Fraktur Os Nasal

58
BAB I PENDAHULUAN Fraktur nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka, namun fraktur nasal sering tidak terdiagnosa dan diobati pada saat cedera.Pada kasus trauma wajah sekitar 40% adalah fraktur nasal. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan dibagian anterior wajah merupakan salah satu faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya fraktur jika terdapat trauma pada wajah. 1 Fraktur nasal merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh trauma yang ditandai dengan patahnya tulang hidung baik sederhana maupun kominunitiva. Fraktur nasal pada orang dewasa dijumpai pada kasus berkelahi, trauma akibat olahraga, jatuh dan kecelakaan lalu lintas, sedangkan pada anak-anak sering disebabkan karena bermain dan olahraga. 2 Fraktur nasal dapat ditemukan dan berhubungan dengan fraktur tulang wajah yang lain. Oleh karena itu fraktur nasal sering tidak terdiagnosa dan tidak mendapat penanganan karena pada beberapa pasien sering tidak menunjukan gejala klinis.Jenis fraktur nasal tergantung pada arah pukulan yang mengenai hidung. Fraktur lateral biasanya merupakan fraktur nasal tertutup yang mencapai tulang frontalis dan maksilaris. 1 Fraktur nasal sering menyebabkan deformitas septum nasal karena adanya pergeseran septum dan fraktur septum.Pada jenis fraktur nasal kominunitiva, processus frontalis os maksila dan lamina prependikularis os ethmoidalis dan vomer biasanya mengalami fraktur. Fraktur os nasal biasanya disebabkan oleh 1

description

Fraktur Os Nasal

Transcript of Fraktur Os Nasal

Page 1: Fraktur Os Nasal

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka, namun

fraktur nasal sering tidak terdiagnosa dan diobati pada saat cedera.Pada kasus trauma wajah

sekitar 40% adalah fraktur nasal. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan dibagian anterior

wajah merupakan salah satu faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya fraktur jika

terdapat trauma pada wajah.1

Fraktur nasal merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh trauma yang ditandai

dengan patahnya tulang hidung baik sederhana maupun kominunitiva. Fraktur nasal pada

orang dewasa dijumpai pada kasus berkelahi, trauma akibat olahraga, jatuh dan kecelakaan

lalu lintas, sedangkan pada anak-anak sering disebabkan karena bermain dan olahraga.2

Fraktur nasal dapat ditemukan dan berhubungan dengan fraktur tulang wajah yang

lain. Oleh karena itu fraktur nasal sering tidak terdiagnosa dan tidak mendapat penanganan

karena pada beberapa pasien sering tidak menunjukan gejala klinis.Jenis fraktur nasal

tergantung pada arah pukulan yang mengenai hidung. Fraktur lateral biasanya merupakan

fraktur nasal tertutup yang mencapai tulang frontalis dan maksilaris.1

Fraktur nasal sering menyebabkan deformitas septum nasal karena adanya pergeseran

septum dan fraktur septum.Pada jenis fraktur nasal kominunitiva, processus frontalis os

maksila dan lamina prependikularis os ethmoidalis dan vomer biasanya mengalami fraktur.

Fraktur os nasal biasanya disebabkan oleh trauma langsung.3 Pada pemeriksaan di dapatkan

pembengkakan, epistakis,nyeri tekan dan teraba garis fraktur. Foto rontagen dari arah lateral

dapat menunjang diagnosis. Fraktur tulang ini harus cepat direposisi dengan anestesi local

dan imobilisasi dilakukan dengan memasukan tampon ke dalam lubang hidung dan

dipertahankan dalam 3-4 hari. Patahan dapat dilindungi dengan gips tipis berbentuk kupu-

kupu untuk 1-2 minggu.4

Fraktur dapat diklasifikasikan sebagai fraktur terbuka atau tertutup, tergantung pada

integritas mukosa.Identidikasi awal dan penanganan cedera di awal periode juga penting

untuk menghindari komplikasi potensial dari patah tulang dan septum hidung. Dengan

memastikan tidak adanya hematom penting untuk menghindari kerusakan lebih lanjut serta

menghindari komplikasi antara lain kompresi jaringan serta infeksi yang berbahaya. Selain

itu, penting untuk ahli bedah menilai gejala sisa pada awal dan akhir dari luka untuk terapi.1

1

Page 2: Fraktur Os Nasal

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Tn. R

Umur : 38 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Perusahaan PT. CT ESPE

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Sopir

Pemeriksaan : 12 April 2014

Anamnesis (auto)

Keluhan utama : Hidung kanan dan kiri mengeluarkan darah sejak 8 jam yang lalu

Anamnesis khusus :

8 Jam yang lalu pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, Saat itu pasien

sedang mengendarai mobil tiba-tiba menabrak rumah. Pasien tidak sadar setelah

kejadian. pasien mengeluhkan nyeri didaerah sekitar hidung, dan bawah hidung,

adanya pembengkakan pada hidung. perdarahan dirasakan keluar dari kedua

lubang hidung, darah berwarna merah segar. pasien juga mengeluhkan seperti ada

cairan yang mengalir ketenggorokannya. Keluar darah dari telinga disangkal

pasien. Nyeri pada daerah pipi disangkal, Mual tidak ada, muntah tidak ada.

Riwayat pengobatan :-

Riwayat penyakit dahulu :

Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), riwayat trauma sebelumnya(-),

riwayat epitaksis (-)

Riwayat penyakit keluarga : tidak ada

2

Page 3: Fraktur Os Nasal

3

Telinga Hidung

Gatal : -/-

Korek telinga : -/-

Nyeri telinga : -/-

Bengkak : -/-

Otore : -/-

Tuli : -/-

Tinitus : -/-

Vertigo : -

Mual : -

Muntah : -

Mau jatuh : -

Rinore : -/-

Lama : -

Terus-menerus :-

Hilang timbul : -

Cair/lendir/nanah : -

Campur darah/bau : -

Hidung buntu : +/+

Terus-menerus : +

Hilang timbul : -

Bersin : -/-

Dingin/lembab : -

Debu rumah : -

Asap rokok : -

Berbau : -/-

Mimisan : +/+

Nyeri hidung : +/+

Suara sengau : +

Tenggorok Laring

Sukar menelan : -

Sakit menelan : -

Trismus : -

Ptyalismus : -

Rasa mengganjal : -

Rasa berlendir : -

Rasa kering : -

Suara parau : -

Afonia : -

Sesak nafas -

Rasa sakit : -

Rasa mengganjal : -

Page 4: Fraktur Os Nasal

Keadaan umum : baik, Kesadaran : compos mentis, TD : 120/80 mmHg, Nadi :

80x/m, Suhu badan : 36,8oC, RR : 20x/m, Anemia : -/-, Sianosis : -, Stridor inspirasi

: -, Retraksi suprasternal : -, Intercostal :-, Epigastrik :-

Pemeriksaan Fisik

a) Telinga

4

Page 5: Fraktur Os Nasal

5

Daun Telinga Kanan Kiri

Anotia/mikrotia/makrotia - -

Keloid - -

Perikondritis - -

Kista - -

Fistel - -

Ott hematoma - -

Liang Telinga Kanan Kiri

Atresia - -

Serumen prop - -

Epidermis prop - -

Korpus alineum - -

Jaringan granulasi - -

Exositosis - -

Osteoma - -

Furunkel - -

Membrana Timpani Kiri Kanan

Hiperemis - -

Retraksi - -

Bulging - -

Atropi - -

Perforasi - -

Bula - -

Sekret - -

Refleks Cahaya

Jam 5 Jam 7

Retro-aurikular dan

preauriculaKanan Kiri

Fistel - -

Kista - -

Abses - -

Page 6: Fraktur Os Nasal

b) Hidung

Rinoskopi Anterior Kanan Kiri

Vestibulum nasi

Nyeri tekan, Bleding (+/+)

Sulit dinilai karena terpasang tampon

Spoortjes Boorzalf 4/3

Kavum nasi

Selaput lendir

Septum nasi

Lantai + dasar hidung

Konka inferior

Meatus nasi medius

Polip

Korpus alineum

Massa tumor

Fenomena palatum mole

Rinoskopi Posterior Kanan Kiri

Kavum nasi

Sulit dinilai Sulit dinilai

Selaput lendir

Koana

Septum nasi

Konka superior

Adenoid

Massa tumor

Fossa rossenmuller

Transiluminasi Sinus Kanan Kiri

Tidak dilakukan

c) Mulut

Hasil

6

Page 7: Fraktur Os Nasal

Selaput lendir mulut Dbn

Bibir Sianosis (-) raghade (-)

Lidah Atropi papil (-), tumor (-)

Gigi Caries (-)

Kelenjar ludah Dbn

d) Faring

Hasil

Uvula Bentuk normal, terletak ditengah

Palatum mole hiperemis (-), benjolan (-)

Palatum durum Hiperemis (-), benjolan (-)

Plika anterior Hiperemis (-)

Tonsil

Dekstra : tonsil T1, hiperemis (-),

permukaan rata, kripta tidak melebar

detritus (-)

Sinistra : tonsil T1, hiperemis (-),

permukaan rata, kripta tidak melebar

detritus (-)

Plika posterior Hiperemis (-)

Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)

PNB : -

e) Laringoskopi indirect

Hasil

Pangkal lidah Sulit dinilai

Epiglottis

Sinus piriformis

Aritenoid

7

Page 8: Fraktur Os Nasal

Sulcus aritenoid

Corda vocalis

Massa

f) Kelenjar Getah Bening Leher

Kanan Kiri

Regio I Dbn Dbn

Regio II Dbn Dbn

Regio III Dbn Dbn

Regio IV Dbn Dbn

Regio V Dbn Dbn

Regio VI Dbn Dbn

area Parotis Dbn Dbn

Area postauricula Dbn Dbn

Area occipital Dbn Dbn

Area

supraclaviculaDbn Dbn

g) Pemeriksaan Nervi Craniales

Kanan Kiri

Nervus III, IV, VI Dbn Dbn

Nervus V, VII Dbn Dbn

Nervus IX Dbn

Regio XII Dbn

I. PEMERIKSAAN AUDIOLOGI

Tes Pendengaran Kanan Kiri

Tes rinne + +

Tes weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi

Tes schwabach Sama dg pemeriksa/N Sama dg pemeriksa/N

Kesimpulan : Fungsi Pendengaran dalam batas normal

8

Page 9: Fraktur Os Nasal

Status Lokalis :

- Vulnus Laceratum at regio frontalis dekstra

- Vulnus Laceratum at regio Dorsum nasi

Pemeriksaan Penunjang

Radiologi :

Foto thorax : -

Foto Cranium :

o Tampak Fraktur os nasal

Laboratorium :

Hb : 15,1 g/dl

Masa perdarahan : 2”

Masa pembekuan : 3” - GDS :120

Leukosit : 18,5 103/mm3

Trombosit : 223 103/mm3

Diagnosis

Epistaksis anterior dekstra/sinistra et causa fraktur os nasal

Penatalaksanaan

Terapi : pada pasien ini tatalaksana pertama dimulai dari mengevaluasi cedera,

mengetahui cerita yang akurat dari situasi dimana kecelakaan terjadi, dan memastikan

bagaimana keadaan dan fungsi wajah dan hidung sebelum terjadi kecelakaan. Luka

yang serius harus mendapatkan penanganan, inspeksi dan palpasi nasal dilakukan

untuk menilai kelancaran jalan napas, laserasi mukosa, deformitas septum.Lakukan

penilaian dari hidung dan struktur sekitarnya, meliputi mata, mandibula dan vertebra

spinal haruslah lengkap. Temukan jika terdapat fraktur pada wajah ataupun

mandibula.

Setelah memastikan jalan napas baik, ventilasi adekuat, dan secara umum pasien telah

stabil, dapat dilakukan penatalaksanaan atas epistaksis dan fraktur nasal itu sendiri.

- Medikamentosa :

IVFD RL 20gtt/menit

9

Page 10: Fraktur Os Nasal

Antibiotik : Inj Cefadroksil 2 x 1 gr

Analgetik : Inj Ketorolac 3 x 1 amp

Pasang Tampon Sportjes Boorzalf 4/3 untuk menghentikan perdarahan

- Operatif

o Rencana reposisi os nasal dengan general anestesi

o Lab lengkap, Ro Thorak, EKG, konsul Anestesi dan konsul Interne

KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)

o Menjelaskan tentang penyakit yang diderita pada pasien

o Menjelaskan tentang terapi yang diberikan kepada pasien tentang manfaat,

cara, dan efek samping

o Menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi

o Istirahat yang cukup

o jangan memencet-mencet batang hidung

o Memberitahu pasien sebaiknya dilakukan operasi reposisi os nasal

o Memberitahu pasien tentang komplikasi yang terjadi jika penyakitnya tidak

segera diatasi

Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

Follow Up Pasien

14/04/14

S: Nyeri pada hidung

O: - Laserasi di regio frontal dekstra

- Terpasang Tampon Sportjes Boorzalf 4/3

- Telinga : DBN

- Hidung : Dorsum hidung laserasi (+)

-Tenggorokan : PNB : (-)

10

Page 11: Fraktur Os Nasal

A: Fraktur Os Nasal + Vulnus laceratum dorsum nasi + frontal dekstra

P: IVFD RL 20gtt/menit

Antibiotik : Inj Cefadroksil 2 x 1 gr

Analgetik : Inj Ketorolac 3 x 1 amp

15/04/14

S: -

O: - Laserasi di regio frontal dekstra

- Terpasang Tampon Sportjes Boorzalf 4/3

- Telinga : DBN

- Hidung : Dorsum hidung laserasi (+)

-Tenggorokan : PNB : (-)

A: Fraktur Os Nasal + Vulnus laceratum dorsum nasi + frontal dekstra

P: IVFD RL 20gtt/menit

Antibiotik : Inj Cefadroksil 2 x 1 gr

Analgetik : Inj Ketorolac 3 x 1 amp

Rencana Reposisi os nasal GA hari rabu 16/04/14

Puasa 6-8 jam pre op

16/04/14

Reposisi Os Nasal

Diagnosa Pre Op : Epistaksis anterior dekstra/sinistra et causa fraktur os nasal

1. Pasien ditidurkan dengan General Anestesi, terpasang ETT

2. Dilakukan disinfeksi dan demarkasi lapangan

3. Tampon Boorzalf 4/3 dibuka

4. Dievaluasi tampak konka inferior robek sebagian di kavum nasi kanan dan kiri

11

Page 12: Fraktur Os Nasal

5. Dilakukan reposisi dengan menggunakan forsep walsham dan asch

6. Pasang tampon anterior sportjes boorzalf 5/6

7. Lakukan evaluasi pada dorsum nasi, didapatkan hecting situasi, dibuka jahitan

tampak laserasi sedalam 2 cm

8. Dilakukan rehecting

9. Tutup dengan dariantulle dan kasa

10. Operasi selesai

11. Pasien dibangunkan dan disadarkan kembali

Diagnosa post op: Post Reposisi Open Fraktur Os Nasal

Instruksi Post Op

1. Evaluasi Tanda vital dan tanda perdarahan

2. Diet biasa

3. Puasa sampai bising usus (+)

P: IVFD RL 20gtt/menit

Antibiotik : Inj Cefadroksil 2 x 1 gr

Analgetik : Inj Ketorolac 3 x 1 amp

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan

luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar daripada yang

diabsorpsinya. Fraktur tulang hidung adalah setiap retakan atau patah yang terjadi

pada bagian tulang di organ hidung.5

12

Page 13: Fraktur Os Nasal

3.2 Insiden

Di Amerika Serikat fraktur hidung merupakan fraktur ketiga paling sering

sering ditemui selain dari fraktur klavikula dan pergelangan tangan.2Sekitar 39-45%

dari seluruh fraktur wajah.Pria dua kali lebih banyak disbanding wanita.Insiden

meningkat pada umur 15-30 tahun dan dihubungkan dengan perkelahian dan cedera

akibat olahraga. Selain itu juga, paling sering disebabkan oleh jatuh dari motor dan

kecelakaan lalu lintas.3,5

3.3 Etiologi

Penyebab dari fraktur tulang hidung berkaitan dengan trauma langsung pada

hidung atau muka. Pada trauma muka paling sering terjadi fraktur hidung.3

Penyebab utama dari trauma dapat berupa :

Cedera saat olahraga

Akibat perkelahian

Kecelaaan lalu lintas

Terjatuh

Masalah kelahiran

Kadang dapat iatrogenik 5,6

3.4 Anatomi Hidung

Hidung adalah organ sederhana yang sebenarnya berfungsi sangat vital dalam

kehidupan kita.Selain sebagai indera penghidu, hidung juga ternyata berguna sebagai

saringan (filter) terhadap debu yang masuk bersama udara yang kita hirup. Hidung juga

menjadi air conditioning sistem dengan cara menghangatkan atau melembabkan udara yang

masuk ke tubuh kita.1

Hidung merupakan bagian wajah yang paling sering mengalami trauma karena

merupakan bagian yang berada paling depan dari wajah dan paling menonjol. Hidung secara

anatomi dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Hidung bagian luar (Nasus eksterna)

2. Rongga hidung (Nasus interna atau kavum nasi)7

3.4.1 Hidung Bagian Luar (Nasus Eksterna)

13

Page 14: Fraktur Os Nasal

Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah :8

1) Pangkal hidung (bridge),

2) batang hidung (dorsum nasi),

3) puncak hidung (tip),

4) ala nasi,

5) kolumela dan

6)lubang hidung (nares anterior)

Gambar 1 : Gambar 2 :

Anatomi hidung bagian luar 9 Anatomi hidung10

Hidung luar dilapisi oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,

jaringan ikat dan beberapa otot kecil untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung.7

Kerangka tulang terdiri dari :

1) tulang hidung ( os nasalis),

2) prosesus frontalis os maksila dan

3) prosesus nasalis os frontal,

14

Page 15: Fraktur Os Nasal

sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang

terletak di bagian bawah hidung, yaitu :1

1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior,

2) sepasang kartilago nasalis inferior yang disebut sebagai kartilago alar mayor,dan

3) tepi anterior kartilago septum.

2.4.2 Rongga Hidung (Nasus Interna/ Kavum Nasi)

Rongga hidung dibagi dua bagian, kanan dan kiri di garis median oleh septum nasi

yang sekaligus menjadi dinding medial rongga hidung. Kerangka septum dibentuk oleh :

a. Lamina perpendikularis tulang etmoid (superior)

b. Kartilago kuadrangularis (anterior)

c. Tulang vomer (posterior)

d. Krista maksila dan Krista palatina (bawah) yang menghubungkan septum dengan

dasar rongga hidung.3,7

Dibagian anterior septum nasi terdapat bagian yang disebut Area Little, merupakan

anyaman pembuluh darah yaitu Pleksus Kiesselbach. Tempat ini mudah terkena trauma dan

menyebabkan epistakis.Di bagian antrokaudal, septum nasi mudah digerakkan. 3,7

Ke arah belakang rongga hidung berhubungan dengan nasofaring melalui sepasang

lubang yang disebut koana berbentuk bulat lonjong (oval), sedangkan ke arah depan rongga

hidung berhubungan dengan dunia luar melalui nare. 3,7

Atap rongga hidung berbentuk kurang lebih menyerupai busur yang sebagian besar

dibentuk oleh lamina kribosa tulang etmoid.Di sebelah anterior, bagian ini dibentuk oleh

tulang frontal dan sebelah posterior oleh tulang sfenoid. 3,7

Melalui lamina kribosa keluar ujung-ujung saraf olfaktoria menuju mukosa yang

melapisi bagian teratas dari septum nasi dan permukaan kranial dari konka nasi

superior.Bagian ini disebut regio olfaktoria. 3,7

Dinding lateral rongga hidung dibentuk oleh konka nasi dan meatus nasi. Konka nasi

merupakan tonjolan-tonjolan yang memanjang dari anterior ke posterior dan mempunyai

rangka tulang.Meatus nasi terletak di bawah masing-masing konka nasi dan merupakan

bagian dari hidung. 3,7

15

Page 16: Fraktur Os Nasal

Konka Nasi

Di dalam kavum nasi terdapat tiga pasang konka nasi, yaitu konka nasi inferior, konka

nasi medius, dan konka nasi superior.Konka nasi inferior merupakan konka yang terbesar

diantara ketiga konka nasi.Mukosa yang melapisinya tebal dan mengandung banyak

pleksus vena dan membentuk jaringan kavernosus.Rangka tulangnya melekat pada tulang

palatina, etmoid, maksila, dan lakrimal. 3,7

Konka nasi media adalah yang kedua setelah konka nasi inferior.Terletak diantara

konka inferior dan konka superior. Mukosa yang melapisinya sama dengan yang melapisi

konka nasi inferior. Rangka tulangnya merupakan bagian dari tulang etmoid.Kadang-

kadang di dalam konka media terdapat sel sehingga konka menjadi besar dan menutup

meatus nasi media yang disebut konka bulosa. 3,7

Konka nasi superior merupakan konka konka yang paling kecil.Mukosa yang

melapisinya jauh lebih tipis dari kedua konka lainnya.Rangka tulangnya juga merupakan

bagian dari tulang etmoid.Kadang-kadang didapatkan konka nasi suprema yang

merupakan konka nasi yang keempat.Jika ada, konka suprema ini sangat kecil dan

sebenarnya merupakan bagian dari konka superior yang membelah menjadi dua bagian. 3,7

Meatus Nasi

Meatus nasi inferior merupakan celah yang terdapat dibawah konka inferior.Dekat

ujungnya terdapat ostium (muara) duktus nasolakrimalis.Muara ini seringkali dilindungi

oleh lipatan mukosa yang disebut katup dari Hasner (Plika lakrimalis Hasner). 3,7

Meatus nasi media terletak diantara konka inferior dan konka media.Ostium sinus

merupakan lubang penghubung sinus paranasal dan kavum nasi, berfungsi sebagai

ventilasi dari sinus paranasal sebagian terletak di meatus media. 3,7

Sinus frontal bermuara di bagian anterior, sedangkan muara dari sinus maksila

terdapat kira-kira di bagian tengah, tempat muara dari sinus etmoid anterior.Struktur-

struktur yang ada di dalam meatus nasi media disebut kompleks ostiomeatal.Kompleks ini

penting artinya secara klinis dalam menimbulkan gangguan drainase sinus paranasal.

Kelainan dalam kompleks ini akan mempengaruhi potensi ostium sinus sehingga berperan

besar dalam patofisiologi sinus paranasal.7

Meatus nasi superior terletak diantara konka media dan konka superior dan

merupakan meatus yang terkecil.Disinalah bermuara sinus etmoid posterior. Resesus

sfeno-etmoid terdapat pada dinding lateral rongga hidung diantara atap rongga hidung dan

konka nasi superior. Di sini terdapat muara sinus sphenoid. 3,7

16

Page 17: Fraktur Os Nasal

Sinus Paranasal

Di sekitar rongga hidung terdapat rongga-rongga yang terletak di dalam tulang yang

disebut sinus paranasal. Terdapat empat sinus paranasal, yaitu sinus maksila kanan dan

kiri, sinus frontal kanan dan kiri, sinus etmoid kanan dan kiri serta sinus sfenoid kanan dan

kiri.3

Sinus maksila disebut juga Antrum Higmori atau lebih sering disebut antrum

saja.Rongga sinus paranasal berhubungan dengan rongga hidung melalui suatu lubang

yang disebut ostium.Selula etmoid dikelompokan menjadi selula etmoid anterior dan

selula etmoid posterior.Salah satu sel etmoid paling besar dan terletak paling medial

disebut ostium.Sinus maksila dan selula etmoid sudah terbentuk sejak lahir dalam ukuran

kecil dan bertambah besar sampai ukuran maksimal pada dewasa.Sinus frontal merupakan

ekstensi dari selula etmoid anterior dan mencapai pertumbuhan penuh antara umur 8

sampai 15 tahun.Pertumbuhan sinus frontal kanan dan kiri besarnya sering tidak simetris

dan pada sekitar 5% populasi, sinus frontal hanya tumbuh pada satu sisi. 3,7

Mukosa Rongga Hidung

Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histiologik dan fungsional

dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa penghidu (mukosa

olfaktorius). Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan

permukaanya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia (ciliated

pseudostratified collumner epithelium) dan diantaranya terdapat sel-sel goblet.1 Sel goblet

yang menghasilkan lendir, lendir ini mempunyai pH 6,5 dan mengandung lisozim yang

mempunyai efek antiseptik. Tiap sel mukosa rongga hidung mempunyai silia yang

jumlahnya dapat mencapai 25 sampai 100 buah.Silia bergerak sekitar 250 gerakan

permenit.Pergerakan ini dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan paparan zat anestetik atau

gas. Gerakan silia akan mendorong selimut lendir diatasnya ke belakang dengan kecepatan

5-10 mm permenit.3,7

Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan

sepertiga atas septum.Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu tidak bersilia

(pseudostratified collumner non ciliated epithelium).Epitelnya dibentuk oleh tiga macam

sel, yaitu sel penunjang, sel basal, dan sel reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu

berwarna coklat kekuningan.1

17

Page 18: Fraktur Os Nasal

Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukoasanya lebih tebal dan kadang-

kadang terjadi metaplasia, menjadi sel epitel skuamosa.Dalam keadaan normal mukosa

respiratori berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir

(mucous blanket) pada permukaanya.Di bawah epitel terdapat tunika propria yang banyak

mengandung pebuluh darah, kelenjar mukosa, dan jaringan limfoid.

Rongga hidung seluruhnya dilapisi oleh mukosa, kecuali nares dan vestibulum

nasi dilapisi oleh kulit tempat tumbuh rambut yang disebut vibrissea.1

Gambar 3: Rongga Hidung 10

Vaskularisasi Hidung

Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a.etmoid anterior dan posterior

yang merupakan cabang dari a.oftalmika dari a.karotis interna.

Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a.maksilaris interna,

di antaranya ialah ujung palatina mayor dan a.sfenopalatina yang keluar dari foramen

sfenopalatina bersama n.sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung

posterior konka media.8

Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari cabang-cabang a.fasialis. Pada bagian

depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a.sfenopalatina. a.etmoid anterior,

a.labialis superior dan a.palatine mayor yang disebut pleksus Kiesselbach (Little’s area).1

Pleksus Kiesselbach letaknya superficial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering

18

Page 19: Fraktur Os Nasal

menjadi sumber epistaksis (pendarahan hidung), terutama pada anak. Vena-vena hidung

mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya. Vena di

vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v.oftalmika yang berhubungan dengan

sinus kavernosus. Vena-vena hidung tidak memiliki katup, sehingga merupakan factor

predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi sampai ke intracranial.1,8

Gambar 4:Vaskularisasi hidung 11

Persarafan Hidung

Bagian depan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.etmoidalis

anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang berasal dari n.oftalmikus (N.V-

1). Rongga hidung lainnya,sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n.maksila

melalui ganglion sfenopalatina. Ganglion sfenopalatina, selain memberikan persarafan

sensoris, juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung.1,8

Ganglion ini menerima serabut-serabut sensoris dari n.maksila (N.V-2), serabut

parasimpatis dari n.petrosus superfisialis mayor dan serabut- serabut simpatis dari

n.petrousus profundus. Ganglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di atas

ujung posterior konka media.8

Fungsi penghidu berasal dari n.olfaktorius. N.Olfaktorius turun melalui lamina

kribosa dari permukaan bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor

penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.8

2.5 Fungsi Hidung

Fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah :1

19

Page 20: Fraktur Os Nasal

1) Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara,

humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik

lokal

2) Fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk

menampung stimulus penghidu

3) Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses bicara dan

mencega hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang

4) Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap

trauma dan pelindung panas

5) Refleks nasal

3.5.1 Fungsi Respirasi1

Udara inspirasi masuk ke hidung menuju sistem respirasi melalui nares anterior, lalu

naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah kea rah nasofaring.Aliran

udara di hidung ini berbentuk lengkungan atau arkus.

Udara yang dihirup akan mengalami humidifikasi oleh palut lendir. Pada musim

panas, udara hampir jenuh oleh uap air, sehingga terjadi sedikit penguapan udara nspirasi

oleh palut lendir, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.

Suhu udara yang melalui hidung diatur sehingga berkisar 37°C.Fungsi pengatur suhu

ini dimungkinkan oleh banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan

konka dan septum yang luas.

Partikel debu, virus, bateri, dan jamur yang terhirup bersama udara akan disaring di

hidung oleh : a) rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi, b) silia, c) palut lendir. Debu dan

bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan

dengan refleks bersin.

2.5.2 Fungsi Penghidu1

Hidung juga bekerja sebagai indera penghidu dan pengecap dengan adanya mukosa

olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum.

Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau

bila menarik napas dengan kuat.Fungsi hidung untuk membantu indra pengecap adalah untuk

membedakan rasa manis yang berasal dari berbagai macam bahan, seperti perbedaan rasa

manis strawberi, jeruk, pisang, atau coklat. Juga untuk membedakan rasa asam yang berasal

dari cuka dan asam jawa.

20

Page 21: Fraktur Os Nasal

2.5.3 Fungsi Fonetik1

Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi.

Sumbatan hidung kan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar

suara sengau (rinolalia).

Hidung membantu proses pembentukan kata-kata. Kata dibentuk oleh lidah,bibir, dan

palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal (m,n.ng) rongga mulut tertutup dan hidung

terbuka, palatum mole turun untuk aliran udara.

2.5.4 Refleks Nasal1

Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna,

kardiovaskular dan pernapasan. Iritasi mukosa hidung akan menyebabkan reflek bersin dan

napas berhenti. Rangsangan bau tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung,

dan pankreas.

2.6 Patofisiologi

Tulang hidung dan kartilago rentan untuk mengalami fraktur karena hidung

letaknya menonjol dan merupakan bagian sentral dari wajah, sehingga kurang kuat

menghadapi tekanan dari luar. Pola fraktur yang diketahui beragam tergantung pada kuatnya

objek yang menghantam dan kerasnya tulang. Seperti dengan fraktur wajah yang lain, pasien

muda cenderung mengalami fraktur kominunitiva septum nasal dibandingkan dengan pasien

dewasa yang kebanyakan frakturnya lebih kompleks.3

Daerah terlemah dari hidung adalah kerangka kartilago dan pertemuan antara

kartilago lateral bagian atas dengan tulang dan kartilago septum pada krista maksilaris.

Daerah terlemah merupakan tempat yang tersering mengalami fraktur atau dislokasi pada

fraktur nasal.3

Kekuatan yang besar dari berbagai arah akan menyebabkan tulang hidung remuk

yang ditandai dengan deformitas bentuk C pada septum nasal. Deformitas bentuk C biasanya

dimulai di bagian bawah dorsum nasal dan meluas ke posterior dan inferior sekitar lamina

perpendikularis os ethmoid dan berakhir di lengkung anterior pada kartilago septum kira-kira

21

Page 22: Fraktur Os Nasal

1 cm di atas krista maksilaris. Kebanyakan deviasi akibat fraktur nasal meliputi juga fraktur

pada kartilago septum nasal.3,7,12

Gambar 5 : Penulangan hidung

Diunduh dari http://www.learn-free-medical-transcription.blogspot.com

Fraktur nasal lateral merupakan yang paling sering dijumpai pada fraktur nasal.

Fraktur nasal lateral akan menyebabkan penekanan pada hidung ipsilateral yang biasanya

meliputi setengah tulang hidung bagian bawah, prosesus nasi maksilaris dan bagian tepi

piriformis. Trauma lain yang sering dihubungkan dengan fraktur nasal adalah fraktur

frontalis, ethmoid dan tulang lakrimalis, fraktur nasoorbital ethmoid; fraktur dinding orbita;

fraktur lamina kribriformis; fraktur sinus frontalis dan fraktur maksila Le Fort I, II, dan

III.3,7,12

2.7 Klasifikasi

Fraktur hidung dapat dibedakan menurut :

1. Lokasi : tulang nasal (os nasale), septum nasi, ala nasi, dan tulang rawan triangularis.

2. Arah datangnya trauma :

- Dari lateral : kekuatan terbatas dapat menyebabkan fraktur impresi dari salah satu

tulang nasal. Pukulan lebih besar mematahkan kedua belah tulang nasal dan septum

nasi dengan akibat terjadi deviasi yang tampak dari luar.

- Dari frontal : cederanya bisa terbatas hanya sampai bagian distal hidung atau kedua

tulang nasal bisa patah dengan akibat tulang hidung jadi pesek dan melebar. Bahkan

kerangka hidung luar dapat terdesak ke dalam dengan akibat cedera pada kompleks

etmoid.

- Datang dari arah kaudal : relatif jarang.3

22

Page 23: Fraktur Os Nasal

Jenis fraktur nasal meliputi :

1. fraktur nasal sederhana,

2. fraktur pada prosessus frontalis maksila,

3. fraktur nasal dengan pergeseran kartilago nasi,

4. fraktur dengan keluarnya kartilago septum dari sulkusnya di vomer,

5. fraktur kominutiva pada vomer, dan

6. fraktur pada tulang ethmoid sehingga CSS mengalir dari hidung.1,13

3.7.1 Fraktur hidung sederhana

Jika hanya terjadi fraktur tulang hidung saja dapat dilakukan reposisi fraktur dengan

analgesia lokal. Akan tetapi pada anak-anak atau orang dewasa yang tidak kooperatif

tindakan reposisi dilakukan dalam keadaan narkose umum.1

Analgesia lokal dapat dilakukan dengan pemasangan tampon lidokain 1-2% yang

dicampur dengan epinefrin 1: 1000. Tampon kapas yang berisi obat analgesia lokal ini

dipasang masing-masing 3 buah pada setiap lubang hidung. Tampon pertama diletakkan pada

meatus superior tepat di bawah tulang hidung, tampon kedua diletakkan di antara konka

media dan septum dan bagian distal dari tampon tersebut terletak dalam foramen

sfenopalatina. Tampon ketiga ditempatkan antara konka inferior dan septum nasi. Ketiga

tampon tersebut dipertahankan selama 10 menit. Kadang –kadang diperlukan penambahan

penyemprotan oxymethazoline spray beberapa kali, melalui rinoskopi anterior untuk

memperoleh efek anestesi dan efek vasokonstriksi yang baik.1

Gambar 6 :Fraktur hidung sederhana 14

2.7.2 Fraktur nasal kominunitiva

Fraktur nasal dengan fragmentasi tulang hidung ditandai dengan batang hidung

nampak rata (pesek); tulang hidung mungkin dinaikkan ke posisi yang aman tetapi beberapa

23

Page 24: Fraktur Os Nasal

fragmen tulang tetap hilang.Bidai digunakan untuk memindahkan fragmen tulang ke posisi

yang sebenarnya. Untuk tujuan tersebut beberapa kasa vaselin dimasukkan ke dalam lubang

hidung.3

3.7.3 Fraktur tulang hidung terbuka

Fraktur tulang hidung terbuka menyebabkan perubahan tempat dari tulang hidung

tersebut yang juga disertai laserasi pada kulit atau mukoperiosteum rongga hidung.

Kerusakan atau kelainan pada kulit dari hidung diusahakan untuk diperbaiki atau

direkonstruksi pada saat tindakan.1

2.7.4 Fraktur tulang nasoorbitoetmoid kompleks

Jika nasal piramid rusak karena tekanan atau pukulan dengan beban berat akan

menimbulkan fraktur hebat pada tulang hidung, lakrimal, etmoid, maksila dan frontal. Tulang

hidung bersambungan dengan prossesus frontalis os maksila dan prossesus nasalis os frontal.

Bagian dari nasal piramid yang terletak antara dua bola mata akanterdorong ke belakang.

Terjadilah fraktur nasoetmoid, fraktur nasomaksila dan fraktur nasoorbita.Fraktur ini dapat

menimbulkan komplikasi atau sekuele di kemudian hari. Komplikasi yang terjadi tersebut

ialah:1

A. Komplikasi neurologik :1

1. Robeknya duramater

2. Keluarnya cairan serebrospinal dengan kemungkinan timbulnya meningitis

3. Pneumoensefal

4. Laserasi otak

5. Avulsi dari nervus olfaktorius

6. Hematoma epidural atau subdural

7. Kontusio otak dan nekrosis jaringan otak

B. Komplikasi pada mata :

1. Telekantus traumatika

2. Hematoma pada mata

3. Kerusakan nervus optikus yang mungkin menyebabkan kebutaan

4. Epifora

5. Ptosis

6. Kerusakan bola mata

24

Page 25: Fraktur Os Nasal

C. Komplikasi pada hidung :

1. Perubahan bentuk hidung

2. Obstruksi rongga hidung yang disebabkan oleh fraktur,dislokasi, atau hematoma

pada septum

3. Gangguan penciuman (hiposmia atau anosmia)

4. Epistakis posterior yang hebat yang disebabkan karena robeknya arteri etmoidalis

5. Kerusakan duktus nasofrontalis dengan menimbulkan sinusitis frontal atau mukokel

Pada keadaan terjadinya trauma hidung seperti tersebut di atas, jika terdapat

kehilangan kesadaran mungkin terjadi kerusakan pada susunan saraf otak sehingga

memerlukan bantuan seorang ahli bedah saraf otak.Konsultasi kepada seorang ahli mata

diperlukan untuk mengevaluasi kemungkinan terdapatnya kelainan pada mata.

Pemeriksaan penunjang radiologic berupa CT scan (axial dan koronal) diperlukan pada

kasus ini.1

Kavum nasi dan lasernasi harus dibersihkan dan diperiksa kemungkinan terjadinya

fistul cairan serebro spinal.Integritas tendon kantus media harus dievaluasi, untuk ini

diperlukan konsultasi dengan ahli mata.Klasifikasi nasoorbitetmoid kompleks tipe I

mengenai satu sisi noncommunited fragmen sentral tanpa robeknya tendo kantus media.

Tipe II, mengenai fragmen sentral tanpa robeknya tendo kantus media. Tipe III mengenai

kerusakan fragmen sentral berat dengan robeknya tendo kantus media.1

Seorang ahli bedah maksilofasial harus mengenal organ yang rusak pada daerah

tersebut untuk melakukan tindakan rekonstruksi dengan cara menyambung tulang yang

patah sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan. Fraktur nasoorbitetmoid kompleks

ini seringkali tidak dapat diperbaiki dengan cara sederhana menggunakan tampon hidung

atau fiksasi dari luar. Apabila terjadi kerusakan duktus naso-lakrimalis akan

menyebabkan air mata selalu keluar. Tindakan ini memerlukan penanganan yang lebih

hati-hati dan teliti.Rekonstruksi dilakukan dengan menggunakan kawat (stainless steel)

atau plate & screw. Pada fraktur tersebut di atas, memerlukan tindakan rekonstruksi

kantus media.1

2.8 Gejala Klinis

Tanda yang mendukung terjadinya fraktur tulang hidung dapat berupa :5

a) Depresi atau pergeseran tulang – tulang hidung.

25

Page 26: Fraktur Os Nasal

b) Terasa lembut saat menyentuh hidung.

c) Adanya pembengkakan pada hidung atau muka.

d) Memar pada hidung atau di bawah kelopak mata (black eye).

e) Deformitas hidung.

f) Keluarnya darah dari lubang hidung (epistaksis).

g) Saat menyentuh hidung terasa krepitasi.

h) Rasa nyeri dan kesulitan bernapas dari lubang hidung.

Tanda-tanda berikut merupakan saat dimana sebaiknya meminta pertolongan dokter

meliputi:

- Nyeri dan pembengkakan tidak menghilang 3x24 jam

- Hidung terlihat miring atau melengkung

- Sulit bernapas melalui hidung meskipun reaksi peradangan telah mereda

- Terjadi demam

- Perdarahan hidung berulang 5,15

Tanda-tanda berikut dimana sebaiknya meminta pertolongan ke unit gawat darurat :

- Perdarahan yang berlangsung lebih dari beberapa menit pada satu atau kedua lubang

hidung

- Keluar cairan berwarna bening dari lubang hidung

- Cedera lain pada tubuh dan muka

- Kehilangan kesadaran

- Sakit kepala yang hebat

- Muntah yang berulang

- Penurunan indra penglihatan

- Nyeri pada leher

- Rasa kebas, baal,atau lemah pada lengan. 5

26

Page 27: Fraktur Os Nasal

2.9 Diagnosis

Diagnosis fraktur tulang hidung dapat dilakukan dengan inspeksi, palpasi dan

pemeriksaan hidung bagian dalam dilakukan dengan rinoskopi anterior, biasanya

ditandai dengan pembengkakan mukosa hidung terdapatnya bekuan dan kemungkinan

ada robekan pada mukosa septum, hematoma septum, dislokasi atau deviasi pada

septum.1

Pemeriksaan penunjang berupa foto os nasal, foto sinusparanasal posisi Water

dan bila perlu dapat dilakukan pemindaian dengan CT scan. CT scan berguna untuk

melihat fraktur hidung dan kemungkinan terdapatnya fraktur penyerta lainnya.1

Pasien harus selalu diperiksa terhadap adanya hematoma septum akibat

fraktur, bilamana tidak terdeteksi. Dan tidak dirawat dapat berlanjut menjadi abses,

dimana terjadi resorpsi kartilago septum dan deformitas hidung pelana ( saddle nose )

yang berat.3

a. Anamnesis

Rentang waktu antara trauma dan konsultasi dengan dokter sangatlah penting

untuk penatalaksanaan pasien.Sangatlah penting untuk menentukan waktu trauma dan

menentukan arah dan besarnya kekuatan dari benturan.Sebagai contoh, trauma dari

arah frontal bisa menekan dorsum nasal, dan menyebabkan fraktur nasal. Pada

kebanyakan pasien yang mengalami trauma akibat olahraga, trauma nasal yang terjadi

berulang dan terus menerus, dan deformitas hidung akan menyebabkan sulit menilai

antara trauma lama dan trauma baru sehingga akan mempengaruhi terapi yang

diberikan. Informasi mengenai keluhan hidung sebelumnya dan bentuk hidung

sebelumnya juga sangat berguna. Keluhan utama yang sering dijumpai adalah

epistaksis, deformitas hidung, obstruksi hidung dan anosmia.3,12,13

b. Pemeriksaan fisik

Kebanyakan fraktur nasal adalah pelengkap trauma seperti trauma akibat

dihantam atau terdorong.Sepanjang penilaian awal dokter harus menjamin bahwa

jalan napas pasien aman dan ventilasi terbuka dengan sewajarnya.Fraktur nasal sering

dihubungkan dengan trauma pada kepala dan leher yang bisa mempengaruhi patennya

trakea.Fraktur nasal ditandai dengan laserasi pada hidung, epistaksis akibat robeknya

membran mukosa. Jaringan lunak hidung akan nampak ekimosis dan udem yang

27

Page 28: Fraktur Os Nasal

terjadi dalam waktu singkat beberapa jam setelah trauma dan cenderung nampak di

bawah tulang hidung dan kemudian menyebar ke kelopak mata atas dan bawah.3,7,13

Deformitas hidung seperti deviasi septum atau depresi dorsum nasal yang sangat

khas, deformitas yang terjadi sebelum trauma sering menyebabkan kekeliruan pada

trauma baru. Pemeriksaan yang teliti pada septum nasal sangatlah penting untuk

menentukan antara deviasi septum dan hematom septi, yang merupakan indikasi

absolut untuk drainase bedah segera.Sangatlah penting untuk memastikan diagnosa

pasien dengan fraktur, terutama yang meliputi tulang ethmoid. Fraktur tulang ethmoid

biasanya terjadi pada pasien dengan fraktur nasal fragmental berat dengan tulang

piramid hidung telah terdorong ke belakang ke dalam labirin ethmoid, disertai remuk

dan melebar, menghasilkan telekantus, sering dengan rusaknya ligamen kantus

medial, apparatus lakrimalis dan lamina kribriformis, yang menyebabkan rhinorrhea

cerebrospinalis. 3,7,13

Pada pemeriksaan fisis dengan palpasi ditemukan krepitasi akibat emfisema

subkutan, teraba lekukan tulang hidung dan tulang menjadi irregular.Pada pasien

dengan hematom septi tampak area berwarna putih mengkilat atau ungu yang nampak

berubah-ubah pada satu atau kedua sisi septum nasal. Keterlambatan dalam

mengidentifikasi dan penanganan akan menyebabkan deformitas bentuk pelana, yang

membutuhkan penanganan bedah segera. Pemeriksaan dalam harus didukung dengan

pencahayaan, anestesi, dan semprot hidung vasokonstriktor. Spekulum hidung dan

lampu kepala akan memperluas lapangan pandang. Pada pemeriksaan dalam akan

nampak bekuan darah dan/atau deformitas septum nasal.3,7,12,13

Gambar 7: Deformitas septum nasal16

b. Pemeriksaan radiologis

28

Page 29: Fraktur Os Nasal

Jika tidak dicurigai adanya fraktur nasal komplikasi, radiografi jarang

diindikasikan.Karena pada kenyataannya kurang sensitif dan spesifik, sehingga

hanya diindikasikan jika ditemukan keraguan dalam mendiagnosa.Radiografi

tidak mampu untuk mengidentifikasi kelainan pada kartilago dan ahli klinis

sering salah dalam menginterpretasikan sutura normal sebagi fraktur yang disertai

dengan pemindahan posisi.Bagaimanapun, ketika ditemukan gejala klinis seperti

rhinorrhea cerebrospinalis, gangguan pergerakan ekstraokular atau maloklusi.CT-

scan dapat diindikasikan untuk menilai fraktur wajah atau mandibular. 3,12,17

Gambar 8:Foto x-ray fraktur hidung 18

2.10 Penatalaksanaan

Tujuan Penangananan Fraktur Hidung :

a. Mengembalikan penampilan secara memuaskan

b. Mengembalikan patensi jalan nafas hidung

c. Menempatkan kembali septum pada garis tengah

d. Menjaga keutuhan rongga hidung

e. Mencegah sumbatan setelah operasi, perforasi septum, retraksi kolumela,

perubahan bentuk punggung hidung

f. Mencegah gangguan pertumbuhan hidung6

29

Page 30: Fraktur Os Nasal

3.10.1 Konservatif

Penatalaksanaan fraktur nasal berdasarkan atas gejala klinis, perubahan fungsional

dan bentuk hidung, oleh karena itu pemeriksaan fisik dengan dekongestan nasal dibutuhkan.

Dekongestan berguna untuk mengurangi pembengkakan mukosa. Pasien dengan perdarahan

hebat, biasanya dikontrol dengan pemberian vasokonstriktor topikal. Jika tidak berhasil bebat

kasa tipis, kateterisasi balon, atau prosedur lain dibutuhkan tetapi ligasi pembuluh darah

jarang dilakukan. Bebat kasa tipis merupakan prosedur untuk mengontrol perdarahan setelah

vasokonstriktor topikal. Biasanya diletakkan dihidung selama 2-5 hari sampai perdarahan

berhenti. Pada kasus akut, pasien harus diberi es pada hidungnya dan kepala sedikit

ditinggikan untuk mengurangi pembengkakan. Antibiotik diberikan untuk mengurangi resiko

infeksi, komplikasi dan kematian. Analgetik berperan simptomatis untuk mengurangi nyeri

dan memberikan rasa nyaman pada pasien.1,10

Fraktur nasal merupakan fraktur wajah yang tersering dijumpai. Jika dibiarkan tanpa

dikoreksi, akan menyebabkan perubahan struktur hidung dan jaringan lunak sehingga akan

terjadi perubahan bentuk dan fungsi. Karena itu, ketepatan waktu terapi akan menurunkan

resiko kematian pasien dengan fraktur nasal. Terdapat banyak silang pendapat mengenai

kapan seharusnya penatalaksanaan dilakukan.Penatalaksanaan terbaik seharusnya dilakukan

segera setelah fraktur terjadi, sebelum terjadi pembengkakan pada hidung.Sayangnya, jarang

pasien dievaluasi secara cepat. Pembengkakan pada jaringan lunak dapat mengaburkan

apakah patah yang terjadi ringan atau berat dan membuat tindakan reduksi tertutup menjadi

sulit dilakukan.Sebab dari itu pasien dievaluasi setelah 3-4 hari berikutnya. Tindakan reduksi

tertutup dilakukan 7-10 hari setelahnya dapat dilakukan dengan anestesi lokal. Jika tindakan

ditunda setelah 7-10 hari maka akan terjadi kalsifikasi.3,7

Setelah memastikan bahwa saluran napas dalam kondisi baik, pernapasan optimal dan

keadaan pasien cenderung stabil, dokter baru melakukan penatalaksaan terhadap fraktur.

Penatalaksanaan dimulai dari cedera luar pada jaringan lunak. Jika terjadi luka terbuka dan

kemungkinan kontaminasi dari benda asing, maka irigasi diperlukan.Tindakan pembersihan

(debridement) juga dapat dilakukan. Namun pada tindakan debridement harus diperhatikan

dengan bijak agar tidak terlalu banyak bagian yang dibuang karena lapisan kulit diperlukan

untuk melapisi kartilago yang terbuka.7,12

3.10.2 Operatif

30

Page 31: Fraktur Os Nasal

Untuk fraktur nasal yang tidak disertai dengan perpindahan fragmen tulang,

penanganan bedah tidak dibutuhkan karena akan sembuh dengan spontan. Deformitas akibat

fraktur nasal sering dijumpai dan membutuhkan reduksi dengan fiksasi adekuat untuk

memperbaiki posisi hidung.4,12

A. Teknik reduksi tertutup

Reduksi tertutup adalah tindakan yang dianjurkan pada fraktur hidung akut yang

sederhana dan unilateral.Teknik ini merupakan satu teknik pengobatan yang digunakan untuk

mengurangi fraktur nasal yang baru terjadi.Namun, pada kasus tertentu tindakan reduksi

terbuka di ruang operasi kadang diperlukan. Penggunaan analgesia lokal yang baik, dapat

memberikan hasil yang sempurna pada tindakan reduksi fraktur tulang hidung. Jika tindakan

reduksi tidak sempurna maka fraktur tulang hidung tetap saja pada posisi yang tidak normal.

Tindakan reduksi ini dikerjakan 1-2 jam sesudah trauma, dimana pada waktu tersebut edema

yang terjadi mungkin sangat sedikit. Namun demikian tindakan reduksi secara lokal masih

dapat dilakukan sampai 14 hari sesudah trauma. Setelah waktu tersebut tindakan reduksi

mungkin sulit dikerjakan karena sudah terbentuk proses kalsifikasi pada tulang hidung

sehingga perlu dilakukan tindakan rinoplasti estetomi.

Alat-alat yang dipakai pada tindakan reduksi adalah :

1. Elevator tumpul yang lurus (Boies Nasal Fracture Elevator)

2. Cunam Asch

3. Cunam Walsham

4. Spekulum hidung pendek dan panjang (Killian)

5. Pinset bayonet.

31

Page 32: Fraktur Os Nasal

Gambar 9 :

Reduction instruments. (Left) Asch forceps, (center) Walsham forceps,

and(right) Boies elevator. 13

Deformitas hidung yang minimal akibat fraktur dapat direposisi dengan tindakan yang

sederhana.Reposisi dilakukan dengan cunam Walsham. Pada penggunaan cunam Walsham

ini, satu sisinya dimasukkan ke dalam kavum nasi sedangkan sisi yang lain di luar hidung dia

atas kulit yang diproteksi dengan selang karet. Tindakan manipulasi dilakukan dengan

kontrol palpasi jari.1

Jika terdapat deviasi piramid hidung karena dislokasi karena dislokasi tulang hidung,

cunam Asch digunakan dengan cara memasukkan masing-masing sisi (blade) ke dalam kedua

rongga hidung sambil menekan septum dengan kedua sisi forsep. Sesudah fraktur

dikembalikan pada posisi semula dilakukan pemasangan tampon di dalam rongga hidung.

Tampon yang dipasang dapat ditambah dengan antibiotika.1

Perdarahan yang timbul selama tindakan akan berhenti, sesudah pemasangan tampon

pada kedua rongga hidung. Fiksasi luar (gips) dilakukan dengan menggunakan beberapa lapis

gips yang dibentuk dari huruf “T” dan dipertahankan hingga 10-14 hari.1

Langkah–langkah pada tindakan reduksi tertutup :

1. Memindahkan kedua prosesus nasofrontalis. Forceps Walsham’s digunakan untuk

memindahkan kedua prosesus nasalis keluar maksila dan menggunakan tenaga yang

terkontrol untuk menghindari gerakan menghentak yang tiba-tiba.

32

Page 33: Fraktur Os Nasal

2. Perpindahan posisi tulang hidung. Septum kemudian dipegang dengan forceps Asch

yang diletakkan di belakang dorsum nasi. Forceps ini diciptakan sama prinsipnya

dengan forceps walsham’s, tetapi forcep Asch mempunyai mata pisau yang dapat

memegang septum yang mana bagian mata pisau tersebut terpisah dari pegangan utama

bagian bawah dengan ukuran lebih besar dan lekukan berguna untuk menghindari

terjadinya kompresi dan kerusakan kolumela yang hebat dan lebih luas.

3. Manipulasi septum nasal. Forceps Asch kemudian digunakan lagi untuk meluruskan

septum nasal.

4. Membentuk piramid hidung. Dokter ahli bedah seharusnya mampu untuk mendorong

hidung sampai mencapai posisi yang tidak seharusnya dan adanya sumbatan/kegagalan

mengindikasikan kesalahan posisi dan pergerakan tidak sempurna dan harus

diulang.Prosesus nasofrontalis didorong ke dalam dan tulang hidung akhirnya dapat

terbentuk dengan bantuan jari-jari tangan.

5. Kemungkinan pemindahan akhir septum. Dokter ahli bedah harus berhati-hati dalam

menilai bagian anterior hidung dan harus mengecek posisi dari septum nasal. Jika

memuaskan, dokter harus mereduksi terbuka fraktur septum melalui septoplasti atau

reseksi mukosa yang sangat terbatas.

6. Kemungkinan laserasi sutura kutaneus. Jika tipe fraktur adalah tipe patah tulang riuk,

maka dibutuhkan laserasi sutura pada kulit yang terbuka. Pertama-tama, luka harus

dibuka. Sangatlah penting untuk membuang semua benda asing yang berada pada luka

seperti pecahan kaca, kotoran atau batu kerikil.Hidung membutuhkan suplai darah yang

cukup dan oleh karena itu sedikit atau banyak debridemen sangat dibutuhkan.

Penutupan pertama terlihat kebanyakan luka sekitar 36 jam dan sutura nasalis menutup

sekitar 3-4 mm. Kadang luka kecil superfisial dapat menutup dengan plester adhesive

(steristrips).3

33

Page 34: Fraktur Os Nasal

Gambar 10 :Reposisi Fraktur Hidung 20

Gambar 11:Teknik reduksi tertutup 20

B. Teknik reduksi terbuka

Fraktur nasal reduksi terbuka cenderung tidak memberikan keuntungan.Pada daerah

dimana fraktur berada sangat beresiko mengalami infeksi sampai ke dalam tulang.Masalah

pada hidung menjadi kecil karena hidung mempunyai banyak suplai aliran darah bahkan pada

masa sebelum adanya antibiotik, komplikasi infeksi setelah fraktur nasal dan rhinoplasti

sangat jarang terjadi.4,13

Teknik reduksi terbuka diindikasikan untuk :

1. Ketika operasi telah ditunda selama lebih dari 3 minggu setelah trauma.

2. Fraktur nasal berat yang meluas sampai ethmoid. Disini, sangat nyata adanya

fragmentasi tulang sering dengan kerusakan ligamentum kantus medial dan apparatus

34

Page 35: Fraktur Os Nasal

lakrimalis. Reposisi dan perbaikan hanya mungkin dengan reduksi terbuka, dan

sayangnya hal ini harus segera dilakukan.

3. Reduksi terbuka juga dapat dilakukan pada kasus dimana teknik manipulasi reduksi

tertutup telah dilakukan dan gagal. Pada teknik reduksi terbuka harusdilakukan insisi

pada interkartilago. Gunting Knapp disisipkan di antara insisi interkartilago dan lapisan

kulit beserta jaringan subkutan yang terpisah dari permukaan luar dari kartilago lateral

atas, dengan melalui kombinasi antara gerakan memperluas dan memotong.3

2.11 Komplikasi

A) Hematom septi

Merupakan komplikasi yang sering dan serius dari trauma nasal.Septum hematom

ditandai dengan adanya akumulasi darah pada ruang subperikondrial. Ruangan ini

akan menekan kartilago di bawahnya, dan mengakibatkan nekrosis septum

irreversible. Deformitas bentuk pelana dapat berkembang dari jaringan lunak yang

hilang.Prosedur yang harus dilakukan adalah drainase segera setelah ditemukan

disertai dengan pemberian antibiotik setelah drainase.3,7,12

Gambar 12:

Bilateral septal hematomas associated with a nasal fracture11

Penanganan hematom septum berupa :3,13

- insisi dan drainase hematoma,

- pemasangan drain sementara,

- pemasangan balutan intranasal untuk menekan mukosa septum

35

Page 36: Fraktur Os Nasal

- dan memperkecil kemungkinan terjadinya hematom ulang

- dimulainya terapi antibiotik untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya

infeksi.

B) Fraktur dinding orbita

Fraktur pada dinding orbita dan lantai orbita akibat pukulan dapat terjadi.Gejala

klinis yang muncul adalah disfungsi otot ekstraokuler.3

C) Fraktur septum nasal

Sekitar 70% fraktur nasal dihubungkan dengan fraktur septum nasal. Trauma

pada hidung bagian bawah akan menyebabkan fraktur septum nasal tanpa adanya

kerusakan tulang hidung. Teknik yang dilakukan adalah teknik manipulasi reduksi

tertutup dengan menggunakan forceps Asch.3

D) Fraktur lamina kribriformis

Merupakan predisposisi pengeluaran cairan cerebrospinalis, yang akan

menyebabkan komplikasi berupa meningitis, encephalitis dan abses otak.12,15

2.12 Prognosis

Kebanyakan fraktur nasal tanpa disertai dengan perpindahan posisi akan sembuh

tanpa adanya kelainan kosmetik dan fungsional. Dengan teknik reduksi terbuka dan tertutup

akan mengurangi kelainan kosmetik dan fungsional pada 70 % pasien.6,12

BAB IV

Analisa Kasus

Pada kasus di atas, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhanpasien

mengeluhkan nyeri didaerah sekitar hidung, dan bawah hidung, perdarahan dirasakan keluar

dari kedua lubang hidung, darah berwarna merah segar. pasien juga mengeluhkan seperti ada

cairan yang mengalir ketenggorokannya. Keluar darah dari telinga disangkal pasien.Muntah

tidak ada, mual tidak ada. Dari pemeriksaan fisik hidung didapatkan bleding (+) di hidung

36

Page 37: Fraktur Os Nasal

kanan dan kiri, nyeri tekan(+). Dari pemeriksaan foto rontgen kepala didaptkan fraktur os

nasal . Berdasarkan pemeriksaan diatas ditegakkan diagnosis kerja epistaksis anterior d/s et

causa fraktur os nasal.

Pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah analgetik untuk menghilangkan

rasa nyeri. Untuk mencegah terjadinya infeksi diberikan antibiotik. Menghentikan perdarahan

dengan tampon anterior boorzalf. Untuk penatalaksanaan lanjutan disarankan menjalani

reposisi tertutup

Pada pasien ini diberikan edukasi untuk tentang penyakit yang diderita pada pasien,

tentang terapi yang diberikan kepada pasien tentang manfaat, cara, dan efek samping,

memberitahu pasien sebaiknya dilakukan operasi reposisi os nasal

BAB V

KESIMPULAN

Fraktur hidung merupakan kejadian fraktur yang paling sering terjadi pada trauma

yang mengakibatkan fraktur pada tulang wajah.Angka kejadiannya mencapai 40% dari

seluruh kejadian.Penyebab dari fraktur tulang hidung meliputi cedera saat olahraga, akibat

perkelahian, kecelakaan lalu lintas, terjatuh, mabuk, masalah kelahiran dan kadang

iatrogenik. Tulang hidung dan kartilago rentan untuk mengalami fraktur karena hidung

letaknya menonjol dan merupakan bagian sentral dari wajah,sehingga kurang kuat

menghadapi tekanan dari luar.

37

Page 38: Fraktur Os Nasal

Ketepatan waktu dalam mendiagnosa kejadian fraktur hidung sangat berperan dalam

mencapai penyembuhan yang optimal dan estetika yang baik.Maka pengenalan atas gejala

klinis harus dimiliki oleh dokter untuk melakukan penatalaksanaan selanjutnya.Gejala klinis

dari fraktur hidung yang sering dijumpai adalah epistakis, deformitas hidung, obstruksi

hidung dan anosmia.Adapun pemeriksaan fisik yang ditemukan dapat berupa deviasi septum,

depresi septum nasi, dan epistakis.Untuk memastikan diagnosa dapat ditunjang dengan

pencitraan seperti foto X-ray hidung dan CT scan hidung.

Penanganan dari fraktur hidung secara konservatif, pasien dengan pendarahan hebat,

biasanya dikontrol dengan pemberian vasokonstriktor topikal.Antibiotik diberikan untuk

mengurangi resiko infeksi dan komplikasi yang dapat menimbulkan kematian.Analgetik

untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman pada pasien.Adapun pada fraktur

hidung sederhana maupun kominutiva yang disertai dengan deviasi septum dan deformitas

harus dilakukan tindakan operatif yang terdiri dari teknik reduksi tertutup dan reduksi

terbuka.Komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur hidung meliputi heatoma septum, fraktur

dinding orbita, fraktur septum nasal dan fraktur lamina kribiformis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Efiaty A S, Nurbaiti I, Jenny B, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,

Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Cetakan ke-1. Jakarta: FKUI;2007.h.118-

122,199-202.

2. 2. Adam T.R et al. Nasal and Septal Fractures.Diunduh dari :

3. http: //emedicine.medscape.com/article/878595. April 2014 .

4. Anonymus. Fraktur nasal. Di unduh dari: http://ilmubedah.info/definisi-anatomi-

diagnosis-penatalaksanaan-fraktur-nasal.april 2014.

38

Page 39: Fraktur Os Nasal

5. R.Sjamsuhidajat, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Fraktur Tulang Hidung. Edisi

ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2005.h.338.

6. Mayo Clinic Staff. Broken Nose. Diunduh dari:

http//www.mayoclinic.com/health/broken-nose. April 2014.

7. P Van den Broek, etc. Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung, dan Telinga.

Fraktur Hidung. Edisi ke-12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.121.

8. Lalwani AK. Current Diagnosis dan Treatment : Otolaryngology Head and Neck

Surgery. Edisi ke-2. USA; McGraw-Hill Medical;2007.Chapter 11.

9. Anatomi dan Fisiologi hidung. Diunduh dari: http://www.infokedokteran.com. April

2014.

10. Anatomi bagian luar. Diunduh dari:www.familymedschool.com. April 2014.

11. Anatomi hidung. Diunduh dari :www.netterimages.com.April 2014

12. Vaskularisasi Hidung. Di unduh dari: www.aafp.org/afp/2005/0115/p305.html. April

2014

13. Samual J.H. Nasal Fracture. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/84829-overview. April 2014.

14. Corry J.K. Management of Acute Nasal Fractures. Diunduh dari:

www.aafp.org/afp/2004/1001/p1315.html. April 2014.

15. Fraktur Hidung Sederhana. Di unduh dari :www.healthline.com/adamimage. April

2014.

16. Elizabeth A B. Broken Nose. Diunduh dari : http://www.emedicinehealth.com/broken

nose/article em.htm. April 2014.

17. Deformitas Septum Nasal. Diunduh dari :www.healthline.com. April 2014.

18. George L Adams. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT. Fraktur Hidung. Edisi ke-6.

Cetakan ke-3. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC;1997.h.513.

19. Foto x-ray fraktur hidung. Diunduh dari: www.emedicine.medscape.com. April 2014

39

Page 40: Fraktur Os Nasal

20. CT-scan fraktur nasal. Diunduh dari: rhinoplastyinseattle.com. April 2014

21. Reposisi dan reduksi fraktur hidung. Diunduh dari: www.primary-surgery.org April

2014.

40