GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

95
GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULA KOTA KENDARI TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Di Politeknik Kesehatan Kendari OLEH : HASRATIN LASAIMA P00320013009 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN 2016

Transcript of GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Page 1: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI

PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MINAULA

KOTA KENDARI

TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Keperawatan Di Politeknik Kesehatan Kendari

OLEH :

HASRATIN LASAIMAP00320013009

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEPERAWATAN

2016

Page 2: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …
Page 3: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …
Page 4: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

MOTTO

Keberhasilan dan kesuksesan hanya dapat diperoleh melalui

kesabaran, keberanian, ketekunan, serta kemauan yang kuat.

Karya tulis ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku,

saudara-saudaraku dan almamater yang kubanggakan

Page 5: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Penulis

Nama Lengkap : Hasratin Lasaima

Nim : P00320013009

Tempat/tanggal lahir : rate-rate, 20 juni 1995

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Tolaki

Agama : Islam

Alamat : Desa Orawa, Kec. Tirawuta, Kab. Kolaka Timur

B. Riwayat Pendidikan

1. TK Pertiwi Tamat Tahun 2000

2. SD Negeri 1 Rate-Rate tamat tahun 2007

3. SMP Negeri 1 Tirawuta tamat tahun 2010

4. SMA Negeri 1 Tirawuta tamat tahun 2013

5. Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan tahun 2013 sampai

sekarang.

Page 6: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

ABSTRAK

Hasratin Lasaima (NIM P00320013009). “Gambaran Aspek KognitifPada Status Mental Lansia Di Panti Tresna Werdha Minaula KotaKendari Tahun 2016”. Pembimbing I Dian Yuniar dan Pembimbing IINurfantri (vii + 58 halaman + 3 tabel + 8 lampiran). Kognitifmerupakan suatu proses pikir yang membuat seseorang menjadi waspadaterhadap objek pikiran atau persepsi, mencakup semua aspek pengamatan,pemikiran dan ingatan. Penelitian ini bertujuan untuk memperolehgambaran aspek kognitif pada status mental lansia di Panti Sosial TresnaWerdha Minaula Kendari Tahun 2016. Penelitian ini dilaksanakan di pantisosial tresna werdha minaula kendari mulai tanggal 19 Februari sampai 17Juni 2016.Metode penelitian ini menggunakan survey deskriptif, teknikpengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara total samplingdengan pendekatan observasi dan wawancara. Populasi dalam penelitianini adalah keseluruhan lansia yang berada di Panti Sosial Tresna WerdhaMinaula Kendari sebanyak 94 orang. Sampel dalam penelitian ini adalahlansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari yangditentukan dengan tehnik Total Sampling artinya seluruh lansia menjadisampel penelitian yaitu sebanyak 94 orang lansia akan tetapi ketikapelaksanaan penelitian hanya 70 orang yang didapatkan dikarenakan adalansia sebanyak 5 orang yang sakit, 7 orang tidak mau dilakukanpenelitian, dan 12 orang tidak berada ditempat atau pulang. Data yang diperoleh dengan wawancara pada lansia langsung, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel disertai penjelasan. Hasil penelitian ini normaladalah sebanyak 19 responden (27,14%), sedangkan jumlah lansia dengankategori kemungkinan gangguan kognitif adalah sebanyak 37 responden(52,85%) dan jumlah lansia dengan kategori definitif gangguan kognitifadalah sebanyak 14 responden (20%). Diharapkan Hasil penelitian dapatdigunakan sebagai masukkan bagi pihak panti untuk lebih memperhatikanperawatan kesehatan lansia terutama kesehatan mental lansia yang beradadi panti.Kata Kunci : Aspek Kognitif, Status Mental, LansiaDaftar pustaka : 15 literatur (2000-2015)

Page 7: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat,

hidayah dan inayah-Nya terutama kesabaran dan kelapangan yang selalu ditanamkan

dalam hati, dalam kepribadian penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan

karya tulis ilmiah ini dengan judul “Gambaran Aspek Kognitif Dari Status Mental

Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016”, tepat

pada waktunya dan semoga segala aktifitas keseharian kita bernilai ibadah di sisi-

Nya.

Segala upaya untuk menjadikan karya tulis ilmiah ini mendekati sempurna

telah penulis lakukan, namun keterbatasan yang dimiliki penulis maka akan banyak

dijumpai kekurangan baik dalam segi penulisan maupun segi ilmiah. Oleh sebab itu,

dengan kerendahan serta ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Dian Yuniar SR, SKM, M.Kep selaku

pembimbing I dan Nurfantri, S.Kep, Ns, M.Sc selaku pembimbing II, atas segala

waktu, kesediaan dan kesungguhan dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis sehingga karya tulis ilmiah ini terselesaikan. Melalui kesempatan ini pula

secara khusus dan dengan hati yang tulus penulis sampaikan terima kasih kepada

Ayahanda Almarhum Halimus Lasaima dan Ibunda Hastian atas segala doa,

dukungan dan kasih sayang yang tulus demi kesuksesan penulis. Melalui kesempatan

ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :

Page 8: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

1. Petrus, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari

2. Muslimin L, A.Kep, S.Pd, M.Si selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kendari

3. Reni Devianti Usman, M.Kep.,SP.KMB selaku penguji I dan Abdul Syukur Bau,

S.Kep.,Ns.,MM selaku penguji II dan Fitri Wijayanti, S.Kep.,NS.,M.Kep selaku

penguji III yang telah memberikan saran dan masukkan dalam proses penulisan

karya tulis ini

4. Dra. Cristiana Junus, selaku kepala Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota

Kendari

5. Seluruh Dosen Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan atas ilmu

pengetahuan yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan dan

seluruh staf Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan atas pelayanan

sehingga karya tulis ilmiah ini terselesaikan.

6. Untuk saudara-saudaraku kak Wati, kak Dudi, kak Rudi, kak Babo, kak Din dan

kak Dhora atas segala doa dan dukungan selama penulis menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini

7. Untuk teman-temanku Ryan Hidayat, Iis, Mini, Vina, Rahmat, Hujri, Jayadi yang

terus menemani dan memberikan dukungan yang sangat berarti selama ini.

8. Sahabat-sahabatku Lina, Lita, Mitha, Putri dan Tessa atas segala doa dan

dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

9. Serta teman-teman angkatan 2013 khususnya tingkat III A dan tingkat III B yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan,

kerjasama dan kekompakannya selama pendidikan.

Page 9: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengharapkan bantuan,

kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan

karya tulis ilmiah ini.

Kendari, 2016

penulis

Page 10: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. iii

MOTTO ................................................................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR............................................................................................. vii

DAFTAR ISI............................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.................................................................................................. 1

B. Rumusan masalah............................................................................................. 9

C. Tujuan penelitian ............................................................................................. 9

D. Manfaat penelitian...........................................................................................10

Page 11: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Lansia ......................................................................................11

B. Konsep Menua ................................................................................................15

C. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia ...........................................17

D. Status Mental Lansia .......................................................................................25

E. Aspek Kognitif ................................................................................................26

F. Perubahan Kognitif Pada Lansia.....................................................................31

G. Faktor Penyebab Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia.............................32

H. Cara Pengukuran Fungsi Kognitif ….….….….….….….….….….….….…..34

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran ..............................................................................................37

B. Kerangka Pikir.................................................................................................38

C. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif ....................................................38

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian................................................................................................39

B. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................................39

C. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 39

D. Metode Pengumpulan Data .............................................................................41

E. Instrumen Penelitian........................................................................................41

F. Jenis Data ........................................................................................................41

G. Pengolahan Data..............................................................................................42

Page 12: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

H. Analisa Data ....................................................................................................43

I. Penyajian Data….….….….….….….….….….….….….….….….….….…...43

J. Etika Penulisan ................................................................................................43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian ...........................................................................45

B. Hasil Penelitian ...............................................................................................52

C. Pembahasan.....................................................................................................54

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................................58

B. Saran................................................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Hal

Tabel 1.1 Distribusi Responden Lansia Berdasarkan

Kelompok Umur Di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari Tahun 2016....................................................... 52

Tabel 1.2 Distribusi Responden Lansia Berdasarkan Kelompok

Jenis Kelamin Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

Tahun 2016………………………………………………………53

Tabel 1.3 Distribusi Responden Lansia Berdasarkan Aspek Kognitif

di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari Tahun 2016……………………………………………..53

Page 14: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Master Tabel Penelitian

Lampiran 5 Tabulasi Penelitian

Lampiran 6 Surat Izin Pengambilan Data Awal Di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Dari Badan Penelitian Dan Pengembangan

Provinsi Sulawesi Tenggara

Lampiran 8 Surat Keterangan Bebas Pustaka

Page 15: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gerontologi adalah suatu pendekatan ilmiah dari berbagai aspek

penuaan, yaitu biologis, psikologis, sosial, ekonomi, kesehatan, lingkungan,

dan lain-lain (Depkes RI. 2001).

Lanjut usia (lansia) merupakan proses alamiah yang pasti akan di

alami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang. Di dalam struktur

anatomis proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses

ini berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan yang

selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia

pada jaringan tubuh dan akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh

secara keseluruhan (Depkes RI. 2003)

Seseorang dikatakan lansia jika usianya telah lebih dari 60 tahun.

Lansia di mulai setelah pensiun, biasanya antara 65-67 tahun (Potter & Perry,

2005). Menurut WHO lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu

pertengahan (middle age), usia 45-59 tahun; lansia (elderly), usia 60-74 tahun;

lansia tua (old), usia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old), usia di atas 90

tahun (Fatmah, 2010). Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki

karakteristik yaitu berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan pasal 1 ayat (2)

UU No. 13 tentang kesehatan ).

Page 16: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Masalah lanjut usia mulai mendapatkan perhatian pemerintah dan

masyarakat. Berbagai upaya Peningkatan jumlah populasi lansia secara tidak

langsung akan membawa tantangan diberbagai bidang. Dalam bidang

kesehatan tantangan yang muncul seringkali berhubungan bagaimana cara

untuk mempertahankan kualitas hidup serta status kesehatan dari para lansia.

Dengan kata lain para lansia harus mampu mencapai ‘optimal aging’ dalam

hidupnya. Untuk dapat mencapai ‘optimal aging’ tersebut, mereka harus

mampu melanjutkan fungsi kehidupannya sebaik yang mereka mampu, seperti

mampu beraktifitas secara fisik, sosial dan kognitif.

Penduduk usia lanjut dan makin panjangnya usia harapan hidup

sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini, maka

mereka yang memiliki pengalaman, keahlian, dan kearifan perlu diberi

kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraan penduduk

usia lanjut yang karena kondisi fisik dan atau mentalnya tidak memungkinkan

lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat

perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat (GBHN, 1993) dalam

Maryam (2008).

Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia pertambahan presentase

penduduk lansia diseluruh dunia dibandingkan kelompok usia lainnya cukup

pesat yaitu sejak tahun 2013 sebesar 13,4%. Pada tahun 2050 diperkirakan

akan meningkat 25,3% dan akan meningkat hingga 35,1% pada tahun 2100

dari total penduduk dunia. Di Indonesia pada tahun 2013, jumlah lansia sudah

mencapai 22,250 juta jiwa. Pada tahun 2050, jumlah lansia diperkirakan 21,4

Page 17: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

dan akan menjadi 41% dari total penduduk pada tahun 2100 ( Kementerian

Kesehatan RI, 2014 ).

Pada tahun 2013 jumlah lansia di Sulawesi Tenggara sebesar 130.182

jiwa dengan laki-laki sebanyak 60.265 jiwa dan perempuan sebanyak 69.917

jiwa, selanjutnya pada tahun 2014 jumlah lansia di Sulawesi Tenggara sebesar

155.238 jiwa dengan laki-laki sebanyak 69.843 jiwa dan perempuan sebanyak

85.395.pada tahun 2014 jumlah lansia di Kota Kendari sebesar 10.793 jiwa

dengan laki-laki sebanyak 4.842 jiwa dan perempuan sebanyak 5.951 jiwa

(Dinkes Sultra, 2014).

Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara

dengan tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula

harapan hidup penduduknya. Dengan meningkatnya telah dilaksanakan oleh

instansi pemerintah, para professional kesehatan, serta bekerja sama dengan

pihak swasta dan masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas)

dan kematian (mortalitas) lansia.

Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, dan lain-lainnya telah

dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu di tingkat individu lansia, kelompok

lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW), Sarana Tresna Werdha

(STW), Sarana Pelayanan Tingkat Dasar (Primer), Sarana Pelayanan

Kesehatan Rujukan Tingkat Pertama (sekunder), dan Sarana Pelayanan

Kesehatan Tingkat Lanjutan (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang

terjadi pada lansia. Tujuan umum pembinaan kesehatan lanjut usia di panti

Page 18: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

yaitu meningkatnya derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia di panti

agar mereka dapat hidup layak (Maryam, 2008).

Permasalahan yang sering dihadapi lansia seiring dengan berjalannya

waktu, akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh. Penurunan fungsi

ini disebabkan karena berkurangnya jumlah sel secara anatomis serta

berkurangnya aktivitas, asupan nutrisi yang kurang, polusi dan radikal bebas,

hal tersebut mengakibatkan semua organ pada proses menua akan mengalami

perubahan structural dan fisiologis, begitu juga otak (Bandiyah, 2009).

Perubahan tersebut menyebabkan lansia mengalami perubahan fungsi kerja

otak/ perubahan fungsi kognitif. Perubahan fungsi kognitif dapat berupa

mudah lupa (forgetfulness) yang merupakan bentuk gangguan kognitif yang

paling ringan. Gejala mudah lupa diperkirakan dikeluhkan oleh 39% lanjut

usia yang berusia 50-59 tahun, meningkat menjadi lebih dari 85% pada usia

lebih dari 80 tahun. Di fase ini seseorang masih bisa berfungsi normal

walaupun mulai sulit mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Jika

penduduk berusia lebih dari 60 tahun di Indonesia berjumlah 7% dari seluruh

penduduk, maka keluhan mudah lupa tersebut diderita oleh setidaknya 3%

populasi di Indonesia. Mudah lupa ini bisa berlanjut menjadi gangguan

kognitif ringan (Mild Cognitive Impairment-MCI) sampai ke demensia

sebagai bentuk klinis yang paling berat (Wreksoatmodjo, 2012).

Salah satu masalah kesehatan yang sering kali muncul pada lansia

adalah penurunan fungsi kognitif. Fungsi kognitif ini di dapatkan melalui

interaksi antara lingkungan formal yaitu pendidikan serta lingkungan non

Page 19: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

formal yang di dapatkan dari kehidupan sehari-hari. Fungsi kognitif ini dapat

mempengaruhi tingkat kemandirian seseorang. Gangguan fungsi kognitif ini

seringkali berdampak pada kehidupan sosial, psikis serta aktifitas para lansia.

Kognitif adalah suatu konsep yang kompleks yang melibatkan sekurang-

kurangnya aspek memori, perhatian, fungsi eksekutif, persepsi, bahasa dan

fungsi psikomotor (Nehlig, 2010). Penurunan fungsi kognitif pada lansia

dapat meliputi berbagai aspek yaitu orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi,

memori dan bahasa. Penurunan ini dapat mengakibatkan masalah antara lain

memori panjang dan proses informasi, dalam memori panjang lansia akan

kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yng tidak begitu

menarik perhatiannya dan informasi baru atau informasi tentang orang.

Perubahan fungsi kognitif ini tentunya membawa dampak tersendiri

bagi kehidupan lansia. Perubahan fungsi kognitif pada lansia berasosiasi

secara signifikan dengan peningkatan depresi dan memiliki dampak terhadap

kualitas hidup seorang lansia. Selain itu, lansia yang mengalami perubahan

fungsi kognitif lebih banyak kehilangan hubungan dengan orang lain, bahkan

dengan keluarganya sendiri (Aartsen, van Tilburg, Smits & Knipscheer, 2004

dalam Surprenant & Neath, 2007). Dampak dari menurunnya fungsi kognitif

pada lansia akan menyebabkan bergesernya peran lansia dalam interaksi sosial

di masyarakat maupun dalam keluarga. Hal ini didukung oleh sikap lansia

yang cenderung egois dan enggan mendengarkan pendapat orang lain,

sehingga mengakibatkan lansia merasa terasing secara sosial yang pada

akhirnya merasa terisolir dan merasa tidak berguna karena tidak ada

Page 20: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

penyaluran emosional melalui bersosialisasi. Keadaan ini menyebabkan

interaksi sosial menurun baik secara kualitas maupun kuantitas, karena peran

lansia digantikan oleh generasi muda, dimana keadaan ini terjadi sepanjang

hidup dan tidak dapat dihindari (Stanley & Beare, 2007). Di kalangan para

lansia penurunan fungsi kognitif merupakan penyebab terbesar terjadinya

ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas normal sehari-hari, dan juga

merupakan alasan tersering yang menyebabkan terjadinya ketergantungan

terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri (care dependence) pada lansia.

Tanpa adanya upaya pencegahan yang efektif, peningkatan jumlah populasi

lansia akan mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dengan

demensia.

Penatalaksanaan gangguan kognitif pada stadium dini baik secara

farmakologis maupun nonfarmakologis dapat menyembuhkan atau

memperlambat progresifitas penyakitnya, sehingga individu yang yang

bersangkutan tetap mempunyai kualitas hidup yang baik. Penilaian fungsi

kognitif dengan pemeriksaan neuropsikologi seperti Mini Mental State

Examination (MMSE) merupakan salah satu cara penapisan adanya gangguan

kognitif secara dini (Dikot & Ong, 2007) dalam (Rizkhy, 2013).

Skrining adalah suatu proses untuk mengidentifikasi ada tidaknya

penyakit atau kelainan yang sebelumnya tidak diketahui dengan menggunakan

berbagai tes pemeriksaan fisik dan prosedur lainnya, agar dapat menilai dari

sekelompok individu, mana yang tergolong mengalami kelainan. Skrining

tidak dapat di artikan sebagai diagnostik, tetapi bilamana hasilnya selanjutnya

Page 21: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

dapat di pantau dengan pemeriksaan diagnostic, jika perlu dengan tindakan

pengobatan (Tamher, 2009).

Perawat atau keluarga sangat berperan penting dalam membantu lansia

yang mengalami penurunan pada aspek kognitif, yaitu dengan menumbuhkan

dan membina hubungan saling percaya, saling bersosialisasi, dan selalu

mengadakan kegiatan yang bersifat kelompok, selain itu untuk

mempertahankan fungsi kognitif pada lansia, upaya yang dapat dilakukan

adalah dengan cara menggunakan otak secara terus menerus dan di

istirahatkan dengan tidur, kegiatan seperti membaca, mendengarkan berita dan

cerita melalui media sebaiknya di jadikan sebuah kebiasaan hal ini bertujuan

agar otak tidak beristirahat secara terus-menerus (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2008) dalam (Rizkhy, 2013).

Selain pengkajian secara lengkap, Salah satu pengkajian khusus pada

lansia adalah pengkajian status fungsional yang terdiri dari pengkajian status

kognitif dan status afektif. Pengkajian status kognitif merupakan pengkajian

atau pemeriksaan pada kemampuan mental dalam fungsi intelektual untuk

mendeteksi gangguan fungsi kognitif. Alasan dilakukannya skrining fungsi

kognitif pada lansia adalah untuk mendeteksi lebih dini adanya gangguan

fungsi kognitif pada lansia sehingga dapat dilakukan tindak lanjut atas temuan

yang di didapat.

Salah satu upaya yang yang di lakukan perawat adalah upaya

preventif, upaya preventif merupakan upaya yang mencakup pencegahan

primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer meliputi pencegahan pada

Page 22: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

lansia sehat, terdapat resiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan.

Melakukan skrining status mental dari aspek kognitif merupakan salah satu

dari pencegahan sekunder. Kemudian pencegahan tersier di lakukan sesudah

terdapat gejala penyakit dan cacat, dari hasil pemeriksaan atau setelah di

lakukannya skrining kesehatan.

Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia,

mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian

dengan tenang dan damai melalui ilmu dan tehnik keperawatan gerontik

(Maryam, 2008).

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari sebagai salah satu

tempat lanjut usia di Sulawesi Tenggara, bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan hidup lanjut usia yang disantuni, meliputi kebutuhan jasmani,

rohani dan sosial. Daya tampung Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota

Kendari Berdasarkan hasil observasi jumlah penghuni 3 tahun terakhir di

antaranya adalah tahun 2014 sebanyak 100 orang, yang terdiri dari 46 orang

laki-laki (46%), dan 54 orang perempuan (54%). Sedangkan tahun 2015

sebanyak 95 0rang, yang terdiri dari 46 orang laki-laki (43,7%) dan 49 orang

perempuan (46,55 %). 2016 (Februari) satu orang lansia perempuan

meninggal dunia, hingga total jumlah lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari hingga 2016 menjadi 94 orang, dengan jumlah berdasarkan

jenis kelamin, yaitu lansia berjenis kelamin laki-laki sebanyak 49 orang

(46,6%), dan perempuan sebanyak 45 orang (42,3%). Dengan angka kematian

lansia 2014 sebanyak 15 orang (15%), tahun 2015 sebanyak 1 orang (0,95%)

Page 23: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

dan tahun 2016 sebanyak 1 orang (0,94%) (Data bulanan Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari, 2016).

Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan pada selasa 23 februari

2016 di wisma Sentosa, Makmur dan Aman dari 6 orang lansia, terdapat 4

dari 6 lansia mengalami penurunan fungsi kognitif, sisanya 2 lansia masih

memilki fungsi kognitif yang baik dengan menggunakan penilaian MMSE

yaitu saat di berikan pertanyaan seputar nama hari saat dilakukan wawancara,

bulan, tahun, nama tempat tinggal lansia, dan jalan tempat tinggal lansia.

Serta nama Kota, Provinsi, PSTW, dan wisma yang di tempati lansia ada yang

tidak bias menjawab dan ada yang salah dalam memberikan jawaban.

Berdasarkan uraian dan hasil wawancara pada beberapa lansia diatas,

peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana Gambaran Status Mental

Lansia Dari Aspek Kognitif yang dilaksanakan di Panti Tresna Werdha

Minaula Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu “Gambaran Status Mental Lansia dari

Aspek Kognitif Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun

2016”.

C. Tujuan penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh “gambaran

aspek kognitif pada status mental lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari Kota kendari Tahun 2016”.

Page 24: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Diketahuinya gambaran Status Mental Lansia Dari Aspek Kognitif yang

dilakukan pada Panti Sosial Tresna Werdha Kota Kendari Tahun 2016

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Usia Lanjut

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan bagi usia

lanjut untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan meningkatkan

derajat kesehatan pada lansia.

b. Bagi Panti Sosial

Di harapkan dapat menjadi data dasar bagi pihak panti sosial untuk

menggali tentang permasalahan status mental khususnya dari aspek

kognitif pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota

Kendari Tahun 2016.

c. Bagi Ilmu Pengetahuan

Di harapkan dapat menambah bahan bacaan dan menambah wawasan

bagi mahasiswa keperawatan dalam merawat lansia dengan masalah

mental.

d. Bagi Peneliti selanjutnya

Di harapkan dapat menjadi bahan acuan bagi peneliti-peneliti

selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan

variabel-variabel penelitian lebih lanjut.

Page 25: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

BAB I

PENDAHULUAN

E. Latar Belakang

Gerontologi adalah suatu pendekatan ilmiah dari berbagai aspek

penuaan, yaitu biologis, psikologis, sosial, ekonomi, kesehatan, lingkungan,

dan lain-lain (Depkes RI. 2001).

Lanjut usia (lansia) merupakan proses alamiah yang pasti akan di

alami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang. Di dalam struktur

anatomis proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses

ini berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan yang

selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia

pada jaringan tubuh dan akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh

secara keseluruhan (Depkes RI. 2003)

Seseorang dikatakan lansia jika usianya telah lebih dari 60 tahun.

Lansia di mulai setelah pensiun, biasanya antara 65-67 tahun (Potter & Perry,

2005). Menurut WHO lansia dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu

pertengahan (middle age), usia 45-59 tahun; lansia (elderly), usia 60-74 tahun;

lansia tua (old), usia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old), usia di atas 90

tahun (Fatmah, 2010). Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki

karakteristik yaitu berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan pasal 1 ayat (2)

UU No. 13 tentang kesehatan ).

Page 26: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Masalah lanjut usia mulai mendapatkan perhatian pemerintah dan

masyarakat. Berbagai upaya Peningkatan jumlah populasi lansia secara tidak

langsung akan membawa tantangan diberbagai bidang. Dalam bidang

kesehatan tantangan yang muncul seringkali berhubungan bagaimana cara

untuk mempertahankan kualitas hidup serta status kesehatan dari para lansia.

Dengan kata lain para lansia harus mampu mencapai ‘optimal aging’ dalam

hidupnya. Untuk dapat mencapai ‘optimal aging’ tersebut, mereka harus

mampu melanjutkan fungsi kehidupannya sebaik yang mereka mampu, seperti

mampu beraktifitas secara fisik, sosial dan kognitif.

Penduduk usia lanjut dan makin panjangnya usia harapan hidup

sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini, maka

mereka yang memiliki pengalaman, keahlian, dan kearifan perlu diberi

kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraan penduduk

usia lanjut yang karena kondisi fisik dan atau mentalnya tidak memungkinkan

lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat

perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat (GBHN, 1993) dalam

Maryam (2008).

Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia pertambahan presentase

penduduk lansia diseluruh dunia dibandingkan kelompok usia lainnya cukup

pesat yaitu sejak tahun 2013 sebesar 13,4%. Pada tahun 2050 diperkirakan

akan meningkat 25,3% dan akan meningkat hingga 35,1% pada tahun 2100

dari total penduduk dunia. Di Indonesia pada tahun 2013, jumlah lansia sudah

mencapai 22,250 juta jiwa. Pada tahun 2050, jumlah lansia diperkirakan 21,4

Page 27: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

dan akan menjadi 41% dari total penduduk pada tahun 2100 ( Kementerian

Kesehatan RI, 2014 ).

Pada tahun 2013 jumlah lansia di Sulawesi Tenggara sebesar 130.182

jiwa dengan laki-laki sebanyak 60.265 jiwa dan perempuan sebanyak 69.917

jiwa, selanjutnya pada tahun 2014 jumlah lansia di Sulawesi Tenggara sebesar

155.238 jiwa dengan laki-laki sebanyak 69.843 jiwa dan perempuan sebanyak

85.395.pada tahun 2014 jumlah lansia di Kota Kendari sebesar 10.793 jiwa

dengan laki-laki sebanyak 4.842 jiwa dan perempuan sebanyak 5.951 jiwa

(Dinkes Sultra, 2014).

Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara

dengan tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula

harapan hidup penduduknya. Dengan meningkatnya telah dilaksanakan oleh

instansi pemerintah, para professional kesehatan, serta bekerja sama dengan

pihak swasta dan masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas)

dan kematian (mortalitas) lansia.

Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, dan lain-lainnya telah

dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu di tingkat individu lansia, kelompok

lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW), Sarana Tresna Werdha

(STW), Sarana Pelayanan Tingkat Dasar (Primer), Sarana Pelayanan

Kesehatan Rujukan Tingkat Pertama (sekunder), dan Sarana Pelayanan

Kesehatan Tingkat Lanjutan (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang

terjadi pada lansia. Tujuan umum pembinaan kesehatan lanjut usia di panti

Page 28: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

yaitu meningkatnya derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia di panti

agar mereka dapat hidup layak (Maryam, 2008).

Permasalahan yang sering dihadapi lansia seiring dengan berjalannya

waktu, akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh. Penurunan fungsi

ini disebabkan karena berkurangnya jumlah sel secara anatomis serta

berkurangnya aktivitas, asupan nutrisi yang kurang, polusi dan radikal bebas,

hal tersebut mengakibatkan semua organ pada proses menua akan mengalami

perubahan structural dan fisiologis, begitu juga otak (Bandiyah, 2009).

Perubahan tersebut menyebabkan lansia mengalami perubahan fungsi kerja

otak/ perubahan fungsi kognitif. Perubahan fungsi kognitif dapat berupa

mudah lupa (forgetfulness) yang merupakan bentuk gangguan kognitif yang

paling ringan. Gejala mudah lupa diperkirakan dikeluhkan oleh 39% lanjut

usia yang berusia 50-59 tahun, meningkat menjadi lebih dari 85% pada usia

lebih dari 80 tahun. Di fase ini seseorang masih bisa berfungsi normal

walaupun mulai sulit mengingat kembali informasi yang telah dipelajari. Jika

penduduk berusia lebih dari 60 tahun di Indonesia berjumlah 7% dari seluruh

penduduk, maka keluhan mudah lupa tersebut diderita oleh setidaknya 3%

populasi di Indonesia. Mudah lupa ini bisa berlanjut menjadi gangguan

kognitif ringan (Mild Cognitive Impairment-MCI) sampai ke demensia

sebagai bentuk klinis yang paling berat (Wreksoatmodjo, 2012).

Salah satu masalah kesehatan yang sering kali muncul pada lansia

adalah penurunan fungsi kognitif. Fungsi kognitif ini di dapatkan melalui

interaksi antara lingkungan formal yaitu pendidikan serta lingkungan non

Page 29: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

formal yang di dapatkan dari kehidupan sehari-hari. Fungsi kognitif ini dapat

mempengaruhi tingkat kemandirian seseorang. Gangguan fungsi kognitif ini

seringkali berdampak pada kehidupan sosial, psikis serta aktifitas para lansia.

Kognitif adalah suatu konsep yang kompleks yang melibatkan sekurang-

kurangnya aspek memori, perhatian, fungsi eksekutif, persepsi, bahasa dan

fungsi psikomotor (Nehlig, 2010). Penurunan fungsi kognitif pada lansia

dapat meliputi berbagai aspek yaitu orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi,

memori dan bahasa. Penurunan ini dapat mengakibatkan masalah antara lain

memori panjang dan proses informasi, dalam memori panjang lansia akan

kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yng tidak begitu

menarik perhatiannya dan informasi baru atau informasi tentang orang.

Perubahan fungsi kognitif ini tentunya membawa dampak tersendiri

bagi kehidupan lansia. Perubahan fungsi kognitif pada lansia berasosiasi

secara signifikan dengan peningkatan depresi dan memiliki dampak terhadap

kualitas hidup seorang lansia. Selain itu, lansia yang mengalami perubahan

fungsi kognitif lebih banyak kehilangan hubungan dengan orang lain, bahkan

dengan keluarganya sendiri (Aartsen, van Tilburg, Smits & Knipscheer, 2004

dalam Surprenant & Neath, 2007). Dampak dari menurunnya fungsi kognitif

pada lansia akan menyebabkan bergesernya peran lansia dalam interaksi sosial

di masyarakat maupun dalam keluarga. Hal ini didukung oleh sikap lansia

yang cenderung egois dan enggan mendengarkan pendapat orang lain,

sehingga mengakibatkan lansia merasa terasing secara sosial yang pada

akhirnya merasa terisolir dan merasa tidak berguna karena tidak ada

Page 30: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

penyaluran emosional melalui bersosialisasi. Keadaan ini menyebabkan

interaksi sosial menurun baik secara kualitas maupun kuantitas, karena peran

lansia digantikan oleh generasi muda, dimana keadaan ini terjadi sepanjang

hidup dan tidak dapat dihindari (Stanley & Beare, 2007). Di kalangan para

lansia penurunan fungsi kognitif merupakan penyebab terbesar terjadinya

ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas normal sehari-hari, dan juga

merupakan alasan tersering yang menyebabkan terjadinya ketergantungan

terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri (care dependence) pada lansia.

Tanpa adanya upaya pencegahan yang efektif, peningkatan jumlah populasi

lansia akan mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dengan

demensia.

Penatalaksanaan gangguan kognitif pada stadium dini baik secara

farmakologis maupun nonfarmakologis dapat menyembuhkan atau

memperlambat progresifitas penyakitnya, sehingga individu yang yang

bersangkutan tetap mempunyai kualitas hidup yang baik. Penilaian fungsi

kognitif dengan pemeriksaan neuropsikologi seperti Mini Mental State

Examination (MMSE) merupakan salah satu cara penapisan adanya gangguan

kognitif secara dini (Dikot & Ong, 2007) dalam (Rizkhy, 2013).

Skrining adalah suatu proses untuk mengidentifikasi ada tidaknya

penyakit atau kelainan yang sebelumnya tidak diketahui dengan menggunakan

berbagai tes pemeriksaan fisik dan prosedur lainnya, agar dapat menilai dari

sekelompok individu, mana yang tergolong mengalami kelainan. Skrining

tidak dapat di artikan sebagai diagnostik, tetapi bilamana hasilnya selanjutnya

Page 31: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

dapat di pantau dengan pemeriksaan diagnostic, jika perlu dengan tindakan

pengobatan (Tamher, 2009).

Perawat atau keluarga sangat berperan penting dalam membantu lansia

yang mengalami penurunan pada aspek kognitif, yaitu dengan menumbuhkan

dan membina hubungan saling percaya, saling bersosialisasi, dan selalu

mengadakan kegiatan yang bersifat kelompok, selain itu untuk

mempertahankan fungsi kognitif pada lansia, upaya yang dapat dilakukan

adalah dengan cara menggunakan otak secara terus menerus dan di

istirahatkan dengan tidur, kegiatan seperti membaca, mendengarkan berita dan

cerita melalui media sebaiknya di jadikan sebuah kebiasaan hal ini bertujuan

agar otak tidak beristirahat secara terus-menerus (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2008) dalam (Rizkhy, 2013).

Selain pengkajian secara lengkap, Salah satu pengkajian khusus pada

lansia adalah pengkajian status fungsional yang terdiri dari pengkajian status

kognitif dan status afektif. Pengkajian status kognitif merupakan pengkajian

atau pemeriksaan pada kemampuan mental dalam fungsi intelektual untuk

mendeteksi gangguan fungsi kognitif. Alasan dilakukannya skrining fungsi

kognitif pada lansia adalah untuk mendeteksi lebih dini adanya gangguan

fungsi kognitif pada lansia sehingga dapat dilakukan tindak lanjut atas temuan

yang di didapat.

Salah satu upaya yang yang di lakukan perawat adalah upaya

preventif, upaya preventif merupakan upaya yang mencakup pencegahan

primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer meliputi pencegahan pada

Page 32: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

lansia sehat, terdapat resiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan.

Melakukan skrining status mental dari aspek kognitif merupakan salah satu

dari pencegahan sekunder. Kemudian pencegahan tersier di lakukan sesudah

terdapat gejala penyakit dan cacat, dari hasil pemeriksaan atau setelah di

lakukannya skrining kesehatan.

Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia,

mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian

dengan tenang dan damai melalui ilmu dan tehnik keperawatan gerontik

(Maryam, 2008).

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari sebagai salah satu

tempat lanjut usia di Sulawesi Tenggara, bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan hidup lanjut usia yang disantuni, meliputi kebutuhan jasmani,

rohani dan sosial. Daya tampung Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota

Kendari Berdasarkan hasil observasi jumlah penghuni 3 tahun terakhir di

antaranya adalah tahun 2014 sebanyak 100 orang, yang terdiri dari 46 orang

laki-laki (46%), dan 54 orang perempuan (54%). Sedangkan tahun 2015

sebanyak 95 0rang, yang terdiri dari 46 orang laki-laki (43,7%) dan 49 orang

perempuan (46,55 %). 2016 (Februari) satu orang lansia perempuan

meninggal dunia, hingga total jumlah lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari hingga 2016 menjadi 94 orang, dengan jumlah berdasarkan

jenis kelamin, yaitu lansia berjenis kelamin laki-laki sebanyak 49 orang

(46,6%), dan perempuan sebanyak 45 orang (42,3%). Dengan angka kematian

lansia 2014 sebanyak 15 orang (15%), tahun 2015 sebanyak 1 orang (0,95%)

Page 33: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

dan tahun 2016 sebanyak 1 orang (0,94%) (Data bulanan Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari, 2016).

Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan pada selasa 23 februari

2016 di wisma Sentosa, Makmur dan Aman dari 6 orang lansia, terdapat 4

dari 6 lansia mengalami penurunan fungsi kognitif, sisanya 2 lansia masih

memilki fungsi kognitif yang baik dengan menggunakan penilaian MMSE

yaitu saat di berikan pertanyaan seputar nama hari saat dilakukan wawancara,

bulan, tahun, nama tempat tinggal lansia, dan jalan tempat tinggal lansia.

Serta nama Kota, Provinsi, PSTW, dan wisma yang di tempati lansia ada yang

tidak bias menjawab dan ada yang salah dalam memberikan jawaban.

Berdasarkan uraian dan hasil wawancara pada beberapa lansia diatas,

peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana Gambaran Status Mental

Lansia Dari Aspek Kognitif yang dilaksanakan di Panti Tresna Werdha

Minaula Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2016.

F. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu “Gambaran Status Mental Lansia dari

Aspek Kognitif Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun

2016”.

G. Tujuan penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh “gambaran

aspek kognitif pada status mental lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari Kota kendari Tahun 2016”.

Page 34: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

H. Manfaat Penelitian

3. Manfaat teoritis

Diketahuinya gambaran Status Mental Lansia Dari Aspek Kognitif yang

dilakukan pada Panti Sosial Tresna Werdha Kota Kendari Tahun 2016

4. Manfaat Praktis

e. Bagi Usia Lanjut

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan bagi usia

lanjut untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan meningkatkan

derajat kesehatan pada lansia.

f. Bagi Panti Sosial

Di harapkan dapat menjadi data dasar bagi pihak panti sosial untuk

menggali tentang permasalahan status mental khususnya dari aspek

kognitif pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota

Kendari Tahun 2016.

g. Bagi Ilmu Pengetahuan

Di harapkan dapat menambah bahan bacaan dan menambah wawasan

bagi mahasiswa keperawatan dalam merawat lansia dengan masalah

mental.

h. Bagi Peneliti selanjutnya

Di harapkan dapat menjadi bahan acuan bagi peneliti-peneliti

selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan

variabel-variabel penelitian lebih lanjut.

Page 35: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Lansia

1. Pengertian Lansia

Lansia adalah keadaan yang ditanda oleh kegagalan seseorang untuk

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Kegagalan

ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta

peningkatan kepekaan secara individual (Makhfudli, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut di bagi

menjadi empat criteria berikut : usia pertengahan (middle age) adalah 75- 90

tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75-

90 tahun, usia sangat tua (very old) adalah di atas 90 tahun (Makhfudli, 2009).

Manusia lanjut usia seseorang yang karena usianya mengalami

perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan

memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termaksud

kesehatannya.

Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia jika sudah berusia diatas

60 tahun , tetapi definisi ini sangat bervariasi tergantung dari aspek sosial

budaya, fisiologis dan kronologis (Fatimah, 2010).

Lansia merupakan kelompok penduduk yang secara ekonomi sangat

tidak aman bila dibandingkan dengan mereka yang berusia lebih mudah

(Tamher, 2008).

Page 36: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

2. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia :

a. Pralansia (prasenilis) : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau

lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah

kesehatan (Depkes RI, 2003)

d. Lansia potensial : Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/

atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)

e. Lansia tidak potensial : Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003)

dalam (Maryam, 2008).

3. Karakteristik lansia

Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Berusia lebih dari 60 tahun

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,

dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif

hingga kondisi maladaptive

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).

4. Batasan-batasan Lanjut Usia

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya

berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia

adalah sebagai berikut :

Page 37: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu:

1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

b. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad, Guru besar universitas

gajah mada fakultas kedokteran, periodisasi biologi, perkembangan manusia

di bagi menjadi :

1. Masa bayi (usia 0-1 tahun)

2. Masa prasekolah (usia 1-6 tahun )

3. Masa sekolah (usia 6-10 tahun)

4. Masa pubertas (usia 10-20 tahun)

5. Masa setengah umur, prasenium (40-65 tahun)

6. Masa lanjut usia, senium (usia > 65 tahun)

c. Menurut Dra. Ny. Jos masdani, psikologi dari Universitas Indonesia,

kedewasaan di bagi menjadi empat bagian :

1. Fase juventus (usia 25-40 tahun)

2. Fase vertilas (usia 40-50 tahun)

3. Fase prasenium (usia 55-65 tahun)

4. Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia )

d. Menurut Prof. DR. Koesoemanto setyonegoro, Sp.Kj. batasan usia dewasa

sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi :

1. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun

Page 38: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

2. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturasi usia 25-60/65 tahun

3. Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun terbagi atas :

4. Young old (usia 70-75 tahun)

5. Old (usia 75-80 tahun)

6. Very old (usia > 80 tahun)

e. Menurut Boe (1996), bahwa tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut :

1. Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)

2. Masa dewasa awal (usia 25-40 tahun)

3. Masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun )

4. Masa dewasa lanjut (usia 65-75 tahun)

5. Masa dewasa sangat lanjut ((usia > 75 tahun)

f. Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia ada dua tahap :

1. Early old age (usia 60-70 tahun)

2. Advanced old age (usia >70 tahun)

g. Menurut Burnsie (1979), ada empat tahap lanjut usia yaitu :

1. Young old (usia 60-69 tahun)

2. Middle age old (usia 70-79 tahun)

3. Old-old (usia 80-89 tahun)

4. Very old-old (usia >90 tahun)

h. Menurut sumber lain, mengemukakan :

1. Elderly (usia 60-65 tahun)

2. Junior old age (usia > 65-75 tahun)

3. Formal old age (usia >75-90 tahun)

Page 39: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

4. Longervity old age (usia >90-120 tahun). (Kushariyadi, 2010)

B. Konsep Menua

Tahap dewasa merupakan tahap tubh mencapai titik perkembangan yang

maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah

sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami

penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan Proses Penuaan.

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga

tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita.

Seiring dengan proses tersebut tubuh mengalami kesehatan yang biasa disebut

penyakit degeneratif (Maryam, 2008).

Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan

waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua adalah

fase akhir dari rentang kehidupan (Fatimah, 2010).

Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang

dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia

tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang

kompleks dan multidimensional yang dapat berobservasi di dalam satu sel dan

berkembang sampai pada keseluruhan sistem. Walaupun hal itu terjadi pada

tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang cukup sempit,proses

tersebut tidak tertandingi (Stanley, 2007)

Page 40: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Penuaan merupakan proses yang secara berangsur-angsur mengakibatkan

perubahan kumulatif dan mengakibatkan perubahan-perubahan permanen yang

terjadi sampai pada kematian. Penuaan juga menyangkut perubahan struktur sel,

akaibat interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan

perubahan degenaratif (Nugroho,2000) dalam Arnilawati (2015). Menurut H.P.

Von Han (1975) dalam Arnilawati (2015), karakteristik proses penuaan

merupakan suatu proses biologis yang kompleks, yang terdiri dari :

1. Adanya perubahan dalam tubuh yang terprogram oleh jam biologis

(biological clock).

2. Terjadi aksi dari zat metabolic akibat mutasi spontan, radikal bebas dan

adanya kesalahan di molekul DNA.

3. Perubahan terjadi di dalam sel dapat secara primer akibat gangguan sistem

penyatuhan pertumbuhan atau secara sekunder akibat pengaruh dari luar sel.

Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan

proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai pada masa awal

kehidupan dan terus menerus berlangsung selama bertahun-tahun, terlepas dari

apa yang orang-orang lakukan untuk menundanya. Sedangkan penuaan sekunder

merupakan hasil penyakit, kesalahan dan penyalahgunaan factor-faktor yang

sebenarnya dapat dihindari dan berada dalam control seseorang (papalia, olds &

Feldman,2008) dalam (Rizkhy, 2013).

Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses menua merupakan akibat

dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss). Lansia mengalami

perubahan-perubahan fisik di antaranya perubahan sel, sistem persarafan, sistem

Page 41: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu

tubuh, sistem respirasi, sistem gastrointestinal, sistem genitourinaria, sistem

endokrin, sistem muskulokeletal, disertai juga dengan perubahan–perubahan

mental menyangkut perubahan ingatan (memori) ataupun perasaan maupun

psikologis (Waston,2003) dalam (Rizhky,2013). Berdasarkan perbandingan yang

diamati secara potong lintang antara kelompok usia yang berbeda, sebagian besar

organ tampaknya mengalami kehilangan fungsi sekitar satu persen per tahun,

dimulai pada usia sekitar 30 tahun (Setiati, Harimurti & Roosheroe, 2006) dalam

(Rizkhy, 2013).

C. Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya (Santoso, 2009) :

1. Perubahan Kondisi Fisik

Perubahan pada kondisi fisik pada lansia meliputi dari tingkat sel

sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernapasan,

pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,

muskuloskeletal, gastrointestinal, urogenital, endokrin, dan integumen.

Masalah fisik sehari - hari yang sering ditemukan pada lansia diantaranya

lansia mudah jatuh, mudah lelah, kekacuan mental akut, nyeri pada dada,

berdebar - debar, sesak nafas, pada saat melakukan aktifitas/kerja fisik,

pembengkakan pada kaki bawa, nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi

pinggul, sulit tidur, sering pusing, berat badan menurun, gangguan pada fungsi

penglihatan, pendengaran, dan sulit menahan kencing. Dalam (Nugroho,2000)

diantaranya :

Page 42: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

1) Sel

a) Lebih sedikit jumlahnya.

b) Lebih besar ukurannya.

c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan

intraseluler.

d) Menurunnya proporsi protein diotak, otot, darah dan hati.

e) Jumlah sel otak menurun.

f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

g) Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10 %.

2. Persyarafan

a) Berat otak menurun 5-10 % ( setiap orang berkurang sel syaraf otaknya

dalam setiap harinya ).

b) Cepatnya menurun hubungan pernafasan.

c) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan

stres.

d) Mengecilnya saraf panca indera.

3. Sistem Pendengaran

a) Presbiakusis ( gangguan pada pendengaran ).

b) Membaran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

c) Terjadinya penggumpalan serumen dapat mengeras karena adanya

peningkatan keratin.

Page 43: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

4. Sistem Penglihatan

a) Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).

c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).

d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap.

e) Hilangnya daya akomodasi.

f) Menurunnya lapang pandang.

g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.

5. Sistem Kardiovaskuler

a) Elastisitas, dinding aorta menurun.

b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya

kontraksinya dan volumenya.

d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh

darah, ke perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur terduduk

(duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi

65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).

e) Tekanan darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi

dari pembuluh darah perifer, sistolis normal 170 mmHg. Diastolis

normal 90 mmHg.

6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

Page 44: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

a)Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik lebih

kurang35° C ini akibat metabolisme yang menurun.

b) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang

banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

7. Sistem Respirasi

a) Otot - otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

b) Menurunnya aktifitas silia.

c) Paru - paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu dapat meningkat,

menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun,

dan kedalaman bernafas menurun.

d) alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.

e) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.

f) CO2 pada arteri tidak berganti.

g) Kemampuan untuk batuk berkurang.

8. Sistem Gastrointestinal

a) Kehilangan gigi.

b) Indera pengecap menurun.

c) Esofagus melebar.

d) Lambung, rasa lapar menurun.

e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

f) Fungsi absorpsi melemah.

Page 45: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

g) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,

berkurangnya aliran darah.

9. Sistem Reproduksi

a) Menciutnya ovum dan uterus.

b) Atrofi payudara.

c) Pada laki - laki testis maiz dapat memproduksi spermatozoa, meskipun

adanya penurunan secara berangsur - angsur.

d) Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 90 tahun (asal

kondisikesehatan baik).

e) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi

menjadi berkurang, reaksi sifatnya alkali dan menjadi perubahan -

perubahan warna.

f) Atrofi vulva.

g) Vagina mengalami perubahan yaitu selaput lendir menjadi kering

elastisitas menurun, permukaan menjadi lebih halus, reaksi sifatnya

alkali, terjadi perubahan warna.

10. Sistem Urinaria

a) Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal

menurun sampai 50 %, penyaringan ke glomerulus menurun sampai 50

%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kemampuan untuk

mengkonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun, proteinuria

Page 46: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

(biasanya +1 ), BUN meningkat sampai 21 %, nilai ambang ginjal

terhadap glukosa meningkat.

b) Vesika urinaria (kandung kemih) otot - otot menjadi lemah, kapasitasnya

menurun, sampai 20 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni

meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia

sehingga mengakibatkan meningkatkan retensi urine.

c) Pembesaran prostat 75 % dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.

11. Sistem Endokrin

a) Produksi dari hampir semua hormon menurun.

b) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

c) Pituitari mengalami perubahan yaitu pertumbuhan hormon ada tetapi

lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah, berkurangnya

produksi TSH, ACTH, FSH, dan LH.

d) Menurunnya aktifitas tyroid, menurunnya BMR ( Basal Metabolic Rate)

dan menurunnya daya pertukaran zat.

e) Menurunnya sekresi hormon kelamin misalnya progesteron, estrogen,

dan testeron.

12) Sistem Kulit

a) Mengkerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

b) Permukaan kulit kasar dan bersisik.

c) Menurunnya respon terhadap trauma.

d) Mekanisme proteksi kulit menurun.

e) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

Page 47: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

f) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

g) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisai.

h) Pertumbuhan kuku lebih lambat.

i) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.

j) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.

k) Kelenjar keringat fungsi dan jumlahnya berkurang.

13) Sistem Muskuloskeletal

a) Tulang menjadi kehilangan densitinya (cairan) dan rapuh.

b) Kifosis.

c) Pinggang, lutut dan jari - jari pergelangan terbatas.

d) Discusintervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya

berkurang).

e) Tendon mengerut dan mengalami scelerosis.

f) Atrofi serabut sehingga seseorang bergerak lamban, otot - otot keram

dan menjadi tremor.

2. Perubahan Kondisi Mental

Dalam (Santoso, 2009), pada umumnya lansia mengalami penurunan

fungsi kognitif dan psikomotor. Perubahan - perubahan ini erat sekali

kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau

pengetahuan, dan situasi lingkungan. Dari segi mental dan emosional sering

muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas. Adanya

kekacuan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau

Page 48: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Hal ini bisa menyebabkan lansia

mengalami depresi.

3. Perubahan Psikososial

Lansia yang sehat secara psikososial dapat dilihat dari kemampuannya

beradaptasi terhadap kehilangan fisik, sosial dan emosional serta mencapai

kebahagiaan, kedamaian dan kepuasaan hidup. Ketakutan menjadi tua dan

tidak mampu produktif lagi memunculkan gambaran yang negatif tentang

proses menua. Banyak kultur dan budaya yang ikut menumbuhkan anggapan

negatif ini, dimana lansia dipandang sebagai individu yang tidak mempunyai

sumbangan apapun terhadap masyarakat dan memboroskan sumber daya

ekonomi (Fatimah, 2010).

4. Perubahan Kognitif

Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya adalah kemunduran pada

tugas - tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan

memori jangka pendek, kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran,

dan kemampian verbal akan menetap bila tidak ada penyakit yang menyertai

(Santoso, 2009).

5. Perubahan Spiritual

Menurut Maslow (1970), agama dan kepercayaan makin terintegrasi

dalam kehidupannya.

Page 49: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

D. Status Mental lansia

Aktivitas mental juga sama pentingnya dengan aktivitas fisik dalam

mencapai penuaan yang sukses. Banyak aktifitas yang di lakukan yang dapat

dilakukan oleh lansia akan menolong pikiran mereka tetap untuk tetap aktif dan

membantu mereka mengembangkan intelektualnya lebih jauh lagi. Bahkan, bukti

menunjukan bahwa lansia yang mendapatkan lebih banyak edukasi dan stimulasi

mental memiliki kemungkinan lebih kecil untuk menderita demensia tipe

Alzheimer, atau setidaknya perkembangan demensia dapat tertunda (Stanley,

2007).

Masalah-masalah mental dan emosional bukan merupakan bagian dari

penuaan yang normal. Sama halnya dengan masalah-masalah fisik, jika masalah

mental, emosional, atau perilaku terjadi pada lansia, mereka harus di evaluasi,

didiognasa dan di obati. Perilaku abnormal atau yang tidak biasa jangan selalu

dikaitkan dengan penuaan.

Pemeriksaan status mental memberikan sampel perilaku dan kemampuan

mental dalam fungsi intelektual. Pemeriksaan status mental lengkap mengarahkan

pengkajian yang dilakukan pada tingkat kesadaran, perhatian, keterampilan

berbahasa, ingatan interprestasi peribahasa, mengidentifikasi kemiripan,

keterampilan menghitung dan menulis, serta kemampuan kontruksional.

Kognitif merupakan suatu proses pikir yang membuat seseorang menjadi

waspada terhadap objek pikiran atau persepsi, mencakup semua aspek

pengamatan, pemikiran dan ingatan (Dorlan, 2002 dalam Rizhky,2013). Kognitif

Page 50: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

adalah fakultas mental yang berhubungan dengan pengetahuan, mencakup

persepsi, menalar, mengenali, memehami, menilai, dan membayangkan.

Afektif merupakan aspek kepribadian yang berupa perasaan atau emosi

pada diri individu. Chaplin (1995) menjelaskan afeksi sebagai “satu kelas yang

luas dari proses-proses mental, termasuk perasaan, emosi suasana hati, dan

temperamen. afektif adalah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. afektif

mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.

E. Aspek kognitif

1. Definisi kognitif

Kognitif merupakan suatu proses pikir yang membuat seseorang

menjadi waspada terhadap objek pikiran atau persepsi, mencakup semua

aspek pengamatan, pemikiran dan ingatan (Dorland, 2002). Kognitif adalah

suatu konsep yang kompleks yang melibatkan sekurang-kurangnya aspek

memori, perhatian, fungsi eksekutif, persepsi, bahasa dan fungsi psikomotor

(Nehlig, 2010). Kognitif adalah fakultas mental yang berhubungan dengan

pengetahuan, mencakup persepsi, menalar, mengenali, memahami, menilai,

dan membayangkan (Kamus Kedokteran Stedman, 2002) dalam (Rizkhy,

2013).

Fungsi kognitif pada lansia adalah untuk menunjukkan keadaan adanya

korelasi yang kuat antara tingkat kinerja intelektual dengan tingkat survival

lansia, fungsi kognitif menunjukkan sedikit atau tidak ada penurunan sampai

usia sangat lanjut, penyakit dan proses penuaan patologis mengurangi fungsi

kognitif, dan dengan bertambahnya usia didapatkan penurunan berlanjut

Page 51: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

dalam kecepatan belajar, memproses informasi baru dan bereaksi terhadap

stimulus sederhana atau kompleks (Stanley Mickey, 2007).

Batas normal dari tes MMSE adalah 24-30 sedangkan kemungkinan

gangguan kognitif yaitu defisit yang nyata pada saat dilakukan wawancara

meliputi penurunan pengetahuan tentang masalah umum dan baru,

menunjukkan defisit memori tentang riwayat seseorang, menunjukkan

penurunan konsentrasi pada tes pengurangan dengan skoring 17-23 dan

definitf gangguan kognitif yaitu pasien tidak bisa hidup tanpa bantuan pada

saat wawancara pasien tidak mampu mengingat sebuah aspek relevan dalam

kehidupannya secara umum, misalnya alamat, nama keluarga terdekat bahkan

sering terjadi disorientasi waktu dengan skoring 0-16.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif

Setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda,

perkembangan kognitif tidak sama pada setiap individu. Perbedaan

perkembangan ini tidak lepas daribeberapa faktor. Terdapat empat faktor yang

mempengaruhi perkembangan kognitif.

a. Perkembangan organik dan kematangan sistem syaraf

Hal ini erat kaitannya dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan

organ tubuh. Seseorang yang memiliki kelainan fisik belum tentu

mengalami perkembangan kognitif yang lambat. Begitu juga sebaliknya,

seseorang yang pertumbuhan fisiknya sempurna bukan merupakan

jaminan pula perkembangan kognitifnya cepat. Sistem syaraf turut

mempengaruhi proses perkembangan kognitif.

Page 52: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

b. Latihan dan pengalaman

Hal ini berkaitan dengan pengembangan diri melalui serangkaian latihan-

latihan dan pengalaman. Perkembangan kognitif seseorang sangat di

pengaruhi oleh latihan-latihan dan pengalaman.

c. Interaksi sosial

Perkembangan kognitif juga dipengaruhi oleh hubungan dengan

lingkungan sekitar, terutama situasi sosial, baik itu interaksi antara teman

sebaya maupun orang-orang terdekat.

d. Ekuilibrasi

Ekuilibrasi merupakan proses terjadinya keseimbangan yang mengacu

pada keempat tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget.

Keseimbangan tahapan yang dilalui tentu menjadi faktor penentu bagi

perkembangan kognitif (Djaali, 2011) dalam (Rizkhy, 2013).

3. Apek-aspek kognitif

Fungsi kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi berikut, antara lain :

a. Orientasi

Orientasi di nilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan

waktu. Orientasi terhadap personal (kemampuan menyebutkan namanya

sendiri ketika di tanya) menunjukkan informasi yang “overlearned”.

Kegagalan dalam menyebutkan namanya sendiri sering merefleksikan

negatifism, distraksi, gangguan pendengaran atau gangguan penerimaan

bahasa.

Page 53: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Orientasi tempat dinilai dengan menanyakan negara, provinsi, kota,

gedung dan lokasi dalam gedung.sedangkan orientasi waktu dinilai

dengan menanyakan tahun, musim, bulan dan tanggal.karena perubahan

waktu lebih sering dari pada tempat maka waktu dijadikan indeks yang

lebih sensitifuntuk disorientasi.

b. Bahasa

Fungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi 4 parameter,

yaitu kelancaran, pemahaman, pengulangan dan naming

1. Kelancaran

Kelancaran merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat

dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Suatu metode yang

dapat membantu menilai kelancaran adalah dengan meminta pasien

menulis atau berbicara secara spontan.

2. Pemahaman

Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami suatu

perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mampunya seseorang

untuk melakukan perintah tersebut.

3. Pengulangan

Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau

kalimat yang di ucapkan seseorang.

4. Naming

Page 54: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Naming merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu

objek beserta bagian-bagiannya

c. Atensi

Atensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk merespon stimulus

spesifik dengan mengabaikan stimulus yang lain di luar

lingkungannya.

1. Mengingat segera

Aspek ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk mengingat

sejumlah kecil informasi selama <30 detik dan mampu untuk

mengeluarkannya kembali.

2. Konsentrasi

Aspek ini merujuk pada sejauh mana kemampuan seseorang untuk

memusatkan perhatiannya pada satu hal. Fungsi ini dapat dinilai

dengan meminta orang tersebut untuk mengurangkan 7 secara

berturut-turut dimulai dari angka 100 atau dengan memintanya

mengeja kata secara terbalik.

d. Memori

Memori verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat

kembali informasi yang diperolehnya.

1. Memori baru

Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali informasi yang

di perolehnya pada beberapa menit atau hari yang lalu.

2. Memori lama

Page 55: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Kemampuan untuk mengingat informasi yang diperolehnya pada

beberapa minggu atau bertahun-tahun lalu.

3. Memori visual

Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali informasi berupa

gambar.

e. Fungsi konstruksi, mengacu pada kemampuan seseorang untuk

membangun dengan sempurna. Fungsi ini dapat dinilai dengan

meminta orang tersebut untuk menyalin gambar, memanipulsi balok

atau membangun kembali suatu bangunan balok yang telah di rusak

sebelumnya.

f. Kalkulasi, yaitu kemampuan seseorang untuk menghitung angka.

g. Penalaran, yaitu kemampuan seseorang untuk membedakan baik

buruknya suatu hal, serta berpikir abstrak (Goldman, 2000) dalam

(Rizkhy, 2013).

4. Mempertahankan fungsi kognitif

Peningkatan jumlah lansia harus diimbangi kesiapan keluarga dan

tenaga kesehatan dalam memandirikan dan meminimalisir bantuan ADL

(Activity Daily Living). Makan, minum, mandi, berpakaian, dan menaruh

barang pada lansia, karena pada lansia terjadi berbagai penurunan dan

perubahan yang menghambat keaktifan dan keefektifan lansia dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri. Sebenarnya tidak ada batas

yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada

setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda-beda, baik dalam

Page 56: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

hal pencapaian puncak maupun penurunannya (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2008).

Perawat atau keluarga sangat berperan penting dalam mebantu lansia

yang mengalami penurunan pada aspek kognitif, yaitu dengan menumbuhkan

dan membina hubungan saling percaya, saling bersosialisasi, dan selalu

mengadakan kegiatan yang bersifat kelompok, selain itu untuk

mempertahankan fungsi kognitif pada lansia upaya yang dapat dilakukan

adalah dengan cara menggunakan otak secara terus menerus dan di

istirahatkan dengan tidur, kegiatan seperti membaca, mendengarkan berita dan

cerita melalui sebaiknya dijadikan sebuah kebiasaan hal ini bertujuan agar

otak tidak beristirahat secara terus-menerus (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2008).

F. Perubahan Kognitif Pada Lansia

Pada umunya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami

penurunan fungsi kognitif . Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,

pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi

dan perilaku lansia menjadi makin lambat.

Perubahan kognitif yang terjadi pada lansia, meliputi berkurangnya

kemampuan meningkatkan fungsi intelektual berkurangnya efisiensi transmisi

saraf di otak (menyebabkan proses informasi melambat dan banyak informasi

hilang selama transmisi), berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi

baru dan mengambil informasi dari memori, serta kemampuan mengingat

Page 57: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

kejadian masa lalu lebih baik dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang

baru saja terjadi (Setiati, 2006).

Penurunan menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat di percaya sebagai

contributor utama perubahan dalam kemampuan kognitif dan efisiensi dalam

pemrosesan informasi (Papalia, Olds & Feldman, 2008). Penurunan terkait

penuaan ditunjukan dalam kecepatan, memori jangka pendek, memori kerja dan

memori jangka panjang. Perubahan ini telah dihubungkan pada perubahan

struktur dan fungsi otak (Rizkhy, 2013).

G. Faktor Penyebab Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia

1. Hipertensi

Salah factor penyakit penting yang mempengaruhi penurunan kognitif

lansia adalah hipertensi. Peningkatan tekanan darah kronis dapat

meningkatkan efek penuaan pada struktur otak, meliputi redupsi substansia

putih dan abu-abu di lobus prefrontal, penurunan hipokampus, meningkatkan

hiperintensitas substansia putih di lobus prefrontal. Angina fektoris, infark

miokardium, penyakit jantung koroner dan penyakit vascular lainnya juga di

kiatkan dengan memburuknya fungsi kognitif (Briton & Marmot, 2003 dalam

Myers, 2008).

2. Faktor usia

Suatu penelitian yang mengukur kognitif pada lansia menunjukan skor di

bawah cut of skrining adalah sebesar 16% pada kelompok umur 65-69, 21%

pada 70-74, 30% pada 75-79, dan 44% pada 80+. Hasil penelitian tersebut

Page 58: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

menunjukkan adanya hubungan positif antara usia dan penurunan fungsi

kognitif (Scanlan, 2007).

3. Status pendidikan

Kelompok dengan pendidikan rendah tidak pernah lebih baik di

bandingkan dengan kelompok dengan pendidikan lebih tinggi (Scanlan,

2007).

4. Jenis kelamin

Wanita lebih beresiko mengalami penurunan kognitif. Hal ini disebabkan

adanya peranan level hormone seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif.

Reseptor estrogen telah ditemukan dalam area otak yang berperan dalam

fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus. Rendahnya level estradiol

dalam tubuh telah dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif umum dan

memori verbal. Estradiol di perkirakan bersifat neuroprotektif dan dapat

membatasi kerusakan akibat stress oksidatif serta terlihat sebagai protekstor

sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien Alzheimer (Myers, 2008).

5. Perilaku merokok

Penelitian menunjukkan bahwa merokok pada usia pertengahan

berhubungan dengan kejadian gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut,

sedangkan status masih merokok dihubungkan dengan peningkatan insiden

demensia. Penelitian lainnya juga menunjukkan adanya pengaruh merokok

terhadap penurunan fungsi kognitif pada perokok lama (>20 tahun).

Page 59: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

6. Aktivitas Olahraga

Pada suatu penelitian ditemukan bahwa ada hubungan antara aktivitas

olahraga dengan kemampuan kognitif pada subjek pria dan wanita berusia 55-

91 tahun. Orang-orang yang giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran,

ingatan dan waktu reaksi lebih baik dari pada mereka yang kurang atau tifak

pernah olahraga (Clarkson & Hartley, 1989).

Penelitian lain menyetujui bahwa olahraga merupakan faktor penting dalam

meningkatkan fungsi-fungsi kognitif pada lansia. Hal yang harus di perhatikan

dalam aktivitas olahraga pada lansia adalah pemilihan jenis olahraga yang

akan di jalani, harus sesuai dengan usia dan kondisi fisik lansia (Stones &

Kozman 1989) dalam (Rizkhy, 2013).

H. Cara Pengukuran Fungsi Kognitif

MMSE awalnya dirancang sebagai media pemeriksaan status mental

singkat serta terstandardisasi yang memungkinkan untuk membedakan antara

gangguan organik dan fungsional pada pasien psikiatri. Sejalan dengan

penggunaan tes ini selama bertahun-tahun, kegunaan utama MMSE berubah

menjadi suatu media untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan

kognitif yang berkaitan dengan kelainan neurodegenerative, misalnya penyakit

Alzheimer (Lezak, 2004) dalam (Rizkhy, 2013).

Menguji aspek kognitif dari fungsi mental: orientasi, registrasi, perhatian,

dan kalkulasi mengingat kembali dan bahasa (Folstein et al, 1975). Nilai paling

tinggi adalah 30, di mana nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya

kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Dalam

Page 60: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

pengerjaan asli MMSE, lanjut usia biasanya mendapat angka tengah 27,6 klien

dengan demensia depresi dan gangguan kognitif membentuk angka 9, 7, 19 dan

25 (Gallo, 1998). Pemeriksaan bertujuan untuk melengkapi dan menilai, tetapi

tidak dapat digunakan untuk tujuan diagnostik. Karena pemeriksaan MMSE

mengukur beratnya kerusakan kognitif dan mendemonstrasikan perubahan

kognitif pada waktu dengan tindakan sehingga dapat berguna untuk mengkaji

kemajuan klien berhubungan dengan intervensi.

MMSE dapat dilaksanakan selama kurang lebih 5-10 menit. Tes ini

dirancang agar dapat dilaksanakan dengan mudah oleh semua profesi kesehatan

atau tenaga terlatih manapun yang telah menerima instruksi untuk

penggunaannya.

MMSE merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah

diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat dipercaya

serta valid untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif

yang berkaitan dengan penyakit neurodegenerative. Hasilnya, MMSE menjadi

suatu metode pemeriksaan status mental yang digunakan paling banyak didunia.

Tes ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan telah di gunakan sebagai

instrument skrining kognitif primer pada beberapa studi epidemiologi skala besar

demensia.

Penentuan kriteria gangguan memori sehubungan dengan gangguan usia tua

di perlihatkan dengan adanya gangguan fungsi memori dan penurunan akibat

demensia (mengarah pada gangguan intelektual) yang di tandai oleh MMSE

(Folstein M.F. et al, 1975) dalam (Kusharyadi, 2010).

Page 61: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia (Budi Anna Keliat, 1999).

Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998

tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 tahun.

Kognitif merupakan suatu proses fikir yang membuat seseorang

menjadi waspada terhadap objek fikiran atau persepsi, mencakup semua aspek

pengamatan, pemikiran dan ingatan (Dorland, 2002). Kognitif adalah suatu

konsep yang kompleks yang melibatkan sekurang-kurangnya aspek memori,

perhatian, fungsi eksekutif, persepsi, bahasa dan fungsi psikomotor (Nehlig,

2010) dalam (Rizkhy, 2013).

Afektif adalah kemampuan menyangkut aspek perasaan dan emosi.

Terbagi dalam beberapa bagian yang meliputi aspek penerimaan terhadp

lingkungannya, tanggapan atau respon terhadap lingkungan, penghargaan

dalam bentuk ekspresi nilai terhadap sesuatu.

Proses skrining yang dilakukan untuk aspek kognitif dalam penelitian

dengan cara Mini Mental State Exam (MMSE).

Page 62: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

B. Kerangka Pikir

Keterangan :

: Diteliti

C. Definisi operasional dan kriteria objektif

1. Lansia dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe

Selatan Tahun 2016, yang berusia 60 tahun.

2. Fungsi kognitif pada lansia adalah untuk menunjukkan keadaan adanya

korelasi yang kuat antara tingkat kinerja intelektual dengan tingkat

survival lansia, fungsi kognitif menunjukkan sedikit atau tidak ada

penurunan sampai usia sangat lanjut, penyakit dan proses penuaan

patologis mengurangi fungsi kognitif, dan dengan bertambahnya usia

didapatkan penurunan berlanjut dalam kecepatan belajar, memproses

informasi baru dan bereaksi terhadap stimulus sederhana atau kompleks

(Stanley Mickey, 2007). Hasil diperoleh dengan menggunakan kuesioner

yang fokus pada Mini Mental State Exam (MMSE) (Kusharyadi, 2010).

Kriteria Objektif :

a. 24 - 30 : Normal

b. 17 – 23 : kemungkinan gangguan kognitif

c. 0 - 16 : Definitif gangguan kognitif

Lansia Status mental :Aspek kognitif

Page 63: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan survey deskriptif, teknik

pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara total sampling,

Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui Gambaran Aspek Kognitif Pada Status Mental

Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016

dengan cara mengkaji fungsi kognitif klien usia lanjut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini di lakukan di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 19 Februari

sampai 17 Juni 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan

dalam suatu penelitian (Suryono, 2010). Populasi dalam penelitian ini

adalah keseluruhan lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kota Kendari sebanyak 94 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan di teliti atau

sebagian dari karakteristik yang di miliki oleh populasi (Hidayat, 2008).

Page 64: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Sampel adalah populasi yang akan akan diteliti terkadang jumlahnya dapat

melimpah, tempatnya sangat luas berasal dari tingkatan yang berbeda, jadi

sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili suatu populasi tersebut

(Suryono, 2010).

Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di Panti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari yang ditentukan dengan tehnik

Total Sampling artinya seluruh lansia menjadi sampel penelitian yaitu

sebanyak 94 orang lansia akan tetapi ketika pelaksanaan penelitian hanya

70 orang yang didapatkan dikarenakan ada lansia sebanyak 5 orang yang

sakit, 7 orang tidak mau dilakukan penelitian, dan 12 orang tidak berada

ditempat atau pulang.

a. Kriteria inklusi :

1) Lansia yang tinggal di panti sosial tresna werdha minaula

2) Lansia lebih dari 60 tahun

3) Lansia yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria ekslusi :

1) Lansia yang sedang sakit

2) Lansia yang tidak bersedia menjadi responden

3) Lansia yang berada di luar panti

4) Lansia yang mengalami gangguan pendengaran

D. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap,

di antaranya yaitu :

Page 65: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

1. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari

kampus

2. Mendapatkan izin penelitian dari Kepala Panti Sosial Tresna Werdha

Minaula Kendari.

3. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk di

tandatangani oleh calon responden apabila menjadi subjek penelitian.

4. Memberikan pertanyaan sesuai dengan lembar kuesioner

5. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada

peneliti apabila ada yang kurang jelas dengan pertanyaan peneliti.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner data di responden

serta kuesioner yang mengacu pada kuesioner MMSE (Folstein M.F.et al,

1975) (Kusharyadi, 2010).

F. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang di peroleh langsung melalui

wawancara dengan responden menggunakan instrumen baku yaitu Mini

Mental State Exam (MMSE) sesuai dengan kuesioner yang telah disusun.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Panti Sosial Tresna

Werdha Minaula Kendari, yaitu data jumlah pasien, jenis kelamin, nama

wisma dan profil Panti Tresna Werdha Minaula Kendari.

Page 66: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

G. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan dua cara yaitu cara elektronik

menggunakan sistem komputerisasi menggunakan microsoft excel. Tehnik

pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan

komputerisasi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik pengolahan data

yang terditi dari :

1. Editing

Editing adalah upaya pemeriksaan kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang

termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat

dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau

identitas pada suatu informasi atau data yang dianalisis.

3. Entri data

Entri data adalah kegiatan memasukan data yang telah

dikumpulkan ke master table atau database computer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana.

Page 67: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

4. Tabulasi

Tabulasi data merupakan pengorganisasian data sedemikian

rupa agar dengan mudah dapat di jumlah, disusun untuk di sajikan dan

dianalisis.

H.Analisa Data

Dalam melakukan analisa data peneliti menggunakan ilmu statitis

yang disesuaikan dengan jenis penelitian dan menggunakan rumus distribusi

frekuensi. Dengan rumus sebagai berikut :

X= x K

Keterangan :

X = jumlah presentase variabel yang diteliti

a = jumlah jawaban responden berdasarkan variabel yang diteliti

n = jumlah total pertanyaan

K = konstan (100%) (Hasan, 2002 dalam La ode Bay, 2013).

I. Penyajian Data

Penyajian data pada penelitian ini di sajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan presentase dan dinarasikan kemudian di lakukan

pembahasan yang selanjutnya di dapatkan kesimpulan penelitian.

J. Etika Penulisan

Etika penulisan bertujuan untuk menjamin kerahasiaan indentitas

responden, melindungi dan menghormati hak respon untuk menolak penelitian

yang di ajukan pernyataan persetujuan (informed consent) mengikuti penelitian

Page 68: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

seperti terlampir. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti meminta izin

kepada petugas panti. Kemudian mendatangi calon responden dan

memperkenalkan diri lalu memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat

penelitian, menjelaskan partisipasi responden, serta kerahasiaan data yang di

peroleh. Setelah diberikan penjelasan, peneliti kemudian memastikan bahwa

responden benar-benar mengerti tentang penelitian yang akan dilakukan

termaksud dengan keuntungan menjadi subjek penelitian. Responden akan

diberi lembar persetujuan dan di mina untuk menandatanganinya. Jika

responden tidak bersedia menjadi subjek penelitian maka responden berhak

untuk mengundurkan diri dari penelitian. Kerahasiaan data diri responden akan

di jaga peneliti. Lembar kuesioner yang telah di isi akan di simpan di tempat

yang hanya diketahui oleh peneliti dan pihak yang berkepentingan membaca

kuesioner tersebut. Peneliti juga akan segera menghapus data-data responden

yang telah di analisis.

Page 69: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografi

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari berada dalam wilayah

administrasi desa Ranooha kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan

dengan luas wilayah ± 3Ha yang di huni oleh 95 orang lanjut usia.

Sebagian besar wilayah Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

terdiri atas dataran tinggi dan rawa yang secara administrasi berbatasan

dengan :

a. Sebelah utara berbatasan dengan desa laikaaha

b. Sebelah barat berbatasan denga hutan Ranooha

c. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Onewila

d. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Konda

2. Visi dan Misi

a. Visi

Mewujudkan Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari sebagai

lembaga penyelenggara pelayanan bagi lanjut usia.

b. Misi

1) Melaksanakan pelayanan lanjut usia sesuai dengan norma, prosedur

standar pelayanan

Page 70: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

2) Melasaknakan perencanaan program dan kegiatan dalam

meningkatkan pelayanan sosial lanjut usia yang efisien dan efektif.

3) Meningkatkan dukungan manajemen pelayanan sosial dalam panti

yang ankuntabel transparan dan efisien.

3. Tahapan Pelayanan

a. Tahapan Pendekatan Awal

1) Orientasi dan konsultasi

2) Identifikasi

3) Motivasi

4) Seleksi

b. Tahapan Penerimaan

1) Registrasi

2) Pemecahan dan pengungkapan masalah

3) Penempatan pada program pelayanan

4) Perlengkapan administasi

5) Surat keterangan/ surat pengantar dari kepala desa/ lurah setempat

6) Surat keterangan berbadan sehat dari dokter puskesmas setempatsurat

pernyataa bahwa ia sanggup tinggal dan dibina dalam panti

7) Surat keterangan tidak keberatan dari keluarga terdekat

4. Sarana dan Prasarana

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari memiliki area tanah ± 3

Ha. Area tersebut digunakan untuk sarana bangunan, sarana jalan dalam

kompleks, taman dan selebihnya merupakan lahan tidur yang dimanfaatkan

Page 71: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

untuk pertanian, kandang ayam, empang ikan air tawar dan lain-lain. Adapun

sarana bangunanyang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

ada sebanyak 24 unit bangunan yang terdiri dari :

a. Wisma PM : 12 buah

b. Ruang perawatan khusus : 1 buah

c. Ruang pemulasan jenazah : 1 buah

d. Ruang keterampilan : 1 buah

e. Poliklinik : 1 buah

f. Kantor : 1 buah

g. Aula : 1 buah

h. Masjid : 1 buah

i. Rumah jabatan : 1 buah

j. Rumah petugas : 1 buah

k. Dapur : 1 buah

Selain sarana bangunan sebagaimana tersebut di atas, Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kendari juga di lengkapi dengan sarana transportasi

antara lain :

a. Kendaraan roda empat : 6 unit

1) Kendaraan dines kepala panti : 1 unit

2) BUS : 2 unit

3) Ambulance : 1 unit

4) Kendaraan tim reaksi cepat : 2 buah

b. Kendaraan roda dua : 5 unit

Page 72: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

5. Program pelayanan

Jumlah lanjut usia (penerima manfaat) yang diberikan pelayanan sosial

pada Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari pada tahun anggran 2015

sebanyak 95 orang dengan klasifikasi sebagai berikut :

a. Program regular : yaitu para lanjut usia terlantar yang berusia 60 tahun

keatas mereka tinggal menetap dalam panti selama waktu yang tidak

ditentukan.

b. Program day care service (pelayanan harian usia lanjut) yaitu para lanjut

usia potensial yang berusia 60 tahun keatas, mereka mendapatkan

pelayanan dalam panti, tetapi hanya mengikuti kegiatan-kegiatan yang

telah di programkan atau di minati. Program ini di maksudkan untuk dapat

membantu meningkatkan beban atau tugas-tugas keluarga atau masyarakat

dalam rangka memberikan perawatan dan perawatan sosial kepada para

lanjut usia yang karena sesuatu hal mereka tidak dapat memberikan

pelayanan yang dimaksud secara maksimal.

c. Program home care service, yaitu para lanjut usia yang tidak potensial

berusia 60 tahun ke atas, mereka di beri pelayanan berupa pelayanan

tambahan gizi (sembako) setiap bulan melalui keluarga-keluarga asuh

tempat mereka tinggal menetap selama 12 bulan dari bulan januari sampai

bulan desember tahun berjalan.

6. Pembiayaan

Dalam melakukan kegiatan pelayanan bagi lanjut usia penerima

manfaat, baik dalam panti maupun luar panti semua pembiayaan di bebankan

Page 73: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

melalui APBN bentuk DIPA Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

pada setiap tahun.

7. Program Kegiatan Pelayanan Sosial

program kegiatan pelayanan Panti Sosial Tresna Werdha Minaula

Kendari terhadap para klien (penerima manfaat) dalam tahun anggaran 2015

sebagai berikut :

a. Program Reguler

Jenis pelayanan yang diberikan kepada klien (penerima manfaat)

dalam panti (klien regular) adalah :

1) Kegiatan pelayanan sosial yang meliputi

a) Pengasramaan

b) Pelayanan pangan

c) Pelayanan sandang

d) Pelayanan kesehatan (cek up kesehatan dan pengobatan)

e) Pelayanan pemakaman (pengurusan jenazah)

2) Kegiatan pelayanan bimbingan yang meliputi

a) Bimbingan fisik :

1. Senam lansia

2. Jalan santai

b) Bimbingan mental spiritual

1. Pengajian

2. Tahlilan

3. Shalat berjamaah

Page 74: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

4. Khotbah jumat/cerama agama islam

5. Motivasi kebaktian gereja

c) Bimbingan sosial/penyuluhan sosial dan rekreasi/widyawisata

d) Bimbingan keterampilan/pengisian waktu luang

b. Program Day Care Service

Jenis pelayanan yang diberikan terhadap penerima manfaat dalam

program antara lain :

1) Pelayanan sosial meliputi :

a) Pelayanan makan dan transportasi

b) Pelayanan sandang, yakni pakaian olahraga, baju koko dan

mukenah/kerudung

c) Pelayanan kesehatan (cek up kesehatan dan pengobatan)

d) Pada akhir kegiatan akan di berikan bantuan paket UEP (usaha

ekonomi produksi)

2) bimbingan, meliputi :

a) Bimbingan sosial

b) Bimbingan mental spiritual

1. Pengajian surat yasin

2. Shalat dzuhur dan shalat jumat berjamaah

3. Khutbah jumat/ ceramah agama islam

4. Bimbingan keterampilan (pengisian waktu luang)

5. Bimbingan fisik dan kebugaran

c. Program Home Care Service

Page 75: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Jenis pelayanan yang diberikan terhadap penerima manfaat dalam

program ini antara lain :

1) Pemberian bantuan tambahan gizi (sembako) setiap bulan, dari bulan

januari sampai desember setiap tahunnya.

2) Pelayanan kesehatan yakni cek up kesehatan dan pelayanan

pengobatan

Pada akhir program kegiatan akan diberikan paket dana bantuan

UEP (usaha ekonomi produktif) melalui keluarga ataupun keluarga asuh

tempat lanjut usia tersebut menetap (Profil PSTW Minaula Kendari,

2015).

B. Hasil Penelitian

1. Lansia menurut kelompok umur

Tabel 5.1. Distribusi Responden Lansia Berdasarkan Kelompok Umur Di

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2016

No Kelompok umur Frekuensi Presentase (%)

1 60-74 45 64,29

2 75-90 22 31,43

3 >90 3 4,28

Jumlah 70 100

Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan Tabel 5.1 Distribusi Responden Lansia Berdasarkan

Kelompok Umur Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

Page 76: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

menunjukkan dari 70 responden terbanyak adalah responden dengan usia

rentang 60-74 tahun yaitu sebesar 45 responden (64,29%), lalu pada rentang

usia 75-90 tahun sebesarv22 responden (31,43%), dan yang berusia >90 tahun

sebesar 3 responden (4,28%).

2. Lansia menurut jenis kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Responden Lansia Berdasarkan Kelompok Jenis

Kelamin Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

Tahun 2016

No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

1 Laki-laki 40 57,14

2 Perempuan 30 42,86

Jumlah 70 100

Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan Tabel 5.2 Distribusi Responden Lansia Berdasarkan

Kelompok Jenis Kelamin Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari

menunjukkan bahwa dari 70 responden, terbanyak adalah responden laki-laki

sebesar 40 responden (57,14 %), dan perempuan sebanyak 30 responden

(42,86%).

Page 77: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

3. Lansia berdasarkan aspek kognitiff

Tabel 5.3 Distribusi Responden Lansia Berdasarkan Aspek Kognitif di

Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari Tahun 2016

No Kategori Frekuensi Presentase (%)1. Normal 18 25,732. Kemungkinan Gangguan

Kognitif37 52,85

3. Definitif GangguanKognitif

15 21,42

Jumlah 70 100%Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan Tabel 5.3 Distribusi Responden Lansia Berdasarkan

Aspek Kognitif di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari jumlah lansia

terbanyak adalah lansia dengan kategori kemungkinan gangguan kognitif yaitu

jumlah responden 37 (52,85%) dan kategori definitif gangguan kognitif yaitu

jumlah responden 15 (21,42%).

C. Pembahasan

Masalah-masalah mental dan emosional bukan merupakan bagian dari

penuaan yang normal. Sama halnya dengan masalah-masalah fisik, jika masalah

mental, emosional atau perilaku terjadi pada lansia, mereka harus di evaluasi,

didiagnosa dan diobati. Kadang-kadang lansia sendiri mulai merasakan penurunan

rasa berharga dan ketertarikan dan takut menjadi beban bagi masyarakat serta

perasaan tidak berharga (Stanley, 2007).

Seiring dengan penambahan usia, manusia akan mengalami

kemunduran intelektual secara fisiologis, kemunduran dapat berupa mudah lupa

sampai pada kemunduran berupa kepikunan (demensia). Kenyataan menunjukkan

Page 78: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

bahwa otak menua mengalami kemunduran dalam kemampuan daya ingat dan

kemunduran dalam fungsi belahan otak kanan yang terutama memantau

kewaspadaan, konsentrasi dan perhatian. Proses menua sehat (normal aging)

secara fisiologi juga terjadi kemunduran beberapa aspek kognitif seperti

kemunduran daya ingat (memori) terutama memori kerja (working memory) yang

amat berperan dalam aktifitas hidup sehari-hari, hal ini menjelaskan mengapa

pada sebagian lanjut usia menjadi pelupa. Selain itu fungsi belahan otak sisi

kanan (right brain) sebagai pusat intelegensi dasar akan mengalami kemunduran

lebih cepat dari pada belahan otak sisi kiri (left brain) sebagai pusat inteligensi

kristal yang memantau pengetahuan. Dampak dari kemunduran belahan otak sisi

kanan pada lanjut usia antara lain adalah kemunduran fungsi kewaspadaan dan

perhatian. Ellis, (2007) dalam (Wayan Suardana, 2014).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lansia yang berada di Panti

Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari jumlah lansia dengan kategori aspek

kognitif normal adalah sebanyak 19 responden (27,14%), sedangkan jumlah

lansia dengan kategori kemungkinan gangguan kogitif adalah sebanyak 37

responden (52,85%), dan definitif gangguan kognitif adalah sebanyak 14

responden (20%).

Aspek status kognitif yang paling bermasalah dalam penelitian ini

adalah pada aspek orientasi dan kalkulasi diantaranya lansia tidak bisa

menyebutkan poin dari orientasi yaitu hari, tanggal, bulan dll, lansia tidak bisa

berhitung dan kesulitan saat di beri pertanyaan seputar berhitung.

Page 79: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Berdasarkan hasil pemeriksaan MMSE gambaran fungsi kognitif

menunjukkan hasil bahwa kelompok old age memiliki rata-rata persentasi yang

tidak normal. Hal ini sangat sesuai dengan kepustakaan, bahwa umur yang

semakin meningkat mengakibatkan perubahan anatomi, seperti semakin

menyusutnya otak, dan perubahan biokimiawi di SSP sehingga dengan sendirinya

bisa menyebabkan terjadinya penurunan fungsi kognitif. Penelitian Kalaria. et al.

(2007) dalam (Rachel, 2012) juga mengemukakan bahwa umur merupakan faktor

risiko yang paling konsisten dari penelitian yang ada di seluruh dunia.

Pemeliharaan aktivitas mental khususnya aspek kognitif sama

pentingnya dengan pemeliharaan aktivitas fisik pada lansia, sehingga lansia

dapat mencapai penuaan yang khusus, karena pada usia lanjut sering mengalami

berbagai perubahan mental dan emosional seiring dengan bertambahnnya usia.

Sehingga penting untuk memberikan bantuan, perhatian dan dukungan dari

keluarga, teman dan pemberi pelayanan keperawatan pada lansia, maka sebagian

besar masalah mental khususnya aspek kognitif dapat dicegah.

Aspek yang dinilai pada MMSE adalah status orientasi, registrasi,

kalkulasi, mengingat dan bahasa dan kemampuan menulis dan menggambar

spontan. Berdasarkan tes yang telah di lakukan, responden sering mengalami

masalah pada orientasi dan kalkulasi. Ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi mengapa pada lansia di panti tresna werdha minaula kendari

mengalami kemungkinan gangguan kognitif seperti umur tua, latar belakang

pendidikan yang tidak ada, perbedaan bahasa dan kondisi saat dilakukan tes.

Page 80: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Pada saat dilakukan penelitian kebanyakan lansia mengalami

kemungkinan gangguan kognitif adalah sebanyak 37 responden (52,85%), ada

beberapa faktor penyebab penurunan fungsi kognitif yaitu hipertensi yang dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah kronis yang dapat meningkatkan efek

penuaan pada struktur otak, faktor usia, status pendidikan yang rendah tidak

pernah lebih baik dibandingkan pendidikan yang lebih tinggi, jenis kelamin yang

lebih berpengaruh adalah wanta hal ini disebabkan adanya peranan level hormone

seks endogen dalam perubahan fungsi kognitif, perilaku merokok, juga aktivitas

olahraga Orang-orang yang giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran,

ingatan dan waktu reaksi lebih baik dari pada mereka yang kurang atau tifak

pernah olahraga .Kemungkinan gangguan kognitif yaitu defisit yang nyata pada

saat dilakukan wawancara meliputi penurunan pengetahuan tentang masalah

umum dan baru, menunjukkan defisit memori tentang riwayat seseorang,

menunjukkan penurunan konsentrasi pada tes pengurangan, namun untuk

kemungkinan gangguan kognitif ini dapat dilakukan terapi modalitas contohnya

terapi kognitif dengan melakukan strategi memodifikasi keyakinan dan sikap

yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien yang bertujuan untuk

mengembangkan pola pikir yang rasional. Kemudian untuk definitif gangguan

kognitif adalah sebanyak 14 responden (20%), yaitu tidak mampu mengingat

sebuah aspek relevan dalam kehidupannya secara umum, misalnya alamat, nama

keluarga terdekat bahkan sering terjadi disorientasi waktu.

Page 81: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Gambaran Aspek Kognitif Dari Status

Mental Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari, maka dapat

di simpulkan bahwa dari 70 lansia yang menjadi responden frekuensi tertinggi

adalah dengan kategori kemungkinan gangguan kognitif (52,85%), dan terendah

dengan frekuensi definitif gangguan kognitif (20%) .

B. Saran

1. Bagi Lansia

Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan

atau acauan bagi lansia untuk tetap mempertahan aktivitas fisik maupun

mental (kognitif) pada lansia

2. Bagi Pihak Panti

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukkan bagi pihak

panti untuk lebih memperhatikan perawatan kesehatan lansia terutama

kesehatan mental lansia yang berada di panti.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat menambah bahan bacaan dan menambah

wawasan bagi mahasiswa keperawatan dalam merawat lansia dengan masalah

mental.

Page 82: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai

aspek kognitif dari status mental pada lansia karena masih banyak hal yang

perlu di teliti pada lansia khususnya aspek kognitif dengan cara

mengembangkan kriteria dalam penelitian.

Page 83: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

DAFTAR PUSTAKA

Arnilawati. 2015 Identifikasi perawatan diri pada usia lanjut dipanti sosial tresnawerdha minaula kendari. Kendari : Poltekkes

Dayamaes, Rizhky. 2013 Gambaran fungsi kognitif klien usia lanjut di posbindurosella legoso wilayah kerja puskesmas ciputat timur tanggerang selatan.Jakarta. Universitas islam negeri syarif hidayatullah

Dinas Kesehatan Provinsi Sultra, 2014. Profil Kesehatan Provinsi SulawesiTenggara, Kendari.

Fatimah, 2010. Merawat Manusia Lanjut Usia : suatu pendekatan proseskeperawatan gerontik. Jakarta

Hidayat, 2008 Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta :Salemba Medika

Wayan Suardana, Dkk. 2014 Status Kognitif Dan Kualitas Hidup Lansia. Denpasar.Politeknik Kesehatan Denpasar

Kusharyadi. 2010 Asuhan keperawatan pada klien lanjut usia. Jakarta : SalembaMedika

Kementerian Kesehatan RI, 2014. Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta

Makhfudli, & Effendi, Ferry. 2009 Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori danPraktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Maryam, siti, Dkk. 2008 Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :Salemba Medika

Mongisi, Rachel, Dkk. 2012 Profil Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia DiYayasan-Yayasan Manula Di Kecamatan Kawangkoan. Minahasa.Kedokteran Umum FK Unsrat

Nugroho, Wahyudi, 2000. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta: EGC

Stanley, Mickey. 2007 Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGD

Suryono . 2010 Metodelogi Penelitian Kesehatan Penuntun Bagi Peneliti Pemula.Yogyakarta : Mitra Cendi Kapres

Page 84: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Tamher,S. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan KeperawatanJakarta : Salemba Medika

Page 85: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Lampiran 1.

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Calon Responden

Di-

Tempat

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Politeknik Kementerian Kesehatan

Kendari Jurusan Keperawatan, yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Hasratin Lasaima

NIM : P00320013009

Status : Mahasiswi DIII Jurusan Keperawatan Poltekkes Kendari

Akan melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Aspek Kognitif Dari Status

Mental Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016”. Untuk

kepentingan tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk bersedia menjadi responden

dalam penelitian dan bersedia untuk di observasi serta mengisi kuesioner yang telah saya

sediakan.

Demikian lembar permohonan ini, atas partisipasi dan kerjasamanya saya ucapkan

terima kasih.

Kendari, 2016

Peneliti

HASRATIN LASAIMA

NIM. P00320013009

Page 86: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Lampiran 2.

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk menjadi

responden dalam penelitian yang dilakukan oleh :

Nama : Hasratin Lasaima

NIM : P00320013009

Status : Mahasiswi DIII Jurusan Keperawatan Poltekkes Kendari

Dengan judul, “Gambaran Aspek Kognitif Dari Status Mental Lansia Di Panti Sosial

Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Tahun 2016”. Tanda tangan saya menunjukkan bukti

bahwa saya bersedia dan telah diberi informasi serta memutuskan untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini.

Kendari, 2016

Responden

(………………………)

Page 87: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Lampiran 3

KUESIONER

GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA MINAULA KOTA KENDARI

TAHUN 2016

A. IDENTITAS KLIEN

No. Kuesioner :

Nama :

Umur :

Tanggal :

Agama :

Jenis Kelamin :

Nama Wisma :

NO ASPEK

KOGNITIF

NILAI

MAKS

NILAI

KLIEN

KRITERIA

1. Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar

a. Tahun (2016)b. Musim (Hujan)c. Tanggal (15/16/17)

Page 88: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

NO ASPEK

KOGNITIF

NILAI

MAKS

NILAI

KLIEN

KRITERIA

d. Hari(Rabu, kamis, jumat)e. Bulan (Juni)

2. 5 Dimana kita sekarang berada ?

a. Negara (Indonesia)b. Profinsi ( Sulawesi tenggara)c. Kota (Kendari)d. PSTW (Panti sosial tresna werdha

minaula kota kendari)e. Wisma (Sentosa, damai, adil, dll)

3. Registrasi 3 Sebutkan nama 3 objek (oleh pemeriksa)1 detik untuk mengatakan masing-masing objek. Kemudian tanyakankepada klien 3 objek tadi (untukdisebutkan)

a. Objek 1 (Balpoint)b. Objek 2 (Buku)c. Objek 3 (HP)

4. Perhatian dankalkulasi

5 Minta klien untuk memulai dari angka100 kemudian dikurangi 7 sampai 5kali/tingkat

a. 93b. 86c. 79d. 72e. 65

5. Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi ketigaobjek pada No. 2 (registrasi) tadi. Bilabenar, 1point untuk masing-masingobjek.

a. Objek 1 (Balpoint)b. Objek 2 (Buku)c. Objek 3 (HP)

Page 89: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

NO ASPEK

KOGNITIF

NILAI

MAKS

NILAI

KLIEN

KRITERIA

6. Bahasa 9 a. Tunjukan pada klien suatu benda dantanyakan namanya pada klien Jam tangan Cincin (2 angka)

b. Minta klien untuk mengulang kataberikut “ jika tidak ada polpen danatau tapi ada pensil”(Bila benar 1point)

c. Minta klien untuk mengikuti perintahberikut yang terdiri dari 3 langkah

” Ambil kertas ditangan anda, lipat duadan taruh di meja/kursi’. Ambil kertas di tangan anda Lipat dua Taruh dilantai (3 angka)

d. Perintahkan pada klien untuk halberikut (bila aktivitas sesuai perintahpoint 1)” Pejamkan mata anda”.

e. Perintahkan pada klien untuk menulissatu kalimat (Saya Bahagia Tinggal DiSini)

f. Menyalin gambar (Persegi Empat)

Hasil :

Interpretasi hasil :

24 - 30 : Normal

17 – 23 : kemungkinan gangguan kognitif

0 - 16 : Definitif gangguan kognitif

Page 90: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …
Page 91: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …
Page 92: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …
Page 93: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …
Page 94: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …
Page 95: GAMBARAN ASPEK KOGNITIF DARI STATUS MENTAL LANSIA DI …

Dokumentasi Penelitian