FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK … filekepala sekolah dalam membentuk akhlak melalui...
Transcript of FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK … filekepala sekolah dalam membentuk akhlak melalui...
1
FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK
PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI
DI SMP NEGERI 2 TAWANGSARI, SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Disusun Oleh :
Novica Nur Fadlilah
NIM: G000130080
PROGRAM STUDI TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
1
FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK
PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SMP
NEGERI 2 TAWANGSARI, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN
2016/2017
ABSTRAK
Pada era modern saat ini, pendidikan karakter sangat diperhatikan oleh
dunia pendidikan mengingat banyaknya penyimpangan – penyimpangan yang
terjadi di sekolah maupun di luar sekolah, dengan banyaknya penyimpangan
tersebut, sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Oleh sebab itu, peserta
didik harus dibekali dengan akhlak mulia agar terhindar dari penyimpangan –
penyimpangan. Salah satu yang bertanggung jawab dalam pembentukan akhlak di
sekolah adalah kepala sekolah.
Kepala sekolah adalah guru yang memperoleh tambahan tugas untuk
memimpin penyelenggaraan pendidikan dan upaya peningkatan mutu pendidikan
sekolah. Kepala sekolah harus bisa menciptakan suasana aman, tentram, nyaman
sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, untuk menanamkan akhlak
mulia pada peserta didik, maka diperlukan suatu metode pembiasaan. Kepala
sekolah tidak hanya berperan sebagai pemimpin saja, melainkan kepala sekolah
harus bisa menjadi teladan dan motivator terhadap guru mapun peserta didik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui usaha – usaha kepala sekolah
dalam membentuk akhlak melalui pembiasaan perilaku islami di sekolah.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dan sumber yang digunakan
diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian yang penulis lakukan adalah mengetahui usaha – usaha
kepala sekolah dalam membentuk akhlak melalui pembiasaan perilaku islami.
Metode pembiasaan islami menjadi suatu strategi pembentukan akhlak karena,
dengan metode ini dapat membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian
yang baik. Pembiasaan yang kepala sekolah tanamkan kepada peserta didik yaitu
senyum, sapa dan salam atau lebih dikenal dengan 3S. Selain itu terdapat kegiatan
pembiasaan melakukan shalat berjamaah, Infaq, melakukan doa sebelum
pembelajaran dan do’a sesudah belajar serta kegiatan makan bersama. Melalui
pembiasaan perilaku islami, ternyata dapat membentuk akhlak mulia peserta didik
dan menjadikan peserta didik berprestasi.
Kata kunci : Kepala Sekolah, Pembiasaan, Akhlak
ABSTRACT
In this modern era, the character of education is concerned by the world of
education remembering any irregulaties happened in the school, with any
irregulaties, it affected students on learning outcomes. Therefore, students should
be equipped with a moral in order to avoid irregularities. One of responsible for
formation a moral at school was headmaster.
The headmaster was a teacher who was get additional role to lead the
management of education and effort to improve the quality of school education.
Headmaster should be create a safe, peaceful, comfortable so learniyng proceeded
2
fluently, to spread a good moral on students needed a habituation method.
Headmaster did not onl have a role as leader, but headmaster should be a role
model and motivator for teachers and students.
The research used to know effort of headmaster establising moral through
the habituation of Islamic behaviour in school. This research used a descriptive
qualitative method. The data of this research acquired from interview,
observation, and documentation.
The result of this research knew effort of headmaster establising moral
through habituation of Islamic behaviour. The methods of Islamic habituation
were a strategy for the establishment of Islamic moral because this method could
form the younger generation so that they had a good personality. The habituations
of headmaster were teach to student namely “Senyum, Sapa, Salam” or as known
as 3S. Moreover, there were habituation activities such as doing shalat, infaq,
praying before and after learning activities than eating together. Through the
Islamic habituation, it could form a good character for students and it made
students achievement.
Keyword : Headmaster, Habituation, Moral
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi sekarang, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi
kebudayaan serta gaya hidup manusia, kenyataan semacam ini akan
mempengaruhi nilai, moral, sikap atau tingkah laku kehidupan individu dan
masyarakatnya. Pembiasaan perilaku Islami dipandang sebagai salah satu
aspek yang memiliki peranan penuh dalam mengembangkan dan membentuk
generasi muda agar memiliki kepribadian yang baik, dan yang terpenting
yang harus dimiliki dari kepribadian seorang peserta didik adalah akhlak
mulia. Maka, sebagai penanggung jawab utama pembetukan akhlak mulia
siswa di sekolah adalah kepala sekolah.
Kepala sekolah adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan peserta didik, yang harus memiliki kesiapan dan
kemampuan untuk membangkitkan semangat kerja secara kelompok atau
individu.1 Banyak diantara kita yang masih kurang memperhatikan dalam
mempelajari akhlāq. Seseorang yang bertauhīd dan baik akhlāqnya adalah
1 https://id.m.wikipedia.org/wiki/kepala_sekolah
3
sebaik-baiknya manusia.2 Pembentukan akhlāq seorang peserta didik yang
dilakukan diantaranya melalui penanaman perilaku Islami dan pembiasaan
perilaku Islami, yang dimaksud keduanya adalah salah satu unsur pendidikan
yang dalam penataan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila memiliki
peraturan, bukan sekedar mendidik untuk mempercayai kaidah-kaidah dan
melaksanakan tata cara keagamaan saja, tetapi merupakan usaha yang terus
menerus untuk menyempurnakan pribadi dalam hubungan vertikal kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan hubungan horizontal dengan sesama manusia dan
alam sekitar.3
Inilah yang sedang dilakukan kepala sekolah di SMP Negeri 2
Tawangsari, yaitu menerapkan pembiasaan Islami untuk membentuk akhlak
mulia. Pembiasaan perilaku Islami harus diberikan dan dilaksanakan secara
intensif di sekolah maupun di rumah. Tujuannya adalah sebagai salah satu
upaya membentuk akhlak kepada diri peserta didik, sehingga peserta didik
dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Islami dalam kehidupan
sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi fungsi kepala sekolah terhadap
pembentukan akhlāk peserta didik melalui pembiasaan perilaku Islami di
SMP N 2 Tawangsari?
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat
Tujuan enelitian adalah untuk identifikasi usaha-usaha Kepala
Sekolah dalam membentuk akhlak Islami peserta didik di SMP N 2
Tawangsari.
Adapun manfaat penelitian adalah
1.3.1 Secara teoritis, yaitu penelitian ini diharapkan dapat menjadi skripsi
yang dapat menambah pengetahuan tentang pembentukan akhlāk
melalui pembiasaan perilaku Islami.
2Imam S Ahmad, Tuntunan Akhlaqul Karimah (Jakarta: Lekdis,2005), hlm. 51.
3Alamsyah Ratuprawira Negara, Pembinaan Pendidikan Agama (Jakarta: Depag RI, 1982),
hlm. 32.
4
1.3.2 Secara praktis , yaitu penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
gambaran tentang pembentukan akhlāk mulia melalui pembiasaan
perilaku Islami di SMP N 2 Tawangsari, Sukoharjo.
1.4 Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini penulis mencoba menggali dan memahami beberapa
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk memperkaya referensi
dan menambah wawasan terkait dengan judul skripsi peneliti karya
tersebut antara lain adalah :
1.4.1 Skripsi yang ditulis oleh saudara Nohan Riodani (2015)
jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Tulungagung yang berjudul
“Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Perilaku
Siswa Di SMK Negeri 1 Boyolangu Tulungagung”. Dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa guru pendidikan agama Islam berperan dalam
meningkatkan perilaku Islami, yaitu dengan selalu membimbing dan
membina siswa untuk berperilaku Islami. Selain itu guru juga berperan
sebagai evaluator, maksudnya jika ada perilaku siswa yang tercela guru
memberikan sanksi dan lebih memperdalam pengarahannya untuk
berperilaku Islami.4
1.4.2 Skripsi yang ditulis oleh saudara Fauzan Lutfiyanto (2003)
jurusan Pendidikan Agama Islam di UIN Kalijaga, yang membahas
tentang “Pengaruh Metode Ceramah dan Pembiasaan Dalam
Pendidikan Aqidah Akhlak Terhadap Pengamalan Keagamaan Siswa di
MTs N Pundong Bantul”. Dalam penelitiannya tersebut ia memberikan
kesimpulan adanya pengaruh yang positif dalam mengamalkan ajaran
Islam para siswa dengan metode ceramah dan pembiasaan. Tenyata
dengan kedua metode tersebut dapat memberikan reflek positif yang
dapat diterima oleh siswa, sehingga dapat dipraktekkandi sekolah
4 Nohan Riodani. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Perilaku
Siswa Di SMK Negeri 1 Boyolangu Tulungagung, Skripsi, 2015, dalam https:///Repo.iain-
tulungagung.ac.id, diakses pada tanggal 13 Oktober 2016 pukul 22.18 WIB.
5
maupun diluar sekolah.5 Sedangkan penulis meneliti pembentukan
akhlak menggunakan metode pembiasan perilaku Islami.
1.4.3 Penelitian yang ditulis dalam skripsi Khotijah jurusan
Pendidikan Agama Islam, UIN Kalijaga tahun 2010 yang berjudul
“Efektifitas Metode Pembiasaan Dalam Pembelajaran Ibadah Sholat di
MI Al-Islam Karang Jati Susukan Banjarnegara” dalam skripsi ini
menjelaskan tentang keefektifitasan metode pembiasaan dalam ibadah
sholat. Metode pembiasaan menjadi sarana dan prasarana yang kuat guna
memperlancar kegiatan pembelajaran ibadah sholat. Sedangkan penulis
meneliti pembentukan akhlak melalui pembiasaan perilaku Islami.6
1.4.4 Tesis yang ditulis oleh Masrucan Mahpur tahun 2015 yang
berjudul “Pembiasaan Perilaku Islami di Sekolah (Studi Kasus di SMA
Negeri 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek)” dalam
penelitian ini menjelaskan bahwa guru Pendidikan Agama Islam
membiasakan perilaku religius dan merencanakan kegiatan keagamaan di
lembaga pendidikan melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam
sehingga dapat membentuk pribadi musim para peserta didik. Sama sama
membahas pembiasaan perilaku Islami. Letak perbedaannya adalah pada
subjek yang menjadi administrator dalam pembentukan perilaku Islami,
dalam skripsi ini yang melakukan adalah guru Pendidikan Agama Islam
sedangkan dalam penelitian saya yang menjadi subjek administrator
adalah kepala sekolah.7
5 Fauzan Lutfiyanto. Pengaruh Metode Ceramah dan Pembiasaan Dalam Pendidikan
Aqidah Akhlak Terhadap Pengamalan Keagamaan Siswa di MTs N Pundong Bantul, Skripsi,
2003, dalam https:///uin-suka.ac.id, diakses pada Tanggal 13 Oktober 2016 pukul 18.30 WIB. 6 Khatijah, Efektifitas Metode Pembiasaan Dalam Pembelajaran Ibadah Sholat di MI Al-
Islam Karang Jati Susukan Banjarnegara, Skripsi, 2010, dalam https:///uin-suka.ac.id, diakses
pada Tanggal 13 Oktober 2016 pukul 18.30 WIB.
7Masruchan Mahpur. Pembiasaan Perilaku Islami di Sekolah (Studi Kasus di SMA
Negeri 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek), Thesis, 2015, dalam https:///iain-
tulungagung.ac.id, diakses pada Tanggal 13 Oktober 2016 pukul 18.30 WIB.
6
1.5 Kerangka Teoritik
1.5.1 Kepala sekolah
Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan
sebagai pimpinan di sekolah. Meskipun sebagai guru yang mendapat
tugas tambahan, kepala sekolah merupakan orang yang paling
betanggung jawab terhadap penerapan prinsip-prinsip administrasi
pendidikan yang inovatif di sekolah.8
Fungsi Kepala Sekolah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sebagai Pendidik (Educator)
Kepala sekolah sebagai pendidik, harus memiliki strategi
yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan di sekolahnya.
2. Sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan
yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan
administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan
pendokumentasian seluruh program sekolah.
3. Sebagai Supervisor
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor yaitu memberi
masukan kepada tenaga kependidikan yang masih dirasa perlu
dibenahi, dibina dan ditingkatkan kemampuan dan ketrampilannya.
4. Sebagai Pemimpin (Leader)
Kepala sekolah sebagai leader membutuhkan karakteristik
memiliki kepribadian mantap, seperti (jujur, percaya diri, tanggung
jawab, berani mengambil resiko dan keputusan. Memiliki keahlian
dasar, memiliki pengalaman dan pengetahuan profesional, dan
memiliki pengetahuan administrasi dan pengawasan.
8 Daryanto H.M, Drs, Administrasi dan Manajemen Sekolah (Jakarta: Rineka Cpta, 2013) ,
hlm. 10.
7
5. Sebagai Innovator
Sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki staregi
yang tepat untuk menjalin hubungan harmonis dengan lingkungan
dan mencari gagasan baru.
6. Sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi
yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga
kependidikan dan peserta didiknya.9
1.5.2 Akhlak
Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlāq" berasal dari
bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "khuluqun" ( yang (خلق
menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan
"khalqun" ( yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan (خلق
"khāliq" (خالق) yang berarti pencipta dan "makhlūq" (مخلوق) yang berarti
yang diciptakan.10
Sesuai firman Allah dalam Al-Qur’an:
وإنكلعلىخلقعظيم
Artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti
yang agung”. QS. Al-Qalam (68):4. 11
Beberapa bentuk akhlak yang ditanamkan kepada peserta didik
sebagai kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
1) Akhlak terhadap Allah
Alam dan seisinya ini mempunyai pencipta dan pemelihara
yang diyakini adanya yakni Allah, dialah yang memberikan rahmat
dan menurunkan adzab kepada siapa saja yang dikehendakinya
9 Sagala,Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kepemdidikan (Bandung:
Alfabet, 2009), hlm. 164, cet.2 10
Zahruddin AR, dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), Cet.1, hlm. 1.
11Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Surakarta: Shafa Media, 2015),
hlm. 564.
8
oleh karena itu manusia wajib ta’at dan beribadah hanya kepada-
Nya sebagai wujud rasa terima kasih terhadap segala yang telah
dianugerahkan Allah kepada manusia. Sebagaimana firman Allah
sebagai berikut:
ه وعمت فمه للا وما بكم م
Artinya: “Dan apa saja yang ada (dimiliki) pada dirimu
berupa nikmat, kesemuanya itu merupakan pemberian dari
Allah...”. QS. An-Naḥl (16) : 53.12
2) Akhlak terhadap Diri Sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri yang dimaksud adalah bagaimana
seseorang menjaga dirinya (jiwa dan raga) dari perbuatan yang
dapat menjerumuskan dirinya atau bahkan berpengaruh kepada
orang lain karena diri sendiri merupakan asal motivasi dan
kembalinya manfaat suatu perbuatan. Sebagaimana firman Allah
dalam al-Qur'an :
يا أيها الذيه آمىىا قىا أوفسكم وأهليكم وارا وقىدها الىاس والحجارة عليها ملئكت
ما أمزهم ويفعلىن ما يؤمزون غلظ شداد ل يعصىن للا
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
QS. At-Tahrīm (66) : 6.13
Ayat di atas menjadi dasar untuk meyakinkan bahwa sikap
terhadap diri sendiri adalah prinsip yang perlu mendapat perhatian
sebagai menifestasi dari tanggung jawab terhadap dirinya dalam
bentuk sikap dan perbuatan akhlak yang terpuji.
3) Akhlak terhadap Sesama Manusia
Di dunia ini tidak ada seorangpun yang bisa hidup tanpa
bergantung kepada orang lain, Islam menganjurkan umatnya untuk
saling memperhatikan satu sama lain dengan saling menghormati
12
Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Surakarta: Shafa Media, 2015),
hlm. 272. 13
Ibid., hlm. 560.
9
tolong menolong dalam kebaikan, berkata sopan, dan berperilaku
adil. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur'an :
وتعاووىا عل البز والتقىي ول تعاووىا عل اإلثم والعدوان واتقىا للا إن للا
شديد العقاب
Artinya: ...Dan tolong menolonglah kamu sekalian dalam
mengerjakan kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. QS. Al-Māidah (5) : 2.14
Apabila dipahami lebih lanjut maka ruang lingkup akhlak
adalah mengarahkan manusia pada kebahagiaan dunia dan
akhirat.15
Sedangkan tujuan berakhlak adalah mendapat irsyad, taufiq dan
hidāyah yang demikian insyāallāh akan bahagia dunia dan akhirat. M.
Ali Hufli mengatakan bahwa tujuan akhlāk adalah: “Digantungkan
kepada akhlak yang mulia yaitu mewujudkan kebajikan, keadilan yang
tinggi, terciptanya kecintaan dan kedamaian serta mengutamakan orang
lain dalam mengerjakan kebajikan dan meningkatkan ketaqwaan. 16
1.5.3 Metode Pembiasaan Perilaku Islami
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan , yaitu meta
dan hodos, meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”.
Maka, metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan.17
Dari beberapa metode yang ada, maka metode
yang dibahas adalah metode pembiasaan. Pembiasaan adalah sesuatu
yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat
menjadi kebiasaannya, karena sudah menjadi kebiasaan yang sudah
melekat dan spontan, agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk
14
Ibid., hlm. 111. 15
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlaq dalam Perspektif Al-Quran ( Jakarta: Amzah, 2007)
hal.118. 16
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8422/1/DIDIN-FITK diakses
tanggal 16 Januari 2017.
17 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 2001), hlm. 91.
10
kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang pekerjaan, berproduksi dan
aktivitas lainnya.18
2. METODE PENELITIAN
2.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
sosiologis religius, maksudnya meneliti kehidupan komunitas pergaulan
antar manusia yang relevan dengan kehidupan beragama.19
Karena penulis
akan mengamati peran ataupun tingkah laku maka dalam penelitian ini
penulis menggunakan teknik penelitian Kualitatif. Penelitian Kualitatif
adalah penelitian yang sifat pengumpulan datanya tidak menggunakan
angka – angka dan alat pengukur. 20
2.2 Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Tawangsari, Sukoharjo.
Lokasi sekolah ini terletak Jl. Kateguhan-Tawangsari, Dk. Bangun Asri,
Ds.Kateguhan, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten / Kota Sukoharjo,
Propinsi Jawa Tengah, No. Telp. 0272 881216. Kepala sekolah di SMP ini
adalah bapak Drs. H. Agus Witanto, M.S.I.
2.3 Metode Pengumpulan Data
2.3.1 Interview (wawancara)
Interview atau wawancara adalah tanya jawab antara
penanya dan narasumber dengan maksud tertentu untuk mendapatkan
hasil yang dibutuhkan.21
Dalam penelitian ini digunakan teknik ini
untuk mendapatkan keterangan langsung dari narasumber tentang
18
Ibid, hlm. 100-101.
19 Lexy J. Moleong , Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT .Remaja Rosdakarya,
2009),hlm. 4.
20Nasution, S,Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1988), hlm. 18.
21Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kwalitatif (Bandung: PT .Remaja Rosdakarya,
2009), hlm. 186.
11
peran dari kepala sekolah dalam membentuk akhlak peserta didik
melalui pembiasaan perilaku Islami.
2.3.2 Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Observasi
adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan sistematis
mengenai fenomena yang diselidiki. Dalam mencatat hasil
pengamatan harus diperhatikan dua hal, yaitu : informasi (apa yang
terjadi) dan konteks (hal – hal yang bertalian).22
Teknik ini digunakan
untuk mengetahui atau melihat secara langsung tentang bagaimana
peran kepala sekolah dalam membentuk kepribadian peserta didik
yang berakhlakul karimah melalui pembiasaan perilaku Islami.
2.3.3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film lain
dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan
seorang penyidik.23
Metode ini digunakan untuk memperoleh data
tentang kondisi dan gambaran umum tentang SMPN 2 Tawangsari,
keadaan guru, karyawan, dan siswa,serta sarana dan fasilitas sekolah.
2.4 Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data.24
Dalam menganalisis peneliti
melakukan interprestasi terhadap data yang berupa kata-kata, sehingga
diperoleh makna.
22
Sukandarrumidi, MSc, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), hlm. 69.
23Lexy, Moleong, Metodologi Penelitian Kwalitatif (Bandung: PT .Remaja Rosdakarya,
2009), hlm.. 217.
24 Ibid, hlm. 103.
12
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil observasi,
wawancara dengan kepala sekolah, guru dan murid serta dokumentasi di SMP
Negeri 2 Tawangsari, maka langkah selajutnya adalah melakukan analisis data
dari hasil penelitian untuk menjelaskan lebih lanjut dari penelitian yang
dilakukan.
Implementasi fungsi Kepala Sekolah dalam pembentukan akhlak
peserta didik melalui pembiasaan perilaku Islami dilakukan dalam bentuk
sebagaimana berikut :
3.1 Senyum, Sapa dan Salam (3S)
Manusia sebagai makhluk sosial tentulah memerlukan orang lain
untuk saling membantu dan tolong-menolong untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Sesuai hasil penelitian, kegiatan ini diajarkan oleh
kepala sekolah sebagai rasa saling menghormati kepada guru dan
karyawan selain itu juga menghormati sesama teman. Tujuannya supaya
peserta didik dapat menanamkan akhlāq terhadap diri sendiri dan akhlāq
terhadap orang lain. Kegiatan ini melibatkan kepala sekolah, semua guru
serta peserta didik. Setiap pagi kepala selalu menjadi teladan untuk
pelaksaan piket pagi. Hal ini sesuai dengan fungsi kepala sebagai
pemimpin (Leader). Dalam kehidupan bermasyarakat, budaya 3S ini
sangat diperlukan untuk menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat.
3.2 Do’a sebelum belajar
Dalam mengawali aktivitas belajar-mengajar di kelas, do’a
merupakan sebuah aktivitas utama dan pertama yang harus dibiasakan oleh
guru, terlebih lagi pada setiap siswa-siswi. Dari hasil penelitian, doa
sebelum belajar dilaksanakan sebelum memulai pembelajaran.
Sesuai dari teori, bahwa kepala sekolah mempunyai peran sebagai
pendidik, yaitu seorang kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk menanamkan pembinaan mental peserta didik. kepala sekolah juga
sebagai motivator yaitu selalu memberikan motivasi dan keteladanan agar
kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang.
13
3.3 ṣalāt ḍuhur berjama’ah
ṣalāt merupakan suatu kewajiban bagi umat muslim. ṣalāt harus
sudah diajarkan sejak anak masih kecil agar menjadi sebuah kebiasaan.
ṣalāt ḍuhur berjama’ah bertujuan untuk membentuk akhlak mulia sebagai
bukti berakhlāq kepada Allāh, yaitu dengan menunaikan kewajibannya
menyembah Allāh.
ṣalāt berjama’ah mengajarkan disiplin seorang makmun senantiasa
mengikuti gerakan imam dan berada di belakang imam. Sesuai dengan
fungsi kepala sekolah , yaitu kepala sekolah sebagai pemimpin. Kepala
sekolah memimpin bawahannya untuk mengikuti sikap dan tindakan yang
dilakukannya selagi tidak menyimpang dari aturan.
3.4 Membaca Surat Al-„Aṣr dan Do’a Kafaratul Majlis
Membaca surat Al-„Aṣr dan Do’a Kafaratul Majlis dibaca sebelum
kegiatan pembelajaran berakhir, tujuannya adalah sebagai penghapus dosa
dan kesalahan yang terjadi dalam majelis dari guyonan, kegaduhan, tidak
perhatian terhadap penyampaian, kurang memuliakan orang lain, dan tidak
terjaganya adab-adab majelis lainnya.
Kepala sekolah berfungsi sebagai supervisor, yaitu kepala sekolah
memiliki harus memiliki hubungan yang erat dengan aktivitas kegiatan
sekolah. Maka dengan diadakannya kegiatan ini, akan timbul suatu
pembiasaan akhlāq terhadap diri sendiri. Akhlāq terhadap diri sendiri
adalah akhlāq yang kita kerjakan setiap harinya.
3.5 Kegiatan makan bersama
Dalam kegiatan tersebut, banyak yang bisa dilakukan, seperti
berbagi dan membantu orang lain yang ternyata membawa dampak positif
bagi kehidupan. Dalam kegiatan ini, sesuai yang dipaparkan dalam bab IV,
kegiatan makan bersama dilakukan oleh semua peserta didik baik kelas 7,
8 maupun 9. Mereka saling berbagi lauk pauk kepada antar teman dan
dimakan secara bersama-sama.
14
Sesuai dengan fungsi kepala sekolah sebagai Innovator, kepala
sekolah memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang
harmonis kepada sesama makhluk ciptaan Allāh.
3.6 Infaq.
Penanaman kegiatan Infak harus ditanamkan sejak anak masih usia
kecil agar nantinya menjadi terbiasa senang berinfak. kegiatan ini juga
diterapkan di SMP Negeri 2 Tawangsari hingga menjadi sebuah
pembiasaan, kepala sekolah selalu menjadi motivator bagi guru dan
peserta didik untuk gemar bershadaqah, karena dengan bershadaqah akan
diberi pahala yang cukup dan akan dilancarkan rejekinya. Selain itu, dapat
membersihkan dan mensucikan hati dan otak. Hasil dari berinfak akan
digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain, sehingga nanti
peserta didik akan mempunyai jiwa pemberi atau akhlak kepada orang
lain.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Perencanaan pembiasaan perilaku Islami dimulai dari perumusan tujuan
yang hendak dicapai, pembuatan program kegiatan, menentapkan strategi,
menetapkan alat yang dipergunakan. Berikut ini pembiasaan perilaku di SMP
N 2 Tawangsari :
1. Senyum, Sapa dan Salam
2. Doa sebelum belajar.
3. ṣalāt ẓuhur berjama’ah.
4. Makan bersama.
5. Do’a Kafaratul Majlis.
6. Infaq.
Sedangkan sarannya adalah :
1. Untuk Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Tawagsari supaya terus
mempertahankan eksistensi dan prestasi sekolah, disarankan supaya
peserta didik juga terlibat dalam kegiatan keagamaaan di sekolah, seperti
15
pembagia zakat, penyembelihan hewan kurban, seta kegiataan keagamaan
lainnya, sehingga dapat meningkatkan mutu kegiataan keagamaan.
2. Menggerakkan kembali seluruh guru dan karyawan, bukannya hanya guru
Pendidikan Agama Islam dan Wali kelas, melainkan seluruh guru dan
karyawan di SMP Negeri 2 Tawangsari untuk senantiasa menjadi teladan
dalam mengaplikasikan pembiasaan perilaku islami di lingkungan sekolah
maupun di luar lingkungan sekolah
3. Bagi peserta didik, diharapkan untuk lebih memeperhatikan apa yang
diajarkan oleh guru ketika dalam proses belajar, serta tetap menjaga
berakhlakul karimah, sehingga dapat menjadi lulusan yang cerdas, sholih
dan sholihah serta bermanfaat bagi orang lain.
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan agar lebih meneliti secara lebih
mendalam sehingga dapat mengembangkan hasil penelitian secara
menyeluruh. Skripsi ini tidak bisa dijadikan sebagai pedoman seutuhnya,
mengingat keterbatasan waktu yang telah peneliti lakukan sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih mendalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA
S, Imam Ahmad. 2005. Tuntunan Akhlaqul Karimah. Jakarta: Lekdis.Bambang
Daryanto H.M, Drs. 2013. Administrasi dan Manajemen Sekolah.
Jakarta: Rineka Cpta.
Sagala,Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kepemdidikan .
Bandung: Alfabet.
Asmaran As. 1992. Pengantar Studi Akhlak,. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Drs. H.Abudin Nata, MA. 2000. Cet.3. Akhlak Tasawuf . Jakarta: PT. Grafindo
Persada.
Departemen Agama RI. 2015. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Surakarta: Shafa
Media.
Abuddin Nata. 2001. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.
16
Lexy J. Moleong. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT .Remaja
Rosdakarya.
Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Sukandarrumidi, MSc. 2012. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk
Peneliti Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sumber Internet
https://id.m.wikipedia.org/wiki/kepala_sekolah
Fauzan Lutfiyanto. Pengaruh Metode Ceramah dan Pembiasaan Dalam
Pendidikan Aqidah Akhlak Terhadap Pengamalan Keagamaan Siswa di
MTs N Pundong Bantul, Skripsi, 2003, dalam https:///uin-suka.ac.id,
diakses pada Tanggal 13 Oktober 2016 pukul 18.30 WIB.
Khatijah, Efektifitas Metode Pembiasaan Dalam Pembelajaran Ibadah Sholat di
MI Al-Islam Karang Jati Susukan Banjarnegara, Skripsi, 2010, dalam
https:///uin-suka.ac.id, diakses pada Tanggal 13 Oktober 2016 pukul
18.30 WIB.
Masruchan Mahpur. Pembiasaan Perilaku Islami di Sekolah (Studi Kasus di SMA
Negeri 1 Trenggalek dan SMA Hasan Munahir Trenggalek), Thesis,
2015, dalam https:///iain-tulungagung.ac.id, diakses pada Tanggal 13
Oktober 2016 pukul 18.30 WIB.
Nohan Riodani. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan
Perilaku Siswa Di SMK Negeri 1 Boyolangu Tulungagung, Skripsi, 2015,
dalam https:///Repo.iain-tulungagung.ac.id, diakses pada tanggal 13
Oktober 2016 pukul 22.18 WIB.