GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN HATI DAN GINJAL … · terakhir adalah kelompok ayam yang hanya diberi...
-
Upload
duongtuong -
Category
Documents
-
view
237 -
download
1
Transcript of GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN HATI DAN GINJAL … · terakhir adalah kelompok ayam yang hanya diberi...
GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN HATI DAN GINJAL AYAM BROILER YANG DITANTANG
VIRUS AVIAN INFLUENZA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL ADAS BINTANG (Illicium verum)
RIZKI SEKARINGTYAS
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2010
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Gambaran
Histopatologi Organ Hati dan Ginjal Ayam Broiler yang Ditantang Virus Avian
Influenza setelah Pemberian Ekstrak Etanol Adas Bintang (Illicium verum)”
adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun dan
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Agustus 2010
Rizki Sekaringtyas
B04062759
ABSTRAK
RIZKI SEKARINGTYAS. Gambaran Histopatologi Organ Hati dan Ginjal yang Ditantang Virus Avian Influenza setelah Pemberian Ekstrak Etanol Adas Bintang (Illicium verum) yang dibimbing oleh Dr. drh. Wiwin Winarsih, M.Si, APVet dan drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gambaran histopatologi hati dan ginjal ayam yang ditantang virus Avian Influenza subtipe H5N1 setelah pemberian ekstrak adas bintang (Illicium verum). Terdapat empat perlakuan yang terbagi atas kelompok yang hanya ditantang virus atau disebut kontrol positif (K1), kontrol negatif yaitu kelompok ayam yang tidak diberikan perlakuan sama sekali (K2), kelompok ayam yang diberi ekstrak adas dan ditantang virus H5N1 (P1), dan terakhir adalah kelompok ayam yang hanya diberi ekstrak adas bintang (P2). Ayam dicekok ekstrak tanaman obat dalam bentuk formulasi setiap hari dari umur 1 hari hingga berumur 3 minggu sebanyak 1 ml. Selanjutnya ayam diinfeksi virus AI H5N1 secara intranasal dengan dosis 104.0 EID50/0.1 ml per ekor. Hasil analisa statistik menggunakan uji Kruskal Wallis yang dilanjutkan dengan uji Dunn didapatkan bahwa terdapat perbedaan gambaran yang nyata baik pada organ hati dan ginjal (p < 0,05). Berdasarkan data kematian, adas bintang sebagai tanaman tunggal mampu menghambat kematian sebesar 37,5%. Hasil pengamatan histopatologi kedua organ didapatkan lesio-lesio organ berupa kongesti, degenerasi hidropis, hemoragi, infiltrasi sel radang, dan nekrosis. Pemberian ekstrak adas bintang pada ayam yang dicekok adas bintang dan ditantang virus mampu mengurangi jumlah lesio organ dibandingkan dengan ayam yang hanya ditantang virus.
Kata kunci: Adas Bintang (Illicium verum), Virus H5N1, Hati, Ginjal
ABSTRACT
The aim of this research were to study the potency of star anise and histopathology of chicken’s liver and kidney that were challenged by Avian Influenza virus subtype H5N1 after treatment with star anise (Illicium verum). The research used broiler that were divided into four groups: included K1 (positive control) that were challenged by Avian Influenza virus, K2 (negative control) that were without any treatment, P1 that were challenged by virus H5N1 and extract treatment, and P2 were the group that treated by extract star anise. Chicken was fed by extract star anise from 7 to 28 days age and were challenged by H5N1 virus intranasal with dose 104 EID50/0,1 ml/chicken. Statistical analysis using Kruskal Wallis’s test then continued by Dunn’s test showed significantly different (p<0,05) between K1 with K2, P1, and P2 for liver and showed between K1 with K2 and P2 in kidney. According to mortality rate, star anise in single treatment showed capability to reduce mortality rate 37,5%. Histopathological finding of both organ showed lesions such as congestion, degeneration, hemorrhage, infiltration of inflammatory cells, and necrosis. Treatment with star anise extract decrease lesion compare among group that were challenged by virus H5N1 and extract treatment with negative control group.
Keywords: Star Anise (Illicium verum), H5N1, Liver, Kidney
©Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian sebagiaan atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
GAMBARAN HISTOPATOLOGI ORGAN HATI DAN GINJAL
AYAM BROILER YANG DITANTANG VIRUS AVIAN INFLUENZA SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL
ADAS BINTANG (Illicium verum)
Oleh: RIZKI SEKARINGTYAS
B04062759
SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2010
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tugas Akhir : Gambaran Histopatologi Organ Hati dan Ginjal Ayam Broiler yang Ditantang Virus Avian Influenza setelah Pemberian Ekstrak Etanol Adas Bintang (Illicium verum)
Nama Mahasiswa : Rizki Sekaringtyas NIM : B04062759
Menyetujui:
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dr. drh. Wiwin Winarsih, M.Si. APVet drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet
NIP. 19630614 199002 2 001 NIP. 19630810 198803 1 004
Mengesahkan,
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
Dr. Nastiti Kusumorini
NIP. 19621205 198703 2 001
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berbagai macam nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Gambaran Histopatologi Organ
Hati dan Ginjal yang Ditantang Virus Avian Influenza setelah Pemberian Ekstrak
Etanol Adas Bintang (Illicium verum)”.
Penulis dalam kesempatan ini menyampaikan terima kasih dan
penghargaan atas pengarahan, bimbingan, dorongan serta bantuan yang telah
diberikan selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini, terutama kepada :
1 Dr. drh. Wiwin Winarsih, MSi, APVet selaku pembimbing I dan drh. Agus
Setiyono, MS, PhD, APVet selaku pembimbing II atas segala ilmu,
bimbingan, dukungan, dan perhatian yang telah diberikan,
2 Dr. drh. Eva Harlina, M.Si, APVet sebagai dosen penilai dalam seminar
skripsi,
3 drh. Abadi Sutisna, M.Si. dan drh. Upik Kesumawati Hadi, MS, Ph.D
sebagai dosen penguji dalam ujian sidang sarjana,
4 Bapak Drs. Sugijopranoto, Ibu Sudiyanthi, kakak Galuh Sekaringtyas, ST
dan Hendra Setiawan, ST atas restu, lantunan doa, dan dorongan semangat
yang selalu diberikan kepada penulis untuk selalu kuat dan tegar
menghadapi tiap permasalahan,
5 Prof. Dr. drh. Dondin Sajuthi, MST sebagai Pembimbing Akademik atas
bimbingan, dukungan, dan perhatian yang telah diberikan,
6 Dosen Fakultas Kedokteran Hewan terutama kepada drh. Andriyanto,
M.Si dan drh. Mawar Subangkit atas segala ilmu dan pelajaran hidup yang
diberikan,
7 Staf departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi terutama Pak Ndang,
Pak Kasnadi, Pak Sholeh, dan Mbak Kiki atas bantuannya selama proses
penelitian,
8 Anang Triyatmoko atas do’a, semangat, dukungan, dan perhatian serta
keyakinan untuk percaya diri kepada penulis,
9 Teman-teman sepenelitian, Ika Vina Rosevita, Zuhra Taufika, Arifin,
Ardhinta Irawan, Sonni Martahadi, Anggun, Corry Marcelinda, dan Laras
Puji Rahayu atas kerjasama dan dukungannya kepada penulis,
10 Winda Mayang Sari, Zuhra Taufika, Dina Amallia, Sisca Valinata, Vivit
Riyacumala, Apriani Sosilawati, dan Ardlina Reni atas semua pengalaman,
canda, tawa, tangis, kebersamaan, kehangatan, dukungan, dan semangat
yang diberikan kepada penulis,
11 Teman-teman angkatan 43 (Aesculapius) penulis bangga menjadi bagian
dari kalian dan atas kekompakan bersama yang tidak pernah terlupakan,
12 Keluarga besar Wisma Regina terutama kepada Rakhmawati atas bantuan
pengolahan data, Enggar Galih Mitayani, kak Rozalina, kak Ridahati
Rambey, Irma Purnama, mbak Diah Rahmawati, Yulia Wasaraka, kak
Hamigia Zulkhair, kak Larantika Hanif, kak Elrisa Ramadani, Deka, Rea,
atas keceriaan dan semangat yang diberikan kepada penulis,
13 Keluarga besar Sor Cherry Riding Club terutama mas Danang Yulianto
atas bantuan selama proses skripsi, dan
14 Berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
memerlukannya.
Bogor, Agustus 2010
Rizki Sekaringtyas
B04062759
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pacitan, Jawa Timur pada tanggal 26 Juni 1989 dan
merupakan putri kedua dari dua bersaudara pasangan Drs. Sugijopranoto dan
Sudiyanthi.
Penulis memasuki jenjang pendidikan pertama di TK GUPPI Pacitan saat
umur 4 tahun dan setahun kemudian penulis memasuki jenjang sekolah dasar di
SDN Sidoharjo I Pacitan lulus tahun 2000. Tahun 2003 penulis menyelesaikan
pendidikan di SLTPN I Pacitan dan melanjutkan sekolah di SMAN I Pacitan lulus
tahun 2006 dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswi
program sarjana di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Saringan
Masuk IPB). Setahun kemudian penulis masuk di Fakultas Kedokteran Hewan
IPB melalui seleksi Tingkat Persiapan Bersama.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif diberbagai kegiatan
kemahasiswaan. Penulis ikut sebagai anggota UKM voli periode tahun 2006-2007.
Tahun 2008 penulis masuk sebagai anggota Himpunan Minat dan Profesi
Ornithologi dan Unggas dan tahun 2009 diamanahkan menjadi Ketua Divisi
Pendidikan HIMPRO Ornithologi dan Unggas. Tahun 2007-2009 penulis juga
diamanahkan sebagai Pengurus Besar IMAKAHI bidang kaderisasi. Selain itu
penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan kepanitiaan di FKH IPB diantaranya
sebagai Ketua Panitia Seminar Residu Obat pada Produk Pangan Asal Unggas,
Bendahara Introvet 2009, dan mengikuti PKM GT dengan judul “ Pengendalian
dan Pengobatan Toksoplasmosis dengan Artemisia annua “. Penulis juga menjadi
asisten praktikum Patologi Sistemik I.
Penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul ”
Gambaran Histopatologi Organ Hati dan Ginjal Ayam Broiler yang Ditantang
Virus Avian Influenza setelah Pemberian Ekstrak Etanol Adas Bintang (Illicium
verum) ”. Penelitian dan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
IPB.
xi
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................ 2 1.3 Hipotesis .............................................................................................. 3 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 3 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 4 2.1 Avian Influenza ................................................................................. 4 2.1.1 Etiologi ..................................................................................... 4 2.1.2 Patogenesa ................................................................................. 5 2.2 Adas Bintang (Illicium verum) ............................................................ 6 2.3 Hati Unggas ......................................................................................... 7 2.4 Ginjal Unggas ...................................................................................... 8 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 10 3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................. 10 3.2 Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 10 3.2.1 Peralatan dan Bahan di Kandang Ayam .................................... 10 3.2.2 Peralatan dan Bahan di Laboratorium Histopatologi ................ 10 3.3 Prosedur Penelitian .............................................................................. 10 3.3.1 Pembuatan Ekstrak Adas Bintang .............................................. 10 3.3.2 Hewan Coba ............................................................................... 11 3.3.3 Kandang ..................................................................................... 12 3.3.4 Pemeliharaan Ayam, Pemberian Ekstrak Tanaman, dan Uji
Tantang Virus H5N1 ................................................................ 11 3.3.5 Pembuatan Preparat Histopatologi Hati dan Ginjal ................. 11 3.3.6 Pengamatan Histopatologi .......................................................... 13 3.3.7 Analisis Data .............................................................................. 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 15 4.1 Hasil Evaluasi Organ Hati .................................................................. 16 4.2 Hasil Evaluasi Organ Ginjal ............................................................... 22 5 SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 26 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27 LAMPIRAN ..................................................................................................... 30
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Skoring organ hati dan ginjal .................................................................... 14
2 Klasifikasi skoring organ hati dan ginjal ................................................. 14
3 Data kematian ayam setelah ditantang virus H5N1 .................................. 15
4 Hasil skoring organ hati pada setiap kelompok perlakuan ....................... 16
5 Hasil skoring organ ginjal pada setiap kelompok perlakuan .................... 22
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Virus avian influenza ................................................................................ 4
2 Sikus penyebaran virus avian influenza .................................................... 5
3 (a) Adas Bintang (Illicium verum), (b) tanaman Adas Bintang ................ 6
4 Anatomi ayam ........................................................................................... 8
5 Degenerasi tubulus, nefritis interstitial ringan, deskuamasi, dan nekrosa sel
epitel ......................................................................................................... 9
6 Hati: degenerasi hidropis sel, pada kelompok ayam yang diberikan ekstrak
adas bintang dan ditantang virus AI (P1), pewarnaan HE,
perbesaran 40x10 ...................................................................................... 20
7 Hati: infiltrasi sel radang, pada kelompok ayam yang ditantang
virus AI (K1), pewarnaan HE, perbesaran 10x10 ..................................... 20
8 Hati: nekrosis, pada kelompok ayam yang ditantang virus tanpa
ekstrak adas bintang (K1), pewarnaan HE, perbesaran 10x10 ................. 21
9 Hati: kongesti, pada kelompok ayam yang tidak
diberikan perlakuan/kontrol negatif, pewarnaan HE, perbesaran 10x10 ... 21
10 Ginjal: degenerasi tubuli, pada kelompok ayam yang ditantang
virus dan diberi ekstrak adas bintang, pewarnaan HE, perbesaran 10x10…24
11 Ginjal: nekrosis tubulus, pada kelompok ayam yang
ditantang virus AI tanpa diberi ekstrak adas bintang (K1), pewarnaan
HE, perbesaran 10x10 ............................................................................... 25
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Analisis Kruskal Wallis organ hati ........................................................... 31
2 Analisis Kruskal Wallis organ ginjal ........................................................ 32
1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Avian influenza merupakan suatu penyakit viral menular yang menyerang
beberapa spesies unggas produksi (ayam, kalkun, dan burung puyuh) serta burung
liar dan burung peliharaan (OIE 2010), yang ditandai oleh adanya gangguan
pernapasan, depresi dan penurunan konsumsi pakan dan minum, penurunan produksi
telur dan penurunan daya tetas telur pada ayam bibit (Tabbu 2000). Avian influenza
yang menyebabkan kematian yang sangat tinggi pada unggas dilaporkan pertama kali
pada tahun 1878 dan dikenal dengan nama fowl plaque. Avian influenza berdampak
ekonomi yang penting pada industri perunggasan karena menyebabkan mortalitas dan
morbiditas yang tinggi, penurunan produksi, dan peningkatan biaya penanggulangan,
khususnya biaya sanitasi/desinfeksi. Virus H5N1 ini juga bersifat zoonosis sehingga
cara penanggulangannya menjadi semakin kompleks dan mahal (Tabbu 2000).
Sebelum tahun 2003 Indonesia merupakan negara yang bebas dari HPAI
meskipun pada saat itu Balai Besar Penelitian Veteriner (Balitvet) pernah mengisolasi
virus influenza Tipe A dari itik dan berbagai jenis burung, namun semua isolat
tersebut tergolong dalam low pathogenic avian influenza (LPAI) dengan subtipe
H4N2 dan H4N6 (Komnas FBPI 2007 dalam Jatmiko 2007). Virus avian influenza
pertama kali ditemukan di Indonesia pada pertengahan Agustus 2003 di peternakan
ayam komersial. Virus avian influenza ini menyebar dengan cepat ke berbagai
wilayah di Jawa, kemudian meluas ke Sumatera Selatan, Bali, dan daerah lain di
Indonesia. Di Indonesia kasus kejadian AI pada manusia pertama kali ditemukan di
Tangerang pada Juli 2005.
Akhir tahun 2003 di sejumlah negara telah tertular penyakit influenza pada
unggas dan bersifat mewabah seperti Korea Selatan, Jepang, Vietnam, Thailand,
Taiwan, Kamboja, Hongkong, Laos, Republik Rakyat Cina, Pakistan dan termasuk
Indonesia. Data terakhir menunjukan bahwa sebanyak 139 kabupaten/kota di 22
provinsi telah tertular (dan menjadi daerah endemis) avian influenza, yaitu Jawa
Barat, Banten, DKI Jakarta, Bali, NTB, NTT, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu,
2
Bangka Belitung, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Utara, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Utara (Patu 2010).
Obat antivirus influenza yang pertama ditemukan adalah derivat adamantan
yaitu, amantadin dan rimantadin. Kedua obat ini merupakan penghambat protein
saluran ion M2 virus influenza. Obat tersebut cukup efektif, tetapi hanya aktif
terhadap virus influenza A dan tidak terhadap influenza B karena virus influenza B
tidak memiliki protein M2. Kemudian dikembangkan obat antivirus influenza
penghambat neuraminidase. Terjadinya resistensi terhadap penghambat
neuraminidase agak sulit, karena lokasi tempat mutasi agar terjadi resistensi terletak
di daerah bagian enzim neuraminidase yang sangat dilindungi, sehingga potensi
untuk terjadinya resistensi sangat rendah (Setiawan 2009). Adas bintang (Illicium
verum) telah dikenal fungsinya sebagai bahan baku oseltamivir carboxylate
(Tamiflu®). Asam shikimat merupakan hasil biosintesis dengan HPLC dari tanaman
Illicium verum yang digunakan sebagai obat untuk flu burung subtipe H5N1 (Enrich
et al. 2008). Obat tersebut bekerja dengan menghambat protein virus neuraminidase
(NA) melepas ikatan antara hemaglutinin (HA) virus influenza dengan komponen
asam sialat dinding sel pada saat virus keluar dari sel yang terinfeksi (Moscona 2005
dalam Mahardika et al. 2008).
Organ hati memiliki beberapa fungsi untuk tubuh di antaranya adalah memiliki
asam empedu yang memudahkan pencernaan, metabolisme karbohidrat, tempat
metabolisme metabolit, detoksifikasi, dan hati memiliki sel Kupffer sebagai
antimikrobial (Doneley 2004). Ginjal merupakan organ utama yang berfungsi untuk
membuang produk sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh (Guyton
& John 2007).
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gambaran histopatologi hati dan ginjal
ayam yang ditantang virus avian influenza subtipe H5N1 setelah pemberian ekstrak
adas bintang (Illicium verum).
3
1.3 Hipotesis
H0 : Tidak terdapat perbedaan gambaran histopatologi hati dan ginjal ayam yang
ditantang virus tanpa diberi ekstrak adas bintang, ayam yang diberi ekstrak
adas bintang tanpa ditantang virus, dengan ayam yang diberi ekstrak adas
bintang dan ditantang virus.
H1 : Terdapat perbedaan gambaran histopatologi hati dan ginjal ayam yang
ditantang virus tanpa diberi ekstrak adas bintang, ayam yang diberi ekstrak
adas bintang tanpa ditantang virus, dengan ayam yang diberi ekstrak adas
bintang dan ditantang virus.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar tanaman obat adas
bintang (Illicium verum) untuk penanggulangan avian influenza dan sebagai acuan
untuk penelitian selanjutnya.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Avian Influenza
2.1.1 Etiologi
Influenza adalah infeksi dan atau sindrom penyakit yang disebabkan oleh virus
influenza tipe A, bagian dari famili Orthomyxoviridae (Easterday & Hinshaw 1991).
Virus avian influenza berukuran medium, RNA pleomorfik dengan helikal simetris
dan memiliki glikoprotein pada amplop yang memiliki aktivitas hemaglutinasi dan
neuraminidase (Gambar 1). Fungsi hemaglutinin (HA) adalah untuk perlekatan virion
pada reseptor di permukaan sel (sialiloligosakarida). Antibodi tubuh inang berperan
penting dalam melawan HA dengan cara menetralisasi virus dan memberikan
antibodi terhadap infeksi berikutnya. Aktivitas enzim neuraminidase (NA) yaitu
sebagai pelepasan virus baru dari sel oleh karena adanya asam neuraminik pada
reseptor. Antibodi terhadap NA juga berperan penting terhadap perlindungan yaitu
dengan cara membatasi penyebaran virus pada sel yang terinfeksi.
Gambar 1. Virus Avian Influenza Sumber : (http://www.csa.com), 2006
Easterday & Hinshaw (1991), menjelaskan bahwa virus akan berikatan dengan
reseptor glikoprotein yang terdiri dari asam sialik pada permukaan sel. Virus
kemudian memasuki sel berperantara reseptor dengan cara endositosis. Variasi
antigenik pada virus influenza dapat ditemukan dengan frekuensi yang tinggi dan
terjadi melalui dua cara, yaitu drift dan shift. Drift antigenik terjadi oleh adanya
perubahan struktur antigenik yang bersifat minor pada antigen permukaan H dan/atau
5
N. Shift antigenik terjadi oleh adanya perubahan struktur antigenik yang bersifat
dominan pada antigen permukaan HA dan/atau NA. Virus pada unggas disimpulkan
lebih jarang mengalami drift antigenik dibandingkan virus pada mamalia (Tabbu
2000). Ayam, kalkun, dan bebek merupakan hewan yang sering digunakan sebagai
hewan coba laboratorium karena spesies terinfeksi virus pada kondisi alami
(Easterday & Hinshaw 1991).
2.1.2 Patogenesa
Infeksi virus H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes setelah terjadi
penempelan spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel
hospesnya. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan
materi ke dalam inti sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin genetik dari sel
hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan virion-virion
ini dapat menginfeksi kembali sel-sel di sekitarnya. Gambar 2 menjelaskan
bagaimana penyebaran virus avian influenza hingga dapat menginfeksi unggas dan
manusia.
Gambar 2. Siklus Penyebaran Virus Avian Influenza Sumber : (http://www.influenzareport.com), 2007
Hasil pemeriksaan terhadap spesimen klinik yang diambil dari penderita
ternyata avian influenza subtipe H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring
(Peiris et.al. 2004 dalam Radji 2006), dan di dalam sel gastrointestinal (de Jong 2005
Reservoir : unggas & burung liar
Mutasi spontan di tempat replikasi HA : HPAIV
Unggas domestik
Ayam domestik : adaptasi viral
Penyebaran lateral : menyebabkan kematian
6
dalam Radji 2006). Virus H5N1 juga dapat dideteksi di dalam cairan darah, cairan
serebrospinal, dan tinja pasien (WHO 2005 dalam Radji 2006). Masa inkubasi
berkisar antara beberapa jam sampai 3 hari; masa inkubasi tersebut tergantung pada
dosis virus, rute kontak dan spesies unggas yang terserang (Tabbu 2000).
2.2 Adas Bintang (Illicium verum)
Tanaman adas bintang berasal dari Cina Selatan dan Vietnam Utara yang
merupakan pohon penghasil minyak atsiri dan banyak dibudidayakan di Vietnam.
Buahnya berbentuk bintang (Gambar 3) dan merupakan rempah-rempah yang banyak
digunakan dalam masakan khas Vietnam (Loi & Thu 1970 dalam Tuan &
Ilangantileke 1996).
Taksonomi adas bintang adalah:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatofita
Divisi : Magnoliofita
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Illiciales
Famili : Illiciaceae
Genus : Illicium
Spesies : Illicium verum
(www.plantamor.com 2010).
Komponen utama dalam minyak adas bintang adalah trans-anetol, merupakan
paramexotoxifenil propena yang berjumlah 85-90% (dalam berat) (WHO & Institute
of Materia Medica 1990 dalam Tuan & Ilangantileke 1996). Penelitian yang
dilakukan Liu et al. (2007) menunjukkan bahwa adas bintang Cina memiliki
kandungan fenol lebih tinggi dibandingkan dengan flavonoid. Ekstrak adas bintang
menunjukkan memiliki kandungan antioksidan yang tinggi dan mengindikasikan
bagus untuk penangkal radikal bebas. Adas bintang banyak digunakan sebagai
7
senyawa gastrokinetik untuk membantu memperbaiki gangguan sistem pencernaan.
Kandungan pada jenis Illicium yang beracun diantaranya adalah safrol dan eugenol
namun tidak ditemukan dalam Illicium verum. Illicium verum mengandung senyawa
beracun yaitu veranisatin A, B, dan C namun aman karena berada pada konsentrasi
rendah (Ize-Ludlow et al. 2004).
(a) (b)
Gambar 3 (a) Adas Bintang (Illicium verum), (b) tanaman Adas Bintang Sumber : (a) www.en.academic.ru, 2010 dan (b) www.woodland.com, 2010
Komponen utama dalam minyak adas adalah suatu senyawa terpenoida yang
disebut anetol (4-alilanisoi) dan merupakan suatu desinfektan ringan (Effendi 1996).
Tanaman obat memproduksi berbagai macam konstituen kimia yang memiliki potensi
untuk menghambat replikasi virus dan senyawa yang berasalkan dari alam sebagai
pengendali infeksi virus. Minyak adas bintang mampu menurunkan infektivitas virus
herpes sekitar > 99%, fenilpropanoid menghambat infektivitas HSV (herpes simplex
virus) sekitar 60-80%, dan sesquiterpenes menekan infeksi virus herpes sekitar 40-
98%. Penelitian menunjukkan kandungan minyak adas dalam dosis tinggi mampu
menghambat virus HSV-1 dengan cara mengganggu struktur amplop virion atau
struktur pelindung virus yang diperlukan untuk adsorpsi atau masuk ke dalam inang
(Astani et al. 2009).
2.3 Hati Unggas
Hati unggas terdiri dari lobus kanan dan kiri yang bergabung ke arah kranial di
garis bagian tengah (Gambar 4). Lobus bagian kanan berukuran lebih besar daripada
8
lobus bagian kiri, dengan setiap lobus memiliki beberapa proses kecil. Hati tertutup
oleh kapsula jaringan ikat yang tipis dan sedikit elastis sehingga memungkinkan
adanya pergerakan. Hati disuplai darah melalui arteri hepatika dextra dan sinistra dan
vena portal hepatika. Hati memiliki beberapa fungsi untuk tubuh, yaitu sebagai organ
pencernaan, metabolisme karbohidrat, metabolisme metabolit obat-obatan dan bahan
kimia, sintesis protein, dan efek antimikrobial (Doneley 2004).
Gambar 4. Anatomi Ayam
Sumber : (www.synchronium.net), 2009
Hati memiliki kemampuan regenerasi yang luar biasa. Karena diferensiasi
morfologi relatif rendah di dalam hati, hepatosit dapat digantikan selama kerusakan
masih pada batas 12%. Jaensch et al. (2000) dalam Doneley (2004), menunjukkan
bahwa setelah dilakukan operasi pengangkatan massa hati sebanyak 6%, regenerasi
akan terjadi pada 7 hari kemudian. Jika pengobatan mampu menyebabkan
persembuhan dengan segera, pembentukan fibrosis tidak akan terjadi. Namun setelah
beberapa minggu tidak terjadi persembuhan maka persembuhan secara normal
kembali tidak terjadi.
2.4 Ginjal Unggas
Ginjal unggas berjumlah dua buah terletak pada dinding posterior abdomen, di
luar rongga peritoneum (Gambar 4). Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah
Ginjal
HatiUsus Halus
Pankreas
Limpa
Oviduk
Kolon Jantung
Esofagus dan trakhea
Paru-paru
9
lekukan yang disebut hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik,
suplai saraf, dan ureter yang membawa urin akhir dari ginjal ke kandung kemih,
tempat urin disimpan hingga dikeluarkan. Ginjal dilingkupi oleh kapsul fibrosa yang
keras untuk melindungi struktur dalamnya yang rapuh (Guyton & John 2007).
Ginjal ayam terletak pada sinsakrum bagian fossa renalis. Ginjal unggas terdiri
dari puluhan hingga ratusan mikroskopik lobus. Tiap lobus terdiri dari kerucut
korteks dan medula yang bertugas sebagai unit semiautogenus serta dua tipe nefron
juga ditemukan pada ginjal unggas. Ginjal merupakan organ utama yang berfungsi
untuk membuang produk sisa metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh.
Ginjal juga membuang sebagian besar toksin dan zat asing lainnya yang diproduksi
oleh pencernaan, seperti pestisida, obat-obatan, dan zat aditif makanan (Guyton &
John 2007). Ginjal merupakan sel tropisme untuk strain virus yang spesifik dan
banyak dilakukan eksperimental inokulasi secara intravena (Swayne & Mary 2008).
Gambar 5 merupakan gambaran histopatologi ginjal yang mengalami degenerasi
tubulus, nefritis interstitial ringan, deskuamasi, dan nekrosa sel epitel. Tanda panah
menunjukkan gambaran histopatologi hati yang mengalami degenerasi tubulus.
Gambar 5. Degenerasi Tubulus ( ), Nefritis Interstitial Ringan, Deskuamasi, dan
Nekrosa Sel Epitel. Sumber : http://www.informaworld.com, 2006
10
3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2008 hingga Juni 2010 yaitu pemberian
ekstrak tanaman adas bintang pada ayam yang selanjutnya dilihat efektivitas tanaman
tersebut dengan cara ayam ditantang virus avian influenza bertempat di kandang
hewan laboratorium. Pengamatan histopatologi hati dan ginjal ayam dilakukan di
laboratorium histopatologi, Bagian Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Peralatan dan Bahan di Kandang Ayam
Peralatan yang digunakan di kandang coba antara lain syringe 1 ml untuk
pengambilan ekstrak, tempat pakan dan minum, kandang hewan coba yang terbuat
dari papan kayu, lampu 2 buah, timbangan elektronik. Bahan yang digunakan di
kandang hewan laboratorium antara lain 14 ekor ayam broiler, pakan konsentrat, air,
litter, ekstrak tanaman obat adas, dan virus H5N1 strain Legok..
3.2.2 Peralatan dan Bahan Penelitian di Laboratorium Histopatologi
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan dan pengamatan sediaan
histopatologi antara lain tissue casset, automatic tissue processor, mikrotom,
pencetak parafin, gelas objek, gelas penutup, mikroskop cahaya, dan alat
mikrofotografi.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Pembuatan Ekstrak Adas Bintang
Pembuatan ekstrak dilakukan oleh BALITTRO (Balai Penelitian Tanaman Obat
dan Aromatik) dalam bentuk larutan dalam botol. Posedur pembuatan sediaan
tanaman obat berupa simplisia dan ekstrak adalah sebagai berikut :
(1). Sortasi
Sebelum dicuci masing-masing bahan disortir dengan tujuan untuk
memisahkan bagian tanaman yang rusak dan yang baik.
11
(2). Pencucian
Masing-masing bahan dicuci dengan air mengalir sampai bersih, setelah
dicuci ditiriskan dan diiris tipis-tipis.
(3). Pengeringan
Bahan dijemur di bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam dilanjutkan
dengan oven pada 40º C sampai kadar air sesuai standar.
(4). Penggilingan
Masing-masing bahan digiling dengan menggunakan alat penggiling. Tahapan
ekstraksi melalui tahapan sebagai berikut, yaitu bahan yang digunakan adalah adas
bintang selanjutnya bahan dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 45°C, sampai kadar
air ± 10 %, kemudian digiling dengan ukuran 60 mesh. Bahan yang sudah halus
masing-masing direndam dalam alkohol 95% dengan perbandingan 1 : 5 dan diaduk
dengan pengaduk listrik selama 4 jam, kemudian didiamkan 1 malam. Selanjutnya
bahan itu disaring menggunakan kertas saring dan diambil bagian cairannya,
diuapkan dengan alat rotary evaporator sampai alkoholnya habis. Ekstrak pekat
yang dihasilkan kemudian dimurnikan dengan etil asetat dan diperoleh ekstrak pekat
murni. Ekstrak tanaman obat per botol memiliki volume sebanyak 100 ml dengan
konsentrasi 10 % untuk diberikan sebanyak 1 ml satu kali sehari pada masing-masing
ayam.
3.3.2 Hewan Coba
Penelitian dengan menggunakan tanaman adas menggunakan 14 ekor ayam
broiler dengan pembagian 8 ekor sebagai ayam uji (diberi ekstrak tanaman adas dan
ditantang virus AI), 2 ekor sebagai ayam kontrol (tidak diberi ekstrak tanaman adas
namun ditantang virus AI), 2 ekor sebagai ayam kontrol (tidak diberikan ekstrak
tanaman adas dan tidak ditantang virus AI), dan 2 ekor sebagai ayam kontrol (diberi
ekstrak tanaman adas namun tidak ditantang virus AI). Semua hewan diberikan
minum secara ad libitum dan pakan setiap hari.
12
3.3.3 Kandang
Kandang bertempat di kandang hewan laboratorium. Penantangan ayam dengan
virus avian influenza dilakukan di PT. Vaksindo Satwa Nusantara, Cicadas, Gunung
Putri, Bogor.
3.3.4 Pemeliharaan Ayam, Pemberian Ekstrak Tanaman, dan Penantangan
Virus Avian Influenza
Ayam yang digunakan adalah ayam broiler DOC strain Cobb berjumlah 14
ekor. Kandang tersebut dialasi dengan sekam dengan bagian atas kandang terbuka
untuk sirkulasi udara. Kandang dibersihkan setiap hari untuk menjaga kebersihan dan
kesehatan ayam. Pemberian pakan dilakukan setiap hari dan dengan air minum ad
libitum. Ayam dipelihara selama 28 hari. Hari pertama hingga hari ketujuh ayam
diadaptasikan. Hari ketujuh hingga hari ke 28 ayam dicekok dengan ekstrak adas
bintang (Illicium verum). Selanjutnya ayam ditantang virus avian influenza selama 7
hari. Sedangkan ayam Specific Pathogen Free (SPF) tidak diberi ekstrak tanaman
obat namun ditantang virus. Ayam SPF didapat dari PT. Vaksindo Satwa Nusantara,
Cicadas, Bogor. Ayam diinfeksi virus H5N1 rute intranasal dengan dosis 104.0
EID50/0,1 ml per ekor.
3.3.5 Pembuatan Preparat Histopatologi Hati dan Ginjal
Organ yang telah diawetkan dalam larutan formalin kemudian dipotong dengan
ketebalan ± 3 mm. Potongan organ tersebut dimasukkan ke dalam tissue casset
selanjutnya dilakukan dehidrasi dengan cara merendam sediaan tersebut secara
berturut-turut ke dalam alkohol 70%, 80%, 90%, alkohol absolut I, alkohol absolut II,
xilol I, xilol II, parafin I, dan parafin II. Masing-masing proses perendaman pada
setiap bahan dilakukan selama dua jam dan berjalan secara otomatis dalam alat tissue
processor.
Tahapan selanjutnya, potongan organ dimasukkan ke dalam alat pencetak berisi
parafin cair. Letak potongan organ diatur agar tetap berada di tengah blok parafin.
Setelah mulai membeku, parafin ditambahkan kembali sampai alat pencetak penuh,
lalu dibiarkan sampai parafin mengeras. Setelah itu, jaringan dipotong dengan
13
ketebalan 5 μm menggunakan mikrotom. Hasil pemotongan yang berbentuk pita
(ribbon), diletakkan di atas permukaan air hangat (45°C) dengan tujuan untuk
menghilangkan lipatan akibat pemotongan. Sediaan diangkat dari permukaan air
dengan gelas objek yang telah di ulasi larutan albumin yang berfungsi sebagai
perekat. Selanjutnya sediaan dikeringkan dalam inkubator suhu 60°C selama satu
malam.
Sediaan dimasukkan ke dalam xilol untuk dideparafinisasi sebanyak dua kali,
masing-masing selama dua menit. Selanjutnya sediaan melalui proses rehidrasi.
Proses rehidrasi dimulai dari alkohol absolut sampai ke alkohol 80%, masing-masing
lamanya dua menit. Setelah itu, sediaan dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan.
Sediaan yang telah kering diwarnai dengan pewarnaan Mayer’s Hematoksilin selama
8 menit, dibilas dengan air mengalir, dicuci dengan lithium karbonat selama 15-30
detik, dibilas dengan air, dan diwarnai dengan pewarna Eosin selama dua menit.
Selanjutnya, sediaan dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan warna Eosin
yang berlebih sebelum akhirnya dikeringkan.
Setelah kering, sediaan dicelupkan ke dalam alkohol 90% sebanyak 10 kali
celupan, alkohol absolut I sebanyak 10 kali celupan, alkohol absolut II selama 2
menit, xilol I selama satu menit dan xilol II selama dua menit. Sediaan ditetesi
perekat permount, ditutup dengan gelas penutup, dan dibiarkan kering. Setelah
perekat kering sediaan siap diamati menggunakan mikroskop cahaya.
3.3.6 Pengamatan Histopatologi
Pengamatan histopatologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya
perbesaran 40x10 (40 kali objektif dan 10 kali okuler) dengan 10 kali lapangan
pandang. Organ yang diamati adalah hati dan ginjal ayam. Pengamatan dilakukan
untuk melihat perubahan histopatologi yang terjadi pada organ setelah dicekok
tanaman adas bintang (Illicium verum) yang selanjutnya ditantang dengan virus avian
influenza.
14
Data yang digunakan adalah data kualitatif yang diperoleh dengan skoring lesio
pada jaringan hati dan jaringan ginjal serta hasil foto pengamatan. Adapun kriteria
skoring yang digunakan dituliskan di bawah ini (Tabel 1).
Tabel 1. Skoring organ hati dan ginjal Nilai Skoring Skoring Organ Hati Skoring Organ Ginjal
0 Normal Normal 1 Kongesti Kongesti 2 Degenerasi sel Degenerasi tubulus 3 Hemoragi Hemoragi 4 Infiltrasi sel radang Infiltrasi sel radang 5 Nekrosis Nekrosis
Semakin besar rataan skor yang diperoleh dalam satu preparat dengan 10 kali
lapangan pandang mengindikasikan terjadinya perubahan histopatologi yang makin
besar. Skoring lanjutan berdasarkan hasil rataan dari tiap kelompok ditujukan untuk
mengelompokkan nilai (Tabel 3).
Tabel 3. Klasifikasi skoring organ hati dan ginjal
Rataan Skoring Keterangan
0 = 0,0 < χ < 0,9 1 = 0,9 ≤ χ < 1,9 2 = 1,9 ≤ χ < 2,9 3 = 2,9 ≤ χ < 3,9 4 = 3,9 ≤ χ < 4,9
5= 4,9 ≤ χ
Normal Kongesti Degenerasi sel Hemoragi Infiltrasi sel radang Nekrosis
3.3.7 Analisis Data
Hasil skoring histopatologi parenkim organ hati dan ginjal dianalisis
menggunakan uji statistik non parametrik dengan metode Kruskal-Wallis dan
dilanjutkan dengan uji Dunn.
15
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan terhadap data kematian pada semua kelompok
perlakuan, baik pada kelompok kontrol positif (K1), kontrol negatif (K2), maupun
pada kelompok perlakuan I dan II dari hari pertama hingga hari keempat semua ayam
belum ada yang mati. Namun pada hari kelima terdapat seekor ayam yang mati dan
pada hari ketujuh (hari terakhir pengamatan) didapatkan kematian ayam total sebesar
empat ekor, sehingga total persentase kematian sebesar 62,5% dan persentase ayam
hidup 37,5% (Tabel 4).
Tabel 4. Data kematian ayam setelah ditantang virus H5N1 Kelompok Perlakuan
Jumlah Ayam
Jumlah ayam mati pada hari ke- setelah tantangan Virus AI
Jumlah Persentase Ayam Mati
Jumlah Persentase
Ayam Hidup 1 2 3 4 5 6 7
Adas Bintang 8 - - - - 1 - 4 62,5% 37,5%
Kontrol Positif (K1)
2 - - - - - - 2 100% -
Hasil pengamatan histopatologi jaringan hati dan ginjal pada kelompok
perlakuan yang diberi ekstrak adas bintang (Illicium verum) tanpa ditantang virus AI
(P2) menunjukkan gambaran yang baik dengan derajat kerusakan yang rendah, hal ini
dapat diasumsikan organ hati dan ginjal bekerja lebih baik. Kemampuan ayam pada
kelompok yang diberi ekstrak adas bintang dan ditantang virus (P1) memiliki
persentase hidup 37,5%, kemungkinan hal ini berkaitan dengan kinerja organ hati dan
ginjal yang baik sehingga ayam memiliki kemampuan untuk memperbaiki fungsi
organ saat terinfeksi oleh virus AI.
Menurut Setiyono et al. (2008), analisis kandungan bahan kimia tanaman adas
bintang dengan metode gas kromatografi spektrometri massa (GC-MS) menunjukkan
komponen kimia anetol dan kavikol. Penelitian yang telah dilakukan dengan
menggunakan buah adas menunjukkan adanya daya kerja antimikroba (Hartini et al.
2006), antiinflamasi (Choi & Hwang 2004 dalam Nurbara 2009) dan dalam dosis
tinggi mampu menghambat virus HSV-1 (Astani et al. 2009). Banyak studi telah
16
menyarankan bahwa konsumsi antioksidan alami tertentu menyebabkan pengurangan
stres oksidatif (Osawa 1999 dalam Liu et al. 2007).
Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau
polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin,
tokoferol dan asam-asam organik polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki
aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, katekin, flavonol dan
kalkon (Gordon 1993 dalam Jati 2008).
4.1 Hasil Evaluasi Histopatologi Organ Hati
Pengamatan histopatologi organ hati menunjukkan perubahan pada semua
kelompok perlakuan. Gambaran histopatologi yang muncul dominan pada organ hati
adalah degenerasi, nekrosis, hemoragi, dan infiltrasi sel radang (Tabel 5).
Tabel 5. Hasil skoring lesio histopatologi organ hati pada setiap kelompok perlakuan
Kode Jumlah lesio histopatologi Perlakuan Rataan Skoring SKOR 0 1 2 3 4 5
K1 4 a 0 0 2 6 2 10
K2 1 b 0 6 13 0 1 0
P1 3 c 0 0 12 1 0 7
P2 1b 6 0 14 0 0 0 Keterangan : Skor 0 : Normal Skor 3 : Hemoragi Skor 1 : Kongesti Skor 4 : Infiltrasi sel radang Skor 2 : Degenerasi Skor 5 : Nekrosis Keterangan :a,b,c huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata diantara kelompok perlakuan pada taraf kepercayaan 95%. K1 : Kontrol Positif (hanya ditantang virus H5N1); K2 : Kontrol Negatif (tidak diberikan perlakuan sama sekali); P1 : Kelompok ayam yang diberi ekstrak adas bintang dan ditantang virus H5N1; P2 : Kelompok ayam yang diberi ekstrak adas bintang.
Hasil nilai rataan skoring pada kedua kelompok yang tidak diberi virus AI
menunjukkan bahwa kelompok K2 memiliki rataan skoring yang sama dengan
kelompok P2. Hal itu menandakan bahwa derajat keparahan jaringan berada pada
tingkat kerusakan yang sama. Gambaran histopatologi yang muncul pada kelompok
P2 menunjukkan gambaran yang lebih baik jika dibandingkan kelompok K2, ditandai
17
dengan lebih banyak ditemukan beberapa jumlah sel yang normal dan degenerasi sel
hati. Gambaran yang lebih dominan muncul pada kelompok K2 adalah degenerasi sel
hati yang diikuti kongesti (Gambar 9) dan infiltrasi sel radang. Secara umum hasil
gambaran histopatologi yang ditunjukkan pada kelompok K2 dan P2 menunjukkan
tingkat kerusakan jaringan yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang ditantang
virus yaitu K1 dan P1.
Berdasarkan analisis statistik Kruskal Wallis didapatkan hasil bahwa terdapat
perbedaan gambaran histopatologi yang nyata (p<0,05) antara kelompok K1 dengan
kelompok K2, P1, dan P2 namun tidak berbeda nyata antara kelompok K2 dan P2.
Berdasarkan hasil pada Tabel 4 terlihat bahwa kelompok ayam yang ditantang virus
H5N1 (K1) memiliki derajat keparahan yang lebih tinggi. Gambaran histopatologi
yang muncul pada kelompok ayam yang dicekok ekstrak adas bintang dan ditantang
virus (P1) memberikan gambaran yang lebih baik jika dibandingkan dengan
kelompok ayam yang ditantang virus (K1) yaitu lebih dominan muncul degenerasi sel
hati, diikuti nekrosis dan hemoragi dalam jumlah ringan. Kelompok ayam yang
ditantang virus H5N1 (K1) terlihat lebih dominan nekrosis (Gambar 8) dan hemoragi,
diikuti degenerasi dan infiltrasi sel radang dalam jumlah lebih rendah. Hal ini
menggambarkan potensi adas bintang terhadap infeksi virus H5N1. Menurut Swayne
& Mary (2008), virus HPAI (Highly Pathogenic Avian Influenza) akan
mengakibatkan terjadinya nekrosis dan apoptosis pada sel unggas yang terinfeksi oleh
virus AI. Menurut Setiawan (2009), bahwa virus influenza selain berkembang pada
saluran napas juga dapat berkembang pada saluran cerna unggas yang terinfeksi.
Kelompok ayam yang diberi ekstrak adas bintang (P2) menunjukkan derajat
keparahan paling rendah yang ditunjukkan adanya degenerasi (Gambar 6) dan
sebagian masih menunjukkan gambaran histopatologi hati yang normal. Kerusakan
yang terjadi pada kelompok ayam yang dicekok adas bintang (P2) dimungkinkan
karena faktor stres terutama saat perlakuan penanganan ayam untuk dicekok.
Kerusakan yang terjadi pada kelompok yang tidak diberi perlakuan (K2)
dimungkinkan karena respon individu yang rentan terhadap berbagai antigen yang
ada di udara bebas. Menurut Arief (2010), bahwa tubuh pada proses metabolisme
18
yang normal menghasilkan partikel berenergi tinggi dalam jumlah kecil yang dikenal
sebagai radikal bebas. Atom atau molekul dengan elektron bebas ini dapat digunakan
untuk menghasilkan tenaga dan beberapa fungsi fisiologis seperti kemampuan untuk
membunuh virus dan bakteri, namun oleh karena mempunyai tenaga yang sangat
tinggi sehingga zat tersebut dapat merusak jaringan normal apabila jumlahnya terlalu
banyak.
Selain memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi dan antimikroba, adas
bintang (Illicium verum) juga memiliki kandungan sebagai antioksidan (Yingming et
al. 2004). Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir
radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas dan
menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat
menimbulkan stres oksidatif (Rahmawati 2010).
Guyton & John (2007) menjelaskan bahwa stres akan meningkatkan aktifitas
saraf simpatis untuk melepaskan hormon stres berupa adrenalin dan kortisol. Adanya
zat yang bersifat toksik pada hepar ditandai dengan adanya degenerasi sel yang
meliputi degenerasi bengkak keruh, degenerasi perlemakan pembentukan vakuola dan
nekrosis (kematian sel) (Rusmiati & Lestari 2004). Menurut Zimmerman (1978)
dalam Wijayanti (2008), degenerasi adalah perubahan-perubahan morfologi yang
masih dapat pulih (reversible), tetapi apabila berjalan lama dan derajatnya berlebih,
akhirnya mengakibatkan kematian sel (nekrosis).
Perubahan dari perlakuan kontrol (P2) merupakan petunjuk adanya gangguan
metabolisme dalam sel namun gangguan ini tidak begitu parah. Gangguan
metabolisme sel biasanya didahului oleh berkurangnya oksigen karena pengaruh
masuknya senyawa toksik dalam ekstrak adas bintang ke dalam tubuh. Hati
merupakan organ utama untuk membersihkan zat-zat toksin berasal dari bakteri
maupun zat kimia lain (Arief 2010). Menurut Winekler et al. (1971) dalam Rusmiati
& Lestari (2004), bahwa oksigen sangat penting bagi berbagai reaksi seluler sehingga
terganggunya suplai oksigen berakibat reaksi seluler tidak berjalan sebagaimana
mestinya.
19
Hemoragi atau pendarahan yang terlihat pada jaringan hati merupakan indikasi
adanya kerusakan pada pembuluh darah. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
gangguan pada proses biokimiawi dari organ hati, yang pada akhirnya mengakibatkan
gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak pada sel. Gangguan
metabolisme intraseluler ini akhirnya mengakibatkan perubahan pada struktur sel hati
(Darmawan 1994 dalam Handayani 2009). Adanya gambaran histopatologi berupa
infiltrasi sel radang (Gambar 7), seperti yang dikemukakan Tizard (1987) dalam
Handayani (2009), bahwa infiltrasi sel radang merupakan reaksi tanggap kebal yang
terjadi di dalam tubuh untuk mengeliminasi benda-benda asing atau antigen yang
masuk, dan sel radang ini akan menginduksi pembentukan antibodi di dalam tubuh.
Sel radang yang dominan dilepaskan pada setiap infeksi berbeda-beda tergantung dari
agen penyebab, apabila infeksi disebabkan oleh virus maka sel radang yang dominan
muncul adalah limfosit (Handayani 2009).
Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan saat tubuh secara keseluruhan masih
hidup (Smith & Thomas 1961). Penyebab umum dari nekrosis adalah iskemia dan
sejumlah agen eksogen termasuk agen fisik (luka bakar dan trauma), racun kimia,
virus, dan mikroorganisme lain yang memiliki toksin. Bentuk-bentuk nekrosis di
antaranya adalah fokal nekrosis merupakan bentuk nekrosis tunggal dan jelas terlihat
fokus nekrotik, sedangkan pada diffuse nekrosis seluruh organ dan jaringan terkena.
Bentuk lain adalah multifokal nekrosis dimana terdapat beberapa fokus nekrosis yang
muncul di beberapa organ dan terdistribusi (Cheville 2006). Hati merupakan kelenjar
terbesar dalam tubuh dan sel hati mempunyai daya regenerasi yang sangat besar,
namun dalam kasus AI, sel-sel hati yang mengalami kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki karena prosesnya yang akut (Handayani 2009).
dibe
Gamba
rikan ekstrak
Gamb
ar 6. Hati : deg
adas bintang
bar 7. Hati : in
ditantang vi
generasi hidro
dan ditantang
nfiltrasi sel ra
irus (K1), pew
opis sel ( ) p
virus AI (P1)
adang ( ) pad
warnaan HE, p
pada kelompo
), pewarnaan H
da kelompok
perbesaran 10x
ok ayam yang
HE, perbesara
ayam yang
x10
20
an (40x10)
Ga
ambar 8. Hati
ekstr
Ga
diberika
: nekrosis (
rak adas binta
ambar 9. Hati
an perlakuan/k
), pada kelom
ang (K1), pew
: kongesti (
kontrol negatif
mpok ayam ya
warnaan HE, pe
), pada kelom
f (K2), pewarn
ang ditantang
erbesaran 10x
mpok ayam ya
naan HE, perb
virus tanpa di
x10
ang tidak
besaran 10x10
21
iberikan
0
22
4.2 Hasil Evaluasi Histopatologi Organ Ginjal
Pengamatan histopatologi organ ginjal menunjukkan perubahan pada semua
kelompok perlakuan. Perubahan-perubahan terjadi pada kelompok kontrol positif dan
negatif hingga kelompok perlakuan. Beberapa lesio yang muncul pada histopatologi
ginjal diantaranya adalah degenerasi tubulus, hemoragi, infiltrasi sel radang, dan
nekrosis (Tabel 6).
Tabel 6. Hasil skoring lesio organ ginjal pada setiap kelompok perlakuan
Kode Jumlah lesio histopatologi Perlakuan Rataan Skoring SKOR 0 1 2 3 4 5
K1 4 a 0 0 3 5 1 11
K2 1 b 0 10 10 0 0 0
P1 3 a 0 0 12 1 0 7
P2 1 b 6 0 14 0 0 0 Keterangan : Skor 0 : Normal Skor 3 : Hemoragi Skor 1 : Kongesti Skor 4 : Infiltrasi sel radang Skor 2 : Degenerasi Skor 5 : Nekrosis Keterangan :a,b huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata diantara kelompok perlakuan pada taraf kepercayaan 95%. K1 : Kontrol Positif (hanya ditantang virus H5N1); K2 : Kontrol Negatif (tidak diberikan perlakuan sama sekali); P1 : Kelompok ayam yang diberi ekstrak adas bintang dan ditantang virus H5N1; P2 : Kelompok ayam yang hanya diberi ekstrak adas bintang.
Hasil rataan skoring pada jaringan ginjal menunjukkan bahwa kelompok yang
tidak ditantang virus memiliki nilai rataan skoring yang sama besar, namun gambaran
histopatologi kelompok P2 terlihat lebih baik dibandingkan K2 karena masih ada sel-
sel hati dalam keadaan normal. Kelompok yang ditantang virus yaitu kelompok K1
memiliki rataan skoring yang lebih tinggi jika dibandingkan kelompok ayam yang
ditantang virus AI dan dicekok adas (P1) selain itu terlihat bahwa kejadian nekrosis
(Gambar 11) juga banyak ditemukan pada kelompok K1. Gambaran histopatologi
pada kelompok ayam yang dicekok adas dan ditantang virus AI (P1) lebih dominan
muncul degenerasi tubulus (Gambar 10) diikuti nekrosis dan hemoragi.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dengan analisis Kruskal Wallis didapatkan
bahwa terdapat perbedaan gambaran histopatologi yang nyata (p<0,05) antara
23
kelompok K1 dengan kelompok K2 dan P2, namun kelompok perlakuan yang
diberikan ekstrak adas bintang dan virus H5N1 (P1) tidak berbeda nyata dengan
kelompok kontrol positif (K1). Gambaran histopatologi ginjal ayam pada kelompok
yang ditantang virus terlihat memiliki derajat keparahan paling tinggi. Kelompok
yang diberi ekstrak adas bintang dan ditantang virus memiliki derajat kerusakan yang
lebih rendah, selanjutnya perubahan yang terjadi pada kelompok perlakuan (P1)
dimungkinkan belum ditemukannya dosis tepat ekstrak adas bintang maupun akibat
respon tubuh individu setelah dilakukan uji tantang virus AI subtipe H5N1. Sesuai
pernyataan Handayani (2009), adanya kerusakan pada kelompok kontrol positif (K1)
dan kelompok perlakuan yang ditantang virus dan diberi ekstrak adas (P1) organ
ginjal, hal ini diduga virus yang telah bereplikasi akan terbawa darah menuju sel
target organ, sehingga virus avian influenza tidak hanya ditemukan pada organ
respirasi maupun organ pencernaan tapi juga ditemukan pada organ lain, seperti pada
ginjal.
Ginjal merupakan organ tubuh yang memiliki peranan penting dalam mengatur
keseimbangan air dan elektrolit, mengeluarkan sisa hasil metabolisme tubuh yang
tidak dibutuhkan serta sebagai tempat pembentukan hormon yang mengatur tekanan
darah dan proses pematangan sel darah merah (eritrosit). Adanya gangguan fungsi
ginjal dapat menyebabkan gangguan keseimbangan air dan elektrolit, yang akibatnya
dapat menimbulkan gangguan pada pengaturan tekanan darah (Striker et al. 1978
dalam Handayani 2009). Penyebab umum dari nekrosis adalah iskemia dan sejumlah
agen eksogen termasuk agen fisik (luka bakar dan trauma), racun kimia, virus, dan
mikroorganisme lain yang memiliki toksin (Cheville 2006).
Kelompok kontrol negatif (K2) memiliki gambaran histopatologi berupa
degenerasi tubuli dan kongesti. Lesio yang terjadi pada kelompok kontrol negatif
kemungkinan akibat respon individu ayam yang berbeda-beda. Gambaran
histopatologi organ yang dialami oleh kelompok ayam dicekok adas tanpa ditantang
virus H5N1 (P2) yaitu degenerasi tubuli dan masih terlihat gambaran sel-sel yang
normal, namun jika dibandingkan dengan kontrol negatif (K2), gambaran
histopatologi kelompok uji (P2) memberikan gambaran hasil yang lebih baik.
Infil
virus mem
Jones 196
terjadinya
Nekrosis d
oleh nukl
tingginya
otak, sel t
dan sel ep
yan
ltrasi sel ra
mang menem
61). Virus H
a nekrosis d
dikaitkan de
leoprotein v
titer virus
tubulus ginj
itel pulmon
Gam
ng ditantang v
adang di se
mpati area
HPAI pada
dan apopto
engan tingg
virus AI d
AI di jaring
jal, epitel a
nari (Swayn
mbar 10. Gnja
virus dan diber
ekitar pemb
vaskular ya
a tingkat su
sis pada se
ginya tingka
di nukleus
gan. Nekro
asinar pankr
e & Mary 2
al : degeneras
ri ekstrak ada
buluh darah
ang menjad
ubseluler da
el unggas y
at replikasi
dan sitopl
sis dilapork
reas, myosi
2008).
i tubuli ( ),
s bintang (P1)
h, juga bisa
di tempat pe
an seluler a
yang terinf
virus seper
asma pada
kan banyak
it jantung, s
, pada kelomp
), pewarnaan H
a disebabka
eradangan (
akan menga
feksi oleh v
rti yang ditu
a sel terinfe
k ditemukan
sel adrenal
pok ayam
HE, perbesara
24
n karena
(Smith &
akibatkan
virus AI.
unjukkan
feksi dan
n di saraf
kortikal,
an 10x10
Gam
mbar 11. Ginja
tanpa dibe
al: nekrosis tu
ri ekstrak ada
ubulus ginjal (
as bintang (K1
), pada kelo
), pewarnaan
ompok ayam y
HE, perbesara
yang ditantang
an 10x10
25
g virus AI
26
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Ekstrak buah adas bintang (Illicium verum) mampu mengurangi kematian ayam
sebesar 37,5% dan mampu mengurangi lesio histopatologis organ hati dan
ginjal ayam broiler setelah ditantang virus H5N1.
2. Lesio pada organ hati dan ginjal yang ditantang virus banyak ditemukan
hemoragi, infiltrasi sel radang hingga nekrosis sedangkan lesio pada ayam yang
diberi ekstrak adas bintang dan ditantang virus memiliki jumlah kerusakan yang
lebih ringan.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan dosis optimum adas
bintang (Illicium verum) dalam menginfeksi virus H5N1.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui komponen aktif adas
bintang (Illicium verum) yang berperan dalam menghambat infeksi virus
H5N1.
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Avian Influenza Viruses. http://www.csa.com/discoveryguides/avian/images/virus.jpg&imgrefurl. [26 Februari 2010].
Anonim. 2010. Illicium lanceolatum. www.woodland.com. (30 Agustus 2010). Anonim. 2010. Bunga Lawang (Illicium verum Hook.). www.plantamor.com. (14 Juli
2010). Anonim. 2010. Illicium. http://en.academic.ru/dic.nsf/enwiki/1458736. (15 Juli
2010). Arief S. 2010. Radikal Bebas. http://www.pediatrik.com/buletin/06224113752-
x0zu6l.pdf. (19 Agustus 2010). Artika IM. 2009. Cara Virus Avian Influenza Menaklukan Tamiflu.
http://kesehatan.kompas.com/read/2009. [27 Mei 2010]. Astani A, Reichling J, Schnitzler P. 2009. Screening for antiviral activities of isolated
compounds from essential oil. eCAM Advance Acess Oxford Journals. Hlm 1-8.
Cheville NF. 2006. Introduction of Veterinary Pathology Third Edition. USA : Blackwell Publishing.
Doneley B. 2004. Treating liver disease in the avian patient. Seminars in Avian and Exotic Pet Medicine 7 (2):8-15.
Easterday BC & VS Hinshaw. 1991. Influenza. Di dalam: Calnek BW, H John Barnes, CW Beard, WM Reid, HW Yoder Jr. Disease of Poultry 9th ed. USA : Iowa State University Press. Hlm 532-547.
Enrich LB, Scheuermann ML, Mohadjer A, Matthias KR, Eller CF, Newman MS, Fujinaka M, Poon T. 2008. Liquidambar styraciflua: a renewable source of shikimic acid. Tetrahedron Letters. 49: 2503-2505
Effendi. 1996. Penelitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia VIII. Di dalam: Widenvali L, Dzulkarnain B, Sundari D, Sampurno OD. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Guyton AC & John EH. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta : EGC.
Handayani KS. 2009. Distribusi Virus Avian Influenza (H5N1) Pada Jaringan Tubuh Itik Dengan Metode Imunohistokimia. [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Harder TC & Ortrud W. 2007. Avian Influenza. http : www.influenzareport.com. [13 Maret 2010].
Hartini YS, Soegihardjo CJ, Putri AI, Setyorini MI, Kurniawan D. 2006. Daya Antibakteri Campuran Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) dan Kulit Batang Pulosari (Alyxia reinwardtii BL). http://www.usd.ac.id/06/publ_dosen/far/yustina.pdf. [27 Mei 2010].
28
Ize-Ludlow et al. 2004. Chemical composition of chinese star anise (Illicium verum) and neurotoxicity in infants. Journal of the American Medical Association. 291 (5).
Jati SH. 2008. Efek Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Daun Salam (Syzgium polyanthum [Wight] Walp.) Pada Hati Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (CCl4). [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Jatmiko DW. 2007. Studi Pustaka Dinamika Perkembangan Flu Burung/ Avian Influenza (AI) Di Indonesia (2003-2007) [Skripsi]. Bogor: FKH IPB.
Liu H, Qiu N, Ding H, Yao R. 2007. Polyphenols contents and antioxidant capacity of 68 chinese herbals suitable for medical or food uses. Food Research International. 41:363-370.
M De, De AK, Mukhopadhyay R, Miro M, Anerjee B. 2001. Antimicrobials action of Illicium verum Hook. f. Ars Pharmaceutica. 42(3-4): 209-220.
Mahardika IG, Sukada IM, Antara MS, Suartini NG. 2008. Motif sekuens asam amino pembentuk kantong pengikat oseltamivir pada protein neuraminidase virus avian influenza (H5N1) Asal Manusia dan Hewan di Indonesia. Jurnal Veteriner. 9(4):204-206.
Mandoki M, et al. 2006. Phylogenetic diversity of avian nefritis virus in Hungarian chicken flocks. Avian Pathology. 35:224-229.
Menno DJ & Tran TH. 2005. Avian influenza A (H5N1). Journal of Clinical Virology 35:2-13.
Nurbara ED. 2009. Kajian Potensi Ekstrak Etanol Adas (Foeniculum vulgare Mill.) dan Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) Sebagai Bahan Obat Alternatif Flu Burung [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Radji M. 2006. Avian influenza A (H5N1) : patogenesis, pencegahan dan penyebaran pada manusia. Majalah Ilmu Kefarmasian 3 (2):55-65.
Rahmawati H. 2010. Antioksidan. rarafarmasi.staff.umm.ac.id/files/2010/01. [23 Juli 2010].
Rusmiati & Lestari. 2004. Struktur histologis rrgan hati dan ren mencit (Mus mucsulus L) jantan setelah perlakuan dengan ekstrak kayu secang (Caesalpinnia sappan L). Bioscientiae. 1 (1):23-30.
Setiawan IM. 2009. Diagnosis dan tata laksana infeksi virus influenza A H5N1. Majalah Kedokteran Indonesia. 59(5):215-220.
Setiyono A, Winarsih W, Syakir M, Bermawie N. 2008. Potensi Tanaman Obat Untuk Penanggulangan Flu Burung. Laporan Akhir Penelitian. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Bogor : Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Smith HA & Thomas CJ. 1961. Veterinary Pathology. Philadelphia : Lea & Febiger. Styles DK, David NP. 1998. Clinical avian virology. Seminars in Avian and Exotic
Pet Medicine 7 (2):104-112. Suri S. 2007. Avian Influenza (Bird Flu). http : www.influenzareport.com. [13 Maret
2010].
29
Swayne D, Mary PJ. 2008. Pathobiology of Avian Influenza Virus Infections in Bird and Mammals. Di Dalam: Swayne D. Avian Influenza. USA : Blackwell Publishing. Hlm 87-122.
Synchronium. 2009. Animal Testing & Species Differences. http : www.synchronium.net. [9 Maret 2010].
Tabbu CR. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Kanisius : Yogyakarta. Tuan DC & Ilangantileke SG. 1996. Liquid CO2 extraction of essential oil from star
anise fruit (Illicium verum H.). Journal of Food Engineering. 31:47-57. Wardana DK. 2006. Studi Histopatologi Organ Paru-Paru, Hati, Limpa dan Ginjal
Ayam yang Diinfeksi Eimeria tenella Setelah Pemberian Infusa Meniran (Phyllantus niruri L.) Melalui Air Minum [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
[FAO] Food And Agriculture Organisation. 2008. Burung Liar dan Flu Burung: Pengantar Riset Lapangan Terapan dan Teknik Pengambilan Sampel Penyakit. Disunting oleh D. Whitworth, S.H. Newman, T. Mundkur dan P. Harris. Panduan Produksi dan Kesehatan Hewan FAO, No. 5. Food and Agriculture Organization of the United Nations & Wetlands International - Indonesia Programme, Jakarta.
[OIE] The World Organisation for Animal Health. 2010. Avian Influenza. http: www.oie.int. [27 Mei 2010].
30
LAMPIRAN
31
ORGAN HATI
Kruskal-Wallis: Perbandingan Berganda Hasil Uji Kruskal-Wallis pada data Grup N Median Ave Rank Z K1 20 4.500 62.6 4.91 K2 20 2.000 27.4 -2.91 P1 20 2.000 47.9 1.63 P2 20 2.000 24.1 -3.63 Total 80 40.5 H = 36.35 DF = 3 P = 0.000 H = 42.54 DF = 3 P = 0.000 (nilai yang disesuaikan dengan memperhitungkan nilai yang sama)
Kruskal-Wallis: Kesimpulan Kelompok di bawah ini menunjukkan hasil yang berbeda nyata : Grup Z vs. Nilai Kritis P-value K1 vs. P2 5.66082 >= 2.128 0.0000 K1 vs. K2 5.18233 >= 2.128 0.0000 P1 vs. P2 3.48924 >= 2.128 0.0005 K2 vs. P1 3.01076 >= 2.128 0.0026 K1 vs. P1 2.17157 >= 2.128 0.0299
Grafik Perbandingan Ganda
Multiple Comparisons Chart
P2P1K2K1
5
4
3
2
1
0
Da
ta
P1
K2
K1
P2
P2
P1
P2
P1
K2
Z0-ZNormal (0 ,1) Distr ibution
Boxplots with Sign Confidence IntervalsDesired C onfidence: 86.761
Family A lpha: 0.2Bonferroni Indiv idual A lpha: 0.033
Pairwise ComparisonsC omparisons: 6
|Bonferroni Z-v alue|: 2.128
32
ORGAN GINJAL
Kruskal-Wallis: Perbandingan Berganda Hasil Uji Kruskal-Wallis pada data: Grup N Median Ave Rank Z K1 20 5.000 60.8 4.52 K2 20 1.500 23.0 -3.89 P1 20 3.000 57.8 3.84 P2 20 1.000 20.4 -4.47 Total 80 40.5 H = 52.73 DF = 3 P = 0.000 H = 55.96 DF = 3 P = 0.000 (nilai yang disesuaikan dengan memperhitungkan nilai yang sama)
Kruskal-Wallis: Kesimpulan Kelompok di bawah ini menunjukkan hasil yang berbeda nyata : Grup Z vs. Nilai Kritis P-value K1 vs. P2 5.67054 >= 2.128 0 K1 vs. K2 5.30255 >= 2.128 0 P1 vs. P2 5.24648 >= 2.128 0 K2 vs. P1 4.87849 >= 2.128 0
Grafik Perbandingan Berganda
Multiple Comparisons Chart
P2P1K2K1
5
4
3
2
1
0
Da
ta
P1
K2
K1
P2
P2
P1
P2
P1
K2
Z0-ZNormal (0 ,1 ) Distr ibution
Boxplots with Sign Confidence IntervalsDesired C onfidence: 86.761
F amily A lpha: 0.2Bonferroni Indiv idual A lpha: 0.033
Pairwise ComparisonsC omparisons: 6
|Bonferroni Z-v alue|: 2.128