GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN …
Transcript of GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN …
GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN HIV/AIDS (P2-HIV DAN AIDS) DI PT. INDAH KIAT
PULP & PAPER TBK – TANGERANG MILL
TAHUN 2015
LAPORAN MAGANG
Oleh:
Eka Ari Nuryanti
NIM : 1112101000050
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Magang, 4 Januari – 12 Februari 2016
Eka Ari Nuryanti, NIM : 1112101000050
Gambaran Pelaksanaan Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
(P2-HIV dan AIDS) di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun
2015
xiv + 123 halaman + 12 tabel + 8 bagan + 3 gambar
ABSTRAK
HIV/AIDS merupakan permasalahan yang menimbulkan dampak negatif cukup
besar di tempat kerja. Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS (P2-HIV dan
AIDS) adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan
menanggulangi dampak negatif HIV/AIDS di tempat kerja. Program P2-HIV dan
AIDS merupakan program yang wajib dilaksanakan di tempat kerja. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS (P2-HIV dan AIDS) di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
– Tangerang Mill tahun 2015.
Gambaran pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS diperoleh melalui diskusi,
wawancara, observasi dan telaah dokumen. Data yang digunakan dalam menganalisis
pelaksanaan program terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dari wawancara dengan pemegang program P2-HIV dan AIDS, sedangkan data
sekunder diperoleh dari dokumen prosedur, kebijakan, PKB, rekapan kuesioner,
rekapitulasi hasil kegiatan program, dan proposal anggaran kegiatan P2-HIV dan
AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah, diketahui terdapat beberapa pelaksanaan
program yang tidak sesuai dengan perencanaan dan ketentuan perundangan yang
berlaku. Dari beberapa masalah yang ada, dilakukan penentuan prioritas masalah dari
pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS. Prioritas masalah dalam pelaksanaan
program P2-HIV dan AIDS adalah pelaksanaan kegiatan VCT yang belum mencapai
target.
Setelah diketahui prioritas masalah, kemudian dilakukan analisis akar masalah
dari pelaksanaan kegiatan VCT yang belum mencapai target. Hasil analisis diketahui
bahwa akar masalah dari pelaksanaan kegiatan VCT yang belum mencapai target yaitu
pekerja malu ketahuan berperilaku berisiko atau pernah berperilaku berisiko terhadap
HIV/AIDS; mayoritas pekerja yang mengikuti kegiatan sosialisasi HIV/AIDS adalah
orang yang sama pada setiap kegiatannya; pengumuman kegiatan VCT tidak tersebar
merata kepada seluruh pekerja; tidak ada kewajiban bagi pekerja untuk mengikuti
kegiatan sosialisasi HIV/AIDS; dan tidak ada materi tentang VCT di dalam materi
sosialisasi HIV/AIDS.
ii
Rekomendasi diberikan pada setiap akar masalah. Rekomendasi yang diberikan
yaitu menambahkan materi terkait VCT di dalam materi sosialisasi dan brosur
HIV/AIDS; bagian Job Training menggilir pekerja agar seluruh pekerja mengikuti
kegiatan sosialisasi HIV/AIDS; seksi General Affair membuat kebijakan yang
mewajibkan pekerja mengikuti kegiatan sosialisasi HIV/AIDS; dan bagian Job
Training menyebarkan pengumuman melalui media cetak dan media sosial pada setiap
seksi.
Kata Kunci : P2-HIV dan AIDS, Pencegahan, Penanggulangan
Daftar Bacaan : 49 Bacaan (1998-2016)
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Magang
GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN HIV/AIDS (P2-HIV DAN AIDS) DI PT. INDAH KIAT
PULP & PAPER TBK – TANGERANG MILL
TAHUN 2015
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Magang
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 29 Maret 2016
Mengetahui
Pembimbing Fakultas Pembimbing Lapangan
Yuli Amran, SKM., MKM. Irmawan Afghani, ST., MM.
NIP.19800506 200801 2 015 NIK. 01109269
iv
LEMBAR PENGESAHAN
PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 15 April 2016
Penguji I,
Yuli Amran, SKM., MKM.
NIP.19800506 200801 2 015
Penguji II,
Irmawan Afghani, ST., MM.
NIK. 01109269
Penguji III,
DR. Iting Shofwati, MKKK
NIP. 19760808 200604 2 001
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Eka Ari Nuryanti
Tempat/Tanggal Lahir : Sukoharjo, 28 Januari 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Gg. H. Sadeng RT/RW 002/006 No. 50 Rempoa,
Ciputat Timur, Tangerang Selatan 15412
Telp : 0857 1612 7050
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1. 2000 – 2006 : SD Negeri 08 Pondok Pinang Jakarta
2. 2006 – 2009 : SMP Negeri 87 Jakarta
3. 2009 – 2012 : SMA Negeri 87 Jakarta
4. 2012 – sekarang : Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
PENDIDIKAN NON – FORMAL
Tahun 2013
1. Peserta Seminar Profesi Manajemen Pelayanan Kesehatan “Detik-Detik
Menyongsong JKN 2014 UIN Syahid Jakarta
2. Peserta Seminar Keselamatan dan Kesehatan Kerja “K3 RS” UIN Syahid Jakarta
3. Peserta Seminar Profesi Epidemiologi “Ribuan Anak Terancam HIV-AIDS, Let’s
Prevent Mother to Child Transmission” UIN Syahid Jakarta
4. Peserta Seminar Profesi Kesehatan Lingkungan “From Trash to Treasure” UIN
Syahid Jakarta
Tahun 2014
1. Peserta Seminar Profesi Gizi “Have Your Perfect Weight with a Proper Diet” UIN
Syahid Jakarta
vi
2. Peserta Seminar Profesi Manajemen Pelayanan Kesehatan “Apa Kabar Pelayanan
Kesehatan Menjelang Usia 1 Tahun JKN” UIN Syahid Jakarta
3. Peserta Seminar profesi K3 “Optimalisasi Pemenuhan Regulasi Prasarana
Perlintasan Kereta Api Demi Stabilisasi Transportasi Nasional” UIN Syahid
Jakarta
4. Peserta seminar profesi kesehatan lingkungan “Climate Change and Mosquitoes-
an inconvenient truth” UIN Syahid Jakarta
5. Peserta Seminar Nanisonal Kesehatan Masyarakat “Upaya Menghadapi
Tantangan Kesehatan Masyarakat Indonesia post MDGs : Healthy Environment”
6. Peserta Seminar Basic Safety Awareness & Contractor Safety Management
System
7. Peserta Pelatihan Research Training – Pelatihan Analisis Data Univariat dan
Bivariat
8. Peserta Pelatihan Research Training – Pelatihan Manajemen Data
9. Peserta Workshop Safety In The Process Industries
10. Peserta Workshop Ergonomics In The Work Place
11. Peserta Pelatihan dan Workshop Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Berdasarkan OHSAS 18001:2007 & PP NO 50 tahun 2012
Tahun 2015
1. Peserta Workshop Management of Fire Safety
2. Peserta Workshop Risk Assessment in the Work Place
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Kepala Divisi Staff Pasukan II Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) SMP Negeri
87 Jakarta Periode 2007 – 2008
2. Sekretaris Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMP Negeri 87 Jakarta Periode
2008 – 2009
3. Wakil Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMA Negeri 87 Jakarta
Periode 2009 – 2010
4. Wakil Ketua Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) SMA Negeri 87 Jakarta
Periode 2010 – 2011
5. Bendahara Rohani Islam (Rohis) SMA Negeri 87 Jakarta Periode 2010 – 2011
6. Staff Divisi Keputrian Komisariat Dakwah (Komda) FKIK Periode 2012-2013
vii
7. Anggota Divisi Pengembangan Ekonomi KOMDA FKIK Periode 2013-2014
8. Sekretaris Departemen Kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Periode 2012-2013
9. Bendahara 1 Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Kesehatan
Masyarakat Periode 2015
10. Staff Divisi OSH Science Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (FSK3)
Periode 2015
11. Finance Manager Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (FSK3) Periode
2015 – 2016
KEPANITIAAN
1. Panitia Reven Cup SMA N. 87 Jakarta Tahun 2009
2. Ketua Alumni angkatan 24 Paskibra SMA N. 87 Periode 2012 – 2015
3. Anggota Divisi Pengembangan Ekonomi KOMDA FKIK Periode 2013 – 2014
4. Sekretaris Kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kebangsaan (OPAK)
Mahasiswa Baru FKIK Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Tahun 2013
5. Panitia Seminar Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia Go Ahead To Attack
Cigarette “Peran Mahasiswa Kesehatan dalam Dukungannya terhadap Aksesi
FCTC Untuk Indonesia Sehat” Tahun 2013
6. Tim Research Training FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
7. Ketua Pelaksana Kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kebangsaan
(OPAK) Mahasiswa Baru FKIK Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Tahun 2014
8. Panitia Pelatihan & Aplikasi Screening Prodi Kesehatan Masyarakat FKIK
Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Tahun 2014
9. Panitia Seminar Kewirausahaan Entrepeneur Festival tahun 2014
10. Divisi Games Kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kebangsaan
(OPAK) Mahasiswa Baru FKIK Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Tahun 2015
11. Tim Peneliti Seminar Profesi K3 “Peduli Keselamatan Berkendara : Aku dan Ojek
Online Tertib Berlalu Lintas” Tahun 2015
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta
alam yang berkah limpahan rahmat serta nikmat-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan laporan magang yang berjudul “Gambaran Pelaksanaan Program
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS (P2-HIV dan AIDS) di PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun 2015”. Sholawat serta salam
senantiasa tercurah kepada junjungan kita Baginda Nabi Besar Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat, serta para pecintanya hingga akhir kiamat kelak.
Banyak pihak yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan
laporan magang ini, baik dalam bentuk moril maupun materil, untuk itu peneliti
mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Kedua Orang Tua dan Adik yang senantiasa memberi doa, dukungan materil dan
moril, serta kasih sayang kepada Saya. Mereka adalah sumber motivasi dan alasan
mengapa Saya harus terus berjuang agar dapat membanggakan serta
membahagiakan mereka.
2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri S.KM, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Arianti, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat
beserta staf dan seluruh Bapak/Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat.
4. Ibu Dr. Iting Shofwati, S.T., M.KKK. selaku Dosen Penanggung Jawab
Peminatan K3 beserta seluruh Dosen Pengajar Mata Kuliah K3.
5. Ibu Yuli Amran, S.KM., M.KM. selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus
Dosen Pembimbing I Skripsi dan Pembimbing Fakultas Magang yang selalu
memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan dalam penyusunan laporan magang
ini.
6. Bapak Irmawan Afghani, S.T., M.M. selaku OHS Head PT. Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk – Tangerang Mill dan juga selaku Pembimbing Lapangan Magang
yang telah banyak memberikan ilmu, pengalaman, wawasan, motivasi, nasihat,
dan arahan yang luar biasa selama kegiatan magang dan penyusunan laporan
magang ini.
ix
7. Bapak Doni Gunawan selaku Occupational Health Officer PT. Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk – Tangerang Mill yang dengan sangat sabarnya membantu
memberikan informasi, pengalaman, wawasan, dan ilmu.
8. Pak Ahmad, Pak Noto, Mba Nadia, Bu Sri, Mba Karti, Mba Rani, Mba Efri, Pak
Satpam Loby, Mba Nola, dan seluruh karyawan PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
– Tangerang Mill yang telah banyak berbagi pengalaman, dukungan, dan ilmu
yang berkesan.
9. Agung Tri Setiadi, abang yang selalu membantu, memberikan semangat,
dukungan, doa, dan waktunya selama kegiatan magang dan dalam penyusunan
laporan magang ini. Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan yang
banyak dan segala doa terbaik untuk abang.
10. Devina Koesnatasha Alvionita, Rahfita Ferdinah, dan Lilis Yuliarti teman
seperjuangan di tempat magang, teman-teman Katiguys 2012, dan teman
seangkatan, adik, dan kakak kelas Kesehatan Masyarakat. Terimakasih atas
kebersamaan, kekeluargaan, semangat, dukungan, kerjasama dan doanya, semoga
kelak sama-sama bertemu dalam keadaan yang lebih baik dan lebih sukses.
11. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, semoga Allah membalas dengan kebaikan yang banyak.
Peneliti berharap agar seluruh kebaikan yang diberikan Allah SWT balas dengan
kebaikan yang tak terhingga. Aamiin.
Peneliti menyadari bahwa laporan magang ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu besar harapan peneliti agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun untuk peneliti. Terakhir, peneliti berharap agar laporan magang ini
dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca.
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
x
DAFTAR ISI
Contents
ABSTRAK .................................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... v
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN/GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR ISTILAH .................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan .......................................................................................................... 5
1. Tujuan Umum ....................................................................................... 5
2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 5
D. Manfaat ........................................................................................................ 6
1. Bagi Mahasiswa.................................................................................... 6
2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ......................................... 6
3. Bagi PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill .................. 6
BAB II ALUR DAN KEGIATAN HARIAN MAGANG ........................................... 8
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Magang .................................... 8
B. Alur Kegiatan Magang ................................................................................ 8
C. Realisasi Rencana Kegiatan Harian ........................................................... 10
D. Evaluasi Rencana Kegiatan Harian Magang ............................................. 28
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 33
A. Gambaran PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill .............. 33
B. Gambaran Pelaksanaan Program Pencegahan dan Penanggulangan
HIV/AIDS .................................................................................................. 39
C. Gambaran Aspek Budaya .......................................................................... 82
D. Identifikasi Masalah .................................................................................. 92
E. Prioritas Masalah ....................................................................................... 96
xi
F. Akar Masalah ........................................................................................... 101
G. Alternatif Solusi Pemecahan Masalah ..................................................... 106
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 111
A. Simpulan .................................................................................................. 111
B. Saran ........................................................................................................ 113
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 115
LAMPIRAN ............................................................................................................. 118
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Realisasi Rencana Kegiatan Harian Magang......................................... 10
Tabel 2.2 Evaluasi Rencana Kegiatan Harian Magang.......................................... 28
Tabel 3.1 Perbandingan Kebijakan Sesuai dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005......... 42
Tabel 3.2 Perbandingan Isi Materi Sosialisasi Sesuai dengan
Kep.20/DJPPK/VI/2005......................................................................... 46
Tabel 3.3 Waktu Pelaksanaan Kegiatan dalam Program P2-HIV dan AIDS di PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun
2015.................................................................................................... 66
Tabel 3.4 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi Brosur dan Kebijakan
HIV/AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
Tahun 2015............................................................................................. 68
Tabel 3.5 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi HIV/AIDS di PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun 2015............................... 68
Tabel 3.6 Perencanaan Program P2-HIV dan AIDS PT. Indah Kiat Pulp & Paper
Tbk – Tangerang Mill Tahun 2015........................................... 71
Tabel 3.7 Perbandingan Evaluasi Program HIV/AIDS Berdasarkan
Kep.20/DJPPK/VI/2005......................................................................... 77
Tabel 3.8 Perilaku Berisiko Pekerja terhadap HIV/AIDS di PT. Indah Kiat Pulp
& Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun 2015.......................................... 88
Tabel 3.9 Skor Penilaian dalam Metode Bryant................................................... 97
Tabel 3.10 Penentuan Prioritas Masalah Program P2-HIV dan AIDS di PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun 2015......................... 99
xiii
DAFTAR BAGAN/GAMBAR
Bagan 2.1 Alur Kegiatan Magang........................................................................... 8
Bagan 3.1 Proses Penyediaan Bubur Kertas/Pulp (Stock Preparation).................. 34
Bagan 3.2 Proses Pembuatan Lembaran Kertas...................................................... 35
Bagan 3.3 Proses Paper Finishing – Converting.................................................... 36
Bagan 3.4 Struktur Organisasi PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang
Mill......................................................................................................... 37
Bagan 3.5 Struktur OHS Unit PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang
Mill......................................................................................................... 38
Bagan 3.6 Struktur Tim Inti HIV/AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill Tahun 2015................................................................... 55
Bagan 3.7 Akar Masalah Menggunaan Diagram Tulang Ikan................................ 105
Gambar 3.1 Lokasi PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill................ 33
Gambar 3.2 Konsep The Safety Triad........................................................................ 84
Gambar 3.3 Jumlah Kumulatif Kasus HIV dan AIDS di Provinsi Banten s.d. Bulan
September Tahun 2015............................................................... 85
xiv
DAFTAR ISTILAH
AIDS : Acquired Immunodeficiency Syndrome
APD : Alat Pelindung Diri
ARV : Anti Retroviral Virus
CSR : Corporate Social Responsibility
HIRARC : Hazard Identification Risk Assessment Risk Control
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IBCA : Indonesian Business Coalition on AIDS
ILO : International Labour Organization
IMS : Infeksi Menular Seksual
IPO : Input Proses Output
K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
MDGs : Millenium Development Goals
ODHA : Orang Dengan HIV AIDS
OHS : Occupational Health and Safety
OHSAS : Occupational Health and Safety Assesment Series
P2-HIV dan AIDS : Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
P2K3 : Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PEP : Post Exposur Prophylaxis
PKB : Perjanjian Kerja Bersama
RCA : Root Cause Analysis
SOP : Standard Operating Procedure
VCT : Voluntary Counselling and Testing
Waspada : Wajib Siaga Apar dan Hydrant
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV/AIDS merupakan masalah yang hingga kini belum dapat dihilangkan
di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan penyakit AIDS belum ditemukan obat
penyembuhnya dan jumlah penderitanya terus mengalami peningkatan. Tidak
hanya masalah bagi kesehatan, HIV/AIDS juga telah menjadi permasalahan bagi
pembangunan dan sosial. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis
virus yang menyerang sistem kekebalan dan perlahan-lahan melemahkan
kemampuan seseorang untuk melawan penyakit lain dengan memusnahkan sel-
sel penting yang berfungsi mengendalikan dan mendukung sistem kekebalan
tubuh manusia (Better Work Indonesia, 2012b). Kumpulan gejala penyakit yang
timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh tersebut disebut dengan AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) (Azikin, 2009). Seseorang yang
terinfeksi HIV akan mengalami penyakit AIDS pada beberapa tahun yang akan
datang.
Dari seluruh negara yang ada di kawasan Asia, Indonesia merupakan negara
dengan peningkatan kasus HIV/AIDS tercepat. Selain itu, Indonesia merupakan
negara urutan ke-5 di Asia yang paling berisiko terjangkit HIV/AIDS (Anggarini,
2014). AIDS di Indonesia terus meningkat sejak dilaporkan pertama kali tahun
1987 (Luthfiana, 2012). Hingga kini HIV/AIDS telah berdampak di berbagai kota
dan penyebarannya semakin meluas. Seiring dengan terus bertambahnya kasus
HIV/AIDS, jumlah daerah yang melaporkan kasus AIDS juga semakin
bertambah. Pada tahun 2000, diketahui 16 provinsi melaporkan kasus AIDS,
kemudian pada tahun 2003 mengalami peningkatan menjadi 25 provinsi, dan pada
tahun 2006 terjadi peningkatan tajam yaitu sebanyak 32 dari 33 provinsi di
Indonesia sudah melaporkan adanya kasus AIDS (KPAN, 2007). HIV/AIDS
merupakan new emerging disease dan merupakan pandemi di seluruh kawasan
Indonesia (Paryati dkk., 2012).
Jumlah kumulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai dengan Juni 2012
sebanyak 86.762, sedangkan jumlah kumulatif kasus AIDS sampai dengan Juni
2012 sebanyak 32.103 kasus (Paryati dkk., 2012). Hingga bulan September 2013,
2
diketahui bahwa jumlah kumulatif kasus HIV yang telah dilaporkan mencapai
118.787 kasus yang tersebar di 33 provinsi dengan 348 kab/kota di Indonesia
(Sari, 2014). Kemudian hingga bulan September 2014, diketahui jumlah
kumulatif kasus HIV juga terus mengalami peningkatan yaitu sebanyak 150.296
kasus dengan jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 55.799 kasus (Kemenkes,
2014). Provinsi Banten masuk ke dalam 15 besar provinsi dengan jumlah kasus
infeksi HIV terbanyak yaitu sebanyak 3.642 kasus (Kemenkes, 2014). Pada tahun
2015, diketahui jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS mencapai 3898 kasus dengan
kematian sebanyak 291 orang (KPA, 2016). Dari 8 kabupaten/kota yang ada di
Provinsi Banten, diketahui bahwa Kota Tangerang menduduki posisi pertama
kasus HIV/AIDS terbanyak disusul oleh Kabupaten Tangerang, Kabupaten
Serang, dan Kota Cilegon (KPA, 2016).
Tidak seperti penyakit lain, HIV/AIDS lebih banyak berdampak pada orang
dewasa. Di Indonesia persentase kumulatif kasus HIV paling banyak ditemukan
pada kelompok usia 25 – 49 tahun (73,4%), sementara pada kasus AIDS paling
banyak pada kelompok usia 30 – 39 tahun (39,5%) (Sari, 2014). Sebagian besar
kasus HIV/AIDS menyerang kelompok penduduk usia produktif atau dengan kata
lain yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi suatu negara. HIV/AIDS sangat mempengaruhi produktivitas dan
profitabilitas. Melihat kondisi tersebut, tempat kerja merupakan salah satu sektor
yang mengalami dampak negatif cukup besar dikarenakan tempat kerja
merupakan tempat dimana kelompok usia produktif mengalami rutinitas sehari-
hari dan melakukan kegiatan kerja guna menjalankan proses produksi di tempat
kerja.
Apabila kasus HIV/AIDS di tempat kerja tidak ditangani, maka akan
menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap kelangsungan perusahaan.
Dampak yang akan diterima tempat kerja jika kasus HIV/AIDS terus meluas pada
masyarakat pekerja yaitu seperti peningkatan biaya pengobatan, peningkatan
absensi, peningkatan hilangnya hari kerja, dan keseluruhan dampak tersebut akan
berimbas pada produktifitas, profitabilitas, dan mengancam kelangsungan tempat
kerja. Penanggulangan yang tepat membuat pekerja dengan HIV/AIDS dapat
terus bekerja dan menjalani kehidupan yang berkualitas dan produktif.
3
Menurut Kepmenakertrans Nomor Kep.68/MEN/IV/2004, pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah
penularan HIV dan menanggulangi dampak negatif HIV/AIDS. Pelaksanaan
program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja bertujuan
agar dapat menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja di tempat kerja dari
risiko HIV/AIDS. Dalam Kepmenakertrans Nomor Kep.68/MEN/IV/2004
menyebutkan bahwa pemerintah, pengusaha, dan serikat dagang/buruh wajib
mencegah dan menanggulangi penyebaran HIV/AIDS di tempat kerja. Dengan
demikian, pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di
tempat kerja harus melibatkan setiap elemen dan lintas sektoral serta mendapat
dukungan penuh dari tiap elemen dan sektor tersebut.
Pengusaha wajib melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja. Adapun kewajiban yang tertera yaitu : (1)
mengembangkan kebijakan tentang upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS; (2) mengkomunikasikan kebijakan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dengan cara menyebarluaskan informasi dan menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan; (3) memberikan perlindungan kepada pekerja/buruh
dengan HIV/AIDS dari tindak dan perlakuan diskriminatif; dan (4) menerapkan
prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khusus untuk pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
standar yang berlaku. Oleh karena itu, pengusaha harus mengoptimalkan
pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat
kerja.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill merupakan perusahaan
dengan kegiatan utama memproduksi kertas dan merupakan salah satu dari
sembilan grup APP Mills, di mana delapan lainnya yaitu Pindo Deli Perawang,
Indah Kiat Serang, Lontar Papyrus, Pindo Deli Karawang, Indah Kiat Perawang,
Univenus Perawang, Tjiwi Kimia, dan Ekamas Fortuna. PT. Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk – Tangerang Mill mempunyai luas area sekitar 28 hektar, terletak di
Jalan Raya Serpong KM 8, Desa Pakulonan, Kecamatan Serpong, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten. Jumlah pekerja yang dimiliki ± 1.204 pekerja.
Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa Kabupaten Tangerang
menduduki posisi kedua dengan jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS terbanyak di
4
Provinsi Banten. Hal tersebut menyebabkan pekerja di PT. Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk – Tangerang Mill berada dalam keadaan rentan dan berisiko
HIV/AIDS. Dari seluruh perusahaan yang ada di Provinsi Banten, PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill termasuk salah satu dari tiga perusahaan
yang menerapkan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat
kerja. Pada tahun 2015, PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
mendapatkan penghargaan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
di tempat kerja kategori gold untuk kinerja program periode tahun 2014.
Menurut Kep.44/PPK/VIII/2012 menyebutkan bahwa masih banyak
perusahaan yang belum melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja. Adapun perusahaan yang telah melaksanakan program
ini juga masih belum berjalan secara intensif dan berkelanjutan. Kondisi tersebut
menyebabkan pekerja berada dalam situasi yang rentan atau berpotensi tertular
HIV. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Gambaran Pelaksanaan Program Pencegahan dan Penanggulangan
HIV/AIDS (P2-HIV dan AIDS) di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang
Mill Tahun 2015”.
B. Rumusan masalah
HIV/AIDS merupakan permasalahan yang belum dapat terselesaikan di
seluruh dunia. HIV/AIDS diketahui paling banyak menyerang kelompok usia
produktif dengan rentang 25 – 39 tahun. Tempat kerja merupakan sektor yang
mendapatkan dampak negatif cukup besar. Hal ini dikarenakan tempat kerja
merupakan tempat dimana kelompok usia produktif mengalami rutinitas sehari-
hari dan melakukan kegiatan kerja guna menjalankan proses produksi. Dampak
yang akan ditimbulkan jika kasus HIV/AIDS terus meluas pada masyarakat
pekerja yaitu peningkatan biaya pengobatan, peningkatan absensi, peningkatan
hilangnya hari kerja, dan keseluruhan dampak tersebut akan berimbas pada
produktifitas, profitabilitas, dan mengancam kelangsungan tempat kerja. Melihat
permasalahan tersebut, perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja. Namun, dalam Kep.44/PPK/VIII/2012 menyebutkan
bahwa masih banyak perusahaan yang belum melaksanakan program pencegahan
dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja. Adapun perusahaan yang telah
5
melaksanakan program ini juga masih belum berjalan secara intensif dan
berkelanjutan. Kondisi tersebut menyebabkan pekerja berada dalam situasi yang
rentan atau berpotensi tertular HIV. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Gambaran Pelaksanaan Program Pencegahan
dan Penanggulangan HIV/AIDS (P2-HIV dan AIDS) di PT. Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun 2015”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran pelaksanaan program Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS (P2-HIV dan AIDS) di PT. Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk – Tangerang Mill tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang
Mill.
b. Diketahuinya gambaran pelaksanaan program Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS (P2-HIV dan AIDS) di PT. Indah Kiat Pulp
& Paper Tbk – Tangerang Mill tahun 2015.
c. Diketahuinya gambaran aspek budaya dalam pelaksanaan program
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS (P2-HIV dan AIDS) di PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill tahun 2015.
d. Diketahuinya identifikasi masalah dalam pelaksanaan program
Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS (P2-HIV dan AIDS) di PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill tahun 2015.
e. Diketahuinya prioritas masalah dalam pelaksanaan program Pencegahan
dan Penanggulangan HIV/AIDS (P2-HIV dan AIDS) di PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill tahun 2015.
f. Diketahuinya akar masalah dalam pelaksanaan program Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS (P2-HIV dan AIDS) di PT. Indah Kiat Pulp
& Paper Tbk – Tangerang Mill tahun 2015.
g. Diketahuinya alternatif solusi pemecahan masalah dalam pelaksanaan
program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS (P2-HIV dan
AIDS) di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill tahun 2015.
6
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mengetahui gambaran umum perusahaan di PT. Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk – Tangerang Mill.
b. Mengetahui penerapan keilmuan K3 di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
– Tangerang Mill.
c. Mendapatkan pengalaman mengaplikasikan berbagai teori keilmuan K3
di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill.
d. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi diri serta
adaptasi dunia kerja.
e. Mendapatkan pengetahuan terkait dengan tantangan profesi K3 dalam
menerapkan keilmuan K3 di tempat kerja.
f. Mendapatkan pengetahuan terkait pengelolaan SDM dalam upaya
mensukseskan penerapan K3 di tempat kerja.
2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
a. Sebagai sarana untuk mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan
Tinggi yaitu : akademik, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
b. Menjalin kerjasama yang baik antara Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill.
c. Sebagai sarana untuk membina mahasiswa agar dapat mengetahui
implementasi penerapan keilmuan K3 di tempat kerja.
d. Sebagai sarana meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan
melibatkan tenaga terampil di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill.
e. Membuka peluang baru sebagai rekomendasi tempat kunjungan
lapangan, magang, maupun skripsi bagi mahasiswa Kesehatan
Masyarakat khususnya peminatan K3.
3. Bagi PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
a. Menjalin kerjasama yang baik antara PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
– Tangerang Mill dengan Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7
b. Sarana mendapatkan masukan dan rekomendasi positif yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan program K3 khususnya
program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS (P2-HIV dan
AIDS) di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill.
8
BAB II
ALUR DAN KEGIATAN HARIAN MAGANG
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Magang
Kegiatan magang dilaksanakan di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill yang beralamat di Jalan Raya Serpong KM 8, Desa Pakulonan,
Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Kegiatan magang
berlangsung selama 26 hari kerja yang dimulai dari tanggal 4 Januari – 12 Februari
2016.
B. Alur Kegiatan Magang
Kegiatan magang dilaksanakan dalam beberapa tahapan. Adapun tahapan
dalam kegiatan magang dijelaskan dalam bagan alur kegiatan magang sebagai
berikut:
Bagan 2. 1 Alur Kegiatan Magang
Berikut adalah penjelasan alur kegiatan magang di PT. Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk – Tangerang Mill.
Pra Kegiatan Magang
1. Pembuatan surat pengajuan kegiatan magang ke penanggung jawab
peminatan K3.
2. Pembuatan surat pengajuan kegiatan magang ke Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan.
3. Pengajuan surat magang ke Human Resources Departement PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill.
4. Penerimaan surat persetujuan magang dari Human Resources Departement
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill.
Pra Kegiatan Magang
Pelaksanaan Kegiatan Magang
Pasca Kegiatan Magang
9
5. Penyerahan surat persetujuan magang ke Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat.
6. Menginformasikan penerimaan magang di PT. Indah Kiat Pulp & Paper
Tbk – Tangerang Mill kepada pembimbing fakultas.
Pelaksanaan Magang
1. Mengikuti orientasi magang dan orientasi K3 di hall room PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill oleh perwakilan Human Resources
Departement dan OHS Unit.
2. Perkenalan dengan OHS Head selaku pembimbing lapangan beserta
seluruh staf OHS Unit.
3. Penjelasan bagian-bagian dalam OHS Unit beserta pembagian tugas dan
kegiatan K3 yang ada di perusahaan.
4. Mendiskusikan jadwal pelaksanaan kegiatan magang dan kompetensi
magang dengan pembimbing lapangan.
5. Menyusun rencana kegiatan harian magang sesuai dengan kompetensi
magang dan jadwal OHS Unit/perusahaan.
6. Mengikuti serangkaian kegiatan dan mengerjakan tugas dari OHS
Unit/perusahaan.
7. Melakukan analisis situasi pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS.
8. Melakukan identifikasi masalah pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS.
9. Menentukan prioritas masalah pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS.
10. Menentukan akar masalah pada pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS.
11. Menentukan alternatif solusi pemecahan akar masalah pada pelaksanaan
program P2-HIV dan AIDS.
Pasca Kegiatan Magang
1. Mengevaluasi rencana kegiatan harian magang.
2. Membuat laporan magang.
3. Bimbingan dengan pembimbing fakultas dan pembimbing lapangan.
4. Mempresentasikan laporan magang melalui ujian magang di fakultas.
10
C. Realisasi Rencana Kegiatan Harian
Rencana kegiatan harian magang dibuat setelah mengetahui kegiatan OHS Unit dan perusahaan beserta waktu pelaksanaan
kegiatan tersebut. Rencana kegiatan harian magang dibuat selama pelaksanaan kegiatan magang (26 hari kerja) pada tanggal 4 Januari
– 12 Februari 2016. Setelah pelaksanaan kegiatan magang, dibuatlah realisasi kegiatan harian magang. Realisasi rencana kegiatan
harian magang disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2. 1 Realisasi Rencana Kegiatan Harian
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
Minggu I
Senin,
4 Januari 2016
Awal kehadiran 1. Penyambutan oleh bagian Human Resources.
2. Mengisi biodata diri mahasiswa magang.
3. Menyerahkan fotokopi KTM dan foto.
4. Mengetahui peraturan atau tata tertib bagi
mahasiswa magang.
1. Penyambutan oleh perwakilan dari bagian Human
Resources.
2. Mendapatkan orientasi magang oleh perwakilan
Human Resources Departement.
3. Telah mengisi seluruh formulir yang berisikan
data mahasiswa magang.
4. Telah menyerahkan fotokopi KTM dan foto.
5. Mengetahui peraturan-peraturan terkait hak dan
kewajiban mahasiswa magang.
Safety induction 1. Mengetahui gambaran bahaya yang terdapat
di perusahaan.
1. Mengetahui gambaran bahaya-bahaya yang
terdapat di perusahaan.
11
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
2. Mengetahui emergency plan / hal-hal yang
harus dilakukan ketika terjadi keadaan
darurat.
3. Mengetahui gambaran umum proses kerja di
perusahaan.
2. Mengetahui emergency plan / hal-hal yang harus
dilakukan ketika terjadi keadaan darurat, seperti
titik berkumpul, tanda alarm, dan jalur evakuasi
ketika ada keadaan darurat.
3. Mengetahui gambaran umum proses kerja (telah
diberikan dokumen berisi alur atau proses kerja)
di perusahaan.
4. Mengetahui peraturan-peraturan terkait K3 yang
wajib diketahui sebagai mahasiswa magang.
Perkenalan dengan
pembimbing lapangan
beserta seluruh staf OHS
Unit
1. Memperkenalkan diri dengan OHS Unit
Head dan seluruh staf OHS Unit.
2. Mengetahui pembimbing lapangan magang.
3. Mengetahui kegiatan K3 yang dapat
dilakukan di perusahaan.
4. Mengetahui jadwal kegiatan K3 pada bulan
Januari dan Februari tahun 2016.
1. Memperkenalkan diri dengan OHS Unit Head dan
seluruh staf OHS Unit.
2. Mengetahui OHS Unit Head sebagai pembimbing
lapangan magang.
3. Mengetahui pembagian tugas dalam OHS Unit.
4. Mengetahui gambaran umum program dan
kegiatan OHS Unit di perusahaan.
5. Mengetahui kegiatan K3 yang dapat dilakukan di
perusahaan.
12
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
6. Mengetahui dokumen yang dapat dilihat serta
aturan dalam meminta dokumen perusahaan
terkait program K3.
Melihat dokumen K3 di
perusahaan
1. Mengetahui program K3 yang terdapat di
perusahaan pada tahun 2015.
2. Mengetahui dokumen K3 yang ada di
perusahaan.
1. Mengetahui daftar program K3 yang terdapat di
perusahaan pada tahun 2015.
2. Mengetahui prosedur, kebijakan, formulir,
kuesioner, daftar hadir, HIRARC, inspeksi, dll.
3. Mencatat poin-poin penting terkait program,
pelaksanaan kegiatan, dan form HIRARC.
Menyusun rencana
kegiatan harian magang
1. Menyusun rencana kegiatan harian sesuai
dengan kompetensi magang dan jadwal OHS
Unit atau perusahaan.
2. Menentukan tanggal pencapaian rencana
kegiatan harian magang.
1. Menyusun rencana kegiatan harian sesuai dengan
kompetensi magang dan jadwal OHS Unit atau
perusahaan.
2. Menentukan tanggal pencapaian rencana kegiatan
harian magang.
Selasa,
5 Januari 2016
Bimbingan dengan
pembimbing lapangan
1. Berkonsultasi dengan pembimbing lapangan
terkait program K3 perusahaan.
2. Mengetahui program K3 perusahaan.
3. Mengetahui program K3 perusahaan yang
dapat dijadikan topik laporan magang.
1. Berkonsultasi dengan pembimbing lapangan
terkait program K3 perusahaan.
2. Mengetahui program K3 perusahaan.
3. Mengetahui program K3 perusahaan yang dapat
dijadikan topik laporan magang.
13
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
Mengerjakan tugas K3 di
perusahaan
1. Mampu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan.
1. Mampu menghitung jawaban dari kuesioner
P2K3 perusahaan.
2. Mampu mengerjakan rekap kuesioner mengenai
P2K3 perusahaan.
Analisis situasi program
K3 di perusahaan
1. Melihat dokumen – dokumen K3 yang ada di
perusahaan.
2. Mencatat hal-hal penting yang dapat menjadi
informasi untuk memilih program kerja yang
akan diangkat menjadi topik.
1. Melihat dokumen prosedur K3, formulir K3,
instruksi kerja, kebijakan, HIRARC, dan laporan
audit internal.
2. Mencatat hal-hal penting yang dapat menjadi
informasi untuk memilih program kerja yang
akan diangkat menjadi topik seperti program
kerja, prosedur yang dimiliki, dan kebijakan
terkait program K3 di perusahaan.
Diskusi dengan pemegang
program
1. Mengetahui program apa saja yang
dilaksanakan perusahaan pada tahun 2015.
2. Mengetahui ruang lingkup program yang ada
di perusahaan pada tahun 2015.
3. Mengetahui data-data terkait program yang
dimiliki perusahaan pada tahun 2015.
1. Mengetahui program kesehatan kerja apa saja
yang dilaksanakan perusahaan pada tahun 2015.
2. Mengetahui ruang lingkup program kesehatan
kerja yang ada di perusahaan pada tahun 2015.
3. Mengetahui data-data terkait program kesehatan
kerja yang dimiliki perusahaan pada tahun 2015.
Rabu,
6 Januari 2016
Mengerjakan tugas K3 di
perusahaan
1. Mampu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan.
1. Membuat rekap absensi kebutuhan training P3K,
Hyperkes gangguan persyarafan dan fire brigade.
14
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
2. Membuat persentase hasil kuesioner sosialisasi
training P2K3.
3. Membuat surat perawatan mesin.
Memilih program kerja
yang akan dijadikan topik
dalam laporan
1. Melihat kelengkapan data pada program K3.
2. Memilah program kerja yang akan dijadikan
topik.
1. Melanjutkan melihat kelengkapan data pada
program-program kesehatan kerja (prosedur,
perencanaan, implementasi, kebijakan, daftar
hadir).
2. Memilih program pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS sebagai topik
laporan magang.
Diskusi dengan pemegang
program
1. Meminta izin kepada pemegang program
untuk mengambil topik mengenai program
yang berada di bawah tanggung jawab
pemegang program tersebut.
2. Mendapatkan izin untuk mengambil topik
mengenai program yang berada di bawah
tanggung jawab pemegang program tersebut.
1. Meminta izin kepada pemegang program
kesehatan kerja untuk mengambil topik
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.
2. Mendapatkan izin untuk mengambil topik
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.
Bimbingan dengan
pembimbing lapangan
1. Mengkonsultasikan program yang ingin
dijadikan topik laporan magang.
1. Mengkonsultasikan program pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS yang ingin dijadikan
topik laporan magang.
15
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
2. Mendapatkan persetujuan untuk mengambil
topik terkait program yang telah dipilih
sebelumnya.
2. Mendapatkan persetujuan untuk mengambil
topik terkait program pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS.
Kamis,
7 Januari 2016
Mengikuti kegiatan K3 di
perusahaan
1. Mengetahui proses produksi yang ada di PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang
Mill.
2. Mengetahui cara melakukan inspeksi.
3. Mampu mengidentifikasi risiko pada area
produksi dan limbah.
1. Mengetahui proses produksi yang ada di PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill.
2. Mengetahui cara melakukan inspeksi unsafe act
dan unsafe condition serta Alat Pelindung Diri
(APD).
3. Mampu mengidentifikasi risiko pada area
produksi dan limbah.
Bimbingan dengan
pembimbing fakultas
1. Mengkomunikasikan program yang ingin
diajukan untuk topik laporan magang.
2. Mendapatkan persetujuan untuk mengambil
topik terkait program yang telah dipilih dan
disetujui oleh pembimbing lapangan.
1. Mengkomunikasikan program pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS yang ingin diajukan
untuk topik laporan magang.
2. Mendapatkan persetujuan untuk mengambil
topik terkait program pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS.
Jumat,
8 Januari 2016
Meninggalkan tempat
magang
1. Mengikuti sosialisasi magang di FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Mengikuti sosialisasi magang di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Minggu II
16
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
Senin,
11 Januari 2016
Mengerjakan tugas K3 di
perusahaan
1. Mampu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan.
1. Mampu merekap data pelaksanaan kegiatan K3
tahun 2015 dari bulan Januari sampai dengan
bulan Oktober.
2. Mampu menyusun dokumen OHSAS sesuai
dengan hasil revisi dan nomor dokumen OHSAS
di daftar isi.
Analisis situasi program 1. Berkonsultasi dengan pemegang program
terkait perencanaan program pada tahun
2015.
2. Melihat dokumen-dokumen terkait dengan
program.
3. Mencatat poin-poin penting terkait program.
1. Berkonsultasi dengan pemegang program P2-
HIV dan AIDS terkait perencanaan program P2-
HIV dan AIDS pada tahun 2015.
2. Melihat dokumen-dokumen terkait dengan
program P2-HIV dan AIDS.
3. Mencatat poin-poin penting terkait program P2-
HIV dan AIDS.
4. Merekap daftar hadir sosialisasi kebijakan, brosur
dan edukasi HIV/AIDS serta manfaat VCT
kepada pihak internal perusahaan dari tahun 2011
– 2015.
Selasa,
12 Januari 2016
Bimbingan dengan
pembimbing lapangan
1. Mengetahui data atau dokumen yang dapat
diakses untuk penyusunan laporan.
1. Mengkonsultasikan data atau dokumen program
P2-HIV dan AIDS yang dibutuhkan dalam
penyusunan laporan magang.
17
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
2. Mengetahui data atau dokumen yang dapat
diakses untuk penyusunan laporan.
Rabu,
13 Januari 2016
Analisis situasi program 1. Berkonsultasi dengan pemegang program
terkait perencanaan program pada tahun
2015.
2. Berkonsultasi dengan pemegang program
terkait aspek budaya pada pelaksanaan
program di perusahaan.
1. Berkonsultasi dengan pemegang program P2-
HIV dan AIDS terkait perencanaan program P2-
HIV dan AIDS pada tahun 2015.
2. Berkonsultasi dengan pemegang program P2-
HIV dan AIDS terkait aspek budaya pada
pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS yang
ada di perusahaan.
3. Memperoleh data kuesioner perilaku pekerja
yang berisiko terhadap HIV/AIDS.
4. Mendapatkan dokumen pengajuan penghargaan
program P2-HIV dan AIDS.
5. Merekap daftar hadir sosialisasi kebijakan, brosur
dan edukasi HIV/AIDS serta manfaat VCT
kepada pihak internal perusahaan dari tahun 2011
– 2015.
Kamis,
14 Januari 2016
Analisis situasi program 1. Berkonsultasi dengan pemegang program
terkait perencanaan program pada tahun
2015.
1. Berkonsultasi dengan pemegang program P2-
HIV dan AIDS terkait perlaksanaan program P2-
HIV dan AIDS tahun 2015.
18
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
2. Membuat list pertanyaan tambahan untuk
mengetahui pelaksanaan program P2-HIV dan
AIDS tahun 2015.
3. Mengkomunikasikan hasil rekapan dan
menanyakan daftar hadir yang tidak ada.
4. Mencari daftar hadir absen training HIV/AIDS
yang tidak ada di bantex program P2-HIV dan
AIDS.
5. Merekap daftar hadir sosialisasi kebijakan, brosur
dan edukasi HIV/AIDS serta manfaat VCT
kepada pihak internal perusahaan dari tahun 2011
– 2015.
6. Merekap daftar hadir sosialisasi kebijakan, brosur
dan edukasi HIV/AIDS serta manfaat VCT
kepada pihak eksternal perusahaan dari tahun
2011 – 2015.
Jumat,
15 Januari 2016
Mengikuti kegiatan K3 di
perusahaan
1. Mengetahui kegiatan inspeksi forklift di
perusahaan.
1. Mengetahui pelaksanaan inspeksi forklift yang
dilakukan oleh OHS Unit dan Dinas Tenaga
Kerja Tangerang Selatan.
19
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
Mengerjakan tugas K3 di
perusahaan
1. Mampu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan.
1. Mampu merekap daftar hadir sosialisasi
kebijakan, brosur dan edukasi HIV/AIDS serta
manfaat VCT kepada pihak eksternal perusahaan
dari tahun 2011 – 2015.
2. Mampu merekap daftar hadir karyawan yang
mengikuti VCT dari tahun 2013 – 2015.
Minggu III
Senin,
18 Januari 2016
Mengerjakan tugas K3 di
perusahaan
1. Mampu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan.
1. Mampu mengumpulkan dokumen yang
dibutuhkan untuk usulan penghargaan program
P2-HIV & AIDS.
2. Mampu memeriksa kelengkapan berkas usulan
penghargaan program program P2-HIV & AIDS.
3. Mampu memilah dan memfotokopi seluruh
daftar hadir peserta sosialisasi dari tahun 2011 –
2015 serta daftar pekerja yang mengikuti VCT
dari tahun 2013 – 2015.
4. Mampu membuat kesimpulan kuesioner evaluasi
program P2-HIV & AIDS tahun 2015.
5. Mampu melengkapi daftar hadir peserta VCT
tahun 2013.
20
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
6. Mampu mengurutkan file atau berkas usulan
penghargaan program P2-HIV & AIDS.
7. Mampu mengisi rekapitulasi program P2-HIV &
AIDS tahun 2015.
8. Mampu mengkomunikasikan kelengkapan
dokumen program ke pemegang program
kesehatan.
Identifikasi masalah
program
1. Membandingkan antara pelaksanaan dengan
perencanaan program serta perundang-
undangan yang berlaku.
1. Membandingkan antara pelaksanaan dengan
perencanaan program serta perundang-undangan
yang berlaku.
Selasa,
19 Januari 2016
Mengerjakan tugas K3 di
perusahaan
1. Mampu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan.
2. Memeriksa kembali jumlah kegiatan pada
laporan bulanan unit K3 tahun 2015.
3. Mampu merevisi laporan bulanan unit K3 yang
masih terdapat kesalahan dalam jumlah.
Identifikasi masalah
program
1. Membandingkan antara pelaksanaan dengan
perencanaan program serta perundang-
undangan yang berlaku.
1. Membandingkan antara pelaksanaan dengan
perencanaan program serta perundang-undangan
yang berlaku.
Rabu,
20 Januari 2016
Mengikuti kegiatan K3 di
perusahaan
1. Mengetahui kegiatan inspeksi crane di
perusahaan. -
21
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
Bimbingan dengan
pembimbing lapangan
1. Konsultasi terkait metode penentuan
prioritas masalah.
2. Mengetahui metode yang dapat digunakan di
perusahaan untuk menentukan prioritas
masalah.
1. Konsultasi terkait metode penentuan prioritas
masalah.
2. Mendapatkan instruksi untuk melakukan
penyebaran kuesioner skoring untuk menentukan
prioritas masalah.
Kamis,
21 Januari 2016
Mengerjakan tugas K3 di
perusahaan
1. Mampu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan.
1. Mampu merekap atau menyortir data MCU
karyawan laki-laki dan perempuan yang memiliki
HB rendah.
2. Bersama pemegang program kesehatan kerja
mampu merekap data karyawan perempuan dan
laki-laki yang berhak menerima suplemen
tambah darah.
Identifikasi masalah
program
1. Membandingkan antara pelaksanaan dengan
perencanaan program serta perundang-
undangan yang berlaku.
1. Membandingkan antara pelaksanaan dengan
perencanaan program serta perundang-undangan
yang berlaku.
Jumat,
22 Januari 2016
Mengerjakan tugas K3 di
perusahaan
1. Mampu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan.
1. Mampu membuat info K3 untuk terbitan bulan
Februari 2016.
2. Mampu memilih tema untuk info K3 terbitan
Februari 2016.
22
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
3. Mampu mencari gambar relevan terkait dengan
tema safety is my life.
4. Mampu mencari bahan informasi bertemakan
safety is my life yang akan dimasukan dalam info
K3.
Identifikasi masalah
program
1. Membandingkan antara pelaksanaan dengan
perencanaan program serta perundang-
undangan yang berlaku.
1. Membandingkan antara pelaksanaan dengan
perencanaan program serta perundang-undangan
yang berlaku.
Minggu IV
Senin,
25 Januari 2016
Bimbingan dengan
pembimbing lapangan
1. Mendiskusikan waktu untuk menentukan
prioritas masalah.
2. Mendapatkan izin untuk melakukan metode
penentuan prioritas masalah.
1. Mendiskusikan waktu penyebaran kuesioner
untuk menentukan prioritas masalah.
2. Mendapatkan izin untuk menyebarkan kuesioner
untuk menentukan prioritas masalah bersamaan
dengan kegiatan sosialisasi HIV/AIDS dan VCT
di perusahaan.
Diskusi dengan pemegang
program
1. Mendiskusikan metode penentuan prioritas
masalah.
1. Mendiskusikan penyebaran kuesioner untuk
menentukan prioritas masalah bersamaan dengan
kegiatan sosialisasi HIV/AIDS dan VCT di
perusahaan.
23
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
2. Mendapatkan izin untuk menyebarkan kuesioner
untuk menentukan prioritas masalah bersamaan
dengan kegiatan sosialisasi HIV/AIDS dan VCT
di perusahaan.
Identifikasi masalah
program
1. Membandingkan antara pelaksanaan dengan
perencanaan program serta perundang-
undangan yang berlaku.
1. Membandingkan antara pelaksanaan dengan
perencanaan program serta perundang-undangan
yang berlaku.
Selasa,
26 Januari 2016
Mengikuti kegiatan K3 di
perusahaan
1. Mengikuti kegiatan inspeksi bersama
Occupational Inspector ke dalam proses
industri.
2. Mengetahui cara melakukan inspeksi.
1. Mengikuti kegiatan inspeksi bersama
Occupational Inspector dan Security ke dalam
proses industri.
2. Mengetahui cara melakukan inspeksi.
3. Mengetahui kegiatan produksi dan mesin
produksi.
Mengerjakan tugas K3 di
perusahaan
1. Mampu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan.
1. Mampu merekap data pekerja yang memiliki
hemoglobin rendah.
2. Mampu merekap data tekanan darah pada pekerja
yang memiliki hemoglobin rendah.
Identifikasi masalah
program
1. Membandingkan antara pelaksanaan dengan
perencanaan program serta perundang-
undangan yang berlaku.
1. Membandingkan antara pelaksanaan dengan
perencanaan program serta perundang-undangan
yang berlaku.
24
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
Rabu,
27 Januari 2016
Mengikuti kegiatan K3 di
perusahaan
1. Mampu melakukan pengukuran
pencahayaan lingkungan di area kerja
perusahaan.
2. Mengetahui pelaksanaan kegiatan sosialisasi
HIV/AIDS dan VCT di perusahaan.
1. Melakukan pengukuran pencahayaan lingkungan
di area converting A, converting B, dan office.
2. Mencatat hasil pengukuran cahaya.
Mengerjakan tugas K3 di
perusahaan
1. Mampu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan.
1. Mampu menghitung rata-rata pengukuran
pencahayaan.
Melakukan penentuan
prioritas masalah
1. Melakukan penentuan prioritas masalah. -
Kamis,
28 Januari 2016
Mengerjakan tugas K3 di
perusahaan
1. Mampu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan.
1. Mampu merekap data tekanan darah dan
hemoglobin pekerja.
Menganalisis hasil
penentuan prioritas
masalah
1. Dianalisisnya hasil penentuan prioritas
masalah. -
Jumat,
29 Januari 2016
Mengerjakan tugas K3 di
perusahaan
1. Mampu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan.
1. Mampu merekap data MCU abnormality pekerja.
Menganalisis hasil
penentuan prioritas
masalah
1. Dianalisisnya hasil penentuan prioritas
masalah.
2. Mengetahui prioritas masalah.
-
Minggu V
25
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
Senin,
1 Februari 2016
Mengerjakan tugas K3 di
perusahaan
1. Mampu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan.
1. Mampu menghitung beban kerja pekerja dengan
berbagai jenis pekerjaan di perusahaan.
Menentukan akar masalah 1. Mengetahui akar masalah dengan
mewawancarai pemegang program. -
Selasa,
2 Februari 2016
Mengerjakan tugas K3 di
perusahaan
1. Mampu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan.
1. Mampu membuat daftar nama formulir-formulir
K3 perusahaan.
Menentukan akar masalah 1. Membuat analisis akar masalah.
2. Melihat dokumen-dokumen yang ada untuk
analisis akar masalah.
-
Rabu,
3 Februari 2016
Mengikuti kegiatan K3 di
perusahaan
1. Mampu mengikuti kegiatan K3 di
perusahaan.
1. Menjadi peserta sosialisasi kebijakan, dan
sosialisasi HIV/AIDS.
2. Mengikuti tes HIV (VCT) di perusahaan.
Menentukan akar masalah 1. Membuat analisis akar masalah.
2. Melihat dokumen-dokumen yang ada untuk
analisis akar masalah.
-
Penentuan prioritas
masalah -
1. Membagikan kuesioner HIV/AIDS dan
kuesioner skoring prioritas masalah.
2. Memberikan penjelasan cara pengisian kuesioner
skoring prioritas masalah.
26
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
3. Mengumpulkan kuesioner HIV/AIDS dan
kuesioner skoring prioritas masalah.
Kamis,
4 Februari 2016
Mengerjakan tugas K3 di
perusahaan
1. Mampu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan.
1. Mampu membuat modul training dengan tema
safety awareness.
2. Mampu membuat daftar keterangan peralatan
klinik pengobatan K3.
Menentukan akar masalah 1. Membuat analisis akar masalah.
2. Melihat dokumen-dokumen yang ada untuk
analisis akar masalah.
-
Perhitungan hasil
kuesioner skoring
penentuan prioritas
masalah
-
1. Melakukan perhitungan hasil kuesioner skoring
penentuan prioritas masalah.
2. Mengetahui prioritas masalah pelaksanaan
program P2-HIV dan AIDS.
Perhitungan hasil
kuesioner HIV/AIDS -
1. Mampu melakukan perhitungan hasil kuesioner
HIV/AIDS.
2. Mampu menyimpulkan kuesioner HIV/AIDS.
Jumat,
5 Februari 2016
Menentukan akar masalah 1. Mengetahui akar masalah dengan
mewawancarai pemegang program.
1. Mengetahui akar masalah dengan mewawancarai
pemegang program.
Minggu VI
27
Hari, Tanggal Kegiatan Output yang Diharapkan Catatan Pencapaian Output
Selasa,
9 Februari 2016
Mengikuti kegiatan K3 di
perusahaan
1. Mengetahui pelaksanaan training Waspada
(Wajib APAR dan Hydrant).
2. Mengetahui cara penggunaan APAR dan
Hydrant secara praktik.
1. Mampu menjadi trainer materi penggunaan
APAR, fire hydrant, dan pengecekan APAR.
2. Mengetahui pelaksanaan training emergency
response plan.
3. Mengetahui cara penggunaan APAR secara
praktik.
4. Membantu merapihkan APAR dan hydrant ke
gudang setelah training.
Mengerjakan tugas K3 di
perusahaan
1. Mampu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan.
1. Membuat rekapitulasi ijin kerja bulan Januari dan
Februari tahun 2016.
12 Februari
2016
Bimbingan dengan
pembimbing lapangan
1. Menyerahkan draft laporan magang.
2. Mendiskusikan waktu pengumpulan laporan
magang ke perusahaan.
3. Mendapatkan penilaian kinerja selama
magang pada form penilaian kinerja.
4. Mediskusikan waktu ujian magang.
1. Menyerahkan draft laporan magang.
2. Mendiskusikan waktu pengumpulan laporan
magang ke perusahaan.
3. Mendapatkan penilaian kinerja selama magang
pada form penilaian kinerja.
4. Mediskusikan waktu ujian magang.
Perpisahan 1. Perpisahan dengan bagian Human
Resources, Public Affair, General Affair
Manager, Public Affair Head, dan OHS Unit.
1. Perpisahan dengan bagian Human Resources,
Public Affair, General Affair Manager, Public
Affair Head, dan OHS Unit.
28
D. Evaluasi Rencana Kegiatan Harian Magang
Setelah rencana kegiatan harian magang direalisasikan selama 26 hari kerja,
dilakukan evaluasi terhadap kegiatan magang yang tidak berjalan sesuai dengan
perencanaan. Berikut merupakan kegiatan yang tidak terlaksana beserta
keterangannya.
Tabel 2. 2 Evaluasi Rencana Kegiatan Harian Magang
Minggu
ke- Hari, Tanggal Kegiatan Keterangan
III Rabu,
20 Januari 2016
Mengikuti kegiatan
K3 di perusahaan
(kegiatan inspeksi
crane)
Tidak diikutinya kegiatan inspeksi crane
di perusahaan dikarenakan tempat
pelaksanaan inspeksi crane tidak
memungkinkan untuk mahasiswa
magang. Tempat pelaksanaan inspeksi
crane berada di ketinggian dengan tempat
yang sempit. Selain itu, kegiatan
dilaksanakan di unit produksi, sehingga
jika terlalu ramai orang yang mengikuti
kegiatan inspeksi maka dapat menganggu
lalu lintas forklift dan kegiatan produksi
lainnya, serta akan sangat berbahaya jika
pelaksanaan inspeksi diikuti oleh
mahasiswa magang.
IV Rabu,
27 Januari 2016
Mengikuti kegiatan
K3 di perusahaan
(VCT)
Tidak diikutinya kegiatan VCT di
perusahaan dikarenakan jadwal
pelaksanaan kegiatan VCT direschedule
oleh pemegang program. Pelaksanaan
kegiatan VCT direschedule karena pihak
Rumah Sakit Kodar memiliki kegiatan
mendadak yang harus didahulukan.
Kegiatan yang dilakukan pada tanggal 27
Januari 2016 untuk mengganti kegiatan
tersebut yaitu mengikuti kegiatan K3 di
29
Minggu
ke- Hari, Tanggal Kegiatan Keterangan
perusahaan, mengerjakan tugas K3 di
perusahaan, konsultasi dengan pemegang
program P2-HIV dan AIDS, dan
penyusunan laporan magang.
Rabu, 27
Januari 2016
Melakukan
penentuan prioritas
masalah
Tidak dilakukan penentuan prioritas
masalah dikarenakan pada perencanaan
sebelumnya kegiatan tersebut akan
dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan
VCT di perusahaan. Kegiatan VCT yang
direschedulenya menyebabkan penentuan
prioritas dengan menggunakan kuesioner
skoring juga direschedule mengikuti
waktu pelaksanaan VCT. Kegiatan yang
dilakukan pada tanggal 27 Januari 2016
untuk mengganti kegiatan tersebut yaitu
mengikuti kegiatan K3 di perusahaan,
mengerjakan tugas K3 di perusahaan,
konsultasi dengan pemegang program P2-
HIV dan AIDS, dan penyusunan laporan
magang.
Kamis, 28
Januari 2016
Menganalisis hasil
penentuan prioritas
masalah
Tidak dilakukan analisis hasil penentuan
prioritas masalah dikarenakan
pelaksanaan penentuan prioritas dengan
menggunakan kuesioner skoring
direschedule mengikuti waktu
pelaksanaan VCT yang juga direschedule.
Kegiatan yang dilakukan pada tanggal 28
Januari 2016 untuk mengganti kegiatan
tersebut yaitu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan dan penyusunan laporan
magang.
30
Minggu
ke- Hari, Tanggal Kegiatan Keterangan
Jumat, 29
Januari 2016
Menganalisis hasil
penentuan prioritas
masalah
Tidak dilakukan analisis hasil penentuan
prioritas masalah dikarenakan
pelaksanaan penentuan prioritas dengan
menggunakan kuesioner skoring
direschedule mengikuti waktu
pelaksanaan VCT yang juga direschedule.
Kegiatan yang dilakukan pada tanggal 29
Januari 2016 untuk mengganti kegiatan
tersebut yaitu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan, melengkapi data untuk
penyusunan laporan, bimbingan dengan
pembimbing lapangan, dan penyusunan
laporan magang.
V Senin, 1
Februari 2016
Menentukan akar
masalah
Tidak dilakukan analisis akar masalah
dikarenakan pelaksanaan penentuan
prioritas dengan menggunakan kuesioner
skoring direschedule mengikuti waktu
pelaksanaan VCT yang juga direschedule.
Kegiatan yang dilakukan pada tanggal 1
Februari 2016 untuk mengganti kegiatan
tersebut yaitu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan, merapihkan form skoring
untuk menentukan prioritas masalah, dan
penyusunan laporan magang.
Selasa, 2
Februari 2016
Menentukan akar
masalah
Tidak dilakukan analisis akar masalah
dikarenakan pelaksanaan penentuan
prioritas dengan menggunakan kuesioner
skoring direschedule mengikuti waktu
pelaksanaan VCT yang juga direschedule.
Kegiatan yang dilakukan pada tanggal 2
Februari 2016 untuk mengganti kegiatan
31
Minggu
ke- Hari, Tanggal Kegiatan Keterangan
tersebut yaitu mengerjakan tugas K3 di
perusahaan dan penyusunan laporan
magang.
Rabu, 3
Februari 2016
Menentukan akar
masalah
Tidak dilakukan analisis akar masalah
dikarenakan pelaksanaan penentuan
prioritas dengan menggunakan kuesioner
skoring direschedule mengikuti waktu
pelaksanaan VCT yang juga direschedule.
Kegiatan yang dilakukan pada tanggal 3
Februari 2016 untuk mengganti kegiatan
tersebut yaitu bimbingan dengan
pembimbing lapangan, persiapan skoring
untuk penentuan prioritas masalah,
mengikuti kegiatan K3 di perusahaan,
penentuan prioritas masalah, melengkapi
data untuk penyusunan laporan, dan
penyusunan laporan magang.
Kamis, 4
Februari 2016
Menentukan akar
masalah
Tidak dilakukan analisis akar masalah
dikarenakan pelaksanaan penentuan
prioritas dengan menggunakan kuesioner
skoring direschedule mengikuti waktu
pelaksanaan VCT yang juga direschedule.
Kegiatan VCT dilaksanakan pada tanggal
3 Februari 2016, sehingga pada tanggal 4
Februari 2016 dilakukan kegiatan
mengerjakan tugas K3 di perusahaan,
perhitungan hasil kuesioner skoring
penentuan prioritas masalah, perhitungan
hasil kuesioner HIV/AIDS, dan
penyusunan laporan magang.
32
Minggu
ke- Hari, Tanggal Kegiatan Keterangan
Selasa, 9
Februari 2016
Mengikuti kegiatan
K3 di perusahaan
(penggunaan hydrant
secara praktik)
Tidak diikutinya kegiatan praktik
penggunaan hydrant di perusahaan
dikarenakan pada saat pelaksanaan
training penggunaan hydrant hujan turun
cukup deras dalam waktu yang cukup
lama, sehingga pelaksanaan training
hanya dilakukan penggunaan APAR
secara praktik. Training penggunaan
APAR yang dilakukan yaitu jenis APAR
dry chemical dan CO2.
Kegiatan magang telah terlaksana selama 26 hari kerja dimulai pada tanggal
4 Januari sampai dengan 12 Februari 2016. Pada evaluasi realisasi rencana
kegiatan harian magang terdapat beberapa kegiatan yang tidak terlaksana sesuai
dengan perencanaan. Meskipun demikian, hal tersebut tidak mengganggu
pelaksanaan kegiatan magang dan secara keseluruhan kompetensi magang yang
diinginkan telah tercapai.
33
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill didirikan pada tanggal
7 Desember 1976 oleh EKA Tjipta Widjaja. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill merupakan salah satu dari sembilan grup APP Mills, di mana
delapan lainnya yaitu Pindo Deli Perawang, Indah Kiat Serang, Lontar Papyrus,
Pindo Deli Karawang, Indah Kiat Perawang, Univenus Perawang, Tjiwi Kimia,
dan Ekamas Fortuna. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk memiliki tiga pabrik yang
terletak di lokasi yang berlainan, antara lain pabrik pulp dan kertas terintegrasi
yang berlokasi di Perawang (Provinsi Riau), pabrik kertas industri yang berlokasi
di Serang (Provinsi Banten), dan Pabrik kertas budaya yang terletak di Tangerang
(Provinsi Banten). PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill menempati
daerah seluas 28 hektar yang terletak di Jalan Raya Serpong KM 8, Desa
Pakulonan, Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Sumber : Data Profil PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill, 2016
Gambar 3. 1 Lokasi PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
Kegiatan utama yang dilakukan adalah memproduksi kertas yang berawal
dari pengolahan pulp kertas. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
memiliki pasar yang didominasi pasar ekspor dan merupakan pabrik kertas warna
terbesar se-Asia Tenggara. Produksi kertas di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
– Tangerang Mill menggunakan 3 Paper Machine (PM) dengan kapasitas
34
produksi 87.000 ton per tahunnya. Proses produksi terdiri dari beberapa tahapan,
yaitu :
1. Proses Penyediaan Bubur Kertas/Pulp (Stock Preparation)
Proses produksi diawali dengan proses penguraian bahan baku yaitu
Needle Bleached Kraft Pulp (NBKP), Leaf Bleached Kraft Pulp (LBKP) dan
broke kertas sesuai warna produk menggunakan mesin pulper. Bahan baku
tersebut diuraikan dengan menambahkan air dan bahan kimia (CACl2, latekol,
kostik soda, dan defoamer) yang ditambahkan sesuai dengan spesifikasi
kertas. Setelah itu, dilakukan screening atau pemisahan long fibre dan short
fibre dan untuk menguraikan serat-serat yang menggumpal seperti plastik,
stereofoam dan kertas yang tidak dapat terurai. Selain itu, dilakukan proses
cleaning dimana kotoran-kotoran seperti kerikil, kawat, dan sebagainya
dipisahkan dengan menggunakan HC-Cleaner. Kertas yang telah bersih dari
kotoran tersebut kemudian diubah sifat fisik tanpa mengubah susunan kimia
dan juga memperluas permukaan serat sehingga dapat meningkatkan jumlah
ikatan antar seratnya. Pada akhir proses ini, dilakukan pencampuran antara
bubur pulp NBKP, LBKP, dan broke. Terkadang catonic starch (kanji) untuk
meningkatkan tensile strength, yakni daya tahan kertas terhadap daya tarik
yang bekerja di ujung kertas.
Sumber : Data Profil PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
Tahun 2016
Bagan 3. 1 Proses Penyediaan Bubur Kertas/Pulp (Stock Preparation)
2. Proses Pembuatan Lembaran Kertas
Pembuatan lembaran kertas diawali dengan proses head box, yaitu
pengaliran bubur kertas ke atas wire melalui head box agar garis air pada
pembentukan kertas tidak terlalu maju sehingga dapat menyebabkan kertas
lembab atau garis air terlalu mundur dan menyebabkan kertas menjadi retak.
Setelah itu air mulai dipisahkan dari buburan dengan dua cara, yaitu dengan
pengaruh gravitasi dan bantuan vacuum. Pada saat pemisahan baik secara
Pulping Screening Cleaning Refining Mixing
35
gravitasi maupun dengan vacuum ditambahkan flokulan dan koagulan untuk
mengikat serat yang halus. Air akan dikeluarkan dan dikonsilidasikan dari
lembaran yang basah sehingga dapat meningkatkan kekuatan, menghaluskan
dan memadatkan lembaran kertas dengan penekanan/pengeringan di antara
roll yang disebut dengan proses press part. Air yang tersisa kemudian akan
dikeringkan pada proses drying. Proses drying dilakukan dalam dua tahap
yakni drying I dan II. Lembaran kertas yang telah dikeringkan kemudian
masuk pada proses calendering dimana lembaran kertas tersebut akan
dilewatkan diantara roll untuk proses penekanan sehingga menghaluskan
permukaan kertas. Setelah itu, lembaran kertas tersebut akan digulung
menjadi jumbo roll pada spoll reel.
Sumber : Data Profil PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
Tahun 2016
Bagan 3. 2 Proses Pembuatan Lembaran Kertas
3. Proses Paper Finishing – Converting
Pada proses ini, kertas akan mengalami pemotongan sesuai dengan arah
mesin (slitting) dan penggulungan kembali kertas tanpa mengubah ukuranya
(rewinding). Setelah itu, kertas akan dilakukan penyortiran secara manual
oleh operator sortir, yang bertujuan untuk memisahkan lembaran kertas cacat
baik karena terjadi kesalahan di seksi PM misalnya wrinkle, concave, wavy,
dirty, calendar mark, streaking, shade var, hole, ataupun size press dan
kesalahan di seksi finishing seperti: wrinkle, size variation, dan off cut.
Setelah disortir, lembaran kertas dihitung dalam satuan rim (500/250 lembar)
untuk tiap kemasan oleh satu orang. Kertas yang telah disortir kemudian akan
dibungkus (packing) dalam bentuk roll dan lembaran besar. Namun, dalam
proses converting, kertas dalam bentuk roll akan diubah ukuranya sesuai
Head BoxWire /
DewateringPress Part
Drying
(I dan II)
Calendering Reeling
36
pesanan. Kertas akan dipotong pada proses cutting untuk mengubah ukuran
kertas menjadi lembaran kecil seperti ukuran A4, Folio, Letter, A4, B4, A3,
F4A, F4B, F4 dan sebagainya. Kemudian kertas tersebut akan dibungkus
menggunakan plastik BOPP. Setelah selesai, kemasan langsung ditempel
dengan label dan dikirim ke gudang produksi untuk selanjutnya dikirimkan
ke konsumen.
Sumber : Data Profil PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
Tahun 2016
Bagan 3. 3 Proses Paper Finishing – Converting
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill memprioritaskan
keselamatan dan kesehatan kerja, pencegahan pencemaran lingkungan, dan
pengendalian pemakaian sumber daya serta meningkatkan hubungan sosial
kemasyarakatan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh aktivitas dan
menjadi tanggung jawab seluruh tingkat organisasi.
Struktur organisasi PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
berbentuk struktur organisasi fungsional dimana pendelegasian tugas dan
tanggung jawab berjalan vertikal sesuai dengan tugas dan wewenang masing-
masing. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill dipimpin oleh
seorang kepala pabrik, dibantu oleh Mill Manager Office, dan membawahi enam
departemen. Adapun struktur PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
yaitu sebagai berikut:
Cutting Sorting Packing Converting
37
Sumber : Data Profil PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun 2016
Kepala Pabrik
Information Technology Bussiness Unit Paper Specialist MBOS
Mill Manager Office
Export Document
Dept. Sales & Marketing
Dept. Sales & Marketing
OHS Unit
Finance &
Accounting
Procurement
General Affair
Dept. Mill Service
Pallet Workshop
Gudang Material
HR
Mechanical,
Maintenance,
Manufacture
Electrical
Enginerring
Dept. Engineering
Gudang
Produksi
(Finish Good
Warehouse)
Logistic &
Delivery
PPIC
Dept. Bussiness
Research &
Development
(R&D)
Quality
Assurance (QA)
Environmental
Protection (EP)
Dept. Compliance
& Development
Finishing Sortir-
Packing
Finishing & Converting
Paper Machine
Stock
Preparation
Paper Production
Dept. Produksi
Finishing Cutter-
Rewinder
Converting
Bagan 3. 4 Struktur Organisasi PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
38
Bagian K3 di perusahaan dinamakan OHS (Occupational Health & Safety)
Unit. OHS Unit sendiri berada di bawah naungan Mill Service Departement, Seksi
General Affair, dan Public Affair Division. OHS Unit beranggotakan lima orang
staf yang masing-masing terdiri dari satu orang OHS Head, Occupational Safety
Officer, Occupational Safety Inspector, Occupational Fire Prevention, dan
Occupational Health Officer. Adapun struktur OHS Unit di PT. Indah Kiat Pulp
& Paper Tbk – Tangerang Mill yaitu sebagai berikut :
Sumber : Data Profil OHS Unit Tahun 2016
Bagan 3. 5 Struktur OHS Unit PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill
Occupational Safety Officer berperan di bagian administrasi atau tata kelola
dokumen K3 serta training K3. Occupational Safety Inspector berperan di bagian
inspeksi K3 dan investigasi kecelakaan. Occupational Fire Prevention berperan
di bagian upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Occupational
Health Officer berperan di bagian kesehatan kerja dan klinik pengobatan
perusahaan. Masing-masing staf memegang peranan penting dalam pelaksanaan
seluruh kegiatan K3 yang berjalan di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill.
Salah satu program kesehatan kerja yang dijalankan oleh PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill adalah program pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS (P2-HIV dan AIDS). Program tersebut dilaksanakan
karena pekerja di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill berisiko
tinggi tertular HIV/AIDS. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa
Provinsi Banten masuk ke dalam 15 besar provinsi dengan jumlah infeksi HIV
terbanyak. Kemudian PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
Occupational
Safety
Officer
Occupational
Safety
Inspector
Occupational
Fire
Prevention
Occupational
Health
Officer
OHS Head
39
berlokasi di Kabupaten Tangerang dimana merupakan kabupaten dengan jumlah
kumulatif kasus HIV/AIDS tertinggi kedua di Provinsi Banten. Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya untuk mencegah dan menanggulangi HIV/AIDS di PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill.
Program P2-HIV dan AIDS di tempat kerja merupakan upaya yang
dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan menanggulangi dampak negatif
HIV/AIDS di tempat kerja. Program P2-HIV dan AIDS telah dilaksanakan sejak
tahun 2011 dan masih berjalan sampai sekarang. Program P2-HIV dan AIDS di
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill dikelompokkan menjadi dua,
yakni program pencegahan dan penanggulangan. Di dalam masing-masing
program tersebut terdapat beberapa kegiatan, namun kegiatan pada program
penanggulangan belum dilaksanakan karena program tersebut dijalankan ketika
terdapat pekerja dengan HIV/AIDS di tempat kerja. Diketahui sampai dengan
tahun 2015 belum ada pekerja dengan HIV/AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper
Tbk – Tangerang Mill.
B. Gambaran Pelaksanaan Program Pencegahan dan Penanggulangan
HIV/AIDS
Program P2-HIV dan AIDS merupakan program yang bertujuan untuk
mencegah penularan HIV dan menanggulangi dampak negatif HIV/AIDS di
tempat kerja. Pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS di tempat kerja diharapkan
dapat menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja di tempat kerja dari risiko
yang ditimbulkan oleh HIV/AIDS.
Program ini telah dilaksanakan dari tahun 2011 sampai dengan sekarang.
Pada tahun 2011 – 2012 program telah berjalan meskipun belum terdapat
kebijakan serta prosedur khusus terkait pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS. Namun, OHS Unit terus berupaya untuk meningkatkan pelaksanaan
program hingga pada tahun 2013 perusahaan telah memiliki kebijakan dan
prosedur P2-HIV dan AIDS. Kemudian pada tahun 2014 untuk pertama kalinya
perusahaan mendapatkan penghargaan P2-HIV dan AIDS di tempat kerja dengan
kategori silver yang diberikan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia. Penghargaan tersebut diberikan atas prestasi PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill dalam melaksanakan program P2-HIV dan
40
AIDS di tempat kerja pada periode tahun 2013. Di tahun berikutnya, OHS Unit
terus meningkatkan pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS di tempat kerja
sehingga dapat meningkatkan prestasi menjadi kategori gold pada tahun 2015
untuk kinerja program periode tahun 2014. Melihat prestasi yang telah dicapai
pada periode sebelumnya, OHS Unit bertekad untuk terus meningkatkan
pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS agar dapat berjalan lebih optimal lagi.
Program P2-HIV dan AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill terdiri dari program promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Program tersebut, bila dilihat dari segi ilmu kesehatan masyarakat dapat
dikelompokan sesuai dengan tahapan pencegahan penyakit atau level of
prevention. Menurut Leavel dan Clark, dalam kesehatan masyarakat ada lima
tingkat pencegahan penyakit yaitu promosi kesehatan (health promotion),
perlindungan khusus (spesific protection), diagnosis dini dan pengobatan segera
(early diagnosis and prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation),
dan rehabilitasi (rehabilitation) (Effendy, 1998). Namun, secara garis besar
program P2-HIV dan AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang
Mill dikelompokkan menjadi dua, yaitu program pencegahan dan program
penanggulangan.
1. Program Pencegahan
Program pencegahan termasuk ke dalam pencegahan primer atau
pencegahan tingkat pertama yang dilakukan untuk mempertahankan orang
yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit
(Budiarto dan Anggraeni, 2002). Adapun program pencegahan yang dimiliki
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill yaitu :
a. Sosialisasi Brosur dan Kebijakan HIV/AIDS kepada Pekerja
Sosialisasi brosur dan kebijakan HIV/AIDS merupakan kegiatan
mensosialisasikan brosur dan kebijakan P2-HIV dan AIDS kepada
pekerja di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill. Tujuan
disosialisasikanya brosur dan kebijakan P2-HIV dan AIDS kepada
seluruh pekerja adalah agar seluruh pekerja mengetahui bahwa
perusahaan memiliki brosur dan kebijakan P2-HIV dan AIDS di tempat
kerja. Sesuai dengan Kep.68/MEN/IV/2004 dan
Kep.20/DJPPK/VI/2005, menyebutkan bahwa kebijakan harus
41
dikomunikasikan baik dengan penyebarluasan informasi, maupun
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill telah memiliki
kebijakan khusus terkait P2-HIV dan AIDS. Sesuai dengan
Kep.20/DJPPK/VI/2005 yang menyebutkan bahwa pengurus/pengusaha
wajib mengembangkan kebijakan terkait P2-HIV dan AIDS di tempat
kerja yang dapat diintegrasikan ke dalam kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja atau secara tersendiri. Kebijakan P2-HIV dan AIDS yang
dimiliki PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill yaitu
sebagai berikut :
1) Perusahaan mendukung kegiatan penyebarluasan informasi dan
sosialisasi tentang upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS bagi karyawan, dan masyarakat sekitar perusahaan dan
setiap pekerja berhak untuk memperoleh informasi yang benar
tentang HIV/AIDS guna melindungi dirinya terhadap penularan
penyakit.
2) Sebagai upaya untuk mendukung upaya tersebut perusahaan
menetapkan sistem yang mengatur mengenai pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.
3) Perusahaan tidak mensyaratkan pemeriksaan kesehatan berupa tes
HIV/AIDS baik bagi kepentingan seleksi karyawan maupun
promosi.
4) Perusahaan akan melindungi kerahasiaan setiap pekerja (ODHA),
kecuali bila ia membolehkan untuk diketahui statusnya oleh orang
lain. Hal ini untuk mencegah stigmatisasi, diskriminasi, dan
pelanggaran hak asasi manusia.
5) Perusahaan membentuk tim khusus HIV/AIDS dari kepengurusan
P2K3 di perusahaan P2K3 di perusahaan sebagai pelaksana program
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.
6) Perusahaan berkomitmen untuk terus-menerus mengevaluasi upaya
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja sesuai
dengan peraturan pemerintah dan persyaratan lainnya yang relevan.
42
Selain memiliki kebijakan khusus, kebijakan P2-HIV dan AIDS
juga telah dituangkan dalam PKB yang dimiliki oleh perusahaan.
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) merupakan buku yang di dalamnya
berisikan perjanjian tertulis hasil perundingan yang diselenggarakan oleh
serikat pekerja dengan pengusaha, sebagai pedoman untuk mengatur dan
melindungi hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha. Pengembangan
kebijakan tentang upaya P2-HIV dan AIDS dapat dituangkan dalam PKB
yang dimiliki oleh perusahaan. Pasal dalam PKB yang memuat
komitmen tersebut berbunyi “Perusahaan bersama-sama serikat
pekerja mendukung program pencegahan penyakit HIV/AIDS,
penyalahgunaan obat obat terlarang di lingkungan perusahaan
dengan memasang peringatan-peringatan di lokasi yang strategis”.
Sesuai dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005 kebijakan dalam PKB
dikonsultasikan dengan wakil pekerja atau serikat pekerja. Pengusaha
bersama-sama serikat pekerja memasukkan prinsip-prinsip tentang
perlindungan dan pencegahan HIV/AIDS dalam PKB.
Kebijakan dapat bervariasi dalam hal panjang dan rinciannya,
tergantung pada jenis, ukuran, dan sumber daya perusahaan tersebut.
Namun, dalam Kep.20/DJPPK/VI/2005 memuai standar isi kebijakan
P2-HIV dan AIDS di tempat kerja. Kebijakan P2-HIV dan AIDS yang
dimiliki PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill masih
terdapat satu poin yang belum sesuai dengan peraturan tersebut. Adapun
isi kebijakan yang dimiliki PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill dibandingkan dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005 adalah
sebagai berikut :
Tabel 3. 1 Perbandingan Kebijakan Sesuai dengan
Kep.20/DJPPK/VI/2005
Isi Kebijakan Sesuai
Kep.20/DJPPK/VI/2005 Isi Kebijakan Perusahaan Keterangan
Pernyataan komitmen
pengusaha/pengurus untuk
Perusahaan mendukung kegiatan
penyebarluasan informasi dan
sosialisasi tentang upaya pencegahan
Sesuai
43
Isi Kebijakan Sesuai
Kep.20/DJPPK/VI/2005 Isi Kebijakan Perusahaan Keterangan
mendidik pekerja/buruh
tentang HIV/AIDS.
dan penanggulangan HIV/AIDS bagi
karyawan, dan masyarakat sekitar
perusahaan dan setiap pekerja berhak
untuk memperoleh informasi yang
benar tentang HIV/AIDS guna
melindungi dirinya terhadap
penularan penyakit.
Mengembangkan strategi
dan promosi program
pencegahan HIV/AIDS
untuk diselenggarakan di
tempat kerja.
Perusahaan berkomitmen untuk terus
– menerus mengevaluasi upaya
pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja sesuai
dengan peraturan pemerintah dan
persyaratan lainnya yang relevan.
Sesuai
Memberikan pendidikan
kepada pekerja/buruh untuk
meningkatkan pemahaman
akan HIV/AIDS, termasuk
cara pencegahan.
Perusahaan mendukung kegiatan
penyebarluasan informasi dan
sosialisasi tentang upaya pencegahan
dan penanggulangan HIV/AIDS bagi
karyawan, dan masyarakat sekitar
perusahaan dan setiap pekerja berhak
untuk memperoleh informasi yang
benar tentang HIV/AIDS guna
melindungi dirinya terhadap
penularan penyakit.
Sesuai
Memberikan informasi
kepada para pekerja/buruh
mengenai di mana
pekerja/buruh dapat
memperoleh pelayanan
testing, konseling, dan
pelayanan yang dibutuhkan.
Perusahaan mendukung kegiatan
penyebarluasan informasi dan
sosialisasi tentang upaya pencegahan
dan penanggulangan HIV/AIDS bagi
karyawan, dan masyarakat sekitar
perusahaan dan setiap pekerja berhak
untuk memperoleh informasi yang
benar tentang HIV/AIDS guna
Sesuai
44
Isi Kebijakan Sesuai
Kep.20/DJPPK/VI/2005 Isi Kebijakan Perusahaan Keterangan
melindungi dirinya terhadap
penularan penyakit.
Dilarang mewajibkan tes
HIV/AIDS sebagai bagian
dari skrining untuk
rekrutmen, promosi,
kesempatan mendapatkan
pendidikan dan
kelangsungan status kerja.
Perusahaan tidak mensyaratkan
pemeriksaan kesehatan berupa tes
HIV/AIDS baik bagi kepentingan
seleksi karyawan maupun promosi.
Belum Sesuai
Ket :
Pada kebijakan hanya
tertulis komitmen
perusahaan tidak
mensyaratkan
pemeriksaan kesehatan
berupa tes HIV/AIDS
baik bagi kepentingan
seleksi karyawan
maupun promosi. Pada
kebijakan tidak
menyebutkan komitmen
pelarangan tes
HIV/AIDS sebagai
bagian dari kesempatan
mendapatkan
pendidikan dan
kelangsungan status
kerja.
Melarang segala bentuk
stigmatisasi dan terhadap
pekerja/buruh dengan
HIV/AIDS.
Perusahaan akan melindungi
kerahasiaan setiap pekerja (ODHA),
kecuali bila ia membolehkan untuk
diketahui statusnya oleh orang lain.
Hal ini untuk mencegah stigmatisasi,
diskriminasi, dan pelanggaran hak
asasi manusia.
Sesuai
45
Isi Kebijakan Sesuai
Kep.20/DJPPK/VI/2005 Isi Kebijakan Perusahaan Keterangan
Menjaga kerahasiaan
identitas pekerja/buruh
dengan HIV/AIDS.
Perusahaan akan melindungi
kerahasiaan setiap pekerja (ODHA),
kecuali bila ia membolehkan untuk
diketahui statusnya oleh orang lain.
Hal ini untuk mencegah stigmatisasi,
diskriminasi, dan pelanggaran hak
asasi manusia.
Sesuai
Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa terdapat satu poin
kebijakan belum sesuai dengan isi kebijakan menurut
Kep.20/DJPPK/VI/2005. Pada kebijakan perusahaan poin nomor tiga
yang berbunyi “Perusahaan tidak mensyaratkan pemeriksaan
kesehatan berupa tes HIV/AIDS baik bagi kepentingan seleksi
karyawan maupun promosi”, tidak menyebutkan komitmen pelarangan
tes HIV/AIDS sebagai bagian dari kesempatan mendapatkan pendidikan
dan kelangsungan status kerja.
Salah satu prinsip dari 10 prinsip Kaidah ILO tentang HIV/AIDS
dan Dunia Kerja menyebutkan bahwa infeksi HIV tidak boleh dijadikan
alasan pemutusan hubungan kerja. Seperti layaknya kondisi penyakit
lain, infeksi HIV tidak harus membuat seseorang kehilangan hak bekerja
sepanjang orang tersebut masih layak bekerja dan dapat dibenarkan
secara medis. Adanya komiten bahwa perusahaan untuk melarang tes
HIV/AIDS sebagai bagian dari kesempatan mendapatkan pendidikan dan
kelangsungan status kerja dapat melindungi pekerja dengan HIV/AIDS
agar tetap dapat bekerja selama masih layak bekerja dan dapat
dibenarkan secara medis.
Brosur digunakan sebagai media pendidikan atau edukasi
HIV/AIDS kepada pekerja. Media merupakan alat yang digunakan oleh
pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran
(Maulana, 2009). Panca indera yang paling banyak menyalurkan
pengetahuan ke otak adalah mata (75 – 87%), sedangkan 13 – 25%
46
pengetahuan disalurkan melalui indera lainnya (Maulana, 2009). Dapat
disimpulkan bahwa penyampaian materi hanya dengan menggunakan
kata-kata saja kurang efektif. Oleh karena itu, adanya brosur sebagai
media dapat lebih efektif dan efisien untuk menyampaikan informasi
mengenai HIV/AIDS di tempat kerja.
b. Sosialisasi HIV/AIDS kepada Pekerja
Kegiatan sosialisasi HIV/AIDS merupakan kegiatan
mensosialisasikan materi mengenai HIV/AIDS kepada pekerja.
Sosialisasi atau pelatihan merupakan cara perusahaan dalam
mengembangkan skill dan knowledge bagi pekerjanya (Pitra, 2013).
Pendidikan yang diberikan dalam pelatihan meliputi upaya P2-HIV dan
AIDS di tempat kerja. Sesuai dengan Kep.68/MEN/IV/2004 dan
Kep.20/DJPPK/VI/2005, menyebutkan bahwa pengusaha harus
melaksanakan pendidikan bagi pekerja secara berkesinambungan.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan sosialisasi HIV/AIDS kepada pekerja
adalah untuk memberikan edukasi dan pengetahuan kepada pekerja
khususnya terkait materi HIV/AIDS yang disampaikan.
Bila dibandingkan dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005, materi yang
disampaikan pada saat sosialisasi HIV/AIDS di PT. Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk – Tangerang Mill masih belum sesuai. Materi yang
disampaikan saat pelatihan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dicapai (Pitra, 2013). Adapun isi materi sosialisasi bila dibandingkan
dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005 adalah sebagai berikut :
Tabel 3. 2 Perbandingan Isi Materi Sosialisasi Sesuai dengan
Kep.20/DJPPK/VI/2005
Isi Materi Sosialisasi
Menurut
Kep.20/DJPPK/VI/2005
Materi Sosialisasi PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill
Keterangan
Penjelasan tentang
HIV/AIDS
Pengertian HIV dan AIDS
Perjalanan infeksi HIV
Dunia Kerja yang Berisiko
terkena HIV
Sesuai
47
Isi Materi Sosialisasi
Menurut
Kep.20/DJPPK/VI/2005
Materi Sosialisasi PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill
Keterangan
Cara penularan
HIV/AIDS
Cara Penularan HIV
Rantai penularan HIV
Cairan tubuh mana yang
terdapat HIV
Hal-hal yang tidak dapat
menularkan HIV
Sesuai
Cara pencegahan
HIV/AIDS
Pencegahan HIV dan AIDS Sesuai
Infeksi Menular Seksual
(IMS) sebagai salah satu
faktor risiko terinfeksi
HIV/AIDS
-
Belum Ada
dalam Materi
Sosialisasi
Perusahaan
Layanan pengobatan
IMS -
Belum Ada
dalam Materi
Sosialisasi
Perusahaan
Testing dan konseling
HIV/AIDS -
Belum Ada
dalam Materi
Sosialisasi
Perusahaan
Pengobatan melalui
rujukan rumah sakit -
Belum Ada
dalam Materi
Sosialisasi
Perusahaan
Peraturan perundang-
undangan dan kaidah
ILO yang berkaitan
dengan program
HIV/AIDS di tempat
kerja
-
Belum Ada
dalam Materi
Sosialisasi
Perusahaan
48
Berdasarkan tabel diketahui bahwa terdapat lima poin materi
sosialisasi yang belum sesuai dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005. Lima
poin materi tersebut belum terdapat di dalam materi sosialisasi. Adapun
materi sosialisasi yang belum ada yaitu :
1) Infeksi Menular Seksual (IMS) sebagai salah satu faktor risiko
terinfeksi HIV/AIDS.
2) Layanan pengobatan IMS.
3) Testing dan konseling HIV/AIDS.
4) Pengobatan melalui rujukan rumah sakit.
5) Peraturan perundang-undangan dan kaidah ILO yang berkaitan
dengan program HIV/AIDS di tempat kerja.
Informasi yang diperoleh pekerja melalui sosialisasi sangat penting
untuk diketahui pekerja. Selain untuk menambah pengetahuannya
sendiri, pekerja yang telah mendapatkan pendidikan melalui sosialisasi
dapat menyebarluaskan informasi, mempengaruhi dan memantau
perilaku pekerja yang berisiko dan mendukung terciptanya tempat kerja
yang bebas dari HIV/AIDS.
c. Sosialisasi HIV/AIDS kepada Pihak Eksternal
Sosialisasi HIV/AIDS kepada pihak eksternal merupakan kegiatan
mensosialisasikan materi mengenai HIV/AIDS kepada pihak eksternal di
luar perusahaan atau dengan kata lain masyarakat. Pihak eksternal yang
menjadi sasaran sosialisasi diantaranya pelajar, anak karyawan di mess
IKPP, Posyandu, sekolah, tempat ibadah, lokalisasi, dll. Kegiatan ini
merupakan salah satu bentuk CSR perusahaan kepada masyarakat. CSR
merupakan bentuk kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian
keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia
(people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan
prosedur (procedure) yang tepat dan profesional (Said, 2015).
Pada tahun 2015, kegiatan sosialisasi telah dilaksanakan di
Posbindu Merpati Kelurahan Pakulonan dan Posbindu Merpati Kampung
Margajaya. Namun, pada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya,
tidak ditentukan siapa saja yang akan menjadi sasaran kegiatan
sosialisasi HIV/AIDS kepada pihak eksternal. Hal tersebut membuat
49
pelaksanaan program tidak memiliki target sasaran yang jelas.
Perencanaan yang baik membutuhkan sasaran kegiatan yang jelas agar
dapat menyesesuaikan materi, metode, lokasi, sarana, dan prasarana yang
tepat dan sesuai bagi target sasaran yang telah ditentukan. Dengan
demikian, tujuan pelaksanaan program dapat tercapai dengan efektif dan
efisien.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan sosialisasi HIV/AIDS kepada
pihak eksternal adalah untuk memberikan edukasi dan pengetahuan
kepada pihak eksternal khususnya terkait materi HIV/AIDS. Perusahaan
dapat mendidik pekerja mereka sendiri, perusahaan, dan lembaga
lainnya, serta masyarakat umum dengan berbagi pengalaman dan praktek
(Better Work Indonesia, 2012b). Dalam Kep.20/DJPPK/VI/2005 hanya
membahas mengenai materi minimal yang harus disampaikan kepada
pekerja. Adapun kegiatan P2-HIV dan AIDS pada masyarakat di luar
perusahaan atau tempat kerja tidak terdapat aturan secara khusus.
d. Pembagian Brosur kepada Stake Holder
Pembagian brosur kepada stake holder merupakan kegiatan
membagikan brosur HIV/AIDS disertai dengan penjelasan singkat
tentang isi brosur kepada stake holder di PT. Indah Kiat Pulp & Paper
Tbk – Tangerang Mill. Stake holder merupakan orang, kelompok, atau
organisasi yang berada di luar kendali yang berkecimpung di dalam
proyek (Thomsett, 2006). Stake holder meliputi pihak yang
berkepentingan yang dapat berasal dari internal maupun eksternal
perusahaan. Pembagian brosur kepada stake holder bertujuan agar stake
holder mengetahui bahwa perusahaan mempunyai brosur mengenai
HIV/AIDS. Selain itu, brosur dijadikan sebagai media untuk
memberikan edukasi kepada stake holder mengenai HIV/AIDS.
Pada tahun 2015, brosur telah dibagikan pada tamu, vendor,
supplier, rekanan perusahaan, kontraktor, mahasiswa magang, siswa
PKL, dan Disnaker. Brosur HIV/AIDS diberikan ketika stake holder
mengikuti orientasi K3.
50
e. Memfasilitasi Voluntary Counselling and Testing (VCT) kepada
Pekerja
Voluntary Counselling and Testing (VCT) merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk memfasilitasi Voluntary Counselling and Testing
(VCT) kepada pekerja yang ada di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill. VCT merupakan tes yang dilakukan untuk mengetahui
status HIV seseorang. Dalam VCT dilakukan suatu pembinaan dua arah
atau dialog yang berlangsung tidak terputus antara konselor dan kliennya
(Nursalam dan Kurniawati, 2007). Setelah dilakukan konseling,
dilanjutkan dengan pengambilan darah guna mengetahui dan
memastikan apakah seseorang telah terinfeksi virus HIV atau tidak. VCT
sangat penting untuk dilaksanakan kepada pekerja. VCT merupakan
salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke
seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS berkelanjutan (Depkes, 2008).
Tujuan dilaksanakannya kegiatan VCT kepada pekerja adalah
untuk memfasilitasi pekerja yang ingin mengetahui status HIV-nya dan
untuk melakukan skrining terhadap pekerja dengan HIV/AIDS. Tujuan
tersebut telah sesuai dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005 yang menyebutkan
bahwa tes HIV tidak boleh digunakan sebagai prasyarat suatu proses
rekrutmen atau kelanjutan status pekerja/buruh atau kewajiban
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja serta untuk tujuan asuransi. Tes ini
bersifat sukarela atau dengan kata lain hanya dilakukan kepada pekerja
dengan keinginan sendiri untuk mengikuti tes HIV tersebut. Sesuai
dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005 yang menyebutkan bahwa tes HIV
hanya dapat dilakukan terhadap pekerja atas dasar sukarela.
2. Program Penanggulangan
Program penanggulangan termasuk ke dalam pencegahan sekunder dan
tersier yang dilakukan untuk menghambat progresifitas penyakit,
menghindarkan komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan (Budiarto dan
Anggraeni, 2002). Adapun program penanggulangan yang dimiliki PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill yaitu :
51
a. Memberikan Informasi tentang Layanan Pengobatan serta Testing
dan Konseling kepada Pekerja dengan HIV/AIDS
Memberikan Informasi tentang layanan pengobatan serta testing
dan konseling HIV/AIDS merupakan kegiatan pemberian informasi
berupa list informasi mengenai layanan pengobatan serta testing dan
konseling HIV/AIDS kepada pekerja dengan HIV/AIDS. Occupational
Health Officer akan memberikan alamat dimana pekerja bisa
mendapatkan layanan pengobatan serta testing dan konseling HIV/AIDS,
mengingat tidak semua rumah sakit atau Puskesmas dapat melakukan
VCT. Sesuai dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005 yang menyebutkan bahwa
cakupan pendidikan yang harus disampaikan kepada pekerja yaitu
informasi tentang layanan pengobatan IMS serta testing dan konseling
sukarela HIV/AIDS melalui Dinas Kesehatan dan pengobatan
HIV/AIDS melalui rujukan rumah sakit. Pengobatan dan dukungan yang
tepat dapat membuat pekerja dengan HIV/AIDS dapat terus bekerja serta
menjalani kehidupan yang berkualitas dan produktif (Better Work
Indonesia, 2012b).
Kegiatan ini bertujuan agar pekerja dengan HIV/AIDS dapat
mengetahui informasi dimana mereka bisa mendapatkan layanan
pengobatan serta testing dan konseling HIV/AIDS. Pekerja secara
pribadi dapat mengakses layanan pengobatan serta testing dan konseling
di luar perusahaan. Namun, kegiatan pemberian informasi tentang
layanan pengobatan serta testing dan konseling HIV/AIDS kepada
penderita belum dilakukan karena kegiatan ini akan dilaksanakan jika di
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill memiliki pekerja
dengan HIV/AIDS. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
sampai dengan tahun 2015 diketahui belum ada pekerja yang berstatus
positif HIV/AIDS.
b. Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi Pekerja dengan
HIV/AIDS
Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja dengan
HIV/AIDS merupakan kegiatan penyediaan Alat Pelindung Diri (APD)
khusus bagi pekerja dengan HIV/AIDS untuk menghindari penularan
52
HIV kepada pekerja lainnya. Menurut Permenaker Nomor
PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri, Alat Pelindung Diri
(APD) merupakan suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh
tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. APD wajib disediakan secara
cuma-cuma oleh perusahaan. Selain itu, pengusaha wajib menyediakan
APD yang memadai tanpa mengenakan biaya pada pekerja untuk
melindungi mereka dari bahaya di tempat kerja seperti bahan kimia,
kebisingan, polusi udara, benda tajam, kondisi basah, cedera pada mata,
atau luka bakar (Better Work Indonesia, 2012a). Dalam
Kep.20/DJPPK/VI/2005 turut menyebutkan bahwa APD yang sesuai
wajib disediakan untuk melindungi pekerja dari pajanan HIV/AIDS pada
pekerjaan yang berisiko terpajan HIV/AIDS.
Sebelum menentukan APD yang sesuai dengan HIV/AIDS, perlu
diketahui cara penularan HIV kepada seseorang. HIV dapat ditularkan
melalui darah, cairan semen, sekresi serviks/vagina, dan ASI. Oleh
karena itu, HIV dapat ditularkan melalui hubungan seks baik homo
maupun heteroseksual, penggunaan jarum yang tercemar, kecelakaan
kerja, transfusi darah, donor organ, tindakan medis invasif, serta in utero,
perinatal, dan pemberian ASI dari ibu ke anak (Depkes, 2006). Pada
umumnya, penularan HIV di tempat kerja kepada pekerja terjadi karena
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat membuat pekerja terluka dan
mengeluarkan darah. Darah pekerja yang positif HIV dapat menularkan
HIV jika darah tersebut masuk ke pembuluh darah, terkena luka yang
terbuka, masuk melalui mulut, hidung, atau mata pekerja lainnya
(Spiritia, 2014). Dalam Pedoman bersama ILO/WHO tentang Pelayanan
Kesehatan dan HIV/AIDS tahun 2005 menyebutkan bahwa alat
pelindung diri yang harus disediakan untuk pencegahan terhadap pajanan
darah atau cairan tubuh yaitu :
1) Berbagai perban tidak berpori dan kedap air untuk pekerja dengan
kulit yang lecet atau terluka.
53
2) Berbagai sarung tangan dengan berbagai ukuran, steril dan non-
steril, termasuk lateks berat, vinil, kulit kedap air, dan bahan-nahan
tahan tusukan lainnya.
3) Pelindung pernafasan yang tepat, termasuk masker.
4) Celemek plastik, gaun kedap air, pelindung mata, masker tahan
cairan, overal dan overboot.
APD tersebut merupakan salah satu komponen dari kewaspadaan
standar yang digunakan sebagai upaya untuk mengurangi risiko
penularan patogen dari darah dan cairan tubuh. Kemungkinan terjadinya
penularan infeksi yang sebenarnya dapat dihindari dapat meningkat jika
tidak mengikuti kewaspadaan standar tersebut (Depnakertrans, 2005).
Oleh karena itu, PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
menyediakan APD khusus tersebut guna mengoptimalkan upaya
pencegahan terhadap pekerja dengan HIV/AIDS jika nantinya terdapat
pekerja dengan HIV/AIDS di perusahaan.
Jika terjadi kecelakaan kerja yang menyebabkan pekerja dengan
HIV/AIDS mengalami luka yang menimbulkan darah, maka dalam kotak
P3K juga sudah disediakan APD untuk pekerja maupun penolong. APD
tersebut merujuk pada standar isi kotak P3K yaitu sarung tangan dan
masker. Kegiatan menyediakan APD bagi pekerja dengan HIV/AIDS
belum dilakukan karena kegiatan ini akan dilaksanakan jika di PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill memiliki pekerja dengan
HIV/AIDS. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill sampai
dengan tahun 2015 diketahui belum ada pekerja yang berstatus positif
HIV/AIDS.
c. Melakukan Rotasi Pekerjaan bagi Pekerja dengan HIV/AIDS
Rotasi Pekerjaan bagi Pekerja dengan HIV/AIDS merupakan
kegiatan rehabilitasi yang dilakukan dengan cara merotasi pekerja
dengan HIV/AIDS. Rotasi pekerjaan merupakan perpindahan pekerja
dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dalam satu unit kerja pada suatu
perusahaan (Ralona, 2006). Pekerja dengan HIV/AIDS akan dipindahkan
dari pekerjaan dengan tingkat risiko tinggi kepada pekerjaan dengan
tingkat risiko yang lebih rendah.
54
Dalam Kep.20/DJPPK/VI/2005 menyebutkan bahwa pengendalian
risiko dapat dicapai dengan hirarki pengendalian risiko. Rotasi pekerjaan
dilakukan karena upaya eliminasi, substitusi, dan pengendalian teknis
tidak dapat dilakukan khusus untuk pekerja dengan HIV/AIDS. Upaya
pengendalian teknis sudah dilakukan pada beberapa mesin seperti
dengan pemberian safety guard dan barrier. Namun, pekerjaan tersebut
tetap memiliki risiko tinggi bagi pekerja dengan HIV/AIDS. Pekerja
dengan HIV/AIDS merupakan pekerja dengan keadaan unfit atau dengan
kata lain membutuhkan penyesuaian pekerjaan terhadap kondisi tersebut.
Tujuan dilakukannya rotasi pekerjaan adalah sebagai upaya fitness
to work pada pekerja dengan HIV/AIDS yang memiliki kebutuhan
khusus agar beban kerja dan risiko pekerjaanya sesuai dengan kondisi
pekerja tersebut. Selain itu, dengan melakukan rotasi kerja dapat
melindungi pekerja lain dari kemungkinan tertular HIV/AIDS. Namun,
kegiatan rotasi pekerjaan ini belum dilakukan karena kegiatan ini akan
dilaksanakan jika di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
memiliki pekerja dengan HIV/AIDS. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
– Tangerang Mill sampai dengan tahun 2015 diketahui belum ada
pekerja yang berstatus positif HIV/AIDS.
Setelah mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan, program P2-HIV
dan AIDS digambarkan dengan menggunakan pendekatan sistem melalui
komponen Input, Proses, Output (IPO) yang saling berkaitan dalam
pelaksanaanya. Gambaran program diperoleh berdasarkan data-data yang
tersedia, baik data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dari
wawancara dengan pemegang program P2-HIV dan AIDS, sedangkan data
sekunder diperoleh dari dokumen prosedur, kebijakan, PKB, rekapan kuesioner,
rekapitulasi hasil kegiatan program, dan proposal anggaran kegiatan P2-HIV dan
AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tangerang Mill. Berikut adalah gambaran
program P2-HIV dan AIDS dengan menggunakan pendekatan komponen IPO.
1. Input
Komponen input dalam pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS
mencakup seluruh sumber daya (resources), sarana, dan prasarana yang
55
digunakan untuk mendukung pelaksanaan program tersebut. Komponen input
meliputi 6M+T yang terdiri dari Man, Money, Method, Market, Material,
Machine, dan Time. Adapun komponen input dalam program P2-HIV dan
AIDS adalah sebagai berikut :
a. Sumber Daya Manusia (Man)
Program P2-HIV dan AIDS termasuk ke dalam program kesehatan
kerja yang dijalankan oleh Occupational Health Officer. Kegiatan yang
terdapat dalam program P2-HIV dan AIDS pada umumnya dilaksanakan
oleh OHS Unit PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill. Agar
penanganan terhadap pekerja dengan HIV/AIDS berjalan lebih optimal,
pada tahun 2015 dibentuklah tim inti dalam koordinator bidang program
P2-HIV dan AIDS yang terdiri atas bidang penyuluhan dan VCT, donor
darah, dan P3K. Bidang penyuluhan dan VCT serta donor darah dipegang
oleh Occupational Health Officer, sedangkan bidang P3K dipegang oleh
bagian klaim BPJS yang berlatar belakang pendidikan perawat sama
seperti Occupational Health Officer.
Sumber : Data Struktur P2K3 PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill Tahun 2015
Bagan 3. 6 Struktur Tim Inti HIV/AIDS di PT. Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun 2015
Pada kegiatan sosialisasi HIV/AIDS, instruktur atau trainer
kegiatan tersebut yaitu Occupational Health Officer atau dokter khusus
VCT yang telah menyepakati kegiatan kerja sama dengan perusahaan.
Occupational Health Officer sebelumnya telah mengikuti pelatihan
Korbid Program
P2-HIV & AIDS
dan Kesehatan
Bidang Donor
Darah
Bidang Penyuluhan
dan VCT Bidang P3K
56
standardisasi informasi dasar program HIV dan AIDS yang
diselenggarakan oleh IBCA (Indonesian Business Coalition on AIDS)
bekerja sama dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia.
Sesuai dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005 menyebutkan bahwa
instruktur yang menyampaikan materi harus sudah mengikuti pendidikan
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja. Trainer
haruslah orang yang profesional. Pekerja merupakan alat perusahaan
yang membutuhkan keterampilan, sehingga pekerja tidak akan terampil
jika trainer yang mengajar juga tidak qualified (Pitra, 2013). Dapat
disimpulkan bahwa kualisfikasi instruktur yang dimiliki oleh PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill telah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Pada beberapa kegiatan dilaksanakan bekerja sama dengan pihak
lain baik dari pihak internal maupun eksternal perusahaan. Dari pihak
internal, kegiatan bekerja sama dengan Divisi Public Affair dan kepala
seksi. Kegiatan yang bekerja sama dengan Divisi Public Affair adalah
kegiatan yang dijalankan untuk program CSR perusahaan (untuk MDGs.
6 : Combat HIV & AIDS, Malaria, and Other Diseases) yaitu kegiatan
sosialisasi HIV/AIDS di Posbindu Merpati Kelurahan Pakulonan dan
Posbindu Merpati Kampung Margajaya. Kemudian kegiatan yang
bekerja sama dengan kepala seksi adalah kegiatan rotasi pekerjaan bagi
pekerja dengan HIV/AIDS. Sebelum merotasi pekerja dengan
HIV/AIDS, harus dilakukan koordinasi dengan kepala seksi karena akan
mempengaruhi pekerjaan dari tiap seksi yang bersangkutan.
Dari pihak eksternal kegiatan bekerja sama dengan rumah sakit dan
pihak lain yang telah menyepakati kegiatan kerjasama sebelumnya.
Kegiatan yang bekerja sama dengan pihak eksternal adalah kegiatan
VCT dan sosialisasi HIV/AIDS kepada pihak eksternal. Pada tahun 2015,
kegiatan VCT bekerja sama dengan Rumah Sakit Usada Insani. Kegiatan
VCT harus dilaksanakan oleh dokter yang mempunyai keahlian khusus
sesuai dengan ketentuan dalam Kep.68/MEN/IV/2004. Kemudian pada
kegiatan sosialisasi ke pihak eksternal dilaksanakan bekerja sama dengan
57
Puskesmas dan Kader Posbindu. Dapat disimpulkan bahwa sumber daya
manusia dalam program P2- HIV dan AIDS telah sesuai dengan
perencanaan dan ketentuan yang berlaku.
b. Pendanaan (Money)
Pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS membutuhkan pendanaan
khusus. Pendanaan kegiatan masuk dalam anggaran OHS Unit dan pos
CSR (untuk MDGs. 6 : Combat HIV & AIDS, Malaria, and Other
Diseases). Anggaran dana diajukan melalui proposal anggaran khusus
program P2-HIV dan AIDS PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill. Tujuan dialokasikannya anggaran untuk pelaksanaan
program P2-HIV dan AIDS di tempat kerja adalah agar upaya
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dapat lebih ditingkatkan
dan dapat berjalan lebih optimal lagi.
Anggaran dana yang telah dirancang digunakan untuk pendanaan
program pencegahan. Pada program pencegahan tersebut, dana
digunakan untuk mencetak brosur HIV/AIDS, spanduk, dan banner.
Selain itu, dana juga akan digunakan untuk konsumsi dan peralatan
kegiatan sosialisasi dan VCT. Pada kegiatan VCT, bahan-bahan yang
digunakan telah disediakan dan ditanggung sepenuhnya oleh Rumah
Sakit Usada Insani Karawaci.
Selain dari perusahaan, pendanaan juga berasal dari pihak eksternal
yang telah menyepakati kegiatan kerja sama sebelumnya. Pada tahun
2015 pendanaan kegiatan sosialisasi HIV/AIDS kepada Posbindu
Merpati Kelurahan Pakulonan dan Posbindu Merpati Kampung
Margajaya juga berasal dari dana pihak Puskesmas yang menaungi
Posbindu Merpati Kelurahan Pakulonan dan Posbindu Merpati Kampung
Margajaya.
c. Metode (Method)
Prosedur P2-HIV dan AIDS merupakan dokumen yang berisikan
langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Prosedur
digunakan sebagai acuan pelaksanaan program di tempat kerja. PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill telah memiliki prosedur P2-
HIV dan AIDS yang dibuat pada tahun 2013 dan disahkan tepatnya pada
58
18 Desember 2013. Prosedur P2-HIV dan AIDS belum pernah
mengalami revisi hingga tahun 2015. Prosedur P2-HIV dan AIDS
berisikan informasi umum, prosedur dan tanggung jawab, serta kondisi
khusus. Informasi umum yang terdapat dalam prosedur yaitu sebagai
berikut :
1) Karyawan yang melakukan tindakan P3K di tempat kerja wajib
menggunakan prinsip - prinsip kewaspadaan universal (pakai APD)
guna mencegah terjadinya penularan penyakit melalui kontak darah.
2) Perusahaan tidak melakukan tes HIV kepada karyawan yang
bertentangan dengan prinsip VCT.
3) Karyawan yang ingin memeriksakan diri mengenai status HIV-nya
dapat berkoordinasi ke unit K3 untuk melakukan tes HIV/VCT.
4) Perusahaan akan membantu memfasilitasi kepada pihak-pihak
terkait jika ada karyawan yang akan melakukan VCT dan
merahasiakan status HIV karyawan untuk tidak dibuka kepada orang
lain kecuali atas persetujuan penderita.
5) Perusahaan akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait guna
membantu karyawan mendapatkan pelayanan pengobatan yang
sesuai jika ada yang terdeteksi virus HIV.
Selain itu, di dalam prosedur juga memuat informasi dengan
kondisi khusus yaitu sebagai berikut :
1) Bagi karyawan yang tertular atau terinfeksi HIV/AIDS di tempat
kerja, dilakukan rujukan ke rumah sakit terkait dan mendapatkan
konseling tentang hubungan seks dengan aman sampai dengan 6
bulan pasca pajanan dan harus meminum obat PEP1-2 jam pajanan
sampai 36 jam pasca pajanan.
2) Dapat menginformasikan status HIV-nya kepada Unit
OHS/perusahaan, jika pekerjaan yang akan dilakukan menimbulkan
potensi resiko penularan terhadap karyawan lainnya.
3) Melakukan pekerjaan secara bertanggung jawab dengan mengambil
langkah-langkah sewajarnya untuk mencegah penularan HIV
kepada rekan kerjanya.
4) Melaksankan program theraphy ARV sesuai dosis yang diberikan.
59
5) Mematuhi semua instruksi dan prosedur pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS yang ditetapkan, termasuk penggunaan
APD (sarung tangan karet) dengan tujuan pencegahan penularan.
Prosedur P2-HIV dan AIDS telah dilaksanakan sesuai dengan yang
tertera dalam isi prosedur. Namun, isi prosedur mengenai kondisi khusus
belum dilakukan karena PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang
Mill belum memiliki pekerja dengan HIV/AIDS. Selain itu, diketahui isi
prosedur P2-HIV dan AIDS yang dimiliki PT. Indah Kiat Pulp & Paper
Tbk – Tangerang Mill belum sesuai dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005. Isi
prosedur masih bersifat umum dan kurang terperinci. Prosedur P2-HIV
dan AIDS setidaknya berisikan :
1) Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian.
2) Pengawasan terhadap infeksi di tempat kerja.
3) Program gawat darurat dan pertolongan pertama.
d. Sasaran (Market)
Sasaran kegiatan dalam pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS
terdiri dari dua jenis yaitu dari pihak internal dan eksternal. Dari pihak
internal, sasaran kegiatan adalah pekerja di PT. Indah Kiat Pulp & Paper
Tbk – Tangerang Mill. Dari pihak eksternal, sasaran kegiatan adalah
masyarakat, stake holder, Disnaker Kota Tangerang Selatan, Disnaker
Provinsi Banten, dll. Pada tahun 2015, terdapat sasaran beberapa
kegiatan yang tidak tercapai sesuai dengan perencanaan. Adapun
kegiatan beserta sasarannya yaitu sebagai berikut :
1) Sosialisasi Brosur dan Kebijakan HIV/AIDS kepada Pekerja
Kegiatan sosialisasi brosur dan kebijakan HIV/AIDS
dilaksanakan dengan sasaran seluruh pekerja. Diharapkan seluruh
pekerja mengetahui isi brosur dan kebijakan HIV/AIDS yang
dimiliki oleh PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill.
Sesuai dengan Kep.68/MEN/IV/2004 dan Kep.20/DJPPK/VI/2005
menyebutkan bahwa kebijakan harus dikomunikasikan baik dengan
penyebarluasan informasi, maupun menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan.
60
Sosialisasi brosur maupun kebijakan HIV/AIDS pada tahun
2015 telah dilaksanakan. Namun, jumlah pekerja yang mengikuti
sosialisasi brosur dan kebijakan HIV/AIDS tidak sesuai dengan
perencanaan dimana target sosialisasi brosur dan kebijakan adalah
seluruh pekerja.
Grafik 3. 1 Persentase Jumlah Pekerja dalam Kegiatan
Sosialisasi Brosur dan Kebijakan HIV/AIDS di PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun 2015
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan grafik diketahui bahwa jumlah pekerja yang
mengikuti kegiatan sosialisasi brosur dan kebijakan HIV/AIDS
adalah 154 (13%) pekerja, sedangkan jumlah pekerja yang tidak
mengikuti kegiatan sosialisasi brosur dan kebijakan HIV/AIDS
adalah 1050 (87%) pekerja. Sosialisasi brosur dan kebijakan
HIV/AIDS dilaksanakan pada 154 pekerja dari total 1.204 pekerja
pada tahun 2015.
2) Sosialisasi HIV/AIDS kepada Pekerja
Kegiatan sosialisasi HIV/AIDS dilaksanakan dengan sasaran
seluruh pekerja. Sosialisasi HIV/AIDS wajib dilaksanakan kepada
seluruh pekerja. Sesuai dengan Kep.68/MEN/IV/2004 dan
Mengikuti Sosialisasi
13%
Tidak Mengikuti
Sosialisasi
87%
Mengikuti Sosialisasi Tidak Mengikuti Sosialisasi
61
Kep.20/DJPPK/VI/2005 yang menyebutkan bahwa pengusaha harus
melaksanakan pendidikan bagi pekerja/buruh secara
berkesinambungan.
Sosialisasi HIV/AIDS pada pekerja telah dilaksanakan di PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill. Namun, jumlah
pekerja yang mengikuti sosialisasi brosur dan kebijakan HIV/AIDS
tidak sesuai dengan perencanaan dimana target sosialisasi adalah
seluruh pekerja.
Grafik 3. 2 Persentase Jumlah Pekerja dalam Kegiatan
Sosialisasi HIV/AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill Tahun 2015
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan grafik diketahui bahwa jumlah pekerja yang
mengikuti kegiatan sosialisasi HIV/AIDS adalah 154 (13%) pekerja,
sedangkan jumlah pekerja yang tidak mengikuti kegiatan sosialisasi
HIV/AIDS adalah 1050 (87%) pekerja. Sosialisasi HIV/AIDS
dilaksanakan pada 154 pekerja dari total 1.204 pekerja pada tahun
2015.
Mengikuti Sosialisasi
13%
Tidak Mengikuti
Sosialisasi
87%
Mengikuti Sosialisasi Tidak Mengikuti Sosialisasi
62
3) Sosialisasi HIV/AIDS kepada Pihak Eksternal
Kegiatan sosialisasi HIV/AIDS juga dilaksanakan pada pihak
eksternal. Perusahaan dapat mendidik pekerja mereka sendiri,
perusahaan, dan lembaga lainnya, serta masyarakat umum dengan
berbagi pengalaman dan praktek (Better Work Indonesia, 2012b).
Pada tahun 2015, kegiatan sosialisasi HIV/AIDS dilaksanakan di
Posbindu Merpati Kelurahan Pakulonan dan Posbindu Merpati
Kampung Margajaya.
4) Pembagian Brosur kepada Stake Holder
Selain kepada pekerja, brosur HIV/AIDS juga diberikan
kepada stake holder. Stake holder merupakan orang, kelompok, atau
organisasi yang berada di luar kendali yang berkecimpung di dalam
proyek (Thomsett, 2006). Stake holder dapat berasal dari dinas
pemerintahan seperti Dinas Tenaga Kerja, Dinas Kesehatan, DPRD,
serta dinas swasta yang memiliki hubungan kerja dengan PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill seperti supplier, vendor,
rekanan perusahaan, kontraktor, dll.
Pada tahun 2015, brosur HIV/IDS telah dibagikan pada tamu,
vendor, supplier, rekanan perusahaan, kontraktor, mahasiswa
magang, siswa PKL, dan Disnaker. Brosur HIV/AIDS diberikan
ketika stake holder mengikuti orientasi K3. Setelah orientasi K3
dilaksanakan, kemudian dibagikan brosur dan diberikan penjelasan
mengenai isi brosur tersebut.
5) Memfasilitasi Voluntary Counselling and Testing (VCT) kepada
Pekerja
Kegiatan VCT ditujukan kepada pekerja di PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill. Kegiatan ini bersifat sukarela
atau tidak dipaksakan. Pada tahun 2015, kegiatan VCT di PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill dilaksanakan sebanyak
satu kali. Namun, jumlah pekerja yang mengikuti VCT hanya 16
pekerja dari target 150 pekerja.
63
Grafik 3. 3 Persentase Jumlah Pekerja dalam Kegiatan VCT di
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun
2015
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan grafik diketahui bahwa jumlah pekerja yang
mengikuti VCT adalah 16 (11%) pekerja, sedangkan jumlah pekerja
yang tidak mengikuti VCT adalah 134 (89%) pekerja. Dapat
disimpulkan bahwa pekerja yang mengikuti VCT tidak mencapai
target.
6) Memberikan Informasi tentang Layanan Pengobatan serta
Testing dan Konseling kepada Pekerja dengan HIV/AIDS
Informasi tentang layanan pengobatan serta testing dan
konseling dalam bentuk list informasi akan diberikan kepada pekerja
dengan HIV/AIDS. Sesuai dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005 yang
menyebutkan bahwa cakupan pendidikan yang harus disampaikan
kepada pekerja yaitu informasi tentang layanan pengobatan IMS
serta testing dan konseling sukarela HIV/IDS melalui Dinas
Kesehatan dan pengobatan HIV/AIDS melalui rujukan rumah sakit.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill sampai
dengan tahun 2015 belum memiliki pekerja dengan HIV/AIDS,
sehingga kegiatan memberikan informasi tentang layanan
Mengikuti VCT
11%
Tidak Mengikuti VCT
89%
Mengikuti VCT Tidak Mengikuti VCT
64
pengobatan serta testing dan konseling kepada penderita HIV/AIDS
belum dilaksanakan.
7) Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi Pekerja dengan
HIV/AIDS
APD khusus disediakan untuk menghindari risiko penularan
HIV/AIDS. Pekerja dengan HIV/AIDS akan diberikan APD khusus
sesuai dengan klasifikasi pekerjaannya. PT. Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk – Tangerang Mill sampai dengan tahun 2015 belum
memiliki pekerja dengan HIV/AIDS, sehingga kegiatan
menyediakan APD bagi pekerja dengan HIV/AIDS belum
dilaksanakan.
8) Melakukan Rotasi Pekerjaan bagi Pekerja dengan HIV/AIDS
Dalam Kep.20/DJPPK/VI/2005 menyebutkan bahwa
pengendalian risiko dapat dicapai dengan hirarki pengendalian
risiko. Upaya pengendalian dilakukan dengan melakukan rotasi
pekerjaan pada pekerja dengan HIV/AIDS. PT. Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk – Tangerang Mill sampai dengan tahun 2015 belum
memiliki pekerja dengan HIV/AIDS, sehingga kegiatan rehabilitasi
berupa rotasi pekerjaan kepada pekerja dengan HIV/AIDS belum
dilaksanakan.
e. Sarana/Bahan (Material)
Terdapat beberapa sarana/bahan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan program P2-HIV dan AIDS. Sarana/bahan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS yaitu sebagai
berikut :
1) Kebijakan P2-HIV dan AIDS
2) Prosedur P2-HIV dan AIDS
3) Materi sosialisasi HIV/AIDS
4) Brosur HIV/AIDS
5) Daftar hadir peserta
6) List informasi layanan pengobatan serta testing dan konseling
HIV/AIDS.
7) APD
65
8) Kuesioner Evaluasi
Bahan-bahan yang dimiliki tersebut secara umum sudah sesuai
dengan kegiatan dalam program P2-HIV dan AIDS di tempat kerja.
Dalam Kep.20/DJPPK/VI/2005 menyebutkan terkait standar isi
kebijakan, prosedur, dan materi pendidikan HIV/AIDS di tempat kerja.
Pada analisis yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa isi
kebijakan, prosedur, materi pendidikan HIV/AIDS masih belum sesuai
dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005.
f. Perlengkapan/Fasilitas (Machine)
Dalam pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS tidak memerlukan
banyak perlengkapan atau fasilitas. Perlengkapan atau fasilitas yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan program diantaranya yaitu:
1) Kertas HVS
2) Komputer/Laptop
3) Printer
4) Alat tulis kantor
5) Ruangan
6) LCD
7) Layar LCD
8) Inform consent
9) Westafel dengan sabun dan air yang mengalir
10) Microphone
11) Tempat sampah barang terinfeksi
12) Tempat sampah barang tidak terinfeksi
Perlengkapan atau fasilitas yang dibutuhkan telah tersedia di PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill dan telah sesuai dengan
standar sarana dan prasarana dalam pedoman pelayanan HIV/AIDS
secara sukarela yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun 2008. Perlengkapan yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan VCT disediakan langsung oleh Rumah
Sakit Usada Insani Karawaci sebagai pelaksana VCT. Adapun
perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan VCT yaitu :
1) Tabung dan botol tempat penyimpanan darah
66
2) Stiker kode
3) Kapas alkohol
4) Cairan desinfektan
5) Sarung tangan karet
6) Apron plastik
7) Alat pengambilan darah
8) Plester
9) Reagen
g. Waktu Pelaksanaan (Time)
Masing-masing kegiatan dalam program P2-HIV dan AIDS
memiliki waktu pelaksanaan yang berbeda. Waktu pelaksanaan kegiatan
tersebut disesuaikan dengan kegiatan yang ada serta program K3 lain
yang dilaksanakan di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
tahun 2015. Namun, pada pelaksanaanya diketahui terdapat beberapa
kegiatan yang tidak berjalan sesuai dengan perencanaan. Adapun waktu
pelaksanaan kegiatan dalam program P2-HIV dan AIDS di PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill tahun 2015 yaitu sebagai
berikut :
Tabel 3. 3 Waktu Pelaksanaan Kegiatan dalam Program P2-HIV
dan AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
Tahun 2015
No Kegiatan Waktu Pelaksanaan Sesuai / Tidak
Sesuai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Program Pencegahan
1 Sosialisasi Brosur dan
Kebijakan HIV/AIDS
kepada Pekerja
Tidak Sesuai
2 Sosialisasi HIV/AIDS
kepada Pekerja
Tidak Sesuai
3 Sosialisasi HIV/AIDS
kepada Pihak Eksternal
Tidak Sesuai
67
No Kegiatan Waktu Pelaksanaan Sesuai / Tidak
Sesuai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4 Pembagian Brosur
kepada Stake Holder
Sesuai
5 Memfasilitasi Voluntary
Counselling and Testing
(VCT) kepada Pekerja
Tidak Sesuai
Program Penanggulangan
1 Memberikan informasi
tentang layanan
pengobatan serta testing
dan konseling kepada
pekerja dengan
HIV/AIDS
Jika ada kasus HIV/AIDS di tempat
kerja
-
2 Menyediakan Alat
Pelindung Diri (APD)
bagi pekerja dengan
HIV/AIDS
Jika ada kasus HIV/AIDS di tempat
kerja
-
3 Melakukan rotasi
pekerjaan bagi pekerja
dengan HIV/AIDS
Jika ada kasus HIV/AIDS di tempat
kerja
-
1) Program Pencegahan
(a) Sosialisasi Brosur dan Kebijakan HIV/AIDS kepada
Pekerja
Kegiatan sosialisasi brosur dan kebijakan direncanakan
terlaksana setiap bulan, namun pada bulan Juni dan Oktober
tahun 2015 kegiatan sosialisasi brosur dan kebijakan tidak
dilaksanakan. Dapat disimpulkan kegiatan sosialisasi brosur dan
kebijakan tidak berjalan sesuai dengan perencanaan.
68
Tabel 3. 4 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi Brosur
dan Kebijakan HIV/AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper
Tbk – Tangerang Mill Tahun 2015
No. Bulan Jumlah Pekerja
1 Januari 10
2 Februari 29
3 Maret 17
4 April 16
5 Mei 8
6 Juni -
7 Juli 3
8 Agustus 10
9 September 22
10 Oktober -
11 November 17
12 Desember 22
Sumber : Data Primer, 2016
(b) Sosialisasi HIV/AIDS kepada Pekerja
Kegiatan sosialisasi HIV/AIDS direncanakan terlaksana
setiap bulan, namun pada bulan Juni dan Oktober tahun 2015
kegiatan sosialisasi HIV/AIDS tidak dilaksanakan. Dapat
disimpulkan kegiatan sosialisasi HIV/AIDS tidak berjalan
sesuai dengan perencanaan.
Tabel 3. 5 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi
HIV/AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill Tahun 2015
No. Bulan Jumlah Pekerja
1 Januari 10
2 Februari 29
3 Maret 17
69
No. Bulan Jumlah Pekerja
4 April 16
5 Mei 8
6 Juni -
7 Juli 3
8 Agustus 10
9 September 22
10 Oktober -
11 November 17
12 Desember 22
Sumber : Data Primer, 2016
(c) Sosialisasi HIV/AIDS kepada Pihak Eksternal
Kegiatan sosialisasi HIV/AIDS kepada pihak eksternal
direncanakan terlaksana pada bulan Maret, Juni, September, dan
Desember. Namun, pada tahun 2015 kegiatan sosialisasi hanya
dilaksanakan satu kali pada bulan November tepatnya pada 27
November 2015. Dapat disimpulkan kegiatan sosialisasi
HIV/AIDS kepada pihak eksternal tidak berjalan sesuai dengan
perencanaan.
(d) Pembagian Brosur HIV/AIDS kepada Stake Holder
Kegiatan pembagian brosur HIV/AIDS kepada stake
holder direncanakan tentatif dalam rentang bulan Januari hingga
Desember sesuai dengan kehadiran stake holder ke PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill. Diketahui pada tahun
2015 kegiatan pembagian brosur kepada stake holder telah
terlaksana sesuai rencana. Pembagian brosur dilaksanakan
ketika orientasi K3 dan dicatat dalam daftar hadir orientasi K3.
(e) Memfasilitasi Voluntary Counselling and Testing (VCT)
kepada Pekerja
Kegiatan VCT kepada pekerja direncanakan terlaksana
tiga kali dalam setahun yaitu pada bulan Maret, Juli, dan
70
November tahun 2015. Diketahui pada tahun 2015 kegiatan
VCT kepada pekerja hanya terlaksana satu kali pada bulan
Maret, tepatnya pada tanggal 23 Maret 2015. Dapat disimpulkan
kegiatan VCT kepada pekerja tidak berjalan sesuai dengan
perencanaan.
2) Program Penanggulangan
(a) Memberikan Informasi tentang Layanan Pengobatan serta
Testing dan Konseling kepada Pekerja dengan HIV/AIDS
Kegiatan memberikan informasi tentang layanan
pengobatan serta testing dan konseling kepada pekerja dengan
HIV/AIDS direncanakan tentatif atau segera ketika status HIV
pekerja diketahui atau dilaporkan. Kegiatan tersebut akan
dilaksanakan jika di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill memiliki pekerja dengan HIV/AIDS. Kegiatan
ini belum dilaksanakan karena sampai dengan tahun 2015 di PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill belum memiliki
pekerja dengan HIV/AIDS.
(b) Menyediakan Alat Pelindung Diri bagi Pekerja dengan
HIV/AIDS
Kegiatan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi
pekerja dengan HIV/AIDS direncanakan tentatif atau segera
ketika status HIV pekerja diketahui atau dilaporkan. Kegiatan
tersebut akan dilaksanakan jika di PT. Indah Kiat Pulp & Paper
Tbk – Tangerang Mill memiliki pekerja dengan HIV/AIDS.
Kegiatan ini belum dilaksanakan karena sampai dengan tahun
2015 di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
belum memiliki pekerja dengan HIV/AIDS.
(c) Melakukan Rehabilitasi berupa Rotasi Pekerjaan bagi
Pekerja dengan HIV/AIDS
Kegiatan rehabilitasi berupa rotasi pekerjaan bagi pekerja
dengan HIV/AIDS direncanakan tentatif atau segera ketika
status HIV pekerja diketahui atau dilaporkan. Kegiatan tersebut
71
akan dilaksanakan jika di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill memiliki pekerja dengan HIV/AIDS. Kegiatan
ini belum dilaksanakan karena sampai dengan tahun 2015 di PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill belum memiliki
pekerja dengan HIV/AIDS.
2. Proses
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan proses dasar manajemen untuk
menentukan tujuan dan langkah-langkah yang harus dilakukan agar
tujuan dapat tercapai (Hilabi, 2007). Pelaksanaan sebuah program akan
diawali dengan perencanaan. Perencanaan yang baik, akan menghasilkan
pelaksanaan dan dampak yang baik pula. Dalam perencanaan, akan
dilakukan pemilihan sekumpulan kegiatan dan pengambilan keputusan
tentang apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa
(Bastian, 2007). Dalam perencanaan akan menjawab pertanyaan 5W dan
1H (Hilabi, 2007). Pertanyaan 5W dan 1H terdiri dari What, Why, Where,
When, Who dan How.
Sebelum melaksanakan program P2-HIV dan AIDS di tempat
kerja, OHS Unit telah membuat perencanaan yang memuat jawaban dari
pertanyaan 5W dan 1H. Berikut adalah perencanaan program P2-HIV
dan AIDS :
Tabel 3. 6. Perencanaan Program P2-HIV dan AIDS PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun 2015
No Kegiatan Waktu Dokumen Keterangan
Program Pencegahan
1 Sosialisasi Brosur dan
Kebijakan HIV/AIDS
kepada Pekerja
Januari –
Desember
List nama
karyawan
penerima brosur
Pembuatan
brosur HIV
2 Sosialisasi HIV/AIDS
kepada Pekerja
Januari -
Desember
Daftar hadir
peserta
Edukasi
72
No Kegiatan Waktu Dokumen Keterangan
3 Sosialisasi HIV/AIDS
kepada Pihak Eksternal
Maret, Juni,
September, dan
Desember
Daftar hadir
peserta
Penyuluhan +
VCT
4 Pembagian Brosur kepada
Stake Holder
Januari -
Desember
List nama
penerima brosur
-
5 Memfasilitasi Voluntary
Counselling and Testing
(VCT) kepada Pekerja
Maret, Juli, dan
November
Daftar hadir
peserta
VCT terhadap
150 pekerja
Program Penanggulangan
1 Memberikan Informasi
tentang Layanan
Pengobatan serta Testing
dan Konseling kepada
Pekerja dengan HIV/AIDS
Jika ada kasus
HIV AIDS di
tempat kerja.
Pada saat
sosialisasi.
List daftar tempat
pelayanan
pengobatan HIV
AIDS
List informasi
layanan
pengobatan
HIV AIDS
2 Menyediakan Alat
Pelindung Diri (APD) bagi
Pekerja dengan HIV/AIDS
Jika ada kasus
HIV AIDS di
tempat kerja.
Daftar APD yang
digunakan
Sarung tangan
dan masker
3 Melakukan Rotasi
Pekerjaan bagi Pekerja
dengan HIV/AIDS
Jika ada kasus
HIV AIDS di
tempat kerja.
- -
Sumber : Data Program P2-HIV dan AIDS PT. Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun 2015
Keterangan :
1) Kegiatan dilaksanakan oleh OHS Unit bekerja sama dengan pihak
internal dan eksternal.
2) Kegiatan dilaksanakan di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill.
3) Kegiatan dilaksanaan sesuai dengan prosedur P2-HIV dan AIDS.
73
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan cara begaimana pekerjaan diatur dan
dialokasikan di antara para anggota sehingga tujuan dapat tercapai
(Herujito, 2001). Definisi lain menyebutkan bahwa pengorganisasian
yaitu sebagai cara pengaturan pekerjaan dan pengalokasian pekerjaan di
antara anggota organisasi, sehingga organisasi diharapkan melaksanakan
fungsi penting untuk membantu ketidakmampuan anggota sebagai
individu dalam rangka mencapai tujuan yang sulit atau bahkan tidak
mungkin dicapai sendiri (Umar, 2003). OHS Unit telah melakukan
pengorganisasian dalam pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS.
Pengorganisasian dilakukan dengan pengaturan dan pengalokasian
tanggung jawab pada tiap-tiap seksi dalam pelaksanaan program P2-HIV
dan AIDS. Tanggung jawab tiap-tiap seksi dalam pelaksanaan program
P2-HIV dan AIDS yaitu:
1) Seksi GA – OHS dan HR
a) Membuat program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
di tempat kerja.
b) Memberikan penjelasan atau sosialisasi tentang HIV/AIDS,
cara penularan, pencegahan, dan kebijakan melalui pemberian
training kepada karyawan.
c) Melakukan rehabilitasi berupa rotasi pekerjaan kepada
karyawan dengan HIV/AIDS untuk mengurangi dampak resiko
kecelakaan dan penularan kepada karyawan lainnya.
d) Memberikan informasi tentang layanan pengobatan IMS serta
testing dan konseling sukarela HIV/AIDS melalui Dinas
Kesehatan dan pengobatan HIV/AIDS melalui rujukan rumah
sakit setempat.
e) Menyediakan alat pelindung diri bagi pekerja dengan
HIV/AIDS dan petugas P3K (seperti sarung tangan).
f) Melakukan rujukan kepada rumah sakit terkait kepada
karyawan yang kemungkinan tertular virus HIV untuk diberikan
PEP.
74
g) Melaporkan pelaksanaan program HIV/AIDS di tempat kerja
kepada instansi pemerintah.
2) Ka. Seksi General Affairs
a) Mengkoordinasikan pelaksanaan program HIV/AIDS di
perusahaan.
b) Memonitor, evaluasi, dan menjaga pelaksanaan program
HIV/AIDS di perusahaan.
3) Ka. Departemen Mill Service
a) Menetapkan kebijakan tentang perlindungan, pencegahan, dan
penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja dalam peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
b) Bertanggung jawab dan berkomitmen untuk melaksanakan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
c) Bertanggung jawab dan berkomitmen untuk tidak mensyaratkan
pemeriksaan kesehatan berupa tes HIV/AIDS baik bagi
kepentingan seleksi karyawan ataupun promosi.
d) Membuat tim penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.
4) Seksi-Seksi
a) Mendaftarkan karyawan yang belum mengikuti training dan
sosialisasi HIV/AIDS yang diadakan Unit OHS.
b) Seksi terkait mendukung proses mutasi atau rotasi karyawan di
seksinya sesuai rekomendasi dari Unit OHS.
5) Kepala Pabrik
a) Menyediakan dan mensupport pengembangan sumber daya dan
fasilitas kesehatan di perusahaan.
Tanggung jawab tiap-tiap seksi dalam pelaksanaan program P2-
HIV dan AIDS telah sesuai dengan yang tertera dalam prosedur. Adapun
tanggung jawab terhadap pekerja HIV/AIDS belum dilakukan karena di
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill belum memiliki
pekerja dengan HIV/AIDS.
c. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan merupakan upaya untuk menggerakkan orang-orang
agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara
75
bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif
(Sukwiaty dkk., 2009). Program P2-HIV dan AIDS telah dilaksanakan
dari tahun 2011 sampai sekarang. Pada tahun 2011 – 2013 program
berjalan meskipun belum memiliki prosedur dan kebijakan khusus P2-
HIV dan AIDS. OHS Unit terus berupaya untuk meningkatkan
pelaksanaan program tersebut hingga pada tahun 2013 perusahaan telah
memiliki kebijakan dan prosedur P2-HIV dan AIDS.
Program P2-HIV dan AIDS telah mendapatkan dukungan penuh
dari manajemen PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill.
Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa kendala yang turut
menghambat pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS. Kendala tersebut
diantaranya pekerja yang tidak mau atau takut mengikuti VCT, pekerja
yang tidak hadir saat sosialisasi HIV/AIDS, dsb. Meskipun demikian,
OHS Unit terus berupaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan program
P2-HIV dan AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill
agar pelaksanaan program dapat berjalan lebih baik lagi.
d. Pengawasan (Monitoring)
Pengawasan adalah proses pengumpulan dan analisis informasi
(berdasarkan indikator yang ditetapkan) secara sistematis dan kontinu
tentang kegiatan program sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi
untuk penyempurnaan program itu selanjutnya (Kemendikbud, 2013).
Pengawasan terhadap pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS dilakukan
pada kegiatan yang sedang dilaksanakan dengan cara memperoleh
informasi secara regular untuk mengetahui apakah kegiatan terlaksana
sesuai dengan rencana dan ketentuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengawasan dilakukan agar kendala dan dampak pelaksanaan program
dapat diketahui (Kemendikbud, 2013). Sesuai dengan
Kep.20/DJPPK/VI/2005 menyebutkan bahwa pengusaha secara reguler
harus melakukan monitoring dan evaluasi terhadap upaya pengendalian
yang telah dilakukan dan mengambil tindakan penyempurnaan apabila
diperlukan.
Pengawasan juga dilakukan oleh Disnaker Kota Tangerang Selatan
dan Provinsi Banten. Pengawasan dilakukan dengan melihat laporan
76
pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper
Tbk – Tangerang Mill yang disertakan dalam laporan P2K3. Pelaporan
program P2-HIV dan AIDS kepada Disnaker merupakan cara Disnaker
untuk memonitoring penyelenggaraan program P2-HIV dan AIDS di
tempat kerja. Monitoring atau pemantauan melalui pelaporan program
merupakan jenis pemantauan tidak langsung. Data dari pelaporan akan
dianalisa dan dievaluasi kemudian digunakan sebagai dasar untuk
menyusun program pengendalian. Disnaker akan memberikan masukan
dan arahan pengendalian jika terdapat kendala dalam pelaksanaan
program.
Pelaporan dilakukan setiap tiga bulan sekali (triwulan) kepada
Disnaker Kota Tangerang Selatan dan Provinsi Banten. Pada tahun 2015,
pelaporan kepada Dinas Kota Tangerang Selatan mengalami
keterlambatan satu kali. Pelaporan yang direncanakan pada bulan
Oktober – Desember tahun 2015 mengalami keterlambatan sehingga
program dilaporkan pada bulan Januari tahun 2016.
e. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan
pengungkapan masalah kinerja program untuk memberikan umpan balik
bagi peningkatan kualitas kinerja program (Kemendikbud, 2013).
Evaluasi dapat dilakukan untuk mengetahui komponen program mana
yang berhasil atau tidak berhasil serta sebagai cara untuk koreksi atau
perbaikan yang berguna untuk pengambilan keputusan dan menentukan
arah kebijakan program di masa mendatang.
Evaluasi terhadap kebijakan P2-HIV dan AIDS wajib dilakukan di
tempat kerja. Sesuai dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005 menyebutkan
bahwa pengusaha secara reguler harus melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap upaya pengendalian yang telah dilakukan dan
mengambil tindakan penyempurnaan apabila diperlukan.
Evaluasi terhadap kebijakan P2-HIV dan AIDS di PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill dilakukan dengan cara menyebarkan
kuesioner kepada pekerja. Kuesioner berisikan pertanyaan mengenai
tingkat pengetahuan, stigma dan diskriminasi, tingkat perubahan
77
perilaku, dan saran serta harapan pekerja terkait dengan program P2-HIV
dan AIDS di tempat kerja. Evaluasi kebijakan idealnya dilakukan untuk
mengetahui kekurangan dari pelaksanaan program selama satu tahun
sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan pada tahun berikutnya. Bila
dibandingkan dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005 dapat disimpulkan bahwa
poin-poin yang digunakan dalam evaluasi program masih belum sesuai.
Adapun poin evaluasi bila dibandingkan dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005
adalah sebagai berikut :
Tabel 3. 7 Perbandingan Evaluasi Program HIV/AIDS
Berdasarkan Kep.20/DJPPK/VI/2005
Poin-Poin Evaluasi Berdasarkan
Kep.20/DJPPK/VI/2005 Keterangan
Efektivitas kebijakan dan prosedur
di tempat kerja. Belum Dilaksanakan
Tingkat pemenuhan persyaratan dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Sudah Dilaksanakan
Ket :
Ketentuan perundang-undangan
HIV/AIDS sudah sesuai dan tertera
dalam prosedur P2-HIV dan AIDS.
Efektivitas program penyebarluasan
informasi dan program pendidikan.
Sudah Dilaksanakan
Ket :
Penyebaran kuesioner untuk
mengevaluasi :
Tingkat pengetahuan
Larangan stigma dan
diskriminasi
Tingkat perubahan perilaku
Saran dan harapan pekerja
terhadap program HIV/AIDS.
Sebab-sebab pemajanan terhadap
risiko HIV/AIDS.
Sudah Dilaksanakan
Ket :
78
Poin-Poin Evaluasi Berdasarkan
Kep.20/DJPPK/VI/2005 Keterangan
Dilakukan bersamaan dengan
program HIRARC (Hazard
Identification Risk Assessment Risk
Control)
Evaluasi terhadap kasus kejadian
yang berpotensi penularan
HIV/AIDS.
Belum Dilaksanakan
Ket :
Belum dilaksanakan karena belum
terdapat pekerja dengan HIV/AIDS.
Efektivitas penanganan tindak lanjut
setelah pemajanan.
Belum Dilaksanakan
Ket :
Belum dilaksanakan karena belum
terdapat pekerja dengan HIV/AIDS.
Berdasarkan tabel diketahui bahwa terdapat satu poin yang terdapat
dalam evaluasi program yang belum sesuai dengan
Kep.20/DJPPK/VI/2005. Poin yang belum dilakukan evaluasi pada tahun
2015 yaitu efektivitas kebijakan dan prosedur di tempat kerja.
Evaluasi kebijakan program P2-HIV dan AIDS tidak berjalan
sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya. Evaluasi
kebijakan mundur dari bulan Desember tahun 2015 menjadi bulan
Januari tahun 2016. Mundurnya evaluasi kebijakan dapat mengganggu
perencanaan dan pelaksanaan program di tahun 2016.
Penyebaran kuesioner dilakukan dengan target 150 pekerja yang
merupakan perwakilan dari tiap-tiap seksi. Jumlah 150 pekerja
ditentukan dengan menghitung 10% dari total pekerja di PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill. Penentuan jumlah pekerja yang
mengisi kuesioner tersebut tidak dilakukan berdasarkan kaidah
perhitungan besar sampel. Hal tersebut menyebabkan hasil kuesioner
tidak dapat digeneralisir dalam populasi. Pengambilan sampel dapat
dilakukan agar dengan jumlah pekerja yang lebih sedikit sudah dapat
menggambarkan populasi. Namun, keadaan di populasi akan benar –
79
benar tergambarkan jika sampel yang diambil representatif atau mewakili
populasi yang diteliti (Chandra, 2006).
3. Output
Komponen output meliputi tujuan atau hasil yang diperoleh dari
pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
– Tangerang Mill. Pelaksanaan suatu program tentunya memiliki tujuan atau
hasil yang ingin dicapai. Sebelum menjelaskan hasil pelaksanaan program,
terlebih dahulu dijelaskan hasil pelaksanaan kegiatan yang terdapat dalam
program.
a. Program Pencegahan
1) Sosialisasi Brosur dan Kebijakan HIV/AIDS kepada Pekerja
Pada tahun 2015, sosialisasi brosur dan kebijakan HIV/AIDS
telah dilaksanakan di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang
Mill. Tujuan sosialisasi brosur dan kebijakan HIV/AIDS adalah agar
seluruh pekerja mengetahui bahwa perusahaan memiliki brosur dan
kebijakan P2-HIV dan AIDS di tempat kerja. Namun, tujuan dari
pelaksanaan kegiatan tersebut tidak tercapai. Hal tersebut
dikarenakan belum semua pekerja mengikuti sosialisasi brosur dan
kebijakan, sehingga tidak seluruh pekerja mengetahui bahwa
perusahaan memiliki brosur dan kebijakan P2-HIV dan AIDS.
Pada tahun 2015, dari total 1.204 pekerja, hanya 154 (13%)
pekerja yang telah mengikuti kegiatan sosialisasi brosur dan
kebijakan HIV/AIDS, sedangkan jumlah pekerja yang tidak
mengikuti kegiatan sosialisasi brosur dan kebijakan HIV/AIDS
adalah 1050 (87%) pekerja. Hal ini juga didukung oleh hasil
penyebaran kuesioner evaluasi yang menyebutkan bahwa dari 127
orang yang diberikan kuesioner terdapat 14 (11%) pekerja yang
tidak mengetahui bahwa perusahaan memiliki kebijakan HIV/AIDS.
2) Sosialisasi HIV/AIDS kepada Pekerja
Sosialisasi HIV/AIDS telah dilaksanakan di PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill. Tujuan sosialisasi HIV/AIDS
kepada seluruh pekerja adalah untuk memberikan edukasi dan
80
pengetahuan kepada seluruh pekerja khususnya terkait materi
HIV/AIDS. Namun, tujuan dari pelaksanaan kegiatan tersebut tidak
tercapai. Hal tersebut dikarenakan belum semua pekerja mengikuti
sosialisasi HIV/AIDS, sehingga tidak seluruh pekerja mengetahui isi
materi HIV/AIDS.
Pada tahun 2015, dari total 1.204 pekerja, hanya 154 (13%)
pekerja yang telah mengikuti kegiatan sosialisasi brosur dan
kebijakan HIV/AIDS, sedangkan jumlah pekerja yang tidak
mengikuti kegiatan sosialisasi brosur dan kebijakan HIV/AIDS
adalah 1050 (87%) pekerja. Meskipun demikian, dari hasil
penyebaran kuesioner evaluasi menyebutkan bahwa dari 127 orang
yang diberikan kuesioner diketahui bahwa tingkat pengetahuan
pekerja terkait HIV/AIDS tergolong dalam kategori baik dengan
persentase sebesar 73%.
3) Sosialisasi HIV/AIDS kepada Pihak Eksternal
Pada tahun 2015, sosialisasi HIV/AIDS kepada pihak
eksternal telah dilaksanakan di Posbindu Merpati Kelurahan
Pakulonan dan Posbindu Merpati Kampung Margajaya. Tujuan
sosialisasi HIV/AIDS kepada pihak eksternal adalah untuk
memberikan edukasi dan pengetahuan kepada pihak eksternal
khususnya terkait materi HIV/AIDS. Namun, tidak dapat diketahui
apakah tujuan pelaksanaan kegiatan tercapai atau tidak. Hal ini
dikarenakan tidak dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan
kepada masyarakat.
4) Pembagian Brosur kepada Stake Holder
Brosur HIV/AIDS telah diberikan kepada stake holder PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill. Tujuan pemberian
brosur HIV/AIDS adalah agar stake holder mengetahui bahwa
perusahaan mempunyai brosur mengenai HIV/AIDS dan
mengetahui isi dari brosur HIV/AIDS tersebut. Tujuan pelaksanaan
kegiatan tersebut telah tercapai. Hal ini didukung dengan telah
dibagikannya brosur dan diberikan penjelasan kepada stake holder
tersebut.
81
5) Memfasilitasi Voluntary Counselling and Testing (VCT) kepada
Pekerja
Kegiatan VCT telah dilaksanakan sebanyak satu kali di PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill. Tujuan
dilaksanakannya kegiatan VCT kepada pekerja adalah untuk
memfasilitasi pekerja yang ingin mengetahui status HIV-nya dan
untuk melakukan skrining terhadap pekerja dengan HIV/AIDS.
Target pekerja yang mengikuti VCT adalah 150 pekerja. Namun,
pada tahun 2015 hanya 16 (11%) pekerja yang mengikuti VCT dan
sebanyak 134 (89%) pekerja tidak mengikuti VCT, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut belum
tercapai.
6) Memberikan Informasi tentang Layanan Pengobatan, Testing,
dan Konseling kepada Pekerja dengan HIV/AIDS
Kegiatan memberikan informasi tentang layanan pengobatan
serta testing dan konseling kepada pekerja dengan HIV/AIDS pada
tahun 2015 belum dilaksanakan, sehingga tidak dapat diukur
pencapaiannya.
7) Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi Pekerja dengan
HIV/AIDS
Kegiatan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi
pekerja dengan HIV/AIDS pada tahun 2015 belum dilaksanakan,
sehingga tidak dapat diukur pencapaiannya.
8) Melakukan Rotasi Pekerjaan bagi Pekerja dengan HIV/AIDS
Kegiatan rotasi pekerjaan bagi pekerja dengan HIV/AIDS
pada tahun 2015 belum dilaksanakan, sehingga tidak dapat diukur
pencapaiannya.
Program P2-HIV dan AIDS di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill memiliki tujuan utama untuk mencegah penularan HIV dan
menanggulangi dampak negatif HIV/AIDS di tempat kerja. Tujuan tersebut
telah sesuai dengan KEP.68/MEN/IV/2004 yang menyebutkan bahwa P2-
82
HIV dan AIDS merupakan upaya yang bertujuan untuk mencegah dan
menanggulangi dampak negatif HIV/AIDS.
Seperti yang telah diketahui bahwa HIV/AIDS memiliki dampak yang
begitu besar terhadap sektor industri. Dampak yang ditimbulkan diantaranya
meliputi dampak bagi kesehatan, sosial, dan ekonomi. Industri merupakan
sektor yang sangat penting dikarenakan HIV/AIDS akan sangat berdampak
pada kaum perempuan dan populasi dewasa usia kerja dimana kebanyakan
dari kelompok tersebut berada di dunia kerja.
Tujuan program yang telah terlaksana adalah mencegah pekerja
terkena HIV dan AIDS. Hal tersebut dapat dilihat dari data yang dimiliki PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill yang menyatakan bahwa
sampai dengan tahun 2015 diketahui belum ada pekerja dengan HIV/AIDS.
Tujuan program untuk menanggulangi pekerja dengan HIV/AIDS belum
terlaksana dikarenakan belum ada pekerja yang diketahui positif HIV/AIDS.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill berkomitmen untuk terus
meningkatkan dan mengoptimalkan pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS
agar dapat terus melindungi pekerja dari bahaya penularan maupun dampak
negatif yang ditimbulkan HIV/AIDS di tempat kerja.
C. Gambaran Aspek Budaya
Budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari
buddhi (budi atau akal) (Noorkasiani dkk., 2009). Budaya adalah nilai – nilai,
sikap kepercayaan, dan perilaku yang dipunyai sekelompok orang atau organisasi
(Heni, 2011). Dengan kata lain, budaya terbentuk atas pemahaman dan nilai – nilai
yang dianut bersama oleh sekelompok orang atau organisasi. Nilai – nilai atau
pemahaman bersama yang dianut akan mengakar menjadi budaya yang akan
mempengaruhi seseorang untuk bertindak.
Dalam konteks keselamatan dan kesehatan kerja, konsep budaya juga
dikenal dengan istilah budaya sehat dan selamat (safety and health culture).
Budaya sehat dan selamat menggambarkan suatu perilaku yang mencerminkan
perilaku aman dan sehat oleh setiap anggotanya. Kondisi tersebut dapat tercapai
apabila setiap pekerja berperilaku kerja yang menghindarkan diri mereka dari
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Oleh karena itu, setiap usaha kesehatan dan
83
keselamatan kerja tidak lain merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka
mencegah dan menanggulangi kecelakaan kerja (Rahman, 2014). Budaya
keselamatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budaya organisasi.
Budaya keselamatan diciptakan oleh seluruh elemen organisasi mulai dari level
pengambil kebijakan, manajer, hingga level pekerja.
Di dunia kerja, aspek budaya dalam pelaksanaan program menggambarkan
suatu pemahaman, sikap, atau nilai-nilai bersama yang dipahami oleh pekerja
dalam pelaksanaan suatu program di tempat kerja. Salah satu program dalam
konteks keselamatan dan kesehatan kerja yaitu program kesehatan kerja. Program
kesehatan kerja menunjukkan kondisi pekerja yang bebas dari gangguan fisik,
mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja (Rahman,
2014).
Salah satu program kesehatan yang rutin dijalankan di PT. Indah Kiat Pulp
& Paper Tbk – Tangerang Mill adalah program Pencegahan dan Penanggulangan
HIV dan AIDS (P2-HIV dan AIDS). Menurut Kepmenakertrans Nomor
Kep.68/MEN/IV/2004, pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS adalah
upaya yang dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan menanggulangi
dampak negatif HIV/AIDS. Mempelajari aspek budaya terhadap pelaksanaan
program P2-HIV dan AIDS dapat membantu dalam memahami karakteristik
pekerja dan lingkungan kerja yang dapat mendukung pelaksanaan program.
Menurut Geller (2001) dalam teori yang disebut dengan “The Safety Triad”,
budaya aman dipengaruhi oleh tiga domain utama yang saling berhubungan satu
sama lain. Tiga domain utama tersebut terdiri dari faktor lingkungan
(environment), manusia (person), dan perilaku (behaviour). Adapun penjelasan
dari ketiga faktor tersebut yaitu sebagai berikut (Geller, 2001) :
1. Faktor lingkungan (environment), meliputi peralatan, perlengkapan, mesin,
penempatan fisik, prosedur, standar, dan temperatur.
2. Faktor manusia (person), meliputi sikap, pengetahuan, kemampuan,
keyakinan, dan kepribadian pekerja.
3. Faktor perilaku (behaviour), meliputi persetujuan, pelatihan, pengenalan,
komunikasi, kepedulian, dan praktek kerja yang aman dan praktek di tempat
kerja yang berisiko.
84
Sumber : Geller, (2001)
Gambar 3. 2 Konsep The Safety Triad
Aspek budaya dalam program P2-HIV dan AIDS akan digambarkan melalui
faktor-faktor dalam teori the safety triad yang saling berkaitan dan berkontribusi
dalam pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS. Gambaran aspek budaya tersebut
dapat menjadi sumber informasi bagi identifikasi masalah, prioritas masalah atau
bahkan rekomendasi yang dapat berguna untuk pelaksanaan program P2-HIV dan
AIDS agar dapat terlaksana dengan lebih optimal.
1. Faktor Lingkungan (Environment)
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill terletak di
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Hingga tahun 2015, diketahui bahwa
Provinsi Banten masuk ke dalam 15 provinsi dengan kasus HIV/AIDS
terbanyak. Selain itu, Kabupaten Tangerang berada di posisi kedua dengan
jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS terbanyak di Provinsi Banten. Hal
tersebut menyebabkan perusahaan berada dilokasi yang rentan terhadap
penularan HIV.
Behaviour
Person Environment
Safety
Culture
85
Sumber : Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Banten, 2016
Gambar 3. 3 Jumlah Kumulatif Kasus HIV/AIDS di Provinsi Banten
s.d. Bulan September Tahun 2015
Demi mendukung terciptanya lingkungan kerja yang kondusif, PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill telah membuat kebijakan dan
prosedur P2-HIV AIDS. Tujuan dibuatnya kebijakan khusus P2-HIV dan
AIDS di tempat kerja adalah sebagai salah satu pengembangan langsung
komitmen PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill untuk menjaga
lingkungan kerja yang sehat dengan melindungi kesehatan fisik dan
emosional serta kesejahteraan semua pekerja di tempat kerja. Tujuan
dibuatnya prosedur P2-HIV dan AIDS adalah :
a. Perusahaan memiliki prosedur yang menjelaskan langkah-langkah
pencegahan HIV/AIDS di tempat kerja.
b. Memutuskan rantai penularan HIV/AIDS di tempat kerja.
c. Meningkatkan kesadaran karyawan dengan HIV/AIDS akan pentingnya
theraphy untuk menunjang aktivitas kerja dan kekebalan tubuh.
d. Karyawan mampu menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan
Kerja khusus untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di
tempat kerja.
86
Adanya kebijakan dan prosedur khusus P2-HIV dan AIDS diharapkan
dapat mendukung pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS di PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill.
2. Faktor Manusia (Person)
Setiap satu tahun sekali akan dilakukan penyebaran kuesioner untuk
mengukur tingkat pengetahuan pekerja terkait HIV/AIDS. Pada bulan Januari
tahun 2016 dilakukan penyebaran kuesioner pada 127 pekerja untuk
mengevaluasi program P2-HIV dan AIDS pada tahun 2015. Kuesioner
tersebut berisi pertanyaan seputar pengetahuan terkait HIV/AIDS, sikap
larangan stigma dan diskriminasi, dan perubahan perilaku pekerja terkait
HIV/AIDS di tempat kerja.
Grafik 3. 4 Pengetahuan, Sikap Larangan Stigma dan Diskriminasi,
dan Perubahan Perilaku Pekerja Terkait HIV/AIDS di PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun 2015
Sumber : Data Primer, 2016
Berdasarkan grafik diketahui bahwa pengetahuan pekerja mengenai
HIV/AIDS tergolong dalam kategori baik dengan persentase sebesar 73%,
sikap larangan stigma dan diskriminasi pada pekerja dengan HIV/AIDS
tergolong ke dalam kategori cukup dengan persentase sebesar 62%, dan
73%62%
80%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Pengetahuan
HIV/AIDS
Sikap Larangan
Stigma dan
Diskriminasi
Perubahan Perilaku
87
tingkat perubahan perilaku pekerja terkait HIV/AIDS tergolong dalam
kategori baik dengan persentase sebesar 80%.
Pertanyaan untuk mengukur tingkat pengetahuan pekerja yaitu terdiri
dari pertanyaan mengenai kebijakan, prosedur, tim, VCT, cara penularan,
faktor risiko, obat, riwayat alamiah penyakit, dan gejala HIV/AIDS. Dari tiga
poin yang di evaluasi, diketahui pada sikap larangan stigma dan diskriminasi
pada pekerja dengan HIV/AIDS masih tergolong ke dalam kategori cukup
dengan persentase sebesar 62%. Masih cukup tingginya sikap stigma dan
diskriminasi pekerja terhadap pekerja dengan HIV dan AIDS. Hal tersebut
bertentangan dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005 yang melarang segala bentuk
stigma dan diskriminasi terhadap pekerja dengan HIV/AIDS.
Stigma merupakan bentuk prasangka (prejudice) yang mendiskreditkan
atau menolak seseorang atau kelompok karena mereka dianggap berbeda
dengan diri kita atau kebanyakan orang (Ardhiyanti dkk., 2015). Kemudian
diskriminasi adalah suatu aksi atau tindakan terhadap prasangka (Ardhiyanti
dkk., 2015). Melihat hasil dari penyebaran kuesioner tersebut, pengusaha
harus melakukan upaya untuk meniadakan stigma dan diskriminasi terhadap
pekerja dengan HIV/AIDS. Tindakan disiplin dapat diberikan jika terdapat
pengusaha atau pekerja lain yang melakukan stigma dan diskriminasi dalam
bentuk apapun terhadap pekerja dengan HIV/AIDS, karena hal tersebut telah
melanggar hak asasi pekerja dengan HIV/AIDS.
Pekerja dengan HIV/AIDS berhak untuk terus bekerja selama mereka
mampu bekerja dan tidak menimbulkan bahaya terhadap diri sendiri, pekerja
lainnya, dan orang lain di tempat kerja. Identitas pekerja dengan HIV/AIDS
harus dijaga kerahasiaannya, namun pekerja/buruh dapat didorong untuk
menginformasikan kepada pengusaha terhadap status HIV mereka jika
pekerjaan yang akan dilakukan menimbulkan potensi risiko terhadap
penularan HIV.
Segala mitos dan persepsi negatif serta stigmatisasi dan diskriminasi
membuat pekerja dengan HIV/AIDS mendapat perlakukan buruk di tempat
kerja. Untuk mencegah hal tersebut, PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk –
Tangerang Mill memiliki tagline “Jauhi Virusnya Bukan Orangnya”. Tagline
tersebut bertujuan untuk menciptakan budaya anti stigma dan diskriminasi
88
terhadap pekerja dengan HIV/AIDS. Tagline tersebut selalu ditekankan
ketika sosialisasi dan tertera dalam brosur P2-HIV dan AIDS dengan tujuan
untuk membentuk pola pikir pekerja agar tidak membedakan perlakuan
secara sosial terhadap pekerja dengan HIV/AIDS.
Selain itu, dengan adanya tagline tersebut juga diharapkan agar
nantinya pekerja tidak menjauhi atau bahkan memperlakukan pekerja dengan
HIV/AIDS secara negatif, melainkan turut memberikan dukungan positif agar
pekerja dengan HIV/AIDS tetap dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari
tanpa merasa takut. Pekerja juga diharapkan dapat memberikan dukungan
kepada pekerja dengan HIV/AIDS agar dapat bekerja sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan menghindarkan dirinya dari kemungkinan-
kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya sendiri dan pekerja lainnya.
Selain kuesioner evaluasi program P2-HIV dan AIDS, juga dilakukan
penyebaran kuesioner untuk mengetahui perilaku berisiko yang dimiliki oleh
pekerja. Penyebaran kuesioner dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan sosialisasi HIV/AIDS dan VCT. Adapun hasil dari penyebaran
kuesioner tersebut ditampilkan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 3. 8 Perilaku Berisiko Pekerja terhadap HIV/AIDS di PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun 2015
No Item yang Ditanya Jawaban Total
Jawaban Persentase
1
Apakah Anda pernah terlibat dalam
penyalahgunaan Napza (Narkotika,
Psikotropika, Zat Adiktif) ?
1. Pernah 18 24%
2. Tidak
Pernah 56 76%
Total 100%
2
Selain pasangan tetap (istri atau suami),
apakah Anda pernah mempunyai
pasangan tidak tetap, seperti pacar,
selingkuhan, atau teman kencan
semalam ?
1. Pernah 49 66%
2. Tidak
Pernah 25 34%
Total 100%
3 1. Pernah 6 8%
89
No Item yang Ditanya Jawaban Total
Jawaban Persentase
Apakah Anda pernah melakukan
hubungan seksual baik dengan pacar
ataupun teman kencan semalam ?
2. Tidak
Pernah 68 92%
Total 100%
4
Apakah Anda pernah berhubungan
seks dengan pekerja seks baik wanita
atau pria ?
1. Pernah 5 7%
2. Tidak
Pernah 69 93%
Total 100%
5 Apakah Anda menggunakan kondom
ketika berhubungan seks ?
1. Selalu 11 15%
2. Kadang –
kadang 23 31%
3. Tidak
Pernah 30 41%
Total 86%
6
Berapa orang yang pernah
berhubungan seks dengan Anda ?
Hitunglah semua, apakah pacar,
selingkuhan, teman kencan atau
pekerja seks?
1. 1 orang 19 26%
2. Lebih dari
1 orang 21 28%
3. Tidak Ada 34 46%
Total 100%
7
Apakah Anda pernah mengenal /
mempunyai teman yang berperilaku
beresiko HIV ? Jika Ya, berapa orang ?
1. 1 orang 3 4%
2. Lebih dari
1 orang 3 4%
3. Tidak Ada 68 92%
Total 100%
8
Berapa persen (%) Anda meyakini
bahwa Anda adalah SATU –
SATUNYA orang yang pernah
berhubugan seks dengan pasangan
Anda ?
1. 100% 45 61%
2. 50% 6 8%
3. 10% 23 31%
Total 100%
9 1. Yakin 40 54%
90
No Item yang Ditanya Jawaban Total
Jawaban Persentase
Apakah Anda yakin 100% bahwa Anda
dan atau pasangan Anda bebas HIV ?
2. Ragu –
ragu 25 34%
3. Tidak
Yakin 9 12%
Total 100%
10 Menurut Anda, apakah Anda dan atau
pasangan perlu melakukan test HIV ?
1. Ya. 66 89%
2. Tidak 8 11%
Total 100%
Sumber : Data Evaluasi Program P2-HIV dan AIDS PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun 2015
Berdasarkan tabel diketahui bahwa (1) sebanyak 18 (24%) pekerja
pernah terlibat dalam penyalahgunaan Napza (Narkotika, Psikotropika, Zat
Adiktif); (2) sebanyak 49 (66%) pekerja pernah mempunyai pasangan tidak
tetap, seperti pacar, selingkuhan, atau teman kencan semalam; (3) sebanyak
6 (8%) pekerja pernah melakukan hubungan seksual baik dengan pacar
ataupun teman kencan semalam; (4) sebanyak 5 (7%) pekerja pernah
berhubungan seks dengan pekerja seks baik wanita atau pria; (5) sebanyak 30
(41%) pekerja tidak menggunakan kondom ketika berhubungan seks; (6)
sebanyak 21 (28%) pekerja pernah berhubungan seks dengan lebih dari satu
orang (pacar, selingkuhan, teman kencan atau pekerja seks); (7) sebanyak 3
(4%) pekerja mengenal / mempunyai teman yang berperilaku beresiko HIV;
(8) sebanyak 23 (31%) pekerja meyakini 10% bahwa dirinya merupakan satu-
satunya orang yang pernah berhubugan seks dengan pasangannya; (9)
sebanyak 9 (12%) pekerja tidak yakin dan 25 (34%) pekerja ragu-ragu bahwa
dirinya dan pasangannya bebas HIV; dan (10) sebanyak 8 (11%) pekerja
merasa tidak perlu melakukan tes HIV.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa pekerja di PT. Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk – Tangerang Mill memiliki faktor risiko untuk tertular HIV.
Selaras dengan penelitian-penelitian yang menyebutkan bahwa populasi
91
berisiko tinggi HIV/AIDS adalah pengguna napza suntik (penasun), wanita
pekerja seks (WPS), LSL (Laki-laki suka seks dengan laki-laki), dan waria
(Anggarini, 2014). Risiko penularan tidak hanya terbatas pada pekerja yang
berperilaku berisiko tersebut, melainkan juga pada pasangannya atau bahkan
anaknya. Tanpa upaya khusus, maka akan terjadi penularan HIV kepada anak
dan ibunya, dimana para ibu dapat tertular oleh suaminya.
3. Faktor Perilaku (Behaviour)
Salah satu kegiatan dalam program P2-HIV dan AIDS di PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill adalah kegiatan sosialisasi brosur,
kebijakan, prosedur, dan materi terkait HIV/AIDS sebagai metode untuk
memberikan pelatihan atau edukasi bagi pekerja. Selain memberikan edukasi,
juga dilaksanakan konsultasi bagi pekerja sebagai cara pekerja untuk dapat
mengkomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan HIV/AIDS di tempat
kerja. Kegiatan konsultasi dilakukan di klinik pengobatan PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill dengan waktu tentatif sesuai dengan
kebutuhan pekerja. Kegiatan konsultasi terhadap pekerja dengan HIV/AIDS
belum dilakukan karena di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang
Mill belum terdapat pekerja dengan HIV/AIDS. Mekipun demikian, kegiatan
konsultasi tetap dilaksanakan pada pekerja yang ingin menanyakan hal-hal
terkait HIV/AIDS seperti riwayatnya yang pernah berperilaku berisiko
terhadap penularan HIV, tes HIV, cara pencegahan, obat, dsb.
Upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki budaya keselamatan
dapat dilakukan dengan memperbaiki faktor orang, lingkungan, atau
perilakunya maupun kombinasi ketiganya (Widoretno, 2012). Untuk
meningkatkan dan memperbaiki budaya keselamatan, PT. Indah Kiat Pulp &
Paper Tbk – Tangerang Mill melakukan pendekatan berbasis orang (person
based approach) dengan melaksanakan sosialisasi kebijakan, brosur,
prosedur dan materi terkait HIV/AIDS pada pekerja. Pendekatan berbasis
orang (person based approach) dilakukan dengan melakukan pelatihan,
pendidikan, dan konsultasi (Widoretno, 2012).
92
D. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil analisis situasi yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat
beberapa permasalahan baik pada perencanaan maupun pelaksanaan program
pada tahun 2015. Dari identifikasi masalah yang ada didapatkan masalah dalam
pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill yaitu sebagai berikut :
1. Isi kebijakan, prosedur, materi sosialisasi, dan kuesioner evaluasi belum
sesuai dengan ketentuan.
Dalam Kep.20/DJPPK/VI/2005 telah diatur standar isi kebijakan,
prosedur, dan materi sosialisasi HIV/AIDS di tempat kerja. Terdapat satu
poin kebijakan belum sesuai. Pada kebijakan perusahaan poin nomor 3 yang
berbunyi “Perusahaan tidak mensyaratkan pemeriksaan kesehatan berupa
tes HIV/AIDS baik bagi kepentingan seleksi karyawan maupun promosi”
kurang menyebutkan komitmen pelarangan tes HIV/AIDS sebagai bagian
dari kesempatan mendapatkan pendidikan dan kelangsungan status kerja.
Kemudian, isi prosedur P2-HIV dan AIDS masih bersifat umum dan kurang
terperinci. Prosedur P2-HIV dan AIDS setidaknya berisikan :
a. Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian.
b. Pengawasan terhadap infeksi di tempat kerja.
c. Program gawat darurat dan pertolongan pertama.
Pada materi sosialisasi HIV/AIDS terdapat 5 poin materi yang belum
terdapat di dalam materi sosialisasi, yaitu :
a. Infeksi Menular Seksual (IMS) sebagai salah satu faktor risiko terinfeksi
HIV/AIDS.
b. Layanan pengobatan IMS.
c. Testing dan konseling HIV/AIDS.
d. Pengobatan melalui rujukan rumah sakit.
e. Peraturan perundang-undangan dan kaidah ILO yang berkaitan dengan
program HIV/AIDS di tempat kerja.
Kuesioner evaluasi belum sesuai dengan Kep.20/DJPPK/VI/2005.
Terdapat satu poin yang terdapat dalam evaluasi program yang belum sesuai.
Adapun poin evaluasi yang belum terdapat dalam kuesioner yaitu efektivitas
kebijakan dan prosedur di tempat kerja.
93
2. Tidak dilakukan perhitungan besar sampel dalam penentuan target
pengisian kusioner evaluasi kebijakan P2-HIV dan AIDS.
Jumlah pekerja yang ditentukan untuk mengisi kuesioner evaluasi
program tidak berdasarkan indikator tertentu. Jumlah 150 karyawan diambil
dari 10% jumlah pekerja. Selain itu, penyebaran kuesioner tidak tersebar
merata pada masing-masing seksi yang ada. Hal tersebut menyebabkan hasil
analisis kuesioner tidak representatif atau tidak menggambarkan keadaan
pekerja yang sebenarnya.
Penentuan jumlah pekerja dengan perhitungan besar sampel sangat
penting dilakukan agar tujuan penyebaran kuesioner untuk mengevaluasi
program dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Selain itu, jika hasil
analisis kuesioner representatif, maka akan sangat berguna untuk
memperbaiki pelaksanaan program di waktu mendatang.
3. Pencapaian sasaran kegiatan sosialisasi brosur, kebijakan, dan materi
HIV/AIDS kepada pekerja tidak mencapai target.
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi brosur, kebijakan, dan materi
HIV/AIDS dilakukan secara bersamaan, sehingga jumlah pekerja yang
mengikuti kegiatan tersebut sama. Jumlah sasaran kegiatan sosialisasi brosur,
kebijakan dan materi HIV/AIDS adalah seluruh pekerja. Namun, pada tahun
2015 jumlah pekerja yang mengikuti kegiatan tersebut tidak mencapai terget.
Dari total 1.204 pekerja yang ada di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
– Tangerang Mill, hanya sebanyak 154 pekerja yang mengikuti kegiatan
sosialisasi HIV/AIDS pada tahun 2015. Tidak tercapainya target sosialisasi
tersebut menyebabkan tidak tersampaikannya informasi kepada pekerja.
Selain itu, dengan tidak tercapainya target sosialisasi dapat menyebabkan
output pelaksanaan program tidak dapat tercapai karena minimnya
pengetahuan pekerja terkait upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja.
4. Pencapaian sasaran kegiatan VCT kepada pekerja tidak mencapai
target.
Target pekerja yang mengikuti kegiatan VCT adalah 150 pekerja.
Namun, pada tahun 2015 jumlah pekerja yang mengikuti kegiatan VCT
adalah hanya sebanyak 16 pekerja. VCT sangat penting untuk dilaksanakan
94
kepada pekerja. VCT merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan
sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS berkelanjutan.
Status HIV pekerja yang diketahui dengan segera dapat mempermudah
perusahaan untuk mencegah meluasnya permasalahan HIV/AIDS di tempat
kerja.
5. Tidak ditentukannya sasaran kegiatan sosialisasi HIV/AIDS kepada
pihak eksternal pada perencanaan kegiatan.
Selain kepada pekerja, kegiatan sosialisasi juga dilaksanakan kepada
pihak eksternal. Namun, pada perencanaan kegiatan sosialisasi HIV/AIDS
kepada pihak eksternal tidak ditentukan siapa saja yang akan menjadi target
dalam kegiatan. Hal tersebut membuat pelaksanaan kegiatan sosialisasi
HIV/AIDS kepada pihak eksternal tidak memiliki target sasaran yang jelas.
Perencanaan yang baik membutuhkan target sasaran kegiatan yang jelas agar
dapat menyesesuaikan metode, lokasi, waktu, dana, pelaksana, sarana, dan
prasarana yang tepat dan sesuai bagi target sasaran yang telah ditentukan.
Dengan demikian, tujuan pelaksanaan program dapat tercapai dengan efektif
dan efisien.
6. Waktu pelaksanaan pelaporan program kepada Disnaker Kota Tangsel
tidak sesuai dengan perencanaan.
Pelaporan dilakukan setiap tiga bulan sekali (triwulan) kepada dua
Disnaker, yaitu Disnaker Kota Tangerang Selatan dan Disnaker Provinsi
Banten. Pada tahun 2015, pelaporan kepada Dinas Kota Tangerang Selatan
mengalami keterlambatan satu kali. Pelaporan yang direncanakan pada bulan
Oktober – Desember mengalami keterlambatan sehingga program dilaporkan
pada bulan Januari tahun 2016. Pelaporan progam sangat penting
dilaksanakan untuk mendapatkan masukan dan arahan terkait dengan
hambatan dalam pelaksanaan program di tempat kerja. Pelaporan program
juga merupakan cara Disnaker untuk memonitoring penyelenggaraan
program. Setelah laporan dianalisa dan dievaluasi kemudian digunakan
sebagai dasar untuk menyusun program pengendalian.
95
7. Waktu pelaksanaan kegiatan sosialisasi brosur, kebijakan, dan materi
HIV/AIDS tidak sesuai dengan perencanaan.
Pada tahun 2015, kegiatan sosialisasi HIV/AIDS direncanakan
terlaksana setiap bulan. Namun, pada pelaksanaanya, kegiatan sosialisasi
sempat tidak terlaksana pada bulan Juni dan Oktober. Kegiatan sosialisasi
penting untuk dilaksanakan. Kebijakan harus dikomunikasikan baik dengan
penyebarluasan informasi, maupun menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan. Waktu pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan perencanaan
tersebut membuat pencapaian sasaran menjadi kurang optimal.
8. Waktu pelaksanaan kegiatan VCT kepada pekerja tidak sesuai dengan
perencanaan.
Pada tahun 2015, kegiatan VCT direncanakan terlaksana tiga kali
dalam setahun yaitu pada bulan Maret, Juli, dan November. Namun, pada
pelaksanaanya, kegiatan VCT hanya dilaksanakan satu kali pada bulan Maret,
tepatnya pada tanggal 23 Maret 2015. VCT sangat penting untuk
dilaksanakan karena merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan
sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS berkelanjutan.
Waktu pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan perencanaan tersebut
membuat pencapaian sasaran menjadi kurang optimal.
9. Waktu pelaksanaan kegiatan sosialisasi HIV/AIDS kepada pihak
eksternal tidak sesuai dengan perencanaan.
Pada tahun 2015, kegiatan sosialisasi HIV/AIDS kepada pihak
eksternal direncanakan terlaksana empat kali dalam setahun yaitu pada bulan
Maret, Juni, September, dan Desember. Namun, pada pelaksanaanya,
kegiatan sosialisasi HIV/AIDS hanya dilaksanakan satu kali pada bulan
November tepatnya pada 27 November 2015. Hal ini menyebabkan tujuan
perusahaan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat umum tidak
tersebar secara luas. Selain itu, tujuan untuk menciptakan lingkungan
kondusif terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS pada
masyarakat sekitar perusahaan menjadi tidak tercapai. Waktu pelaksanaan
kegiatan yang tidak sesuai dengan perencanaan tersebut juga membuat
pencapaian sasaran menjadi kurang optimal.
96
10. Waktu pelaksanaan evaluasi kebijakan tidak sesuai dengan
perencanaan.
Pada tahun 2015, kegiatan evaluasi kebijakan direncanakan terlaksana
pada bulan Desember. Namun, pada pelaksanaanya, kegiatan evaluasi
kebijakan terlaksana pada bulan Januari tahun 2016. Evaluasi kegiatan sangat
penting untuk dilaksanakan tepat waktu. Hal ini dikarenakan evaluasi
dilakukan untuk mengetahui kekurangan dari pelaksanaan program sehingga
dapat dilakukan upaya perbaikan pada tahun berikutnya.selain itu, dengan
terlambatnya pelaksanaan evaluasi program, maka perencanaan program
pada tahun mendatang juga akan mengalami keterlambatan.
E. Prioritas Masalah
Setelah diketahui permasalahan dalam pelaksanaan program, dilakukan
skoring untuk menentukan prioritas masalah. Metode yang digunakan dalam
menentukan prioritas masalah yaitu metode skoring dengan metode Bryant.
Metode Bryant dipilih karena kriteria yang ada pada metode Bryant dianggap
lebih mudah dipahami serta sesuai untuk menilai permasalahan yang ada.
Metode Bryant dilakukan dalam dua tahap, yaitu pemberian skoring (1 =
paling minimal, sampai 5 = paling maksimal) oleh masing-masing tim penilai
berdasarkan beberapa kriteria dan dilanjutkan dengan menjumlahkan skor.
Kemudian nilai yang tertinggi merupakan masalah urutan pertama, urutan
selanjutnya disesuaikan dengan besarnya nilai prioritas masalah. Kriteria yang
digunakan dalam penilaian metode Bryant adalah sebagai berikut (Khulaila dkk.,
2012) :
1. P (Prevalence) atau Besar Masalah
Menggambarkan jumlah atau banyaknya kelompok pekerja yang
terkena dampak/masalah. Semakin besar masalah yang ditimbulkan, maka
semakin tinggi skor yang diberikan.
2. S (Seriousness) atau Keseriusan / Kegawatan Masalah
Menggambarkan keseriusan/ kegawatan masalah untuk segera
ditanggulangi. Semakin serius/gawat masalah, maka semakin tinggi skor
yang diberikan.
97
3. C (Community Concern) atau Perhatian / Kepentingan Pekerja dan
Manajemen
Menggambarkan perhatian atau kepentingan pekerja dan manajemen
terhadap masalah tersebut. Semakin tinggi tingkat kepentingannya semakin
tinggi skor yang diberikan.
4. M (Manageability) atau Ketersediaan Sumber Daya (Tenaga, Dana,
Sarana, dan Metode / Cara)
Menggambarkan ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan untuk
mengatasi masalah. Semakin tersedia sumber dayanya, semakin tinggi skor
yang diberikan.
Berikut ini merupakan kriteria skor penilaian dalam metode Bryant yang
digunakan untuk menentukan prioritas masalah program P2-HIV dan AIDS :
Tabel 3. 9 Skor Penilaian dalam Metode Bryant
Skor Deskripsi
1. Prevalence (Besar Masalah)
1 Sangat rendah. Masalah menimbulkan dampak yang sangat rendah bagi
pelaksanaan program.
2 Rendah. Masalah membuat pelaksanaan program sedikit terganggu.
3 Cukup tinggi. Masalah membuat pelaksanaan program cukup terganggu.
4 Tinggi. Masalah menghambat pelaksanaan program.
5 Sangat tinggi. Masalah membuat program tidak dapat dilaksanakan.
2. Seriousness (Keseriusan / Kegawatan Masalah)
1 Tidak Gawat. Masalah Tidak menimbulkan masalah yang berarti.
2 Agak Gawat. Sedikit menimbulkan masalah bagi pekerja dan manajemen.
3 Cukup Gawat. Masalah cukup menimbulkan masalah bagi pekerja dan
manajemen.
4 Gawat. Masalah menimbulkan masalah serius bagi pekerja dan manajemen.
5 Sangat Gawat. Masalah menimbulkan masalah yang sangat serius bagi pekerja
dan manajemen.
3. Community Concern (Perhatian / Kepentingan Pekerja dan Manajemen)
98
Skor Deskripsi
1 Tidak Peduli. Tidak merugikan pekerja dan manajemen, sehingga tidak perlu
dicari penyelesaian segera.
2 Kurang Peduli. Cukup merugikan pekerja dan manajemen, namun tidak
membutuhkan penyelesaian dengan segera.
3 Cukup Peduli. Masalah cukup merugikan pekerja dan manajemen, sehingga
perlu untuk diatasi dengan segera (hitungan bulan / satu tahun).
4 Peduli. Masalah merugikan pekerja dan manajemen, sehingga perlu untuk diatasi
dengan segera (hitungan minggu / bulan).
5 Sangat Peduli. Masalah merugikan pekerja dan manajemen, sehingga perlu untuk
diatasi dengan segera (hitungan hari).
4. Manageability (Ketersediaan Sumber Daya (Tenaga, Dana, Sarana, dan
Metode / Cara)
1 Tidak Mudah. Penanggulangan masalah tidak memungkinkan untuk dilakukan
oleh pekerja dan manajemen. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
masalah sangat tinggi.
2 Agak Mudah. Penanggulangan masalah mungkin dilakukan oleh pekerja dan
manajemen namun sulit. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah
tinggi.
3 Cukup Mudah. Penanggulangan masalah cukup memungkinkan untuk dilakukan
oleh pekerja dan manajemen. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
masalah cukup tinggi.
4 Mudah. Penanggulangan masalah sangat memungkinkan untuk dilaksanakan
oleh pekerja dan manajemen. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
masalah cukup rendah.
5 Sangat Mudah. Penanggulangan masalah mudah dilaksanakan oleh pekerja dan
manajemen. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah rendah.
Prioritas masalah diperoleh berdasarkan hasil diskusi dan pengisian form
skoring dengan Occupational Health Officer selaku pemegang program P2-HIV
dan AIDS. Berdasarkan pengelompokkan skor penilaian pada masing-masing
permasalahan yang ada, maka didapatkan total skor sebagai berikut :
99
Tabel 3. 10 Penentuan Prioritas Masalah Program P2-HIV dan AIDS di PT.
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill Tahun 2015
No Masalah P S C M
Diisi oleh
Mahasiswa
Total Peringkat
1
Isi kebijakan, prosedur, materi
sosialisasi, dan kuesioner evaluasi
belum sesuai dengan ketentuan.
5 4 4 3 240 4
2
Tidak dilakukan perhitungan besar
sampel dalam penentuan target
pengisian kusioner evaluasi kebijakan
P2-HIV dan AIDS.
5 3 3 4 180 5
3
Pencapaian sasaran kegiatan
sosialisasi brosur, kebijakan, dan
materi HIV/AIDS kepada pekerja
tidak mencapai target.
5 4 5 4 400 2
4 Pencapaian sasaran kegiatan VCT
kepada pekerja tidak mencapai target. 5 5 5 4 500 1
5
Tidak ditentukannya sasaran kegiatan
sosialisasi HIV/AIDS kepada pihak
eksternal pada perencanaan kegiatan.
2 2 2 2 16 10
6
Waktu pelaksanaan kegiatan
pelaporan program kepada Disnaker
Kota Tangsel tidak sesuai dengan
perencanaan.
2 3 2 3 36 9
7
Waktu pelaksanaan kegiatan
sosialisasi brosur, kebijakan, dan
materi HIV/AIDS tidak sesuai dengan
perencanaan.
2 3 3 3 54 8
8
Waktu pelaksanaan kegiatan VCT
kepada pekerja tidak sesuai dengan
perencanaan.
3 4 2 5 120 6
100
No Masalah P S C M
Diisi oleh
Mahasiswa
Total Peringkat
9
Waktu pelaksanaan kegiatan
sosialisasi HIV/AIDS kepada pihak
eksternal tidak sesuai dengan
perencanaan.
4 2 3 3 72 7
10
Waktu pelaksanaan kegiatan evaluasi
kebijakan tidak sesuai dengan
perencanaan.
4 4 5 4 320 3
Berdasarkan total skor, maka dapat disimpulkan bahwa prioritas masalah
dari pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS pada tahun 2015 adalah pencapaian
sasaran kegiatan VCT kepada pekerja tidak mencapai target dengan total skor 500.
Terpilihnya kegiatan VCT kepada pekerja tidak mencapai target
dikarenakan beberapa alasan. Layanan kesehatan yang pertama dalam pencegahan
penularan HIV adalah layanan VCT, dimana terdapat komponen penting dalam
pemberantasan HIV seperti pencegahan, perawatan, dan pengobatan. VCT
merupakan salah satu strategi pencegahan dan membantu setiap orang untuk
mendapatkan akses ke semua layanan, baik informasi, edukasi, terapi, atau
dukungan psikososial (Fibriana, 2013). Pelaksanaan VCT membuat kebutuhan
akan informasi akurat dan tepat waktu dapat dicapai, sehingga proses berpikir,
perasaan, dan perilaku dapat diarahkan kepada perilaku yang lebih sehat (Fibriana,
2013).
VCT juga merupakan upaya deteksi dini terhadap penyakit HIV/AIDS.
Pelaksanaan deteksi dini terhadap pekerja dapat membuat penanganan pekerja
dengan HIV/AIDS menjadi lebih optimal. Mengetahui status HIV sangat penting
utuk dilakukan. Pekerja yang mengetahui bahwa ia merupakan pekerja dengan
status HIV/AIDS negatif dapat termotivasi untuk tetap melindungi dirinya,
terutama jika dirinya memiliki risiko infeksi HIV yang cukup tinggi. Sementara
bagi pekerja yang berstatus positif HIV/AIDS, VCT tidak hanya memberikan
informasi rujukan kepada berbagai opsi dukungan, perawatan, dan pengobatan
101
yang tepat, namun juga memungkinkan diadopsinya langkah-langkah pencegahan
lainnya.
Diketahuinya status HIV positif akan menimbulkan motivasi untuk
mempraktekkan gaya hidup yang lebih sehat guna meningkatkan kesehatan dan
memperlambat perkembangan infeksi HIV menuju gejala-gejala lain termasuk
AIDS. VCT sangat penting untuk dilakukan, bukan hanya untuk mengetahui
status HIV pekerja, namun didalamnya juga terdapat dukungan untuk merubah
perilaku berisiko, perawatan, dan pengobatan bagi pekerja dengan HIV/AIDS
tersebut.
VCT tidak dapat dipaksakan kepada pekerja. Hal ini dikarenakan
pelaksanaan VCT bersifat sukarela atau dengan kata lain pekerja dengan
keinginannya sendiri untuk mengikuti VCT. Oleh karena itu, strategi untuk
mengoptimalkan target kegiatan VCT tidak bisa dilakukan melalui paksaan atau
kebijakan yang mengikat pekerja untuk mengikuti kegiatan tersebut. Dibutuhkan
upaya-upaya yang tepat untuk dapat meningkatkan partisipasi pekerja agar
pekerja dengan keinginannya sendiri mau mengikuti VCT.
F. Akar Masalah
Setelah diketahuinya prioritas masalah, perlu dilakukan analisis akar
masalah untuk mengetahui penyebab dari masalah tersebut. Akar masalah tersebut
digunakan untuk menentukan rencana alternatif solusi atau rekomendasi.
Rencana alternatif solusi atau rekomendasi tersrbut kemudian akan digunakan
untuk mengatasi permasalahan sesuai dengan akar masalah yang ada. Terdapat
banyak metode atau teknik penentuan akar masalah. Salah satu tekhnik penentuan
akar masalah yaitu Root Cause Analysis (RCA).
Root Cause Analysis (RCA) merupakan metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi berbagai faktor seperti alam, situasi dan kondisi, magnitude,
lokasi, manusia, waktu, dan lain sebagainya pada suatu kejadian guna menemukan
secara pasti awal kesalahan yang menjadi akar penyebab dari kegagalan sebuah
sistem. RCA memberikan petunjuk bagaimana mengidentifikasi penyebab
kegagalan sebuah sistem hingga berbagai level yang menjadi penyebab kritisnya
kondisi sistem. Teknik RCA menjelaskan secara detail keterkaitan hubungan yang
umumnya terjadi antara sistem dan sub sistem. Walaupun RCA memiliki banyak
102
variasi pendekatan, namun pada dasarnya prinsipnya tetap sama, yaitu menelaah
sedalam-dalamnya hingga ditemukan akar dari suatu masalah yang terjadi. RCA
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai tools, seperti analisa 5 whys,
fishbone (Ishikawa) diagram, diagram sebab-akibat, pareto chart, tier diagram
dan sebagainya (Meks, 2012).
Penentuan akar masalah dalam laporan ini menggunakan tools fishbone
diagram atau diagram tulang ikan. Disebut diagram tulang ikan karena bentuk
diagramnya seperti kerangka ikan (tulang-tulang ikan) (Kuswadi dan Mutiara,
2004). Tujuan pembuatan diagram ini yaitu untuk mencari faktor-faktor yang
mungkin menjadi penyebab dari suatu masalah atau penyimpangan (sebagai
akibat dari sebab-sebab tersebut) (Kuswadi dan Mutiara, 2004). Permasalahan
digambarkan sebagai kepala ikan dan penyebabnya digambarkan sebagai tulang-
tulang ikan. Fishbone diagram merupakan salah satu tools yang digunakan untuk
menganalisis akar masalah dengan melihat beberapa faktor, yaitu :
1. Man
2. Material
3. Machine
4. Method
5. Management
Berdasarkan hasil skoring yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui
bahwa prioritas masalah pada program P2-HIV dan AIDS adalah pencapaian
sasaran kegiatan VCT kepada pekerja tidak mencapai target dengan total skor 500.
Kemudian dilakukan diskusi dengan Occupational Health Officer untuk
mengetahui akar masalah dari pencapaian kegiatan VCT yang belum mencapai
target. Berdasarkan hasil diskusi tersebut diketahui bahwa akar masalah dari
masalah tersebut yaitu pekerja malu ketahuan berperilaku berisiko atau pernah
berperilaku berisiko terhadap HIV/AIDS; mayoritas pekerja yang mengikuti
kegiatan sosialisasi HIV/AIDS adalah orang yang sama pada setiap kegiatannya;
pengumuman kegiatan VCT tidak tersebar merata kepada seluruh pekerja; tidak
ada kewajiban bagi pekerja untuk mengikuti kegiatan sosialisasi HIV/AIDS; dan
tidak ada materi tentang VCT di dalam materi sosialisasi HIV/AIDS.
103
Pengumuman kegiatan VCT tidak tersebar merata kepada seluruh pekerja.
Pengumuman yang telah dibuat oleh Occupational Health Officer terkadang tidak
dicetak maupun ditempelkan pada mading info K3 yang terletak pada tiap seksi.
“Yaa informasi yang sudah Saya sampaikan terkadang hanya diterima.
Seharusnya kan pengumuman tersebut dicetak oleh bagian Job Training,
kemudian ditempel di mading info K3. Kamu lihat kan tuh di setiap seksi sudah
ada madingnya. Ya tapi begitu, pengumumannya tidak disampaikan secara
menyeluruh ya.”
Setelah itu, juga dilakukan observasi untuk melihat apakah pengumuman
sosialisasi dan VCT telah ditempel di mading info K3. Dari hasil observasi pada
beberapa mading info K3, diketahui hanya beberapa mading saja yang
menempelkan pengumuman sosialisasi dan VCT tersebut.
Akar masalah yang kedua yaitu tidak adanya kewajiban bagi pekerja untuk
mengikuti kegiatan sosialisasi HIV/AIDS. Pekerja tidak memiliki kewajiban
untuk mengikuti kegiatan sosialisasi HIV/AIDS. Hal tersebut membuat pekerja
merasa perlu untuk mengikuti kegiatan sosialisasi HIV/AIDS.
“Tidak ada kewajiban ikut kegiatan sosialisasi dan juga VCT. Kalo VCT kan
memang tidak dapat dipaksakan ya, sesuai dengan undang – undang. Kalau
sosialisasi memang disini tidak diwajibkan harus ikut kegiatan itu.”
Pekerja malu ketahuan berperilaku berisiko atau pernah berperilaku berisiko
terhadap HIV/AIDS. Occupational Health Officer menerima konsultasi dengan
pekerja di klinik pengobatan. Dari hasil konsultasi tersebut dapat diketahui alasan
pekerja yang enggan mengikuti VCT. Pekerja enggan mengikuti kegiatan VCT
dikarenakan malu bila dirinya ketahuan berperilaku berisiko atau pernah
berperilaku berisiko HIV/AIDS.
“Yaa beberapa alesanya itu karena malu ketahuan ya. Nanti kalo dia ikut VCT
terus ketahuan oh dulunya pernah nyuntik nih, pernah jajan nih terus tersebar
ke pekerja lain. Atau yang sekarang berisiko, mereka juga malu ya kalau
ketahuan sedang menggunakan Narkoba suntik atau mungkin jajan itu. Mereka
yang seperti itu kan ga mungkin bilang ke yang lain, biasanya diam-diam.
Mereka pengen periksa tapi takut nanti hasilnya positif terus yang lain tau.”
Kurangnya pengetahuan pekerja tentang manfaat dan pentingnya mengikuti
VCT disebabkan karena tidak adanya materi mengenai VCT di dalam materi
104
sosialisasi HIV/AIDS. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil diskusi dengan
Occupational Health Officer.
“Memang belum ada ya materi tentang VCT. Mungkin mereka juga belum
memahami pentingnya VCT. Pekerja yang ikut sosialisasi saja juga belum ada
setengah dari jumlah pekerja. Jadi belum tau kenapa sih VCT penting buat dia.
Padahal kan kalau tahu lebih cepat itu lebih baik. Penanganannya bisa lebih
cepat supaya gejalanya bisa ditangani oleh dokter. Selama mengikuti
pengobatan, orang dengan HIV/AIDS kan masih dapat hidup produktif.”
Materi sosialisasi HIV/AIDS yang disampaikan diketahui belum memuat
materi tentang VCT. Materi sosialisasi yang disampaikan yaitu pengertian
HIV/AIDS; perjalanan infeksi HIV; dunia kerja yang berisiko terkena HIV; cara
penularan HIV; rantai penularan HIV; cairan tubuh mana yang terdapat HIV; dan
hal-hal yang tidak dapat menularkan HIV. Hal tersebut membuat pekerja tidak
mengetahui betapa pentingnya VCT bagi dirinya.
Akar masalah lainnya yaitu mayoritas pekerja yang mengikuti kegiatan
sosialisasi HIV/AIDS adalah orang yang sama pada setiap kegiatannya. Hal ini
dapat diketahui dari hasil wawancara dengan Occupational Health Officer.
“Coba dilihat di daftar hadir, biasanya yang ikut orangnya ya rata-rata sama
kan? Itu-itu aja.”
Akar masalah telah diketahui dianalisis tersebut kemudian dikelompokkan
berdasarkan faktor yang ada dalam diagram tulang ikan. Adapun akar masalah
pencapaian sasaran kegiatan VCT kepada pekerja yang tidak mencapai target
digambarkan dalam diagram tulang ikan sebagai berikut :
105
Bagan 3. 7 Akar Masalah Menggunaan Diagram Tulang Ikan
Hasil identifikasi akar masalah pada pencapaian sasaran kegiatan VCT
kepada pekerja yang tidak mencapai target dikelompokkan ke dalam dua faktor
yaitu faktor management (proses) dan man (input). Bila dilihat dari faktor man
(sumber daya manusia), akar masalah yang diperoleh yaitu pekerja malu ketahuan
berperilaku berisiko atau pernah berperilaku berisiko terhadap HIV/AIDS dan
mayoritas pekerja yang mengikuti kegiatan sosialisasi HIV/AIDS adalah orang
yang sama pada setiap kegiatannya. Faktor sumber daya manusia di dalam
pendekatan sistem, masuk ke dalam komponen input. Kemudian, bila dilihat dari
faktor management (manajemen), akar masalah yang diperoleh yaitu
pengumuman kegiatan VCT yang tidak tersebar merata kepada seluruh pekerja;
tidak adanya kewajiban bagi pekerja untuk mengikuti kegiatan sosialisasi
HIV/AIDS; dan tidak adanya materi tentang VCT di dalam materi sosialisasi
HIV/AIDS. Faktor manajemen di dalam pendekatan sistem, masuk ke dalam
komponen proses.
Tidak ada kewajiban bagi pekerja
untuk mengikuti kegiatan
sosialisasi HIV/AIDS
Pekerja malu ketahuan
berperilaku berisiko atau
pernah berperilaku berisiko
terhadap HIV/AIDS
Mayoritas pekerja yang mengikuti
kegiatan sosialisasi HIV/AIDS adalah
orang yang sama pada setiap
kegiatannya
Pengumuman kegiatan VCT
tidak tersebar merata kepada
seluruh pekerja
Tidak ada materi tentang
VCT di dalam materi
sosialisasi HIV/AIDS
Pencapaian sasaran
kegiatan VCT kepada
pekerja tidak
mencapai target
Man (Input)
Management (Proses)
106
G. Alternatif Solusi Pemecahan Masalah
Pada hasil analisis akar masalah telah didapatkan beberapa akar masalah.
Kemudian ditentukan alternatif solusi pemecahan akar masalah. Adapun beberapa
alternatif solusi pemecahan akar masalah yang dapat dilakukan untuk mengatasi
akar masalah dijabarkan sebagai berikut :
1. Menambahkan materi terkait VCT di dalam materi sosialisasi dan
brosur HIV/AIDS.
Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan untuk mengetahui
perilaku berisiko terhadap HIV/AIDS pada pekerja diketahui bahwa masih
terdapat pekerja di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill yang
memiliki perilaku berisiko terhadap HIV/AIDS. Dari hasil konsultasi pekerja
kepada Occupational Health Officer juga menyebutkan bahwa beberapa
pekerja pernah melakukan perilaku berisiko terhadap HIV/AIDS. Pekerja
tersebut merasa malu jika nantinya ketahuan bahwa dirinya saat ini
berperilaku berisiko atau pernah berperilaku berisiko terhadap HIV/AIDS.
Selain itu, diketahui bahwa kurangnya pengetahuan pekerja mengenai
manfaat dan pentingnya VCT menyebabkan pekerja tidak mengikuti VCT.
Kurangnya pengetahuan tersebut disebabkan oleh tidak adanya materi
tentang VCT di dalam materi sosialisasi HIV/AIDS. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan pekerja tentang
manfaat VCT. Rekomendasi yang diberikan untuk mengatasi masalah
tersebut yaitu dengan menambahkan materi terkait VCT di dalam materi
sosialisasi dan brosur HIV/AIDS.
Selama ini di dalam materi sosialisasi belum menjelaskan terkait VCT
di dalamnya. Di dalam Kep.20/DJPPK/VI/2005 menyebutkan bahwa salah
satu cakupan materi yang harus disampaikan dalam kegiatan pendidikan yaitu
materi mengenai testing dan konseling HIV/AIDS. Materi sosialisasi
HIV/AIDS harus memasukkan prinsip-prinsip VCT, dimana salah satu
prinsip VCT adalah saling mempercayai dan terjaminnya konfidensialitas.
Kemudian dalam pedoman pelayanan konseling dan testing HIV/AIDS juga
menyebutkan bahwa layanan harus bersifat profesional, menghargai hak dan
martabat semua klien dengan menjaga kerahasiaan semua informasi dan
semua informasi tertulis disimpan dalam tempat yang tidak dapat diakses
107
orang yang tidak berhak (Depkes, 2008). Dengan demikian pekerja tidak akan
merasa takut bahwa perilaku berisikonya akan tersebar dan diketahui oleh
orang lain. Kemudian perlu dimasukkannya materi mengenai manfaat VCT,
pentingnya VCT, bagaimana VCT dilaksanakan, prinsip VCT, dll. Hal
tersebut bertujuan agar pekerja dapat memahami urgensi dirinya mengikuti
VCT.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill telah memiliki
brosur HIV/AIDS. Di dalam brosur belum memuat poin mengenai VCT.
Brosur merupakan media yang dapat digunakan untuk memberikan edukasi
kepada pekerja. Media merupakan alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran (Maulana, 2009).
Penggunaan media dalam promosi kesehatan dapat dimanfaatkan dalam
proses penyaluran informasi. Panca indera yang paling banyak menyalurkan
pengetahuan ke otak adalah mata (75 – 87%), sedangkan 13-25%
pengetahuan disalurkan melalui indera lainnya (Maulana, 2009). Dapat
disimpulkan bahwa penyampaian materi hanya dengan menggunakan kata-
kata saja kurang efektif. Oleh karena itu, adanya brosur sebagai media dapat
lebih efektif dan efisien untuk menyampaikan informasi mengenai
HIV/AIDS di tempat kerja.
2. Bagian Job Training menggilir pekerja agar seluruh pekerja mengikuti
kegiatan sosialisasi HIV/AIDS.
Kegiatan sosialisasi HIV/AIDS merupakan salah satu penyuluhan
kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan bimbingan dan/atau
masukan dalam mentransfer suatu pengetahuan dan/atau keterampilan agar
orang yang diberi penyuluhan mampu menggunakannya (Herman, 2007).
Penyuluhan kesehatan masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan.
Pada tahun 2015, jumlah pekerja yang mengikuti VCT baru mencapai
154 pekerja dari total 1.204 pekerja. Bila dilihat dari daftar absensi, pekerja
yang dikirim untuk mengikuti kegiatan sosialisasi mayoritas adalah orang
yang sama dalam setiap kegiatannya. Untuk itu, perlu dilakukan penggiliran
atau pemerataan agar seluruh pekerja dapat mengikuti kegiatan sosialisasi.
108
Bagian Job Training harus menggilir pekerja agar pekerja yang belum pernah
mengikuti kegiatan sosialisasi menghadiri kegiatan sosialisasi tersebut tanpa
membatasi pekerja lain yang sudah pernah mengikuti sosialisasi untuk
kembali mengikuti kegiatan tersebut. Dengan demikian, informasi mengenai
pentingnya VCT dapat tersebar ke seluruh pekerja.
3. Seksi General Affair membuat kebijakan yang mewajibkan pekerja
mengikuti kegiatan sosialisasi HIV/AIDS.
Mentransfer informasi mengenai manfaat dan pentingnya mengikuti
VCT dapat terlaksana jika pekerja mengikuti sosialisasi HIV/AIDS. Selama
ini banyak pekerja yang tidak mau mengikuti kegiatan sosialisasi meskipun
itu penting untuk dirinya. Perlu dibuat kebijakan yang mewajibkan pekerja
mengikuti kegiatan sosialisasi HIV/AIDS, sehingga pekerja bisa memperoleh
pengetahuan mengenai manfaat dan pentingnya mengikuti VCT.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mendasari dan membentuk
perilaku seseorang (Utari, 2010). Partisipasi pekerja dalam mengikuti
kegiatan VCT dapat ditingkatkan, jika seluruh pekerja memahami manfaat
dan pentingnya VCT bagi dirinya.
4. Bagian Job Training menyebarkan pengumuman melalui media cetak
dan media sosial pada setiap seksi.
Salah satu penyebab mengapa pekerja tidak mengikuti kegiatan VCT
adalah karena pengumuman VCT tidak tersebar merata kepada seluruh
pekerja. Pengumuman adalah pemberitahuan atau informasi yang
disampaikan kepada orang banyak (umum) (Wiyanto dkk., 2005). Kegiatan
VCT biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan sosialisasi HIV/AIDS.
Pengumuman kegiatan sosialisasi dan VCT diberitahukan oleh Occupational
Health Officer melalui email kepada bagian Job Training di setiap seksi.
Namun, pengumuman sosialisasi tersebut tidak diteruskan atau dicetak
kepada seluruh pekerja, sehingga informasi tidak sampai kepada pekerja.
Rekomendasi yang diberikan untuk mengatasi akar masalah tersebut adalah
dengan bagian Job Training menyebarkan pengumuman melalui media cetak
dan media sosial pada setiap seksi.
Media cetak merupakan alat yang digunakan untuk menyebarkan
informasi dalam bentuk cetak. Media cetak meliputi suat kabar, jurnal
109
akademik, brosur, poster, dll. Beberapa keunggulan penggunaan media cetak
sebagai media informasi yaitu (Hanafi, 1986 dalam Setiadi dan Muhammad,
2012) :
1) Orang yang membaca dapat mengatur kecepatan membaca dan
mengamati informasi yang dianggap penting secara berulang.
2) Dapat memvisualisasikan infromasi yang dianggap penting secara
berulang.
3) Memiliki kemampuan dalam mengatasi selektivitas.
Salah satu media cetak yang dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan
pengumuman sosialisasi adalah poster. Poster merupakan bahan cetakan yang
berisikan gambar atau tulisan yang berbentuk lembaran berukuran A4 hingga
A2 dan biasanya digunakan untuk menyampaikan informasi secara singkat
dan cepat (Setiadi dan Muhammad, 2012). Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam membuat poster yang baik yaitu (Setiadi dan Muhammad, 2012) :
1) Jelas (clear), pesan yang ingin disampaikan harus mudah dibaca oleh
pekerja.
2) Relevan (relevant), kata-kata yang digunakan berhubungan langsung
dengan inti informasi.
3) Padat (concise), seluruh kata yang digunakan dapat menjelaskan
informasi dengan cukup detail.
4) Menarik (appealing), desain poster dapat mengajak orang untuk
membaca.
5) Mudah dibaca (readable), poster cukup besar untuk dapat dibaca orang
yang sedang lewat.
Informasi dalam pengumuman dapat diketahui pekerja jika
pengumuman diletakkan di tempat yang strategis. Oleh karena itu, setelah
poster selesai dibuat, poster dicetak berwarna dan dipasang di mading info
K3 yang berada pada tiap-tiap seksi. Mading tersebut merupakan papan
pengumuman yang digunakan untuk memasang informasi bagi pekerja pada
tiap-tiap seksi.
Media sosial adalah fitur berbasis website yang dapat membentuk
jaringan serta memungkinkan orang untuk berinteraksi dalam sebuah
110
komunitas (Cendekiawan, 2015). Media sosial memiliki begitu banyak fungsi
dan manfaat. Fungsi media sosial yaitu (Hamid, 2014) :
1) Sebagai alat informasi. Orang bisa mencari informasi atau menerima
informasi dengan mudah.
2) Sebagai alat interaksi. Selain mendapatkan informasi, dapat juga
menanggapi informasi.
3) Sebagai alat partisipasi. Memudahkan orang untuk ikut serta mendukung
sebuah gerakan.
Media sosial menggunakan internet sebagai penghubung informasi.
Saat ini diketahui bahwa Informasi yang dicari melalui internet telah
menduduki nomor dua setelah televisi (Susrini, 2010). Data lembaga riset
internet world stars menyebutkan bahwa sampai dengan tahun 2008
pengguna internet (netter) dunia mencapai 1,56 miliar atau sekitar 23,3% dari
total populasi dunia (Susrini, 2010). Penyebaran informasi melalui media
sosial tentu merupakan cara yang sangat efektif dan efisien untuk dilakukan
di PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill memiliki program
pemberian smartphone sekaligus subsidi pulsa sebesar Rp. 50.000 kepada
seluruh pekerjanya. Pulsa yang diberikan tersebut dapat dipergunakan untuk
membeli paket data internet. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan
informasi mengenai pengumuman sosialisasi HIV/AIDS dan VCT kepada
pekerja. Informasi dapat tersebar ke seluruh pekerja dengan mengirimkan
pengumuman sosialisasi HIV/AIDS dan VCT melalui grup WhatsApp atau
Line. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa tiap seksi telah
memiliki grup WhatsApp atau Line. Dengan demikian, bagian Job Training
dapat dengan mudah menyebarkan pengumuman sosialisasi HIV/AIDS dan
VCT kepada pekerja melalui grup tersebut.
111
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill merupakan pabrik kertas
warna terbesar di Asia Tenggara. Kegiatan utama yang dilakukan adalah
memproduksi kertas yang berawal dari pengolahan pulp kayu sampai dengan
kertas jadi dengan bermacam-macam ukuran sesuai dengan pesanan.
2. Program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS (P2-HIV dan AIDS)
merupakan salah satu program kesehatan kerja yang bertujuan untuk
mencegah penularan HIV dan menanggulangi dampak negatif HIV/AIDS
pada pekerja. Program P2-HIV dan AIDS dikelompokkan menjadi dua yaitu
program pencegahan dan penanggulangan. Pelaksanaan kegiatan dalam
program pencegahan masih terdapat beberapa permasalahan, sehingga
menyebabkan pelaksanaan program pencegahan menjadi belum optimal.
Kemudian, pelaksanaan kegiatan dalam program penanggulangan belum
dilaksanakan, hal tersebut dikarenakan sampai dengan tahun 2015 PT. Indah
Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill belum memiliki pekerja dengan
HIV/AIDS.
3. Dilihat dari aspek budaya, diketahui bahwa PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
– Tangerang Mill berada di Kabupaten Tangerang dimana merupakan
kabupaten dengan jumlah kumulatif HIV/AIDS kedua terbanyak di Provinsi
Banten. Kemudian, diketahui bahwa terdapat beberapa pekerja yang
berperilaku berisiko atau pernah berperilaku berisiko terhadap HIV/AIDS.
Namun, PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk – Tangerang Mill berusaha
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS dengan adanya tagline “jauhi virusnya bukan
orangnya”, prosedur, serta kebijakan perusahaan dalam upaya pencegahan
dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.
112
4. Dalam pelaksanaan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
(P2-HIV dan AIDS) terdapat beberapa ketidaksesuaian antara perencanaan
dengan implementasi dan peraturan yang berlaku. Ketidaksesuaian tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Isi kebijakan, prosedur, materi sosialisasi, dan kuesioner evaluasi belum
sesuai dengan ketentuan.
b. Tidak dilakukan perhitungan besar sampel dalam penentuan target
pengisian kusioner evaluasi kebijakan P2-HIV dan AIDS.
c. Pencapaian sasaran kegiatan sosialisasi brosur, kebijakan, dan materi
HIV/AIDS kepada pekerja tidak mencapai target.
d. Pencapaian sasaran kegiatan VCT kepada pekerja tidak mencapai target.
e. Tidak ditentukannya sasaran kegiatan sosialisasi HIV/AIDS kepada
pihak eksternal pada perencanaan kegiatan.
f. Waktu pelaksanaan kegiatan pelaporan program kepada Disnaker Kota
Tangsel tidak sesuai dengan perencanaan.
g. Waktu pelaksanaan kegiatan sosialisasi brosur, kebijakan, dan materi
HIV/AIDS tidak sesuai dengan perencanaan.
h. Waktu pelaksanaan kegiatan VCT kepada pekerja tidak sesuai dengan
perencanaan.
i. Waktu pelaksanaan kegiatan sosialisasi HIV/AIDS kepada pihak
eksternal tidak sesuai dengan perencanaan.
j. Waktu pelaksanaan kegiatan evaluasi kebijakan tidak sesuai dengan
perencanaan.
5. Prioritas masalah dalam pelaksanaan program pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS (P2-HIV dan AIDS) adalah pencapaian sasaran
kegiatan VCT kepada pekerja tidak mencapai target dengan total skor 500.
6. Akar masalah yang terdapat dalam pencapaian sasaran kegiatan VCT kepada
pekerja tidak mencapai target yaitu :
a. Pekerja malu ketahuan berperilaku berisiko atau pernah berperilaku
berisiko terhadap HIV/AIDS.
b. Mayoritas pekerja yang mengikuti kegiatan sosialisasi HIV/AIDS adalah
orang yang sama pada setiap kegiatannya.
113
c. Pengumuman kegiatan VCT tidak tersebar merata kepada seluruh
pekerja.
d. Tidak ada kewajiban bagi pekerja untuk mengikuti kegiatan sosialisasi
HIV/AIDS.
e. Tidak ada materi tentang VCT di dalam materi sosialisasi HIV/AIDS.
7. Alternatif solusi pemecahan masalah yang diberikan untuk mengatasi akar
masalah yaitu :
a. Menambahkan materi terkait VCT di dalam materi sosialisasi dan brosur
HIV/AIDS.
b. Bagian Job Training menggilir pekerja agar seluruh pekerja mengikuti
kegiatan sosialisasi HIV/AIDS.
c. Seksi General Affair membuat kebijakan yang mewajibkan pekerja
mengikuti kegiatan sosialisasi HIV/AIDS.
d. Bagian Job Training menyebarkan pengumuman melalui media cetak
dan media sosial pada setiap seksi.
B. Saran
Berdasarkan gambaran pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS yang telah
disampaikan di atas, maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Seksi General Affair
a. Meningkatkan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program
P2-HIV dan AIDS.
b. Membuat kebijakan yang mewajibkan pekerja mengikuti kegiatan
sosialisasi HIV/AIDS.
2. Bagi OHS Unit
a. Melaksanakan kegiatan yang ada dalam program P2-HIV dan AIDS
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Mengoptimalkan pencapaian sasaran target pada setiap kegiatan yang
ada dalam program P2-HIV dan AIDS.
c. Memberikan arahan kepada bagian Job Training agar mendiseminasikan
pengumuman kegiatan secara menyeluruh ke seluruh pekerja.
114
d. Terus berupaya meningkatkan pemahaman pekerja akan pentingnya
upaya P2-HIV dan AIDS di tempat kerja.
e. Meningkatkan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program
P2-HIV dan AIDS.
f. Menyesuaikan isi kebijakan, prosedur, materi sosialisasi dan kuesioner
evaluasi kebijakan sesuai dengan peraturan HIV/AIDS yang berlaku.
3. Bagi Job Training
a. Menggilir pekerja agar seluruh pekerja mengikuti kegiatan sosialisasi
HIV/AIDS.
b. Menyebarkan pengumuman sosialisasi HIV/AIDS dan VCT melalui
media cetak dan media sosial pada setiap seksi.
c. Mengoptimalkan pencapaian sasaran target pada setiap kegiatan
sosialisasi HIV/AIDS.
d. Terus mendorong pekerja agar mau mengikuti kegiatan sosialisasi
HIV/AIDS dan VCT.
4. Bagi Pekerja
a. Berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS di
tempat kerja.
b. Mendukung pelaksanaan program P2-HIV dan AIDS di tempat kerja.
c. Turut memberikan saran dan masukan bagi pelaksanaan program P2-
HIV dan AIDS di tempat kerja agar dapat berjalan lebih optimal lagi.
115
DAFTAR PUSTAKA
KEP.20/DJPPK/VI/2005 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan dan
Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja.
KEP.44/PPK/VIII/2012 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Program
Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS di Tempat Kerja.
KEP.68/MEN/IV/2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di
Tempat Kerja.
PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.
Anggarini, I. G. A. A. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemeriksaan
VCT pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas II Melaya Kabupaten
Jembrana Provinsi Bali. Ungaran: STIKES Ngudi Waluyo.
Ardhiyanti, Y., Lusiana, N. dan Megasari, K. 2015. Bahan Ajar AIDS pada Asuhan
Kebidanan, Yogyakarta, Deepublish.
Azikin, R. 2009. Implementasi Tugas-Tugas Pokok Komisi Penanggulangan
"Acquired Immune Deficiency Syndrome" (AIDS) Daerah (KPAD) Dalam
Penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Grobogan Tahun 2009. Semarang:
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Bastian, I. 2007. Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik, Jakarta, Penerbit Erlangga.
Better Work Indonesia 2012a. Panduan Perundang-Undangan Ketenagakerjaan,
Jakarta, Better Work Indonesia.
Better Work Indonesia 2012b. Penanganan HIV & AIDS di Tempat Kerja - Pedoman
Untuk Perusahaan, Jakarta, Better Work Indonesia.
Budiarto, E. dan Anggraeni, D. 2002. Pengantar Epidemiologi, Jakarta, EGC.
Cendekiawan, A. B. 2015. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN
Sunan Kalijaga.
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta, EGC.
Depkes 2006. Situasi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 1987 - 2006. Jakarta: Pusat Data
dan Infoemasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes 2008. Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Secara Sukarela
(Voluntary Counseling And Testing). Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Jakarta.
Depnakertrans 2005. Pedoman bersama ILO/WHO tentang Pelayanan Kesehatan dan
HIV/AIDS. Jakarta: Direktorat Pengawasan Kesehatan Kerja.
Effendy, N. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, EGC.
Fibriana, A. I. 2013. Determinan Keikutsertaan Pelanggan Wanita Pekerja Seks (WPS)
dalam Program Voluntary Conselling and Testing (VCT). Kesehatan
Masyarakat, 8, 146-151.
Geller, E. S. 2001. The psychology of Safety Handbook, United States of Amerika,
Lewis Publisher.
Hamid, U. 2014. Teknologi dan Perubahan Sosial, Yogyakarta, PT Bentang Pustaka.
Heni, Y. 2011. Improving Our Safety Culture - Cara Cerdas Membangun Budaya
Keselamatan yang Kokoh, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
116
Herujito, Y. M. 2001. Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta, PT Grasindo.
Hilabi, A. P. 2007. Ekonomi, Jakarta, Esis.
Kemendikbud 2013. Pengembangan Sistem Monitoring dan Evaluasi Program-
Program Pendidikan, Jakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Kemenkes 2014. Situasi dan Analisis HIV AIDS. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Khulaila, A., Utama, M. dan Sawitri, A. S. 2012. Analisis Kesehatan di Kota Mataram
Tahun 2011: Suatu Penerapan Bryant Method. Mataram: Program Studi
MAgister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.
KPA. 2016. Data Kasus HIV dan AIDS sampai dengan September 2015 [Online].
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Banten. Tersedia:
http://kpaprovbanten.or.id/category/informasi-publik/data-kasus/.
KPAN 2007. Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia
2007-2010. Jakarta: Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.
Kuswadi dan Mutiara, E. 2004. Delapan Langkah dan Tujuh Alat Statistik untuk
Peningkatan Mutu Berbasis Komputer, Jakarta, PT Elex Media Komputindo.
Luthfiana, Y. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Perilaku Berisiko
HIV/AIDS pada Pekerja Bangunan di Proyek World Class University Tahun
2012. Depok: FKM Universitas Indonesia.
Maulana, H. D. J. 2009. Promosi Kesehatan, Jakarta, EGC.
Meks 2012. Mengidentifikasi Akar Masalah Dalam Sistem dan Proses dengan Metode
Root Cause Analysis (RCA).
Noorkasiani, Heryati dan Ismail, R. 2009. Sosiologi Keperawatan, Jakarta, EGC.
Nursalam dan Kurniawati, N. D. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi
HIV/AIDS, Jakarta, Salemba Medika.
Paryati, T., Raksanagara, A. S. dan Afriandi, I. 2012. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Stigma dan Diskriminasi kepada ODHA (Orang dengan
HIV/AIDS) oleh Petugas Kesehatan : Kajian Literatur. Bandung: Universitas
Padjajaran Bandung.
Pitra, Y. D. 2013. Pengaruh Pelatihan, Kompetensi, dan Komitmen Organisasi
terhadap Kinerja Pegawai Balai Proteksi Tanaman dan Perkebunan (BPT-BUN)
di Salatiga. Salatiga: FEB Universitas Dian Nuswantoro.
Rahman, N. 2014. Pengaruh Budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap
Produktivitas Mekanik Alat Berat. INTEKNA.
Ralona 2006. Kamus Istilah Ekonomi Populer Jakarta, Gorga Media.
Said, A. L. 2015. Corporate Social Responsibility dalam Perspektif Governance,
Yogyakarta, Deepublish.
Sari, A. W. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Niat Ibu Hamil untuk
Memanfaatkan Layanan VCT (Voluntary Counseling and Testing) di Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2014.
Jakarta: FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
117
Setiadi, I. dan Muhammad, F. I. 2012. Analisis Efektivitas Papan Pengumuman
sebagai Media Informasi Mahasiswa TPB STEI 2011. Bandung: STEI Institut
Teknologi Bandung.
Spiritia, Y. 2014. Profilaksis Pascapajanan. Jakarta: Yayasan Spiritia.
Sukwiaty, Jamal, S. dan Sukamto, S. 2009. Ekonomi, Jakarta, Yudhistira.
Susrini, N. K. 2010. Trik Jitu Google & Wikipedia, Jakarta, PT. Grasindo.
Thomsett, R. 2006. Radical Project Management, Jakarta, Penerbit Erlangga.
Umar, H. 2003. Business an Introduction, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Utari, G. C. 2010. Hubungan pengetahuan, sikap, persepsi, dan keterampilan
mengendara mahasiswa terhadap perilaku keselamatan mengendara (safety
riding) di Universitas Gunadarma Bekasi tahun 2009. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Widoretno, F. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Bidan Dalam
Pencegahan Infeksi Saat Melakukan Pertolongan Persalinan di Kabupaten
Lampung Timur Tahun 2012. Depok: FKM Universitas Indonesia.
Wiyanto, A., Sugiyarto dan Astuti, P. K. 2005. Mampu Berbahasa Indonesia, Jakarta,
PT Grasindo.
118
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
Sosialisasi HIV/AIDS Sosialisasi HIV/AIDS kepada Karyawan
Sosialisasi HIV/AIDS di Masyarakat Induction Karyawan Baru
VCT bersama RS Usada Insani Mading Info K3
Brosur HIV/AIDS Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
119
LAMPIRAN II
PENENTUAN PRIORITAS MASALAH PROGRAM P2-HIV DAN AIDS
Skor Deskripsi
1. Prevalence (Besar Masalah)
1 Sangat rendah. Masalah menimbulkan dampak yang sangat rendah bagi pelaksanaan
program.
2 Rendah. Masalah membuat pelaksanaan program sedikit terganggu.
3 Cukup tinggi. Masalah membuat pelaksanaan program cukup terganggu.
4 Tinggi. Masalah menghambat pelaksanaan program.
5 Sangat tinggi. Masalah membuat program tidak dapat dilaksanakan.
2. Seriousness (Keseriusan / Kegawatan Masalah)
1 Tidak Gawat. Masalah Tidak menimbulkan masalah yang berarti.
2 Agak Gawat. Sedikit menimbulkan masalah bagi pekerja dan manajemen.
3 Cukup Gawat. Masalah cukup menimbulkan masalah bagi pekerja dan manajemen.
4 Gawat. Masalah menimbulkan masalah serius bagi pekerja dan manajemen.
5 Sangat Gawat. Masalah menimbulkan masalah yang sangat serius bagi pekerja dan
manajemen.
3. Community Concern (Perhatian / Kepentingan Pekerja dan Manajemen)
1 Tidak Peduli. Tidak merugikan pekerja dan manajemen, sehingga tidak perlu dicari
penyelesaian segera.
2 Kurang Peduli. Cukup merugikan pekerja dan manajemen, namun tidak
membutuhkan penyelesaian dengan segera.
3 Cukup Peduli. Masalah cukup merugikan pekerja dan manajemen, sehingga perlu
untuk diatasi dengan segera (hitungan bulan / satu tahun).
4 Peduli. Masalah merugikan pekerja dan manajemen, sehingga perlu untuk diatasi
dengan segera (hitungan minggu / bulan).
5 Sangat Peduli. Masalah merugikan pekerja dan manajemen, sehingga perlu untuk
diatasi dengan segera (hitungan hari).
4. Manageability (Ketersediaan Sumber Daya (Tenaga, Dana, Sarana, dan Metode /
Cara)
1 Tidak Mudah. Penanggulangan masalah tidak memungkinkan untuk dilakukan oleh
pekerja dan manajemen. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah sangat
tinggi.
2 Agak Mudah. Penanggulangan masalah mungkin dilakukan oleh pekerja dan
manajemen namun sulit. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tinggi.
120
Skor Deskripsi
3 Cukup Mudah. Penanggulangan masalah cukup memungkinkan untuk dilakukan oleh
pekerja dan manajemen. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah cukup
tinggi.
4 Mudah. Penanggulangan masalah sangat memungkinkan untuk dilaksanakan oleh
pekerja dan manajemen. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah cukup
rendah.
5 Sangat Mudah. Penanggulangan masalah mudah dilaksanakan oleh pekerja dan
manajemen. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah rendah.
Daftar Masalah Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS
No Masalah P S C M Diisi oleh Mahasiswa
Total Peringkat
1 Isi kebijakan, prosedur, materi sosialisasi, dan
kuesioner evaluasi belum sesuai dengan
ketentuan.
2 Tidak dilakukan perhitungan besar sampel
dalam penentuan target pengisian kusioner
evaluasi kebijakan P2-HIV dan AIDS.
3 Pencapaian sasaran kegiatan sosialisasi brosur,
kebijakan, dan materi HIV/AIDS kepada
pekerja tidak mencapai target.
4 Pencapaian sasaran kegiatan VCT kepada
pekerja tidak mencapai target.
5 Tidak ditentukannya sasaran kegiatan sosialisasi
HIV/AIDS kepada pihak eksternal pada
perencanaan kegiatan.
6 Waktu pelaksanaan kegiatan pelaporan program
kepada Disnaker Kota Tangsel tidak sesuai
dengan perencanaan.
7 Waktu pelaksanaan kegiatan sosialisasi brosur,
kebijakan, dan materi HIV/AIDS tidak sesuai
dengan perencanaan.
8 Waktu pelaksanaan kegiatan VCT kepada
pekerja tidak sesuai dengan perencanaan.
9 Waktu pelaksanaan kegiatan sosialisasi
HIV/AIDS kepada pihak eksternal tidak sesuai
dengan perencanaan.
10 Waktu pelaksanaan kegiatan evaluasi kebijakan
tidak sesuai dengan perencanaan.
121
LAMPIRAN III
KUESIONER SURVEI KAP
KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND PRACTICES TENTANG HIV DAN AIDS
Informed Consent: Survei ini SANGAT berguna untuk KEBERHASILAN pelaksanaan
program cerdas HIV AIDS di PT Indah Kiat Tangerang Mill. Oleh karena itu, kami
MENGHARAPKAN partisipasi Anda dengan mengisi kuesioner ini secara JUJUR.
Kuesioner ini bersifat SANGAT RAHASIA dan ANONIM (TANPA NAMA). Kuesioner ini
TIDAK menimbulkan konsekuensi apapun terhadap PEKERJAAN Anda.
IDENTITAS RESPONDEN ( X ) Jumlah Responden
1 Jenis kelamin : 1. Laki – laki ( ) 2.
Perempuan ( )
2 Umur : 1. < 21 tahun ( ) 2. 21 – 30 tahun ( ) 3. 31 – 40 tahun (
) 4. 41 – 50 tahun ( ) 5. >50 ( ) tahun.
3 Pendidikan Terakhir : 1. SD ( ) 2. SMP ( ) 3. SMA ( ) 4. D3 ( ) 5. S1 ( ) 6.
S2 ( )
4 Masa Kerja : 1. < 1 tahun ( ) 2. 1 – 5 tahun (
) 3. 6 – 10 tahun ( ) 4. > 10 tahun ( )
5 Jabatan : 1. Operator ( Lev 1 – 3 ) ( ) 2. Foreman ( Lev 4 – 5 ) ( ) 3.
Supervisor ( Lev 6 – 7 ) ( ) 4. Manager ( Level 8 up ) ( )
6 Status Perkawinan : 1. Menikah ( ) 2. Janda/Duda ( )
3. Single ( )
II. PERTANYAAN ( √ )
NO PERTANYAAN
PILIHAN JAWABAN
YA TIDAK
RAGU
-
RAGU
Con
to
h HIV AIDS adalah Penyakit yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia. √
A. Pengetahuan tentang HIV AIDS
1 Apakah di perusahaan tempat Anda bekerja mempunyai
kebijakan dan Prosedur tentang Program P2HIV AIDS?
2
Apakah Anda pernah membaca prosedur terkait dengan
program P2-HIV AIDS yang telah di sosialisasikan dan
distribusikan ke seksi Anda ?
3 Apakah Anda tahu bahwasanya di perusahaan Anda memiliki
Tim P2-HIV AIDS ?
4 Apakah Anda mau dengan suka rela bergabung denganTim P2-
HIV AIDS di perusahaan Anda ?
5 Apakah Anda mau dengan suka rela memeriksakan status HIV
Anda saat ada kegiatan VCT di perusahaan ?
122
6 Apakah mungkin seorang yang terlihat sehat mempunyai virus
HIV di dalam tubuhnya?
7 HIV dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk
8 Ibu dengan HIV akan selalu menularkan virus HIV kepada
anaknya
9
Resiko terinfeksi HIV AIDS semakin kecil bila seseorang
hanya berhubungan seks dengan satu orang yang tidak
terinfeksi HIV.
10 Penggunaan jarum suntik secara bergantian tidak meningkatkan
resiko terinfeksi HIV
11 Obat Anti Retro Viral (ARV) dapat membunuh virus HIV
secara cepat
12 Apakah di perusahaan tempat Anda bekerja mempunyai
kebijakan tentang HIV dan AIDS?
13 Virus HIV terdapat dalam : Darah, Cairan sperma, cairan
vagina dan air susu ibu.
14 Ketika tubuh terkena HIV, maka tubuh rentan terkena penyakit
lainnya.
15 Virus HIV membutuhkan waktu 5 – 10 tahun sampai
menunjukan gejala – gejala.
B. Larangan Stigma dan Diskriminasi terkait HIV dan AIDS
16
Apakah Anda mau berbagi ruangan, makan bersama, memakai
toilet bersama dan bekerja sama dengan karyawan dengan HIV
dan AIDS?
17
Apakah Anda setuju bila perusahaan melakukan skrining/ test
HIV kepada karyawan baru sebagai salah satu persyaratan
rekrutmen?
18 Apakah seorang karyawan yang positif HIV harus melaporkan
atasannya tentang status HIVnya?
19 Jika salah satu rekan kerja Anda positif HIV dan AIDS, apakah
Anda bersedia bekerja bersama dalam satu tim ?
20 Menurut Anda bila orang terinfeksi HIV AIDS hendaknya di
karantina.
21 Apakah menurut Anda, karyawan yang mengidap HIV
sebaiknya di berhentikan dari pekerjaannya
22 Apakah Anda tidak akan berteman dengan penderita HIV AIDS
walaupun ia teman dekat Anda.
C. Pertanyaan : Tingkat Perubahan Perilaku
23
Dalam 1tahun terakhir, berapa kali Anda telah mengikuti
sosialisasi informasi/penyuluhan tentang HIV dan AIDS di
tempat kerja?
123
24 Apakah Anda mempunyai pasangan seks yang tetap (seperti
suami atau istri atau pacar tetap)?
25
Selain pasangan tetap (suami, isteri, pacar tetap), Apakah Anda
memiliki pasangan TIDAK TETAP (Seperti: selingkuhan,
pacar tidak tetap, teman kencan, PSK dll)
26 Apakah Anda pernah melakukan hubungan seks dengan Selain
Pasangan sah ?
27 Apakah Anda pernah menggunakan Narkotika suntik
28 Apakah Anda pernah melakukan konseling dan test HIV secara
sukarela?
29 Apakah Anda merasa bahwa Anda dan atau pasangan Anda
perlu melakukan test HIV?
III. Saran dan Harapan Anda terhadap Program HIV AIDS