Fungsi Internal Auditor
Click here to load reader
-
Upload
monalisa-monmon -
Category
Documents
-
view
27 -
download
4
description
Transcript of Fungsi Internal Auditor
Fungsi Internal Auditor
Pada mulanya internal auditor dalam suatu perusahaan mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu mengadakan pengawasan atas pembukuan, namun sejalan dengan meningkatnya sistem informasi akuntansi, aktivitas internal auditor tidak lagi berputar pada pengawasan pembukuan semata-mata.Akan tetapi mencakup pemeriksaan dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas sistem organisasi, sistem internal control dan kualitas kertas kerja manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.Fungsi internal auditor yang dikemukakan oleh Holmes dan Overmayer yang menggolongkan secara terperinci:
1. Menentukan baik tidaknya internal control dengan memperhatikan pemeriksaan fungsi dan apakah prinsip akuntansi benar-benar telah dilaksanakan.
2. Bertanggung jawab dalam menentukan apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana policy dan prosedur yang telah ditetapkan sampai nilai apakah hal tersebut telah diperbaiki atau tidak,
3. Menverifikasi adanya keuntungan kekayaan atau asset termasuk mencegah dan menentukan penyelesaian.
4. Menverifikasikan dan menilai tingkat kepercayaan terhadap sistem akuntansi dan pelaporan.
5. Melaporkan secara objektif apa yang diketahui kepada manajemen disertai rekomendasi perbaikan.
Pendapat lain tentang fungsi pemeriksaan adalah menurut General Accounting Officer yang diterjemahkan oleh Sumardjo Tjitrosidojo adalah sebagai berikut:
1. Menemukan berbagai situasi untuk meniadakan pemborosan dan daya guna yang tidak baik.
2. Menyarankan perbaikan dalam bidang kebijaksanaan prosedur dan struktur organisasi.3. Menciptakan alat penguji terhadap hasil pekerjaan para individu dan berbagai unit
organisasi.4. Mengawasi ketaatan pada syarat-syarat yang telah ditentukan oleh anggaran dasar dan
undang-undang.5. Mencek akan adanya tindakan-tindakan yang tidak atau belum disetujui, penyelewengan
dan tidak wajar secara lain.6. Mengidentifikasikan tempat-tempat yang mengandung kemungkinan timbulnya kesulitan
kegiatan masa depan.7. Menciptakan saluran komunikasi antara berbagai tingkatan dan pimpinan tertinggi.
Dari fungsi internal auditor yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya fungsi internal auditor dalam perusahaan adalah untuk mengawasi pelaksanaan sistem pengawasan intern dan memberikan saran perbaikan kepada manajemen bila ditemukan kelemahan dan penyimpangan baik yang terdapat pada sistem tersebut maupun dalam pelaksanaannya dalam perusahaan. Untuk keefektifan fungsi internal auditor ini maka ada sasaran-sasaran audit tertentu yang harus ditetapkan dan harus senantiasa dikaji ulang. Sasaran audit intern ini menurut Arthur W. Holmes dan David C. Burns dapat dibagi atas dua bagian yaitu:
1. Saran pengawasan akuntansi dilaksanakan dengan cara:a. Mengidentifikasikan jenis kekeliruan dan penyelewengan akuntansi yang mungkin terjadi.b. Menetapkan prosedur yang harus mencegah atau menemukan dan penyelewengan
semacam itu.c. Menguji transaksi serta prosedur-prosedur untuk menentukan apakah prosedur-prosedur
yang diperlukan sudah digariskan dan dipatuhi secara memuaskan.d. Mengevaluasi semua jenis kekeliruan dan penyelewengan yang tidak cukup oleh prosedur
pengendalian internal yang ada ini akan membantu dalam menentukan pengaruhnya terhadap sifat, waktu atau luasnya prosedur auditing lainnya yang mungkin diperlukan.
2. Sasaran pengawasan administrasi dilaksanakan dengan cara:a. Evaluasi atas upaya-upaya organisasi seperti yang dicerminkan oleh hubungan laporan
dalam perusahaan.b. Tinjauan yang cermat atas bagan organisasi dan uraian posisi yang menjelaskan
pembagian upaya itu. Tinjauan ulang ini harus diperlihatkan apakah penyediaan atau pengendalian atas setiap orang di dalam perusahaan memadai atau tidak boleh ada seorangpun menempati posisi yang bertentangan dengan kebijaksanaan pengendalian intern yang sehat.
c. Evaluasi atas saluran komunikasi di dalam perusahaan khususnya komunikasi dengan manajemen puncak dan dengan komite audit, saluran ini harus ditetapkan dengan jelas sehingga pelaporan akan tetap aktual dan objektif.
d. Pengujian dan evaluasi atas kebijaksanaan perusahaan.
Berdasarkan uraian pada kedua sasaran tersebut dapat disimpulkan bahwa:1. Tekanan pengawasan akuntansi adalah menentukan keandalan dari sistem pengawasan intern
yang dapat mencegah/menemukan keandalan adanya kekeliruan dan penyelewengan yang material dalam pelaksanaan akuntansi.
2. Tekanan pengawasan administrasi adalah tujuan yang meliputi tanggung jawab, untuk menentukan apakah ada ketaatan terhadap kebijaksanaan perusahaan dan mencatat serta melaporkan adanya penyimpangan terhadap pelaksanaan suatu kebijaksanaan. Baik fungsi akuntansi maupun fungsi administrasi yang mencakup dalam internal auditor harus dilaksanakan secara sinkron dalam meningkatkan efektivitas sistem internal control perusahaan, dan fungsi internal auditor sebagai staf manajemen harus mampu memeriksa, baik aspek keuangan maupun administrasi.Ditinjau dari kemampuan internal auditor, maka manajemen mempunyai wewenang dalam menetapkan personil yang akan melaksanakan tugas internal auditor. Penetapan tersebut hendaknya dilakukan secara selektif memenuhi syarat sebagaimana dikatakan Ruchyat Kosasih, bahwa syaratyang harus dipenuhi seorang internal auditor adalah sebagai berikut:
a. Staf pemeriksa intern harus diangkat atas dasar kecakapan dan kemampuan serta ada kemungkinan untuk maju ke posisi yang lebih tinggi.
b. Setiap pemeriksa intern harus kontinyu mendapat pendidikan dan latihan yang cukup dalam bidangnya serta memperbaiki (mengupgrade) dirinya sendiri (self improvement).- See more at: http://referensiakuntansi.blogspot.com/2012/11/fungsi-internal-auditor.html#sthash.SjqDIlCT.dpuf
Tanggung Jawab Internal Auditor
Tanggungjawab internal auditor dalam pencegahan, pendeteksian dan menginvstigasi perbuatan
kecurangan masih menjadi perdebatan yang berkepanjangan dalam profesi audit, khususnya pada
lembaga audit internal. Namun demikian tidak bisa dibantah baha internal auditor memegang
peranan penting dalam mendukung penerapan good corporate governance. Keterlibatan internal
auditor dengan aktivitas operasional sehari-hari termasuk keterlibatan dalam proses pelaporan
transaksi keuangan dan struktur pengendalian intern memberi kesempatan internal auditor untuk
melakukan penilaian secara berkala dan menyeluruh atas aspek-aspek kegiatan/operasional
perusahaan yang memiliki risiko tinggi. Efektivitas peran internal auditor dalam mencegah dan
mendeteksi kecurangan sangat tergantung pada besar kecilnya status kewenangan yang dimiliki
dan mekanisme pelaporan hasil investigasi kecurangan yang dapat dijalankan, karena belum
semua jajaran direksi mau memberikan kewenangan penuh dalam proses pencegahan,
pendeteksian dan investigasi kecurangan pada internal auditor.
Standar Profesi Audit Internal (1210.2) menyatakan bahwa internal audit harus memiliki
pengetahuan yang memadai untuk dpat mengenali, meneliti, dan menguji adanya indikasi
kecurangan. Sejalan dengan hal tersebut, pernyataan standar internal audit (SIAS) No. 3
menyatakan bahwa internal audit diwajibkan untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya
ketidakwajaran penyajian, keslahan, penyimpangan, kecurangan, inefficiency, konflik
kepentingan dan ketidakefektifan pada suatu aktivitas perusahaan, pada saat pelaksanaan audit.
Audit internal juga diminta untuk menginformasikan kepada pejabat yang berwenang dalam hal
diduga telah terjadi penyimpangan, dan menindaklanjutinya untuk meyakinkan bahwa tindakan
yang tepat telah dilakukan untuk memperbaiki masalah yang ada.
3. Peran Internal Auditor
Terdapat 4 pilar utama dalam memerangi kecurangan, yaitu :
1. Pencegahan kecurangan (fraud prevention)
2. Pendeteksian dini kecurangan (early fraud detection)
3. Investigasi kecurangan (fraud investigation)
4. Penegakan hukum atau penjatuhan sanksi (follow-up legal action)
Berdasarkan 4 pilar utama dalam rangka memerangi kecurangan tersebut, peran penting
dariinternal auditor dalam ikut membantu memerangi perbuatan kecurangan khususnya
mencakup :
Preventing Fraud (mencegah kecurangan)
Detecting Fraud (mendeteksi kecurangan)
Investigating Fraud (melakukan investigasi kecurangan)
Secara garis besar pencegahan dan pendeteksian serta investigasi merupakan tanggung jawab
manajemen, akan tetapi internal auditor diharapkan dapat melakukan tiga hal tersebut di atas
sebagai bagian dari pelaksanaan tugas manajemen. Dalam perkembangannya penugasan dalam
memerangi kecurangan saat ini telah mengarah pada profesi tersendiri, seperti Certified Fraud
Examiners (CFE) ataupun akuntan forensic.
Dalam menjalankan tugas auditnya, internal auditor harus waspada terhadap setiap hal yang
menunjukkan adanya peluang atau kemungkinan terjadinya kecurangan. Dalam kenyataannya,
kewaspadaan dan sifat skeptic yang pada tempatnya, mungkin merupakan dua keterampilan yang
penting bagi inernal auditor. Penyelidikan yang kritis terhadap kemungkinan kecurangan, harus
diikuti oleh penilaian terhadap pengendalian yang ada, praktik pengendalian dan seluruh lingkup
pengendaliannya yang potensial. Untuk menyelidiki kecurangan yang terjadi dalam suatu
perusahaan/organisasi, sering kali dibutuhkan kombinasi keahlian seorang auditor terlatih dan
penyelidik criminal.
Internal auditor harus bertindak secara proaktif dalam mencegah dan mendeteksi terjadinya
kecurangan, khususnya keterlibatan secara aktif dalam mengevaluasi struktur pengendalian
intern perusahaan dan status organisasi. Efektivitas internal auditor dalam mencegah dan
mendeteksi kecurangan sering kali terkendala oleh waktu dan besarnya biaya untuk
menilai/menguji prosedur, kebijakan manajemen dan pengujian atas pengendalian.
Internal auditor barada dalam posisi yang penting untuk memonitor secara terus menerus struktur
pengendalian intern perusahaan melalui identifikasi dan deteksi atas tanda-tanda (red flags) yang
mengindikasikan adanya suatu kecurangan. Internal auditor berada pada posisi yang tepat untuk
memehami seluruh aspek tentang struktur organisasi, tempat pelatihan yang tepat, pemahaman
mereka tentang sumber daya manusia yang ada, memahami kebijakan dan prosedur operasi, dan
memahami kondisi bisnis dan lingkungan pengendalian intern yang memungkinkan untuk
mengidentifikasi dan menilai tanda-tanda atau gejala (symptom ataupun red flag) kemungkinan
terjadinya kecurangan.
Para internal auditor dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan diatur secara jelas dalam
kewenangan pelaporan dan standar profesi. Komisi Treadway (the Treadway Commision, 1987)
merekomendasikan bahwa internal auditor harus berperan aktif dalam mencegah dan mendeteksi
kecurangan. Demikian pula dalam Pernyataan Standar Internal Audit mensyaratkan bahwa
internal auditor harus berperan aktif dalam mencegah dan mendetesi kecurangan dengan
mengidentifikasi tanda-tanda kemungkinan terjadinya kecurangan, menginvestigasi gejala
kecurangan dan melaporkan temuannya pada komite audit atau kepada tingkat manajemen yang
tepat.
Kecurangan biasanya tidak hanya dilakukan oleh karyawan pada tingkat bawah, tetapi jug adapt
dilakukan oleh jajaran direksi (top management) baik secara individual maupun bersama-sama
(fraud management) yang dalam cakupan penugasan audit mungkin luar jangkauan kewenangan
internal auditor. Pada dasarnya dalam menjalankan tugas audit regular, internal auditor perlu
mewaspadai terjadinya kecurangan yang dapat mempengaruhi kualitas, integritas dan keandalan
pelaporan transaksi keuangan perusahaan. Dalam hal ini, internal auditor harus menginvestigasi
secara menyeluruh kemungkinan terjadinya kecurangan dan mengkomunikasikan kepada komite
audit terhadap adanya indikasi kecurangan. Dengan demikian, hubungan kerjasama yang erat
antara komite audit dengan fungsi audit internal, khususnya melalui pertemuan-pertemuan antara
ketua komite audit dengan kepala Satuan Pemeriksa Intern (SPI), akan dapat meingkatkan
kualitas hasil kerja internal auditor dan mengurangi keungkinan terjadinya kecurangan.
Hubungan kerjasama antara internal auditor dengan eksternal auditor dapat membawa
keterlibatan internal auditor dalam proses penilaian terhadap (kemungkinan) terjadinya
kecurangan pada area peran internal auditor yang sangat terbatas, misalnya pada level terjadinya
kecurangan melibatkan manajemen lini menengah dan atas (middle/top management). Sehingga
secara tidak langsung internal auditor akan lebih mampu berperan dalam memantau
kemungkinan terjadinya kecurangan pada level pembuat kebijkan. Situasi demikian ini akan
memberikan peluang bagi internal auditor untuk berperan aktif dalam pengujian integritas,
kualitas, dan keandalan proses pembuatan hingga implementasi kebijakan yang dilakukan oleh
top manajemen. Bahkan dalam laporannya pada tahun 1999, COSO (Committee of Sponsoring
Organizations) mendorong agar internl auditor mampu dan dapat berperan secara aktif dalam
menilai kualitas, keandalan dan integritas manajemen puncak dalam pembuatan dan
implementasi kebijakan agar terbebas dari unsur perbuatan kecurangan.
Berkenaan dengan peran dan tanggung jawab sebagaimana diuraikan di atas, Pernyataan Standar
Internal Auditor (SIAS) No.3 menguraikan mengenai tanggungjawab internal auditor untuk
pencegahan kecurangan, yaitu : “memeriksa dan menilai kecukupan dan efektivitas system
pengendalian intern, berkaitan dengan pengungkapan risiko potensial pada berbagai bentuk
kegiatan/operasi organisasi”. Standar ini secara jelasa mengemukakan bahwa pencegahan
kecurangan adalah tanggungjawab manajemen. Meskipun demikian, internal auditor harus
menilai kewajaran dan efektivitas tindakan yang dilakukan oleh manajemen terhadap
kemungkinan penyimpangan atas kewajiban tersebut.
Dapat kita lihat bahwa SIAS N0.3 menjelaskan tanggungjawab internal auditor dalam
mendeteksi kecurangan yang mencakup :
Pertama, internl auditor harus memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang memadai atas
kecurangan agar dapat mengidentifikasi kondisi yang menunjukkan tanda-tanda fraud yang
mungkin akan terjadi.
Kedua, internal auditor harus mempelajari dan menilai struktur pengendalian perusahaan untuk
mengidentifikasi timbulnya kesempatan terjadinya kecurangan, seperti kurangnya perhatian dan
efektivitas tehadap system pengendalian intern yang ada.
Dalam kaitannya dengan pendeteksian kecurangan yang efektif, internal auditor harus mampu
melakukan, antara lain hal-hal berikut :
Mengkaji system pengendalian intern untuk menilai kekuatan dan kelemahannya.
Mengidentifikasi potensi kecurangan berdasarkan kelemahan yang ada pada siste pengendalian
intern.
Mengidentifikasi hal-hal yang menimbulkan tanda tanya dan transaksi-transaksi diluar
kewajaran (non procedural).
Membedakan factor kelemahan dan kelalaian manusia dari kesalahan yang bersifat fraud.
Berhati-hati terhadap prosedur, praktik dan kebijakan manajemen.
Dapat menetapkan besarnya kerugian dan membuat laporan atas kerugian karena kecurangan,
untuk tujuan penuntutan pengadilan (litigasi), penyelesaian secara perdata, dan penjauhan sanksi
internal (skorsing hingga pemutusan hubungan kerja).
Mampu melakukan penelusuran dan mengurai arus dokumn yang mendukung transaksi
kecurangan.
Mencari dokumen pendukung untuk transaksi yang dipertanyakan (dispute).
Mereview dokumen yang sifatnya aneh/mencurigakan.
Menguji jalannya implementasi motivasi dan etika organisasi di bidang pencegahan dan
pendeteksian kecurangan.
Sedangkan dalam kaitannya dengan investigasi kecurangan, SIAS No.3 merekomendasikan agar
investigasi kecurangan dilaksanakan oleh suatu tim yang terdiri dari internal auditor, bagian
hokum, investigator, petugas security dan ahli-ahli lainnya baik dari dalam maupun dari luar
organisasi. Tanggungjawab internal auditor berkaitan dengan investigasi kecurangan adalah :
Menetapkan apakah pengendalian yang ada telah cukup memadai dan efektif untuk mengungkap
terjadinya kecurangan.
Merancang suatu prosedur audit untuk mengungkap dan mencegah terulangnya kembali
terjadinya kecurangan atau penyimpangan.
Mendapatkan pengetahuan yang cukup untuk menginvestigasi kecurangan yang sering terjadi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keahlian seorang internal auditor dalam
pengungkapan terjadinya kecurangan, harus memiliki kemampuan mirip dengan yang dimiliki
seorang penyidik criminal dan keberadaan keduanyaadalah untuk mencari kebenaran melalui
pengungkapan bukti pendukung perbutan fraudnya. Dalam pengungkapan kecurangan seorng
internal auditor harus mempunyai rasa ingin tahu dan suka akan tantangan pada hal-hal yang
muncul secara tidak lazim. Dengan kata lain aingin tahu pada hal-hal yang bertentangan dengan
logika atau apa yang diharapkan secara wajar.
PERAN DAN TUJUAN INTERNAL AUDIT
a. Tujuan
Tujuan dan tugas pengauditan internal pada dasarnya membantu anggota manajemen dalam
meringankan tanggung jawabnya dengan aktivitas penelaahan, rangkaian, penilaian, dan analisa
informasi aktivitas perusahaan. Dengan hasil pengauditannya memberikan kesimpulan dan
rekomendasi kepada manajer yang berkepentingan dengan menyediakan suatu landasan untuk
tindakan perbaikan yang harus di lakukan. Tujuan tugas pengauditan internal menakup dalam
peningkatan berbagai jenis pengendalian yang ada dalam organisasi perusahaan lebih efektif
dengan manfaat dan beban secara layak.
b. Peran
Ada beberapa peran yang dibawakan oleh auditor intern adalah sebagai berikut :
1. Peran sebagai pemecah masalah temuan audit pada hakikatnya adalah masalah. Auditor intern
harus mampu menggunakan metode pemecahan masalah ( problem solving ) yang rasional.
2. Temuan yang ada dari pelaksanaan audit bisa menjurus pada timbulnya konflik bila seorang
auditor kurang mampu menyelesaikan dengan audit. Konflik dapat bisa di lalui dengan cara :
a. Di hindari. Auditor yang suak enghindari konflik cenderung mereka reaksi emosional dengan
mencari cara yang lebih aman minta di pindahkan atau bahkan keluar dari pekerjaannya.
b. Di bekukan. Membekukan konflik adalah taktik untuk menangguhkan tindakan.
c. Di konfrontasikan. Masalah atau temuan bisa langsung di konfrontasikan dengan auditee.
Konfrontasi bisa di lakukan dengan 2 jalan, yaitu :
1. Dengan memakai kekerasan, misalnya dengan kekuasaan direktur utama auditee di paksa
melaksanakan rekomendasi audit.
2. Dengan memakai strategi negosiasi, dengan strategi ini kedua pihak bisa menang.
3. Peran pewawancara. Komunikasi yang akan dlakukan aleh auditor sering kali berbentuk
wawancara. Tujuannya adalah mencari fakta dan bukan opini.
4. Peran “negosiator” dan “ komunikator”, kedua peran ini juga dijumpai pada saat melakukan
auditing, mungkin peran komunikator akan lebih menonjol dibanding dengan negosiator.
Sebagai komunikator, posisi auditor agak berbeda meskipun komunikasi bukan hal yang baru
lagi, auditor mewujudkan komunikasi yang efektif bukanlah hal yang mudah.
Dengan demikian ke empat peran di atas perlu di pahami, karena bisa jadi auditor membutuhkan
langkah-langkah khusus ketik berhadapan dengan manajemen. Selain itu auditor harus
mengembangkan hubungan antar manusia yang baik. Dalam hal ini, peran kepribadian auditor
menjadi sangat menentukan.
ungsi Internal AuditorPada mulanya internal auditor dalam suatu perusahaan mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu mengadakan pengawasan atas pembukuan, namun sejalan dengan meningkatnya sistem informasi akuntansi, aktivitas internal auditor tidak lagi berputar pada pengawasan pembukuan semata-mata.Akan tetapi mencakup pemeriksaan dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas sistem organisasi, sistem internal control dan kualitas kertas kerja manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.Fungsi internal auditor yang dikemukakan oleh Holmes dan Overmayer yang menggolongkan secara terperinci:
1. Menentukan baik tidaknya internal control dengan memperhatikan pemeriksaan fungsi dan apakah prinsip akuntansi benar-benar telah dilaksanakan.
2. Bertanggung jawab dalam menentukan apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana policy dan prosedur yang telah ditetapkan sampai nilai apakah hal tersebut telah diperbaiki atau tidak,
3. Menverifikasi adanya keuntungan kekayaan atau asset termasuk mencegah dan menentukan penyelesaian.
4. Menverifikasikan dan menilai tingkat kepercayaan terhadap sistem akuntansi dan pelaporan.
5. Melaporkan secara objektif apa yang diketahui kepada manajemen disertai rekomendasi perbaikan. [12]
Pendapat lain tentang fungsi pemeriksaan adalah menurut General Accounting Officer yang diterjemahkan oleh Sumardjo Tjitrosidojo adalah sebagai berikut:
1. Menemukan berbagai situasi untuk meniadakan pemborosan dan daya guna yang tidak baik.
2. Menyarankan perbaikan dalam bidang kebijaksanaan prosedur dan struktur organisasi.3. Menciptakan alat penguji terhadap hasil pekerjaan para individu dan berbagai unit
organisasi.4. Mengawasi ketaatan pada syarat-syarat yang telah ditentukan oleh anggaran dasar dan
undang-undang.
5. Mencek akan adanya tindakan-tindakan yang tidak atau belum disetujui, penyelewengan dan tidak wajar secara lain.
6. Mengidentifikasikan tempat-tempat yang mengandung kemungkinan timbulnya kesulitan kegiatan masa depan.
7. Menciptakan saluran komunikasi antara berbagai tingkatan dan pimpinan tertinggi. [13]
Dari fungsi internal auditor yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya fungsi internal auditor dalam perusahaan adalah untuk mengawasi pelaksanaan sistem pengawasan intern dan memberikan saran perbaikan kepada manajemen bila ditemukan kelemahan dan penyimpangan baik yang terdapat pada sistem tersebut maupun dalam pelaksanaannya dalam perusahaan. Untuk keefektifan fungsi internal auditor ini maka ada sasaran-sasaran audit tertentu yang harus ditetapkan dan harus senantiasa dikaji ulang. Sasaran audit intern ini menurut Arthur W. Holmes dan David C. Burns dapat dibagi atas dua bagian yaitu:1. Saran pengawasan akuntansi dilaksanakan dengan cara:
a. Mengidentifikasikan jenis kekeliruan dan penyelewengan akuntansi yang mungkin terjadi.b. Menetapkan prosedur yang harus mencegah atau menemukan dan penyelewengan
semacam itu.c. Menguji transaksi serta prosedur-prosedur untuk menentukan apakah prosedur-prosedur
yang diperlukan sudah digariskan dan dipatuhi secara memuaskan.d. Mengevaluasi semua jenis kekeliruan dan penyelewengan yang tidak cukup oleh prosedur
pengendalian internal yang ada ini akan membantu dalam menentukan pengaruhnya terhadap sifat, waktu atau luasnya prosedur auditing lainnya yang mungkin diperlukan.
2. Sasaran pengawasan administrasi dilaksanakan dengan cara:a. Evaluasi atas upaya-upaya organisasi seperti yang dicerminkan oleh hubungan laporan
dalam perusahaan.b. Tinjauan yang cermat atas bagan organisasi dan uraian posisi yang menjelaskan
pembagian upaya itu. Tinjauan ulang ini harus diperlihatkan apakah penyediaan atau pengendalian atas setiap orang di dalam perusahaan memadai atau tidak boleh ada seorangpun menempati posisi yang bertentangan dengan kebijaksanaan pengendalian intern yang sehat.
c. Evaluasi atas saluran komunikasi di dalam perusahaan khususnya komunikasi dengan manajemen puncak dan dengan komite audit, saluran ini harus ditetapkan dengan jelas sehingga pelaporan akan tetap aktual dan objektif.
d. Pengujian dan evaluasi atas kebijaksanaan perusahaan. [14]
Berdasarkan uraian pada kedua sasaran tersebut dapat disimpulkan bahwa:1. Tekanan pengawasan akuntansi adalah menentukan keandalan dari sistem pengawasan intern
yang dapat mencegah/menemukan keandalan adanya kekeliruan dan penyelewengan yang material dalam pelaksanaan akuntansi.
2. Tekanan pengawasan administrasi adalah tujuan yang meliputi tanggung jawab, untuk menentukan apakah ada ketaatan terhadap kebijaksanaan perusahaan dan mencatat serta melaporkan adanya penyimpangan terhadap pelaksanaan suatu kebijaksanaan. Baik fungsi akuntansi maupun fungsi administrasi yang mencakup dalam internal auditor harus dilaksanakan secara sinkron dalam meningkatkan efektivitas sistem internal control perusahaan,
dan fungsi internal auditor sebagai staf manajemen harus mampu memeriksa, baik aspek keuangan maupun administrasi.Ditinjau dari kemampuan internal auditor, maka manajemen mempunyai wewenang dalam menetapkan personil yang akan melaksanakan tugas internal auditor. Penetapan tersebut hendaknya dilakukan secara selektif memenuhi syarat sebagaimana dikatakan Ruchyat Kosasih, bahwa syarat yang harus dipenuhi seorang internal auditor adalah sebagai berikut:
a. Staf pemeriksa intern harus diangkat atas dasar kecakapan dan kemampuan serta ada kemungkinan untuk maju ke posisi yang lebih tinggi.
b. Setiap pemeriksa intern harus kontinyu mendapat pendidikan dan latihan yang cukup dalam bidangnya serta memperbaiki (mengupgrade) dirinya sendiri (self improvement).
c. Semua pemeriksa intern harus mempertahankan sikap independen dalam semua pekerjaan dan data yang relevan. [15]