GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIGIENE ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1450/1/Yunita...
Transcript of GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIGIENE ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1450/1/Yunita...
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIGIENE
PADA TENAGA PENJAMAH MAKANAN
DALAM PENYELENGGARAANMAKANAN
DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULA
KOTA KENDARI
Tugas Akhir
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan D-III Gizi
OLEH :
YUNITA
NIM. P00331015028
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PRODI D-III GIZI
2019
iii
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIGIENE
PADA TENAGA PENJAMAH MAKANAN
DALAM PENYELENGGARAANMAKANAN
DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULA
KOTA KENDARI
RINGKASAN
Yunita
di bawah bimbingan Hariani dan Fatmawati
Latar Belakang : Faktor kebersihan penjamah atau pengelola makanan yang biasa disebut
hygiene personal merupakan prosedur menjaga kebersihan dalam pengelolaan makanan
yang aman dan sehat. Prosedur menjaga kebersihan merupakan perilaku bersih untuk
mencegah kontaminasi pada makanan yang ditangani. Penelitian ini bertujuan mengetahui
gambaran pengetahuan dan perilaku tentang higiene pada tenaga penjamah makanan dalam
penyelenggaraan makanan di Panti Sosial Tresna Werdha Binaula Kota Kendari.
Metode : Jenis penelitian ini adalah cross sectional study dengan dengan pendekatan
survey. Penelitian ini dilakukan pada 19 Juni s/d 25 Juni 2019, dengan jumlah sampel 6
orang diambil dengan metode total sampling, pengambilan data dilakukan dengan
wawancara menggunakan kueioner dan pengamatan dengan menggunakan lembar
observasi.
Hasil : Tugas akhir menunjukkan pengetahuan tentang higiene sebagian besar (83,3%)
dalam kategori cukup serta perilaku higiene tenaga pengolah makanan pada
penyelenggaraan makanan di Panti Sosial Tresna Werdha Binaula Kota Kendari sebagian
besar (66,7%) dalam kategori baik. Penelitian ini menyarankan kepada tenaga penjamah
makanan agar mempraktekkan perilaku hygiene sesuai dengan pengetahuan yang mereka
miliki.
Kata Kunci : Pengetahuan. Perilaku. Hygiene. Penjamah Makanan
Daftar Bacaan : 23 (2003-2017)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan dan
karunianya tugas akhir dengan judul “Pengetahuan Dan Perilaku Tentang Higiene Pada
Tenaga Penjamah Makanan Dalam Penyelenggaraan Makanan Di Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kota Kendari” dapat diselesaikan.
Selama proses penyusunan tugas akhir ini telah melewati perjalanan panjang dalam
penyusunannya yang tentunya tidak lepas dari bantuan moril material pihak lain. Oleh
sebab itu, penulis dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati menyampaikan ucapan
terimah kasih kepada:
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
2. Ibu Sri Yunanci V.G, SST, MPH selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari
3. Ibu Euis Nurlela, S.Gz, M.Kes selaku Ketua Prodi D-III Gizi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari
4. Ibu Hariani SST, MPH selaku pembimbing I yang telah ikhlas meluangkan waktu dan
berbagi ilmu guna membantu penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini.
5. Ibu Dr. Hj. Fatmawati, SKM, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberi
dukungan dan membantu penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar Jurusan Gizi Poltekkes Kendari yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan
Gizi Poltekkes Kendari.
7. Kepada seluruh sahabat saya mahasiswa/mahasiswi D-III Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kendari Angkatan 2015 dan 2016 yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu yang juga telah banyak memberikan bantuan dan motivasi selama proses
penyusunan tugas akhir ini.
Ucapan terimah kasih yang tidak ternilai harganya penulis persembahkan kepada
ayahanda dan ibunda serta saudara-saudaraku yang selalu memberikan dukungan dan
bantuanya, baik secara moril maupun materil kepada penulis selama menempuh
pendidikan.
v
Akhirnya penulis menyadari, dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan hasil ini sangat penullis harapkan.
Kendari, Juli 2019
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN AKHIR PROGRAM ....................................... iii
RINGKASAN .............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan penelitian .......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 6
A. Tinjauan tentang Pengetahuan ...................................................................... 6
B. Tinjauan tentang perilaku ............................................................................. 9
C. Tinjauan tentang Hygiene ........................................................................... 11
D. Penjamah makanan ..................................................................................... 17
E. Penyelenggaraan makanan ......................................................................... 23
F. Kerangka teori dan kerangka konsep.......................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................. 28
1. Jenis dan desain penelitian ......................................................................... 28
2. Tempat dan waktu penelitian ..................................................................... 28
3. Populasi dan sampel ................................................................................... 28
4. Jenis dan cara pengumpulan data ............................................................... 28
5. Pengolahan data .......................................................................................... 29
6. Penyajian data ............................................................................................. 29
vii
7. Definis operasional ..................................................................................... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 31
A. Hasil ............................................................................................................ 31
B. Pembahasan ................................................................................................ 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 38
1. Kesimpulan ................................................................................................. 38
2. Saran ........................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 39
LAMPIRAN ................................................................................................................ 41
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sarana Bagunan Fisik di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula.................... 32
Tabel 2. Gambaran Umum Karateristk Sampel .......................................................... 33
Tabel 3. Distribusi sampel berdasarkan Pengetahuan dan Perilaku ............................ 34
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian ......................................................................... 26
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian ..................................................................... 27
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian
2. Master Tabel Penelitian
3. Hasil Analisis Statistik
4. Dokumentasi Penelitian
5. Surat Keterangan Selesai Penelitian
6. Surat Pengantar Penelitian dari Balitbang Prov. Sultra
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya
kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan makanan, orang, tempat
dan peralatan agar aman dikonsumsi (Kemenkes, RI, 2011).Penyelenggaraan makanan
yang hygiene dan sehat menjadi prinsip dasar penyelenggaraan makanan institusi.
Makanan yang tidak dikelola dengan baik dan benar oleh penjamah makanan dapat
menimbulkan dampak negatif seperti penyakit dan keracunan akibat bahan kimia,
mikroorganisme, tumbuhan atau hewan, serta dapat pula menimbulkan alergi
(Fatmawati, Rosidi, dan Hendarsari, 2013).
Faktor kebersihan penjamah atau pengelola makanan yang biasa disebut hygiene
personal merupakan prosedur menjaga kebersihan dalam pengelolaan makanan yang
aman dan sehat. Prosedur menjaga kebersihan merupakan perilaku bersih untuk
mencegah kontaminasi pada makanan yang ditangani. Prosedur yang penting bagi
pekerja pengolah makanan adalah pencucian tangan, kebersihan dan kesehatan diri. Di
Amerika Serikat 25% dari semua penyebaran penyakit melalui makanan, disebabkan
pengolah makanan yang terinfeksi dan higiene personal yang buruk (Fatmawati, Rosidi,
dan Handarsari, 2013).
Kebersihan dan kesehatan diri merupakan syarat utama pengolah makanan. Test
kesehatan terutama tes darah dan pemotretan rontgen pada dada untuk melihat paru-
paru dan saluran pernapasan sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali, terutama
2
pengolah makanan di dapur rumah sakit. Ada beberapa kebiasaan yang perlu
dikembangkan oleh para pengolah makanan untuk menjamin keamanan makanan yang
diolah yaitu berpakaian harus selalu bersih dan memakai pakaian kerja atau celemek
yang tidak bermotif agar pengotoran pada pakaian mudah terlihat. Pekerja harus
memakai sepatu yang tidak terbuka dan dalam keadaan bersih, rambut harus selalu
dicuci secara periodik dan selama mengolah makanan harus dijaga agar rambut tidak
jatuh ke dalam makanan disarankan menggunakan topi atau jala rambut. Pekerja yang
sedang sakit flu, demam atau diare sebaiknya tidak dilibatkan terlebih dahulu dalam
proses pengolahan makanan, sampai gejala-gejala penyakit tersebut hilang. Pekerja
yang memiliki luka pada tubuhnya harus menutup lukanya dengan pelindung kedap air
(Adam, 2011)
Menurut Kusmayadi (2007) terdapat 4 (empat) hal penting yang menjadi prinsip
hygiene dan sanitasi makanan meliputi perilaku sehat dan bersih orang yang mengelola
makanan, sanitasi makanan, sanitasi peralatan dan sanitasi tempat pengolaha Makanan
dapat terkontaminasi mikroba karena beberapa hal, di antaranya adalah menggunakan
lap kotor untuk membersihkan meja, perabotan bersih dan lain-lainnya serta makanan
disimpan tanpa tutup sehingga serangga dan tikus dapat menjangkaunya serta pengolah
makanan yang sakit atau karier penyakit.
Perilaku higiene penjamah makanan tidak terlepas dari sikap dan pengetahuan
mengenai higiene dan sanitasi makanan. Pengetahuan, sikap dan higiene perorangan
penjamah makanan sangat penting dalam penyelenggaraan makanan agar makanan
yang dihasilkan terhindar dari kontaminasi (Miranti dan Adi, 2016).
3
Hasil penenilitan Saputra (2015)Terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan perilaku hygiene pada tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Sementara itu penelitian Fatmawati,
Rosidi, dan Handarsari (2013) di Pusat Pendidikan dan latihan olahraga Jawa Tengah
menyatakan pengetahuan pengolah makanan tentang hygiene pengolah makanan pada
kategori sedang sebesar 50% serta perilaku hygiene pengolah makanan pada kategori
kurang sebesar 50% dari 6 orang tenaga pengolah makanan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2017) di Di Panti Asuhan Sitinoraiti
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosirmenyatakan bahwa masih banyak responden
responden yang belum mengerti pengetahuan tentang penyakit yang dapat ditimbulkan
akibat makanan yang terkontaminasi, tujuan menggunakan pakaian kerja yang bersih,
cara mengangkut makanan yang baik dan siap untuk di sajikan, belum mengerti apa
tujuan menutup mulut dengan menggunakan tisu/ saputangan disaat batuk/ bersin pada
saat mengolah makanan, belum mengerti apa tujuan mencuci tangan menggunakan
sabun apabila keluar dari wc/toilet, serta responden juga belum mengetahui apa tujuan
disediakan tempat sampah dilingkungan penanganan makanan.
Studi pendahuluan yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Kendari,
penghuni panti sering terjadi mengalami keluhan sakit perut, namun tidak ada
pemeriksaan mengenai penyebab sakit tersebut apakah disebabkan oleh makanan
ataupan penyakit tertentu. Meskipun belum ada laporan tentang adanya kejadian diare
yang diakibatkan dari makanan di Panti, namun hasil studi pendahuluan dimana
kebersihan diri (hygine) masih kurang terlihat dari kebersihan pakaian, kuku, maupun
rambut, tidak menggunakan celemek ataupun alat pelindung lain seperti kaus tangan.
4
Penutup kepala, Selain itu pendistribusian makanan tanpa menutup makanan sering kali
menggaruk-garuk anggota tubuh tanpa mencuci kembali tangan dengan air bersih, dan
tidak mencuci tangan ketika akan menjamah makanan. Berdasarkan latar belakang
diatas, maka peneliti akan melakukan penelitian tentang perilaku higiene tenaga
pengolah makanan berdasarkan pengetahuan tentang higiene mengolah makanan pada
penyelenggaraan makanan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana perilaku higiene tenaga pengolah makanan berdasarkan pengetahuan
tentang higiene mengolah makanan pada penyelenggaraan makanan di Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kota Kendari?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui perilaku higiene tenaga pengolah makanan berdasarkan
pengetahuan tentang higiene mengolah makanan pada penyelenggaraan makanan di
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui perilaku higiene tenaga pengolah makanan pada penyelenggaraan
makanan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari.
b. Mengetahui pengetahuan tentang higiene mengolah makanan pada tenaga
pengolah makanan di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi instansi
Sebagai masukan bagi pihak Panti Sosial Tresn Werdha dalam
meningkatkan pelayanan makanan kepada penghuni Panti.
2. Manfaat bagi peneliti
a. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya di bidang
personal hygiene dan sanitasi penjamah makanan.
b. Sebagai informasi bagi peneliti lain untuk study yang lebih mendalam dan
menambah bahan bacaan pengetahuan tentang personal hygiene penjamah
makanan.
3. Manfaat bagi institusi pendidikan
Untuk menambah pembendaharaan bahan bacaan dan menambah personal
Hygiene dan Sanitasi Penjamah Makanan di Institusi Panti Sosial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Higiene
1. Pengertian higiene
Menurut (Streeth, J.A. and Southgate, H.A, 1986 dalam Rejeki, 2015) Kata
“Higiene” berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu untuk membentuk dan
menjaga kesehatan. Dalam sejarah Yunani, higiene berasal dari nama seorang Dewi
yaitu Hygea (Dewi pencegah penyakit).
Berdasarkan buku Theory of Catering dikemukakan bahwa higiene adalah
ilmu kesehatan dan pencegahan timbulnya penyakit. Higiene lebih bayak
membicarakan masalah bakteri sebagai penyebab timbulnya penyakit. Seorang juru
masak di samping harus mampu mengolah makanan yang enak rasanya, menarik
penampilannya, juga harus layak dimakan. Untuk itu, makanan harus bebas dari
bakteri atau kuman penyakit yang membahayakan kesehatan manusia (Rejeki,
2015).
Higiene adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatannya
kepada usaha kesehatan individu, maupun usaha kesehatan pribadi hidup manusia
(Rejeki, 2015).
Arti lain dari higiene ada beberapa yaitu :
1. Ilmu yang mengajarkan cara-cara untuk mempertahankan kesehatan jasmani,
rohani, dan sosial untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
7
2. Menurut Brownell, higiene adalah bagaimana caranya orang memelihara dan
melindungi kesehatan.
3. Menurut Prescott, higiene menyangkut dua aspek yaitu:
1.) Yang menyangkut individu (personal higiene)
2.) Yang menyangkut lingkungan (environment) (Rejeki, 2015).
Higiene perorangan mencakup semua segi kebersihan diri pribadi
karyawan (penjamah makanan) tersebut. Menjaga higiene perorangan berarti
menjaga kebiasaan hidup bersih dan menjaga kebersihan seluruh anggota tubuh
yang meliputi:
1) mandi dengan teratur, bersih dan sehat sebelum memasuki ruangan dapur,
2) mencuci tangan sebelum dan sesudah menjamah makanan,
3) kuku dipotong pendek dan tidak di cat (kutex),
4) rambut pendek dan bersih,
5) selalu memakai karpus (topi khusus juru masak) atau penutup kepala
lainnya,
6) wajah; tidak menggunakan kosmetik secara berlebihan,
7) hidung; tidak meraba-raba hidung sambil bekerja dan tidak menyeka wajah
dengan menggunakan tangan tetapi menggunakan sapu tangan,
8) mulut; menjaga kebersihan mulut dan gigi, tidak merokok saat mengolah
makanan, jangan batuk menghadap makanan, tidak mencicipi makanan
langsung dari alat memasak,
9) kaki; mempergunakan sepatu dengan ukuran yang sesuai, kaos kaki diganti
setiap hari, kuku jari harus dipotong pendek .
8
Tujuan dari personal hygiene adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan, memelihara kebersihan diri, memperbaiki personal hygiene yang
kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan, dan meningkatkan rasa
percaya diri (Wartonah, 2003).
2. Higiene Perorangan (Personal Higiene)
a. Pengertian Personal Higiene
Kebersihan diri (personal higiene) merupakan kebersihan diri sendiri
yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun
psikologis (Rejeki, 2015).
Menurut Entjang, (2001) dalam Rejeki, (2015) pengertian personal
higiene atau higiene perorangan (usaha kesehatan pribadi) adalah upaya dari
seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri.
b. Tujuan Personal Hgiene (Rejeki, 2015) :
a.) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b.) Memelihara kebersihan diri sendiri
c.) Memperbaiki personal higiene yang kurang
d.) Pencegahan penyakit
e.) Meningkatkan percaya diri seseorang
f.) Menciptakan keindahan
B. Prinsip Higiene dan Sanitasi Makanan
Prinsip higiene dan sanitasi makanan adalah pengendalian terhadap empat faktor
penyehatan makanan yaitu faktor tempat/bangunan, peralatan, orang, dan bahan
makanan. Penyehatan makanan adalah upaya untuk mengendalikan empat faktor
9
tersebut yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau
keracunan makanan. Untuk mengetahui faktor tersebut dapat menimbulkan penyakit
atau keracunan makanan, perlu dilakukan analisis terhadap rangkaian kegiatan 6 (enam)
prinsip higiene dan sanitasi makanan (Rejeki, 2015).
Prinsip higiene dan sanitasi makanan yang diperlukan untuk mengendalikan
kontaminasi makanan, antara lain pemilihan bahan baku makanan, penyimpanan bahan
makanan, pengolahan makanan, pengangkutan makanan, penyimpanan makanan serta
penyajian makanan (Rejeki, 2015).
1. Pemilihan bahan baku makanan
Perlindungan terhadap bahan baku dari bahaya-bahaya bahan kimia atau
pertumbuhan mikroorganisme pathogen dan pembentukan toksin selama
transportasi dan penyimpanan bahan baku mutlak diperhatikan. Bahan-bahan yang
dimakan dalam keadaan mentah harus diangkut dan disimpan terpisah dari bahan
baku lain dan bahan-bahan yang bukan bahan pangan.
2. Penyimpanan bahan makanan
Kerusakan bahan makanan dapat terjadi karena tercemar bakteri, karena
alam, dan perlakuan manusia, adanya enzim dalam makanan yang diperlukan dalam
proses pematangan seperti pada buah-buahan dan kerusakan mekanis seperti
gesekan, tekanan, benturan dan lain-lain. Untuk mencegah terjadinya kerusakan
dapat dikendalikan dengan pencegahan pencemaran bakteri. Sifat dan karakteristik
bakteri seperti sifat hidupnya, daya tahan panas, faktor lingkungan hidup, kebutuhan
oksigen dan berdasarkan pertumbuhannya.
10
3. Pengolahan makanan
Pengolahan makanan adalah proses mengubah bentuk dari bahan mentah
menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang
mengikuti kaidah dan prinsip-prinsip higiene dan sanitasi.
4. Pengangkutan makanan
Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan dalam mencegah
terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran pada makanan masak lebih tinggi
resikonya daripada pencemaran bahan makanan. Oleh karena itu, titik berat
pengendalian yang perlu diperhatikan adalah pada makanan masak.
5. Penyimpanan makanan
Bakteri akan tumbuh dan berkembang dalam makanan yang berada dalam
suasana yang cocok untuk hidupnya sehingga jumlahnya menjadi banyak. Bahaya
terbesar dalam makanan masak adalah adanya mikroorganisme pathogen dalam
makanan akibat terkontaminasinya makanan sewaktu proses pengolahan makanan
maupun kontaminasi silang melalui wadah maupun penjamah makanan, kemudian
dibiarkan dingin pada suhu ruang, sebagai contoh; sayur bening dan ikan kuah
sebelum dimakan dibiarkan dingin pada suhu ruang tanpa penutup/pelindung
makanan maka dapat terkontaminasi oleh lalat-lalat dan debu.
6. Penyajian makanan
Makanan yang disajikan adalah makanan yang siap santap/layak santap.
Layak santap dapat dinyatakan bilamana telah dilakukan uji organoleptik dan uji
biologis. Dalam prinsip penyajian makanan wadah untuk setiap jenis makanan
ditempatkan dalam wadah terpisah dan ditutup. Tujuannya agar makanan tidak
11
terkontaminasi silang, bila satu makanan tercemar yang lain dapat diselamatkan,
serta memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan pangan.
C. Faktor Higiene dan Sanitasi Makanan
Menurut Tarwoto (2004) dalam Pasanda (2016), perilaku seseorang melakukan
personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain :
1. Citra tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan
fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan
citra tubuh individu. Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli terhadap kebersihannya.
2. Praktik sosial
Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas atau
air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan
personal hygiene. Praktik personal hygiene pada lansia dapat berubah dikarenakan
situasi kehidupan, misalnya jika mereka tinggal dipanti jompo mereka tidak dapat
mempunyai privasi dalam lingkungannya yang baru. Privasi tersebut akan mereka
dapatkan dalam rumah mereka sendiri, karena mereka tidak mempunyai
kemampuan fisik untuk melakukan personal hygiene sendiri.
3. Status sosio ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
12
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah
cukup. Seseorang harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Seringkali
pembelajaran tentang penyakit atau kondisi yang mendorong individu untuk
meningkatkan personal hygiene.
Menurut Soekidjo Notoadmojo (2007) faktor – faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah :
a. Umur
Usia atau umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola piker
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, khususnya beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya
kosa kata dan pengetahuan umum (Erfandi, 2009).
b. Jenis Kelamin
Pada umumnya perempuan lebih sensitif dan mau menerima masukan
yang baik terutama masalah kesehatan sehinga memunculkan motivasi untuk
menjaga kebersihan dan kesehatan pribadi dan lingkunganya lebih baik
dibandingkan laki-laki (Syachroni, 2012).
c. Pendidikan
Pendidikan juga suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
13
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang
kesehatan. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang tersebut semakin
luas pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang berpendidikan
rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
d. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau
dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak
pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan
orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar dalam
bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan
yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik (Ratnawati, 2009).
e. Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-
macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan
landasan kognitif baru terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Erfandi,
2009).
14
5. Budaya
Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi personal hygiene.
Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik perawatan diri yang
berbeda. Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh
dimandikan. Menurut Coleman, 1973 dalam Muhith (2003) bahwa gender
merupakan sebuah atribut psikologis yang membentuk sebuah kontinum dari sangat
maskulin sampai sangat feminin.
6. Kebiasaan seseorang
Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur dan
melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan shampo, dan lain-lain.
7. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya
D. Penjamah Makanan
Penjamah makanan diartikan sebagai orang yang pekerjaannya menyiapkan
bahan makanan hingga siap untuk dikonsumsi. Ditinjau dari lokasi kerjanya, penjamah
makanan dibedakan menjadi dua yaitu penjamah makanan rumah ; individu yang
menyiapkan makanan untuk keluarga, sedangkan penjamah makanan professional ;
individu yang bekerja di perusahaan yang menyelenggarakan pangan banyak. Penjamah
makanan merupakan salah satu dari pihak yang berperan dalam keamanan pangan
selain pengambil keputusan, produsen, pengelola dan konsumen pangan. Pada usaha
15
tata boga penjamah makanan adalah ujung tombak penyelenggaraan pangan (Nurlaela,
2011).
Faktor yang terpenting pada keamanan pangan adalah penjamah makanan.
Penjamah makanan yang berpendidikan rendah akan melaksanakan tugasnya hanya
mengandalkan kebiasaan yang dimilikinya tanpa mengetahui alasan yang benar yang
melatarbelakangi tindakannya (Nurlaela, 2011).
Perilaku penjamah yang tidak mendukung tentunya akan menimbulkan masalah
terhadap keamanan pangan. Sebagaimana beberapa hasil penelitian, Afriani
menyatakan bahwa lemahnya personal hygiene dapat mengakibatkan kontaminasi
terhadap makanan (Nurlaela, 2011).
Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan
makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan,
pengangkutan, sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran dari
penjamah makanan sangatlah besar perannya. Penjamah makanan ini mempunyai
peluang untuk menularkan penyakit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu
dalam keadaan sehat dan terampil (Depkes RI, 2003).
Faktor kebersihan penjamah atau pengelola makanan yang biasa disebut hygiene
personal merupakan prosedur menjaga kebersihan dalam pengelolaan makanan yang
aman dan sehat. Prosedur menjaga kebersihan merupakan perilaku bersih untuk
mencegah kontaminasi pada makanan yang ditangani. Prosedur yang penting bagi
pekerja pengolah makanan adalah pencucian tangan, kebersihan dan kesehatan diri
(Fatmawati, Rosidi, Handarsari, 2013).
16
Penyelengaraan makanan penyebab perilaku yang salah mengenai personal
higiene dan sanitasi disebabkan karena pengetahuan yang rendah atau ketidaktahuan
tentang hal-hal yang seharusnya diketahui oleh tenaga penjamah makanan dalam upaya
mendapatkan makanan yang sehat (Wagustina, 2013).
Penyelenggaraan makanan yang higiene dan sehat menjadi prinsip dasar
penyelenggaraan makanan institusi. Makanan yang tidak dikelola dengan baik dan
benar oleh penjamah makanan dapat menimbulkan dampak negatif seperti penyakit dan
keracunan akibat bahan kimia, mikroorganisme, tumbuhan atau hewan, serta dapat pula
menimbulkan alergi (Fatmawati, Rosidi, Handarsari, 2013).
Dengan demikian pengetahuan higiene dan sanitasi pada suatu penyelenggaraan
makanan perlu ditingkatkan dalam pelaksanaannya terutama oleh penjamah makanan
itu sendiri (Wagustina, 2013).
Pemeliharaan personal hygiene sangat menentukan status kesehatan, dimana
individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah
terjadinya penyakit. Upaya kebersihan diri ini mencakup tentang kebersihan rambut,
mata, telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, serta kebersihan dalam berpakaian (Akmal,
Semiarty, Gayatri, 2013).
Salah satu upaya personal hygiene adalah merawat kebersihan kulit karena kulit
berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan
mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Mengingat kulit penting sebagai pelindung
organ- organ tubuh, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat
disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit.
17
Untuk mewujudkan penyehatan penyelenggaraan makanan, diperlukan tenaga
penjamah yang memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Bukti sehat diri dan bebas dari penyakit
b. Tidak menderita penyakit kulit, penyakit menular, scabies ataupun luka bakar
c. Bersih diri, pakaian dan seluruh badan
d. Mengikuti pemeriksaan kesehatan secara periodic
e. Mengetahui proses kerja dan pelayanan makanan yang benar dan tepat
f. Mengetahui teknik dan cara penerapan higiene dan sanitasi dalam penyelenggaraan
makanan
g. Berperilaku yang mendukung terwujudnya penyehatan makanan
Hal-hal yang harus dilakukan tenaga penjamah makanan adalah :
a. Cuci tangan dengan sabun sebelum mulai/sesudah bekerja, setiap keluar dari WC,
sesudah menjamah bahan kotor
b. Sebelum dan setelah bekerja tidak menggaruk kepala, hidung dan bagian tubuh lain
yang dapat menimbulkan kuman
c. Alihkan muka dari makanan dan alat-alat makan dan minuman bila batuk dan bersin
d. Penggunaan masker/tutup hidung dan muka bila diperlukan
e. Pengolahan makanan hendaknya dilakukan menurut proses yang ditetapkan, sesuai
dengan peralatan masak, waktu dan suhu ataupun tingkat pemasakan
f. Jangan sekali-kali menjamah makanan yang sudah masak, pergunakan sendok,
garpu, atau alat lainnya
g. Makan diruang makan yang disediakan
h. Merokok tidak boleh diruang kerja
18
i. Selalu menjaga agar tempat kerja, ruang ganti pakaian, kamar mandi dan WC serta
alat-alat tetap bersih setiap waktu
j. Penjamah makanan dianjurkan untuk memakai sarung tangan (Aritonang, 2012).
Higiene tenaga penjamah makanan dengan tujuan untuk mewujudkan
penyehatan perorangan yang layak dalam penyelenggaraan makanan, diperlukan
tenaga penjamah yang memenuhi syarat sebagai berikut: tidak menderita penyakit
mudah menular, menutup luka (pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya), memakai
celemek dan tutup kepala, mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan,
menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan alas tangan, tidak
sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut, atau bagian
lainnya), tidak batuk atau bersin dihadapan makanan yang disajikan dan atau tanpa
menutup mulut atau hidung (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Keadaan perorangan yang perlu diperhatikan penjamah makanan untuk
mencegah penularan penyakit dan atau kontaminasi mikroba patogen melalui makanan
adalah sebagai berikut:
1. Mencuci Tangan
Menurut depkes (1992), hendaknya tangan selalu dicuci sebelum bekerja,
sesudah menangani bahan makanan kotor/mentah atau terkontaminasi, setelah dari
kamar kecil, setelah tangan digunakan untuk menggaruk, batuk atau bersin dan
setelah makan atau merokok. Menurut direktorat surveilan dan penyuluhan
keamanan pangan deputi III-BPOM (2003) Kebersihan tangan pekerja yang bekerja
mengolah dan memproduksi pangan sangat penting kerena itu perlu mendapatkan
perhatian khusus. Setiap saat akan menjamah makanan jika tangannya kotor, maka
19
perlu dicuci dengan air mengalir. Karena itu fasilitas air mengalir, sabun dan
pengering harus selalu tersedia dilokasi-lokasi pembersihan yang mudah dijangkau.
Menurut Depkes (2003) Mencuci tangan secara baik dan benar akan membunuh
lebih dari 80% kuman di tangan. Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat
memindahkan bakteri dan virus patogen dari tubuh, feses atau sumber lain
kemakanan.
2. Sarung Tangan
Penyuluhan keamanan pangan pekerja yang menderita luka ditangan tetapi
tidak infeksi masih diperbolehkan bekerja tetapi harus menggunakan sarung tangan
(glove). Selain itu pekerja disarankan tidak menggunakan cat kuku jika terpaksa
harus memakai cat kuku maka penggunaan sarung tangan karet menjadi keharusan.
Menurut Depkes (2006), berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik
Indonesia nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan higiene dan sanitasi
jasa boga tanggal 23 Mei 2003 yang menyatakan sarung tangan berfungsi sebagai
perlindungan kontak langsung dengan makanan, sarung tangan yang baik dalam
tempat pengolahan makanan menggunakan sarung tangan sekali pakai.
3. Penutup Mulut/Masker
Penggunaan masker penting dilakukan karena daerah-daerah mulut hidung
dan tenggorokan dari manusia normal penuh dengan mikroba dari berbagi
jenis.Beberapa mikroba yang ada salah satunya adalah mikroba staphylococcus
aureus yang berada dalam saluran pernapasan dari manusia (Wulandari, 2011).
20
4. Penutup Kepala/Hair cap (Topi)
Menurut depkes (2006) berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik
Indonesia nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan higiene dan sanitasi
jasa boga tanggal 23 Mei 2003 menyatakan bahwa semua penjamah makanan
hendaknya memakai topi atau penutup rambut untuk mencegah jatuhnya rambut
kedalam makanan dan mencegah mengusap/menggaruk rambut atau melindungi
pencemaran terhadap makanan. Semua penjamah makanan hendaknya memakai topi
untuk mencegah kebiasaan mengusap dan menggaruk rambut.Penutup kepala
membantu mencegah rambut masuk ke dalam makanan, membantu menyerap
keringat yang ada di dahi, mencegah kontaminasi staphylococci (Wulandari, 2011).
5. Kebersihan Pakaian, Kuku dan Perhiasan
Pekerja harus mengenakan pakaian khusus untuk bekerja yang bersih dan
sopan.Umunya pakaian yang berwarna terang (putih) sangat dianjurkan terutama
untuk pekerja dibagian pengolahan, pakaian kerja yang sudah usang jangan dipakai
kembali. Hal ini disebabkan karena dengan warna putih maka akan lebih mudah
dideteksi adanya kotoran-kotoran yang mungkin terdapat pada baju dan berpotensi
untuk menyebar pada produk pangan yang sedang diolah/diproduksi. Pekerja
hendaknya memakai pakaian dengan ukuran yang pas tidak terlalu besar. Ukuran
pakaian yang terlalu besar bisa berbahaya karena dapat melambai-lambai tidak
terkontrol sehingga dapat berperan sebagai pembawa kotoran yang akan
menyebabkan kontaminasi atau berbahaya bagi keselamatan pekerja terutama jika
berdekatan dengan mesin-mesin yang bergerak atau mempunyai bagian yang
21
berputar. Pekerja pengolahan pangan hendaknya tidak mengenakan jam tangan,
kalung, anting, cincin, dan lain-lain benda kecil yang mudah putus dan hilang.
Penggantian dan pencucian pakaian secara periodikakan mengurangi resiko
kontaminasi. Pakaian yang berwarna cerah bermanfaat untuk mengidentifikasi
pencemaran oleh residu makanan dan perlunya pakaian diganti.kuku hendaknya
dirawat dan dibersihkan, dan dianjurkan untuk tidak menggunakan perhiasan
sewaktu bekerja. Perhiasan seperti cincin, kalung, jam tangan, anting harus
dilepaskan sebelum memasuki daerah pengolahan. Penggunaan make-up dan parfum
yang berlebihan juga tidak diperkenankan (Herdiansyah dan Rimbawan, 2000 dalam
Wulandari, 2011).
6. Tidak Merokok
Penjamah makanan sama sekali tidak diijinkan merokok selama bekerja, baik
waktu mengolah maupun mencuci peralatan. Merokok merupakan mata rantai dari
bibir dan tangan dan kemudian ke makanan, di samping tu sangat tidak etis (Depkes,
2006).
E. Penyelenggaraan Makanan
Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Oleh karena itu,
penyelenggaraan makanan merupakan suatu keharusan, baik di lingkungan keluarga
maupun di luar lingkungan keluarga. Penyelenggaraan makanan di luar lingkungan
keluarga diperlukan oleh sekelompok konsumen karena berbagai hal tidak dapat makan
bersama dengan keluarga di rumah. Mereka itu dapat makan terdiri dari para karyawan
pabrik atau perusahaan, pekerja perkebunan, para prajurit, penghuni asrama atau panti
22
asuhan, narapidana, dan sebagainya. Mereka ini memerlukan pelayanan makanan di
luar rumah yang diselenggarakan secara khusus untuk mereka (Oktaviasari, 2011).
Penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan
menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka
pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan
termasuk kegiatan pen- catatan, pelaporan, dan evaluasi (Kemenkes RI, 2013).
Penyelenggaraan makanan institusi dapat dijadikan sarana untuk peningkatkan
keadaan gizi warganya bila institusi tersebut dapat menyediakan makanan yang
memenuhi prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan makanan institusi. Prinsip-prinsip itu
antara lain menyediakan makanan yang sesuai dengan macam dan jumlah zat gizi yang
diperlukan konsumen, disiapkan dengan cita rasa yang tinggi serta memenuhi syarat
hygiene dan sanitasi (Taqhi, Dachlan, Fatimah, 2014).
Tujuan umum penyelenggaraan makanan banyak adalah tersedianya makanan
yang memuaskan bagi klien dengan manfaat yang setinggi-tingginya bagi institusi.
Secara khusus setiap institusi dituntut untuk (Khasanah, 2010):
a. Menghasilkan makanan yang berkualitas baik, dipersiapkan dan dimasak secara
layak.
b. Pelayanan yang cepat dan menyenangkan.
c. Menu seimbang dan bervariasi.
d. Harga layak, serasi dengan pelayanan yang diberikan.
e. Standar kebersihan dan sanitasi tinggi
Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting didalam kehidupan
manusia, dimana makanan berfungsi memberikan tenaga atau energi panas pada tubuh,
23
membangun jaringan-jaringan tubuh yang baru, pengatur dan pelindung tubuh terhadap
penyakit serta sebagai sumber bahan pengganti sel-sel tua yang using dimakan usia.
Makanan yang menarik, nikmat, dan tinggi gizinya, tidak akan berarti sama sekali jika
tidak aman untuk dikonsumsi. Kualitas makanan harus diperhatikan agar makanan
dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kualitas tersebut mencakup ketersediaan zat-zat
gizi yang dibutuhkan dan pencegahan terjadinya kontaminasi makanan dengan zat-zat
yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan (Oktaviasari, 2011).
Manusia dalam hidupnya membutuhkan makanan dan telah diketahui bahwa
makanan tersebut haruslah memenuhi zat-zat gizi untuk digunakan tubuh sebagai
pertumbuhan, perkembangan dan energy. Selain itu, keamanan makanan yang bebas
dari pencemaran juga diperlukan tubuh agar kesehatan tidak terganggu (Oktaviasari,
2011).
24
F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
1. Kerangka Teori Penelitian
Menurut Tarwoto (2004) perilaku seseorang melakukan personal hygiene
dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain citra tubuh dimana personal hygiene
yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu, praktek
sosial yaitu kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah juga merupakan faktor yang
mempengaruhi perawatan personal hygiene, status ekonomi juga berperan dalam
praktek personal hygiene yaitu memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya. pengetahuan, budaya, maupun aktivitas fisik juga akan
berpengaruh terhadap praktek personal hygiene
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian
Sumber: Tarwoto (2004) dalam Pasanda (2016)
Aktivitas fisik
Citra Tubuh
Praktek sosial
Status sosio
ekonomi
Pengetahuan
Budaya
Perilaku hiegiene
25
2. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka teori diatas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan
variabel sesuai dengan kerangka konsep dibawah ini :
Gambar 2.
Kerangka Konsep Penelitian
- Pengetahuan
- Hygiene
- Perilaku
Perilaku penjamah
makanan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian cross sectional study dengan pendekatan
survey
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 19 Juni s/d 25 Juli 2019 di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan
Provinsi Sulawesi Tenggara.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penjamah makananan di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula berjumlah 6 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 6 orang. Diambil dengan teknik total
sampling, yaitu semua populasi diambil sebagai sampel.
27
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
a. Pengetahuan hygiene dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan
kuesioner
b. Perilaku hygiene di kumpulkan dengan cara melakukan observasi atau
pengamatan dengan menggunakan formulir observasi/pengamatan.
c. Data Sekunder
Data sekunder berupa profil Panti Sosial Tresna Werdha Binaula dengan
penelusuran dokumentasi yang ada di tempat tersebut.
E. Pengolahan Data
1. Data tentang pengatahuan diolah dengan cara menjumlahkan skor yang benar
kemudian dibagi dengan total skor hasilnya dikalikan dengan 100%. Kemudian
dikategorikan sesuai dengan kroteria objektif
2. hygiene sanitasi penjamah makanan diperoleh dengan observasi menggunakan
kuesioner kemudian diberi skor dan hasilnya dibandingkan dengan kriteria objektif
dan dapat diperoleh juga dengan mengsurvey langsung (melihat langsung) pada
tempat penjualannya kemudian hasilnya dideskripsikan.
F. Penyajian Data
Hasil yang telah didapatkan kemudian disajikan dalam bentuk narasi atau dalam
bentuk deskripsi.
G. Definisi Operasional
a. Pengetahuan hygiene adalah segala sesuatu yang diketahui pleh tenaga pengolah
makanan tentang usaha-usaha kesehatan perorangan agar dapat memelihara
28
kesehatan individu, memperbaiki, dan mempertinggi nilai kesehatan serta mencegah
timbulnya penyakit, dikumpulkan dengan wawancara menggunaka kuesioner
dengan criteria objektif
Baik : ≥ 80 %
Cukup : 60-79%
Kurang : < 60 %
(Sumber: Adam, 2011).
b. Perilaku hygiene adalah suatu aktivitas dari tenaga pengolah makanan itu sendiri
atau kegiatan tenaga pengolah makanan yang dapa dilihat secara langsung terhadap
segala sesuatu yang menyangkut tentang kesehatan orang atau mereka yang
mengerjakan segala sesuatu terhadao bahan makanan dalam suatu penyelenggaraan
makanan, dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kusioner dengan criteria
objektif :
Baik : ≥ 80 %
Cukup : 60-79%
Kurang : < 60 %
(Sumber : Adam, 2011)
c. Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan
makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan,
pengangkutan, sampai dengan penyajian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Minaula Kendari terletak di Desa
Rahaona Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan memiliki seluas
lahan 28.000 m2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Poros Bandara
2) Sebelah Selatan Berbatasan dengan Lahan Perkebunan Masyarakat
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Pemukiman Penduduk
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Pemukiman Penduduk
b. Sarana dan Prasarana
UPT PSTW “Minaula” Kendari, dibangun diatas sebidang tanah seluas ±
3 Ha, areal tersebut digunakan untuk sarana bangunan, sarana jalan, dan
kompleks, taman dan selebihnya dimafaatkan untuk lahan pertanian dan kolam
ikan.
30
Tabel 1.
Sarana Bagunan Fisik di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
No Sarana Bangunan Fisik Jumlah
1 Wisma Penerima Manfaat 12 unit
2 Ruang Seba guna 1 unit
3 Ruang Perawatan Khusus 1 unit
4 Ruang Ketrampilan 1 unit
5 Ruang Poliklinik 1 unit
6 Ruang Dapur 1 unit
7 Ruang Pemulasaran Jenasah 1 unit
8 Kantor 1 unit
9 Rumah Dinas 6 unit
10 Rumah Jabatan 1 unit
11 Aula 1 unit
12 Mesjid 1 unit
13 Gudang 1 unit
14 Kolam Ikan 6 unit
Total 35 unit
Sumber : Data Sekunder, 2019
c. Visi dan Misi
1) Visi
Terwujudnya kesejahteraan lanjut usia yang mengalami krisis dan
kekerasan yang memerlukan perlindungan dan pelayanan khusus lainnya.
2) Misi
a) Memberikan perlindungan pada lanjut usia yang mengalami krisis dan
kekerasan serta lanjut usia yang memerlukan pelayanan dan perawatan
khusus lainnya.
b) Memberikan pelayanan Rehabilitasi pada lanjut usia yang mengalami
krisis dan kekerasan serta lanjut usia yang memerlukan pelayanan dan
perawatan khusus lainnya.
c) Meningkatkan kualitas hidup lanjut usia yang mengalami krisis dan
kekerasan serta lanjut usia yang memerlukan pelayanan dan perawatan
khusus lainnya.
31
d) Memberikan advokasi kepada lanjut usia yang mengalami krisis dan
kekerasan serta lanjut usia yang memerlukan pelayanan dan perawatan
khusus lainnya
e) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia penyedia pelayanan lanjut
usia
f) Menjadi tempat pengembangan model dan pusat percontohan pelayanan
lanjut usia
g) Melaksanakan dukungan manajemen secara transparan, akuntabel, efektif
dan efesien.
2. Gambaran Umum Karateristik Sampel
Gambaran umum karateristik sampel dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2.
Gambaran Umum Karateristik sampel
Variabel n %
Jenis Kelamin
Perempuan 3 50,0
laki-laki 3 50,0
Total 6 100,0
Pendidikan
SMP 2 33,3
SMA 4 66,7
Total 6 100,0
Umur
≤ 35 tahun 3 50,0
> 35 tahun 3 50,0
Total 6 100,0
Lama bekerja
≤ 5 Tahun 4 66,7
> 5 Tahun 2 33,3
Total 6 100,0
Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa sampel dengan jenis kelamin laki-laki
dan perempuan berjumlah sama (50,0% dan 50,0%), sebagian besar sampel (66,7%)
32
berpendidikan terakhir SMA, statu kepegawaian semua (100,0%) masih honorer,
umur sampel dalam kategori ≤ 35 tahun dan >35 tahun berjumlah sama (50,0% dan
50,0%),, serta lama bekerja sampel sebagian besar (66,7%) dalam kategori ≤ 5
tahun.
3. Distribusi Sampel berdasarkan Pengetahuan dan Perilaku
Dsitribusi sampel berdasarkan pengetahuan dan perilaku tenaga penjamah
makanan di Panti Sosial Tresna Werdha dapat dilhat pada tabel dibawah ini
Tabel 3
Distribusi Sampel berdasarkan Perilaku dan Pengetahuan
Variabel n %
Perilaku
Baik 4 66,7
Cukup 2 33,3
Total 6 100,0
Pengetahuan
Baik 1 16,7
Cukup 5 83,3
Total 6 100,0
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa sebagian besar perilaku sampel
(66,7%) baik dan perilaku sebagian besar (33,3%) cukup, sedangkan sampel
sebagian besar (83,3%) memiliki pengetahuan cukup dan sebagian besar sampel
(16,7%) memiliki pengetahuan baik.
B. Pembahasan
1. Perilaku
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar periaku penjamah
makanan di Panti Soial Tresna Werdha berada dalam kategori baik yaitu (66,7%),
hal tersebut kemungkinan di sebabkan oleh umur dan lama bekerja. Penjamah
33
makanan yang memiliki perilaku baik sebagian besar berumur lebih dari dalam
kategori >35 tahun, serta lama bekerja berkisar 4-7 tahun.
Umur mempengaruhi pembentukan sikap dan perilaku seseorang. Semakin
bertambahnya umur diharapkan seseorang bertambah pula kedewasaannya, makin
mantap pengendalian emosinya dan makin tepat segala tindakannya. Penelitian
Marsaulina tahun 2004 di DKI Jakarta yang menyimpulkan adanya hubungan antara
kebersihan perorangan dengan umur penjamah makanan. Semakin tinggi umur
penjamah makanan maka semakin baik kebersihan penjamah makanan.
Lama bekerja akan mempengaruhi keterampilan dalam melaksanakan tugas.
Semakin lama bekerja maka keterampilan akan semakin meningkat. Penelitian
Marsaulina tahun 2004 menyatakan pengalaman kerja 1 tahun ke atas proporsi
pengetahuan ke arah baik makin meningkat terlebih lagi pada pengalaman kerja
diatas 2 tahun.
Semua tenaga penjamah makanan tidak memakai celemek saat bekerja,
makan atau mengunyah, menggaruk kepala pada saat didepan makanan umumnya
mereka lakukan, namun selain dari itu penjamah makanan di Panti Sosial sudah
memiliki perilaku yang baik.
Kebersihan dan kesehatan diri merupakan syarat utama pengolah makanan.
Test kesehatan terutama tes darah dan pemotretan rontgen pada dada untuk melihat
paru-paru dan saluran pernapasan sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali,
terutama pengolah makanan di dapur rumah sakit. Ada beberapa kebiasaan yang
perlu dikembangkan oleh para pengolah makanan untuk menjamin keamanan
makanan yang diolah yaitu berpakaian harus selalu bersih dan memakai pakaian
34
kerja atau celemek yang tidak bermotif agar pengotoran pada pakaian mudah
terlihat. Pekerja harus memakai sepatu yang tidak terbuka dan dalam keadaan
bersih, rambut harus selalu dicuci secara periodik dan selama mengolah makanan
harus dijaga agar rambut tidak jatuh ke dalam makanan disarankan menggunakan
topi atau jala rambut. Pekerja yang sedang sakit flu, demam atau diare sebaiknya
tidak dilibatkan terlebih dahulu dalam proses pengolahan makanan, sampai gejala-
gejala penyakit tersebut hilang. Pekerja yang memiliki luka pada tubuhnya harus
menutup lukanya dengan pelindung kedap air (Adam, 2011).
2. Pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan penjamah
makanan di Panti Sosial Tresna Werdha sebagian besar dalam kategori cukup yaitu
sebesar 83,3%. Hal tersebut kemungkinan di sebabkan oleh tingkat umur, diketahui
bahwa umur tenaga pengolah makanan yang memiliki pengetahuan baik yaitu
berumur 40 tahun, sedangkan sampel yang memiliki pengetahuan yang cukup
sebagian besar berumur kurang dari <35 tahun.
Usia atau umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia,
khususnya beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan
pengetahuan umum (Erfandi, 2009).
Peralatan kerja yang digunakan dalam mengolah makanan seharusnya
adalah celemek dan penutup kepala, namun semua sampel hanya menjawab
35
celemek yang digunakan, disamping itu perilaku makan/minum, merokok dan
bercakap-cakap sampel juga tidak tahu, pemakaian cincin pada saat bekerja,
pencucian peralatan, serta kapan pakaian kerja sebaiknya dicuci semua sampel tidak
tahu.
Sebagian besar sampel sudah mengetahui kapan pemeriksaan oleh tenaga
penjamah makanan, tindakan yang tepat dilakukan ketika bersin, mencuci tangan,
mandi yang tepat dilakukan adalah 2 kali dalam sehari, keadaan kuku tenaga
penjamah makanan,, serta tindakan yang dilakukan ketika penjamah makanan
sedang sakit.
Sejalan dengan penelitian Adam (2011) yang menyatakan bahwa 5 dari 10
orang yang diteliti sudah mengetahui bagaimana seharusnya seorang tenaga
pengolah makanan bekerja sesuai dengan pedoman sanitasi dan higiene perorangan,
namun 5 orang tenaga pengolah makanan masih terkatagori pengetahuan cukup, hal
ini menunjukkan bahwa ada sebagian tenaga pengolah makanan yang belum
mengetahui tentang bagaimana cara menjaga kebersihan diri terutama kebersihan
kuku, tangan, pemakaian perhiasan yang benar, pencucian pakaian kerja.
Pengetahuan sangat penting terhadap terjadinya perilaku. Semakin tinggi atau
semakin baik pengetahuan akan menimbulkan persepsi yang selanjutnya
membentuk sikap yang mendorong terhadap terjadinya perilaku.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Perilaku higiene tenaga pengolah makanan pada penyelenggaraan makanan di Panti
Sosial Tresna Werdha Binaula Kota Kendari sebagian besar (66,7%) dalam
kategori baik dan sebagian besar (33,3%) dalam kategori cukup.
2. Pengetahuan tentang higiene mengolah makanan pada tenaga pengolah makanan di
Panti Sosial Tresna Werdha Binaula Kota Kendari sebagian besar (83,3%) dalam
kategori cukup dan sebagian besar (16,7%) dalam kategori baik
B. Saran
1. Kepada pihak Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari hendaknya
membuat suatu program sosialisasi/edukasi demi mempertahankan ataupun
meningkatkan lagi pengetahuan penjamah makanan tertutama tentang hygiene.
2. Kepada tenaga penjamah makanan, secara umum perilaku sudah baik, hendaknya
mempertahankan perilaku yang sudah baik tersebut, namun terdapat beberapa
indikator perilaku seperti penggunaan celemek, berbicara/bercakap-cakap, serta
mengunya didepan makanan yang belum meraka praktekkan namun mereka
mengetahuinya, agar tidak melakukan perilaku tersebut.
3. Kepada peneliti selanjutnya, hendaknya meneliti tentang hubungan pengetahuan,
umur serta masa kerja dengan perilaku tentang hygiene tenaga penjamah makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, YMNN, 2011. Pengetahuan dan Perilaku Tenaga Pengolah Makanan di Instalasi
Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Kanujoso Djtiwibowo Balikpapan.
Naskah Publikasi.
http://eprints.undip.ac.id/32574/1/386_Yosvita_Maria_G2C309009.pdf
[diakses pada tanggal 9 November 2018]
Akmal, SC. Semiarty, R. Gayatri. 2013. Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian
Skabies Di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pacah,
Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol.
2 (3).
Aritonang, 2012. Penyelenggaraan Makanan : Manajemen Sistem Pelayanan GiziSwakelola
& Jasaboga di Instalasi Gizi Rumah Sakit. Leutika. Yogyakarta
Depkes. RI. 2003. Permenkes RI, No 1098, Tahun 2003 tentang persyaratan hygiene
sanitasi rumah makan dan restaurant Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Depkes, RI. 2006. Pedoman Sanitasi RumahSakit di Indonesia. Ditjen PPM PLP, Jakarta.
Erfandi. 2009. Pengetahuan Dan Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi.
http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/04/19/pengetahuan-dan-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi. [Diunduh 11 November 2018]
Fatmawati, S. Rosidi, A. Hendarsari, E. 2013. Perilaku higiene pengolah makanan
berdasarkan Pengetahuan tentang higiene mengolah makanan dalam
Penyelenggaraan makanan di pusat pendidikan dan latihan Olahraga pelajar
jawa tengah. Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 08 Tahun 2013.
https://media.neliti.com/media/publications/115537-ID-perilaku-higiene-
pengolah-makanan-berdas.pdf[diakses pada tanggal 10 November 2018]
Kemenkes RI, 2011. Permenkes RI, No 1096, Tahun 2011 tentang hygiene sanitasi
Jasaboga. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Khasanah. 2010. Gambaran Penyelenggaraan Makanan di Pondok Pesantren Darul
Muttaqien (Santri Putri) Parung Bogor Tahun 2010. Jakarta. Program studi
kesehatan masyarakat fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas
Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. http://universitassyarifhidayatullah.ac.id.
Diakses tanggal 10 November 2018
Kusmayadi, Ayi dan Sukandar. 2007, Cara Memilih dan Mengolah Makanan untuk
Perbaikan Gizi Masyarakat. Deptan. Jakarta.
Miranti, EA dan Adi, AC. 2016. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Dan Higiene
Perorangan (Personal Hygiene) Penjamah Makanan Pada Penyelenggaraan
Makanan Asrama Putri. Jurnal Media Gizi Indonesia,Vol. 11, No. 2 Juli–
Desember 2016: hlm. 120–126
Https://www.Researchgate.Net/Publication/326688228_Hubungan_Pengetahua
n_Dengan_Sikap_Dan_Higiene_Perorangan_Personal_Hygiene_Penjamah_Ma
kanan_Pada_Penyelenggaraan_Makanan_Asrama_Putri [diakses pada tanggal 9
November 2018].
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta
Nurlaela E. 2011. Keamanan Pangan dan Perilaku Penjamah Makanan di Instalasi Gizi
Rumah Sakit. Jurnal Media Gizi dan Kesehatan. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanudin Makassar.
Oktaviasari, A. 2011. Evaluasi Program Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Skripsi
Pasanda, A. 2015. Perbedaan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Penjamah Makanan
Sesudah Diberikan Penyuluhan Personal Ygiene Di Hotel Patra Jasa Semarang.
Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
Semarang. Skripsi
Ratnawati. (2009). Pengaruh Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja dan Motivasi Terhadap
Kinerja Pegawai Pada Dinas Tenaga Kerja, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Jambi. Jurnal Manajemen Bisnis & Publik. Vol 1, No 1, Hal 17-30.
Rejeki.s. 2015. Sanitasi, Higiene dan Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3). Edisi Pertama.
Rekayasa Sains. Bandung. Hal:1-114
Saputra, Ae, 2015. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Hygiene Tenaga Pengolah
Makanan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Naskah
Publikasi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Sinaga. G. 2017. Perilaku Personal Hygiene Penjamah Makanan (Food Handler) Di Panti
Asuhan Sitinoraiti Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2017.
Karya Tulis Ilmiah. Poltekkes Kemenkes Medan. http://ecampus.poltekkes-
medan.ac.id/jspui/retrieve/2827c877-ebef-4909-b83c-
62ec3298e75e/1523422986167_KTI%20GEMBIRA%20SINAGA.pdf.
[diakses pada tanggal 11November 2018.
Syachroni, Mahfudz. 2012. Perbedaan Motivasi Perempuan dan Laki-laki dalam Hal
Kesehatan. Didapat dari http://konsulspss21.blogspot.co.id/2012/04/perbedaan-
motivasi-perempuandan-laki.html [Diakses pada 11 November 2018]
Taqhi, A. Dachlan2, DM. Fatimah, S. 2014. Gambaran Sistem Penyelenggaraan Makanan
Di Pondok Pesantren Hubulo Gorontalo. Jurnal. Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11098/ST.%20AISY
AH%20TAQHI%20K21112602.pdf;sequence=1 [diakses pada tanggal 12
November 2018]
Wartonah., (2003). Kesehatan Lingkungan di Pesantren. Cipta Karya. Jogjakarta
Wulandari, Melli. 2011. Gambaran Higiene dan Sanitasi Penjamah Makanan di Rumah
Sakit Haji Jakarta Tahun 2011. Laporan Magang. Peminatan Gizi Progran Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
LAMPIRAN
41
Lampiran 1. KuesionerPengetahuanHigiene Tenaga PengolahMakanan
(Sumber : Adam, 2011)
PetunjukPengisian
Untuk bagianI:
Tulislah jawaban Andapadatempatyangtelah disediakan. Untuk
bagianII:
BerilahtandasilangpadahurufdidepanjawabanyangmenurutAndapaling tepat.
A. Identitas
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
LamaBekerja :
Status Kepegawaian :
B. Pengetahuan Higiene (total skor 15)
1. Pemeriksaankesehatanbagitenagapenjamahmakanandiinstalasigizi dilakukansecara
periodiksebagaisertifikatbuktisehatdiridanbebasdari penyakitdengan
tenggangwaktuyangpalingbaikadalah….
a. 3 tahun sekali
b. 2 tahun sekali
c. 1 tahun sekali
2. Pakaiankerjauntuktenagapengolahmakanan yangsebaiknyadipakai padasaat
bekerja adalah….
a. Celemek
b. Tutup kepala (penutup rambut)
c. Semua benar
42
3. Kegiatanyangtidak boleh dilakukan di ruangan kerja adalah….
a. Merokok dan bercakap-cakap
b. Makan / Minumdan merokok
c. Makan /Minum, bercakap-cakap dan merokok
4. Tindakanyangdilakukanpadasaat batuk atau bersin adalah….
a. Mengalihkan muka dari makanan / minuman danalat makan / minum
b. Mengalihkanmukadarimakanan/minumandanalatmakan/minum
denganmenutupmulut atauhidung memakaitanganatausaputangan dan
mencuci tangan setelah itu
c. Menutup mulut atau hidung dengan tangan atau saputangan dan
mencucitangansetelahitutanpa mengalihkanmukadarimakanan/ minuman dan
alat makan/ minum
5. Mencuci tangan sebaiknyadilakukan padasaat…
a. Sebelum dan sesudah bekerja dengan menggunakan air bersih dan sabun
antiseptic
b. SesudahkeluardariWCataukamarkecildenganmenggunakanair bersih dan
sabunantiseptic
c. Jawaban adan b benar
6. Mandiyangtepat dalam1 hari minimal adalah…
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
7. Rambutharusdicucidengan shampooatausabunpadawaktutertentu secarateratur,
palingkurang
a. 1 minggu sekali
b. 2 minggu sekali
c. 10 hari sekali
8. Keadaankukujaritanganseorangtenagapengolahmakanandiinstalasi gizi adalah….
a. Boleh panjangtetapi terawat kebersihannya
b. Selalu bersih, terpotong pendek dan rapi
c. Jawaban adan b benar
9. Pada saat melaksanakan tugas maka cincin seorang tenaga pengolah makanan di
instalasigiziadalah….
a. Boleh tetap dipakai
b. Dilepas
c. Jawaban adan b benar
10. Seorangtenagapengolahmakanan di instalasigizi yangsakit….
a. Tidakboleh ikut dalam pengelolaan makanan
b. Boleh ikut dalam pengeloaan makanan
c. Boleh hadir di tempat kerja tetapi tidak ikut dalam pengelolaan makanan dan
disarankanuntuk berobat
11. Makananyang telah selesai dimasak….
43
a. Dimasukkan dalam wadah tertutup secara terpisah menurut jenis masakan
b. Dimasukkankedalam wadahtertutupdenganmemberikankesempatan untuk
penguapan uapair
c. Jawaban adan b benar
12. Airyangdipandangbaik secara fisik…
a. Tidakberwarna, tidak berasa,tidak berbau walaupun agak keruh
b. Sedikit berwarnatetapi tidak berasa, tidak berbaudan tidak keruh
c. Tidakberwarna, tidak berasa, tidak berbau dan tidak keruh
13. Proses pencucian peralatanyangbaik adalah….
a. Perendaman, penggosokan dengan deterjen, pembilasan dengan air bersih
sampai bersih, pembebashamaan dan pengeringan
b. Penggosokandengandeterjen,pembilasandenganairsampaibersih dan
pengeringan
c. Penggosokandengandeterjen,pembilasandenganairsampaibersih,
pembebashamaan dan pengeringan
14. Pakaiankerjaharusdicucibersihdandisetrikayangrapi,sebaiknyaharus dicuci…
a. 2– 3 kalidalam seminggu
b. Setiap hari
c. Apabilakotor saja
15. Tempat cuci tangan tenagapengolah makanan sebaiknya….
a. Disatukan dengan tempat pencucian bahan makanan dan peralatan
b. Dapat disatukan dengan tempat pencucian bahan makanan tetapi terpisah
dengan tempat pencucian peralatan
c. Terpisah dengan tempatpencucian bahan makanan dan peralatan
44
C. FormulirPengamatan/ObservasiPerilakuHigiene TenagaPengolah Makanan (Skor 10)
Variabel Komponen Penilaian Ya Tidak
Tenaga
Pengolah
Makanan
a. Celemek dipakai pada saat bekerja
b. Kuku dalam keadaan pendek dan
bersih
c. Tidak batukdanmeludahdi tempat
pencucian peralatan makan dan di
sembarang tempat
d. Mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun sebelum mengolah makanan
e. Tidak makan /mengunyah makanan
padawaktu bekerja
f. Tidakmenggarukkepalapada saat
didepan makanan
g. Menggunakan alat bantu dalam
penyajian makanan
h. Tutup kepala (penutup rambut)
dipakaipadasaat bekerja
i. Tidak berbicara pada saat mengolah
makanan
j. Sepatu tertutup dan berhak rendah
Lampiran 2. Master Tabel Penelitian
nama
(Inisial) umur
(Tahun)
Jenis Kelamin Didik lama kerja
(thn)
Status
Pegawai
Pengetahuan Perilaku
Skor
jawaban % Kateg.
Skor
jawaban % Kateg.
S 21 Laki-Laki SMA 3 Honorer 9 60 Cukup 6 60 Cukup
WOR 35 Perempuan SMA 7 Honorer 9 60 Cukup 6 60 Cukup
DY 39 Perempuan SMA 6 Honorer 9 60 Cukup 8 80 Baik
DN 36 Laki-Laki SMA 3 Honorer 9 60 Cukup 9 90 Baik
F 25 Laki-Laki SMP 4 Honorer 9 60 Cukup 9 90 Baik
WOT 40 Perempuan SMP 4 Honorer 14 93,3 Baik 9 90 Baik
Total skor
Total skor
15 10
45
46
Lampiran 3. Hasil Analisis Statistik
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Perempuan 3 50,0 50,0 50,0
laki-laki 3 50,0 50,0 100,0
Total 6 100,0 100,0
pendidikan terakhir
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
SMP 2 33,3 33,3 33,3
SMA 4 66,7 66,7 100,0
Total 6 100,0 100,0
status kepegewaian
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Honorer 6 100,0 100,0 100,0
kategori umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
<35 3 50,0 50,0 50,0
>35 3 50,0 50,0 100,0
Total 6 100,0 100,0
kategori lama bekerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
<5 4 66,7 66,7 66,7
>5 2 33,3 33,3 100,0
Total 6 100,0 100,0
47
kategori pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Baik 1 16,7 16,7 16,7
Cukup 5 83,3 83,3 100,0
Total 6 100,0 100,0
kategori perilaku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Baik 4 66,7 66,7 66,7
Cukup 2 33,3 33,3 100,0
Total 6 100,0 100,0
48
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Wawancara dengan sampel Wawancara dengan sampel
Wawancara dengan sampel Wawancara dengan sampel
Mengolah Makanan Mengolah Makanan
49
50
51
52
53