Fungsi Chemoreseptor Pada Udang
-
Upload
ria-cahya-lani -
Category
Documents
-
view
150 -
download
28
description
Transcript of Fungsi Chemoreseptor Pada Udang
FUNGSI CHEMORESEPTOR PADA LOBSTER (Cherax sp.)
Oleh :
Nama : Nurika CiptaningsihNIM : B1J010234Rombongan : IKelompok : 2Asisten : Andri Prajaka Santo
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2012
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Organisme hidup, hewan harus memiliki kemampuan menanggapi
rangsang. Rangsang merupakan informasi yang dapat diterima hewan dari
lingkungan di luar maupun di dalam tubuhnya. Rangsang yang berasal dari luar
lingkungan tubuh hewan dapat berupa salinitas, suhu udara, kelembapan dan
cahaya sedangkan rangsang dari lingkungan di dalam tubuh antara lain suhu
tubuh, kadar gula darah dan kadar kalsium dalam darah. Hewan harus memilki
alat untuk menerima rangsang dan menghasilkan tanggapan terhadap rangsang
yang dating. Reseptor adalah alat penerima rangsang pada hewan, sedangkan
alat penghasil tanggapan dinamakan efektor.
Reseptor pada hewan harus dapat berfungsi untuk menerima berbagai
jenis informasi. Reseptor bekerja secara khusus, artinya reseptor tertentu hanya
akan menerima rangsang jenis tertentu. Reseptor berdasarkan stimulus dapat
dibedakan menjadi enam, yaitu kemoreseptor, termoreseptor, mekanoreseptor,
fotoreseptor, magnetoreseptor, dan elektroreseptor. Masing-masing reseptor
tersebut peka terhadap rangsang kimia, suhu, mekanik, cahaya, medan agnet
dan medan listrik.
Crustacea merupakan hewan yang hidup di perairan baik di perairan
tawar maupun perairan laut. Chemoreceptor merupakan alat indra untuk
mendeteksi zat kimia, terdapat pada kedua pasang antena dan apendik mulut .
Esthetasc berbentuk bulu-bulu indra yang panjang dan lembut merupakan
chemoreseptor yang umum terdapat kebanyakan crustacea. kemampuan untuk
mendeteksi dan mengetahui lokasi sumber makanan dengan rangsangan kimia
dari jarak jauh, merupakan proses yang penting untuk kehidupan bentik seperti
udang dan lobster. Antennula dibutuhkan untuk mencari lokasi atau tempat
sumber makanan.
Chemoreseptor pada udang air tawar (Macrobachium sp.) dan lobster
(Cherax sp.) yang memiliki organ–organ reseptor yang terdapat pada tubuh
udang itu sendiri. Seperti yang telah dijelaskan bahwa udang dan lobster dapat
makan dengan mengetahui adanya makanan dengan melalui suatu organ yang
disebut dengan antenulla. Udang dan lobster mempunyai 3 organ
chemoreseptor utama, yaitu antennula bagian medial, antennula bagian lateral,
dan segmen dactylus probandial dari kaki jalan yang secara fisiologis hampir
sama. Organ tersebut dapat berfungsi untuk membau dan merasai. Dua pasang
kaki jalan pertama dan reseptor bagian antennula lateral tidak dilengkapi bulu
aesthetase yang mempunyai fungsi dalam orientasi secara kimia.
I.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui fungsi-fungsi
chemoreseptor pada lobster (Cherax sp.).
II. MATERI DAN METODE
2.1 Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquarium, gunting,
stopwatch, senter, alat tulis dan wadah platik. Bahan yang digunakan adalah
lobster (Cherax sp.), air dan pakan berupa pellet.
2.2 Metode
1. Lobster disiapkan di dalam wadah plastik
2. Lobster diberi perlakuan (kontrol, ablasi mata, ablasi antennula, ablasi
total).
3. Gerakan lobster diamati selama 20 menit (10’ pertama dan 10’ kedua).
4. Waktunya dicatat
5. Hasil yang di dapat dimasukkan ke dalam tabel.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan perlakuan terhadap lobster 10 menit pertama
Perlakuan Flicking Withdraw Wipping Rotation Mendekati
pakan
Normal 1.08 1.00 1.32
1.16 1.45
1.32 1.53
2.04
2.22
2.26
2.36
2.54
3.19
4.23
5.06
5.50
6.11
6.31
6.54
7.17
8.18
8.30
9.30
Ablasi mata 1.40 5.41 7.27
2.24 7.38 8.35
2.38 9.08 8.46
2.49 9.42
4.52
4.58
5.18
6.16
8.21
Ablasi
antennula
9.23
Ablasi total
Tabel 2. hasil pengamatan perlakuan terhadap lobster 10 menit kedua
Perlakuan Flicking Withdraw Wipping Rotation Mendekati
pakan
Normal 1.01 2.36 00.32 9.12
3.10 6.20 00.38
3.22 6.39 7.25
3.44 7.04 8.45
4.01
4.05
5.32
5.41
5.55
6.42
6.48
7.36
7.47
8.30
9.36
9.45
Ablasi mata 00.49 4.46 7.33 6.27
2.08 9.22 6.38
2.50 6.49
7.27
8.18
8.56
Ablasi
antennula
4.13
7.08
7.16
8.48
Ablasi total
3.2 Pembahasan
Hasil percobaan yang dilakukan pada lobster normal melakukan 18 kali
flicking, 1 kali wipping dan 3 kali mendekati pakan dalam 10 menit pertama,
sedangkan pada 10 menit kedua lobster normal melakukan aktifitas 16 kali
flicking, 4 kali withdraw, 4 kali wipping dan 1 kali mendekati pakan. Ablasi mata
pada lobster melakukan 9 kali flicking, 3 kali wipping dan 4 kali mendekati pakan
dalam 10 menit pertama, sedangkan pada 10 menit kedua lobster dengan ablasi
mata melakukan aktifitas 3 kali flicking, 1 kali withdraw, 2 kali wipping dan 6 kali
mendekati pakan.
Lobster yang responsif terhadap pakan adalah lobster normal dan dengan
perlakuan ablasi mata. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Storer (1975),
yang menyatakan bahwa antennula pada lobster(Cherax sp.) merupakan struktur
sensor yang dapat bergerak untuk mencari perlindungan, makan, dan mencari
pasangan serta menghindari predator. lobster yang tidak diberi perlakuan ablasi
antennula akan berespon terhadap pakan, karena fungsi dari antennula tersebut
akan hilang jika dilakukan ablasi atau pemotongan salah satu organ tertentu.
Fungsi dari antennula yaitu menangkap stimulus kimia berupa pheromon dari
hewan lawan jenis (Roger, 1978), juga untuk mengetahui posisi tubuh (Ache,
1975).
Perlakuan ablasi antennula lobster pada 10 menit pertama terjadi 1kali
mendekati pakan. 10 menit kedua aktifitasnya yaitu 4 kali mendekati pakan.
Lobster yang diberi perlakuan ablasi antennule masih dapat mendekati pakan,
hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Hazlet (1971), menyatakan bahwa
antenulla pada crustaceae berperan menentukan adanya pakan atau penting
dalam merespon kehadiran pakan yang memiliki aroma khas. Udang yang telah
diablasi antenulla tidak akan mendekati pakan. Kesalahan tersebut disebabkan
karena kesalahan pada pengamatan atau ada kesalahan dalam pemotongan
antenula, sehingga data yang didapatkan tidak valid. Antenula sering kali tertukar
dengan antenna yang lebih panjang.
Ablasi total pada lobster tidak terjadi aktivitas baik pada 10 menit pertama
dan 10 menit kedua. Perlakuan dengan ablasi total menyebabkan udang menjadi
stress, karena kondisi udang yang kehilangan mata dan antennula sebagai organ
penting. Hal ini sesuai dengan referensi yang dikemukakan oleh (Radiopoetro,
1977), bahwa perlakuan ablasi total dan antennula, tidak terjadi gerakan karena
organ yang berfungsi sebagai reseptor telah hilang.
Gerakan antennula yang berfungsi sebagai chemosereptor pakan menurut
Pearson (1979) adalah:
1. Wipping, yaitu gerakan pembersihan antenula dan berfungsi untuk
membersihkan mulut.
2. Flicking, yaitu gerakan pelucutan antenula ke arah depan dan berfungsi untuk
menerima sinyal kimia dari pakan, sehingga diketahui jarak pakan dari udang.
3. Withdraw, yaitu gerakan pelucutan antenula ke arah belakang. Gerakan ini
terjadi apabila terdapat pakan di belakang tubuh udang, berfungsi juga untuk
mempertahankan diri, menghindari zat-zat atau senyawa kimia yang
berbahaya.
4. Rotation digunakan agar udang-udang lain tidak mendekati sumber pakan
yang diperolehnya, yaitu dengan mengacak ion-ion kimia yang berasal dari
pakan tersebut agar menyebar hingga sulit terdeteksi oleh udang lain. Rotasi
antenula berupa pergerakan dari berbagai proksimal ke bagian medial.
Mekanisme stimulus (berupa pakan) sampai pada organ chemoreceptor,
yaitu makanan yang diberikan ke dalam akuarium akan berdifusi ke dalam air
dalam bentuk ion-ion, kemudian ion-ion tersebut akan diterima oleh alat
chemoreceptor pada antenula yang didalamnya terdapat rambut-rambut sensori
sebagai reseptor. Implus yang berupa aroma pakan diporses oleh otak dan
menjadi respon serta diteruskan ke organ efektor melalui neuron efferent. Organ
efektor kemudian melakukan gerakan sesuai informasi otak (Villee et al., 1988).
Chemoreseptor menurut Shabani (2007), berfungsi untuk mendeteksi
dan mengetahui adanya makanan, dan tempat hidupnya, mengenal satu sama
lain dengan menunjukkan tingkah laku masak kelamin (mating), dan mendeteksi
adanya musuh. lobster akan memijah di dasar perairan laut yang berpasir
dan berbatu. Telur yang dibuahi akan menetas menjadi larva yang
kemudian bersifat planktonis, melayang-layang dalam air. Larva yang
disebut phylosoma ini memerlukan waktu sekitar 7 bulan untuk menjadi
lobster kecil/muda (saputra, 2009).
Organ–organ chemoreseptor pada crustacea terdapat pada tubuh itu
sendiri. Udang dan lobster mempunyai 3 organ chemoreseptor utama, yaitu
antennula bagian medial, antennula bagian lateral, dan segmen dactylus
probandial dari kaki jalan yang secara fisiologis hampir sama. Organ tersebut
dapat berfungsi untuk membau dan merasai. Dua pasang kaki jalan pertama dan
reseptor bagian antennula lateral tidak dilengkapi bulu aesthetase yang
mempunyai fungsi dalam orientasi secara kimia (Schmidt and Nelson, 1990),
sedangkan organ chemoreseptor insecta terdapat pada bagian mulut, antenna
dan kaki. Umumnya reseptor ini berupa rambut atau duri sensoris yang kaku,
ukuran panjang dapat mencapai beberapa millimeter dan ujungnya terbuka ke
lingkungan luar. Rambut sensoris insekta memiliki susunan yang khas dengan
lima buah neuron pada bagian dasar, yang berfungsi sebagai chemoreseptor,
yakni 1 reseptor untuk gula, 1 untuk air dan 1 atau 2 reseptor untuk garam dan
senyawa lainnya. Antena insekta sering ditemukan adanya sel pembau, tetapi
tidak selalu. Insekta juga mempunyai chemoreseptor pada permukaan tubuhnya,
yang dapat memberikan informasi mengenai arah angin, orientasi tubuh saat
berada dalam ruangan, serta kecepatan gerakan dan suara (Isnaeni, 2006).
IV.KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Antennula pada udang air tawar berfungsi sebagai organ chemoreseptor
untuk mendeteksi pakan.
2. Chemoreseptor berfungsi untuk mendeteksi dan mengetahui adanya
makanan, dan tempat hidupnya, mengenal satu sama lain dengan
menunjukkan tingkah laku masak kelamin (mating), dan mendeteksi adanya
musuh.
4.2 SARAN
Praktikum kali ini membutuhkan kecermatan dalam mengamati gerakan
antennula lobster sehingga didapatkan data yang valid.
DAFTAR REFERENSI
Ache, B.W. 1975. Antenular Mediated Host Location by Symbiotic Crustaceans Mar Behaviour Physiology. The Mac Millan Company, New York.
Hazlet, B.A. 1971. Antenulla Chemorensitivity Marine Decapod Crustacea. Morphophisiology, USA.
Isnaeni, wiwi. 2006. Fisiologi hewan. Yogyakarta. Kanisius press.
Pearson, W.H. 1979. The Sords for Depoetion and Behaviour in The Wungenes Crabs Marine Researsh Laboratory. Squim, USA.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Roger, W. 1978. Physiology of Animal. Prentice-Hall Inc, New Jersey.
Saputra, Suradi Wijaya. 2009. Status Pemanfaatan Lobster (Panulirus Sp) Di Perairan Kebumen. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 4, No. 2, 2009 : 10 – 15.
Shabani, Shkelzen, Seymanur Yaldiz , Luan Vu , dan Charles D. Derby. 2007. Acidity enhances the eVectiveness of active chemical defensive secretions of sea hares, Aplysia californica, against spiny lobsters, Panulirus interruptus. J Comp Physiol A (2007) 193:1195–1204.
Schmidt, W and Nelson, B. 1990. Animal Physiology. Harper Collins Publisher, New York.
Storer, T.I. 1975. General Zoology. Mc Graw Hill Book Company, New York.
Ville, C.A, W.F. Walter and R.D. Barnes. 1988. General Zoology. WB. Saunders Company, Inc. London.