Fotosintesis
-
Upload
hudaya-sumeri -
Category
Science
-
view
724 -
download
0
description
Transcript of Fotosintesis
MAKALAH
“HUBUNGAN FOTOSINTESIS DENGAN GLOBAL WARMING”
( Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Biologi Sel )
Disususn oleh
1. Risdiyanto ( 2013131027 )
2. Warjani ( 2013131032 )
3. Indra Hernawan ( 2013131015 )
4. Nur Subkhi ( 2013131023 )
5. Hudaya ( 2013131014 )
MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGISEKOLAH PASCASARJANAUNIVERSITAS KUNINGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki hutan sekitar 140 juta hektare. Namun sayang, sejak sering
terjadi kebakaran hutan, khususnya di Sumatera dan Kalimantan, beribu-ribu pohon
musnah terbakar. Kebakaran hutan terbesar pernah terjadi pada 1982 seluas 3,6 juta
hektare, lalu setelahnya hampir setiap tahunnya ratusan ribu hektare hutan terbakar.
Untuk aspek ekologis, dengan musnahnya jutaan hektare hutan, akan mengganggu
keseimbangan alam sekitarnya, baik secara lokal atau bahkan akan mendunia.
Secara lokal, keseimbangan alam kehidupan hewan-hewan penghuni hutan akan
terganggu, sehingga tidak mengherankan bila ada harimau atau segerombolan gajah
masuk ke wilayah perkampungan karena musnahnya habitat tempat mereka berkembang
biak. Sedangkan dalam skala besar akan mengganggu keseimbangan biosfer yang
sifatnya global.
Tanaman, termasuk pohon-pohon hutan, mengubah karbon dioksida (CO2) atmosfer
menjadi karbon melalui fotosintesis. Dalam kehidupan peranan fotosintesis sangat
penting karena kehidupan di bumi adalah kehidupan bertenaga surya. Sengatan sinar
matahari yang menerpa permukaan Bumi makin lama terasa bertambah panasnya.
Apalagi jika kita berada di area yang tidak terdapat pepohonan, rasanya ingin berlari
menjauhi teriknya sang surya. Dedaunan menyerap CO2 dari atmosfer melalui proses
difusi gas dan CO2 ini dimanfaatkan tumbuhan dalam proses fotosintesis pada saat siklus
calvin. Di dalam daun (di organela kloroplas), karbohidrat, asam-asam amino, protein,
dan adenosin trifosfat diproduksi melalui fotosintesis. Kloroplas tumbuhan menangkap
energi cahaya yang telah menempuh 150 juta kilometer dari matahari yang mengubahnya
menjadi energi kimia yang disimpan dalam gula dan molekul-molekul organik lain.
Proses pengubahan ini disebut fotosintesis.
Berdasarkan pernyataan diatas kelompok kami tertarik ingin membahas hubungan
antara global warming dengan peristiwa fotosintesis terjadi didaun.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Fotosintesis mengubah energi cahaya menjadi energi kimia ?
2. Bagaimana proses fotosintesis reaksi terang mengubah energi surya menjadi energi
kimia dalam ATP dan NADPH ?
3. Bagaimana proses siklus Calvin mengubah ATP dan NADPH untuk mengubah CO2
menjadi gula ?
4. Bagaimana hubungan Fotosintesis dengan Global Warming ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui Bagaimana Fotosintesis mengubah energi cahaya menjadi energi
kimia ?
2. Untuk mengetahui Bagaimana proses fotosintesis reaksi terang mengubah energi
surya menjadi energi kimia dalam ATP dan NADPH ?
3. Untuk mengetahui Bagaimana proses siklus Calvin mengubah ATP dan NADPH
untuk mengubah CO2 menjadi gula ?
4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan Fotosintesis dengan Global Warming ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. FOTOSINTESIS MENGUBAH ENERGI CAHAYA MENJADI ENERGI KIMIA.
Kemampuan organisme yang luar biasa untuk menangkap energi cahaya dan
menggunakannya untuk mengerakkan sintesis senyawa - senyawa organik berasal dari
organisasi struktual dalam sel : enzim – enzim fotosintetik dan molekul-molekul lain
dikelompokkan bersama dalam membran biologis memungkinkan terlaksananya
serangkaian reaksi kimia yang dibutuhkan dengan efisien. Proses fotosintesis
kemungkinan besar bermula pada kloroplas (tempat fotosintesis pada tumbuhan), seluruh
bagian hijau pada tumbuhan termasuk batang hijau dan buah yang belum matang meiliki
klorplas namun daun merupakan tempat utama proses fotosintesis pada sebagian besar
tumbuhan.
Jika ada cahaya bagian - bagian hijau pada tumbuhan akan mengahasilkan senyawa-
senyawa organik dan oksigen dari karbon dioksisda dan air. Dengan menggunakan
rumus - rumus molekul, kita dapat merangkum serangkaian reaksi kimia yang kompleks
dalam fotosintesis dengan persamaan kimia ini :
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2
Disini kita menggunakan glukosa (C6H12O6) untuk menyederhanankan hubungan
antara fotosintesis dan respirasi, namun produk langsung fotosintesis sebenarnya berupa
gula berkarbon tiga yang dapat digunakan untuk membuat glukosa.
Dengan menulis persamaan seperti ini diatas dapat melihat bahwa perubahan kimia
secara keseluruhan selama fotosintesis merupakan kebalikan dari perubahan kimia
keseluruhan yang terjadi dalam respirasi seluler.
Penguraian air
Salah satu petunjuk utama dari mekanisme fotosintesis berasal dari penemuan bahwa
O2 yang dilepaskan oleh tumbuhan berasal dari H2O, bukan dari CO2. Kloroplas
memecah air menjadi hidrogen dan oksigen. Sebelumya hipotesis yang mendominasi
adalah bahwa fotosintesis yang memecah karbon dioksida ( CO2 C + O2 ) dan
kemudian menambahkan air ke karbon (C + H2O [CH2O]). Hipotesis ini
memprediksi bahwa O2 yang dilepaskan selama fotosintesis berasal dari CO2.
Van Niel menyelidiki fotosintesis pada bakteri yang membuat karbohidartnya dari
CO2 namun tidak melepaskan O2. Dia menyimpullkan bahwa setidaknya pada bakteri ini
CO2 tidak dipecah menjadi karbon dan oksigen. Salah satu kelompok bakteri
menggunakan hydrogen sulfide (H2S), bukan air untuk fotosintesis. Persamaan kimia
untuk fotosintesis pada bakteri sulfur tersebut adalah :
CO2 + H2S [CH2O] + H2O + 2 S
Ia berpendapat bahwa bakteri tersebut memecah H2S dan mengguanakan atom
hydrogen unuk membuat gula. Dengan demikian van Niel menghipotesiskan bahwa
tumbuhan memecah H2O sebagai sumber elektron dari atom-atom hydrogen dan
melepaskan O2 sebagai produk sampingan.
Fotosisntesis Sebagai Proses Redoks
Selama respirasi seluler energi yang dilepaskan dari gula ketika elektron yang
berasosiasi dengan hydrogen ditransfer oleh molekul pembawa ke oksigen, membentuk
air sebagai produk sampingan. Elektron kehilangan energi potensial saat ‘jatuh’
menuruni rantai transport elektron menuju oksigen yang elektronegatif dan mitokondria
memanfaatkan energi tersebut untuk mensintesis ATP. Fotosintesis membalik arah aliran
elektron. Air dipecah dan elektron ditransfer bersama - sama ion hidogen dari air ke
karbon dioksida yang mereduksinya menjadi gula. Karena elektron mengalami
peningkatan energi potensial saat bergerak dari air ke gula, proses ini membutuhkan
energi atau dengan kata lain bersifat endergonik. Dorongan energi ini disediakan oleh
cahaya matahari.
B. REAKSI TERANG MENGUBAH ENERGI SURYA MENJADI ENERGI KIMIA
DALAM ATP DAN NADPH
Ketika cahaya bertemu materi, cahaya mungkin dipantulkan, diteruskan atau diserap.
Zat yang menyerap cahaya tampak dikenal sebagai pigmen.
Reaksi terang berlangsung di dalam membran tilakoid di grana. Grana adalah
struktur bentukan membran tilakoid yang terbentuk dalam stroma, yaitu salah satu
ruangan dalam kloroplas. Di dalam grana terdapat klorofil, yaitu pigmen yang berperan
dalam fotosintesis. Reaksi terang di sebut juga fotolisis karena proses penyerapan energi
cahaya dan penguraian molekul air menjadi oksigen dan hidrogen.
Reaksi terang fotosintesis pada membran tilakoid
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi
ini memerlukan molekul air (H2O) dan cahaya Matahari. Proses diawali dengan
penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena.
Fotosistem tersusun atas suatu kompleks protein yang disebut kompleks pusat reaksi
yang dikelilingi oleh beberapa kompleks permanen cahaya. Kompleks pusat reaksi
mengandung suatu molekul yang mampu menerima elektron dan menjadi tereduksi;
molekul ini disebut penerima elektron primer.
Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu fotosistem
I dan II. Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa fotosistem ini
optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan fotosistem II (PS
II) berisi pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 680
nm.
Mekanisme reaksi terang diawali dengan tahap dimana fotosistem II menyerap
cahaya Matahari sehingga elektron klorofil pada PS II tereksitasi dan menyebabkan
muatan menjadi tidak stabil. Untuk menstabilkan kembali, PS II akan mengambil
elektron dari molekul H2O yang ada disekitarnya. Molekul air akan dipecahkan oleh ion
mangan (Mn) yang bertindak sebagai enzim. Hal ini akan mengakibatkan pelepasan H+
di lumen tilakoid.
Dengan menggunakan elektron dari air, selanjutnya PS II akan mereduksi
plastokuinon (PQA) membentuk PQB. Plastokuinon merupakan molekul kuinon yang
terdapat pada membran lipid bilayer tilakoid. Plastokuinon ini akan mengirimkan
elektron dari PS II ke suatu pompa H+ yang disebut sitokrom b6-f kompleks. Reaksi
keseluruhan yang terjadi di PS II adalah:
2H2O + 4 foton + 2 PQA + 4H- → 4H+ + O2 + 2 PQB
Sitokrom b6-f kompleks berfungsi untuk membawa elektron dari PS II ke PS I
dengan mengoksidasi PQB dan mereduksi protein kecil yang sangat mudah bergerak dan
mengandung tembaga, yang dinamakan plastosianin (PC). Kejadian ini juga
menyebabkan terjadinya pompa H+ dari stroma ke membran tilakoid. Reaksi yang terjadi
pada sitokrom b6-f kompleks adalah:
2 PQB + 4PC(Cu2+) → 2PQ + 4PC(Cu+) + 4 H+ (lumen)
Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I. Fotosistem ini
menyerap energi cahaya terpisah dari PS II, tapi mengandung kompleks inti terpisahkan,
yang menerima elektron yang berasal dari H2O melalui kompleks inti PS II lebih dahulu.
Sebagai sistem yang bergantung pada cahaya, PS I berfungsi mengoksidasi plastosianin
tereduksi dan memindahkan elektron ke protein Fe-S larut yang disebut feredoksin.
Reaksi keseluruhan pada PS I adalah:
Cahaya + 4PC(Cu+) + 4Fd(Fe3+) → 4PC(Cu2+) + 4Fd(Fe2+)
Selanjutnya elektron dari feredoksin digunakan dalam tahap akhir pengangkutan
elektron untuk mereduksi NADP+ dan membentuk NADPH. Reaksi ini dikatalisis dalam
stroma oleh enzim feredoksin-NADP+ reduktase. Reaksinya adalah
4Fd (Fe2+) + 2NADP+ + 2H+ → 4Fd (Fe3+) + 2NADPH
Ion H+ yang telah dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam ATP
sintase. ATP sintase akan menggandengkan pembentukan ATP dengan pengangkutan
elektron dan H+ melintasi membran tilakoid. Masuknya H+ pada ATP sintase akan
membuat ATP sintase bekerja mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi) menjadi ATP.
Reaksi keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang adalah sebagai berikut:
Sinar + ADP + Pi + NADP+ + 2H2O → ATP + NADPH + 3H+ + O2
Aliran Elektron Linear
Cahaya menggerakkan sintesis ATP dan NADPH dengan cara memberi energi pada
kedua fotosistem yang tertanam dalam membrane tilakoid kloroplas. Kunci transformasi
aliran energi ini adalah aliran elektron melalui fotosistem dan komponen - komponen
molekular lain yang tertanam dalam membrane tilakoid. Ini disebut aliran elektron linear
yang terjadi selama reaksi terang fotosintesis.
Aliran Elektron Siklik
Aliran yang terfotoeksiasi dapat mengambil jalur alternative yang disebut aliran
elektron siklik yang menggunakan fotosistem I namun tidak menggunakan fotosistem II.
C. SIKLUS CALVIN MENGGUNAKAN ATP DAN NADPH UNTUK MENGUBAH
CO2 MENJADI GULA ( REAKSI GELAP )
Siklus Calvin mirip dengan siklus asam sitrat karena materi awal dihasilkan kembali
setelah ada molekul yang memasuki dan meninggalkan siklus. Akan tetapi, sementara
siklus asama sitrat bersifat katabolik, mengoksidasi glukosa dan menggunakan energi
untuk menyintesis ATP, siklus Calvin bersifat anabolik, membangun karbohidrat dari
molekul - molekul yang lebih kecil dan mengkonsumsi energi. Karbon memasuki siklus
calvin dalam bentuk CO2 dan meninggalkan siklus dalam bentuk gula. Siklus
menggunakan ATP sebagai sumber energi dan mengkonsumsi NADPH sebagai tenaga
pereduksi bagi penambahan elektron berenergi tinggi untuk membuat gula.
Karbohidrat yang dihasilkan langsung dari siklus calvin sebenarnya bukanlah
glukosa melainkan gula karbon tiga; nama gula ini adalah gliseralhida-3-fosfat (G3P).
Untuk sintesis netto satu molekul G3P siklus calvin harus berlangsung tiga kali,
memfiksasi tiga molekul CO2.
Mekanisme siklus Calvin - Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa difosfat
karboksilase (RuBP) membentuk 3-fosfogliserat. Ribulosa difosfat karboksilase (RuBP)
merupakan enzim alosetrik yang distimulasi oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan
dari pencahayaan kloroplas. Pertama, reaksi dari enzim ini distimulasi oleh
peningkatan pH. Jika kloroplas diberi cahaya, ion H+ ditranspor dari stroma ke
dalam tilakoid menghasilkan peningkatan pH stroma yang menstimulasi
enzim karboksilase, terletak di permukaan luar membran tilakoid. Kedua, reaksi ini
distimulasi oleh Mg2+, yang memasuki stroma daun sebagai ion H+, jika kloroplas diberi
cahaya. Ketiga, reaksi ini distimulasi oleh NADPH, yang dihasilkan oleh fotosistem I
selama pemberian cahaya.
Fikasasi CO2 melewati proses karboksilasi, reduksi, dan regenerasi. Karboksilasi
melibatkan penambahan CO2 dan H2O ke RuBP membentuk dua molekul 3 fosfogliserat
(3-PGA). Kemudian pada fase reduksi, gugus karboksil dalam 3-PGA direduksi menjadi
1 gugus aldehida dalam 3-fosforgliseradehida (3-Pgaldehida).
Reduksi ini tidak terjadi secara langsung, tapi guguskarboksil dari 3-PGA pertama-
tama diubah menjadi ester jenis anhidrida asam pada asam 1,3-bifosfogliserat (1,3-
bisPGA) dengan penambahan gugus fosfat terakhir dari ATP. ATP ini timbul
dari fotofosforilasi dan ADP yang dilepas ketika 1,3-bisPGA terbentuk, yang diubah
kembali dengan cepat menjadi ATP oleh reaksi fotofosforilasi tambahan. Bahan
pereduksi yang sebenarnya adalah NADPH, yang menyumbang 2 elektron. Secara
bersamaan, Pi dilepas dan digunakan kembali untuk mengubah ADP menjadi ATP.
Pada fase regenerasi, yang diregenerasi adalah RuBP yang diperlukan untuk
bereaksi dengan CO2 tambahan yang berdifusi secara konstan kedalam dan
melalui stomata. Pada akhir reaksi Calvin, ATP ketiga yang diperlukan bagi tiap molekul
CO2 yang ditambat, digunakan untuk mengubah ribulosa-5-fosfat menjadi RuBP,
kemudian daur dimulai lagi.
Tiga putaran daur akan menambatkan 3 molekul CO2 dan produk akhirnya adalah
1,3-Pgaldehida. Sebagian digunakan kloroplas untuk membentuk pati, sebagian lainnya
dibawa keluar. Sistem ini membuat jumlah total fosfat menjadi konstan di kloroplas,
tetapi menyebabkan munculnya triosafosfat di sitosol. Triosa fosfat digunakan sitosol
untuk membentuk sukrosa (Campbell et al, 2002)
D. GLOBAL WARMING
Pemanasan global (Inggris: global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu
rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Penyebab pemanasan global :
1. Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian
besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak.
Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan
memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah
gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di
atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air,
karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang
radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang
dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.
Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan
bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah
kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin
banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan
oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan
menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya
telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca
suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan
tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan
mengakibatkan pemanasan global.
2. Efek umpan balik
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses
umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada
kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan
pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer.
Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut
dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan
konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila
dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan
kandungan air absolut di udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan
agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak
secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat
ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke
permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari
atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke
angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya
menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail
tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit
direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila
dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim
(sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan
IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua
bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah
pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke
Empat.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan
cahaya (albedo) oleh es. Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub
mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es
tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air
memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es,
dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah
pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus
yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah
beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan.
Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan
balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia
menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona
mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang
merupakan penyerap karbon yang rendah.
3. Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan
kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam
pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek
rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer
sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer
bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila
aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan
ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut
terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan
dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa
pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari
mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke
University memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-
50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35%
antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim
yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas
rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan
bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang
remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan
meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian
besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-
gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss
menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat
"keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya
memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30
tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global.
Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada
hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik
melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
E. HUBUNGAN FOTOSINTESIS DENGAN GLOBAL WARMING
Sejak awal abad ke-20, kerusakan lingkungan akibat ulah umat manusia menjadi
makin memuncak, dengan semakin tingginya kenaikan gas karbon dioksida yang
didukung dengan tingginya tingkat kepadatan penduduk Bumi. Di samping itu, juga
makin pesatnya usaha penebangan pohon-pohon hutan (penggundulan hutan) di
kebanyakan negara berkembang, bahkan usaha penebangan hutan yang diikuti dengan
pembakaran sisa - sisa penebangan pohon-pohon hutan menambah tinggi konsentrasi
CO2 di atmosfer. Apabila karbon dioksida (CO2) terakumulasi maka akan terjadi
penebalan atau peningkatan konsentrasi selimut gas di atmosfer sehingga melebihi
konsentrasi yang seharusnya. Hal ini secara langsung mengakibatkan panas matahari
yang seharusnya dapat dipantulkan kembali ke angkasa menyentuh permukaan atmosfer
dan terperangkap di dalam Bumi sehingga panas matahari yang tidak dapat dipantulkan
ke angkasa akan meningkat pula.
Mengingat begitu pentingnya bagi keseimbangan ekosistem, tumbuhan perlu dijaga
keberadaannya secara proporsional di muka Bumi ini. Apalagi dengan adanya kenaikan
konsentrasi CO2 di atmosfer yang sudah di luar batas kenormalan. Semula kenaikan CO2
diakibatan oleh proses alam, namun sejak dimulainya revolusi industri pada permulaan
abad ke-18, di mana gas karbon dioksida dilepaskan dalam jumlah yang sangat tinggi,
jauh melebihi kemampuan tumbuhan hutan dan penyerapan oleh samudera, sebagai agen
alam yang berperan sebagai pembersih atmosfer dari gas karbon dioksida, melalui
penyerapan langsung maupun melalui pelarutan.
Fotosintesis bergantung pada cahaya, ketersediaan CO2, serta suhu. Laju fotosintesis
berbanding lurus dengan konsentrasi CO2 di udara dan jumlah kloroplas, serta
berbanding terbalik dengan tahanan daun terhadap difusi CO2.
Iklim memengaruhi laju fotosintesis melalui konsentrasi CO2, radiasi matahari, suhu,
dan ketersediaan unsur hara. Pohon - pohon berdaun lebar umumnya memiliki laju
fotosintesis yang lebih besar daripada pohon berdaun jarum karena bobot daunnya, tetapi
pohon berdaun jarum sebaliknya juga melakukan fotosintesis aktif yang lebih lama
terutama di daerah lintang tinggi. Meskipun demikian, variabilitas CO2 tidak berakibat
langsung terhadap variabilitas fotosintesis karena adanya pengaruh variabilitas cahaya,
lengas, dan unsur hara. Oleh karena itu, variabilitas CO2 menyebabkan respons yang
berbeda terhadap komponen-komponen ekosistem hutan.
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan diatas kami dapat menyimpulkan bahwa Fotosintesis
adalah proses pembuatan energi atau zat makanan / glukosa yang berlangsung atas peran
cahaya matahari (photo = cahaya, synthesis = proses pembuatan/pengolahan) dengan
menggunakan zat hara/mineral, karbon dioksida dan air. Fotosintesis berlangsung dalam
dua tahap, yaitu reaksi terang (memerlukan cahaya matahari) dan reaksi gelap (tidak
memerlukan cahaya matahari). Pada tahap pertama, reaksi terang atau reaksi
cahaya menyerap energi cahaya dan menggunakannya untuk menghasilkan molekul
penyimpan energi ATP dan NADPH. Pada tahap kedua, reaksi gelap menggunakan
produk ini untuk menyerap dan mengurangi karondioksida. Faktor yang mempengaruhi
fotosintesis adalah intensitas cahaya, konsentrasi karbon dioksida, suhu, kadar air, kadar
fotosintat dan tahap pertumbuhan.
Penyerap karbondioksida saat proses fotosintesis, memecah karbondioksida dan
melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya sehingga mengurangi
dampak Global Warming / Pemanasan Global.
DAFTAR PUSTAKA
-. Campbell et al. 2002. Biology ,jilid 1, edisi ke- 5. Erlangga: Jakarta.
-. Fotosintesis. (id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis)
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global#Penyebab_pemanasan_global
-. 2012. Pengertian, Fungsi dan Proses Fotosintesis. (http://blog.codingwear.com/bacaan-
70-Pengertian,-Fungsi-dan-Proses-Fotosintesis.html, diakses pada tanggal 14 Maret 2012).
-. 2011. Proses Fotosintesis. (http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2117549-proses-
fotosintesis/,
http://fritaku.blogspot.com/2008/04/global-warming-vs-fotosintesis.html