Tugas1 (Kajian Pncasila Dari Perspektif Filosofis)

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Permasalahan Sudah bukan rahasia lagi kalau negara kita ini termasuk salah satu sarang koruptor paling banyak di dunia. Prilaku tilep-menilep yang bukan haknya sudah mendarah daging di Negara ini. Seakan sudah menjadi tradisi atau kebiasaan, kasus korupsi di negeri ini semakin hari kian bertambah. Dari sudut pandang hukum, perbuatan korupsi mencakup pelanggaran unsur-unsur hukum yang berlaku, penyalahgunaan wewenang, merugikan negara, dan prilaku memperkaya pribadi atau diri sendiri. Berbicara masalah korupsi seakan tidak ada habisnya untuk dibahas. Bahkan akhir-akhir ini kasus- kasus korupsi di negeri ini kian memuncak. Selalu ada saja kasus-kasus baru yang terungkap. Kasus korupsi terbaru saat ini adalah kasus suap yang diterima oleh bupati Madina (Mandailing Natal), Hidayat Batubara dari pengusaha Surung Panjaitan sebesar 1M terkait rencana proyek pengerjaan RSUD Panyabungan. Kasus ini telah ditangani, dan telah diadakan sidang pada tanggal 3 oktober 2013 sehingga telah ditetapkan Hidayat Batubara sebagai tersangka. Ironisnya lagi ada banyak kasus-kasus korupsi di negeri ini yang belum terselesaikan hingga menumpuk dan berlarut-larut sampai saat ini. Kasus di atas 1

description

makalah pancasila

Transcript of Tugas1 (Kajian Pncasila Dari Perspektif Filosofis)

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Permasalahan

Sudah bukan rahasia lagi kalau negara kita ini termasuk salah satu sarang koruptor paling banyak di dunia. Prilaku tilep-menilep yang bukan haknya sudah mendarah daging di Negara ini. Seakan sudah menjadi tradisi atau kebiasaan, kasus korupsi di negeri ini semakin hari kian bertambah. Dari sudut pandang hukum, perbuatan korupsi mencakup pelanggaran unsur-unsur hukum yang berlaku, penyalahgunaan wewenang, merugikan negara, dan prilaku memperkaya pribadi atau diri sendiri. Berbicara masalah korupsi seakan tidak ada habisnya untuk dibahas. Bahkan akhir-akhir ini kasus-kasus korupsi di negeri ini kian memuncak. Selalu ada saja kasus-kasus baru yang terungkap. Kasus korupsi terbaru saat ini adalah kasus suap yang diterima oleh bupati Madina (Mandailing Natal), Hidayat Batubara dari pengusaha Surung Panjaitan sebesar 1M terkait rencana proyek pengerjaan RSUD Panyabungan. Kasus ini telah ditangani, dan telah diadakan sidang pada tanggal 3 oktober 2013 sehingga telah ditetapkan Hidayat Batubara sebagai tersangka.

Ironisnya lagi ada banyak kasus-kasus korupsi di negeri ini yang belum terselesaikan hingga menumpuk dan berlarut-larut sampai saat ini. Kasus di atas merupakan salah satu perilaku penyimpangan terhadap nilai-nilai luhur pancasila. Dimana seperti yang kita ketahui bersama bahwa pancasila merupakan kebaggaan kita semua sebagai dasar Negara Indonesia. Kaelan (dalam Winarno,20012:38) mengatakan bahwa, Pancasila pada hakekatnya adalah nilai, atau HAS Natabaya(dalam Winarno,2012:38) mengatakan bahwa Pancasila berupa jalinan nilai sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alenia IV. Jadi, dapat kita maknai bahwa pancasila merupakan nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia. Diterimanya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan sebagai landasan kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada hakekatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai Kerakyatan, dan nilai Keadilan. Kelima nilai-nilai itu hendaknya kita terapkan atau amalkan dikehidupan sehari-hari.

Sebagai warga Negara yang baik apalagi menjadi seorang wakil rakyat hendaknya paham betul akan arti Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Namun kenyataannya tidak seperti itu, bahkan pejabat-pejabat Negara yang seharusnya memberi contoh untuk tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila seperti halnya korupsi, kini justru mereka lah yang dengan semena-mena mengambil uang rakyat. Nah, itu berarti mereka tidak menghayati pancasila sebagai suatu sistem filsafat. Sebagai filsafat negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Tuhan Yang Maha Esa dan ternyata merupakan pedoman bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, serta menjadi dasar sekaligus filsafat negara Republik Indonesia.

Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Jika kita perhatikan dari dulu, Pancasila itu selalu dapat bertahan dari guncangan krisis politik di negara ini, itu semua disebabkan karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi. Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan diri. Selain itu, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia, alasan lainnya adalah karena bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang berprikemanusiaan dan berusaha untuk berbudi luhur. Dengan demikian bahwa filsafat Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua diharapkan tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia. Berdasarkan uraian diatas, maka kami tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai pancasila melalui sebuah makalah yang berjudul Kajian Pancasila Menurut Perspektif Filosofis atau Filsafat1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.1. Apakah pengertian filosofis atau filsafat?

2. Bagaimanakah Pemikiran Pancasila dari Perspektif Filosofis?

3. Bagaimanakah Bentuk penyimpangan terhadap Pancasila secara filosofis dalam kasus korupsi di tengah masyarakat?

1.3 TujuanAdapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian filosofis atau filsafat.2. Untuk mengetahui pemikiran Pancasila dari Perspektif filosofis3. Untuk mengetahui kronologi penyimpangan terhadap Pancasila dalam kasus korupsi di tengah masyarakat.1.4 Manfaat

1. Bagi PenulisManfaat yang didapat oleh penulis dalam penulisan makalah ini adalah dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana pengertian Pancasila dari perspektif filosofis, serta mengetahui kasus-kasus yang terjadi terjadi di tengah masyarakat. Dan secara tidak langsung dengan adanya penulisan makalah ini penulis akan sadar bahwa betapa pentingnya Pancasila untuk diterapkan dalam kehidupan sehari- hari.2. Bagi Pembaca

Para pembaca akan mendapat informasi lebih mendalam mengenai pengertian Pancasila dari persfektip Filosofis dan menyadari bahwa masih banyak masyarakat yang mengabaikan Pancasila sebagai ideology bangsanya sehingga mereka memiliki keinginan untuk bersama- sama mencari sebuah solusi untuk menanggulangi penyimpangan terhadap Ideologi Pancasila.

BAB II

PEMBAHASAN2.1 Kajian Pustaka2.1.1 Pengertian Filosofis atau FilsafatSecara etimologi, kata filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani Philosophia, artinya cinta kearifan, Bertens dan Gie (dalam Rindjin, Ketut, 2011:251 ) pada awalnya memang filsafat adalah kecintaan atau pencarian akan kearifan. Pythagoras merupakan orang pertama yang menyebut dirinya sebagai Philosophos. Bagi Kaum Pythagorean, berfilsafat bukan semata-mata karena alasan ilmiah, tetapi mereka mempraktikkan filsafat sebagai pegangan hidup (way of life), yaitu sebagai pandangan hidup mengenai cara bagaimana manusia mencapai kesempurnaan sehingga luput dari perpindahan jiwa terus-menerus. Banyak pemikiran- pemikiran mengenai definisi filsafat hingga saat ini.dan banyak diantara definisi-definisi berikut yang relevan terhadap konteks filsafat. Berikut beberapa definisi filsafat yang dapat kami himpun.Filsafat merupakan suatu bentuk perbincangan kritis dan demikian pula halnya dengan ilmu, keistimewaan filsafat terletak pada kedudukannya sebagai suatu bentuk perbincangan kritis. (Passmore)

Filsafat adalah suatu komentar kritis mengenai eksistensi dan tuntutan- tuntutan bahwa kita memiliki pengetahuan mengenai hal ini. Filsafat dianggap membantu apa yang kabur dalam pengalaman dan objeknya. (Nagel)

Filsafat merupakan usaha yang kukuh dari orang biasa maupun cerdik- pandai untuk membuat hidup sedapat mungkin bias dipahami dan mengandung makna. (Brameld) Filsafat adalah suatu tulang pikiran buat mencari suatu totalitas dan keserasian dari pengertian yang beralasan mengenai sifat dasar dan makna dari semua segi pokok kenyataan. (Leighton)

Filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu. (Bacon)

Filsafat adalah usaha-usaha untuk mengerti fakta-fakta paling mendasar mengenai dunia yang kita diami dan sejauh mungkin menerangkan fakta-fakta itu. (Wild)

Filsafat ialah suatu penyelidikan terhadap sifat dasar yang penghabisan dari kenyataan. (Plato)Dari berbagai pendapat diatas mengenai definisi dari Filsafat, maka dapat disimpulan bahwa Filsafat adalah sebuah tipe pemikiran kritis radikal maupun reflektif yang berlainan dari refleksi pengetahuan ilmiah lain. Refleksi filsafat berciri radikal konseptual terhadap konsep itu sendiri selaku sasarannya. Filsafat bukanlah aktivitas berpikir dalam kesan abstrak seperti disangka orang banyak, yang melayang-layang, melainkan merupakan this mean that phylosophic thinking tries to organize the materials of human experience into some reasonably coherent arrangement (Sutrisno, 2005:17). 2.1.2 Pemikiran Pancasila dari Perspektif FilosofisBagaimanakah pengertian atau tafsir atas sila-sila Pancasila sehingga dapat diketemukan nilai dan normanya? Isi Pancasila dapat dijelaskan melalui berbagai ragam penafsiran dan pemikiran. Ada tafsiran filosofis, tafsir historis, tafsir sosiologis, tafsir ideologis politis, dan tafsir yuridis. Pemikiran filosofis terhadap Pancasila adalah suatu renungan reflektif dan sistematis,mengenai Pancasila yang sifatnya personal (pranarka, 1985). Slamet Sutrisno (2006) juga mengatakan pemikiran filosofis Pancasila merupakan renungan mendalam tentang Pancasila dari para tokoh atau ahli filsafat. Meskipun sebagai renungan mendalam dari seseorang dan sifatnya personal, namun pemikiran filisofis tersebut termasuk pemikiran intelektual karena dilakukan secara reflektif, obyektif, kritis, logis, dan sistematis. Orang bias memikirkan sesuatu namun tidak semua orang bias berpikir filosofis terhadap suatu hal. Dalam sejarah pemikiran filosofis Pancasila, sudah cukup banyak ahli yang menjelaskan ini Pancasila secara filosofis. Beberapa ahli tersebut antara lain: Notonagoro, Soediman Kartohadiprajo, N Driyakarya, Abdul Kadir Besar, Kuntowijoyo, Soerjanto Poepowardojo, Mohammad Noer Syam, Sunarjo Wreksosuhardjo dan Hardono Hadi. Bahkan pemikiran presiden RI ke-1 Ir. Soekarno dalam pidatonya mengenaiPancasila diberbagai kesempatan dan presiden ke-2 dalam buku Pandangan Presiden Soeharto tentang Pancasila dapat dikatakan sebagai bentuk pemikiran filosofisnya mengenai Pancasila.Berikut ini isi pancasila menurut pemikiran filosofis menurut beberapa tokoh. Menurut Notonagoro (1982), isi dari sila-sila pancasila sebagai dasar falsafah Negara adalah pengertian yang umum, abstrak dan universal yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagi sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa adalah kesesuaian sifat- sifat dan keadaan- keadaan daripada dan didalam negara kita dengan hakekat daripada Tuhan.

2. Bagi sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, adalah kesesuaian sifat- sifat dan keadaan- keadaan daripada dan didalam negara kita dengan hakekat daripada manusia.

3. Bagi sila ketiga Persatuan Indonesia, adalah kesesuaian sifat- sifat dan keadaan- keadaan daripada dan didalam negara kita dengan hakekat daripada satu.

4. Bagi sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan adalah kesesuaian sifat- sifat dan keadaan- keadaan daripada dan didalam negara kita dengan hakekat daripada rakyat.5. Bagi sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah kesesuaian sifat- sifat dan keadaan- keadaan daripada dan didalam negara kita dengan hakekat daripada adil.Dengan adanya hakikat/substansi dari sila- sila pancasila tersebut, mempunyai sifat tetap, mutlak, tidak berubah, abstrak, umum, dan universal, serta karenanya nilai- nilai pada sila- sila pancasila sebagai filsafat yang berlaku umum dan universal. Namun, dengan terdapatnya aksidensi dibelakang hakikat/ substansi sila- sila yang ada seperti kalimat yang maha esa, yang adil dan beradab, maka filsafat ini mempunyai lingkup berlaku di Indonesia. Sila Persatuan Indonesia dan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memperjelas bahwa Filsafat Pancasila khusus diperlakukan di Indonesia. Ir. Soekarno sebagai orang pertama yang memperkenalkan Pancasila telah menjelaskan isi atau substansi setiap sila Pancasila. Penjelasan tersebut adalah pada sidang 1 BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Tidak hanya itu saja, penjelasan Ir. Soekarno perihal sila- sila Pancasila ini dikemukakan kembali pada khursus presiden tentang Pancasila di tahun 1956 dan pada pidato dimuka sidang umum PBB tahun 1960. Menurut Ir. Soekarno, muatan yang terkandung dalam masing- masing sila Pancasila dapat dikemukakan secara sederhana yaitu sebagai berikut.1. Ketuhanan Yang Maha Esa berarti bangsa Indonesia adalah bangsa yang bertuhan. Bukan hanya bangsa Indonesia adalah bangsa yang bertuhan, hendaknya masing- masing orang Indonesia bertuhan menurut Tuhannya sendiri.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab berarti humanity atau persaudaraan- persaudaraan bangsa- bangsa. 3. Persatuan Indonesia berarti nasionalisme.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan berarti demokrasi.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berarti tidak ada kemiskinan dalam Indonesia merdeka (M Silalahi, 2001)Soediman Kartohadirodjo dalam buku Beberapa Pikiran sekitar Pantja-Sila (1970) menyatakan pansila pada awalnya masih berisi singkat hanya inti dari kelima sila. Pancasila belum ready made, karena itu perlu pemikiran bulat untuk menemukan isi dari pada pancasila itu sendiri. Isi Pancasila haruslah memenuhi isi jiwa bangsa Indonesia sendiri sehingga tafsiran yang diberikan tidak bermacam- macam. Selanjutnya, ia menyatakan sebagai berikut, kalau kita perhatikan, maka filsafat Pantja-sila inti- intinya dibawakan dengan hal- hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Pancasila berkaitan dengan manusia oleh karena sebagai filsafat, ia merupakan hasil karya manusia dalaam mencari hakekat sesuatu. Hakekat akan sesuatu itu ada dalam alam semesta dan hubungannya dengan isi lain alam semesta. Alam semesta itu teridri dari berbagai benda, benda mati dan benda hidup. Benda hidup terdiri atas tumbuhan, hewan dan akhirnya manusia sebagai bagian kecil saja. Isi filsafat Pancasila tidak mengenai hal hal yang bertalian dengan tumbuhan dan hewan, sebab pertama kali dalam lahirnya sebagai dasar filsafat negara Indonesia merdeka yang kelak akan didirikan. Negara itu adalah sesuatu yang bertalian dengan manusia, sebagai organisasi manusi akan dengan sendirinya harus dibawakan dengan soal- soal yang bertalian dengan manusia. Bahwa pemikiran yang bulat dari isi filsafat tergambar dari isi masing- masing sila. Arti yang dapat diberikan dari sila pertama adalah bahwa bangsa Indonesia percaya dengan adanya Tuhan, pencipta alam manusia dan segala isinya. Manusia diciptakan oleh Tuhan itu, pada dasarnya satu umat. Demikianlah merupakan arti sila kedua, perikemanusiaan atau internasionalisme. Namun perlu disadari manusia hidup diberbagai bagian bumi yang satu sama lain berbeda keadaan tanah, iklim, dan lain- lain. Maka, terdapat perbedaan sifat dari manusia bagian satu dan lainnya yang menimbulkan adanya bangsa (sila ketiga, nasionalisme atau kebangsaan). Sila kelima dimagsudkan kebahagiaan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan untuk berusaha menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Tetapi kebahagiaan itu, tidaklah dicapai dengan gontok- gontokkan. Apalagi dengan saling membunuh. Kebahagiaan itu harus dicapai dengan musyawarah mufakat/ sila keempat.Driyarkara dalam buku Driyarkara tentang Negara dan Bangsa (1980) membahas Pancasila secara filosofis yang bertolak dari refleksinya tentang manusia. Tulisan ini berasal dari prasaran beliau tentang Pancasila dan Relegi pada Seminar Pancasila I tahun 1959 di Yogyakarta. Menurutnya, manusia adalah mahluk sosial yang selalu berhubungan dengan semua yang lain. Aspek ini, pertama-tama dalam relasinya dengan alam jasmani yang disebutnya membudaya. Aspek kedua adalah relasinya dengan persona rohani. Oleh karena itu, menurut strukturnya adanya kita itu berupa ada bersama. Ada bersama berarti terlibatnya dalam hubungan cinta kasih, dan yang demikian itu menjadi dasar bagi perikemanusiaan, demokrasi, semangat cinta akan tanah air, nasionalisme, dan internasionalisme. Keberadaan kita baik dalam dunia material maupun dalam interaksi adalah karena diadakan oleh Hyang Maha Ada. Dengan demikian, sila Ketuhanan itu timbul dari kodrat manusia sendiri. Perikemanusiaan berarti menghormati, menjungjung tinggi sesama manusia. Sebab cinta kasih tanpa hormat, tanpa menjungjung tinggi, itu tidak mungkin. Hal demikian hanyalah memperalat yang dicintai hanya untutk kepentingan diri sendiri. Itu tidak cinta yang sebenarnya tetapi egoisme. Perikemanusiaan berarti menolak pembudakan, menolak penghisapan dan sebagainya sesama manusia. Apa yang tidak diinginkan untuk dirimu sendiri, janganlah itu kau lakukan terhadao sesama manusia. Demikianlah rumusan negatif dari perikemanusiaan. Cintailah sesama manusia seperti dirimu sendiri, perlakukanlah kepadanya apa yang kau inginkan untuk diri sendiri, demikianlah rumusan positifnya. Perincian yang jelas dari dalil-dalil ini dapat kita lihat dalam piagam hak asasi yang disiarkan PBB. Jika manusia taat pada prinsip ini, maka hidup bersama merupakan persaudaraan. Persaudaraan harus dijalankan baik dalam lingkungan kecil maupun lingkungan besar pada seluruh bangsa. Bahkan lingkungan yang meliputi selururh dunia dan segala bangsa. Perikemanusiaan memuat rumusan yang umum, yakni memuat segala kebajikan yang harus dilakukan manusia menurut hakikat kodratnya. Disitu belum ditunjuk suatu lapangan atau pengkhususan. Keadilan Sosial adalah suatu percabangan, pengkhususan yang muncul bila kita memandang manusia berhadapan dengan alam jasmani, yang dikerjakan, dibangun, dijadikan perlengkapan dan syarat hidup. Alam jasmani, hasil perlengkapan, dan syarat hidup itu harus langsung ditujukan pada semua manusia, tidak untuk segelintir manusia saja. Keadilan sosial adalah perikemanusiaan sepanjang dilaksanakan dalam suatu bidang ialah bidang ekonomi atau bidang penyelenggaraan perlengkapan dan syarat-syarat hidup kita sepanjang hidup itu tergantung pada barang materiil. Untuk memunculkan prinsip demokrasi atau kerakyatan, kita harus berpikir lebih lanjut. Karena manusia dalam kodratnya ada bersama, maka dengan sendirinya timbullah masyarakat. Manusia itu bermasyarakat. Memasyarakat adalah bentuk pelaksanaan dari cinta kasih. Masyarakat adalah bentuk konkrit dari permasyarakatan. Masyarakat sebagai bentuk permasyarakatan. Masyarakat sebagai bentuk pelaksanaan dari cinta kasih tidaklah sama. Bentuk keluarga berbeda dengan bentuk negara. Permasyarakat yang langsung merupakan pelaksanaan cinta kasih makin kurang memerlukan demokrasi, misalnya keluarga tidak memerlukan demokrasi. Seorang ayah tidak menjadi kepala keluarga karena pemilihan. Cinta kasiihnya sedemikian kuat, sebagai kesatuan yang erat sehingga bentuk lain tidak diperlukan. Keluarga adalah diatas demokrasi. Lain halnya dengan negara sebagai kelompok masyarakat yang besar. Disini memasyarakat menjadi menegara. Disini bahaya kegagalan sedemikian besar, maka diperlukan prinsip demokrasi. Cinta kasih yang diperlukan dalam dengan pemasyarakatan berbentuk negara menuntut agar dilakukan suatu cara yang kita sebut demokrasi. Dalam prinsip demokrasi, para warga harus dipandang sebagai pribadi menur ketinggianya sebagai persona dengan semua hak-hak asasinya. Akan tetapi hak-hak itu harus digunakan untuk menegara bersama bukan untuk bertindak secara liar. Demokrasi adalah prinsip yang menyebabkan para warga negara saling memandang dan menghormati, menerima dan kerjasama dalam satu-kesatuan, sehingga masyarakat dapat bertindak satu subjek yang menyelenggarakan kepentingan bersama. Kebangsaan adalah suatu cara dari ada bersama. Berada bersama sebagai satu bangsa belum tentu menegara, misalkan karena dijajah bangsa lain. Jika suatu bangsa itu merdeka dan menegara maka kebangsaan menjadi dasar penegaraan. Kebangsaan menjadi prinsip penegaraan. Kebangsaan adalah pelaksanaan memasyarakat dalam kelompok yang lebih kecil yakni bangsa. Abdulkadir Besar (1994: 35) menawarkan pelaksanaanstrategi dialogi antar budaya dalam menghadapi gejala penyeragaman atau globalisasi dewasa ini..Artinya, membiarkan budaya asing yang mengglobal berdampingan dengan budaya asli. Melalui interaksi yang terus menerus, masing-masing budaya akan mendapatkan pelajaran yang berharga. Hasil akhir yang diharapkan dari interaksi itu adalah terpeliharanya cukup diferensiasi, sekaligus tercegahnya penyeragaman universal. Ideologi Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia tidak mandeg, melainkan harus diperbaharui secara terus menerus, sehingga mampu memberikan pedoman, inspirasi, dan dukungan pada setiap anggota bangsa Indonesia dalam memperkembangkan dirinya sebagai bangsa Indonesia. Sedangkan pembaharuan yang sehat selalu bertitik tolak pada masa lampau dan sekaligus diarahkan bagi terwujudnya cita-cita di masa depan. Setiap zaman menampakkan corak kepribadiannya sendiri, namun kepribadian yang terbentuk pada zaman yang berbeda haruslah mempunyai kesinambungan dari masa lampau. Kesinambungan tidak berarti hanya penggulangan atau pelestarian secara persis apa yang dihasilkan di masa lampau untuk diterapkan pada masa kini dan masa mendatang. Unsur yang sama dan permanen maupun unsur yang kreatif dan baru, semuanya harus dirajut dalam satu kesatuan yang integral.2.2 Kajian Kasus

2.2.1 Bentuk Penyimpangan Terhadap Pancasila Pada Kasus Korupsi

a. Identifikasi masalah

Seperti pada uraian permasalahan yang ada pada bab 1 diatas, disana telah diuraikan sedikit mengenai sebuah kasus dari sekian banyak kasus korupsi yang ada di negeri ini. Ya, korupsi merupakan sebuah kata yang akhir-akhir ini sering kita dengar di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Bahkan bisa dikatakan hampir tiap hari kata tersebut terdengar oleh telinga kita, menghiasi layar kaca dan memenuhi halaman surat kabar ataupun koran yang kita baca. Memang benar, sekarang ini permasalahan mengenai kasus korupsi seakan tidak ada habisnya untuk dibicarakan. Ada saja masalah-masalah baru yang bermunculan, padahal masalah yang sudah lama saja belum terselesaikan dengan baik. Sehingga masalah korupsi di negeri ini kian menumpuk dan belarut-larut. Nah inilah sebenarnya masalah serius yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Problem ini sesungguhnya merupakan ancaman besar bagi bangsa Indonesia, dan juga merupakan salah satu tantangan bagi pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan semua masalah ini dan sekaligus kewajiban kita bersama untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain dan negara seperti halnya melakukan korupsi. Korupsi yang akhir-akhir ini sering terjadi adalah kasus korupsi yang dilakukan oleh para pejabat, bahkan pejabat negara sekalipun seperti halnya anggota DPR. Sejauh ini, sudah lebih dari 40 anggota DPR di hukum atas kasus korupsi. Daftar panjang pencoleng duit rakyat ini dipastikan terus bertambah jika melihat sejumlah nama wakil rakyat yang terhormat itu disebut dalam pengadilan tipikor.

Kata korupsi atau rasuahberasal dari bahasa Latin yaitu corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Korupsi dapat didefinisikan sebagai tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan. Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi dipandang sebagai perbuatan melawan hukum; penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana; memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi; danmerugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Sungguh disayangkan jika pelaku kasus korupsi adalah seorang pejabat negara yang seharusnya mempunyai tugas menampung aspirasi masyarakat bahkan melindungi kepentingan-kepentingan masyarakat. Namun ini justru berbalik, korupsi dalam artian sempit berarti mengambil uang rakyat dengan begitu dapat dikatakan sebagai pencuri. Sungguh ironis bukan jika seorang penjabat melakukan tindakan pencurian? Apa jadinya negeri ini jika kasus seperti ini terus berkembang dan tidak segera dicarikan solusi untuk menghentikannya? Mungkin nantinya jika ini dibiarkan, beberapa tahun ke depan negeri ini akan dijuluki sebagai negara sarang koruptor. Salah satu contoh kasus korupsi yang sedang gencar dibicarakan ditengah masyarakat Indonesia akhir- akhir ini adalah kasus dari Ahmad Fatonah dan kawan- kawan. Ahmad fatonah adalah seorang pejabat Negara yang melakukan korupsi berupa suap impor daging sapi. Ia melakukan korupsi sebanyak 30 Miliar dan ini sangat merugikan Negara. Selain itu, ia juga melakukan perselingkuhan dengan banyak wanita. Mendustai istrinya yang sedang hamil. Dan hasil dari korupsi yang dilakukan ia pakai untuk membayar atau memberikan uang- uangnya tersebut kepada wanita- wanita cantik sebanyak 40 orang. Sungguh keji dan biadab prilaku dari Ahmad fatonah ini. Sudah berdusta dengan masyarakat, mendustai istrinya pula. Orang seperti ini sebenarnya sudah sangat perlu diberikan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya agar tidak sewenang- wenang dalam bertingkah laku yang sangat merugikan masyarakat umum. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus berperan penting dalam pemberantasan korupsi dinegara kita. Melakukan tindakan korupsi merupakan salah satu cerminan bahwa betapa mulai melunturnya nilai-nilai Pancasila di era kekinian. Mulai dilupakannya pancasila sebagai dasar negara, sebagai pandangan hidup berbangsa, falsafah hidup dan cita-cita moralyang mengandung nilai-nilai luhur yang patut untuk diterapkan. Pancasila terdiri atas lima asas moral yang relevan menjadi dasar negara RI. Dalam kasus korupsi penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; menuntut setiap warga negara mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan tutur kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari. Dengan melakukan tindakan korupsi sudah sangat jelas dikatakan mengingkari sila pertama ini, karena tindakan korupsi itu berarti mengambil hak orang lain yang seharusnya dan hal tersebut menurut agama pastinya dilarang. 2) Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab; mengajak masyarakat untuk mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia yang memiliki martabat mulia serta hak-hak dan kewajiban asasi. Dengan kata lain, ada sikap untuk menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasinya atau bertindak adil dan beradab terhadapnya. Disini sudah jelas bahwa korupsi itu menyimpang terhadap sila kedua, karena dengan korupsi berarti seorang pelaku korupsi tidak mengakui dan memperlakukan setiap manusia memiliki martabat mulia serta tidak mengakui hak-hak orang lain. Seorang koruptor justru mencuri hak masyarakat. 3) Sila Ketiga, Persatuan Indonesia; menumbuhkan sikap masyarakat untuk mencintai tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan kepentingan-kepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal terhadap sesama warga negara. Dengan adanya perilaku koruptor oleh para pejabat negara dan yang lainya menunjukka bahwa tidak adanya niat untuk memperjuangkan kepentingan bangsa, justru dengan perilaku seperti itu akan menimbulkan citra yang negatif dan menjebolkan nama baik negara Indonesia di mata dunia. Selain itu tindaka korupsi akan memicu timbulnya permasalahan yang menyangkut persartuan bangsa seperti adanya aksi demo, anarkisme, dan ujungnya akan merujuk kepada pepecahan suatu bangsa. 4) Tindakan korupsi yang banyak terjadi saat ini sangat menyimpang nilai dari sila keempat Pancasila (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarahan/perwakilan) yang dimaknai untuk mengajak masyarakat untuk bersikap peka dan ikut serta dalam kehidupan politik dan pemerintahan negara, paling tidak secara tidak langsung bersama sesama warga atas dasar persamaan tanggung jawab sesuai dengan kedudukan masing-masing. Sudah jelas sekali korupsi itu menyimpang dari sila ini, yang seharusnya kita ikut serta dalam dunia politik dengan baik bukan justru mengacaukan dunia politik dengan korupsi. 5) Sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; mengajak masyarakat aktif dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan kemampuan dan kedudukan masing-masing kepada negara demi terwujudnya kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir dan batin selengkap mungkin bagi seluruh rakyat. Dengan adanya kasus korupsi ini sudah jelas dikatakan melanggar sila kelima ini karena bagaimana mungkin menciptakan sebuah keadilan jika korupsi merajalela di negeri ini.Itulah sedikit pemaparan mengenai bentuk penyimpangan terhadap pancasila pada kasus korupsi yang terjadi dimasyarakat saat ini. Telah tergambarkan bahwa memang sangat menyimpang perilaku korupsi tersebut dari nilai moral Pancasila.Berikut beberapa contoh kasus lain penyimpangan yang terjadi di lingkungan masyarakat Indonesia.

1) Demonstrasi mahasiswaPada asal mulanya demonstrasi merupakan salah satu cara penyampaian aspirasi yang dilegalkan. Demonstrasi dapat pula digunakan sebagai media penyampaian kritik ataupun saran-saran terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai kurang berpihak kepada rakyat. Tetapi dewasa ini demonstrasi identik dengan kegiatan penyampaian pendapat disertai anarkisme masa dan perusakan infrastruktur pemerintah. Orasi disertai dengan aksi baku hantam antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan. Hal ini sangat bertentangan dan tidak sesuai dengan sila ke empat yang berbunyi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan. Demonstrasi yang berujung dengan anarki sering kali merupakan demo yang dilakukan oleh mahasiswa. Hal ini tentunya sangat disayangkan sekali, mengingat mahasiswa adalah generasi muda dengan intelektual tinggi sekaligus sebagai pewaris bangsa ini. Bagaimana Negara ini kedepannya sangat tergantung pada generasi muda saat ini. Diakui maupun tidak generasi muda kita telah beralih acuan, acuan mereka adalah acuan yang mengatas namakan sebuah kebebasan dalam liberalisme. Dapat pula dikatakan kebebasan yang kebablas. Mahasiswa yang notabene masih tergolong ke dalam usia remaja mengalami masa yang rawan, karena pada saat itulah mereka mulai mampu berfikir abstrak, dan mencoba menjelaskan beberapa hal yang kompleks, dengan emosi yang masih labil. Sebetulnya remaja dapat dikatakan tidak memiliki tempat yang jelas, Mereka sudah tidak termasuk dalam golongan anak-anak dan belum dapat diterima ke dalam golongan orang dewasa. Dengan adanya globalisasi dan liberalisme tidak menutup kemungkinan masa rawan ini akan datang lebih awal. Pada masa ini pula remaja akan mencoba mencari jati dirinya.

Sebagai manusia yang tergolong kedalam usia labil, mahasiswa,tak dapat dipungkiri, belum bisa memahami dan menghayati pancasila dengan sepenuhnya. Harus diakui bahwa sila demokrasi belum bisa berjalan seperti apa yang diharapkan. Hal tersebut membuktikan bahwa jalannya demokrasi belum sepenuhnya didasarkan pada pancasila sehingga perlu dibenahi agar dapat berjalan lancar dan sesuai dengan tuntutan hakekat pancasila.

2) Kunjungan sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat ke Yunani

Beberapa waktu lalu sejumlah anggota Badan Kehormatan DPR berangkat ke Yunani dengan alasan melakukan studi banding soal kode etik anggota Dewan. Hal ini menuai berbagai kontroversi dari masyarakat. Sebenarnya, apabila para anggota DPR hendak studi banding ke Negara manapun, tidak akan dipersoalkan asalkan dapat diterima nalar publik dalam mengukur skala prioritas kebutuhan mendasar dan mendesak serta memenuhi asas kepatutan. Studi banding anggota DPR ke luar negeri pada saat negeri kita tertimpa bencana, walaupun sudah dijadwalkan, mestinya harus dipertimbangkan dan ditunda sampai waktu yang tak ditentukan. Hal ini bertentangan dengan sila ke lima Kemanusiaan yang adil dan beradab. Seharusnya dewan kehormatan tersebut berempati terhadap keadaan sebagian kecil rakyat negeri ini yang berduka. Diberitakan jika Komisi II DPR membatalkan kunjungan ke China, tetapi rombongan Komisi V DPR telanjur pergi ke Italia hanya sehari setelah bencana tsunami Mentawai dan letusan Gunung Merapi. Sangat wajar jika masyarakat akan merasa sinis dan kecewa kepada anggota DPR yang nekat melakukan studi banding ke luar negeri ditengah kedaan Indonesia yang seperti ini. Ibu pertiwi menangis. Itulah perumpamaan yang dapat diibaratkan dengan realita yang ada. Rasa kekeluargaan dikalangan bangsa Indonesia perlu dijaga dan dikembangkan. Diperlukan sikap saling tolong-menolong, terutama diperuntukkan bagi kalangan yang kurang beruntung.

Studi banding tidak harus keluar negeri. Inti utama dari studi banding adalah belajar. Belajar bisa dimana saja. Tidak harus menuju ke negeri orang. Negeri ini terbuka dengan informasi dari mancanegara. Perkembangan teknologi informasi dapat dimanfaatkan seluas-luasnya untuk membangun dan mengembangkan diri sehingga mampu menyejajarkan diri dengan negara-negara lainnya dalam pergaulan masyarakat internasional.3) Bangga menggunakan produk Luar Negeri daripada produk Dalam Negeri

Sebagian besar masyarakat Indonesia sesungguhnya masih memiliki kecintaan dan kebanggaan untuk menggunakan produksi dalam negeri. Hal ini terbukti dengan makin meningkatnya citra dan penggunaan batik dan sepatu produksi dalam negeri. Namun sebagian besar lainnya justru merasa lebih bangga menggunakan produk dari luar negeri. Dengan anggapan bahwa produk luar memiliki kualitas yang jauh lebih baik. Hal ini sebenarnya keliru. Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, tentunya harus menggunakan nilai-nilai pancasila sebagai dasar dalam kegiatan sehari-hari. Perwujudan rasa bangga terhadap tanah air merupakan salah satu kandungan dari sila ketiga Persatuan Indonesia. Rasa bangga dapat diaktualisasikan misalnya saja dengan senantiasa menggunakan produk dalam negeri.

Ketika kita merasa lebih bangga dengan menggunakan barang-barang dari luar negeri, hal tersebut sesungguhnya termasuk dalam penyimpangan nilai-nilai pancasila. Kegemaran kalangan masyarakat tertentu terhadap produk impor sebetulnya disebabkan gaya hidup yang ingin meniru luar negeri. Ini sesungguhnya patut disesalkan karena kalangan masyarakat ini umumnya berintelektual tinggi. Sudah sepatutnya rasa nasionalisme terhadap produksi dalam negeri harus dikampanyekan secara luas dan terus menerus agar tumbuh rasa bangga terhadap produk-produk karya anak negeri. Jika kita analogikan, Pancasila itu merupakan jiwanya Indonesia. Antara manusia Indonesia dan Pancasila bagaikan dua sisi mata uang yang saling mengikat satu sama lain. Tidak akan ada Pancasila jika tidak ada manusia yang menerapkannya dan begitu pula sebaliknya tidak akan ada manusia Indonesia dengan ciri khasnya jika tidak adanya Pancasila yang menjiwainya. b. Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi

Berdasarkan pengamatan terhadap kehidupan masyarakat, mulai nampak berbagai peristiwa yang mencerminkan penyimpangan terhadap nilai-nilai luhur pancasila. Ini disebabkan karena telah menurunnya moral masyarakat Indonesia dan banyaknya orang yang berpendapat bahwa tidak pentingnya filsafat Pancasila untuk diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Berkurangnya pendidikan Pancasila juga yang ditanamkan sejak dini juga sudah mulai ditinggalkan. Selain itu, Berkurangnya pemahaman mengenai Pancasila pada masyarakat disebabkan oleh banyak hal, misalnya menurunnya sosialisasi nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat, pendidikan mengenai pengamalan nilai-nilai pancasila yang kurang dalam masyarakat, sikap apatisme, serta berkembangnya hedonisme dan materalisme. Pancasila sebagai dasar falsafah Negara republik Indonesia idealnya menjadi acuan tingkah laku warga Negara dalam penyelenggaraan Negara, kenyataannya terindikasi akan ditinggalkan. c. Upaya pencegahan Dini Perilaku Penyimpangan- penyimpangan tersebut tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan ajaran yang terkandung di dalam Pancasila. Sebagai ideologi Negara Pancasila sebenarnya sudah mengatur prinsip-prinsip tata kehidupan masyarakat Indonesia, berupa nilai-nilai luhur budaya bangsa yang dapat dijadikan pedoman bagi seluruh rakyat Indonesia untuk mencapai kemajuan dalam hidup berbangsa dan bernegara. Menilik pada realita yang ada, banyak masyarakat Indonesia yang kurang paham bahkan mulai melupakan ajaran pancasila hingga mereka tidak menggunakan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan. Pancasila semestinya senantiasa digunakan sebagai acuan dan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila bukanlah kumpulan kalimat yang harus dihafalkan saja. Tetapi harus diresapi dan diaktualisasikan dalam kehidupan. Nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya harus direalisasikan, tidak hanya sekedar paham saja. Penanaman nilai-nilai pancasila perlu dilakukan sejak dini yakni melalui keluarga. Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama memiliki fungsi yang penting terutama dalam penanaman sikap, nilai hidup serta berfungsi menumbuhkan kesadaran bahwa pancasila sebagai dasar Negara perlu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Serta perilaku menyimpang dari nilai-nilai pancasila yang perlu dihindari.. Penanaman kesadaran perilaku menyimpang pada hakekatnya merupakan penanaman nilai-nilai Pancasila, karenanya perlu diberikan sejak anak-anak, selain itu, masyarakat juga diharafkan agar sadar terhadap betapa pentingnya filsafat dan ajaran ajaran dari Pancasila itu sendiri untuk mewujudkan lingkungan yang baik ditengah- tengah masyarakat, dan memberikan berbagai hukuman- hukuman yang setimpal terhadap perbuatan yang menyimpang dari ideology Pancasila seperti korupsi tersebut. Secara khusus perilaku korupsi dapat dicegah secara dini dengan cara seperti dibawah ini:1. Penanaman kejujuran sejak dini

Kejujuran adalah suatu hal yang sangat penting dari pembentukan karakter seseorang, bila kejujuran ditanamkan secara dini, bukan tidak mungkin kita akan mendapatkan pejabat-pejabat pemerintahan yang jujur.2. Kedisiplinan dan taat pada hukum yang berlaku.

Tidak dimungkiri, kedisiplinan merupakan suatu karakter dari seseorang yang sangat diperlukan dalam hidupnya. Bila seseorang disiplin dan taat pada hukum yang berlaku, maka perilaku korupsi bisa musnah dengan sendirinya.3. Kesadaran mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadiBila seseorang lebih mementingkan kepentingan umum, maka dia tidak akan egois tentang kepentingan pribadinya. Jika perilaku korupsi bisa terpinggirkan, maka bukan tidak mungkin kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat pun terjamin

4. Penerapan pajak kekayaan yang tinggi Perilaku korupsi bisa disebabkan oleh keegoisan seseorang dalam meraih kekayaan. Guna mencegah kekayaan yang berlimpah, maka pajak kekayaan yang tinggi akan menjadi solusi yang baik. Dengan begtiu. seseorang enggan untuk menambah kekayaannya. Langkah ini bisa juga dimaksudkan untuk penurunan tingkat korupsi berdasarkan keinginan untukkaya.5. Hidup sederhana dan bersyukurTekanan ekonomi yang tinggi bisa memunculkan suatu ide dan gagasan seseorang mencari jalan pintas guna meraih kekayaan. Untuk mencegah hal tersebut, perlu ditananmkan kesederhanaan kepada seseorang sejak dini dan tak lupa rasa syukur kepada Tuhan atas apa yang kita miliki.Cara-cara diatas biasanya dilakukan oleh para orang tua kepada anak-anaknya sebagai generasi muda. Selain dari pihak keluarga, diperlukan pula pendidikan pancasila agar terbentuk seorang warga Negara yang memiliki intelektual tinggi, serta penuh tanggung jawab dalam memecahkan masalah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menerapkan pemikiran yang berlandaskan pancasila. BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan uraian pembahasan diatas maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.1. Filsafat adalah sebuah tipe pemikiran kritis radikal maupun reflektif yang berlainan dari refleksi pengetahuan ilmiah lain. Refleksi filsafat berciri radikal konseptual terhadap konsep itu sendiri selaku sasarannya (Sutrisno, 2005:17).

2. Pemikiran filosofis Pancasila merupakan renungan mendalam tentang Pancasila dari para tokoh atau ahli filsafat. Meskipun sebagai renungan mendalam dari seseorang dan sifatnya personal, namun pemikiran filisofis tersebut termasuk pemikiran intelektual karena dilakukan secara reflektif, obyektif, kritis, logis, dan sistematis3. Melakukan tindakan korupsi merupakan salah satu cerminan bahwa betapa mulai melunturnya nilai-nilai Pancasila di era kekinian. Mulai dilupakannya pancasila sebagai dasar negara, sebagai pandangan hidup berbangsa, falsafah hidup dan cita-cita moralyang mengandung nilai-nilai luhur yang patut untuk diterapkan. Namun setidaknya hal tersebut bisa dicegah agar tidak terjadi lagi kedepannya dengan beberapa solusi.3.2 SaranAdapun saran yang dapat disampaikan pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Dengan adanya makalah ini hendaknya para pembaca yang merupakan warga negara Indonesia memahami betul akan makna Pancasila dari perspektif filosofis karena itu penting sebagai landasan kita dalam menghayati dan menerapkan nilai-nilai pancasila di kehidupan sehari-hari. Selain itu juga diharapkan kepada para pembaca agar menghindari prilaku yang namanyua korupsi, karena seperti yang telah diuraikan pada makalah ini bahwasanya korupsi merupakan tindakan yang mnyimpang dari Pancasila dan menghianati keberadaan Pancasila dan bangsa ini.2. Masyarakat sebagai bagian dari NKRI tyentunya diharapkan mampu meresapi dan mengaktualisasikan nilai-nilai luhur pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Penyimapangan yang terjadi terhadap nilai luhur Pancasila bukanlah kesalahan satu pihak saja namun lembaga yang terkait dengan penanaman nilai-nilai dasar Pancasila juga turut bertanggung jawab, maka sangat bijaksana jika terlebih dahulu mengkaji kondisi atau problematika didalamnya. Dan dari sana dapat di berikan solusi yang mudah diaplikasikan. DAFTAR PUSTAKA

Rindjin, Ketut. 2011.Pandangan Hidup Bangsa Indonesia dan Dasar Kesatuan Republik Indonesia. Singaraja: Undiksha.Ryan, Ginting.2011. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka. Dalam http://gintingryan.blogspot.com/2011/12/pancasila-sebagai-ideologi-terbuka.html. Diakses pada 3 Oktober 2013Sutrisno, Slamet. 2006. Filsafat dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta: CV. Andi Offset.Therudyoffachru.2011.Bukti Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Dalam http://therudyoffachru.blogspot.com/2011/05/bukti-bahwa-pancasila-merupakan-sistem .html. Diakses pada 3 Oktober 2013Winarno. 2012.Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.Surakarta:Yuma Pustaka.23