Freytag

25
Will/ambisi si tokoh Hambatan/ permasalahan konfli k SCRIPT WRITING: MATERI BATRE 9 Sama seperti menulis naskah sastra lainnya, yaitu cerpen dan novel. Penulisan naskah film memerlukan langkah-langkah yang sama. Yaitu alur, plot, tokoh, dialog dan sebagainya. Yang membedakan antara keduanya adalah format penulisan dan sudut pandang. Di dalam novel maupun cerpen,penggarapan naskah tergantung atau bisa ditulis berdasarkan beberapa sudut pandang. Semisal tabrakan antara motor dan mobil. Peristiwa itu bila diceritakan ulang bisa saja berlainan versi, bisa dari si pengendara motor, sopir mobil atau pejalan kaki yang menyaksikan peristiwa tersebut. Mudahnya, novel dan cerpen bisa ditulis berdasarkan sudut pandang orang pertama, kedua dan ketiga. Bedanya dengan naskah drama/tv. Yang berlaku hanya sudut kamera (camera view). Hal ini yang justru menjadi daya tarik sekaligus kekurangan dari naskah drama tersebut. Pemilihan angle yang baik, selayaknya fotografi, menempati prioritas utama dalam camera view, sebab, hal tersebut mewakili dari apa yang hendak disampaikan oleh sang penulis naskah atau sutradara sekalipun. Pemilihan angle yang sempurna akan menambah nilai artistik bahkan nilai dramatis dari sebuah adegan. Sebagaimana di sebutkan diatas, bahwa cerita menjadi hidup manakala karakter yang diciptakan kuat dan konflik yang dibangun logis dan kuat pula. Pendekatan itu disebut dengan segitiga pembangun konflik. SEGITIGA PEMBANGUN KONFLIK

description

freytag

Transcript of Freytag

Page 1: Freytag

Will/ambisi si tokoh

Hambatan/permasalahan

Timeline/batas waktuRule of three:Bahwa tiap adegan benturkan dengan 3 hambatan yang bertingkat kesukarannya

konflik

SCRIPT WRITING: MATERI BATRE 9

Sama seperti menulis naskah sastra lainnya, yaitu cerpen dan novel. Penulisan

naskah film memerlukan langkah-langkah yang sama. Yaitu alur, plot, tokoh, dialog

dan sebagainya. Yang membedakan antara keduanya adalah format penulisan dan

sudut pandang.

Di dalam novel maupun cerpen,penggarapan naskah tergantung atau bisa ditulis

berdasarkan beberapa sudut pandang. Semisal tabrakan antara motor dan mobil.

Peristiwa itu bila diceritakan ulang bisa saja berlainan versi, bisa dari si pengendara

motor, sopir mobil atau pejalan kaki yang menyaksikan peristiwa tersebut.

Mudahnya, novel dan cerpen bisa ditulis berdasarkan sudut pandang orang

pertama, kedua dan ketiga. Bedanya dengan naskah drama/tv. Yang berlaku hanya

sudut kamera (camera view). Hal ini yang justru menjadi daya tarik sekaligus

kekurangan dari naskah drama tersebut.

Pemilihan angle yang baik, selayaknya fotografi, menempati prioritas utama dalam

camera view, sebab, hal tersebut mewakili dari apa yang hendak disampaikan oleh

sang penulis naskah atau sutradara sekalipun. Pemilihan angle yang sempurna

akan menambah nilai artistik bahkan nilai dramatis dari sebuah adegan.

Sebagaimana di sebutkan diatas, bahwa cerita menjadi hidup manakala karakter

yang diciptakan kuat dan konflik yang dibangun logis dan kuat pula. Pendekatan itu

disebut dengan segitiga pembangun konflik.

SEGITIGA PEMBANGUN KONFLIK

Page 2: Freytag

1. will atau ambisi

Setiap tokoh, pasti memiliki ambisi atau tujuan yang ingin di capai. Secara umum,

tokoh ada dua jenis. Protagonist dan antagonis. Kedua ini saling bertentangan dan

saling menghambat. Seperti film batman dengan salah satu lawannya, Joker atau

Penguin. Batman berorientasi melindungi kota Gotham sementara Joker ingin

mengalahkan Batman dan menguasai kota Gotham.

2. Hambatan

Setiap niat atau tujuan pastinya ada hambatan. Kalo umat islam menyebutnya

cobaan. Dan di factor inilah emosi, daya tahan, orientasi dari sang tokoh diuji.

Disinilah tempat bagi penulis baik scenario maupun novelis untuk menuangkan

segenap kreativitasnya dalam mengaduk-aduk emosi penonton atau pembaca.

Ingat. Tulisan yang baik dan dianggap berhasil adalah karya yang menyentuh dan

mampu menimbulkan emosi pirsawan atau pembaca.

3. Timeline

Atau yang sering dikenal dengan tenggat waktu. Dan ini harus ada agar cerita dan

suspense dramatic terbangun dengan apik. Sebab bila tidak ada batas waktu, tentu

cerita akan mengalir membosankan. Timeline inilah yang membuat tokoh berusaha

semaksimal mungkin agar tujuan tercapai. Bisa dibayangkan seperti waktu SMU

dulu. Saat menjelang ujian pastilah ribut untuk entah belajar, membuat contekan

atau apalah. Yang tentunya hal itu dilakukan dengan sungguh-sungguh. Beda bila

tak ada tenggat waktunya, kalo tidak ada tenggat waktu, buat apa berusaha

sungguh-sungguh? Toh lambat pun akan selesai juga. Begitu logikanya. Dan hal itu

tidak menarik

Struktur dramatic

merupakan bagian dari plot karena di dalamnya merupakan satu kesatuan peristiwa

yang terdiri dari bagianbagian yang memuat unsru-unsur plot. Rangkaian ini

memiliki atau membentuk struktur dan saling bersinambung dari awal cerita sampai

akhir. Fungsi dari struktur dramatik ini adalah sebagai perangkat untuk lebih dapat

mengungkapkan pikiran pengarang dan melibatkan pikiran serta perasaan

penonton ke dalam laku cerita. Teori dramatik Aristotelian memiliki elemen-elemen

pembentuk struktur yang terdiri dari eksposisi (Introduction), komplikasi, klimaks,

resolusi (falling action), dan kesimpulan (denoument).

1 Piramida Freytag

Gustav Freytag (1863), menggambarkan struktur dramatiknya mengikuti elemen-

elemen tersebut dan menempatkannya dalam adeganadegan lakon sesuai laku

Page 3: Freytag

dramatik yang dikandungnya. Struktur Freytag ini dikenal dengan sebutan piramida

Freytag atauFreytag’s pyramid (Setfanie Lethbridge dan Jarmila Mildorf, tanpa

tahun) . Dalam gambar di atas dijelaskan bahwa alur lakon dari awal sampai akhir

melalui bagianbagian tertentu yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

• Exposition

Eksposisi adalah Penggambaran awal dari sebuah lakon. Berisi tentang perkenalan

karakter, masalah yang akan digulirkan. Penonton diberi informasi atas masalah

yang dialami atau konflik yang terjadi dalam karakter yang ada dalam naskah

lakon. Misalnya: lakon Raja Lear Karya William Shakespeare, dimulai dari kebijakan

raja Lear terhadap pembagian kerajaan, memperkenalkan siapa Edmund. Dari dua

tokoh inilah lakon Raja Lear terpusat, yaitu Raja Lear mendapatkan konflik dari

anak-anaknya dan Edmund mendapatkan konflik dari keinginan menguasai wilayah

Gloucester.

• Complication ( rising Action)

Mulai terjadi kerumitan atau komplikasi yang diwujudkan menjadi jalinan peristiwa.

Di sini sudah mulai dijelaskan laku karakter untuk mengatasi konflik dan tidak

mudah untuk mengatasinya sehinga timbul frustasi, amukan, ketakutan,

kemarahan. Konflik ini semakin rumit dan membuat karakterkarakter yang memiliki

konflik semakin tertekan serta berusaha untuk keluar dari konflik tersebut.

Misalnya, Raja Lear mulai mendapatkan konflik karena diusir oleh Gonerill dan

Regan dan keluar dari istananya untuk hidup mengembara. Dalam pengembaraan

Page 4: Freytag

ini Raja Lear mengalami amukan, frustasi, kemarahan, keinginan untuk balas

dendam dan lain-lain.

• Climax

Klimak adalah puncak dari laku lakon dan titik kulminasi mencapai titik. Pada titik

ini semua permasalahan akan terurai dan mendapatkan penjelasan melalui laku

karakter maupun lewat dialog yang disampaikan oleh peran. Misalnya, Raja Lear

mengucapkan dialog, “O, raung, raung, raung, raung! – O, Kamu manusia batu,

kalau kupunya lidah dan matamu, aku melolong sampai retak kubah langit, –

Selama-lamanya dia mati bagai bumi…………..” pada titik inilah semua terbongkar

permasalahan-permasalahan yang menjadi konflik dari keseluruhan lakon. Semua

putri Raja Lear mati, Edmund menemui kematiannya, karena untuk menguasai

kerajaan dia berkomplot dengan Gonerill dan Regan yang dijanjikan akan dinikahi.

Dengan terbongkarnya semua masalah yang melingkupi keseleruhan lakon

diharapkan penonton akan mengalami katarsis atau proses membersihkan emosi

dan memberikan cahaya murni pada jiwa penonton.

• Reversal (falling action )

Reversal adalah penurunan emosi lakon. Penurunan ini tidak saja berlaku bagi

emosi lakon tapi juga untuk menurunkan emosi penonton. Dari awal emosi

penonton sudah diajak naik dan dipermainkan. Falling Action ini juga berfungsi

untuk memberi persiapan waktu pada penonton untuk merenungkan apa yang telah

ditonton. Titik ini biasanya ditandai oleh semakin lambatnya emosi permainan, dan

volume suara pemeran lebih bersifat menenangkan. Misalnya pada lakon Raja Lear

diwakili oleh dialog antara Raja Lear dengan Kent, bagaimana Kent menenangkan

gejolah emosi Raja Lear karena kematian Cordelia anak yang sangat disayangi

tetapi diusir dari kerajaan tetapi masing sangat sayang pada orang tuanya.

• Denouement

Denoument adalah penyelesaian dari lakon tersebut, baik berakhir dengan bahagia

maupun menderita. Pada lakon Raja Lear hal ini diselesaikan dengan kematian Raja

Lear. Kemudian lakon tersebut disimpulkan oleh Edgar lewat dialognya “Orang

tunduk pada beban zaman serba berat; lidah tunduk pada rasa, bukan pada adat.

Yang tertua paling berat bebannya; kita yang muda tak akan berpengalaman

sebanyak mereka”.

2 Skema Hudson

Page 5: Freytag

Menurut Hudson (Wiliiam Henry Hudson) seperti yang dikutip oleh Yapi Tambayong

dalam buku Dasar-dasar Dramaturgi (1982), plot dramatik tersusun menurut apa

yang dinamakan dengan garis laku. Garis laku tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut.

Garis laku lakon dalam skema ini juga melalaui bagian-bagian tertentu yang dapat

dijabarkan sebagai berikut.

• Eksposisi

Saat memperkenalkan dan membeberkan materi-materi yang relevan dalam lakon

tersebut. Materi-materi ini termasuk karakter-karakter yang ada, dimana terjadinya

peristiwa tersebut, peristiwa apa yang sedang dihadapi oleh karakterkarakter yang

ada dan lain-lain.

• Insiden Permulaan

Mulai teridentifikasi insiden-insiden yang memicu konflik, baik yang dimunculkan

oleh tokoh utama maupun tokoh pembantu. Misalnya dalam lakon Raja

Lear, insiden ini dimulai dari kejujuran dan ketulusan Cordelia dalam memuji Raja

Lear, kemudian insiden fitnah yang dilakukan oleh Edmund kepada Edgar. Insiden-

insiden ini akan menggerakkan plot dalam lakon.

• Pertumbuhan Laku

Pada bagian ini merupakan tindak lanjut dari insiden-insiden yang teridentifikasi

tersebut. Konflik-konflik yang terjadi antara karakter-karakter semakin menanjak,

dan semakin mengalami komplikasi yang ruwet. Jalan keluar dari konflik tersebut

terasa samar-samar dan tak menentu.

Page 6: Freytag

• Krisis atau Titik Balik

Krisis adalah keadaan dimana lakon berhenti pada satu titik yang sangat

menegangkan atau menggelikan sehingga emosi penonton tidak bisa apa-apa. Bagi

Hudson, klimaks adalah tangga yang menunjukkan laku yang menanjak ke titik

balik, dan bukan titik balik itu sendiri. Sedangkan titik balik sudah menunjukan

suatu peleraian dimana emosi lakon maupun emosi penonton sudah mulai

menurun.

• Penyelesaian atau Penurunan Laku

Penyelesaian atau denoument yaitu bagian lakon yang merupakan tingkat

penurunan emosi dan jalan keluar dari konflik tersebut sudah menemukan jalan

keluarnya.

• Catastroph

Semua konflik yang terjadi dalam sebuah lakon bisa diakhiri, baik itu akhir sesuatu

yang membahagiakan maupun akhir sesuatu yang menyedihkan. Dalam lakon Raja

Lear, cerita diakhir dengan sesuatu yang menyedihkan yaitu suasana kematian

ketiga putri dan Raja Lear sendiri. Dengan kematian tokoh-tokoh ini suasana lakon

dapat dikembalikan pada keadaan yang semula.

3. Tensi Dramatik

Brander Mathews, seperti dikutip oleh Adhy Asmara dalam buku Apresiasi

Drama (1983), menekankan pentingnya tensi dramatik. Perjalanan cerita satu lakon

memiliki penekanan atau tegangan (tensi) sendiri dalam masing-masing bagiannya.

Tegangan ini mengacu pada persoalan yang sedang dibicarakan atau dihadapi.

Dengan mengatur nilai tegangan pada bagian-bagian lakon secara tepat maka efek

dramatika yang dihasilkan akan semakin baik. Pengaturan tensi dramatik yang baik

akan menghindarkan lakon dari situasi yang monoton dan menjemukan. lTitik berat

penekanan tegangan pada masing-masing bagian akan memberikan petunjuk laku

yang jelas bagi aktor sehingga mereka tidak kehilangan intensitas dalam bermain

dan dapat mengatur irama aksi.

Page 7: Freytag

• Eksposisi

Bagian awal atau pembukaan dari sebuah cerita yang memberikan gambaran,

penjelasan dan keterangan-keterangan mengenai tokoh, masalah, waktu, dan

tempat. Hal ini harus dijelaskan atau digambarkan kepada penonton agar penonton

mengerti. Nilai tegangan dramatik pada bagian ini masih berjalan wajar-wajar saja.

Tegangan menandakan kenaikan tetapi dalam batas wajar karena tujuannya adalah

pengenalan seluruh tokoh dalam cerita dan kunci pembuka awalan persoalan.

• Penanjakan

Sebuah peristiwa atau aksi tokoh yang membangun penanjakan menuju konflik.

Pada bagian ini, penekanan tegangan dramatik mulai dilakukan. Cerita sudah mau

mengarah pada konflik sehingga emosi para tokoh pun harus mulai menyesuaikan.

Penekanan tegangan ini terus berlanjut sampai menjelang komplikasi.

• Komplikasi

Penggawatan yang merupakan kelanjutan dari penanjakan. Pada bagian ini salah

seorang tokoh mulai mengambil prakarsa untuk mencapai tujuan tertentu atau

melawan satu keadaan yang menimpanya. Pada tahap komplikasi ini kesadaran

akan adanya persoalan dan kehendak untuk bangkit melawan mulai dibangun.

Penekanan tegangan dramatik mulai terasa karena seluruh tokoh berada dalam

situasi yang tegang.

• Klimaks

Nilai tertinggi dalam perhitungan tensi dramatik dimana penanjakan yang dibangun

sejak awal mengalami puncaknya. Semua tokoh yang berlawanan bertemu di sini.

Page 8: Freytag

• Resolusi

Mempertemukan masalah-masalah yang diusung oleh para tokoh dengan tujuan

untuk mendapatkan solusi atau pemecahan. Tensi dramatik mulai diturunkan.

Semua pemain mulai mendapatkan titik terang dari segenap persoalan yang

dihadapi.

• Konklusi

Tahap akhir dari peristiwa lakon biasanya para tokoh mendapatkan jawaban atas

masalahnya. Pada tahap ini peristiwa lakon diakhiri. Meskipun begitu nilai tensi

tidak kemudian nol tetapi paling tidak berada lebih tinggi dari bagian eksposisi

karena pengaruh emosi atau tensi yang diperagakan pada bagian komplikasi dan

klimaks.

4.4 Turning Point

Model struktur dramatik dari Marsh Cassady (1995) menekankan

pentingnya turning atauchanging point (titik balik perubahan) yang mengarahkan

konflik menuju klimaks. Titik balik ini menjadi bidang kajian yang sangat penting

bagi sutradara berkaitan dengan laku karakter tokohnya sehingga puncak konflik

menjadi jelas, tajam, dan memikat. Gambar di bawah ini memperlihatkan posisi titik

balik perubahan yang menuntun kepada klimaks. Titik ini menjadi bagian yang

paling krusial dari keseluruhan laku karena padanya letak kejelasan konflik dari

lakon berada. Inti pesan atau premis yang terkandung dalam permasalahan akan

menampakkan dramatikanya dengan menggarap bagian ini sebaik mungkin. Tiga

titik penting yang merupakan nafas dari lakon menurut struktur ini adalah konflik

awal saat persoalan dimulai, titik balik perubahan saat perlawanan terhadap konflik

dimulai, dan klimaks saat konflik antarpihak yang berseteru memuncak hingga

menghasilkan sebuah penyelesaian atau resolusi.

Page 9: Freytag

Titik A adalah permulaan konflik atau awal cerita saat persoalan mulai

diungkapkan. Selanjutnya konflik mulai memanas dan cerita berada dalam

ketegangan atau penanjakan yang digambarkan sebagai garis B. Garis ini

menuntun pada satu keadaan yang dapat dijadikan patokan sebagai titik balik

perubahan yang digambarkan debagai titik C. Pada titik ini terjadi perubahan arah

laku lakon saat pihak yang sebelumnya dikalahkan atau pihak yang lemah mulai

mengambil sikap atau sadar untuk melawan. Dengan demikian, tegangan menjadi

berubah sama sekali. Ketika pada titik A dan garis B pihak yang dimenangkan tidak

mendapatkan saingan maka pada titik C kondisi ini berubah. Hal ini terus berlanjut

hingga sampai pada titik D yang menggambarkan klimakas dari persoalan.

Tegangan semakin menurun karena persoalan mulai mendapatkan titik terang dan

pihak yang akhirnya menang telah ditentukan. Keadaan ini digambarkan sebagai

garis E yang disebut dengan bagian resolusi.

Penulisan Naskah untuk film, televisi, termasuk video, lazim dengan istilah scenario

(scenario). Skenario merupakan bentuk tertulis dari gagasan atau ide yang

menyangkut penggabungan antara gambar dan suara, dimaksudkan sebagai

pedoman dalam pembuatan film, sinetron atau program televisi. Beberapa pakar

sinematografi mengemukakan bahwa scenario itu menjadi jiwa dan darah dalam

produksi film atau cerita televisi.

Urutan langkah atau pentahapan dalam penyusunan naskah scenario video

a. Persiapan Menulis naskah/ Teks / Narasi

Page 10: Freytag

Yang harus dipersiapkan dalam menulis naskah, teks maupun narasi pada program

TV adalah menemukan ide atau gagasan. Setelah ide ditemukan, seorang penulis

naskah sangat perlu mempelajari substansi atau isi dari sumber-sumber yang

terkait dengan substansinya, sehingga benar-benar memahami apa yang akan

ditulis. Selanjutnya akan ditulis dalam bentuk apa, menjadi format program TV yang

mana. Setelah ditetapkan format program yang dipilih maka baru berpikir

bagaimana menulisnya. Untuk penulisan teks dapat diawali dengan penulisan

kerangka tulisan (outline). Sedangkan untuk penulisan narasi dapat dilakukan

menulis rencana gambaran visual yang akan diberi narasinya. Dalam hal ini narasi

akan lebih memberikan penjelasan gambaran visual yang ditayangkan pada TV.

Narasi bisa berbentuk life dari pemeran ataupun dubing oleh pengisi suara. Dapat

juga disuarakan oleh narator maupun presenter.

Sebelum menulis naskah untuk panduan produksi ditulis, biasanya didahului

dengan membuat synopsis, dan Treatment

1) Sinopsis

Gambaran secara ringkas dan tepat tentang tema atau pokok materi yang akan

dikerjakan. Tujuan utama ialah memudahkan pemesan (produsen) menangkap

konsep, kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Setelah synopsis ditulis maka sudah harus nampak adanya: alur, isi cerita,

Perwatakan pemain (bila ada), tempat, waktu, serta keterangan lain yang

memperjelas synopsis.

2) Treatment

Uraian ringkas secara deskriptif, bukan tematis, yang dikembangkan dari synopsis

dengan bahasa visual tentang suatu episode cerita, atau ringkasan dari rangkaian

suatu peristiwa. Artinya dalam membuat treatment bahasa yang digunakan adalah

bahasa visual. Sehingga apa yang dibaca dapat memberikan gambaran mengenai

apa yang akan dilihat. Dengan membaca treatment bentuk program yang akan

dibuat sudah dapat dibayangkan.

Sehingga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

a) urutan dalam video sudah makin jelas,

Page 11: Freytag

b) Sudah kelihatan formatnya apakah dialog (bagaiamana pokok dialognya), narasi

(bagaimana pokok narasinya),

c) Sudah dimulai adanya petunjuk-petunjuk tehnis yang diperlukan.

3) Skenario

Dari treatment kemudian dibuat naskah produksi atau scenario. Penulisan naskah

produksi atau scenario harus operasional karena digunakan sebagai panduan tidak

saja kerabat kerja (crew) tetapi juga pemain dan pendukung lain yang terlibat.

Penulisan naskah atau scenario pada dasarnya menggambarkan sekaligus

menyuarakan apa yang ingin disampaikan. Urutan synopsis-tritmen-skenario

merupakan rangkaian yang baik untuk membuat naskah video (televisi), Baker

(1981) mengemukakan juga pentahapan dalam membuat naskah, yaitu : concept,

story board, dan script.

Setidaknya ada dua format naskah untuk penulisan naskah TV/video, yaitu double

colum, dan wide margin

a) Format kolom ganda (double colum).

Format ini lazim digunakan untuk menulis naskah informasi,

dokumentasi, pendidikan. Format kolom ganda, lembar kertas dibagi menjadi dua

kolom utama, yaitu kolom visual (kiri) dan kolom audio (kanan).

Pada kolom kiri berisi uraian yang menyangkut visual. Misal gambar harus dimabil

dengan CU, kemudian zoom out, atau keterangan lain bagi kru kamera, termasuk

siapa subyeknya, diambil dari mana, beberapa waktu lamanya pengambilan, dll.

Kolom kanan berisi segala sesuatu yang menyangkut audio yang berupa narasi,

dialog para pelaku atau efek-efek suara lain yang diperlukan. Untuk memudahkan

narator atau juru suara (sound man) maka dalam menulis kolom kanan, semua

informasi yang tidak akan dibaca (disuarakan) ditulis dengan huruf capital. Sedang

narasi atau dialog yang akan dibaca atau disuarakan ditulis dengan huruf kecil.

b) Format Wide Margin

Format ini lebih lazim dipakai dalam cerita film atau sinetron. Sinetron Aku cinta

Indonesia (ACI) naskahnya distulis dalam format Wide Margin.

Page 12: Freytag

Dengan format wide margin tiap adegan (kumpulan dari beberapa shot-scene)

diuraikan atau dijelaskan dengan bahasa visual. Petunjuk dialog diketik dua spasi

ditengah, sedang apa yang akan nampak (visual) dijelaskan dalam bentuk

paragraf .

Dialog biasanya diketik biasa, semua penjelasan untuk camerawan pengambilan

gambar, ditulis dalam huruf capital. Penjelasan untuk tingkah laku pemain ditulis

dalam tanda kurung dengan huruf capital pula.

Urutan penulisannya sebagai berikut

(1) Pertama kali ditulis : adegan (scene) ke….

(2) Gambar diambil dengan tehnik apa, misalnya :

F.1, DISSOLVE, IN FRAME.

(3) Gambaran visual yang akan nampak

(4) Dialog

Dengan format seperti ini maka pengarah acara (sutradara) dan camerawan diberi

kebebasan untuk berimprovisasi dalam pengambilan gambarnya, sesuai dengan

keadaan yang diinginkan.

b. Menilai Naskah/Teks/Narasi

Setelah naskah/teks/narasi ditulis, maka perlu ada evaluasi atau penilaian dari

produser, sebelum naskah tersebut diproduksi menjadi program TV. Penilaian teks

akan menggunakan kriteria apakah telah menggunakan kaidah penulisan dan

penggunaan bahasa yang benar serta keterbacaannya..

Sedangkan untuk penilaian narasi akan lebih menggunakan bahasa sehari-hari

(tutur)sesuai karakter tokoh. Apakah sudah komunikatip, shg mampu menjelaskan

atau dipahami penonton.

Demikian pula untuk menilai naskah/script yang akan diproduksi disamping dengan

kriteria penulisan naskah harus ditaati juga akan dinilai kelayakan produksinya,

apakah setelah diproduksi akan memiliki tingkat manfaat yang tinggi, memiliki daya

Page 13: Freytag

tarik, apakah dapat diproduksi secara teknik, biaya produksi mahal atau tidak dan

sebagainya.

c. Mengedit Naskah/Teks/Narasi

Setelah naskah/teks/narasi dinilai penulis naskah akan melakukan editing, mengedit

sesuai saran, masukan dari produser. Untuk editing naskah program TV akan

dilakukan sekaligus dalam bentuk naskah produksi yang di dalamnya telah terdapat

petunjuk/perintah bagi kamerawan tentang teknik shoting dan obyek shoting.

Petunjuk/perintah bagi narator/presenter dalam membacakan narasi, durasi setiap

scene dan sebagainya. Naskah ini selanjutnya digunakan sebagai panduan

produksi.

Format Naskah Film

Secara umum, naskah untuk film berdurasi sekitar 2 jam di seluruh dunia adalah

sekitar 100 sampai 120 halaman skenario. Format ini mengacu pada

penulis Hollywood yang berpatokan selembar skenario sama dengan 1 menit film.

Contoh naskah film adalah seperti di bawah ini :

 

EXT.TAMAN POHON RANDU.SORE

 

KITA melihat ANNIE – anak perempuan berusia 7 tahun yang memakai sarung

tangan putih, sedang berlari riang di padang pohon randu. Dia memakai kaos putih

kebesaran dan kelihatan sangat tomboy. Tiba-tiba, dia melihat HIGEN – seorang

anak laki-laki seusianya yang duduk di bawah pohon favoritnya, sambil memainkan

sebuah snowglobe. Annie marah karena pohon kesukaannya ditempati orang lain.

Annie mendatangi Higen dan memukulnya sampai snowglobe itu terjatuh. KITA

mendengar suara hantaman yang cukup keras.

 

FADE TO BLACK

ANNIE KECIL

Page 14: Freytag

Minggir! Ini tempatku!

 

HIGEN KECIL

(mendesis kesakitan sambil memegangi pipinya)

Kenapa?

 

ANNIE KECIL

Pokoknya nggak boleh! Ini pohonku!

........dan seterusnya

Istilah skenario

Dalam menulis skenario, ada beberapa istilah khusus yang harus dipahami

oleh penulis skenario. Istilah ini berlaku universal, artinya di negara apa pun

skenario itu ditulis dan kemudian diproduksi, istilah ini mempunyai arti yang sama.

Pemahaman akan istilah-istilah ini akan membuat sebuah skenario lebih gampang

divisualisasikan.

Istilah-istilah yang biasa digunakan dalam penulisan skenario:

Fade in : Ketika adegan baru dimulai pertama kali.

Fade out: Ketika sebuah babak berakhir dan kemudian diselingi oleh iklan

sebelum memulai babak baru. Atau ketika sebuah episode berakhir dan akan

bersambung ke episode selanjutnya.

Cut to: Perpindahan dari satu adegan ke adegan lain secara

berkesinambungan.

Dissolve to: mirip dengan cut to tapi dipergunakan untuk adegan masa

lalu (flashback) yang memiliki durasi cukup panjang.

Page 15: Freytag

V.O (voice over) : hanya terdengar suara. Biasanya digunakan

untuk narasi atau untuk suara dalam hati si tokoh.

O.S (Off scene) : suara pemain terdengar lebih dahulu sebelum sosoknya

sendiri muncul.

Flashback: adegan masa lalu. Flashback ini bisa berlangsung sebentar, bisa

juga agak lama.

POV: point of view, yaitu melihat sesuatu dari sudut pandang seorang tokoh.

VFX: visual effect  dan SFX: sound effect. VFX dan SFX ini biasa dipakai jika

ada adehgan yang sulit divisualisasikan.

ACTION = Selain diartikan sebagai perintah sutradara saat pengambilan

gambar, ACTION juga bisa diartikan sebagai gerak laku pemeran, yang terjadi

dalam suatu adegan. Selain itu, kata ACTION juga bisa dipakai untuk

menentukan jenis sebuah film, yang diartikan sebagai film laga.

BIG CLOSE UP (BCU) = pengambilan gambar pada jarak sangat dekat.

Misalnya, dalam gambar orang hanya terlihat bibirnya saja. Contoh

pemakaian dalam skenario, untuk menunjukkan sebuah cincin di jari manis

tokoh, kita bisa pakai BCU untuk cincin. Namun jika ini sudah diperjelas

dalam deskripsi, tidak perlu ditulis BCU lagi, sebab ini adalah tugas

sutradara.

CLOSE UP (CU) = Pengambilan gambar pada jarak dekat. Dalam gambar

orang terlihat wajahnya saja. Untuk pemakaian dalam skenario, CU bisa

untuk menegaskan ekspresi tokoh. Namun, penggunaan CU sebisa mungkin

untuk hal-hal yang sangat penting saja, misalnya menegaskan sebuah lirikan

mata dan senyum sinis A pada B. Jika tidak terlalu penting, jangan gunakan

tanda CU ini karena masalah shot adalah wilayah sutradara.

COMMERCIAL BREAK = Jeda dalam tayangan sinetron yang diisi iklan.

Biasanya penulis skenario juga harus memperhitungkan saat jeda ini, dengan

memberikan suspense pada cerita–sebelum commercial break–agar

penonton tetap menunggu kelanjutan cerita kita, tanpa berpindah ke channel

lain.

CREDIT TITLE = Penayangan nama tim kreatif dan para ahli, serta semua

orang yang terlibat dalam pembuatan sinetron/ film tersebut.

Page 16: Freytag

CUT BACK TO = Transisi dengan tempo cepat, tapi kembali ke adegan/

lokasi yang telah dilihat sebelumnya. Contoh penggunaannya dalam

skenario, misalnya seorang anak menangis karena terpisah dari ibunya di

mal, CUT TO: Ibu sedang mencari anaknya dengan gelisah di sudut yang lain,

maka ketika akan kembali ke gambar anak yang menangis tadi, yang saat ini

mungkin sudah dibantu satpam, transisinya kita pakai CUT BACK TO.

CUT TO = Transisi/ peralihan dengan tempo yang cepat, misalnya untuk

menggambarkan kejadian yang terjadi bersamaan tapi pada tempat yang

berbeda. Atau juga kelanjutan adegan, tapi masih pada hari yang sama.

DISSOLVE TO = Transisi yang menunjukkan gambar menjadi kabur,

kemudian masuk ke gambar adegan berikutnya. Dalam skenario, ini biasanya

dipakai untuk menggambarkan sebuah mimpi, mengenang masa lalu, atau

flash back, membayangkan sesutau yang akan terjadi.

DIALOG = Kalimat yang diciptakan oleh penulis skenario, yang nantinya

diucapkan oleh seorang aktor. DIALOG harus mewakili peran, karakter, dan

perasaan si tokoh dalam cerita.

DURASI = waktu tayang di televise sudah termasuk commercial break.

Durasi yang umum: 30 menit, biasanya untuk sinetron serial komedi. Durasi

60 menit, biasanya untuk sinetron serial drama, durasi ni paling umum kita

lihat di televise. Durasi 90 menit, biasanya untuk sinetron cerita lepas,

semacam telesinema dan FTV.

ESTABLISHING SHOT = Biasa disingkat ESTABLISH saja, artinya

pengambilan gambar secara penuh, terlihat secara keseluruhan. Biasanya

pengambilan dari jarak jauh sehingga gambar terlihat kecil. Contoh, jika kita

ingin memasuki setting sebuah kamar dalam rumah sakit, biasanya kita beri

dulu ESTABLISH gedung rumah sakit secara keseluruhan. Namun, jika tempat

itu sudah diperlihatkan secara keseluruhan, tidak perlu ada ESTABLISH

berulang kali.

EXT. Singkatan dari EXTERIOR, biasanya dalam scenario ditulis pada deretan

judul scene, untuk menunjukkan keterangan tempat di luar ruangan. Tulisan

EXT. dan INT. bisa digabung menjadi misalnya: EXT./INT. yang menunjukkan

adegan di jalanan/ dalam mobil. Bisa juga gabungan itu dipakai jika

menunjukkan adegan pada teras sebuah rumah.

FADE OUT = Transisi gambar dari terang ke gelap dengan cara lambat.

Page 17: Freytag

FADE IN: Transisi gambar dari gelap ke terang dengan cara lambat. Dalam

scenario, penulisan FADE OUT dan FADE IN biasanya bersamaan untuk

transisi yang menujukkan perubahan waktu, bisa dari malam ke pagi, atau

dalam hitungan hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Selain menujukkan

perubahan waktu, bisa juga menggambarkan perubahan keadaan dan

perubahan lokasi.

FLASH BACK = Bisa diartikan sebagai kilas balik. Cerita yang kembali pada

waktu sebelum kejadian berlangsung. FLASH BACK bisa menunjukkan

kemunduran waktu beberapa tahun ke belakang, bisa juga hanya dalam

waktu beberapa saat sebelumnya.

FREEZE = Menghentikan aksi atau bertahan pada posisi akhir adegan.

Dalam penulisan scenario biasanya digunakan untuk akhir sebuah episode, di

mana gambar berhenti mengakhiri  sebuah cerita.Akhir cerita ini pada

sinetron serial biasanya diambil gambar yang paling menegangkan sehingga

akan terjadi suspense bagi penonton. FREEZE umumnya untuk gambar tokoh

sentralnya.

INSERT: Sisispan adegan pendek dan singkat tapi penting, di dalam sebuah

scene. Misalnya, pada adegan beberapa orang ngobrol di dalam ruang tamu,

tiba-tiba di luar ada orang yang mengintip dan menguping pembicaraan

mereka. Meskipun setting berubah, kita tak perlu membuat scene baru untuk

adegan mengintip itu, cukup dengan INSERT saja.

INTERCUT = Perpindahan dengan cepat, dari satu adegan ke adegan lain

yang berada dalam satu kesatuan cerita. Misalnya adegan telepon, dua

setting yang bergantian ditampilkan, maka kita bisa menggunakan INTERCUT

untuk pergantian cepat setiap dialog si penelepon dan orang yang ditelepon.

INT. = Singkatan dari INTERIOR, penulisannya dalam scenario sama dengan

EXT., t5api ini untuk menujukkan keterangan tempat di dalam ruangan.

LONG SHOT (LS) = Pengambilan gambar pada jarak jauh. Biasanya untuk

gambar yang harus terlihat keseluruhan. Misalnya gambar orang akan

terlihat seluruh badan berikut latar belakangnya. Namun, jika tak terlalu

penting jangan cantumkan LS dalam scenario karena sama seperti CU dan

BCU, ini juga wewenang sutradara.

MAIN TITLE = Judul cerita pada sebuah tayangan sinetron/ film. Dalam

penulisan scenario biasanya ditampilkan atau ditulis setelah adegan teaser.

Dan dilanjutkan dengan penayangan credit titles.

Page 18: Freytag

MONTAGE = Beberapa gambar yang menujukkan adegan

berkesinambungan dan mengalir, bisa beberapa lokasi yang berbeda, tapi

menyatu dalam rangkaian. Dalam penulisan scenario, misalna seorang

sedang putus cinta, maka ia mulai mengenang masa indahnya dulu bersama

mantan kekasihnya. Dalam hal ini kita pakai MONTAGE dengan menampilkan

beberapa adegan indah anatara si tokoh dan mantan kekasihnya ketika

masih bersama, kita tampilkan mereka sedang berkejaran di pantai, lalu kita

tampilkan juga saat mereka berduaan di taman bunga, lalu saat mereka

saling menukar barang kenangan, dsb.

RATING = Ini kita istilahkan sebagai survey jumlah penonton yang

menyaksikan tayangan di televise, dalam hal ini termasuk tayangan sinetron

yang cerita dan skenarionya kita tulis. Survei ini dilakukan oleh sebuah

lembaga bernama AC NIELSON, yang sudah diakui kredibilitasnya oleh

masyarakat pertelevisian di Indonesia. Setiap minggunya pihak ini akan

memebrikan lembaran hasil surveinya ke semua stasiun televise dan PH, di

lembaran itu akan terlihat urutan tayangan mulai dari yang terbanyak

penontonnya, hingga yang paling sedikit. RATING sampai saat ini masih

menjadi tolok ukur tayangan di Indonesia. RATING tinggi berarti tayangan

dianggap laku dan secara bisnis menguntungkan PH/ Broadcast, sehingga

diproduksi terus, sebaliknya bila RATING rendah maka tayangan akan cepat

dihentikan agar tidak merugikan produksi.

SCENE = Kata lain dari adegan, yaitu bagian terkecil dari sebuah cerita.

SCENARIO = Artinya sama dengan scenario, hanya masalah perbedaan

bahasa saja, penulisan menggunakan “K” karena sudah diindonesiakan.

SCREENPLAY = Artinya juga sama dengan Scenario/ Skenario.

SCRIPTWRITER = Orang yang kerjanya membuat/ menulis scenario atau

disebut juga Penulis Skenario.

SEQUENCE = Kata lain dari Babak, yaitu kumpulan dari beberapa adegan.

SLOW MOTION = Gerakan yang terlihat lebih lambat dari biasanya. Hal ini

biasanya digunakan untuk menampilkan adegan yang sangat dramatis.

Misalnya, adegan seorang tokoh ditembak dari belakang. Saat si tokoh jatuh,

gerakan bisa saja dibuat SLOW MOTION agar lebih terkesan dan menyentuh

perasaan penontonnya.

SOUND EFFECT = Biasanya dalam penulisan digunakan istilah FX,

maksudnya suara yang dihasilkan di luar suara mausia dan ilustrasi musik.

Page 19: Freytag

Misalnya, suara telepon berdering, bel tanda masuk sekolah, suara alat dapur

berjatuhan, dsb.

SPLIT SCREEN = Dua adegan berbeda yang muncul pada satu layer. Bisa

kita pisahkan dengan garis vertical atau horizontal. Pada penulisan dalam

scenario bisa kita pakai saat ingin menggambarkan adegan telepon yang

menampilkan ekspresi kedua tokoh secara bersama-sama.

TEASER = Adegan gebrakan, ditampilkan pada pembukaan/ awal cerita,

yang tujuannya memancing penonton untuk menyaksikan kelanjutan cerita di

belakangnya. Teaser bisa berupa sebuah scene/ adegan baru yang diciptakan

oleh penulis scenario, bisa juga cuplikan adegan paling menarik/ konflik

utama yang sudah ada dalam scenario.

VOICE OVER (VO) = Dialog yang terdengar tapi tidak tampak di gambar,

misalnya terdengar orang berbicara dari ruang sebelah. Atau, bisa juga

orangnya tampak, suaranya terdengar, tapi bibirnya tidak bergerak, jadi dia

terlihat berbicara dalam hati.

BERAPA SIH HONOR PENULIS SKENARIO?

Penulis skenario kawakan, Arswendo Atmowiloto, melukiskan betapa dunia sinetron

bisa mendatangkan uang dengan mudah. Ia memberikan gambaran nominal yang

diterima untuk sebuah skenario yang digarapnya. "Saya dibayar Rp 300 untuk

sekali ketukan tuts komputer," katanya. "Kalau ada spasi juga dihitung," pria yang

telah menulis skenario sejak 1973 itu menjelaskan. Padahal, ketika skenario

pertamanya difilmkan dengan judul Saat-saat Kau Berbaring di Dadaku pada 1978,

ia hanya mendapat bayaran Rp 50 ribu. Sebagai pembanding, honor cerpen waktu

itu masih Rp 1.000.

Penghasilan yang menggiurkan itu masuk akal di tengah kian membanjirnya

kebutuhan penulis skenario sinetron. Maklum, setiap hari sekitar 37 jam sinetron

ditayangkan di delapan stasiun televisi. Kalau bulan Ramadan jumlah itu bisa

membengkak lebih dari 50 jam sehari. Artinya, setiap hari stasiun televisi

membutuhkan sekitar 20-30 jam untuk program cerita. Sedangkan penulis skenario

jumlahnya sangat minim. Alhasil, hukum pasar pun berlaku: semakin banyak

permintaan, semakin tinggilah harganya.

Bos rumah produksi Sinemart, Leo Sutanto, menyebut angka honor penulis skenario

yang bekerja di tempatnya: dari Rp 1,5 juta hingga Rp 15 juta per episodenya. Tarif

Page 20: Freytag

itu sangat bergantung pada jam terbang para penulis skenario. Juga tergantung

pada masuk-tidaknya sinetronnya di papan atas—masukrating yang tinggi. "Jadi,

semakin tinggi jam terbang dan semakin tinggi rating-nya, bayarannya kian tinggi,"

pria kelahiran 19 Desember 1947 itu menjelaskan.

Sedangkan Arswendo Atmowiloto, yang memiliki rumah produksi Atmochademas

Persada, Jakarta, mematok harga berbeda. "Untuk naskah berdurasi satu jam,

minimal honor yang diterima penulis itu sekitar Rp 4 juta," katanya. Tapi Arswendo

berharap agar ada standar tertentu untuk menentukan honor seorang penulis.

Sumber:

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2005/03/21/FL/

mbm.20050321.FL107458.id.html

http://www.anneahira.com/contoh-naskah-film.htm

http://dahlanforum.wordpress.com/2009/07/16/penulisan-naskah-skennario-

program-tv/

http://www.anneahira.com/pengertian-skenario.htm

http://manuskripkesunyian.wordpress.com/2009/10/16/daftar-istilah-dalam-

pembuatan-skrip-skenario-film/

http://id.wikipedia.org/wiki/Skenario

http://gurumuda.com/bse/struktur-dramatik