Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan...

67
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Produk Unggulan Produk unggulan merupakan suatu strategi pembangunan yang tidak mudah didikte oleh daerah/negara lain. Produk unggulan daerah tidaklah harus berupa hasil industri yang berteknologi canggih atau dengan investasi tinggi tetapi produk unggulan bisa dengan produk lokal yang disebut dengan One Area Five Product (satu daerah bisa dengan lima produk unggulan). Hal tersebut sesuai dengan surat dari Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah. Produk unggulan adalah produk yang potensial dikembangkan pada suatu wilayah dengan memanfaatkan SDA (Sumber Daya Alam) dan SDM (Sumber Daya Manusia) lokal yang berorientasi pasar dan ramah lingkungan. Sehingga memiliki keunggulan kompetitif dan siap menghadapi 10

Transcript of Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan...

Page 1: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Produk Unggulan

Produk unggulan merupakan suatu strategi pembangunan yang tidak

mudah didikte oleh daerah/negara lain. Produk unggulan daerah tidaklah harus

berupa hasil industri yang berteknologi canggih atau dengan investasi tinggi tetapi

produk unggulan bisa dengan produk lokal yang disebut dengan One Area Five

Product (satu daerah bisa dengan lima produk unggulan). Hal tersebut sesuai

dengan surat dari Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah.

Produk unggulan adalah produk yang potensial dikembangkan pada suatu

wilayah dengan memanfaatkan SDA (Sumber Daya Alam) dan SDM (Sumber

Daya Manusia) lokal yang berorientasi pasar dan ramah lingkungan. Sehingga

memiliki keunggulan kompetitif dan siap menghadapi persaingan global

(Kementrian Koperasi & UKM). Sedangkan menurut Prof. Dr. Ir. Soemarno, MS

dalam bahan kajian strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Agribisnis

memaparkan produk unggulan atau komoditi unggulan itu merupakan hasil usaha

masyarakat pedesaan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran (keunikan/ciri spesifik,

kualitas bagus, harga murah);

10

Page 2: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

2. Memanfaatkan potensi sumber daya lokal yang potensial dapat

dikembangkan;

3. Mempunyai nilai tambah yang tinggi bagi masyarakat perdesaan;

4. Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan

pendapatan dan kemampuan sumber daya manusia;

Dalam rangka upaya pembangunan ekonomi daerah, inventarisasi potensi

wilayah/masyarakat/daerah mutlak diperlukan agar dapat ditetapkan kebijakan

pola pengembangan baik secara sektoral maupun secara multisektoral. Salah satu

langkah inventarisasi/identifikasi potensi ekonomi daerah adalah dengan

mengindentifikasi produk-produk potensial, andalan dan unggulan daerah pada

tiap-tiap sub sektor. Produk unggulan daerah menggambarkan kemampuan daerah

menghasilkan produk, menciptakan nilai, memanfaatkan sumber daya secara

nyata, memberi kesempatan kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat

maupun pemerintah.

Produk Unggulan Daerah yang selanjutnya disingkat PUD menurut

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2014 merupakan produk, baik

berupa barang maupun jasa, yang dihasilkan oleh koperasi, usaha skala kecil dan

menengah yang potensial untuk dikembangkan dengan memanfaatkan semua

sumber daya yang dimiliki oleh daerah baik sumber daya alam, sumber daya

manusia dan budaya lokal, serta mendatangkan pendapatan bagi masyarakat

maupun pemerintah yang diharapkan menjadi kekuatan ekonomi bagi daerah dan

masyarakat setempat sebagai produk yang potensial memiliki daya saing, daya

jual dan daya dorong menuju dan mampu memasuki pasar global.

11

Page 3: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

Dalam konteks pengembangan keunggulan ini, pemerintah daerah harus

mulai mengembangkan konsep produk unggulan. Proses ini dilakukan dengan

mengidentifikasi produk unggulannya terutama yang berasal dari sektor informal

dan usaha kecil menengah dengan asumsi sifatnya yang padat karya sebagai

proses pengembangan sumber daya lokal dan juga optimalisasi atas potensi

ekonomi daerah.

Sebagai suatu strategi pembangunan, terutama terkait otonomi daerah,

pengembangan produk unggulan dinilai mempunyai kelebihan karena dianggap

bahwa suatu daerah yang menerapkan ini relatif lebih mandiri dalam

pengembangan ekonomi. Pengembangan produk unggulan dan pengembangan

UKM (Usaha Kecil Menengah) dapat merupakan strategi yang efektif dalam

pengembangan ekonomi daerah.

1.1.2 Teori Daya Saing

Konsep daya saing adalah suatu konsep ekonomi yang menjelaskan

tentang upaya suatu Negara terhadap suatu produk atau komoditi agar mampu

diunggulkan di arena perdagangan Internasional agar dapat disejajarkan dengan

produk lain yang sejenis, bahkan dapat melebihi produk yang berasal dari Negara

lain. Porter (2012) menjelaskan bahwa persaingan, daya saing atau yang biasa

disebut dengan kompetitif yaitu perusahaan secara nyata tidak hanya bersaing

dengan perusahaan yang ada di dalam industri saat ini saja. Analisis yang biasa

dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka,

dan pada akhirnya perusahaan tersebut terjebak dalam sebuah “competitior

12

Page 4: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

oriented”, sehingga tidak mempunyai visi pasar yang jelas dan pada akhirnya

hanya mengikuti persaingan yang ada.

Dalam teori Porter (2012) disebutkan bahwa five forces model digunakan

untuk melihat persaingan. Hal ini digunakan bahwa manusia juga bersaing dengan

pesaing potensial diri. Dengan demikian kita harus mengetahui ada lima (5)

kekuatan yang menentukan karakteristik suatu industri, yaitu:

a. Intensitas persaingan antar pemain yang ada

b. Ancaman masuk pendatang baru

c. Kekuatan tawar menawar pemasok

d. Kekuatan tawar pembeli

e. Ancaman produk pengganti.

Daya saing dikaitkan dengan tingkat output yang dihasilkan untuk setiap

unit input yang digunakan atau disebut dengan produktivitas. Peningkatan

produktivitas dilihat dari peningkatan modal dan tenaga kerja, kualitas input dan

teknologi yang diterapkan. Menurut Frinces (2011), daya saing adalah hasil dari

keunggulan-keunggulan yang dimiliki dan nilai lebih oleh sebuah perusahaan

untuk menghasilkan sesuatu, baik berupa jasa atau barang. Keunggulan berasal

dari proses kerja yang dilakukan dengan kualitas yang baik dan konsep

manajemen professional diiringi dengan kontribusi sumber daya terbaik seperti

bahan baku, kepemimpinan, keuangan yang cukup, SDM (Sumber Daya Manusia)

dan dukungan dari teknologi yang canggih.

Dalam teori daya saing, dikenal teori keunggulan komparatif dan

keunggulan kompetitif yang digunakan sebagai pengukur tingkat daya saing.

13

Page 5: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

Teori keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo mengacu

pada keunggulan yang dimiliki setiap daerah atau negara. Dalam konteks

regional, keunggulan komparatif suatu komoditi merupakan komoditi yang relatif

lebih unggul daripada komoditi yang dimiliki oleh daerah lainnya. Apabila suatu

daerah mengetahui sektor yang memiliki keunggulan komparatif, maka

pemerintah sebagai penentu kebijakan dapat menentukan arah pembangunan

sektor tersebut untuk menjadikannya lebih menguntungkan bagi daerah dengan

cara mengatur strategi-strategi daya saing.

Kedua adalah keunggulan kompetitif, yang merupakan suatu keunggulan

yang diciptakan terlebih dahulu untuk memilikinya, dengan kata lain keunggulan

kompetitif adalah suatu keunggulan yang dapat dikembangkan. Keunggulan

kompetitif suatu komoditi merupakan hasil olahan yang terbentuk dari kinerja

yang dimilikinya sehingga dapat lebih mengungguli komoditi sektor lainnya.

2.1.3 Teori Produksi

Produksi adalah menciptakan, menghasilkan dan membuat. Kegiatan

produksi tidak akan dapat dilakukan jika tidak ada bahan yang memungkinkan

dilakukannya proses produksi itu sendiri. Untuk bisa melakukan produksi, orang

memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala

bentuknya, serta kecakapan. Semua unsur itu disebut faktor-faktor produksi

(factors of production). Jadi semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai

atau usaha memperbesar nilai barang disebut sebagai faktor-faktor produksi.

Menurut Sofjan Assauri (2008;7), produksi adalah segala kegiatan dalam

menciptkan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa, untuk

14

Page 6: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi dalam ilmu ekonomi berupa

tanah, tenaga kerja dan skill (organization, managerial, dan skills).

Secara umum, produksi dapat diartikan sebagai kegiatan optimalisasi dari

faktor–faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, dan lain–lainnya oleh

perusahaan untuk menghasilkan produk berupa barang–barang dan jasa–jasa.

Secara teknis, kegiatan produksi dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa

input untuk menghasilkan sejumlah output. Dalam pengertian ekonomi, produksi

didefinisikan sebagai usaha manusia untuk menciptakan atau menambah daya atau

nilai guna dari suatu barang atau benda untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Berdasarkan pada kepentingan produsen, tujuan produksi adalah untuk

menghasilkan barang yang dapat memberikan laba. Tujuan tersebut dapat

tercapai, jika barang atau jasa yang diproduksi sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sasaran kegiatan produksi

adalah melayani kebutuhan masyarakat atau untuk memenuhi kebutuhan hidup

masyarakat umum. Dengan demikian produksi itu tidak terbatas pada

pembuatannya saja tetapi juga penyimpanannya, distribusi, pengangkutan,

pengeceran, pemasaran kembali, upaya – upaya mensiasati lembaga regulator atau

mencari celah hukum demi memperoleh keringanan pajak atau lainnya.

Menurut Sugiarto (2008) produksi adalah kegiatan yang mengubah input

menjadi output. Dalam kegiatan ekonomi biasanya dinyatakan dalam produksi.

Adapun penjelasan lainnya, produksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk

menambah nilai suatu objek atau membuat objek baru sehingga lebih bermanfaat

dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah kegunaan suatu objek tanpa

15

Page 7: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

mengubah bentuknya disebut produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah

kegunaan suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuk yang disebut produksi

barang. Sadono Sukirno (2010) menjelaskan bahwa fungsi produksi merupakan

sifat hubungan diantara faktor – faktor produksi dan tingkat produksi yang

dihasilkan. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi

selalu juga disebut sebagai output.

Faktor–faktor produksi yang digunakan bersamaan dengan cara tertentu

sehingga membuat produktivitas masing–masing faktor bergantung pada jumlah

faktor produksi lainnya yang tersedia untuk digunakan dalam proses produksi

lainnya (Mankiw, 2009:504).

Faktor–faktor produksi selain tenaga kerja yaitu tanah, modal dan

mesin/telnologi, pengertian istilah tenaga kerja dan tanah telah jelas, namun

definisi modal merupakan sesuatu yang rumit. Para ekonom menggunakan istilah

modal (capital) untuk mengacu pada stok berbagai peralatan dan struktur yang

digunakan dalam produk. Artinya modal ekonomi mencerminkan akumulasi

barang yang dihasilkan di masa lalu yang sedang digunakan untuk memproduksi

barang dan jasa yang baru (Mankiw, 2009:501).

Kegiatan operasi merupakan bagian dari kegiatan organisasi yang

melakukan transformasi dari masukan (input) menjadi keluaran (output). Masukan

berupa sumber daya yang diperlukan seperti: modal, bahan baku dan tenaga kerja,

sedangkan keluaran dapat berupa barang setengah jadi maupun barang jadi dan

jasa.

16

Page 8: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

2.1.3.1 Fungsi Produksi

Fungsi Produksi menurut Robert S Pindyck dan Daniel L Rubinfeld dalam

buku Mikroekonomi menyatakan dalam bentuk rumus, yaitu seperti berikut:

Q = f (K, L, R, T)

Dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini

meliputi berbagai jenis tenaga kerjadan keahlian keusahawanan, R adalah

kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Q adalah jumlah

produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor – faktor produksi tersebut,

yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang

dianalisis sifat produksinya.

Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada

dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah

modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang

digunakan. Jumlah produksi yang berbeda–beda dengan sendirinya akan

memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda–beda

juga. Di samping itu, untuk satu tingkat produksi tertentu dapat pula digunakan

gabungan faktor produksi yang berbeda. Sebagai contoh, untuk memproduksi

sejumlah hasil pertanian tertentu perlu digunakan tanah yang lebih luas apabila

bibit unggul dan pupuk tidak digunakan tetapi luas tanah dapat dikurangi apabila

pupuk dan bibit unggul dan teknik bercocok tanam modern digunakan. Dengan

membandingkan berbagai gabungan faktor–faktor produksi untuk menghasilkan

sejumlah barang tertentu dapatlah ditentukan gabungan faktor produksi yang

paling ekonomis untuk memproduksi sejumlah barang tersebut.

17

Page 9: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

2.1.3.2 Produksi Jangka Pendek

Jangka pendek (short run) mengacu pada jangka waktu yang mana satu

atau lebih faktor produksi tidak bisa diubah. Dengan kata lain, dalam jangka

pendek paling tidak terdapat satu faktor yang tidak dapat divariasikan, seperti

sebuah faktor yang disebut input tetap (fixed input).

Dalam gambar di bawah ini terlihat hubungan total produksi, produksi

marginal dan produksi rata – rata terdapat pada 3 tahapan. Tahap I menunjukkan

tenaga kerja yang masih sedikit, apabila ditambah akan meningkatkan total

produksi, produksi rata – rata dan produksi marginal. Tahap II produksi total terus

meningkat sampai produksi optimum sedangkan produksi rata – rata menurun dan

produksi marginal menurun sampai titik nol. Tahap III penambahan tenaga kerja

menurunkan total produksi dan produksi rata – rata, sedangkan produksi marginal

negatif. Dibawah ini pada Gambar 2.1 merupakan kurva hubungan total produksi,

produksi marginal dan produksi rata – rata:

18

Page 10: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

Gambar 2.1

Kurva Total Produksi, Produksi Marginal dan Produksi Rata-Rata

Sumber: Sukirno, 2009

2.1.3.3 Produksi Jangka Panjang

Jangka panjang (long run) adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk

membuat semua input menjadi variabel. Keputusan–keputusan yang harus dibuat

19

Page 11: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

perusahaan itu lebih sulit dalam jangka pendek daripada jangka panjang. Dalam

jangka pendek, perusahaan memvariasikan intensitas dengan menggunakan satu

pabrik dan mesin tertentu. Dalam jangka panjang, mereka memvariasikan ukuran

pabriknya. Semua input tetap dalam jangka pendek adalah hasil dari keputusan

jangka panjang yang dahulu dibuat berdasarkan perkiraan perusahaan tentang

yang menguntungkan dapat mereka produksi dan jual.

2.1.4 Fungsi Produksi Cobb Douglas

Cobb Douglass merupakan bentuk fungsional dari fungsi produksi secara

luas digunakan untuk mewakili hubungan output untuk input. Hal ini diuslkan

oleh Knut Wicksell dan diuji terhadap bukti statistik oleh Charles Cobb dan Paul

Douglass. Bentuk khusus fungsi produksi Cobb Douglass yang dipakai secara luas

dalam analisis ekonomi sebagai berikut:

Q = AKα L1−α

A adalah konstanta positif dan α adalah menunjukkan tingkat efisiensi

proses produksi secara keseluruhan. Semakin besar α maka semakin efisien

organisasi produksi. Yang mula – mula kita perhatikan disini adalah sebuah versi

umum fungsi tersebut, yaitu:

Q = A Kα Lβ

β adalah pecahan positif lainnya yang dapat sama dengan atau tidak sama

dengan 1-α. Beberapa ciri utama dari fungsi ini yaitu:

1. Homogen derajat (α + β)

2. Dalam kasus α + β = 1, fungsi tersebut dalah fungsi homogeny secara

linier.

20

Page 12: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

3. Isokuannya mempunyai kemiringan yang negatif dan cembung

sempurna untuk setiap nilai positif dari K dan L.

4. Kuasi cekung sempurna untuk nilai K dan L yang positif.

5. Homogenitasnya dapat dilihat dengan mudah dari kenyataan bahwa

dengan mengubah K dan L menjadi ∂K dan ∂L, outputnya akan

berubah menjadi :

A (∂ K ) α (∂ L)β = ∂α +β

( AK α Lβ) = ∂α +β

Q

Yaitu, fungsi tersebut adalah homogeny berderajat (α + β). Dalam hal α +

β = 1, terjadi hasil konstan terhadap skala, karena fungsinya adalah homogen

secara linier. Tetapi harus diingat bahwa fungsi ini bukan fungsi linier, oleh

karena itu akan membingungkan jika menyebutnya sebagai fungsi “homogen

linier” atau “linier dan homogen”. Bahwa isokuannya mempunyai kemiringan

yang negatif dan kecembungan sempurna dapat dibuktikan dengan melihat tanda

dari derivatif dK/dL dan d2 K/dL2 atau tanda dari dL/dK dan d2 L/dK 2 .Untuk setiap

nilai output positif Q0,Q=A K α Lβdapat dinyatakan sebagai berikut:

A Kα Lβ= Q0 ¿0)

Dengan mengambil logaritma asli dari kedua sisi persamaan tersebut dan

mengubah urutannya diperoleh sebagai berikut:

In A + α ln K + β ln L – In Q0= 0

Yang secara implisit mendefinisikan K sebagai fungsi L. Oleh karena itu

dengan aturan fungsi implisit dan aturan log, kita peroleh hasil sebagai berikut:

21

Page 13: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

dKdL

= ∂ F /∂ L∂ F /∂ K

=−( β

L )( α

K )=−βK

αL < 0

Jika demikian halnya, maka:

d2 KdL

= ddL (−βK

αL )=−βα

ddL ( K

L )=−βα

1L 2 (−dK

dL−K)>0

Tanda dari derivatif–derivatif ini menghasilkan isokuan dengan

kemiringan yang menurun dan cembung pada bidang LK untuk nilai–nilai K dan

L yang positif.

2.1.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Pertanian

Suatu output produksi akan dipengaruhi oleh beberapa faktor produksi.

Dalam sektor pertanian, terdapat beberapa faktor produksi yang dapat

mempengaruhi produksi sebagai berikut.

2.1.5.1 Pengaruh Lahan Terhadap Produksi Pertanian

Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat

penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam

usaha tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang

efisien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin

tidak efisien usaha tani yang dilakukan. Luas pemilikan atau penguasaan

berhubungan dengan efisiensi usaha tani. Bahkan lahan yang sangat luas dapat

terjadi inefisiensi disebabkan oleh:

1. Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor-faktor

produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja.

22

Page 14: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu yang pada

akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut.

3. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian

dalam skala luas.

Di bidang pertanian, persediaan lahan subur tidaklah tetap. Alasan para

petani berpindah-pindah tempat karena kesuburan tanah lenyap dalam waktu yang

pendek dan mereka tidak mengetahui cara melestarikan produktifitas lahan. Bila

hasil produksi yang diperoleh dari lahan rendah, kesuburan lahan dapat rusak

dalam waktu singkat.

2.1.5.2 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produksi Pertanian

Tenaga kerja merupakan penduduk yang sudah ada atau sedang bekerja,

yang sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah

dan mengurus rumah tangga. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih

menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Dalam usahatani sebagian besar

tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri dari ayah sebagai

kepala keluarga, isteri dan anak-anak petani. Tenaga kerja yang berasal dari dalam

keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian.

Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK) (Mubyanto,

2009).

2.1.5.3 Pengaruh Bibit Terhadap Produksi Pertanian

Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul

cenderung menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Sehingga semakin

23

Page 15: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

unggul benih komoditas pertanian, maka semakin tinggi produksi pertanian yang

akan dicapai.

Jumlah bibit ubi jalar yang dibutuhkan untuk areal penanaman 1 hektar

tergantung pada jarak tanam. Untuk jarak 75x30 cm maka kebutuhan bibitnya

±35.555 stek per hektarnya dan untuk jarak 100x25 cm ±32.000 stek per

hektarnya.

2.1.5.4 Pengaruh Penggunaan Pupuk Terhadap Produksi Pertanian

Pemberian pupuk dengan komposisi yang tepat dapat menghasilkan

produk yang berkualitas. Pupuk yang sering digunakan adalah pupuk organik dan

pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari penguraian

bagian–bagian atau sisa tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk

hijau, kompos, bungkil, guano, dan tepung tulang. Pengaruh pupuk organik bagi

tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan tanaman dengan memperbaiki

unsur hara yang ada didalam tanah. Sementara itu, pupuk anorganik atau yang

biasa disebut sebagai pupuk buatan adalah pupuk yang sudah mengalami proses di

pabrik misalnya pupuk urea, TSP, dan KCI. Pengaruh pupuk anorganik bagi

tanaman adalah untuk mempercepat pertumbuhan serta meningkatkan mutu dan

hasil yang maksimal. Dalam usahatani ubi jalar pemupukan organik atau kandang

dilakukan bersamaan dengan pengolahan lahan sedangkan pemupukan anorganik

dalam hal ini pupuk yang digunakan adalah pupuk urea dilakukan 2 kali, pertama

saat tanam dengan dosis 1/3 dan pada saat tanaman berumur 45 hari setelah tanam

dengan dosis 2/3. Standar kebutuhan pupuk untuk areal penanaman 1 hektar

24

Page 16: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

adalah 18 ton per hektar atau 3 rit per hektar untuk pupuk kandang dan 100 Kg

per hektar untuk pupuk urea.

2.1.6 One Village One Product

One Village One Product atau yang sering dikenal dengan OVOP adalah

suatu program berbasis pendekatan pengembangan potensi daerah di satu wilayah

untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik khas daerah dengan

memanfaatkan sumber daya lokal. Gerakan OVOP pertama kali dilahirkan di

Oita, Jepang, diprakasai oleh Dr. Morohiko Hiramatsu. Dr. Morohiko adalah

gubernur Oita saat itu dan menjabat dari 1979 hingga 2003 atau 6 kali periode,

selama masa kepemimpinannya digunakan untuk mengentaskan kemiskinan

warganya dengan menerapkan konsepsi pembangunan wilayah yang disebut

dengan OVOP. Inisiatif OVOP dimaksudkan untuk membantu pengembangan

kemampuan masyarakat desa pada produk tertentu dan meningkatkan ekonomi

pedesaan melalui peningkatan pendapatan masyarakat pada level bawah.

Kekhasan pendekatan ini adalah pencapaian pembangunan ekonomi regional

melalui nilai tambah produk dengan menggunakan sumber daya lokal yang

tersedia melalui pengolahan, kontrol mutu, dan pemasaran. (sumber: http://ppid-

kemenkop.com/).

One Village One Product (OVOP) merupakan upaya strategis untuk

mengidentifikasi produk lokal dan perluasan pasar. Untuk mengembangkan

potensi asli daerah supaya mampu bersaing di tingkat global, OVOP disesuaikan

dengan kondisi lingkungan di daerah tersebut, dimana akan dipilih produk

25

Page 17: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

unggulan yang unik dan khas produk di daerah tersebut untuk di kembangkan dan

untuk menjadi produk unggulan berkelas global.

Penerapan One Village One Product (OVOP) di Indonesia dilaksanakan

sejak tahun 2008, dengan tujuan untuk mengembangkan potensi industri kecil dan

menengah di berbagai sektor, serta memajukan usaha masyarakat dan

memasarkan produk-produk lokal yang mampu bersaing serta meraih reputasi

internasional. Pelaksanaan program OVOP diutamakan untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat melalui peningkatan nilai tambah dari kegiatan usahanya.

Pada akhirnya, kegiatan ini memberikan kesejahteraan bagi para pelaku usaha

(Blue Print OVOP 2010:2).

One Village One Product (OVOP) juga dapat dikatakan dalam bentuk

konsep SAKA SAKTI (Satu Kabupaten/Kota  Satu Kompetensi Inti) yaitu suatu

konsep yang dikembangkan dalam rangka  membangun daya saing suatu daerah

dengan menciptakan kompetensi inti bagi daerah tersebut agar dapat bersaing di

tingkat global. Model SAKA SAKTI difokuskan pada usaha menggali dan

mengidentifikasi kompetensi yang dimiliki (atau seyogyanya dimiliki) suatu

daerah dengan mempertimbangkan kekayaan sumber daya yang ada pada suatu

daerah. Pengertian sumber daya hanya pada sumber daya alam semata tapi

mencakup sumber-sumber daya lain, termasuk kreativitass dan daya inovasi

manusia.

Konsep ini sangat diperlukan agar sumber daya dan kemampuan yang

dimiliki oleh daerah diarahkan untuk menciptakan kompetensi inti. Ada dua

konsep dalam membangun kompetensi inti melalui pendekatan  Gerakan OVOP.

26

Page 18: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

Pertama, konsep membangun produk unggulan yaitu  mengembangkan produk

lokal  yang memiliki keunggulan dari sisi keunikan, kekhasan, kemanfaatan yang

lebih besar bagi pengguna produk serta memberikan keuntungan yang besar

penghasil produk tersebut.   Kedua, konsep membangun kompetensi inti daerah,

dalam hal ini daerah harus memilih kompetensi inti daerah  yang  bersangkutan

dilihat dari keunikan, kekhasan daerah, kekayaan sumberdaya alam, peluang

untuk menembus pasar internasional dan dampaknya.

Dengan demikian, konsep One Village One Product (OVOP)

mengutamakan produk unik yang terdapat pada daerah, bahkan produk tersebut

menjadi ikon atau lambang daerah tersebut.  Keunikan tersebut menyangkut

kultur budaya, lingkungan, bahan baku, pengerjaan, dan proses produksinya.

Sementara produk OVOP adalah produk suatu daerah dengan keunikan yang tidak

dimiliki daerah lain. Karena keunikannya dan proses produksinya yang langka,

sehingga akan memberikan nilai tambah produk tersebut. Selanjutnya daerah

dimana OVOP diproduksi menjadi menarik, dan bisa dijadikan tujuan wisata bagi

turis asing. Tentu ini menjadi peluang bisnis baru, yang juga akan memberikan

kontribusi bagi daerah tersebut. 

Gerakan One Village One Product (OVOP) mempunyai tiga prinsip yang

harus dimiliki oleh daerah-daerah yang akan menerapkan gerakan OVOP untuk

mengembangkan produk-produk unggulan lokal yang dimiliki oleh daerah.

Prinsip tersebut adalah berpikir secara global berkegiatan secara lokal, usaha

mandiri dengan inisiatif dan kreativitas, serta perkembangan sumberdaya

manusia.

27

Page 19: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

Lokal Tapi Global

Mandiri, Kreatif dan InovatifPengembangan SDM

Gambar 2.2

Tiga Prinsip Gerakan One Village One Product (OVOP)

Gerakan One Village One Product (OVOP) memiliki 3 prinsip antara lain

yaitu :

1. Lokal Tapi Global (Local yet global)

Lokal tapi global (Local yet global) yakni komoditas yang bersifat lokal dapat

menjadi komoditas global. Biasanya orang menilai bahwa komoditas lokal tidak

mempunyai sifat universal dan komoditas global mempunyai sifat kosmopolitan.

Pada kenyataannya bukan demikian, semakin tinggi keaslian dan kekhasan lokal

suatu daerah, semakin tinggi nilai dan perhatiaan secara global terhadap produk

daerah tersebut. Namun, komoditas lokal itu sendiri harus dipatenkan dan kualitas

mutunya harus ditingkatkan. Dengan usaha ini, komoditas lokal dapat

memperoleh penilaian dunia dan dapat dipasarkan secara global.

28

Page 20: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

Pada mulanya masyarakat mengembangkan produk khas/unik yang baik

dengan kualitas unggul, kemasan baik, manfaat luar biasa yang tidak dapat

digantikan dengan produk lain/product differential. Lambat laun produk tersebut

dapat memiliki konsumen yang fanatik di dalam negeri yang selanjutnya

berkembang ke pasar ekspor/luar negeri. Dengan demikian, pengembangan

gerakan OVOP ditujukan membuat kekhususan produk lokal yang dapat

dipasarkan bukan saja di Indonesia, tetapi juga di pasaran global dan dapat

menjadi sumber kebanggaan masyarakat setempat.

2. Mandiri, Kreatif dan Inovatif

Merupakan suatu prinsip yang dicanangkan untuk mengantisipiasi adanya

pemodalan dan sumberdaya dari pemerintah yang kemungkinan akan berhenti

pada kalkulasi risiko dan untung-rugi sehingga sulit berkelanjutan. Pemodalan dan

sumberdaya mandiri akan mendorong masyarakat untuk sungguh-sungguh karena

inisiatif masyarakat akan membuat masyarakat merasa nyaman dan bergairah.

Pemerintah cukup memberikan dukungan infrastruktur jalan dan kemudahan

dalam manajemen supply chain. Dalam jangka panjang, gerakan ini akan

membentuk budaya yang sangat luar biasa.

Disini diperlukan peran Pemerintah untuk memberikan berbagai fasilitas guna

pengembangan produk dengan program program yang kompetitif yang terseleksi

secara ketat. One Village One Product (OVOP) dimaksudkan bukan satu desa satu

produk melainkan setiap desa terpilih satu produk yang difasilitasi oleh

pemerintah untuk dikembangkan. Program yang mencerminkan kemandirian,

kreativitas dan inovatif dari masyarakat yang diprioritaskan untuk difasilitasi.

29

Page 21: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

3. Pengembangan SDM

Pengembangan SDM harus senantiasa dilakukan untuk mengikuti

perkembangan jaman, perubahan teknologi, dan perubahan permintaan yang

selalu dinamis.  Berkaitan dengan penentuan kebijakan publik, badan-badan usaha

yang mampu memberikan kontribusi positif bagi pembangunan sumber daya

manusia lokal semisal melalui program CSR (Corporate Social Responsibility)

terarah layak diberi insentif. Demikian juga dengan perguruan tinggi yang

konsisten melakukan kegiatan penelitian ilmiah dan pengabdian kepada

masyarakat berkait dengan pengembangan sumber daya manusia lokal.

Pengembangan SDM merupakan komponen terpenting dari kampanye

gerakan ini. Agar warga masyarakat dapat menghasilkan produk khas dan

berkualitas. Dan mendorong terwujudnya sumberdaya manusia yang kreatif dan

inovatif yang mampu menghadapi tantangan baru dan memanfaatkan peluang

bisnis di sektor pertanian, pemasaran, pariwisata dan bidang lainnya.

2.1.7 Ubi Jalar (Ipomoea batatas. L)

Ubi Jalar (Iphomea batatas. L) atau ketela rambat atau “sweet potato”

diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian

memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia dan

Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani soviet,

memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika

Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara

beriklim tropika pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke

kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang dan Indonesia. Cina merupakan

30

Page 22: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

penghasil ubi jalar terbesar mencapai 90 persen (rata-rata 114,7 juta ton) dari yang

dihasilkan dunia (FAO, 2014).

Varietas ubi jalar yang termasuk varietas unggul harus memiliki kriteria-

kriteria: Produktivitas tinggi (20-40 ton/hektar); Daya adaptasi luas dan stabil;

Daya tahan terhadap berbagai hama dan penyakit tinggi; Masa panen pendek,

yakni antara 3-4 bulan; Tekstur ubi masih segar dan memiliki rasa manis;

Memiliki kandungan serat kasar rendah; Memiliki kandungan gizi tinggi;

Karakter tanaman sesuai dengan kebutuhan industri.

Ubi jalar juga dapat digunakan sebagai pengganti nasi sebagai makanan

pokok, ubi jalar aman dikonsumsi hamper oleh semua usia, bahkan untuk bayi

yang sudah di atas 6 bulan. Hampir semua bagian ubi jalar dapat dimanfaatkan.

Dari daun yang dapat dijadikan sebagai sayuran untuk dikonsumsi setiap harinya

dan juga dapat digunakan sebagai pakan ternak. Batang dapat digunakan sebagai

bahan tanam dan pakan ternak. Serta ubi segarnya bisa langsung untuk

dikonsumsi ataupun dapat diolah menjadi tepung umbi.

Pada umumnya jenis ubi jalar yang banyak dibudidayakan dapat dibagi

menurut bentuk daunnya, batang, kulit ubi, daging ubi, umur ubi dan potensi hasil

panennya. Oleh karena itu muncul jenis ubi jalar berdasarkan varietas dan hal

tersebut sudah banyak dibudidayakan oleh para petani palawija khususnya di

Kabupaten Kuningan. Jenis-jenis ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:

31

Page 23: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

Tabel 2.1

Jenis-jenis Ubi Jalar

No Jenis Ubi Jalar Ciri-ciri

1

Ubi Beniazuma. Varietas ubi jalar yang berasal dari Jepang.

a. Daun berbentuk hatib. Batang berwarna hijau

coklatc. Kulit ubi berwarna merahd. Daging ubi berwarna kuninge. Umur panen 5-6 bulanf. Potensi hasil panen 15-20

ton/hektar

2.

Ubi Narutokintoki. Varietas ubi jalar yang berasal dari Jepang.

a. Daun berbentuk berjari tigab. Batang berwarna merah

coklatc. Kulit ubi berwarna merahd. Daging ubi berwarna kuninge. Umur panen 5-6 bulanf. Potensi hasil panen 15-20

ton/hektar

3.

Ubi Ase Bandung/Lesti. Varietas ubi jalar lokal. a. Daun berbentuk hatib. Batang berwarna merah

hijauc. Kulit ubi berwarna putihd. Daging ubi berwarna kuninge. Umur panen 3,5-4 bulanf. Potensi hasil panen 18-25

ton/hektar

4.

Ubi Ase Putih. Varietas ubi jalar lokal dan biasa disebut Kuningan Putih.

a. Daun berbentuk hatib. Batang berwarna hijau

coklatc. Kulit ubi berwarna putihd. Daging kuninge. Umur panen 5 bulanf. Potensi hasil panen 20-30

ton/hektar5. Ubi Rancing. Biasa disebut Ubi Cilembu. a. Daun berbentuk 5 jari

b. Batang berwarna hijau merah

c. Kulit ubi berwarna putih/krem

d. Daging ubi berwarna orange muda

e. Umur panen 5 bulanf. Potensi hasil panen 15-

32

Page 24: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

25ton/hektar

6.

Ubi Ayamurasaki. Biasa disebut juga ubi ungu asal ubi dari Jepang.

a. Daun berbentuk oval dan pucuk berwarna ungu

b. Batang berwarna hijau unguc. Kulit ubi berwarna ungud. Daging ubi berwarna ungue. Umur panen 4,5-5 bulanf. Potensi hasil panen 15-

20ton/hektar

7.

Ubi Manohara. Varietas ubi jalar lokal.

a. Daun berbentuk oval dan pucuk berwarna ungu

b. Batang berwarna hijauc. Kulit ubi berwarna putihd. Daging ubi berwarna kuning

piase. Umur panen 4-5 bulanf. Potensi hasil panen 20-30

ton/hektar

8.

Ubi Super. Varietas ubi jalar lokal.

a. Daun berbentuk hati dan pucuk berwarna ungu

b. Batang berwarna hijauc. Kulit ubi berwarna merahd. Daging ubi berwarna orangee. Umur panen 4-5 bulanf. Potensi hasil panen 20-30

ton/hektar

9.

Ubi Pinky. Varietas ubi jalar lokal.

a. Daun berbentuk berjari 3 berwarna hijau dan pucuk berwarna ungu

b. Batang berwarna hijauc. Kulit ubi berwarna merahd. Daging ubi berwarna kuninge. Umur panen 4 bulanf. Potensi hasil panen 15-20

ton/hektar

10.

Ubi Benimasari. Varietas ubi jalar dari Jepang.

a. Daun berbentuk hatib. Batang ubi berwarna hijauc. Kulit ubi berwarna merahd. Daging ubi berwarna kuninge. Umur panen 5-6 bulanf. Potensi hasil panen 15-20

ton/hektar11. Ubi Bogor Maja. Varietas ubi jalar lokal. a. Daun berbentuk hati mirip

dengan Ase Putihb. Batang ubi berwarna hijauc. Kulit ubi berwarna merah

33

Page 25: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

mudad. Daging ubi berwarna kuninge. Umur panen 4-5 bulanf. Potensi hasil panen 20-25

ton/hektar

12.

Ubi Kriting Maja. Varietas ubi jalar lokal.

a. Daun berbentuk berjari 5 dengan telapak kecil, mirip dengan ubi rancing

b. Batang ubi berwarna hijauc. Kulit ubi berwarna merahd. Daging ubi berwarna putihe. Umur panen 4-5 bulanf. Potensi hasil panen 20-25

ton/hektar

13.

Ubi Kidal (Beniindo). Ubi hasil persilangan bebas dari klon Inaswang yang dihasilkan dari Balitkabi Malang

a. Daun berbentuk hati dan sulur batang agak panjang

b. Batang ubi berwarna hijau merah

c. Kulit ubi berwarna merahd. Daging ubi berwarna kuninge. Umur panen 4-4,5 bulanf. Potensi hasil panen 20-25

ton/hektar

14.

Ubi Nirkum. Ubi jalar asli dari Desa Cilembu, Sumedang

a. Daun berbentuk berjari 5 dan

b. Batang ubi berwarna hjau dengan sulur batang sangat panjang

c. Kulit ubi berwarna putihd. Daging ubi berwarna kuning

orange seperti ubi rancinge. Umur panen 5 bulanf. Potensi hasil panen 15-25

Sumber: BP3K Kec. Cilimus, Kab. Kuningan

2.1.8 Alur Produksi Ubi Jalar

Ubi jalar sebagai primadona hasil pertanian Kabupaten Kuningan, karena

memiliki prospek ke depan yang sangat menjanjikan baik bagi petani itu sendiri

maupun bagi Kabupaten Kuningan. Betapa tidak, ubi jalar atau yang lebih populer

di Kabupaten Kuningan dengan sebutan “Boled” dapat diolah menjadi berbagai

34

Page 26: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

jenis panganan yang bernilai ekonomi tinggi, seperti aneka jenis makanan ringan,

tepung, saos, dll. Alur produksi ubi jalar dari mulai penanaman sampai dengan

pengolahan ubi jalar menjadi berbagai jenis panganan terdapat pada gambar 2.3

berikut:

Gambar 2.3Alur Produksi Ubi Jalar

35

Proses Penanaman Budidaya Ubi jalar

Pengolahan Lahan

Menanam Bibit Ubi Jalar

Perawatan Budidaya Ubi Jalar:a. Pengairanb. Penyiangan c. Pembongkaran d. Pembalikan batang

Pemanenan Budidaya Ubi Jalar

Dipasok Ke Tempat

Pengolahan Ubi Jalar

Pengolahan Ubi Jalar

Kremes Ketempling Sistik

Pemasaran

Pembibitan

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pasca Panen

Page 27: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

Dalam proses penanaman budidaya ubi jalar terlebih dahulu dilakukan

pengolahan lahan. Pengolahan lahan sebagai tempat tumbuh ubi jalar harus

disiapkan kurang lebih satu minggu sebelum penanaman dilakukan. Tanah mula-

mula dicangkul atau dibajak sedalam 10-25 cm, kemudian dibuat bedengan

dengan ukuran lebar 60 cm dengan tinggi 40 cm. Diantara bedengan satu dengan

bedengan lainnya dibuat saluran air selebar 30 cm.

Penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak

terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket atau

keras. Hal yang penting diperhatikan dalam pembuatan guludan adalah ukuran

tinggi tidak melebihi 40 cm. Guludan yang terlalu tinggi cenderung menyebabkan

terbentuknya ubi berukuran panjang dan dalam sehingga menyulitkan pada saat

panen. Sebaliknya, guludan yang terlalu dangkal dapat menyebabkan

terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi dan memudahkan serangan

hama. Setelah dilakukan pembuatan guludan, dibiarkan selama satu minggu agar

terkena sinar matahari dan kemudian dilakukan penggemburan kembali dengan

dicangkul tipis. Setelah itu dilakukan pemupukan sebagai pemupukan dasar.

Pembibitan pada tanaman ubi jalar berasal dari tunas-tunas umbi yang

telah terlebih dahulu disemai melalui proses penunasan. Perbanyakan tanaman

dengan cara setek batang atau setek pucuk dilakukan dari turunan atau

pertumbuhan ke dua. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas umbi yang

dihasilkan karena apabila terlalu banyak turunan akan menyebabkan hasil umbi

atau panen menurun. Jumlah bibit yang dibutuhkan untuk luas lahan 1 hektar

yaitu kurang lebih 42.000 setek. Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang

36

Page 28: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

sering digunakan adalah dengan setek batang atau setek pucuk. Bahan tanaman

(bibit) berupa setek batang atau setek pucuk harus harus memenuhi syarat:

a. Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.

b. Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.

c. Pertumbuhan tanaman yang akan diambil seteknya dalam keadaan

sehat dan normal.

d. Ukuran panjang setek batang atau setek pucuk antara 20-25 cm, ruas-

ruas rapat dan buku-bukunya tidak berakar.

e. Mengalami masa penyimpanan di tempat teduh selama 1-7 hari.

Penanaman bibit ubi jalar dilakukan dengan cara bibit yang telah

disediakan dibenamkan kira-kira dua per tiga bagian kemudian ditimbun dengan

tanah dan disirami air. Adapun tahapan-tahapan penanamannya sebagai berikut:

a. Membuat larikan atau lubang tunggal memanjang di sepanjang puncak

guludan dengan jarak antar lubang 30 cm.

b. Menanam setek ubi jalar (pangkal batang) dengan kedalaman kurang

lebih 5-10 cm.

c. Setek ubi jalar yang telah ditanam disiram dengan air secukupnya di

sekitar tanaman.

d. Melalukan pemupukan dengan meggunakan pupuk phonska.

Pemberian pupuk phonska dilakukan pada saat umur tanaman satu

minggu dan dilakukan kembali pemupukan pada saat umur tanaman 30

hari atau 1 bulan.

37

Page 29: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

Perawatan budidaya ubi jalar dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pengairan pada masa fase awal pertumbuhan ubi jalar memerlukan

ketersediaan air yang memadai. Seusai tanam, tanah dan guludan harus

diairi. Cara pengairan dilakukan 15-30 menit hingga guludan cukup

basah, kemudian airnya dialirkan ke saluran pembuangan. Pengairan

berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman ubi jalar

berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi

yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau

dihentikan. Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau

sore hari.

b. Penyiangan biasa dilakukan pada umur tanaman 1 bulan setelah tanam,

kemudian diulang lagi pada tanaman berumur 2 bulan. Lahan

penanaman ubi jalar biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma).

Gulma merupakan pesaing tanaman ubi jalar, terutama dalam

pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara dan sinar matahari. Oleh

karena itu dilakukan kegiatan penyiangan tanaman ubi jalar dari

gangguan rumput liar (gulma).

c. Pembongkaran dilakukan pada umur tanaman 4 minggu setelah tanam,

hal ini dimaksudkan supaya akar tanaman tidak menjalar kemana-

mana sehingga umbi terkonsentrasi pada jalur penanaman. Aktivitas

ini sekaligus dilakukan dengan menyiangi gulma.

d. Pembalikan batang dilakukan untuk mencegah tumbuhnya umbi ubi

jalar pada setiap ruas batang yang menempel pada tanah. Umbi pada

38

Page 30: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

ruas batang tersebut berukuran kecil dan tidak dikonsumsi, serta

mempengaruhi ukuran umbi utamanya.

Pengendalian hama dan penyakit pada umur tanaman 3-5 bulan, dilakukan

secara fisik dan kimiawi. Secara fisik dilakukan dengan memotong atau

memangkas atau mencabut tanaman yang sakit atau terserang hama dan penyakit

cukup berat dan secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan pestisida secara

selektif dan bijaksana termasuk penangkapan serangga. Hama yang sering

menyerang ubi jalar adalah hama wereng. Petani mengatasi hama tersebut dengan

menggunakan insektisida.

Pemanenan ubi jalar dilakukan pada saat umur 5 bulan. Ubi jalar yang

banyak ditanam adalah ubi jalar kuningan putih. Waktu pemanenan ubi jalar

biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari. Panen dilakukan dengan cara

memangkas batang ubi jalar, kemudian menggali guludan dengan cangkul lalu

diambil umbinya dan dikumpulkan di tempat pengumpulan. Lakukan seleksi dan

sortasi berdasarkan ukuran dan warna kulit ubi serta pisahkan ubi sehat dengan

ubi terserang hama atau penyakit.

Pasca panen ubi jalar, biasanya dikonsumsi langsung dalam bentuk segar.

Sebisa mungkin hindarkan ubi dari luka atau memar saat panen. Ubi jalar dapat

disimpan di ruangan khusus atau gudang yang kering, sejuk dan peredaran

udaranya baik dengan cara menumpahkan ubi di lantai gudang atau langsung

dipasok ke tempat pengolahan ubi jalar untuk dijadikan berbagai macam olahan

makanan dengan berbahan baku ubi jalar.

39

Page 31: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

Pengolahan ubi jalar dapat menghasilkan berbagai jenis olahan seperti

kremes, ketempling dan sistik. Produk-produk olahan ubi jalar tersebut dihasilkan

oleh IKM Warga Mulya. Kremes menjadi produk unggulan dari olahan ubi jalar

dan produk olahan ubi jalar lainnya seperti ketempling dan sistik hanya pelengkap

saja. Produk olahan ubi jalar dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut:

Gambar 2.4 Produk Olahan Ubi Jalar

(a)

(b) (c)

Produk olahan ubi jalar (a) kremes; (b) ketempling; (c) sistik

40

Page 32: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

Produk olahan ubi jalar yang dibuat menjadi kremes, merupakan makanan

tradisional masyarakat Jawa Barat. Biasanya kremes dibuat dari ubi jalar putih

dan kuning, IKM Warga Mulya mengembangkannya dengan menggunakan bahan

baku ubi jalar ungu dan ubi jalar merah. Tahap pembuatan kremes dapat dapat

dilihat pada Gambar 2.5 berikut:

Gambar 2.5Tahap Pembuatan Kremes Ubi Jalar

Ubi Jalar

Dikupas + Potong kecil

Goreng

Campur adonan (gula pasir + gula merah)

Bentuk menjadi bulatan kecil

Diamkan hingga mengeras

Berdasarkan Gambar 2.5 bahwa proses pengolahan kremes ubi jalar

diawali dengan dikupas kulitnya dan dipotong kecil lalu rendam dengan air

kemudian tiriskan. Ubi jalar yang telah dipotong kecil tersebut kemudian digoreng

dengan menggunakan minyak goreng yang telah dipanaskan sebelumnya. Ubi

jalar digoreng kemudian kecilkan api dan campurkan adonan berupa gula pasir

dan gula merah, aduk hingga merata sampai gula mencair dan tercampur dengan

41

Page 33: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

ubi sehingga menjadi gumpalan. Selanjutnya angkat dan dibentuk menjadi bulatan

kecil, diamkan hingga mengeras.

Adapun produk olahan lainnya yaitu ketempling. Tahap pembuatan

ketempling dapat dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut:

Gambar 2.6Tahap Pembuatan Ketempling Ubi Jalar

Ubi Jalar

Dikupas + dipotong

Perebusan

Jemur diterik matahari

Campur adonan (gula pasir + air)

Goreng

Berdasarkan Gambar 2.6 bahwa proses pengolahan ketempling ubi jalar

diawali dengan dikupas kulitnya dan dipotong lalu dibersihkan dengan air biasa

agar lendirnya hilang. Selanjutnya dilakukan perebusan sampai 4 menit. Setelah

direbus, dilakukan penjemuran sampai kering. Campurkan adonan berupa gula

pasir dan air kemudian masukan ubi jalar yang sudah dijemur sampai kering

tersebut ke dalam larutan gula pasir. Goreng potongan ubi jalar dengan api kecil

sampai matang.

42

Page 34: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

Selain kremes dan ketempling produk olahan selanjutnya adalah sistik.

Tahap pembuatan sistik dapat dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut:

Gambar 2.7Tahap Pembuatan Sistik Ubi Jalar

Ubi Jalar

Dikupas

Dikukus

Campur adonan (tepung terigu + tapioka)

Pemotongan

Goreng

Berdasarkan Gambar 2.7 bahwa proses pengolahan sistik ubi jalar diawali

dengan dikupas kulitnya lalu dicuci terlebih dahulu kemudian dikukus. Setelah

dikukus, campurkan adonan berupa tepung terigu dan tapioka. Uleni sampai

halus antara campuran adonan dengan ubi yang sudah dikukus. Ubi jalar yang

sudah diuleni kemudian dipotong memanjang. Goreng potongan ubi jalar dengan

api kecil sampai matang.

Hasil olahan ubi jalar seperti kremes, ketempling dan sistik dipasarkan ke

toko oleh-oleh yang berada di Kabupaten Kuningan seperti toko oleh-oleh Teh

Diah, toko oleh-oleh Ibu Sepuh dan tempat wisata.

43

Page 35: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

2.2 Kerangka Pemikiran

Dari beberapa referensi teori yang dijabarkan sebelumnya, tulisan ini

mencoba mengkaji bagaimana produk ubi jalar sebagai produk unggulan di Desa

Bandorasa Kulon Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan.

Kabupaten Kuningan merupakan salah satu penghasil ubi jalar di Jawa

Barat karena kondisi tanah di Kabupaten Kuningan merupakan tanah vulkanik

sehingga cocok ditanamai ubi jalar. Sentra produksi ubi jalar terpusat di

Kecamatan Cilimus terdapat pada Masterplan Agropolitan (Peraturan Daerah

Kabupaten Kuningan Nomor 11 Tahun 2005) khususnya di Desa Bandorasa

Kulon. Desa Bandorasa Kulon merupakan desa yang masyarakatnya sudah secara

turun-temurun menanam ubi jalar.

Dengan terdapat potensi ubi jalar tersebut, diharapkan ubi jalar dapat

memenuhi kebutuhan pangan di Kabupaten Kuningan. Adapun dalam Strategi

Pengembangan Produk Unggulan Kabupaten Kuningan (Peraturan Bupati

Kuningan Nomor 7 Tahun 2012) ubi jalar dijadikan sebagai produk unggulan

daerah dan Desa Bandorasa Kulon sudah banyak menghasilkan produk ubi jalar

yang dijadikan sebagai produk unggulan di Kabupaten Kuningan. Penerapan

produk unggulan tersebut tentunya didasarkan pada penggunaan sumber daya

lokal dan menghasilkan produk yang unik sehingga memiliki daya saing yang

tinggi di pasaran.

Potensi pasar untuk ubi jalar masih terbuka lebar. Dengan perannya yang

semakin penting dan strategis tersebut maka peluang untuk mengembangkan

produk ubi jalar masih sangat terbuka. Seperti tepung dan pasta ubi jalar yang

44

Page 36: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

didesain khusus untuk pasar Jepang dan Korea serta semakin berkembangnya

IKM (Industri Kecil Menengah) pangan di Desa Bandorasa Kulon yang

menghasilkan produk olahan ubi jalar.

Melihat potensi yang dimiliki, maka Pemerintah Kabupaten Kuningan

menerapkan program One Village One Product (Satu Desa Satu Produk). Dengan

tujuan agar desa-desa yang ada di Kabupaten Kuningan khususnya di Desa

Bandorasa Kulon mampu menghasilkan produk yang lebih berkualitas dengan

dilakukan pembinaan pada desa tersebut, sehingga produk yang dihasilkan bisa

terus berkembang dan diminati masyarakat luas.

Dengan adanya program One Village One Product (Satu Desa Satu

Produk) dapat meningkatkan agribisnis ubi jalar di Desa Bandorasa Kulon dan

diharapkan dapat meningkatkan perkembangan produksi ubi jalar. Selain itu,

dalam perkembangan produksi ubi jalar tidak terlepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi ubi jalar tersebut diantaranya, penggunaan luas lahan,

tenaga kerja, bibit dan pupuk sehingga dapat mendorong hasil produksi ubi jalar

yang unggul.

Produksi merupakan proses dimana input diubah menjadi output. Produksi

juga merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan

memanfaatkan beberapa masukan atau input. Hubungan antara luas lahan dan

produksi menunjukan bahwa penggunaan lahan berbanding lurus dengan produksi

yang diperoleh, artinya semakin besar luas lahan yang digunakan, maka produksi

yang dihasilkan akan semakin besar pula. Hal ini sejalan dengan Sahara dan Idris

45

Page 37: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

(2008) dan Widyananto (2010), yang menyatakan bahwa luas lahan mempunyai

pengaruh positif terhadap peningkatan produksi.

Produksi juga dapat dipengaruhi oleh tenaga kerja. Dalam usaha tani

sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri dari

ayah sebagai kepala keluarga, isteri dan anak-anak petani. Hal ini sejalan dengan

Tri Santoso (2012), menunjukkan bahwa hasil produksi tenaga kerja merupakan

faktor produksi yang berpengaruh secara positif dalam menentukan tingkat

produksi ubi jalar.

Bibit juga dapat mempengaruhi produksi. Bibit yang unggul cenderung

menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Sehingga semakin unggul benih

komoditas pertanian, maka semakin tinggi produksi pertanian yang akan dicapai.

Hal ini sejalan dengan Karmizon Defri (2011) bahwa bibit berpengaruh positif

terhadap jumlah produksi ubi jalar.

Pupuk juga dapat mempengaruhi produksi. Penggunaan pupuk dibedakan

menjadi dua jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik

adalah pupuk hayati hasil uraian tumbuhan yang bermanfaat untuk pertumbuhan

tanaman. Sedangkan pupuk anorganik berupa N, P dan K dengan pelengkap

seperti urea dan lain-lain. Pemberian pupuk secara seimbang berdasarkan

kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah,

jenis, cara waktu, aplikasi sesuai dengan jenis tanaman mencapai hasil yang

maksimal, jika diberikan secara berlebihan maka pupuk berdampak buruk

terhadap tanaman (Thamrin et al., 2013).

46

Page 38: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

Gambar 2.8

Kerangka Pemikiran

47

Kabupaten Kuningan sebagai salah satu penghasil ubi jalar di Jawa Barat karena kondisi tanahnya yang cocok. Sentra produksi ubi jalar di Kabupaten Kuningan terpusat di Kecamatan Cilimus khususnya di Desa Bandorasa Kulon.

Menghasilkan produk ubi jalar sebagai produk unggulan.

Produk unggulan didasarkan pada penggunaan sumber daya lokal dan menghasilkan produk yang unik sehingga memiliki daya saing yang tinggi di pasaran.

Melihat potensi yang dimiliki, Pemerintah Kabupaten Kuningan menerapkan program One Village One Product (Satu Desa Satu Produk) di Desa Bandorasa Kulon.

Meningkatkan agribisnis ubi jalar sebagai produk unggulan

Meningkatkan perkembangan produksi ubi jalar sebagai

produk unggulan

Penggunaan faktor-faktor produksi yang mendorong perkembangan produksi ubi jalar sebagai produk unggulan. Variabel :1. Luas Lahan (X1)2. Tenaga Kerja (X 2)3. Bibit (X3)4. Pupuk (X 4)

Page 39: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

2.3 Penelitian Terdahulu

1. Reni Dian Sari dan Sulaeman (2012), jurnal ini meneliti mengenai

“ANALISIS PRODUKSI UBI JALAR DI DESA PULU KECAMATAN

DOLO SELATAN KABUPATEN SIGI”. Diperoleh bahwa hasil analisis

input produksi yang digunakan dalam produksi ubi jalar terdiri atas:

luas lahan (X1), benih (X 2), pupuk (X3), tenaga kerja (X 4), lama

pendidikan (X5), pengalaman berusaha tani (X 6) dan tanggungan

keluarga (X7) berpengaruh nyata terhadap produksi variabel Y pada

taraf a 90%. Koefisien determinasi (R2) sebesar 089,2 bahwa variasi

variabel faktor produksi ubi jalar dapat diterangkan oleh semua variasi

variabel (X i) sebesar 89,2%.

2. Sartika, Henry Rani Sitepu, Pengarapen Bangun (2013), jurnal ini

meneliti “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

HASIL PRODUKSI KENTANG”. Diperoleh bahwa 3 faktor dominan

yang dapat mempengaruhi hasil produksi kentang yaitu faktor Cara

Pemeliharaan Kentang (31,22%), faktor Modal dan Luas Lahan

(14,770%), faktor Pemupukan (11,142%). Ketiga faktor tersebut

memberikan proporsi keragaman kumulatif sebesar 57,132% artinya

ketiga faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil produksi kentang dan

sisanya dapat dipengaruhi faktor-faktor lainnya yang tidak

teridentifikasi.

3. Yeni Marlina, Putri Suci Asriani, Bambang Sumantri (2013), jurnal ini

meneliti “ANALISIS AGRIBISNIS UBI JALAR UNGU DI DESA

48

Page 40: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

TELADAN KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG

LEBONG”. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menentukan faktor-faktor

yang mempengaruhi produksi ubi jalar ungu. 2) Untuk mengetahui

berapa biaya dan pendapatan pertanian ubi jalar ungu. 3) Untuk

mengetahui efisiensi pertanian ubi jalar ungu. 4) Untuk menghitung

berapa nilai tambah ubi jalar ungu diproses menjadi macaroni goreng.

Penentuan lokasi penelitian ini ditentukan dengan secara sengaja yaitu

di Desa Teladan. Data diperoleh dari data primer dan data sekunder,

responden petani ubi jalar ungu diambil dengan metode sensus.

responden pengolah ubi jalar ungu adalah industri rumah tangga

ZAHRA. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor-faktor yang signifikan

adalah benih, pupuk phonska, pupuk kandang dan tenaga kerja.

Sedangkan faktor lahan tidak signifikan. Total biaya untuk pertanian

ubi jalar ungu adalah Rp 2.900.054,13 / Ut / Mt atau Rp 8.209.106,83 /

Ha / Mt, dan pendapatan Rp 3.241.570,87 / Ut / Mt, atau Rp

9.190 .226,51 / Ut / Ha. Nilai rasio R / C adalah 2,12, dan nilainya lebih

besar dari satu. Artinya, usahatani itu efisien. Nilai tambah industri

rumah ZAHRA adalah Rp 41,072, - / kg, dengan keuntungan penjualan

sebesar Rp 37,472, - / kg, atau 91,23%. Nilai tambah ini merupakan

nilai tambah bersih, karena telah dikurangi dengan imbangan tenaga

kerja.

4. Iga Anjar Prihandayani (2014), jurnal ini meneliti “ANALISIS

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR–FAKTOR PRODUKSI PADA

49

Page 41: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

USAHATANI UBI JALAR” (STUDI KASUS : KECAMATAN

SRUMBUNG, KABUPATEN MAGELANG). Diperoleh bahwa Hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel pupuk kandang dan pestisida

berpengaruh positif tetapi tidak signifikan dan variabel bibit, pupuk

urea, dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

jumlah produksi ubi jalar di Kabupaten Magelang. Nilai efisiensi

teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi tidak sama dengan satu,

artinya tidak efisien sehingga perlu menambah faktor - faktor produksi

agar mencapai optimal. Hasil Return to Scale dari penelitian ini adalah

sebesar 1,062. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani ubi jalar di

Kabupaten Magelang berada pada kondisi Increasing Return to Scale,

maka dapat dikatakan bahwa kondisi ini layak untuk dikembangkan

atau diteruskan.

5. Indah Nuurun Najwah (2014), jurnal ini meneliti “ANALISIS

EFISIENSI USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) DI

KABUPATEN KARANGANYAR”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap

jumlah produksi pada usahatani ubi jalar di Kabupaten Karanganyar

dan mengetahui tingkat efisiensi (efisiensi teknis, efisiensi harga

dan efisiensi ekonomi) usahatani ubi jalar di Kabupaten

Karanganyar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil

produksi usahatani ubi jalar di lokasi penelitian adalah 11.213 kg

dengan produktivitas sebesar 29.361 kg per hektar, faktor produksi

50

Page 42: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

yang berupa luas lahan, bibit, pupuk phonska, pestisida dan tenaga

kerja berpengaruh nyata terhadap produksi ubi jalar di Kabupaten

Karanganyar pada taraf kepercayaan 95%, sedangkan faktor

produksi pupuk kandang, pupuk urea, pupuk SP36 dan dummy jenis

varietas bibit tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi jalar di

Kabupaten Karanganyar. Nilai rata-rata efisiensi teknis sebesar

0,135 < 1 maka usahatani ubi jalar tidak efisien secara teknis, nilai

rata-rata efisiensi harga sebesar 1,2493 > 1 maka usahatani ubi jalar

belum efisien secara harga, dan nilai rata-rata efisiensi ekonomi

sebesar 0,4034 < 1 maka usahatani ubi jalar tidak efisien secara

ekonomi. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini,

diperlukan penyuluhan rutin bagi petani ubi jalar terhadap kemajuan

budidaya ubi jalar sehingga petani tidak ketinggalan informasi,

dapat menggunakan faktor produksi yang tepat dan optimal

sehingga produksi ubi jalar meningkat dan mencapai efisien (teknis,

harga, ekonomi) dan petani tidak hanya berpedoman pada

pengalaman petani pendahulunya.

Tabel 2.2

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang

No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan1 Reni

Dian Sari dan Sulaeman (2012)

ANALISIS PRODUKSI UBI JALAR DI DESA PULU KECAMATAN DOLO SELATAN KABUPATEN

Variabel bebas: Luas lahan Benih Pupuk Tenaga kerja

Variabel terikat: Produksi

Variabel bebas: Lama pendidikan Pengalaman

berusaha tani Tanggungan

keluarga

51

Page 43: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

SIGI Obyek penelitian:Produksi ubi jalar di Desa Pulu Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi.

2 Sartika, Henry Rani Sitepu, Pengarapen Bangun (2013)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KENTANG

Variabel bebas: Luas lahan Pemupukan

Variabel terikat: Produksi

Variabel bebas: Modal

Obyek penelitian:Produksi kentang di Kabupaten Karo.

3 Yeni Marlina, Putri Suci Asriani, Bambang Sumantri (2013)

ANALISIS AGRIBISNIS UBI JALAR UNGU DI DESA TELADAN KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG

Variabel bebas: Benih Pupuk Tenaga kerja Lahan

Variabel terikat: Produksi

Obyek penelitian:Ubi jalar ungu di Desa Teladan Kecamatan Curup Selatan Kabupaten Rejang Lebong.

4 Iga Anjar Prihandayani (2014)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR–FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI UBI JALAR” (STUDI KASUS : KECAMATAN SRUMBUNG, KABUPATEN MAGELANG)

Variabel bebas: Pupuk Bibit Tenaga kerja

Variabel terikat: Produksi

Variabel bebas: Pestisida

Obyek penelitian:Usahatani ubi jalar di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang.

5 Indah Nuurun Najwah (2014)

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) DI KABUPATEN KARANGANYAR

Variabel bebas: Luas lahan Bibit Pupuk Tenaga kerja

Variabel terikat: Produksi

Variabel bebas: Pestisida

Obyek penelitian: Usahatani ubi jalar di Kabupaten Karanganyar.

2.4 Hipotesis

52

Page 44: Gambar 2.1repository.unpas.ac.id/38060/5/BAB II.docx · Web viewAnalisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Luas lahan diduga mempunyai pengaruh positif terhadap hasil

produksi ubi jalar.

2. Jumlah tenaga kerja diduga mempunyai pengaruh positif terhadap hasil

produksi ubi jalar.

3. Bibit diduga mempunyai pengaruh positif terhadap hasil produksi ubi

jalar.

4. Pupuk diduga mempunyai pengaruh positif terhadap hasil produksi ubi

jalar.

5. Diduga ada pengaruh luas lahan, jumlah petani, bibit dan pupuk

terhadap produksi ubi jalar.

53