fraud uts

14
1. Transformasi diri apa sajakah yang telah Sdr lakukan setelah memahami Fraud dan implikasinya. Karena tindakan kecurangan bisa terjadi pada siapapun, dalam keadaan apapun, dan usia berapapun, yang sudah saya lakukan setelah memahami fraud dan implikasinya adalah selalu berusaha untuk memikirkan sebab dan akibat dari setiap tindakan yang akan saya lakukan, selain itu terus menjaga kejujuran dalam keadaan apapun, adalah hal yang sangat penting bagi saya saat ini, andaikan ada kondisi dimana saya harus berbohong, maka saya akan lebih memilih diam tidak berkomentar. Karena mindset saya saat ini adalah “hidup tidak hanya di dunia, namun kehidupan yang lebih kekal akan menanti setelah mati” dari pola pokir saya yang baru, ketika hendak melakukan kecurangan, maka aka nada perdebatan dalam hati. Mungkin itu transformasi sesuai dengan mindset saya yang baru, karena melihat tindakan tindakan kecurangan yang sangat luar biasa, sedikit banyak menyisakan rasa takut dalam diri saya. Disisi lain, karena keinginan kuat saya untuk menjadi seorang auditor, pemahaman mengenai fraud ini akan sangat membantu terutama dalam merencanakan proses audit nantinya. 2. Fraud itu berbahaya. Jelaskan pandangan Sdr tentang pernyataan tersebut? Segala bentuk dan jenis organisasi baik skala domestik maupun internasional, tentunya memiliki risiko terjadinya

description

fraud uts by me

Transcript of fraud uts

1. Transformasi diri apa sajakah yang telah Sdr lakukan setelah memahami Fraud dan implikasinya.Karena tindakan kecurangan bisa terjadi pada siapapun, dalam keadaan apapun, dan usia berapapun, yang sudah saya lakukan setelah memahami fraud dan implikasinya adalah selalu berusaha untuk memikirkan sebab dan akibat dari setiap tindakan yang akan saya lakukan, selain itu terus menjaga kejujuran dalam keadaan apapun, adalah hal yang sangat penting bagi saya saat ini, andaikan ada kondisi dimana saya harus berbohong, maka saya akan lebih memilih diam tidak berkomentar. Karena mindset saya saat ini adalah hidup tidak hanya di dunia, namun kehidupan yang lebih kekal akan menanti setelah mati dari pola pokir saya yang baru, ketika hendak melakukan kecurangan, maka aka nada perdebatan dalam hati. Mungkin itu transformasi sesuai dengan mindset saya yang baru, karena melihat tindakan tindakan kecurangan yang sangat luar biasa, sedikit banyak menyisakan rasa takut dalam diri saya. Disisi lain, karena keinginan kuat saya untuk menjadi seorang auditor, pemahaman mengenai fraud ini akan sangat membantu terutama dalam merencanakan proses audit nantinya.2. Fraud itu berbahaya. Jelaskan pandangan Sdr tentang pernyataan tersebut? Segala bentuk dan jenis organisasi baik skala domestik maupun internasional, tentunya memiliki risiko terjadinya Fraud atau kecurangan. Fraud disini banyak sekali jenisnya, diantaranya asset misappropriation, corruption, hingga fraudulent statements. Siapapun berpotensi untuk melakukan tindakan kecurangan ini, dan tentunya mereka yang melakukan kecurangan memiliki tujuan utama untuk menguntungkan diri sendiri. Benar sekali bahwa para pelaku fraud akan merasakan keuntungan dari tindakan yang dilakukannya, dan hal ini berpotensi untuk dilakukan secara berulang, karena siapapun yang merasakan sebuah keuntungan dari tindakan yang dilakukan, orang tersebut akan cenderung menginginkan keuntungan secara terus menerus. Namun disisi lain, hal ini akan menyebabkan kerugian baik kerugian organisasi, kerugian perusahaan, bahkan negara, namun yang paling berbahaya adalah rusaknya mental dari karyawan (untuk occupational fraud). Di samping itu, seerti yang setiap hari dapat kita saksikan di televisi, banyak sekali kasus-kasus kecurangan yang menyebabkan kerugian besar terhadap keuangan negara, contoh sederhananya adalah kasus yang pernah terjadi pada SKK Migas, yang berhubungan dengan pemberian izin kepada pihak asing untuk melakukan eksplorasi terhadap sumber daya alam Indonesia. Tentu saja hal yang demikian ini dapat dikatakan sebagai bahaya dari adanya tindakan kecurangan atau fraud karena jelas sekali, sumber daya alam yang seharusnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia justru dinikmati oleh pihak asing. Contoh lain adalah kasus Gayus Tambunan, siapa yang tidak mengenal beliau? Tentunya semua orang tau apa yang telah dia lakukan terhadap pemasukan negara. Dengan kelihaiannya dalam menyelewengkan dan memanipulasi jumlah pajak, banyak klien yang tidak membayar pajaknya secara penuh, sehingga tentu saja penerimaan negara banyak berkurang. Beberapa kasus tersebut telah menunjukkan bahwa sebenarnya tindakan fraud sangatlah berbahaya.

3. Mengapa seseorang melakukan tindakan fraud? Fraud biasanya terjadi karena adnya motivasi dan kesempatan. Semakin besar kesempatan yang ada di dalam sebuah organisasi (terutama organisasi yang memiliki SPI yang lemah) tentu akan semakin besar pula motivasi seorang karyawan untuk melakukan tindakan fraud. Disisi lain,terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan tindakan fraud, yang biasa disebut dengan teori GONE (Greed, Opportunity, Need, Exposure) (Pusdiklatwas BPKP). Faktor greed dan need merupakan dua faktor yang melekat pada seorang individu. Faktor Greed atau kesarakahan merupakan sebuah faktor yang berhubungan dengan karakter seseorang yang bisa memicu individu tersebut untuk selalu memuaskan segala yang dia inginkan tanpa berpikir apakah yang dia lakukan benar atau salah. Selanjutnya adalah faktor Need. Faktor ini berhubungan dengan motivasi seseorang untuk memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak, seperti halnya terlilit hutang, gaya hidup mewah, judi, dan lain sebagainya. Selain kedua faktor yang berhubungan dengan individu tersebut, masih ada dua faktor lain, yakni faktor Opportunity dan faktor exposure. Keduanya merupakan faktor yang berhubungan dengan lingkungan pengendalian organisasi. Pada dasarnya kesempatan untuk melakukan tindakan fraud selalu ada namun tergantung pada kedudukan yang ditempati pelaku dalam sebuah organisasi tersebut. Semakin tinggi posisinya, peluang untuk melakukan tindakan fraud akan semakin besar.

4. Just about everyone can be dishonest. Bagaimana pendapat Sdr tentang pernyataan tersebut dan apakah implikasinya jika dikaitkan dengan upaya pencegahan fraud? Setiap manusia tentunya pernah yang namanya melakukan tindakan yang tidak jujur. Entah itu disengaja ataupun tidak. Jika dikaitkan dengan upaya pencegahan fraud, tentu saja berhubungan dengan pengendalian internal yang ada, misalnya saja harus ada pemisahan tugas dan batasan-batasan yang jelas antar employee di dalam sebuah perusahaan. Mengapa demikian, kembali lagi kepada pernyataan diatas, yakni Just about everyone can be dishonest, sehingga seorang pimpinan tidak bisa mempercayai secara penuh seorang karyawan dan memberikannya banyak kewenangan dalam perusahaan.

5. Akuntan dapat memiliki peran sentral dalam upaya pencegahan (prevention) dan pendeteksian (detection) fraud. Jelaskan. PSA 32 (SA 316.05) menetapkan bahwa tanggungjawab auditor dalam kaitannya dengan kekeliruan (error) dan ketidakberesan (irregularities) adalah sebagai berikut:

Menentukan risiko bahwa suatu kekeliruan dan ketidakberesan kemungkinan menyebabkan laporan keuangan berisi salah saji material. Berdasarkan penentuan ini, auditor harus merancang auditnya untuk memberikan keyakinan memadai bagi pendeteksian kekeliruan dan ketidak beresan. Melaksanakan audit dengan seksama dan tingkat skeptisme profesional yang semestinya dan menilai temuannya.

Terdapat dugaan bahwa jika hal tersebut dilaksanakan, maka akan banyak salah saji material yang akan ditemukan. Namun dalam SA 316.08 disebutkan bahwa karena pendapat auditor atas laporan keuangan didasarkan pada konsep keyakinan memadai (reasonable assurance), maka laporan keuangan bukanlah suatu jaminan. Dengan demikian kegagalan mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan tidak dengan sendirinya menunjukkan audit tidak dilakukan sesuai dengan standar auditing. Kadang-kadang terjadi, bahwa walaupun audit telah dirancang dan dilaksanakan dengan seksama, namun tidak dapat mendeteksi adanya kecurangan apabila manajemen, karyawan dan pihak ketiga bersekongkol untuk menyesatkan auditor dengan membuat dokumen dan catatan palsu.Pada dasarnya fraud yang terjadi di sebuah perusahaan merupakan tanggung jawab dari para manajemen, adanya kolusi antara pihak karyawan dan manajer tentu akan mempersulit kinerja seorang auditor, terutama auditor eksternal. Disini yang akan lebih berpengaruh adalah auditor internal, karena auditor internal akan melakukan audit terhadap kinerja perusahaan, apakah sudah sesuai dengan standar yang berlaku atau belum. Untuk pendeteksian fraud, tentunya seorang auditor wajib memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai fraud baik penyebab, symptom , dan sebagainya. Jika suatu kelemahan yang potensial telah terdeteksi, maka sebuah kewajiban bagi seorang auditor untuk menambahkan tes langsung terhadap identifikasi dan indicator fraud, karena meskipun prosedur audit sudah dilaksanakan dengan baik, namun hal tersebut tidak menjamin apakah fraud sepenuhnya dapat dideteksi.Point yang harus ditekankan disini adalah adanya kerjasama yang baik antara auditor dengan pihak manajemen untuk sama-sama mengungkap adanya kecurangan. Salah satu caranya adalah memberikan authority kepada seorang audit dengan tidak membatasi ruang gerak seorang auditor tersebut. Jika sudah ditemukan adanya kecurangan, maka auditor wajib untuk mengungkapkannya secara penuh dan memberikan saran-saran perbaikan. Dari situlah akuntan bisa dikatakan memiliki peran sentral dalam pendeteksian dan pencegahan fraud. Karena jelas dari rekomendasi yang diberikan, akan mengarah kepada tindakan pencegahan fraud.

6. Andaikan Sdr seorang Pimpinan perusahaan/organisasi, uraikan secara ringkas ide-ide atau pemikiran Sdr untuk pencegahan fraud.

7. Mencegah lebih baik dan murah daripada mengobati, jelaskan statemnt tersebut dalam konteks fraud. Seperti yang telah dijelaskan di buku Albrecht, setiap 1 dollar kerugian akibat fraud, laba perusahaan akan berkurang sebesar 1 dollar(digunakan untuk menutup kerugian tsb). Semakin banyak jumlah kerugian akibat fraud, maka akan semakin banyak pula laba tambahan yang harus dihasilkan. Dengan begitu, perusahaan akan semakin bekerja keras untuk menghasilkan laba tambahan dengan menambah jumlah produksi, padahal jika fraud tidak terjadi, dengan jumlah produksi sekian, maka laba yang diperoleh juga akan sebanding tanpa harus ada pengurangan karena adanya kerugian yang ditimbulkan akibat adanya fraud. Jika ada pencegahan sebelumnya, tentunya hal tersebut tidak akan terjadi. Pencegahan fraud bisa melalui proses perbaikan sistem pengendalian internal ketika aroma-aroma fraud sudah mulai tercium, selain itu bisa juga melalui proses perekrutan karyawan, jadi karyawan yang dipilih setidaknya harus jujur dan tidak memiliki bibit untuk melakukan fraud. Dengan upaya pencegahan yang dilakukan, tentunya biaya yang dikeluarkan tidak akan sebesar ketika harus memperbaiki/menutup kerugian akibat fraud tersebut. Selain itu, pencegahan fraud juga bisa menyebabkan efektifitas perusahaan meningkat sehingga perusahaan tsb kemungkinan akan semakin berkembang.

8. Bagaimana menanamkan kejujuran dan rasa malu untuk mahasiswa sebagai bagian dari fraud awareness training. Gunakan imajinasi terbaikmu untuk menjawab pertanyaan ini.

9. Implementasi Sistem Pengendalian Internal yang baik dapat menjadi sarana pencegahan fraud. Jelaskan.

Pengendalian internal adalah representasi dari keseluruhan kegiatan di dalam organisasi yang harus dilaksanakan, dimana proses yang dijalankan oleh dewan komisaris ditujukan untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan pengendalian operasional yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (COSO, 1992 dalam Hiro Tugiman, 2004). Hal ini juga dijelaskan oleh Cuomo (2007), bahwa dengan diterapkannya pengendalian internal pada perusahaan profit ataupun non profit dapat melindungi aset perusahaan dari fraud dan tentunya membantu manajemen dalam melaksanakan segala aktivitasnya. Menurut Tuanakotta (2007:162) pencegahan fraud dapat dilakukan dengan mengaktifkan pengendalian internal. Pengendalian internal yang aktif biasanya merupakan bentuk pengendalian internal yang paling banyak diterapkan. Ia seperti pagarpagar yang menghalangi pencuri masuk ke halaman rumah orang. Seperti pagar, bagaimanapun kokohnya tetap dapat ditembus oleh pelaku fraud yang cerdik dan mempunyai nyali untuk melakukannya.Pengendalian internal yang baik memungkinkan manajemen siap menghadapi perubahan ekonomi yang cepat, persaingan, pergeseran permintaan pelanggan dan fraud serta restrukturisasi untuk kemajuan yang akan datang (Ruslan,2009). Jika pengendalian internal suatu perusahaan lemah maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan fraud sangat besar. Sebaliknya, jika pengendalian internal kuat, maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan fraud dapat diperkecil. Kalaupun kesalahan dan fraud masih terjadi, bisa diketahui dengan cepat dan dapat segera diambil tindakan-tindakan perbaikan sedini mungkin.

10. Lampirkan SATU materi belajar mandiri yang telah Sdr lakukan yang menurut Sdr merupakan materi terbaik yang pernah Sdr pelajari dan sangat baik untuk memperkaya materi MK ini.

Bahaya Laten Bernama FraudSelasa 21 April 2015 23:58:0 (http://stabilitas.co.id )Pembobolan dana bank bisa terjadi kapan saja, lewat mana saja, dan dilakukan oleh siapa saja. Otoritas dan para pengelola terus berupaya menghalaunya, dengan menerapkan aturan anti fraud yang sudah dirilis Bank Indonesia dan kini diadopsi oleh OJK.Oleh Syarif Fadilah

Di industri perbankan, fraud adalah bahaya laten yang terus diwaspadai. Ia adalah ancaman tak terlihat bagi semua pemangku kepentingan. Fraud bisa muncul kapan saja, dan tak pandang bank, bahkan tak peduli secanggih apapun sistem pengawasan dan seketat apapun sistem pengendalian internal.Selama ini, pembobolan dana bank yang terjadi di Indonesia dan menjadi perhatian publik, memang kerap terjadi dengan modus yang terbilang konvensional. Para penjahat mengajukan kredit fiktif, atau bekerja sama dengan orang dalam mengelabui sistem yang ada. Atau yang kebih parah, orang dalam bank sendiri yang menelikung aturan dan sistem yang ada demi mencuri uang nasabah.Dalam tahun ini saja, yang baru berjalan selama tiga bulan sudah ada tiga kasus pembobolan bank yang menjadi perhatian khalayak umum. Dimulai dengan munculnya kasus pembobolan dana milik Bank Syariah Mandiri yang mencapai Rp50 miliar dengan modus menggunakan bilyet deposito palsu. Bilyet itu menjadi jaminan untuk mendapatkan kredit dari bank dengan jumlah yang sama. Kasus itu sejatinya terjadi pada akhir tahun lalu, tetapi kemudian baru terungkap awal tahun.Juga ada kasus raibnya dana nasabah yang disimpan di Bank Permata sebesar Rp245 juta. Kejadiannya juga pada tahun lalu, namun baru 25 Februari 2015, nasabah baru melaporkan hal itu ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).Yang tak kalah menyita perhatian adalah lenyapnya dana milik Pemerintah Kota Semarang, Jawa Tengah yang disimpan di BTPN. Pada bulan lalu, Pemkot Semarang melaporkan BTPN ke Kepolisian karena simpanan berjangka sebesar Rp22,7 miliar miliknya menyusut tinggal Rp80 juta.Kecurigaan raibnya uang deposito milik Pemkot Semarang itu berawal dari sikap BTPN yang menolak meneken nota kesepahaman (MoU) dengan Pemerintah Kota Semarang. Setiap awal tahun, pemerintah bertemu dengan tujuh bank tempat dana Pemerintah Kota disimpan. Dari tujuh bank, hanya BTPN yang tak datang.Sementara itu, BTPN mengaku bahwa Pemkot Semarang tak menyimpan deposito di bank tersebut. Padahal sertifikat deposito atas nama Pemerintah Kota Semarang yang dikeluarkan oleh BTPN masih tersimpan di kotak besi, ujar salah satu pejabat Pemkot Semarang.Melihat kejadian-kejadian itu, boleh dibilang pembobolan dana dengan cara-cara old style memang masih mewarnai risiko operasional perbankan, namun tetap mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan, dalam beberapa tahun belakangan fraud telah membuat perbankan kehilangan duit Rp845 miliar. Jumlah itu hanya 0,20 persen dari seluruh pendapatan dan hanya 0,89 dari laba bank selama ini. Bahkan jumah itu masih semenjana jika dibandingkan dengan kerugian total akibat fraud di seluruh dunia. (angkanya) kecil tapi bukan berarti membuat kita tidak waspada, kata Mulya E Siregar, Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK.Meski didominasi oleh kecurangan lewat modus konvensional, bukan berarti pembobolan dengan teknik yang lebih canggih menjadi sepi. Dalam tiga tahun belakangan, seiring meningkatnya transaksi melalui saluran elektronik, pembobolan melalui layanan teknologi informasi terus meningkat. Bahkan ancaman itu bertambah besar ketika tersiar kabar bahwa beberapa bank besar di Eropa dan Asia dibobol oleh sekelompok peretas (hacker) dengan cara menyalin data-data rahasia bank lewat peranti lunak yang digunakan bank.Perangkat lunak tersebut sudah tertanam berbulan-bulan dalam komputer karyawan perbankan dan merekam setiap gerakan karyawan baik pembukuan maupun kata kunci yang digunakan dalam pencatatan sehari-hari. Perangkat lunak ini ternyata sebuah malware yang kemudian mengirimkan aktivitas karyawan tersebut berupa rekaman, gambar ataupun data ke para hacker. Kemudian kelompok hacker tadi menyamar sebagai petugas bank yang tidak hanya mampu menyalakan mesin ATM uang, tetapi juga mentransfer jutaan dollar dari bank Rusia, Jepang, Swiss, Amerika Serikat dan Belanda ke rekening-rekening palsu mereka di berbagai negara.Dalam laporan yang kemudian dipublikasikan oleh The New York Times, Kapersky Lab mengatakan bahwa serangan ini telah merebak di lebih dari 100 bank dan lembaga keuangan di 30 negara serta menghilangkan dana total 1 miliar dollar AS (Rp12 triliun). Tak pelak ini menjadi salah satu pencurian bank yang terbesar yang pernah ada tanpa adanya tanda-tanda perampokan.Mengingat jaringan perbankan yang sudah mengglobal, bukan tidak mungkin perbankan Indonesia juga terancam akan modus yang sama. Apalagi banyak peranti lunak bajakan yang beredar luas di Indonesia.Sebuah riset yang dinamakan Malware Study yang dilakukan 2013 menyimpulkan bahwa program-program yang berisi virus komputer yang masuk melalui software palsu dan lalu di-install ke dalam komputer, banyak tersebar di Indonesia.Studi itu meneliti secara acak sebanyak 216 hard disk drive (HDD) dan pemutar DVD yang terpasang dalam komputer dan laptop di beberapa negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam; dengan cara membeli komputer secara acak di toko-toko. Hampir separo dari komputer dan lapto itu dibeli di Indonesia.Penelitian itu menyimpulkan bahwa sebanyak 59,09 persen sampel HDD yang didapatkan di Indonesia terinfeksi oleh malware. Sementara yang lebih ironis, 100 persen dari sampel DVD yang diambil di Indonesia terinfeksi oleh malware. Sementara negara yang terjangkit perangkat perusak terendah dari yang disurvei adalah Filipina yaitu dua dari lima komputer dan pemutar DVD yang terinfeksi.Studi yang dilakukan oleh tim dari Microsoft Security Forensics lebih jauh juga mengungkap bahwa banyak komputer yang menggunakan sistem operasi Windows bajakan. Akan tetapi banyak konsumen yang tidak tahu bahwa di dalam sistem operasi itu tertanam malware. Bahkan program-program jahat itu tidak pilih-pilih karena hampir semua merek ternama bisa dijangkiti.Tidak berlebihan kiranya, jika perbankan Indonesia sangat terpapar risiko operasional yang diakibatkan maraknya penggunaan program-program komputer bajakan atau palsu.Anti fraudOtoritas sejatinya sudah mengeluarkan aturan agar fraud, dari manapun asalnya, bisa dihalau dan yang potensial akan muncul dari dalam bisa diredam. Adalah peraturan anti fraud yang sudah dirilis Bank Indonesia dan kini diadopsi oleh OJK yang mewajibkan bank memiliki manajemen strategi anti fraud. Strategi itu memilik empat komponen penting yaitu pencegahan, deteksi, investigasi, dan evaluasi.Pilar pencegahan memuat langkah-langkah dalam rangka mengurangi potensi risiko terjadinya fraud, yang paling kurang mencakup kesadaran terhadap bahaya fraud (anti fraud awareness), identifikasi kerawanan, dan penerapan prinsip mengenal karyawan (know your employee).Pilar deteksi memuat langkah-langkah dalam rangka mengidentifikasi dan menemukan fraud dalam kegiatan bank, yang mencakup paling kurang kebijakan dan mekanisme whistleblowing, pelaksanaan audit secara mendadak (surprise audit), dan sistem pengamatan (surveillance system).Pilar investigasi, pelaporan, dan sanksi paling kurang memuat langkah-langkah dalam rangka menggali informasi, sistem pelaporan, dan pengenaan sanksi atas fraud dalam kegiatan usaha bank.Pilar evaluasi paling kurang memuat langkah-langkah dalam rangka memantau dan mengevaluasi fraud. Meski memiliki aturan manajemen anti fraud, bukan berarti pembobolan dan kecurangan bisa hilang sama sekali. Mulya E Siregar dari OJK mengatakan bahwa praktik fraud biasanya baru tercium setelah pembobolan dana terjadi. Ada time lag untuk mengetahui terjadinya fraud di bank. Bank membutuhkan waktu lebih panjang untuk mengetahui atau menemukan fraud, kata dia. Oleh karena itu keberadaan whistle blower sangat penting bagi kita.Selama ini, berdasarkan catatan OJK, 43 persen kasus fraud di perbankan diketahui karena informasi dari whistle blower atau orang yang melaporkannya, sementara hanya 14 persen kasus pembobolan dana baru diketahui dari hasil audit.Sementara itu, bahaya laten itu juga tetap mengintai jika berkaca pada hasil temuan OJK yang mengatakan bahwa banyak perusahaan yang tidak memperketat kebijakan anti fraud walaupun sebelumnya perusahaan itu mengalami fraud. Pengendalian internal harus dilakukan secara continous, kata Mulya.