itu beragam misal dari segi pendidikan, usia, jenis kelamin,
status sosial.
3. Pesannya bersifat umum.
Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau
satu kelompok masyarakat tertentu.
4. Komunikasinya berlangsung satu arah.
Dalam komunikasi massa kita tidak bisa langsung memberikan respon kepada
komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya
tertunda. Jadi, komunikasi hanya berjalan satu arah itu akan memberi konsekuensi
umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed
feedback).
5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan.
8
Komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya.
Serempak di sini berarti khalayak bisa menikmati media tersebut hampir
bersamaan.
6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis.
Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya
sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud
misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik).
Komunikasi massa sifatnya mutlak, artinya komunikasi massa mutlak
menggunakan peralatan teknis apabila tidak semuanya akan sulit terjadi.
7. Komunikasi massa dikontrol oleh Gatekeeper.
Gatekeeper atau yang sering disebut pentapis informasi/ palang pintu/ penjaga
gawang, adalah orang yang sangat berperan informasi dalam media massa.
Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi,
menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah
dipahami.
Menurut Effendy (1992:54) fungsi komunikasi massa dibedakan menjadi
beberapa, hal ini tergantung pada jenis media massa yang digunakan.
1. Menyiarkan informasi (to inform)
Menyiarkan informasi merupakan fungsi pers yang pertama dan utama. Orang
yang menggunakan media karena membutuhkan berbagai informasi dari seluruh
belahan dunia.
9
2. Mendidik (to educate)
Fungsi mendidik pada media massa adalah mendidik khalayaknya agar bertambah
pengetahuannya.
3. Menghibur (to entertain)
Fungsi menghibur pada media massa adalah untuk mengimbangi berita-berita
yang berat, serius dan berbobot sehingga dapat melemaskan ketegangan khalayak.
F.2 Media Massa
F.2.a Pengertian Media Massa
Media massa adalah media komunikasi yang mampu menimbulkan
keserempakan dalam arti kata khalayak dalam jumlah yang relatif sangat banyak,
secara bersama-sama pada saat yang sama, memperhatikan pesan yang
dikomunikasikan melalui media tersebut (Effendy, 1989:217).
Dalam kaitannya dengan televisi siaran, maka yang dimaksud dengan media
massa disini adalah media massa periodik seperti surat kabar, majalah (media massa
cetak), radio, televisi dan film (media massa elektronika). Tegasnya yang dimaksud
dengan media massa disini ialah media massa modern (surat kabar, majalah, radio,
televisi dan film) yang memiliki sifat-sifat tersendiri (Wahyudi, 1986:43).
Dewasa ini peran media massa semakin penting, hal ini dikarenakan
masyarakat akan kebutuhan akan informasi. Menurut McQuail (1987:3) ada lima
asumsi akan pentingnya media massa :
10
1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan
lapangan kerja, barang, dan jasa, serta menghidupi industri lain yang terkait;
media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-
norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi
sosial lainnya. Di lain pihak, institusi media diatur oleh masyarakat.
2. Media massa merupakan sumber kekuatan – alat kontrol, manajemen, dan inovasi
dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan sumber
daya lainnya.
3. Media merupakan lokasi (atau forum) yang semakin berperan, untuk
menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf
nasional maupun internasional.
4. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan
saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol tapi juga dalam
pengertian pengembangan tata-cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma.
5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk
memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga masyarakat dan
kelompok secara kolektif; media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif
yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.
F.2.b Fungsi Media Massa
Seorang ahli komunikasi, Dr. Harold D. Lasswell melihat tiga fungsi utama
media massa yaitu:
11
1. The Surveillance of The Environment – fungsi pengamatan lingkungan, atau
dalam bahasa yang sederhana pemberi informasi dan penyampaian berita.
2. The Correlation of The Parts of Socciety in Responding of The Environment –
menekankan pada seleksi, evaluasi dan interpretasi dari media massa. Peranan
media massa adalah melakukan seleksi mengenai apa yang perlu dan apa yang
tidak perlu disiarkan. Pemilihan dilakukan oleh editor, redaktur dan pengelola
media massa. Kurt Lewin menyebutnya sebagai gatekeeper dari arus berita dan
informasi.
3. The Transmission of The Social Haritage from One Generation to The Next –
sebagai sarana untuk memindahkan nilai dan warisan budaya dari generasi ke
generasi.
Ahli komunikasi lain menambahkan fungsi utama media massa adalah sebagai
media hiburan. Sedang Wilbur Schramm menambahkan fungsi kelima dari media
massa adalah sebagai media advertensi atau iklan.
Dengan demikian kelima fungsi utama dari media massa adalah pemberi
informasi, seleksi berita atau informasi, pendidikan, hiburan dan iklan atau advertensi
(Wahyudi, 1986:43-44).
Teori fungsionalisme individual kebanyakan lebih dikembangkan dalam
tradisi penelitian “pemakaian dan kepuasan” khalayak media. Dibawah ini dikutip
dari tipologi yang disarankan oleh McQuail dan kawan-kawan yaitu :
I. Informasi.
a. Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi di masyarakat dan dunia.
12
b. Memudahkan inovasi, adaptasi dan kemajuan.
II. Identitas diri.
a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.
b. Menemukan model perilaku.
c. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.
III. Integrasi dan interaksi sosial.
a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati sosial.
b. Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki.
c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial.
IV. Hiburan.
a. Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan sarana relaksasi.
b. Mengisi waktu.
c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis.
d. Meredakan ketegangan sosial.
(McQuail, 1987:72)
F.3 Audience
F.3.a Pengertian Audiens
Istilah audiens berlaku universal dan secara sederhana dapat diartikan sebagi
sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa berbagai media atau
komponen isinya. Semula audiens adalah sekumpulan penonton drama, permainan
13
dan tontonan, yaitu penonton pertunjukan hal yang telah mengambil berbagai bentuk
yang tidak serupa dalam peradaban dan tahapan sejarah yang berbeda.
Audiens adalah pertemuan publik, berlangsung dalam rentang waktu tertentu,
dan terhimpun bersama oleh tindakan individual untuk memilih secara sukarela
sesuai dengan harapan tertentu bagi maslahat menikmati, mengakui, mempelajari,
merasa gembira, tegang, kasihan, atau lega. Audiens juga dapat atau memang
dikendalikan oleh pihak yang berwenang dan karenanya merupakan bentuk perilaku
kolektif yang dilembagakan (McQuail, 1987:201-202).
Herbert Blumer dalam memberikan ciri tentang audience (komunikan)
sebagai berikut:
a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai
heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal
dari berbagai kelompok dalam masyarakat.
b. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Disamping
itu antar individu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.
c. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.
(Nurudin, 2003:19)
F.3.b Tipe Audiens
Menurut McQuail (1987:206-208) asal usul berbagai audiens mempunyai dua
tipe dasar, tetapi setiap tipe paling sedikit mempunyai dua sub tipe, yang dapat
dikarakterisasikan lebih lanjut sebagai berikut :
14
1. Kelompok atau publik
Sejalan dengan suatu pengelompokan sosial yang ada (misalnya, komunitas,
keanggotaan minoritas politis, religius, atau etnis) dan dengan karakteristik sosial
bersama dari tempat, kelas sosial, politik, budaya, dan sebagainya. Audiens
seperti itu mungkin lebih stabil sepanjang waktu dari tipe audiens yang lain. Para
anggota bertahan lama, tanggap terhadap, dan memiliki partisipasi tertentu dalam
apa yang ditawarkan.
2. Kelompok kepuasan
Terbentuk atas dasar tujuan atau kebutuhan individu tertentu yang ada terlepas
dari media, tetapi berkaitan misalnya, dengan isu politik atau sosial, jadi suatu
kebutuhan umum akan informasi atau akan kepuasan emosional dan afeksi
tertentu. Dari segi komposisinya mungkin agak homogen, aktif dalam
mengungkapkan permintaan yang membentuk penawaran, dan juga selektif. Akan
tetapi audiens tipe ini bukanlah kelompok sosial tetapi kumpulan dari individu-
individu yang terwujud dalam perilaku konsumen. Aktivitas dan selektivitas
rasional terungkap dalam perilaku individu.
3. Kelompok penggemar atau budaya cita rasa
Terbentuk atas dasar minat pada jenis isi (atau gaya) atau daya tarik tertentu
akan kepribadian tertentu atau cita rasa budaya/intelektual tertentu. Komposisinya
akan berubah sepanjang waktu, meskipun beberapa audiens seperti itu mungkin
juga stabil. Eksistensinya tergantung isi yang ditawarkan dan bila isi berubah
audiens pasti bubar atau membarui diri.
15
4. Audiens medium
Berasal dari dan dipertahankan oleh kebiasaan atau loyalitas pada sumber
media tertentu misalnya surat kabar, majalah, saluran radio atau televisi.
Anggotanya umumnya adalah pelanggan produk media yang dibicarakan atau
produk lain yang diiklankan oleh media tersebut.
F.4 Ibu Rumah Tangga
F.4.a Pemahaman Tentang Peranan Ibu Rumah Tangga
Menurut Hurlock dalam kemajuan zaman, banyak gadis remaja yang mau
menjadi istri atau ibu bila mereka telah dewasa. Tetapi mereka tidak mau berperan
sebagai istri atau ibu menurut paham tradisional, yaitu pandangan dimana wanita
berperanan sebagai “bawahan” suami dan mengabdikan seluruh waktu mereka untuk
rumah dan anak-anak tanpa mengindahkan minat-minat mereka. Bahkan, banyak
diantara wanita mengharapkan agar mereka dapat “mendidik” atau “menggurui”
suami mereka untuk menerima paham “kesamarataan” peranan. Dengan mengizinkan
mereka (para wanita) untuk memanfaatkan pendidikan dan latihan yang pernah
mereka terima, dengan tambahan tugas bagi suami dalam hal merawat rumah dan
memelihara anak-anak.
Kesimpulan hasil penelitian H.T. Christensen dan M. Swihart, “Postgraduate
Role Preferences of Senior Women in Collage”, merupakan contoh yang dapat lebih
memperjelas uraian di atas. Dikatakan bahwa para gadis dalam perguruan tinggi, jika
mereka ditanyakan tentang persiapan mereka dalam peranannya sebagai orang
16
dewasa, mereka sepakat akan berkarir sebelum dan sesudah berkeluarga sampai
mereka memperoleh anak. Mereka akan bekerja secara part time atau mengikuti
keaktifan dalam masyarakat sampai mereka mencapai usia setengah baya, jika anak-
anak mereka telah cukup besar dan mereka sendiri telah terbebas dari karir
(Mappiare, 1983:43).
Bagi wanita dalam kehidupan perkawinan, menurut Mappiare (1983:46)
terdapat tiga peranan yang secara terpisah dapat dimainkan oleh wanita yaitu :
1. Peranan sebagai istri dan ibu secara tradisional.
2. Sebagai pendamping setia suami atas izinnya, ikut berpartisipasi untuk
kesenangan dan kegembiraan bersama, seperti yang ingin dicapai oleh individu
pada umumnya.
3. Sebagai partner dan berperan denga tidak bergantung secara ekonomis pada
suami dan punya kuasa sama dalam mengelola keluarga.
F.4.b Konsep Tentang Peranan Ibu Rumah Tangga
Menurut Mappiare (1983:46-49) ada tiga konsep tentang peranan ibu rumah
tangga, yaitu :
1. Konsep Tradisional
Menurut konsep tradisional, ibu rumah tangga adalah wanita yang
mempersembahkan waktunya untuk memelihara dan melatih anak-anak,
mengasuh anak menurut pola-pola yang dibenarkan oleh masyarakat sekitarnya.
Sebagai orang tua yang mempunyai kuasa penuh, wanita melayani keperluan
suami dan anak-anak di rumah. Wanita yang dapat berperanan melayani
17
keperluan keluarga di rumah sangat terpuji. Pendek kata, pekerjaan yang disebut
feminim yang jika dikerjakan sepenuhnya oleh ibu rumah tangga di rumah akan
mendatangkan penilaian baik bagi mereka.
2. Konsep menurut perkembangan (zaman)
Konsep menurut perkembangan ini, meletakkan penekanan pada adanya
kesamaan status bagi orang tua dan status anakpun hampir mempunyai kesamaan
dengan status kedua orang tuanya.
Bagi wanita, menurut konsep ini, mempunyai tugas-sendiri dalam
membangkitkan potensi-potensi mereka. Mereka juga lebih suka menggunakan
kemampuannya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan orang lain, atau
wanita lainnya. Di rumah, mereka punya peranan yang sama rata dengan suami
mereka. Disepakati oleh banyak ahli bahwa para wanita yang menganut konsep
ini, tidaklah merasa bersalah jika mereka meninggalkan rumah. Baik untuk
kegiatan yang mendayagunakan kemampuannya maupun dalam mengikuti latihan
ketrampilan yang dapat mendatangkan kepuasan baginya. Tidak pula mereka
merasa berdosa jika pekerjaan rumahnya (termasuk mengasuh anak-anak)
dilimpahkan kepada orang lain (misalnya pembantu) manakala mereka tidak
dirumah. Ibu rumah tangga menurut konsep ini, mengutamakan membimbing
anak sesuai dengan kemampuan anak itu sendiri. Kalau ibu memiliki kebebasan
sebagai individu maka anak juga mempunyai kebebasan itu.
18
3. Konsep Moderat
Menurut konsep ini peranan wanita bukan ekstrim tradisional dan tidak pula
terlalu mengikuti konsep yang ekstrim menurut perkembangan. Konsep moderat
juga mengakui individualitas seseorang yang mempunyai hak untuk
mengembangkannya sendiri, namuntidak diutamakan. Dengan begitu, wanita
punya hak untuk bekerja di luar rumah, akan tetapi peranan dan tugas pokoknya
tetaplah berpegang kepada nilai luhur naluri kewanitaan. Wanita yang demikian
itu, akan merasa bersalah dan mungkin merasa berdosa, jika terpaksa
mengabaikan pemeliharaan dan pendidikan anak-anaknya karena mereka merasa
bertanggung jawab penuh.
Terbentuk atas dasar tujuan atau kebutuhan individu tertentu yang ada terlepas
dari media. Begitu juga dengan ibu rumah tangga selain mengerjakan beberapa
pekerjaan rumah tangga, ibu rumah tangga juga berusaha memenuhi kebutuhan baik
berupa tentang informasi, pendidikan, pengetahuan dan hiburan melaui media
televisi. Ibu rumah tangga adalah satu khalayak sasaran media televisi dan target
acara seperti sinetron, opera sabun dan iklan. Dikarenakan ibu rumah tangga
dianggap sebagai khalayak yang memiliki waktu luang yang banyak, terutama ibu
rumah tangga yang murni tidak bekerja.
19
F.5 Televisi
F.5.a Pengertian Televisi
Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa
Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre – bahasa Latin) berarti penglihatan.
Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan
melihat jauh. Melihat jauh ini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di
suatu tempat (studio televisi) dan dapat dilihat dari tempat “lain” melalui sebuah
perangkat penerima (televisi set) (Wahyudi, 1986:49).
Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan
suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat
massa. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa
media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis (Kuswandi,
1996:21-22).
Televisi yang dalam menyiarkan pesannya itu bersifat audio visual, dapat
dilihat dan didengar dan juga mendatangi langsung ke rumah – rumah penduduk.
Dengan segala kemudahannya, penduduk tidak usah pergi dari rumah, dapat
menikmati hiburan beraneka ragam, informasi yang serba cepat dan memuaskan
(Effendy, 1992:60).
F.5.b Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa
Sebagai media audio visual televisi dinilai sebagai media yang paling berhasil
dalam menyebarkan informasi, cerita atau segala sesuatu yang disampaikan lebih
20
menarik dan menyenangkan pemirsa dibandingkan media komunikasi lainnya, seperti
media cetak dan radio.
Menurut Hoefman (1999:54-59) terdapat lima fungsi televisi yang pada
umumnya diakui adalah sebagai berikut :
1. Pengawasan dan situasi masyarakat dan dunia.
Fungsi ini sering disebut sebagai informasi. Fungsi televisi yang sebenarnya
adalah mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkan
sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. Televisi dapat menjadi media
komunikasi yang cukup demokratis, sejauh yang hidup dalam masyarakat
dikembalikan lagi kepada masyarakat lewat siaran.
2. Menghubungkan satu dengan yang lain.
Menurut Neil Postman televisi tidak berkesinambungan. Akan tetapi, televisi
yang menyerupai sebuah mosaik dapat saja menghubungkan hasil pengawasan
satu dengan hasil pengawasan yang lain secara jauh lebih gampang daripada
sebuah dokumen tertulis.
3. Menyalurkan kebudayaan.
Sebetulnya kebudayaan rakyat sudah cukup terangkat, kalau televisi berfungsi
sebagai pengawas masyarakat. Akan tetapi, diharapkan televisi dalam hal ini lebih
proaktif. Televisi sendiri tidak hanya mencari, tetapi juga ikut
memperkembangkan kebudayaan. Fungsi ini dilihat sebagai pendidikan. Namun,
istilah “pendidikan” sengaja dihindari karena di dalam kebudayaan audiovisual
tidak ada yang namanya kurikulum atau target tertentu yang dirancang oleh
21
pendidik. Kebudayaan yang diperkembangkan oleh televisi merupakan tujuan
tanpa pesan khusus di dalamnya.
4. Hiburan.
Demikian juga dalam kebudayaan audio visual segala-galanya paling sedikit
mempunyai unsur hiburan. Kalau tidak menghibur umumnya sebuah tayangan
tidak akan ditonton. Sekarang ini hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan
manusia. Tanpa hiburan manusia tidak dapat hidup dengan wajar. Hiburan
merupakan rekreasi, artinya berkat hiburan manusia menjadi segar untuk
kegiatan-kegiatan yang lain. Tentu orang yang setiap hari menghabiskan beberapa
jam di depan layar televisi umumnya ingin dihibur. Namun, tidak berarti mereka
tidak mau belajar juga. Kalau tidak ada apa-apa yang dapat dipelajari, suatu
hiburan umumnya kurang menarik.
5. Pengarahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat.
Fungsi kelima ini sering dijadikan bahan diskusi, karena mudah disalahgunakan
oleh seorang penguasa. Akan tetapi, dalam situasi tertentu fungsi ini cukup masuk
akal. Misalnya kalau terjadi wabah penyakit di suatu daerah, televisi bisa saja
memberitakan berdasarkan fungsinya sebagai pengawas. Berita ini kemudian
dapat dihubungkan dengan keterangan vaksinasi. Tetapi dalam keadaan darurat
ini tidak cukup. Televisi harus proaktif memberi motivasi dan menganjurkan
supaya orang mau dibantu secara preventif.
22
Televisi harus mampu membuat yang menarik bagi khalayaknya, dalam usaha
menarik khalayaknya suatu acara harus dipersiapkan sedemikian rupa agar menarik
dan enak ditonton.
Selain itu acara harus juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan khalayak. Satu-
satunya cara untuk mendekati agar keinginan seluruh khalayak adalah dengan
mengelompokkan mereka menurut karakteristik yang ada seperti usia, agama, jenis
kelamin, pendidikan dan sebagainya. Oleh karena itu masyarakat sebagai khalayak
keseluruhan atau khalayak sasaran perlu dibagi menjadi kelompok tertentu sebagai
sasaran pesan atau yang biasa disebut kelompok sasaran. Dengan pengelompokan ini
pihak pengelola televisi bisa membuat acara atau rubrik tertentu untuk pembaca atau
penonton atau pemirsa tertentu pula. Seperti misalnya, acara untuk khalayak sasaran
adalah warta berita, sandiwara, musik, film seri, olah raga dan sebagainya. Sedangkan
acara untuk kelompok sasaran adalah acara untuk agama, acara untuk anak-anak,
remaja, ibu-ibu, dan acara-acara lain yang diperuntukkan kelompok tertentu.
F.6 Apresiasi
F.6.a Pengertian Apresiasi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia apresiasi diartikan dengan penilaian
baik; penghargaan; misalnya apresiasi terhadap karya-karya sastra dan seni
(Poerwadarminta, 1976:55). Istilah apresiasi berasal dari bahasa latin “apreciatio”
yang berarti “mengindahkan” atau “menghargai”. Dalam konteks yang lebih luas,
apresiasi menurut Gove mengandung makna :
23
1. Pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin.
2. Pemahaman dan pengalaman terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan
pengarang (Aminuddin, 2004:34).
Sedangkan menurut Effendi, apresiasi adalah kegiatan menggauli karya sastra
secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan
pikiran dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (Aminuddin,
2004:35).
Lebih lanjut lagi, Squire dan Taba mengatakan bahwa apresiasi merupakan
suatu proses yang melibatkan beberapa unsur inti. Unsur-unsur tersebut meliputi 3
(tiga) aspek penting, yaitu:
1. Aspek kognitif
Aspek kognitif ini berkaitan dengan keterlibatan intelek membaca dalam upaya
memahami unsur-unsur kesusastraan yang bersifat objektif yaitu unsur ekstrinsik
dan intrinsik sastra. Aspek kognitif dapat berupa penganalisaan unsur-unsur
tertentu (misalnya intrinsik dan ekstrinsik), pengidentifikasiaan, pembedaan, dan
lain sebagainya yang bersifat menganalisis suatu karya sastra.
2. Aspek Emotif
Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan emosi pembaca dalam upaya
menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca. Aspek ini
berupa penunjukan terhadap nilai-nilai tertentu (yang melibatkan perasaan atau
emosi) yang ditawarkan oleh pengarang dalam sebuah cerpen.
24
3. Aspek Evaluatif
Aspek evaluatif ini berkaitan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap
baik buruknya, indah atau tidaknya sebuah karya sastra, dan semua kegiatan lain
yang berkaitan dengan kritik pada sebuah karya sastra. Keterlibatan unsur ini
masih bersifat umum sehingga setiap apresiator yang telah mampu meresponsi
teks sastra yang dibaca sampai pada tahap pemahaman dan penghayatan,
sekaligus juga mampu melaksanakan penilaian
Dengan demikian, dasar kemampuan apresiasi adalah aspek kognitif (kesiapan
dan keluasaan pengetahuan), aspek emotif (kepekaan perasaan), dan evaluatif
(kepekaan yang mampu memberikan penilaian dan penghargaan) (Aminuddin,
2004:34-35).
F.6.b Apresiasi Terhadap Program Televisi
Menurut Marseli Sumarno dan setiap bentuk, seperti seni musik, seni sastra,
seni tari dan seni rupa memerlukan apresiasi dari penikmatnya. Secara harfiah,
apresiasi program televisi berarti penghargaan terhadap kehadiran sebuah karya
program televisi. Penghargaan tinggi dan rendah yang diungkapkan dalam apresiasi
(Kurnianto, 2005:14)
Dalam hubungan dengan kegiatan menikmati program acara televisi,
seseorang tidak akan dapat menikmati program acara sebelum ia memahami dan juga
merasakan apa yang terkandung dalam program acara tersebut. Selanjutnya program
acara yang bagus akan mendapat pujian para penonton atau mendapatkan
penghargaan-penghargaan. Bentuk penghargaan atau penilaian program acara dengan
25
kriteria disukai, cukup disukai, dan tidak disukai. Jadi, tahap apresiasi program acara
televisi adalah memahami, menikmati dan menghargai. Menurut Marseli Sumarno
ada tiga tahap apresiasi :
1. Pemahaman.
Tahap pertama apresiasi berkaitan dengan keterlibatan emosional dan pemikiran.
Penonton memahami masalah, ide serta gagasan.
2. Penikmatan.
Tahap kedua apresiasi program acara televisi terletak pada tingkat ketika
penonton memahami dan menghargai penguasaan pembuat program acara televisi
terhadap cara-cara penyajian acara hingga hingga dicapai tingkat penghayatan
yang intens. Penonton tertarik kepada bagaimana cara sutradara dan tenaga kreatif
membuat penyajian program acara secara keseluruhan.
3. Penghargaan.
Tahap ketiga apresiasi berlangsung ketika penonton memasalahkan dan
menemukan hubungan pengalaman yang ia dapat dari program acara televisi
dengan pengalaman kehidupan nyata yang dihadapi. Sehingga penghargaan atau
penilaian apa yang selayaknya penonton berikan kepada program acara televisi
(Kurnianto, 2005:15).
F.7 Program Acara Televisi
Program acara televisi adalah mata acara yang disiarkan oleh stasiun televisi,
baik harian, mingguan, tengah bulanan, bulanan, triwulan, tengah tahun dan tahunan.
26
Adakalanya acara tersebut diproduksi oleh masing-masing stasiun televisi, membeli
produksi audio visual dari rumah-rumah produksi (production house) (Kurnianto,
2005:8).
Program acara televisi dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu : berita, non
berita (hiburan) dan iklan. Program berita harus mengandung unsur-unsur : aktual,
atau masih baru, yang berarti mengandung makna kecepatan; faktual, atau
fakta/kenyataan, yang berarti tidak boleh bohong; penting dan menarik (Wahyudi,
1986:216).
Program nonberita biasanya program-program yang tidak memiliki nilai
politik dan strategis. Disini yang diutamakan adalah keindahan dan sasarannya, yaitu
kepuasan penonton. Boleh tidak faktual, artinya boleh sesuatu yang tidak masuk akal.
Sedangkan pada program iklan adalah siaran yang khusus ditujukan untuk
promosi suatu produk, kegiatan masyarakat yang bertujuan untuk memperkenalkan
kepada khalayak guna kepentingan komersial (Wahyudi, 1986:227).
Menurut J.B Wahyudi setiap program acara televisi yang akan disiarkan harus
dibuatkan :
1. Judul mata acara.
2. Kriteria atau batasan mata acara.
3. Format atau bentuk penyajian.
4. Durasi atau lama waktu siaran.
Selain hal tersebut diatas, penentuan program acara televisi hendaknya dilandasi oleh:
1. Misi, fungsi dan tugas stasiun penyiaran.
27
2. Landasan filosofi, konstitusi, dan operasional.
3. Hasil riset khalayak sebagai konsumen.
4. Norma, etika, dan estetika yang berlaku.
5. kebijakan intern dan ekstern
(Kurnianto, 2005:9).
Pengelola dan perencana acara televisi harus tetap konsekuen dan konsisten
membuat paket acara dengan tujuan yang jelas dan pasti serta didiringi tanggung
jawab moral dalam melihat kondisi dan situasi pemirsanya (Kuswandi, 1996:100).
F.8 Teori Uses and Gratification
Pada penelitian ini penulis menggunakan teori Uses and Gratifications, hal ini
dikarenakan khalayak aktif memilih media, yang didasarkan pada asas manfaat dan
kepuasan. Teori ini merupakan kebalikan dari Teori Jarum Hipodermik, dimana
khalayak lebih pasif terhadap media.
Model teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang,
tetapi ia tertarik ada apa yang dilakukan orang terhadap media. Anggota khalayak
dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya (Rakhmat,
2002:65).
Teori ini lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media,
artinya manusia mempunyai otonomi, wewenang untuk memperlakukan media.
Audience yang aktif akan memilih mana media yang harus dipilih untuk memuaskan
kebutuhannya. Konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan
28
bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media
itu berdampak pada dirinya. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media
yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Upaya yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan itu sangat bergantung pada tersedia tidaknya media dan
kemudahan memanfaatkannya (Nurudin, 2004:181).
Dalam teori ini khalayak adalah sebagai bentuk yang aktif. Mereka berhak
memilih tayangan-tayangan yang disukai. Karena pada dasarnya masyarakat tidak
terlepas dari adanya kebutuhan-kebutuhan dan kebutuhannya ada yang terpuaskan
lewat media.
Karena kepuasan tersebut, orang akan mengalami terpaan media. Kita
beranggapan bahwa faktor lingkungan amat dominan dalam terpaan, tetapi untuk
melanjutkan terpaan itu diperlukan motif dan pemuasannya. Menurut teori
behaviorisme “law of effect” perilaku yang tidak akan mendatangkan kesenangan
tidak akan diulangi lagi, artinya kita tidak akan menggunakan media massa bila
media massa tidak memberikan pemuasan pada kebutuhan kita (Rakhmat, 1986:200).
Terpaan media yang dimaksud diatas adalah frekuensi seseorang untuk
mendengarkan radio, membaca surat kabar dan menonton televisi. jadi dapat
disimpulkan terpaan televisi adalah frekuensi menonton salah satu tayangan televisi.
Ada beberapa cara mengklasifikasikan kebutuhan dan gartifikasi audien,
McQuail, Blumer, dan Brown (1972) dalam Severin dan Tankard (2005:356)
mengusulkan kategori-kategori sebagai berikut:
1. Pengalihan – pelarian dari rutinitas dan masalah; pelepasan emosi.
29
2. Hubungan personal – manfaat sosial informasi dalam percakapan; pengganti
media untuk kepentingan perkawanan.
3. Identitas pribadi atau psikologi individu – penguatan nilai atau penambahan
keyakinan; pemahaman diri; eksplorasi realitas; dan sebagainya.
4. Pengawasan – informasi mengenai hal-hal yang mungkin mempengaruhi
seseorang atau akan membantu seseorang melakukan atau menuntaskan sesuatu.
G. Definisi Konseptual
Definisi konseptual mendefinisikan suatu konstruk dengan cara
menghubungkan satu konstruk dengan konstruk lainnya (Bulaeng, 2004:67). Untuk
menghindari kemungkinan terjadinya interpretasi yang salah terhadap pengertian
beberapa istilah, di bawah ini akan dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam
judul skripsi ini.
1. Apresiasi.
Menurut Marseli Sumarno, apresiasi program televisi berarti penghargaan
terhadap kehadiran sebuah karya program televisi. Penghargaan tinggi dan rendah
diungkapkan dalam apresiasi (Kurnianto, 2005:14).
Penelitian ini, apresiasi difokuskan pada apresiasi terhadap frekuensi
tayangan, format acara, pembawa acara, dan bintang tamu. Sebagai subyek
apresiasi yaitu ibu rumah tangga. Tahap apresiasi program acara televisi ialah
memahami, menikmati, dan menghargai. Seseorang tidak akan dapat menikmati
program acara sebelum ia memahami program acara tersebut. Jika program
30
tersebut dinilai bagus, selanjutnya akan mendapat pujian dari penonton berupa
penilaian atau penghargaan. Penilaian dari penonton dalam bentuk kritik dan
saran. Penghargaan terhadap suatu acara muncul ketika penonton
mempermasalahkan dan menemukan hubungan pengalaman yang ia dapat dari
program acara televisi dengan pengalaman kehidupan nyata yang dihadapi.
2. Rumah Tangga
Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia kata ‘ibu’ mempunyai arti wanita
yang sudah bersuami (Poerwadarminta, 1976:368). Sedangkan rumah tangga
mempunyai arti segala sesuatu yang mengenai rumah atau kehidupan dalam
rumah seperti: mencuci, belanja dan sebagainya. Ibu rumah tangga yang
dimaksud dalam penelitian ini yaitu wanita yang telah bersuami yang mengatur
segala macam pekerjaan rumah tangga. Dalam hal ini, penulis membatasi pada
ibu rumah tangga yang murni tidak bekerja.
3. Apresiasi Ibu Rumah Tangga Terhadap Program Televisi
Jadi dalam penelitian ini apresiasi ibu rumah tangga terhadap program televisi
adalah penghargaan dan atau penilaian terhadap suatu program televisi, dengan
melalui tahap-tahap yaitu pemahaman, penikmatan dan penghargaan dan atau
penilaian ibu-ibu terhadap program acara Ceriwis.
4. Ceriwis
Ceriwis memulai siaran tanggal 8 Desember 2003, Ceriwis adalah Cerita Indie
Waktu Istirahat, maksudnya adalah sewaktu Indie istirahat siang dia mempunyai
cerita yang disampaikan kepada audience. Ceritanya berupa kehidupan bintang
31
tamu yang dihadirkan, tentang tips-tips kesehatan, resep masakan dan sebagainya.
Acara ini menghadirkan suasana variatif, penuh canda dan informatif. Ceriwis
dipandu oleh host yang sudah dikenal yaitu Indie Barends & Indra Bekti, dalam
membawakan acara ini mereka sangat kocak dan mampu memberikan keceriaan
di setiap penampilannya.
Pada awalnya Ceriwis memulai siaran pada pukul 10.30 - 11.30 WIB, dari
hari Senin sampai Jum’at. Kemudian ada perubahan jam tayang menjadi 12.30 -
13.30 WIB dan ditayangkan setiap hari. Saat pertama kali penayangan format dan
tema acara tiap episode sama. Seiring berjalannya waktu Ceriwis mengalami
perubahan pada tema dan format acaranya. Untuk tema setiap hari berubah,
misalnya; hari Senin temanya tentang imajinasi dan biasa dikenal dengan “Senin
Imajinasi”; hari Selasa dikenal dengan “Selasa Profesi (Selasi)”; hari Rabu
dikenal dengan “Rabu Memasak”; hari Kamis ada 2 tema yang ditayangkan
bergantian yaitu, “Kamis Sehat” dan “Kamis Ramal”; hari Jum’at dikenal dengan
“Jum’at Nostalgila”; hari Sabtu dikenal dengan “Sari Deh Ah” (Sabtu Ceria Deh
Ah) dan Minggu dikenal dengan Minggu Santai. Kadang-kadang pada episode
tertentu, temanya disesuaikan dengan kegiatan tertentu, misalnya peringatan hari
anak nasional, hari kemerdekaan RI, hari lingkungan hidup dan sebagainya.
Tayangan Ceriwis ini menampilkan bintang tamu, kemudian segala perilaku
bintang tamu itu dikupas semuanya, misalnya masa kecilnya, sisi kenakalannya,
kebiasaan dan sebagainya, sehingga masyarakat menjadi tahu apa yang menjadi
kebiasaan bintang tamu tersebut. Selain itu Ceriwis menampilkan pengetahuan
32
yang sifatnya luas, seperti tentang kesehatan, pendidikan, resep masakan, juga
tips-tips tentang kehidupan sehari-hari, dan lain-lain.
H. Metode Penelitian
H.1 Tipe Penelitian
Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong, 2005:6). Penelitian ini mencoba
menggambarkan apresiasi ibu-ibu rumah tangga terhadap tayangan Ceriwis Yo Wis
di Trans TV.
H.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perumahan Taman Pinang Indah RW 06 Kelurahan
Lemah Putro, Kabupaten Sidoarjo. Lokasi penelitian ini dipilih dengan alasan karena
ibu rumah tangganya berdasarkan angket sebagian besar pernah menonton Ceriwis
Yo Wis. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni 2006.
H.3 Teknik Penentuan Jumlah Informan
Teknik penentuan jumlah informan menggunakan purposive sampling.
Penggunaan teknik ini dengan menentukan ciri-ciri (karakteristik) tertentu (Oman,
2003;10).
33
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap
paling tahu yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyono,
2005:54). Dalam penelitian ini, unit analisisnya memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Ibu rumah tangga RW 06, dengan alasan segmentasi acara ceriwis ditujukan
untuk ibu rumah tangga.
b. Mereka yang pernah menonton acara ceriwis 6-7 kali berdasarkan angket
penjajakan.
Jadi, berdasarkan karakteristik di atas yang menjadi informan dalam
penelitian ini adalah ibu Maria, ibu Ilma, Ibu Ida, Ibu Zaenal, ibu Lia.
H.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu :
a. Angket Penjajakan.
Bentuk angket yang digunakan adalah angket tertutup yang dijawab langsung
oleh responden. Diberikan untuk mendapatkan data tentang apresiasi ibu-ibu
rumah tangga terhadap tayangan ceriwis.
b. Wawancara.
Teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data/informasi dengan cara
berhubungan langsung kepada informan. Dalam penelitian ini, peneliti membuat
garis besar pokok wawancara agar proses dan isi wawancara tidak membias dari
34
pokok permasalahan. Teknik ini dimaksudkan untuk mendapatkan jawaban
langsung mengenai apresiasi ibu-ibu rumah tangga terhadap tayangan ceriwis.
c. Dokumentasi.
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
H.5 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif pada prinsipnya berproses secara
induksi-interpretasi-konseptualisasi. Dengan demikian laporan lapangan yang detail
(induksi) dapat berupa data yang lebih mudah dipahami, dicarikan makna sehingga
ditemukan pikiran apa yang tersembunyi di balik cerita mereka (interpretasi) dan
akhirnya dapat diciptakan suatu konsep (konseptualisasi) (Hamidi, 2004:78-79).
Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam proses analisis adalah :
a. Menyebarkan angket penjajakan untuk mengetahui frekuensi ibu-ibu rumah
tangga yang menonton.
b. Mengumpulkan dan menyajikan data hasil wawancara secara detail. Dan
menganalisis data setiap meninggalkan lapangan.
c. Melakukan interpretasi data, dalam hal ini peneliti memberikan penjelasan
terhadap data berupa pernyataan untuk menemukan apa yang tersembunyi di balik
cerita responden.
d. Penarikan kesimpulan dan membacakan laporan untuk dikoreksi oleh para
responden sehingga keabsahan data dapat dipercaya.
35
G.6 Teknik Keabsahan Data
Data atau informasi yang telah dikumpulkan kemudian diperiksa
keabsahannya melalui pengecekan anggota (member chek). Member chek adalah,
proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan
memberchek adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai
dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Pelaksanaan memberchek dapat
dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu
temuan atau kesimpulan. Caranya dapat dilakukan secara individual, dengan cara
peneliti datang ke pemberi data, atau melalui forum diskusi kelompok (Sugiyono,
2005:129-130).
36
BAB II
GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
A. Keadaan Geografi
Wilayah penelitian merupakan pemaparan yang mengandung informasi
bersifat umum dari keadaan penelitian. Daerah yang ditentukan adalah Rukun Warga
06 Desa Lemah Putro Sidoarjo. Lokasi RW 06 berada di Perumahan Taman Pinang
Indah, yang terdiri dari 5 rukun tangga (RT). RW 06 berbatasan dengan :
1. Sebelah Timur berbatasan dengan RW 05
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Banjar Poh
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sidokare
4. Sebelah Utara berbatasan dengan RW 04
B. Susunan Kepengurusan Rukun Warga 06
Perumahan Taman Pinang Indah
Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo
Periode 2004 - 2007
Ketua : Drs. Wahyu Purwanto
Wakil Ketua : H. Imam Rahmad
Sekretaris : Moh. Abdur Rohman, SH
Wakil Sekretaris : Drs. Arbi Harun, MM
Bendahara : I Ketut Pasek, SE
37
Wakil Bendahara : Ir. Budi Setyoko
Bidang – bidang :
A. Kerohanian : Drs. Helmy Syarif, Ak (Sie Agama Islam)
Drs. Chandra S. (Sie Agama Kristen)
B. Sosial : Aristanto
Ir. Sofyan Chudhori
C. Olah Raga & Kepemudaan : Yananto Lingga, SE
D. Keamanan : Sumantri, SH
E. Hukum : Lulus Suhanto, SH
Sumber : Dokumen Ketua RW 06
C. Kegiatan Ibu rumah tangga RW 6.
1. Pengajian rutin tiap 1 minggu sekali.
2. Kegiatan arisan tiap-tiap kelompok dasa wisma yang diadakan setiap bulan.
D. Transformasi Televisi (TRANS TV)
TRANS TV (PT Televisi Transformasi Indonesia) adalah sebuah stasiun
televisi swasta ke 8 yang memperoleh ijin mengudara secara nasional di Indonesia.
Usahanya berada di bawah kepemilikan Para Group (PT Para Inti Investindo).
Memperoleh ijin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian
kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, maka sejak tanggal 15
Desember 2001, TRANS TV memulai siaran secara resmi.
38
D.1 Logo Trans TV
Gambar 1. Logo Trans TV
Logo Trans TV berbentuk berlian, yang menandakan keindahan dan
keabadian. Kilauannya mereflesikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai
pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya
masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis serif, yang mencerminkan karakter abadi,
klasik, namun akrab dan mudah dikenali.
D.2 Visi dan Misi Trans TV
Visi Trans TV adalah menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN,
memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-
program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang
39
dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam
meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat.
Misi Trans TV adalah Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk
mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan
menumbuhkan nilai-nilai demokrasi (www.transtv.co.id).
D.3 Penghargaan Untuk Trans TV
1. ASIAN TELEVISION AWARD 2004
1.1 Kategori Best Reality Program : “Dunia Lain” – Lawang Sewu
1.2 Nominasi Best Music Programme : Diva Dangdut Nirwana
2. FOR ALL NATION (FAN) CAMPUS 2004
Kategori Media Elektronik Peduli Narkoba (Oktober 2004)
3. CAKRAM 2003
Kategori Televisi Terbaik
4. MAJELIS ULAMA INDONESIA
Anugrah Syiar Ramadhan 1424 H – Kategori Siaran Menjelang Buka Puasa
5. CAKRAM 2002
Kategori Media Pendatang Potensial
6. MAJELIS ULAMA INDONESIA
Anugrah Syiar Ramadhan 1423 H – Kategori Siaran Pendukung Suasana
Ramadhan (www.transtv.co.id).
40
E. Ceriwis
Ceriwis memulai siaran tanggal 8 Desember 2003, Ceriwis adalah Cerita Indie
Waktu Istirahat, maksudnya adalah sewaktu Indie istirahat siang dia mempunyai
cerita yang disampaikan kepada audience. Ceritanya berupa kehidupan bintang tamu
yang dihadirkan, tentang tips-tips kesehatan, resep masakan dan sebagainya. Acara
ini menghadirkan suasana variatif, penuh canda dan informatif. Ceriwis dipandu oleh
host yang sudah dikenal yaitu Indie Barends & Indra Bekti, dalam membawakan
acara ini mereka sangat kocak dan mampu memberikan keceriaan di setap
penampilannya.
Pada awalnya Ceriwis memulai siaran pada pukul 10.30-11.30 WIB, dari hari
Senin sampai Jum’at. Kemudian ada perubahan jam tayang menjadi 12.30-13.30 WIB
dan ditayangkan setiap hari. Saat pertama kali penayangan format dan tema acara tiap
episode sama. Seiring berjalannya waktu Ceriwis mengalami perubahan pada tema
dan format acaranya. Untuk tema setiap hari berubah, misalnya; hari Senin temanya
tentang imajinasi dan biasa dikenal dengan “Senin Imajinasi”; hari Selasa dikenal
dengan “Selasa Profesi (Selasi)”; hari Rabu dikenal dengan “Rabu Memasak”; hari
Kamis ada 2 tema yang ditayangkan bergantian yaitu, “Kamis Sehat” dan “Kamis
Ramal”; hari Jum’at dikenal dengan “Jum’at Nostalgila”; hari Sabtu dikenal dengan
“Sari Deh Ah” (Sabtu Ceria Deh Ah) dan Minggu dikenal dengan Minggu Santai.
Kadang-kadang pada episode tertentu, temanya disesuaikan dengan kegiatan tertentu,
misalnya peringatan hari anak nasional, hari kemerdekaan RI, hari lingkungan hidup
dan sebagainya.
41
Tayangan Ceriwis ini menampilkan bintang tamu, kemudian segala perilaku
bintang tamu itu dikupas semuanya, misalnya masa kecilnya, sisi kenakalannya,
kebiasaan dan sebagainya, sehingga masyarakat menjadi tahu apa yang menjadi
kebiasaan bintang tamu tersebut. Selain itu, Ceriwis menampilkan pengetahuan yang
sifatnya luas, seperti tentang kesehatan, pendidikan, resep masakan, juga tips-tips
tentang kehidupan sehari-hari, dan lain-lain.
F. Identitas Informan
Dalam penelitian ini yang dijadikan informan adalah ibu rumah tangga.
Pengertian ibu rumah tangga sendiri adalah wanita yang telah bersuami yang
mengatur segala macam pekerjaan rumah tangga. Berdasarkan angket, ibu – ibu
rumah tangga yang bersedia mengisi angket sebanyak 80 orang. Ibu – ibu yang
terpilih sebagai sumber informasi yang bertempat tinggal di RW 6 selanjutnya disebut
informan, yaitu sebanyak 5 informan. Berikut tabel identitas sumber informasi.
Tabel 2.1. Identitas Sumber InformanNo Nama Usia Pendidikan Kegiatan
1 Ny. Maria 37 tahun SMA Ibu rumah tangga, mengantar anakke sekolah dan menjemputnya.
2 Ny. Zaenal 36 tahun SMA Ibu rumah tangga, mengantar anakke sekolah dan menjemputnya
3 Ny. Lia 33 tahun SMA Ibu rumah tangga
4 Ny. Ida 39 tahun SMA Ibu rumah tangga
5 Ny. Ilma 30 tahun SMA Ibu rumah tangga
Hasil angket, Juni 2006
42
Berdasarkan pada tabel 2.1 dapat dilihat bahwa informan mempunyai latar belakang
pendidikan yaitu rata-rata setingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) dan rata-rata
berusia antara 30 – 37 tahun, yang mempunyai kegiatan sebagai ibu rumah tangga,
maka dapat dikatakan bahwa sumber informan tersebut dapat meluangkan waktunya
untuk sebagian besar berada dan melakukan kegiatan di dalam rumah. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa ketersediaan waktu bagi informan sangat memungkinkan untuk
menonton tayangan ceriwis, meskipun tidak dapat menonton tayangan tersebut
hingga selesai karena ada sebagian informan harus menjemput anak-anaknya dari
sekolah.
43
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dipaparkan data-data dari hasil penelitian yang telah
dilakukan beserta dengan analisisnya berdasarkan pada hasil angket, wawancara dan
dokumentasi yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan jawaban tentang
permasalahan yang telah diteliti. Peneliti akan memaparkan hasil penelitian dari
masing-masing informan yang ada di RW 6 kelurahan Lemah Putro.
Berikut adalah penyajian hasil penelitian, baik dari hasil angket penjajakan,
hasil wawancara, maupun dokumentasi yang telah dilakukan dan didapatkan peneliti
di lapangan beserta analisis datanya.
A. Apresiasi Informan Terhadap Tayangan Ceriwis
Berikut adalah hasil angket penjajakan tentang pengetahuan informan
terhadap keberadaan tayangan Ceriwis yang dapat dilihat dalam bentuk tabel.
Tabel 3.1. Pengetahuan Informan Tentang Ceriwis
Keberadaan Ceriwis Jumlah Persentase
Tahu 67 orang 83,75 %
Tidak Tahu 13 orang 16,25 %
Jumlah 80 orang 100 %
Hasil angket, Juni 2006
44
Dari tabel diatas dapat menunjukkan bahwa informan sebanyak 80 orang, 67
orang (83,75 %) diantaranya mengetahui keberadaan tayangan Ceriwis yang
disiarkan oleh Stasiun Televisi Trans TV. Sedangkan 13 orang (16,25 %) sisanya
tidak mengetahui keberadaan tayangan ini. Dari data tersebut, dapat disimpulkan
bahwa informan yang mengetahui keberadaan Ceriwis (67 orang atau 83,75 %)
pernah menonton tayangan Ceriwis.
Tabel 3.2. Frekuensi Menonton Ceriwis ( dalam 1 minggu)
Frekuensi Menonton Jumlah Persentase
6 – 7 kali 20 orang 29,9 %
4 – 5 kali 18 orang 26,8 %
2 – 3 kali 18 orang 26,8 %
1 kali 11 orang 16,5 %
Jumlah 67 orang 100 %
Hasil angket, Juni 2006
Dari informan sebanyak 67 orang, 20 orang (29,9 %) menonton Ceriwis Yo
Wis sebanyak 6 – 7 kali dalam seminggu, 18 orang ( 26,8 %) masing-masing
menonton Ceriwis Yo Wis sebanyak 4 – 5 kali dan 2 – 3 kali dalam seminggu. Dan
hanya 11 orang (16,5 %) menonton sekali dalam seminggu. Dapat disimpulkan dari
hasil angket penjajakan, bahwa apresiasi ibu rumah tangga di RW 6 Kelurahan
Lemah Putro Sidoarjo, yang selanjutnya disebut informan, terhadap tayangan ceriwis
45
cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar informan yang frekuensi
menonton tayangan tersebut lebih dari 2 kali dalam seminggu.
Dalam penelitian ini, wawancara terhadap informan dilakukan secara
bertahap. Wawancara dimulai dengan menanyakan tanggapan informan terhadap
tayangan Ceriwis. Tanggapan Ny. Maria terhadap pertanyaan tersebut sebagai
berikut:
“Ceritanya bagus, karena presenternya sangat profesional dan gaul”.
Menurut Ny. Maria, tayangan tersebut bagus. Tayangan tersebut dinilai bagus olah
beliau karena presenternya yang professional dan didukung dengan kemampuan
presenter beradaptasi dengan tata cara pergaulan pada saat ini.
Hal serupa juga disampaikan oleh Ny. Zainal, beliau mengatakan :
“Bagus ya kalo menurut saya, alasannya disamping memang yangmembawakan itu sendiri orangnya itu lucu, ya jadi e… apa namanya sepertibintang tamunya itu kita kan ga tau masa lalunya jadi akhirnya itu kok bisatau gitu lho darimana? Jadi kan kita tadinya kita gatu orangnya kayak gimasekarang jadi, saya sukanya disitu”.
Ny. Zaenal menyampaikan, selain presenternya lucu, beliau menganggap keberadaan
bintang tamu juga membuat tayangan tersebut menarik baginya, sehingga beliau bisa
mengetahui latar belakang kehidupan artis yang menjadi bintang tamu dalam
tayangan tersebut.
Begitu pula dengan Ny. Ida, yang sependapat dengan Ny. Zaenal, beliau
mengatakan bahwa tayangan tersebut tergolong bagus karena beliau menyukai
pembawa acaranya, apalagi bila bintang tamunya sesuai baik dengan tema hariannya
46
maupun dengan isu hangat yang sedang beredar di masyarakat. Berikut pernyataan
beliau :
“Bagus sih standar ya, kadang-kadang kalo pas bintang tamunya pas ya bagus,tapi kalo pembawa acaranya saya seneng”.
Lain halnya dengan pernyataan Ny. Lia sebagai berikut :
“Ya, baguslah itu kan kalo menurut aku kan obrolan santai, itu menayangkantentang informasi selebritis dengan kehidupannya, ya baguslah”.
Bagi Ny. Lia, Ceriwis termasuk tayangan yang bagus, menurutnya obrolan santai
mengenai kehidupan dan informasi terkini dari para selebriti membuat acara ini
menjadi menarik.
Menurut pendapat Ny. Ilma, acara Ceriwis merupakan tayangan yang bagus
dan sangat menghibur, karena bagi beliau pada jam ditayangkannya Ceriwis tidak
terdapat tayangan pilihan yang lain yang menarik. Berikut pernyataan beliau :
“Menurut saya, acara ini bagus dan cukup menghibur, apalagi pada jam initidak menyenangkan dan membosankan”.
Dari lima (5) informan didapatkan bahwa tayangan Ceriwis adalah tayangan
yang bagus dan menghibur. Penilaian ini didasarkan pada pendapat mereka tentang
pembawa acaranya (presenternya), bintang tamunya, dan tema harian yang disajikan.
A.1 Alasan Informan Menonton Tayangan Ceriwis
Ketika informan ditanya tentang apa yang mendorong informan menonton
acara Ceriwis, Ny. Lia menyatakan :
“Ya, buat hiburan aja, ya untuk menambah wawasan hanya untuk sekedartahu aja”.
47
Ny. Lia berpendapat bahwa dengan menonton acara tersebut, beliau dapat menambah
wawasannya. Beliau tidak menjelaskan wawasan secara khusus tetapi beliau hanya
mengatakan wawasan yang terbatas di acara tersebut.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ny. Maria, Ny Ida, dan Ny. Zaenal.
Selain dapat menambah wawasan dan pengetahuannya, bintang tamu yang dihadirkan
dalam acara tersebut mampu membuat beliau merasa terhibur. Berikut pendapat Ny.
Maria :
“Alasannya sebagai hiburan yang bener-bener menghibur saya dan jugamenambah wawasan dan pengetahuan saya tentang tema yang dibahas. Sayaambil contoh, kayak kemarin itu masalah bintang tamu yang difoto di majalahPlayboy, nah itu dia mendatangkan sendiri artis yang ada di majalah tersebut”.
Begitu pula yang disampaikan oleh Ny. Ida :
“Sebagai hiburan, bisa juga menambah wawasan kadang-kadang bintangtamunya saya seneng, seperti kayak orang yang saya idolakan menjadi bintangtamu, otomatis kan menggali oooo….sukanya dia begini…begini”.
Bagi Ny. Zaenal, wawasan yang didapatnya berupa resep–resep masakan yang mudah
dan cepat penyajiannya. Berikut yang disampaikan beliau :
“Untuk hiburan selain itu menambah wawasan kayak tadi yang memasak jadiatau resep-resep masakan”.
Lain halnya bagi Ny. Ilma, beliau berpendapat bahwa menonton Ceriwis
hanya sebagai hiburan mengisi waktu luang. Seperti pernyataan beliau berikut :
“Mmm… sebagai hiburan aja dan mengisi waktu luang daripada bengong,mas….!”.
Tujuan akhir dari penyampaian pesan media televisi, bisa menghibur,
mendidik, menghubungkan atau sebagai bahan informasi. Media televisi
48
menyediakan informasi dan kebutuhan manusia secara keseluruhan. Penonton akan
selalu terdorong untuk mencari sesuatu yang tidak diketahui melalui media televisi
(Kuswandi, 1996:17,30).
Alasan sebagian informan menonton Ceriwis yaitu mencari hiburan, sebagian
lagi berpendapat untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan, meskipun hanya
terbatas dalam tayangan tersebut. Bahkan diantara informan tersebut hanya untuk
mengisi waktu luang di siang hari.
A.2 Interaksi Informan Terhadap Tayangan Ceriwis
Untuk pertanyaan, apakah informan pernah ikut serta berinteraktif dalam
acara Ceriwis dan interaksi dalam bentuk apa, maka Ny. Maria menjawab :
“Sebenarnya sudah nyoba’ tapi gak bisa nyambung kalo’ ditelpon dan selaludidahului orang lain, trus kalo’ menulis itu pernah terpikirkan tapi belumpernah saya laksanakan”.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Ny. Zaenal, beliau menyatakan pernah
berinteraksi dalam tayangan Ceriwis melalui telepon tetapi selalu tidak terhubung
dengan operatornya bahkan didahului penelepon lain. Hanya saja, Ny. Maria
mengatakan pernah terpikir untuk menulis surat tetapi ide tersebut hingga wawancara
dilakukan belum terlaksana. Berikut pernyataan Ny. Zaenal :
“Pernah telpon tapi ndak pernah masuk”.
Pernyataan diatas juga didukung oleh Ny. Ida, sebagai berikut :
“Berkali-kali saya nelpon tapi ndak pernah masuk”.
49
Lain halnya dengan Ny. Ilma, beliau mengatakan tidak pernah mencoba
menelepon bahkan mengirim surat, beliau pernah berinteraksi di Ceriwis melalui
email untuk mengirim ide kreatif Episode tertentu. Berikut pernyataannya :
“Pernah, yang saya suruh sepupu saya mengirim ide untuk tema hari Seninlewat email, kalo telpon atau kirim surat nggak pernah”.
Pendapat Ny. Lia sangat berbeda dengan sebagian informan yang mengakui
pernah melakukan interaksi di tayangan Ceriwis, beliau mangatakan bahwa beliau
tidak menyukai hal seperti ini (berinteraksi di Ceriwis), beliau hanya tertarik untuk
menonton tayangan tersebut.
Bentuk interaksi dalam suatu tayangan televisi dapat berupa telepon, dan surat
baik melalui pos maupun elektrik berupa e-mail. Dalam Ceriwis, bentuk interaksi
yang sering dilakukan informan yaitu telepon. Dari lima (5) informan, tiga (3)
diantaranya pernah menelepon Ceriwis. Hal ini sebagai bentuk interaksi langsung
antara informan sebagi penonton dan presenter sebagai perantara dalam acara
tersebut. Mereka memilih menggunakan media telepon karena efektif dan efisien,
tanpa membuat konsep dan meluangkan waktu seperti halnya mengirim suat baik
melalui pos maupun elektrik. Bahkan bentuk interaksi seperti mengirim surat tidak
terpikir oleh mereka. Ada satu (1) orang informan yang tidak pernah berinteraksi
dengan Ceriwis.
Hanya satu (1) informan yang pernah mencoba menggunakan media e-mail.
Bagi informan yang memilih menggunakan surat elektrik sebagai bentuk interaksi,
dinilai lebih memuaskan karena jika menggunakan telepon akan membutuhkan
50
banyak waktu dan biaya. Selain itu, informan lebih leluasa dalam mengungkapkan
baik ide, kritik maupun saran berupa tulisan karena tidak dibatasi waktu, sehingga
tidak ada batasan kapan dan berapa surat elektrik yang dikirimnya. Untuk informan
yang tidak pernah terlibat baik langsung maupun tidak langnsung dalam interaksi di
Ceriwis memberi alasan karena beliau tidak menyukai hal tersebut. Bagi informan
tersebut, menonton tayangan tersebut hanya untuk dinikmati.
B. Apresiasi Informan Terhadap Format Tayangan Ceriwis
Pada sesi ini, informan ditanyai apakah informan sering mengikuti tayangan
Ceriwis hingga selesai. Hampir sebagian besar informan menjawab sering, tetapi
karena kesibukan informan pada bulan dilakukan wawancara (bulan Juni) membuat
informan tidak dapat mengikuti Ceriwis hingga selesai. Kesibukan beberapa informan
yaitu harus menjemput anak dari sekolah, seperti halnya Ny. Maria, Ny. Zaenal, dan
Ny. Lia. Informan mengakui tidak dapat mengikuti tayangan ini hingga selesai karena
harus menjemput anak – anak mereka dari sekolah sehingga intensitas mengikuti
tayangan hingga selesai menjadi jarang. Berikut pernyataan Ny. Maria :
“Saya kalo’ nonton ga bisa sampe’ selesai karena saya harus jemput anak sayadari sekolah”.
Yang diperkuat oleh pendapat Ny. Zaenal dan Ny. Lia sebagai berikut :
“ Ya, tapi akhir-akhir ini agak jarang”. (Ny. Zaenal)
“Ya, nggak sering sih, kadang sampe selesai”. (Ny. Lia)
51
Lain halnya bagi Ny. Ida dan Ny. Ilma. Bagi Ny. Ida, beliau dapat lebih sering
mengikuti tayangan Ceriwis hingga selesai karena tidak ada kesibukan seperti
menjemput anak dari sekolah pada jam ditayangkannya Ceriwis. Berikut penuturan
beliau :
“Ya.. kalo anu ya sampai selesai tapi lebih banyak selesainya daripadanggak”.
Bahkan Ny. Ilma harus menunda istirahat siangnya untuk mengikuti tayangan
Ceriwis hingga selesai. Berikut pernyataannya :
“Ya, bahkan kalo ngantuk tak tahan sampai acara selesai baru setelah itutidur”.
Dalam hal ini, peneliti membagi format tayangan Ceriwis menjadi beberapa
bagian yaitu frekuensi menonton, jam tayang, durasi, setting studio, episode atau
tema harian, dan keunikan Ceriwis. Format acara merupakan wewenang dan
tanggung jawab pengelola dan perencana acara televisi.
Berdasarkan angket yang disebarkan, frekuensi menonton para informan
termasuk sering (6 – 7 kali dalam seminggu; lihat tabel 3.2). Tetapi sebagian besar
informan tidak dapat mengikuti tayangan tersebut hingga selesai karena kesibukan
mereka. Perlu diketahui bahwa penelitian ini dilakukan pada bulan Juni yang
merupakan awal tahun ajaran baru, sehingga informan sibuk dengan mengantar dan
menjemput anaknya dari sekolah. Sebagian informan yang lain dapat meluangkan
waktunya untuk mengikuti tayangan ini hingga selesai.
52
B.1 Jam Tayang Ceriwis
Ceriwis mempunyai jam tayang yaitu pukul 12.30 – 13.30 WIB. Pada sesi ini,
informan diminta pendapatnya berikut penjelasannya tentang apakah jam tayang
Ceriwis sudah sesuai. Dari lima (5) informan, tiga (3) diantaranya berpendapat bahwa
jam tayang Ceriwis tidak sesuai. Dua (2) dari tiga (3) informan menjelaskan karena
jam tayang Ceriwis adalah jam istirahat (tidur siang). Mereka adalah Ny. Lia dan Ny.
Ida, berikut pendapatnya :
“Kalo saya ndak sesuai, masalahnya jam tidur”. (Ny. Lia)
“Nah itu jam tayangnya ndak sesuai karena pas jam tidur”. (Ny. Ida)
Bagi Ny. Maria, ketidaksesuaian jam tayang Ceriwis karena terbentur waktu jam
pulang sekolah, sehingga ia harus meninggalkan tayangan Ceriwis untuk menjemput
anaknya dari sekolah. Seperti yng disampaikan beliau berikut :
“Kalo’ menurut saya nggak sesuai karena saya nggak bisa nonton sampe’selesai, jadi kalo’ bisa dibuat pukul 2, itu saya sudah sampe’ rumah”.
Lain halnya pendapat dua (2) informan berikut, mereka adalah Ny. Zaenal dan
Ny. Ilma :
“Jam 12.30 saya rasa sudah sesuai soalnya kan maksudnya tidak mengganggu,waktunya istirahat”. (Ny. Zaenal)
“Ya, sesuai. Karena di jam-jam itu tidak ada acara yang tidak bisa ditontonselain Ceriwis”. (Ny. Ilma)
Ny. Zaenal dan Ny. Ilma berpendapat bahwa jam tayang Ceriwis sudah sesuai.
Karena menurut Ny. Zaenal, Ceriwis ditayangankan pada jam 12.30 – 13.30
bertujuan agar tidak mengganggu jam istirahat (tidur siang) pemirsanya. Tetapi bagi
53
Ny. Ilma, jam tayang Ceriwis sesuai karena beliau tidak dapat menemukan hiburan di
program televisi yang lain pada saat yang sama.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Ceriwis merupakan tayangan
yang disiarkan pada siang hari, sehingga tidak salah beberapa informan menontonnya
sebagai media untuk mengisi waktu luangnya pada siang hari sebelum melakukan
aktifitas yang lain, seperti menjemput anak dari sekolah. Ada kalanya mereka
menunggu sambil menonton Ceriwis hingga tiba waktunya untuk menjemput anak
dari sekolah.
Tiga (3) dari lima (5) informan, menyatakan bahwa jam tayang Ceriwis tidak
sesuai karena pada saat jam istirahat (tidur siang) sebelum menjemput anak mereka
dari sekolah dan bersamaan dengan waktu menjemput anak mereka dari sekolah.
Informan yang lain berpendapat bahwa jam tayangnya sudah sesuai. Mereka
beranggapan, Ceriwis yang ditayangkan pada jam 12.30 – 13.30, bertujuan agar tidak
mengganggu jam istirahat (tidur siang) penontonnya. Selain itu, informan tidak dapat
menemukan hiburan di program televisi yang lain pada saat yang sama.
B.2 Durasi Tayangan Ceriwis
Durasi Ceriwis yaitu selama 1 jam. Ketika informan ditanya mengenai durasi
Ceriwis apakah sudah memadai atau belum, empat (4) dari lima (5) informan
mengatakan bahwa durasi Ceriwis sudah cukup. Hal ini disampaikan oleh Ny. Maria
dan Ny. Ida, yang menurutnya durasi Ceriwis sudah cukup, jika durasinya ditambah
malah akan menjadi acara yang membosankan. Berikut pernyataan mereka :
“Sudah cukup, karena nanti kalo’ ditambah lagi membosankan”. (Ny. Maria)
54
“Ya sudah cukup, nanti kalo ditambah jadi membosankan”. (Ny. Ida)
Juga diperkuat oleh penyataan Ny. Lia, berikut pernyataan beliau :
“Ya sudah cukuplah”.
Berikut pernyataan Ny. Zaenal yang juga menyetujui jika durasi Ceriwis sudah
cukup, yaitu :
“Saya rasa satu jam sudah cukup, kadang satu jam itu ndak krasa karenakekompakan dan kelucuan Indie Barens dan sapa tuh yang satunya….. oh yaIndra Bekti”.
Ny. Zaenal menambahkan, hiburan dan kekompakan dari presenternya membuat
durasi satu (1) jam tidak terasa.
Berbeda dengan yang disampaikan oleh Ny. Ilma, beliau berpendapat bahwa
durasi Ceriwis selama satu (1) jam tidak cukup apalagi jika episode (tema harian) dan
bintang tamunya menarik. Sebagaimana yang beliau sampaikan berikut :
“Menurut saya durasi 1 jam kadang-kadang kurang, apalagi bintang tamunyalagi ‘hot’ dibicarakan di gosip-gosip selebritis dan temanya menarik”.
Durasi selama satu (1) jam, bagi sebagian besar informan sudah memadai.
Karena, jika durasinya ditambah maka Ceriwis akan menjadi membosankan. Bahkan
durasi satu (1) jam dianggap pas, karena tayangan yang disajikan mampu membuat
informan terhibur. Tetapi, ada satu (1) informan yang menyatakan bahwa durasinya
belum atau tidak cukup (kurang). Apalagi, jika bintang tamunya dan tema hariannya
sedang menarik. Terutama pada saat episode khusus misalnya episode khusus “Hari
Anak Indonesia”.
55
B.3 Setting Studio Ceriwis
Setting atau penataan studio adalah semua obyek atau benda fisik yang ada di
panggung yang terdiri dari furnitur, dinding, pemakaian warna; serta penataan dari
obyek / benda fisik untuk menampilkan dan mewakili acara yang diinginkan
(Butler,2002:93).
Penataan (setting) studio Ceriwis dibuat sedemikian rupa sehingga empat (4)
dari lima (5) informan berpendapat bahwa setting studio Ceriwis cukup bagus dan
menarik. Berikut ini pendapat masing–masing informan :
“Studionya lumayan bagus, dan eee… penataannya apa itu? Cocok dansesuai”. (Ny. Maria)
“Bagus, ee… saya seneng soalnya belakangnya (background) ada kayak benerdi rumah”. (Ny. Zaenal)
“Bagus, ya nuansanya warna dengan acaranya saya kira sesuai”. (Ny. Lia)
Ny. Ida menambahkan, setting studio akan lebih bagus jika sering diubah agar tidak
membosankan, berikut pendapatnya :
“Lebih bagus dan kalo bisa sering berubah (setting studio) biar ga bosen”.
Mereka menilai setting studio Ceriwis bagus dan menarik karena penataan ruang
dengan furnitur yang menarik serta penggunaan warna yang alami, sehingga
menimbulkan kesan berada dalam suatu ruangan didalam rumah.
Lain halnya dengan pendapat Ny. Ilma. Beliau berpendapat bahwa setting
studio yang dipakai Ceriwis tidak berbeda dengan setting studio di tayangan televisi
yang lain. Bahkan, adakalanya studio tampak berantakan akibat ulah presenter dan
bintang tamunya. Berikut penuturannya :
56
“Biasa saja, kadang dengan adanya bintang tamu yang heboh membuattempatnya jadi kacau”.
Kebanyakan informan menilai setting studio yang dipakai Ceriwis termasuk
bagus dan menarik. Hal ini dinilai dari cara penataan furniture dan perlengkapannya,
penggunaan warna yang cerah dan terkesan alami, sehingga menimbulkan kesan
benar–benar berada dalam suatu ruangan di dalam rumah atau di tempat lain baik di
dalam maupun diluar ruangan. Bahkan lebih menarik lagi jika setting studio yang
digunakan sering diubah penataan dan furniturnya agar tidak membosankan. Tetapi
ada kalanya, meskipun sudah menarik, setting studio menjadi berantakan karena
kekonyolan presenter dan bintang tamunya.
B.4 Episode atau Tema Harian Ceriwis
Tiap hari, Ceriwis menampilkan episode atau tema harian yang berbeda dalam
seminggu. Tema tersebut terbagi menjadi 7 episode yaitu Senin Imajinasi, Selasa
Profesi, Rabu Memasak, Kamis Sehat dan atau Ramal, Jumat Nostalgila, Sabtu Ceria
Deh Ah, dan Minggu Santai. Bahkan, ada episode khusus pada hari tertentu atau hari
bersejarah misalnya tanggal 17 Agustus diperingati sebagai Hari Kemerdekaan RI
yang disiarkan secara langsung dari halaman Istana Negara. Tiap episode memiliki
keunikan tersendiri.
Hari Senin Imajinasi, presenternya memakai kostum sesuai dengan tema hari
tersebut, sebagai contoh tema “pramuka” maka presenter dan anggota band harus
berdandan seperti pramuka, bahkan setting studio disesuaikan dengan tema tersebut.
Hari Selasa Profesi, mendatangkan baik individu maupun beberapa orang yang
57
menggeluti suatu profesi khusus, misalnya mendatangkan farhan yang berprofesi
sebagai presenter. Hari Rabu Memasak, Ceriwis mendatang chef untuk memasak, dan
bintang tamunya ditantang untuk memasak masakan favoritnya. Hari Kamis Sehat
dan atau Ramal, mendatangkan ahli kesehatan atau gizi untuk memberi informasi
yang berhubungan dengan gaya hidup sehat, misalnya mendatangkan dr. Boyke yang
terkenal sebagai pakar seksologi. Untuk hari Jumat, Ceriwis mengangkat tema Jumat
Nostalgila dengan mendatangkan orang–orang dari generasi lalu yang memiliki
keunikan baik profesi maupun keahlian. Hari Sabtu dan Minggu dikemas menjadi
acara yang santai dengan latar belakang di luar studio.
Ketika informan ditanya tentang episode yang disukai dan alasannya, Ny.
Maria dan Ny. Ilma berpendapat bahwa mereka menyukai episode hari Senin
Imajinasi karena mampu mewujudkan imajinasi dan keinginan penonton Ceriwis,
selain itu episode tersebut benar–benar membuat informan merasa terhibur. Bahkan
menurut Ny. Ilma, kebiasaan yang tidak menyenangkan pada hari senin dapat
terabaikan dengan menonton Ceriwis. Ny. Ilma menambahkan, selain Senin
Imajinasi, beliau juga menyukai episode Kamis Sehat karena ingin mendapatkan
informasi atau tips–tips terbaru yang berhubungan dengan kesehatan. Berikut
pengakuan Ny. Maria dan Ny. Ilma :
“Yang setiap hari Senin, karena di situ bisa mewujudkan imajinasi daripenontonnya dan itu sangat lucu sekali”. (Ny. Maria)
“Yang saya senangi yaitu Senin Imajinasi dan Kamis Sehat. Kalo Senin, sayasering dilanda morning sickness begitu melihat Indie dan Indra beraksikebiasaan saya ini sedikit hilang. Kalo kamis, yang saya tunggu biasanya tips-tipsnya, info dari dokter atau ahli di bidangnya. Membuat saya jadi lebih
58
mengerti bagaimana timbulnya penyakit, mencegahnya dan cara hidup sehat”.(Ny. Ilma)
Lain halnya dengan Ny. Ida dan Ny. Lia, mereka menyukai semua episode Ceriwis
karena menurut mereka semua episodenya bagus dan menarik. Hanya saja, Ny. Lia
tidak menyukai episode Rabu Memasak karena beliau kurang menyukai kegiatan
masak–memasak. Berikut pendapat masing–masing :
“Semua seneng, saya nggak bisa seneng yang mana, semuanya kayaknyabagus kalo menurut saya”. (Ny. Ida)
“Yang memasak itu saya ndak suka, yang lainnya suka”. (Ny. Lia)
Pendapat Ny. Lia bertolak belakang dengan pendapat Ny. Zaenal. Beliau
mengatakan lebih menyukai episode Rabu Memasak karena menyajikan resep–resep
yang mudah dibuat. Berikut pendapat Ny. Zaenal :
“Saya seneng yang memasak (Rabu Memasak), yang memasak itu kanakhirnya jadi tau resep-resep yang simple-simple”.
Tema harian disajikan berbeda tiap harinya, tiap temanya memberi wawasan,
pengetahuan. Pada umumnya, para informan menyukai semua episode atau tema
harian yang disajikan Ceriwis. Tetapi ada episode tertentu yang menjadi pilihan
informan. Seperti hari Senin Imajinasi, yang merupakan perwujudan imajinasi dan
keinginan penonton yang telah mengirimkan idenya kepada tim atau kru Ceriwis.
Hari Kamis Sehat dan atau Ramal yang mendatangkan ahli yang kompeten
dibidangnya untuk memberi pengetahuan, wawasan dan informasi kepada penonton
pada umumnya dan informan pada khususnya. Begitu pula hari Rabu memasak, yang
59
mendatangkan chef khusus untuk memberi tips memasak yang sehat dan mudah,
serta mengajak bahkan menantang bintang tamu untuk memasak masakan favoritnya.
Tetapi, ada kalanya mereka tidak menyukai salah satu episodenya, misalnya
hari Rabu Memasak, karena kurang menukai kegiatan masak–memasak.
B.5 Keunikan Tayangan Ceriwis
Ketika ditanyakan pendapat informan terhadap keunikan tayangan Ceriwis Yo
Wis, hampir sebagian besar informan menyatakan bahwa keunikan tayangan Ceriwis
terletak di pembawa acaranya (presenternya). Hal ini diungkapkan oleh Ny. Maria,
Ny. Lia, dan Ny. Ida. Berikut pernyataan mereka :
“Ya, saya rasa sangat unik karena disitu presenternya sangat gaul trus satusama lain tidak ada punya rasa marah, jengkel apabila digoda, diganggu, yangsaya liat disitu mereka sangat kompak dan satu sama lain saling mengasihi”.(Ny.. Maria)
“Ya mungkin di pembawa acaranya, pembawa acaranya lebih menghidupkansuasana”. (Ny. Lia)
“Keunikannya mungkin di pembawa acaranya, kayaknya terlalu konyol gitulho”. (Ny. Ida)
Menurut mereka, selain pembawa acaranya yang kompak dan kocak, mereka juga
mudah bergaul dan konyol sehingga acaranya lebih hidup. Pendapat mereka, juga
didukung oleh Ny. Ilma, menurutnya presenter Ceriwis pandai mendapatkan
informasi bintang tamunya, berikut pernyataannya :
“Unik sih unik bila dibanding acara serupa seperti campur-campur di AnTVdulu. Di acara ini, presenter lebih dari sekedar mengorek kehidupan bintangtamu, mereka juga membuat bintang tamu harus melakukan hal-hal konyoldiluar kebiasaan mereka dan anehnya para bintang tamu itu nurut aja”.
60
Sedangkan bagi Ny. Zaenal, keunikan tayangan Ceriwis terletak pada bintang
tamunya. Di Ceriwis, informasi bintang tamu dikupas secara mendetail dari masalah
pribadi hingga perjalanan hidupnya. Berikut pernyataannya :
“Ya.. karena lain dari yang lain, ya ..itu tadi mengupas tuntas si bintang tamutadi, jadi sampe ke hal pribadi bukan masalah gossip ya jadi lebihkenyataannya, seperti dia waktu masih kecil, perjalanan karirnya…”.
Untuk pertanyaan apakah tips yang diberikan berguna dalam kehidupan
sehari-hari, sebagian informan berpendapat bahwa tips–tips yang disampaikan
ditayangan Ceriwis cukup berguna dalam kehidupan sehari–hari. Berikut pendapat
Ny. Lia :
“Ya, sedikit banyak bergunalah”.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Ny. Ida, beliau memberi contoh seperti cara
mengupas bawang agar tidak membuat mata pedih. Berikut pernyataannya :
“Iya…ya… berguna sekali seperti cara mengupas bawang, jadi ngerti dantau”.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Ny. Zaenal. Baginya, tips tentang gizi
dan kesehatan sangat membantunya dalam memelihara kesehatan keluarganya
terutama anaknya, berikut pernyataannya :
“Kalo seperti apa namanya…. mendatangkan psikologi, ahli gizi bagus itu,soalnya kadang-kadang kalo ada acara itu kan karena untuk diri kita sendiri,jadi yang tadinya kita ndak tau seperti kayak gizinya anak trus bagaimanamemperlakukan anak”.
Ny. Ilma menambahkan, terkadang tips yang disajikan sudah diketahuinya.
Meskipun begitu, tips–tipsnya terkadang bermanfaat, seperti pernyataannya sebagai
berikut :
61
“Ya…., kadang-kadang bermanfaat tapi ada sebagian yang sudah sayaketahui”.
Bagi Ny. Maria, sebagian tips–tips yang ditayangkan Ceriwis sudah
diketahuinya, hanya sekedar untuk mengingat dan mengasah ingatannya.
“Karena saya sudah banyak mempelajari tentang tips jadi disitu tips yangdiberikan hamper semuanya sudah ngerti dan tahu, mungkin bagi orang lainberguna kalo’ bagi saya biasa-biasa aja hanya mengingat memori saya”.
Ceriwis merupakan tayangan hiburan yang mempunyai keunikan tersendiri.
Menurut informan, keunikannya tidak hanya terletak pada presenter dan bintang
tamunya, tetapi juga terletak pada informasi / wawasan yang disampaikan seperti
tips–tips yang berhubungan dengan kehidupan sehari–hari.
Bagi para informan, informasi / wawasan berupa tips yang disampaikan dalam
acara tersebut cukup membantu mereka dalam kehidupan sehari–hari, meskipun
hanya sekedar mengingat ulang tips yang sebelumnya sudah diketahui oleh informan.
Wawasan dan atau pengetahuan yang didapatkan informan dapat berupa tips–tips
yang disajikan di awal tayangan dan dari para ahli yang diundang baik sebagai
bintang tamu maupun pendukung dalam tayangan tersebut.
Misalnya, pada hari Kamis, Ceriwis mengundang ahli gizi anak dan juga
mengundang bintang tamu yang telah memiliki anak. Pada saat itu dibahas tentang
masalah kesehatan anak hingga cara pencegahan dan penanggulangan agar masalah
tersebut teratasi. Memang, wawasan dan atau pengetahuan ini lingkupnya terbatas,
tetapi setidaknya hal ini membuat informan tetap setia untuk menonton tayangan
tersebut.
62
C. Apresiasi Informan Terhadap Pembawa Acara Ceriwis
Presenter menurut arti kata, seorang yang mengantar suatu sajian. Sajian itu
bermacam–macam, seperti musik, aneka program, feature, magazine, dan kuis.
Sebagai pengantar sajian, ia boleh menambah daya tarik dari materi yang disajikan
lewat kata–katanya. Dalam bahasa Indonesia, presenter disebut penyaji, yang tidak
terlalu terikat oleh materi yang disajikan. Penyaji boleh memberi pemanis suatu
sajian program dengan kata–katanya. Ia harus mampu menghidupkan suatu sajian
program dengan kata–katanya. Penyaji juga harus mampu menciptakan suasana
tertentu, seperti menciptakan humor, suasana melankolis atau romantis (Wibowo,
1997:77 – 78).
Presenter yang baik memiliki banyak cerita menarik. Dengan cepat di antara
program musik atau di awal program acara yang lain, ia dapat meyajikan suatu materi
yang menarik dan lucu, secara improvisatoris. Presenter yang ingin acaranya selalu
diikuti oleh penonton harus terus–menerus berusaha mengetahui minat menonton
(Wibowo,1997:38).
Pada sesi ini, pertanyaaan yang diajukan yaitu bagaimana menurut informan
tentang penampilan pembawa acara Ceriwis (Indie dan Bekti) berikut penjelasannya.
Ketika diajukan pertanyaan diatas, semua informan berpendapat bahwa penampilan
pembawa acara (presenter) Ceriwis sangat lucu dan konyol karena mudah
menyesuaikan diri dengan tim kerja, tema harian dan bintang tamunya. Pendapat
diatas diperkuat pernyataan kedua informan yaitu Ny. Lia dan Ny. Ida, masing -
masing sebagai berikut :
63
“Ya, mereka konyol banget dan saya merasa terhibur”. (Ny. Lia)
“Penampilannya sangat konyol dan gila”. (Ny. Ida)
Dari sinilah Ny. Maria dapat menilai keprofesionalan presenternya, berikut
penuturannya :
“Pembawa acaranya saya sangat suka dengan Indi Barens, karena dia sangatprofessional disitu, dan dia juga orang yang mudah sekali bergaul, dia bisamembimbing partnernya”.
Bagi Ny. Zaenal, kelucuannya dapat dilihat dari kostum yang dipakai pada
hari Senin Imajinasi, berikut penuturan beliau :
“Bagus, lucu sesuai sama eventnya kalo umpamanya buah make’ kostumbuah”.
Meskipun mereka (Indie Barens dan Indra Bekti) presenter yang professional,
bagi Ny. Ilma, terkadang mereka terlalu asyik dengan lelucon mereka hingga terkesan
mengacuhkan bintang tamu. Berikut penuturan beliau :
“Menurut saya mereka asyik, kadang-kadang terlalu sibuk denganguyonannya, mereka berdua sampe’ melupakan bintang tamunya”.
Tayangan Ceriwis menjadi hiburan yang unik dan menarik karena pembawa
acaranya (presenternya) profesional. Kemampuan Indie Barens dan Indra Bekti dalam
membawakan acara Ceriwis tidak diragukan bagi para penontonnya terutama para
informan. Informan menilai profesionalisme presenter dari cara membawakan acara
sehingga tayangan ini menjadi interaktif dan menghibur. Reaksi penonton ketika
menyaksikan pembawa acaranya tidak terkesan kaku bahkan sesuai dengan keinginan
penontonnya terutama informan. Skill, performance dengan self concept, dan
64
pengalaman yang dimiliki presenternya, sangat mendukung keprofesionalannya
(Kuswandi, 1996:140).
Kemampuan (skill) untuk mengaktualisasi diri yang dimiliki presenternya
cukup kuat, sehingga mampu membuat suasana acara menjadi hidup dan interaktif.
Selain itu, mampu mengorek informasi dari bintang tamunya baik secara langsung
maupun tidak langsung. Performance dengan self concept yaitu konsep diri yang
dimiliki presenter dalam setiap penampilannya misalnya kocak, mudah beradaptasi,
mudah bergaul, kreatif. Pengalaman yang dimiliki juga mempengaruhi penampilan
presenternya.
Tetapi, meskipun penampilan presenternya cukup mengibur, ada kalanya
bintang tamu yang dihadirkan tidak dapat mengimbangi presenternya dan terlalu
asyik denngan lelucon mereka sendiri sehingga timbul kesan mengacuhkan bintang
tamunya.
D. Apresiasi Informan Terhadap Bintang Tamu Tayangan Ceriwis
Bintang tamu adalah bintang atau aktor, praktisi, dan masyarakat umum yang
dihadirkan oleh pihak pengelola dan perencana suatu acara televisi. Menurut Richard
Boleslavsky, seorang Sutradara ternama dari Laboratorium Teater, untuk dapat
disebut aktor, seseorang harus sungguh–sungguh bekerja keras agar dirinya mampu
menjadi tokoh apapun secara meyakinkan. Seorang aktor, semakin tua usianya akan
semakin mengagumkan. Sebaliknya, bintang adalah seorang yang dikenal bukan
karena kehebatan dalam menghidupkan tokoh yang dimainkan, melainkan karena
65
ketampanan dan kecantikannya. Seorang bintang akan menjadi pudar ketika usianya
berangkat menjadi tua (Wibowo,1997:192).
Untuk pertanyaan apakah informan merasa puas atau terhibur dengan setiap
penampilan bintang tamunya, Ny. Maria berpendapat :
“Saya lihat beberapa itu ada yang kurang bagus penampilannya, bahkankadang tidak sesuai dengan acara yang didatangi”.
Bagi Ny. Maria, penampilan bintang tamu terkadang kurang bagus karena sikap
bintang tamu yang pasif (tidak sesuai dengan pembawa acaranya) dan bahkan tidak
sesuai dengan tema hariannya. Pendapat senada juga diutarakan oleh Ny. Ilma :
“Mmm… kadang-kadang, apalagi kalo bintang tamunya jaman dulu yangkadang-kadang nggak nyambung dengan presenternya, memang sih nggaksemua bahkan ada yang muda-muda nggak nyambung dengan mereka”.
Beliau barpendapat bahwa terkadang bintang tamu Ceriwis tidak bisa mengimbangi
keluwesan presenternya baik bintang tamu artis dari jaman sekarang maupun jaman
dulu.
Lain halnya menurut pendapat Ny. Zaenal, beliau merasa terhibur bila bintang
tamu yang dihadirkan yaitu selebriti yang sedang menanjak kariernya atau yang
kehidupannya sedang hangat dipublikasikan oleh media massa baik itu berita baik
maupun buruk. Berikut penuturan Ny. Zaenal :
“Ya.. kadang terhibur yang ngetop itu kalo yang kurang ngetop saya kurangbegitu”.
Bahkan menurut Ny. Lia selain terhibur dengan bintang tamu yang dihadirkan, beliau
juga merasa puas karena yang menjadi bintang tamu adalah selebriti terkenal. Seperti
yang disampaikan beliau :
66
“Saya merasa puas dan terhibur, kan selebritis terkenal”.
Bagi Ny. Ida berpendapat bahwa bagus atau tidaknya bintang tamu sangat
relatif dan bervariasi, karena menurut beliau bintang tamu yang bagus belum tentu
bagi penonton yang lain berpendapat sama. Berikut penuturan beliau :
“Bintang tamunya kan bervariasi, kadang-kadang kalo yang pas saya sukaibelum tentu yang lain suka”.
Pada intinya, pernyataan informan terhadap bintang tamu di Ceriwis hampir
sama. Mereka menyatakan puas dan terhibur dengan bintang tamu yang dihadirkan
oleh Ceriwis. Bintang tamu yang dihadirkan selalu bervariasi setiap harinya. Jika
bintang tamu yang dihadirkan sesuai dengan yang diharapkan oleh penonton terutama
informan, tentu akan membuat informan merasa puas dan terhibur. Terutama bintang
tamu atau artis yang sedang hangat dipublikasikan oleh media massa baik krena
berita baik maupun buruk.
Informan menyadari bahwa kepuasan terhadap bintang tamu sifatnya relatif
karena ada kalanya sebagian dari mereka menikmati dan sebagian yang lain merasa
tidak. Bagi mereka yang kurang atau tidak menikmati kehadiran bintang tamunya
memberi alasan karena terkadang mereka merasa kurang sesuai dengan tema harian
yang sedang dibawakan.
E. Pembahasan
Kebanyakan dari kita, yang ada di dalam maupun diluar media cenderung
beranggapan bahwa media “melakukan tindakan” kepada penonton, pendengar, dan
67
pembacanya. Secara bawah sadar, seringkali kita terus menerus menerima model
media sebagai jarum suntik atau sebuah peluru yang diarahkan ke arah sasaran yang
pasif. Akan tetapi, audien tidaklah selalu pasif. Sebuah kajian klasik berjudul “The
Obstinate Audience” mengemukakan bahwa audien kerap kali sangat aktif. Rubin
(1994) berpendapat bahwa aktivitas audien; pilihan yang disengaja oleh para
pengguna isi media untuk memenuhi kebutuhan mereka merupakan konsep inti dari
pendekatan manfaat dan gratifikasi.
Pendekatan manfaat dan gratifikasi melibatkan suatu pergeseran fokus dari
tujuan penyampaian pesan ke tujuan penerima pesan. Pendekatan ini berusaha
menentukan fungsi apa saja yang dijalankan oleh komunikasi massa terhadap
audiennya (Severin dan Tankard, 2005:353).
Severin dan Tankard mengutip dari dua peneliti Swedia pada tahun 1968
mengusulkan suatu “model manfaat dan gratifikasi”, yang mencakup unsur-unsur
berikut :
1. Audien dipandang bersikap aktif, artinya peranan penting manfaat media
massa diasumsikan berorientasi pada sasaran.
2. Dalam proses komunikasi massa, banyak inisiatif pengaitan antara gratifikasi
kebutuhan dan pilihan media yang terletak pada audien.
3. Media bersaing dengan sumber–sumber pemenuhan kebutuhan yang lain.
(Severin dan Tankard, 2005:356)
Pendekatan manfaat dan gratifikasi bisa berfungsi sebagai obat penawar yang
sehat terhadap penekanan audien yang pasif dan persuasi yang telah mendominasi
68
banyak penelitian terdahulu. Sejauh ini memberi hasil yang bermacam-macam
terbukti bahwa subjek–subjek yang stres akan memilih muatan yang santai sedangkan
subjek-subjek yang bosan akan memilih muatan yang menyenangkan, mendukung
gagasan bahwa para pemirsa memilih isi media untuk memberikan gratifikasi yang
mereka cari (Severin dan Tankard, 2005:364).
Berdasarkan teori manfaat dan gratifikasi, audien akan menonton, menerima
dan mengingat informasi yang menyenangkan atau yang mampu memenuhi kepuasan
atas kebutuhannya. Informasi yang disajikan mungkin tidak atau sesuai dengan ide
audien, tetapi audien akan tetap menontonnya jika dianggap berguna atau akan
memberi audien kepuasan (Davison, Boyland & Frederick, 1976: 139).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, audience aktif memilih
media yang dapat memuaskan kebutuhannya, dan bila tertarik suatu acara tertentu,
dia akan mengikuti terus acara tersebut dan kebutuhannya akan terpuaskan, hal ini
dikarenakan acara tersebut menyediakan informasi dan hiburan yang dibutuhkan.
Ceriwis adalah program televisi yang menghadirkan suasana variatif, penuh
canda dan informatif. Konsep acara seperti ini memberi hiburan bagi pemirsanya.
Informan adalah audien yang berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat, yang
berisi individu yang tidak mengenal satu sama lain, dimana antar individu tidak
berinteraksi satu sama lain secara langsung. Tetapi audien ini merupakan kumpulan
individu yang terwujud dalam perilaku konsumen. Aktivitas dan selektivitas rasional
terungkap dalam perilaku individu.
69
Perilaku individu berupa pemilihan acara yang disengaja untuk memenuhi
kebutuhan mereka merupakan konsep inti dari pendekatan manfaat dan grativikasi.
Pendekatan ini berusaha menentukan fungsi apa saja yang dijalankan oleh
komunikasi massa terhadap audiennya.
Perilaku informan dalam memilih tayangan Ceriwis sebagai salah satu
tayangan pilihan, merupakan salah satu proses untuk memenuhi kepuasan akan
kebutuhannya. Informan akan menonton, menerima, dan mengingat informasi yang
menyenangkan atas kebutuhannya. Informasi yang disajikan mungkin tidak sesuai
dengan pemikiran informan tetapi mereka tetap akan menontonnya bila dianggap
berguna.
Informan yang tertarik menonton Ceriwis akan mengikuti dan menerima acara
tersebut dan mengingat informasi yang disajikan yang dianggap berguna. Dengan
demikian, informan akan merasa terpenuhi dan terpuaskan kebutuhannya.
Berdasarkan teori fungsionalisme individual, penelitian ini mempunyai fungsi
untuk menyediakan informasi dan hiburan. Berdasarkan hasil penelitian, kebutuhan–
kebutuhan yang terpenuhi dan terpuaskan ketika informan menonton Ceriwis yaitu :
1. Untuk mencari hiburan.
2. Untuk memperoleh informasi / wawasan dan pengetahuan.
3. Untuk mengisi waktu luang di siang hari.
Dalam hubungannya dengan kegiatan menikmati program acara televisi,
informan tidak dapat menikmati program acara sebelum ia memahami dan juga
merasakan apa yang terkandung di acara tersebut. Melalui tahap penilaian oleh
70
informan, selanjutnya program yang bagus akan mendapat pujian dari penontonnya
atau mendapat penghargaan. Proses diatas merupakan tahapan apresiasi informan
terhadap suatu program acara. Informan yang memahami konsep acara Ceriwis, ia
akan merasakan apa yang disajikan dalam acara tersebut, hingga dicapai tingkat
penghayatan yang intens. Selanjutnya, apabila informan menilai Ceriwis merupakan
acara yang menarik, ia akan memberi pujian bahkan penghargaan.
Tahap pemahaman berkaitan dengan keterlibatan emosional dan pemikiran
dengan memahami ide dan isi cerita. Dalam tahap ini, untuk memahami ide dan isi
cerita maka frekuensi menonton tayangan Ceriwis harus lebih dari sekali dalam
seminggu. Setelah dilakukan penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar informan
menonton Ceriwis dengan frekuensi lebih dari 2 (dua) kali dalam seminggu. Untuk
mendapatkan keakuratan data, maka peneliti memilih informan dengan frekuensi
menonton 6 – 7 kali dalam seminggu. Pemahaman terhadap tayangan Ceriwis dalam
penelitian ini berupa pemahaman terhadap format acaranya (jam tayang, durasi,
setting studio, tema atau episode harian, keunikan), pembawa acaranya, dan bintang
tamunya. Informan ingin mengetahui apa saja tentang Ceriwis. Misalnya, jam tayang
Ceriwis yang ditayangkan pada jam 12.30 – 13.30 WIB; durasi Ceriwis selama 1
(satu) jam; setting studio dibuat seperti sebuah ruangan dalam rumah; tema atau
episode harian yaitu Senin Imajinasi, Selasa Profesi, Rabu Memasak, Kamis Sehat
dan atau Ramal, Jumat Nostalgila, Sabtu Ceria, Minggu Santai. Pembawa acara
Ceriwis yaitu Indie Barens dan Indra Bekti, dengan menghadirkan bintang tamu yang
bervariasi tiap harinya atau tergantung dengan tema hariannya.
71
Tahap penikmatan, yaitu ketika penonton menghargai cara penyajian acara
sehingga dicapai tingkat penghayatan yang intens. Penghayatan terhadap Ceriwis
dapat diketahui dari pendapat informan tentang format acara (jam tayang, durasi,
setting studio, tema atau episode harian, keunikan), pembawa acara, dan bintang
tamunya. Bagi sebagian besar informan berpendapat bahwa jam tayangnya tidak
sesuai karena bersamaan dengan waktu istirahat (tidur siang) dan bersamaan dengan
waktu menjemput anak mereka dari sekolah. Durasi Ceriwis selama 1 (satu) jam
dianggap sudah memadai bagi informan agar tidak membosankan. Setting studio
dibuat sedemikian rupa, bagi informan cukup bagus dan menarik apalagi jika setting
studio lebih sering diubah. Semua tema atau episode harian pada umumnya menarik
bagi informan, tetapi ada episode tertentu yang menjadi pilihan informan. Ceriwis
mempunyai keunikan tersendiri bagi informan, keunikannya terletak pada informasi /
wawasan yang disampaikan seperti tips–tips yang berhubungan dengan kehidupan
sehari–hari. Begitu pula dengan pembawa acaranya, menurut informan pembawa
acaranya sangat profesional. Bagi informan, bintang tamu yang dihadirkan dalam
Ceriwis sangat bervariasi, meskipun begitu kehadiran bintang tamu cukup menghibur.
Tahap penghargaan terjadi ketika penonton menemukan hubungan
pengalaman yang ia dapat dari acara tersebut dengan pengalaman kehidupan yang
dihadapi, sehingga ia dapat menggunakan atau mengabaikan apa yang didapatkan
dalam acara tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, bentuk penghargaan informan
terhadap Ceriwis yaitu berupa pengamalan atau penerapan informasi berupa tips–tips
dan pengetahuan dalam kehidupan sehari–hari. Misalnya, tips bagaimana cara
72
mengupas bawang tanpa membuat mata pedih, pengetahuan tentang cara hidup sehat,
dan lain sebagainya. Tahap penghargaan lain dapat berupa interaksi informan
terhadap Ceriwis, yaitu berupa menelepon baik untuk menyampaikan ide, kritik /
saran maupun mengikuti kuis interaktif.
Setelah melalui tahap apresiasi diatas maka hasil penelitian yang didapat
mengenai apresiasi ibu rumah tangga sebagai berikut :
1. Apresiasi terhadap Ceriwis sebagai tayangan yang bagus dan menghibur karena
pembawa acaranya, bintang tamu dan temanya. Alasan mereka menonton Ceriwis
yaitu untuk mencari hiburan dan untuk memperoleh informasi dan atau
pengetahuan.
2. Apresiasi terhadap format acara yang dibagi menjadi jam tayang, durasi, setting
studio, tema dan keunikan. Pada jam tayang informan menganggap tidak sesuai
karena bersamaan dengan waktu istirahat (tidur siang) dan atau kegiatan lain yaitu
menjemput anak dari sekolah. Sampai saat ini, durasinya dianggap cukup karena
bila terlalu lama akan membosankan. Setting studio yang digunakan termasuk
bagus dan menarik, hanya perlu lebih sering dilakukan penataan ulang agar tidak
monoton dan membosankan. Umumnya, semua tema yang disajikan disukai
informan, hanya beberapa diantaranya lebih menyukai satu tema. Bagi informan,
Ceriwis memiliki keunikan tersendiri terutama dari pembawa acaranya dan sajian
informasinya berupa tips.
73
3. Apresiasi terhadap pembawa acaranya (Indie dan Indra) cukup bagus. Informan
menilai bagus karena mereka dianggap profesional di bidangnya serta mampu
membawa suasana yang ceria di setiap episodenya.
4. Apresiasi terhadap bintang tamunya sangat variatif. Informan merasa puas dan
terhibur jika bintang tamu yang dihadirkan sesuai dengan harapan informan, atau
bintang tamu yang sedang hangat diberitakan di infotainment berita baik maupun
buruk.
74
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini berjudul “APRESIASI IBU RUMAH TANGGA
TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah
Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)”. Pada penelitian ini, penulis
menggunakan teori Uses and Gratifications, hal ini dikarenakan khalayak aktif
memilih media, yang didasarkan pada asas manfaat dan kepuasan. Audience yang
aktif akan memilih mana media yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya,
dan bila tertarik suatu acara tertentu, dia akan mengikuti terus acara tersebut dan
kebutuhannya akan terpuaskan. Hal ini dikarenakan acara tersebut menyediakan
informasi dan hiburan yang dibutuhkan.
Audien ini merupakan kumpulan individu yang terwujud dalam perilaku
konsumen. Aktivitas dan selektivitas rasional terungkap dalam perilaku individu.
Perilaku individu berupa pemilihan acara yang disengaja untuk memenuhi kebutuhan
mereka merupakan konsep inti dari pendekatan manfaat dan grativikasi.
Ceriwis adalah program televisi yang menghadirkan suasana variatif, penuh
canda dan informatif. Konsep acara seperti ini memberi hiburan bagi pemirsanya.
Perilaku informan dalam memilih tayangan Ceriwis sebagai salah satu tayangan
pilihan, merupakan salah satu proses untuk memenuhi kepuasan akan kebutuhannya.
Informan yang tertarik menonton Ceriwis akan mengikuti dan menerima acara
75
tersebut dan mengingat informasi yang disajikan yang dianggap berguna.
Berdasarkan hasil penelitian, kebutuhan–kebutuhan yang terpenuhi dan terpuaskan
ketika informan menonton Ceriwis yaitu :
4. Untuk mencari hiburan.
5. Untuk memperoleh informasi / wawasan dan pengetahuan.
6. Untuk mengisi waktu luang di siang hari.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa, apresiasi yang terbentuk ibu-ibu
rumah tangga tentang format acara (jam tayang, durasi, setting studio, tema, dan
keunikan), pembawa acara, bintang tamu dalam tayangan Ceriwis cukup bagus.
Meskipun pendapat mereka bervariasi, tetapi mereka menyatakan bahwa tayangan
tersebut adalah tayangan yang menarik dan menghibur.
B. Saran
Saran Akademis
Hasil penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan yang mungkin bisa
disempurnakan oleh peneliti selanjutnya. Dan peneliti menyarankan diadakan
penelitian lanjutan tentang dampak / pengaruh atau efektivitas dari tayangan televisi
terutama Ceriwis dengan referensi yang lebih lengkap, sehingga didapatkan hasil
penelitian yang cermat, lengkap dan akurat sehingga dapat memberikan manfaat bagi
khasanah keilmuan khususnya pada bidang produksi program tv.