GABUNGAN

22
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dikemukakan pada PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa Laboratorium dan jenis peralatannya merupakan sarana dan prasana penting untuk penunjang proses pembelajaran di sekolah. Menurut Moedjadi (1979 : 12), laboratorium adalah tempat dimana percobaan dan penyelidikan dilakukan. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruang terbuka. Laboratorium memiliki peran sebagai tempat dilakukannya percobaan atau penelitian. Di dalam pembelajaran sains, laboratorium berperan sebagai tempat kegiatan penunjang dari kegiatan kelas. Laboratorium Sains/ Laboratorium IPA di sekolah didefinisikan sebagai tempat melakukan pengamatan dan percobaan sebagai bagian integral pendidikan sains. (Yunita, 2015) Pengelolaan laboratorium merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. Peniati (2013) 1

description

mmmm

Transcript of GABUNGAN

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangDikemukakan pada PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa Laboratorium dan jenis peralatannya merupakan sarana dan prasana penting untuk penunjang proses pembelajaran di sekolah. Menurut Moedjadi (1979 : 12), laboratorium adalah tempat dimana percobaan dan penyelidikan dilakukan. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruang terbuka.Laboratorium memiliki peran sebagai tempat dilakukannya percobaan atau penelitian. Di dalam pembelajaran sains, laboratorium berperan sebagai tempat kegiatan penunjang dari kegiatan kelas. Laboratorium Sains/ Laboratorium IPA di sekolah didefinisikan sebagai tempat melakukan pengamatan dan percobaan sebagai bagian integral pendidikan sains. (Yunita, 2015)Pengelolaan laboratorium merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. Peniati (2013) mengemukakan bahwa keterampilan menggunakan, mengelola alat dan bahan laboratorium sangat diperlukan untuk mendukung proses keberhasilan pembelajaran IPA. Pengelolaan laboratorium IPA meliputi; mengkoordinasikan kegiatan praktikum, menyusun jadwal kegiatan laboratorium, me-mantau pelaksanaan dan mengevaluasi kegiatan laboratorium serta menyusun laporan kegiatan laboratorium.Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen biologi, bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya.Kendala dan permasalahan selama ini pengelolaan laboratorium sekolah belum dapat dilakukan sebagaimana mestinya. Bahkan terkesan ruang laboratorium yang dibangun tidak berfungsi. Tidak sedikit ruangan yang dibangun bagi kegiatan laboratorium sekolah ada yang berubah fungsi. Tentu saja hal tersebut sangat disayangkan dan merugikan. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan bergesernya laboratorium manjadi ruang kelas ataupun gudang.Pemahaman mengenai strategi pengelolaan laboratorium sangat penting untuk dimilki oleh pihak-pihak yang terkait dengan laboratorium, baik secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu, pada makalah ini, akan dibahas mengenai strategi pengelolaan laboratorium IPA.

1.2. Rumusan Masalah1.2.1. Bagaimana strategi pengelolaan laboratorium IPA ?

1.3. Tujuan1.3.1. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengelolaan laboratorium IPA

BAB II. PEMBAHASAN

Pengertian strategi sebagai rencana adalah sebuah program atau langkah terencana (a directed course of action) untuk mencapai serangkaian tujuan atau cita cita yang telah ditentukan sedangkan Pengelolaan adalah kegiatan merancang kegiatan, mengoperasikan, memelihara dan merawat peralatan dan bahan, fasilitas dan atau segala obyek fisik lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu sehingga mencapai hasil yang optimal. Sehingga dapat diartikan bahwa strategi pengelolaan laboratorium adalah langkah terencana untuk yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dengan hasil yang optimal pada laboratoirum.Di dalam pembelajaran sains/ IPA, laboratorium berperan sebagai tempat kegiatan penunjang dari kegiatan di kelas. Bahkan mungkin sebaliknya bahwa yang berperan utama dalam pembelajaran sains adalah laboratorium, sedangkan kelas sebagai tempat kegiatan penunjang. Fungsi lain dari laboratorium adalah sebagai tempat display atau pameran, sebagai museum kecil, perpustakaan IPA dan tempat sumber belajar IPA (Wirjosoemanto, dkk, 2004).Pengelolaan laboratorium IPA yang efektif adalah pengelolaan laboratorium yang mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan laboratorium secara konsisten dan berkesinambungan serta mengelola sumberdaya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Menurut Sudrajat, manajemen laboratorium IPA berkaitan dengan proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap kegiatan laboratorium IPA.

1. PerencanaanPerencanaan bukan sekedar mengatur kegiatan, melainkan juga menentukan indikator keberhasilan dalam setiap tahapan dari kegiatan yang direncanakan. Dalam pengelolaan laboratorium merencanakan kegiatan meliputi pelayanan praktikum, penelitian, pengadaan peralatan dan kebutuhan bahan, optimalisasi sumber daya, mencari sumber-sumber dana untuk kemandirian danmaintenance. Beberapa hal yang perlu direncanakan dalam pengelolaan laboratorium IPA adalah : a. Pengadministrasian/InventarisasiPengadministrasian/inventarisasi merupakan suatu proses pendokumentasian seluruh sarana dan prasarana serta aktivitas laboratorium. Kegiatan administrasi laboratorium meliputi segala kegiatan administrasi yang ada di laboratorium, yaitu:1) Inventarisasi peralatan laboratorium2) Daftar kebutuhan alat baru, alat tambahan, alat rusak, alat yang dipinjamkan;3) Keluar masuk surat-menyurat;4) Daftar pemakaian laboratorium, jadwal kegiatan laboratorium5) Daftar inventarisasi alat-alat meubeair (kursi, bangku, lemari, dll); dan6) Sistem evaluasi dan pelaporanTujuan pengadministrasian alat-alat dan bahan-bahan laboratorium ini adalah agar dapat dengan mudah diketahui : (1) jenis alat atau bahan yang ada, (2) jumlah masing-masing alat dan bahan, (3) jumlah pembelian atau tambahan, dan (4) jumlah yang pecah, hilang, atau habis (Depdikbud, 1979 : 41). Untuk keperluan pencatatan alat dan bahan lab ini diperlukan format atau buku perangkat administrasi yang meliputi buku inventaris, kartu stok, kartu permintaan / pemin-jaman alat / bahan, buku catatan harian, kartu alat / bahan yang rusak, kartu reparasi, dan format label (Depdikbud, 1999 : 26). Buku lainnya yang dapat melengkapi perangkat administrasi antara lain daftar alat dan bahan yang sesuai dengan LKS, jadwal kegiatan laboratorium, dan program semester kegiatan laboratorium.1) Buku inventaris alat dan bahan sebaiknya dibuat dari buku tulis folio yang diberi kolom-kolom, yaitu nomor katalog (dilihat dalam buku katalog alat pendidikan IPA, untuk mempermudah pengecekan), ukuran, nama alat / bahan, merk / type, produsen (pabrik pembuatnya), asal / tahun, tahun penggunaan, jumlah, baik / rusak (jumlah masing-masing alat / bahan yang baik atau rusak).2) Kartu stok berguna untuk mengetahui jumlah alat / bahan yang tersedia ketika diperlukan dan dapat mengetahui tempat penyimpanan alat / bahan itu. Kartu ini dibuat dari sepotong kertas / karton dengan warna yang berbeda-beda untuk setiap kelompok alat. Satu kartu stok untuk satu jenis alat / bahan.3) Label sebaiknya ditempelkan pada tempat penyimpanan alat / bahan (almari, laci, rak). Adanya label mempercepat pengambilan maupun pengembalian alat / bahan.4) Kartu / formulir permintaan / peminjaman alat / bahan diisi oleh guru sebelum melakukan kegiatan lab sebagai pesanan alat / bahan yang diserahkan kepada laboran sekitar satu minggu sebelumnya, sehingga laboran memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkannya. 5) Buku catatan harian bertujuan untuk mengetahui kejadian-kejadian selama berlang-sungnya kegiatan lab, seperti adanya alat yang rusak / hilang, percobaan yang gagal, se-hingga dapat digunakan sebagai dasar tindak lanjut penyelesaiannya. Buku ini diletakkan di lab dan harus diisi oleh setiap guru yang melakukan praktikum di lab dan sebulan sekali diperiksa Kepala Sekolah. 6) Kartu alat / bahan yang rusak diisi ketika terdapat alat atau bahan yang rusak, juga alat yang pecah bahkan yang retak. Kartu ini merupakan dasar untuk pemesanan alat / bahan yang harus dibeli di tahun pelajaran baru jika ada anggaran yang direncanakan.7) Kartu reparasi digunakan untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan alat yang direparasi. Melalui kartu ini dapat diketahui kapan terjadi kerusakan dan kapan direparasi, jenis kerusakan, dan komponen yang diganti / diperbaiki.8) Daftar alat / bahan yang sesuai dengan LKS terdiri atas kolom-kolom jumlah alat / bahan yang diperlukan untuk setiap LKS dan jumlah yang tersedia setiap tahun.Daftar ini mempermudah kita dalam mengetahui apakah suatu LKS dapat dilaksanakan / tidak dan metode apa yang diterapkan. Sebagai contoh, jika alat / bahan yang tersedia tidak mencu-kupi untuk sejumlah kelompok yang telah dibuat, maka lebih baik dilakukan demonstrasi. Daftar ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk perencanaan anggaran belanja di waktu mendatang.9) Jadwal kegiatan laboratorium sebaiknya disesuaikan dengan jadwal pelajaran di kelas. Hal ini sesuai dengan fungsi praktikum, yaitu memantapkan pemahaman konsep yang diajarkan di kelas. Jangan sampai terjadi mata praktikum dengan materi yang diajarkan di kelas berbeda waktu terlalu jauh, karena itu berarti praktikum tidak efektif dalam membantu pemahaman konsep yang diajarkan di kelas. Bagi sekolah yang memiliki banyak kelas, jadwal praktikum harus dibuat sedemikian rupa agar tidak terjadi tumbukan antara kelas yang satu dengan yang lain. Penyusunan jadwal praktikum biasanya dilakukan oleh penanggung jawab teknis laboratorium. 10) Program semester kegiatan laboratorium dibuat masing-masing guru IPA pada awal semester untuk menentukan kapan kegiatan praktikum akan dilakukan selama satu semester. Program ini berkaitan erat dengan jadwal penggunaan lab dan persiapan alat / bahan yang akan digunakan.

b. Pengadaan Alat / Bahan LaboratoriumUntuk melengkapi atau mengganti alat / bahan IPA yang rusak, hilang, atau habis dipakai diperlukan pengadaan. Sebelum pengusulan pengadaan alat / bahan, maka perlu dipikirkan : (1) percobaan apa yang akan dilakukan, (2) alat / bahan apa yang akan dibeli (dengan spesifikasi jelas), (3) ada tidaknya dana / anggaran, (4) prosedur pembelian (lewat agen, langganan, beli sendiri), dan (5) pelaksanaan pembelian (biasanya awal tahun pelajaran baru). (Depdikbud, 1999 : 32).Prosedur pengadaan dimulai dengan penyusunan alat / bahan yang akan dibeli yang dikumpulkan dari usulan masing-masing guru IPA yang dikoordinasi oleh penanggung jawab lab. Sebelum pembelian, hendaknya ditentukan terlebih dahulu di toko atau perusahaan mana alat / bahan itu akan dibeli. Sebaiknya setiap sekolah telah membuat jalinan kerja sama dengan perusahaan atau toko alat dan bahan percobaan IPA tertentu, sehingga akan memperoleh harga yang relatif murah dan sewaktu-waktu memerlukan tambahan alat / bahan di luar jadwal pengadaan dapat dengan mudah dikontak dan disuplai.Perencanaan pengadaan peralatan merupakan hal yang sangat penting, terutama dalam spesifikasi alat dan bahan. Ketika mengajukan alat, spesifikasi alat hendaknya jangan mengacu pada katalog yang ada, melainkan pada spesifikasi apa yang dibutuhkan. Kesalahan menentukan spesifikasi alat dan bahan mengakibatkan biaya investasi menjadi tinggi. Jangan menentukan spesifikasi peralatan dengan akurasi tinggi bila dalam pelaksanaannya nanti tidak diperlukan. Demikian juga dengan bahan-bahan kimia, menggunakan bahan dengan tingkat kemurnian tinggi merupakan pemborosan bila dalam prosesnya bukan merupakan suatu kegiatan analisis. Spesifikasi hendaknya disusun berdasar pada karakteristik kebutuhan, sarana yang ada dan ruang untuk penyimpanan. Selain itu dalam pengadaan alat harus bisa dijamin adanya tenaga yang mampu mengoperasionalkan alat. Jangan merencanakan pengadaan alat yang tidak ada tenaga yang akan mengoperasikannya. Apabila memang dibutuhkan maka harus dilakukan training yang relevan dengan penggunaan alat.Seorang guru IPA diharapkan tidak hanya saja tahu bagaimana mengajarkan IPA sesuai dengan bidangnya, tetapi juga harus tahu bagaimana alat dan bahan pelajaran IPA dikelolahnya. Lebih-lebih jika guru yang bersangkutan diserahi untuk mengelolah laboratorium, dalam hal ini ia tidak hanya harus tahu bagaimana mengurusi alat dan bahan tetapi juga harus tahu bagaimana mengorganisasikan laboratorium itu hingga semua pekerjaan dan keamanan laboratorium dapat berjalan dengan baik. Semua perangkat-perangkat di laboratorium jika dikelola secara optimal akan mendukung implementasi manajemen laboratorium yang baik. Dengan demikian manajemen laboratorium dapat dipahami sebagai suatu tindakan pengelolaan yang kompleks dan terarah sejak dari perencanaan tata ruang sampai dengan perencanaan semua perangkat penunjang lainnya dengan pusat aktivitasnya adalah tata ruang ( Tim Dosen, 2009).

c. Alokasi Dana LaboratoriumBagi sekolah Negeri, sumber dana sekolah dibagi menjadi dua, yaitu dana dari Pemerintah yang umumnya berupa dana rutin (biaya operasional dan perawatan fasilitas) dan dana dari masyarakat yang dapat berasal dari orang tua peserta didik maupun sumbangan masyarakat luas / dunia usaha (Depdikbud, 1999 : 95). Dana laboratorium diperoleh dari proyek OPF (Operasional dan Perawatan Fasilitas) yang dituangkan dalam APBS (Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah) yang disediakan untuk membiayai kegiatan yang bersifat teknis edukatif dan kegiatan penunjang proses belajar-mengajar.

2. PengorganisasianMengorganisasikan laboratorium berarti menyusun sekelompok orang / petugas dan sumber daya lain untuk melaksanakan suatu rencana atau program dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang berdaya guna terhadap laboratorium. Pengorganisasian laboratorium meliputi pengaturan dan pemeliharaan alat-alat dan bahan-bahan laboratorium, pengadaan alat-alat dan bahan-bahan, dan menjaga kedisiplinan dan kesela-matan laboratorium. (Das Salirawati, 2010)a. Penyimpanan Alat / Bahan Laboratorium Setelah PemeliharaanPenataan alat dan bahan Praktik IPA sangat bergantung pada fasilitas yang ada di laboratorium dan kepentingan pemakaian laboratorium. Fasilitas yang dimaksud dalam hal ini adalah ruang penyimpanan khusus, ruang persiapan, dan tempat-tempat penyimpanan seperti lemari, dan rak-rak.Untuk menata alat dan bahan praktik IPA ada beberapa hal yang perlu dilakukan, di antaranya:1. Membersihkan ruang laboratorium beserta tempat-tempat penyimpanan alat dan bahan yang tersedia, misalnya lemari,laci, dan rak2. Mendata dan memeriksa alat dan bahan dalam hal macamnya, jumlahnya, sifatfisiknya, harganya, dan sebagainya3. Mengelompokkan alat dan bahan sesuai dengan kelompok mata pelajaran (fisika, biologi, dan kimia) atau sesuai dengan katalog yang dirujukPenyimpanan alat dan bahan IPA dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu : (1) alat / bahan yang sering dipakai, (2) alat / bahan dimana peserta didik diijinkan untuk mengambil sendiri, seperti beaker glass, gelas ukur, pipet, larutan encer garam, asam, basa, (3) alat / bahan yang jarang dipakai, dan (4) alat / bahan yang berbahaya, seperti alat yang peka, mahal, dan mudah rusak, dan bahan yang beracun, radioaktif, mudah terbakar / meledak.Penyimpanan masing-masing alat / bahan tergantung pada keadaan dan susunan laboratorium, serta fasilitas ruangan (termasuk luas sempitnya laboratorium). Alat / bahan yang sering digunakan sebaiknya diletakkan di almari yang dapat dibuka dan diambil sendiri oleh peserta didik, sehingga efisien waktu dan tenaga. Namun jika pertimbangan keamanan dan kedisiplinan peserta didik diragukan, maka jumlah yang tersedia dibatasi.Bahan-bahan kimia yang beracun, eksplosif (mudah meledak), dan mudah terbakar sebaiknya ditempatkan terpisah dari bahan yang lain dan diusahakan diletakkan di tempat yang tidak mudah dilihat peserta didik (di ruangan khusus dan hanya laboran yang tahu). Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, jika ada peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Demikian juga dengan alat-alat lab, diletakkan sesuai jenis dan bahannya, seperti alat dari kaca, porselin, kayu, atau logam diletakkan secara terpisah. Hal ini untuk mempermudah jika akan digunakan, juga mempermudah inventarisasi ulang. Prinsip dari penyimpanan alat / bahan lab adalah alat / bahan tersebut dalam keadaan aman, mudah dicari dan diambil sewaktu-waktu dibutuhkan. Seringkali terjadi kerusakan alat-alat lab disebabkan salah menangani alat tersebut. Oleh karena itu sangat penting bagi guru sebelum praktikum diadakan dilakukan asistensi, yaitu kegiatan pengenalan mulai dari pengenalan alat / bahan yang akan digunakan dalam praktikum, baik fungsi dan cara penggunaannya, sampai pada mata praktikum yang akan diljalani untuk kurun waktu satu semester dengan penjelasan garis besarnya, serta bagaimana cara berpraktikum yang baik, tata tertib praktikum, dan format penyusunan laporan praktikum. Dengan demikian peserta didik memperoleh bekal yang cukup untuk bekerja di laboratorium. (Das Salirawati, 2010)

b. Disiplin di LaboratoriumDalam rangka menjaga keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium, maka penegakan disiplin bagi semua yang terlibat harus diterapkan, baik itu peserta didik, guru, laboran, maupun asisten (jika ada). Kebebasan memang diperlukan bagi peserta didik yang berpraktikum, namun kebebasan yang dimaksud bukan kebebasan tanpa batas. Hal ini disebabkan di dalam laboratorium sangat banyak alat / bahan yang berbahaya jika diguna-kan tanpa disiplin sesuai aturan penggunaan alat / bahan yang bersangkutan. Jika hanya kerusakan alat atau kelebihan pemakaian bahan mungkin masih dapat ditoleransi, namun jika yang terjadi kesalahan pemakaian alat / bahan yang menimbulkan kebakaran / ledakan atau bahaya lainnya akan sangat fatal akibatnya.Berkaitan dengan disiplin di laboratorium, maka peserta didik sebelum beraktivitas (praktikum) di laboratorium perlu mengetahui tata tertib yang harus ditaati ketika bekerja di lab. Namun demikian, disiplin yang diterapkan di laboratorium hendaknya tidak terlalu kaku dalam beberapa hal yang tidak berbahaya, misalnya larangan berbicara ketika berpraktikum. Jika memang peserta didik ingin mendiskusikan dengan temannya karena ada hasil percobaan yang tidak sesuai dengan teori, maka perlu diberi kelonggaran agar mereka menemukan penyebab kegagalannya dengan segera. Pelanggaran terhadap tata tertib yang berlaku perlu diberikan sanksi, mulai dari peringatan secara halus, peringatan keras, sampai pada pelarangan mengikuti praktikum maupun mengikuti pelajaran di sekolah (scorsing). Selain tata tertib untuk peserta didik, juga ada peraturan semacam tata tertib untuk guru. Sebenarnya tata tertib untuk peserta didik sebagian juga berlaku untuk guru, seperti larangan makan dan minum di lab, merokok. Tata tertib dan peraturan tersebut dibuat oleh koordinator lab beserta guru-guru mapel IPA.

3. PelaksanaanPelaksanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting, karena tanpa pelaksanaan terhadap apa yang telah direncanakan dan diorganisasikan tidak akan pernah menjadi kenyataan. Kegiatan laboratorium IPA diartikan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan pengamatan atau percobaan yang menunjang kegiatan belajar-mengajar IPA. Untuk melaksanakan kegiatan laboratorium IPA perlu perencanaan secara sistematis agar dicapai tujuan pembelajaran secara optimal (Depdikbud, 1999 : 13). Adapun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan laboratorium IPA adalah : a. Setiap guru IPA pada awal semester / tahun pelajaran baru sebaiknya menyusun program semester / tahunan sesuai kegiatan lab yang ditandatangani Kepala Sekolah. Tujuan penyusunan program ini adalah mengidentifikasi kebutuhan alat / bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan praktikum selama satu semester / tahunan dan menyusun jadwal bagi penanggung jawab teknis untuk ketiga mapel (Kimia, Fisika, Biologi) agar tidak terjadi tumbukan dalam pemakaian lab. Selain itu berguna untuk keperluan supervisi / pengawasan bagi Kepala Sekolah.b. Setiap akan melaksanakan praktikum, setiap guru sebaiknya mengisi format permintaan / peminjaman alat / bahan yang kemudian diserahkan kepada laboran minimal seminggu sebelum pelaksanaan, sehingga laboran secara dini dapat mempersiapkan dan mengecek ada tidaknya alat / bahan yang dibutuhkan. c. Setelah kegiatan lab selesai sebaiknya guru mengisi buku harian untuk mengetahui kejadian-kejadian selama kegiatan lab serta untuk keperluan supervisi. d. Alat / bahan yang telah selesai digunakan segera dibersihkan dan disimpan kembali di tempat semula. (Das Salirawati, 2010)

4. Pengamanan, Perawatan dan Pengawasana. PengamananAda beberapa prinsip umum pengamanan laboratorium meliputi1) Tanggung jawabKepala Laboratorium, laboran, asisten dan pemakai laboratorium bertanggung jawab penuh terhadap segala kecelakaan yang mungkin timbul. Karenanya Kepala Laboratorium seharusnya dijabat oleh orang yang kompeten dibidangnya, termasuk juga teknisi dan laborannya.2) Penempatan alat dan bahanPenempatan peralatan laboratorium harus disimpan di tempat yang aman dan disusun secara teratur pada tempat tertentu, berupa rak atau meja yang disediakan. Penempatan bahan-bahan kimia juga harus di tempatkan pada tempat yang aman dan disimpan terpisah berdasarkan sifat dan golongannya masing-masing.3) KerapianSemua koridor, jalan keluar dan alat pemadam api harus bebas dari hambatan seperti botol- botol, dan kotak-kotak. Lantai harus bersih dan bebas minyak, air dan material lain yang mungkin menyebabkan lantai licin. Semua alat-alat dan reagensia bahan kimia yang telah digunakan harus dikembalikan ketempat semula seperti sebelum digunakan.4) Kebersihan laboratoriumKebersihan dalam laboratorium menjadi tanggung jawab bersama pengguna laboratorium5) Pertolongan pertama (First - Aid)Setiap kecelakaan harus ditangani di tempat dengan memberikan pertolongan pertama. Misalnya, bila mata terpercik dengan bahan kimia segera aliri air dalam jumlah yang banyak, jika tidak bisa segera panggil dokter. Jadi setiap laboratorium harus memiliki kotak P3K, dan harus selalu dikontrol isinya.6) PakaianSaat bekerja di laboratorium harus memakai jas laboratorium dan dilarang memakai pakaian longgar, kancing terbuka, berlengan panjang, kalung teruntai, dan lain-lain yang mungkin dapat terkena bahan kimia dan tersangkut oleh mesin, ketika bekerja dengan mesin-mesin yang bergerak. Selain pakaian, rambut harus diikat dengan rapi.7) Dilarang berlari di laboratoriumTidak dibenarkan berlari di laboratorium atau di koridor, berjalanlah di tengah koridor untuk menghindari tabrakan dengan orang lain.8) Pintu-pintuPintu-pintu harus dilengkapi dengan jendela pengintip untuk mencegah terjadinya kecelakaan (misalnya: kebakaran).b. PerawatanPerawatan atau pemeliharaan bukan berarti alat harus disimpan dengan baik sehingga alatnya selalu utuh, akan tetapi alat harus tetap dipergunakan agar tahan lama, dan harus dilakukan perawatan dengan cara menyimpan alat pada tempat yang aman, menjaga kebersihan alat, dan penyusunan penyimpanan alat-alat yang berbentuk setc. PengawasanPengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu adanya rencana, dan adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.

BAB III. PENUTUP

3.1. KesimpulanStrategi pengelolaan laboratorium IPA adalah langkah terencana untuk yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dengan hasil yang optimal pada laboratoirum IPA. Strategi Pengelolaan laboratorium IPA yang efektif adalah pengelolaan laboratorium yang mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan laboratorium secara konsisten dan berkesinambungan serta mengelola sumberdaya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Sehingga, pengelolaan laboratorium IPA berkaitan dengan proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan

3.2. SaranPada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, sebaiknya setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur dan memelihara laboratorium sebagai upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya.

1