full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG...

113
NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 1 1.1. Latar Belakang Peningkatan pembangunan sebagai akibat dari peningkatan realisasi investasi di Kabupaten Gresik, perlu diimbangi dengan upaya pengaturan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan. Pengaturan dan pengendalian dilakukan dengan tujuan agar terjadi kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan terkendalinya pelaksanaan pembangunan sesuai dengan fungsi sehingga perencanaan tata ruang bisa berlangsung optimal. Selain itu, pengaturan dan pengendalian bertujuan untuk mewujudkan bangunan yang fungsional, andal, seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya. Untuk mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan, menjamin keandalan teknis bangunan serta terwujudnya kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan, maka setiap pendirian bangunan harus berdasarkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik selama ini sudah memiliki dasar hukum dalam pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 22 tahun 2000 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Dengan telah diberlakukannya Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu dan berlakunya dasar-dasar hukum baru dalam penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) serta untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dunia usaha akan pelayanan publik yang prima, maka dipandang perlu untuk menyusun Peraturan Daerah Baru mengenai Izin 1 PENDAHULUAN

Transcript of full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG...

Page 1: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 1

1.1. Latar Belakang

Peningkatan pembangunan sebagai akibat dari peningkatan

realisasi investasi di Kabupaten Gresik, perlu diimbangi dengan upaya

pengaturan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan. Pengaturan

dan pengendalian dilakukan dengan tujuan agar terjadi kesesuaian dengan

Rencana Tata Ruang Wilayah dan terkendalinya pelaksanaan

pembangunan sesuai dengan fungsi sehingga perencanaan tata ruang bisa

berlangsung optimal. Selain itu, pengaturan dan pengendalian bertujuan

untuk mewujudkan bangunan yang fungsional, andal, seimbang, serasi dan

selaras dengan lingkungannya.

Untuk mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan, menjamin

keandalan teknis bangunan serta terwujudnya kepastian hukum dalam

penyelenggaraan bangunan, maka setiap pendirian bangunan harus

berdasarkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Pemerintah Daerah Kabupaten

Gresik selama ini sudah memiliki dasar hukum dalam pelaksanaan Izin

Mendirikan Bangunan yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 22

tahun 2000 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan. Dengan telah

diberlakukannya Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Retribusi

Perizinan Tertentu dan berlakunya dasar-dasar hukum baru dalam

penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) serta untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dunia usaha akan pelayanan publik yang prima, maka

dipandang perlu untuk menyusun Peraturan Daerah Baru mengenai Izin

1111

PENDAHULUAN

Page 2: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 2

Mendirikan Bangunan di Kabupaten Gresik. Peraturan Daerah yang baru ini

diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan pemberian izin untuk

melakukan pengaturan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan.

Berdasarkan hal tersebut, kegiatan kajian kebijakan penanaman

modal pada Tahun 2015 ini ditujukan untuk Rancangan Peraturan Daerah

tentang Izin Mendirikan Bangunan melalui pembuatan Naskah Akademik

sebagai dasar dalam perumusan Rancangan Peraturan Daerah.

1.2. Identifikasi Masalah

Naskah akademik ini akan menganalisis 4 (empat) permasalahan

yang terkait dengan penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di

Kabupaten Gresik. Empat permasalahan tersebut antara lain:

1. Permasalahan apa yang dihadapi dalam perizinan bangunan di

Kabupaten Gresik serta bagaimana permasalahan tersebut dapat

diatasi?

2. Mengapa perlu Rancangan Peraturan Daerah sebagai dasar

pemecahan masalah tersebut, yang berarti membenarkan pelibatan

negara dalam penyelesaian masalah tersebut?

3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,

yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tersebut?

4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,

jangkauan, dan arah pengaturan?

1.3. Tujuan dan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

Sesuai ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas,

tujuan penyusunan Naskah Akademik ini adalah:

1. Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam perizinan bangunan di

Kabupaten Gresik serta bagaimana mengatasi permasalahan tersebut.

2. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan

pembentukan Rancangan Peraturan Daerah sebagai dasar hukum

penyelesaian atau solusi permasalahan perizinan bangunan di

Kabupaten Gresik.

Page 3: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 3

3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis

pembentukan Rancangan Peraturan Daerah.

4. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,

jangkauan dan arah pengaturan dalam Rancangan Peraturan Daerah.

Sementara itu, kegunaan penyusunan Naskah Akademik ini adalah

sebagai acuan atau referensi penyusunan dan pembahasan Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Gresik tentang Izin Mendirikan Bangunan.

1.4. Metode

Terkait dengan metode penyusunan Naskah Akademik ini adalah

metode penelitian hukum yang digunakan untuk menjawab permasalahan

hukum yang telah dirumuskan. Metode tersebut terkait dengan aspek jenis

penelitian, pendekatan penelitian, jenis data, dan teknik pengumpulan

data.

1. Jenis Penelitian

Penelitian dalam rangka penyusunan Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Pemberian IMB ini dilakukan berdasarkan metode

penelitian sosio legal. Metode penelitian sosio legal adalah metode

penelitian yang bukan hanya mengkaji aspek hukum dengan

pendekatan doktrinal tetapi juga dengan pendekatan nondoktrinal.

Oleh karena itu penyusunan Naskah Akademik ini menggunakan data

primer dan data sekunder berupa bahan hukum.

2. Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini mencakup data primer dan

data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah kondisi empiris

perizinan bangunan gedung di Kabupaten Gresik. Kondisi empiris

tersebut terkait dengan kondisi bangunan gedung maupun prosedur

perizinan secara empiris. Data sekunder dalam penelitian ini mencakup

literatur atau kajian maupun bahan hukum yang terkait dengan proses

perizinan bangunan gedung (IMB) di Kabupaten Gresik.

Page 4: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 4

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif.

Berdasarkan pendekatan ini, data yang diperoleh akan dideskripsikan

secara kualitatif. Oleh karena data yang diperoleh dan dipaparkan

bersifat kualitatif, maka pemaparan data akan menekankan pada

interpretasi terhadap data yang telah diperoleh. Interpretasi tersebut

terkait makna dari data yang diperoleh untuk menjawab identifikasi

permasalahan yang telah dirumuskan. Terkait dengan bahan hukum

sebagai data sekunder akan dianalisis dengan pendekatan perundang-

undangan, pendekatan konseptual, dan pendekatan perbandingan.

Penggunaan pendekatan perbandingan dalam penyusunan naskah

akademik ini digunakan untuk memetakan best practices

penyelenggaraan IMB pada daerah-daerah dengan karakteristik yang

sejenis dengan Kabupaten Gresik.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada Naskah Akademik ini dilakukan dengan

memperhatikan jenis data yang akan dikumpulkan. Data primer pada

penelitian ini diperoleh melalui observasi, dokumentasi, maupun

wawancara bebas terpimpin. Wawancara bebas terpimpin dilakukan

dengan mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan

sebagai pedoman. Namun tidak menutup kemungkinan adanya variasi

pertanyaan sesuai dengan situasi ketika wawancara berlangsung.

Wawancara dilakukan terhadap informan, dalam hal ini pihak yang

berwenang maupun masyarakat yang terkait dengan proses perizinan

bangunan gedung (IMB) di Kabupaten Gresik. Oleh karena pendekatan

dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, maka jumlah informan

dalam pengumpulan data primer tidak menjadi patokan kualitas data.

Penekanan pengumpulan data melalui informan adalah pemaknaan

terhadap realitas yang terkait dengan permasalahan dalam proses

perizinan bangunan gedung di Kabupaten Gresik.

Page 5: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 5

2.1. Kajian Teoretis

2.1.1. Konsep Negara Hukum

Istilah negara hukum seringkali dipertukarkan dengan istilah rule of

law ataupun rechtsstaat. Pemakaian kedua istilah tersebut secara

bergantian untuk menggantikan istilah negara hukum terkesan

mengaburkan dua konsep yang berasal dari latar belakang berbeda. Rule

of law berangkat dari tradisi common law atau Anglo Saxon sedangkan

rechtsstaat merupakan konsep dari tradisi civil law atau Eropa Kontinental.

Berdasarkan latar belakang dan dari sistem hukum yang

melatarbelakanginya tentu saja akan memunculkan perbedaan. Namun

dalam perkembangannya perbedaan tersebut tidak dipermasalahkan lagi

karena kedua konsep tersebut mengarah pada pengakuan dan

perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia.1

Istilah rechtsstaat mulai populer di Eropa sejak abad XIX meskipun

pemikiran itu sudah muncul sebelum abad tersebut. Istilah rule of law mulai

populer dengan terbitnya sebuah buku dari Albert Venn Dicey tahun 1885

dengan judul “Introduction to the Study of the Law of the Constitution”.

Namun satu abad sebelum A.V.Dicey sebenarnya di Amerika Serikat telah

muncul istilah yang memiliki makna yang serupa dengan rule of law yaitu:

“government of laws, not of men”. Intinya adalah negara akan menjauhkan

1 Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia: Sebuah Studi

tentang Prinsip-prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan

Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi, Surabaya: Peradaban, 2007, hlm. 67.

KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

2222

Page 6: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 6

diri dari pemerintahan absolut (tanpa pembatasan kekuasaan). Istilah “a

government of laws and not of men” pertama kali dikenalkan John Adams di

tahun 1774 dalam artikelnya di Boston Gazette. Prinsip ini juga yang dipakai

hakim John Marshall dalam mengadili perkara Marbury v Madison yang

akhirnya melahirkan konsep judicial review.2

Konsep rule of law yang dipopulerkan oleh A.V.Dicey terdiri dari tiga

aspek. Pertama, supremasi absolut atau superioritas dari regular law untuk

menentang pengaruh dan meniadakan kesewenang-wenangan, hak

prerogatif, serta kekuasaan diskresi yang luas dari pemerintah. Kedua,

persamaan di hadapan hukum atau penundukan secara sama dari semua

golongan kepada hukum umum dari negara yang dilaksanakan oleh

peradilan umum. Artinya, tidak ada orang yang berada di atas hukum

sehingga baik pejabat maupun warga negara biasa wajib mentaati hukum

yang sama. Implikasinya adalah tidak adanya peradilan administrasi. Ketiga,

konstitusi adalah hasil dari the ordinary law of the land. Hukum konstitusi

bukanlah sumber tetapi merupakan konsekuensi dari hak-hak individu yang

dirumuskan dan ditegaskan oleh peradilan. Dengan demikian konstitusi

dalam rule of law adalah konstitusi yang berdasarkan pada hak-hak asasi

manusia.3

Konsep rule of law yang dipopulerkan oleh A.V.Dicey kemudian

berkembang lebih jauh. International Commission of Jurists di tahun 1959

(deklarasinya dikenal sebagai Deklarasi Delhi) merumuskan ciri-ciri yang

seharusnya ada dalam rule of law. Ciri-ciri tersebut yaitu:4

a. keberadaan pemerintahan yang representatif;

2 Brian Z. Tamanaha, “Rule of Law in The United States”, dalam Asian Discourses of Rule

of Law, ed.Randall Peerenboom, London: RoutledgeCurzon, 2004, hlm. 58. 3 A.V.Dicey, Introduction to the Study of the Law of the Constitution, Pengantar Studi

Hukum Konstitusi, diterjemahkan oleh Nurhadi, Bandung: Nusamedia, 2007, hlm. 264. Lihat

juga Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia: Sebuah Studi tentang

Prinsip-prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum

dan Pembentukan Peradilan Administrasi, Op.cit, hlm. 75. 4 Alex Carroll, Constitutional and Administrative Law, Harlow: Pearson Education Limited,

2007, hlm. 46.

Page 7: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 7

b. penghargaan terhadap hak asasi manusia yang terdapat dalam

Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia Tahun 1948 dan Konvensi

Eropa tentang Hak Asasi Manusia di Tahun 1950;

c. tiadanya hukum pidana yang berlaku surut;

d. adanya hak untuk mengajukan gugatan terhadap negara;

e. adanya hak atas pengadilan yang adil termasuk di antaranya adalah

pemberlakuan praduga tak bersalah, bantuan hukum, dan hak atas

upaya hukum banding;

f. peradilan yang mandiri;

g. adanya pengawasan atas peraturan perundang-undangan yang

berfungsi sebagai pelaksana undang-undang.

A.W. Bradley dan K.D. Ewing mengemukakan tiga aspek rule of law

yang menjadikan rule of law lebih layak dipilih ketimbang negara

berdasarkan kekuasaan belaka. Pertama, rule of law mewujudkan tatanan

ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat (law and order) dan bukannya

kondisi anarki yang memunculkan tiadanya rasa aman bagi individu.

Stabilitas, menurut Bradley dan Ewing, adalah prakondisi bagi eksistensi

sistem hukum. Kedua, rule of law berdasarkan pada prinsip fundamental

yang penting, yaitu bahwa pemerintahan dijalankan dengan mengacu

pada hukum dan setiap kasus yang terjadi diselesaikan melalui putusan

pengadilan. Ketiga, rule of law mengacu pada pengumpulan pendapat,

baik tentang bagaimana wewenang yang seharusnya dimiliki oleh

pemerintah dan bagaimana seharusnya wewenang tersebut dijalankan.5

Seperti halnya rule of law, konsep rechtsstaat juga mengalami

perkembangan dari konsep klasik hingga ke konsep modern. Konsep klasik

diistilahkan sebagai klassiek liberale en democratische rechtsstaat atau

democratische rechtsstaat. Sedangkan konsep modern, khususnya di

Belanda, biasa disebut sociale rechtsstaat atau juga disebut sociale

democratische rechtsstaat.

5 A.W.Bradley dan K.D.Ewing, Constitutional and Administrative Law, Harlow: Pearson

Education Limited, 2007, hlm. 99.

Page 8: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 8

Prinsip-prinsip dasar dari rechtsstaat yang bersifat liberal dan

demokratis, menurut Van Der Pot sebagaimana dikutip Hadjon, meliputi tiga

aspek. Pertama, adanya undang-undang dasar atau konstitusi yang

memuat ketentuan tertulis tentang hubungan antara penguasa dan rakyat.

Kedua, adanya pembagian kekuasaan negara, yang meliputi: kekuasaan

pembuatan undang-undang yang ada pada parlemen, kekuasaan

kehakiman yang bebas dan tidak hanya menangani sengketa antara

individu rakyat tetapi juga antara penguasa dan rakyat dan pemerintah

yang mendasarkan tindakannya atas undang-undang (wetmatig bestuur).

Ketiga, diakui dan dilindunginya hak-hak kebebasan rakyat (vrijheidsrechten

van de burger). Ciri-ciri tersebut menunjukkan prinsip sentral rechtsstaat

adalah pada pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia serta

kebebasan dan persamaan.6

Konsep sociale rechtsstaat merupakan varian dari liberale rechsstaat

yang memunculkan interpretasi baru terhadap hak-hak klasik dengan

memunculkan konsep hak-hak sosial, konsepsi baru tentang kekuasan politik

dalam hubungannya dengan kekuasaan ekonomi, konsepsi baru tentang

makna kepentingan umum, dan karakter baru dari wet dan wetgeving.

Interpretasi terhadap hak-hak klasik tentang kebebasan dan persamaan

memunculkan pandangan bahwa kebebasan dan persamaan bukan

hanya bersifat formal yuridis saja tetapi secara riil dalam masyarakat. Oleh

karena itu dibutuhkan pemenuhan hak-hak sosial, ekonomi, dan kultural.

Legitimasi kekuasaan politik dilihat dari sudut pandang kaitannya dengan

kekuasaan ekonomi. Kepentingan umum tidak diartikan sebagai

kepentingan negara atau kepentingan kaum borjuis tetapi kepentingan dari

demokratisasi nasional, yaitu setiap orang dapat menjadi bagian dari

cabang kekuasaan. Watak undang-undang dalam konsep liberal yang

restriktif dan sebagai instrumen stabilitasi mulai luntur karena fungsi

pembentukan undang-undang hanyalah sebagai landasan yuridis formal

6 Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia: Sebuah Studi

tentang Prinsip-prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan

Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi, Op.cit, hlm.71.

Page 9: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 9

bagi kebijakan pemerintah yang berorientasi sosial. Dengan demikian watak

ratio scripta atau aturan tertulis dalam undang-undang direduksi menjadi

instrumen hukum untuk mewujudkan kebijakan. Pergeseran-pergeseran

tersebut mengarahkan sociale rechsstaat pada tiga unsur pokok: hak-hak

dasar, peluang ekonomi, dan distribusi sosial.7

Pendapat yang serupa tentang konsep rechtsstaat juga

dikemukakan oleh Van Wijk dan Konijnbelt. Menurutnya rechtsstaat memiliki

unsur-unsur sebagai berikut:8

a. pemerintahan menurut hukum (wetmatig bestuur), yang meliputi

kewenangan yang dinyatakan dengan tegas, tentang perlakuan yang

sama, dan tentang kepastian hukum;

b. jaminan atas hak-hak asasi;

c. pembagian kekuasaan yang meliputi struktur kewenangan atau

desentralisasi dan tentang tentang pengawasan dan kontrol;

d. pengawasan oleh kekuasaan peradilan.

Keempat unsur tersebut serupa dengan unsur rechtsstaat menurut

Zippelius yang menyatakan bahwa rechtsstaat memiliki unsur pemerintahan

menurut hukum, jaminan hak asasi, pembagian kekuasaan, dan

pengawasan yudisial terhadap pemerintah.9

2.1.2. Konsep Wewenang

Wewenang merupakan konsep inti dalam hukum tata negara dan

hukum administrasi. Wewenang dalam hukum tata negara dideskripsikan

sebagai kekuasaan hukum (rechtsmacht). Jadi dalam konsep hukum publik

wewenang berkaitan dengan kekuasaan. Sedangkan wewenang, jika

mengacu pada pengertian authority dalam Black’s Law Dictionary, diartikan

sebagai: “the right or permission to act legally on another’s behalf; the power

7 Ibid, hlm.73. 8A.Hamid S.Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Negara: Suatu Studi Analisis mengenai Keputusan Presiden

yang Berfungsi Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I – Pelita IV, Disertasi, Fakultas

Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990, hlm.45. 9 Ibid.

Page 10: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 10

of one person to affect another’s legal relations by acts done in accordance

with the other’s manifestation of assent; the power delegated by a principal

to an agent.”10

Menurut Van Maarseveen, sebagaimana dikutip Philipus M. Hadjon,

wewenang terdiri atas tiga komponen, yaitu:11

a. pengaruh, menunjukkan bahwa wewenang ditujukan untuk

mengendalikan perilaku subjek hukum;

b. dasar hukum, yaitu wewenang harus memiliki dasar hukum;

c. konformitas, menunjukkan bahwa adanya standar wewenang.

Wewenang dapat diperoleh dengan tiga cara, yaitu:

a. atribusi

Atribusi menurut Van Wijk dan Konijnenbelt merupakan cara normal

dalam memperoleh wewenang pemerintahan. Atribusi dalam

memperoleh wewenang membuat keputusan (besluit) bersumber

langsung kepada undang-undang dalam arti materiil. Dengan

demikian yang dapat membentuk wewenang adalah organ yang

berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan.12

b. Delegasi

Tidak ada peraturan perundang-undangan di Indonesia yang

menjelaskan pengertian delegasi. Pengertian delegasi dapat mengacu

pada pengertian yang dirumuskan oleh Algemene Wet Bestuursrecht

(AWB) Artikel 10:13, yaitu: “Onder delegatie wordt verstaan: het

overdragen door een bestuursorgaan van zijn bevoegdheid tot het

nemen van besluiten aan een ander die deze onder eigen

verantwoordelijkheid uitoefent (terjemahan GALA: ‘Delegation’ means

10 Black Law’s Dictionary, Eds. Bryan A.Garnet et.al, St.Paul: West Publishing, 2009,

hlm.152. 11 Philipus M.Hadjon, Tentang Wewenang, Jurnal Yuridika Fakultas Hukum Universitas

Airlangga Nomor 5 dan 6 Tahun XII (September – Desember 1997), hlm.1. 12 Ibid, hlm.3.

Page 11: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 11

the transfer by an administrative authority of its power to make orders to

another one, who assumes responsibility for the exercise of this power)”

Dengan demikian konsep delegasi merupakan konsep pengalihan

wewenang dari satu badan tata usaha negara kepada badan tata

usaha negara lainnya. Tanggung jawab atas wewenang tersebut

menjadi tanggung jawab delegataris (yang menerima wewenang). Hal

tanggung jawab inilah yang nantinya membedakan konsep delegasi

dan mandat.

c. Mandat

Mandat merupakan suatu penugasan kepada bawahan. Penugasan

kepada bawahan misalnya untuk membuat keputusan atas nama

pejabat yang member mandat. Keputusan itu merupakan keputusan

pejabat yang memberi mandat.13 Pengertian yang serupa dapat dilihat

pada Artikel 10:1 AWB, bahwa mandat disebut sebagai: “…de

bevoegdheid om in naam van een bestuursorgaan besluiten te

nemen.” (…the power to make orders in the name of an administrative

authority). Dengan demikian tanggung jawab jabatan tetap pada

pemberi. Inilah yang membedakan antara mandat dan delegasi. Oleh

karena itu penerima mandat tidak dapat menjadi tergugat dalam

sengketa tata usaha negara.14 Selain itu pembeda antara mandat dan

delegasi adalah pemberi mandat dapat menggunakan lagi

wewenang atas mandat tersebut.

Setiap wewenang dibatasi oleh isi/materi wewenang, wilayah

wewenang, dan waktu. Jika wewenang yang dilaksanakan melampaui

batas-batas tersebut maka yang timbul adalah kondisi-kondisi berikut:15

a. onbevoegdheid ratione materiae atau ketidakwenangan karena

materi yaitu pemerintah oleh peraturan perundang-undangan

13 Ibid, hlm.12. 14 Lihat Pasal 1 Angka 12 UU PTUN. 15Philipus M.Hadjon, Fungsi Normatif Hukum Administrasi dalam Mewujudkan

Pemerintahan yang Bersih, Pidato Pengukuhan Guru Besar, Fakultas Hukum Universitas

Airlangga Surabaya, 10 Oktober 1994.

Page 12: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 12

tidak diberikan wewenang untuk melakukan tindakan yang

dilakukannya. Misalnya, seorang walikota tidak berwenang untuk

mencabut Peraturan Daerah karena Peraturan Daerah hanya

dapat dicabut oleh Peraturan Daerah yang dibuat bersama-sama

oleh walikota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

b. Onbevoegdheid ratione loci atau ketidakwenangan karena

pemerintah tidak berwenang untuk melakukan tindakan

pemerintahan di wilayah tersebut. Misalnya, Pemerintah Kota

Surabaya tidak berhak untuk membuat Peraturan Daerah yang

mengatur rencana tata ruang wilayah yang cakupan wilayahnya

termasuk wilayah Kabupaten Gresik.

c. Onbevoegdheid ratione temporis atau ketidakwenangan

pemerintah karena terlampauinya batas waktu. Misalnya, tindakan

pemerintah dilakukan dengan mengacu pada peraturan

perundang-undangan yang tidak berlaku lagi.

Wewenang memang memiliki batas, tetapi bisa terjadi suatu kondisi

tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan padahal tindakan

pemerintah diperlukan dalam kondisi tersebut. Hal ini bisa saja terjadi

karena tidak mungkin semua kondisi diatur dalam peraturan

perundang-undangan. Di sinilah pentingnya konsep diskresi atau freies

ermessen.16

Menurut Darumurti, diskresi dapat didefinisikan sebagai bentuk

wewenang pada badan atau pejabat pemerintah yang

memungkinkan mereka untuk melakukan pilihan-pilihan dalam

mengambil tindakan hukum dan/atau tindakan faktual dalam lingkup

tindakan pemerintah. Diskresi dimiliki oleh pemerintah karena

pemerintah harus aktif berperan mencampuri bidang kehidupan sosial

16 Diskresi (discretionary power) merupakan konsep hukum administrasi Inggris.

Sedangkan freies ermessen merupakan konsep hukum administrasi Jerman. Kedua istilah ini

biasa digunakan untuk menyebut kekuasaan bebas. Untuk selanjutnya akan digunakan

istilah diskresi sebagai istilah untuk kekuasaan bebas. Lihat Philipus M.Hadjon et.al, Hukum

Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011,

hlm.14.

Page 13: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 13

ekonomi masyarakat (public service) yang mengakibatkan pemerintah

tidak boleh menolak untuk mengambil keputusan ataupun bertindak

dengan dalih terjadi kekosongan pengaturan hukum. Pemerintah

diberikan kewenangan untuk campur tangan dalam lapangan

kehidupan masyarakat dan pemerintah dituntut untuk bertindak aktif di

tengah dinamika kehidupan masyarakat.17

Namun diskresi bukan berarti bebas tanpa batas sama sekali. Black’s

Law Dictionary menjelaskan discretion sebagai: “wise conduct and

management; cautious discernment; prudence” atau “individual

judgement; the power of free decision making”.18 Sedangkan

administrative discretion diartikan sebagai: “a public official’s or

agency’s power to exercise judgement in the discharge of its duties”.19

Pengertian diskresi menurut Black’s Law Dictionary ini menunjukkan

bahwa di balik kebebasan untuk membuat keputusan terdapat juga

aspek kehati-hatian yang perlu diperhatikan. Kebebasan bertindak

yang ada dalam konsep diskresi tidak dapat dilakukan dengan benar-

benar bebas. Kebebasan bertindak dalam diskresi tidak pula

menunjukkan bahwa administrasi negara bebas dari Undang-Undang.

Menurut Kranenburg, sebagaimana dikutip Hadjon, kebebasan yang

dimaksud dalam diskresi adalah kebebasan karena tidak ada

pengaturan. Diskresi perlu dilakukan karena Undang-Undang tidak

merinci apa yang terjadi secara konkret dan hal itulah yang harus dicari

sendiri oleh pemerintah. Oleh karena itu tetap ada keterikatan pada

peraturan perundang-undangan saat tindakan pemerintah dilakukan

atas dasar diskresi.20 Perlunya batasan-batasan dalam diskresi juga

dikemukakan oleh Ronald Dworkin yang menganalogikan diskresi

sebagai lubang roti donat yang dikelilingi oleh pembatasnya berupa

17 Krishna D. Darumurti, Kekuasaan Diskresi Pemerintah, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

2012, hlm.57 – 58. 18 Black’s Law Dictionary, Op.cit, hlm.534. 19 Ibid. 20 Philipus M.Hadjon, Pengertian Dasar tentang Tindak Pemerintahan, Surabaya: Djumali,

1985, hlm.45.

Page 14: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 14

roti itu sendiri. Secara paradoksal, diskresi tidak akan eksis jika tidak

terdapat batasan-batasan yang mengelilinginya.21

Tidak absolutnya kebebasan bertindak juga diutarakan Matthew

Groves, sebagaimana dikutip Enrico Simanjuntak, yang mendefinisikan

diskresi sebagai: “…choice-namely, that an official who is granted

power to act or decide is also granted the freedom to choose from a

range of possible outcomes which an exercise of that power might

allow. But administrative law has long decreed that this freedom is not

absolute. Even the most discretionary powers are not taken to be

arbitrary power.”22

Konsep diskresi yang penting bagi kajian ini adalah bahwa ketika

diskresi digunakan dalam pemerintahan maka berlaku perlindungan

hukum kepada badan/pejabat yang bersangkutan. Perlindungan

hukum bagi badan/pejabat yang melakukan diskresi adalah jaminan

imunitas dari tindakan judicial review oleh hakim. Hal ini terkenal

dengan adagium “kebijakan tidak dapat diadili”. Dalam hukum tata

negara atau hukum administrasi Amerika Serikat, isu pengujian terhadap

kebijakan termasuk dalam kategori political question atau nonjusticiable

issue yaitu pengadilan akan menahan diri untuk tidak melakukan

intervensi (self-restraint) atas kekuasaan pemerintah yang sifatnya

sangat teknikal. Menurut Cass R. Sunstein, sebagaimana dikutip

Darumurti, dasar pertimbangan pengadilan untuk tidak melakukan

intervensi terhadap tindakan diskresi pemerintah adalah argumen

pragmatisme, yaitu judges lack expertise and they are not politically

accountable.23

21 Ronald Dworkin, Taking Rights Seriously, Cambridge: Harvard University Press, 1978,

hlm.31. 22 Enrico Simanjuntak, Peradilan Administrasi dan Problematika Peraturan Kebijakan,

Varia Peradilan Tahun XXVI Nomor 305 April 2011, hlm.33 23 Krishna D. Darumurti, Op.cit, hlm.36 – 37.

Page 15: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 15

2.1.3. Konsep Teoretis Perizinan

Kajian teoretis aspek perizinan bangunan terkait dengan aspek

hukum dalam perizinan. Persoalan perizinan akan menjadi menarik dilihat jika

dihubungkan dengan tatanan negara yang ada sekarang. Pelaksanaan

negara hukum yang demokratis tentu harus dipahami oleh semua aparatur

pemerintah dalam melaksanakan kewenangannya. Perizinan yang selama

ini dianggap sebagai otoritas mutlak pemerintah harusnya ditempatkan

dalam dimensi negara hukum yang demokratis. Oleh karena itu tentu

perizinan tidak dapat dipahami asal maunya aparatur pemerintah tetapi

harus memperhatikan hak-hak warga negara dalam kehidupan demokrasi.

Adanya perizinan bukanlah menimbulkan konflik sosial tetapi semestinya

mampu menciptakan harmonisasi kehidupan berbangsa dan bernegara.24

Pengendalian setiap kegiatan atau perilaku individu atau kolektivitas

yang sifatnya preventif adalah melalui izin yang memiliki kesamaan seperti

dispensasi dan konsesi.25 Perizinan sebagai salah satu instrumen dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah bisa diterapkan sebagai salah satu

kewenangan yang ditentukan pemerintah daerah yang implementasinya

tercermin dalam sikap tindak hukum kepala daerah, baik atas dasar

peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasannya, maupun

dalam kerangka menyikapi prinsip pemerintahan yang layak sebagai bentuk

tanggungjawab publik.26

Menurut Sjachran Basah, izin merupakan perbuatan hukum

administrasi negara bersegi satu yang menghasilkan peraturan dalam hal

concreto berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan yang berlaku.27 Izin juga dapat diartikan

sebagai persetujuan penguasa berdasarkan peraturan pemerintah untuk

24 Agus Ngadino, “Perizinan dalam Kerangka Negara Hukum Demokratis”, Makalah,

Universitas Sriwijaya, hlm. 4. 25 Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Surabaya: Pustaka Tinta

Mas, 1988, hlm. 129. 26 Juniarso Ridwan, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik,

Bandung: Nuansa, 2009, hlm. 99. 27 Ibid, hlm. 92.

Page 16: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 16

dalam keadaan tertentu menyimpang dari larangan dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan.28

Hukum perizinan adalah suatu bentuk keputusan pemerintah sebagai

norma penutup untuk menerapkan peraturan perundang-undangan dan

mewujudkan keadaan tertentu dalam negara hukum. Izin adalah instrumen

yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintahan

menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku

warga. Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-

undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu

menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan. Adapun

dalam dalam arti sempit menyatakan bahwa izin adalah pengikatan

aktivitas-aktivitas.29

2.2. Kajian terhadap Asas/Prinsip yang terkait dengan Penyusunan Norma

Asas berbeda dengan norma. Asas memiliki wilayah penerapan yang

lebih luas daripada norma. Dalam suatu sistem hukum, asas hukum

merupakan kaidah penilaian fundamental. Asas hukum memberikan suatu

nilai. Nilai tersebut kemudian menjadi bentuk yang lebih khusus dalam

sebuah norma hukum yang memberikan pedoman yang jelas bagi

perbuatan. Sebagai sebuah nilai, menurut Sudikno Mertokusumo, asas

hukum menjadi pikiran dasar yang umum sifatnya atau merupakan latar

belakang dari peraturan konkrit yang terdapat dalam dan di belakang

setiap sistem hukum.30

Asas hukum berisi nilai sehingga asas hanya memberikan pedoman

secara tidak langsung. Oleh karena itu asas hukum tidak selalu dipositifkan

dalam peraturan perundang-undangan sehingga sulit untuk mengkonstatasi

kapan asas hukum telah kehilangan keberlakuannya. Selain itu, asas hukum

tidak memiliki sifat ’semua atau tidak’ (alles of niets karakter). Artinya, dalam

kejadian yang sama dapat diterapkan berbagai asas hukum dan semua

28 S. Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983,

hlm. 94. 29 Agus Ngadino, Op.cit, hlm. 8. 30 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty, 2003, hlm. 34.

Page 17: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 17

asas tersebut memiliki peranan pada interpretasi peraturan perundang-

undangan yang akan diterapkan.31

Selain digunakan dalam hal interpretasi peraturan perundang-

undangan, asas juga digunakan dalam membentuk peraturan perundang-

undangan. Munculnya asas-asas pembentukan peraturan perundang-

undangan merupakan resultan dari sebuah sejarah yang panjang dalam

perkembangan hukum. Dulunya pembentukan peraturan perundang-

undangan dianggap sebuah seni. Namun dalam perkembangannya

pembentukan peraturan perundang-undangan dianggap tidak

membutuhkan bakat manusia tetapi teknik yang dapat dipelajari. Walaupun

merupakan sebuah teknik, tetapi pembentukannya tetaplah membutuhkan

nilai-nilai sebagai pedoman bagi perancangnya.

Keberadaan asas pembentukan peraturan perundang-undangan

juga tidak dapat dilepaskan dari fungsinya. Fungsi asas pembentukan

peraturan perundang-undangan antara lain:32

a. Memberikan pedoman dan bimbingan penuangan isi peraturan

perundang-undangan ke dalam bentuk dan susunan yang sesuai

sehingga tepat penggunaan metode pembentukannya serta sesuai

dengan proses dan prosedur pembentukan yang telah ditentukan.

b. Sebagai dasar pengujian dalam pembentukan peraturan perundang-

undangan maupun sebagai dasar pengujian terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

c. Mencegah peraturan perundang-undangan sekedar sebagai produk

politik oleh lembaga legislatif maupun eksekutif.

d. Menjamin agar peraturan perundang-undangan tersebut diterimadan

dipahami dengan baik oleh mayoritas khalayak yang dituju.

31 J.J.H. Bruggink, Rechts-Reflecties: Grondbegrippen uit de rechtstheorie, Refleksi

tentang Hukum, diterjemahkan Arief Sidharta, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, hlm. 127. 32 Bayu Dwi Anggono, Perkembangan Pembentukan Undang-Undang di Indonesia,

Jakarta: Konstitusi Press, 2014, hlm. 56-58.

Page 18: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 18

Beberapa ahli mengemukakan asas-asas yang menjadi pedoman

atau nilai dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik.

Selain para ahli, UU No. 12 Tahun 2011 telah mengatur asas-asas

pembentukan peraturan perundang-undangan.33 Tidak ada keseragaman

antara pendapat para ahli maupun dengan asas dalam UU No. 12 Tahun

2011. Namun jika diteliti dengan seksama, asas yang terdapat dalam UU No.

12 Tahun 2011 telah mengelaborasi berbagai pendapat yang dikemukakan

para ahli.

Menurut Van Der Vlies, terdapat 10 (sepuluh) asas pembentukan

peraturan perundang-undangan yang baik. Sepuluh asas tersebut antara

lain:34

a. Asas tujuan yang jelas

Asas ini menghendaki adanya suatu tujuan peraturan perundang-

undangan yang jelas, yang harus tampak pula dalam penjelasannya.

b. Asas organ yang tepat

Asas ini menghendaki agar suatu peraturan perundang-undangan

dikeluarkan oleh organ atau lembaga yang tepat, yaitu organ atau

lembaga yang berwenang untuk membentuk peraturan perundang-

undangan tersebut.

c. Asas kemendesakan

Asas ini menghendaki sebuah peraturan perundang-undangan

dibentuk atas dasar adanya kebutuhan.

d. Asas dapat dilaksanakan

Asas ini menghendaki sebuah peraturan perundang-undangan yang

dibentuk agar dapat ditegakkan dalam praktiknya.

33 Pengaturan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan dalam UU

No.12 Tahun 2011 tentunya bertentangan dengan pendapat yang telah dikemukakan

sebelumnya bahwa asas hukum tidak perlu dipositifkan dalam sebuah peraturan

perundang-undangan. 34 I.C.van der Vlies, Handboek Wetgeving, Buku Pegangan Perancang Peraturan

Perundang-undangan, diterjemahkan oleh Linus Doludjawa, Jakarta: Direktorat Jenderal

Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2005, hlm.

238-308.

Page 19: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 19

e. Asas konsensus

Asas ini menghendaki pihak-pihak yang berkepentingan berpartisipasi

dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan.

f. Asas peristilahan dan sistematika yang jelas

Asas ini menghendaki suatu perundang-undangan mudah dimengerti

oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pelaksanaan

peraturan perundang-undangan tesebut.

g. Asas kemudahan untuk diketahui

Asas ini menghendaki suatu peraturan perundang-undangan dapat

diketahui dengan mudah oleh masyarakat. Oleh karena itu pemerintah

seharusnya membuat ikhtisar umum peraturan perundang-undangan

yang masih berlaku.

h. Asas kesamaan hukum

Asas ini berkaitan dengan masalah apakah pembedaan perlakuan

yang diadakan oleh pembuat suatu peraturan perundang-undangan

dapat dibenarkan atau tidak.

i. Asas kepastian hukum

Asas ini menghendaki harapan-harapan atau ekspektasi yang wajar

dihormati oleh pembuat peraturan perundang-undangan. Namun asas

ini tidak menutup kemungkinan sebuah peraturan perundang-

undangan diubah.

j. Asas penerapan hukum yang khusus

Asas ini menghendaki peraturan perundang-undangan memberikan

jaminan atau perlindungan terhadap keadaan-keadaan khusus yang

diakibatkan oleh penerapan peraturan perundang-undangan tersebut.

Selain Van Der Vlies, pendapat lain dikemukakan oleh A. Hamid S.

Attamimi. Attamimi membagi asas pembentukan peraturan perundang-

undangan menjadi dua jenis yaitu asas hukum formal dan asas hukum

material. Asas hukum formal meliputi asas tujuan yang jelas, asas perlunya

pengaturan, asas organ/lembaga yang tepat, asas materi muatan yang

Page 20: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 20

tepat, asas dapat dilasanakan, asas dapat dikenali. Asas hukum material

meliputi asas sesuai dengan norma fundamental negara, asas kesesuaian

dengan hukum negara, asas sesuai dengan prinsip-prinsip negara berdasar

atas hukum, asas sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan berdasarkan

konstitusi.35 Jika diperhatikan, sepuluh asas yang dikemukakan oleh Attamimi

hampir tidak berbeda dengan yang dikemukakan oleh Van Der Vlies.

Perbedaan antara kedua pendapat menyangkut asas yang berkaitan

dengan substansi peraturan perundang-undangan.

Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Lon Fuller, sebagaimana

dikutip oleh Imer B. Flores. Fuller mengistilahkan asas-asas dalam

pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut sebagai ’internal

morality of law’. Asas-asas yang tercakup dalam ’internal morality of law’

antara lain:36

a. Asas umum

Berdasarkan asas ini peraturan perundang-undangan harus bersifat

umum untuk kepentingan bersama.

b. Asas publisitas

Peraturan perundang-undangan harus diumumkan agar diketahui oleh

seluruh subjek hukum.

c. Asas non-retroaktif

Peraturan perundang-undangan tidak boleh diterapkan terhadap

kondisi lampau sebelum peraturan perundang-undangan tersebut

dibuat.

d. Asas kejelasan

Peraturan perundang-undangan harus jelas dan tepat untuk diikuti.

e. Asas non-kontradiksi

Peraturan perundang-undangan harus koheren dan tidak memiliki

kontradiksi atau inkonsistensi dengan peraturan perundang-undangan

lainnya.

35 Bayu Dwi Anggono, Op.cit, hlm. 55 36 Imer B. Flores, “Legisprudence: the Role and Rationality of Legislators – Vis a Vis

Judges – Towards the Realization of Justice”, Mexican Law Review Volume 1, Number 2,

January – June 2009, hlm. 107.

Page 21: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 21

f. Asas posibilitas

Peraturan perundang-undangan tidak boleh memerintahkan sesuatu

yang mustahil dan oleh karena itu seharusnya tidak diberikan sekedar

efek simbolis dalam peraturan perundang-undangan tersebut.

g. Asas keajegan

Peraturan perundang-undangan tidak boleh sering diubah atau

diberlakukan dalam waktu singkat. Oleh karena itu substansinya harus

ditujukan untuk pelaksanaan yang konstan atau ajeg.

h. Asas kesesuaian

Peraturan perundang-undangan harus diterapkan sesuai dengan tujuan

pembentukannya.

Selain asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan

yang dikemukakan para ahli, selanjutnya yang perlu dikemukakan adalah

asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan menurut UU No. 12

Tahun 2011. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, asas hukum

merupakan nilai yang menjadi panduan bagi sebuah peraturan perundang-

undangan. Oleh karena itu, pengaturan asas hukum dalam sebuah

peraturan perundang-undangan merupakan ketidaklaziman. Walaupun

asas-asas tersebut telah diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011, hal tersebut

tidak kemudian menutup kemungkinan pembentuk peraturan perundang-

undangan mengacu pada asas-asas lain di luar UU No. 12 Tahun 2011.

Jika mengacu pada UU No. 12 Tahun 2011, asas-asas tersebut dibagi

dalam dua jenis, yaitu asas pembentukan (Pasal 5) dan asas materi muatan

(Pasal 6). Asas pembentukan meliputi:

a. Asas kejelasan tujuan

Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus

mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai. Kejelasan tujuan

tersebut dapat dilihat pada konsideran ’Menimbang’ maupun pada

penjabarannya dalam Naskah Akademik.

Page 22: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 22

b. Asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat

Setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh

lembaga negara atau pejabat pembentuk peraturan perundang-

undangan yang berwenang. Peraturan perundang-undangan tersebut

dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga

negara atau pejabat yang tidak berwenang.

c. Asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan

Pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar

memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan

hierarki peraturan perundang-undangan.

d. Asas dapat dilaksanakan

Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus

memperhitungkan efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut

di dalam masyarakat baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis.

e. Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan

Setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-

benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

f. Asas kejelasan rumusan

Setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan

teknis penyusunan peraturan perundang-undangan, sistematika, pilihan

kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti

sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam

pelaksanaannya.

g. Asas keterbukaan

Pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari

perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau

penetapan, dan pengundangan bersifat transparan dan terbuka.

Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan

yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan.

Page 23: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 23

Asas materi muatan dalam UU No. 12 Tahun 2011 meliputi:

a. Asas pengayoman

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus berfungsi

memberikan perlindungan untuk menciptakan ketentraman

masyarakat.

b. Asas kemanusiaan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus

mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia

serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk

Indonesia secara proporsional.

c. Asas kebangsaan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus

mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk

dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Asas kekeluargaan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus

mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap

pengambilan keputusan.

e. Asas kenusantaraan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan senantiasa

memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi

muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerah

merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan

Pancasila dan UUD NRI 1945.

f. Asas bhinneka tunggal ika

Materi muatan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan

keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus

daerah serta budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara.

Page 24: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 24

g. Asas keadilan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus

mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.

h. Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh

memuat hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang,

antara lain agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.

i. Asas ketertiban dan kepastian hukum

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus dapat

mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian

hukum.

j. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan

Setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus

mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara

kepentingan individu, masyarakat, dan kepentingan bangsa dan

negara.

2.3. Kajian terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi yang ada, serta

Permasalahan yang dihadapi Masyarakat

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan, telah

diidentifikasi permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam praktik

penyelenggaraan perizinan bangunan di Kabupaten Gresik. Praktik

penyelenggaraan selama ini mengalami kesulitan di lapangan karena

adanya tumpang tindih peraturan perundang-undangan. Berikut ini adalah

beberapa praktik dan permasalahan yang telah diidentifikasi berdasarkan

data empiris.

1. Tersebarnya dasar hukum Perda yang terkait IMB di Kabupaten Gresik

Permasalahan pokok dalam perizinan bangunan di Kabupaten Gresik

adalah tersebarnya dasar hukum terkait perizinan bangunan antara

Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung serta Peraturan Daerah

yang mengatur IMB dalam beberapa Perda. Kabupaten Gresik telah

Page 25: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 25

memiliki Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2011 tentang Bangunan

Gedung (Perda No. 29 Tahun 2011). Perda No. 29 Tahun 2011 juga

mengatur dengan cukup spesifik perihal penerbitan IMB (Pasal 45 –

Pasal 60), tetapi sampai saat ini pada praktiknya penerbitan IMB masih

lebih banyak mengacu pada Permen PU No. 24/PRT/M/2007 dan belum

diatur secara khusus dalam peraturan perundang-undangan di tingkat

daerah.

Sebelumnya IMB diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gresik

Nomor 22 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan juncto

Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 23 Tahun 2004 tentang

Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 22 Tahun

2000 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (Perda Retribusi IMB).

Perda Retribusi IMB juga secara detil mengatur perihal penerbitan IMB

sehingga terjadi tumpang tindih pengaturan penerbitan IMB di

Kabupaten Gresik. Prosedur penerbitan IMB juga mengacu kepada

Permen PU No. 24/PRT/M/2007 dan Peraturan Bupati Nomor 27 Tahun

2006 tentang Prosedur Tetap Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan.

Tentu saja hal ini menimbulkan perizinan bangunan di Kabupaten Gresik

tidak didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang tersusun

secara sistematis, melainkan pada peraturan perundang-undangan

yang tersebar dan saling tumpang tindih. Hal ini berdampak pada

praktik penerbitan IMB, pimpinan SKPD yang terkait – dalam hal ini

Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Gresik – seringkali

harus membuat kebijakan secara kasuistis ketika muncul permasalahan.

2. Kekosongan hukum terkait SIPPT

Salah satu persyaratan dalam pengajuan permohonan IMB adalah Ijin

Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT).37 IPPT diatur dalam Peraturan

Daerah Kabupaten Gresik Nomor 7 Tahun 2005 tentang Retribusi Ijin

37 IPPT dalam Perda Kabupaten Gresik No. 7 Tahun 2005 didefinisikan sebagai

pemberian izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah atas penggunaan tanah kepada

Badan Usaha dan atau perseorangan yang akan menggunakan tanah di wilayah

Kabupaten Gresik.

Page 26: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 26

Peruntukan Penggunaan Tanah (Perda No. 7 Tahun 2005). Jika merujuk

pada Perda No. 7 Tahun 2005, pengaturan IPPT dalam Perda tersebut

juga belum memenuhi asas lex certa dan asas lex stricta, yaitu bahwa

pengaturannya seharusnya dirumuskan secara jelas dan tertulis dalam

peraturan perundang-undangan. Dalam Perda No. 7 Tahun 2005 juga

diatur persyaratan ijin prinsip, ijin lokasi, dan ijin tata ruang tetapi tidak

diatur secara jelas hubungan antara ketiga jenis ijin tersebut dengan

IPPT. Izin Tata Ruang dan Izin Lokasi kemudian diatur juga dalam

Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 8 Tahun 2012 tentang

Penanaman Modal di Kabupaten Gresik (Perda No. 8 Tahun 2012).

Namun Perda No. 8 Tahun 2012 tidak mencabut ketentuan Izin Tata

Ruang dan Izin Lokasi dalam Perda No. 7 Tahun 2005. Hal ini

mengakibatkan tumpang tindih pengaturan.

Ketiga jenis izin tersebut – dalam implementasinya – diposisikan sebagai

syarat untuk mendapatkan IPPT. Oleh karena itu, jika IPPT nantinya diatur

dalam Peraturan Daerah tentang IMB maka harus dirumuskan secara

jelas pengertian dan ruang lingkupnya. Selain itu persyaratan

memperoleh IPPT nantinya tidak tumpang tindih dengan persyaratan

memperoleh IMB – yang merupakan produk akhir dari permohonan

yang diajukan.

Pengaturan tersebut perlu juga memperhatikan prinsip dalam sistem

perizinan berantai. Dengan sistem tersebut berarti bahwa untuk setiap

kegiatan usaha hanya ada satu izin pada puncaknya. Izin yang menjadi

puncak dalam sistem perizinan berantai adalah Izin yang menimbulkan

hak dan kewajiban dalam melakukan kegiatan dan/atau usaha.

Adapun yang diterpadukan dalam sistem perizinan berantai adalah

prosedur. Dalam sistem perizinan berantai pada IMB maka izin-izin

tersebut bukanlah merupakan izin yang mandiri. Izin-izin tersebut

dikaitkan dengan IMB. Penerbitan IMB hendaknya dikoordinasikan

dengan izin-izin tersebut sehingga izin tersebut merupakan satu mata

rantai terpadu. Dengan sistem mata rantai maka pencabutan salah

Page 27: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 27

satu izin dalam mata rantai tersebut berakibat izin untuk mendirikan

bangunan tidak mempunyai kekuatan hukum lagi.

3. Praktik pembatalan permohonan IMB

Seringkali pemohon melakukan pembatalan permohonan IMB oleh

pemohon ketika retribusi sudah dibayar. Jika mengacu pada Pasal 12

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 tentang

Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (Permendagri No. 32

Tahun 2010), Bupati/Walikota menerbitkan IMB paling lambat 7 (tujuh)

hari sejak tanda bukti pembayaran retribusi IMB diterima. Oleh karena

itu penerbitan IMB setelah pembayaran retribusi IMB tidak bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan.

Namun Perda yang sudah ada saat ini tidak mengatur mekanisme yang

harus ditempuh ketika permohonan IMB dibatalkan oleh pemohon

ketika retribusi justru sudah dibayar. Pembatalan tersebut akan

menyulitkan bagi Pemerintah Kabupaten Gresik karena retribusi yang

sudah dibayar tidak dapat dikembalikan kepada pemohon. Di sisi lain,

pemohon akan merasa dirugikan. Oleh sebab itu perlu kepastian hukum

terhadap permasalahan ini berupa pengaturan secara tegas dan juga

kejelasan pengaturan batas waktu pembatalan permohonan IMB.

Kejelasan pengaturan batas waktu pembatalan tersebut akan

berdampak bagi pemohon sehingga permohonan yang diajukan

nantinya telah dipertimbangkan terlebih dahulu oleh pemohon.

4. Keringanan retribusi sudah diatur tetapi tidak diatur batasannya

Berdasarkan Pasal 62 Perda Retribusi IMB, Kepala Daerah dapat

menetapkan pembebasan atau pengurangan besarnya retribusi yang

telah ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Perda IMB. Namun

tidak diatur secara jelas batasan bagi Bupati untuk memberikan

pembebasan atau pengurangan retribusi. Perda Retribusi IMB kemudian

dicabut dengan Perda No. 5 Tahun 2011, tetapi Perda No. 5 Tahun 2011

Page 28: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 28

juga mengatur perihal keringanan retribusi (Pasal 52) tetapi

didelegasikan untuk diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati dan

hanya mengatur prinsip dalam pemberian keringanan retribusi, yaitu

prinsip keadilan, kemampuan ekonomi masyarakat dan fungsi

pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

Jika mengacu pada Pasal 23 Permendagri No. 32 Tahun 2010,

Bupati/Walikota dapat memberikan keringanan retribusi IMB

berdasarkan kriteria bangunan fungsi sosial dan budaya serta

bangunan fungsi hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Selain itu Bupati/Walikota dapat memberikan pembebasan retribusi IMB

berdasarkan kriteria fungsi keagamaan dan bangunan bukan gedung

sebagai sarana dan prasarana umum yang tidak komersial. Pengaturan

dalam Permendagri No. 32 Tahun 2010 menunjukkan bahwa daerah

diberikan wewenang untuk mengatur lebih rinci perihal pembebasan

dan keringanan dengan tetap mengacu pada kriteria tersebut.

Oleh karena itu perlu pengaturan yang lebih detil terkait pembebasan

dan pengurangan retribusi tetapi lebih tepat jika diatur dalam Peraturan

Bupati sebagaimana didelegasikan oleh Pasal 52 Perda No. 5 Tahun

2011. Pengaturan tersebut idealnya tetap mengacu pada kriteria yang

telah diatur dalam Permendagri No. 32 Tahun 2010.

5. Perda IMB saat ini tidak mengatur batasan waktu

Terkait dengan pelayanan prima, Perda IMB saat ini tidak mengatur

batasan waktu terlama dalam proses pengurusan IMB. Berdasarkan

Permen PU No. 24/PRT/M/2007, dokumen IMB diterbitkan dengan jangka

waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak persetujuan

dokumen rencana teknis untuk bangunan gedung pada umumnya

termasuk setelah adanya pertimbangan teknis dari Tim Ahli Bangunan

Gedung untuk persetujuan/pengesahan dokumen rencana teknis

bangunan gedung tertentu.

Page 29: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 29

Walaupun tidak diatur dalam Perda, tetapi pada praktiknya batasan

waktu tersebut diatur dalam Standard Operating Procedure (SOP) di

Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Kabupaten Gresik. SOP

tersebut ditetapkan dengan Keputusan Kepala BPMP Nomor

050/SK/437.74/2014. SOP tersebut mengatur lebih detil prosedur

penerbitan IMB di Kabupaten Gresik beserta diagram alir dalam proses

penerbitan IMB di Kabupaten Gresik (lihat Gambar 2.01).

Perihal jangka waktu penerbitan IMB jika hanya diatur dalam SOP

tentunya sulit untuk diketahui oleh masyarakat secara luas. Jika

diketahui oleh masyarakat secara luas tentunya akan mendorong

pelayanan prima dalam proses perizinan bangunan di Kabupaten

Gresik. Oleh karena itu, demi kepastian hukum dan kemanfaatan

hukum sebaiknya pengaturan tersebut nantinya tidak hanya diatur

dalam SOP tetapi juga dalam Peraturan Daerah tentang IMB.

Page 30: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. II - 30

Pembuatan SK

1. Kasubid (koreksi

kesesuian ketentuan teknis

dengan dokumen , gambar,

ukuran bangunan dll)

2. Kepala Bidang ( koreksi

kedua )

Proses pengesahan

Register SK

Sekretaris

Kepala Badan

1. Tanda tangan pengantar

pengesahan

2. Paraf SK

Publikasi melalui WEB

Penyerahan SK

kepada pemohon

Tanda Terima

SK

1. Perhitungan Volume

(BA Perhitungan rencana bangunan)

2. Pembuatan SKR

3. Pengesahan SKR

Penyerahan SKR

Penomoran oleh

bendahara

penerima

Pembayaran

retribusi

Kepala Bidang

• Disposisi kepada kasubid,

kasubid menunjuk staf

• Menandatangani SP BAP

BACK OFFICE

Berkas diberi nama staf

pemroses

Pemeriksaaan

lapangan

(BAP lapangan)

Dokumen Benar

Dokumen

Lengkap

Dokumen kurang sesuai. diperlukan persyaratan tambahan

Kepala Bidang

Surat permintaan

kekurangan berkas

Dokumen Kurang

Register

Permohonan Tanda terima

register permohonan

bernomor

Berkas diberi nomor

register

FRONT OFFICE

Publikasi aplikasi

melalui WEB

Cek dokumen :

1. Persyaratan

administrasi

2. Pertanahan

3. Gambar

Pemohon

menyerahkan

Berkas

Gambar 2.01. Diagram Alur Permohonan IMB

Page 31: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 31

2.4. Kajian terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru yang akan diatur

dalam Peraturan Daerah terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat dan

Dampaknya terhadap Aspek Beban Keuangan Negara

2.4.1. Implikasi terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat

Praktik penyelenggaraan perizinan bangunan di Kabupaten Gresik

selama ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak terlindungi dalam

kepastian hukum karena tidak adanya sinkronisasi peraturan perundang-

undangan yang mencegah tumpang tindih pengaturan perizinan

bangunan. Secara spesifik, hal ini disebabkan tidaknya peraturan

perundang-undangan di tingkat daerah (Peraturan Daerah atau Peraturan

Bupati) yang secara khusus mengatur prosedur penerbitan IMB dari aspek

administratif maupun teknis.

Akibatnya dalam praktik penyelenggaraan perizinan bangunan,

permasalahan yang dihadapi lebih banyak diselesaikan melalui diskresi.

Penggunaan diskresi yang tidak diminimalkan tidak akan berdampak baik

bagi kepastian hukum. Padahal dalam hukum administrasi negara dikenal

adanya asas pengharapan yang layak. Asas pengharapan yang layak

mensyaratkan adanya kejelasan dalam pengaturan sehingga tidak ada

multitafsir yang rentan terhadap penyalahgunaan wewenang dalam

pembuatan kebijakan. Selain itu, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014

tentang Administrasi Pemerintahan (Pasal 24) telah mengatur persyaratan

yang harus dipenuhi pejabat pemerintahan dalam menggunakan diskresi.

Persyaratan tersebut antara lain sesuai dengan tujuan diskresi, tidak

bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sesuai

dengan Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB), berdasarkan alasan-

alasan yang objektif, tidak menimbulkan konflik kepentingan, dan dilakukan

dengan iktikad baik. Adanya persyaratan yang ketat dalam penggunaan

diskresi menunjukkan bahwa penggunaan diskresi seharusnya sebisa

mungkin dihindari, dan hal tersebut dapat dihindari jika terdapat pengaturan

yang jelas dalam perizinan bangunan di Kabupaten Gresik.

Page 32: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 32

Adanya Peraturan Daerah tentang IMB juga dapat memastikan

adanya pelayanan prima bagi masyarakat ketika mengajukan permohonan

IMB. Pelayanan prima tersebut mengacu kepada prinsip prosedur

penerbitan IMB sebagaimana diatur dalam Permen PU No. 24/PRT/M/2007.

Berdasarkan Permen PU No. 24/PRT/M/2007, dalam proses penerbitan IMB

pemerintah daerah, Pemerintah dan pemerintah provinsi (untuk bangunan

gedung fungsi khusus) melaksanakan dengan prinsip pelayanan prima.

Selain itu pelayanan prima diimbangi dengan penerapan persyaratan

administratif dan teknis yang ditetapkan dalam rencana teknis. Penerapan

persyaratan tersebut untuk menjamin pengendalian penyelenggaraan

bangunan di Kabupaten Gresik.

Pengaturan IMB dengan penormaan yang jelas juga dapat

membantu dalam penataan ruang di Kabupaten Gresik. Adanya

kesemrawutan tata ruang pada umumnya disebabkan tidak adanya

pengendalian penyelenggaraan bangunan dalam konteks kewilayahan.

Padahal tata ruang juga berimplikasi pada kemajuan perekonomian dalam

kewilayahan. Kemajuan perekonomian pada akhirnya juga akan

berdampak pada perkembangan ekonomi masyarakat.

Berbagai implikasi tersebut menunjukkan bahwa Peraturan Daerah

tentang IMB nantinya akan berperan sebagai instrumen rekayasa sosial.

Masyarakat akan diarahkan lewat peraturan perundang-undangan untuk

tertib dalam penyelenggaraan bangunan dan menjamin keandalan teknis

dari bangunan yang didirikan. Oleh karena itu, secara umum Peraturan

Daerah tentang IMB nantinya akan memiliki implikasi positif bagi masyarakat.

2.4.2. Dampak terhadap Beban Keuangan Negara

Walaupun tidak ada data valid tentang jumlah pemegang IMB di

Kabupaten Gresik, tetapi fenomena yang lazim di berbagai daerah adalah

tingginya jumlah bangunan yang tidak memiliki IMB. Faktor yang berperan

besar terhadap fenomena tersebut adalah tidak responsifnya Peraturan

Daerah yang mengatur perizinan bangunan.

Page 33: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 33

Penelitian dalam implementasi perizinan bangunan di Kota

Tangerang menunjukkan peran vital Peraturan Daerah yang mengatur

perizinan bangunan. Penelitian Suparman menunjukkan bahwa kebijakan

IMB di Kota Tangerang belum sesuai dengan harapan masyarakat yaitu

cepat, murah, dan dekat. Keengganan masyarakat banyak dipengaruhi

oleh faktor tersebut.38 Fenomena ini tentunya berpengaruh pada potensi

retribusi yang seharusnya dapat diperoleh oleh pemerintah daerah dari

penerbitan IMB. Daerah seharusnya dapat menambah Pendapatan Asli

Daerah jika masyarakat tidak enggan mengajukan permohonan penerbitan

IMB ketika akan melakukan pembangunan.

Penelitian Sonya Imelda Samosir di Kota Gunungsitoli juga

menunjukkan bahwa implementasi penerbitan IMB di Kota Gunungsitoli

belum berjalan efektif bila dilihat dari perspektif organisasi, interpretasi serta

penerapan.39 Hal tersebut kembali akan berdampak pada potensi

Pendapatan Asli Daerah yang seharusnya dapat diperoleh oleh pemerintah

daerah.

Oleh karena itu, adanya Peraturan Daerah tentang IMB tidak secara

signifikan menambah beban keuangan negara. Secara tidak langsung,

adanya Peraturan Daerah tentang IMB justru akan menambah Pendapatan

Asli Daerah terutama jika Peraturan Daerah tersebut mampu membentuk

pelayanan prima perizinan bangunan yang mendorong kepatuhan hukum

masyarakat dalam pengajuan permohonan IMB. Hal ini tentunya harus

dibarengi dengan kejelasan pengaturan retribusi IMB, terutama terkait

dengan keringanan retribusi IMB maupun disinsentif retribusi IMB.

38 Suparman, “Efektivitas Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan dalam Kota Tangerang

(Studi Kasus di Kecamatan Ciledug), Tesis, Depok: FISIP UI, 2002. 39 Sonya Imelda Samosir, “Implementasi Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Gunungsitoli”, Skripsi, Medan: Universitas

Sumatera Utara, 2011.

Page 34: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 34

Sebelum menganalisis dan mengevaluasi peraturan perundang-

undangan terkait, perlu dipahami sistematika pengaturan perizinan

bangunan gedung secara hierarkis. Sistematika tersebut untuk memahami

bagaimana relasi antara peraturan perundang-undangan yang ada hingga

di tataran daerah. Dengan demikian, dapat diharmonisasikan pengaturan

perizinan bangunan antara Rancangan Peraturan Daerah tentang IMB

dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Peraturan perundang-undangan terkait perizinan bangunan dapat

dikategorikan menjadi 2 (dua) jenis. Pertama, peraturan perundang-

undangan terkait perizinan bangunan yang bersifat atribusi. Peraturan

perundang-undangan yang bersifat atribusi merupakan peraturan

perundang-undangan yang memberikan kewenangan kepada institusi yang

bersangkutan, dalam hal ini Pemerintah Daerah, untuk menyusun dan

menetapkan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan, dalam

hal ini peraturan daerah. Kedua, peraturan perundang-undangan terkait

perizinan bangunan yang bersifat delegasi. Peraturan perundang-undangan

yang bersifat delegasi merupakan peraturan perundang-undangan yang

memberikan delegasi atau amanah untuk menyusun dan menetapkan

peraturan perundang-undangan turunannya, dalam hal ini peraturan

daerah mengenai perizinan bangunan. Keterkaitannya dapat dilihat pada

Gambar 3.01

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

3333

Page 35: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 35

Keterangan: Peraturan perundang-undangan atribusi

Peraturan perundang-undangan delegasi

Gambar 3.01

Hierarki Pengaturan IMB dalam Peraturan Perundang-undangan

Berdasarkan hierarki pada Gambar 3.01 maka Bab ini akan

menganalisis dan mengevaluasi 10 (sepuluh) peraturan perundang-

undangan, yaitu UUD NRI 1945, UU No. 12 Tahun 1950, UU No. 28 Tahun 2002,

UU No. 23 Tahun 2014, PP No. 36 Tahun 2005, Permen PU No. 24/PRT/M/2007,

UU NO. 28

TAHUN 2002

UUD NRI 1945

UU NO. 23

TAHUN 2014

UU NO. 12

TAHUN 1950

JO. UU NO. 2 TAHUN 1965

PERMEN PU

NO.

24/PRT/M/ 2007

PERMEN-

DAGRI NO.

32 TAHUN 2010

RAPERDA

TENTANG IMB

PERDA

NO. 29

TAHUN 2011

� PERDA NO. 22

TAHUN 2000 JO.

PERDA NO. 23

TAHUN 2004

� PERDA NO. 5 TAHUN 2011

PP NO. 36

TAHUN 2005

Page 36: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 36

Permendagri No. 32 Tahun 2010, dan Perda No. 29 Tahun 2011. Analisis dan

evaluasi tersebut untuk kemudian merumuskan preskripsi terkait pencabutan

pasal-pasal yang terkait dengan IMB dalam Perda No. 29 Tahun 2011 dan

pengaturan yang sebaiknya dimasukkan dalam Rancangan Peraturan

Daerah tentang IMB.

3.1. Peraturan Perundang-undangan Bersifat Atribusi

3.1.1. UUD NRI 1945 [Pasal 18 ayat (6)]

UUD NRI 1945 memberikan kewenangan kepada pemerintahan

daerah untuk dapat menetapkan peraturan daerah. Hal ini diatur dalam

Pasal 18 ayat (6) UUD NRI 1945, yang berbunyi: “Pemerintahan daerah

berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk

melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan”.

Atas dasar kewenangan yang diberikan oleh konstitusi tersebut, maka

salah satu kewenangan pemerintahan daerah adalah menetapkan

peraturan daerah. Terkait dengan peranan peraturan daerah tersebut

dalam hal otonomi, Pasal 18 ayat (6) UUD NRI 1945 terkait pula dengan UU

No. 23 Tahun 2014 (akan dibahas selanjutnya) yang secara khusus mengatur

pemerintahan daerah. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 akan nampak

bahwa pengaturan perizinan bangunan dengan peraturan daerah menjadi

wewenang pemerintah daerah dalam konteks otonomi daerah yang

diberikan berdasarkan undang-undang.

3.1.2. UU No. 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah

Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur sebagaimana

telah diubah dengan UU No. 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas

Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya (UU No.

12 Tahun 1950 jo. UU No. 2 Tahun 1965)

Page 37: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 37

UU No. 12 Tahun 1950 jo. UU No. 2 Tahun 1965 tidak dibentuk untuk

mengatur secara khusus pembentukan Kabupaten Gresik. Undang-undang

tersebut juga mengatur pembentukan kabupaten-kabupaten lainnya di

Provinsi Jawa Timur. Undang-undang ini dibentuk dengan mengacu pada

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal IV Aturan Peralihan Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 (dalam hal ini adalah Undang-Undang Dasar

sebelum diamandemen).

Pasal-pasal yang menjadi dasar tersebut terkait dengan wewenang

pembentukan undang-undang. Pasal 5 ayat (1) mengatur bahwa: “Presiden

memegang kekuasaan membentuk Undang-undang dengan persetujuan

Dewan Perwakilan Rakyat.” Pasal 20 ayat (1) menegaskan bahwa setiap

Undang-undang memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Begitu

pula Pasal IV Aturan Peralihan mengatur wewenang Majelis

Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat dipegang oleh

Presiden dibantu Komite Nasional sebelum kedua lembaga negara tersebut

dibentuk. Ketentuan-ketentuan itulah yang menjadi dasar bagi

pembentukan UU No. 12 Tahun 1950 jo. UU No. 2 Tahun 1965. UU No. 12 Tahun

1950 jo. UU No. 2 Tahun 1965 menjadi penting dalam setiap pembentukan

Perda Kabupaten Gresik karena Undang-Undang tersebut menjadi landasan

terbentuknya Kabupaten Gresik dengan segala wewenang yang melekat

pada Pemerintah Kabupaten Gresik pascapembentukan Kabupaten Gresik.

Berdasarkan UU No. 12 Tahun 1950 jo. UU No. 2 Tahun 1965 tersebut,

daerah Gresik ditetapkan sebagai salah satu kabupaten di Jawa Timur.

Dalam Pasal 4 ayat (1) UU No. 12 Tahun 1950 diatur pula urusan-urusan yang

menjadi urusan rumah tangga dan kewajiban kabupaten-kabupaten yang

dibentuk tersebut. Namun dasar urusan wajib yang menjadi wewenang

Pemerintah Kabupaten Gresik bukan lagi undang-undang ini, melainkan UU

No. 23 Tahun 2014. UU No. 12 Tahun 1950 yang menjadi dasar dalam

pembentukan setiap peraturan daerah di Kabupaten Gresik sekedar untuk

menunjukkan dasar yuridis dari asal wewenang yang dimiliki Pemerintah

Page 38: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 38

Kabupaten Gresik. Ketika Pemerintah Kabupaten Gresik terbentuk itulah juga

eksis wewenang yang melekat pada pemerintahan daerah tersebut.

3.1.3. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

UU No. 23 Tahun 2014 merupakan pengganti dari Undang-Undang

No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang dianggap sudah

tidak dapat mengakomodir perkembangan kebutuhan pengaturan

pemerintahan daerah. Namun UU No. 23 Tahun 2014 masih memegang

prinsip desentralisasi dalam pemerintahan daerah.

Keberadaan desentralisasi dalam UU No. 23 Tahun 2014 dapat

dipandang sebagai perwujudan negara hukum karena pada desentralisasi

terkandung maksud pembatasan kekuasaan terhadap pemerintah pusat.

Hans Kelsen menyatakan pendapatnya bahwa kerakyatan bisa juga

terdapat di dalam negara yang pemerintahannya menganut sentralisasi

namun adanya asas desentralisasi lebih demokrasi daripada sentralisasi.40

Menurut Hans Kelsen adanya desentralisasi dapat menghindarkan negara

dari kecenderungan otokrasi. Hal ini disebabkan desentralisasi membuat

pemimpin di pusat harus memberikan beberapa kewenangannya kepada

pemimpin di daerah padahal seorang otokrat cenderung memusatkan

fungsi sebanyak-banyaknya pada pribadinya sendiri. Ia akan berusaha untuk

mengatur sebanyak mungkin masalah melalui norma-norma hukum di

pusat.41

Berdasarkan Pasal 5 ayat (4) UU No. 23 Tahun 2014, penyelenggaraan

urusan pemerintahan di Daerah dilaksanakan berrdasarkan asas

Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan. Desentralisasi dalam

UU No. 23 Tahun 2014 didefinisikan sebagai penyerahan urusan

pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan

asas otonomi (lihat Pasal 1 Angka 8).

40 Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: Rajawali, 2010, hlm 93. 41Hans Kelsen, General Theory of Law and State, Teori Umum Tentang Hukum dan

Negara, diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien, 2006, Nusamedia dan Nuansa, Bandung, hlm.

441-442.

Page 39: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 39

Berdasarkan Pasal 10 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2014, Pemerintah Pusat

memiliki Urusan Absolut yang tidak dapat dibagikan pada Pemerintah

Daerah. Urusan Absolut yang menjadi urusan Pemerintah Pusat antara lain:

a. politik luar negeri;

b. pertahanan;

c. keamanan;

d. yustisi;

e. moneter dan fiskal nasional; dan

f. agama.

Urusan Pemerintahan yang kemudian dibagikan pada Pemerintah

Daerah adalah Urusan Pemerintahan konkuren. Dalam UU No. 23 Tahun 2014,

Urusan Pemerintahan konkuren kemudian dibagi dalam matriks pembagian

Urusan Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Provinsi atau Kabupaten/Kota. Pembagiannya mencakup kewenangan

dalam pengelolaan unsur manajemen dan kewenangan dalam

penyelenggaraan fungsi manajemen. Kewenangan tersebut melekat pada

masing-masing tingkatan atau susunan pemerintahan, kecuali jika diatur

pengecualiannya.

Urusan pemerintahan konkuren kemudian dibedakan menjadi Urusan

Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan [lihat Pasal 11 ayat

(1)]. Salah satu Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan

pelayanan dasar adalah pekerjaan umum dan penataan ruang [Pasal 12

ayat (1)]. Berdasarkan Pasal 12 ayat (1), pengaturan bangunan dan gedung

dapat diklasifikasikan sebagai bagian pelayanan dasar di bidang pekerjaan

umum dan penataan ruang.

Jika melihat Tabel pembagian urusan pemerintahan di bidang

pekerjaan umum dan penataan ruang pada Lampiran UU No. 23 Tahun

2014, sub urusan bangunan gedung serta penataan bangunan dan

lingkungannya menjadi salah satu urusan wajib pemerintahan daerah. Dua

sub urusan tersebut menjadi dasar yuridis bagi pemerintah daerah untuk

Page 40: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 40

mengaturnya dalam peraturan daerah. Urusan wajib yang menjadi urusan

kabupaten/kota adalah penyelenggaraan bangunan gedung, yang

termasuk dalam hal ini adalah pengaturan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF).

Tabel 3.01

Pembagian Urusan Wajib Terkait Perizinan Bangunan

Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah

Kabupaten/Kota

a. penetapan

bangunan gedung

untuk kepenting-an

strategis nasional;

b. penyelenggaraan

bangunan gedung

untuk kepentingan

strategis nasional

dan penyeleng-

garaan bangunan

gedung fungsi

khusus.

a. penetapan

bangunan

gedung untuk

kepentingan

strategis Provinsi;

b. penyelenggaraan

bangunan

gedung untuk

kepentingan

strategis Provinsi.

Penyelenggaraan

bangunan gedung

di kab/kota,

termasuk pemberian

izin mendirikan

bangunan dan

sertifikat laik fungsi

bangunan gedung;

Sumber: Lampiran UU No. 23 Tahun 2014

UU No. 23 Tahun 2014 berusaha mencari keseimbangan antara

desentralisasi dengan sentralisasi. Pengalaman menunjukkan pendulum

kebijakan desentralisasi ataupun sentralisasi yang ekstrim cenderung akan

menciptakan instabilitas pemerintahan yang akan bermuara pada konflik

yang elitis dan tidak berpihak kepada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Untuk itu selalu terdapat upaya untuk menyeimbangkan antara kebijakan

yang desentralistik dengan kebijakan yang sentralistik sebagai suatu continuum

kebijakan.

Selain itu dalam Pasal 241 dan 242 UU No. 23 Tahun 2014 diatur

bahwa penyusunan, pengajuan dan penetapan Perda yang telah

mendapatkan persetujuan bersama DPRD, merupakan bagian dari tugas

dan wewenang kepala daerah. Atas dasar itu, UU No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah menegaskan kewenangan pemerintahan daerah

Page 41: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 41

dalam penetapan Perda, yaitu antara pemerintah daerah bersama dengan

DPRD.

3.2. Peraturan Perundang-Undangan Bersifat Delegasi

3.2.1. UU No. 28 Tahun 2002

UU No. 28 Tahun 2002 mengamanahkan disusunnya Peraturan

Daerah mengenai penyelenggaraan bangunan gedung di daerah sebagai

peraturan pelaksanaan dari undang-undang ini. Penyusunan Peraturan

Daerah mengenai penyelenggaraan bangunan gedung di daerah

diamanahkan di dalam UU No. 28 Tahun 2002 pada bagian Penjelasan

Umum. Penjelasan Umum UU No. 28 Tahun 2002 berbunyi: “... Undang-

undang ini mengatur hal-hal yang bersifat pokok dan normatif, sedangkan

ketentuan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah dan/atau peraturan perundang-undangan lainnya, termasuk

Peraturan Daerah, dengan tetap mempertimbangkan ketentuan dalam

undang-undang lain yang terkait dalam pelaksanaan undang-undang ini.”

Ketentuan dalam UUNo. 28 Tahun 2002 tidak secara tegas

mendelegasikan wewenang pengaturan perizinan bangunan di tingkat

daerah. Namun beberapa pasal menunjukkan perlunya pengaturan

beberapa hal spesifik yang terkait dengan perizinan bangunan, antara lain:

a. Pasal 6 ayat (2) mengatur bahwa: “Fungsi bangunan gedung

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Pemerintah

Daerah dan dicantumkan dalam izin mendirikan bangunan.”

Sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 6 ayat (2) bahwa

penetapan fungsi bangunan gedung tersebut diberikan dalam proses

perizinan mendirikan bangunan. Oleh karena itu penetapan fungsi

bangunan gedung terkait dengan prosedur pemberian izin mendirikan

bangunan perlu diatur lebih detail dalam peraturan daerah tentang izin

mendirikan bangunan.

b. Pasal 8 ayat (1) mengatur bahwa setiap bangunan gedung harus

memiliki izin mendirikan bangunan gedung. Selain itu dalam Pasal 8

Page 42: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 42

ayat (4) diatur bahwa ketentuan mengenai izin mendirikan bangunan

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

c. Pasal 39 ayat (1) mengatur bahwa bangunan gedung dapat

dibongkar apabila, salah satunya, karena tidak memiliki izin mendirikan

bangunan. Karena izin mendirikan bangunan merupakan wewenang

Pemerintah Kabupaten/Kota maka hal-hal terkait pembongkaran

tentunya memerlukan pengaturan dalam suatu peraturan daerah yang

mengatur tentang izin mendirikan bangunan.

3.2.2. PP No. 36 Tahun 2005

a. Pasal 14 ayat (2) mengatur bahwa izin mendirikan bangunan

gedung diberikan oleh pemerintah daerah, kecuali bangunan

gedung fungsi khusus oleh Pemerintah, melalui proses

permohonan izin mendirikan bangunan gedung. Pasal 14 ayat

(2) menunjukkan adanya wewenang Pemerintah

Kabupaten/Kota dalam penerbitan IMB.

b. Pasal 112 ayat (1) menegaskan wewenang Pemerintah

Kabupaten/Kota dalam perizinan bangunan. Pasal 112 ayat (1)

menyatakan bahwa pemerintah daerah melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan penerapan peraturan

daerah di bidang bangunan gedung melalui mekanisme

penerbitan izin mendirikan bangunan gedung dan sertifikasi

kelaikan fungsi bangunan gedung, serta surat persetujuan dan

penetapan pembongkaran bangunan gedung.

3.2.3. Permen PU No. 24/PRT/M/2007

Sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2002, Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

merupakan salah satu persyaratan administratif yang harus dipenuhi untuk

dapat melakukan proses pembangunan gedung bangunan gedung. IMB

adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kecuali untuk

Page 43: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 43

bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah kepada pemilik bangunan

gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi,

dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan

administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.

Terkait dengan persyaratan Izin Mendirikan Bangunan, pengaturan

mengenai bangunan gedung dalam suatu Perda juga harus memperhatikan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007 (Permen PU No.

24/PRT/M/2007) dan juga Perda lain yang mengatur aspek yang berkaitan

dengan IMB.

Dalam Permen PU No. 24/PRT/M/2007 diatur tentang tata cara

penerbitan, persyaratan, dan retribusi terkait dengan Izin Mendirikan

Bangunan, serta proses pembinaan, dan ketentuan lainnya yang diperlukan

terkait dengan implementasi IMB.

a. Berkaitan dengan tata cara penerbitan IMB, Permen memberikan

pengaturan mengenai pola umum pengaturan IMB, Proses IMB, Tata

cara pengesahan dokumen rencana teknis, Pemeriksaan permohonan

IMB, Kelengkapan dokumen IMB,Perubahan rencana teknis dalam

tahap pelaksanaan konstruksi, Jangka waktu proses penerbitan IMB,

Pembekuan dan pencabutan IMB, dan Pendataan/pendaftaran

bangunan gedung.

b. Dalam hal persyaratan IMB, Permen menegaskan perlunya persyaratan

administratif untuk permohonan IMB, persyaratan teknis untuk

permohonan IMB, penyedia jasa dan pelaksana pengurusan

permohonan IMB.

c. Berkaitan dengan retribusi IMB, dijelaskan mengenai pengaturan

mengenai Ketentuan khusus perizinan; Jenis kegiatan dan objek yang

dikenakan retribusi; Penghitungan besarnya retribusi IMB; Indeks

penghitungan besarnya retribusi IMB; Harga satuan (tarif) retribusi IMB;

dan Dokumen IMB.

Page 44: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 44

Permen PU No. 24/PRT/M/2007 mengatur secara detail mengenai tata

cara pemrosesan IMB untuk bangunan gedung pada umumnya, bangunan

gedung kepentingan umum, IMB untuk bangunan gedung fungsi khusus,

Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung Secara Bertahap, Penerbitan

Izin Mendirikan Bangunan Gedung untuk Pembangunan Secara Massal,

Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung untuk Pembangunan dengan

Strata Title. Permen juga menegaskan perlunya tim ahli bangunan gedung

untuk memberikan pertimbangan teknis terhadap dokumen rencana teknis

dalam rangka penerbitan IMB (khususnya berkaitan dengan pengesahan

dokumen rencana teknis). Tim ahli bangunan gedung ini secara khusus

dibutuhkan untuk memberikan pertimbangan teknis terhadap dokumen

rencana teknis bangunan gedung untuk kepentingan umum serta dokumen

rencana teknis bangunan gedung tertentu fungsi khusus. Persetujuan dari tim

ahli bangunan gedung ini diperoleh pemohon tanpa pungutan biaya atau

secara Cuma-Cuma (sudah diperhitungkan dalam retribusi IMB).

Permen PU No. 24/PRT/M/2007 mengamanatkan bahwa pelaksanaan

Pedoman Teknis IMB di daerah diatur lebuh lanjut dengan Peraturan Daerah

yang berpedoman pada peraturan ini. Dalam hal daerah belum

mempunyai peraturan daerah tersebut, maka pelaksanaan pengaturan Izin

mendirikan Bangunan gedung berpedoman pada peraturan ini. Sedangkan

bila daerah telah mempunyai peraturan daerah terkait yang ditatapkan

sebelum permen ini diberlakukan, maka Peraturan Daerah tersebut harus

menyesuaikan dengan substansi pengaturan dalam Permen ini. Selama

proses penyusunan dan/atau penyesuuaian Perda terkait terrsebut. Semua

peraturan perundang-Undangan yang berkaitan dengan IMB dinyatakan

masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Permen ini.

3.2.4. Permendagri No. 32 Tahun 2010

Selain Permen PU No. 24/PRT/M/2007, pedoman dalam penerbitan

IMB juga diatur dalam Permendagri No. 32 Tahun 2010. Pengaturan

penerbitan IMB dalam dua peraturan menteri yang berbeda ini tentu saja

Page 45: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 45

menimbulkan tumpang tindih beberapa pengaturan karena terdapat

beberapa aspek pengaturan yang berbeda dari kedua peraturan menteri

tersebut.

Perbedaan paling utama di antara Permendagri No. 32 Tahun 2010

dan Permen PU No. 24/PRT/M/2007 adalah terkait fokus pengaturannya.

Fokus pengaturan Permen PU No. 24/PRT/M/2007 lebih banyak terkait

dengan aspek teknis dalam penerbitan IMB, sedangkan fokus Permendagri

No. 32 Tahun 2010 adalah aspek administratif penerbitan IMB. Selain itu

diundangkannya Permendagri No. 32 Tahun 2010 dilatarbelakangi oleh tidak

relevannya lagi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1993

tentang Izin Mendirikan Bangunan dan Izin Undang-Undang Gangguan Bagi

Perusahaan Industri pascadiundangkannya Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Oleh karena itu perlu diundangkan

Permendagri yang telah disinkronisasikan dengan UU No. 28 Tahun 2002.

Tabel 3.02 mendeskripsikan perbedaan Permendagri No. 32 Tahun 2010 dan

Permen PU No. 24/PRT/M/2007.

Tabel 3.02

Perbandingan Permendagri No. 32 Tahun 2010 dan Permen PU

No. 24/PRT/M/2007

Aspek Permendagri No. 32 Tahun

2010 Permen PU No. 24/PRT/M/2007

Definisi IMB Izin mendirikan bangunan,

yang selanjutnya disingkat

IMB, adalah perizinan yang

diberikan oleh pemerintah

daerah kepada pemohon

untuk membangun baru,

rehabilitasi/renovasi,

dan/atau memugar dalam

rangka melestarikan

bangunan sesuai dengan

persyaratan administratif

dan persyaratan teknis yang

berlaku.

Izin Mendirikan Bangunan Gedung

adalah perizinan yang diberikan

oleh pemerintah daerah kecuali

untukbangunan gedung fungsi

khusus oleh Pemerintah kepada

pemilik bangunan gedung untuk

membangun baru, mengubah,

memperluas, mengurangi,

dan/atau merawat bangunan

gedung sesuai dengan

persyaratan administratif dan

persyaratan teknis yang berlaku.

Ruang Objek

IMB

Meliputi bangunan gedung

dan bangunan bukan

gedung.

Bangunan gedung digolongkan

berdasarkan fungsi dan

diklasifikasikan.

Page 46: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 46

Bangunan gedung

dikategorisasi secara

fungsional meliputi fungsi

hunian, keagamaan, usaha,

sosial dan budaya,

ganda/campuran.

Bangunan bukan gedung

dirinci dengan mencakup:

a. pelataran untuk parkir,

lapangan tenis, lapangan

basket, lapangan golf,

dan lain-lain sejenisnya;

b. pondasi, pondasi tangki,

dan lain-lain sejenisnya;

c. pagar tembok/besi dan

tanggul/turap, dan lain-

lain sejenisnya;

d. septic tank/bak

penampungan bekas air

kotor, dan lain-lain

sejenisnya;

e. sumur resapan, dan lain-

lain sejenisnya;

f. teras tidak beratap atau

tempat pencucian, dan

lain-lain sejenisnya;

g. dinding penahan tanah,

dan lain-lain sejenisnya;

h. jembatan

penyeberangan

orang,jembatan jalan

perumahan, dan lain-lain

sejenisnya;

i. penanaman tangki,

landasan tangki,

bangunan pengolahan

air, gardu listrik, gardu

telepon, menara, tiang l

istrik/telepon, dan lain-lain

sejenisnya;

j. kolam renang, kolam ikan

air deras, dan lain-lain

sejenisnya; dan

k. gapura, patung,

bangunan reklame,

monumen, dan lain-lain

sejenisnya.

Berdasarkan fungsinya

digolongkan menjadi bangunan

gedung fungsi hunian, fungsi

keagamaan, fungsi usaha, fungsi

sosial budaya, serta fungsi khusus.

Klasifikasi bangunan gedung

sebagai berikut:

a. Tingkat kompleksitas

(sederhana, tidak sederhana,

khusus).

b. Tingkat permanensi (permanen,

semi permanen, darurat atau

sementara).

c. Tingkat risiko kebakaran (risiko

kebakaran tinggi, sedang,

rendah).

d. Tingkat zonasi gempa (Zona I –

VI).

e. Lokasi (padat, senggang,

renggang).

f. Ketinggian (>8 lantai, 5 s/d 8

lantai, 1 s/d 4 lantai).

g. Kepemilikan (milik negara, milik

badan usaha, perorangan).

Page 47: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 47

Ruang Lingkup

Permohonan

IMB

a. pembangunan baru,

b. merehabilitasi/renovasi,

atau

c. pelestarian/pemugaran.

a. Pembangunan bangunan

gedung baru, dan/atau

prasarana bangunan gedung;

b. Rehabilitasi/renovasi bangunan

gedung dan/atau prasarana

bangunan gedung, meliputi

perbaikan/perawatan,perubah

an, perluasan/ pengurangan;

dan

c. Pelestarian/pemugaran.

Dokumen

administrasi

a. tanda bukti status

kepemilikan hak atas

tanah atau perjanjian

pemanfaatan tanah;

b. data kondisi/situasi tanah

(letak/lokasi dan

topografi);

c. data pemilik bangunan;

d. surat pernyataan bahwa

tanah tidak dalam status

sengketa;

e. surat pemberitahuan

pajak terhutang bumi

dan bangunan (SPPT-

PBB) tahun berkenaan;

dan

f. dokumen analisis

mengenai dampak dan

gangguan terhadap

lingkungan, atau upaya

pemantauan lingkungan

(UPL)/upaya pengelolaan

lingkungan (UKL) bagi

yang terkena kewajiban.

1. Status hak atas tanah

a. Surat bukti status hak atas

tanah berupa:

1) Sertifikat tanah;

2) Surat Keputusan

Pemberian Hak

Penggunaan atas Tanah

oleh pejabat yang

berwenang di bidang

pertanahan;

3) Surat kavling dari

pemerintah daerah, atau

Pemerintah;

4) Fatwa tanah, atau

rekomendasi dari Badan

Pertanahan Nasional;

5) Surat girik/petuk/akta jual

beli,yang sah disertai surat

pernyataan pemilik bahwa

tidak dalam status

sengketa, yang diketahui

lurah setempat;

6) Surat kohir

verpondingIndonesia,

disertai pernyataan bahwa

pemilik telah menempati

lebih dari 10 tahun, dan

disertaiketerangan pemilik

bahwa tidak dalam status

sengketa yang diketahui

lurah setempat; atau

7) Surat bukti kepemilikan

tanah lainnya.

b. Surat perjanjian

pemanfaatan/ penggunaan

tanah, merupakan perjanjian

tertulis antara pemilik

Page 48: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 48

bangunan gedung dengan

pemilik tanah, apabila

pemilik bangunan gedung

bukan pemilik tanah.

c. Data kondisi/situasi tanah,

merupakan data-data teknis

tanah yang memuat

informasi meliputi:

1) Gambar peta

lokasi/lengkap

dengancontournya;

2) Batas-batas tanah yang

dikuasai;

3) Luas tanah; dan

4) Data bangunan gedung

eksisting (kalau ada).

2. Status kepemilikan bangunan

gedung yaitu dokumen

keterangan diri pemilik yang

mengajukan Permohonan IMB

dan kepemilikan atas

bangunan gedung.

3. Dokumen/surat-surat terkait

berupa:

a. SIPPT untuk pembangunan di

atas tanah dengan luas

minimum tertentu;

b. Rekomendasi

instansi/lembaga yang

bertanggungjawab di

bidang fungsi khusus (untuk

bangunan gedung fungsi

khusus);

c. Dokumen AnalisisMengenai

Dampak

Lingkungan/UPL/UKL;

dan/atau

d. Rekomendasi instansi teknis

terkait untuk bangunan

gedung di atas/bawah

prasarana dan sarana

umum.

Dokumen

rencana teknis

Dokumen rencana teknis

disesuaikan dengan klasifikasi

bangunan meliputi:

a. gambar rencana/arsitektur

bangunan;

1. Data umum bangunan gedung

meliputi:

a. Fungsi/klasifikasi bangunan

gedung

b. Luas lantai dasar bangunan

Page 49: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 49

b. gambar sistem struktur;

c. gambar sistem utilitas;

d. perhitungan struktur

dan/atau bentang struktur

bangunan disertai hasil

penyelidikan tanah bagi

bangunan 2 (dua) lantai

atau lebih;

e. perhitungan utilitas bagi

bangunan gedung bukan

hunian rumah tinggal; dan

f. data penyedia jasa

perencanaan.

gedung

c. Total luas lantai bangunan

gedung

d. Ketinggian/jumlah lantai

bangunan gedung

e. Rencana pelaksanaan

2. Rencana teknis bangunan

gedung hunian rumah tinggal

tidak sederhana – 2 lantai atau

lebih – dan bangunan gedung

lainnya pada umumnya.

a. Gambar rancangan

arsitektur, terdiri atas gambar

site plan/situasi, denah,

tampak, potongan, dan

spesifikasi umum finishing

bangunan gedung;

b. Gambar rancangan struktur,

terdiri atas gambar struktur

bawah (pondasi), struktur

atas, termasuk struktur atap,

dan spesifikasi umum struktur

bangunan gedung;

c. Gambar rancanganutilitas

(mekanikal dan elektrikal),

terdiri atas gambar sistem

utilitas (mekanikal dan

elektrikal), gambar sistem

pencegahan dan

pengamanan kebakaran,

sistem sanitasi, sistem

drainase, dan spesifikasi

umum utilitas bangunan

gedung;

d. Spesifikasi umum bangunan

gedung;

e. Perhitungan struktur untuk

bangunan gedung 2 (dua)

lantai atau lebih dan/atau

bentang struktur lebih dari 6

m; dan

f. Perhitungan kebutuhan utilitas

(mekanikal dan elektrikal).

3. Rencana teknis bangunan

gedung hunian rumah tinggal

dan rumah deret – sampai

dengan 2 (dua) lantai.

Page 50: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 50

a. Gambar rancangan

arsitektur, terdiri atas gambar

site plan/situasi, denah,

tampak, potongan, dan

spesifikasi umum finishing

bangunan gedung;

b. Gambar rancangan struktur,

terdiri atas gambar struktur

bawah (pondasi), struktur

atas, termasuk struktur atap,

dan spesifikasi umum struktur

bangunan gedung;

c. Gambar rancanganutilitas

(mekanikal dan elektrikal),

terdiri atas gambar sistem

utilitas (mekanikal dan

elektrikal), gambar sistem

pencegahan dan

pengamanan kebakaran,

sistem sanitasi, sistem

drainase, dan spesifikasi

umum utilitas bangunan

gedung;

d. Spesifikasi umum bangunan

gedung;

e. Perhitungan struktur untuk

bangunan gedung 2 (dua)

lantai atau lebih dan/atau

bentang struktur lebih dari 6

m;

f. Perhitungan kebutuhan utilitas

(mekanikal dan elektrikal);

g. Rancangan struktur secara

sederhana/prinsip; dan

h. Rancangan utilitas bangunan

gedung secara

sederhana/prinsip.

4. Rencana teknis bangunan

gedung hunian rumah tinggal

tidak sederhana - 2 lantai

ataulebih - dan bangunan

gedung lainnya pada

umumnya, serta rencana teknis

bangunan gedung untuk

kepentingan umum.

a. Gambar rancangan

arsitektur, terdiri atas gambar

Page 51: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 51

site plan/situasi, denah,

tampak, potongan, dan

spesifikasi umum finishing

bangunan gedung;

b. Gambar rancangan struktur,

terdiri atas gambar struktur

bawah (pondasi), struktur

atas, termasuk struktur atap,

dan spesifikasi umum struktur

bangunan gedung;

c. Gambar rancangan utilitas

(mekanikal dan

elektrikal),terdiri atas gambar

sistem utilitas (mekanikal

danelektrikal), gambar sistem

pencegahan dan

pengamanan kebakaran,

sistem sanitasi, sistem

drainase, dan spesifikasi

umum utilitas bangunan

gedung;

d. Spesifikasi umum bangunan

gedung;

e. Perhitungan struktur untuk

bangunan gedung 2 (dua)

lantai atau lebih dan/atau

bentang struktur lebih dari 6

m; dan

f. Perhitungan kebutuhan utilitas

(mekanikal dan elektrikal).

5. Rencana teknis bangunan

gedung fungsi khusus

� Sama dengan rencana

teknis pada nomor 4

ditambah dengan

rekomendasi instansi terkait.

6. Rencana teknis bangunan

gedung kedutaan besar negara

asing,dan bangunan gedung

diplomatik lainnya mengikuti

ketentuan untuk proses

penerbitan IMB untuk bangunan

gedung kepentingan umum,

dan selain mengikuti

persyaratan teknis setempat

dapat mempertimbangkan

persyaratan teknis tertentu yang

Page 52: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 52

disyaratkan oleh Negara yang

bersangkutan.

Persyaratan

teknis

pelaksanaan

pembangunan

a. fungsi bangunan gedung

yang dapat dibangun

pada lokasi bersangkutan;

b. ketinggian maksimum

bangunan gedung yang

diizinkan;

c. jumlah lantai/lapis

bangunan gedung di

bawah permukaan tanah

dan koefisien tapak

basement (KTB) yang

diizinkan, apabila

membangun di bawah

permukaan tanah;

d. garis sempadan dan jarak

bebas minimum bangunan

gedung yang diizinkan;

e. koefisien dasar bangunan

(KDB) maksimum yang

diizinkan;

f. koefisien lantai

bangunan(KLB)maksimum

yang diizinkan;

g. koefisien daerah hijau

(KDH)minimum yang

diwajibkan;

Persyaratan teknis pelaksanaan

pembangunan tercakup dalam

keterangan rencana

kabupaten/kota untuk lokasi yang

bersangkutan dan berisi ketentuan

meliputi:

a. Fungsi bangunan gedung yang

dapatdibangun pada lokasi

bersangkutan;

b. Ketinggian maksimum

bangunan gedung yang

diizinkan;

c. Jumlah lantai/lapis bangunan

gedung di bawah permukaan

tanah dan KTB yang diizinkan,

apabila membangun di bawah

permukaan tanah;

d. Garis sempadan dan jarak

bebas minimum bangunan

gedung yang diizinkan;

e. KDB maksimum yang diizinkan;

f. KLB maksimum yang diizinkan;

g. KDH minimum yang diwajibkan;

h. KTB maksimum yang diizinkan;

i. Jaringan utilitas kota; dan

j. Keterangan lainnya yang

terkait.

Jangka waktu

penerbitan IMB

Bupati/Walikota menerbitkan

permohonan IMB paling

lambat 7 (tujuh) hari kerja

terhitung sejak tanda bukti

pembayaran retribusi IMB

diterima.

Dokumen IMB diterbitkan dengan

jangka waktu paling lambat 30

(tiga puluh) hari terhitung sejak

persetujuan dokumen rencana

teknis untuk bangunan gedung

pada umumnya termasuk setelah

adanya pertimbangan teknis dari

Tim Ahli Bangunan Gedung untuk

persetujuan/pengesahan

dokumen rencana teknis

bangunan gedung tertentu.

Pembekuan

dan

pencabutan

IMB

1. Pembekuan IMB

Pasal 16 ayat (2): Pemilik

bangunan yang tidak

mengindahkan sanksi

pembatasan kegiatan

pembangunan

sebagaimana dimaksud

1. IMB dibekukan jika dalam waktu

14 (empat belas) hari kalender

terhitung sejak peringatan

ketiga atas pelanggaran,

pemilik bangunan gedung tidak

melakukan perbaikan.

2. IMB dicabut jika dalam waktu

Page 53: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 53

dalam Pasal 15 dikenakan

sanksi berupa penghentian

sementara pembangunan

dan pembekuan IMB.

2. Pencabutan IMB

Pasal 17: Pemilik bangunan

yang tidak mengindahkan

sanksi penghentian

sementara pembangunan

dan pembekuan IMB

sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 16 ayat (2)

dikenakan sanksi berupa

penghentian tetap

pembangunan,

pencabutan IMB, dan surat

perintah pembongkaran

bangunan.

14 (empat belas) hari kalender

terhitung sejak dikenakan sanksi

atas pelanggaran,

pemilikbangunan gedung tidak

melakukan perbaikan dan/atau

penyelesaian atas sanksi yang

dikenakan.

Peran Serta

Masyarakat

Peran serta masyarakat tidak

diatur.

1. Masyarakat dapat melaporkan

secara tertulis kepada

Pemerintah dan/atau

pemerintah daerah tentang

indikasi bangunan gedung

yang tidak laik fungsi dan/atau

berpotensi menimbulkan

gangguan dan/atau bahaya

bagi pengguna, masyarakat,

dan/atau lingkungan melalui

sarana yang mudah diakses;

dan

2. Laporan tertulis dibuat

berdasarkan fakta dan

pengamatan secara objektif

dan perkiraan kemungkinan

secara teknis gejala konstruksi

bangunan gedung yang tidak

laik fungsi.

3.2.5. Perda No. 22 Tahun 2000 juncto Perda No. 23 Tahun 2004

Perda No. 22 Tahun 2000 juncto Perda No. 23 Tahun 2004 mengatur

tentang retribusi IMB (selanjutnya disebut Perda Retribusi IMB). Namun

ketentuan terkait retribusi IMB telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

berdasarkan Pasal 59 Perda No. 5 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan

Page 54: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 54

Tenrtentu (akan dibahas pula dalam bab ini). Berdasarkan ketentuan Pasal

59 tersebut, maka ketentuan yang masih berlaku dalam Perda Retribusi IMB

hanyalah ketentuan yang terkait dengan prosedur penerbitan IMB.

Sebagaimana telah dipaparkan dalam Bab II, pengaturan prosedur

penerbitan IMB dalam Perda Retribusi IMB – yang juga diatur dalam Perda

No. 5 Tahun 2011 dan Perda No. 29 Tahun 2011- telah mengakibatkan

tumpang tindih pengaturan IMB. Selain itu ketentuan penerbitan IMB dalam

Perda Retribusi IMB tidak sinkron dengan peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi, khususnya Permen PU No. 24/PRT/M/2007 dan Permendagri

No. 32 Tahun 2010. Berikut ini beberapa ketentuan dalam Perda Retribusi IMB

terkait penerbitan IMB yang tidak sinkron dengan peraturan perundang-

undangan lainnya.

Tumpang tindih pengaturan dalam Perda Retribusi IMB juga terkait

dengan pengaturan ketentuan teknis bangunan. Bab IV Perda Retribusi IMB

mengatur hal-hal yang terkait dengan teknis bangunan, misalnya garis

sempadan, KDB, KLB, dan lain-lain. Ketentuan teknis tersebut kemudian diatur

pula dalam Bagian Ketiga Perda No. 29 Tahun 2011 tentang Bangunan

Gedung.42 Pengaturan tersebut menjadi tumpang tindih karena Perda No. 29

Tahun 2011 tidak mencabut ketentuan teknis bangunan yang diatur dalam

Perda Retribusi IMB. Oleh karena itu, sebaiknya Perda Retribusi IMB nantinya

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku jika Perda IMB telah diundangkan.

3.2.6. Perda No. 5 Tahun 2011

Perda No. 5 Tahun 2011 tidak mengatur IMB secara khusus. Perda No.

5 Tahun 2011 mengatur retribusi perizinan tertentu, salah satunya adalah

retribusi IMB yang kemudian, berdasarkan Pasal 59 Perda No. 5 Tahun 2011,

mencabut dan menyatakan tidak berlaku ketentuan retribusi IMB dalam

Perda No. 22 Tahun 2000 jo. Perda No. 23 Tahun 2004.

Peraturan Daerah pada umumnya mengatur prosedur perizinan dan

retribusi perizinan dalam dua Peraturan Daerah yang terpisah. Namun

42 Bagian Ketiga Perda No. 29 Tahun 2011 mengatur persyaratan tata bangunan.

Page 55: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 55

substansi Perda No. 5 Tahun 2011 juga mengatur ketentuan yang terkait

dengan prosedur dalam penerbitan IMB. Ketentuan tersebut terdapat dalam

Pasal 9 yang mengatur sebagai berikut:

Pasal 9

(1) Setiap permohonan IMB dilengkapi dengan gambar rencana

tapak dan gambar rencana konstruksi bangunan berdasarkan

rencana tapak.

(2) Gambar rencana tapak berupa:

a. Site Plan untuk penggunaan tanah dibangun pabrik, hotel,

apartemen, restoran, rumah sakit, dan bangunan tunggal

lainnya;

b. Block Plan untuk penggunaan tanah di bangun Kawasan

Perumahan (Real Estate), Kawasan Industri (Industrial Estate),

Kawasan Pergudangan, Kawasan Perdagangan/Perkantoran/

Pertokoan, Kawasan Pelabuhan atau Dermaga, Bangunan

Bawah Air, Bangunan Bawah Tanah; dan

c. Surat Ketentuan Persyaratan dan Perencanaan Pembangunan

(SKP3) untuk rumah tinggal dan usaha kecil.

(3) Gambar Rencana Tapak dan Gambar Rencana Konstruksi

Bangunan disusun berdasarkan Ketentuan Teknis Rencana Umum

Tata Ruang Wilayah (KT – RTRW) Persetujuan Pemanfaatan Ruang

dan Izin Lokasi.

(4) Dalam menyusun Rencana Tapak harus memperhatikan ketentuan

tentang Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial (FUFS) yang berlaku.

(5) Dalam menyusun Gambar Rencana Konstruksi Bangunan harus

memperhatikan tentang Ketentuan Teknis Bangunan (KTB) yang

berlaku.

Ketentuan tersebut tentu saja menimbulkan kerancuan dengan

Permen PU No. 24/PRT/M/2007 karena Permen PU No. 24/PRT/M/2007 tidak

mengatur bahwa siteplan sebagai dokumen rencana teknis ditujukan bagi

pembangunan pabrik, hotel, apartemen, restoran, rumah sakit, dan

bangunan tunggal lainnya. Permen PU No. 24/PRT/M/2007 mengatur bahwa

siteplan sebagai dokumen rencana teknis ditujukan bagi:

a. Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal sederhana, meliputi

rumah inti tumbuh, rumah sederhana sehat, dan rumah deret

sederhana.

b. Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal dan rumah deret –

sampai dengan 2 (dua) lantai.

Page 56: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 56

c. Bangunan gedung hunian rumah tinggal tidak sederhana – 2 lantai

atau lebih – dan bangunan gedung lainnya pada umumnya.

d. Rencana teknis bangunan gedung untuk kepentingan umum.

e. Rencana teknis bangunan gedung fungsi khusus.

f. Rencana teknis bangunan gedung kedutaan besar negara asing dan

bangunan gedung diplomatik lainnya.

Oleh karena itu, syarat siteplan dalam dokumen rencana teknis

melalui pengaturan dalam Raperda IMB perlu disinkronisasikan dengan

Permen PU No. 24/PRT/M/2007. Pengaturan terkait siteplan juga seharusnya

diatur hanya dalam Peraturan Daerah yang mengatur tentang perizinan

bukan pada Peraturan Daerah yang mengatur retribusi perizinan.43

Selain itu terminologi block plan perlu diatur secara lebih jelas ruang

lingkup dan batasannya karena ketentuan umum Perda No. 5 Tahun 2011

tidak mengatur dengan jelas terkait block plan. Hal ini untuk mencegah

adanya kerancuan penggunaan istilah block plan dalam hal lain, misalnya

penggunaan istilah block plan dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan

(RDTRK).

3.2.7. Perda No. 29 Tahun 2011

Perda No. 29 Tahun 2011 mengatur bangunan gedung secara umum

di Kabupaten Gresik. Pengaturan bangunan gedung tersebut merupakan

dalam Peraturan Daerah merupakan amanat dari UU No. 28 Tahun 2002.

Namun pengaturan tersebut justru terlalu detil untuk ruang lingkup

pengaturan IMB untuk ruang lingkup Peraturan Daerah yang mengatur

tentang bangunan gedung. Pada akhirnya, pengaturan tersebut tidak

dapat ditindaklanjuti lebih lanjut. Hal ini disebabkan Perda No. 29 Tahun 2011

juga tidak mendelegasikan pengaturan lebih lanjut terkait IMB pada

43 Perihal block plan justru diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 8

Tahun 2012 tentang Penanaman Modal di Kabupaten Gresik (Perda No. 8 Tahun 2012). Izin

Block Plan diatur untuk penggunaan tanah bagi kawasan perumahan, kawasan industri,

kawasan pergudangan, kawasan perdagangan/perkantoran/pertokoan, kawasan

pelabuhan atau dermaga, bangunan bawah air, bangunan atas air dan bangunan bawah

tanah.

Page 57: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 57

Peraturan Bupati. Padahal jika mengacu pada UU No. 12 Tahun 2011,

pengaturan ketentuan lebih lanjut dari sebuah peraturan perundang-

undangan harus didelegasikan secara tegas. Oleh karena itu, perlu adanya

Peraturan Daerah yang secara khusus mengatur IMB dengan berdasarkan

pendelegasian pengaturan dari Pasal 4 Permendagri No. 32 Tahun 2010 dan

Pasal 8 ayat (1) Permen PU No. 24/PRT/M/2007.

Page 58: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 58

4.1. Landasan Filosofis

Landasan Filosofis (pandangan hidup, kultur, keyakinan agama,

filsafat hukum, kesadaran hukum, adat, dan wawasan kebangsaan). Maka

dalam pembentukan Peraturan Daerah, para pembentuk harus menyadari

bahwa pandangan hidup masyarakat setempat: yang tercermin dalam

budaya masyarakat harus menjadi sumber moral, demikian halnya dengan

kenyakinan agama yang dianut oleh masyarakat, pemikiran atau filsafat

hukum yang dianut masyarakat daerah, termasuk kesadaran hukum

masyarakat lokal, serta dalam konteks NKRI dperhatikannya wawasan

kebangsaan dalam penyusunan Peraturan Daerah. Karena itu maka asas-

asas pembentukan peraturan perundang-undangan dalam Undang-

undang Nomor 12 Tahun 2011 diberikan rambu-rambunya.

Filosofis berasal dari kata filsafat, yakni ilmu tentang kebijaksanaan.

Berdasarkan akar kata semacam ini, maka arti filosofis tidak lain adalah sifat-

sifat yang mengarah kepada kebijaksanaan. Karena menitikberatkan

kepada sifat akan kebijaksanaan, maka filosofis tidak lain adalah

pandangan hidup suatu bangsa yakni nilai-nilai moral atau etika yang berisi

nilai-nilai yang baik dan yang tidak baik.

Dasar filosofis berkaitan dengan rechtsidee dimana semua

masyarakat mempunyainya, yaitu apa yang mereka harapkan dari hukum,

misalnya untuk menjamin keadilan, ketertiban, kesejahteraan dan

sebagainya. Cita hukum atau rechtsidee tersebut tumbuh dari sistem nilai

mereka mengenai baik atau buruk, pandangan terhadap hubungan

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS 4444

Page 59: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 59

individu dan kemasyarakatan, tentang kebendaan, kedudukan wanita dan

sebagainya.

Semuanya itu bersifat filosofis artinya menyangkut pandangan

mengenai hakikat sesuatu. Hukum diharapkan mencerminkan sistem nilai

tersebut baik sebagai sarana mewujudkannya dalam tingkah laku

masyarakat. Nilai-nilai ini ada yang dibiarkan dalam masyarakat sehingga

setiap pembentukan hukum atau peraturan perundang-undangan harus

dapat menangkapnya setiap kali akan membentuk hukum atau peraturan

perundang-undangan. Akan tetapi adakalanya sistem nilai tersebut telah

terangkum dengan baik berupa teori-teori filsafat maupun dalam doktrin-

doktrin resmi (Pancasila).

Dalam tataran filsafat hukum, pemahaman mengenai pemberlakuan

moral bangsa ke dalam hukum (termasuk peraturan perundang-undangan

dan Perda) ini dimasukan dalam pengertian yang disebut dengan

rechtsidee yaitu apa yang diharapkan dari hukum, misalnya untuk menjamin

keadilan, ketertiban, kesejahteraan dan sebagainya yang tumbuh dari

sistem nilai masyarakat (bangsa) mengenai baik dan buruk, pandangan

mengenai hubungan individu dan masyarakat.

Berdasarkan pemahaman teori tersebut, maka pengaturan perizinan

bangunan sebagaimana diatur dalam Raperda tentang Izin Mendirikan

Bangunan memiliki landasan filosofis yaitu: “pendirian bangunan harus

dilaksanakan secara tertib, sesuai dengan fungsinya, dan memenuhi

persyaratan administratif dan teknis agar menjamin keselamatan penghuni

dan lingkungannya serta selaras dengan tata ruang wilayah”.

Jika ditelusuri lebih mendalam, Ranperda Kabupaten Gresik tentang

Izin Mendirikan Bangunan dapat ditemukan pada pandangan hidup (way of

life) yang telah dirumuskan dalam butir-butir Pancasila. Landasan filosofis

tersebut dituangkan dalam Pembukaan UUD NRI 1945. Nilai-nilai Pancasila ini

kemudian memerlukan penjabaran dalam peraturan perundang-undangan

Page 60: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 60

untuk mengimplementasikan nilai-nilai keadilan, ketertiban dan

kesejahteraan yang dicita-citakan.

Pancasila sebagai norma filosofis harus dapat tercerminkan bukan

hanya dalam undang-undang tetapi juga pada peraturan perundang-

undangan di bawah undang-undang. Dalam konteks negara kesatuan yang

mendesentralisasikan wewenang ke daerah, pengaturan perizinan

bangunan dengan memperhatikan landasan filosofis dari kelima sila

Pancasila tersebut perlu diarahkan hingga tingkatan peraturan daerah. Oleh

karena itu, penting pula bagi Kabupaten Gresik untuk membentuk peraturan

daerah yang secara khusus mengatur tentang Izin Mendirikan Bangunan

dengan memperhatikan landasan filosofis yang bersumber dari Pancasila.

Ketuhanan yang Maha Esa, secara filosofis menunjukkan bahwa

segala kerangka bernegara harus berdasarkan pandangan bahwa segala

yang di dunia ini mengikuti kebajikan tertinggi dari semesta alam. Melalu sila

pertama, manusia Indonesia ingin menunjukkan bahwa tidak ada manusia

yang dapat berdiri di atas manusia lain. Semua manusia setara

kedudukannya (egaliter) namun sebaliknya inferior terhadap nilai-nilai

kebajikan yang asalnya dari sumber yang tidak disebabkan lagi. Dalam

konteks pengaturan perizinan bangunan, Ketuhanan yang Maha Esa

menunjukkan bahwa pendirian bangunan sebagai produk kebudayaan

tentunya merepresentasikan pula kecerdasan dan kehebatan olah pikir

manusia. Namun intelektualitas tersebut haruslah diposisikan sebagai entitas

yang inferior terhadap nilai-nilai yang absolut, yaitu nilai-nilai kebaikan bagi

manusia. Misalnya, bangunan yang akan didirikan bukan hanya ditujukan

semata untuk menunjukkan kemegahan, tetapi bagaimana bangunan

tersebut selaras dengan tata ruang wilayah yang telah diatur dalam

Peraturan Daerah. Dalam hal ini perizinan menjadi instrumen kontrol agar

pendirian bangunan dapat menuju pada arah nilai kebaikan tersebut.

Sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dan sila ketiga

Persatuan Indonesia harus tercermin dalam pengaturan perizinan bangunan

Page 61: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 61

sehingga menunjukan bahwa pendirian bangunan harus mencerminkan sisi

kemanusiaan. Pencerminan sisi kemanusiaan dalam pendirian bangunan

dapat dilihat pada fungsi perizinan bangunan untuk mencegah adanya

pendirian bangunan yang dapat mengakibatkan gangguan pada

lingkungan sekitar dan masyarakat. Hal ini ditegaskan dalam Permen PU No.

24/PRT/M/2007 yang mengatur peran serta masyarakat. Masyarakat

berdasarkan ketentuan dalam Permen PU tersebut dapat melaporkan

secara tertulis kepada Pemerintah dan/atau pemerintah daerah tentang

indikasi bangunan yang tidak laik fungsi dan/atau berpotensi menimbulkan

gangguan dan/atau bahaya bagi pengguna, masyarakat, dan/atau

lingkungan melalui sarana yang mudah diakses. Hal ini menunjukkan bahwa

perizinan bangunan berfungsi untuk menempatkan pendirian bangunan

selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan ketika dikaitkan dengan masyarakat

dan lingkungan.

Sila keempat, yang menunjukkan pandangan bangsa Indonesia

yang memperhatikan nilai-nilai kerakyatan untuk mencapai keadilan sosial,

dengan jalan musyawarah dan sebagaimana dinyatakan pada sila kelima

harus pula menjadi dasar pengaturan perizinan bangunan untuk mencapai

keadilan sosial. Dalam pandangan filosofis ini jelas bahwa bangsa Indonesia

menekankan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sehingga setiap

bentuk aturan hukum harus memperhatikan masyarakat yang dalam

stratifikasi sosial berada di lapisan bawah. Oleh karena itu, pengaturan

perizinan bangunan di Kabupaten Gresik sebaiknya tidak kemudian

mempersulit masyarakat dari kelas ekonomi yang kurang mampu untuk

membangun tempat tinggal yang aman dan nyaman.

Bangunan sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,

mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak,

perwujudan produktivitas, dan jati diri manusia. Perizinan bangunan perlu

diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta

penghidupan masyarakat, serta untuk mewujudkan pendirian bangunan

yang andal, berjati diri, serta seimbang, serasi, dan selaras dengan

Page 62: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 62

lingkungannya. Pengaturan perizinan bangunan tersebut tidak dapat

dihindarkan karena kebutuhan akan bangunan merupakan salah satu

kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan tersebut akan terus ada dan

berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban. Perbaikan mutu

hidup masyarakat yang diwujudkan melalui pembangunan nasional harus

diikuti dan disertai secara seimbang dengan ketertiban pendirian bangunan.

Aspek ketertiban pendirian bangunan difokuskan pada aspek kualitatif

dengan memungkinkan terselenggaranya perizinan bangunan yang sesuai

dengan hakekat dan fungsinya.

Dengan landasan filosofis tersebut, diharapkan perizinan bangunan

dapat menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Pada

akhirnya, tujuan pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil

dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 dapat dicapai.

4.2. Landasan Sosiologis

Peraturan Daerah harus mempunyai landasan sosiologis, atau

keberlakuan faktual yaitu ‘kebutuhan dan aspirasi ril masyarakat’, yang

mendasari mengapa Peraturan Daerah mengenai hal tertentu harus

dibentuk dalam suatu Daerah.

Landasan sosiologis (sociologiche gelding) dapat diartikan

pencerminan kenyataan yang hidup dalam masyarakat, dengan harapan

peraturan perundang-undangan (termasuk peraturan daerah didalamnya)

tersebut akan diterima oleh masyarakat secara wajar bahkan spontan.

Peraturan perundang-undangan yang diterima secara wajar akan

mempunyai daya berlaku efektif dan tidak begitu banyak memerlukan

pengerahan institusional untuk melaksanakannya.

Dasar sosiologis dari peraturan daerah adalah kenyataan yang hidup

dalam masyarakat (living law) harus termasuk pula kecenderungan-

kecenderungan dan harapan-harapan masyarakat. Tanpa memasukan

faktor-faktor kecenderungan dan harapan, maka peraturan perundang-

Page 63: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 63

undangan hanya sekedar merekam seketika (moment opname). Keadaan

seperti ini akan menyebabkan kelumpuhan peranan hukum. Hukum akan

tertinggal dari dinamika masyarakat. Bahkan peraturan perundang-

undangan akan menjadi konservatif karena seolah-olah pengukuhan

kenyataan yang ada. Hal ini bertentangan dengan sisi lain dari peraturan

perundang-undangan yang diharapkan mengarahkan perkembangan

masyarakat.

Peraturan perundang-undangan dibentuk oleh negara dengan

harapan dapat diterima dan dipatuhi oleh seluruh masyarakat secara sadar

tanpa kecuali. Harapan seperti ini menimbulkan konsekuensi bahwa setiap

peraturan perundang-undangan harus memperhatikan secara lebih

seksama setiap gejala sosial masyarakat yang berkembang. Terdapat

perbedaan anatara hukum positif di satu pihak dengan hukum yang hidup

dalam masyarakat (living law) di pihak lain. Oleh karena itu hukum posistif

akan memiliki daya berlaku yang efektif apabila berisikan, atau selaras

dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.

Berpangkal tolak dari pemikiran tersebut, maka peraturan

perundang-undangan sebagai hukum positif akan mempunyai daya berlaku

jika dirumuskan ataupun disusun bersumber pada living law tersebut. Dalam

kondisi yang demikian maka peraturan perundang-undangan tidak mungkin

dilepaskan dari gejala sosial yang ada di dalam masyarakat tadi.

Berdasarkan pemahaman teori tersebut, maka pengaturan perizinan

bangunan sebagaimana diatur dalam Raperda Izin Mendirikan Bangunan

memiliki landasan sosiologis. Landasan sosiologis adanya pengaturan Izin

Mendirikan Bangunan yaitu perlunya perizinan bangunan yang dapat:44

1. Mewujudkan pengawasan, pengendalian, dan penertiban bangunan.

2. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan yang menjamin

keandalan bangunan dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan,

dan kemudahan.

44 Mengacu pada Pasal 3 ayat (1) Permendagri No. 32 Tahun 2010.

Page 64: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 64

3. Mewujudkan bangunan yang fungsional sesuai dengan tata bangunan

dan serasi dengan lingkungannya.

Landasan sosiologis tersebut memperlihatkan adanya kontribusi atau

dampak dari perizinan bangunan terhadap lingkungan, baik lingkungan

masyarakat maupun lingkungan hidup lainnya. Agar perizinan bangunan

dapat menjamin ketertiban pendirian bangunan sehingga terwujud sesuai

dengan fungsinya, diperlukan peran masyarakat dan upaya pembinaan.

4.3. Landasan Yuridis

Pembentukan peraturan perundang-undangan, haruslah mengacu

pada landasan pembentukan peraturan perundang-undangan atau ilmu

perundang-undangan (gesetzgebungslehre), yang diantaranya landasan

yuridis. Setiap produk hukum, haruslah mempunyai dasar berlaku secara

yuridis (juridische gelding). Dasar yuridis ini sangat penting dalam pembuatan

peraturan perundang-undangan khususnya peraturan daerah.

Peraturan Daerah merupakan salah satu unsur produk hukum, maka

prinsip-prinsip pembentukan, pemberlakuan dan penegakannya harus

mengandung nilai-nilai hukum pada umumnya. Berbeda dengan niali-nilai

sosial lainya, sifat kodratinya dari nilai hukum adalah mengikat secara umum

dan ada pertanggungjawaban konkrit yang berupa sanksi duniawi ketika

nilai hukum tersebut dilanggar.

Oleh karena itu peraturan daerah merupakan salah satu produk

hukum, maka agar dapat mengikat secara umum dan memiliki efektivitas

dalam hal pengenaan sanksi, disebutkan bahwa sanksi adalah cara-cara

menerapkan suatu norma atau peraturan. Sanksi hukum adalah sanksi-sanksi

yang digariskan atau di otorisasi oleh hukum. Setiap peraturan hukum

mengandung atau menyisaratkan sebuah statemen mengenai konsekuensi-

konsekuensi hukum, konsekuensi-konsekuensi ini adalah sanksi-sanksi, janji-

janji atau ancaman.

Page 65: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 65

Dalam pembentukan peraturan daerah harus memperhatikan

beberapa persyaratan yuridis. Persyaratan seperti inilah yang dapat

dipergunakan sebagai landasan yuridis, yang dimaksud disini adalah :

1. Dibuat atau dibentuk oleh organ yang berwenang, artinya suatu

peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh pejabat atau badan

yang mempunyai kewenangan untuk itu. Dengan konsekuensi apabila

tidak diindahkan persyaratan ini maka konsekuensinya undang-undang

tersebut batal demi hukum (van rechtswegenietig);

2. Adanya kesesuaian bentuk/ jenis Peraturan perundang-undangan

dengan materi muatan yang akan diatur, artinya ketidaksesuaian

bentuk/ jenis dapat menjadi alasan untuk membatalkan peraturan

perundang-undangan yang dimaksud;

3. Adanya prosedur dan tata cara pembentukan yang telah ditentukan

adalah pembentukan suatu peraturan perundang-undangan harus

melalui prosedur dan tata cara yang telah ditentukan;

4. Tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan

yang lebih tinggi tingkatannnya adalah sesuai dengan pandangan

stufenbau theory, peraturan perundang-undangan mengandung norma-

norma hukum yang sifatnya hirarkhis. Artinya suatu Peraturan Perundang-

undangan yang lebih tinggi tingkatannya merupakan grundnorm (norma

dasar) bagi peraturan perundang-undangan yang lebih rendah

tingkatannya.

Berdasarkan pemahaman teori tersebut, maka pengaturan

penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana diatur dalam Perda

Bangunan Gedung memiliki landasan yuridis yaitu “untuk melaksanakan

ketentuan Pasal 109 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang

Bangunan Gedung”. Dimana dalam Pasal 109 ayat (1) tersebut diatur

bahwa “pengaturan (sebagai bagian dari pembinaan penyelenggaraan

bangunan gedung) dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunan

peraturan daerah di bidang bangunan gedung berdasarkan pada

Page 66: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 66

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan

kondisi kabupaten/kota setempat”.

Dengan demikian, landasan yuridis tersebut telah memperkuat dasar

penyusunan Peraturan Daerah tentang Penataan Bangunan dan Izin

Mendirikan Bangunan, yaitu sebagai suatu peraturan perundang-undangan

yang bersifat delegasi atau amanah dari peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi.

1. Pasal 18 ayat (6) UUD NRI 1945

Pasal 18 ayat (6) UUD NRI 1945 menjadi salah satu landasan yuridis untuk

menunjukkan landasan wewenang Pemerintahan Daerah untuk

membentuk peraturan daerah tentang bangunan gedung. Pasal 18 ayat

(6) UUD NRI 1945 menyatakan bahwa Pemerintahan daerah berhak

menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk

melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Dalam hal untuk

menjalankan otonomi daerah itulah Pemerintah Kabupaten Gresik

memiliki wewenang untuk membentuk peraturan daerah yang secara

khusus mengatur izin mendirikan bangunan di Kabupaten Gresik.

2. UU No. 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten

dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur sebagaimana diubah dengan UU

No. 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya

dan Daerah Tingkat II Surabaya (UU No. 12 Tahun 1950 jo. UU No. 2 Tahun

1965)

UU No. 12 Tahun 1950 jo. UU No. 2 Tahun 1965 menjadi landasan yuridis

Peraturan Daerah Kabupaten Gresik tentang Izin Mendirikan Bangunan

karena berdasarkan UU No. 12 Tahun 1950 jo. UU No. 2 Tahun 1965

daerah Gresik ditetapkan sebagai salah satu kabupaten di Jawa Timur.

Dalam Pasal 4 ayat (1) UU No. 12 Tahun 1950 jo. UU No. 2 Tahun 1965

diatur pula urusan-urusan yang menjadi urusan rumah tangga dan

kewajiban kabupaten-kabupaten yang dibentuk tersebut. Namun dasar

urusan wajib yang menjadi wewenang Pemerintah Kabupaten Gresik

bukan lagi undang-undang ini, melainkan UU No. 23 Tahun 2014. UU No.

Page 67: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 67

12 Tahun 1950 yang menjadi dasar dalam pembentukan setiap

peraturan daerah di Kabupaten Gresik sekedar untuk menunjukkan dasar

yuridis dari asal wewenang yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Gresik.

Ketika Pemerintah Kabupaten Gresik terbentuk itulah juga eksis

wewenang yang melekat pada pemerintahan daerah tersebut.

3. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 Tahun 2002 merupakan undang-undang yang menjadi rujukan

dalam pembentukan setiap peraturan daerah tentang bangunan

gedung di berbagai daerah. UU No. 28 Tahun 2002 secara eksplisit dalam

bagian Penjelasan juga menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan

dalam undang-undang tersebut perlu diatur lebih lanjut dalam peraturan

daerah. Dalam Penjelasan dinyatakan bahwa UU No. 28 Tahun 2002

hanya mengatur hal-hal yang bersifat pokok dan normatif saja,

sedangkan ketentuan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Pemerintah dan/atau peraturan perundang-undangan

lainnya, termasuk Peraturan Daerah, dengan tetap mempertimbangkan

ketentuan dalam undang-undang lain yang terkait dalam pelaksanaan

UU No.28 Tahun 2002.

4. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Berdasarkan Pasal 10 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2014, Pemerintah Pusat

memiliki Urusan Absolut yang tidak dapat dibagikan pada Pemerintah

Daerah. Urusan Absolut yang menjadi urusan Pemerintah Pusat antara

lain:

g. politik luar negeri;

h. pertahanan;

i. keamanan;

j. yustisi;

k. moneter dan fiskal nasional; dan

l. agama.

Page 68: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 68

Urusan pemerintahan yang kemudian dibagikan pada Pemerintah

Daerah adalah Urusan pemerintahan konkuren. Urusan pemerintahan

konkuren kemudian dibedakan menjadi Urusan Pemerintahan Wajib dan

Urusan Pemerintahan Pilihan [lihat Pasal 11 ayat (1)]. Salah satu Urusan

Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar adalah

pekerjaan umum dan penataan ruang [Pasal 12 ayat (1)]. Berdasarkan

Pasal 12 ayat (1), pengaturan bangunan dan gedung dapat

diklasifikasikan sebagai bagian pelayanan dasar di bidang pekerjaan

umum dan penataan ruang, sub urusan bangunan gedung. Berdasarkan

pembagian urusan dalam UU No. 23 Tahun 2014, wewenang Pemerintah

Kabupaten/Kota dalam sub urusan bangunan gedung adalah

pemberian IMB dan sertifikat laik fungsi bangunan gedung.

5. PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

PP No. 36 Tahun 2005 menjadi salah satu landasan yuridis pengaturan

peraturan daerah tentang Izin Mendirikan Bangunan karena merupakan

peraturan perundang-undangan yang secara eksplisit mendelegasikan

pengaturan lebih lanjut ke dalam peraturan daerah. Beberapa contoh

pendelegasian pengaturan lebih lanjut ke dalam peraturan daerah

antara lain:

c. Pasal 14 ayat (2) mengatur bahwa izin mendirikan bangunan gedung

diberikan oleh pemerintah daerah, kecuali bangunan gedung fungsi

khusus oleh Pemerintah, melalui proses permohonan izin mendirikan

bangunan gedung. Pasal 14 ayat (2) menunjukkan adanya

wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penerbitan IMB.

d. Pasal 112 ayat (1) menegaskan wewenang Pemerintah

Kabupaten/Kota dalam perizinan bangunan. Pasal 112 ayat (1)

menyatakan bahwa pemerintah daerah melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan penerapan peraturan daerah di bidang

bangunan gedung melalui mekanisme penerbitan izin mendirikan

bangunan gedung dan sertifikasi kelaikan fungsi bangunan gedung,

Page 69: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 69

serta surat persetujuan dan penetapan pembongkaran bangunan

gedung.

6. Permen PU No. 24/PRT/M/2007

Permen PU No. 24/PRT/M/2007 mengatur secara detail mengenai tata

cara pemrosesan IMB untuk bangunan gedung pada umumnya,

bangunan gedung kepentingan umum, IMB untuk bangunan gedung

fungsi khusus, Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung Secara

Bertahap, Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Gedung untuk

Pembangunan Secara Massal, Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan

Gedung untuk Pembangunan dengan Strata Title. Permen juga

menegaskan perlunya tim ahli bangunan gedung untuk memberikan

pertimbangan teknis terhadap dokumen rencana teknis dalam rangka

penerbitan IMB (khususnya berkaitan dengan pengesahan dokumen

rencana teknis). Tim ahli bangunan gedung ini secara khusus dibutuhkan

untuk memberikan pertimbangan teknis terhadap dokumen rencana

teknis bangunan gedung untuk kepentingan umum serta dokumen

rencana teknis bangunan gedung tertentu fungsi khusus. Persetujuan dari

tim ahli bangunan gedung ini diperoleh pemohon tanpa pungutan biaya

atau secara Cuma-Cuma (sudah diperhitungkan dalam retribusi IMB).

Permen PU No. 24/PRT/M/2007 mengamanatkan bahwa pelaksanaan

Pedoman Teknis IMB di daerah diatur lebuh lanjut dengan Peraturan

Daerah yang berpedoman pada peraturan ini. Dalam hal daerah belum

mempunyai peraturan daerah tersebut, maka pelaksanaan pengaturan

Izin mendirikan Bangunan gedung berpedoman pada peraturan ini.

Sedangkan bila daerah telah mempunyai peraturan daerah terkait yang

ditatapkan sebelum permen ini diberlakukan, maka Peraturan Daerah

tersebut harus menyesuaikan dengan substansi pengaturan dalam

Permen ini. Selama proses penyusunan dan/atau penyesuuaian Perda

terkait terrsebut. Semua peraturan perundang-Undangan yang berkaitan

dengan IMB dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan

dengan Permen ini.

Page 70: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 70

7. Permendagri No. 32 Tahun 2010

Selain Permen PU No. 24/PRT/M/2007, Permendagri No. 32 Tahun 2010

juga menjadi landasan yuridis karena mendelegasikan pengaturan Izin

Mendirikan Bangunan lebih lanjut dalam bentuk Peraturan Daerah.

Pendelegasian tersebut dalam Pasal 35 ayat (1) yang mengatur bahwa

Bupati/Walikota menetapkan Peraturan Daerah tentang pemberian Izin

Mendirikan Bangunan dengan berpedoman pada Permendagri No. 32

Tahun 2010 paling lambat 2 (dua) tahun sejak Permendagri No. 32 Tahun

2010 ditetapkan.

Page 71: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 71

5.1. Sasaran

Sasaran dari Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik

tentang Izin Mendirikan Bangunan (Raperda IMB) ini adalah:

1. Terbentuknya dasar hukum yang mengatur Izin Mendirikan Bangunan

(IMB) di Kabupaten Gresik secara sistematis dan tidak lagi tersebar

pada berbagai peraturan perundang-undangan. Analisis dan evaluasi

terhadap peraturan perundang-undangan maupun praktik empiris

menunjukkan bahwa sistematika pengaturan IMB di Kabupaten Gresik

tersebar dalam berbagai Peraturan Daerah. Hal ini tentunya akan

menyulitkan masyarakat dalam memahami prosedur penerbitan IMB di

Kabupaten Gresik. Jika dilihat dari perspektif investasi, hal ini dapat

berdampak buruk karena investor dapat menurun keyakinannya

terhadap kepastian hukum bagi perizinan di Kabupaten Gresik.

2. Tersebarnya pengaturan IMB di Kabupaten Gresik juga berdampak

pada tumpang tindih pengaturan. Oleh karena itu Raperda IMB akan

mensinkronisasikan berbagai pengaturan tersebut sehingga tidak lagi

terjadi tumpang tindih pengaturan yang menyulitkan penerbitan IMB

akibat multitafsir. Pengaturan IMB di Kabupaten Gresik dengan adanya

Raperda IMB ini menjadi terpisah dari Perda yang mengatur retribusi

IMB.

3. Untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut maka melalui Raperda IMB ini

juga akan dicabut Perda maupun ketentuan pada beberapa Perda

untuk mencegah tumpang tindih. Melalui pencabutan tersebut

diharapkan adanya pengaturan IMB yang sistematis dan terunifikasi

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

5555

Page 72: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 72

dalam satu produk hukum daerah. Berdasarkan analisis dan evaluasi

dalam Bab III, terdapat beberapa ketentuan yang akan dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku, antara lain:

a. Ketentuan terkait prosedur penerbitan IMB sebagaimana diatur

dalam Perda No. 22 Tahun 2000 juncto Perda No. 23 Tahun 2004.

b. Ketentuan terkait prosedur penerbitan IMB sebagaimana diatur

dalam Perda No. 5 Tahun 2011.

c. Ketentuan terkait prosedur penerbitan IMB sebagaimana diatur

dalam Perda No. 29 Tahun 2011.

5.2. Jangkauan dan Arah Pengaturan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka diidentifikasi

jangkauan dan arah pengaturan dalam Raperda IMB ini meliputi:

1. Prinsip dan manfaat dari pengaturan penerbitan IMB dengan Peraturan

Daerah.

2. Kelembagaan dalam perizinan bangunan di Kabupaten Gresik.

3. Tahap Permohonan Penerbitan IMB

Pengaturan tahap permohonan ini merupakan tahap yang mendapat

porsi pengaturan lebih besar. Hal ini disebabkan dalam tahap inilah

fungsi kontrol dalam perizinan dapat berperan. Fungsi kontrol tersebut

ditunjukkan dalam proses verifikasi yang dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten Gresik terhadap permohonan yang masuk. Jangkauan dan

arah dalam tahap ini meliputi:

a. Persyaratan-persyaratan dalam pengajuan permohonan IMB.

b. Tata cara permohonan IMB.

c. Jangka waktu penerbitan IMB.

4. Tahap Penerbitan IMB, yaitu terkait pembayaran retribusi IMB oleh

pemohon.

5. Tahap Pascapenerbitan IMB

a. Pelaksanaan pembangunan.

b. Pembongkaran.

Page 73: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 73

c. Penertiban.

d. Pengawasan dan pengendalian.

e. Sanksi.

5.3. Ruang Lingkup Materi Muatan

Ruang lingkup materi muatan dalam Raperda IMB ini meliputi:

1. Ketentuan Umum

Ketentuan umum dalam Raperda IMB memuat rumusan

akademik dari pengertian istilah dan frasa yang digunakan

dalam Raperda. Ketentuan umum dalam Raperda IMB ini antara

lain:

a. Daerah adalah Kabupaten Gresik.

b. Bupati adalah Bupati Gresik.

c. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah

Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan

pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

d. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Gresik.

e. Bangunan adalah bangunan gedung dan bangunan

bukan gedung.

f. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan

konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,

sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di

dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat

manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau

tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,

kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

g. Bangunan bukan gedung adalah suatu perwujudan fisik

hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat

kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas

Page 74: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 74

dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang tidak

digunakan untuk tempat hunian atau tempat tinggal.

h. Klasifikasi bangunan gedung adalah sebagai dasar

penggolongan bangunan gedung terhadap tingkat

kompleksitas, tingkat permanensi, tingkat risiko kebakaran,

tingkat zonasi gempa, lokasi, ketinggian bangunan, dan

kepemilikan bangunan dari fungsi bangunan gedung

sebagai dasar pemenuhan persyaratan administrasi dan

persyaratan teknis.

i. Izin Mendirikan Bangunan, yang selanjutnya disingkat IMB,

adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah,

kecuali untuk bangunan gedung fungsi khusus oleh

Pemerintah, kepada pemohon untuk membangun baru,

memperbaiki, mengubah, memperluas, mengurangi,

dan/atau memugar dalam rangka melestarikan bangunan

sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan

teknis yang berlaku.

j. Pemohon adalah setiap orang, badan hukum atau usaha,

kelompok orang, dan lembaga atau organisasi yang

mengajukan permohonan IMB kepada pemerintah daerah,

dan untuk bangunan gedung fungsi khusus kepada

pemerintah.

k. Pemilik bangunan adalah setiap orang, badan hukum atau

usaha, kelompok orang, dan lembaga atau organisasi yang

menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan.

l. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan, yang selanjutnya

disingkat RDTRK, adalah penjabaran rencana tata ruang

wilayah kabupaten/kota ke dalam rencana pemanfaatan

kawasan, yang memuat zonasi atau blok alokasi

pemanfaatan ruang.

Page 75: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 75

m. Rencana Teknik Ruang Kawasan, yang selanjutnya disingkat

RTRK, adalah rencana tata ruang setiap blok kawasan yang

memuat rencana tapak atau tata letak dan tata

bangunan beserta prasarana dan sarana lingkungan serta

utilitas umum.

n. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, yang selanjutnya

disingkat RTBL, adalah panduan rancang bangun suatu

kawasan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang yang

memuat rencana program bangunan dan lingkungan,

rencana umum dan panduan rancangan, rencana

investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman

pengendalian pelaksanaan.

o. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah

pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang

pribadi atau badan.

p. Pembekuan adalah pemberhentian sementara atas IMB

akibat penyimpangan dalam pelaksanaan pembangunan.

q. Pencabutan adalah tindakan akhir yang dilakukan setelah

pembekuan IMB.

r. Pemutihan adalah penerbitan IMB terhadap bangunan

yang sudah terbangun di kawasan yang belum memiliki

RDTRK, RTBL, dan/atau RTRK.

s. Pembongkaran adalah kegiatan membongkar atau

merobohkan seluruh atau sebagian bangunan, komponen,

bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarananya.

t. Pengawasan adalah pemantauan terhadap pelaksanaan

penerapan peraturan perundang-undangan di bidang

perizinan bangunan dan upaya penegakan hukum.

Page 76: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 76

2. Prinsip penerbitan IMB yang meliputi:

a. prosedur yang sederhana, mudah, dan aplikatif;

b. pelayanan yang cepat, terjangkau, dan tepat waktu;

c. keterbukaan informasi bagi masyarakat dan dunia usaha;

dan

d. aspek rencana tata ruang, kepastian status hukum

pertanahan, keamanan dan keselamatan, serta

kenyamanan.

3. Manfaat penerbitan IMB bagi Pemerintah Daerah, yaitu:

a. pengawasan, pengendalian, dan penertiban bangunan;

b. mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan yang

menjamin keandalan bangunan dari segi keselamatan,

kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;

c. mewujudkan bangunan yang fungsional sesuai dengan

tata bangunan dan serasi dengan lingkungannya; dan

d. syarat penerbitan sertifikasi laik fungsi bangunan.

4. Manfaat penerbitan IMB bagi pemegang IMB, yaitu:

a. pengajuan sertifikat laik jaminan fungsi bangunan; dan

b. memperoleh pelayanan utilitas umum seperti pemasangan/

penambahan

c. jaringan listrik, air minum, hydrant, telepon, dan gas.

5. Ruang lingkup penerbitan IMB ditujukan bagi bangunan gedung

dan bangunan bukan gedung. IMB diwajibkan bagi setiap

orang atau badan hukum yang akan melakukan kegiatan

pembangunan baru, rehabilitasi/renovasi, atau pelestarian/

pemugaran. Ruang lingkup dari bangunan gedung adalah

bangunan gedung dengan fungsi hunian, keagamaan, usaha,

sosial dan budaya, serta bangunan gedung dengan fungsi

Page 77: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 77

ganda/campuran. Ruang lingkup dari bangunan bukan gedung

adalah:

a. pelataran untuk parkir, lapangan tenis, lapangan

basket, lapangan golf, dan lain-lain sejenisnya;

b. pondasi, pondasi tangki, dan lain-lain sejenisnya;

c. pagar tembok/besi dan tanggul/turap, dan lain-lain

sejenisnya;

d. bak penampungan bekas air kotor, dan lain-lain sejenisnya;

e. sumur resapan, dan lain-lain sejenisnya;

f. teras tidak beratap atau tempat pencucian, dan lain-lain

sejenisnya;

g. dinding penahan tanah, dan lain-lain sejenisnya;

h. jembatan penyeberangan orang, jembatan jalan

perumahan, dan lain-lain sejenisnya;

i. penanaman tangki, landasan tangki, bangunan

pengolahan air, gardu listrik, gardu telepon, menara, tiang

listrik/telepon, dan lain-lain sejenisnya;

j. pipa atau kabel yang dibangun di atas tanah atau di

bawah tanah;

k. kolam renang, kolam ikan air deras, dan lain-lain sejenisnya;

dan

l. gapura, patung, bangunan reklame, monumen, dan lain-

lain sejenisnya.

6. IMB tidak diperlukan untuk kegiatan berikut ini:

a. Memperbaiki bangunan dengan tidak mengubah bentuk

dan luas serta menggunakan jenis bahan semula.

b. Memperbaiki saluran air hujan dan selokan dalam

pekarangan bangunan.

c. Membuat bangunan yang sifatnya sementara bagi

kepentingan pemeliharaan ternak dengan luas tidak

Page 78: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 78

melebihi garis sempadan belakang dan samping serta tidak

mengganggu kepentingan orang lain atau umum.

d. Membuat pagar halaman yang sifatnya sementara yang

tingginya tidak melebihi 120 (seratus dua puluh) centimeter

kecuali adanya pagar ini mengganggu kepentingan orang

lain atau umum.

e. Membuat bangunan yang sifat penggunaannya

sementara waktu.

7. Aspek kelembagaan dalam penerbitan IMB yang mengatur

sebagai berikut:

a. Bupati berwenang dalam penerbitan IMB.

b. Bupati mendelegasikan wewenang penerbitan IMB kepada

kepala satuan kerja perangkat daerah yang membidangi

perizinan di Daerah berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

c. Kepala satuan kerja perangkat daerah tersebut dalam

melaksanakan pendelegasian wewenang penerbitan IMB

melaporkan pelaksanaannya kepada Bupati.

8. Pengaturan tata cara permohonan IMB secara prosedural diatur

sebagai berikut:

a. Pemohon mengajukan permohonan penerbitan IMB

kepada Bupati melalui satuan kerja perangkat daerah yang

membidangi perizinan di Daerah.

b. Permohonan dilengkapi dengan dokumen persyaratan

administratif dan persyaratan teknis.

Page 79: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 79

c. Satuan kerja perangkat daerah yang membidangi perizinan

memeriksa kelengkapan dokumen persyaratan administratif

dan persyaratan teknis. Dokumen tersebut kemudian

dievaluasi untuk menjadi dasar persetujuan dalam

penerbitan IMB. Dokumen administratif, dan/atau dokumen

rencana teknis yang belum memenuhi persyaratan

dikembalikan kepada pemohon untuk

dilengkapi/diperbaiki.

d. Bupati memberikan persetujuan terhadap permohonan IMB

dan menetapkan retribusi IMB setelah dokumen

administratif dan dokumen rencana teknis memenuhi

persyaratan.

9. Persyaratan administratif permohonan IMB, antara lain:

a. Status hak atas tanah. Sebagai kelengkapan dokumen

terkait status hak atas tanah tempat pendirian bangunan

maka harus ditunjukkan tanda bukti penguasaan atau

kepemilikan tanah yang dibuktikan dan/atau dilengkapi

dengan:

1) Surat bukti status hak atas tanah.

2) Surat perjanjian pemanfaatan/penggunaan tanah.

3) Data kondisi/situasi tanah.

b. Status kepemilikan bangunan.

Untuk permohonan IMB pembangunan bangunan gedung

baru, status kepemilikanbangunan gedung yaitu dokumen

keterangan diri pemilik yang mengajukan Permohonan IMB

dan kepemilikan atas bangunan gedung.

c. Dokumen/surat yang terkait, antara lain:

Page 80: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 80

1) Surat pernyataan dari pemohon bahwa tanah tidak

sedang dalam sengketa;

2) Surat pernyataan dari pemohon untuk

bertanggungjawab dalam keamanan konstruksi

bangunan;

3) Surat pemberitahuan pajak terhutang bumi dan

bangunan (SPPT-PBB) tahun berkenaan;

4) Izin Tata Ruang untuk pembangunan di atas tanah

dengan luas minimum tertentu;

5) Dokumen analisis mengenai dampak dan gangguan

terhadap lingkungan, atau upaya pemantauan

lingkungan (UPL)/upaya pengelolaan lingkungan (UKL)

bagi yang terkena kewajiban; dan/atau

6) Rekomendasi instansi teknis terkait untuk bangunan

gedung di atas/bawah prasarana dan sarana umum.

10. Penggolongan bangunan, untuk menentukan pembedaan

persyaratan teknis dokumen permohonan IMB, yang

digolongkan sebagai berikut:

a. Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal

sederhana, meliputi: rumah inti tumbuh, rumah sederhana

sehat, dan rumah deret sederhana;

b. Bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal dan

rumah deret – sampai dengan 2 (dua) lantai –;

c. Bangunan gedung hunian rumah tinggal tidak sederhana –

2 (dua) lantai atau lebih – bangunan gedung lainnya pada

umumnya;

d. Bangunan gedung untuk kepentingan umum, yaitu

bangunan gedung yang fungsinya untuk kepentingan

publik, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha,

maupun sosial dan budaya;

Page 81: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 81

e. Bangunan bukan gedung

11. Persyaratan teknis permohonan IMB berupa dokumen rencana

teknis. Dokumen rencana teknis meliputi data umum bangunan

dan rencana teknis bangunan. Setiap golongan bangunan

dalam data umum bangunan pada dokumen rencana teknis

menyampaikan informasi antara lain:

a. Fungsi/klasifikasi bangunan.

b. Luas lantai dasar bangunan.

c. Total luas lantai bangunan.

d. Ketinggian/jumlah lantai bangunan.

e. Rencana pelaksanaan.

12. Substansi rencana teknis bangunan, sebagai bagian dari

dokumen rencana teknis, berbeda pada setiap penggolongan

bangunan. Golongan bangunan yang lebih kompleks memiliki

substansi rencana teknis yang juga lebih kompleks daripada

golongan bangunan yang lebih sederhana.

13. Bupati dapat menolak permohonan IMB yang diajukan

Pemohon apabila bangunan yang akan dibangun tidak

memenuhi persyaratan administratif dan teknis, penggunaan

tanah yang akan didirikan bangunan tidak sesuai dengan

rencana kota, atau terdapat keberatan tertulis dari masyarakat

karena bangunan yang akan didirikan secara objektif

diperkirakan akan mengganggu lingkungan, lalu lintas, aliran air,

atau cahaya pada bangunan yang ada di sekitarnya.

Penolakan permohonan IMB oleh Bupati disampaikan secara

tertulis kepada Pemohon dengan disertai alasan penolakan.

14. Pelaksanaan pembangunan bangunan yang telah memiliki IMB

wajib sesuai dengan persyaratan teknis.

Page 82: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 82

15. Bupati melakukan pemutihan IMB terhadap bangunan yang

sudah terbangun sebelum adanya RTRW, RDTRK, RTBL, dan/atau

RTRK dan tidak memiliki IMB yang bangunannya sesuai dengan

lokasi, peruntukkan, dan penggunaan yang ditetapkan

dalam RTRW, RDTRK, RTBL, dan/atau RTRK. Pemutihan tersebut

hanya dilakukan 1 (satu) kali.

16. Bangunan milik Pemerintah atau Pemerintah Daerah tidak

dikenakan retribusi IMB.

17. Pemerintah Daerah melakukan pengawasan dan pengendalian

terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah tentang IMB melalui

satuan kerja perangkat daerah yang membidangi perizinan

dan/atau pengawasan. Kegiatan pengawasan tersebut meliputi

pemeriksaan fungsi bangunan, persyaratan teknis bangunan,

dan keandalan bangunan. Kegiatan pengendalian meliputi

peninjauan lokasi, pengecekan informasi atas pengaduan

masyarakat, dan pengenaan sanksi. Pengawasan dan

pengendalian tersebut dapat melibatkan masyarakat dengan

mengembangkan sistem pemberian penghargaan berupa

tanda jasa dan/atau insentif untuk meningkatkan peran

masyarakat.

18. Sanksi administratif bagi pelanggaran ketentuan Perda IMB

mencakup peringatan tertulis, denda administratif, pembekuan

IMB, pencabutan IMB, pembongkaran bangunan.

19. Bangunan yang sudah terbangun sebelum adanya RTRW,

RDTRK, RTBL, dan/atau RTRK dan tidak memiliki IMB yang

bangunannya tidak sesuai dengan lokasi, peruntukkan,

dan/atau penggunaan yang ditetapkan dalam RTRW, RDTRK,

Page 83: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 83

RTBL, dan/atau RTRK dikenakan sanksi administratif berupa

peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

dapat ditindaklanjuti dengan denda administratif.

20. Bangunan yang sudah terbangun sesudah adanya RTRW, RDTRK,

RTBL, dan/atau RTRK dan tidak memiliki IMB yang bangunannya

sesuai dengan lokasi, peruntukkan, dan penggunaan yang

ditetapkan dalam RTRW, RDTRK, RTBL, dan/atau RTRK dikenakan

sanksi administratif berupa peringatan tertulis dan dapat

ditindaklanjuti dengan denda administratif.

21. Bangunan yang sudah terbangun sebelum adanya RTRW,

RDTRK, RTBL, dan/atau RTRK dan tidak memiliki IMB yang

bangunannya sesuai dengan lokasi, peruntukkan, dan

penggunaan yang ditetapkan dalam RTRW, RDTRK, RTBL,

dan/atau RTRK tetapi tidak melakukan pemutihan. dikenakan

sanksi administratif berupa peringatan tertulis dan dapat

ditindaklanjuti dengan denda administratif.

22. Bangunan yang sudah terbangun tetapi memiliki IMB yang

diterbitkan berdasarkan data dan informasi yang tidak benar

dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis dan

dapat ditindaklanjuti dengan denda administratif. Jika denda

administratif tidak dibayar maka dapat ditindaklanjuti dengan

sanksi administratif lainnya.

23. Bangunan yang pelaksanaan pembangunannya menyimpang

dari dokumen rencana teknis yang telah disahkan dan/atau

persyaratan yang tercantum dalam IMB dikenakan sanksi

administratif berupa peringatan tertulis dan dapat ditindaklanjuti

dengan denda administratif. Jika denda administratif tidak

Page 84: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 84

dibayar maka dapat ditindaklanjuti dengan sanksi administratif

lainnya.

24. Bangunan yang dalam waktu 6 (enam) bulan sejak IMB

diterbitkan tidak terdapat kegiatan fisik atau konstruksi di

lapangan dikenakan sanksi administratif berupa peringatan

tertulis dan dapat ditindaklanjuti dengan denda administratif.

Jika denda administratif tidak dibayar maka dapat

ditindaklanjuti dengan sanksi administratif lainnya.

25. Bangunan yang telah memiliki IMB tetapi kegiatan

pembangunannya terhenti selama 3 (tiga) bulan berturut-turut

dan tidak dilanjutkan lagi berdasarkan pemberitahuan tertulis

dari Pemilik Bangunan dikenakan sanksi administratif berupa

peringatan tertulis dan dapat ditindaklanjuti dengan denda

administratif. Jika denda administratif tidak dibayar maka dapat

ditindaklanjuti dengan sanksi administratif lainnya.

26. Bangunan yang sudah dilengkapi dengan IMB sebelum

diundangkannya Peraturan Daerah ini tetap berlaku. Bangunan

yang pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini belum

dilengkapi IMB, maka Pemilik Bangunan wajib mengajukan

permohonan IMB. Permohonan IMB yang telah diajukan sebelum

berlakunya Peraturan Daerah ini tetap diproses dan disesuaikan

dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

27. Dengan berlakunya Peraturan Daerah tentang IMB maka

terdapat beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah yang

dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Peraturan Daerah

tersebut antara lain:

Page 85: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 85

a. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 22 Tahun 2000

tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (Lembaran

Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2000 Nomor 8 Seri B);

b. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 23 Tahun 2004

tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten

Gresik Nomor 22 Tahun 2000 tentang Retribusi Izin

Mendirikan Bangunan (Lembaran Daerah Kabupaten Gresik

Tahun 2004 Nomor 8 Seri C);

c. Ketentuan tentang IMB yang diatur dalam Peraturan

Daerah Kabupaten Gresik Nomor 29 Tahun 2011 tentang

Bangunan Gedung (Lembaran Daerah Kabupaten Gresik

Tahun 2011 Nomor ).

Page 86: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 86

6.1. Simpulan

Berdasarkan kajian yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Permasalahan dalam perizinan bangunan di Kabupaten Gresik

disebabkan tidak adanya Peraturan Daerah yang mengatur penerbitan

IMB secara komprehensif. Ketiadaan Peraturan Daerah tersebut

berdampak pada praktik perizinan bangunan di Kabupaten Gresik yang

banyak bergantung pada kebijakan yang dibuat satuan kerja perangkat

daerah. Aspek-aspek prosedural dalam perizinan bangunan juga diatur

dalam beberapa Peraturan Daerah yang terpisah sehingga tidak

berdampak pada kesatuan sistem perizinan bangunan walaupun

pengurusan IMB selama ini ditangani oleh Badan Penanaman Modal dan

Perizinan Kabupaten Gresik.

2. Pengaturan permasalahan tersebut perlu dipecahkan dengan

penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik tentang

IMB karena pengaturan IMB telah didelegasikan oleh Permen PU No.

24/PRT/M/2007 dan Permendagri No. 32 Tahun 2010 untuk diatur dengan

Peraturan Daerah. Rancangan Peraturan Daerah tersebut nantinya akan

disinkronkan dengan berbagai peraturan perundang-undangan terkait.

3. Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat dirumuskan

konsiderans dalam Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik

tentang IMB yang mencakup landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis.

Landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis tersebut antara lain:

PENUTUP 6666

Page 87: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 87

a. bahwa perizinan bangunan harus dilaksanakan secara tertib, sesuai

dengan fungsinya, dan memenuhi persyaratan administratif maupun

teknis agar menjamin keamanan, keselamatan dan kenyamanan

bagi penghuni dan lingkungannya;

b. bahwa perizinan bangunan harus memberikan keamanan dan

kenyamanan bagi lingkungannya;

c. bahwa Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007

tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan dan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010 tentang Pedoman

Pemberian Izin Mendirikan Bangunan mendelegasikan pengaturan

Izin Mendirikan Bangunan dengan Peraturan Daerah.

4. Sasaran yang dituju dari Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik

tentang IMB adalah terbentuknya dasar hukum yang mengatur IMB di

Kabupaten Gresik secara sistematis dan tersinkronisasinya ketentuan-

ketentuan di dalamnya dengan peraturan perundang-undangan lain

yang terkait dengan IMB.

6.2. Saran

1. Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik tentang IMB setelah

disahkan dan diundangkan menjadi Peraturan Daerah harus

ditindaklanjuti dengan penyesuaian oleh Peraturan Daerah lainnya yang

terkait.

2. Setelah Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik tentang IMB

disahkan dan diundangkan maka harus ditindaklanjuti dengan

pembentukan peraturan pelaksana – dalam bentuk Peraturan Bupati -

yang didelegasikan pembentukannya. Pembentukan peraturan

pelaksana tersebut untuk menjamin ketentuan dalam Peraturan Daerah

lebih aplikatif.

Page 88: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 88

LAMPIRAN

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

TAHUN 2016

Page 89: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 89

BUPATI GRESIK

PROVINSI JAWA TIMUR

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK

NOMOR TAHUN 2016

TENTANG

IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GRESIK,

Menimbang : a. bahwa perizinan bangunan harus dilaksanakan secara

tertib, sesuai dengan fungsinya, dan memenuhi

persyaratan administratif maupun teknis agar

menjamin keamanan, keselamatan, dan kenyamanan

bagi penghuni dan lingkungannya;

b. bahwa perizinan bangunan harus memberikan

keamanan dan kenyamanan bagi lingkungannya;

c. bahwa Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor

36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung mengamanatkan pengaturan Izin

Mendirikan Bangunan dengan Peraturan Daerah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu

membentuk Peraturan Daerah tentang Izin Mendirikan

Bangunan;

Page 90: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 90

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-Daerah dalam Lingkungan

Provinsi Djawa Timur (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 2930) sebagaimana

diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965

tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya

dan Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

2013);

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

Page 91: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 91

sebagaimana telah diubah keduakalinya dengan

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5679);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4532);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang

Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4566);

11. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 199);

12. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 221);

13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Izin

Mendirikan Bangunan;

Page 92: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 92

14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :

25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik

Fungsi Bangunan Gedung;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2010

tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

276);

16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat Nomor 01/PRT/M/2015 tentang Bangunan

Gedung Cagar Budaya yang dilestarikan;

17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat Nomor 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan

Gedung Hijau;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 8 Tahun

2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun

2010-2030 (Lembaran Daerah Kabupaten Gresik Tahun

2011 Nomor 8);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 29 Tahun

2011 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Daerah

Kabupaten Gresik Tahun 2011 Nomor 29);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 2 Tahun

2012 tentang Pedoman Pembentukan Perundang-

undangan di Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten

Gresik Tahun 2012 Nomor 2);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN GRESIK

dan

BUPATI GRESIK

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN MENDIRIKAN

BANGUNAN.

Page 93: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 93

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

u. Daerah adalah Kabupaten Gresik.

v. Bupati adalah Bupati Gresik.

w. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten

Gresik.

x. SKPD pengawasan dan pengendalian bangunan adalah

Dinas Pekerjaan Umum.

y. Bangunan adalah bangunan gedung dan bangunan

bukan gedung.

z. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan

konstruksi yang menyatu dengan tempat

kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang

berfungsi sebagai tempat manusia melakukan

kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal,

kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,

budaya, maupun kegiatan khusus.

aa. Bangunan bukan gedung adalah suatu perwujudan

fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan

tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya

berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air,

yang tidak digunakan untuk tempat hunian atau

tempat tinggal.

bb. Izin Mendirikan Bangunan, yang selanjutnya disingkat

IMB, adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah

Kabupaten, kecuali untuk bangunan gedung fungsi

khusus oleh Pemerintah, kepada pemohon untuk

membangun baru, memperbaiki, mengubah,

memperluas, mengurangi, dan/atau memugar dalam

Page 94: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 94

rangka melestarikan bangunan sesuai dengan

persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang

berlaku.

cc. Pemohon adalah setiap orang, badan hukum atau

usaha, kelompok orang, dan lembaga atau organisasi

yang mengajukan permohonan IMB kepada Pemerintah

Kabupaten, dan untuk bangunan gedung fungsi

khusus kepada pemerintah.

dd. Pemilik Bangunan adalah setiap orang, badan hukum

atau usaha, kelompok orang, dan lembaga atau

organisasi yang menurut hukum sah sebagai pemilik

bangunan.

ee. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, yang

selanjutnya disebut RTRW, adalah RTRW Kabupaten

Gresik.

ff. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan, yang selanjutnya

disingkat RDTRK, adalah RDTRK Kabupaten Gresik.

gg. Rencana Teknik Ruang Kawasan, yang selanjutnya

disingkat RTRK, adalah RTRK Kabupaten Gresik.

hh. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, yang

selanjutnya disingkat RTBL, adalah RTBL Kabupaten

Gresik

ii. Reklamasi perairan adalah pekerjaan timbunan di

perairan atau pesisir yang mengubah garis pantai

dan/atau kontur kedalaman perairan.

jj. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi,

adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa

atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

dan/atau diberikan oleh Pemerintah Kabupaten untuk

kepentingan orang pribadi atau badan.

kk. Pembekuan adalah pemberhentian sementara atas IMB

akibat penyimpangan dalam pelaksanaan

pembangunan.

Page 95: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 95

ll. Pencabutan adalah tindakan akhir yang dilakukan

setelah pembekuan IMB.

mm. Pemutihan adalah penerbitan IMB terhadap

bangunan yang sudah terbangun di kawasan yang

belum memiliki RDTRK, RTBL, dan/atau RTRK.

nn. Pembongkaran adalah kegiatan membongkar atau

merobohkan seluruh atau sebagian bangunan,

komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan

sarananya.

oo. Pengawasan adalah pemantauan terhadap pelaksanaan

penerapan peraturan perundang-undangan di bidang

perizinan bangunan dan upaya penegakan hukum.

pp. Peran Masyarakat adalah berbagai kegiatan

masyarakat yang merupakan perwujudan kehendak

dan keinginan masyarakat untuk memantau dan

menjaga ketertiban, memberi masukan, serta

menyampaikan pendapat dan pertimbangan berkaitan

dengan perizinan bangunan.

qq. Bangunan gedung cagar budaya adalah bangunan

gedung yang sudah ditetapkan statusnya sebagai

bangunan cagar budaya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan tentang cagar budaya.

rr. Bangunan Gedung Hijau adalah bangunan gedung

yang memenuhi persyaratan bangunan gedung dan

memiliki kinerja terukur secara signifikan dalam

penghematan energy, air, dan sumberdaya lainnya

melalui penerapan prinsip bangunan gedung hijau

sesuai dengan fungsi dan klasifikasi dalam setiap

tahapan penyelenggaraannya.

ss. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah koefisien atas

perbandingan antara luas lantai dasar bangunan

dengan luas kavling/pekarangan.

Page 96: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 96

tt. Garis Sempadan adalah garis yang membatasi jarak

bebas minimum dari bidang terluar suatu massa

bangunan gedung terhadap batas lahan yang dikuasai,

antar massa bangunan lainnya, batas tepi

sungai/pantai, jalan kereta api, rencana saluran,

dan/atau jaringan listrik tegangan tinggi.

uu. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat

KLB adalah koefisien atas perbandingan antara total

luas lantai bangunan dengan luas kavling/pekarangan.

vv. Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya disingkat

dengan KDH, adalah koefisien atas perbandingan

antara luas daerah hijau dengan luas

kavling/pekarangan.

BAB II

PRINSIP, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

IMB diterbitkan berdasarkan prinsip:

e. prosedur yang sederhana, mudah, dan aplikatif;

f. pelayanan yang cepat, terjangkau, dan tepat waktu;

g. keterbukaan informasi bagi masyarakat dan dunia

usaha; dan

h. kesesuaian aspek rencana tata ruang, kepastian status

hukum pertanahan, keamanan dan keselamatan, serta

kenyamanan bangunan.

Pasal 3

Penerbitan IMB bertujuan untuk:

e. pengawasan, pengendalian, dan penertiban bangunan;

f. mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan yang

menjamin keandalan bangunan dari segi keselamatan,

kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;

Page 97: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 97

g. mewujudkan bangunan yang fungsional sesuai dengan

tata bangunan dan serasi dengan lingkungannya; dan

h. menjadi salah satu syarat penerbitan sertifikasi laik

fungsi bangunan.

Pasal 4

(1) Ketentuan IMB dalam Peraturan Daerah ini ditujukan

untuk bangunan gedung dan bangunan bukan gedung.

(2) Ruang lingkup dari bangunan gedung sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) antara lain:

a. bangunan gedung dengan fungsi hunian;

b. bangunan gedung dengan fungsi keagamaan;

c. bangunan gedung dengan fungsi pemerintahan;

d. bangunan gedung dengan fungsi usaha;

e. bangunan gedung dengan fungsi sosial dan budaya;

f. bangunan gedung dengan fungsi khusus; dan

g. bangunan gedung dengan fungsi ganda/campuran.

(3) Ruang lingkup dari bangunan bukan gedung

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:

a. perkerasan;

b. pondasi, pondasi tangki;

c. pagar tembok/besi, dinding penahan tanah

(tanggul)/ turap;

d. bak/tangki penampungan bahan cair/gas;

e. sumur resapan, IPAL, dan septictank;

f. teras tidak beratap;

g. jembatan;

h. dermaga dan jetty beserta fasilitas kepelabuhanan,

bagunan pengeboran minyak, dan fasilitasnya;

i. penanaman tangki/reservoir, bangunan pengolahan

air, menara, tiang listrik/telepon;

j. pipa dan kabel yang berada di atas dan di bawah

tanah/air;

Page 98: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 98

k. kolam;

l. monumen, penanda masuk, bangunan reklame;

m. instalasi/gardu; dan

n. shelter.

Pasal 5

(1) IMB diwajibkan bagi setiap orang atau badan usaha

yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum

yang akan melakukan kegiatan:

a. pembangunan baru;

b. rehabilitasi/renovasi;

c. pelestarian/pemugaran; atau

d. penambahan bangunan.

(2) IMB tidak diperlukan untuk kegiatan berikut ini:

a. memperbaiki saluran air hujan dan selokan dalam

pekarangan bangunan;

b. mendirikan bangunan yang sifatnya sementara bagi

kepentingan pemeliharaan ternak dengan luas tidak

melebihi garis sempadan belakang dan samping

serta tidak mengganggu kepentingan orang lain

atau umum;

c. tambahan bangunan tidak lebih dari 10% (sepuluh

per seratus) atau maksimal seluas 50 m2

(lima puluh meter persegi) dari luas bangunan yang

dizinkan dalam IMB.

d. utilitas untuk pelayanan umum.

BAB III

KEWENANGAN

Pasal 6

(1) Bupati memiliki wewenang untuk menerbitkan IMB.

Page 99: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 99

(2) Bupati dapat mendelegasikan wewenang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) kepada SKPD yang membidangi

perizinan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan

yang berlaku.

(3) SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib

melaporkan kegiatan penerbitan IMB kepada Bupati

minimal 6 (enam) bulan sekali.

BAB IV

PERMOHONAN IMB

Bagian Kesatu

Ketentuan Tata Ruang dan Ketentuan Teknis

Pasal 7

IMB dapat diterbitkan untuk bangunan yang

peruntukannya sesuai dengan RDTR dan RTBL. Apabila

RDTR dan RTBL belum ditetapkan maka mengacu pada

RTRW.

Pasal 8

(1) IMB yang diterbitkan harus memenuhi ketentuan

mengenai :

a. Garis Sempadan Jalan (GSJ), Garis Sempadan Pagar

(GSP), Garis Sempadan Bangunan (GSB), Garis

Sempadan Sungai (GSS), Garis Sempadan Pantai

yang diizinkan;

b. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) tertinggi yang

diizinkan;

c. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) terluas yang

diizinkan;

d. Koefisien Daerah Hijau (KDH) terendah yang

diizinkan;

e. Tinggi Lantai Bangunan (TLB) tertinggi yang

diizinkan.

Page 100: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 100

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

mengacu pada Peraturan Daerah yang mengatur

tentang tata ruang dan bangunan.

Bagian Kedua

Persyaratan Perizinan

Pasal 9

(1) Pemohon mengajukan permohonan IMB kepada SKPD

yang diberi kewenangan menerbitkan izin.

(2) Permohonan IMB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib dilengkapi dengan dokumen persyaratan

administratif dan dokumen persyaratan teknis.

(3) Dokumen persyaratan administrasi, dokumen

persyaratan teknis sebagai kelengkapan permohonan

IMB dan Mekanisme tata cara penerbitan IMB, akan

diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Pasal 10

(1) IMB berlaku selama bangunan yang bersangkutan

berdiri sepanjang tidak mengalami perubahan bentuk,

struktur, luas, dan fungsi bangunan.

(2) Bangunan yang berdiri diatas tanah sewa, IMB berlaku

menyesuaikan masa sewa.

Bagian Ketiga

Administrasi IMB

Pasal 11

(1) Terhadap IMB yang telah diterbitkan dapat diberikan

Pelayanan Administrasi IMB berupa :

a. balik nama IMB;

b. pemecahan dan balik nama IMB;

c. salinan IMB;

d. legalisir IMB; dan

e. perubahan fungsi bangunan.

Page 101: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 101

(2) Pelayanan administrasi IMB sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diberikan berdasarkan permohonan.

Pasal 12

Pelayanan Administrasi IMB sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 ayat (1) huruf a, diwajibkan terhadap setiap

perubahan kepemilikan tanah dan/atau bangunan

gedung.

Pasal 13

Pelayanan Administrasi IMB sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 ayat (1) huruf b, dapat dilakukan apabila:

a. unit bangunan yang dipecah, secara fisik terpisah tanpa

memerlukan kegiatan perubahan bangunan gedung;

b. tidak ada bagian bangunan yang merupakan fasilitas

bersama;

c. tidak ada perubahan atau gangguan terhadap fungsi

bangunan gedung yang diakibatkan oleh pemecahan

izin.

Pasal 14

Pelayanan Administrasi IMB sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 ayat (1) huruf c dapat diberikan apabila :

a. terdapat surat keterangan kehilangan atau rusak dari

instansi yang berwenang; dan

b. tidak terdapat perubahan bangunan baik luas, struktur

maupun fungsinya.

Pasal 15

Perubahan fungsi bangunan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 ayat (1) huruf e dapat diberikan apabila

perubahan peruntukannya sesuai dengan RDTR dan RTBL

atau jika belum terdapat RDTR dan RTBL maka

disesuaikan dengan RTRW.

Page 102: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 102

BAB V

RETRIBUSI, DENDA DAN KERINGANAN IMB

Pasal 16

(1) Retribusi pelayanan pemberian IMB merupakan

retribusi perizinan tertentu.

(2) Retribusi IMB dikenakan kepada bangunan gedung dan

bangunan bukan gedung.

(3) Ketentuan retribusi IMB mengacu pada Peraturan

Daerah yang mengatur retribusi perizinan tertentu.

Pasal 17

Retribusi perubahan fungsi bangunan dikenakan sebesar

10% (sepuluh persen) dari retribusi pengajuan baru.

Pasal 18

(1) Bangunan yang telah berdiri dan/atau telah

melaksanakan kegiatan pekerjaan pembangunan

sebelum ada izin dari Bupati, dikenakan denda yaitu

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (RIMB) dikalikan

prosentase pembangunan yang telah dilaksanakan atau

dengan rumus Retribusi Denda bangunan (RDB) =

RIMB X % Fisik Bangunan.

(2) Bupati dapat memberikan pengurangan dan/atau

keringanan denda retribusi IMB.

(3) Bupati dapat memberikan pembebasan denda

prosentase fisik bangunan yang memperoleh izin

investasi langsung konstruksi sesuai Peraturan

Perundang-undangan.

(4) Prosentase fisik pembangunan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Bupati.

Page 103: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 103

Pasal 19

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan kepada

Bupati terhadap besarnya denda retribusi yang telah

ditetapkan dalam jangka waktu sebelum jatuh tempo

atau 1 (satu) bulan sejak tanggal penetapan denda

retribusi.

(2) Bupati menetapkan keputusan atas keberatan denda

retribusi yang diajukan.

(3) Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan Bupati tidak

menetapkan keputusan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), maka keberatan yang diajukan tersebut

dianggap diterima.

Bagian Kesatu

Pembongkaran Bangunan

Pasal 20

(1) Pembongkaran bangunan dapat dikenakan pada :

a. Setiap bangunan yang tidak memiliki IMB;

b. pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan tidak

sesuai dengan IMB serta ketentuan lain yang

berlaku; dan

c. bangunan dengan IMB yang telah dicabut.

(2) Bupati menetapkan bangunan yang akan dibongkar

dengan surat penetapan pembongkaran atas

rekomendasi tim teknis.

(3) Tim teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(4) Surat penetapan pembongkaran sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) memuat batas waktu pembongkaran,

prosedur pembongkaran, dan sanksi terhadap setiap

pelanggaran.

(5) Pembongkaran bangunan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan kewajiban pemilik bangunan.

Page 104: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 104

(6) Dalam hal pembongkaran tidak dilaksanakan oleh

pemilik bangunan, Pemerintah Kabupaten dapat

melakukan pembongkaran.

Bagian kedua

Sanksi Administrasi IMB

Pasal 21

(1) Setiap pemilik bangunan yang tidak memenuhi

ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dapat dikenakan

sanksi administratif.

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) berupa :

a. peringatan tertulis;

b. pembatasan kegiatan pembangunan;

c. penghentian sementara atau tetap pada pelaksanaan

pembangunan;

d. penghentian sementara atau tetap pada

pemanfaatan bangunan gedung;

e. pencabutan IMB; dan

f. pembongkaran.

Pasal 22

Tata cara pemberian sanksi administratif diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB VI

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 23

(1) Pemerintah Kabupaten melakukan pengawasan dan

pengendalian terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah

Page 105: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 105

ini melalui SKPD yang membidangi pengendalian dan

pengawasan.

(2) Kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) meliputi pemeriksaan fungsi bangunan, persyaratan

teknis bangunan, dan keandalan bangunan.

(3) Kegiatan pengendalian meliputi peninjauan lokasi,

pengecekan informasi atas pengaduan masyarakat, dan

pengenaan sanksi administratif.

(4) Prosedur tentang pengawasan dan pengendalian diatur

lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 24

(1) Bangunan yang sudah dilengkapi dengan IMB sebelum

diundangkannya Peraturan Daerah ini masih tetap

berlaku.

(2) Bangunan yang pada saat berlakunya Peraturan Daerah

ini belum dilengkapi IMB, maka Pemilik Bangunan

wajib mengajukan permohonan IMB.

(3) Permohonan IMB yang telah diajukan sebelum

berlakunya Peraturan Daerah ini tetap diproses dan

disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah

ini.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku :

a. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 22 Tahun

2000 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

(Lembaran Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2000

Nomor 8 Seri B);

Page 106: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 106

b. Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 23 Tahun

2004 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah

Kabupaten Gresik Nomor 22 Tahun 2000 tentang

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (Lembaran Daerah

Kabupaten Gresik Tahun 2004 Nomor 8 Seri C);

c. Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49, Pasal

50, dan Pasal 52 Peraturan Daerah Kabupaten Gresik

Nomor 29 Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung

(Lembaran Daerah Kabupaten Gresik Tahun 2011

Nomor ).

Dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 26

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka ketentuan

yang bertentangan dan/atau tidak sesuai wajib

disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini.

Pasal 27

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten

Gresik.

Ditetapkan di Gresik

pada tanggal

BUPATI GRESIK,

Dr. Ir. H. SAMBARI HALIM RADIANTO, S.T., M.Si.

Page 107: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 107

PENJELASAN

ATAS

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK

NOMOR TAHUN 2016

TENTANG

IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

I. UMUM

Hukum diharapkan mencerminkan sistem nilai sebagai sarana

mewujudkannya dalam tingkah laku masyarakat. Nilai-nilai ini ada

yang dibiarkan dalam masyarakat sehingga setiap pembentukan

hukum atau peraturan perundang-undangan harus dapat

menangkapnya setiap kali akan membentuk hukum atau peraturan

perundang-undangan. Namun sistem nilai tersebut telah terangkum

dengan baik dalam Pancasila.

Dalam tataran filosofis, pemahaman mengenai pemberlakuan

moral bangsa ke dalam hukum (termasuk peraturan

perundangundangan) dimasukkan dalam pengertian yang disebut

dengan

rechtsidee yaitu apa yang diharapkan dari hukum, misalnya untuk

menjamin keadilan, ketertiban, kesejahteraan dan sebagainya yang

tumbuh dari sistem nilai masyarakat (bangsa) mengenai baik dan

buruk, pandangan mengenai hubungan individu dan masyarakat.

Berdasarkan pemahaman tersebut, maka pengaturan perizinan

bangunan memiliki landasan filosofis yaitu pendirian bangunan yang

dilaksanakan secara tertib, sesuai dengan fungsinya, dan memenuhi

persyaratan administratif dan teknis agar menjamin keselamatan

penghuni dan lingkungannya serta selaras dengan tata ruang

wilayah.

Landasan filosofis tersebut dituangkan dalam Pembukaan UUD

NRI 1945. Nilai-nilai Pancasila ini kemudian memerlukan penjabaran

Page 108: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 108

dalam peraturan perundang-undangan untuk mengimplementasikan

nilai-nilai keadilan, ketertiban dan kesejahteraan yang dicita-citakan.

Pancasila sebagai norma filosofis harus dapat tercerminkan bukan

hanya dalam undang-undang tetapi juga pada peraturan

perundangundangan di bawah undang-undang. Dalam konteks

negara kesatuan yang men-desentralisasikan wewenang ke daerah,

pengaturan perizinan bangunan dengan memperhatikan landasan

filosofis dari kelima sila Pancasila tersebut perlu diarahkan hingga

tingkatan peraturan daerah. Oleh karena itu, penting pula bagi

Kabupaten Gresik untuk membentuk Peraturan Daerah yang secara

khusus mengatur tentang Izin Mendirikan Bangunan dengan

memperhatikan landasan filosofis yang bersumber dari Pancasila –

maupun peraturan perundang-undangan di atasnya.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Bangunan gedung fungsi hunian meliputi

bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah

tinggal deret, rumah susun, dan rumah tinggal

sementara.

Page 109: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 109

Huruf b

Bangunan gedung fungsi keagamaan meliputi

masjid, gereja, pura, wihara, kelenteng, dan tempat

ibadah lainnya.

Huruf c

Bangunan gedung fungsi pemerintahan meliputi

bangunan gedung kantor milik Negara kecuali

bangunan gedung milik Negara untuk pelayanan

jasa umum dan jasa usaha

Huruf d

Bangunan gedung fungsi usaha meliputi bangunan

gedung untuk perkantoran, perdagangan,

perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi,

terminal, dan penyimpanan.

Huruf e

Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya

meliputi bangunan gedung untuk pendidikan,

kebudayaan, pelayanan kesehatan, laboratorium,

dan pelayanan umum.

Huruf f

bangunan gedung dengan fungsi khusus meliputi

bangunan gedung yang mempunyai kerahasiaan

tinggi untuk kepentingan nasional, bangunan

bunker, bangunan pangkalan pertahanan beserta

instalasi, laboratorium forensik dan depo amunisi.

Huruf g

Bangunan gedung fungsi ganda/campuran meliputi

bangunan gedung dapat berupa bangunan rumah

dengan toko (ruko), bangunan rumah dengan

kantor (rukan), bangunan gedung mal-apartemen-

perkantoran, bangunan gedung mal-apartemen-

perkantoran-perhotelan, dan sejenisnya.

Page 110: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 110

Ayat (3)

Huruf a

Perkerasan meliputi : jalan aspal, jalan macadam,

jalan beton atau paving stone, jalan rel, lapangan

parker (beton/aspal,paving), lapangan upacara,

lapangan olah raga terbuka (komersial), lantai

jemuran, pematangan tanah, gudang terbuka

(beton/aspal,paving).

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Huruf g

Cukup jelas

Huruf h

Cukup jelas

Huruf i

Cukup jelas

Huruf j

Cukup jelas

Huruf k

Kolam meliputi: kolam renang, kolam pengolahan

air dan kolam pengolahan limbah

Huruf l

Cukup jelas

Huruf m

Cukup jelas

Page 111: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 111

Huruf n

Cukup jelas

Pasal 5

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Utilitas untuk pelayanan umum meliputi jaringan

distribusi listrik, PDAM, instalasi milik

pemerintah/pemda yang sifatnya untuk

kepentingan umum.

Pasal 6

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Satuan kerja perangkat daerah yang membidangi

perizinan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku adalah satuan kerja perangkat daerah yang

memiliki tugas, pokok, dan fungsi di bidang perizinan

sebagaimana diatur dengan Peraturan Daerah yang

mengatur tentang organisasi perangkat daerah.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Page 112: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 112

Pasal 9

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup Jelas

Ayat (3)

Cukup Jelas

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Page 113: full IMBc - · PDF fileNASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Hal. II - 3 3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

Hal. 113

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas

Pasal 28

Cukup jelas

.