Fransiskus, Pembebasan, Dan Teologi Hijau

download Fransiskus, Pembebasan, Dan Teologi Hijau

If you can't read please download the document

Transcript of Fransiskus, Pembebasan, Dan Teologi Hijau

Fransiskus, Pembebasan, dan Teologi HijauOleh MusyafakStaf di Balai Penelitian dan Pengembangan Agama SemarangUskup agung asal Buenos Aires, Jorge Mario Bergoglio, telah sah menduduki takhta suci Vatikan pasca menjalani inaugurasi di Lapangan Santo Petrus Vatikan (19/3). Paus baru yang menggantikan Paus Emeritus Bennediktus XVI ini memilih gelar Fransiskus sebagai simbolitas cinta kasih terhadap kaum miskin dan daif, perdamaian dan cinta alam.Bukan hanya umat katolik yang menaruh harapan di pundak Paus Fransiskus I perihal kehidupan yang lebih baik di masa depan. Jamak masyarakat non-katolik pun berharap Paus baru meneruskan agenda perdamaian dunia. Para pemimpin umat muslim juga menyambut gembira diangkatnya Paus Fransiskus I yang diharapkan berperan dalam memperjuangkan perdamaian di tengah situasi dunia yang penuh kekerasan dan konflik.PembebasanGelar Fransiskus yang dipilih Bergoglio bukan hanya simbolitas, tetapi juga nilai sekaligus cita yang diangankan Bergoglio. Dalam sejarah gereja, acuan simbol dan cita yang dianut Bergoglio tak lain adalah St Fransiskus (1182-1226 M). Paus dari Assisi ini kesohor dengan keberaniannya menjauhi kemewahan duniawi, rela berkorban, tak gentar menghadapi tantangan. Sebagai anak pedagang kain yang kaya, St Fransiskus muda justru memilih hidup miskin. Kemiskinan menjelma sebagai panggilan jiwa yang bersifat ilahiyah bagi Fransiskus, yang lantas menuntunnya untuk memihak kaum lemah/daif.Idealisme Paus Fransiskus delapan abad silam memang cocok dengan Paus Fransiskus I yang dikenal enggan bergaya hidup wah. Bergoglio pun dielu-elukan karena kesahajaannya. Misal, meminggir dari layanan gereja yang mewah dan malah tinggal di apartemen sederhana, tidak naik limusin kinclong dan sebaliknya berdesak-desakan di angkutan umum, atau memilih tiket ekonomi dalam penerbangannya dari Buenos Aires menuju Vatikan. Pasca pelantikannya Paus Fransiskus I segera mencerminkan sikap St Fransiskus dari Assisi, dengan menegaskan kepausannya untuk memihak kaum lemah dan miskin. Dia insyaf cita-cita itu berat dipikulnya sendirian. Karenanya ia mengajak para pemegang kekuasaan baik di bidang ekonomi, sosial, dan politik, untuk menjadi teman dan pelindung bagi siapa sajayang membutuhkan (Kompas, 20/3).Belakangan ini dunia berada di bawah bayang-bayang krisis Eropa. Sedikitnya Paus Fransiskus bisa mengantisipasi efek nadir dari krisis dengan meneneguhkan iman umat agar memperkuat solidaritas kolektif dan mencegah kecemburuan sosial maupun konflik golongan/kelas. Mengingat krisis ekonomi mudah saja menjalar menjadi krisis sosial bisa ditangkal agar tidak berakibat pada krisis spiritual.St Fransiskus juga fenomenal dengan terobosan perdamaian lintas iman. Franz Magnis-Suseno (dalam Robert B Baowollo, 2010: 39) menyebut St Fransiskus sebagai perintis dialog antaragama. Alkisah, ketika Perang Salib sedang berlangsung, St Fransikus nekad berdialog dengan umat muslim. Dia cukup bermodal keyakinan pada kekuatan cinta kasih serta ketulusan yang dilandasi kematangan spiritual. Setelah beberapa kali gagal berlayar ke Yerussalem, St Fransiskus berhasil tiba di Mesir mengunjungi kamp tentara Sarazen. St Fransiskus berkhutbah tentang perdamaian dan membuat Sultan terkesan hingga dia diijinkan mengunjungi tempat-tempat suci di Yerussalem.Spirit perdamaian St Fransiskus masih sangat relevan di masa kepemimpinan Paus Fransiskus I saat ini. Apalagi kini dunia masih rentan dengan pelbagai sulutan konflik, baik konflik yang berangkat dari persoalan keagamaan maupun konflik sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya. Paus sebagai pemimpin tertinggi di lembaga gereja punya peran strategis untuk menggandeng pemuka-pemuka agama lain dalam rangka menguatkan visi perdamaian dunia yang ditopang dengan penghayatan dan pengamalan agama secara inklusif nan toleran. Begitu pula para imam agama-agama lain seyogyanya aktif dan apresiatif untuk bersama-sama dan saling bersahutan menggemakan wacana agama damai.Pemihakan terhadap kaum miskin dan cita perdamaian itu menjadi modal awal bagi pembebasan umat. Tentu saja Paus Fransiskus I mencerap teologi pembebasan, dalam tradisi gereja yang mula-mula berkembang di Amerika Selatan dan Amerika Latintanah kelahirannya. Teologi pembebasan tidak hendak sekadar menyelamatkan manusia dalam aspek rohani, tetapi juga membebaskan dari kemiskinan, penindasan dari sistem sosial (Fr Wahono Nitiprawiro, 2008). Pembebasan itu bisa juga dimaknai penyelamatan dari penganiayaan atau rasa tidak aman menuju tata sosial yang damai dan sejahtera.Penyelamatan LingkunganPaus Fransiskus I juga punya misi khusus terhadap penyelamatan lingkungan. Dia memang patut mencerap watak St Fransiskus yang mencintai makhluk hidup dan lingkungan, bahkan ia berkhotbah di hadapan burung-burung.Tentu saja Paus beserta pemimpin/pemuka agama-agama lain mengemban tugas kemanusiaan untuk merespon masalah-masalah aktual yang dihadapi masyarakat, mulai dari isu-isu lokal hingga dalam skala global. Dewasa ini isu global warming terus menggelinding yang membutuhkan aksi konkret untuk menghindari bayang-bayang kehancuran bumi. Agama-agama perlu menggencarkan proganda teologi hijau, teologi yang mampu menuntun aksi kolektif masyarakat untuk menjaga kelestarian alam.Paus Fransiskus I sudah tegas menebar wacana persuasif agar masyarakat bersama-sama menghindari isyarat kehancuran dan kematian (Reuters, 19/3). Dia mengetuk ulang kesadaran kita, bahwa manusia harus menghormati setiap makhluk Tuhan dan menghormati lingkungan di mana mereka hidup. Bahwasanya melindungi lingkungan juga berarti melindungi dan mengasihi setiap orang, terutama anak-anak, orang tua dan orang-orang yang membutuhkan, yang biasanya dipikirkan paling belakang.